Post on 09-Aug-2019
PROSIDING
PERTEMUAN DAN PRESENTASI ILMIAH PENELITIAN DASAR
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI NUKLIR
Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Yogyakarta, 24 Juli 2018
Rizki Firmansyah Setya Budi, dkk ISSN 0216-3128 105
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK
TERHADAP KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN
Rizki Firmansyah Setya Budi, Nuryanti Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir – Badan Tenaga Nuklir Nasional
Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan E-mail: rizkifirmansyah@batan.go.id
ABSTRAK
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK TERHADAP KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN. Biaya Pokok Produksi (BPP) PLTN terdiri dari tiga
komponen, yaitu biaya investasi, biaya O&M, dan biaya bahan bakar. Ketika terjadi keterlambatan
pembangunan yang menyebabkan bertambahnya waktu konstruksi, tiap komponen biaya tersebut memberikan
respon dan kontribusi terhadap peningkatan BPP yang berbeda satu sama lain. Diperlukan sebuah penelitian yang melakukan analisis terhadap respon komponen biaya tersebut terhadap peningkatan BPP ketika waktu
konstruksi bertambah sehingga dapat diketahui komponen biaya yang berpengaruh kuat untuk meningkatkan
BPP dan strategi untuk meminimalisasi dampak penambahan waktu konstruksi terhadap nilai BPP. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon komponen biaya BPP ketika waktu konstruksi bertambah dan dampaknya terhadap peningkatan nilai BPP. Perhitungan tiap komponen biaya BPP menggunakan
levelized cost of electricity. Waktu konstruksi PLTN menggunakan rentang waktu 6 sampai 20 tahun dengan
asumsi terjadi keterlambatan. Analisis respon tiap komponen biaya menggunakan analisis korelasi dengan
scatter diagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya operation and maintenance (O&M) dan bahan bakar memiliki nilai yang tetap walaupun waktu konstruksi bertambah. Sedangkan biaya investasi mempunyai
korelasi yang linear dengan penambahan waktu konstruksi terhadap penambahan BPP. Ketika waktu
konstruksi bertambah, biaya investasi bertambah yang akan menyebabkan BPP meningkat. Peningkatan BPP
senilai dengan peningakatan nilai biaya investasi. Dengan kata lain, komponen yang berperan penting terhadap penambahan BPP adalah biaya investasi. Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah standarisasi spesifikasi PLTN, pembangunan bertahap, dan modularisasi.
Kata Kunci : komponen biaya pokok produksi, keterlambatan waktu konstruksi, PLTN
ABSTRACT
RESPONSE ANALYSIS OF THE COMPONENTS OF ELECTRICITY PRODUCTION COST TO TIME
CONSTRUCTION OF NUCLEAR POWER PLANT (NPP). The NPP Production Cost (BPP) consists of
three components, namely: investment cost, O&M cost, and fuel cost. When there is a delay that leads construction time increases, each of these cost components give different responses and contributions to the
BPP increases. It is needed a study that analyzes these cost component responses to the BPP increases when
the construction time increases, so it can be known the cost components that have strong influence to the BPP
and strategy to minimize the impact of delayed construction time on BPP values. The purposes of this research are to know the response of BPP cost component when construction time increases and its impact to BPP value
increase. The calculation of each component of BPP costs uses a levelized cost of electricity. Nuclear power
plant construction time spans 6 to 20 years (included the assumption of the delay). Response analysis of each
cost component using correlation analysis with scatter diagram. The results show that the O&M and fuel cost have a fixed value, while the investment cost has a linear correlation with the addition of construction time.
The BPP increases equal with the investment cost increment. The component that plays an important role in
the addition of BPP is the investment cost. Some strategies that can be used to overcome these problems are
standardization of nuclear power plants, incremental construction, and modularization.
Keywords : the component of electricity generation cost, delayed construction time, NPP
PENDAHULUAN
royek pembangunan pusat listrik tenaga nuklir
(PLTN) mempunyai resiko keterlambatan yang
lebih besar jika dibandingkan dengan proyek
pembangunan lainnya [1–4]. Keterlambatan
pembangunan akan menyebabkan meningkatnya
biaya yang dibutuhkan. Peningkatan biaya tersebut
akan berdampak pada meningkatnya biaya pokok
produksi (BPP) listrik PLTN [5–7].
BPP PLTN secara garis besar terdiri dari tiga
komponen, yaitu: biaya investasi, biaya O&M, dan
biaya bahan bakar. Biaya investasi mempunyai porsi
antara 60-80% dari total biaya selama umur PLTN
(konstruksi, operasi, dan dekomisioning) [8]. Dengan
kata lain, komponen biaya investasi merupakan
P
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK TERHADAP
KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN
106 ISSN 0216-3128 Rizki Firmansyah Setya Budi, dkk
komponen terbesar dalam BPP PLTN. Pada kondisi
normal, ketika tidak ada keterlambatan dalam
pembangunan, biaya investasi mempunyai porsi
antara 60-85%, biaya O&M mempunyai porsi antara
10-25%, dan biaya bahan bakar mempunyai porsi
antara 7-15%[9]. Rentang porsi dalam tiap komponen
biaya tersebut terjadi karena tiap negara vendor
PLTN mempunyai biaya investasi, biaya O&M, dan
biaya bahan bakar yang berbeda-beda [10].
