Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

39
1. MASYARAKAT PEDESAAN Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah, yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu sendiri. Masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan aman yang disebabkan oleh pengorbanan yang dilakukan oleh anggotanya baik paksaan ataupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang-wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama. Dengan paksa berarti tunduk terhadap hokum yangh berlaku sedangkan dengan sukarela dikarenakan taat terhadap peraturan berdasarkan keinsyafan dan kesadaran dari diri sendiri. 1 Masyarakat pedesaan sering di sebut juga dengan istilah ‘rural comunity. Agak sulit untuk memberikan batasan 1 Hasan Shadili, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, Rineka cipta, Jakarta, 1993, hlm 50 Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan 1

Transcript of Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

Page 1: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

1. MASYARAKAT PEDESAAN

Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah, yang hidup

karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu sendiri.

Masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan aman yang disebabkan

oleh pengorbanan yang dilakukan oleh anggotanya baik paksaan ataupun

sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak

sewenang-wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan

bersama. Dengan paksa berarti tunduk terhadap hokum yangh berlaku

sedangkan dengan sukarela

dikarenakan taat terhadap

peraturan berdasarkan

keinsyafan dan kesadaran dari

diri sendiri.1

Masyarakat pedesaan

sering di sebut juga dengan

istilah ‘rural comunity. Agak sulit

untuk memberikan batasan apa

yang di maksud dengan

masyarakat pedesaan. Dalam

hubungan ini, baiklah akan di

berikan gambaran umum tentang masyarakat pedesaan. Warga-warga suatu

masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih

mendalam dari pada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan

lainnya, di luar batas-batas wilayahnya. Sistem kehidupan biasanya

berkelompok, atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat

1 Hasan Shadili, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, Rineka cipta, Jakarta, 1993, hlm 50

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

1

Page 2: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian.2 walaupun kita melihat adanya

tukang kayu, tukang genting dan bata, tukang membuat gula dan bahkan

tukang catut (sistem ijon), akan tetapi inti pekerjaan penduduknya adalah

pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di luar pertanian hanya merupakan pekerjaan

sambilan; oleh karena itu bila tiba masa panen atau masa penanaman padi,

pekerjaan sambilan tadi segera di tinggalkannya. Namun demikian, hal itu

tidaklah berarti setiap orang mempunyai tanah. Suatu contoh misalnya, di

pulau Jawa di kenal ada empat macam pemilikan tanah, yaitu:

a. Sistem milik umum atau milik komunal dengan pemakaian beralih-

alih.

b. Sistem milik komunal dengan pemakaian bergiliran;

c. Sistem komunal dengan pemakaian tetap, dan;

d. Sistem milik individu;

Cara-cara bertani masyarakat pedesaan umumnya sangat tradisional

dan tidak efisien, karena belum di kenal luas mekanisme dalam pertanian.

Biasanya mereka bertani semata-mata untuk mencukupi kehidupannya sendiri

dan tidak untuk di jual. Cara bertani yang

demikian lazimnya di namakan substistence

farming, artinya mereka merasa puas apabila

kebutuhan keluarga telah di cukupi.

Golongan-golongan orang tua pada

masyarakat pedesaan, pada umumnya

memegang peranan yang penting. Orang-orang

akan selalu meminta nasehat-nasehat pada

mereka, apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kesukarannya adalah

bahwa golongan-golongan orang tua itu mempunyai pandangan yang

2 Drs. Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasonal, Surabaya, hlm 90

2 Masyarakat dan Mitos

Page 3: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

didasarkan pada tradisi yang kuat sehingga sukar untuk mengadakan

perubahan-perubahan yang nyata. Pengendalian sosial masyarakat terasa

sangat kuat, sehingga pengembangan jiwa individu sangat sukar

dilaksanakan. Itulah sebabnya mengapa sulit sekali untuk merubah jalan

pikiran sosial kearah jalan pikiran yang ekonomis, hal mana yang juga

disebabkan karena kurangnya alat-alat komunikasi. Sebagai akibat sistem

komunikasi yang sederhana, hubungan antara seseorang dengan orang

laindapat diatur dengan seksama. Rasa persatuan erat sekali, yang kemudian

menimbulkan saling kenal mengenal dan saling tolong menolong yang akrab.

Apabila ditinjau dari sudut pemerintahannya, hubungan antara

penguasa dengan rakyat berlangsung secara tidak resmi. Segala sesuatu

dijalankan atas dasar musyawarah. Di samping itu karena tidak ada

pembagian kerja yang tegas, seorang penguasa sekaligus mempunyai

beberapa kedudukan dan peran yang sama sekali tidak dapat dipisahkan atau

paling sukar untuk dibeda-bedakan. Di desa terpencil, sukar sekali untuk

memisahkan kedudukan seseorang serta perannya kepada desa sebagai

orang tua yang nasehat-nasehatnya patut dijadikan pegangan, sebagai

seorang pemimpin upacara-upacara adat dan lain sebagainya. Singkatnya,

segala sesuatu disentralisir pada diri kepala desa tersebut.

Cara hidup masyarakat pedesaan sebagaimana digambarkan diatas

akan berubah, sebagaimana ada perkembangan sistem kapitalisme dan

masyarakat industri, artinya di masyarakat pedesaan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi. Menurut koentjaraningrat suatu masyarakat desa

menjadi suatu persekutuan hidup dan kesatuan sosial.

Didasarkan atas dua macam prinsip, yaitu:

a. Prinsip hubungan kekerabatan (geneologis)

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

3

Page 4: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

b. Prinsip hubungan tinggal dekat (teritorial)

Masyarakat pedesaan kehidupannya perbeda dengan masyarakat

perkotaan. Perbedaan-perbedaan ini berasal dari perbedaan yang mendasar

dari keadaan lingkungan, yang mengakibatkan adanya dampak terhadap

personalitas dan segi-segi kehidupannya. Kesan yang sangat populer

masyarakat perkotaan terhadap masyarakat pedesaan adalah masyarakat

pedesaan bodoh, lambat dalam berfikir dan bertindak, serta mudah ‘tertipu’

dan lain sebagainya. Kesan ini disebabkan karena masyarakat perkotaan

mengamatinya hanya sepintas lalu, tidak banyak tahu dan kurang pengalaman

dengan keadaan lingkungan pedesaan.3

2. PENGARUH MITOS DI DAERAH PEDESAAN

Di daerah pedesaan sangat kuat

pengaruh mitos terhadap kehidupan

masyaratnya, Mitos adalah cerita

tentang asal usul terjadinya dunia

seperti sekarang ini, cerita tentang alam

peristiwa-peristiwa yang tidak biasa

sebelum alam duniawi yang kita hadapi

ini. Cerita-cerita itu menurut

kepercayaan sungguh-sungguh terjadi

dan dalam arti tertentu keramat.

