Post on 16-Jul-2016
description
Kepailitan merupakannlangkah terakhir yang dapat diambil oleh usaha yang mengalami
tekanan keuangan.sebelum langkah ini diambil, manajemen biasanya berupaya keras untuk
bekerjasama dengan kreditur perusahaan untuk memenuhi klaimkreditur, sekaligus berupaya
untuk memastikan elangsungan usaha perusahaan
Tindakan non yudisial
Perjanjian formal antar perusahaan dan kreditur merupakan tindakan yang mengikat
secara hukum tetapi tidak berada di bawah pengadilan.
Perjanjian restrukturisasi hutang
Perjanjian antara perusahaan debitur dengan satu atau lebih kreditur merupakan hal yang umum
bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan untuk sementara waktu. Pihak debitur
dapat mengajukan pepanjangan waktu jatuh tempo hutang, meminta penurunan suku bunga
hutang,atau meminta modifikasi persyaratan dalam kontrak hutang. Contoh,kebanyakan bank
lebih suka untuk terus bekerja sma dengan satu nasabah yang sedang mengalami kesulitan
keuangan untuk sementara waktu ketimbang memaksa nasabah tersebut untuk pailed.
Pengalaman menunjukan bahwa bank pada akhirnya akan memperoleh bagian piutang yang
lebih besar dan terus memiliki nasabah dimasa depan. Jika mereka membantu pihak debitur
dengan kesulian keuangan melalui restrukturisasi utang.
Bentuk perjanjian restrukturisasi utang yang lain adalah perjanjian komposisi. Dalam kasus ini,
pihak kreditur bersepakat untuk menerima klien dengan nilai yang lebih rendah dari nilai
pokoknya. Keuntungan bagi pihak kreditur adalah mereka akan segera menerima pembiayaan
tunai dan umumnya menegosiasikan suatu pembayaran tunai yang tersisa.
Manajemen komite kreditur
Melalui manajemen kreditur,kreditur menyetujui untuk membantu pihak debitur dalam
mengelola pembayaran yang paling efisien terhadap klain kreditur. Pembentukan komite kreditur
merupakan tindakan non yudisial yang umumnya diawali dengan rencana penyelesaian yang
diajukan oleh pihak debitur. Rencana penyelesaian ini merupakan dokumen lengkap yang berisi
schedule pembayaran yang menyebutkan utang khusus dan prakiraan pembayaran. Pihak
kreditur kemudian bekerjasama dengan debitur untuk melaksanakan rencana tersebut. Kreditur
dapat memutuskan untuk mengambil alih kendali operasi perusahaan debitur. Pihak kreditur
menujukan seorang trustee untuk mengambil alih tanggung jawab manajemen perusahaan
debitur trustee tersebut memberikan laporan kepada kreditur denan rekomendasi penyelesaian
akhir klain. Pihak trustee juga berupaya untuk menjalankan schedule pembayaran atau
sebaliknya malah merekomendasikan ke pailedtan sebagai alternative terbaik.
Pengalihan aset
Beberapa debitur dalam kesulitan keuangan dapat mengalihkan aset, seperti piutang atau
instrument keuangan lainnya, dalam upaya untuk memperoleh uang tunai. Contoh, debitur
dengan kebutuhan akan uang tunai dapat melakukan anjak piutang usaha dengan nilai diskon dan
kontrak yang dibuat dapat menentukan apakah piutang tersebut dijual bersyarat atau tanpa syarat.
Ketentuan bersyarat berarti pihak debitur harus menerima pengembalian setiap piutang usaha
yang tak tertagih yang sebelumnya dialihkan. Penyerahan kendali berarti aset yang dialihkan
tersebut telah dipisahkan dari pihak yang mengalihkan, dan kemudian pihak penerima
pengalihan memperoleh hak untuk menjanjikan atau menukar aset yang dialihkan, dan bahwa
pihak yang mengalihkan tidak mamiliki kendali efektif terhadap aset yang dialihkan, seperti
melalui perjanjian yang memperbolehkan pihak yang mengalihkan untuk membeli kembali atau
menebus aset yang dialihkan.
