Makalah Sumberdaya Air

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa. Manusia dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Semua organism yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas metaboliknya mengambil tempat di larutan air. Dapat disimpulkan bahwa untuk kepentingan manusia dan kepentingan komersial lainnya, ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan. Di suatu tempat, jumlah air yang terlalu besar mempunyai kekuatan destruktif yang hebat mengakibatkan yang mengakibatkan bencana yang disebut banjir, longsor, ataupun banjir bandang. Namun, dalam jumlah yang terlalu kecil di suatu lokasi, air juga menimbulkan bencana kekeringan. Dengan kata lain air harus ada secukupnya baik secara kuantitas maupun kualitas pada suatu lokasi tertentu, dan pada saat yang tepat. Air merupakan bagian dari sumberdaya alam sekaligus juga sebagai bagian dari ekosistem. Kuantitas dan kualitasnya pada lokasi dan waktu tertentu tergantung dan dipengaruhi oleh berbagai hal, berbagai kepentingan dan berbagai tujuan. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, berbagai persoalan yang terkait dengan air atau sumberdaya air telah dan terus

Transcript of Makalah Sumberdaya Air

Page 1: Makalah Sumberdaya Air

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa. Manusia dan semua makhluk hidup butuh

air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Semua organism

yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas metaboliknya

mengambil tempat di larutan air. Dapat disimpulkan bahwa untuk kepentingan manusia

dan kepentingan komersial lainnya, ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas

mutlak diperlukan.

Di suatu tempat, jumlah air yang terlalu besar mempunyai kekuatan destruktif yang

hebat mengakibatkan yang mengakibatkan bencana yang disebut banjir, longsor, ataupun

banjir bandang. Namun, dalam jumlah yang terlalu kecil di suatu lokasi, air juga

menimbulkan bencana kekeringan. Dengan kata lain air harus ada secukupnya baik secara

kuantitas maupun kualitas pada suatu lokasi tertentu, dan pada saat yang tepat.

Air merupakan bagian dari sumberdaya alam sekaligus juga sebagai bagian dari

ekosistem. Kuantitas dan kualitasnya pada lokasi dan waktu tertentu tergantung dan

dipengaruhi oleh berbagai hal, berbagai kepentingan dan berbagai tujuan. Seiring dengan

pertumbuhan penduduk, berbagai persoalan yang terkait dengan air atau sumberdaya air

telah dan terus berlangsung. Ketersediaan air cenderung menurun namun di lain pihak

kebutuhan air semakin meningkat.

Dengan kata lain, karena air di suatu tempat dan di suatu waktu bisa berubah secara

kuantitas dan kualitas sehingga menimbulkan berbagai masalah maka air harus dikelola

dengan baik. Sehingga, penulisan makalah ini akan menjelaskan tentang sumberdaya air,

teknik pemanfaatan, dan dampak pemanfaatan sumberdaya air tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui beberapa hal tentang

sumberdaya air, bagaimana teknik pemanfaatan sumberdaya air, dan dampak pemanfaatan

sumberdaya air.

Page 2: Makalah Sumberdaya Air

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air mulai saat jatuh di daratan sampai

masuk kelautan dan kembali ke atmosfer. Hidrologi melibatkan air permukaan dan air

bawah permukaan. Untuk memahami sifat-sifat/karakteristik air di daratan maka

diperlukan pemahaman mengenai siklus hidrologi.

Hujan yang jatuh ke bumi baik langsung menjadi aliran maupun tidak langsung

melalui vegetasi atau media lainnya akan membentuk siklus alran air mulai dari tempat

yang tinggi (gunung, pegunungan) menuju ke tempat yang rendah baik di permukaan tanah

maupun di dalam tanah yang berakhir di laut.

Air berubah wujud berupa gas/uap akibat panas matahari dan disebut dengan proses

penguapan atau evaporasi. Uap ini bergerak di atmosfir (udara) kemudian akibat perbedaan

temperature di atmosfir dari panas menjadi dingin maka air akan terbentuk akibat dari

kondensasi dari uap menjadi keadaan cairan. Bila temperatur berada di bawah titik beku

Kristal-kristal es terbentuk. Tetesan air kecil tumbuh oleh kondensasi dan berbenturan

dengan tetesan air lainnya dan terbawa oleh gerakan udara turbulen sampai pada kondisi

yang cukup besar menjadi butir-butir air. Apabila jumlah butir air sudah cukup banyak dan

akibat berat sendiri (secara gravitasi) butir-butir air itu akan turun ke bumi dan proses

turunnya butiran air ini disebut dengan hujan.

Hujan jatuh ke bumi baik secara langsung maupun melalui media misalnya melalui

tanaman (vegetasi). Di bumi air mengalir dan bergerak dengan berbagai cara. Pada retensi

(penyimpanan air) air akan menetap/tinggal untu beberapa waktu. Retensi dapat berupa

retensi alam seperti daerah-daerah cekungan, danau, tempat-tempat yang rendah, dll.,

maupun retensi buatan manusia seperti tampungan, sumur, embung, waduk, dll.

