Post on 13-Feb-2018
i
ANALISIS SPI DALAM SISTEM AKUNTANSI
PENERIMAAN RETRIBUSI POTONG HEWAN PADA
UPACARA ADAT TORAJA UTARA
Oleh :
ADERATY YANCES
NIM : 232008141
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
ii
iii
iv
MOTTO
‘‘Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
(Roma 8:28)
GOD didn't promise days without pain, but He did
promise strength for the days and light for the
ways...
v
ABSTRACT
Traditional ceremony in North Toraja contributed significantly to the local
revenue through the collection of levies Slaughter. Society signals the presence of
a large leakage of opportunities within the system of acceptance of such levy, but
there are studies that concluded the absence of flaws in the system.
The study was conducted to analyze the internal control system within the
revenue accounting system of slaughter levy with different data collection
methodologies with previous research. Data obtained from the Department of
Revenue, Finance and Asset Management Area (DPPKAD) through the study of
documents and interviews with related officer. In addition, the primary data
obtained by observation on cultural activities in three different village. The Data
were analyzed qualitatively by identifying the presence of SPI refers to the
characteristics of good SPI.
The results showed the Slaughter Levy Revenue System performed with
sub-systems, ie Slaughter Levy Revenue sub System Based on Letter of
Permission, specifically for Buffalo, Slaughter Levy Revenue sub System for
animals that have not been listed in the abattoir's license. Internal Control Systems
in Revenue Slaughter Levy is still relatively weak, due to the use of authority,
division of duties, and independent checks that have not been fully implemented.
Similarly, the use of documents and security of assets that are not yet adequate.
Relevant parties need to make improvements to increase revenue SPI slaughter
levy in North Toraja
Key Words : SPI, Slaughter Levy Revenue System, Levies Revenue Accounting
Slaughter system, North Toraja Traditional Ceremony
vi
SARIPATI
Upacara adat di Toraja Utara memberikan sumbangan signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah, melalui pemungutan Retribusi Potong Hewan.
Masyarakat mensinyalir adanya peluang kebocoran yang besar dalam sistem
penerimaan retribusi tersebut, namun terdapat penelitian yang menyimpulkan
tidak adanya kelemahan dalam sistem tersebut.
Penelitian dilakukan untuk menganalisis Sistem Pengendalian Intern
dalam sistem akuntansi penerimaan dari retribusi potong hewan tersebut dengan
metodologi pengumpulan data yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Data
diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) melalui studi dokumen dan wawancara kepada petugas terkait. Selain
itu data primer diperoleh dengan cara observasi pada kegiatan adat di tiga Desa
yang berbeda. Data dianalisis secara kualitatif yakni dengan mengidentifikasi
keberadaan SPI mengacu pada karakteristik SPI yang baik.
Hasil penelitian menunjukkan Sistem Penerimaan Retribusi Potong
Hewan dapat dikategorikan kedalam dua sub sistem yaitu sub Sistem Penerimaan
Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Surat Izin pemotongan hewan, dan sub
Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk hewan yang belum tercantum
dalam Surat Izin pemotongan hewan. Sistem Pengendalian Intern dalam
Penerimaan Retribusi Potong Hewan masih tergolong lemah karena penggunaan
wewenang, pembagian tugas, dan pengecekan independen yang belum
sepenuhnya dijalankan. Demikian pula penggunaan dokumen dan pengamanan
aktiva yang belum memadai. Pihak terkait perlu melakukan perbaikan untuk
meningkatkan SPI penerimaan retribusi potong hewan di Toraja Utara.
Kata kunci: SPI, Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan, Sistem Akuntansi
Penerimaan Retribusi Potong Hewan, Upacara Adat Toraja Utara.
vii
KATA PENGANTAR
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Sistem Pengendalian
Intern dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan. Kemudian
menganalisis kelemahan SPI dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi
Potong Hewan.
Melalui tulisan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar
bagi pembaca dan penelitian yang akan datang. Dalam penyusunan kertas keja ini,
penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terjadi, untuk itu penulis
mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang terjadi.
Salatiga, Mei 2013
Penulis
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus untuk
pertolongan dan penyertaan_Nya yang begitu nyata melalui berkat-berkatNya
yang luar biasa sehingga saya dimampukan untuk menyelesaikan tulisan ini.
Terimakasih untuk kedua orang tua saya “Indo’ dan Papa’ances”
kalian adalah sumber kebahagiaan ku di dunia ini. Lendu’ kupakaboro’ komi...
Berkat doa, dukungan dan pelukan kasih kalian dari jauh yang membuat saya
mampu melewati setiap kegalauan dalam penyelesaian tulisan ini.
Untuk ketiga kakak perempuan ku yang cantik dan luar biasaaaa : “Kiki
(indo’aurel), Ema (bu’pendeta), dan Eka (indo’angel) juga untuk ketiga kakak
ipar ku : Pong aurel, Pong angel, dan kak Apri. Terimakasih untuk setiap
semangat dan perhatiannya..terimakasih sudah menjadi sponsor utama buat saya
dalam pengisian pundi-pundi setiap bulan dan setiap semesternya. Kalian adalah
kakak yang Superrr Duperr buat saya.. Kurre buda kakak.. Buat ketiga ponakanku
yang lucu dan unyu-unyu : Aurel, Angel dan Audric :* terimakasih untuk
kehadiran kalian bertiga yang menambah warna hidup.. Setiap celotehan kalian
selalu membuat saya tertawa nak.. :D
Terimakasih kepada Ibu Gustin Tanggulungan, S.E, M.Ak., Akt untuk
kesabarannya di dalam membimbing, mengarahkan serta memotivasi saya
sehingga tulisan ini dapat selesai.
Terimakasih kepada Bapak Hari Sunarto, S.E., MBA., Ph.D selaku
Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga dan Bapak Usil Sis
Sucahyo, SE., MBA, selaku Kepala Program Studi Akuntansi FEB Universitas
Kristen Satya Wacana.
Terimakasih kepada Ibu Theresia Woro Damayanti, S.E., M.Si., Akt
selaku dosen wali yang telah membantu selama masa perkuliahan.
Segenap Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW terimakasih
karena telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan dan
terimakasih kepada Staf Tata Usaha yang sudah membantu selama masa kuliah.
ix
My Lovely CERIA… kk Asih imoett (tiap kali bareng pasti ada hal
konyol yg terjadi yg selalu bikin ngakak :D ), kk Thea kecil (kecil2 lada katokkon
terimakasih sudah menjadi PEMBIMBING 2 ku :* ) , kk Finta molle’ (kk molle’
yg dikit2 nangis :p ) dan kak Rinto boyo. Terimakasih sudah menjadi teman,
kakak, sahabat, sekaligus menjadi keluarga selama di Salatiga.. Berbagi disaat
suka dan duka itu yang membuat saya tidak akan pernah melupakan kehidupan di
Salatiga bersama kalian.. Makan bareng, bobo’2 bareng (tidur subuh, bangun
siang karna curhat2an ber-MUTU ;) ) main kartu sambil nge-snack, kemana-mana
selalu bareng, semua hal itu yang akan selalu saya rindukan bersama dengan
kalian.. Luph U all :* ^__^
Anggota Kuartet Ambisi :D :D “Oten 4Lay, Oliph Lebayy, dan Lilo
bebu.. Terimaksih akan kehadiran kalian sebagai sahabat yang biasa namun
sungguh Istimewa buat saya. Kalian bukan hanya teman tapi juga saudara buat
saya.. Kebiasaan Transit di kos Oliph saat nunggu kuliah berikutnya, makan lotek
di kos Oten, dan menghabiskan kue natal punya Lilo.. semua itu ingin saya ulang
bersama kalian.. :*
Untuk ke-4 Gadis-gadis Bades ku.. Hayu, Sekar, Sendy dan Monic.. Bisa
bertemu, kenalan, temanan dan akhirnya bisa sahabatan dengan kalian itu yang
membuat saya selalu berharap untuk dapat kembali ketempat ini lagi untuk
bersama-sama dengan kalian.. Akan sangat merindukan awal2 kuliah, makan es
krim bareng, nonton film bareng, belajar bareng (tapi lebih banyak ngobrolnya :D
). Miss u sayanggg ;)
My little brotha Adi Boneng dan Boni Gembel terimakasih. Mengenal
kalian saya bisa merasakan bagaimana rasanya jadi kakak dan bagaimana rasanya
punya saudara laki-laki.. saya berharap kalian tetap mau menjadi adik buat saya
:D
Keluarga besar “GANG BAMBU” kk Thea, kk Finta, Rensi, Panca,
Denny, Boni, Konya’, Ratry, Nuni, Esly, Sri, dan Ocha (nebenk :p)
Terimakasih buat kalian semua.. Kelucuan, keunikan dan keanehan dari kalian
yang selalu membuat saya nyaman hidup bersama dengan kalian.. Hidup akan
selalu terasa Ramai saat berkumpul bersama kalian di lorong Gang Bambu
x
Teman-teman 1 atap a.k.a teman koss.. Lilo, Elma, Emplik, mbk Isna,
Silvi, Ayu, Lili dan adek ku Wanti…Terimakasih sudah jadi teman berbagi
dalam 1 atap..