Ketiga komponen biaya tersebut akan
memberikan respon peningkatan yang berbeda ketika
waktu konstruksi bertambah. Respon dari tiap
komponen biaya tersebut perlu diketahui agar ketika
terjadi keterlambatan pembangunan PLTN, dapat
ditentukan strategi untuk meminimalisasi dampaknya
terhadap nilai BPP.
Penelitian [11] telah melakukan analisis
keekonomian PLTN dengan membandingkan BPP
PLTN dengan BPP PLTU Batubara. Penelitian [12]
melakukan perhitungan BPP PLTN ukuran kecil dan
menengah.Penelitian [9] telah menghitung BPP
PLTN dengan biaya investasi yang bervariasi.
Dengan menggunakan biaya investasi yang
bervariasi tersebut, dapat ditentukan nilai biaya
investasi PLTN agar layak dikembangkan di
Indonesia. Penelitian [13] melakukan perbandingan
perhitungan BPP PLTN dengan menggunakan
berbagai model perhitungan. Penelitian [14,15]
masing-masing telah melakukan perhitungan BPP
PLTN dengan pendekatan probabilistik pada PLTN
besar dan PLTN SMR. Berdasarkan penelitian-
penelitian sebelumnya tersebut, dapat diketahui
bahwa telah banyak penelitian sebelumnya yang
melakukan analisis BPP PLTN tetapi analisis BPP
tersebut dilakukan dengan menggunakan waktu
konstruksi yang normal (belum mempertimbangkan
adanya keterlambatan pembangunan).
Beberapa penelitian lainnya telah melakukan
penelitian dengan topik keterlambatan waktu
konstruksi dan hubungannya dengan biaya yang
dibutuhkan. Penelitian [16,17] melakukan analisis
terhadap faktor-faktor yang menyebabkan
keterlambatan pembangunan PLTN beserta
pengaruhnya terhadap keekonomian
PLTN.Penelitian [18] telah melakukan analisis
terhadap hubungan antara lama waktu konstruksi
terhadap peningkatan biaya pada sektor konstruksi
jalan dan bangunan. Penelitian [19] melakukan
analisis pengaruh penambahan waktu konstruksi
terhadap BPP PLTN. Akan tetapi pada penelitian
[19] tersebut hanya berfokus pada dampak
penambahan waktu kontruksi terhadap nilai BPP
PLTN. Penelitian tersebut belum memasukkan
analisis tiap komponen biaya pada BPP PLTN ketika
waktu konstruksi bertambah.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari
penelitian [19]. Pada penelitian ini akan dilakukan
analisis tiap komponen biaya pembentuk BPP PLTN
ketika waktu konstruksi bertambah. Tiap komponen
biaya tersebut mempunyai respon yang berbeda-beda
terhadap penambahan waktu konstruksi sehingga
dengan menggunakan hasil dari penelitian ini, dapat
diketahui komponen biaya yang berpengaruh kuat
untuk meningkatkan BPP PLTN ketika waktu
konstruksi bertambah. Dengan diketahuinya respon
tiap komponen biaya tersebut dan komponen biaya
yang paling dominan, maka dapat ditentukan strategi
untuk meminimalisasi dampak penambahan waktu
konstruksi terhadap nilai BPP. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui respon komponen biaya
BPP ketika waktu konstruksi bertambah dan
dampaknya terhadap peningkatan nilai BPP.
Indonesia merupakan negara yang telah
membuat perencanaan pengembangan energi nuklir
yang baik. Akan tetapi, perencanaan pengembangan
tersebut belum mendapatkan komitmen penuh dari
pemerintah [20]. Salah satu yang menjadi
pertimbangan pemerintah dalam mendukung
pengembangan energi nuklir adalah faktor
keekonomiannya [21]. Selain itu telah disebutkan
bahwa proyek pembangunan PLTN mempunyai
resiko tinggi dalam hal keterlambatan yang akan
menyebabkan meningkatnya BPP PLTN. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
pengambilan keputusan penerapan energi nuklir
khususnya dalam analisis keekonomian yang
mempertimbangkan aspek keterlambatan
pembangunan PLTN.
METODOLOGI
Gambar 1 menunjukkan alur dari penelitian ini.
Penelitian dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
studi pustaka, perhitungan BPP dengan
memperhatikan tiap komponen biaya dalam BPP, dan
yang terakhir adalah analisis korelasi komponen
biaya BPP terhadap waktu konstruksi dan BPP
PLTN.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Perhitungan BPP dengan memperhatikan
tiap komponen biaya dalam BPP menggunakan
penjabaran dari persamaan perhitungan BPP pada
umumnya. Perhitungan BPP pada umumnya
menggunakan persamaan1[15,19,22–24].
𝐵𝑃𝑃 = ∑ (
𝐼𝑡 + 𝑂𝑡 + 𝐹𝑡
(1 + 𝑟)𝑡 )𝑡
∑ (𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘𝑡
(1 + 𝑟)𝑡)𝑡
dengan:
It = Biaya investasi tahun ke t (USD)
Ot = Biaya O&M tahun ke t (USD)
Ft = Biaya bahan bakar t (USD)
r = Discount rate (%)
Listrik = Energi listrik yang dihasilkan tahun ke t
(kWh).
