Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Anak

download Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Anak

of 24

Transcript of Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Anak

pengukuran kinerja penyelenggara otonomi daerah

PENGUKURAN KINERJA PENYELENGGARA OTONOMI DAERAH MELALUI INDIKATOR DERAJAT PELAYANAN PUBLIK Penurunan Angka Kematian Ibu

DISUSUN OLEH :

NAMA: SILVIA KUMALASARINIM: 8111412028

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGSEMARANG2014KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya serta kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian akhir semester Hukum Otonomi daerah mengenai Pengukuran Kinerja Penyelenggara Otonomi Daerah.Seiring dengan selesainya penulisan makalah yang berjudul Penurunan Angka Kematian Ibu di Puskesmas Karangmalang ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya terhadap penulisan makalah ini.Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi tercapainya hasil yang lebih baik dan membawa manfaat bagi semua.Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat dijadikan pertimbangan dan sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Semarang, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I. PENDAHULUAN 11. Latar Belakang 1 2. Rumusan Masalah 43. Tujuan Penulisan 4BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 51. Angka Kematian Ibu (AKI) 52. Gambaran Umum Daerah Penelitian 53. Profil Puskesmas Karang malang 7BAB III. PEMBAHASAN 9 1. Rasio Penurunan AKI di Puskesmas Karang Malang 9 2. Upaya Pemerintah Kota Semarang untuk menangani masalah AKI 9 3. Pencapaian Target MDGs Mengenai AKI di Jawa Tengah 17BAB 1V. PENUTUP 191. Kesimpulan 192. Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21iii

