Post on 12-Jun-2019
ANALISIS NILAI-NILAI BUDAYA MELAYU DALAM MITOS GUNUNG
DAIK BERCABANG TIGA
ARTIKEL E-JOURNAL
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai gelar
sarjana pendidikan ( S.Pd )
MUHAMMAD AKBAR
NIM 140388201054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
Analisis Nilai-Nilai Budaya Melayu Dalam Mitos Gunung
Daik Bercabang Tiga
Muhammad Akbar
Email: mbabangakbar@gmail.com
Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Muhammad Akbar, Drs. Suhardi,M.Pd., Wahyu Indrayatti,M.Pd., 2019.
Analisis Nilai-Nilai Budaya Melayu Dalam Mitos Gunung Daik Bercabang
Tiga, Skripsi. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritime Raja Ali Haji.
ABSTRAK
Kabupaten Lingga adalah satu diantara kabupaten yang berada di
Kepulauan Riau yang memiliki berbagai macam cerita rakyat mitos. Satu di antara
mitos tersebut ada pada gunung yang ada di daerah tersebut, yaitu Gunung Daik.
Kemistisan dari gunung tersebut telah santer terdengar oleh masyarakat Indonesia,
khususnya masyarakat Kepulauan Riau serta oleh para pendaki. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan rumusan masalah sebagai berikut: mengungkapkan
nilai-nilai budaya melayu apa sajakah yang terkandung dalam mitos “Gunung
Daik Bercabang Tiga” di Kabupaten Lingga?. Tujuan peniliti dalam meneliti
mitos yang terdapat di Gunung Daik tersebut adalah untuk mengungkapkan nilai-
nilai budaya melayu yang terkandung dalam mitos “Gunung Daik Bercabang
Tiga” di Kabupaten Lingga. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Peneliti menggunakan
metode kualitatif dengan pertimbangan bahwa data yang dihasilkan berupa data
tertulis atau lisan. Dengan mendeskripsikan makna suatu objek atau kejadian yang
menjadi bahan penelitian. Penelitian ini lebih mengutamakan data yang diperoleh.
Nilai budaya yang digunakan adalah nilai budaya melayu dari gurindam dua belas
karya raja ali haji yang berupa: (1) nilai Keislaman, (2) nilai Akidah (Prilaku), (3)
nilai Sosial, (4) nilai Budi Pekerti, (5) nilai Untuk Melakukan Hal-Hal yang
Bermanfaat, (6) nilai Etika, dan (7) nilai Kepemimpinan. Sedangkan kepercayaan
masyarakat yang terdapat di penelitian ini adalah bahwa masyarakat percaya
adanya mitos tersebut dan masih melestarikan serta mematuhi mitos tersebut.
Kata kunci: Mitos, Gunung Daik, Nilai budaya Melayu.
ABSTRACK
Akbar Muhammad, Drs. Suhardi,M.Pd., Wahyu Indrayatti,M.Pd., 2019. The
Analysis of The Values of Malay Culture In The Myth Mountain Daik
The Three-Pronged. Thesis of Indonesian Language and Litersture
Progrsm, Fsculity of Teacher Training And Education, Raja Ali Haji
Maritime University.
Lingga regency is one of the districts that are in the Riu islands which has
a variety of kinds of folklore myth. One among these myths there on the mountain
there are in the area, is mount Daik. The mystique of the mountain has been
widely heard by the people of Indonesia, especially the people of riau islands as
well as by hikers. In this study, researchers using the formulation of the problem
as follows: reveal the values of malay culture what are contained in the myths
“mountain daik the three-pronged” in the district of lingga?. The goal of
researchers in researching the myth contained in the mount daik such is to reveal
the values of malay culture which contained in the myth “mountain daik the three-
pronged” in Lingga regency. The research method used in the research method is
descriptive with a qualitative approach. Researchers using qualitative methods
with the consideration that the resulting data the form of written data and the data.
With mengdeskripsikan the meaning of an object or event material research. This
study prefers the data obtained. The value of culture in use is the value malay
cultureof Gurindam Dua Belas work of Raja Ali Haji the form : (1) islamic values,
(2) the value of faith (behavior), (3) the value of social, (4) the value of ethics, (5)
value to things that are beneficial, (6) ethical values, and (7) the value of
leadership. While the public trust contained in this research is that the community
believe in these myths and still preserve as well as adhere to these myths.
