Post on 22-Feb-2020
ACHMAD NURSYANDI, Apt., MPH.Prof. Dr. MUSTOFA, Apt.
MUBASYSYIR HASANBASRI, MD, MA
HOTEL HORISON MAKASSAR, 28-30 September 2011
FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia
Struktur Sarana Kesehatan di Kab. Bangka Barat
Dinkes Provinsi
Dinkes Kab
Puskesmas
Pelayanan Kefarmasian
Puskesmas Puskesmas Puskesmas
Poskesdes
Pelayanan Kefarmasian
Poskesdes Poskesdes
Unit Farmasi
Instalasi Farmasi
SELEKSI
DISTRIBUSI
PENGGUNAAN PENGADAAN
SIKLUS PENGELOLAAN OBAT LAMA
DI BANGKA BARAT
Sarana Kesehatan
Inst. Farmasi
Inst. Farmasi
SELEKSI
DISTRIBUSI
PENGADAAN
Sarana KesehatanSarana Kesehatan
PENGGUNAAN
SIKLUS PENGELOLAAN OBAT BARU
DI BANGKA BARAT
Sarana Kesehatan
Inst. Farmasi
Inst. Farmasi
TUJUAN
Mengevaluasi strategi baru dalampengelolaan obat esensial pada saranakesehatan primer
Mendeskripsikan ketersediaan obatpada sarana kesehatan primer
Mendeskripsikan peran stakeholderyang terlibat dalam pelaksanaan strategitersebut
METODE
Kualitatif “Studi Kasus” di Kabupaten Bangka Barat Data dikumpulkan dengan observasi LPLPO
sarana kesehatan Januari-Juni 2010 dan wawancara mendalam dengan kepala dinas kesehatan, kepala instalasi farmasi, 7 pengelola obat puskesmas dan 11 bidan/perawat Pustu/Polindes/Poskesdes.
Hasil
Temuan 1
PKM terlibat dalam proses seleksi dan perencanaan secara aktif
PKM memiliki kewenangan lebih dalam pengadaan obat esensial
Ada fleksibilitas dalam cara dan distribusi obat esensial ke PKM
ICPAPS 19-20 Juli 2011, Pharmacy UGM
Usulan PKM
Usulan Program
Laporan PKM
Analisis Kompilasi
Tim POT
Penyesuaian
Perencanaan obat
tahunan
Bupati
PKM lebih aktif dalam proses seleksi dan
perencanaan obat esensial
Alur seleksi dan perencanaan
obat esensial
“Ada pengadaan sendiri dengan pembelian langsungsetiap bulan....” (pengelola obat PKM)
PKM memiliki kewenangan lebih dalam pengadaanobat
Ada anggaran rutin pengadaan obat puskesmas15.000.000/tahun/puskesmas
Pembelian dilakukan oleh pengelola obat puskesmassetelah berkoordinasi dengan kepala puskesmas dandokter
Pertanggungjawaban menggunakan kuitansi, notadan surat pemesanan barang ke dinas kesehatan
Manfaat anggaran rutin:
“jika ada obat kosong atau kurang langsung beli ke apotik dengan anggaran rutin” (informan 5)
Contoh Puskesmas Kelapa pernah mengalamikekosongan CTM, prednison, deksametason danamoksisilin tablet
Ada fleksibilitas distribusi obat ke puskesmas
“Distribusi obat dari instalasi farmasi ke puskesmasbiasanya diantar setiap tiga bulan sekali, jika ada obatkurang bisa minta lagi” (informan 4, 5, 6, 8 dan 9)
Frekuensi distribusi ke Puskesmas : Tri wulan dan khusus
Pelayanan antar obat ke PKM dalam distribusi rutin
Distribusi obat ke PKM Kelapa yang berjarak 39 km, berada pada kateogri: “aman”
Ada lima puskesmas “aman” dan rata-rata ketersediaan obat selama 9,6 bulan “aman” juga
Puskesmas
Tingkat
Ketersediaan
(bulan)
KategoriJarak ke
ifk (km)Ket
Muntok 10,27 Aman 6 Dekat
Kelapa 10,68 Aman 39 Dekat
Tempilang 16,79 Aman 69 Jauh
Sp. Teritip 4,04 Kurang 27 Dekat
Jebus 5,06 Kurang 70 Jauh
Puput 11,54 Aman 71 Jauh
Sekar Biru 8,81 Aman 71 Jauh
Rata-rata 9,60 50
< 6 bln: kurang, 6-18 bln: aman, > 18 bln: berlebih< 50 km: dekat, > 50 km: jauh
Stakeholder Peran
Apoteker Manajer Instalasi Farmasi
Asisten Apoteker PKM Pengelola obat PKM dan melakukan pelayanan kefarmasian
Dokter PKM Memberi pertimbangan, masukan dan koordinasi kepada Asisten Apoteker dalam memenuhi kebutuhan obat PKM
Kepala PKM Melakukan supervisi dalam distribusi dan pengadaan obat
Kepala Dinas Kesehatan Membuat kebijakan dalam pengelolaan obat di Kabupaten Bangka Barat
Apotik Menyediakan obat untuk PKM dalam kondisi mendesak
JICA Memberikan pelatihan kepada apoteker dan asisten apoteker PKM
Apoteker dan asisten apoteker PKM di Kabupaten Bangka Barat telah mengikuti pelatihan pengelolaan obat oleh
JICA
KESIMPULAN
Pendelegasian kewenangan kepada PKM dalam
seleksi, penyediaan dan distribusi obat
Fleksibilitas dalam pengelolaan dana/anggaran
Keterbukaan terhadap pasar dalam penyediaan
obat
Telah berpengaruh terhadap ketersediaan obat
esensial pada Puskesmas
Hal ini merupakan kunci utama dalam penerapan
penggunaan obat yang rasional dan keselamatan
pasien
REKOMENDASI
Pengelola obat Dinas Kesehatan dan Puskesmas: Seleksi dan perencanaan perlu didasarkan bukti-
bukti ilmiah dan transparan. Prinsip akuntabilitas sangat penting diterapkan
dalam pengadaan obat.Dinas Kesehatan Kab./ Prov. /Kementerian kesehatan: Perlu ada pengawasan terhadap proses distribusi dan
pengadaan obat. Perlu penerapan reward kepada SDM yang terlibat
pengelolaan obat.