Seacar gravitasi (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang rendah,

dari gunung-gunung, pegunungan ke lembah, lalu ke daerah lebih rendah, sampai ke

daerah pantai dan akhirnya akan bermuara ke laut. Aliran air ini disebut aliran permukaan

tanah karena bergera di atas muka tanah. Aliran air ini biasanya akan memasuki daerah

Page 3: Makalah Sumberdaya Air

tangkapan atau daerah aliran menuju ke sistem jaringan sungai, sistem danau ataupun

waduk. Dalam sistem sungai aliran mengalir mulai dari sistem sungai yang kecil menuju

ke sistem sungai yang besar dan akhirnya akan menuju mulut sungai atau sering disebut

estuari yaitu tempat bertemunya sungai dengan laut.

Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan tanah meresap ke dalam tanah dalam

bentuk-bentuk infiltrasi, perkolasi, kapiler. Aliran air tanah dapat dibedakan menjadi aliran

tanah dangkal, aliran tanah dalam, aliran tanah antara dan aliran dasar. Disebut aliran dasar

karena aliran ini merupakan aliran yang mengisi sistem jaringan sungai. Hal ini dapat

dilihat pada waktu musim kemarau, ketika hujan tidak turun untuk beberapa waktu, pada

suatu sistem sungai tertentu masih ada aliran secara tetap atau kontinyu.

Akibat panas matahari air di permukaan juga akan berubah ujud menjadi gas/uap

dalam bentuk evaporasi dan bila melalui tanaman disebut transpirasi. Air akan diambil oleh

tanaman melalui akar-akarnya yang dipakai untuk kebutuhan hidup dari tanaman tersebut,

lalu air di dalam tanaman juga akan keluar berupa uap akibat energi panas matahari

(evaporasi). Proses pengambilan air oleh akar tanaman kemudian terjadinya penguapan

dari dalam tanaman tersebut sebagai evapotranspirasi.

Evaporasi yang lain dapat terjadi pada sistem sungai, embung, reservoir, waduk

maupun air laut yang merupakan sumber air terbesar. Walaupun laut adalah tempat dengan

sumber air terbesar namun tidak bias langsung dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan

karena mengandung garam dan dikenal dengan nama air asin.

Uap atau gas mengalir dan bergerak di atmosfir. Proses selanjutnya sama dengan

diuraikan di atas. Kejadian tersebut aan membentuk suatu pergerakan yang akan

membentuk siklus hidrologi. Siklus ini merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air

secara global di bumi. Siklus hidrologi juga menunjukkan semua hal yang berhubungan

dengan air.

2.2 Bentuk Aliran Air

Air keluar dari suatu areal tertentu dapat melalui beberapa bentuk seperti aliran

permukaan (surface runoff), aliran bawah permukaan (subsurface flow), aliran bawah tanah

(ground water flow), dan aliran sungai (stream flow). Penjelasan secara ringkas berbagai

jenis aliran air tersebut adalah sebagai berikut:

Page 4: Makalah Sumberdaya Air

Aliran Permukaan. Aliran permukaan atau yang biasa dikenal dengan surface runoff

adalah air yang mengalir di permukaan pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh presipitasi

tahunan (curah hujan tahunan), intensitas curah hujan (dihitung dalam volume per-satuan

waktu), kecepatan evapotranspirasi, kedalam muka air tanah (water table), permeabilitas

tanah/batuan, tuutpan lahan, kecuraman lereng, karakteristik sungai, dan aktivitas dari

manusia.

a. Distribusi curah hujan, intensitas, dan perioda atau lamanya hujan mungkin lebih

penting dibandingkan dengan rata-rata curah hujan tahunan. Apabila suatu curah

hujan sebesar 100 cm terdistribusi secara merata sepanjang tahun, maka dampak

yang ditimbulkan terhadap banjir dan erosi akan lebih kecil bila dibandingkan

dengan curah hujan yang sama yang terjadi dalam waktu singkat dan dengan

intensitas curah hujan yang tinggi. Dengan demikian lamanya hujan dan intensitas

curah hujan sangat penting di dalam terjadinya banjir ataupun erosi.

b. Tutupan lahan (landcover) seperti vegetasi berpengaruh pada jumlah surface

runoff yang terjadi dipermukaan bumi. Kedalaman muka air tanah juga berdanpak

terhadap jumlah surface runoff yang mengalir dipermukaan tanah, apabila muka

air tanah di suatu wilayah sangat dangkal, maka jumlah air permukaan (surface

runoff) akan lebih besar dibandingkan dengan wilayah yang mempunyai muka air

tanahnya dalam.

c. Permeabilitas tanah/batuan juga mempengaruhi jumlah air permukaan, apabila

disuatu wilayah kondisi tanah/batuannya sangat permebel, maka volume air yang

masuk kedalam tanah/batuan (infiltrasi) akan semakin besar dan air permukaan

menjadi kecil, sebaliknya apabila permeabilitas batuan/tanahnya sangat kecil

(impermeable), maka volume air yang masu juga sedikit dan hal ini berdampak

kepada jumlah air permukaan yang mengalir di permukaan tanah semakin besar.

d. Kecuraman lereng juga mempengaruhi banyaknya surface runoff, hal ini dapat

dijelaskan bahwa apabila suatu wilayah yang mempunyai kelerengan yang sangat

curam, maka air akan mengalir dengan kecepatan tinggi sehingga air tidak

mempunyai kesempatan untuk masuk (infiltrasi) kedalam tanah/batuan.