Keywords: Myth, Mountain Daik, the value of the malay culture.
1. PENDAHULUAN
Masyarakat Kabupaten Lingga (Daik) sejak lama dikenal memiliki kekayaan
berbagai jenis sastra rakyat, khususnya mitos. Mulai dari mitos Gunung Daik
Bercabang Tiga, Ikan Duyung, Batu Gajah, Taring Naga, Kuda Ragam, Hingga
mitos Batu Sujud. Bentuk-bentuk cerita tersebut sampai saat ini masih dipelihara
masyarakat sebagai warisan budaya atau kearifan lokal. Sebagai bentuk sastra
rakyat, cerita-cerita yang sudah ada tersebut perlu dijaga dan dikembangkan.
Tujuannya adalah agar anak cucu nanti dapat menikmati warisan budaya lokal
milik nenek moyangnya sendiri.
Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terjadi hari
ini, proses pewarisan sastra rakyat dari golongan tua kepada yang muda tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan. Umumnya golongan muda atau golongan
tua kurang tertarik untuk mewariskannya. Ada anggapan seolah-olah sastra rakyat
yang ada milik nenek moyangnya kurang baik atau kurang menarik bila
dibandingkan dengan beberapa sastra asing yang mereka kenal. Kondisi ini
mengakibatkan proses pewarisan sastra rakyat kurang berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
Hal ini menyebabkan banyaknya pelanggaran tentang nilai-nilai budaya
melayu dalam mitos yang ada di Kabupaten Lingga. Oleh sebab itu, peneliti ingin
sekali melakukan kaian-kajian yang lebih banyak agar nilai-nilai budaya melayu
yang ada di dalamnya dapat diperoleh. Hal inilah yang mendorong peneliti
memilih cerita gunung daik bercabang tiga ini sebagai objek peneliti. Adapun
judul yang peneliti angkat, “Analisis Nilai-Nilai Budaya Melayu dalam Mitos
Gunung Daik Bercabang Tiga”.
2. Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskritif kualitatif untuk
menjawab rumusan masalah. Menurut Rana, (2011 : 39) Metode deskriptif sering
juga disebut metode hermeneutika, metode kualitatif, atau metode analisis isi.
Sedangakan menurut Bogdan dan Taylor, (dalam Febriyanti, 2011: 21) Deskriptif
yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata yang berasal dari hasil wawancara
dan catatan lapangan. Kualitatif yaitu hasil pengumpulan data yang dideskripsikan
dengan kata-kata tertulis, dalam arti bukan angka sehingga dapat memberikan
kejelasan terhadap fokus pemasalahan.
Menurut Moleong (dalam Febriyanti, 2011: 21) penelitian kualitatif di
maksudkan untuk memahami fenomena tentang sesuatu yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya. Pada
kondisi objek ilmiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah. Objek alamiah
adalah objek yang apa adanya dan tidak dimanipulasi oleh peneliti. Sedangkan
menurut Sugiyono (2015 : 223) dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya
adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas,
maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah
ditemukan melalui observasi dan wawan cara.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Tabel. 5
Hasil Penelitian
No Nilai-Nilai Budaya Melayu Kutipan Dalam Mitos
1. Nilai Keislaman “….Tuhan Yang Maha Kuase memperlihatkan
kekuatan yang jauh lebih kuat yang awak semue
sangkekan kepade saye. Dia juge telah
memperlihatkan kepadeku keindahan yang
paling terindah jauh melebihi indahnye puncak
Gunung Daik yang setiap hari selalu kite tengok
itu. Tubuhku tidak dapat bergerak, tetapi kalbu
senantiase diberikan kekuatan oleh-Nye untuk
dapat melihat kebaikan dan keindahan yang
selame ini tidak pernah kulihat”.
2. Nilai Akidah “… Datuk Kaya Montel sangat disegani oleh
setiap orang bukan hanya karena kekuatan
fisiknya melainkan karena kekuatan batinnya”.
3. Nilai Sosial “…Suatu hari Datuk Kaya Montel jatuh sakit.
Ramai orang dari Daik baik dari kalangan istane
maupun rakyat jelate termasuk orang laut
menjenguk tokoh panutan setiap orang”.