(1)
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK TERHADAP
KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN
Rizki Firmansyah Setya Budi, dkk ISSN 0216-3128 107
Tabel 1. Parameter ekonomi PLTN tiap negara vendor [10,19]
Negara Kapasitas (MWe) IC (USD/kWe) OC (USD/MWh) DC (USD/MWh) FC (USD/MWh)
Belgia 1600 5081 13,55 0,02 10,46
Finlandia 1600 4896 14,59 0,01 5,09
Perancis 1630 5067 13,33 0,01 9,33
Hungaria 1180 6215 10,4 0,06 9,6
Jepang 1152 3883 27,43 0,02 14,15
Korea 1343 2021 9,65 0,01 8,58
Slovakia 1070 4986 10,17 0,83 12,43
Inggris 3300 6070 20,93 0,02 11,31
Amerika 1400 4100 11 0,26 11,33
Cina 1250 2615 7,32 0,01 9,33
Cina 1080 1807 6,5 0,01 9,33
Keterangan:
IC : Investmen Cost
OC : Operation & maintenance
DC : Decommisions Cost
FC : Fuel Cost
Biaya bahan bakar yang digunakan dalam
penelitian ini sudah memperhitungkan juga biaya
limbah bahan bakar. Penelitian ini menggunakan
asumsi bahwa biaya dekomisioning dan
refurbishment dimasukkan ke dalam komponen biaya
O&M.
Persamaan 1 akan dijabarkan menjadi
persamaan2 sehingga dapat diketahui komponen
biaya investasi, biaya O&M, dan biaya bahan bakar.
Perhitungan dengan menggunakan persamaan 2
tersebut dilakukan pada setiap negara vendor dengan
jangka waktu konstruksi 6 tahun sampai 20 tahun.
Pada penelitian ini menggunakan 10 negara vendor
PLTN yang ada di dunia, yaitu Belgia, Finlandia,
Perancis, Hungaria, Jepang, Korea, Slovakia, Inggris,
Amerika, dan Cina [10]. Nilai discount rate yang
digunakan pada penelitian ini adalah 10%. Data
parameter ekonomi PLTN yang digunakan pada
penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.
𝐵𝑃𝑃 = ∑ (
𝐼𝑡
(1 + 𝑟)𝑡)𝑡
∑ (𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘𝑡
(1 + 𝑟)𝑡)𝑡
+ ∑ (
𝑂𝑡
(1 + 𝑟)𝑡)𝑡
∑ (𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘𝑡
(1 + 𝑟)𝑡)𝑡
+ ∑ (
𝐹𝑡
(1 + 𝑟)𝑡)𝑡
∑ (𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘𝑡
(1 + 𝑟)𝑡)𝑡
(2)
Setelah didapatkan data BPP dengan
mempertimbangkan tiap komponen biayanya, maka
dilakukan analisis korelasi tiap komponen biaya
tersebut terhadap waktu konstruksi dan BPP PLTN.
Analisis korelasi dilakukan menggunakan scatter
diagram.Scatter diagram digunakan untuk
menyatakan korelasi dan kekuatan korelasi antara
dua variabel [25–28]. Ada tidaknya korelasi dan
kekuatan korelasi dapat dilihat berdasarkan nilai R
pada scatter diagram. Nilai R pada scatter diagram
dapat dihitung dengan menggunakan salah satu
fungsi dari Microsoft Excel [29]. Hubungan nilai R
dengan interpretasi korelasi ditunjukkan pada Tabel
2v[30].
Tabel 2. Hubungan koefisien R dengan tingkat
korelasi
Nilai R Tingkat Korelasi
0,00 Tidak ada korelasi
0,00 < R ≤ 0,19 Sangat rendah
0,19 < R ≤ 0,39 Rendah
0,39 < R ≤ 0,59 Sedang
0,59 < R ≤ 0,79 Kuat
0,79 < R ≤ 1,00 Sangat Kuat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
menggunakan persamaan 2, diperoleh komponen
biaya pada BPP tiap negara vendor PLTN.Gambar 2
menunjukkan komponen biaya BPP tiap negara
vendor PLTN. Komponen biaya BPP PLTN tiap
negara vendor menunjukkan respon yang sama
terhadap penambahan waktu konstruksi. Biaya
investasi menunjukkan respon yang linear dengan
penambahan waktu konsturksi dan peningkatan BPP.
Jika waktu konstruksi bertambah, maka biaya
investasi dan BPP meningkat. Hal tersebut
disebabkan karena biaya investasi mempunyai porsi
yang besar (60-85%) dari biaya total PLTN dan
digunakan pada tahun-tahun awal. Selain itu,
penambahan waktu konstruksi akan membuat waktu
beroperasi PLTN semakin mundur. Keterlambatan
waktu operasi akan menyebabkan keterlambatan
pemasukan dari penjualan listrik. Hal tersebut
menyebabkan beban biaya investasi akan semakin
meningkat seiring berjalannya waktu dan belum
adanya pemasukan dari penjualan listrik.