“Bhineka Putri Santos”.. kak Vi, kak Tia, kak Ake, Prita, Jessi, Dias,
Eci, Grace, Tio, Agnes, kak Pepeb, kak Harmi, Ester, kak Meggi, Eda, Vero
beserta coach: Rico, Rio, Hendra, kk Nyong. Thank’s guyss untuk
keGOKILannya dalam tim futsal ini.. Mancing mania??? MANTAPPP…!!!!
Golden 2008 Fakultas Ekonomika dan Bisnis.. Trimakasih teman2 telah
berbagi dalam banyak hal selama perkuliahan.. Special buat cah Akuntansi yang
doyan karoke.. Ferry, Rino, Ristya, Oliv, Jessica, Aji, Septian, Ria, Lilo… :D
Keluarga Besar PKMST SALATIGA.. Terimakasih untuk
kebersamaannya selama saya di Salatiga, sangat banyak hal yang saya dapat dari
persekutuan ini, sangat erat persaudaraan sebagai Sang Torayan yang dijalin
dalam persekutuan ini.. Semoga selamanya kita tetap menjadi saudara di dalam
persekutuan ini.. Kurre buda.. kupakaboro’ komi sola nasang..
Semua Pihak yang Terlibat dalam Penulisan ini yang belum sempat saya
sebutkan, Terimakasih… Tuhan Yesus memberkati kita semua.
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ............................................. ii
Halaman Persetujuan/Pengesahan ...................................................................... iii
Halaman Motto .................................................................................................. iv
Abstract ......................................................................................................... v
Saripati ......................................................................................................... vi
Kata Pengantar .................................................................................................... vii
Ucapan Terimakasih .......................................................................................... viii
Daftar Isi ......................................................................................................... xi
Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ................................................................................................. xiv
1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
2. Telaah Literatur ............................................................................................ 3
2.1 Regulasi Pajak dan Retribusi Daerah ...................................................... 3
2.2 Sistem Pengendalian Intern (SPI) Dalam Sistem Akuntansi Penerimaan .. 5
3. Metode Penelitian ........................................................................................ 7
3.1 Data dan Metode Pengumpulan Data ....................................................... 7
3.2 Metode Analisis ..................................................................................... 8
4. Data dan Analisis .......................................................................................... 9
4.1 Transaksi Penerimaan Retribusi Potong Hewan Pemerintah Kabupaten
Toraja Utara ............................................................................................ 9
xii
4.2 Deskripsi Komponen SPI dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong
Hewan di Toraja Utara ............................................................................ 10
4.3 Analisis Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi Penerimaan
Retribusi Potong Hewan .......................................................................... 16
5. Kesimpulan dan Saran .................................................................................. 29
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 29
5.2 Saran ...................................................................................................... 30
5.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 30
5.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................................... 30
Daftar Pustaka .................................................................................................... 31
Lampiran ......................................................................................................... 32
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tarif Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Jenis 4
Tabel 4.1 Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi
Penerimaan Retribusi Potong Hewan 17
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Flowchart Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan
Berdasarkan Izin Potong Hewan
Lampiran 2 Flowchart Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan
untuk pemotongan yang Tidak Termasuk Dalam Surat Izin Potong
Hewan
Lampiran 3 Panduan Observasi
Lampiran 4 Panduan Wawancara
Lampiran 5 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Toraja Utara
Lampiran 6 Dokumen Surat Izin Potong Hewan
Lampiran 7 Dokumen lembar Bonggol SKRD ( Hewan Babi, Kerbau Bonga,
Kerbau Balian, dan Kerbau Puduk)
Lampiran 8 Dokumen Surat Setoran Retribusi Potong Hewan
Lampiran 9 Dokumen Surat Tanda Setoran
Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian dari DPPKAD
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Toraja Utara
1
1. LATAR BELAKANG
Otonomi daerah dengan berbagai harapan yang terdapat di dalamnya
bukan lagi hanya merupakan suatu retorika belaka namun telah menjadi
realita yang harus ditangani dengan semangat memajukan kehidupan masing-
masing daerah dalam suatu ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk
melaksanakan otonomi daerah, Pemerintah Daerah harus berupaya
mengembangkan potensi – potensi daerah salah satunya melalui upaya
pengembangan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu, setiap
daerah diwajibkan mengatur segala kemungkinan sumber keuangannya sendiri
sesuai dengan batas-batas perundang – undangan yang berlaku. Adapun sumber –
sumber penerimaan daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999,
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah,
dan lain – lain penerimaan daerah yang sah.
Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah memberikan pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah dalam
pelaksanaan pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah. Undang-undang tersebut
membatasi jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh daerah. Hal ini
dimaksudkan agar daerah lebih memusatkan perhatian pada pos – pos yang
dianggap dapat memberi kontribusi pendapatan yang relatif besar untuk
meningkatkan PAD.
Berdasarkan Undang – Undang tersebut, pemerintah Kabupaten Toraja
Utara mengubah sumber pendapatan dari kegiatan pemotongan hewan dalam
acara adat yang semula merupakan Pajak Potong Hewan menjadi Retribusi
Potong Hewan. Pemerintah Kabupaten Toraja Utara menetapkan Retribusi Potong
Hewan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 15
Tahun 2011 tentang Retribusi Rumah Potong Hewan sebagai salah satu sumber
PAD oleh karena dipandang potensial mengingat banyaknya kegiatan adat yang
terjadi dimana pemotongan hewan menjadi bagian dari kegiatan tersebut. Dalam
masyarakat Toraja yang masih mengikuti tradisi, adat, dan mementingkan prestise
2
dimata masyarakat desa, menyelenggarakan pesta adat merupakan kewajiban dan
tanggung jawab yang tidak dapat dielakkan. Upacara acara adat yang terkenal
yang dalam penyelenggaraannya memakan biaya yang cukup besar. Selain itu,
juga didukung oleh frekuensi terjadinya pesta adat ini. Hal ini dapat dilihat jelas
pada acara pemotongan hewan, yang dari segi kuantitas tidak sedikit hewan yang
dikurbankan hal ini tentunya juga disesuaikan dengan strata sosial seseorang di
dalam masyarakat Toraja Utara. Retribusi Pajak potong hewan dipungut pada
setiap pemotongan hewan pada upacara adat Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’.
Rambu Tuka’ adalah pesta adat pengucapan syukur, keselamatan, kegembiraan,
kesukaan, dan kebahagiaan. Rambu Solo’ adalah pesta kedukaan, upacara
pemakaman atau kematian. Retribusi Pajak Potong Hewan merupakan salah satu
jenis pajak yang memberikan kontribusi yang paling besar (Okta,2011). Natalia
(2008) menyebutkan bahwa pajak potong hewan tidak potensial sebagai sumber
PAD meskipun kontribusi terhadap PAD mencapai 13% pada tahun 2001-2006
(Natalia, 2008).
Adapun penelitian Dengen (2005) menyatakan bahwa pemungutan pajak
potong hewan termasuk efektif yaitu mencapai 73,87% dari target pada tahun
2004 namun penetapan target pajak potong hewan pada tahun tersebut tidak
didasarkan pada potensi riil. Hasil analisis SWOT oleh Dengen (2005)
menyimpulkan perlunya upaya peningkatan penerimaan pajak potong hewan
dengan meningkatkan pengawasan, melakukan pemeriksaan dan pencocokan
laporan penerimaan pajak dari pemungut pajak dengan pelaksana upacara adat,
peningkatan manajemen sumber daya manusia, dan perubahan tarif pajak.