“Siang malam, pagi sore, orang-orang datang
kerumah Datuk Kaya Montel di Mepar. Pade
awalnye Datuk Kaya Montel suke dengan
keikhlasan orang-orang itu menjenguknye yang
sedang terbaring sakit”.
4. Nilai Budi Pekerti “....Sultan memerintahkan Datuk Kaya Montel
beserta orang-orangnya di laut sudi membantu
Belanda untuk mengatasi kandasnya kapal itu.
Berkayu Datuk Kaya Montel dengan jongkong
kecilnya menuju kapal Belanda yang kandas”.
5. Nilai Bermanfaat “….Dia juga telah memperlihatkan kepadaku
keindahan yang yang paling terindah jauh
melebihi indahnya puncak Gunung Daik yang
setiap hari selalu kita tengok itu. Tubuhku tidak
dapat lagi bergerak tetapi kalbu senantiasa
diberikan kekuatan oleh-Nya untuk dapat
melihat kebaikan dan keindahan yang selama ini
tidak pernah kulihat”.
6. Nilai Etika “....Sultan Lingga bangga juga mendengar
kemampuan Datuk kaya montel dalam
menghadapi situasi sulit dengan kompeni. Sultan
juga merasa bangga akan keperkasaan rakyat.
Sejak itu bergulirlah berita ke seluruh wilayah
kekuasaan Sultan lahirlah pantun yang
menggambarkan hubungan akrab antar rakyat
dan Sultan. (Anak ulat di buku kayu, Anaka
Belanda bermain teropong, Besar Daulat Raja
Melayu, Kapal ditunda dengan jongkong)”.
7. Nilai Kepemimpinan “....Keberhasilan Datuk Kaya Montel menjaga
wilayah perairan selalu menjadi kebanggan
Sultan dan kembanggan seluruh rakyat
Kemaharajaan Riau-Lingga. Dia selalu berhasil
menangkap lanun-lanun yang mencoba
memasuki perairan Riau-Lingga-Johor.
Keberhasilan itu pula yang mendorong pihak
Kompeni/Belanda sangat membenci tokoh
Melayu panjaga laut itu”.
Pembahasan
Nilai-Nilai Gurindam Kedua Belas
Nilai Keislaman.
Bila dikaitkan dengan isi Gurindam Kedua Belas Pasal Kesebelas
Berbunyi:
Hendaklah berjasa kepada yang sebangsa
Hendaklah jadi kepala buang perangai yang cela
Hendaklah memegang amanat buanglah khianat
Hendak marah dahulukan hujjah
Hendak dimulai jangan memulai
Hendak ramai murahkan perangai
Berdasarkan isi Gurindam Kedua Belas Pasal Kesebelas tersebut, jelas
Datuk Kaya Montel sebagai orang yang terkuat dan Berjasa di Kabupaten Lingga.
Datuk Kaya Montel telah berjasa dan amanah, karena telah menjalankan perintah
dari sultan Riau-Lingga. Oleh sebab itu wajar apabila Sultan bangga terhadap
Datuk Kaya Montel. Hal tersebut sebagaimana yang telah diamanatkan Gurindam
Kedua Belas Pasal Kesebelas. Adapun nilai keislaman yang terdapat dalam cerita
ini terdapat pada kalimat:
“....Tuhan Yang Mahakuasa memperlihatkan kekuatan jauh lebih kuat yang kamu
sangkakan kepada saya. Dia juga telah memperlihatkan kepadaku keindahan
yang yang paling terindah jauh melebihi indahnya puncak Gunung Daik yang
setiap hari selalu kita tengok itu. Tubuhku tidak dapat lagi bergerak tetapi kalbu
senantiasa diberikan kekuatan oleh-Nya untuk dapat melihat kebaikan dan
keindahan yang selama ini tidak pernah kulihat”. (Razak, 2003:5)
Dari kutipan di atas, tercantumkan nilai-nilai keislaman seperti dimana
Dato Kaya Montel mengajarkan tentang Kebesaran dan kekuatan yang dimiliki
Allah SWT dan keindahan ilmu ajaran islam yang mengajarkan tentang kebaikan
sesama umat untuk saling menghormati dan mengasihi sesasama manusia dalam
menjalani kehidupan di dunia.
Nilai Akidah.