Biaya
investasi Biaya O&M Biaya bahan
bakar
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK TERHADAP
KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN
108 ISSN 0216-3128 Rizki Firmansyah Setya Budi, dkk
Gambar 2. Komponen biaya pada BPP tiap negara vendor PLTN
0,0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Cina
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Cina 2
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
0,0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Korea
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
0,0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Jepang
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
0,0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Amerika Serikat
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
0,0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Inggris
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
0,0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Slovakia
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
0,0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Hungaria
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
0,0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
France
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
0,0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (U
SD/k
Wh
)
Waktu konstruksi (tahun)
Finland
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
0,0
0,1
0,2
0,3
6 8 10 12 14 16 18 20
BP
P (U
SD/k
Wh
)
Waktu konstruksi (tahun)
Belgia
O&M Cost Fuel Cost Investment Cost
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK TERHADAP
KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN
Rizki Firmansyah Setya Budi, dkk ISSN 0216-3128 109
Gambar 3. Scatter diagram biaya investasi terhadap BPP dan waktu konstruksi
Gambar 4. Scatter diagram biaya O&M terhadap BPP dan waktu konstruksi
Gambar 5. Scatter diagram biaya O&M terhadap BPP dan waktu konstruksi
Biaya O&M dan biaya bahan bakar
menunjukkan respon yang sama, yaitu ketika waktu
konstruksi bertambah dan BPP meningkat, biaya
O&M dan biaya bahan bakar mempunyai nilai yang
tetap. Hal tersebut disebabkan karena biaya O&M
dan biaya bahan bakar muncul ketika PLTN telah
beroperasi dan nilainya akan dihitung tiap tahun
selama masa operasi PLTN. Selain itu, biaya O&M
dan bahan bakar mempunyai porsi yang tidak terlalu
besar (15-40%).
Pembuktian ada tidaknya korelasi dan kuat
tidak nya korelasi yang ada dilakukan dengan
menggunakan nilai R pada scatter diagram dan tabel
tingkat korelasi (Tabel 2). Gambar 3, Gambar 4, dan
Gambar 5 menunjukkan scatter diagram tiap
komponen BPP pada tiap negara vendor PLTN.
Scatter diagram biaya investasi tiap negara vendor
(Gambar 3) menunjukkan nilai R = 1 terhadap BPP
tiap negara vendor tersebut dan menunjukkan nilai R
= 0,995. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan
antara biaya investasi dengan BPP dan waktu
konstruksi ketika ada keterlambatan pembangunan,
sangat kuat dan bernilai positif. Nilai R=1
menunjukkan bahwa nilai penambahan BPP
sebanding dengan nilai penambahan komponen biaya
investasi.
Scatter diagram biaya O&M dan bahan
bakar tiap negara vendor (Gambar 4 dan Gambar 5)
menunjukkan nilai R = 0 terhadap BPP dan waktu
konstruksi tiap negara vendor tersebut. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada korelasi/ hubungan
antara biaya O&M dan bahan bakar dengan BPP dan
waktu konstruksi ketika terjadi keterlambatan
pembangunan. Ketika ada keterlambatan
pembangunan yang menyebabkan waktu konstruksi
bertambah dan BPP meningkat, komponen biaya
O&M dan biaya bahan bakar dalam BPP
menunjukkan nilai yang sama.
Analisis respon tiap komponen biaya BPP di
atas dilakukan dengan menggunakan perbandingan
R² = 1,00
R² = 1,00R² = 1,00 R² = 1,00R² = 1,00
R² = 1,00
R² = 1,00R² = 1,00
R² = 1,00
R² = 1,00R² = 1,00
R² = 1,00
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Bia
ya In
vest
asi (
USD
/kW
h)
BPP (USD/kWH)
Biaya Investasi Cina 1 Biaya Investasi Cina 2 Biaya Investasi KoreaBiaya Investasi Jepang Biaya Investasi Amerika Biaya Investasi InggrisBiaya Investasi Slovakia Biaya Investasi Hungaria Biaya Investasi PerancisBiaya Investasi Belgia Biaya Investasi Finlandia
R² = 0,99R² = 0,99
R² = 0,99
R² = 0,99R² = 0,99
R² = 0,99R² = 0,99
R² = 0,99
R² = 0,99
R² = 0,99
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0 5 10 15 20 25
Bia
ya In
vest
asi (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Biaya Investasi Cina 1 Biaya Investasi Cina 2 Biaya Investasi KoreaBiaya Investasi Jepang Biaya Investasi Amerika Biaya Investasi InggrisBiaya Investasi Slovakia Biaya Investasi Hungaria Biaya Investasi PerancisBiaya Investasi Belgia Biaya Investasi Finlandia
R² = 0,00R² = 0,00R² = #N/A
R² = #N/A
R² = #N/A
R² = 0,00
R² = 0,00R² = 0,00
R² = #N/A
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
0,03
0,035
0 5 10 15 20 25
Bia
ya O
&M
(U
SD/k
Wh
)
Waktu konstruksi(tahun)Biaya O&M Cina 1 Biaya O&M Cina 2 Biaya O&M KoreaBiaya O&M Jepang Biaya O&M Amerika Biaya O&M InggrisBiaya O&M Slovakia Biaya O&M Hungaria Biaya O&M PerancisBiaya O&M Belgia Biaya O&M Finlandia
R² = 0,00 R² = 0,00R² = #N/A
R² = #N/A
R² = 0,00
R² = 0,00R² = 0,00
R² = #N/AR² = 0,00
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
0,03
0,035