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangOtonomi daerah adalah salah satu gagasan besar untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui cara-cara yang demokratis. Pada dasarnya desentralisasi dan otonomi daerah mempunyai makna yang besar bagi kepentingan masyarakat daerah untuk menjadi pengambil manfaat dari setiap pengaturan dan pelayanan pemerintahan. Dengan lahirnya UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah menandai dianutnya paradigma baru dalam penyelenggaraan pemerintah daerah yang mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menggariskan bahwa maksud dan tujuan pemberian otonomidaerah adalah memacu kesejahteraan, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, peningkatan pelayanan publik dan daya saing daerah.Desentralisasi adalah bentuk dari susunan organisasi Negara yang terdiri dari atas satuan-satuan pemerintah dan satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah yang dibentuk baik berdasarkan territorial atau fungsional pemerintahan tertentu. Kesatuan pemerintahan yang lebih rendah tersebut melaksanakan sebagian dari urusan pemerintahan Negara. Dalam pelaksanaan urusan rumah tangga daerah dikenal sistem rumah tangga formal, material dan nyata. Sistem rumah tangga formal memberikan keleluasaan yang seluas-luasnya kepada daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dan menjadikan urusan tersebut sebagai urusan rumah tangga darah. Sistem rumah tangga material adalah pembagian wewenang, tugas dan tanggungjawab yang dirinci antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Sistem rumah tangga nyata,mengandung ciri sistem rumah tangga formal dan material. Namun demikian sistem rumah tangga yang memiliki ciri khas yang membedakan antara sistem rumah tangga formal dan material sehingga diharapakan dapat mengatasi kesulitan dalam penerpan sistem rumah tangga formal dan material.Penerapan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia adalah melalui pembentukan-pembentukan daerah daerah otonom. Dalam implementasi kebijakan desentralisasi selalu terjadi adanya persebaran urusan pemerintahan kepada daerah otonom sebagai badan hukum publik. Urusan pemerintahan yang didistribusikan hanyalah merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kompetensi pemerintah dan tidak mencakup urusan yang menjadi kompetensi lembaga Negara yang membidangi legislatif dan yudikatif atau lembaga lainnya yang mengawasi keuangan Negara.Berdasarkan Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pembagian urusan pemerintahan diatur dalam empat model urusan pemerintahan yaitu :1. Urusan absolute yang secara mutlak menjadi urusan pemerintah pusat (pasal 10ayat (3)2. Urusan bersama yaitu urusan yang dapat dilakukan bersama-sama antar pemrintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.3. Urusan wajib pemerintah daerah, diatur dalam pasal 13, 14 Undang-Undang 32 tahun 2004. 4. Urusan pilihan pemerintah daerah meliputi urursan pemerintah secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat sesuai dengan kondisi dan potensi unggulan daerah pasal 13 dan 14 UU No 32 tahun 2004. Urusan absolut sebagaimana diatur dalam pasal 10 Undang-Undang No 32 tahun 2004 didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya/tetap menjadi kewenanngan pemerintah pusat yaitu:1. Politik luar negeri2. Pertahanan3. Keamanan4. Moneter5. Yustisi6. AgamaKewenangan pemerintah pusat seperti yang tercantum dalam pasal 10 UU No 32 tahun 2004 masih ada kewenangan yang bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersam-sama antar pemrerintah pusat dengan pemerintah daerah. Setiap urusan yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi kewenangan pemerintah, ada yang diserahkan kepada provinsi dan ada bagian yang diserahkan kepada kabupaten/kota yaitu ada 31 urusan yang diselenggarakan pemerintah daerah, dalam penulisan makalah ini penulis hanya akan membahas pengukuran kinerja penyelenggaraan otonomi daerah dalam hal kebutuhan dasar kesehatan tentang penurunan angka kematian ibu dan anak.Setiap tiga menit, di manapun di Indonesia, satu anak balita meninggal dunia. Selain itu, setiap jam, satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan. Rasio kematian ibu, yang diperkirakan sekitar 228 per 100.000 kelahiran hidup, tetap tinggi di atas 200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu.Indonesia, sebagai salah satu negara dari 189 negara anggota PBB yang turut menandatangani kesepakatan Milenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan PBB di awal era perubahan abad 20 ke abad 21, didalam implementasi komitmennya, dilaksanakan dengan penciptaan program pembangunan yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), sebagai satu paket pembangunan yang terukur guna memenuhi hasil kesepakatan yang akan dicapai pada kurun waktu tahun 2000 hingga akhir tahun 2015.Dibidang kesehatan tujuan yang hendak dicapai dalam MDGs salah satunya adalah sebagai berikut:1. Meningkatkan Kesehatan Ibua) Angka Kematian Ibu (AKI)b) Proporsi Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Terlatih c) Angka Pemakaian KontrasepsiKomitmen tersebut dituangkan Indonesia dalam arah pembangunan jangka panjang kesehatan Indonesia tahun 2005-2025, yakni : meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang mencakup, meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025, menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025, dan menurunnya AKI dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.Pemerintah Indonesia melalui daerah otonomnya telah banyak melakukan kebijakan dan berbagai upaya untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI), antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), Strategi Menyelamatkan Persalinan Sehat (Making Pregnant Safer) dan penggunaan buku KIA. Puskesmas salah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional tingkat pertama yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat. Puskesmas adalah pelaksana teknis Dinas Kesehatan, bertangung jawab terhadap upaya penyelenggaraan kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.

2. Rumusan Masalah1. Bagaimana rasio penurunan angka kematian ibu dan anak di Puskesmas Karangmalang Kelurahan Polaman, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah ?2. Upaya apa saja yang dilakukan pemerintah Kota Semarang untuk menangani masalah penurunan angka kematian ibu dan anak di Kelurahan Polaman?3. Apakah angka penurunan kematian ibu dan anak di kota Semarang telah mencapai target Mdgs ?