Gurindam Kedua Belas, Khususnya pasal ketiga yang menyatakan:
Apabila terpilihara mata sedikitlah cita-cita
Apabila terpilihara kuping kabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah niscaya dapat dari padanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan daripada segala berat
dan ringan
Apa bila perut terlalu penuh keluarlah fi‟il yang tiada senonoh
Angota tengah hendaklah ingat disitulah banyak hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki daripada berjalan yang membawa rugi
“....Dari cerite yang beredar kat sini, patahnya salah satu cabang Gunung Daik
itu merupakan meninggalnya sosok tokoh yang disegani dan dihormati kat sini
yaitu Datok Kaya Montel. Konon Datuk Kaya Montel merupakan orang yang
sakti dan taat beragama”. (Bapak Muhammad Nasir 55 Tahun, Hasil wawancara
pada tanggal 29 Agustus 2018)
Dari kutipan di atas, tercantumkan nilai-nilai akidah seperti dimana
masyarakat masih mempercai bahwa Datok Kaya Montel merupakan sosok orang
yang memiliki kemampuan atau kekuatan baik dari segi kekuatan fisik maupun
kekuatan batin, selain itu masyarakat Lingga juga masih menyakini bahwa sosok
seorang Datuk Kaya Montel juga merupakan orang taat kepada agama dalam
menjalahi kehidupan di dunia.
Nilai Sosial.
Gurindam Kedua Belas, khususnya pasal kelima yang berbunyi:
Jika hendak mengenal orang berbangsa lihatlah kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia sangat memeliharakan yang
sia-sia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu bertanya dan belajar tidaklah
jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal di dalam dunia mengambil
bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai lihatlah pada ketika
bercampur dengan orang ramai
“....Suatu hari Datuk Kaya Montel jatuh sakit. Ramai orang Daik baik kalangan
isatana maupun rakyat jelata termaksuk orang laut menjenguk panutan setiap
orang itu. Siang-malam, pagi-sore, orang-orang datang kerumah Datuk Kaya
Montel di Mepar. Pada awalnya Datuk Kaya Montel suka juga dengan keikhlasan
orang-orang itu menjenguknya yang sedang terbaring sakit. Namin demikian,
lama-kelamaan orang kuat menyuruh agar mereka pulang ke tempat tinggal
mereka masing-masing. “saya tetap sakit, kamu semua yang sehat, silakan cari
rezeki untuk anak isrti. Nanti jika saya sudah tidak dapat bernafas lagi, barulah
kamu semua berhimpun ke mari”. (Razak, 2003:4)
Dari kutipan di atas, tercantumkan nilai-nilai sosial seperti dimana
masyarakat memiliki sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam
persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita. Orang yang peduli
kepada nasib orang lain adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu dalam
rangka memberi inspirasi kebaikan kepada lingkungan sekitar.
Nilai Budi Pekerti.
Gurindam Kedua Belas, khususnya pasal keenam, yang berbunyi:
Cahari olehmu akan sahabat Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru
Cahari olehmu akan istri Yang boleh menyerahkan diri
Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan
Cahari olehmu akan „abdi Yang ada baik sedikit budi
Datuk kaya Montel mencari abdit yang dapat dijadikan untuk budi.
Gurindam Kedua Belas Pasal Kelima menyatakan:
Jika hendak mengenal orang berbangsa lihatlah kepada budi dan bahasa
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia sangat memeliharakan yang
sia-sia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu bertanya dan belajar tidaklah
jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal di dalam dunia mengambil
bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai lihatlah pada ketika
bercampur dengan orang ramai
“....Konon dahulu yang tinggal di Gunung Daik orang Binuian, dimana dahulu
orang Bunian sering berbaur dengan masyarakat kampung sekitar. Terutama
pada saat pesta perkawinan. Bahkan kalau berhajat dalam pesta perkawinan
tersebut masyarakat yang meminjam berbagai peralatan mulai dari perhiasan
emas dan perak sampai peralatan masak dan pelaminan, tentu saja melalui ritual
tertentu. Namun karena ada sebagaian masyarakat yang tidak mengembalikan
barang yang dipinjam tersebut telah membuat murka orang Bunian dan sejak itu
hubungan baik antara orang Bunian dengan masyarakat mulai renggang”.