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Bia
ya O
&M
(U
SD/k
Wh
)BPP (USD/kWH)
Biaya O&M Cina 1 Biaya O&M Cina 2 Biaya O&M KoreaBiaya O&M Jepang Biaya O&M Amerika Biaya O&M InggrisBiaya O&M Slovakia Biaya O&M Hungaria Biaya O&M PerancisBiaya O&M Belgia Biaya O&M Finlandia
R² = 0,00R² = #N/A
R² = 0,00
R² = #N/AR² = 0,00 R² = 0,00
R² = #N/A
R² = 0,00R² = 0,00
R² = 0,00 R² = 0,00
0
0,002
0,004
0,006
0,008
0,01
0,012
0,014
0,016
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Bia
ya B
ahan
Bak
ar (
USD
/kW
h)
BPP (USD/kWH)Biaya Bahan Bakar Cina 1 Biaya Bahan Bakar Cina 2Biaya Bahan Bakar Korea Biaya Bahan Bakar JepangBiaya Bahan Bakar Amerika Biaya Bahan Bakar InggrisBiaya Bahan Bakar Slovakia Biaya Bahan Bakar HungariaBiaya Bahan Bakar Perancis Biaya Bahan Bakar BelgiaBiaya Bahan Bakar Finlandia
R² = 0,00R² = #N/A
R² = 0,00
R² = #N/A
R² = 0,00R² = #N/A
R² = 0,00R² = 0,00
R² = 0,00
0
0,002
0,004
0,006
0,008
0,01
0,012
0,014
0,016
0 5 10 15 20 25
Bia
ya B
ahan
Bak
ar (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)Biaya Bahan Bakar Cina 1 Biaya Bahan Bakar Cina 2Biaya Bahan Bakar Korea Biaya Bahan Bakar JepangBiaya Bahan Bakar Amerika Biaya Bahan Bakar InggrisBiaya Bahan Bakar Slovakia Biaya Bahan Bakar HungariaBiaya Bahan Bakar Perancis Biaya Bahan Bakar BelgiaBiaya Bahan Bakar Finlandia
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK TERHADAP
KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN
110 ISSN 0216-3128 Rizki Firmansyah Setya Budi, dkk
pada data di dalam setiap negara vendor tanpa
melalukan perbandingan data antar negara vendor.
Biaya investasi PLTN Korea hanya dibandingkan
dan dicari korelasi nya terhadap data BPP dan waktu
konstruksi PLTN Korea, tanpa dibandingkan dengan
data BPP dan waktu konstruksi PLTN dari negara
lain. Agar analisis menjadi lebih komprehensif,
penelitian ini juga melakukan analisis korelasi lintas
negara vendor sehingga dapat diperoleh korelasi
antara komponen biaya BPP terhadap BPP dan waktu
konstruski untuk semua PLTN di dunia.Gambar 6
dan Gambar 7 menunjukkan scatter diagram biaya
investasi PLTN dunia terhadap BPP dan waktu
konstruksinya. Ketika ada keterlambatan
pembangunan PLTN, biaya investasi akan meningkat
akibat bertambahnya waktu konstruksi. Hubungan
antara penambahan waktu konstruksi dengan
peningkatan biaya investasi adalah sedang dengan
nilai R=0,544. Peningkatan biaya investasi tersebut
berpengaruh kuat (R =0,992) terhadap peningkatan
BPP PLTN.
Gambar 8 dan Gambar 9 menunjukkan
scatter diagram biaya O&M PLTN dunia terhadap
BPP dan waktu konstruksinya. Ketika ada
keterlambatan pembangunan PLTN, biaya O&M
tidak terpengaruh bertambahnya waktu konstruksi
(R=0,00). Korelasi antara biaya O&M dunia terhadap
BPP mempunyai nilai R=0,42 (korelasi sedang). Hal
tersebut disebabkan adanya perbedaan nilai O&M
pada tiap negara vendor bukan dikarenakan oleh
penambahan waktu konstruksi.
Gambar 10 dan Gambar 11 menunjukkan
scatter diagram biaya bahan bakar PLTN dunia
terhadap BPP dan waktu konstruksinya. Ketika ada
keterlambatan pembangunan PLTN, biaya bahan
bakar tidak terpengaruh bertambahnya waktu
konstruksi (R=0,00). Korelasi antara biaya biaya
bahan bakar PLTN dunia terhadap BPP mempunyai
nilai R=0,19 (korelasi sangat rendah). Hal tersebut
disebabkan adanya perbedaan nilai biaya bahan bakar
pada tiap negara vendor bukan dikarenakan oleh
penambahan waktu konstruksi. Nilai korelasi biaya
bahan bakar lebih rendah jika dibandingkan dengan
korelasi pada biaya O&M. Hal tersebut menunjukkan
bahwa biaya O&M PLTN di dunia lebih bervariasi
jika dibandingkan dengan biaya bahan bakar PLTN
di dunia.
Gambar 6. Scatter diagram biaya investasi PLTN
dunia terhadap waktu konstruksi
Gambar 7. Scatter diagram biaya investasi PLTN
dunia terhadap BPP
Gambar 8. Scatter diagram biaya O&M PLTN dunia
terhadap waktu konstruksi
Gambar 9. Scatter diagram biaya O&M PLTN dunia
terhadap BPP
Gambar 10. Scatter diagram biaya bahan bakar PLTN dunia
terhadap waktu konstruksi
Gambar 11. Scatter diagram biaya bahan bakar
PLTN dunia terhadap BPP
R² = 0,2955
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0 5 10 15 20 25
Bia
ya I
nve
stas
i (U
SD/k
Wh
)
Waktu Konstruksi (Tahun)
R² = 0,984
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Bia
ya In
vest
asi (
USD
/kW
h)
BPP (USD/kWh)
R² = 0,00
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
0,03
0,035
0 5 10 15 20 25
Bia
ya O
&M
(U
SD/k
Wh
)
Waktu Konstruksi (tahun)
R² = 0,18
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
0,03
0,035
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Bia
ya O
&M
(U
SD/k
Wh
)
BPP (USD/kWh)
R² = 0,0000
0
0,002
0,004
0,006
0,008
0,01
0,012
0,014
0,016
0 5 10 15 20 25
Bia
ya B
ahan
Bak
ar (
USD
/kW
h)
BPP (USD/kWh)
R² = 0,0344
0
0,002
0,004
0,006
0,008
0,01
0,012
0,014
0,016
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Bia
ya B
ahan
Bak
ar (
USD
/kW
h)
BPP (USD/kWh)
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK TERHADAP
KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN
Rizki Firmansyah Setya Budi, dkk ISSN 0216-3128 111
Gambar 12. Perbandingan penambahan biaya berdasar nilai sesungguhnya dan prosentase
Pada analisis di atas, telah disebutkan bahwa
penambahan biaya BPP linear dengan penambahan
biaya investasi ketika waktu konstruksi bertambah.