3. Tujuan

1. Mengetahui rasio angka kematian ibu di Kelurahan Polaman, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.2. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan pemerintah kota Semarang untuk mengatasi masalah penurunan angka kematian ibu.3. Menganalisis apakah penyelenggaraan otonomi daerah melalui indikator pelayanan publik akan kebutuhan dasar kesehatan di Kota Semarang khususnya masalah penurunan angka kematian ibu telah mencapai target MDGs.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Angka Kematian IbuKematian ibu adalah kematian dari setiap wanita waktu hamil, persalinan, dan dalam 90 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa memeperhitungkan tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (WHO).Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

2. Gambaran Umum Daerah Penelitian: Kelurahan Polamana. Tabel data umum Desa Polamana. Identitas 1) Desa 2) Kecamatan 3) Kota 4) Propinsi PolamanMijenSemarangJawa Tengah

b. Data Geografi

1) Luas wilayah 2) Batas-batas desa Utara Selatan Barat Timur

Kelurahan PurwosariKelurahan KarangmalangKelurahan BubakanKelurahan Cepoko

c. Data Demografi

1) Jumlah Penduduk2) Jumlah KK3) Jumlah RW4) Jumlah RT

1.433.000 jiwa520318

b. Data tabel khusus Desa Polamana. Data Sumber Daya

1) Sarana Pendidikan a. Jumlah TK b. Jumlah SD/MI c. Jumlah SLTP/MTs d. Jumlah SMU/MA/SMK2) Sarana Ibadah a) Jumlah Masjid b) Jumlah Mushola1222

45

b. Status Pekerjaan

1) Bekerja 2) Tidak Bekerja

489 jiwa79 jiwa

c. Tingkat Pendidikan Penduduk

1) Tidak tamat SD2) Tamat SD -SMP4) Tamat SMU 5) Perguruan Tinggi

65 jiwa266 jiwa172 jiwa17 jiwa

d. Agama 1) Islam 2) Kristen 3) Katolik 4) Hindu 5) Budha1.433.000 jiwa----

e. Potensi Prasarana Kesehatan

1) Puskesmas 2) Poliklinik 3) Apotik 4) Posyandu

1-11

3.Profil Puskesmas Karang MalangBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 28/MENKES/SK/II/2004 puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal dengan menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan pengembangan.Selain peraturan diatas, ada juga peraturan daerah lainnya yang mengatur tentang puskesmas dan wilayah kerja administratifnya. Surat Keputusan Walikota Palembang tahun 2001 yang mengatur wilayah kerja masing-masing.Puskesmas Karang Malang terletak di Kecamatan Mijen tepatnya di kelurahan Karang Malang. Puskesmas ini terletak di Jalan R.M Soebagiono Tjondro Koesomo Semarang. Masyarakat yang ingin berobat dapat menjangkaunya dengan berjalan kaki, angkutan umum, becak maupun menggunakan kendaraan bermotor. Visi, Misi, dan Motto :a) Visi : Menjadikan Puskesmas Karang Malang sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terjangkau, dan proporsional serta mengutamakan kepuasan pelanggan dengan melibatkan peran aktif masyarakat.b) Misi : 1. Mengerahkan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan.2. Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat.3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau.4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.c) Motto : Serasi (Senyum, ramah, sigap) Pasien yang dating langsung dilayani dengan sigap tanpa harus menunggu lama disertai dengan senyum dari sikap yang ramah.

Letak geografis dan wilayah kerja :Letak geografis a) RT / RWb) Kelurahan c) Kecamatan d) Jumlah Penduduk : Laki-lakiPerempuan

01 / I Mijen Karang Malang9.503(keadaan s/d Pebruari 09)

4.765 orang4.738 orang

Data demografia) Jumlah Penduduk Miskinb) Jumlah peserta Jamkesmas c) Jumlah peserta Jamkesmaskot3315 jiwa3.315 jiwa-

Wilayah kerjaa) Sebelah utarab) Sebelah Timurc) Sebelah Selatand) Sebelah Barat

Wilayah kerja Pukesmas MijenWilayah kerja Puskesmas Gunung PatiWilayah kerja Puskesmas Boja Wilayah kerja Puskesmas Boja