Upacara keagamaan adalah

pelaksanaan tindakan-tindakan yang

ditentukan, yang strukturnya sangat ketat yang dianggap mempunyai arti

3 Koentjoroningrat, Isi Konsep Desa Indonesia, Yayasan BPFE, Universitas Indonesia, Jakarta, hlm 354

4 Masyarakat dan Mitos

Page 5: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

keagamaan. Karena cerita itu sering sekali mendramatisasikan atau

memperagakan cerita-cerita Mitos, dan oleh karena itu mitos itu menerangkan

dan memberi rasionalisasi kepada pelaksanaan upacara.4

Dan mitos selalu berhubungan dengan ritual-ritual yang didalamnya

mengandung unsur agama dimana Tylor, satu abad yang lalu telah

mendefinisikan agama sebagai suatu kepercayan dalam bentuk spiritual.

Sejumlah ahli Antropologi sosial modern sudah kembali kesuatu perluasan

definisi agama dalam pengembangan kehidupan sosial masyarakat terhadap

manusia biasa atau kekuatannya. Ahli lainnya mengikuti Durkheim, telah

berusaha menemukan nilai-nilai khusus tentang kesucian yang membatasi

agama dan kepercayaan duniawi. Agama sangat berfariasi dalam peranannya

di alam semesta ini dan cara-cara manusia berhubungan dengan agama

tersebut. Dalam hal ini bisa terdapat kelompok dewa-dewi, satu dewa atau

sama sekali tidak ada roh atau bahkan makhluk dan kekuatan yang

berlebihan, kelompok-kelompok ini secara konstan dapat menghalangi

kegiatan manusia atau tanpa terlibat sekalipun. Kelompok ini bersifat hukum

(primitif) atau bersifat positif. Berhubung dengan ini manusia dapat merasa

kagum atau hormat atu bahkan merasa takut, tetapi mereka juga dapat

mambangkitkan kekuatan gaib atau berusaha memperdayakannya. Agama

kepercayaan dapat juga mengatur moral manusia melakukan atau melanggar

moral. Keberadaan agama atau kepercayaan terdapat beberapa jenis yaitu:

1. Animisme yaitu suatu kepercayaan terhadap roh, hantu,

dahan pohon raksasa, dan jenis keercayaan lainya.

2. Animatisme yaitu suatu kepercayaan terhadap kekuatan roh

yang lebih.

4 Roger M. Keesing, Antropologi Budaya, Erlangga, Jakarta, 1992, hlm 106-107

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

5

Page 6: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

3. Totenisme yaitu dimana dikatakan bahwa mantera

menghubungkan kelompok manusia dengan kelompok

binatag atau dengan fenomena alam.

Hal ini tidak berarti bahwa perbandingan agama tidak harus kehilangan

perbandingannya, atau setiap agama akan terbukti selalu berkaitan dengan

suatu jenis sistem sosial dan kita akan kembali kepada usaha yang lebih

canggih dan modern untuk menunjukkan adanya hubungan antara dunia

khayalan dan dunia kenyataan dimana kita hidup.5

3. AGAMA DAN KEPERCAYAAN PADA MASYARAKAT

Agama sebagai sistem nilai telah lama disalahpahami oleh para pemikir

Barat terutama oleh Aguste Comte6 dengan para pengikutnya. Menurut

Comte, masyarakat berkembang secara linear dari tahap teologis, metafisik,

sampai pada tahap akhir positif. Pada tahap teologis dan metafisik, agama

masih dipandang mempunyai pengaruh yang dominan dalam struktur

masyarakat, sehingga jika terjadi

peristiwa apa saja, semuanya

dikembalikan dan direkonsilasikan

kepada agama. Pada tahap ini, pola

pemikiran masyarakat masih sangat

sederhana.

Agama sebagai nilai bagi

manusia rujukan dan arahan, bukan

sekedar tempat manusia untuk berkompensasi dari kelelahan rohaninya dan

mencari ketenangan. Akan tetapi, lebih jauh memberikan landasan nilai bagi

5 Ibid hlm 936 Harold H. Titus, Marilyn. S. Mith, dan Richard T. Nolan, Living Issues in

Philosophy. Terj. H.M. Rosyidi, Persoalan-persoalan Filsafat. Bulan Bintang, Jakarta, 1984, hal.365.

6 Masyarakat dan Mitos

Page 7: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

manusia. Karena itu, agama berkaitan bahkan tidak terpisahkan dengan

kebudayaan. Persoalan utama dalam melihat hubungan antara agama dan

kebudayaan adalah dalam pengambilan nilai-nilai dasar. Agama sebagai

sumber nilai merupakan rujukan esensial bagi masyarakat. Pada pemikiran

barat yang berkembang selama ini, nilai dipandang sebagai sesuatu yang

berubah setiap saat bergantung pada kesepakatan masyarakat, dan agama

merupakan salah satu nilai yang dijadikan rujukan untuk masalah-masalah

yang bersifat ritual, bukan standar nilai baik dan buruk.

Hubungan agama dan kebudayaan memunculkan dua pandangan

dikalangan para ahli. Pertama, agama merupakan bagian dari kebudayaan,

atau kebudayaan itu mencakup agama. Dalam pandangan ini, agama

disamakan dengan mitos, legenda atau dongeng yang merupakan bagian dari

tradisi masyarakat. Bagi agama tertentu (kebudayaan). Pandangan ini dapat

diterima karena agama-agama budaya memang lahir dari pemikiran manusia.