Selain itu, biaya O&M dan biaya bahan bakar
mempunyai nilai yang tetap ketika waktu konstruksi
bertambah. Sedangkan pada hasil penelitian [19]
menyebutkan bahwa prosentase pertumbuhan BPP
ketika terjadi keterlambatan pembangunan
dipengaruhi oleh biaya investasi, biaya O&M, dan
biaya bahan bakar. Secara sekilas, terdapat
kontradiksi antara hasil penelitian ini dengan
penelitian [19]. Pada penelitian ini, pertumbuhan
BPP ketika terjadi keterlambatan hanya dipengaruhi
oleh pertumbuhan biaya investasi, sedangkan pada
penelitian [19], dipengaruhi oleh biaya investasi,
biaya O&M, dan biaya bahan bakar. Akan tetapi,
ketika dilakukan analisis lebih mendalam,
kontradiksi tersebut terjadi karena adanya perbedaan
dalam interpretasi pertumbuhan BPP. Jika pada
penelitian ini, pertumbuhan BPP dilihat berdasarkan
nilai sebenarnya (USD/kWh), pada penelitian [19]
dilihat berdasarkan prosentase (perbandingan)
terhadap nilai BPP nya. Nilai BPP tersebut
merupakan gabungan antara biaya investasi, biaya
O&M, dan biaya bahan bakar. Oleh karena itu biaya
O&M dan bahan bakar, ikut berpengaruh terhadap
prosentase pertumbuhan BPP seperti yang
dinyatakan pada penelitian [19]. Sedangkan jika
dilihat nilai sesungguhnya, pertumbuhan BPP hanya
dipengaruhi oleh pertumbuhan biaya investasi.
Gambar 12 menunjukkan perbandingan penambahan
BPP berdasar nilai sebenarnya dan prosentase.
Pada Gambar 12 dapat diketahui bahwa
penambahan biaya BPP (USD/kWh) sama dengan
penambahan biaya investasi (USD/kWh). Sedangkan
untuk prosentase penambahan, prosentase
penambahan biaya BPP lebih rendah daripada
prosentase penambahan biaya investasi. Biaya
investasi PLTN semua negara meningkat dengan
nilai prosentase yang sama pada saat terjadi
penambahan waktu konstruksi.Gambar 13
menunjukkan prosentase penambahan biaya investasi
tersebut.
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
7,00%
0,000
0,005
0,010
0,015
0,020
0,025
0,030
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pen
amb
ahan
Bia
ya (
USD
/kW
h)
Waktu Konstruksi (tahun)
Cina
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
7,00%
0,000
0,010
0,020
0,030
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pen
amb
ahan
Bia
ya (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Cina 2
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
7,00%
0,000
0,005
0,010
0,015
0,020
0,025
0,030
7 8 9 1011121314151617181920
Pen
amb
ahan
Bia
ya (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Korea
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
0,000
0,010
0,020
0,030
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pen
amb
ahan
Bia
ya (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Jepang
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
0,000
0,010
0,020
0,030
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pen
amb
ahan
Bia
ya (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Amerika
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
0,000
0,010
0,020
0,030
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pen
amb
ahan
Bia
ya (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Inggris
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
0,000
0,010
0,020
0,030
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pen
amb
ahan
Bia
ya (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Slovakia
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
0,000
0,010
0,020
0,030
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pen
amb
ahan
Bia
ya (
USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Hungaria
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
0,000
0,010
0,020
0,030
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20P
enam
bah
an B
iaya
(U
SD/k
Wh
)Waktu konstruksi (tahun)
Perancis
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
0,000
0,010
0,020
0,030
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pen
amb
ahan
Bia
ya
(USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Finlandia
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
0,000
0,010
0,020
0,030
7 8 9 1011121314151617181920
Pen
amb
ahan
Bia
ya
(USD
/kW
h)
Waktu konstruksi (tahun)
Belgia
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK TERHADAP
KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN
112 ISSN 0216-3128 Rizki Firmansyah Setya Budi, dkk
Gambar 13. Prosentase penambahan biaya
investasi PLTN
Berdasarkan hasil dan analisis di atas, dapat
diketahui bahwa biaya investasi yang mempunyai
peranan penting terhadap peningkatan BPP PLTN
ketika terjadi keterlambatan pembangunan. Oleh
karena itu diperlukan strategi untuk meminimalisasi
dampak penambahan BPP dengan cara melakukan
pendekatan investasi atau pembangunan yang tidak
mudah terpengaruh oleh keterlambatan
pembangunan. Beberapa strategi yang dapat
dilakukan untuk meminimalisasi dampak
keterlambatan adalah standarisasi, pembangunan
bertahap, dan modularisasi[20,31–34]. Standarisasi
spesifikasi teknologi PLTN dapat digunakan sebagai
strategi untuk meminimalisasi terjadinya
keterlambatan dan menurunkan biaya investasi
PLTN. Pembangunan bertahap dapat mengurangi
biaya investasi awal sehingga jika ada keterlambatan,
dampaknya menjadi lebih ringan. Setelah
pembangunan unit pertama berjalan, kemudian
dilanjutkan dengan pembangunan unit kedua dengan
pengetahuan yang didapat dari pembangunan unit
pertama. Modularisasi dapat menurunkan biaya
investasi karena beberapa komponen PLTN telah
dibuat menjadi modul yang siap dipasang.