Jumlah wilayah kerjaa) Kelurahan

b) RW c) RT4 ( Kelurahan Karang malang, Polaman, Purwosari, Bubakan)1452

Sumber daya (tenaga ahli)a) Dokter Umumb) Dokter Gigic) SKMd) Perawate) Perawat Gigif) Bidang) Sanitarianh) Nutrision / Gizii) Analis kesehatanj) Apotekerk) Asisten Apotekerl) Rekam Medikm) Staf n) Pekerja Keso) Tata Usahap) lainnya3105151210102002 (jaga malam, juru masak)

BAB IIIPEMBAHASAN

1. Rasio Penurunan Angka Kematian Ibu di Puskesmas Karangmalang Kelurahan PolamanHasil penelitian yang dilakukan penulis melalui wawancara di Puskesmas karang Malang yang mencakup wilayah kerja Kelurahan Karang malang, Polaman, Purwosari, dan Bubakan. Selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 2004 sampai dengan 2014 di puskesmas Karang Malang belum pernah terjadi kasus kematian ibu hamil saat melahirkan di wilayah kerjanya. Yang ada kasus kematian bayi yang terjadi di kelurahan Polaman sebanyak satu kasus.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa program penurunan angka kematian ibu di Puskesmas Karang Malang dapat dikatakan telah berhasil karena selama sepuluh tahun terakhir ini tidak ditemukan kasus kematian ibu yang ada 1 kasus kematian bayi pada saat dilahirkan.

2. Upaya Pemerintah Kota Semarang untuk Menangani Masalah Penurunan Angka Kematian Ibu Melalui Pelayanan di Puskesmas Karang MalangPuskesmas Karang Malang memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kelurahan Karang malang, Polaman, Purwosari, Bubakan dan masyarakat diperbatasan sekitarnya melalui enam program pokok Puskemas beserta 2 Program Spesifik yang ditentukan berdasarkan banyaknya permasalahan kesehatan masyarakat setempat serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Enam program pokok Puskesmas tersebut antara lain:1. Promosi KesehatanMeliputi penyebarluasan informasi kepada masyarakat wilayah binaan Puskesmas Karang Malang. Kegiatan tersebut adalah : Penyuluhan langsung Penyebaran leaflet-leaflet Pemasangan spanduk2. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular : Kegiatan imunisasi Pelacakan dan pengobatan DBD, TBC, Kusta, Diare dan ISPA3. Pelayanan Kesehatan : Pengobatan umum Pengobatan gigi Rujukan PKPS dan ASKES Emergency Laboratorium4. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB : Ibu hamil, nifas, dan KB Pemeriksaan tumbuh kembang anak Pelayanan kesehatan anak sehat sakit Konseling kesehatan ibu menyusui (buteki) WUS5. Kesehatan Lingkungan: Pengawasan kesehatan TTU, rumah makan, industri sederhana Pengawasan dan pembinaan rumah yang memenuhi standar kesehatan Konseling kesehatan lingkungan6. Gizi : Pemberian vitamin A dosis tinggi dan SF Pemberian makanan tambahan Konseling gizi Pengawasan dampak kekurangan gizi