(Bapak Isnin 66 Tahun, Hasil wawancara pada tanggal 07 Agustus 2018)
Dari kutipan di atas, tercantumkan nilai-nilai budi pekerti seperti dimana
usaha sadar penanaman / internalisasi nilai akhlak / moral dalam sikap dan
perilaku manusia agar sikap dan perilaku yang luhur dalam keseharaian, baik
dalam berinteraksi dengan Tuhan, sesama dan dengan lingkungan alam.
Nilai Bermanfaat.
Berkaitan dengan nilai manfaat, Gurindam Kedua Belas pasal kedelapan
menyatakan:
Barangsiapa khianat akan dirinya apalagi kepada lainnya
Kepada dirinya ia aniaya orang itu jangan engkau percaya Lidah suka
membenarkan dirinya daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar biar daripada orang datangnya
khabar
Orang yang suka menampakkan jasa setengah daripada syirik mengaku
kuasa
Kejahatan diri sembunyikan kebaikan diri diamkan
Keaiban orang jangan dibuka keaiban diri hendaklah sangka
“....Suatu hari Datuk Kaya Montel jatuh sakit. Ramai orang Daik baik kalangan
isatana maupun rakyat jelata termaksuk orang laut menjenguk panutan setiap
orang itu. Siang-malam, pagi-sore, orang-orang datang kerumah Datuk Kaya
Montel di Mepar. Pada awalnya Datuk Kaya Montel suka juga dengan keikhlasan
orang-orang itu menjenguknya yang sedang terbaring sakit. Namin demikian,
lama-kelamaan orang kuat menyuruh agar mereka pulang ke tempat tinggal
mereka masing-masing. “saya tetap sakit, kamu semua yang sehat, silakan cari
rezeki untuk anak isrti. Nanti jika saya sudah tidak dapat bernafas lagi, barulah
kamu semua berhimpun ke mari”
Dari kutipan di atas, tercantumkan nilai-nilai bermanfaat seperti dimana
dalam hal ini manusia mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
tentang benar atau salah, baik-buruknya suatu yang dilakukan manusia. Dengan
demikian manusia berusaha lebih mengerti mengapa mereka harus hidup menurut
norma-norma tertentu.
Nilai Etika.
Gurindam Kedua Belas Pasal Kesepuluh, menyatakan:
Dengan bapa jangan durhaka Supaya Allah tidak murka
Dengan ibu hendaklah hormat Supaya badan dapat selamat
Dengan anak janganlah lalai Supaya boleh naik di tengah balai
Dengan kawan hendaklah adil Supaya tangannya jadi kapil
“....Sultan Lingga bangga juga mendengar kemampuan Datuk kaya montel dalam
menghadapi situasi sulit dengan kompeni. Sultan juga merasa bangga akan
keperkasaan rakyat. Sejak itu bergulirlah berita ke seluruh wilayah kekuasaan
Sultan lahirlah pantun yang menggambarkan hubungan akrab antar rakyat dan
Sultan. (Anak ulat di buku kayu, Anaka Belanda bermain teropong, Besar Daulat
Raja Melayu, Kapal ditunda dengan jongkong)”.
Dari kutipan di atas, tercantumkan nilai-nilai etika seperti dimana dalam
hal ini manusia mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia tentang
benar atau salah, baik-buruknya suatu yang dilakukan manusia. Dengan demikian
manusia berusaha lebih mengerti mengapa mereka harus hidup menurut norma-
norma tertentu.
Nilai Kepemimpinan atau Mawas Diri
Gurindam kedua belas, khususnya pasal ketujuh berbunyi:
Apabila banyak berkata-kata disitulah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka itulah tanda hampirkan duka
Apabila kita kurang siasat itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Apabila anak tidak dilatih jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencela (mencacat?) orang itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur sia-sia sahajalah umur
Apabila mendengar akan khabar menerimanya itu hendaklah sabar
Apabila mendengar akan aduan membicarakannya itu hendaklah
cemburuan
Apabila perkataan yang lemah lembut lekaslah segala orang mengikut
Apabila perkataan yang amat kasar lekaslah orang sekalian gusar
Apabila pekerjaan yang amat benar tidak boleh orang berbuat onar
“....Keberhasilan Datuk Kaya Montel menjaga wilayah perairan selalu menjadi
kebanggan Sultan dan kembanggan seluruh rakyat Kemaharajaan Riau-Lingga.