KESIMPULAN
Biaya O&M dan bahan bakar memiliki nilai yang
tetap walaupun waktu konstruksi bertambah.
Sedangkan biaya investasi mempunyai korelasi yang
linear dengan penambahan waktu konstruksi
terhadap penambahan BPP. Ketika waktu konstruksi
bertambah, biaya investasi bertambah yang akan
menyebabkan BPP meningkat. Peningkatan BPP
senilai dengan peningakatan nilai biaya investasi.
Dengan kata lain, komponen yang berperan penting
terhadap penambahan BPP adalah biaya investasi.
Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah standarisasi
spesifikasi PLTN, pembangunan bertahap, dan
modularisasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala
Bidang Kajian Infrastruktur yang telah memberikan
saran untuk meningkatkan kualitas penelitian.
Penelitian ini dapat diterbitkan dengan bantuan dana
dari kegiatan penelitian INEO 2018.
DAFTAR PUSTAKA
1. B. K. Sovacool, A. Gilbert, and D. Nugent, “An
international comparative assessment of
construction cost overruns for electricity
infrastructure,” Energy Res. Soc. Sci., vol. 3, pp.
152–160, 2014.
2. B. K. Sovacool, A. Gilbert, and D. Nugent, “Risk
, innovation , electricity infrastructure and
construction cost overruns : Testing six
hypotheses,” Energy, vol. 74, pp. 906–917, 2014.
3. B. K. Sovacool, D. Nugent, and A. Gilbert,
“Construction Cost Overruns and Electricity
Infrastructure : An Avoidable Risk?,” Electr. J.,
vol. 27, no. 4, pp. 112–120, 2014.
4. C. Callegari, A. Szklo, and R. Schae, “Cost
Overruns and Delays in Energy Megaprojects :
How Big is Big Enough ?,” Energy Policy, vol.
114, pp. 211–220, 2018.
5. N. Hamzah, M. A. Khoiry, I. Arshad, N. M.
Tawil, and A. I. C. Ani, “Cause of Construction
Delay - Theoretical Framework,” Procedia Eng.,
vol. 20, pp. 490–495, 2011.
6. G. Harris, P. Heptonstall, R. Gross, and D.
Handley, “Cost Estimates for Nuclear Power in
The UK,” Energy Policy, vol. 62, pp. 431–442,
2013.
7. J. Portugal-pereira, P. Ferreira, J. Cunha, A.
Szklo, R. Schae, and M. Araújo, “Better late than
never , but never late is better : Risk assessment
of nuclear power construction projects,” Energy
Policy, vol. 120, pp. 158–166, 2018.
8. P. Carajilescov and J. M. L. Moreira,
“Construction Time of PWRs,” in 2011
International Nuclear Atlantic Conference, 2011,
pp. 1–13.
9. R. F. S. Budi and W. L. Widodo, “Analisis
Sensitivitas Biaya Investasi PLTN dalam
Perencanaan Kelistrikan Kalimantan Barat,”
Pros. Semin. Nas. Teknol. Energi Nukl. 2015, pp.
1–9, 2015.
10. OECD, Projected Costs of Generating Electricity.
2015.
11. M. Nasrullah, “Analisis Komparasi Ekonomi
PLTN dan PLTU Batubara untuk Bangka
Belitung,” in Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011, pp. 206–
215.
12. M. Nasrullah, “Perhitungan Ekonomi dan
Pendanaan PLTN SMR 100 MWe,” Semin. Nas.
Teknol. Energi Nukl., pp. 107–116, 2014.
4,80%
4,90%
5,00%
5,10%
5,20%
5,30%
5,40%
5,50%
5,60%
5,70%
5,80%
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pen
amb
ahan
Bia
ya I
nve
stas
i (%
)
Waktu Konstruksi (tahun)
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK TERHADAP
KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN
Rizki Firmansyah Setya Budi, dkk ISSN 0216-3128 113
13. Nuryanti, M. Nasrullah, and Suparman, “Studi
Komparasi Model Perhitungan Biaya
Pembangkitan Listrik Teraras PLTN,” J.
Pengemb. Energi Nukl., vol. 16, no. 2, pp. 95–
105, 2014.
14. Nuryanti, A. Hidayanto, Suparman, E. Muslim,
and A. O. Moeis, “Analisis Probabilistik pada
Perhitungan Biaya Pembangkitan Listrik Teraras
PLTN,” J. Pengemb. Energi Nukl., vol. 14, no. 1,
pp. 23–33, 2012.
