Post on 09-Feb-2018
PETRUS ROMIL SUDIN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS KAMPUNG CIBEREUM
SUNTING, KELURAHAN MULYAHARJA, KECAMATAN
BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Ekonomi
Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung
Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota
Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Petrus Romil Sudin
NIM H44090089
ABSTRAK
PETRUS ROMIL SUDIN. Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor). Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN.
Air merupakan sumberdaya yang esensial bagi kehidupan manusia. Pesatnya pembangunan perumahan menyebabkan persaingan antara pihak perumahan dan masyarakat lokal dalam memanfaatkan air tanah sehingga menimbulkan kelangkaan air. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji karakteristik pengguna sumberdaya air, mengestimasi nilai Willingness to Pay (WTP), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP, dan mengkaji pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, WTP, regresi, dan analisis kelayakan investasi.
Hasil penelitian karakteristik pengguna sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting menunjukan bahwa tingkat penghasilan masyarakat pengguna air adalah Rp 1.000.001-Rp 2.000.000 per bulan, jumlah kebutuhan air 3-4 m³/hari/KK, dan jumlah pengguna air adalah 5-6 orang/KK. Rata-rata nilai WTP pengguna sumberdaya air adalah Rp 149,05 per m³. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah usia, penerimaan, dan jumlah kebutuhan air. Berdasarkan analisis finansial diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 16.210.358,7; Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,18; dan Internal
Rate of Return (IRR) sebesar 19%. Selanjutnya dalam analisis ekonomi nilai NPV diperoleh sebesar Rp 38.839.914,09; Net B/C sebesar 1,55; dan IRR sebesar 32%. Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan layak dan akan memberikan manfaat dalam bentuk ketersediaan air bersih bagi masyarakat di Kampung Cibereum Sunting. Pemerintah dan masyarakat disarankan dapat melakukan penataan ruang agar pengalokasian sumberdaya air bersih bagi masyarakat lokal terjamin secara berkelanjutan.
Kata kunci: Sumberdaya air, Willingness to Pay, Net Present Value, Net
Benefit-Cost Ratio, Internal Rate of Return.
ABSTRACT
PETRUS ROMIL SUDIN. Economic Analysis of The Utilization and
Development of Water Resources (Case Study: Cibereum Sunting, Mulyaharja
Village, South Bogor sub-District, Bogor City). Supervised by TRIDOYO KUSUMASTANTO and BENNY OSTA NABABAN
Water is the principal and essential resource for human life. The
development of housing increase the competition of groundwater demand and
leads to groundwater scarcity. The objectives of this research are to examine the
characteristics of water resources user, to estimate the value of Willingness to
Pay (WTP), to analyze the factor affect of WTP, and to examine feasibility of
development clean water resservoir in Cibereum Sunting, Mulyaharja Village,
South Bogor sub-district, Bogor City. This research used several analyses, such
as descriptive, WTP, regression, and feasibility study. The results show that the
characteristics of water users in Cibereum Sunting have revenue approximately
Rp 1,000,001-Rp 2,000,000 per month, the amount of water needed are 3-4
m³/day/household, and number of water users are 5-6 person/household. The
average value of WTP of water user is estimated Rp 149.05 per m³. The factors
affect of WTP are age, revenue, and the amount of water needs. Based on the
financial feasibility analysis for Net Present Value (NPV) is Rp 16,210,358.7; Net
Benefit-Cost Ratio (Net B/C) is 1.18; and Internal Rate of Return (IRR) is 19%.
Then, based on the economic feasibility analysis for NPV is Rp 38,839,914.09;
Net B/C is 1.55; and IRR is 32%. It can be concluded that the development of
clean water reservoir is feasible and important for continuous water supply for
local people. The water resource optimal allocation policy must be established by
government and stakeholders.
Key words: Water resource, Willingness to Pay, Net Present Value, Net
Benefit-Cost Ratio, Internal Rate of Return.
PETRUS ROMIL SUDIN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS KAMPUNG CIBEREUM
SUNTING, KELURAHAN MULYAHARJA, KECAMATAN
BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR)
Judul Skripsi : Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)
Nama : Petrus Romil Sudin NIM : H44090089
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S Benny Osta Nababan, S.Pi, M. Si Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr.Ir. Aceng Hidayat M.T Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-
nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini ialah sumberdaya air, dengan judul Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan
Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting,
Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor). Penulis
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Gervasius Sudin dan Mama Maria
Agustina Mei, serta adik-adik tersayang Fendy, Weniks, Ersan, dan Heru,
yang selalu memberikan motivasi, doa, dan kasih sayang.
Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S dan Bapak Benny Osta
Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan
mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi
perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Kantor Kesbang, Dinas Binamarga dan Sumberdaya Air, BPS, Kecamatan,
Kelurahan, Kepala RT/RW, dan masyarakat Cibereum Sunting yang telah
banyak memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data.
Keluarga Besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM
IPB para Dosen beserta Staf ESL atas semua dukungan dan bantuan
selama masa studi.
Rekan-rekan sebimbingan skripsi; Charra, Eno, Edwina, Hesti, dan Nur
serta rekan-rekan ESL 46 atas kebersamaan dan kekompakannya.
Gilang Putri Rembulan yang selalu memberikan dukungan bagi penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam mengembangkan
sumberdaya air bagi kesejahteraan masyarakat.
Bogor, Februari 2014
Petrus Romil Sudin
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iv
I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 5
1.4 Ruang Lingkup ......................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 6
II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7
2.1 Sumberdaya Air........................................................................ 7
2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Air .................................................. 8
2.3 Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air ................................. 10
2.4 Contingent Valuation Method (CVM) ..................................... 11
2.5 Analisis Regresi Berganda ....................................................... 14
2.6 Pengembangan Sumberdaya Air .............................................. 15
2.7 Analisis Kelayakan ................................................................... 16
2.8 Analisis Sensitivitas.... ............................................................. 19
2.9 Penelitian Terdahulu ................................................................ 19
III KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................... 23
IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 25
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 25
4.2 Metode Penelitian ..................................................................... 25
4.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 25
4.4 Metode Pengambilan Sampel ................................................... 26
4.5 Metode Analisis Data ............................................................... 27
4.5.1 Analisis Deskriptif ........................................................ 28
4.5.2 Analsisis WTP Responden terhadap Jasa Lingkungan 28
ii
4.5.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Responden .......................................................... 31
4.5.4 Analisis Kelayakan Pengembangan Penampungan
Sumberdaya Air Bersih ................................................. 31
4.5.5 Analisis Sensitivitas ...................................................... 34
4.6 Batasan Penelitian ..................................................................... 34
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................... 36
5.1 Kondisi Geografis Kelurahan Mulyaharja ................................ 36
5.1.1 Kependudukan .............................................................. 37
5.1.2 Pelanggan Air Bersih PDAM ....................................... 39
5.2 Kampung Cibereum Sunting ................................................... 39
5.3 Potensi Sumberdaya Air di Kampung Cibereum Sunting ........ 40
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 42
6.1 Karakteristik Pengguna Air Tanah ........................................... 42
6.1.1 Usia ............................................................................... 42
6.1.2 Jenis Kelamin ................................................................ 43
6.1.3 Tingkat Pendidikan Terakhir ........................................ 43
6.1.4 Penghasilan ................................................................... 44
6.1.5 Jumlah Pengguna Air .................................................... 45
6.1.6 Jumlah Kebutuhan Air .................................................. 46
6.2 Estimasi Nilai WTP Masyarakat Kampung Cibereum Sunting terhadap Ketersediaan Air ........................................................ 47
6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ......... 49
6.4 Analisis Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih di Kampung Cibereum Sunting .................................... 52
6.4.1 Aspek Teknis ................................................................ 52
6.4.2 Aspek Sosial ................................................................. 53
6.4.3 Aspek Manajemen... ..................................................... 54
6.4.4 Aspek Finansial dan Ekonomi Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih ......................... 54
6.4.4.1 Penentuan Harga Bayangan ................................... 54
6.4.4.2 Analisis Arus Tunai ............................................... 55
6.4.4.3 Analisis Finansial ................................................... 58
6.4.4.4 Analisis Ekonomi ................................................... 61
iii
VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 65
7.1 Simpulan .................................................................................... 65
7.2 Saran ........................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 67
LAMPIRAN ............................................................................................... 69
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2011....................................... 3
2 Jenis dan sumber data ................................................................. 26
3 Metode analisis data .................................................................... 27
4 Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011 . 37
5 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011 .............................................................. 38
6 Jumlah pelanggan PDAM di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011............................................................................................. 39
7 Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan tingkat penghasilan Tahun 2013............................................................................................. 44
8 Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan rata-rata biaya pengeluaran Tahun 2013 ................................................................................. 45
9 Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi kebutuhan air Tahun 2013............................................................................................. 46
10 Menghitung dugaan nilai rataan WTP (Estimating Mean
WTP/EWTP) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.. ...... 47
11 Total WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. .................................................. 49
12 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013. ..... 50
13 Penerimaan penjualan air bersih berdasarkan harga WTP dan harga PDAM pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ................... 56
iv
14 RAB pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga pasar dan harga bayangan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.................................................... 57
15 Biaya operasi dan pemeliharaan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga pasar dan harga bayangan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013... ........... 58
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Kerangka pemikiran .................................................................... 24
2 Sebaran usia masyarakat pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 .................................................................... 42
3 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jenis kelamin Tahun 2013 .......... 43
4 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi tingkat pendidikan Tahun 2013 . 44
5 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jumlah pengguna air per KK Tahun 2013 .................................................................................. 46
6 Kurva penawaran WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ............. 48
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Peta wilayah Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor .................. 69
2 Keadaan daerah dan kondisi sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.................................................... 70
3 Data karakteristik responden pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 .................................................................... 71
4 Uji kenormalan data .................................................................... 72
5 Konstruksi bangunan embung kecil ............................................ 73
6 Filter air ....................................................................................... 74
7 Penyusutan bahan bangunan ....................................................... 75
8 Biaya upah tenaga kerja .............................................................. 75
v
9 Analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan kemampuan membayar masyarakat di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ........... 76
10 Analisis sensitivitas kelayakan finansial pengembangan penampungan air bersih (perubahan jumlah debit air filter
menjadi 31 m³ per jam) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013............................................................................................. 77
11 Analisis sensitivitas kelayakan finansial pengembangan penampungan air bersih (kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 .......... 78
12 Analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga RTSS di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.. ................................................. 79
13 Analisis kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013............................................................................................. 80
14 Analisis sensitivitas kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (perubahan jumlah debit air dari filter menjadi 26,5 m³ per jam) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 .................................................................... 81
15 Analisis sensitivitas kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013 ................................................................................. 82
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah sumberdaya alam utama yang penting untuk memenuhi hajat
hidup orang banyak. Pasal 4 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
menyatakan bahwa, sumberdaya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup,
dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras. Jelas bahwa
masalah kelangkaan sumberdaya air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas dapat
menimbulkan dampak pada kesehatan, sosial maupun ekonomi. Pada dasarnya
sumberdaya air dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari, seperti
kegiatan konsumsi, sanitasi, rekreasi, dan lain sebagainya. Selain sebagai
kebutuhan dasar air diperlukan sebagai pendukung dalam kegiatan ekonomi,
pertanian, pariwisata, dan industri.
Berdasarkan keseluruhan air yang ada di bumi sebagian besar berada di laut
yaitu sebesar 97 persen dan air tawar hanya 3 persen. Air tawar yang relatif sedikit
sebagian besar berada di kutub sebagai es yaitu sebesar 75 persen, sedangkan air
yang berada di sungai, danau, dan air tanah adalah 25 persen, yang terbagi atas air
permukaan yang hanya 1,2 persen dan air tanah sebesar 98 persen (Wiyono 2007).
Air tanah merupakan komponen dari suatu siklus hidrologi (hydrology cycle) yang
meliputi berbagai aspek biologi, geologi, dan fisika yang sangat menentukan
ketersediaan air tanah disuatu daerah. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari
peredaran air di permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan atmosfir, baik
dalam bentuk uap air maupun bentuk cair (Wiyono 2007).
Air merupakan hak asasi manusia hal ini dipertegas pada Pasal 5 UU No. 7
Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air yang menyatakan bahwa, negara menjamin
hak setiap orang untuk mendapatkan air sebagai kebutuhan pokok minimal sehari-
hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Inti dari
undang-undang tersebut adalah bahwa setiap manusia di muka bumi memiliki hak
dasar yang sama dalam pemanfaatan dan akses sumberdaya air.
Air merupakan barang publik (public goods) sehingga memberikan insentif
bagi setiap individu untuk memanfaatkannya secara berlebihan yang akan
berdampak pada kelangkaan sumberdaya air. Pola pemanfaatan air secara intensif
2
dan berlebihan menimbulkan penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air.
Masalah air yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia disebabkan oleh
tingginya pertumbuhan penduduk, sementara sumberdaya air yang dapat
diperbaharui tidak mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan kebutuhan air
meningkat melebihi ketersediaanya sehingga dalam jangka panjang air dengan
cepat menjadi sumberdaya yang semakin langka.
Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,2 persen per
tahun, sehingga pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 250 juta orang yang
tinggal di Indonesia. Tingkat urbanisasi di Indonesia diproyeksikan akan
mencapai 68 persen pada tahun 2025 dan empat propinsi di Jawa tingkat
urbanisasinya akan mencapai di atas 80 persen, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI
Yogyakarta, dan Banten. Hal ini menunjukan bahwa tingkat urbanisasi di propinsi
Pulau Jawa sudah lebih tinggi dari Indonesia secara total1. Tingginya jumlah
penduduk menyebabkan kebutuhan lahan semakin besar untuk tempat tinggal,
khususnya di kota besar seperti Kota Bogor. Akibatnya daerah resapan air yang
mempengaruhi sumberdaya air tanah menjadi semakin berkurang luasnya. Selain
itu, jumlah kebutuhan akan air bersih oleh masyarakat tidak semuanya disediakan
oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) selaku public service sehingga
masyarakat memanfaatkan air tanah sebagai alternatif penyediaan air bersih untuk
kebutuhannya sehari-hari. Meningkatnya aktivitas rumah tangga dan
pembangunan di perkotaan tidak hanya berdampak pada pola pemanfaatan air
tanah secara berlebihan tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap kondisi
air tanah yang dicirikan dengan turunnya permukaan air tanah, kuantitas maupun
kualitasnya.
Kelurahan Mulyaharja merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, dengan luas wilayah 4,79 km². Kelurahan
Mulyaharja memiliki jumlah penduduk terbanyak dari 16 kelurahan lainnya yaitu
18.739 jiwa dan kepadatan penduduknya 3.912 jiwa/km². Luas kelurahan, jumlah
penduduk, dan kepadatan penduduk di Kecamatan Bogor Selatan dapat dilihat
pada Tabel 1.
1http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/923/939/ diakses pada tanggal 23 April 2012.
3
Tabel 1 Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2011
No. Kelurahan Luas (km²)
Jumlah penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km²)
1 Mulyaharja 4,79 18.739 3.912 2 Pamoyanan 2,45 13.605 5.553 3 Ranggamekar 1,48 13.374 9.036 4 Genteng 1,73 7.814 4.517 5 Kertamaya 3,60 5.721 1.589 6 Rancamaya 2,00 6.395 3.198 7 Bojongkerta 2,76 9.162 3.320 8 Harjasari 1,49 14.295 9.594 9 Muarasari 1,54 9.931 6.449 10 Pakuan 1,04 5.676 5.458 11 Cipaku 1,74 12.925 7.428 12 Lawanggintung 0,61 7.687 12.602 13 Batutulis 0,66 10.315 15.629 14 Bondongan 0,68 13.486 19.832 15 Empang 0,79 17.270 21.861 16 Cikaret 3,45 17.941 5.200
Jumlah 30,81 168.793 135.178 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2011)
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kelurahan Mulyaharja merupakan
kelurahan yang memiliki jumlah penduduk dan luas lahan terbesar. Menurut BPS
Kota Bogor (2011), jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Mulyaharja yang
belum mendapatkan layanan PDAM berjumlah 3.385 KK dari jumlah total 4.446
KK yang berdomisili di kelurahan tersebut. Data ini menunjukan bahwa masih
banyak jumlah rumah tangga yang belum mendapatkan layanan air bersih dari
PDAM. Kurangnya penyediaan air minum oleh PDAM berimplikasi pada
penggunaan air tanah secara tidak terkendali, baik oleh masyarakat maupun
perumahan.
Kelurahan Mulyaharja merupakan kelurahan yang strategis. Letaknya
berada di bawah kaki Gunung Salak dengan pemandangan dan udara yang sejuk
menjadikan wilayah ini memiliki nilai ekonomi tinggi bagi pihak pengembang
bisnis properti. Oleh karena itu, pihak pengembang secara besar-besaran
mengkonversi lahan di wilayah tersebut. Dampak perubahan tersebut dirasakan
oleh warga masyarakat Kampung Cibereum Sunting yang tinggal berbatasan
langsung dengan perumahan tersebut. Adanya pengembangan perumahan maka
4
timbul persaingan antara pihak perumahan dan masyarakat setempat dalam
memanfaatkan air. Masyarakat Kampung Cibereum Sunting saat ini telah
mengalami kelangkaan sumberdaya air khususnya air tanah. Debit pasokan air
tanah mengalami penurunan bahkan habis pada saat musim kemarau. Keadaan
tersebut merupakan dampak dari adanya aktivitas pembangunan beberapa
perumahan di sekitar wilayah Kampung Cibereum Sunting yang turut
memanfaatkan air tanah untuk kebutuhannya.
Sumberdaya air sebagai jasa lingkungan memiliki keterbatasan dalam hal
kuantitas dan kualitasnya. Pemanfaatan yang berlebihan dan pengelolaan
sumberdaya air yang kurang bijak pada akhirnya akan menjadikan air sebagai
barang yang langka. Kelangkaan air di Kampung Cibereum Sunting seharusnya
mengubah pandangan masyarakat setempat bahwa air bukan lagi sebagai barang
murah melainkan barang yang memiliki nilai ekonomi intrinsik (intrinsic value)
yang didasarkan pada asumsi adanya keterbatasan dan kelangkaan. Oleh karena
itu, sumberdaya air harus dikelola, dikembangkan, dan dimanfaatkan secara lestari
sehingga keberlanjutan dari pemanfaatan sumberdaya air tetap terjaga dengan
baik.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah yang dihadapi warga masyarakat Kampung Cibereum Sunting
adalah belum tersedianya air bersih secara berkesinambungan. Pada musim
kemarau, persediaan air dalam tanah berkurang sehingga warga mengalami
kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Rendahnya akses masyarakat pedesaan
terhadap perolehan kemudahan pelayanan dan penyehatan lingkungan disebabkan
oleh lemahnya pengelolaan sumberdaya air, rendahnya akses air bersih oleh
masyarakat miskin di pedesaan, kapasitas pemanfaatan, dan pola pengembangan
sumberdaya air yang tidak memadai.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi masyarakat di atas maka dapat
dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung
Cibereum Sunting?
5
2. Berapa nilai kemampuan membayar (Willingness to Pay-WTP) masyarakat
Kampung Cibereum Sunting terhadap ketersediaan air bersih?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat untuk
memperoleh air bersih di Kampung Cibereum Sunting?
4. Bagaimana kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di
Kampung Cibereum Sunting?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Mengkaji karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum
Sunting.