Seluruh program kegiatan tersebut di dalam gedung dan difasilitasi dengan adanya ruang dan peralatan yang memadai, program kerja, sumber daya manusia yang selalu ditingkatkan kemampuannya dan protap-protap sebagai standar pelayanannya. Fasilitas yang disediakan di Puskesmas Karang Malang adalah sebagai berikut:1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anaka) Ibu hamil,b) Ibu yang telah bersalin,c) Ibu menyusui2. Pelayanan Pengobatana) Emergensib) Pengobatan umumc) Pengobatan gigid) Rujukan3. Pelayanan Laboratoriuma) Pemeriksaan urine rutinb) Pemeriksaan darah rutinc) Tes kehamiland) Tes BTA untuk pasien suspek Tuberkulosis4. Klinik Sehat Gilingan Masa) Pelayanan Gizia) Pemberian Vit. A dan garam beryodiumb) Konsultasi balita BGM dan Obesitasc) Konsultasi bayi / balita sakit d) Konsultasi gizi rujukan dari BP Umum/KIA5. Pelayanan Imunisasia) BCGb) Polioc) DPTd) Hepatitise) Campakf) TT calon penganting) Anti Tetanus Serum6. Pelayanan Sanitasia) Memberikan konsultasi/penyuluhan penyakit akibat faktor lingkunganb) Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, dll7. Lain-laina) Posyandu Balita di 17 Posyandu,b) Posyandu Lansia di 17 Posyanduc) UKS/UKGS di 10 SD/MId) UKGMD di 17 Posyandu e) Serta melakukan kunjungan rumah pasien bagi pasien-pasien yang membutuhkan.Program kerja tentang kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu dari upaya pelayanan wajib dari suatu pusat kesehatan masyarakat atau yang kerap disebut puskesmas. Beberapa upaya wajib yang dilakukan adalah 1. Upaya promosi kesehatan2. Upaya kesehatan lingkungan3. Upaya perbaikan gizi4. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular5. Upaya kesehatan ibu, anak & KB6. Upaya pengobatan dasarPemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA), PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai.Upaya terobosan yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan Persalinan) yang digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan. Keberhasilan Jampersal tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal kemudahan transportasi serta pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting.Melalui program ini, pada tahun 2012 Pemerintah menjamin pembiayaan persalinan sekitar 2,5 juta ibu hamil agar mereka mendapatkan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan dan bayi yang dilahirkan sampai dengan masa neonatal di fasilitas kesehatan. Program yang punya slogan Ibu Selamat, Bayi Lahir Sehat ini diharapkan memberikan kontribusi besar dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.Upaya penanggulangan AKI saat ini : 1. Dibentuknya AMP di PuskesmasAudit Maternal Perinatal (AMP) menurut Departemen Kesehatan adalah suatu kegiatan untuk menelusuri kembali sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan tujuan mencegah kesakitan dan kematian yang akan datang. AMP merupakan suatu investigasi kualitatif mendalam mengenai penyebab dan situasi di seputar kematian maternal dan perinatal/neonatal baik yang ditangani di fasilitas kesehatan termasuk bidan di desa atau bidan praktek swasta secara mandiri, maupun di rumah. Dari kegiatan ini dapat ditentukan:1. Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan / kematian ibu dan perinatal2. Tempat dan alasan berbagi sistem dan program gagal dalam mencegah kematian3. Jenis intervensi yang dibutuhkanDasar terjadinya kematian dan kesakitan maternal dan perinatal/neonatal seharusnya dapat diungkap tanpa harus membuka identitas pihak yang terkait kepada asesor. Adapun umpan balik untuk kepentingan pembelajaran, pembinaan, dan perbaikan tetap dapat diberikan kepada pihak yang bersangkutan karena identitas pihak yang terkait diketahui oleh Koordinator AMP Kabupaten/Kota.Kasus kematian/kesakitan maternal dan perinatal/neonatal dilaporkan oleh pasien/masyarakat, petugas pemberi pelayanan, dan institusi pemberi layanan ke Puskesmas setempat. Untuk kematian yang terjadi di masyarakat, Bidan Koordinator/Bidan Puskesmas yang ditunjuk akan melakukan otopsi verbal dengan menggunakan formulir yang tersedia. Untuk kematian yang terjadi di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya (RB, BPS, Bidan di desa), Bidan Koordinator/Bidan Puskesmas yang ditunjuk akan melengkapi formulir kematian di fasilitas dan otopsi verbalnya.Kasus kematian di RS baik pemerintah maupun swasta dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat dalam waktu 3 hari. Formulir yang sudah dilengkapi dikirimkan ke Sekretariat AMP Kabupaten/Kota setempat. Sekretariat mendata, meneliti kelengkapan data, dan melaporkannya ke Koordinator. Data yang belum lengkap harus dikembalikan ke Puskesmas pengirim untuk dilengkapi. Data yang terkumpul dan sudah lengkap dibuat anonim. Sekretariat kemudian berkoordinasi dengan Koordinator untuk mengagendakan pertemuan pengkaji dan menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertemuan tersebut.2. PONED Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu dalam masa nifas dengan komplikasi obstetri yang mengancam jiwa ibu maupun janinnya. PONED merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang masih tinggi dibandingkan di Negara-negara Asean lainnya.Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.Puskesmas PONED adalah puskesmas yang memiliki fasilitas dan kemampuan memberikan pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal selama 24 jam. Sebuah Puskesmas PONED harus memenuhi standar yang meliputi standar administrasi dan manajemen, fasilitas bangunan atau ruangan, peralatan dan obat-obatan, tenaga kesehatan dan fasilitas penunjang lain. Puskesmas PONED juga harus mampu memberikan pelayanan yang meliputi penanganan preeklampsi, eklampsi, perdarahan, sepsis, sepsis neonatorum, asfiksia, kejang, ikterus, hipoglikemia, hipotermi, tetanus neonatorum, trauma lahir, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sindroma gangguan pernapasan dan kelainan kongenital. Alur pelayanan puskesmas PONED, setiap kasus emergensi yang datang di setiap puskesmas mampu PONED harus langsung ditangani, setelah itu baru melakukan pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran alur pasien). Pelayanan yang diberikan harus mengikuti Prosedur Tetap (PROTAP).