Dia selalu berhasil menangkap lanun-lanun yang mencoba memasuki perairan
Riau-Lingga-Johor. Keberhasilan itu pula yang mendorong pihak
Kompeni/Belanda sangat membenci tokoh Melayu panjaga laut itu”. (Razak,
2003:10)
Dari kutipan di atas, tercantumkan nilai-nilai kepemimpinan seperti
dimana Kepiawaian para pemimpin seperti tersebut diatas antara lain adalah
kemampuannya untuk menyikapi perubahan yang terjadi secara tepat. Setiap
perubahan memerlukan panduan sikap seorang pemimpin yang dapat dimengerti
bawahannya dan konsisten dalam sikapnya. Dalam menyikapi perubahan tersebut
seorang pemimpin yang berhasil harus mampu menyiapkan kader-kadernya dalam
menghadapi perubahan yang terus menerus terjadi.
4. Kesimpulan dan Saran
Simpulan
Nilai budaya melayu dalam mitos-mitos yang terdapat di Gunung Daik
menggunakan nilai budaya melayu dalam gurindam dua belas karya Raja Ali Haji,
yaitu (1) nilai keislaman, kekuatan, keindahan, dan kebaikan. (2) Nilai akidah
(perilaku) yang berupa hubungan sebab akibat bahwa perbuatan baik akan dibalas
dengan kebaikan pula, sedangkan perbuatan buruk akan dibalas dengan keburukan
pula dan aspek ketaatan. (3) nilai sosial yang berupa penggambaran sikap dalam
menjalankan akidah-akidah keagamaan. (4) nilai budi-pekerti. (5) nilai mawas diri
. (6) nilai manfaat . (7) nilai etika .Dapat berupa perilaku-perilaku secara moral
yang positif. Kepercayaan yang terdapat dalam mitos-mitos tersebut adalah
berupa larangan dan aturan yang menjadikan masyarakat menjaga norma yang
ada, bereapa kepercayaan tersebut adalah (1) meninggalnya Datuk Kaya Montel
bersamaan dengan patahnya salah satu cabang gunung daik. (2) Adanya Suku
Bunian yang hidup di dataran tinggi gunung daik. (3) kekuatan Datuk Kaya
Montel, yang bisa berjalan di atas air tanpa menggunakan alat transportasi apapun.
(4) mendengar suara tangisan salah satu cabang gunung daik bahwa dirinya akan
patah.
Saran
Nilai Budaya melayu dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai masukan dan renungan bagi pihak lainnya untuk lebih memanfaatkan
budaya lokal yang ada di sekitar sebagai media untuk menjaga norma-norma di
lingkungan masyarakat. Di samping itu, peniliti berharap bahwa sastra lisan dapat
dilestarikan dengan baik oleh masyarakat sekitar, karena sastra lisan adalah
sebuah kebudayaan yang dapat mengajarkan berbagai nilai kehidupan.
Berbagai mitos yang terdapat di Gunung Daik ini masih menjadi
kepercayaan masyarakat sekitar maupun pendatang. Dengan kepercayaan tersebut,
masyarakat dapat melestarikan warisan leluhur serta untuk menghormati leluhur.
Diharapkan untuk masyarakat sekitar agar dapat mempertahankan tradisi yang ada
untuk menjaga norma dan melestarikan kebudayaan yang ada.
Daftar pustaka
Danandjaja,james.1997. Foklor Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Endraswara,Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Center
For Academic Publishing Service (CAPS).
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pratiwi, Mirza Krisna Gita. 2017. Mitos-Mitos Di Gunung Lawu : Analisis
Struktur, Nilai Budaya, dan Kepercayaan. Tidak di terbitkan. Jember :
Universitas Jember.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuntitatif,Kualitatif, dan R & D. Bandung :
CV,Alfabeta.
Sudikan Setya Yuwana. 2015. Metode Penelitian Sastra Lisan. Lamongan : CV.
Pustaka Ilalang Group.
Suhardi. 2017. Amanat dan Nilai-Nilai Gurindam Kedua Belas Dongeng Bujang
Sri Ladang. Jurnal Lingua scientia. 30 Maret 2018. 22.45
Sukatman. 2011. Mitos dalam Tradisi Lisan Indonesia. Jember: Center for
Society Studies (CSS).
Ratna, nyoman kutha. 2011. Teori,Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Razak, Abdul. 2003. Patahnya Gunung Daik,Kumpulan Cerita Rakyat Kepulauan
Riau. Pekanbaru, Riau : Autografika.