Page 5: Makalah Sumberdaya Air

e. Karakteristik pola aliran sungai, apakah aliran sungainya lurus, berbelok-belok

(meandering), teranyam (braided), lebar, sempit, dangkal, atau dalam akan

mempengaruhi/mengendalikan kecepatan aliran air.

f. Aktivitas manusia juga mempunyai kontribusi terhadap addanya surface runoff

seperti pengrusakan hutan atau pengrusakan wilayah tangkapan hujan, perubahan

tataguna lahan, pengaspalan, betonisasi suatu wilayah yang menghalangi

terjadinya infiltrasi air ke tanah/batuan.

Volume air permukaan secara langsung dapat dihitung dengan cara menjumlahkan

total curah hujan dikurangi dengan evapotranspirasi dan infiltrasi air yang masuk kedalam

tanah/batuan. Sedangkan curah hujan dapat dihitung dengan menjumlahkan volume air

hujan atau salju yang turun kepermukaan

Aliran di bawah permukaan. Aliran di bawah permukaan adalah air yang masuk ke

dalam tanah tetapi tidak masuk cukup dalam disebabkan adanya lapisan kedap air. Air ini

mengalir di bawah permukaan tanah pada kedalaman 30 – 40 cm, kemudian keluar ke

permukaan tanah di bagian bawah lereng atau, masuk ke sungai.

Aliran air bawah tanah. Aliran air bawah tanah adalah aliran air yang masu dan

terpekolasi jauh ke dalam tanah menjadi air bawah tanah (ground water). Air bwah tanah

mengalir di bawah tanah tidak mengandung bahan tersuspensi atau kapur sehingga

kelihatan jernih. Air bawah tanah merupakan sumber air bagai sungai, danau, atau waduk,

atau reservoir pada musim kemarau.

Aliran sungai. Aliran sungai adalah air yang mengalir di dalam saluran-saluran yang

jelas, seperti sungai. Aliran sungai dapat tetap atau tersendat. Aliran sungai juga dapat

menyebabkan erosi, tetapi pengaruhnya sangat terbatas. Air sungai dapat jernih atau pekat

berwarna colat mengandung sedimen tergantung dari sumber airnya. Sungai bersumber

dari aliran bawah permukaan dan aliran air bawah tanah akan jernih, sedangkan yang

bersumber utama dari aliran permukaan akan keruh oleh sedimen yang dikandungnya.

Page 6: Makalah Sumberdaya Air

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan Hidrologi dan Pengendaliannya

Permasalahan air sebetulnya sudah ada sejak lama, namun intensitas dan

frekuensinya semakin besar, meningkat dari waktu ke waktu dengan bertambahnya jumlah

penduduk, perluasan kawasan pemukiman, pembukaan lahan-lahan baru, pengembangan

kawasan industri, pengembangan budidaya pantai, pengembangan berbagai bentuk

rekayasa baik di kawasan pantai maupun jauh di pedalaman atau pegunungan.

Dari kegiatan tersebut di atas berbagai masalah antara lain air tidak lagi menjadi

barang atau suatu zat yang mudah di dapat di mana-mana, air tidak lagi mempunyai

konotasi yang kurang baik seperti banjir, penyebab tanah longsor erosi tanah, dll. Oleh

karena itu permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan air adalah:

1. Pasokan Air

Indonesia adalah negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa dengan

kondisi iklim tropis boleh disebut sebagai suatu negara yang kaya akan sumberdaya air.

Pulau Jawa merupakan wilayah dengan penduduk terdapat dan secara hidrologi dapat

dibagi menjadi 2 (dua) wilayah hidrologi, yaitu wilayah hidrologi Pantai Utara dan

wilayah hidrologi Pantai Selatan. Adapun garis batas pemisah kedua wilayah hidrologi

ini berada di Pulau Jawa, membentang dari barat ke timur yang merupakan puncak-

puncak gunung api yang tersebar di tengah Pulau Jawa. Seperti yang telah disebutkan di

atas, bahwa Indonesia mempunyai sumberdaya air yang melimpah, tetapi pengelolaan

dan pendistribusiannya masih kurang baik dan sering menimbulkan permasalahan.

Seringkali rencana pengembangan suatu wilayah tidak memperhitungkan pasokan air,

seperti misalnya banyak kota metropolitan di dunia, kebutuhan air tidak mencukupi bagi

pengembangan atau pertumbuhan kota. Variabel potensi sumberdaya air di suatu

wilayah/daerah ditentukan oleh hubungan kompleks antar ketersediaan air dan data

potensi air yang ada. Permasalahannya adalah dalam penentuan potensi air yang tersedia

di suatu wilayah didasarkan atas perhitumgan input dan output-nya, namun harus

diperhatikan juga mengenai perubahan yang telah terjadi di wilayah tersebut, misalnya

perubahan tataguna lahan yang asalnya hutan berubah menjadi sawah atau pemukiman,

Page 7: Makalah Sumberdaya Air

hal ini tentunya akan mempengaruhi jumlah potensi air yang tersedia di wilayah

tersebut.