Pelayanan yang Diberikan Puskesmas PONED : Puskesmas PONED harus memiliki tenaga kesehatan yang telah dilatih PONED yaitu TIM PONED (Dokter dan 2 Paramedis). Pelayanan yang dapat diberikan puskesmas PONED yaitu pelayanan dalam menangani kegawatdaruratan ibu dan bayi meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk: 1. Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia) 2. Tindakan pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum pada Pertolongan Persalinan 3. Perdarahan post partum 4. infeksi nifas 5. BBLR dan Hipotermi, Hipoglekimia, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah pemberian minum pada bayi 6. Asfiksia pada bayi 7. Gangguan nafas pada bayi 8. Kejang pada bayi baru lahir 9. Infeksi neonatal 10. Persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan Obstetri Neonatal antara lain Kewaspadaan Universal Standar. 3. GSI Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan upaya untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi dan merupakan gerakan masyarakat bekerja sama dengan pemerintah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan GSI adalah suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan perbaikan kualitas hidup perempuan (sebagai sumber daya manusia) melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan nifas, serta kematian bayi.GSI yang kegiatannya ditunjang oleh Tim Pokja dan Tim Satgas GSI diarahkan agar mampu mendorong masyarakat untuk berperan aktif dan mengembangkan potensinya dengan melahirkan ide-ide kreatif dalam melaksanakan GSI di daerahnya. Kegiatan-kegiatanya antara lain:1. Melaksanakan pendataan ibu hamil, memberikan kode-kode terten tu untuk memberi tanda bagi ibu hamil beresiko tinggi (tanda biru), untuk yang normal diberi tanda kuning. Ini pertama kali dikembangkan di Sumatera Selatan, lalu dikembangkan di daerah lain.2. Melaksanakan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi), melalui pengajian dan penyuluhan bagi calon pengantin, bisa juga dikembangkan dalam bentuk nyanyian, tarian, operet, puisi sayang ibu. Hendaknya juga didukung oleh para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Petugas Depag, Dinas Kesehatan dan sebagainya.3. Menyediakan Pondok Sayang Ibu. Ide ini pertama kali dicetuskan di Lampung.4. Menggalang Dana Bersalin (Arlin) dari masyarakat sebagai bentuk kepedulian.5. Menggalang sumbangan donor darah untuk membantu persalinan.6. Menyediakan Ambulans Desa, bisa berupa becak, mobil roda empat milik warga yang dipinjamkan.4. Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)Pemerintah telah melakukan upaya penurunan jumlah kematian ibu dan bayi dengan meningkatkan cakupan maupun kualitas pelayanan. Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan pada Puskesmas Rawat Inap dengan PONED di wujudkan untuk menanggulangi permasalahan dan kondisi kematian ibu dengan penyebab langsung. Sedangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) diharapkan mampu menyelesaikan masalah atau kondisi tidak langsung yang menyebabkan ibu dan bayi meninggal.Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang telah terbukti mampu meningkatkan secara signifikan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan Buku KIA sebagai informasi dan pencatatan keluarga yang mampu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu, bayi, dan balita. Dengan tercatatnya ibu hamil secara tepat dan akurat serta dipantau secara intensif oleh tenaga kesehatan dan kader di wilayah tersebut, maka setiap kehamilan sampai persalinan dan nifas diharapkan dapat berjalan dengan aman dan selamat.Manfaat dari P4K adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin. Ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat. Dengan sasaran semua ibu hamil yang ada di wilayah tersebut.