Akan tetapi, bagi agama Islam, pandangan ini tidak bisa diterima karena Islam

bukan hasil pemikiran manusia. Kedua, kebudayaan merupakan bagian dari

agama, atau agama mencakup kebudayaan. Dalam pandangan ini,

kebudayaan manusia merupakan bagian dari agama. Kedua pandangan ini

banyak berpengaruh terhadap cara orang melihat agama dan budaya.7

Menurut Dr. TB. Simatupang, Sepanjang sejarah umat manusia maka di

semua tempat selalu ada agama dan kebudayaan. Semua orang mengetahui

paling sedikit mengira mengetahui, apa yang dimaksud dengan agama dan

apa yang dimaksud dengan kebudayaan. Tetapi tidak ada yang lebih sulit

7 Ali Anwar Yusuf. Islam dan Sains Modern: Sentuhan Islam terhadap Berbagai Disiplin Ilmu. Pustaka Setia, Bandung: 2005, hal.57

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

7

Page 8: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

daripada memberikan definisi mengenai agama dan kebudayaan yang dapat

diterima oleh semua orang.8

Sejarah umat manusia memperlihatkan bahwa pengaruh agama selalu

memasuki semua segi kehidupan manusia dan masyaraka. Mempelajari

agama dahulu adalah tugas eksklusif dari para ahli agama atau para teolog.

Sejak abad ke-19 telah diterapkan metode-metode modern filsafat, ilmu

sejarah, ilmu bahasa, psikologi, antropologi, sosiologi, fenomenologi, ilmu

perbandingan agama dan seterusnya untuk memahami asal-usul, hakekat, arti

dan fungsi agama. Semua upaya itu tidak menghasilkan suatu definisi

mengenai agama yang dapat diterima oleh semua pihak. Upaya untuk

menemukan esensi dari agama misalnya, tidak begitu berhasil. Terbukti

bahwa masing-masing agama merupakan suatu sistem tersendiri, dimana

doktrin, mitos, ritual, keimanan, kelembagaan dan seterusnya adalah aspek-

aspek dari suatu kesatuan yang organis yang tidak begitu saja dapat

dibandingkan dengan agama yang lain, apalagi dinilai dengan menggunakan

agama lain sebagai tolok ukur. Air dingin, air panas, air beku, air asin, air

tawar, air bersih dan air kotor adalah manifestasi dan barang yang sama, yaitu

air. Tetapi agama-agama tidak merupakan manifestasi dari suatu barang yang

dapat disebut agama dalam arti yang umum. Oleh karena itu adalah lebih

tepat apabila kita berbicara mengenai agama-agama dan tidak mengenai

agama.9

Tidak ada kurang sulitnya untuk menemukan definisi mengenai

kebudayaan, yang dapat diterima oleh semua orang. Dua antropolog Amerika

8 Drs. Musa Asy’arie. Agama, Kebudayaan dan Pembangunan Lain, Sunan Kalijaga. Hal.41.9 The Studi of Religion, dalam Encyclopaedia Britannica, 1978.

8 Masyarakat dan Mitos

Page 9: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

A.L. Kroeber dan Klyde Kluckhorn mencatat tidak kurang dari 164 definisi

mengenai culture.10

Untuk tujuan kita sekarang ini mungkin dapat kita katakana bahwa

kebudayaan yang berasal dari budi itu (1) mencakup segala sesuatu yang

diciptakan oleh budi manusia atau segala sesuatu yang diciptakan oleh

manusia sebagai makhluk yang berbudi untuk memberi jawab atas tantangan

yang dihadapi dalam sejarah, (2) merupakan milik bersama dari suatu

masyarakat yang diwariskan kepada generasi-generasi penerus (3) dilandasi

oleh tata nilai dan mempunyai arah serta orientasi tertentu.

Suatu teori mengatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa

Sansekerta. Akar katanya gam, mendapat awalan a- dan akhira –a, menjadi a-

gam-a. Disamping itu ada pula yang mendapat awal i- dan u-, menjadi igama

dan ugama. Gam artinya “pergi”. Sansekerta masuk rumpun bahasa-bahasa

indo-Jerman. Dalam bahasa Indo-Jermen lainnya kita temukan akar itu

dengan sedikit perobahan: ga, gam (Belanda) dan go (Inggr). Setelah

mendapat awalan a- dan akhiran –a (a-gam-a) pengertiannya berubah

menjadi “jalan”. Kata agama, igama dan ugama kita temukan sekarang dalam

bahasa Bali, dengan pengertian berbeda-beda. Dan anehnya tiga bahasa

sekarang memakai masing-masing kata itu dengan pengertian sama: Agama

(Indonesia), igama (jawa), ugama (Malaysia).11

Dalam abad ke-XVI Barat memasuki Nusantara, selanjutnya

menjajahnya. Belanda mendirikan sekolah barat di Indonesia, Inggris

membina sekolah barat di Semenanjung. Kaum intelektual bumiputera yang

dihasilkan oleh sekolah-sekolah itu berkenalan dengan kata “religie” (Bld) dan

10 A.L. Kroben and Clyde Kluckhorn, Culture. A Critical Review of Concepts and Deinition, Cambridge, Mass. 1952.

11 Gazalba Sidi. Islam dan Perubahan Sosio Budaya. Pustaka Alhusna: Jakarta Pusat, hal.45-46.

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

9

Page 10: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

“religion” (Inggr), yang disamakan mereka pengertiannya dengan agama.

Religi sebagai istilah ilmu lebih jelas pengertiannya. Umumnya orang

berpendapat yang disebut religi itu mengandung tiga ciri:

1. Percaya kepada Yang Kudus

2. Melakukan hubungan dengan Yang Kudus itu dengan upacara

(ritus), pemujaan (kultus) dan permohonan (doa),

3. Doktrin tentang perkara 1 dan 2. Biasanya gejala-gejala itu

dilengkapi oleh ciri ke-

4. Perkara 1, 2, 3 itu membentuk sikap hidup atau pandangan dunia.

Kalau agama disamakan pengertiannya dengan religi, maka yang

dikatakan agama ialah sistem hubungan manusia dengan Tuhan

dengan perincian keempat ciri tersebut. Bertolak dari analisa pengertian

agama itu maka ciri-ciri agama Islam ialah:

1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (akidah).

2. Melakukan hubungan dengan Yang Maha Esa dengan upacara,

pemujaan dan doa (ibadah khasah).

3. Doktrin tentang perkara 1 dan 2 (Qur’an dan Hadits)

4. Sikap hidup (taqwa).

Esensi agama Islam adalah sistem hubungan manusia dengan Allah

(Tuhan Yang Maha Esa).

Menurut Drs. Abdullah Fadjar, M.Sc. Antropologi berparadigma

agama-Islam-mengajukan anggapan esensial tentang kualitas manusia.