15. Nuryanti and Suparman, “Probabilistic Analysis
on Levelized Unit Electricity Cost ( LUEC )
Calculation of Small Medium Reactor Nuclear
Power Plant ( SMR NPP ) In Indonesia,” Int.
Conf. Nucl. Energy Technol. Sci., vol. 2016, no.
2016, pp. 1–10, 2015.
16. M. M. Hossen, S. Kang, and J. Kim,
“Construction schedule delay risk assessment by
using combined AHP-RII methodology for an
international NPP project,” Nucl. Eng. Technol.,
vol. 47, pp. 362–379, 2015.
17. S. Alsharif and A. Karatas, “A Framework for
Identifying Causal Factors of Delay in Nuclear
Power Plant Projects,” Procedia Eng., vol. 145,
pp. 1486–1492, 2016.
18. A. Moges and O. Torp, “Do Longer Projects Have
Larger Cost Deviation Than Shorter Construction
Projects ?,” Procedia Eng., vol. 196, no. 1877, pp.
262–269, 2017.
19. R. F. S. Budi and W. L. Widodo, “Pengaruh
Waktu Konstruksi terhadap Biaya Pokok
Produksi Listrik Pusat Listrik Tenaga Nuklir,” in
Prosiding Seminar Nasional Soebardjo
Brotohardjono, 2018, pp. 1–7.
20. G. Locatelli, C. Bingham, and M. Mancini, “A
comprehensive overview of their economics and
strategic aspects,” Prog. Nucl. Energy, vol. 73,
pp. 75–85, 2014.
21. Presiden Republik Indonesia, “Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 79/2014
tentang Kebijakan Energi Nasional,” Kebijakan
Energi Nasional. 2014.
22. M. D. Birmano and I. Bastori, “Perhitungan
Ekonomi dan Pendanaan PLTN dan Pembangkit
Konvensional menggunakan Spreadsheet
Inovasi,” J. Pengemb. Energi Nukl., vol. 10, no.
2, pp. 77–86, 2008.
23. M. V. Ramana and A. Kumar, “Least cost
principles and electricity planning for
Karnataka,” Energy Sustain. Dev., vol. 13, no. 4,
pp. 225–234, 2009.
24. G. Locatelli and M. Mancini, “Small-medium
sized nuclear coal and gas power plant: A
probabilistic analysis of their financial
performances and influence of CO2cost,” Energy
Policy, vol. 38, no. 10, pp. 6360–6374, 2010.
25. I. Idris, R. A. Sari, Wulandari, and U. Uthumporn,
“Pengendalian Kualitas Tempe dengan Metode
Seven Tools,” J. Teknovasi, vol. 03, no. 1, pp. 66–
80, 2016.
26. D. Rachmawati R and M. Ulkhaq, “Aplikasi
Metode Seven Tools dan Analisis 5W+1H untuk
Mengurangi Produk Cacat pada PT. Berlina,
TBK.,” Ind. Eng. Online J., vol. 5, no. 4, pp. 1–9,
2016.
27. E. Amrina and N. Fajrah, “Analisis
Ketidaksesuaian Produk Air Minum dalam
Kemasan di PT Amanah Insanillahia,” Optimasi
Sist. Ind., vol. 14, no. 1, pp. 85–101, 2015.
28. M. A. Imran, E. Sugiharto, and D. Siswanta,
“Penggunaan Model Regresi Linier untuk
Menyatakan Hubungan Fungsional Perubahan
Konsentrasi Oksigen Terlarut terhadap Parameter
Fisika-kimia Air Sungai Secang Kulon Progo,”
Berk. MIPA, vol. 24, no. 2, pp. 206–218, 2014.
29. M. Natasya, S. Rahayu, and S. B. Widjaja,
“Implementasi Pengendalian Kualitas dengan
Menggunakan Metode Statistik pada PT. Industri
Marmer Indonesia Tulungagung,” Calyptra J.
Ilm. Mhs. Univ. Surabaya, vol. 1, no. 1, pp. 1–18,
2012.
30. T. Darmawati, “Pengaruh Pelayanan terhadap
Kepuasan Mahasiswa pada Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas PGRI
Palembang Tahun Akademik 2014/2015,” J.
Media Wahana Ekon., vol. 12, no. 1, pp. 79–91,
2015.
31. M. Berthélemy and L. Escobar, “Nuclear reactors
’ construction costs : The role of lead-time ,
standardization and technological progress,”
Energy Policy, vol. 82, pp. 118–130, 2015.
32. J. Liman, “Small modular reactors : Methodology
of economic assessment focused on incremental
construction and gradual shutdown options,”
Prog. Nucl. Energy, vol. 108, pp. 253–259, 2018.
33. G. Maronati, B. Petrovic, J. J. Van Wyk, M. H.
Kelley, and C. C. White, “EVAL : A
methodological approach to identify NPP total
capital investment cost drivers and sensitivities,”
Prog. Nucl. Energy, vol. 104, pp. 190–202, 2018.
34. S. Jain, F. Roelofs, and C. W. Oosterlee,
“Construction strategies and lifetime
uncertainties for nuclear projects : A real option
analysis,” Nucl. Eng. Des., vol. 265, pp. 319–329,
2013.
ANALISIS RESPON KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI LISTRIK TERHADAP
KETERLAMBATAN WAKTU KONSTRUKSI PLTN
114 ISSN 0216-3128 Rizki Firmansyah Setya Budi, dkk