2. Mengestimasi nilai WTP masyarakat Kampung Cibereum Sunting terhadap
ketersediaan air bersih.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi WTP masyarakat untuk
memperoleh air bersih di Kampung Cibereum Sunting.
4. Mengkaji kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di
Kampung Cibereum Sunting.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji karakteristik masyarakat
Kampung Cibereum Sunting dengan pendekatan deskriptif, kemudian
mengestimasi besarnya nilai WTP masyarakat dengan menggunakan pendekatan
Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan yang dilakukan diharapkan
mampu menjelaskan berapa besar kesediaan masyarakat untuk menjaga kualitas
lingkungan. Selanjutnya dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya nilai WTP masyarakat menggunakan pendekatan regresi linear berganda
dengan empat variabel yaitu; usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah
pengguna air. Analisis berikutnya adalah kelayakan pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih sehingga dapat menanggulangi kelangkaan air pada musim
kemarau. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value
(NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR).
6
Perhitungan hasil kriteria tersebut diharapkan pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih layak untuk dibangun sehingga dapat memberikan manfaat
dalam bentuk ketersediaan air bersih bagi masyarakat di Kampung Cibereum
Sunting.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian diharapkan berguna bagi peneliti, masyarakat, ilmu
pengetahuan, dan pemerintah dalam mengambil keputusan. Hasil penelitian yang
dilaksanakan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi peneliti, penelitian merupakan bagian dari aplikasi ilmu pengetahuan
yang diperoleh selama masa perkuliahan dan hasil penelitian diharapkan
dapat bermanfaat secara akademis maupun praktis sebagai sarana
memperoleh pengetahuan dan pengalaman penelitian, serta pemahaman yang
lebih mendalam mengenai pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas air agar
ketersediaannya dapat terus dimanfaatkan pada masa yang akan datang.
2. Bagi masyarakat setempat, penelitian diharapkan mampu memberikan
penjelasan betapa pentingnya menjaga kualitas dan kuantitas air agar dapat
terus dimanfaatkan. Dengan demikian, dapat mendorong masyarakat untuk
lebih gigih dalam menjaga lingkungannya dan turut berpartisipasi dalam
mengurangi eksploitasi sumberdaya air secara berlebihan dan mengontrol
pemanfaatan air secara bijak.
3. Bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan, penelitian diharapkan mampu
mendorong pemerintah untuk berperan aktif sebagai pembuat kebijakan
dalam alokasi dan keberlanjutan sumberdaya air. Selain itu, penelitian
diharapkan mampu mendorong pemerintah dalam menentukan alokasi
sumberdaya air yang merata sehingga tercipta kesejahteraan di lingkungan
masyarakat.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Air
Berdasarkan UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, air adalah
semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami atau buatan
yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, sedangkan daya
air adalah potensi yang terkandung dalam air dan atau pada sumber air yang dapat
memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia
serta lingkungannya. Oleh karena itu, definisi dari sumberdaya air adalah air,
sumber air yang terkandung di dalamnya.
Sumberdaya air merupakan sumberdaya yang vital bagi kehidupan manusia.
Di beberapa daerah, air masih dianggap sebagai public goods sehingga timbul
kecenderungan air disia-siakan ketika berlimpah dan dicari ketika terjadi
kelangkaan. Sumberdaya air memiliki sifat terbuka (open access) dan memiliki
hak kepemilikan yang lemah sehingga air mudah mengalami perubahan dalam
kuantitas dan kualitas sebagai akibat dari ketidakjelasan hak-hak atas pengelolaan
dan pemanfaatannya.
Menurut Anwar (1992) dalam Kusuma (2006), sumberdaya air memiliki
karakteristik khusus, yaitu:
1. Mobilitas air. Air yang bersifat cair mudah mengalir, menguap, dan meresap
di berbagai media sehingga sulit untuk melaksanakan penegasan hak atas
sumberdaya ini secara eksklusif agar dapat dipertukarkan dalam sistem
ekonomi pasar.
2. Skala ekonomi yang melekat. Dalam penyimpanan, penyampaian, dan
distribusi air terjadi skala yang demikian menyebabakan penawaran air
bersifat monopoli alami (natural monopoly), sehingga semakin besar jumlah
air yang ditawarkan maka semakin rendah biaya persatuan yang ditanggung
oleh produsen.
8
3. Penawaran air berubah-ubah. Sifat penawaran air berubah-ubah menurut
waktu, ruang, dan kualitasnya. Dalam kekeringan dan banjir, sumberdaya air
dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum.
4. Kapasitas dan daya asimilasi dari bahan air. Zat cair memiliki daya larut
untuk mengasimilasikan berbagai zat-zat padat atau pencemar tertentu selama
daya asimilasinya tidak terlampaui. Akibatnya, komoditas air mengarah
kepada komoditas yang bersifat umum di mana setiap dapat menganggapnya
sebagai tempat membuang sampah.
5. Penggunaannya dapat dilakukan secara beruntun (sequential use).
Penggunaan secara beruntun dari hulu ke hilir sampai ke laut dan dengan
beruntunnya penggunaan air selama perjalanan alirannya akan mengubah
kualitas dan kuantitasnya sehingga sering menimbulkan eksternalitas.
6. Penggunaannya yang serbaguna (multiple use). Dengan kegunaanya yang
banyak tersebut maka pihak individu atau swasta dapat memanfaatkannya dan
sisanya menjadi barang umum yang dapat menimbulkan eksternalitas.
7. Berbobot besar dan memakan tempat (bulkiness). Apabila ditambah dengan
biaya yang tinggi untuk mewujudkan hak-hak kepemilikannya, akan
menjadikan sumberdaya air bersifat open access.
8. Nilai kultural yang melekat pada sumberdaya air. Sebagian besar masyarakat
masih mempunyai nilai-nilai yang menganggap air sebagai barang bebas
anugerah Tuhan yang tidak patut dikomersilkan sehingga menjadi kendala
dalam alokasinya pada sistem pasar.
Sumberdaya air yang bersifat barang umum memberi insentif pada pola
pemanfaatan air yang berlebihan sehingga berdampak pada kelangkaan air. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengembangan sistem penyediaan air bersih agar
ketersediaan air bersih tetap terjaga.
2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Air
Sumberdaya air yang ada di bumi pada umumnya bersifat barang umum.
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memanfaatkan sumberdaya air
secara cuma-cuma untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup masing-masing.
Pemanfaatan sumberdaya air yang intensif dan berlebih mengakibatkan
9
berkurangnya kuantitas dan kualitas air yang berdampak pada kelangkaan air.
Pada saat sumberdaya air semakin sulit didapat maka seharusnya sumberdaya air
dibayar dengan harga yang mahal oleh karena itu sumberdaya air setidaknya
dikelola dengan baik dan efisien dalam pemanfaatanya.
Menurut Wiyono (2007) bahwa perlu pemikiran lebih lanjut bagaimana
penggunaan sumberdaya air agar lebih efisien. Salah satu cara yang dilakukan
adalah pendekatan orientasi kebutuhan (demand oriented) yang memperhatikan
kebutuhan nyata akan air yang dapat diukur dari kerelaan pemakai air untuk
membayar. Pendekatan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Memaksa pemberi air untuk memproduksi air secara efisien, sebab jika tidak
pemakai akan menolak untuk membayar.
2. Menumbuhkan kesadaran kepada pemakai air bahwa air itu mempunyai harga
dan mereka harus membayar.
Beberapa sebab mengapa para pengelola air pada setiap tingkat baik pada
tingkat nasional, propinsi, dan daerah harus mengendalikan kebutuhan air antara
lain: (1) penggunaan air selalu meningkat sedangkan sumberdaya air terbatas; (2)
sumberdaya air mudah rusak atau tercemar baik secara kualitas maupun kuantitas;
(3) biaya untuk mengembangkan sumberdaya air selalu meningkat; (4)
keterbatasan dana sebagai kendala investasi; (5) kekurangan air telah terjadi di
seluruh dunia; dan (6) terbatasnya pengembangan sumberdaya air yang tidak
mempengaruhi lingkungan (Sanim 2011).
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dapat dilihat
bahwa prioritas pemanfaatan air adalah:
1. Air minum (kebutuhan rumah tangga dan perkotaan) disebut juga air baku, air
bersih, atau air minum. Tingkat konsumsi air tergantung pada jumlah
penduduk, pola konsumsi yang searah dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
2. Pertanian; sumberdaya air yang dibutuhkan dalam lingkup pertanian seperti
kebutuhan air pada musim tanam, kualitas air, dan kelembagaan petani
pemakai air.
3. Perikanan; pemanfaatan sumberdaya air untuk kegiatan perikanan air tawar,
air payau, dan perikanan di danau dan waduk.
10
4. Ketenagaan; kebutuhan akan listrik menjadikan sumberdaya air sebagai
alternatif energi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
5. Industri; sektor industri membutuhkan air dalam proses produksi sebagai
input maupun output produksi jumlah air yang dibutuhkan tergantung
besarnya industri, misalnya melalui banyaknya produksi dan banyaknya
tenaga kerja.
6. Lalu lintas air; kebutuhan air untuk transportasi merupakan kebutuhan air
yang non-konsumtif. Sungai dan saluran dapat berpotensi menjadi prasarana
transportasi yang penting pada beberapa tempat di Indonesia. Perhubungan
melalui sungai yang relatif mudah dan murah turut memacu perkembangan
ekonomi.
7. Rekreasi; kebutuhan air untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata relatif kecil
tetapi memerlukan kuantitas dan kualitas tertentu juga harus diperhatikan
keberlanjutan pantai maupun danau sebagai objek pariwisata.
2.3 Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air
Sumberdaya air sebagai salah satu sumberdaya strategis yang dimanfaatkan
oleh manusia dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pertanian, industri, dan
kebutuhan rumah tangga dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing pengguna
air. Pengguna sumberdaya air juga disebut sebagai konsumen. Undang-undang
Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik dalam kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Beberapa karakteristik konsumen menurut Engel et al. (1994) dalam
Nugroho (2006) sebagai berikut: 1) karakteristik demografi merupakan
karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir,
pekerjaan, status, pendapatan per bulan, dan tempat tinggal, dan 2) karakteristik
psikografi merupakan karakteristik konsumen berdasarkan profil gaya hidup
sebagian pengunjung. Hal tersebut dilakukan dengan mengadaptasi strategi
pemasaran produk dan jasa yang bersangkutan sesuai dengan aktivitas, minat, dan
opini konsumen.
11
Semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Oleh karena itu,
pemasar harus bisa memilih distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang
akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan
selera dan kesukaan terhadap produk. Usia merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam keputusan untuk
menerima sesuatu yang baru.
2.4 Contingent Valuation Method (CVM)
CVM atau metode valuasi kontingensi merupakan metode valuasi SDA dan
lingkungan dengan cara menanyakan langsung kepada masyarakat selaku
konsumen tentang manfaat SDA dan lingkungan yang mereka rasakan. Teknik
metode ini adalah dengan wawancara langsung terhadap responden yang
memanfaatkan suatu SDA dan lingkungan yang dimaksud. Teknik ini diharapkan
mampu menentukan preferensi masyarakat terhadap SDA dan lingkungan dan
mengemukakan nilai WTP atau kesanggupan membayar masyarakat dalam bentuk
nilai moneter.
Metode valuasi kontingensi merupakan suatu metode yang memungkinkan
untuk memperkirakan nilai ekonomi dari suatu komoditi yang tidak
diperdagangkan dalam pasar (non market value). Pada hakikatnya, tujuan dari
CVM adalah: (1) WTP dari masyarakat terhadap perbaikan kualitas lingkungan
(air, udara, dan lain-lain) dan (2) Willingness to Accept (WTA) kerusakan suatu
lingkungan (Fauzi 2006).
WTP adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi
lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka
memperbaiki kualitas lingkungan atau penghindaran dari kerusakan lingkungan.
Pengukuran dengan konsep WTP dapat menerjemahkan nilai suatu ekosistem ke
dalam nilai moneter. Nilai WTP juga menggambarkan berapa besar kemampuan
setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau
mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai
dengan standar yang diinginkan (Hanley dan Spash 1993). Pengukuran WTP
dapat diterima jika harus memenuhi syarat: (1) WTP tidak memiliki batas bawah
12
yang negatif, (2) batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan, dan (3) harus
ada konsistensi antara keacakan pendugaan dan keacakan penghitungnya.
CVM menggunakan pendekatan secara langsung dengan menanyakan
kepada masyarakat mengenai berapa nilai maksimum yang sanggup diberikan
kepada suatu barang dan jasa lingkungan agar fungsi dari barang dan jasa
lingkungan tersebut tetap terjaga. Asumsi dari metode CVM adalah bahwa
masyarakat atau individu memahami tentang pilihan mereka dan mengetahui
kondisi lingkungan yang akan dinilai.
Terdapat empat metode dalam penawaran besarnya nilai WTP atau WTA
(Hanley dan Spash 1993), yaitu:
1. Metode Tawar Menawar (Bidding Game)
Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah
bersedia membayar atau menerima sejumlah uang tertentu yang diajukan
sebagai titik awal (starting point). Jika “ya” maka besarnya nilai uang
diturunkan atau dinaikkan sampai ke tingkat yang disepakati.
2. Metode Pertanyaan Terbuka (Open-Ended Question)
Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa
jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimal uang
ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Kelebihan metode ini
adalah responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai
yang diberikan dan metode ini tidak menggunakan nilai awal yang
ditawarkan sehingga tidak akan timbul bias titik awal. Kelemahan metode ini
adalah kurangnya akurasi nilai yang diberikan dan terlalu besar variasinya.
3. Metode Kartu Pembayaran (Payment Card)
Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari
berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan untuk menerima.
Dalam hal ini, responden tersebut dapat memilih nilai maksimal atau nilai
minimal yang sesuai dengan preferensinya. Pada awalnya, metode ini
dikembangkan untuk mengatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar.
Untuk meningkatkan kualitas metode ini terkadang diberikan semacam nilai
patokan yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh orang dengan
tingkat pendapatan tertentu bagi barang lingkungan yang lain. Kelebihan
13
metode ini adalah memberikan semacam stimulan untuk membantu
responden berpikir lebih leluasa tentang nilai tertentu, seperti pada metode
tawar menawar. Untuk menggunakan metode ini, diperlukan pengetahuan
statistik yang relatif baik.
4. Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi (Close-Ended Referendum)
Metode ini menawarkan responden jumlah uang tertentu dan menanyakan
apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk
memperoleh kualitas lingkungan tertentu apakah responden mau menerima
atau tidak sejumlah uang tersebut sebagai kompensasi atau diterimanya
penurunan nilai kualitas lingkungan.
Selanjutnya, beberapa tahap dalam penerapan CVM menurut Hanley dan
Spash (1993), yaitu:
1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)
Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan
pertanyaan mengenai nilai barang atau jasa lingkungan. Pasar hipotetik
tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar
terhadap suatu barang atau jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai dalam
mata uang berapa harga barang atau jasa lingkungan tersebut.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)
Setelah kuesioner selesai dibuat, maka dilakukan kegiatan pengambilan
sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka,
dengan perantara telepon atau surat.
3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)
Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah nilai
tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut.
4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)
Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai
variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut
sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk
memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel
independen yang berhubungan dengan kualitas lingkungan.
14
5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)
Penjumlahan atau mengagregatkan data merupakan proses ketika rata-rata
penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud.
6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)
Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan.
Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik,
berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang atau jasa lingkungan
yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang
dibuat dapat mencakup semua aspek barang atau jasa lingkungan, dan lain-
lain pertanyaan sejenis.
2.5 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linear digunakan untuk mempelajari hubungan atau
peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk
persamaan matematik. Menurut Supangat (2007), persamaaan garis regresi
merupakan model hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu antara variabel
bergantung (dependent variable) dengan variabel bebas (independent variable)
sedangkan yang dimaksud dengan garis regresi (regression linear) adalah suatu
garis yang ditarik di antara titik-titik sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan besarnya variabel yang
lain dan data juga digunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau
negatifnya).
Pada regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa
peubah tak bebas (respons) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah
bebas dan komponen sisaan ε (error). Model ini
sebenarnya merupakan pengembangan dari model regresi sederhana dengan satu
peubah bebas sehingga asumsi mengenai sisaan ε, peubah bebas X dan peubah tak
bebas Y juga sama. Persamaan model regresi berganda secara umum adalah
sebagai berikut:
15
Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data
populasi atau sampai n untuk data contoh. merupakan pengamatan ke-i untuk
peubah bebas . Koefisien merupakan intersep model regresi berganda.
Dalam mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat
terkecil Ordinary Least Square (OLS). Asumsi utama yang mendasari model
regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut (Firdaus 2004):
1. Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari
tergantung pada tertentu adalah nol.
2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi)
artinya dengan tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-
ratanya tidak menunjukan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif.
3. Varian bersyarat dari € adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama
asumsi homoskedastisitas.
4. Variabel bebas adalah non-stokastik yaitu tetap dalam penyampelan
berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari
gangguan €.
5. Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas satu dengan yang
lainnya.
6. € didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan
oleh asumsi 1 dan 2.
Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka
fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode
OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linear terbaik (Best Linear
Unbiased Estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi
yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran
pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan
dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius
sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak.
2.6 Pengembangan Sumberdaya Air
Pengembangan sumberdaya air (water resource development) didefinisikan
sebagai aktivitas fisik untuk meningkatkan pemanfaatan air untuk air bersih,
irigasi, penanggulangan banjir, listrik tenaga air, perhubungan, pariwisata,
16
perikanan, dan sebagainya (Wiyono 2007). Terkait masalah pengembangan
sumberdaya air akan terdapat persepsi yang berbeda tergantung dari sudut
pandang masyarakat yang mengalami permasalahan tersebut. Masyarakat yang
tinggal di daerah yang kering maka pola pengembangan sumberdaya air yang
cocok seperti penanggulangan kekeringan dengan membangun waduk, embung,
dan juga bendungan. Sebaliknya, masyarakat yang tinggal di daerah yang cukup
air pola pengembangan yang cocok adalah pengendalian banjir.
Selanjutnya menurut Ditjen Pengairan (1985) dalam Wiyono (2007),
membagi tahapan proyek-proyek pengairan sebagai berikut:
1. Studi inventarisasi potensi pengembangan sumberdaya air secara umum.
2. Studi identifikasi nama proyek-proyek pengairan setelah tahap inventarisasi.
3. Studi rekonesan atau pengenalan data pendahuluan.
4. Studi rencana induk (master plan) atau rencana umum pengembangan terpadu
menyeluruh sumberdaya air di suatu wilayah sungai. Tahap ini disebut juga
sebagai tahap pre-feasibility study.
5. Studi kelayakan (feasibility) atau telah kemungkinan masing-masing elemen
proyek sumberdaya air yang dikembangkan.
6. Perencanaan teknis sampai dokumen kontrak siap pelaksanaan fisik.
7. Pembebasan lahan (land acquisition).
8. Konstruksi atau pelaksanaan fisik lapangan.
9. Operasi dan pemeliharaan prasarana yang dibangun (termasuk pengaturan
sumberdaya air dan pemanfaatan pada tingkat pemakai).
10. Pendidikan masyarakat. Tahap ini merupakan usulan yang dapat
ditambahkan.