Manusia pada dasarnya memiliki kualitas unggul. Desain ‘ilahiyah’

menyatakan bahwa manusia telah dijadikan dalam sebaik-baik bentuk

kejadian ‘ahsani taqwim’. Kualitas ini akan bisa dipertahankan sejauh manusia

beriman dan beramal kebjikan. Ini berarti ada nilai-nilai yang berkedudukan

sentral untuk mengamankan kualitas. Peluang untuk penurunan kualitas selalu

dapat dan mungkin terjadi apabila manusia sudah berada di luar rangka iman

10 Masyarakat dan Mitos

Page 11: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

dan amal kebajikan. Memang dalam antropologi pernah terjadi perdebatan

apakah perbuatan kejahatan –berarti penurunan derajat ‘ahsani taqwim’ ke

‘astala safilin’ –karena faktor heriditas? Anggapan itu ternyata salah. Studik-

studi antropologi tidak cukup kuat mendukung anggapan itu. (Montagu, 1959:

152-159).

Bertolak dari anggapan esensial diatas, bahwa manusia dijadikan

dalam sebaik-baik bentuk, kita berpandangan positif terhadap produk budi

daya manusia. Produk budi daya manusia yang dikenal dengan kebudayaan,

dapat mencapai kualitas yang sebaik-baiknya. Evolusi dan ritme budaya yang

bersemboyankan kemajuan (progress) dapat mewujudkan kualitas budaya

yang sehat sejahtera lahir batin. Evolusi budaya tidak harus melahirkan “crisis

of crisis” (Bodley 1076), suatu krisis yang berlipat-lipat dan menjangkau tiga

angkatan: global, nasional dan personal. Seperti yang digagaskan oleh Peter

S. Albin, kemajuan dan pertumbuhan ekonomi tetap bertanggung jawab

secara sosial dan tidak menciptakan kemiskinan; (progress without poverty

1978).

Ritme budaya yang suci, karena dilandasi ruh iman dan amal

kebjikan, tidak harus bergeser ke yang ‘vulgar’ (meminjam ungkapan Dane

Rudhyar: 1977). Dalam perjalanan budaya umat manusia tidak perlu terjadi

pergulatan politik yang diwarnai oleh kemarahan dan penindasan seperti yang

digambarkan dalam buku Anger, Violence and Politics (Feierabend dkk.;

1972). Juga apa yang dilukiskan oleh Martin Carnoy bahwa pendidikan

menjurus fungsinya menjadi imperialisme budaya tentulah tidak bakal terjadi

(lihat Carnoy, Education as Cultural Imperilasime: 1974).

Kalau evolusi budaya yang dikembangkan oleh umat manusia

ternyata melahirkan aneka ragam krisis, katakanlah budaya cacat atau cacat

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

11

Page 12: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

budaya, karena memang peluang untuk terjadi krisis atau cacat hampir selalu

terbuka.

Ambilah contoh kehidupan seorang patriot. Bayangkan, format

kehidupan seorang patriot dapat memiliki cacat. Kesan kita selama ini seorang

patriot adalah seorang yang mencintai atau orang yang berbuat kebajikan

kepada tanah airnya.

Khusus kebijaksanaan kebudayaan dalam pembangunan Negara

yang sudah berjalan, merangkum sepuluh dalam pembangunan Negara yang

sudah berjalan, merangkum sepuluh hal:

1. Pembinaan dan pengembangan nilai budaya Indonesia

2. Pembinaan kebudayaan nasional

3. Penanggulangan pengaruh kebudayaan asing yang negative

4. Tanggungjawab social dan disiplin nasional

5. Usaha pembauran bangsa

6. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia

7. Pembinaan bahasa daerah

8. Pembinaan kesenian yang mencerminkan kepribadian bangsa

Indonesia

9. Kesenian daerah

10.Pemeliharaan tradisi dan peninggalkan daerah

Secara etnis, jawa merupakan mayoritas Indonesia, namun diantara

mereka sendiri secara religius ada keanekaragaman, karena sekitar lima

sampai sepuluh prosen diantaranya adalah menganut Islam dalam bentuk

yang agak murni, sekitar tigapuluh persen menganut Islam dalam versi yang

sudah amat sinkretis dan dijawakan, sementara sebagian besar diantaranya

menganggap mereka sebagai muslim nominal yaitu mengakui bahwa dirinya

12 Masyarakat dan Mitos

Page 13: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

islam namun tindakan dan pikiran mereka lebih dekat kepada tradisi Jawa

kuno dan Jawa Hindu. Kelompok tersebut disebut kelompok abangan.12

Kebangkitan kembali kebatinan itu lebih daripada sekedar suatu

reaksi melawan islam yang diperpolitikkan saja. Menurut Hadiwijono, mistik

tampil ke permukaan terutama pada masa-masa penuh tekanan dan

keresahan social, ketika orang-orang mencari landasan- landasan baru guna

membangun bagan keadaan manusiawi (1967:3).13

Secara sosial, individu dianggap sebagai suatu makhluk yang

didorong oleh pamrih atau hawa nafsu yang motif-motifnya harus dicurigai. Ia

harus dikendalikan oleh adat istiadat dan kebudayaan yang disodorkan dan

dijadikan pedoman oleh masyarakat. Manusia harus hidup secara publik dan

harus dapat diawasi. Individu dianggap tidak bertanggung jawab atas

perbuatanyya jika dianggap tidak bias memikul tanggug jawab atas

tindakannya tersebut. Pada akhirnya yang bertanggung jawab adalah

kelompok pada masyarakat tersebut.14

12 Niels Mulder, Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa, PT. Gramedia, Jakarta, 1884, hlm113 Ibid hlm 314 Ibid hlm 48

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

13

Page 14: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

LAPORAN OBSERVASI

Disini saya akan mengangkat tentang kehidipan masyarakat yang

berada di Desa Tempursari di Kabupaten Madiun yang masih terikat kuat

dengan adanya mitos yang mereka percayai. Di Desa ini hampir semua

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dimana hampir setiap

musim lahan pertanian mereka hanya ditanami padi disepanjang tahunnya

bahkan mereka tetap bertanam padi pada waktu musim kemarau sekalipun

padahal mereka mengerti kalau sangatlah sulit untuk mendapatkan air untuk

mengairi lahan mereka bahkan segala cara mereka lakukan untuk tetap dapat

bertanam padi di musim kemarau. Mereka tidak pernah mencoba menanam

tanaman lain yang dapat dijadikan sebagai pengganti seperti ubi, jagung,

kedelai, dan lain sebagainya karena jika mereka mengganti dengan tanaman

tersebut mereka sangat kesulitan untuk menjual hasil panen tanaman palawija

tersebut dan kalaupun ada yang membeli mereka membeli dengan harga

murah jauh jebih murah dibandingkan dengan harga pasaran.

Bagi masyrarakat yang tidak mempunyai lahan pertanian mereka

biasanya menggarap lahan orang lain yang hasilnya dibagi dua atau bahkan

ada juga yang ekeja sebagai buruh tani saja dimana mereka hanya

mendapatkan pekerjaan jika musim bertani tiba dan untuk selanjutnya mereka

bekerja serabutan atau sebagai kuli bangunan jika ada masyarkat yang

membangun rumah tetapi kadang-kadang didalam pendirian rumah tersebut

dilakukan secara gotong- royong atau lebih dikenal dengan sebutan

“sambatan” biasanya mereka yang ikut mendirikan rumah tersebut hanya

diberi makan dan uang rokok saja dan untuk tenaga dan waktu yang mereka

berikan selebihnya adalah gratis dan atas dasar rasa gotong-royong ,

mengenai ekonomi msyarakat pada umumnya dapat dikatakan masyarakat

menengah kebawah di daerah ini masyarakat miskin relatif banyak dan

14 Masyarakat dan Mitos

Page 15: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

mengnai pendidikan hanya sebagian saja yang bisa melanjutkan ke tingkat

perguruan tinggi kebanyakan setekah lulus dari SMP atau SMA mereka

membantu orangtua mereka untuk bekerja.

Mengenai masalah sosial yang terjadi di Desa ini yang paling

menonjol adalah mengenai masalah kepercayaan atau masalah keagamaan

dimana masyarakat ini sebetulnya hampir seluruhnya memeluk agama Islam

tetapi mereka tidak mengerti apa itu agama islam yang sebenarnya, mereka

sering lupa akan kewajiban Sholat disaat mereka disibukkan dengan kegiatan

mereka atau pada saat musim bertani tiba mereka tidak begitu peduli akan

kewajiban mereka untuk menunaikan ibadah Sholat wajib dikarenakan dalam

seharian penuh mereka berada di sawah untuk bertani. Bahkan untuk

menunaikan Sholat jum’at pun kebanyakan dari para penduduk laki-laki

mereka tidak tau bahwa Sholat jum’at adalah suatu kewajiban bagi laki-laki

sehingga sering diabaikan. Walaupun begitu mereka tau akan peraturan dan

hukum-hukum islam tentang hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak

boleh dilakukan sehingga tingkat kejahatan yang terjadi relatif sedikit bahkan

tidak ada kejahatan yang terjadi. Disisi lain mereka percaya kepada salah satu

sosok yang mereka percayai adalah sebagai penunggu desa tersebut yang

melindungi mereka dari marabahaya atau bencana, memang terkadang sosok

tersebut menampakkan diri dalam sosok seekor binatang anjing yang pada

malam hari tertentu berjalan mengelilingi desa. Walaupun menurut orang

dianggap mustahil tetapi hal itu memang benar terjadi dan dapat dibuktikan.

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

15

Page 16: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

Didalam hal lain ketika musim panen tiba di hari pertama memanen

mereka biasa menyajikan sebuah tumpeng lengkap dengan seekor ayam

panggang lengkap dengan bumbu urap serta sayur mayurnya, hal itu mereka

lakukan untuk menghormati dewi sri atau dewi padi dimana telah memberikan

hasil panen yang melimpah sekaligus rasa syukur atas hasil panen yang

mereka dapatkan, dan apabila panen telah selesai mereka megambil seikat

padi yang telah dikeringkan tetapi bulir-bulir

padinya tidak dilepaskan dari batangnya,

setelah itu mereka menaruhnya diatas kuda-

kuda rumah hal itu dilakukan agar rumah yang

mempunyai seikat padi tadi selalu

mendapatkan pangan yang melimpah dan

tidak kekurangan yang diosimbolkan dengan

seikat padi tadi.

Di desa ini juga percaya bahwa ketika

ada gerhana Bulan mereka yakin bahwa pada saat itu sang rembulan sedang

dimakan oleh Buto Ijo yang hanya berkepala saja dan tidak mempunyai tubuh,

mereka dengan segera membangunkan ayam yang sedang bertelur ataupun

yang sedang mengerami induknya, menurut Mitos apabila mereka tidak

membangunkan ayam tersebut, telur yang tadinya dierami tidak akan bisa

menetas atau yang biasa mereka sebut dengan istilah “kopyor “, selain itu

mereka juga memukul-mukul lesung atau alu mereka percaya bahwa jika

mereka memukul-mukul lesung Buto Ijo yang tadinya memakan Rembulan

akan takut dan segera mengeluarkanya kembali.

Dan yang menjadi masalah disini adalah budaya memepercayai Mitos

sudah sangat melekat pada masyarakat desa ini mereka tidak tau jika hal itu

adalah perbuatan syirik yang bertentangan dengan agama Islam, mereka lebih

takut pada adat yang menyatakan jika mereka tidak menjalankan tradisi yang

16 Masyarakat dan Mitos

Page 17: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

ada mereka akan mendapatkan musubah sehingga mereka tidak berani dalam

menentang hal tersebut dan masalah-masalah yang terjadi adalah sebagai

berikut:

a. Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa Desa ini

mempercayai adanya sosok yang dipercayai adalah sebagai

penunggu Desa yang berwujud seekor anjing yang berukuran besar,

dimana sang penunggu ini biasanya pada malam di hari-hari

tertentu mengelilingi desa. Orang Desa menganggap bahwa Anjing

itu ikut menjaga keamanan desa sehingga di setiap tahunnya pada

hari dimana malamnya adalah malam Jum’at legi warga Desa

berbondong-bondong untuk membuat tumpeng yang isinya adalah

seekor ayam panggang, sayur dan beberapa lauk sebagai

pelengkapnya dan disaat proses pembuatannyapun tidak boleh

dicicipi terlebih dahulu. Dan setelah semuanya selesai pada hari

Jum’at legi pagi tumpeng tersebut mereka bawa ke dsebuah

“Punden” yaitu pada sebuah pohon asam yang besar yang

dipercaya sebagai tempat tinggal penunggu desa tersebut.