2. Air Permukaan

Air permukaan atau yang biasa dikenal dengan surface runoff adalah air yang

mengalir di permukaan bumi (daratan). Penanggulangan surface runoff antara lain

dengan cara:

Melaksanakan reboisasi dengan cara menanam tumbuhan guna mencegah dan

menahan surface runoff.

Membuat bendungan/dam yang berguna untuk penyediaan pasokan air bagi industri

atau rumah tangga, pengendalian banjir, pembangkit tenaga listrik, irigasi, dan

recharge air bawah tanah. Dampak negatif dari adanya bendungan, reservoir, dan

danau adalah terjadinya kumulasi sedimen yang dibawa oleh aliran sungai yang

menuju kea rah bendungan, reservoir, atau danau. Material-material yang sangat

halus yang di bawa ke dalam reservoir akan diendapkan didalam reservoir,

sedangkan yang lebih kasar akan diendapkan di mulut sungai yang masuk ke

reservoir.

Pengelolaan hutan dan pertanian yang benar untuk mencegah runoff dan erosi.

Penebangan hutan yang tidak terencana (tebang habis) akan memicu terjadinya

banjir, sedangkan tebang pilih akan mengurangi/mencegah erosi dan banjir. Dalam

pengelolaan pertanian, perlu dicegah terjadinya erosi tanah akibat pembukaan lahan

yang tidak benar dan dalam pengelolaan paska panen.

3. Air Bawah Tanah

Air bawah tanah juga sangat penting sebagai pemasok sumberdaya air apabila

pasokan air permukaan tidak mencukupi. Permasalahan yang timbul akibat eksploitasi

air bawah tanah yang berlebihanadalah penurunan mu air tanah dan intrusi air laut.

Penanggulangan pengambilan air bawah tanah yang berlebihan dapat dilakukan dengan

cara antara lain:

Melakukan konservasi air bawah tanah yaitu dengan menjaga agar infiltrasi air

permukaan dan retardasi surface runoff tidak menganggu.

Eksploitasi air bawah tanah tidak melebihi recharge.

Page 8: Makalah Sumberdaya Air

Konservasi air bawah tanah juga harus melibatkan pengendalian tanaman/vegetasi,

karena tanaman/vegetasi dapat menahan surface runoff sehingga memungkinkan air

berinfiltrasi ke dalam bumi. Dalam kontek Daerah Aliran Sungai (DAS) atau

Catchmen Area, perlu dijaga agar supaya daerah resapan tidak rusak akibat

perubahan tataguna lahan.

4. Banjir

Di Indonesia kita sering menyaksikan melalui media elektronik maupun surat

kabar tentang bencana banjir dan tanah longsor yang menimpa pemukiman penduduk

dan menimbulkan kerusakan dan kerugian material maupun korban jiwa manusia. Hal

ini tidaklah mengherankan karena sebagian besar pemukiman yang ada di Indonesia

kebanyakan dibangun di wilayah dataran banjir dan di lereng-lereng perbukitan.

Sebagai contoh kota Jaarta yang merupakan ibukota negara, setiap tahun menjadi

langganan banjir. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab banjir di wilayah Jakart

antara lain adalah:

Pembangunan dan perluasan pemukiman yang tidak mengikuti peta arahan Rencana

Tata Guna Wilayah (RTRW),

Luas lahan yang terbatas serta daya dukung lahan yang sudah melebihi kapasitasnya,

Berkurangnya daerah resapan air sebagai akibat pembangunan pemukiman,

Meningkatnya surface runoff yang disebabkan perubahan tutupan lahan,

Sistem drainase yang kurang bai,

Sistem pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang tidak integrasi serta degradasi

lingkungan di wilayah DAS akibat perubahan tataguna lahan dan tutupan lahan.

Usaha untuk mengurangi bencana banjir dapat dilakukan antara lain dengan cara:

Melakukan reboisasi di daerah tangkapan hujan.

Membuat sumur-sumur resapan air.

Mengurangi surface runoff dengan pembuatan drainase yang baik.

Pembuatan check-dam untuk pengendalian banjir.

Memodifiasi saluran sungai dan drainase.

Membersihkan saluran sungai dan pengelolaan DAS secara terintegrasi dan

komprehensif.

Page 9: Makalah Sumberdaya Air

5. Erosi Tanah

Kebanyakan erosi tanah terjadi karena tidak terkendalinya surface runoff. Di

tempat-tempat yang lapisan tanahnya tertutup vegetasi umumnya surface runoff dapat

dicegah, sedangkan di tempat-tempat yang berlereng dan tidak bervegetasi, erosi tanah

sangat tinggi. Berikut ini beberapa cara penanggulangan erosi tanah yang harus

dilakukan untuk mengurangi proses erosi:

Penyiapan lahan, penanaman, penyiangan, dan panen harus dilakukan mengikuti

garis kontur.

Meminimalkan kemiringan lereng. Pada saat penyiapan lahan dan penanaman harus

dilaksanakan secara bersamaan untuk mencegah bila hujan datang pada tahapan ini

tanah tidak tererosi.

Pembuatan terasering, berfungsi untuk mengurangi kecepan aliran air runoff dan

memperlambat erosi tanah.

Pembuatan checkdam pada saluran drainase untuk mencegah aliran air runoff yang

berasal dari arus turbit.