3. Pencapaian Target MDGs Mengenai Angka Penurunan Kematian Ibu di Provinsi Jawa TengahTarget Millenium Development Goals (MDGs) 2015, yakni menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 100.000 kelahiran hidup. Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.Jumlah kasus kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir (usia 0-28 hari) di Jawa Tengah masih tergolong tinggi. Data Dinas Kesehatan Jawa Tengah menyebutkan, selama tahun 2013, angka kematian ibu melahirkan di Jawa Tengah adalah 668 kasus (118,62 per 100 ribu kelahiran). Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2012 yaitu 116,34 per 100 ribu kelahiran. Sedangkan angka kematian bayi baru lahir pada 2013 mencapai 5.865 kasus. Tahun 2014 (hingga Februari) jumlah kematian ibu melahirkan mencapai 96, sedangkan kasus kematian bayi baru lahir mencapai 482.Diantara kabupaten/kota di Jawa Tengah dengan kasus kematian ibu melahirkan tinggi pada tahun 2013 adalah Brebes (61), Kabupaten Tegal (42) dan Banyumas (35), Cilacap (34), Kota Semarang, Pati dan Kabupaten Pekalongan (29). Hal ini berarti pemerintah provinsi Jawa Tengah untuk target Millenium Development Goals (MDGs) 2015, yakni menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, telah tercapai karena pada tahun 2014 hingga bulan Februari jumlah kematian Ibu baru mencapai 96 di seluruh wilayah Jawa Tengah.Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival, bekerja sama dengan USAID dengan kurun waktu 2012 2016, yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu bentuk kerjasama Pemerintah Indonesia dengan USAID dalam rangka percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di 6 provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen dari kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dalam program ini Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan JHPIEGO, serta mitra-mitra lainnya seperti Save the Children, Research Triangle Internasional, Muhammadiyah dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan.Upaya yang akan dilaksanakan adalah dengan peningkatan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan neonatal dengan cara memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai dampak besar pada penurunan kematian dan tata kelola klinis (clinical governance) diterapkan di RS dan Puskesmas. Upaya lain dalam program EMAS ini dengan memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas sampai ke RS rujukan di tingkat kabupaten/kota. Masyarakat pun dilibatkan dalam menjamin akuntabilitas dan kualitas fasilitas kesehatan ini. Untuk itu, program ini juga akan mengembangkan mekanisme umpan balik dari masyarakat ke pemerintah daerah menggunakan teknologi informasi seperti media sosial dan SMS gateway, dan memperkuat forum masyarakat agar dapat menuntut pelayanan yang lebih efektif dan efisien melalui maklumat pelayanan (service charter) dan Citizen Report Card.