2.7 Analisis Kelayakan
Tahapan yang cukup penting dalam pelaksanaan proyek pembangunan
adalah tahap analisis kelayakan atau disebut juga feasibility study. Analisis
kelayakan adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat
diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Hasil analisis ini
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah
menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak bila suatu
17
usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial
maupun ekonomi.
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut
pandang pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Proyek
finansial sering juga disebut private returns hal yang harus diperhatikan dalam
analisis finansial yaitu waktu didapatkannya returns sebelum pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pembangunan proyek kehabisan modal.
Analisis ekonomi adalah analisis yang melihat dari sudut perekonomian
secara keseluruhan. Analisis ekonomi yang diperhatikan adalah hasil total,
produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai
dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian sebagai keseluruhan, tanpa
melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam
masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. Hasil itu disebut the social
returns atau the economic returns dari suatu proyek.
Analisis finansial dan ekonomi merupakan pelengkap, analisis finansial
meninjau dari sudut peserta proyek secara individu, sedangkan analisis ekonomi
dari sudut masyarakat (Gittinger 2008). Terkait ukuran-ukuran arus tunai
berdiskonto yang sama digunakan dalam analisis finansial untuk mengestimasi
hasil yang akan diterima oleh peserta proyek juga sama digunakan dalam analisis
ekonomi untuk estimasi besarnya hasil yang akan diterima oleh masyarakat, maka
akan timbul kebingungan dalam mengaplikasikan kedua analisis tersebut.
Menurut Gittinger (2008), terdapat tiga perbedaan penting yang harus diingat
antara kedua analisis tersebut yaitu:
1. Analisis ekonomi, pajak dan subsidi akan diperlakukan sebagai pembayaran
transfer. Pajak-pajak yang merupakan bagian dari manfaat proyek secara
keseluruhan ditransfer kepada pemerintah yang bertindak atas nama
masyarakat dan pajak-pajak tersebut tidak dianggap sebagai biaya.
Sebaliknya, subsidi pemerintah kepada proyek merupakan biaya bagi
masyarakat. Analisis finansial, pajak dianggap sebagai biaya dan subsidi
sebagai hasil.
2. Analisis finansial menggunakan harga pasar. Harga ini sudah memperhatikan
pajak dan subsidi. Sebaliknya, dalam analisis ekonomi harga pasar dapat
18
diubah sedemikian sehingga analisis tersebut dapat mencerminkan secara
tepat nilai-nilai sosial dan ekonomi. Harga yang sudah disesuaikan disebut
harga bayangan (shadow price) atau harga buku (accounting price).
3. Bunga terhadap modal dalam analisis ekonomi tidak dipisahkan dan
dikurangkan dari hasil bruto. Bunga modal merupakan bagian dari hasil
keseluruhan terhadap modal yang tersedia untuk masyarakat secara
keseluruhan. Analisis finansial, bunga yang dibayar kepada pihak penyedia
dana dari luar dapat dikurangkan untuk memperoleh gambaran arus manfaat
yang tersedia bagi pemilik modal. Akan tetapi, bunga yang dibayar kepada
entity dari sudut padang analisis finansial bukan merupakan biaya karena
bunga merupakan bagian dari hasil keseluruhan terhadap harta yang
dikontribusikan oleh badan usaha.
Analisis finansial maupun ekonomi terhadap suatu usaha atau proyek
memiliki beberapa kriteria kelayakan sebagai berikut:
1. Net Present Value (NPV)
Didefinisikan sebagai nilai dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh
berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap investasi yang
dikeluarkan. NPV dianggap layak apabila bernilai positif (NPV > 0).
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi
penggunaan biaya yang berupa angka antara jumlah nilai bersih sekarang
(present value) yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang (present
value) yang negatif. Net B/C ratio menunjukan besarnya tingkat tambahan
manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Jika nilai
Net B/C > 1 maka proyek dikatakan layak secara ekonomi dan layak untuk
dibangun.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Didefinisikan sebagai besar pengembalian proyek terhadap investasi yang
ditanamkan pada saat NPV = 0. Jika IRR > r (suku bunga), maka proyek
dapat dinyatakan layak.
19
2.8 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu pendekatan yang langsung
menganalisis pengaruh-pengaruh risiko yang ditanggung dan ketidakpastian
dalam analisis proyek (Gittinger 2008). Analisis sensitivitas penting untuk
dilakukan dalam suatu proyek investasi karena dapat menilai apakah suatu proyek
masih layak apabila terjadi perubahan harga input maupun output dari proyek itu
sendiri.
Secara umum proyek cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya yang
terjadi pada awal pelaksanaan proyek daripada perubahan harga yang terjadi
kemudian. Tiap analisis sensitivitas harus dilaksanakan secara terpisah untuk
dapat mengestimasi pengaruh perubahan yang terjadi terhadap asumsi-asumsi
yang digunakan dalam mengukur kemanfaatan proyek, dan kemudian dapat
menarik kesimpulan bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi proyek.
2.9 Penelitian Terdahulu
Studi yang terkait mengenai nilai ekonomi sumberdaya air adalah Sanim et
al. (2009) dengan melakukan analisis nilai ekonomi sumberdaya air DAS Wai
Betung Kota Bandar Lampung. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut
yaitu untuk mengkaji nilai ekonomi air dan mengkaji kontribusi pengguna air
terhadap biaya rehabilitasi DAS Way Betung, sedangkan manfaatnya adalah
untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan terutama dalam
pemanfaatan sumberdaya air dan perencanaan pengembangan sumberdaya air di
masa yang akan datang. Alat analisis yang digunakan untuk mencapai penelitian
tersebut adalah seperangkat data kuesioner untuk masing-masing pengguna air.
Pemilihan responden dilakukan dengan purposive sampling, untuk mengetahui
kesediaan membayar biaya rehabilitasi DAS Way Betung dari pengguna air
dengan menggunakan metode WTP.
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai ekonomi air dari pengguna
PDAM sebagian besar disumbangkan dari rumah tangga kategori menengah dan
rumah tangga kategori sederhana sedangkan yang paling rendah adalah rumah
tangga kategori mewah. Hal ini disebabkan pengguna air PDAM terbesar adalah
rumah tangga kategori menengah dan sederhana. Sebaliknya, untuk rumah tangga
20
mewah mampu membuat sumur bor yang dapat menjamin ketersediaan air bagi
keperluan rumah tangganya sehingga kebutuhan air tidak tergantung kepada
PDAM.
Merryana (2009) melakukan penelitian tentang analisis WTP masyarakat
terhadap pembayaran jasa lingkungan mata air Cirahab, Desa Curug Goong,
Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan, menganalisis nilai pembayaran jasa
lingkungan oleh responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan, dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap
pembayaran jasa lingkungan. Data yang digunakan adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden,
sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah WTP, analisis regresi berganda, dan
analisis regresi logit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dapat diperoleh nilai
rataan WTP (EWTP) masyarakat Desa Curug Goong sebesar Rp 101/KK/liter dan
diperoleh nilai total WTP dari populasi adalah Rp 83.835 per liter.
Guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP maka dalam
penelitian ini ditetapkan enam variabel independen yang mempengaruhi variabel
dependen, yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, jumlah
pengguna air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata
pendapatan. Namun, setelah diuji dengan beberapa pengujian parameter maka
didapatkan dua variabel yaitu variabel tingkat pendidikan dan jumlah pengguna
air yang harus dikeluarkan dari model karena terdapat pelanggaran asumsi OLS
yaitu autokorelasi. Dari hasil regresi menunjukan bahwa variabel yang
berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke
sumber air, sedangkan variabel jumlah kebutuhan air dan penilaian terhadap
kualitas air berpengaruh nyata pada taraf 95 persen, dan variabel rata-rata
pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf 90 persen.
Simpulan dari penelitian ini adalah persentase responden yang bersedia
untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan sebesar 52 responden (63 persen).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden terhadap penilaian jasa
21
lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab adalah penilaian terhadap
kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Nilai rataan
WTP responden adalah Rp 101/KK/liter. Untuk setiap kepala keluarga yang
membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air
Cirahab dan total nilai WTP adalah Rp 83.835 per liter. Nilai potensial
pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah Rp 5.240.617.805 per
tahun. Biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp 544.758.500 per tahun. Nilai
WTP tersebut dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak
rumah ke sumber air, dan rata-rata pendapatan rumah tangga.
Selanjutnya, Mardiyatuljanah (2009) melakukan penelitian tentang studi
kelayakan ekonomi pompanisasi Desa Keboncau, Kecamatan Ujung Jaya,
Kabupaten Sumedang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Sebaliknya, jumlah responden dalam penelitian ini
berjumlah 60 responden yang terdiri dari 30 orang responden yang menggunakan
pompanisasi dan 30 orang responden yang tidak menggunakan pompanisasi.
Penentuan responden berdasarkan random sampling. Kriteria kelayakan yang
investasi yang digunakan adalah NPV, Net B/C, dan IRR. Manfaat dan biaya yang
dihitung dengan discount factor telah memperhitungkan nilai waktu dari uang
(time value of money) selama umur proyek.
Penelitian ini juga menganalisis sensitivitas dan analisis switching value.
Analisis sensitivitas adalah menentukan suatu nilai untuk melakukan perubahan-
perubahan pada komponen penerimaan dan pengeluaran serta mengetahui
pengaruhnya terhadap keputusan investasi suatu proyek. Sebaliknya, analisis
switching value menentukan perubahan maksimum dari komponen penerimaan
dan pengeluaran agar proyek dapat diterima.
Hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 80.257.566. Nilai ini
berarti investasi pompanisasi memberikan pendapatan bersih tambahan yaitu
sebesar Rp 80.257.566. Nilai Net B/C yang diperoleh adalah 1,10. Hal ini berarti
untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 1,10. Selanjutnya, nilai IRR yang diperoleh sebesar
16 persen. Dengan demikian, pembangunan pompanisasi yang akan dilaksanakan
dinyatakan layak secara ekonomi.
22
Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah perubahan terhadap harga input
(harga pestisida). Dari hasil analisis diperoleh NPV sebesar Rp 71.757.826, yang
menunjukan bahwa investasi pompanisasi memberikan pendapatan bersih sebesar
Rp 71.757 826 dan masih layak untuk dilanjutkan. Nilai Net B/C yang diperoleh
sebesar 1,09. Hal ini berarti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar
satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,09. Kemudian, nilai IRR
diperoleh sebesar 16 persen dan analisis switching value diperoleh perubahan
harga pestisida pada analisis kelayakan ekonomi mencapai kondisi yang
mendekati keuntungan normal dan proyek dapat diterima ketika NPV
Rp 6.850.724. Nilai ini berarti investasi pompanisasi akan memberikan
pendapatan bersih tambahan sebesar Rp 6.850.724 selama 5 tahun pada nilai
sekarang.
III KERANGKA PEMIKIRAN
Beberapa daerah di Indonesia sering menghadapi masalah kelangkaan air
bersih, sehingga masyarakat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Krisis sumberdaya air yang dialami Indonesia menyangkut pada aspek
penyediaan dan aspek pengelolaan. Dalam hal penyediaan, masalah yang timbul
mencakup aspek kuantitas dan kualitas. Secara spasial, permasalahan air dapat
digolongkan pada dua wilayah yaitu perkotaan dan pedesaan. Peningkatan jumlah
penduduk di perkotaan mengakibatkan peningkatan kebutuhan air bersih, air
bersih yang sehat akan langka, pengelolaannya rumit, dan untuk memperoleh air
bersih diperlukan biaya yang tinggi sehingga air menjadi barang yang mahal.
Banyaknya pembangunan dan tingginya aktivitas di kota besar seperti Kota
Bogor, memberikan insentif pada tingginya kebutuhan air bersih untuk keperluan
sehari-hari. Tingkat permintaan yang tinggi terhadap air bersih oleh rumah tangga
maupun industri, tidak dapat sepenuhnya disuplai oleh PDAM selaku public
service sehingga alternatif sumber air bersih diperoleh dari air tanah. Pola
pemakaian air tanah yang intensif dan berlebihan dalam jangka panjang
mengakibatkan degradasi pada sumberdaya air yang berdampak pada kelangkaan
air bersih.
Penelitian ini diawali dengan mengkaji karakteristik pengguna sumberdaya
air dengan metode deskriptif, kemudian menganalisis nilai WTP masyarakat
terhadap ketersediaan air bersih dengan menggunakan metode CVM. Nilai WTP
tersebut diharapkan dapat menggambarkan preferensi masyarakat terhadap air
bersih dan juga sebagai acuan untuk menentukan harga sosial air bersih dalam
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di lokasi penelitian.
Selanjutnya dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai
WTP masyarakat dianalisis dengan regresi linier berganda. Analisis berikutnya
adalah mengkaji kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
menggunakan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net B/C, dan IRR.
Hasil yang diperoleh dari penelitian diharapkan memberikan rekomendasi
dalam kebijakan dan rujukan bagi masyarakat, aparat daerah setempat untuk
melakukan pemanfaatan, alokasi dan pengelolaan sumberdaya air secara tepat
guna. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
24
Keterangan: Batasan penelitian
24
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Aktivitas pembangunan
Pembangunan lahan pertanian Pembangunan perumahan
Pembangunan industri
Kelangkaan ketersediaan air bersih secara berkesinambungan
Estimasi nilai WTP masyarakat terhadap air bersih
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP
Analisis pengembangan penampungan sumberdaya
air bersih
Analisis WTP
Analisis regresi berganda
Analisis kelayakan
Pemanfaatan sumberdaya air secara berkelanjutan
Karakteristik pengguna sumberdaya air
Peningkatan pemanfaatan air
Analisis deskriptif
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RW 07 Cibereum Sunting (lokasi penelitian
disajikan pada Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive). Berdasarkan survei diketahui bahwa kelangkaan air bersih menurut
masyarakat dirasakan setelah adanya pembangunan perumahan ABC. Pengeboran
air tanah secara berlebihan oleh pihak perumahan menimbulkan persaingan antara
warga Kampung Cibereum Sunting dan pihak perumahan dalam memanfaatkan
air bersih, khususnya air tanah. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu
bulan Mei sampai Juni 2013 untuk pengambilan data dan dilanjutkan pengolahan
data pada bulan Juli 2013.
4.2 Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei yaitu penelitian
yang informasinya dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian survei adalah data dari sampel atas
populasi untuk mewakili seluruh populasi. Data dan informasi yang diperoleh dari
responden berupa data primer dan sekunder. Data tersebut kemudian dianalisis
secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menjawab
tujuan satu yaitu mengkaji karakteristik masyarakat pengguna air di kampung
Cibereum Sunting, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab
tujuan kedua, ketiga dan keempat masing-masing yaitu mengestimasi besar nilai
WTP masyarakat terhadap ketersediaan air bersih, analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai WTP, dan mengkaji pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting.
4.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara, pengisian kuesioner, dan observasi langsung ke
lapangan untuk melihat langsung keadaan sumberdaya air, keadaan masyarakat,
dan kegiatan-kegiatan terkait pola pemanfaatan air oleh masyarakat setempat.
23
26
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai besarnya nilai
WTP masyarakat untuk tetap memperoleh manfaat sumberdaya air dengan
kualitas dan kuantitas yang baik. Data sekunder yang diperlukan meliputi kondisi
geografis, lokasi penelitian, keadaan demografi, keadaan sosial ekonomi
masyarakat, dan data harga bahan bangunan. Data ini diperoleh dari kantor
Kelurahan Mulyaharja dan Kecamatan Bogor Selatan, Badan Pusat Statistik
(BPS) Kota Bogor, dan Dinas Binamarga dan Sumberdaya Air Kota Bogor. Jenis
dan sumber data dapat dilihat di Tabel 2.
Tabel 2 Jenis dan sumber data
Jenis data
Teknik pengambilan
data Data yang dibutuhkan Sumber data
Primer - Wawancara - Pengisian
kuesioner - Survei lapang
- Jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga
- Jumlah pengguna air dalam rumah tangga
- Tingkat pendidikan - Usia - Penghasilan - Jenis pekerjaan - Biaya investasi dan - Penerimaan
pengembangan sumberdaya air.
Masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor
Sekunder Wawancara - Demografi - Geografis - Sosial ekonomi - Harga bahan
bangunan
- BPS Kota Bogor - Kantor Kecamatan
Bogor Selatan - Kantor Kelurahan
Mulyaharja - Dinas Binamarga dan
Sumberdaya Air
4.4 Metode Pengambilan Sampel
Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara
menggunakan kuesioner yang sudah disiapkan peneliti. Kuesioner ditujukan
kepada rumah tangga pengguna sumberdaya air yang berdomisili di Kampung
Cibereum Sunting. Sampel yang diambil adalah Kepala Keluarga (KK) dalam
27
rumah tangga atau orang yang berperan dalam rumah tangga yang memenuhi
kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Sampel yang diambil menggunakan metode purposive sampling (secara
sengaja) berjumlah 40 responden dari total populasi sebanyak 390 KK. Penentuan
jumlah responden tersebut ditetapkan penulis mengacu pada Walpole (1997) yang
menyatakan bahwa jumlah 30 responden sudah dapat mewakili populasi karena
bila ukuran contohnya lebih besar atau sama dengan 30 responden penarikan
contoh tersebut dapat menjamin hasil yang dapat mewakili populasinya.
4.5 Metode Analisis Data
Metode analisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif diolah secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik masyarakat
pengguna air di Kampung Cibereum Sunting. Sebaliknya data kuantitatif diolah
menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Minitab untuk mengestimasi
nilai WTP, menganalisis regresi, dan menganalisis kelayakan pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih. Metode analisis data dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Metode analisis data No. Tujuan Data yang diperlukan Sumber data Metode 1 Mengkaji
karakteristik masyarakat pengguna air
Usia, pendidikan, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air
Masyarakat pengguna sumberdaya air
Analisis deskriptif
2 Estimasi nilai WTP masyarakat terhadap ketersediaan air bersih
Biaya yang bersedia dikeluarkan masyarakat untuk memperoleh air bersih
Masyarakat pengguna sumberdaya air
Contingent
Valuation
Method (CVM)
3 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat
Usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air
Masyarakat pengguna sumberdaya air
Ekonometrika (analisis regresi berganda)
4 Mengkaji kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
Data Rencana Anggaran Biaya (RAB) pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
Toko bangunan dan Dinas Binamarga Kota Bogor
Analisis kriteria kelayakan investasi
28
4.5.1 Analisis Deskriptif
Menurut Marzuki (2009), analisis deskriptif merupakan teknik statistik yang
memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud
untuk menguji hipotesis, kemudian menarik inferensi yang digeneralisasikan
untuk data yang lebih besar atau populasi. Analisis deskriptif digunakan agar
penelitian tidak hanya terbatas pada data statistik yang kaku, selain itu agar
penelitian dapat memberikan kesimpulan yang menarik. Analisis deskriptif dalam
penelitian digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai
karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan
Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
4.5.2 Analisis WTP Responden terhadap Jasa Lingkungan
WTP atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu untuk
membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya
alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. WTP
dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat
untuk membayar ataupun mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi
lingkungan agar sesuai degan kondisi yang diinginkan. Tahap-tahap untuk
menentukan WTP dalam penelitian ini meliputi:
1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)
Pasar hipotetik dibentuk atas dasar terjadinya kelangkaan sumberdaya air di
Kampung Cibereum Sunting. Adanya pembangunan perumahan turut
memperparah kelangkaan air tanah Kampung Cibereum Sunting. Jalan keluar
dari masalah ini adalah menggunakan salah satu instrumen ekonomi yaitu
pembayaran jasa lingkungan sebagai bentuk upaya konservasi. Pasar hipotetik
dibuat dalam bentuk skenario sebagai berikut:
Pasar Hipotetik :
“Selama ini masyarakat Kampung Cibereum Sunting bergantung pada air
tanah sebagai salah satu sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar
sehari-hari. Pada saat ini maupun masa yang akan datang diketahui bahwa
akan terjadi penurunan kuantitas air tanah karena berbagai penyebab antara
lain: pertumbuhan penduduk dan perumahan di Kampung Cibereum Sunting
29
serta curah hujan yang tidak menentu. Terkait masalah tersebut, apakah
masyarakat bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan melalui
pengadaan pengembangan sumberdaya air untuk mengatasi kelangkaan air
pada saat musim kemarau”. Skenario ini diharapkan mampu membuat
masyarakat mengetahui gambaran pasar hipotetik dan apakah masyarakat
bersedia membayar sejumlah nominal uang untuk memperbaiki jasa
lingkungan tersebut.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya WTP (Obtaining Bids)
Pada tahap ini dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden
apakah mereka mau membayar atau tidak sejumlah uang tertentu untuk
memperoleh perbaikan jasa lingkungan. Metode ini lebih memudahkan
responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan.
Teknik yang digunakan untuk memperoleh nilai WTP dalam penelitian ini
adalah model referendum atau discrete choice (dichotomous choice),
responden diberi satu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau
tidak. Salah satu model CVM yang paling umum digunakan adalah
dikotomous. Pendekatan ini merupakan alternatif terbaik untuk menjawab
defisiensi pendekatan Contingent Valuation yang didasarkan pada pertanyaan
terbuka maupun bidding games (Fauzi 2006).
3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)
Tahap ini diduga dengan melakukan nilai rata-rata yaitu dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai WTP dibagi dengan jumlah responden.
Keterangan:
= Dugaan rataan WTP
= Nilai WTP ke-i
= Frekuensi relatif
= Jumlah responden
= Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran jasa
lingkungan
30
4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)
Pendugaan kurva akan dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
Keterangan:
= Nilai WTP masyarakat pengguna air (Rp per m³)
= Usia masyarakat pengguna air (tahun)
= Penghasilan masyarakat pengguna air (Rp per bulan)
= Jumlah kebutuhan air (m³/hari/KK)
= Jumlah pengguna air (orang per KK)
5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)
Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari
rumah tangga dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
= Total WTP
= WTP individu sampel ke-i
= Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP
= Jumlah sampel
= Jumlah populasi
= Responden ke-i yang bersedia membayar pembayaran jasa
lingkungan
6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)
Tahap ini merupakan penilaian apakah penggunaan CVM telah berhasil atau
tidak. Keberhasilan dalam pengaplikasian CVM bergantung pada seberapa
besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan, seberapa baik pasar hipotetik yang digunakan. Untuk mengevaluasi
pelaksanaan model CVM dilihat dari tingkat keandalan fungsi WTP. Uji yang
dilakukan adalah dengan melihat nilai R² dari model OLS WTP.
31
4.5.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Responden
Model regresi berganda merupakan pengembangan dari model regresi linear
sederhana dengan satu peubah bebas. Pada model regresi berganda (multiple
regression model) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas X₁, X₂,
X₃, ………, Xk dan komponen sisaan (error).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi WTP pengguna sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting.
Model yang digunakan adalah model regresi berganda. Persamaan regresi
berganda nilai WTP dalam penelitian ini sebagai berikut:
Keterangan:
= Nilai WTP masyarakat pengguna air (Rp per m³)
= Intercept
= Koefisien regresi
U = Usia masyarakat pengguna air (tahun)
P = Penghasilan rumah tangga (Rp per bulan)
JKA = Jumlah kebutuhan air (m³/hari/KK)
JPA = Jumlah pengguna air (orang per KK)
= Galat atau error
Variabel-variabel di atas ditentukan dan dipilih berdasarkan teori-tori
ekonomi yang berlaku dan observasi langsung di lokasi penelitian. Besarnya WTP
bagi penerima manfaat sumberdaya air meliputi: usia, penghasilan, jumlah
kebutuhan air, dan jumlah pengguna air.
4.5.4 Analisis Kelayakan Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air
Bersih
Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya
terbatas dan pemulihannya sulit dilakukan. Dalam rangka mengatasi masalah
kelangkaan air pada saat musim kemarau perlu diupayakan penyimpanan air
sebesar-besarnya pada musim hujan dengan bangunan-bangunan penampung air
yang kemudian dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.
32
Pengembangan prasarana air bersih bertujuan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber air permukaan. Rencana pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja,
Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor adalah embung kecil. Konsep dasar
pengembangan tersebut adalah mensuplai air bersih secara berkesinambungan
untuk masyarakat. Pengembangan sumberdaya air akan mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu:
1. Daya dukung sumberdaya air.
2. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat.
3. Kemampuan pembayaran.
4. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumberdaya air.
Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih diawali dengan
merangkum kebutuhan masyarakat untuk dirumuskan menjadi tujuan dari
penelitian. Sumberdaya air yang tersedia dalam embung kecil dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Pengembangan tersebut dilakukan
dengan membangun penampungan air beserta kelengkapannya dalam rangka
pemanfaatan sumberdaya air yang selanjutnya disebut sebagai proyek
pengembangan sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting.
Salah satu analisis penting yang harus dilakukan adalah analisis benefit-cost
yang hasilnya dapat digunakan untuk mengukur kelayakan dari suatu rencana atau
skenario pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dari sudut pandang
finansial dan ekonomi. Data-data penerimaan dan pengeluaran terkait
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang diambil dari
masyarakat diolah melalui cash flow. Manfaat dan biaya dihitung dengan di-
discount factor yang telah memperhitungkan nilai waktu uang (time value of
money) selama umur proyek. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah
NPV, Net B/C, dan IRR.
1) Net Present Value
NPV merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai
sekarang arus biaya. NPV juga merupakan penjumlahan nilai sekarang dari
manfaat bersih tambahan selama umur proyek. Secara matematis nilai NPV
dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
33
Keterangan:
= Manfaat pada tahun ke-t
= Biaya pada tahun ke-t
= Discount factor
= Tahun 1, 2, 3, …….., n
= Umur proyek
NPV ≥ 0, pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak untuk
dibangun, sebaliknya NPV ≤ 0, maka pengembangan tersebut tidak layak.
2) Net Benefit-Cost Ratio
Net B/C merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang bernilai negatif. Secara matematis Net B/C dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan:
= Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t
= Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
= Tahun
= Discount rate (%)
= Umur proyek
Proyek layak dilaksanakan jika nilai Net B/C ≥ 1, artinya manfaat yang
diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, nilai Net B/C ≤ 1
maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan, karena manfaat yang diperoleh
tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan.
3) Internal Rate of Return
IRR adalah suatu tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol.
Secara matematis nilai IRR dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
34
Keterangan:
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif
= NPV positif
= NPV negatif
= Selisih i
Jika IRR ≥ tingkat diskonto, maka pengembangan penampungan sumberdaya
air bersih layak dibangun, sebaliknya, IRR ≤ tingkat diskonto, maka
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih tidak layak untuk
dibangun.
4.5.5 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah sensitivitas pada input dan ouput
proyek pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. Pendekatan
sensitivitas tersebut digunakan untuk menghitung sejauh mana kriteria investasi
menjadi tidak layak jika terjadi perubahan pada jumlah debit air dan perubahan
tarif dasar listrik.
Sensitivitas jumlah debit air dihitung berdasarkan jumlah minimum debit air
penampungan yang menghasilkan kriteria investasi menjadi tidak layak.
Selanjutnya, sensitivitas listrik berdasarkan persentase kenaikan tarif dasar listrik
tertinggi oleh PT. Perusahan Listrik Negara (PLN).
4.6 Batasan Penelitian
1. Sumberdaya air tanah adalah sumberdaya air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah
satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat
mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.
2. Lokasi penelitian terletak di Kampung Cibereum Sunting (RW 07),
Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
35
3. Responden adalah kepala keluarga yang menerima dampak kelangkaan air
pada saat musim kemarau, berusia produktif, sudah bekerja, memiliki
tanggungan, dan berdomisili di Kampung Cibereum Sunting.
4. Karakteristik pengguna air yang digunakan dalam penelitian adalah usia,
penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air dalam rumah
tangga responden.
5. CVM merupakan metode untuk mengetahui keinginan masyarakat membayar
sumberdaya air sedangkan WTP merupakan alat analisisnya.
6. Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang akan dilakukan di
Kampung Cibereum Sunting adalah embung kecil. Pemilihan embung kecil
didasarkan pada kesesuaian jumlah populasi penduduk setempat, kondisi
geografi dan potensi sumberdaya air, biaya konstruksi bangunan, serta
kebutuhan akan jumlah air bersih.
7. Umur proyek adalah umur teknis yang diterapkan terhadap konstruksi
bangunan embung kecil. Umur teknis pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting adalah lima tahun.
8. Harga air bersih yang digunakan dalam analisis kelayakan ekonomi
pengembangan sumberdaya air adalah harga finansial dan harga ekonomi.
9. Harga finansial air bersih adalah harga air bersih PDAM Kota Bogor
berdasarkan kategori pelanggan Rumah Tangga Sangat Sederhana (RTSS)
sebesar Rp 1.700 per m³.
10. Harga ekonomi air bersih adalah harga yang diperoleh berdasarkan
kemampuan membayar (nilai rataan WTP) masyarakat pengguna air di
Kampung Cibereum Sunting sebesar Rp 149,05 per m³.
11. Kriteria kelayakan finansial dan ekonomi yang digunakan adalah NPV, Net
B/C, dan IRR.
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Kondisi Geografis Kelurahan Mulyaharja
Menurut Data Monografi Kelurahan Mulyaharja (2011), Kelurahan
Mulyaharja merupakan Kelurahan yang terletak di Kecamatan Bogor Selatan,
Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Kelurahan menuju Pemerintahan
Kecamatan hanya 5 km, sedangkan jarak menuju pusat Pemerintah Kota Bogor
yaitu ± 7 km. Kelurahan yang berada di kaki Gunung Salak ini memiliki curah
hujan terbesar di Kecamatan Bogor Selatan berkisar 3.500-4.500 mm per tahun
untuk 335,30 ha dan 4.001-4.500 mm per tahun untuk 143,70 ha. Suhu udara
Kelurahan Mulyaharja berkisar 15 ºC sampai 25 ºC. Selain itu, Kelurahan
Mulyaharja merupakan kelurahan dengan kondisi topografi tertinggi di antara
kelurahan-kelurahan lain yaitu 600 meter di atas permukaan laut. Kelurahan
Mulyaharja memiliki luas wilayah sekitar 479,0 ha dan sebagian besar lahan
tersebut merupakan lahan subur dengan luas mencapai 417,97 ha. Berdasarkan
batas wilayahnya, Kelurahan Mulyaharja diapit oleh dua sungai yaitu sungai
Cibeureum dan sungai Cipinanggading, yang merupakan batas wilayah alam
dengan kelurahan lain. Adapun batas wilayah Kelurahan Mulyaharja menurut data
monografi kelurahan sebagai berikut:
1). Sebelah utara : Kelurahan Cikaret
2). Sebelah selatan : Desa Sukaharja
3). Sebelah barat : Kelurahan Pamoyanan
4). Sebelah timur : Desa Sukamantri
Kelurahan Mulyaharja awalnya adalah desa yang berada di bawah
pemerintahan Kabupaten Bogor. Adanya pemekaran Kota Bogor yaitu menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1995 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri
tahun 1995 tanggal 24 Agustus 1995 tentang Perubahan Batas–batas Wilayah
Kotamadya DT. II Bogor, serta Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2001 tentang
Perubahan Desa Menjadi Kelurahan, maka Desa Mulyaharja masuk ke dalam
wilayah Kota Bogor dan berubah menjadi Kelurahan pada tanggal 1 September
2001. Lahan yang berada di Kelurahan Mulyaharja sebagian besar dimanfaatkan
untuk kegiatan ekonomi, yaitu pertanian dan perdagangan. Luas lahan yang
37
digunakan untuk sektor pertanian lebih besar dibandingkan lahan untuk
peruntukan lain, yaitu sekitar 90 ha untuk lahan sawah dan 20 ha untuk lahan
kering (ladang). Hal tersebut karena potensi daerah ini sangat cocok untuk
aktivitas usaha tani. Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Mulyaharja yang dirinci
pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011
Jenis penggunaan lahan Luas lahan (ha)
a. Pertokoan/Perdagangan 1,00 b. Perkantoran 0,08 c. Tanah wakaf 0,50 d. Tanah sawah
1) Irigasi teknis 70,00 2) Sawah pasang surut 16,00
e. Tanah kering 1) Pekarangan 4,00 2) Tegalan 20,00 3) Tempat rekreasi 2,00
Jumlah 113,58 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mulyaharja (2011)
Dari tabel di atas terlihat bahwa 106 ha lahan di wilayah Kelurahan
Mulyaharja adalah lahan pertanian. Terdiri dari 70 ha irigasi teknis, 16 ha sawah
pasang surut, dan 20 ha tanah tegalan. Berdasarkan informasi yang diperoleh
bahwa luas lahan pertanian (lahan sawah dan lahan kering) yang tersisa adalah 80
ha. Luas lahan yang direncanakan untuk pembangunan perumahan dan real estate
adalah 100 ha. Lahan dalam tahap pembangunan perumahan saat ini mencapai 60
ha2. Data tersebut menunjukan bahwa tingginya angka pembangunan perumahan
di wilayah Kelurahan Mulyaharja dapat menimbulkan masalah serius dalam
keberlangsungan pemanfaatan air bersih.
5.1.1 Kependudukan
Penduduk Kelurahan Mulyaharja sebagian besar adalah suku bangsa Sunda.
Mobilitas penduduk Kelurahan Mulyaharja yang datang dan pergi pada tahun
2011 juga bervariasi. Sebanyak 353 penduduk yang datang, terdiri dari 178 orang
2 Informasi diperoleh dari kantor Kelurahan Mulyaharja pada Juni 2013
38
laki-laki dan 175 orang untuk perempuan. Sebaliknya, penduduk yang pindah
sebanyak 198 yang terdiri dari 99 orang laki-laki dan 99 orang perempuan.
Kelurahan Mulyaharja memiliki jumlah penduduk sebanyak 16.381 jiwa,
yang didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki sebesar 8.523 jiwa
sedangkan untuk perempuannya 7.858 jiwa. Kelurahan Mulyaharja dibagi
menjadi 55 Rukun Tetangga (RT) dan 12 Rukun Warga (RW). Mayoritas agama
penduduk adalah Islam. Sebagian besar penduduk Mulyaharja adalah lulusan
Sekolah Dasar/MI dengan jumlah 6.435 jiwa, disusul dengan lulusan
SMA/SLTA/Aliyah 1.150 jiwa, Taman Kanak-kanak 984 jiwa, SMP/SLTP/MTS
900 jiwa, Akademi/D1-D3 120 jiwa, dan Sarjana (S1-S3) 70 jiwa (Data
Monografi Kelurahan Mulyaharja 2011).
Selain itu, jumlah penduduk di Kelurahan Mulyaharja menurut mata
pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011
Jenis pekerjaan Jumlah penduduk (jiwa)
Pegawai Negeri Sipil 205 TNI 4 POLRI 15 Swasta/BUMN/BUMD 5 Wiraswasta/Pedagang 2.414 Petani 100 Pertukangan 122 Buruh tani 400 Pensiunan 59 Jasa/lain-lain 42
Jumlah 3.366 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mulyaharja (2011)
Pada Tabel 5 di atas, sebagian besar penduduk berprofesi sebagai
wiraswasta/pedagang dan buruh tani. Jumlah buruh tani yang cukup besar tersebut
disebabkan adanya kepemilikan lahan pertanian yang semakin berkurang akibat
kegiatan alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di Kelurahan Mulyaharja. Hal ini
juga ditunjukan oleh sedikitnya jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani
yaitu sebesar 100 orang.
39
5.1.2 Pelanggan Air Bersih PDAM
Sistem pengelolaan sumberdaya air melalui alokasi dan distribusi air bersih
oleh PDAM selaku public service belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat
di Kelurahan Mulyaharja. Penduduk Kelurahan Mulyaharja sebagian besar belum
mendapatkan jasa air bersih dari PDAM Kota Bogor. Terkait pemenuhan
kebutuhan air bersih, dari total 4.446 KK, hanya sekitar 23,87 persen rumah
tangga yang mendapatkan pelayanan air bersih dari PDAM. Kategori pelanggan
yang sudah mendapatkan jasa air bersih dari PDAM, yaitu instansi pemerintah,
sarana sosial, rumah tangga, dan niaga. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 di
bawah ini.
Tabel 6 Jumlah pelanggan PDAM di Kelurahan Mulyaharja Tahun 2011
Kategori Pelanggan PDAM Unit Persentase (%)
Sarana sosial 10 0,93 Rumah tangga 1.061 98,51 Niaga 6 0,56
Total 1.077 100,00 Sumber: BPS Kota Bogor (2011)
Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa sarana sosial yang telah
mendapat layanan PDAM sebanyak 10 unit dengan persentase 0,93 persen, rumah
tangga sebanyak 1.061 unit dengan persentase 98,51 persen yang merupakan
persentase tertinggi dari kategori pelanggan PDAM, dan niaga sebanyak 6 unit
dengan persentase 0,56 persen.
5.2 Kampung Cibereum Sunting
Menurut penuturan informan di lokasi penelitian bahwa pada mulanya nama
Kampung Cibereum Sunting berasal dari seorang Kyai yang bernama Haji
Sunting. Bapak Sunting merupakan seorang sesepuh dan tokoh masyarakat yang
terkenal. Oleh sebab itu, setiap orang yang akan berkunjung ke kampung tersebut,
mereka menyebutnya dengan Kampung Cibereum Sunting.
Dahulu Kampung Cibereum Sunting memiliki areal sawah yang luas.
Adanya pembangunan perumahan yang mengkonversi wilayah persawahan
menyebabkan 70 persen luas wilayah tersebut menjadi berkurang dan hanya
mencakup wilayah perkampungan penduduk saja yaitu sekitar ± 4 ha. Jumlah
40
penduduk Kampung Cibereum Sunting sekitar 1.950 jiwa yang terbagi menjadi
tiga Rukun Tetangga (RT). Jumlah Kepala Keluarga (KK) pada RT 1 adalah 150
KK, selanjutnya jumlah KK pada RT 2 adalah 100 KK dan 140 KK pada RT 3.
Akibat pembangunan perumahan yang terjadi di sekitar wilayah Kampung
Cibereum Sunting, maka kampung ini juga berbatasan langsung dengan
perumahan-perumahan tersebut. Batas wilayahnya yaitu:
1). Sebelah utara : Kampung Cibereum Pongpok
2). Sebelah selatan : Perumahan Bogor Nirwana Residence (BNR)
3). Sebelah barat : Kampung Cibereum RW 8
4). Sebelah timur : Perumahan Bogor Nirwana Residence (BNR)
Dari luas wilayah 4 ha tersebut, Kampung Cibereum Sunting memiliki
beberapa fasilitas umum, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.
Fasilitas pendidikan yang dimiliki Kampung Cibereum Sunting yaitu taman
kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) yang masing-masing berjumlah satu.
Selain itu, untuk fasilitas kesehatan juga hanya berjumlah satu yaitu posyandu.
Lain halnya dengan fasilitas peribadatan yang dimiliki Kampung Cibereum
Sunting yaitu masjid yang berjumlah tiga.
Mayoritas penduduk di Kampung Cibereum Sunting telah beralih profesi
menjadi buruh bangunan, karyawan, pengrajin, dan pedagang. Hal ini karena
lahan pertanian yang dahulunya sebagai sumber mata pencaharian mereka, sudah
tidak ada lagi. Oleh sebab itu, masyarakat yang pernah menjadi petani sekarang
hanya berprofesi sebagai buruh tani ataupun pekerjaan lainnya di luar dari sektor
pertanian.
5.3 Potensi Sumberdaya Air di Kampung Cibereum Sunting
Sebelum tahun 2008, penduduk Kampung Cibereum Sunting menggunakan
air yang berasal dari sumur gali untuk mencukupi kebutuhan minum dan sanitasi
sehari-hari. Kedalaman sumur gali yang dibuat oleh masing-masing rumah tangga
pun tidak terlalu dalam yaitu hanya sekitar 1,5 meter. Kondisi demikian
menunjukan bahwa air bersih yang diperoleh masyarakat sangat mudah dan
melimpah. Sebagian masyarakat Kampung Cibereum Sunting masih ada yang
tidak mempunyai fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus), sehingga kondisi tersebut
41
mendapat perhatian dari pemerintah daerah dengan dibangunnya dua MCK. Dana
pembangunan MCK tersebut diberikan oleh pemerintah setempat, sedangkan
untuk lahannya merupakan lahan hibah dari tokoh agama yang juga merupakan
penduduk asli Kampung Cibereum Sunting. MCK ini mulanya dibangun di RT 1
pada tahun 1990 dan kemudian dibangun kembali di RT 3 pada tahun 1994.
Tujuan dibangunnya MCK ini adalah untuk mempermudah masyarakat Kampung
Cibereum Sunting dalam mengakses air untuk keperluan sanitasi.
Saat ini akses air bersih oleh masyarakat Kampung Cibereum Sunting tidak
dapat dirasakan lagi. Sejak pembangunan perumahan ABC tahun 2008,
masyarakat mulai mengalami kesulitan memperoleh air bersih. Hal tersebut
menyebabkan warga harus menggali sumur lebih dalam dari awalnya 1,5 meter
menjadi 3 meter dengan maksud memperoleh air lebih banyak. Saat musim
kemarau, debit air sumur gali tidak lagi mencukupi kebutuhan minum maupun
sanitasi sehari-hari bahkan sebagian masyarakat merasakan air sumurnya tidak
layak lagi untuk diminum karena berbau dan berwarna. Oleh karena itu, alternatif
yang dilakukan masyarakat pada musim kemarau adalah dengan menggunakan air
sungai yang terdapat di wilayah tersebut. Air sungai hanya digunakan masyarakat
Kampung Cibereum Sunting untuk keperluan sanitasi saja, sementara untuk
kebutuhan minumnya harus membeli air minum dalam kemasan. Keadaan daerah
dan kondisi sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting disajikan pada
Lampiran 2.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Pengguna Air Tanah
Karakteristik umum masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum
Sunting diperoleh berdasarkan survei terhadap 40 responden (data karakteristik
responden masyarakat Kampung Cibereum Sunting disajikan pada Lampiran 3).
Jumlah responden tersebut diharapkan mampu menggambarkan karakteristik
keseluruhan masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting.
Karakteristik masyarakat pengguna air dijelaskan oleh beberapa kriteria seperti di
bawah ini:
6.1.1 Usia
Usia masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berkisar
antara 20 tahun sampai 80 tahun. Usia seseorang dinilai dapat mempengaruhi
fungsi biologi dan psikologi dalam mengambil sebuah keputusan. Proporsi
msyarakat berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Gambar 2 Sebaran usia masyarakat pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013
Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa, usia masyarakat
pengguna air di Kampung Cibereum Sunting didominasi oleh kelompok usia
produktif yaitu berkisar antara 20 tahun sampai 60 tahun sebanyak 87 persen.
Kemudian, kelompok usia lanjut berkisar antara 61 tahun sampai 70 sebanyak 10
persen, dan 71 sampai 80 tahun sebanyak 3 persen.
87%
10% 3%
20-60 Tahun
61-70 Tahun
71-80 Tahun
43
85%
15%
Laki-laki
Perempuan
6.1.2 Jenis Kelamin
Sebagian masyarakat pengguna air yang masuk dalam survei adalah laki-
laki yaitu berjumlah 34 orang atau 85 persen, sedangkan yang berjenis kelamin
perempuan berjumlah 6 orang atau 15 persen. Dominasi jenis kelamin laki-laki
karena pada umumnya kepala keluarga (pengambil keputusan) dalam suatu rumah
tangga adalah laki-laki sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam
survei, laki-laki lebih berperan. Perbandingan masyarakat pengguna air laki-laki
dan perempuan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Gambar 3 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jenis kelamin Tahun 2013
6.1.3 Tingkat Pendidikan Terakhir
Menurut tingkat pendidikan, sebagian besar masyarakat pengguna air
berpendidikan Sekolah Dasar (SD/Sederajat) yaitu sebesar 50 persen,
berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP/Sederajat) sebesar 17 persen,
berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA/Sederajat) sebesar 23 persen,
berpendidikan akhir Perguruan Tinggi (PT) sebesar 5 persen, dan tidak pernah
sekolah sebesar 5 persen. Semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir diharapkan
akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman masyarakat pengguna air akan
pentingnya jasa lingkungan dan menjaga keberlanjutan sumberdaya air, serta
meminimalisir eksploitasi sumberdaya air secara berlebihan. Perbandingan
persentase tingkat pendidikan terakhir responden pengguna air dapat dilihat pada
Gambar 4.
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
44
0
10
20
30
40
50
60
Tidak Sekolah
SD SMP SMA Perguruan Tinggi
Pers
enta
se (%
)
Pendidikan
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Gambar 4 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi tingkat pendidikan Tahun 2013
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat
pengguna air cenderung rendah. Hal ini dapat dilihat dari persentase responden
yang berpendidikan hanya setingkat SD sebanyak 50 persen dan tidak pernah
sekolah sebanyak 5 persen.
6.1.4 Penghasilan
Penghasilan masyarakat di Kampung Cibereum Sunting tergolong kecil.
Berikut persentase penghasilan rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum
Sunting pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan tingkat penghasilan Tahun 2013
Penghasilan (Rp/bulan)
Jumlah responden (Orang)
Persentase (%)
≤ 1.000.000 5 12,5 1.000.001-2.000.000 18 45,0 2.000.001-3.000.000 10 25,0 > 3.000.000 7 17,5
Jumlah 40 100,0 Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
5%
50%
17% 23%
5%
45
Mayoritas masyarakat pengguna air memiliki penghasilan pada rentang
Rp 1.000.001 sampai Rp 2.000.000 dengan persentase 45 persen. Hal ini terkait
dengan jenis pekerjaan masyarakat yang mayoritas sebagai wiraswasta/pedagang
dan karyawan swasta. Semakin tinggi penghasilan diharapkan semakin tinggi pula
biaya yang bersedia dikeluarkan individu untuk memperoleh jasa lingkungan yang
lebih baik.
Rata-rata penghasilan masyarakat adalah sebesar Rp 2.577.500 per bulan
sedangkan untuk biaya pengeluaran per bulan dibagi menjadi empat bagian yaitu
biaya konsumsi, biaya sekolah, biaya air minum, dan biaya tagihan listrik (asumsi
40 persen dari total tagihan listrik per bulan untuk mesin sedot air). Berikut
persentase biaya pengeluaran rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum
Sunting tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Karakteristik rumah tangga pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan rata-rata biaya pengeluaran Tahun 2013
Kategori pengeluaran Jumlah (Rp/bulan) Persentase (%) a. Rata-rata pengeluaran konsumsi 1.582.500 76,52 b. Rata-rata biaya sekolah 380.000 18,38 c. Rata-rata pengeluaran air minum 67.500 3,26 d. rata-rata tagihan listrik dan air bersih 38.000 1,84
Jumlah 2.068.000 100,00 Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Rata-rata penghasilan bersih rumah tangga pengguna air di Kampung
Cibereum Sunting adalah Rp 509.500 per bulan yang diperoleh dari selisih rata-
rata penerimaan dan rata-rata pengeluaran per bulan. Adanya pengembangan
sumberdaya air sebagai penyedia air bersih diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui penghematan biaya pengeluaran untuk air
minum dan tagihan listrik sehingga dapat menambah porsi penghasilan bersih
masyarakat sebagai nilai tabungan.
6.1.5 Jumlah Pengguna Air
Jumlah pengguna air per KK didominasi oleh 5 sampai 6 orang sebanyak 48
persen, sedangkan jumlah pengguna air paling sedikit berjumlah 7 sampai 8 orang
per KK dengan persentase 7 persen. Penyebaran masyarakat pengguna air per KK
di Kampung Cibereum Sunting dapat dilihat pada Gambar 5.
46
48%
05
101520253035404550
1-2 Orang 3-4 Orang 5-6 Orang 7-8 Orang
Pers
enta
se (%
)
Jumlah Pengguna Air (Orang per KK)
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Gambar 5 Karakteristik masyarakat penguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jumlah pengguna air per KK Tahun 2013
Berdasarkan Gambar 5 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah
pengguna air masyarakat di Kampung Cibereum Sunting adalah sebanyak 5
sampai 6 orang per KK dengan persentase 48 persen.
6.1.6 Jumlah Kebutuhan Air
Mayoritas jumlah kebutuhan air masyarakat berkisar antara 3 sampai 4
m³/hari/KK sebanyak 50 persen. Berikut persentase rata-rata kebutuhan air oleh
masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting pada tahun 2013 dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting berdasarkan distribusi jumlah kebutuhan air (m³/hari/KK) Tahun 2013
Jumlah kebutuhan air (m³/hari/KK)
Jumlah responden (Orang)
Persentase (%)
≤ 2 m³ 10 25 3-4 m³ 20 50 4-5 m³ 8 20 > 5 m³ 2 5 Jumlah 40 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan Tabel 9 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kebutuhan air oleh
masyarakat di Kampung Cibereum Sunting cukup besar yaitu 3 sampai 4
m³/hari/KK. Besarnya angka kebutuhan air oleh masyarakat disebabkan oleh
tingginya konsumsi air bersih untuk kegiatan konsumsi, sanitasi, dan unit usaha.
12% 7%
33%
47
6.2 Estimasi Nilai WTP Masyarakat Kampung Cibereum Sunting terhadap
Ketersediaan Air
Pendekatan CVM dalam penelitian digunakan untuk menganalisis WTP
pengguna air terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan di
Kampung Cibereum Sunting. Hasil pelaksanaan CVM sebagai berikut:
1. Membangun Pasar Hipotetik (Setting-up the Hypothetical Market)
Berdasarkan pasar hipotetik yang telah dilakukan pada saat penelitian yaitu
situasi hipotetik yang menggambarkan keadaan lingkungan air bersih di Kampung
Cibereum Sunting. Diketahui bahwa, pada masa yang akan datang air akan
mengalami penurunan kuantitas sehingga akan dilakukan suatu pengembangan
sumberdaya air untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Masyarakat
diharapkan mampu mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik yang dibangun
mengenai upaya perbaikan kuantitas air bersih Kampung Cibereum Sunting.
2. Memperoleh Nilai WTP (Obtaining Bids)
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model referendum atau
discrete choice (dichotomous choice). Responden diberi satu nilai rupiah tertentu
untuk mendapatkan nilai air per m³ (meter kubik), kemudian diberi pertanyaan
setuju atau tidak untuk ikut andil dalam pembayaran jasa lingkungan air bersih di
Kampung Cibereum Sunting.
3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP)
Dugaan nilai WTP (EWTP) masyarakat dihitung berdasarkan data distribusi
WTP responden dan dengan menggunakan rumus (2). Data distribusi WTP
responden dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Menghitung dugaan nilai rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013
No. Kelas WTP (Rp/KK/m³)
Frekuensi (responden)
Frekuensi relatif (Pfi) Jumlah (Rp/m³)
1 85 2 0,05 4,25 2 106 12 0,30 31,80 3 127 7 0,18 22,23 4 148 3 0,08 11,10 5 169 6 0,15 25,35 6 190 3 0,08 14,25 7 211 3 0,08 15,83 8 232 2 0,05 11,60 9 253 2 0,05 12,60
Total 40 1,00 149,05 Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
48
Kelas WTP masyarakat pengguna air diperoleh dengan menentukan terlebih
dahulu nilai terkecil sampai nilai terbesar WTP yang ditawarkan responden.
Dengan demikian dapat diperoleh nilai rataan WTP (EWTP) masyarakat sebesar
Rp 149,05 per m³.
4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)
Kurva WTP menggambarkan penawaran nilai WTP terhadap jumlah
masyarakat pengguna air yang memilih nilai WTP tersebut. Kurva WTP diperoleh
dengan mengakumulasikan responden dalam hal ini masyarakat pengguna
sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting terhadap nilai WTP. Nilai tersebut
dapat digunakan untuk menghitung surplus konsumen terhadap air bersih.
Gambar 6 di bawah menjelaskan kurva permintaan WTP terhadap pembayaran
jasa lingkungan.
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Gambar 6 Kurva penawaran WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013
Gambar 6 menunjukan bahwa semakin tinggi nilai WTP yang diberikan,
maka semakin sedikit jumlah masyarakat pengguna air yang bersedia membayar.
Artinya bahwa, masyarakat pengguna air cenderung bersedia membayar pada
tingkat nilai WTP paling rendah.
5. WTP Agregat atau Total WTP (TWTP)
Nilai total WTP masyarakat pengguna air dihitung berdasarkan data distribusi
WTP dengan menggunakan rumus (4). Hasil perhitungan TWTP dapat dilihat
pada Tabel 11 berikut:
253232
211190
169148
127106
85
0
50
100
150
200
250
300
2 4 7 10 16 19 26 38 40
WTP
(Rp/
m³)
Jumlah masyarakat pengguna air (Orang)
49
Tabel 11 Total WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013
No. Kelas WTP (Rp/KK/m³)
Frekuensi (responden) Populasi Jumlah total
(Rp/m³)
1 85 2 19,50 1.658 2 106 12 117,00 12.402 3 127 7 68,25 8.668 4 148 3 29,25 4.329 5 169 6 58,50 9.887 6 190 3 29,25 5.558 7 211 3 29,25 6.172 8 232 2 19,50 4.524 9 253 2 19,50 4.934
Total 40 390,00 58.130 Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTP air bersih oleh
masyarakat adalah Rp 58.130 per m³. nilai tersebut merupakan hasil akumulasi
WTP pada masing-masing kelas WTP responden pengguna sumberdaya air di
Kampung Cibereum Sunting.
6. Evaluasi Pelaksanaan CVM
Berdasarkan analisis regresi berganda cukup baik karena diperoleh nilai R²
sama dengan 41,9 persen. Penelitian ini berkaitan dengan benda-benda lingkungan
yang dapat mentolerir nilai R² sampai dengan 15 persen (Hanley dan Spash 1993).
Penelitian ini tentang lingkungan yang berhubungan dengan perilaku manusia,
sehingga nilai R² masih memenuhi kriteria tersebut. Oleh karena itu, hasil
pelaksanaan CVM dalam penelitian ini masih dapat diyakini kebenaran dan
keandalannya.
6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP
Dalam rangka mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP
maka telah ditetapkan empat variabel independen yang mempengaruhi variabel
dependen. Variabel independen tersebut yaitu usia, penghasilan, jumlah
kebutuhan air, dan jumlah pengguna air. Setelah diuji dengan beberapa pengujian
parameter maka didapatkan bahwa semua variabel independen tidak terdapat
pelanggaran asumsi OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis nilai WTP
masyarakat pengguna air dapat dilihat pada Tabel 12.
50
Tabel 12 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013
Predictors Coef T P VIF Keterangan Constant 9918 0,29 0,771 (-) (-) Usia 1.461,6* 2,50 0,017 1,4 Signifikan pada α 0,1 Penghasilan 0,01030** 3,00 0,005 1,1 Signifikan pada α 0,05 JKA 21.206*** 3,49 0,001 1,5 Signifikan pada α 0,01 JPA -8.686 -1,68 0,102 1,7 Tidak signifikan R-Sq = 41,9% R-Sq (Adj) = 35,3% Analysis of Variance
Source DF SS MS F P Regression 4 36582746740 9145686685 6,32 0,001 Residual error 35 50657253260 1447350093
Total 39 87240000000 Durbin-Watson statistic = 1,56075 Keterangan: *** pada taraf nyata 99 persen ** pada taraf nyata 95 persen * pada taraf nyata 90 persen Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Pengujian hipotesis regresi berganda dari hasil Minitab dapat dilakukan
dengan menggunakan nilai signifikan P-value (nilai-P). Apabila nilai-P lebih kecil
dari taraf nyata yang ditentukan dalam penelitian maka ditolak,
sebaliknya apabila nilai-P lebih besar dari taraf nyata yang ditentukan maka tidak
cukup bukti untuk menolak .
Model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini ditunjukan
oleh R² sebesar 41,9 persen. Artinya, 41,9 persen keragaman WTP responden
dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yang terdapat dalam
model, sedangkan sisanya 58,1 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak
terdapat dalam model. Nilai F-hitung sebesar 6,32 dengan nilai P-value 0,001 hal
ini menunjukan variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama
berpengaruh terhadap nilai WTP dalam melakukan pembayaran jasa lingkungan.
Model yang dihasilkan telah diuji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan
heteroskedastisitas dari keempatnya tidak terdapat pelanggaran (uji kenormalan
data disajikan pada Lampiran 4). Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah:
WTPі = 9.918 + 1.426 Usia + 0,0103 Penghasilan + 21.206 Jumlah
Kebutuhan Air
Pada model tersebut variabel yang memiliki pengaruh pada taraf nyata 99
persen adalah jumlah kebutuhan air, variabel penghasilan memiliki pengaruh pada
51
taraf nyata 95 persen, dan variabel usia memiliki pengaruh pada taraf nyata 90
persen. Variabel jumlah pengguna air tidak signifikan karena melebihi taraf nyata
yang digunakan dalam penelitian yaitu 90 persen.
Interpretasi masing-masing variabel independen dari model di atas adalah
sebagai berikut:
a. Jika usia pengguna air meningkat satu tahun maka nilai WTP yang diberikan
akan meningkat sebesar Rp 1.426 dengan asumsi variabel lain konstan.
Variabel usia memiliki nilai P-value 0,017. Artinya, variabel tersebut
berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf α 0,1. Nilai koefisien yang
bertanda positf (+) berarti semakin tinggi usia maka nilai WTP yang
diberikan akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin dewasa usia
pengguna air maka semakin tinggi pemahaman mengenai jasa lingkungan
sehingga diperlukan suatu upaya konservasi untuk mencegah penurunan
kuantitas air di masa mendatang.
b. Apabila terjadi kenaikan penghasilan sebesar Rp 10.000 maka nilai WTP
yang diberikan akan meningkat sebesar Rp 103,00 dengan asumsi variabel
lain konstan. Variabel penghasilan memiliki pengaruh pada taraf nyata 95
persen. Variabel penerimaan memiliki nilai P-value 0,005. Artinya, variabel
ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf α 0,05. Nilai koefisien
bertanda positif (+) artinya semakin tinggi penghasilan rumah tangga maka
pengguna air dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari terlebih dahulu dan
mau memberikan sisa uangnya untuk ikut dalam pembayaran jasa lingkungan
air bersih.
c. Jika terjadi penambahan jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga sebanyak
1 m³, maka nilai WTP yang diberikan akan bertambah sebesar Rp 21.206
dengan asumsi variabel lain konstan. Variabel jumlah kebutuhan air
berpengaruh pada taraf nyata 99 persen memiliki nilai P-value 0,001. Artinya,
variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada
taraf α 0,01. Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti semakin banyak
jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga nilai WTP yang akan diberikan
responden semakin besar. Hal ini terjadi karena sumberdaya air merupakan
kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kegiatan sehari-hari di masyarakat.
52
6.4 Analisis Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih di
Kampung Cibereum Sunting
Pengembangan sumberdaya air yang akan dilakukan di Kampung Cibereum
Sunting adalah membangun penampungan sumberdaya air bersih (embung kecil).
Embung kecil merupakan suatu bangunan yang berfungsi untuk menampung air
dan digunakan pada musim kemarau bagi suatu kelompok masyarakat desa.
Dengan demikian, dalam penelitian ini direncanakan pembangunan penampungan
air bersih dengan kapasitas 320 m³.
Tujuan pengembangan tersebut adalah sebagai penampung air bersih secara
berkesinambungan. Pengembangan tersebut diharapkan mampu mengatasi
kelangkaan air bersih yang dialami masyarakat di Kampung Cibereum Sunting.
Air bersih dapat tersedia dengan baik, akses masyarakat terhadap air bersih
menjadi lebih mudah, sehingga pada akhirnya mampu memberikan kontribusi
ekonomi bagi masyarakat setempat.
Analisis pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang
dilakukan meliputi:
6.4.1 Aspek Teknis
Desain embung kecil dalam penelitian adalah teknik konstruksi beton.
Teknik konstruksi beton merupakan suatu teknik pembuatan bangunan dengan
menggunakan bahan bangunan dari beton yang meliputi: semen, agregat kasar,
agregat halus, serta air yang memenuhi standar tertentu. Kelebihan konstruksi
beton dibanding konstruksi urugan adalah bangunan lebih tahan lama, tahan
terhadap limpasan air, mudah dikerjakan, dan daya rembesan lebih kecil sehingga
dapat meminimalisir terjadinya longsor pada badan embung. Ukuran embung
ditentukan dengan panjang 10 meter, lebar 8 meter. dan 4 meter (tinggi dari
permukaan tanah 1 m dan kedalaman dari permukaan tanah 3 meter) sehingga
jumlah air bersih yang bisa ditampung sebanyak 320 m³. Ketebalan dinding
embung adalah 25 cm sehingga dapat menahan tekanan badan air pada saat debit
maksimum3 (gambar konstruksi bangunan embung kecil disajikan pada Lampiran
5). Air untuk pengisian embung kecil bersumber dari sungai yang dialirkan 3 Informasi diperoleh berdasarkan hasil konsultasi dengan beberapa ahli bangunan. Tanggal 29
Mei 2013.
53
melalui saluran inlet. Debit air sungai yang masuk akan dikontrol melalui pintu air
pada bibir inlet, pintu air berfungsi sebagai pengatur jumlah air yang masuk
kedalam embung. Pada pintu air juga dipasang beberapa lapisan ijuk sebagai
penyaring, ijuk berfungsi untuk menyaring sampah atau kotoran yang akan masuk
kedalam embung kecil.
Air yang berada dalam embung kecil disedot ke dalam bak penampung
melalui pipa-pipa penyalur yang sebelumnya sudah disaring ke dalam filter air
yang disediakan (gambar filter air disajikan pada Lampiran 6). Air bersih dalam
bak penampung tersebut kemudian dialirkan keluar melalui keran air yang
dipasang pada dinding bak. Output air tersebut yang dimanfaatkan sebagai air
bersih oleh masyarakat Kampung Cibereum Sunting. Perawatan yang dibutuhkan
dalam menjaga keberlanjutan embung kecil dilakukan secara berkala dan rutin
dengan menggantikan ijuk, membersihkan saluran inlet dan outlet, membersihkan
pintu air dan juga membersihkan filter ke bak penampung
Umur proyek yang digunakan dalam pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih adalah umur teknis. Umur teknis embung kecil
diasumsikan lima tahun. Hal tersebut ditujukan pada bangunan embung kecil
karena komponen tersebut merupakan komponen utama dan memiliki biaya
terbesar dalam investasi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih.
6.4.2 Aspek Sosial
Tidak ada pengembangan air bersih yang dilakukan di daerah tersebut
mengakibatkan terjadinya kelangkaan sumberdaya air. Saat musim kemarau
kegiatan sanitasi seperti MCK dilakukan di sungai karena rata-rata sumur warga
mengalami kekeringan. Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada pada masyarakat. Strategi
dalam aspek sosial bertujuan untuk memberikan pelayanan air bersih secara
optimal. Strategi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Kampung
Cibereum Sunting dalam mengakses air bersih yang memenuhi syarat kesehatan
dan memperoleh social benefit lain dari konsumsi air bersih.
Air merupakan sumberdaya yang sangat penting dalam keberlangsungan
hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, pengembangan penampungan sumberdaya
54
air bersih diharapkan dapat bermanfaat secara sosial dalam pemenuhan kebutuhan
akan air bersih yang berkesinambungan.
6.4.3 Aspek Manajemen
Pengelolaan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dilakukan
secara bersama-sama oleh masyarakat di Kampung Cibereum Sunting.
Manajemen pengelolaan meliputi pemeliharaan dan perawatan embung kecil di
awasi oleh ketua RW (Rukun Warga) Cibereum Sunting dan diembankan kepada
setiap komponen masyarakat sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam
keberlanjutan penampungan air kedepannya. Tenaga kerja atau operator adalah
warga setempat yang diberikan tanggung jawab dan wewenang dalam
mengoperasikan embung kecil tersebut.
6.4.4 Aspek Finansial dan Ekonomi Pengembangan Penampungan
Sumberdaya Air Bersih
Analisis kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
dikaji berdasarkan aspek finansial dan aspek ekonomi. Harga dan biaya dalam
aspek finansial menggunakan harga pasar sedangkan harga dan biaya dalam
analisis ekonomi dihitung menggunakan harga bayangan (shadow price).
Komponen penerimaan dan pengeluaran dianalisis dalam arus tunai
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih.
6.4.4.1 Penentuan Harga Bayangan
Dalam analisis ekonomi, harga yang digunakan adalah harga bayangan
(shadow price) yang menggunakan nilai tertinggi dari suatu produk atau faktor
produksi dalam alternatif penggunaan terbaik (social opportunity cost). Hal ini
juga berlaku pada penentuan harga bayangan bahan bangunan dengan
menghilangkan unsur pajak sebesar 10 persen. Upah tenga kerja ditetapkan
bedasarkan upah harian pekerja yang berlaku di lokasi penelitian pada tahun 2013.
Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak delapan orang terdiri dari dua orang
tukang dan enam orang kenek. Jangka waktu penyelesaian proyek selama tiga
bulan (90 hari). Harga bayangan dari lahan tidak diperhitungkan karena lahan
yang akan digunakan sebagai lokasi pengembangan penampungan sumberdaya air
bersih merupakan lahan hibah masyarakat Kampung Cibereum Sunting.
55
6.4.4.2 Analisis Arus Tunai
Arus tunai pengembangan penampungan sumberdaya air bersih terdiri dari
arus penerimaan dan arus pengeluaran. Manfaat yang diperhitungkan dibatasi
pada manfaat yang dapat diukur (tangible benefit). Hal yang sama diberlakukan
pada biaya sebagai komponen pengeluaran. Arus penerimaan dan pengeluaran
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Arus Penerimaan
Arus penerimaan diperoleh dari hasil penjualan air bersih pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih dan nilai sisa dari proyek tersebut. Harga
penjualan air bersih per m³ menggunakan harga pasar dan harga bayangan. Harga
pasar dalam penjualan air bersih ditetapkan berdasarkan harga air oleh PDAM
Kota Bogor berdasarkan kategori pelanggan RTSS (Rumah Tangga Sangat
Sedehana). Selanjutnya, harga bayangan dalam penjualan air bersih ditetapkan
berdasarkan harga WTP air bersih per m³ oleh masyarakat di Kampung Cibereum
Sunting. Kedua komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a) Penerimaan Air Bersih
Rata-rata jumlah air yang dapat disaring melalui filter air adalah 35 m³ per
jam. Air yang dapat dihasilkan filter dalam satu tahun (8.760 jam) adalah 306.600
m³. Penerimaan air bersih secara finansial diperoleh dengan mengalikan harga
pasar air yang ditetapkan PDAM berdasarkan kategori pelanggan RTSS sebesar
Rp 1.700 per m³ dengan jumlah debit air yang dihasilkan filter dalam satu tahun.
Dengan demikian, penerimaan dalam analisis finansial dari penjualan air bersih
adalah Rp 521.220.000 per tahun.
Selanjutnya dalam analisis ekonomi, harga air per m³ menggunakan harga
bayangan yaitu harga yang diperoleh dari hasil analisis nilai WTP air bersih
masyarakat Kampung Cibereum Sunting. Penerimaan air bersih dalam analisis
ekonomi diperoleh dari suplai air yang diolah melalui proses filterisasi (air yang
dibeli konsumen dari bak penampung) dikalikan harga rata-rata nilai WTP
masyarakat di Kampung Cibereum Sunting. Penerimaan penjualan air bersih
dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dapat dilihat pada
Tabel 13 di bawah.
56
Tabel 13 Penerimaan penjualan air bersih berdasarkan harga WTP dan PDAM pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013
No Jenis harga Harga air per m³ (Rp)
Jumlah debit air (m³/tahun)
Total penerimaan (Rp/tahun)
1 Harga WTP 149,00 306.600 45.698.730 2 Harga PDAM 1.700,00 306.600 521.220.000
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Dengan demikian, penerimaan dalam pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih secara finansial adalah Rp 521.220.000 dan secara ekonomi
adalah Rp 45.698.730 per tahun.
b) Nilai Sisa
Nilai sisa merupakan pos penerimaan yang diperhitungkan pada akhir
investasi dan merupakan nilai investasi pada akhir umur proyek yaitu sebesar
Rp 6.737.845. Nilai sisa diperoleh pada akhir proyek setelah memperhitungkan
akumulasi penyusutan tiap tahun (Horngren 2007). Penyusutan bangunan pada
pengembangan sumberdaya air dihitung menggunakan metode garis lurus atau
Straight-Line Method dengan asumsi umur teknis proyek adalah lima tahun
(penyusutan bangunan disajikan pada Lampiran 7).
2. Arus Pengeluaran
Arus pengeluaran terdiri dari pengeluaran untuk pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih. Pengeluaran tersebut terdiri dari biaya
investasi, biaya tenaga kerja, serta biaya operasional dan pemeliharaan. Biaya-
biaya tersebut dihitung dan dianalisis berdasarkan analisis finansial (harga pasar)
dan analisis ekonomi (harga bayangan). Biaya investasi dan biaya tenaga kerja
hanya dihitung satu kali yaitu pada awal pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih, sedangkan biaya operasional dan pemeliharaan merupakan
biaya tetap yang dihitung setiap tahun selama umur proyek.
a) Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian material
bagunan dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. Biaya
konstruksi tersebut dianalisis melalui Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dapat
dilihat pada Tabel 14 di bawah.
57
Tabel 14 RAB pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga pasar dan harga bayangan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013
No Material bangunan Harga per unit (Rp)
Jumlah unit
Harga pasar (Rp) PPn Harga
bayangan (Rp) 1 Pekerjaan persiapan 1.500.000 1.500.000 2 Semen 63.000 120 7.560.000 0,1 6.804.000 3 Pasir 180.000 6 1.080.000 0,1 972.000 4 Bata Merah 600 12.196 7.317.600 0,1 6.585.840 5 Batu Kali 145.000 3 435.000 0,1 391.500 6 Batu pecah mesin 2/3 178.500 3 535.500 0,1 481.950 7 Pipa PVC diameter 32 mm 39.000 4 156.000 0,1 140.400 8 Tangki Air 5 M³ per Buah 4.548.600 2 9.097.200 0,1 8.187.480 9 Keran Air 0,5" per Buah 34.900 16 558.400 0,1 502.560
10 Sanyo 150 Wat per Unit 1.891.300 1 1.891.300 0,1 1.702.170 11 Campuran kedap air per liter 34.300 6 205.800 0,1 185.220 12 Ijuk per Gulung 5.500 2 11.000 0,1 9.900 13 Kerangkeng Sanyo 1.000.000 1 1.000.000 0,1 900.000 14 Lem Paralon per Tube 6.300 2 12.600 0,1 11.340 15 Sambungan Paralon per Buah 2.800 4 11.200 0,1 10.080 16 Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 M) 84.300 1 84.300 0,1 75.870 17 Kawat Beton 15.000 50 750.000 0,1 675.000 18 Besi beton U-39/U-32 rata-rata 11.000 60 660.000 0,1 594.000 19 Papan Nama Embung 407.800 1 407.800 0,1 367.020 20 Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m 1.492.100 1 14.92.100 0,1 1.342.890 21 Filter air 2.500.000 1 2.500.000 0,1 2.250.000
Total 37.265.800 33.689.220
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Biaya persiapan adalah biaya yang dikeluarkan pada tahap awal rencana
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang meliputi kegiatan
survei. Biaya ini dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pengukuran lokasi
pengembangan. Biaya persiapan tersebut mencapai Rp 1.500.000.
Biaya pengadaan dan pembuatan bangunan dalam pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian material bangunan. Harga material bangunan pada analisis finansial
menggunakan harga pasar sedangkan pada analisis ekonomi menggunakan harga
bayangan dengan menghilangkan unsur pajak sebesar 10 persen. Total biaya
investasi masing-masing analisis finansial dan ekonomi adalah Rp 37.265.800 dan
Rp 33.689.220 yang hanya dikeluarkan pada tahun ke-0.
b) Biaya Tenaga Kerja
Upah tenaga kerja dibagi dalam dua kategori yaitu upah finansial dan upah
ekonomi. Upah tenaga kerja finansial untuk tukang (skill labour) dan kenek
(unskill labour) di lokasi penelitian masing-masing adalah Rp 105.000/orang/hari
58
dan Rp 65.000/orang/hari. Upah tenaga kerja dalam analisis ekonomi ditentukan
berdasarkan upah finansial yakni tukang Rp 105.000/orang/hari dan kenek
Rp 32.500/orang/hari (50 persen dari harga pasar). Biaya upah tenaga kerja
disajikan pada Lampiran 8.
c) Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya listrik, upah operator, biaya
ijuk, dan keran air. Biaya operasi dan pemeliharaan dihitung berdasarkan harga
pasar dan harga bayangan. Biaya operasi dan pemeliharaan diasumsikan sama tiap
tahun selama umur proyek. Total biaya operasi dan pemeliharaan dapat dilihat
pada Tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15 Biaya operasi dan pemeliharaan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga pasar dan harga bayangan di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013
No Jenis Uraian Harga pasar (Rp/tahun)
Harga bayangan (Rp/tahun)
1 Biaya Operasional Listrik 3.600.000 3.240.000
Operator 12.775.000 12.775.000 2 Biaya Perawatan Ijuk 11.000 9.900
Keran air 558.400 502.560
Total Biaya 16.944.400 16.527.460 Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
Tabel 15 menunjukan bahwa total biaya operasi dan pemeliharaan dalam
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum
Sunting dari sisi finansial sebesar Rp 16.944.400 per tahun dan sisi ekonomi
sebesar Rp 16.527.460 per tahun.
6.4.4.3 Analisis Finansial
Dalam rangka analisis finansial diperlukan analisis komponen manfaat dan
biaya dari pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung
Cibereum Sunting. Komponen harga maupun biaya dalam analisis finansial
dianalisis menggunakan harga pasar. Komponen manfaat dan biaya tersebut
digunakan untuk memperkirakan nilai kriteria Net Present Value. Net Benefit Cost
Ratio, dan Internal Rate of Return.
A. Komponen Manfaat
Manfaat dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
diperoleh melalui penerimaan penjualan air bersih per m³ dari filter dan nilai sisa
59
akumulasi penyusutan bangunan pada akhir umur proyek. Penerimaan tersebut
diperoleh berdasarkan hasil kali antara kemampuan masyarakat membayar sebesar
Rp 149,05 per m³ dan harga pasar air PDAM berdasarkan kategori pelanggan
RTSS sebesar Rp 1.700 per m³ dengan jumlah debit air yang dihasilkan filter
selama satu tahun. Dengan demikian, penerimaan dari sisi finansial penjualan air
bersih berdasarkan kemampuan membayar masyarakat dan harga RTSS masing-
masing adalah Rp 45.698.730 dan Rp 521.220.000 per tahun.
B. Komponen Biaya
Biaya pada pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di
Kampung Cibereum Sunting dianalisis menggunakan harga pasar yang berlaku di
Kota Bogor pada Tahun 2013. Biaya tersebut meliputi biaya investasi, biaya upah
tenaga kerja, serta biaya operasi dan pemeliharaan. Biaya-biaya tersebut
dijelaskan sebagai berikut;
a. Biaya investasi adalah biaya finansial yang digunakan untuk membeli
material bangunan. Biaya investasi hanya dikeluarkan pada tahun
pertama. Harga yang digunakan merupakan harga pasar yang terdapat
unsur pajak sebesar 10 persen dan merupakan harga pasar yang berlaku
di Kota Bogor pada tahun 2013. Total biaya investasi dalam analisis
finansial pengembangan penampungan sumberdaya air adalah
Rp 37.265.800.
b. Tenaga kerja dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
berjumlah delapan orang. Terdiri dari dua orang tukang dan enam orang
kenek. Harga pasar upah tukang dan kenek masing-masing di lokasi
penelitian adalah Rp 105.000/orang/hari dan Rp 65.000/orang/hari. Total
biaya upah tenaga kerja dalam analisis finansial adalah Rp 54.000.000.
c. Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya listrik, upah operator,
ijuk, dan keran air. Biaya tersebut dianalisis menggunakan harga pasar
dari masing-masing komponen. Total biaya operasi dan pemeliharaan
adalah Rp 16.944.400 per tahun.