Tindakan yudisial
Kepailitan atau kebangkrutan merupakan tindakan yudisial yang dilakukan oleh pengadilan niaga
dan hakim pengadilan niaga dengan menggunakan pedoman dalam undang undang kepailitan
No. 37/2004. UU kepailitan ini menyediakan kerangka yang diperlukan untuk pengajuan
kepailitan. Baik debitur maupun kreditur dapat memutuskan bahwa tindakan yudisial merupakan
yang terbaik dalam suatu keadaan tertentu. Pihak debitur dapat mengajukan sebuah petisi
sukarela untuk mendapat perlindungan yudisial dalam bentuk urutan pembebasan dari inisiasi
atau kelanjutan klain hukum yang diajukan kreditur kepada debitur. Cara yang lain adalah pihak
kreditur mengajukan sebuah petisi pemaksaan atas debitur. UU kepailitan memberikan dua
alternative utama berdasarkan perlindungan pengadilan niaga penundaan pembayaran.
Penundaan pembayaraan
Penundaan pembayaran memungkinkan untuk perlindungan legal dari tindakan kreditur selama
periode waktu yang diperlukan untuk mereorganisasi perusahaan debitur dan mengembalikan
operasi keperusahaan ketingkat yang menguntungkan umumnya reorganisasi dapat dijelaskan
melalui 4P reorganisasi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan mengajukan petition
kepada pengadilan Negara untuk memperoleh protection dari pada krediturnya. Jika
perlindungan telah diberikan, perusahaan menerima surat perintah pembebasan untuk menunda
melakukan pembayaran atas utang utang sebelum petisi diajukan. Perusahaan masih terus
beroperasi sambil mempersiapkan plan of reorganization yang berfungsi sebagai pedoman
operasi selama masa reorgnisasi. Proceeding tersebut mencakup tindakan tindakan yang terjadi
dari saat diajukan hingga perusahaan menyelesaikan proses reorganisasi. Rencana tersebut harus
mencakup penjelasan lengkap mengenai tindakan yang diharapkan akan dilakukan oleh debitur
selama periode reorganisasi dan bagaimana tindakan tindakan ini akan menjadi kepentingan
terbaik bagi debitur dan kreditur pernyataan pengungkapan dikirim kepada seluruh kreditur dan
pihak pihak lain yang berwenang untuk memberikan suara terhadap rencana reorganisasi.
Pernyataan pengungkapan ini mencakup informasi yang memungkinkan pihak investor atau
kreditur yang rasional untuk membuat pertimbangan berdasarkan informasi mengenai kelayakan
rencana tersebut dan bagaimana rencana tersebut akan mempengaruhi kepentingan keuangan
seseorang dalam perusahaan debitur. Selanjutnya, pengadilan niaga akan mengevaluasi masukan
terhadap rencana yang diperoleh dari kreditur dan pihak lainnya, dan kemudian mengesahkan
atau menolak rencana reorganisasi tersebut. Neraca perusahaan dalam reorganisasi memiliki
beberapa sifat khusus, yaitu:
1. Kewajiban prapetisi yang akan dikompromikan sebagai bagian dari rencana reorganisasi
harus dilaporkan secara terpisah dari kewajiban yang tidak akan dikompromikan.
Kewajiban yang akan dikompromikan mencakup hutang yang tidak dijamin dan utang
lain yang terjadi sebelum perusahaan memasuki tahap reorganisasi. Kewajiban yang tidak
dapat diubah rencana reorganisasi mencakup kewajiban yang dijamin penuh yang tejadi
sebelum proses reorganisasi dan seluruh kewajiban yang terjadi setelah perusahaan
memasukan petisi untuk proses reorganisasi
2. Kewajiban hak harus dilaporkan sebesar perkiraan jumlah yang di pebolehkan oleh
pengadilan niaga. Jika estimasi yang memadai tidak mungkin dilakukan, maka klaim
tersebut harus diungkapkan dalam catatan kaki.