BAB IVPENUTUP

1. KesimpulanOtonomi daerah merupakan salah satu gagasan besar untuk mewujudakan kesejahteraan rakyat melalui cara-cara yang demokratis. Pada dasarnya desentralisasi dan otonomi daerah mempunyai makna besar bagi kepentingan masyrakat daerah untuk menjadi pengambail manfaat dari setiap pengaturan dan pelayanan pemerintahan. Kesehatan merupakan salah satu pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah daerah.Hasil penelitian yang dilakukan penulis melalui wawancara di Puskesmas karang Malang yang mencakup wilayah kerja Kelurahan Karang malang, Polaman, Purwosari, dan Bubakan. Selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 2004 sampai dengan 2014 di puskesmas Karang Malang belum pernah terjadi kasus kematian ibu hamil saat melahirkan di wilayah kerjanya. Yang ada kasus kematian bayi yang terjadi di kelurahan Polaman sebanyak satu kasus.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa program penurunan angka kematian ibu di Puskesmas Karang Malang dapat dikatakan telah berhasil karena selama sepuluh tahun terakhir ini tidak ditemukan kasus kematian ibu yang ada 1 kasus kematian bayi pada saat dilahirkan.Upaya penanggulangan AKI saat ini oleh pemerintah daerah yaitu : dibentuknya AMP di Puskesmas, Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), Gerakan Sayang Ibu (GSI), dan Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).Namun, secara keseluruhan tingkat kematian ibu di Jwa Tengah masih tergolong tinggi. Diantara kabupaten/kota di Jawa Tengah dengan kasus kematian ibu melahirkan tinggi pada tahun 2013 adalah Brebes (61), Kabupaten Tegal (42) dan Banyumas (35), Cilacap (34), Kota Semarang, Pati dan Kabupaten Pekalongan (29). Hal ini berarti pemerintah provinsi Jawa Tengah untuk target Millenium Development Goals (MDGs) 2015, yakni menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup,telah tercapai karena pada tahun 2014 hingga bulan Februari jumlah kematian Ibu baru mencapai 96 di seluruh wilayah Jawa Tengah.2. Sarana. Bagi Puskesmas 1. Perlunya wawancara mendalam kepada ibu hamil pada saat pemeriksaan di Puskesmas, agar dapat terdata bila ada ibu hamil yang mengalami komplikasi dan keluhan. 2. Menunjuk petugas dalam pendataan AKI dan mendeteksi faktoryang dapat membahayakan keselamatan ibu dan anak saat mengandung hingga melahirkan. 3. Kepala Puskesmas diharapkan melakukan evaluasi bulanan/triwulan terhadap pendataan AKI dan pendataan faktor resti pada ibu hamil.

b. Bagi Masyarakat 1. Masyarakat diharapkan lebih proaktif dalam membantu pelaksanaan pendataan deteksi dini terhadap ibu hamil yang mengalami faktor resiko tinggi dan komplikasi dalam kehamilan. 2. Masyarakat diharapkan dengan cepat melaporkan kasus kematian yang ada di sekitarnya kepada petugas.

c. Bagi Dinas Kesehatan 1. Memberikan pemahaman mengenai pentingnya kelengkapan data mengenai ibu hamil yang mengalami komplikasi, keluhan serta terdatanya angka kematian ibu. 2. Peningkatan dukungan pada Puskesmas dalam pengembangan program deteksi faktor resti dan komplikasi agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.3. Penyuluhan tentang Ibu dan anak saat hamil hingga melahirkan perlu dilakukan khususnya bagi ibu-ibu yang sedang hanil.

DAFTAR PUSTAKADepkes RI. 2013. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan Keluarga.Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Singkat Pencapaian Millenium Development Goals Indonesia 2009.Hilmiati, E. 2011. Program Kesehatan Ibu dan Anak. Semarang. (Diunduh pada tanggal 15 januari 2013 melalui http://eprints.undip.ac.id/33317/1/elty_1.pdf) Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor128 Tahun 2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta; 2004WHO in Indonesia, 2002. The Millennium Development Goals for Health: A review of the indicators, Jakarta.Zakaria. Pengembangan Sistem Informasi Audit Maternal dan Perinatal Berbasis Jaringan untuk Mendukung Pemantauan Kematian Ibu dan Bayi di Dinas Kesehatan Kabupaten Buton. Semarang. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. 2005.Tim Penyusun. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, jo. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005, tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.17