60
C. Hasil Analisis Kelayakan Finansial
Terkait analisis finansial harga jual air bersih dalam pengembangan
penampungan air bersih adalah harga kemampuan membayar masyarakat sebesar
Rp 149,05 per m³. Manfaat dan biaya dalam analisis kelayakan finansial
pengembangan penampungan sumberdaya air di kampung Cibereum Sunting
dikaji berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, dan IRR (analisis kelayakan finansial
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga
kemampuan membayar masyarakat disajikan pada Lampiran 9). Kriteria tersebut
yang dijelaskan sebagai berikut;
1) NPV : Nilai NPV pada tahun sekarang dihitung dengan menggunakan rumus
(6). Berdasarkan perhitungan analisis finansial kelayakan pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih, nilai NPV yang diperoleh sebesar
Rp 16.210.358,7. Nilai ini berarti pengembangan sumberdaya air memberikan
pendapatan bersih tambahan sebesar Rp 16.210.358,7 dan pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun.
2) Net B/C : Net benefit-cost ratio merupakan perbandingan antara keuntungan
(benefit) dan biaya (cost) yang dihitung berdasarkan nilai saat ini (present
value). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus (7) diperoleh
hasil Net B/C sebesar 1,18. Hasil tersebut menunjukan bahwa pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun.
3) IRR : Nilai IRR ditentukan dengan cara interpolasi yakni mengambil nilai-
nilai NPV dari tingkat suku bunga yang diketahui. Nilai IRR dihitung
menggunakan rumus (8) dan hasilnya adalah 19 persen. Dengan demikian,
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan layak untuk
dibangun.
4) Analisis sensitivitas kelayakan finansial adalah sebagai berikut : a) Apabila
debit air yang dihasilkan filter berkurang menjadi 31 m³ per jam, maka nilai
NPV adalah Rp -2.616.349,23; nilai Net B/C adalah 0,97; dan nilai IRR
adalah 11 persen. Hal ini menunjukan bahwa, apabila terjadi penurunan
jumlah debit air mencapai 31 m³ per jam, maka pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih tidak layak untuk dibangun. Hal tersebut terjadi karena
hasil analisis yang diperoleh tidak memenuhi kriteria kelayakan. Perubahan
61
jumlah debit air filter menjadi 31 m³ per jam disajikan pada Lampiran 10. b)
Diasumsikan terjadi kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen maka nilai
NPV adalah Rp 3.233.164,4; nilai Net B/C adalah 1,0; dan nilai IRR adalah
13 persen. Kenaikan tarif listrik sebesar 100 persen pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan masih layak untuk dibangun.
Kenaikan tarif dasar listrik sebesar 100 persen disajikan pada Lampiran 11.
c) Harga air bersih PDAM berdasarkan kategori pelanggan RTSS digunakan
untuk menggambarkan bahwa apabila pendapatan masyarakat lokal naik
maka harga tersebut dapat diterapkan agar kualitas air lebih baik dan dapat
melayani masyarakat lokal secara luas. Berdasarkan analisis finansial
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih menggunakan harga
RTSS diperoleh kriteria kelayakan NPV sebesar Rp 1.730.358.117; Net B/C
sebesar 19,96; dan IRR sebesar 600 persen. Analisis finansial pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga RTSS disajikan pada
Lampiran 12.
6.4.4.4 Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih juga
terdiri dari komponen manfaat dan biaya. Komponen manfaat dan biaya sama
seperti analisis finansial, yang berbeda adalah harga yang digunakan dalam
analisisnya. Harga maupun biaya dalam analisis ekonomi menggunakan harga
bayangan (shadow price). Analisis ekonomi pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting menggunakan beberapa
asumsi yaitu:
Umur teknis adalah lima tahun dihitung berdasarkan kegunaan teknis
konstruksi bangunan embung kecil.
Tingkat suku bunga yang digunakan sebesar 12 persen berdasarkan suku
bunga pinjaman bank yang berlaku di Indonesia pada tahun 2013.
A. Komponen Manfaat
Meliputi manfaat yang diterima dari penjualan air bersih per m³ dan nilai
sisa akumulasi penyusutan bangunan pada akhir umur proyek. Manfaat
pengembangan penampungan sumberdaya air diperoleh berdasarkan hasil kali
antara nilai WTP air bersih masyarakat di kampung Cibereum Sunting dengan
62
jumlah debit air yang dihasilkan filter selama satu tahun. Nilai WTP merupakan
representasi dari harga ekonomi air bersih per m³ oleh masyarakat Kampung
Cibereum sunting. Oleh karena itu, penerimaan penjualan air bersih dari sisi
analisis ekonomi dalam pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
adalah Rp 45.698.730 per tahun.
B. Komponen Biaya
Biaya dalam analisis ekonomi terdiri dari biaya investasi, biaya upah tenaga
kerja, dan biaya operasi dan pemeliharaan. Semua komponen biaya tersebut
dianalisis menggunakan harga bayangan (shadow price). Biaya-biaya tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Biaya investasi merupakan biaya yang digunakan untuk membeli
material bangunan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih.
Harga dalam pembelian material bangunan adalah harga bayangan
dengan menghilangkan unsur pajak sebesar 10 persen. Total biaya
investasi dalam analisis ekonomi pengembangan penampungan
sumberdaya air adalah Rp 33.689.220.
b. Tenaga kerja terdiri dari tukang (skill labour) berjumlah dua orang dan
kenek (unskill labour) berjumlah enam orang. Upah tenaga kerja dalam
analisis ekonomi ditentukan berdasarkan upah finansial yakni tukang
Rp 105.000/orang/hari dan kenek Rp 32.500/orang/hari (50 persen dari
harga pasar). Total biaya upah tenaga kerja dalam analisis ekonomi
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di kampung
Cibereum Sunting sebesar Rp 36.450.000.
c. Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya listrik, upah operator,
ijuk, dan keran air. Masing-masing biaya tersebut dianalisis
menggunakan harga bayangan. Biaya listrik dihitung dengan
mengilangkan unsur pajak penerangan jalan sebesar 10 persen. Upah
operator diasumsikan sama dengan upah finasial, sedangkan biaya ijuk
dan keran air dihitung dengan menghilangkan unsur pajak sebesar 10
persen. Total biaya operasi dan pemeliharaan pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih adalah Rp 16.527.460 per tahun.
63
C. Hasil Analisis Kelayakan Ekonomi
Berdasarkan hasil perhitungan arus manfaat dan biaya, maka kelayakan
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dapat dikaji (analisis
kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih disajikan
pada Lampiran 13). Kelayakan tersebut dikaji berdasarkan kriteria NPV, Net B/C,
dan IRR yang dijelaskan sebagai berikut;
1) NPV : Nilai NPV dihitung dengan menggunakan rumus (6). Berdasarkan
perhitungan analisis kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air
bersih, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 38.839.914,09. Nilai ini berarti
pengembangan sumberdaya air memberikan pendapatan bersih tambahan
sebesar Rp 38.839.914,09 dan pengembangan penampungan sumberdaya air
bersih layak untuk dibangun.
2) Net B/C : Net benefit-cost ratio merupakan perbandingan antara keuntungan
(benefit) dan biaya (cost) yang dihitung berdasarkan nilai saat ini (present
value). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus (7) diperoleh
hasil Net B/C sebesar 1,55. Hasil tersebut menunjukan bahwa pengembangan
penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun.
3) IRR : Nilai IRR ditentukan dengan cara interpolasi yakni mengambil nilai-
nilai NPV dari tingkat suku bunga yang diketahui. Nilai IRR dihitung
menggunakan rumus (8) dan hasilnya adalah 32 persen. Dengan demikian,
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan layak untuk
dibangun.
4) Hasil analisis sensitivitas diperoleh kriteria kelayakan ekonomi
pengembangan sumberdaya air bersih sebagai berikut : a) Apabila debit air
yang dihasilkan filter berkurang menjadi 26,5 m³ per jam, maka nilai NPV
adalah Rp -1.166.840,259; nilai Net B/C adalah 1; dan nilai IRR adalah 11
persen. Artinya, apabila terjadi penurunan jumlah debit air mencapai 26,5 m³
per jam, maka pengembangan penampungan sumberdaya air bersih tidak
layak. Perubahan jumlah debit air filter menjadi 26,5 m³ per jam disajikan
pada Lampiran 14. b) Diasumsikan terjadi kenaikan tarif dasar listrik sampai
100 persen maka nilai NPV adalah Rp 24.565.000,33; nilai Net B/C adalah
1,35; dan nilai IRR adalah 25 persen. Kenaikan tarif listrik sebesar 100 persen
64
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan masih layak
untuk dibangun. Kenaikan tarif dasar listrik sebesar 100 persen disajikan pada
Lampiran 15.
Tujuan akhir dari pengembangan penampungan sumberdaya air bersih
adalah memberikan kemudahan kepada warga Kampung Cibereum Sunting dalam
mengakses sumberdaya air secara berkesinambungan yang merupakan faktor
penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, pengembangan sumberdaya air
diharapkan dapat memberikan kontribusi ekonomi dalam mengurangi social cost
yang dikeluarkan masyarakat dalam mensubtitusi kebutuhan air bersih.
VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka simpulan dari
penelitian adalah:
1) Karakteristik usia masyarakat di Kampung Cibereum Sunting berada dalam
usia produktif berkisar antara 20-60 tahun dengan persentase 87 persen,
didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 85 persen, dengan tingkat
rata-rata pendidikan adalah tamat SD, penerimaan masyarakat responden
berkisar antara Rp 1.000.001-Rp 2.000.000 per bulan, jumlah pengguna air
sebanyak 5-6 orang per rumah tangga, dan rata-rata jumlah kebutuhan air
adalah 4 m³/hari/KK.
2) WTP masyarakat terhadap air bersih di Kampung Cibereum Sunting adalah
Rp 149,05 per m³. Total nilai WTP masyarakat di Kampung Cibereum
Sunting adalah Rp 58.130 per m³.
3) Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi kesediaan responden terhadap
pembayaran jasa lingkungan air bersih di Kampung Cibereum Sunting adalah
usia berpengaruh pada taraf nyata 90 persen, penghasilan berpengaruh pada
taraf nyata 95 persen, dan jumlah kebutuhan air berpengaruh pada taraf nyata
99 persen.
4) Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum
Sunting adalah embung kecil. Pengembangan tersebut dikaji berdasarkan
analisis finansial dan analisis ekonomi. Kriteria kelayakan finansial
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih menghasilkan NPV
sebesar Rp 16.210.358,7; Net B/C sebesar 1,18 persen; dan IRR sebesar 19
persen. Secara ekonomi kriteria kelayakan pengembangan penampungan
sumberdaya air bersih menghasilkan NPV sebesar Rp 38.839914,09; Net B/C
sebesar 1,55; dan IRR sebesar 32 persen. Oleh karena itu, analisis
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dinyatakan layak secara
finansial dan ekonomi dan akan memberikan manfaat melalui penyediaan air
bersih secara berkesinambungan bagi masyarakat di Kampung Cibereum
Sunting.
66
7.2 Saran
Dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air yang
berkesinambungan, peneliti merekomendasikan beberapa hal yaitu:
1) Melihat tingginya kebutuhan air bersih diharapkan instrumen ekonomi dalam
bentuk pembayaran jasa lingkungan dapat memberikan pemahaman kepada
masyarakat di Kampung Cibereum Sunting bahwa sumberdaya air memiliki
keterbatasan dari segi kuantitas maupun kualitas dan suatu saat dapat habis.
Oleh karena itu, keberlanjutan jasa lingkungan khususnya sumberdaya air
sangat penting untuk dipertimbangkan dan dijaga melalui perilaku
pemanfaatan air yang bijak.
2) Merekomendasikan kepada pemerintah daerah, dan pihak-pihak terkait agar
memfasilitasi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dan
kelengkapannya melalui kemudahan dalam melakukan peminjaman dana
investasi serta dukungan lain yang diperlukan.
3) Perlu adanya penataan wilayah yang tepat dan terencana pada alokasi
sumberdaya air sehingga ketersediaan jasa lingkungan dalam hal ini air bersih
tetap terjaga, berkesinambungan, dan terpenuhinya kebutuhan air bersih
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2012. Statistik Daerah Kota Bogor 2011. BPS Kota Bogor.
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: teori dan aplikasi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Gittinger JP. 2008. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta (ID): UI Press.
Hanley N, Spash CL. 1993. Cost Benefit Analysis and the Environment. Publish by Edward Elgar Publishing Limited. England.
Horngren CT, Walter TH. 2007. Akuntansi. Edisi ketujuh: jilid 1. Jakarta (ID). Erlangga.
Kusuma NE. 2006. Analisis ekonomi pengelolaan sumberdaya air dan kebijakan tarif air PDAM Kota Madiun [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mardiyatuljanah M. 2009. Studi kelayakan ekonomi proyek pompanisasi Desa Keboncau, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Marzuki, Gunawan, Nurgiyantoro B. 2009. Statistik Terapan untuk Penelitian
Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Merryana A. 2009. Analisis willingness to pay masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan mata air Cirahab [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Monografi Kelurahan. 2011. Monografi Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan
Bogor Selatan Tahun 2011. Kota Bogor
Mulyanto HR. 2007. Pengembangan Sumberdaya Air Terpadu. Jakarta (ID): Graha Ilmu.
Nugroho AA. 2006. Analisis tingkat kepuasan pelanggan perusahaan daerah air minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor di Kecamatan Bogor Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Putri EIK, A Ismail, P Wijayanti , M Buitenzorgy, N Maresfien. 2010. Ekonomi
Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press.
Sanim B, K Murtilaksono, N Sinukaban, SB Yuwono. 2009. Nilai ekonomi sumberdaya air DAS Way Betung Kota Bandar Lampung. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Sanim B. 2011. Sumberdaya Air dan Kesejahteraan Publik. A. Nuryahya, E. I. K. Putri, editor. Bogor (ID): IPB Press.
68
Supangat A. 2007. Statistika dalam kajian deskriptif, inferensia, dan
nonparametrik. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group.
Undang-Undang Republik Indonesia [UU]. 2004. UU Nomor 7 Pasal 4 tentang Sumberdaya Air. Jakarta
___________________________________. 2004. UU Nomor 7 Pasal 5 tentang Sumberdaya Air. Jakarta.
Walpole RE. 1997. Pengantar Statistika edisi ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Wiyono A. 2007. Pengembangan Sumberdaya Air. Bandung (ID): Penerbit Institut Teknologi Bandung.
69
Lampiran 1 Peta wilayah Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor
Sumber: https://maps.google.com/maps?hl=en diakses pada tanggal 01 Desember 2013
Keterangan:
Batas wilayah Kampung Cibereum Sunting
Batas pembangunan perumahan PT. ABC
Sungai
Areal pertanian warga
Perumahan warga
Perumahan ABC
U
70
Lampiran 2 Keadaan daerah dan kondisi sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
71
Lampiran 3 Data karakteristik masyarakat pengguna air Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
No JK Usia Pendidikan Pekerjaan JPA JKA (liter) Penerimaan
1 L 53 SD Pengrajin 6 4500 2900000 2 L 50 SD Buruh Tani 2 500 1600000 3 L 40 SMP Wiraswasta/Pedagang 2 1000 3000000 4 L 40 SMP Security 6 2000 6000000 5 L 48 SMP Wiraswasta/Pedagang 3 2025 1500000 6 L 43 SD Pengrajin 5 7500 2000000 7 L 40 SD Buruh Tani 4 6000 2500000 8 L 38 SMA Wiraswasta/Pedagang 6 5000 2400000 9 L 40 SMP Wiraswasta/Pedagang 4 9000 6000000 10 L 69 SD Wiraswasta/Pedagang 2 2000 1500000 11 L 70 SD Buruh Tani 8 3000 1350000 12 L 44 SMA Wiraswasta/Pedagang 4 5000 1500000 13 L 59 SD WiraswastaPedagang 2 1000 900000 14 L 57 SD Wiraswasta/Pedagang 5 3000 5000000 15 L 30 SD Buruh Bangunan 3 7500 1500000 16 P 36 SD Wiraswasta/Pedagang 2 10500 800000 17 L 38 SD Pengrajin 5 3000 1500000 18 P 43 Tidak Sekolah Wiraswasta/Pedagang 4 4000 800000 19 L 70 SD Wiraswasta/Pedagang 6 3000 900000 20 L 26 SMA Security 3 3000 1500000 21 L 47 SMP Wiraswasta/Pedagang 6 1500 2000000 22 L 24 SD Karyawan Swasta 3 1200 1000000 23 P 37 SD Wiraswasta/Pedagang 4 9000 5000000 24 L 47 SMA Tukang Bangunan 5 2000 7000000 25 L 30 SMA Karyawan Swasta 5 6000 1400000 26 L 71 PT Guru Swasta 5 6000 2900000 27 P 30 SD Wiraswasta/Pedagang 5 9000 8000000 28 P 50 SD Wiraswasta/Pedagang 7 5000 2000000 29 L 34 SMA Karyawan Swasta 4 3000 1600000 30 P 46 Tidak Sekolah Wiraswasta/Pedagang 6 3000 2100000 31 L 58 PT POLRI 7 12000 7000000 32 L 40 SMA Karyawan Swasta 4 2000 2500000 33 L 54 SD Buruh Tani 6 4000 1650000 34 L 58 SMP Pengrajin 5 3500 2150000 35 L 47 SD Wiraswasta/Pedagang 4 5500 1550000 36 L 63 SMA Karyawan Swasta 6 6000 2800000 37 L 60 SMA Wiraswasta/Pedagang 6 6500 1750000 38 L 44 SD Buruh Tani 5 4000 1550000 39 L 38 SMP Karyawan Swasta 5 5000 2200000 40 L 58 SD Wiraswasta/Pedagang 4 5000 1800000
72
Lampiran 4 Uji kenormalan data
RESI1
Perc
ent
100000500000-50000-100000
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Mean
>0.150
-4.58385E-11
StDev 36040
N 40
KS 0.066
P-Value
Probability Plot of RESI1Normal
73
Lampiran 5 Kontruksi bangunan embung kecil
Keterangan gambar 1: Tanah Air
Dinding tanggul
Pondasi
Keterangan gambar 2: (1) Sungai (5) Outlet (2) Pintu pengatur (6) Filter air (3) Inlet (7) Bak penampung (4) Embung kecil
Penampang melintang
c. Gambar 3
Penampang embung kecil tampak atas
a. Gambar 1
b. Gambar 2
Penampang embung kecil tampak samping
(6)
(2)
(1) (4) (5) (3)
(7)
Kedalaman
embung
74
Lampiran 6 Filter air
75
Lampiran 7 Penyusutan bangunan dengan metode garis lurus (Stright-Line
Method).
No Tahun Penyusutan per tahun (Rp)
Akumulasi Penyusutan (Rp per tahun)
Nilai Buku (Rp per tahun)
33.689.220 1 1 5.390.275 5.390.275 28.298.945 2 2 5.390.275 10.780.550 22.908.670 3 3 5.390.275 16.170.825 17.518.395 4 4 5.390.275 21.561.100 12.128.120 5 5 5.390.275 26.951.375 6.737.845
Lampiran 8 Biaya upah tenaga kerja
a. Biaya upah tenaga kerja berdasarkan harga pasar dalam analisis finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
No. Uraian Upah(Rp/orang/hari) Jumlah orang Waktu penyelesaian (hari) Jumlah upah (Rp)
1 Tukang 105.000 2 90 15.300.000
2 Kenek 65.000 6 90 24.300.000
Total Biaya
54.000.000
b. Biaya upah tenaga kerja berdasarkan harga bayangan dalam analisis ekonomi
pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
No. Uraian Upah (Rp/orang/hari) jumlah orang Waktu penyelesaian
(hari) Jumlah upah (Rp)
1 Tukang 105.000 2 90 18.900.000
2 Kenek 32.500* 6 90 17.550.000
Total Biaya 36.450.000
Keterangan : *50 persen dari harga pasar.
76
Lampiran 9 Analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan kemampuan membayar masyarakat di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
Tahun Proyek 0 1 2 3 4 5
INFLOW
Penerimaan air bersih (35 m³/jam) 0 45698730 45698730 45698730 45698730 45698730
Nilai Sisa 0 0 0 0 0 6737845
Total Penerimaan 0 45698730 45698730 45698730 45698730 52436575 OUTFLOW
1. Biaya Investasi
a.Pekerjaan persiapan 1500000 0 0 0 0 0
b.Semen 7560000 0 0 0 0 0
c.Pasir 1080000 0 0 0 0 0
d.Bata Merah 7317600 0 0 0 0 0
f.Batu Kali 435000 0 0 0 0 0
g.Batu pecah mesin 2/3 535500 0 0 0 0 0
h.Pipa PVC diameter 32 mm 156000 0 0 0 0 0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah 9097200 0 0 0 0 0
Keran Tembok 0,5" per Buah 558400 0 0 0 0 0
Sanyo 150 Wat per Unit 1891300 0 0 0 0 0
Campuran kedap air per liter 205800 0 0 0 0 0
Ijuk per Gulung 11000 0 0 0 0 0
Kerangkeng Sanyo 1000000 0 0 0 0 0
Lem Paralon per Tube 12600 0 0 0 0 0
Sambungan Paralon per Buah 11200 0 0 0 0 0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m) 84300 0 0 0 0 0
Kawat Beton 750000 0 0 0 0 0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata 660000 0 0 0 0 0
Papan Nama Embung 407800 0 0 0 0 0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m 1492100 0 0 0 0 0
Filter air 2500000
2. Biaya Tenaga Kerja 54000000 0 0 0 0 0
3. Biaya Operasional
a. Listrik 0 3600000 3600000 3600000 3600000 3600000
b. Upah Operator 0 12775000 12775000 12775000 12775000 12775000
4. Biaya Pemeliharaan
a. Ijuk 0 11000 11000 11000 11000 11000
b. Keran Air 0 558400 558400 558400 558400 558400
Total Pengeluaran 91265800 16944400 16944400 16944400 16944400 16944400
Pendapatan Bersih -91265800 28754330 28754330 28754330 28754330 35492175
DF 12% 1 0.892857143 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856
PV -91265800 25673508.93 22922775.83 20466764.13 18273896.55 20139213.26
NPV 16.210.358,7
PV positif 107.476.158,7
PV Negatif -91.265.800
Net B/C 1,18
IRR 19%
77
Lampiran 10 Analisis sensitivitas kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (perubahan jumlah debit air filter menjadi 31 m³ per jam) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
Tahun Proyek 0 1 2 3 4 5
INFLOW Penerimaan air bersih (31 m³/jam) 0 40476018 40476018 40476018 40476018 40476018
Nilai Sisa 0 0 0 0 0 6737845
Total Penerimaan 0 40476018 40476018 40476018 40476018 47213863 OUTFLOW
1. Biaya Investasi
a.Pekerjaan persiapan 1500000 0 0 0 0 0
b.Semen 7560000 0 0 0 0 0
c.Pasir 1080000 0 0 0 0 0
d.Bata Merah 7317600 0 0 0 0 0
f.Batu Kali 435000 0 0 0 0 0
g.Batu pecah mesin 2/3 535500 0 0 0 0 0
h.Pipa PVC diameter 32 mm 156000 0 0 0 0 0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah 9097200 0 0 0 0 0
Keran Tembok 0,5" per Buah 558400 0 0 0 0 0
Sanyo 150 Wat per Unit 1891300 0 0 0 0 0
Campuran kedap air per liter 205800 0 0 0 0 0
Ijuk per Gulung 11000 0 0 0 0 0
Kerangkeng Sanyo 1000000 0 0 0 0 0
Lem Paralon per Tube 12600 0 0 0 0 0
Sambungan Paralon per Buah 11200 0 0 0 0 0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m) 84300 0 0 0 0 0
Kawat Beton 750000 0 0 0 0 0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata 660000 0 0 0 0 0
Papan Nama Embung 407800 0 0 0 0 0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m 1492100 0 0 0 0 0
Filter air 2500000
2. Biaya Tenaga Kerja 54000000 0 0 0 0 0
3. Biaya Operasional
a. Listrik 0 3600000 3600000 3600000 3600000 3600000
b. Upah Operator 0 12775000 12775000 12775000 12775000 12775000
4. Biaya Pemeliharaan
a. Ijuk 0 11000 11000 11000 11000 11000
b. Keran Air 0 558400 558400 558400 558400 558400
Total Pengeluaran 91265800 16944400 16944400 16944400 16944400 16944400
Pendapatan Bersih -91265800 23531618 23531618 23531618 23531618 30269463
DF 12% 1 0.892857143 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856
PV -91265800 21010373.21 18759261.8 16749340.89 14954768.65 17175706.21
NPV -2.616.349,23
PV positif 88.649.450,77
PV Negatif -91.265.800
Net B/C 0,97
IRR 11%
78
Lampiran 11 Analisis sensitivitas kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
Tahun Proyek 0 1 2 3 4 5
INFLOW
Penerimaan air bersih (35 m³/jam) 0 45698730 45698730 45698730 45698730 45698730
Nilai Sisa 0 0 0 0 0 6737845
Total Penerimaan 0 45698730 45698730 45698730 45698730 52436575 OUTFLOW
1. Biaya Investasi
a.Pekerjaan persiapan 1500000 0 0 0 0 0
b.Semen 7560000 0 0 0 0 0
c.Pasir 1080000 0 0 0 0 0
d.Bata Merah 7317600 0 0 0 0 0
f.Batu Kali 435000 0 0 0 0 0
g.Batu pecah mesin 2/3 535500 0 0 0 0 0
h.Pipa PVC diameter 32 mm 156000 0 0 0 0 0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah 9097200 0 0 0 0 0
Keran Tembok 0,5" per Buah 558400 0 0 0 0 0
Sanyo 150 Wat per Unit 1891300 0 0 0 0 0
Campuran kedap air per liter 205800 0 0 0 0 0
Ijuk per Gulung 11000 0 0 0 0 0
Kerangkeng Sanyo 1000000 0 0 0 0 0
Lem Paralon per Tube 12600 0 0 0 0 0
Sambungan Paralon per Buah 11200 0 0 0 0 0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m) 84300 0 0 0 0 0
Kawat Beton 750000 0 0 0 0 0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata 660000 0 0 0 0 0
Papan Nama Embung 407800 0 0 0 0 0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m 1492100 0 0 0 0 0
Filter air 2500000
2. Biaya Tenaga Kerja 54000000 0 0 0 0 0
3. Biaya Operasional
a. Listrik 0 7200000 7200000 7200000 7200000 7200000
b. Upah Operator 0 12775000 12775000 12775000 12775000 12775000
4. Biaya Pemeliharaan
a. Ijuk 0 11000 11000 11000 11000 11000
b. Keran Air 0 558400 558400 558400 558400 558400
Total Pengeluaran 91265800 20544400 20544400 20544400 20544400 20544400
Pendapatan Bersih -91265800 25154330 25154330 25154330 25154330 31892175
DF 12% 1 0.89285714 0.79719388 0.71178025 0.635518078 0.567426856
PV -91265800 22459223.2 20052877.9 17904355.2 15986031.47 18096476.58
NPV 3.233.164,4
PV positif 94.498.964,4
PV Negatif -91.265.800
Net B/C 1,0
IRR 13%
79
Lampiran 12 Analisis kelayakan finansial pengembangan penampungan sumberdaya air bersih berdasarkan harga RTSS di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
Tahun Proyek 0 1 2 3 4 5
INFLOW Penerimaan air bersih (35 m³/jam) 0 521220000 521220000 521220000 521220000 521220000
Nilai Sisa 0 0 0 0 0 6737845
Total Penerimaan 0 521220000 521220000 521220000 521220000 527957845 OUTFLOW
1. Biaya Investasi
a.Pekerjaan persiapan 1500000 0 0 0 0 0
b.Semen 7560000 0 0 0 0 0
c.Pasir 1080000 0 0 0 0 0
d.Bata Merah 7317600 0 0 0 0 0
f.Batu Kali 435000 0 0 0 0 0
g.Batu pecah mesin 2/3 535500 0 0 0 0 0
h.Pipa PVC diameter 32 mm 156000 0 0 0 0 0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah 9097200 0 0 0 0 0
Keran Tembok 0,5" per Buah 558400 0 0 0 0 0
Sanyo 150 Wat per Unit 1891300 0 0 0 0 0
Campuran kedap air per liter 205800 0 0 0 0 0
Ijuk per Gulung 11000 0 0 0 0 0
Kerangkeng Sanyo 1000000 0 0 0 0 0
Lem Paralon per Tube 12600 0 0 0 0 0
Sambungan Paralon per Buah 11200 0 0 0 0 0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m) 84300 0 0 0 0 0
Kawat Beton 750000 0 0 0 0 0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata 660000 0 0 0 0 0
Papan Nama Embung 407800 0 0 0 0 0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m 1492100 0 0 0 0 0
Filter air 2500000
2. Biaya Tenaga Kerja 54000000 0 0 0 0 0
3. Biaya Operasional
a. Listrik 0 3600000 3600000 3600000 3600000 3600000
b. Upah Operator 0 12775000 12775000 12775000 12775000 12775000
4. Biaya Pemeliharaan
a. Ijuk 0 11000 11000 11000 11000 11000
b. Keran Air 0 558400 558400 558400 558400 558400
Total Pengeluaran 91265800 16944400 16944400 16944400 16944400 16944400
Pendapatan Bersih -91265800 504275600 504275600 504275600 504275600 511013445
DF 12% 1 0.892857143 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856
PV -91265800 450246071.4 402005420.9 358933411.5 320476260.3 289962752.3
NPV 1.730.358.117
PV positif 1.821.623.917
PV Negatif -91.265.800
Net B/C 19,96
IRR 600%
80
Lampiran 13 Analisis kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
Tahun Proyek 0 1 2 3 4 5
INFLOW Penerimaan air bersih 0 45698730 45698730 45698730 45698730 45698730
Nilai Sisa 0 0 0 0 0 6737845
Total Penerimaan 0 45698730 45698730 45698730 45698730 52436575
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
a.Pekerjaan persiapan 1500000 0 0 0 0 0
b.Semen 6804000 0 0 0 0 0
c.Pasir 972000 0 0 0 0 0
d.Bata Merah 6585840 0 0 0 0 0
f.Batu Kali 391500 0 0 0 0 0
g.Batu pecah mesin 2/3 481950 0 0 0 0 0
h.Pipa PVC diameter 32 mm 140400 0 0 0 0 0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah 8187480 0 0 0 0 0
Keran Tembok 0,5" per Buah 502560 0 0 0 0 0
Sanyo 150 Wat per Unit 1702170 0 0 0 0 0
Campuran kedap air per liter 185220 0 0 0 0 0
Ijuk per Gulung 9900 0 0 0 0 0
Kerangkeng Sanyo 900000 0 0 0 0 0
Lem Paralon per Tube 11340 0 0 0 0 0
Sambungan Paralon per Buah 10080 0 0 0 0 0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m) 75870 0 0 0 0 0
Kawat Beton 675000 0 0 0 0 0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata 594000 0 0 0 0 0
Papan Nama Embung 367020 0 0 0 0 0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m 1342890 0 0 0 0 0
Filter air 2250000 2. Biaya Tenaga Kerja 36450000 0 0 0 0 0
3. Biaya Operasional
a. Listrik 0 3240000 3240000 3240000 3240000 3240000
b. Upah Operator 0 12775000 12775000 12775000 12775000 12775000
4. Biaya Pemeliharaan
a. Ijuk 0 9900 9900 9900 9900 9900
b. Keran Air 0 502560 502560 502560 502560 502560
Total Pengeluaran 70139220 16527460 16527460 16527460 16527460 16527460
Pendapatan Bersih -70139220 29171270 29171270 29171270 29171270 35909115
DF 12% 1 0.89285714 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856
PV -70139220 26045776.8 23255157.84 20763533.79 18538869.46 20375796.22
NPV 38.839.914,09
PV positif 108.979.134,1
PV Negatif -70.139.220
Net B/C 1,55
IRR 32%
81
Lampiran 14 Analisis sensitivitas kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (perubahan jumlah debit air filter menjadi 26,5 m³ per jam) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
Tahun Proyek 0 1 2 3 4 5
INFLOW Penerimaan air bersih (26,5 m³/jam) 0 34600467 34600467 34600467 34600467 34600467
Nilai Sisa 0 0 0 0 0 6737845
Total Penerimaan 0 34600467 34600467 34600467 34600467 41338312
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
a.Pekerjaan persiapan 1500000 0 0 0 0 0
b.Semen 6804000 0 0 0 0 0
c.Pasir 972000 0 0 0 0 0
d.Bata Merah 6585840 0 0 0 0 0
f.Batu Kali 391500 0 0 0 0 0
g.Batu pecah mesin 2/3 481950 0 0 0 0 0
h.Pipa PVC diameter 32 mm 140400 0 0 0 0 0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah 8187480 0 0 0 0 0
Keran Tembok 0,5" per Buah 502560 0 0 0 0 0
Sanyo 150 Wat per Unit 1702170 0 0 0 0 0
Campuran kedap air per liter 185220 0 0 0 0 0
Ijuk per Gulung 9900 0 0 0 0 0
Kerangkeng Sanyo 900000 0 0 0 0 0
Lem Paralon per Tube 11340 0 0 0 0 0
Sambungan Paralon per Buah 10080 0 0 0 0 0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m) 75870 0 0 0 0 0
Kawat Beton 675000 0 0 0 0 0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata 594000 0 0 0 0 0
Papan Nama Embung 367020 0 0 0 0 0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m 1342890 0 0 0 0 0
Filter air 2250000 2. Biaya Tenaga Kerja 36450000 0 0 0 0 0
3. Biaya Operasional
a. Listrik 0 3240000 3240000 3240000 3240000 3240000
b. Upah Operator 0 12775000 12775000 12775000 12775000 12775000
4. Biaya Pemeliharaan
a. Ijuk 0 9900 9900 9900 9900 9900
b. Keran Air 0 502560 502560 502560 502560 502560
Total Pengeluaran 70139220 16527460 16527460 16527460 16527460 16527460
Pendapatan Bersih -70139220 18073007 18073007 18073007 18073007 24810852
DF 12% 1 0.892857143 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856
PV -70139220 16136613.39 14407690.53 12864009.4 11485722.68 14078343.74
NPV -1.166.840,259
PV positif 68.972.379,74
PV Negatif -70.139.220
Net B/C 1,0
IRR 11%
82
Lampiran 15 Analisis sensitivitas kelayakan ekonomi pengembangan penampungan sumberdaya air bersih (kenaikan tarif dasar listrik sampai 100 persen) di Kampung Cibereum Sunting Tahun 2013.
Tahun Proyek 0 1 2 3 4 5
INFLOW Penerimaan air bersih (35 m³/jam) 0 45698730 45698730 45698730 45698730 45698730
Nilai Sisa 0 0 0 0 0 6737845
Total Penerimaan 0 45698730 45698730 45698730 45698730 52436575
OUTFLOW
1. Biaya Investasi
a.Pekerjaan persiapan 1500000 0 0 0 0 0
b.Semen 6804000 0 0 0 0 0
c.Pasir 972000 0 0 0 0 0
d.Bata Merah 6585840 0 0 0 0 0
f.Batu Kali 391500 0 0 0 0 0
g.Batu pecah mesin 2/3 481950 0 0 0 0 0
h.Pipa PVC diameter 32 mm 140400 0 0 0 0 0
i.Tangki Air 5 M³ per Buah 8187480 0 0 0 0 0
Keran Tembok 0,5" per Buah 502560 0 0 0 0 0
Sanyo 150 Wat per Unit 1702170 0 0 0 0 0
Campuran kedap air per liter 185220 0 0 0 0 0
Ijuk per Gulung 9900 0 0 0 0 0
Kerangkeng Sanyo 900000 0 0 0 0 0
Lem Paralon per Tube 11340 0 0 0 0 0
Sambungan Paralon per Buah 10080 0 0 0 0 0
Kabel 1x 1,5 Prima (1 rol = 50 m) 75870 0 0 0 0 0
Kawat Beton 675000 0 0 0 0 0
Besi beton U-39/U-32 rata-rata 594000 0 0 0 0 0
Papan Nama Embung 367020 0 0 0 0 0
Pintu angkat tipe IIIB 0,50 m 1342890 0 0 0 0 0
Filter air 2250000 2. Biaya Tenaga Kerja 36450000 0 0 0 0 0
3. Biaya Operasional
a. Listrik 0 7200000 7200000 7200000 7200000 7200000
b. Upah Operator 0 12775000 12775000 12775000 12775000 12775000
4. Biaya Pemeliharaan
a. Ijuk 0 9900 9900 9900 9900 9900
b. Keran Air 0 502560 502560 502560 502560 502560
Total Pengeluaran 70139220 20487460 20487460 20487460 20487460 20487460
Pendapatan Bersih -70139220 25211270 25211270 25211270 25211270 31949115
DF 12% 1 0.89285714 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856
PV -70139220 22510062.5 20098270.09 17944884.01 16022217.86 18128785.87
NPV 24.565.000,33
PV positif 94.704.220,33
PV Negatif -70.139.220
Net B/C 1,35.
IRR 25%
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Hokeng, Flores pada tanggal 29 juni 1990 dari Ayah
Gervasius Sudin dan Ibu Maria Agustina Mei. Penulis adalah putra pertama dari
lima bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari Sekolah Pertanian Pembangunan
Negeri (SPPN) Manggarai Timur dan pada tahun 2009 penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah
(BUD) IPB dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif dalam kegiatan
keagamaan, olahraga, dan kemahasiswaan yaitu Keluarga Mahasiswa Katolik
(KEMAKI) pada tahun 2009-2012, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Voli,
Karate, dan Koperasi pada tahun 2009-2010, serta menjadi staf Study Resource
and Development (SRD) dari Himpunan Profesi REESA, Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan. Penulis juga pernah meraih penghargaan dalam
kegiatan pertandingan olahraga yaitu Juara II Tim Voli Sportakuler FEM tahun
2012, Juara I Tim Voli Putra Greenstation ESL tahun 2012, Juara I Tim Voli
Putra Dies Natalis FEM tahun 2011, Juara I Tim Futsal Dies Natalis FEM tahun
2011, serta Juara II Tim Voli Porseni KEMAKI tahun 2010 dan 2011.
Selama tahun 2010 hingga 2012 penulis terpilih menjadi kapten tim voli
putra pada kontingen FEM dalam Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) dan pernah
menjadi Pelatih tim voli putra-putri FEM pada tahun 2012. Selama menjadi staf
SRD, penulis ikut aktif dalam kegiatan kepanitiaan REESA salah satunya adalah
Ketua Pelaksana Workshop Statistik for ESL pada bulan November 2011.