Laporan laba rugi untuk perusahaan dalam reorganisasi memiliki ketentuan khusus sebagai
berikut :
1. jumlah dalam laporan laba rugi yang berkaitan langsung dengan reorganisasi, seperti
biaya jasa hukum dan kerugian atas penjualan aset, harus dilaporkan secara terpisah
sebagai pos reorganisasi pada periode terjadinya. Namun demikian, setiap keuntungan
atau kerugian yang berasal dari operasi dalam penghentian,atau pos-pos luar biasa, haru
dilaporkan secara terpisah menurut PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan.
2. Sebagian pendapatan bunga yang diperoleh selama proses reorganisasi merupakan hasil
dari debitur yang tidak diwajibkan untuk melunasi utangnya dan menginvestasikan
sumber daya yang tersedia pada instrument yang menghasilkan bunga.
3. Laba per saham diungkapkan, namun antisipasi perubahan jumlah lebar saham biasa atau
setara saham biasa terjadi sebagai akibat proses reorganisasi harus diungkapkan.
Akuntansi Permuaan Baru
Pelaporan permulaan baru harus digunakan per tanggal konfirmasi rencana reorganisasi
jika 2 kondisi berikut terjadi:
1. Nilai reorganisasi aset dari entitasyang akan muncul sesaat sebelum tanggal
konfirmasi lebih kecil dari pada total seluruh kewajiban dan klaim pasca petisi.
2. Pemegang saham dengan hak suara yang ada sesaat sebelum konfirmasi menerima
kurang dari 50% saham dengan hak suara dari entitas yang akan muncul . hali ini
menandakan bahwa pemegang saham lam telah kehilangan kendali atas perusahaan
yang akan muncul.
Akuntansi pemulaan baru menghasilkan entitas pelaporan yag baru. Nilai reorganisasi
merupakan nilai wajar entitas sebelum mempertimbangkan kewajiban dan mendekatijumlah
yang akan dibayar oleh seorang pembeli aset entitas yang berminat. Nilai reorganisasi ini
kemudian dialokasikan untuk aset yang menggunakan alokasi metode nilai dalam PSAK 22,
tentang akuntansi penggabungan usaha. Nilai reorganisasi yang melebihi jumlah yang
dialokasikan terhadap asset berwujud dilaporkan sebagai asset tidak berwujud yang disebut
sebagai nilai reorganisasi melebi jumlah yang dialokasikan pada asset yang dapat din
identifikasi. Kelebihan ini dicatat sesuai dengan PSAK 19 tentang asset tak berwujud.
Perusahaan yang tidak memenuhi persyarata untuk akuntansi prmulaan baru.
Banyak perusahaan yang memutuskan untuk merestrukturisasi operasinya sebagai bagian
dari rencana reorganisasi. Perusahaan – perusahaan tersebut yang tidak memenuhi untuk
akuntansi pemula baru mencatat biaya restrukturisasi,seperti biaya penutupan pabrik dan
pengurangan tenaga kerja, menggabungkan beberapa sisa operasi, dan sebagiannya berdasarkan
PSAK 58 tentang penghentian operasi. Pernyataan ini membolehkan pengakuan kewajiban atas
biaya terkait dengan berhentinya atau aktivitas pelepasan pada saat kewajiban tersebut terjadi,
bukan pada waktu yang lebih cepat pada saat perusahaan melakukan komitmen atas rencana
berhenti. Akuntansi untuk asset jangka panjang dilakukan berdasarkan PSAK 48 , tentang
penurunan nilai asset. Asset tetap dibedakan menjadi 1.) yang akan dimiliki dan digunakan 2.)
yang akan dilepaskan dengan menjual.
Keptusan manajemen untuk melepaskan segmen usaha diperhitungkan sebagai segen
dihentikan berdasarkan PSAK 57. PSAK 54 tidak berlaku untuk restrukturisasi utang bermasalah
dimana pihak debitur menyajikan ulang kewajiban secara umum dibawah pengawasan
pengadilan niaga. PSAK 54 hanya berlaku untuk transaksi restrukturisasi hutang tertentu.
Rencana Reorganisasi
Reorganisasi pada umumnya adalah pengaturan atau perbaikan mengenai susunan kapital suatu
perseroan, biasanya yang meliputi penarikan kembali semua efek yang belum diselesaikan, dan
penggantiannya dengan efek yang baru. Pada khususnya, adalah suatu recapitalization mengenai
suatu perseroan yang jatuh bangkrut, yang menetapkan, bahwa para pemegang saham, pemegang
obligasi, dan para kreditur menyetujui satu sama lain akan menyerahkan kepentingan-
kepentingan dan tuntutan-tuntutannya, dan membentuk suatu perseroan yang baru untuk
menyelesaikan hutang-hutang perseroan yang lama dan melanjutkan usaha-usahanya.
Rencana reorganisasi didasarkan pada prinsip keadilan dan kelayakan. Prinisip keadilan berarti
semua pihak harus diperlakukan secara adil (fair). Prinsip kelayakan berarti rencana tersebut
harus layak (bisa) dilakukan. Sebagai contoh, jika perusahaan mempunyai beban hutang terlalu
tinggi sedangkan kemampuan penjualan sangat kecil, maka reorganisasi tidak layak dilakukan.
Langkah-langkah reorganisasi:
1. Menentukan Nilai Perusahaan
Penilaian yang sering digunakan, dan yang termasuk sederhana, adalah menghitung nilai
perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi.
2. Menentukan Struktur Modal yang Baru
Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap (bunga) agar perusahaan bisa
beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk mengurangi beban tetap tersebut, total hutang biasanya
akan dikurangi. Jika tidak ada lagi harapan bahwa operasi perusahaan akan berhasil, maka
likuidasi merupakan alternatif satu-satunya yang mungkin dilakukan oleh perusahaan.
Proses demikian dapat dimulai atas permintaan para kreditor karena perusahaan dianggap telah
bangkrut. Orang yang ditunjuk sebagai likuidator menjual seluruh aset perusahaan seharga nilai
realisasinya nanti. Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (1) melalui penyerahan,
yaitu proses likuidasi yang tidak melalui pengadilan, dan (2) melalui kepailitan formal
berdasarkan yuridiksi suatu pengadilan khusus.
Undang – Undang Kepailitan dan Likuidasi
Likuidasi dilakukan oleh pengadilan niaga untuk kepentingan kreditur dan pemegang saham.
Maksud dilakukannya likuidasi adalah untuk memaksimalkan jumlah uang neto yang diperoleh
dari penjualan aset debitur. Proses likuidasi seringkali diselesaikan dalam 6 hingga 12 bulan, san
selama periode tersebut, trustee harus menyampaikan laporan secara berkala kepada pengadilan
niaga. Seluruh aspek likuidasi diatur dalam UU nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan
Bagian 1,2 &3.
Ilustrasi Akuntansi dan Pelaporan Trustee
Pada tanggal 31 Desember 20X6, Abimanyu diangkat menjadi pihak trustee untuk
bertanggungjawab atas proses likuidasi PT Induk. Abimanyu akan diperolehkan untuk
menjalankan perusahaan dalam jangka pendek untuk menentukan apakah perusahaan dapat
dijual secara utuh atau sebaliknya terpecah-pecah. Selama waktu tersebut, pihak trustee harus
mengurangi jumlah utang jangka pendek yang dimiliki PT Induk. Jika penjualan secara utuh
tidak menggembirakan, maka Abimanyu diarahkan untuk melikuidasi perusahaan. Abimanyu
menerima aset pada tanggal 31 Desember 20X6 dan melakukan beberapa transaksi selama bulan
Januari 20X7.
Ayat jurnal (4) mencatat pengalihan aset dari PT Induk pada Abimanyu. Abimanyu kemudian
mengakui aset sebesar nilai bukunya seperti yang dilaporkan oleh PT Induk. Piutang usaha
tertanggal “lama” untuk dicatat bahwa ini merupakan badian dari aset yang ditransfer. Kredit
sebesar Rp155.000.000 pada PT Induk –Dalam Posisi sebagai Penerima merupakan kewajiban
trustee. Pada buku PT Induk, akun resiprokal, Abimanyu-Penerimaan merupakan piutang.
Perhatikan, tidak ada kewajiban yang dialihkan. Kewajiban ini tetap ada buku PT Induk karena
merupakan tanggung jawab legal dari PT Induk.
Transaksi trustee dicatat pada cara yang biasa dalam ayat jurnal (5) hingga (8). Perbedaan satu-
satunya adalah perbedaan antar akun “lama” yang merupakan bagian dari aset yang dialihkan
dan akun-akun “baru” yang berasal dari transaksi pihak trustee.
Pihak trustee membayar sebesar Rp20.000.000 dari utang PT Induk dan membayar
Rp10.000.000 untuk wesel bayar yang dijamin sebagian. Dalam ayat jurnal (9), debit sebesar
Rp30.000.000 dibuat untuk akun kewajiban PT Induk-Dalam Posisi sebagai Penerima. PT Induk
membuat ayat jurnal yang berkaitan untuk mengurangi utang usaha dan wesel bayar, dan untuk
mengurangi piutang, Abimanyu-Penerima.
Ayat jurnal sisanya (10) hingga (14) menyelesaikan transaksi, menyesuaikan buku dan menutup
buku pada akhir periode pertama penerimaan. Operasi tersebut menghasilkan laba neto pada
akun penerima dalam buku trustee. Ayat jurnal yang berkaitan dengan buku PT Induk
meningkatkan akun penerima dan akun saldo laba.
Ayat jurnal merupakan dasar laporan realisasi dan likuidasi untuk bulan Januari 20X7. Laporan
ini disampaikan kepada pengadilan niaga untuk menunjukan kondisi terkini proses likuidasi dan
melaporkan tanggung jawab fidusia Abimanyu, sebagai trustee. Laporan realisasi untuk PT
Induk, sebagaimana yang dilaporkan oleh Abimanyu, disajikan pada Figur 17-10.
Ayat jurnal Trustee dan Perusahaan Debitur selama Proses Likuidasi
1. Laporan ini dimulai dengan akuntansi aset yang diterima dari PT Induk dan aset yang
diperoleh pihak trustee. Bagian aset yang direalisasi melaporkan penerimaan hasil penjualan
aset. Sebagai contoh, efek yang dapat dipasarkan dijual dengan Rp9.000.000, yang berarti lebih
besar Rp1.000.000 dari nilai bukunya. Penjualan presediaan juga dilaporkan sebesar jumlah
penerimaan dana secara keseluruhan.
2. Pos-pos pendukung mencangkup beban operasi yang dibayarkan sebesar Rp13.000.000, beban
penerimaan sebesar Rp5.000.000 dan keuntungan neto sebesar Rp4.000.000 sebagai pos
penyeimbang. Penting untuk diperhatikan bahwa alokasi biaya tidak dimaksudkan dalam pos
tambahan. Sebagai contoh, pihak trustee mengakui beban depresiasi sebesar Rp10.000.000,
beban piutang tak tertagih sebesar Rp3.000.000 dan kadaluwarsa aset yang dibayar di muka
sebesar Rp1.000.000.
3. Bagian terakhir laporan ini melaporkan kewajiban. Pihak trustee bertanggungjawab untuk
melikuidasi utang yang ada sebelumnya sebesar Rp 183.000.000 dan telah menimbulkan utang
tambahan sebesar Rp20.000.000 selama bulan berjalan. Total utang sebesar Rp34.000.000 telah
dilikuidasi, sehingga masih terdapat kewajiban sebesar Rp169.000.000 yang harus dilikuidasi.
4. Saldo laporan adalah sebesar Rp503.000.000, yang mengindikasikan seluruh pos yang
dilaporkan.
Pihak trustee memberikan laporan realisasi dan likuidasi kepada pengadilan niaga setiap
bulannya. Selain itu, laporan arus kas yang pendek dibuat untuk meringkas penerimaan kas dan
pengeluaran kas setiap bulannya.