Upacara tersebut dipimpin oleh seorang Modin yang

biasanya tugasnya ialah mengurusi segala surat-surat pernikahan

jika ada yang akan menikah dan juga bertugas sebagai orang yang

memandikan jenazah jika ada orang yang meninggal sebenarnya

Modin adalah orang yang lebih tau atau lebih pandai di dalam hal

agama jika dibandingkan dengan warga masyarakat yang ada di

desa tersebut. Berhubung modinpun tidak melarang kegiatan

terebut dan bahkan sebagai pemimpin upacaranya maka

masyarakatpun tidak pernah sadar bahwa kegiatan tersebut adalah

kegiatan syirik, mereka takut jika mereka tidak melakukan

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

17

Page 18: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

persembahan tumpeng maka mereka mempunyai keyakinan bahwa

mereka titak ada yang melindungi desa mereka. Bukan hanya itu

saja pada malam harinya masyarakat menyelenggarakan suatu

hiburan yang sangat meriah yaitu diantaranya pertunjukan wayang

semalam suntuk selain itu pertunjukan Reog ponorogo juga

disajikan yaitu setelah upacara selesai Reog diarak keliling

mengelilingi Desa setelah itu psds mslsm harinya pertunjukan Reog

dilanjutkan kembali Sekaligus sebagai penutup acara.

b. Selain itu desa ini juga masih banyak mempunyai mitos yang

lain antara lain yaitu seorang anak kecil apabila sudah memasuki

waktu dzuhur maka bagi anak-anak balita dilarang keluar rimah

masyarakat disini percaya bahwa apabila ada anak balita yang

keluar rumah maka bisa jadi makhluk gaib akan mengganggu anak

kecil tersebut biasanya reaksi yang ditimbulkan yaitu anak kecil

menangis terus menerus dan tidak bias dihentikan, mereka percaya

bahwa pada waktu sore hari menjelang Magrib adalah waktu

dimana Makhluk-makhluk Gaib keluar dari tempat

persembunyianya.

c. Dan pada waktu terjadi Gerhana Bulan masyarat dengan

segera mengambil alu dan ditumbuk-tumbukkan ke dalam lesung

yang dipercaya jika lesung tersebut dipukul-pukul maka makhluk

gaib yang disebut Buto Ijo yang dipercaya telah memakan Bidadari

Bulan akan takut mendengar suara alu tersebut dan segera

melepaskannya. Selain itu bagi masyarakat yang mempunyai Ayam

yang sedang bertelur induk dari Ayam tersebut dibangunkan dengan

mengobrak-ngobrak sarangnya mereka percaya jika Ayam tersebut

tidak dibangunkan maka telur yang tadinya dierami oleh induk Ayam

tidak akan menetas.

18 Masyarakat dan Mitos

Page 19: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

ANALISA, PEMBAHASAN DAN SOLUSI.

Melihat dari Fenomena diatas bahwa Desa Tempursari menganut

beberapa Mitos yang diantaranya Didalam hal ketika musim panen tiba di hari

pertama memanen mereka biasa menyajikan sebuah tumpeng lengkap

dengan seekor ayam panggang lengkap dengan bumbu urap serta sayur

mayurnya, hal itu mereka lakukan untuk menghormati dewi sri atau dewi padi

dimana telah memberikan hasil panen yang melimpah sekaligus rasa syukur

atas hasil panen yang mereka dapatkan, dan apabila panen telah selesai

mereka megambil seikat padi yang telah dikeringkan tetapi bulir-bulir padinya

tidak dilepaskan dari batangnya, setelah itu mereka menaruhnya diatas kuda-

kuda rumah hal itu dilakukan agar rumah yang mempunyai seikat padi tadi

selalu mendapatkan pangan yang melimpah dan tidak kekurangan yang

diosimbolkan dengan seikat padi tadi.

Di desa ini juga percaya bahwa ketika ada gerhana Bulan mereka

yakin bahwa pada saat itu sang rembulan sedang dimakan oleh Buto Ijo yang

hanya berkepala saja dan tidak mempunyai tubuh, mereka dengan segera

membangunkan ayam yang sedang bertelur ataupun yang sedang mengerami

induknya, menurut Mitos apabila mereka tidak membangunkan ayam tersebut,

telur yang tadinya dierami tidak akan bisa menetas atau yang biasa mereka

sebut dengan istilah “kopyor “, selain itu mereka juga memukul-mukul lesung

atau alu mereka percaya bahwa jika mereka memukul-mukul lesung Buto Ijo

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

19

Page 20: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

yang tadinya memakan Rembulan akan takut dan segera mengeluarkanya

kembali.

Hal tersebut membuktikan bahwa hal tersebut sesuai dengan teori

yang mengatakan bahwa. Di daerah pedesaan sangat kuat pengaruh mitos

terhadap kehidupan masyaratnya, Mitos adalah cerita tentang asal usul

terjadinya dunia seperti sekarang ini, cerita tentang alam peristiwa-peristiwa

yang tidak biasa sebelum alam duniawi yang kita hadapi ini. Cerita-cerita itu

menurut kepercayaan sungguh-sungguh terjadi dan dalam arti tertentu

keramat. Upacara keagamaan adalah pelaksanaan tindakan-tindakan yang

ditentukan, yang strukturnya sangat ketat yang dianggap mempunyai arti

keagamaan. Karena cerita itu sering sekali mendramatisasikan atau

memperagakan cerita-cerita Mitos, dan oleh karena itu mitos itu menerangkan

dan memberi rasionalisasi kepada pelaksanaan upacara.

Dan mitos selalu berhubungan dengan ritual-ritual yang didalamnya

mengandung unsur agama dimana Tylor, satu abad yang lalu telah

mendefinisikan agama sebagai suatu kepercayan dalam bentuk spiritual.

Sejumlah ahli Antropologi sosial modern sudah kembali kesuatu perluasan

definisi agama dalam pengembangan kehidupan sosial masyarakat terhadap

manusia biasa atau kekuatannya. Ahli lainnya mengikuti Durkheim, telah

berusaha menemukan nilai-nilai khusus tentang kesucian yang membatasi

agama dan kepercayaan duniawi. Agama sangat berfariasi dalam peranannya

di alam semesta ini dan cara-cara manusia berhubungan dengan agama

tersebut. Dalam hal ini bisa terdapat kelompok dewa-dewi, satu dewa atau

sama sekali tidak ada roh atau bahkan makhluk dan kekuatan yang

berlebihan, kelompok-kelompok ini secara konstan dapat menghalangi

kegiatan manusia atau tanpa terlibat sekalipun. Kelompok ini bersifat hukum

(primitif) atau bersifat positif. Berhubung dengan ini manusia dapat merasa

kagum atau hormat atu bahkan merasa takut, tetapi mereka juga dapat

20 Masyarakat dan Mitos

Page 21: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

mambangkitkan kekuatan gaib atau berusaha memperdayakannya. Agama

kepercayaan dapat juga mengatur moral manusia melakukan atau melanggar

moral.

Dan mengenai kepercayaan atau mengenai masalah Agama

dimana budaya memepercayai Mitos sudah sangat melekat pada masyarakat

desa ini mereka tidak tau jika hal itu adalah perbuatan syirik yang

bertentangan dengan agama Islam, mereka lebih takut pada adat yang

menyatakan jika mereka tidak menjalankan tradisi yang ada mereka akan

mendapatkan musibah sehingga mereka tidak berani dalam menentang hal

tersebut.

Masyarakat daerah ini sebetulnya hampir seluruhnya memeluk agama

Islam tetapi mereka tidak mengerti apa itu agama islam yang sebenarnya,

mereka sering lupa akan kewajiban Sholat disaat mereka disibukkan dengan

kegiatan mereka atau pada saat musim bertani tiba mereka tidak begitu peduli

akan kewajiban mereka untuk menunaikan ibadah Sholat wajib dikarenakan

dalam seharian penuh mereka berada di sawah untuk bertani. Bahkan untuk

menunaikan Sholat jum’at pun kebanyakan dari para penduduk laki-laki

mereka tidak tau bahwa Sholat jum’at adalah suatu kewajiban bagi laki-laki

sehingga sering diabaikan. Walaupun begitu mereka tau akan peraturan dan

hukum-hukum islam tentang hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak

boleh dilakukan sehingga tingkat kejahatan yang terjadi relatif sedikit bahkan

tidak ada kejahatan yang terjadi.

Orang Desa menganggap bahwa Anjing itu ikut menjaga keamanan

desa sehingga di setiap tahunnya pada hari dimana malamnya adalah malam

Jum’at legi warga Desa berbondong-bondong untuk membuat tumpeng yang

isinya adalah seekor ayam panggang, sayur dan beberapa lauk sebagai

pelengkapnya dan disaat proses pembuatannyapun tidak boleh dicicipi

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

21

Page 22: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

terlebih dahulu. Dan setelah semuanya selesai pada hari Jum’at legi pagi

tumpeng tersebut mereka bawa ke dsebuah “Punden” yaitu pada sebuah

pohon asam yang besar yang dipercaya sebagai tempat tinggal penunggu

desa tersebut.

Upacara tersebut dipimpin oleh seorang Modin yang biasanya

tugasnya ialah mengurusi segala surat-surat pernikahan jika ada yang akan

menikah dan juga bertugas sebagai orang yang memandikan jenazah jika ada

orang yang meninggal sebenarnya Modin adalah orang yang lebih tau atau

lebih pandai di dalam hal agama jika dibandingkan dengan warga masyarakat

yang ada di desa tersebut. Berhubung modinpun tidak melarang kegiatan

terebut dan bahkan sebagai pemimpin upacaranya maka masyarakatpun tidak

pernah sadar bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan syirik, mereka takut

jika mereka tidak melakukan persembahan tumpeng maka mereka

mempunyai keyakinan bahwa mereka titak ada yang melindungi desa mereka.

Bukan hanya itu saja pada malam harinya masyarakat menyelenggarakan

suatu hiburan yang sangat meriah yaitu diantaranya pertunjukan wayang

semalam suntuk selain itu pertunjukan Reog ponorogo juga disajikan yaitu

setelah upacara selesai Reog diarak keliling mengelilingi Desa setelah itu

psds mslsm harinya pertunjukan Reog dilanjutkan kembali Sekaligus sebagai

penutup acara.

Hal tersebut membuktikan bahwa mayoritas orang jawa mempunyai

agama Islam yang belum murni yang masih terpengaruh oleh kebudayaan

Hindu. Seperti teori yang mengatakan bahwa, Secara etnis, jawa merupakan

mayoritas Indonesia, namun diantara mereka sendiri secara religius ada

keanekaragaman, karena sekitar lima sampai sepuluh prosen diantaranya

adalah menganut Islam dalam bentuk yang agak murni, sekitar tigapuluh

persen menganut Islam dalam versi yang sudah amat sinkretis dan dijawakan,

sementara sebagian besar diantaranya menganggap mereka sebagai muslim

22 Masyarakat dan Mitos

Page 23: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

nominal yaitu mengakui bahwa dirinya islam namun tindakan dan pikiran

mereka lebih dekat kepada tradisi Jawa kuno dan Jawa Hindu. Kelompok

tersebut disebut kelompok abangan.

Kebangkitan kembali kebatinan itu lebih daripada sekedar suatu

reaksi melawan islam yang diperpolitikkan saja. Menurut Hadiwijono, mistik

tampil ke permukaan terutama pada masa-masa penuh tekanan dan

keresahan social, ketika orang-orang mencari landasan- landasan baru guna

membangun bagan keadaan manusiawi (1967:3).

Secara sosial, individu dianggap sebagai suatu makhluk yang

didorong oleh pamrih atau hawa nafsu yang motif-motifnya harus dicurigai. Ia

harus dikendalikan oleh adat istiadat dan kebudayaan yang disodorkan dan

dijadikan pedoman oleh masyarakat. Manusia harus hidup secara publik dan

harus dapat diawasi. Individu dianggap tidak bertanggung jawab atas

perbuatanyya jika dianggap tidak bias memikul tanggug jawab atas

tindakannya tersebut. Pada akhirnya yang bertanggung jawab adalah

kelompok pada masyarakat tersebut.

Dan solusi yang dapat saya berikan adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat hendaknya diberikan pengetahuan yang lebih tentang

Agama Islam dimana Agama Islam sebenarnya melarang Manusia

mendewakan atau memuja sesuatu selain Allah SWT karena hal

tersebut merupakan perbuatan syirik yang tidak disukai oleh Allah

SWT.

2. Pendidikan ke jalur yang lebih tinggi menurut saya perlu diberikan

pada masyarakat tersebut sehingga pengetahuan masyarakat tidak

hanya berhenti disitu saja melainkan mereka akan mendapatkan

pengetahuan yang lebih luas bukan hanya pengetahuan tentang Ilmu

pengetahuan saja melainkan juga tentang Agama.

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

23

Page 24: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

3. Hendaknya dengan didirikan Pondok pesantren atau di Desa tersebut

harus mempunyai orang-orang yang tinggi ilmu Agamanya yang

dijadikan sebagai orang yang dianut oleh masyarakat.

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Hal tersebut

membuktikan bahwa sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa. Di daerah

pedesaan sangat kuat pengaruh Mitos terhadap kehidupan masyaratnya,

dinmana Mitos adalah cerita tentang asal usul terjadinya dunia seperti

sekarang ini, cerita tentang alam peristiwa-peristiwa yang tidak biasa sebelum

alam duniawi yang kita hadapi ini. Cerita-cerita itu menurut kepercayaan

sungguh-sungguh terjadi dan dalam arti tertentu keramat. Upacara

keagamaan adalah pelaksanaan tindakan-tindakan yang ditentukan, yang

strukturnya sangat ketat yang dianggap mempunyai arti keagamaan. Karena

cerita itu sering sekali mendramatisasikan atau memperagakan cerita-cerita

Mitos, dan oleh karena itu mitos itu menerangkan dan memberi rasionalisasi

kepada pelaksanaan upacara.

Dan mitos selalu berhubungan dengan ritual-ritual yang didalamnya

mengandung unsur agama dimana Tylor, satu abad yang lalu telah

mendefinisikan agama sebagai suatu kepercayan dalam bentuk spiritual.

kepercayaan pada masyarakat pedesaan masih dipengaruhi oleh

kepercayaan-kepercayaan mitos yang sangat kuat melekat pada kehidupan di

24 Masyarakat dan Mitos

Page 25: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

masyarakat tersebut antara lain dengan adanya mitos-mitos yang sudah

menjadi tradisi antara lain:

Didalam hal ketika musim panen tiba di hari pertama memanen

mereka biasa menyajikan sebuah tumpeng lengkap dengan seekor ayam

panggang lengkap dengan bumbu urap serta sayur mayurnya, hal itu mereka

lakukan untuk menghormati dewi sri atau dewi padi dimana telah memberikan

hasil panen yang melimpah sekaligus rasa syukur atas hasil panen yang

mereka dapatkan, dan apabila panen telah selesai mereka megambil seikat

padi yang telah dikeringkan tetapi bulir-bulir padinya tidak dilepaskan dari

batangnya, setelah itu mereka menaruhnya diatas kuda-kuda rumah hal itu

dilakukan agar rumah yang mempunyai seikat padi tadi selalu mendapatkan

pangan yang melimpah dan tidak kekurangan yang diosimbolkan dengan

seikat padi tadi. Dan masih banyak lagi Mitos-mitos yang terdapat didalam

Masyarakat tersebut.

Walaupun Masyarakat tersebut mayoritas beragama Islam tetapi

agama mereka sangat lemah, mereka sangat berbegang teguh kepada tradisi

mereka walaupun tradisi tersebut bertentangan dengan Norma Agama.

Mungkin hal ini sangatlah sulit untuk dihilangkan dari kebudayaan mereka

karna orang yang sudah fanatik sulit sekali untuk menerima perubahan.

Mungkin perubahan akan terjadi jika di dalam masyarakat tersebut sudah

banyak orang yang memiliki pendidikan yang tinggi. Sehingga sedikit demi

sedikit tradisi tersebut bias hilang.

Seharusnya pada Masyarakat hendaknya diberikan pengetahuan

yang lebih dalam tentang Agama Islam dimana Agama Islam sebenarnya

melarang Manusia mendewakan atau memuja sesuatu selain Allah SWT

karena hal tersebut merupakan perbuatan syirik yang tidak disukai oleh Allah

SWT. Dan juga Pendidikan ke jalur yang lebih tinggi menurut saya perlu

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

25

Page 26: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

diberikan pada masyarakat tersebut sehingga pengetahuan masyarakat tidak

hanya berhenti disitu saja melainkan mereka akan mendapatkan pengetahuan

yang lebih luas bukan hanya pengetahuan tentang Ilmu pengetahuan saja

melainkan juga tentang Agama. Hendaknya dengan didirikan Pondok

pesantren atau di Desa tersebut harus mempunyai orang-orang yang tinggi

ilmu Agamanya yang dijadikan sebagai orang yang dianut oleh masyarakat.

Demikianlah materi yang dapat saya sampaikan mengenai Pengaruh

Mitos yang masih melekat pada masyarakat pedesaan khususnya di Desa

Tempursari. Semoga dengan materi ini dapat dijadikan sebagai tambahan

ilmu pengetahuan. Jika ada kekurangan saya mohon maaf.

DAFTAR RUJUKAN

Hasan Shadili, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, Rineka

cipta, Jakarta, 1993.

Drs. Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasonal,

Surabaya.

Koentjoroningrat, Isi Konsep Desa Indonesia, Yayasan BPFE,

Universitas Indonesia, Jakarta.

Roger M. Keesing, Antropologi Budaya, Erlangga, Jakarta,

1992.

Gazalba Sidi. Islam dan Perubahan Sosio Budaya. Pustaka

Alhusna: Jakarta Pusat.

Niels Mulder, Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa,

PT. Gramedia, Jakarta, 1884.

Harold H. Titus, Marilyn. S. Mith, dan Richard T. Nolan, Living

Issues in Philosophy. Terj. H.M. Rosyidi, Persoalan-

persoalan Filsafat. Bulan Bintang, Jakarta, 1984.

26 Masyarakat dan Mitos

Page 27: Pengaruh Mitos Di Desa Tempursari.2a

Ali Anwar Yusuf. Islam dan Sains Modern: Sentuhan Islam terhadap Berbagai Disiplin Ilmu. Pustaka Setia, Bandung: 2005, hal.57

Drs. Musa Asy’arie. Agama, Kebudayaan dan Pembangunan

Lain, Sunan Kalijaga

Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Pedesaan

27