Penanaman pohon dan semak untuk mencegah erosi dan dapat berfungsi sebagai

pakar untuk mencegah erosi tanah.

6. Amblesan

Amblesan tanah adalah penurunan permukaan tanah yang diakibatkan oleh

pelarutan batuan yang berada di bawah tanah oleh air yang ada didalam tanah atau

kosongnya rongga pori batuan yang disebabkan oleh pengambilan air tanah yang

berlebihan. Kasus amblesan tanah atau penurunan permukaan tanah dapat kita lihat di

wilayah-wilayah dimana pengambilan air tanah tidak seimbang dengan pengisian

kembali air ke dalam tanah, sehingga terjadi kekosongan air tanah yang ada di dalam

pori batuan akan berakibat pada penurunan permukaan tanah/ambles, contoh Kota

Bangkok dan Jakarta.

7. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan dari material rombakan batuan atau tanah

melalui media air, angin atau es/gletser. Proses sedimentasi dapat membawa kerugian

bagi manusia, terutama proses sedimentasi yang terjadi di dalam waduk, dimana

material bahan rombakan batuan atau tanah yang diangkut oleh air sungai yang masuk

Page 10: Makalah Sumberdaya Air

ke dalam waduk suatu bendungan dan pada akhirnya waduk aan dipenuhi dengan

material sedimen. Apabila hal ini terjadi, maka usia bendungan menjadi berkurang.

Untuk mencegah dan mempelambat proses sedimentasi yang terjadi di dalam waduk,

harus dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:

Melaksanakan reboisasi dan konservasi di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)

untuk mengurangi erosi dan bahan rombakan yang akan terangkut oleh aliran sungai

ke dalam waduk.

Melakukan pengerukan secara teratur pada sungai-sungai yang bermuara ke dalam

waduk.

8. Kualitas Air

Pemanfaatan air bagi kebutuhan air minum sudah barang tentu harus memenuhi

standar kualitas kesehatan. Sumberdaya air baru dikatakan layak minum apabila unsur-

unsur yang dikandungnya sudah memenuhi standar baku mutu air layak minum yang

bebas dari mineral-mineral yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Berikut ini

adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemanfaatan sumberdaya air, yaitu:

Cara pengambilan sampel air untuk air minum

Air permukaan untuk air minum

Kualitas air untuk air minum

Kualitas air untuk mendukung sektor perikanan

Air payau

Air pencucian

Kandungan berbahaya dalam air

Air tanah

Limbah air buangan

Kandungan nitrat yang berasal dari pertanian

Standar kualitas air merupakan hal yang sangat penting, terutama ditinjau dari

kebutuhan dan peruntukannya. Standar kualitas air ditentukan berdasarkan kandungan:

Potable water terdiri dari:

a. Parameter organoleptic (warna, kekeruhan, odour dan rasa)

b. Parameter physicochemical (temperatur, pH, konduktivitas, Ca, Mg, K, Na)

Page 11: Makalah Sumberdaya Air

c. Parameter yang berkaitan dengan bahan yang jumlahnya tidak terduga: nitrat,

nitrit ammonium, HCs. Phenol, organochlorines, dll)

d. Parameter kandungan toxic (pestisida, PAH, logam-logam berat)

e. Parameter mikrobiologi (total coliform dan faecal streptococci)

f. Kebutuhan minimal untuk softened water (total hardness dan alkalinitas)

Sumber bahan air yang berasal dari air tawar termasuk air bawah tanah

Air untuk habitat ikan dan pencucian

Air buangan yang berasal dari perkotaan dan industri.

3.2 Dampak Pemanfaatan Air Tanah

Pada kenyataan pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan sektor industri dan jasa

masih mengandalkan air tanah secara berlebihan menimbulkan dampak negatif terhadap

sumberdaya air tanah maupun lingkungan, antara lain:

Penurunan muka air tanah, pemanfaatan air tanah yang terus meningat menyebabkan

penurunan muka air tanah. Hasil rekaman muka air tanah pada sumur-sumur panatu di

daerah pengambilan air tanah intensif seperti: Cekungan Jakarta, Bandung, Semarang,

Pasuruan, Mojekerto menunjukkan kecenderungan muka air tanah yang terus menurun.

Intrusi air laut, apabila keseimbangan hidrostatik antara air tanah tawar dan air tanah

asin di daearh pantai terganggu, maka terjadi pergerakan air tanah asin/air dari laut ke

arah darat. Intrusi air laut di daerah pantai Jakarta, Semarang, Denpasar, dan Medan.

Amblesan tanag tidak dapat dilihat seketika, namun dalam kurun waktu yang lama dan

terjadi pada daerah yang luas, sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif yang lain,

antara lain; banjir dan masuknya air laut ke arah darat pada saat pasang naik, sehingga

menggenangi perumahan, jalan, atau bangunan lain yang lebih rendah; menyusutnya

ruang lintas pada kolong jembatan, sehingga menganggu lalu lintas. Secara regional

amblesan tanah mengakibatkan pondasi jembatan menurun dan mempersempit kolong

jembatan. Berkurangnya kapasitas penyimpanan gudang dan terganggunya pelaksanaan

arus bongkar/muat barang; rusaknya bangunan fisik seperti fondasi jembatan/bangunan

gedung tinggi, sumur bor, dan retaknya pipa saluran air limbah dan jaringan lainnya.

Page 12: Makalah Sumberdaya Air

3.2.1 Contoh Kasus Dampak Pemanfaatan Air Tanah

Sebagai contoh kasus dari dampak negatif akibat pemboran air tanah secara

berlebihan, antara lain :

Penurunan Muka Air Tanah

Pemanfaatan air tanah yang terus meningkat menyebabkan penurunan muka air

tanah. Hasil rekaman muka airtanah pada sumur-sumur pantau di daerah pengambilan

air tanah intensif, antara lain terjadi di daerah :

Cekungan Jakarta

Pengambilan airtanah, khususnya air tanah dalam (deep groundwater) darisumur

bor yang terdaftar menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat :

1985 dengan jumlah pengambilan air tanah sekitar 30 juta m3/tahun,

1991 meningkat menjadi 31 juta m3/tahun dari sejumlah 2640 sumur,

1993 pengambilannya tercatat 32,6 juta m3/tahun dari sekitar 2800 sumur,

1994 pengambilan air tanah telah mencapai 33,8 juta m3.

Jumlah pengambilan air tanah yang sebenarnya relatif jauh lebih besar dari angka-

angka tersebut di atas, karena masih banyaknya sumur-sumur produksi yang belum

terdaftar. Berdasarkan hasil kalibrasi pada 1985, jumlah pengambilan air tanah pada

1994 diperkirakan telah mencapai sekitar 53 juta m3.

Muka airtanah pada sistem akuifer tidak tertekan (kedalaman 0 - 40 m)

– Muka airtanah pada sistem akuifer ini menunjukkan pola fluktuasi dengan

kecenderungan turun selama periode pemantauan. Di wilayah DKI Jakarta,

kecepatan penurunan pada pemantauan >2 tahun (periode panjang) antara 0,12

m/tahun (Tongkol) dan 0,46 m/tahun (Kuningan), sedangkan di luar wilayah DKI

Jakarta terhitung 0,07 m/tahun (Cibinong). Pada periode 1994, kecepatan

penurunannya antara 0,06 m/tahun (Cibinong) dan 4,44 m/tahun (Cilandak).

– Pola perubahan muka airtanah pada sistem akuifer tidak tertekan dipengaruhi oleh

pola curah hujan di daerah sekitarnya. Pada saat berlangsungnya musim penghujan,

muka airtanah umumnya cenderung naik karena proses pengisian kembali,

sementara penurunan muka airtanah secara alamiah (natural groundwater depletion)

terjadi pada saat musim kemarau. Di beberapa lokasi seperti di Monas, Senayan,

Page 13: Makalah Sumberdaya Air

pasar Rebo dan Cilandak, perubahan muka airtanah sangat terkait dengan pola

pemompaan di sekitar lokasi pemantauan.

Muka Airtanah pada Sistem Akuifer Tertekan Atas (40 – 100 m)

Rekaman muka airtanah pada periode >2 tahun menunjukkan gejala penurunan

pada semua lokasi pemantauan, sedangkan pada periode terakhir (Januari-

Desember 1994) kenaikan muka airtanah hanya terjadi di Cakung (0,12 m/tahun).

Di wilayah DKI Jakarta, kecepatan penurunan muka airtanah selama kurun waktu

>2 tahun terhitung antara 0,08 m/tahun (Cakung) dan 1,71 m/tahun (Joglo),

sedangkan di luar wilayah DKI kecepatannya antara 0,74 m/tahun (Cipondoh) dan

1,81 m/tahun (Porisgaga). Selama periode 1994, kecepatan penurunan muka

airtanah terhitung antara 0,12 m/tahun (kompleks PT Yamaha Motor) dan 5,76

m/tahun (kompleks National Gobel).

Faktor utama yang mempengaruhi pola perubahan muka airtanah pada sistem

akuifer tertekan bagian atas adalah jumlah pengambilan airtanah (Qabs), disamping

pola curah hujan di daerah sekitar. Di Senayan, Duren Sawit, Jagakarsa, pasar

Minggu, Joglo, Cilodong dan Pondok Cina, pola curah hujan merupakan faktor

pengaruh yang lebih dominan.

Muka Airtanah pada Sistem Akuifer Tertekan Tengah (100 – 140m)

Pada sistem akuifer ini, gejala kenaikan muka airtanah selama periode >2 hanya

terjadi di Tongkol (0,43 m/tahun), sedangkan pada 1994 terjadi di kompleks PAM

Darmawangsa (0,24 m/tahun). Diwilayah DKI Jakarta, kecepatan penurunan muka

airtanah selama periode >2 tahun terhitung antara 0,22 m/bulan (Sunter) dan 2,47

m/bulan (kompleks Jakarta Land), sementara di luar wilayah DKI Jakarta mencapai

0,81 m/bulan (Teluk Pucung). Selama periode 1994, gejala penurunan muka

airtanah di wilayah DKI Jakarta terhitung dengan kecepatan antara 0,72 m/tahun

(Walang Baru dan kompleks Hotel Borobudur) dan 3,96 m/tahun (Senayan),

sedangkan di luar wilayah DKI Jakarta mencapai 1,20 m/tahun di Teluk Pucung.

Perubahan muka airtanah yang didominasi oleh gejala penurunan, berkaitan dengan

pola Qabs di daerahs sekitarnya, yaitu pada periode Januari 1993 – November 1994

Page 14: Makalah Sumberdaya Air

umumnya sesuai dengan pola Qabs di wilayah DKI Jakarta. Meskipun di beberapa

lokasi pemantauan menunjukkan pola muka airtanah yang sesuai dengan pola curah

hujan, terutama gejala penurunan muka airtanah yang terjadi pada saat musim

kemarau, namun karena kedudukan lapisan akuifer tertekan tengah cukup dalam,

maka diduga tidak ada pengaruh yang berarti dari curah hujan, kecuali terjadi

kebocoran pada konstruksi sumur.

Muka Airtanah pada Sistem Akuifer Tertekan Bawah (140 – 250m )

Pola muka airtanah pada periode panjang (>2 tahun) menunjukkan gejala

penurunan pada semua lokasi pemantauan, sedangkan pada 1994 kenaikan muka

airtanah terjadi di kompleks DPRD Kebon Sirih (4,20 m/tahun) dan Cengkareng-

Pedongkelan (0,24 m/tahun). Kecepatan penurunan muka airtanah pada periode >2

tahun antara 0,19 m/bulan (Sunter) dan 2,25 m/bulan (Porisgaga), sementara selama

periode 1994 kecepatan penurunan antara 0,24 m/tahun (Tongkol) dan 4,70

m/tahun (kompleks PT BASF).

Pola perubahan muka airtanah pada sistem akuifer tertekan bawah berhubungan

erat dengan pola Qabs di daerah sekitarnya, di mana pola perubahan pada periode

Januari 1993 – November 1994 umumnya sesuai dengan pola Qabs di wilayah DKI

Jakarta.

Didaerah Jakarta Utara pemanfaatan airtanah sudah tidak memungkinkan untuk

dikembangkan lebih lanjut, terutama untuk proses industri (Zone IV pada Peta

Konservasi Airtanah Jakarta 1993/1994). Pola perubahan airtanah pada sistem

akuifer tertekan (dalam) pada periode 1994 masih didominasi oleh kecenderungan

penurunan. Gejala yang mengarah pada pemulihan kedudukan muka airtanah,

ditunjukkan oleh kecenderungan kenaikan, terjadi di Cakung (sistem akuifer

tertekan atas), kompleks DPRD Kebon Sirih dan Cengkareng Pedongkelan (akuifer

tertekan bawah). Tetapi hasil pemantauan periode panjang (>2 tahun) masih

menunjukkan gejala penurunan di semua lokasi pemantauan termasuk di tiga lokasi

pemantaun. Kondisi tersebut merupakan bukti upaya pengawasan/kontrol terhadap

jumlah pengambilan airtanah di daerah tutupan tersebut (Zone IV) masih belum

menunjukkan hasil seperti yang diharapkan.

Page 15: Makalah Sumberdaya Air

3.2.2 Upaya Pengendalian dari Aspek Teknik

Mengingat sebaran airtanah tidak dibatasi oleh batas-batas administratif suatu daerah,

maka pengelolaan airtanah berdasarkan aspek teknis seharusnya mengacu pada suatu

cekungan airtanah, yakni suatu wilayah yang ditentukan oleh batasan-batasan hidrogeologi,

di mana semua event hidrolika (pengisian, pengambilan dan pengaliran airtanah)

berlangsung.

Batasan-batasan teknis hidrogeologi ini menyangkut geometri dan parameter akuifer,

jumlah dan mutu airtanah, pengaliran dan keterdapatan airtanah. Batasan-batasan tersebut

menentukan berapa jumlah airtanah yang dapat dimanfaatkan dan bagaimana upaya

konservasi airtanah harus dilakukan.

Beberapa tindakan upaya pengendalian dampak negatif akibat pemompaan airtanah

secara berlebihan, antara lain :

1. Penentuan Lokasi Pemompaan.

Mengingat keterdapatan lapisan pembawa airtanah tidak merata, maka penentuan

lokasi pengambilan airtanah sangat menentukan, agar sumberdaya airtanah dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin. Disamping itu, pengaruh pengambilan airtanah

melalui sumur-sumur yang berdekatan akan mengakibatkan penurunan muka airtanah

yang lebih dalam, maka penentuan lokasi dan jarak antar sumur, akan dapat mencegah

pengaruh di atas.

2. Pengaturan Kedalaman Penyadapan

Suatu daerah sering mempunyai akuifer berlapis banyak (multi layer aquifer).

Kondisi yang demikian sangat memungkinkan untuk dilakukan pengaturan kedalaman

penyadapan pada lapisan akuifer tertentu.

Dengan pengaturan kedalaman penyadapan akan dapat dihindari terjadinya

eksploitasi airtanah yang terkonsentrasi hanya pada satu lapisan akuifer tertentu, yang

dampaknya tentu berbeda dengan penyadapan yang dilakukan pada beberapa lapisan

akuifer.

Peruntukan airtanah untuk berbagai keperluan, diatur dengan mengambil airtanah

dari berbagai kedalaman yang berbeda. Namun pada dasarnya pengaturan kedalaman

penyadapan airtanah tetap mengacu pada prioritas peruntukan airtanah, di mana air

minum merupakan prioritas utama di atas segala-galanya.

Page 16: Makalah Sumberdaya Air

3. Pembatasan Debit Pemompaan

Pembatasan besarnya airtanah yang disadap ini, bertujuan agar penurunan muka

airtanah dapat dibatasi pada kedudukan yang aman. Pengertian aman mempunyai arti

dapat mencegah terjadinya intrusi air laut pada pengambilan airtanah di daerah pantai,

maupun kemungkinan terjadinya amblesan, serta untuk menyesuaikan dengan cadangan

airtanah yang tersedia. Namun konsekuensi dari pembatasan ini adalah, harus dapat

disediakan sumber-sumber pasokan air yang lain, misalnya dari air permukaan.

Kondisi hidrogeologi suatu daerah sangat menentukan besar cadangan dan kualitas

airtanah, sehingga berapa batas yang aman jumlah debit pengambilan airtanah, sangat

berbeda dari suatu daerah ke daerah yang lain. Tetapi secara kualitatif dapat ditentukan,

bahwa jumlah pengambilan airtanah hendaknya tidak melebihi jumlah imbuhan

airtanah.

4. Penambahan Imbuhan

Berdasarkan pada daur hidrologi, sumber utama airtanah adalah berasal dari air

hujan. Indonesia yang beriklim tropis basah, umumnya mempunyai curah hujan yang

relatif tinggi, lebih dari 1000 mm/tahun, dengan hari hujan yang relatif panjang. Kondisi

ini sangat menguntungkan dalam imbuhan airtanah secara alami, di mana pada saat

musim hujan terjadi pengisian dan penggantian dari defisit airtanah yang terjadi pada

musim kemarau. Dengan demikian akuifer akan mendapat penambahan cadangan

airtanah.

Permasalahannya adalah di daerah-daerah yang telah berkembang, terutama di kota-

kota besar, peristiwa pengisian kembali airtanah pada musim hujan terhambat karena

adanya perubahan lingkungan. Daerah-daerah yang sebetulnya merupakan daerah

imbuh airtanah telah berubah fungsi, sehingga hanya sebagian kecil air hujan yang

meresap dan mengimbuh airtanah. Pada daerah yang demikian, perlu upaya

penampungan air hujan untuk dimasukkan ke dalam sumur-sumur resapan.

5. Penentuan Kawasan Lindung

Kawasan lindung airtanah mengarah kepada penataan ruang suatu daerah dengan

maksud untuk melindungi jumlah dan mutu sumberdaya airtanah. Oleh sebab itu, untuk

menentukan kawasan lindung airtanah, disamping kondisi hidrogeologi, maka

penggunaan lahan dan keberadaan infrastruktur harus dipertimbangkan.

Page 17: Makalah Sumberdaya Air

Penentuan kawasan lindung ini merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk

dilaksanakan, karena sering terjadi pertentangan kepentingan. Misalnya, di daerah

imbuh airtanah, sering terjadi tuntutan pembangunan sebagai daerah pemukiman,

industri, buangan sampah, dan penggunaan lahan yang lain yang berdampak negatif

terhadap jumlah maupun mutu airtanah. Oleh sebab itu banyak kendala untuk

memberlakukan secara efisien upaya perlindungan airtanah. Meskipun demikian usaha-

usaha perlindungan airtanah dapat ditetapkan dari sudut pandang hidrogeologi dan

geologi lingkungan.

Page 18: Makalah Sumberdaya Air

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sumberdaya air sebagai bagian dari ekosistem secara keseluruhan dan mempunyai

karakteristik unik dibandingkan dengan sumberdaya lainnya. Air bersifat sumberdaya

yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu

datang sesuai dengan waktu dan musimnya sepanjang tahun.

Air keluar dari suatu areal tertentu dapat melalui beberapa bentuk seperti aliran

permukaan (surface runoff), aliran bawah permukaan (subsurface flow), aliran bawah

tanah (ground water flow), dan aliran sungai (stream flow).

Permasalahan sumberdaya air meliputi; pasokan air, air permukaan, air bawah tanah,

banjir, erosi tanah, amblesan, sedimentasi, dan kualitas air.

Dampak pemanfaatan air tanah, yaitu terjadi penurunan muka air tanah, intrusi air laut,

dan amblesan tanah.

Tindakan/upaya pengendalian dari aspek teknis, yaitu:

a. Penentuan lokasi pemompaan

b. Pengaturan kedalaman penyadapan

c. Pembatasan debit pemompaan

d. Penambahan imbuhan

e. Penentuan kawasan lindung

Page 19: Makalah Sumberdaya Air

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Arsyad, Sitanala., Rustiadi, Ernan. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, Dan Lingkungan. Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Irianto, Gatot., 2006. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air, Strategi Pendekatan dan Pendayagunaannya. Papas Sinar Sinanti. Jakarta

Kodoatie, Robert., Sangkawati, Sri., Edhisono, Sutarto. 2002. Pengelelolaan Sumber Daya Air Dalam Otonomi Daerah. ANDI. Yogyakarta

Kodoatie, Robert., Sjarief, Roestam. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi. Yogyakarta

Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta