Post on 27-Oct-2020
ANALISA ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) DAN ANGKA KEMATIAN BAYI
(AKB) DI KABUPATEN BANJARNEGARA JAWA TENGAH
Rifdah Silfanah Mukhlish
Kelas B – 150231100052
Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Trunojoyo Madura
rifdahmsilfanah@gmail.com
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan ukuran bagi kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan ibu dan anak. Pada International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision, 1992
(ICD-10), WHO mendefinisikan kematian maternal adalah kematian seorang wanita saat masa hamil atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau pengelolaannya, tetapi bukan dari sebab-sebab kebetulan atau insidental (WHO, 2007). Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS).
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) juga terjadi di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Penyebab utama dari kasus yang terjadi di Kabupaten Banjarnegara ini adalah rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga menjadi penyebab tingginya kematian ibu dan juga rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan secara cepat ibu yang sedang mengandung atau yang sedang dalam masa detik-detik melahirkan. Oleh karena itu, pemerintah memerlukan upaya yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan permasalahan di atas, rekomendasi yang ditawarkan adalah melalui program “Gebrakan SuSi”. Program tersebut merupakan program yang bertujuan untuk mengurangi resiko Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Banjarnegara. Gebrakan SuSi yaitu Gebrakan Suami Siaga yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para suami yang istrinya sedang mengandung, agar nantinya ketika detik-detik menjelang kelahiran para suami akan langsung siaga membawa ke rumah sakit terdekat agar tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa melalui program yang telah direkomendasikan yaitu “Gebrakan SuSi” diharapkan dapat mempercepat penurunan AKI dan AKB di Kabupaten Banjarnegara. Sehingga kualitas kesehatan di Kabupaten Banjarnegara juga akan meningkat.
Kata kunci : AKB, AKI, Gebrakan SuSi, Kematian Maternal, Kesehatan Ibu.
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung
perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial,
ekonomi, maupun dalam segi budaya. Kesehatan harus dipandang sebagai
suatu investasi penting dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Tingkat
kesehatan negara yang satu dengan negara yang lain pasti berbeda-beda.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti lingkungan, perilaku, dan
fasilitas kesehatan. Tingkat kesehatan masyarakat Indonesia saat ini masih
tergolong buruk, dan kebanyakan disebabkan karena faktor ekonomi/ kemiskinan
dan sarana prasarana yang belum cukup memadai.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
ukuran bagi kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya yang berkaitan
dengan masalah kesehatan ibu dan anak. AKI merupakan indikator yang
mencerminkan status kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu pada
waktu hamil dan melahirkan. Angka Kematian Ibu (AKI) dapat menggambarkan
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, serta tingkat
pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas.
Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor non
medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta faktor agama.
Sebagai contoh, banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai
peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar biasa
sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan. Sedangkan
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan kontributor utama untuk kematian anak.
Perbaikan dalam kematian bayi dan anak adalah kontributor utama untuk
meningkatkan angka harapan hidup di negara-negara berkembang. Di dunia,
angka kematian bayi sangat bervariatif pada setiap negara. Di negara
berkembang, angka kematian bayi masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi
di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi berusia dibawah satu
tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Angka ini merupakan
salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya angka kematian bayi ini
dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal kurang baik,
untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut.
Kasus AKI dan AKB tinggi ini juga terjadi di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Radar Banyumas pada hari Senin, 21 November 2016 menyatakan bahwa
hingga Bulan November terdapat 19 AKI di Banjarnegara, sedangkan AKB
tercatat 168 kasus. Pj Bupati Banjarnegara, Prijo Anggoro menilai, AKB dan AKI
di Banjarnegara masih tinggi. Beliau meminta kegiatan kegiatan penanganan
AKB dan AKI harus lebih fokus. Menurut beliau, harus ada kampanye
penyelematan besar-besaran terhadap ibu hamil bersama yang dilakukan bidan
dan pemangku kepentingan lainnya. Beliau juga meminta agar tidak ada
kekeliruan sistem dan komunikasi saat menangani proses persalinan, sehingga
data AKI atau AKB bisa terpantau sampai tingkat atas. Pada 2014 lalu,
Banjarnegara masuk peringkat 10 besar tingkat Provinsi Jawa Tengah untuk
AKB. Sedangkan pada tahun 2013, AKI di Banjarnegara hanya 19 kasus
sedangkan AKB masih terdapat 271 kasus. Sementara pada tahun 2014,
terdapat 20 kasus AKI dan AKB menurun menjadi 204 kasus. Sedangkan untuk
tahun 2015 yang baru berjalan di bulan sembilan ini terdapat 7 kasus AKI dan
129 kasus AKB.
Data menunjukkan sebagian besar kematian ibu terjadi pada masyarakat
miskin dan mereka yang tinggal jauh dari rumah sakit. Penyebab kematian ibu
yang utama adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, aborsi, sepsis, dan partus lama.
Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah
perdarahan 25%, infeksi 15%, preeklamsi-eklamsi 13%, aborsi 13%, sepsis 10%,
serta partus lama 8%. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah preeklamsi
dan eklamsi yang bersama infeksi dan pendarahan, diperkirakan mencakup
75%-80%. Sedangkan penyebab tertinggi angka kematian bayi karena kelahiran
prematur atau berat bayi lahir kurang dari 2500 gr atau yang dikenal dengan
istilah berat bayi lahir rendah (BBLR) baik cukup bulan maupun kurang bulan
(prematur). Selain penyebab yang telah disebutkan di atas, rendahnya
pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan
selama kehamilan juga menjadi penyebab tingginya kematian ibu dan juga
rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan secara cepat
ibu yang sedang mengandung atau yang sedang dalam masa detik-detik
melahirkan. Oleh karena itu diperlukan peran dari berbagai pihak dalam rangka
untuk mengurangi Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu di
Banjarnegara, dan yang lebih penting yaitu peran suami dalam mendampingi istri
dari mulai mengandung hingga proses melahirkan.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 ANGKA KEMATIAN IBU
2.1.1 Kematian Maternal
A. Definisi
Pada International Statistical Classification of Diseases and Related
Health Problems, Tenth Revision, 1992 (ICD-10), WHO mendefinisikan
kematian maternal adalah kematian seorang wanita saat masa hamil atau
dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi
kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk
oleh kehamilan atau pengelolaannya, tetapi bukan dari sebab-sebab
kebetulan atau insidental (WHO, 2007).
Definisi alternatif kematian maternal:
1. Pregnancy-related death : Kematian seorang wanita selama kehamilan
atau 42 hari setelah terminasi kehamilan, tanpa mempedulikan
penyebab kematiannya.
2. Late maternal death : Kematian seorang wanita karena penyebab
langsung atau tidak langsung yang lebih dari 42 hari, namun kurang
dari setahun setelah terminasi kehamilan
B. Klasifikasi
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak
tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung adalah
merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul
sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria,
anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular (Prawirohardjo, 2008).
Klasifikasi kematian ibu ada tiga, yaitu kematian ibu langsung, kematian ibu
tidak langsung, dan kematian nonmaternal. Kematian ibu langsung
mencakup kematian ibu akibat penyulit obstetri pada kehamilan, persalinan,
atau masa nifas, dan akibat dari intervensi, kelalaian, kesalahan terapi, atau
rangkaian kejadian yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Contohnya
adalah kematian ibu akibat perdarahan karena ruptur uteri. Kematian ibu
tidak langsung mencakup kematian ibu yang tidak secara langsung
disebabkan oleh kausa obstetri, melainkan akibat penyakit yang sudah ada
sebelumnya, atau suatu penyakit yang timbul saat hamil, melahirkan, atau
masa nifas, tetapi diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap
kehamilannya. Contohnya adalah kematian ibu akibat penyulit stenosis mitral.
Kematian nonmaternal adalah kematian ibu yang terjadi akibat kecelakaan
atau kausa insidental yang tidak berkaitan dengan kehamilan. Contohnya
adalah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (Cunningham, 2005).
C. Ukuran Kematian Maternal
Jumlah kematian maternal pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor,
yaitu: risiko kematian yang berhubungan dengan kehamilan atau persalinan
itu sendiri, dan jumlah kehamilan atau persalinan yang dialami oleh wanita
usia reproduktif (WHO, 2007).
Ukuran statistik kematian maternal:
1. Maternal Mortality Ratio : Jumlah kematian ibu selama satu periode
per 100.000 kelahiran hidup selama periode yang sama
2. Maternal Mortality Rate : Jumlah kematian ibu dalam satu periode per
100.000 wanita usia reproduksi selama periode yang sama.
3. Adult Lifetime Risk of Maternal Mortality: Kemungkinan kematian
karena penyebab maternal selama usia reproduksi seorang wanita.
D. Penyebab Kematian Maternal
Menurut Mochtar (1998), penyebab kematian maternal dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Sebab Obstetri Langsung
Sebab obstetri langsung adalah kematian ibu karena akibat langsung
dari penyakit penyulit pada kehamilan, persalinan, dan nifas; misalnya karena
infeksi, eklampsi, perdarahan, emboli air ketuban, trauma anastesi, trauma
operasi, dan sebagainya.
2. Sebab Obstetri Tidak Langsung
Sebab obstetri tidak langsung adalah kematian ibu akibat penyakit
yang timbul selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Misalnya anemia,
penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, hepatitis infeksiosa, penyakit ginjal,
dan sebagainya. Termasuk juga penyakit yang sudah ada dan bertambah
berat selama kehamilan.
3. Sebab Bukan Obstetri
Sebab bukan obstetri adalah kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas
akibat kejadian-kejadian yang tidak ada hubungannya dengan proses
reproduksi dan penanganannya. Misalnya karena kecelakaan, kebakaran,
tenggelam, bunuh diri, dan sebagainya.
4. Sebab Tidak Jelas
Sebab tidak jelas adalah kematian ibu yang tidak dapat digolongkan
pada salah satu yang tersebut di atas. Dari penyebab-penyebab di atas,
dapat pula dibagi dalam dua golongan, yaitu:
a. Kematian yang dapat dicegah disebut juga preventable maternal
death atau avoidable factors, adalah kematian ibu yang seharusnya
dapat dicegah jika penderita mendapat pertolongan atau datang pada
saat yang tepat sehingga dapat ditolong secara profesional dengan
fasilitas dan sarana yang cukup.
b. Kematian yang tidak dapat dicegah atau unpreventable maternal
death, adalah kematian ibu yang tidak dapat dihindari walaupun telah
dilakukan segala daya upaya yang baik. Penyebab kematian ibu
terbanyak adalah perdarahan, eklampsia atau tekanan darah tinggi
saat kehamilan, infeksi, partus lama, komplikasi aborsi
(Prawirohardjo, 2008).
2.2 ANGKA KEMATIAN BAYI
2.2.1 Kematian Perinatal
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa untuk dapat memahami
kematian perinatal maka ada definisi-definisi yang lazim dipakai seperti
kelahiran hidup, kematian janin, kelahiran mati , kematian perinatal dini
dan kematian perinatal. Kelahiran hidup (live birth) adalah keluarnya hasil
konsepsi secara sempurna dari ibunya tanpa memandang lamanya
kehamilan dan sesudah terpisah dari ibunya bernafas atau menunjukkan
tanda-tanda kehidupan seperti denyutan tali pusat atau pergerakan otot,
tidak peduli apakah tali pusat telah dipotong atau belum. Kematian janin
(foetal death) adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan
dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.
Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya
janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti
denyut jantung, atau palsasi tali pusat atau kontraksi otot. Kelahiran mati
(stillbirth) ialah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah
mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau
sama dengan 1000 gram). Kematian perinatal dini (early neonatal death)
ialah kematian bayi dalam 7 hari pertama kehidupannya. Sedangkan
kematian perinatal (perinatal mortality) ialah bayi lahir mati dan kematian
bayi dalam 7 hari pertama sesudah lahir.
Kematian perinatal adalah kematian dalam masa kehamilan 28
minggu sampai bayi lahir dan berusia 7 hari. Kematian perinatal
ditentukan dengan menghitung jumlah kematian masa perinatal tersebut
di bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati (Ranuh, 2005).
Periode perinatal didefinisikan sebagai masa sejak janin mampu hidup
diluar kandungan hingga akhir hari ke-7 setelah kelahiran. Menentukan
usia janin sebenarnya adalah hal yang sulit karena hal tersebut
tergantung pada umur kehamilan dan fasilitas pelayanan khusus yang
tersedia. Oleh sebab itu, akan lebih mudah untuk menggunakan berat
lahir dalam menentukan usia janin. Di negara maju, bayi dapat bertahan
hidup sejak usia 22 minggu umur kehamilan (berat mencapai 500 gram)
sedangkan dinegara berkembang, bayi diharapkan untuk dapat bertahan
hidup sejak usia kehamilan 28 minggu (dimana berat telah mencapai
1000 gram) (WHO, 2001).
2.2.2 Angka Kematian Perinatal
Angka Kematian Perinatal (AKP) adalah jumlah kematian perinatal
dikalikan 1000 dan kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan
lahir mati pada tahun yang sama (Wiknjosastro, 2005).
AKP = jumlah kematian perinatal x 1000
Jumlah lahir mati + jumlah lahir hidup
AKP perlu diketahui karena dapat merefleksikan tingkat kesehatan
ibu hamil dan bayinya serta standar pelayanan yang diberikan. Angka ini
juga merupakan salah satu indikator terbaik dari status sosial ekonomi
masyarakat, daerah dan negara. Angka ini rendah bila standar kehidupan
meningkat sehingga pengamatannya secara berkala dapat
memperlihatkan kemajuan di masyarakat. Masyarakat dengan AKP yang
tinggi juga memiliki AKI yang tinggi karena keduanya merefleksikan
kondisi hidup yang buruk dan kurang memadainya pelayanan kesehatan
yang diberikan (WHO, 2001).
BAB 3
REKOMENDASI
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat
bertahan hidup dan melakukan aktivitas. Karena tanpa kesehatan yang baik,
maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehai-hari.
Akan tetapi hal itu masih kurang terlihat di Kecamatan Banjarnegara Jawa
Tengah. Berdasarkan data yang telah dipaparkan dalam bab 1, kasus AKI dan
AKB masih sangat tinggi terjadi di Banjarnegara Jawa Tengah.
Berangkat dari masalah tersebut, rekomendasi yang ditawarkan yaitu
melalui program “Gebrakan SuSi”. Program tersebut merupakan program yang
bertujuan untuk mengurangi resiko Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Banjarnegara. Gebrakan SuSi yaitu Gebrakan Suami
Siaga yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para suami yang
istrinya sedang mengandung, agar nantinya ketika detik-detik menjelang
kelahiran para suami akan langsung siaga membawa ke rumah sakit terdekat
agar tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sasaran utama dari
program ini adalah para suami yang mempunyai istri yang sedang mengandung
dan seluruh masyarakat Kabupaten Banjarnegara. “SuSi” diawali kegiatan
minilokakarya yang merekomendasikan Pelatihan SuSi secara berjenjang,
pembuatan Modul, musyawarah dan gotong royong, bimbingan teknis ABG
(Advokasi, Bina Suasana, Gerakan Pemberdayaan), pendanaan melalui dana
BOK (Biaya Operasional Puskesmas) dan sosialisasi 5 Pilar STBM.
Program tersebut akan dilaksanakan di masing-masing desa (target
seluruh ibu hamil di setiap desa di Banjarnegara), pembuatan formulir
kesepakatan, lembar monitoring kegiatan untuk mengetahui tingkat pemahaman
peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Selain itu, program tersebut
akan dilaksanakan pada Februari 2017, untuk mengawali akhir tahun yang baik
dan diharapkan di tahun 2017 AKI dan AKB di Banjarnegara menurun secara
drastis. Dan program tersebut akan dilaksanakan dua minggu sekali selama 2
bulan penuh dan dilaksanakan pada hari minggu, karena mayoritas pada hari
tersebut masyarakat libur bekerja. Sehingga pada waktu tersebut dirasa cocok
untuk mengimplementasikan program yang telah direkomendasikan.
Pelatihan SuSi meliputi sebagai berikut 1) Kepala Puskesmas
memberikan arahan dan kebijakan; 2) Bidan memberikan materi tentang
kehamilan (tanda-tanda dan pemeriksaan, cara mengatasi keluhan, risiko ibu
hamil, tanda-tanda bahaya, sampai persiapan persalinan); persalinan (macam,
tanda-tanda, dan kelainan pasca kelainan); dan segera menyusui bayinya
setelah melahirkan; ASI eksklusif, cara menyimpan ASI bila ibu bekerja, sampai
perawatan bayi atau neonatal; 3) Pemegang Program KB menjelaskan macam-
macam KB, keuntungan, kerugian, dan efek samping masing-masing alat
kontrasepsi; 4) Koordinator imunisasi, petugas gizi, dan petugas kesling (macam-
macaam imunisasi, pengaruh gizi pada kehamilan, dan kesling dipadukan
dengan PHBS). Terintegrasi dalam Pelatihan SuSi, juga ditanamkan 5 Pilar
STBM yang meliputi BAB (Buang Air Besar) di Jamban Sehat, Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS), pengolahan air minum, pengelolaan sampah rumah
tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Promkes (Promosi Kesehatan) memberikan penjelasan mengenai PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) bagi keluarga, merangkum semua materi, dan
membuat lembar monitoring yang diamanahkan kepada suami, harapan
persalinan berjalan lancar dan aman, dan bayinya menjadi amanah untuk
keluarga. Selain itu, ada kesepakatan yang mendorong suami untuk memenuhi
fasilitas istri selama masa kehamilan, kelahiran dan pengasuhan bayinya. Juga
penjelasan untuk mendapatkan Akta Kelahiran yang pengurusannya dimulai dari
Puskesmas, ke Kantor Pos, sampai ke Kantor Capil. Pengusul SuSi adalah
Dinas Kesehatan didukung Bupati dan jajaran Pemerintah Kabupaten. Program
SuSi unik, karena menyarankan suami agar mempunyai komitmen kuat terhadap
persalinan istri. Pendekatan kata “takdir” atau “kersane Gusti Allah” (bahasa
Jawa: Kehendak Allah) yang biasanya terungkap saat ada kematian ibu, balita,
dan saat bayi baru lahir dianggap sudah semestinya, menjadi lebih tercerahkan
agar ada usaha dan ikhtiar untuk melakukan antisipasi/preventif sejak dini
sehingga risiko kematian dapat diminimalisasi.
Pihak-pihak yang berkontribusi terdiri atas Bupati/ Wali Kota, tenaga
kesehatan persalinan Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara,
Camat, Kepala Desa, PKK, dan Masyarakat luas. Mobilisasi sumber daya,
meliputi pembiayaan (dana hibah dari tiap Posyandu), sarana dan prasarana
(Puskesmas, Pustu, dan Ponkesdes), SDM (dokter, bidan, dan tenaga kesehatan
lain), dan teknis (persalinan). Keluaran dari program SuSi adalah AKI nol, AKB
turun signifikan, peningkatan partisipasi suami, peningkatan Desa STBM,
peningkatan kunjungan persalinan, kesepakatan suami/keluarga, kader, dan
tenaga penolong persalinan, dan ibu hamil periksa kehamilan sekarang
didampingi suami. Pemantauan dan Evaluasi dilakukan oleh Kepala Puskesmas
dan tenaga kesehatan sesuai tupoksi (tugas, pokok dan fungsi) dan dilaporkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan yang selanjutnya dilaporkan kepada Bupati.
Flow Chart Solusi:
Menyetujui
rekomendas
i dari
program
yang
diajukan
serta
membantu
suksesnya
upaya
meminimalis
asi kasus
AKI dan
AKB di
tingkat
kabupaten
atau kota
Menyetujui
rekomendasi
dari program
“Gebrakan
SuSi” yang
diajukan serta
membantu
suksesnya
upaya
meminimalisas
i kasus AKI
dan AKB
dalam tingkat
kabupaten dan
ikut serta
melaksanakan
pelatihan
“SuSi”.
Melakukan
pelatihan
“SuSi”
kepada para
suami yang
istrinya
sedang
mengandun
g serta
mengadaka
n promosi
kesehatan.
Menyetujui rekomendasi dari program
yang diajukan
serta membantu suksesnya
upaya meminimalis
asi kasus AKI dan AKB
dalam tingkat
kecamatan dan desa
serta memberikan
dana
Membantu
melaksanak
an program
“Gebrakan
SuSi”
dengan ikut
serta dalam
melakukan
pelatihan
“SuSi”
Menyam
paikan
masalah
yang
terjadi
secara
langsung
Bupati/
Wali Kota
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Puskesma
s & tenaga
kesehatan
Camat &
Kepala
Desa
PKK STA
RT
PELATIHAN PROGRAM
“GEBRAKAN SuSi” &
PROMOSI KESEHATAN
SUAMI &
MASYARAKAT
POLA PIKIR
MENINGKAT
AKI & AKB MENURUN
(end)
DAFTAR PUSTAKA
Radar Banyumas. 21 November 2016. Angka Kematian Bayi dan Angka
Kematian Ibu di Banjarnegara masih tinggi. (Online).
(http://radarbanyumas.co.id/angka-kematian-bayi-dan-angka-kematian-
ibu-di-banjarnegara-masih-tinggi/ diakses pada 10 Desember 2016).
Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
2010. Kajian Angka Kematian Bayi Di Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah Tahun 2010. (Online).
(http://www.pskespro.chnrl.net/wp.../LAPOR
AN-KAJIAN-AKB-SULTENG.pdf, diakses pada 21 Desember 2016).
Wahyuni, C.S. 2009. Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan
Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008. (Online).
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6978, diakses pada 23
Desember 2016)
Mala, V.Y, 2015. “Analisa Penyebab Angka Kematian Bayi (AKB)”.
(Online).
(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&
cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj3iY2U1P3QAhXFtY8KHdIsCKwQFgg-
MAQ&url=http%3A%2F%2Fsumsel.bkkbn.go.id%2FAnalyticsReports%2F
Artikel%2520Viya-
Policy%2520Brief.pdf&usg=AFQjCNEK2BlYjY6qgat9zx0w3QVFVFbCYQ
&bvm=bv.142059868,d.c2I, diakses pada 10 Desember 2016).
Bappenas, 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan
Hidup Anak”, (Online), (http://bappenas.go.id/files/3513/5022/6052/faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-kelangsungan-hidup-
anak2010090310302027480__20110518100943__3049__0.pdf, diakses
pada 11 Desember 2016).
LAMPIRAN