Kesimpulan ini relevan dengan fenomena ketidakpercayaan masyarakat terhadap
pengendalian intern dalam sistem pemungutan retribusi tersebut. Lebang,
Inspektur Daerah Tana Toraja mensinyalir adanya peluang kebocoran yang besar
dalam sistem tersebut yang menghambat penerimaan daerah (tempo online,
1990). Namun penilitian Manukallo (2005) menyimpulkan bahwa tidak terdapat
kelemahan dalam Sistem Pemungutan Pajak Potong Hewan dari Pesta Adat Tana
Toraja. Penelitian tersebut dilakukan dengan penelitian lapangan dan wawancara,
3
namun pada penelitian lapangan yang dilakukan hanya mengumpulkan data dari
BPKD Kabupaten Tana Toraja dan hanya melakukan wawancara dengan bidang
pendapatan daerah, tanpa mengamati secara langsung aktivitas-aktivitas yang
terjadi dan pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam Sistem Pemungutan Pajak
Potong Hewan Pesta Adat Tana Toraja tersebut.
Penelitian ini hendak menambahkan pendekatan dalam menganalisis
sistem pemungutan retribusi potong hewan dengan melakukan observasi dan
rekonsiliasi data. Adapun rumusan persoalan penelitian adalah: (1) Bagaimana
sistem akuntansi penerimaan Retribusi Potong Hewan yang diterapkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara? (2) Bagaimana sistem pengendalian
intern (SPI) dalam sistem akuntansi penerimaan Retribusi Potong Hewan di
Toraja Utara?. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada
masyarakat dan memberi masukan kepada Pemerintah mengenai kelemahan
pengendalian internal dalam sistem pemungutan retribusi potong hewan untuk
menjadi pertimbangan dalam pengelolaan sumber PAD tersebut.
2. TELAAH LITERATUR
2.1 Regulasi Pajak dan Retribusi Daerah
Secara umum, pajak dan retribusi daerah adalah komponen terbesar dalam
PAD pemda-pemda di Indonesia. Namun, Undang-undang nomor 28 tahun 2009
telah membatasi jenis pajak yang dapat dipungut sebagai pajak di daerah. Adapun
batasan jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota adalah
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan,
pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang
burung walet, PBB, dan BPHTB. Sedangkan jenis retribusi disebutkan dapat
berupa retribusi umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perijinan tertentu.
Pengelolaan PAD termasuk penerimaan pajak dan retribusi harus
dilakukan secara transparan dan akuntabel. Sehubungan dengan itu Permendagri
No. 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah memberi
4
panduan pengembangan sistem akuntansi untuk pengelolaan keuangan di daerah.
Permendagri No. 13 tahun 2006 memberi panduan umum pengelolaan sistem
akuntansi yang terbagi atas atas empat prosedur akuntansi, yaitu: prosedur
akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, asset tetap, dan selain kas. Meskipun
demikian penjabaran lebih lanjut harus dituangkan dalam berbagai peraturan di
daerah.
Retribusi Rumah Potong Hewan yang diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Toraja Utara Nomor 15 Tahun 2011 yang termasuk didalamnya
Retribusi Potong Hewan pada Acara Adat Toraja Utara yang memberikan
sumbangan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan hal tersebut,
Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara menetapkan besarnya tarif Retribusi
berdasarkan jenis Hewan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tarif Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Jenis
No Jenis Ternak Tarif
1 Kerbau
a. Kerbau Belang (Saleko Bonga)
b. Kerbau Kebiri (Balian)
c. Kerbau Hitam (Pudu’, Todi’, Sambao’)
Rp. 750.000 / ekor
Rp. 500.000 / ekor
Rp. 200.000 / ekor
2 Sapi Rp. 100.000 / ekor
3 Kuda Rp. 100.000 / ekor
4 Rusa Rp. 75.000 / ekor
5 Babi Rp. 75.000 / ekor
6 Kambing Rp. 45.000 / ekor
Peerimaan dari Retribusi Potong Hewan dibagi untuk Kas Daerah, Kas
Lembang/Lurah, dan Kas Kecamatan.
5
2.2 Sistem Pengendalian Intern (SPI) Dalam Sistem Akuntansi Penerimaan
Sistem pengendalian intern yaitu suatu sistem yang meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Sistem
akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan
sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh
manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Sistem Akuntansi
penerimaan kas adalah suatu kesatuan untuk mengumpulkan dan mencatat
transaksi yang dapat membantu dalam menangani penerimaan kas (Mulyadi
2001). Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk menghasilkan laporan
keuangan saja, tetapi juga menghasilkan pengendalian (Mulyadi 2001:3). Sistem
pengendalian intern yang diterapkan pada sistem akuntansi sangat berguna untuk
mencegah dan menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Sistem pengendalian intern
juga dapat digunakan untuk mengecek kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga
dapat dikoreksi.
Sistem pengendalian intern yang dirancang dengan baik terhadap struktur
organisasi yang didalamnya terdapat pembagian tanggungjawab fungsional
kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pokok perusahaan, seperti pemisahan fungsi operasional, fungsi penyimpanan dan
fungsi pencatatan. Salah satu aktiva yang dimiliki perusahaan adalah kas. Kas
perlu mendapat perhatian tersendiri, karena sifatnya yang sangat mudah
dipindahtangankan dan tidak dapat dibuktikan kepemilikannya. Dengan keadaan
ini tentunya akan mendorong perusahaan untuk melakukan pengendalian intern
terhadap penerimaan kas. Sistem pengendalian intern pada Penerimaan Retribusi
Potong Hewan dilaksanakan untuk menghindari terjadinya kebocoran pada
penerimaan kas dan juga untuk mengetahui apakah sistem manajemen yang
dilaksanakan efektif atau tidak. Penerimaan kas harus dilakukan seteliti mungkin,
karena hasil dari pemungutan retribusi digunakan sesuai dengan tujuan, yakni
mensejahterakan masyarakat.
6
Secara umum unsur sistem pengendalian intern yang baik dalam suatu sistem
akuntansi menurut Mulyadi (2001) :
1. Penggunaan Wewenang Secara Tepat
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari
pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi
tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang
mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap
transaksi. Dengan adanya pembagian wewenang ini akan mempermudah
jika akan dilakukan audit trail, karena otorisasi membatasi aktivitas
transaksi hanya pada orang-orang yang terpilih. Otorisasi mencegah
terjadinya penyelewengan transaksi kepada orang lain.
2. Pembagian Tugas
Pembagian tugas memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi
akuntansi (pencatatan). Dan suatu fungsi tidak boleh melaksanakan semua
tahap suatu transaksi. Dengan pemisahakn fungsi operasi dan
penyimpanan dari fungsi pencatatan, catatan akuntansi yang disiapkan
dapat mencerminkan transaksi yang sesungguhnya terjadi pada fungsi
operasi dan fungsi penyimpanan. Jika semua fungsi disatukan, akan
membuka kemungkinan terjadinya pencatatan transaksi yang sebenarnya
tidak terjadi, sehingga informasi akuntansi yang dihasilkan tidak dapat
dipercaya kebenarannya, dan sebagai akibatnya kekayaan organisasi tidak
terjamin keamanannya.
3. Dokumen dan Catatan yang Memadai
Prosedur harus mencakup perancangan dan penggunaan dokumen dan
catatan yang memadai untuk membantu meyakinkan adanya pencatatan
transaksi dan kejadian secara memadai. Prinsip tertentu menandai
penggunaan dokumen dan catatan yang memadai adalah dengan
memberikan nomor urut, dibuat pada saat yang sama ketika terjadi
transaksi atau segera sesudahnya (mempunyai ketepaan waktu, dan dibuat
cukup sederhana agar benar-benar mudah dimengerti. Selanjutnya
dokumen dan catatan yang memadai akan menghasilkan informasi yang
7
teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan dan
biaya suatu organisasi.
4. Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan
Keamanan yang memadai meliputi pembatasan akses ke tempat
penyimpanan aset dan catatan perusahaan untuk menghindari terjadinya
pencurian aset dan data/informasi perusahaan. Contohnya adalah dengan
mengunci pintu ruangan dan terminal komputer, ruang penyimpanan
berkas data yang cukup untuk melindungi dari kehilangan.
5. Pengecekan independen terhadap kinerja
Semua catatan mengenai aktiva yang ada harus dibandingkan (dicek)
secara periodik dengan aktiva yang ada secara fisik. Pengecekkan ini harus
dilakukan oleh suatu unit organisasi yang independen dengan mengecek
kecermatan data antara hasil dua orang atau lebih atas satu transaksi yang
sama, namun tidak saling mempengaruhi karena mereka bekerja tidak
terkait (selain unit fungsi penyimpanan, unit fungsi operasi dan unit fungsi
pencatatan) untuk menjaga objektivitas pemeriksaan.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara wawancara dan observasi. Wawancara
dilakukan kepada petugas terkait pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dan panitia penyelenggara acara adat.
Observasi transaksi yang menimbulkan pendapatan retribusi potong hewan
dilakukan di tiga Desa berbeda yaitu: Bori’ (Simbuang), To’Yasa (Akung),
dan Karua (To’ Tabang). Observasi aktivitas mencakup aktivitas petugas
pemungut Retribusi dan Wajib Pajak yang ada pada lokasi Pemungutan
Retribusi Potong Hewan di Kabupaten Toraja Utara. Penelitian dilakukan
8
hanya di tiga Desa dikarenakan keterbatasan waktu penelitian dan pada saat
penelitian ini berlangsung acara adat yang melakukan kegiatan pemotongan
hewan terjadi di tiga Desa tersebut. Data yang diperoleh berupa data jumlah
hewan yang dipotong dalam acara adat tersebut, pembayaran, dan mekanisme
pembayaran tarif Retribusi Potong Hewan, pihak-pihak yang terlibat dalam
aktivitas pemungutan Retribusi, dan dokumen-dokumen yang digunakan
dalam penerimaan Retribusi.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan yaitu struktur organisasi terkait fungsi
penerimaan Retribusi Potong Hewan, Prosedur, Dokumen dan Catatan
pemungutan Retribusi, dan Peraturan Daerah tentang Retribusi Potong Hewan
pada Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
Pemerintah Kabupaten Toraja Utara.
3.2 Metode Analisis
Metode analisis data yaitu analisis kualitatif mengenai SPI dalam Sistem
Penerimaan Retribusi Potong Hewan. Langkah analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Mengidentifikasi komponen sistem akuntansi dalam sistem
penerimaan retribusi potong hewan
2. Menggambarkan flowchart dari prosedur penerimaan retribusi potong
hewan
3. Mengidentifikasi keberadaan SPI dalam sistem penerimaan retribusi
potong hewan dengan mengacu pada prinsip-prinsip SPI menurut
Mulyadi
9
4. DATA DAN ANALISIS
4.1 Transaksi Penerimaan Retribusi Potong Hewan Pemerintah Kabupaten
Toraja Utara
Retribusi Potong Hewan dipungut pada lokasi tempat dilaksanakannya
Upacara Adat. Bagian yang terkait transaksi penerimaan Retribusi Potong Hewan
adalah Wajib Pajak, Petugas dan Kolektor Lembang/Lurah, Kapolsek, Petugas
Kecamatan, Bendahara Khusus Penerima DPPKAD, Bank, dan Bagian Akuntansi.
Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan mencakup aktivitas berikut ini :
a. Pengajuan Izin oleh Wajib Pajak yang akan menyelenggarakan kegiatan
Potong Hewan
b. Penetapan Retribusi Potong Hewan
c. Pembayaran retribusi
d. Penyetoran
e. Pembukuan
Penerimaan Retribusi mulai saat ada pembayaran Retribusi Potong Hewan oleh
Wajib Pajak kepada petugas suatu Lurah/Lembang. Kemudian hasil dari
Penerimaan Retribusi tersebut disetor kepada petugas Kecamatan, lalu petugas
Kecamatan yang menyetorkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja
Utara lalu melakukan pembukuan.
Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan akan dijabarkan di bawah ini.
a. Pengajuan izin dilakukan oleh Wajib Pajak yang hendak melakukan kegiatan
Potong Hewan kepada petugas Lembang/Kelurahan yang kemudian akan
diberi surat pengantar oleh petugas Lembang/Lurah kepada petugas
Kecamatan untuk penguruasan Surat Izin Potong Hewan
b. Piutang Retribusi timbul ketika di dalam Surat Izin Potong Hewan tertulis
jumlah Hewan yang akan dipotong. Surat Izin Potong Hewan hanya
mencantumkan jumlah Hewan Kerbau. Wajib Pajak dapat melakukan
pembayaran Retribusi Potong Hewan sesuai dengan jumlah dan jenis Hewan
yang akan dipotong.
10
c. Hasil Penerimaan Retribusi yang dipungut oleh petugas Lembang/Lurah
kemudian disetorkan kepada petugas Kecamatan, dan petugas Kecamatan
menyetorkan kepada Bendahara Khusus Penerima DPPKAD.
d. Dari hasil setoran Retribusi Potong Hewan kemudian akan dibuat Pembukuan
oleh Bagian Akuntansi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah.
4.2 Deskripsi Komponen SPI dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong
Hewan di Toraja Utara
Identifikasi unsur-unsur SPI dalam sistem akuntansi penerimaan Retribusi
Potong Hewan adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan Wewenang
Dalam unsur organisasi pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPPKAD) ada Struktur Organisasi yang dapat menunjukkan
kelompok Bidang dan jabatan dalam Organisasi. Beberapa Bidang yang
terkait dalam Penerimaan Retribusi Potong Hewan yaitu Bidang Akuntansi
dan Bidang Penagihan. Dalam struktur Organisasi Pada Bagian Akuntansi
terdapat tiga orang yang masing-masing memiliki fungsi, yaitu dua orang
tenaga komputer dan satu orang tenaga admin. Sedangkan pada bagian
penagihan terdapat 25 orang yang dimana dua orang bertugas sebagai tenaga
Komputer dan dua puluh tiga orang bertugas sebagai kolektor/penagih. Setiap
bagian menggunakan wewenang sesuai dengan batasan otorisasi yang ada.
Dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan, Otorisasi pada tiap
transaksi selalu dilakukan dengan menggunakan dokumen yang telah
ditandatangani dan di stempel sebagai bukti bahwa dokumen telah diotorisasi.
2. Pembagian Tugas
Dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan fungsi Operasi dilakukan
oleh Petugas Lembang dan Petugas Kecamatan yang berfungsi untuk
menagih dan mengumpulkan jumlah Penerimaan Retribusi pada tempat
diselenggarakan kegiatan Potong Hewan. Fungsi Penyimpanan dalam Sistem
Penerimaan Retribusi Potong Hewan dilakukan oleh Bendahara Khusus
11
Penerima DPPKAD untuk kemudian disimpan ke Bank. Fungsi Pencatatan
dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan dilakukan oleh Bagian
Akuntansi untuk kemudian membuat Daftar Laporan Realisasi Pendapatan.
3. Dokumen dan Catatan
a. Dokumen
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam Sistem Penerimaan Retribusi
Potong Hewan adalah:
1. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)
Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau yang lebih dikenal
dengan dokumen Karcis merupakan lembaran yang berisi nominal
Pajak terutang sesuai dengan jenis hewan yang dipotong. Lembaran ini
terdiri dari dua bagian, yaitu lembaran yang disobek untuk Wajib Pajak
dan lembar kedua yang disebut Bonggol Karcis untuk Bendahara
Khusus Penerima di DPPKAD. Baik lembaran karcis yang disobek
maupun Bonggol karcis sudah ditandatangani oleh Kepala DPPKAD
sebagai bukti otorisasi. Hal ini berarti karcis tersebut sah.
2. Surat Izin Pemotongan Hewan
Didalam perda disebutkan mengenai Surat Pendaftaran Objek
Retribusi Daerah (SPORD) yakni surat khusus yang hanya ditujukan
atas pemotongan hewan Kerbau yang dikeluarkan oleh Kecamatan
kepada Lembang/Lurah sebagai acuan jumlah hewan yang dipotong
dalam penyelenggaraan Upacara Adat. Dalam prakteknya surat ini
disebut sebagai Surat Izin Pemotongan Hewan. Surat ini terdiri dari
satu rangkap sebagai arsip Kecamatan yang bersangkutan. Sebagai
tembusan, surat ini disampaikan kepada Kepala DPPKAD Toraja
Utara, Kepala Inspektorat Toraja Utara, Kepala Sub. Dinas Pertanian
& Kehutanan Kab. Toraja Utara, Kepala Dinas Pariwisata, Perhub &
Infokom Kab. Toraja Utara, Kapolsek Kecamatan yang bersangkutan,
dan Kepala Lembang yang bersangkutan.
12
3. Surat Setoran Retribusi Potong Hewan
Surat Setoran Retribusi Potong Hewan merupakan surat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau
penyetoran Retribusi yang terhutang ke Kas Daerah atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Bupati. Dokumen ini terdiri dari 4 rangkap yaitu
lembar pertama (asli) bagi Wajib Pajak, lembar kedua bagi Bidang
Akuntansi, lembar ketiga bagi Baidang Penagihan , lembar keempat
bagi Bendahara Khusus Penerima.
4. Surat Tanda Setoran (STS)
Surat Tanda Setoran merupakan bukti yang diberikan oleh Kas Daerah
atas penyetoran Retribusi Derah yang tercantum dalam SKRD.
Dokumen ini terdiri dari 5 rangkap yaitu lembar pertama (asli)
Bendaharawan Khusus Penerima, lembar kedua untuk Bagian
Keuangan, lembar ketiga untuk DPPKAD Kabupaten Toraja Utara,
lembar keempat untuk Inspektorat Wilayah Kabupaten, lembar kelima
untuk Pemegang Kas.
Dengan adanya dokumen tersebut, Penerimaan Retribusi Potong
Hewan dapat diamati. Selain itu adanya perangkapan dokumen
mempermudah bidang yang terkait yang dapat dijadikan sebagai alat
periksa antara bidang yang terkait.
b. Catatan
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penerimaan Retribusi oleh
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD),
antara lain:
a. Buku Kas
Buku ini merupakan buku yang berisi mengenai rekap penerimaan
harian dan merupakan buku Tanda Setoran Retribusi Potong Hewan
tiap Kecamatan. Buku ini dipakai untuk mencatat penerimaan yang
terjadi dan dibuat oleh Bendahara Khusus Penerima.
13
b. Buku Besar
Buku ini merupakan buku Tanda Bukti Setoran atau Buku Bantu
Umum yang memuat tentang rincian objek bulanan. Buku ini dibuat
dan diisi oleh Bendahara Khusus Penerima serta digunakan sebagai
catatan mengenai laporan keuangan Daerah.
4. Keamanan yang Memadai
Dalam menjamin dan melindungi hartanya Dinas melakukan pengamanan
dengan cara, yaitu adanya pengendalian fisik terhadap kekayaan dengan
menggunakan almari besi untuk menyimpan uang hasil Penerimaan Retribusi
Potong Hewan sebelum di setor ke Bank dan juga dalam Pemungutan Retribusi
pada tiap Lembang/Lurah keamanan di jaga dengan pengawasan Polisi.
5. Pengecekan
Pengecekan jumlah setoran dengan SKRD dilakukan Dinas pada tiap akhir
tahun saat petugas Lembang/Lurah menyerahkan kembali Bonggol SKRD yang
telah habis digunakan. Kecamatan juga tidak melakukan pengecekan kembali
karena petugas Lembang hanya menyerahkan Uang hasil Penerimaan Retribusi
tanpa disertai dengan bukti yaitu Bonggol SKRD.
Berikut ini deskripsi prosedur penerimaan retribusi potong hewan
berdasarkan praktek yang terjadi yang juga disajikan dalam bentuk flowchart
sebagaimana disajikan pada lampiran 1 dan lampiran 2. Prosedur tersebut
dapat dibedakan atas dua sub prosedur yaitu Sub Prosedur Penerimaan
Petribusi Potong Pewan Perdasarkan Surat Izin Potong Hewan dan Sub
Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk pemotongan yang Tidak
Termasuk Dalam Surat Ijin Potong Hewan.
a) Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Surat
Izin Potong Hewan
Prosedur Penerimaan mulai dari pemungutan Retribusi sampai
penyetoran ke Kas Daerah adalah sebagai berikut (Lampiran 1):
14
1. Wajib Pajak menerima lembar data atas laporan kepada Petugas Lembang
bahwa akan melaksanakan Acara Adat yang melakukan kegiatan Potong
Hewan.
2. Wajib Pajak mengisi lembaran mengenai data Wajib Pajak lalu
menyerahkan kepada Petugas Lembang.
3. Petugas Lembang membuat surat pengantar permohonan Izin Potong
Hewan ke Kecamatan dan permohonan izin keramaian pada Kapolsek dari
lembar data Wajib Pajak.
4. Berdasarkan surat pengantar dari Lembang tersebut, Kecamatan
mengeluarkan Surat Izin Potong Hewan dan Kapolsek mengeluarkan Surat
Izin Penyelenggaran Kegiatan. Surat Izin Potong Hewan terdiri dari 1
rangkap sebagai arsip Kecamatan yang bersangkutan. Sebagai tembusan,
surat ini disampaikan kepada Kepala DPPKAD Kab. Toraja Utara, Kepala
Inspektorat Kab. Tiraja Utara, Kepala Sub Din Pertanian & Kehutanan
Kab. Toraja Utara, Ka. Dinas Pariwisata,Perhub & Infokom Kab. Toraja
Utara, Kapolsek Kec.yang bersangkutan, Kepala Lembang/Lurah yang
bersangkutan. Surat Izin Penyelenggaraan Kegiatan sebagai tembusan,
surat ini disampaikan kepada Kapolres Tana Toraja, Kasat Intelkam Res
Tator, Kepala Lembang/Lurah yang bersangkutan.
5. Selanjutnya tembusan Surat Ijin kepada Aparat Lembang/Lurah tersebut
diserahkan oleh Kolektor Kecamatan kepada Kolektor Lembang/Lurah
yang sudah ditempatkan pada Pos Pemungutan Retribusi Potong Hewan.
6. Kolektor Lembang menghitung jumlah Retribusi yang harus dibayar
Wajib Pajak berdasarkan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, Kolektor menyobek SKRD
sebagai bukti pembayaran Retribusi Potong Hewan. SKRD ini terdiri dari
2 bagian yaitu Lembar yang disobek diserahkan kepada Wajib Pajak dan
Bonggol Karcis kepada Bendaharawan Khusus Penerima DPPKAD yang
diserahkan pada akhir tahun.
7. Hasil Penerimaan Retribusi Potong Hewan yang di terima Aparat
Lembang/Lurah selanjutnya diserahkan kepada Petugas Kecamatan
15
beserta dengan surat pengantar hasil Penerimaan Retribusi, lalu Petugas
Kecamatan akan mencatat jumlah Penerimaan Retribusi Potong Hewan ke
dalam buku catatan khusus Setoran Retribusi Potong Hewan berdasarkan
surat pengantar dari Lembang/Lurah. Petugas Kecamatan menyetor hasil
Penerimaan Retribusi Potong Hewan kepada Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Derah (DPPKAD) Kabupaten Toraja
Utara dengan membawa buku catatan khusus Kecamatan.
8. Selama ada penyetoran kepada Bendahara Khusus Penerima DPPKAD,
maka BPK mengeluarkan Surat Setoran Retribusi Potong Hewan yang
dibuat rangkap 4, selanjutnya lembar asli diserahkan kepada Wajib Pajak
yaitu petugas Kecamatan. Lembar kedua untuk Bidang Akuntansi, lembar
ketiga untuk Bidang Penagihan dan lembar keempat untuk BKP
DPPKAD.
9. Berdasarkan Surat Setoran Retribusi Potong Hewan tersebut, Bendahara
Khusus Penerima DPPKAD mencatat penerimaan tersebut kedalam Buku
Rekap Penerimaan Harian. Selanjutnya membuat Surat Tanda Setoran
yang dibuat rangkap 5 dan lembar asli diserahkan kepada BKP. Lembar
kedua oleh Bagian Akuntansi, lembar ketiga untuk Bgian Penagihan,
lembar keempat dan lembar kelima untuk Bank.
10. Selanjutnya Surat Tanda Setoran dibawa ke Bank sebagai bukti tanda
setoran oleh Bendahara Khusus Penerima. STS lembar empat dan lima
akan disimpan oleh Bank dan Bank akan mengembalikan lembar satu,dua
dan tiga serta memberikan Slip Setoran Bank sebagai bukti setor kepada
BKP.
11. BKP akan membuat Rincian Objek Bulanan dari STS dan Slip setoran
Bank. Selanjutnya Bidang Akuntansi membuat Daftar Laporan Realisasi
Pendapatan.
16
b) Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk pemotongan
yang Tidak Termasuk Dalam Surat Izin Potong Hewan
Prosedur ini berkaitan dengan dimungkinkannya melakukan pemotongan
hewan diluar yang telah disebutkan dalam surat Ijin Potong Hewan. Umumnya
digunakan untuk pemotongan hewan babi karena jumlah yang akan dipotong
belum disebutkan dalam surat izin potong hewan untuk suatu penyelenggaraan
acara adat. Prosedur ini memiliki bagian yang sama dengan Prosedur
Berdasarkan Surat Izin mencakup Prosedur nomor 1 sampai 2 dan prosedur
nomor 6 sampai 11 (Lampiran 2). Perbedaannya dengan Prosedur Penerimaan
Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Surat Izin Potong Hewan terletak pada
pembuatan Surat Izin yang hanya ditujukan bagi pemungutan Retribusi atas
hewan Kerbau. Sebelum diadakan pemotongan hewan, Wajib Pajak terlebih
dahulu melaporkan jumlah hewan Kerbau yang akan dipotong kepada
Kecamatan. Setelah itu akan dibuat Surat Izin sebagai acuan Kolektor
Lurah/Lembang saat pemotongan hewan dilaksanakan. Sedangkan pada
prosedur hewan selain Kerbau, pemotongan hewan langsung dilaksanakan
setelah dilakukan pembayaran Retribusi oleh Wajib Pajak tanpa pembuatan
Surat Izin terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan karena adanya toleransi pada
budaya.
4.3 Analisis Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi
Penerimaan Retribusi Potong Hewan
Analisis keberadaan SPI dalam Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi
Potong Hewan adalah sebagai berikut:
17
Tabel 4.1
Sistem Pengendalian Intern Dalam
Sistem Akuntansi Penerimaan Retribusi Potong Hewan
Indikator SPI Dilakukan Kadang-
kadang
Tidak
dilakukan
Keterangan Saran
1.Penggunaan
Wewenang Secara
Tepat
Otorisasi dari
Pejabat yang
memiliki
wewenang pada
dokumen:
SKRD
(karcis)
Surat Izin
Potong
Hewan
Penggunaan wewenang secara
tepat untuk otorisasi telah
dilakukan dalam Sistem
Penerimaan Retribusi Potong
Hewan:
Selalu menggunakan
Dokumen SKRD
dengan cetakan yang
telah di tandatangani
Bupati Toraja Utara
dan Ketua DPPKAD
Toraja Utara dengan
pemberian stempel
oleh Bendahara
Barang Berharga
sebagai bukti dokumen
telah diotorisasi.
Setiap Dokumen Surat
Izin Potong Hewan
yang dikeluarkan oleh
Kecamatan telah
diotorisasi dengan
bukti telah
18
Surat Setoran
Retribusi
Potong
Hewan
Surat Tanda
Setoran
Penggunaan
wewenang sesuai
struktur organisasi
ditandatangani oleh
Camat setempat.
Surat Setoran Retribusi
Potong Hewan selalu
diotorisasi dengan
adanya tanda tandan
oleh Petugas
Kecamatan yang
menyetor dan
tandatangan oleh
Bendahara Khusus
Penerima serta Cap
dan tanda tangan pada
bagian penyimpanan
kas.
Surat Tanda Storan
yang dikeluarkan
selalu diotorisasi
dengan tandatangan
Bendahara Khusus
Penerima.
Penggunaan wewenang secara
struktur organisasi belum
sepenuhnya dilakukan dalam
Sistem Penerimaan Retribusi
Potong Hewan:
− Bagian Penagihan
tidak selalu secara
langsung mengawasi
penerimaan retribusi di
tempat kegiatan
Potong khususnya
apabila ada kegiatan
yang terjadi bersamaan
Pihak DPPKAD
sebaiknya melakukan
evaluasi sistem yang
memungkinkan efektivitas
dan efisiensi fungsi
penagihan misalnya
dengan memaksimalkan
fungsi petugas penagihan
19
di beberapa lokasi
sedangkan petugas
tidak mencukupi .
di tingkat kecamatan dan
lembang.
2.Pembagian Tugas
Pembagian tugas
dipisahkan sesuai
dengan fungsinya
fungsi
Operasi
dipisahkan
dengan fungsi
Penyimpanan
dan fungsi
Pencatatan
Pembagian tugas dengan
fungsi terpisah belum
sepenuhnya dilakukan dalam
Sistem Penerimaan Retribusi
Potong Hewan:
Belum ada Peraturan Daerah
yang mengatur dengan jelas
mengenai pembagian tugas
tidak dapat dievaluasi
kepatuhannya. Namun dalam
praktek, fungsi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
Fungsi Operasi
dilakukan oleh Petugas
Lembang dan Petugas
Kecamatan yang
berfungsi untuk
menagih dan
mengumpulkan jumlah
Penerimaan Retribusi
pada tempat
diselenggarakan
kegiatan Potong
Hewan.
Fungsi Penyimpanan
dilakukan oleh
Bendahara Khusus
Penerima di DPPKAD
Sebaiknya ditetapkan
Standar Operating
Prosedur (SOP) yang
dapat secara jelas
mengatur tata kerja dan
fungsi masing-masing
pejabat terkait.
20
untuk kemudian
disimpan ke Bank.
Fungsi Pencatatan
dilakukan oleh Bagian
Akuntansi di
DPPKAD yang juga
befungsi membuat
Daftar Laporan
Realisasi Pendapatan.
3.Dokumen dan
Catatan yang
Memadai
Perancangan
dokumen dan
catatan yang
memadai
SKRD
(karcis)
Surat Izin
Potong
Hewan
Perancangan dokumen dan
catatan telah memadai dalam
Sistem Penerimaan Retribusi
Potong Hewan:
Dokumen SKRD telah
memiliki format yang
memadai dengan
pemberian tanggal dan
nomor urut pada tiap
lembar dokumen.
− Surat Izin Potong
Hewan dalam
formatnya telah
memadai dengan
menggunakan nomor
seri dan tanggal saat
dikeluarkannya surat
Izin Potong Hewan.
21
Surat Setoran
Retribusi
Potong
Hewan
Surat Tanda
Setoran
Buku Kas
− Buku Besar
Perancangan dokumen
yang memadai telah
dilakukan pada
dokumen Surat
Setoran Retribusi
Potong Hewan dengan
memberikan tanggal
dan nomor urut pada
dokumen sesuai
dengan waktu saat
dokumen dikeluarkan.
− Surat Tanda Setoran
telah menggunakan
perancangan yang
memadai dengan
pemberian tanggal dan
nomor urut saat
dokumen dikeluarkan.
− Buku kas telah dibuat
dengan perancangan
yang memadai yang
berfungsi sekaligus
sebagai jurnal dan
telah dibuat dengan
format yang sederhana.
− Perancangan catatan
Buku Besar telah
memadai pada
formatnya dengan
memiliki ketetapan
waktu pembukuannya.
22
Penggunaan
dokumen dan
catatan yang
memadai
SKRD
(karcis)
Surat Izin
Potong
Hewan
Surat Setoran
Retribusi
Potong
Hewan dan
Surat Tanda
Penggunaan
dokumen dan catatan
belum sepenuhnya
memadai karena
masih ada bagian
yang belum
sepenuhnya
dilakukan:
− Pembuatan dokumen
SKRD kadang-kadang
tidak dilakukan segera
pada saat terjadinya
transaksi khususnya
aktivitas pemotongan
hewan yang dilakukan
diluar jadwal
penerimaan tamu adat
(saat umumnya terjadi
pemungutan retribusi).
− Surat Izin Potong
Hewan hanya memuat
tagihan pajak untuk
objek pajak berupa
hewan kerbau dan
tidak untuk jenis
hewan lainnya.
− Dokumen Surat
Setoran Retribusi
Potong Hewan dan
Surat Tanda Setoran
dalam penggunaannya
Sebaiknya dokumen
SKRD segera dibuat pada
saat teridentifikasi
timbulnya objek pajak dan
disosialisasikan dengan
intensif kepada
masyarakat untuk selalu
meminta SKRD sebagai
bukti pembayaran pajak
pada saat membayar
pajak.
Dilakukan pengawasan
secara intensif di lokasi
pemungutan pajak dan
sosialisasi intensif kepada
masyarakat untuk selalu
meminta SKRD sebagai
bukti pembayaran pajak
pada saat membayar
pajak.
23
Setoran
− Buku Kas
− Buku Besar
sudah memadai karena
dokumen selalu
dikeluarkan bersamaan
saat terjadi transaksi.
Pencatatan kedalam
Buku kas selalu
dilakukan pihak
DPPKAD dengan
mencatat setiap
penerimaan kas dan
setiap transaksi yang
terjadi dalam Buku
rekap harian
penerimaan Retribusi
Potong Hewan .
Penggunaan catatan
Buku Besar telah
dilakukan dengan
selalu mencatat setiap
setoran yang dilakukan
ke dalam Buku tanda
bukti setoran yang
memuat rincian objek
bulanan.
4.Keamanan yang
memadai
Pembatasan akses
dan penyimpanan
aset dan catatan
untuk
Pembatasan akses dan
penyimpanan aset dan catatan
untuk menghindari terjadinya
pencurian belum sepenuhnya
24
menghindari
terjadinya
pencurian
uang hasil
Penerimaan
Retribusi
Pengamanan
oleh aparat
keamanan
dilakukan:
Penerimaan retribusi
oleh petugas lapangan
(petugas lembang dan
kecamatan) tidak
selalu disetorkan ke
DPPKAD dalam
waktu 24 jam
sebagaimana diatur
dalam Perda.
Alasannya adalah
untuk efisensi waktu
dan biaya ke DPPKAD
khususnya di lokasi
pemungutan pajak
yang jauh dari kota
Kabupaten. Shubungan
dengan itu apabila
terjadi kegiatan adat
yang bersamaan
disuatu
desa/kecamatan maka
penyetorannya
menunggu selesainya
semua acara tersebut.
Polisi selalu
melakukan
pengamanan di lokasi
pemungutan pajak dan
pada saat Bendahara
khusus penerimaan
DPPKAD
menyetorkan kas ke
- Menyediakan
tempat yang aman
untuk penyimpanan
sementara dan
brankas yang hanya
bisa diakses petugas
lapangan terkait.
- Petugas kecamatan
harus hadir pada
saat pelaksanaan
kegiatan dan bila
waktu selesainya
acara masih
memungkinkan
melakukan
25
Pengamanan
catatan
bank.
Kecuali untuk
penyetoran pemungut
pajak di lembang ke
kecamatan dan dari
kecamatan ke
DPPKAD tidak
dilakukan pengawalan
oleh polisi.
Bonggol karcis
(SKRD) disimpan
oleh petugas
lembang.
Buku catatan khusus
penerimaan potong
hewan disimpan oleh
petugas kecamatan.
Catatan penerimaan
kas dibuat oleh
Bendahara Khusus
Penerimaan .
penyetoran ke
DPPKAD maka
segera disetor
dengan dikawal
polisi. Namun jika
tidak bisa maka
polisi sebaiknya
mengawal petugas
kecamatan ke lokasi
penyimpanan kas
sementara
kecamatan.
- Perlu
dipertimbangkan
kebijakan khusus
penyimpanan
sementara untuk
wilayah yang
terkategori sangat
jauh dari lokasi
DPPKAD untuk
efisensi biaya
pengiriman kas.
26
5.Pengecekan
Semua catatan
mengenai aktiva
dibandingkan
secara periodik
dengan aktiva
yang ada secara
fisik
Lembang/
Lurah
− Kecamatan
Pengecekan semua catatan
secara periodikdengan aktiva
yang ada belum sepenuhnya
dilakukan:
− Petugas Lembang
kadang melakukan
pengecekan jumlah
penerimaan kas
berdasarkan Bonggol
Karcis dengan jumlah
Uang hasil pungutan
Retribusi Potong
Hewan sebelum
diserahkan kepada
Petugas Kecamatan .
Pada akhir tahun pada
saat penyerahan
bonggol karcis
(SKRD) oleh petugas
lembang ke
kecamatan kadangkala
dilakukan pengecekan
kesesuaian bonggol
dengan catatan khusus
penerimaan di
kecamatan oleh
petugas kecamatan.
- Pengecekan
sebaiknya selalu
dilakukan sebelum
menyetorkan kas
kepada petugas
Kecamatan.
- Petugas Kecamatan
sebaiknya selalu
melakukan
pengecekan
kesesuaian bonggol
dengan catatan
khusus penerimaan
di kecamatan pada
saat menerima
bonggol tersebut
dari petugas
lembang .
27
− DPPKAD
Pada akhir tahun pada
saat penyerahan
bonggol karcis
(SKRD) oleh petugas
kecamatan ke
DPPKAD selalu
dilakukan pengecekan
kesesuaian bonggol
dengan Catatan
penerimaan kas di
Bendahara Khusus
Penerimaan .
- Sebaiknya
penyerahan bonggol
ke DPPKAD
dilakukan lebih
sering misalnya per
6 bulan untuk
mengurangi
kemungkinan
kesalahan dan
keterlambatan
laporan karena
pemeriksaan
bonggol yang
banyak.
Dari tabel tersebut diatas dapat terlihat beberapa hal dari Sistem Pemungutan
Retribusi Potong Hewan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Toraja Utara masih belum sesuai dengan Sistem yang berjalan atau yang
dilakukan pada lokasi dilangsungkan Upacara Adat Potong Hewan. Dalam
PERDA tentang Retribusi Rumah Potong Hewan yang mengatur tentang
pemungutan Retribusi Potong Hewan, tidak sepenuhnya dilakukan. Kenyataan
yang terjadi antara lain:
1) Penggunaan Wewenang Secara Tepat
Dalam Struktur Organisasi Bagian Penagihan memiliki tugas dan fungsi
sebagai pengawas dalam hal ini seharusnya Bagian Penagihan dari DPPKAD
ada yang turun langsung pada tempat dilaksanakannya kegiatan Potong
Hewan untuk mengawasi secara langsung pemungutan Retribusi yang
dilakukan oleh petugas Lembang dan kecamatan. Pada kenyataannya anggota
Bagian Penagihan DPPKAD tidak berada di tempat pemungutan Retribusi saat
ada kegiatan Potong Hewan. Seperti yang dikatakan oleh narasumber pada
DPPKAP hal ini terjadi dengan alasan karena seringkali kegiatan Potong
28
Hewan dilakukan dibeberapa Desa berbeda dalam waktu yang bersamaan dan
jumlah anggota Bagian Penagihan juga terbatas untuk bisa turun langsung
pada lokasi yang terletak jauh dari kantor DPPKAD.
2) Pembagian Tugas
Dalam Pembagian Tugas khususnya pada Prosedur pemungutan Retribusi
yang ditetapkan tidak sesuai dengan prosedur pemungutan pajak dalam
Peraturan Daerah tersebut. Secara garis besar Peraturan Daerah tersebut
mengatur tentang Retribusi Daerah secara keseluruhan dan Retribusi Potong
Hewan hanya mengikuti prosedur yang kira-kira relevan dengan Retribusi
Potong Hewan sendiri. Hal ini berimplikasi pada ketidakkonsistenan pihak
DPPKAD terhadap Peraturan Daerah yang sudah ditetapkan. Akibatnya pihak
DPPKAD tidak tegas dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,
karena pedoman pemungutan Retribusi Potong Hewan tidak jelas.
3) Dokumen-dokumen dan Catatan
a) Dalam mendata Wajib Pajak untuk pembuatan Surat Izin Potong Hewan
tidak ada perangkapan dokumen format yang baku sehingga hanya dicatat
pada lembaran kertas biasa.
b) Surat Teguran atas keterambatan penyetoran Retribusi oleh kolektor
Kecamatan ke DPPKAD tidak ada, tetapi hanya berupa pemberitahuan
secara lisan. Berdasarkan hasil wawancara, keterlambatan ini terjadi
karena dalam satu Lembang/Lurah biasanya terjadi lebih dari satu upacara
adat sehingga kolektor harus menunggu sampai semua upacara adat
tersebut rampung. Hal ini merupakan indikasi bahwa DPPKAD tidak
konsisten dengan Peraturan Daerah yang sudah ditetapkan yaitu
mengharuskan kolektor Kecamatan menyetor jumlah Raetribusi dalam
jangka waktu 24 jam.
4) Keamanan yang memadai
Keamanan yang memadai terhadap pengendalian uang hasil penerimaan
Retribusi Potong Hewan dilakukan dengan penyimpanan menggunakan almari
besi dan kunci dipegang oleh Bendahara Khusus Penerima. Tetapi keamanan
belum sepenuhnya memadai karena pengamanan oleh aparat dalam Sistem
29
Penerimaan Retribusi hanya dilakukan dengan adanya Pengawasan Polisi saat
dilaksanakannya proses Pemungutan Retribusi Potong Hewan dan saat
Bendahara akan menyetor ke Bank. Tetapi saat petugas Kecamatan menyetor
ke Daerah tidak diawasi oleh Polisi.
5) Pengecekan
Melakukan pengecekan kembali dengan cara mencocokkan kembali SKRD
dengan jumlah pungutan Retribusi bisa saja tidak efektif dilakukan, karena
pelaporannya hanya menggunakan surat pengantar, dan penyerahan Bonggol
SKRD pada DPPKAD baru dilakukan setiap akhir tahun. Jumlah hasil yang
dipungut pada tempat kegiatan Potong Hewan bisa saja tidak sesuai dengan
jumlah yang disetor karena tanpa dilengkapi dengan Bonggol SKRD saat
penyetoran.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis Sistem Pengendalian Intern, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan di Kabupaten Toraja Utara
dapat dikategorikan kedalam dua sub sistem yaitu sub Sistem
Penerimaan Retribusi Potong Hewan Berdasarkan Surat Izin Potongan
hewan, dan sub Sistem Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk hewan
yang belum tercantum dalam Surat Izin potongan hewan.
2. Sistem Pengendalian Intern dalam Sistem Penerimaan Retribusi Potong
Hewan di Toraja Utara pada umumnya masih tergolong lemah karena
penggunaan wewenang, pembagian tugas, dan pengecekan independen
yang belum sepenuhnya dijalankan. Demikian pula penggunaan dokumen
dan pengamanan aktiva yang belum memadai. Sistem Pengendalian
Intern juga memiliki kekuatan dalam hal otorisasi dokumen dan
perancangan dokumen dan catatan yang selalu digunakan dalam Sistem
Penerimaan Retribusi Potong Hewan.
30
5.2 Saran
1. SOP dibakukan dan Flowchart yang telah dibuat bisa direvisi, disempurnakan,
dan dijadikan prosedur yang baku yang dapat digunakan dalam pengawasan
pada aktivitas yang terjadi dalam Penerimaan Retribusi Potong Hewan.
2. Meninjau kembali Peraturan Daerah tentang Retribusi yang tidak sesuai dngan
praktek yang berlaku.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Pengambilan keputusan mengenai keadaan SPI dalam sistem penerimaan kas
dari retribusi potong hewan di Kabupaten Toraja Utara hanya didasarkan pada
kriteria kualitatif (dilakukan, kadang-kadang, tidak dilakukan) belum
didasarkan pada teknik kuantifikasi sehingga bobot frekuensi keterjadiannya
belum bisa ditentukan.
5.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian berikutnya dapat dilakukan dengan melakukan pengujian
frekuensi keterjadian setiap komponen SPI untuk memperbaiki kelemahan
dari penelitian ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
Dengen, Mayer. 2005. “Potensi dan upaya peningkatan pajak potong hewan di
Kabupatan Tana Toraja.
Http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDe
tail&act=,view&typ=html&buku_id=26965&obyek_id=4, Diunduh 16
April 2012.
Manukallo, Ria. 2005. “Pemungutan Pajak Potong Hewan Pesta Adat Tana Toraja
(studi kasus pada BPKP kab. Tana Toraja), Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Satya Wacana.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Salemba Empat.
Natalia, Ade.T. 2008. “Analisis Kontribusi Pajak Potong Hewan Pada Upacara
Adat Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’ Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Tana Toraja”.
Http://Sinta.Ukdw.Ac.Id/Sinta/Search.Jsp?Query=Potong+Hewan&Btnrs
erach=Cari, Diunduh 16 April 2012.
Okta. 2011. “Pajak Hotel dan Restoran Indonesia”. Http://indonesia-
life.info/kolom2/allread/0/oya/reno/40622.html#40835, Diunduh 9 April
2012.
Republik Indonesia. 2009. :Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak dan Retribusi Daerah”.
Tempo Online. 1990. “Nasib Si Kelas Dua”. Http://majalah
.tempointeraktif.com/id/arsip/1990/03/10/NAS/mbm.19900310.NAS18105.i
d.html, Diunduh 26 maret 2012.
32
Lampiran 1
Flowchart Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan Berdasarkan
Izin Potong Hewan
33
34
35
36
37
Lampiran 2
Flowchart Sub Prosedur Penerimaan Retribusi Potong Hewan untuk
pemotongan yang Tidak Termasuk Dalam Surat Izin Potong Hewan
38
39
40
41
Lampiran 3
Panduan Observasi
Melihat Struktur Organisasi dan Tata Kerja pada DPPKAD
Melihat lembaran daerah/peraturan daerah mengenai retribusi Potong Hewan
Mengamati aktivitas saat pendataan Wajib Pajak
Mengamati Prosedur pembuatan Surat Izin Potong Hewan
Mengamati pengawasan yang dilakukan saat dilakukan pemungutan Retribusi
Potong Hewan
Mengamati aktivitas petugas saat penerimaan dan pencatatan uang hasil
pungutan Retribusi
Melihat buku yang digunakan dalam pencatatan
Mengamati aktivitas petugas apakah mencatat setiap kali terjadi transaksi?
Mengamati setiap hewan yang masuk ke lokasi apakah telah membayar dan
menerima karcis?
Mengamati apakah disediakan kotak tersendiri untuk menyimpan uang hasil
pungutan Retribusi?
Mengamati apakah saat pengembalian uang Retribusi menggunakan uang
petugas?
Mengamati bangaimana proses penyimpanan hasil pungutan Retribusi?
Mengamati aktivitas apakah melakukan pengecekan kembali terhadap uang
dan catatan?
42
Lampiran 4
Panduan Wawancara
Bagaimana uraian tugas, jabatan dan fungsi didalam DPPKAD?
Dokumen apa yang digunakan saat pendataan Wajib Pajak?
Apakah pembuatan Surat Izin Potong Hewan dilakukan untuk setiap jenis
hewan yang dipotong?
Apakah ada staff dari DPPKAD yang mengawasi saat kegiatan Potong
Hewan dilaksanakan/
Dalam pencatatan hasil penerimaan Retribusi Potong Hewan Buku apa yang
digunakan?
Apakah petugas yang menagih retribusi telah menyediakan kotak tersendiri
untuk penyimpanan uang hasil pungutan?
Kepada siapa hasil pungutan Retribusi disetorkan?
Dokumen-dokumen apa saja yang ikut diserahkan saat penyetoran?
Berapa lama jangka waktu yang digunakan dalam penyetoran hasil pungutan
Retribusi?
Apakah ada pencatatan yang dilakukan saat penyetoran?
Adakah dokumen yang dikeluarkan saat dilakukan penyetoran?
Bagaimana proses penyimpanan hasil penerimaan Retribusi?
Siapa yang menyimpan hasil Penerimaan?
Apakah dilakukan pengecekan dan pemeriksaan kembali terhadap uang dan
catatan?
Apakah waktu untuk dilakukannya pengecekan sudah ditentukan?
Bagaimana Jenis Laporan yang menjadi sumber informasi atas hasil
pungutan Retribusi Potong Hewan?
Siapa yang membuat Laporannya?
Kepada siapa Laporan didistribusikan?
43
Lampiran 5
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) Kabupaten Toraja Utara
44
Lampiran 6
Dokumen Surat Izin Potong Hewan
45
Lampiran 7
Dokumen lembar Bonggol SKRD ( Hewan Babi, Kerbau Bonga, Kerbau
Balian, dan Kerbau Puduk)
46
47
Lampiran 8
Dokumen Surat Setoran Retribusi Potong Hewan
48
Lampiran 9
Dokumen Surat Tanda Setoran
49
Lampiran 10
Surat Keterangan Penelitian dari DPPKAD
50
Lampiran 11
Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik