Post on 20-Oct-2020
47 Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DATA
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Rich Palace Hotel Surabaya
Rich Palace Hotel Surabaya merupakan salah satu hotel yang terbilang
cukup baru keberadaannya di Surabaya Barat, tepatnya di Jalan H.R. Muhammad
No. 269. Hotel ini mulai berdiri pada tanggal 1 Agustus 2015 dengan fasilitas dan
layanan yang setara dengan klasifikasi hotel berbintang empat dan dipimpin oleh
Michele Meoni sebagai General Manager. Hotel ini beroperasi di bawah
pengelolaan Management SoPriMe, dengan brand Rich Palace Hotel by AllPriMe
Hotels & Conventions. Dengan sumber daya yang berkualitas, serta usaha dalam
mengembangkan fasilitas dan layanan yang lebih baik, hotel ini menerima
klasifikasi bintang empat pada bulan Mei 2016.
Setelah menerima klasifikasi bintang empat, peningkatan yang dilakukan
oleh Rich Palace Hotel tidak berhenti disitu. Rich Palace Hotel mengembangkan
semua fasilitas, perlengkapan peralatan hotel, serta Standard Operating
Procedure (SOP). Dengan usaha keras dan dedikasi tinggi dari tim, Rich Palace
Hotel berhasil mendapatkan sertifikasi bintang lima yang secara resmi
diluncurkan pada bulan Januari 2017. Klasifikasi baru, citra baru, dan brand baru
di bawah pengelolaan SoASIA Hospitality yang membawa sentuhan keramahan
Indonesia melalui sikap dan perilaku standar tinggi dalam pelayanan hotel.
Sebagai perusahaan pengelola perhotelan di Indonesia, SoASIA
Hospitality memberikan layanan kepada mitra, klien dan investor. SoASIA
Hospitality mengelola sejumlah hotel yang menawarkan tamu bisnis dan liburan
pilihan alternatif yang mampu memenuhi kebutuhan perjalanan mereka.
http://www.petra.ac.idhttp://dewey.petra.ac.id/dgt_directory.php?display=classificationhttp://digilib.petra.ac.id/help.html
48 Universitas Kristen Petra
4.1.2. Identitas Rich Palace Hotel
Gambar 4.1. Foto Tampak Depan
Sumber: Rich Palace Hotel, 2017
Nama : Rich Palace Hotel Surabaya by SoASIA Hotels & Resorts
Alamat : Jl. H.R. Muhammad No. 269, Surabaya
Telepon : (031) 990 20 220
Fax. : (031) 990 20 777
E-mail : info@richpalacehotel.com
Media Sosial : Instagram & Twitter - @richpalacehotel
Facebook - Rich Palace Hotel Surabaya
Website : www.richpalacehotel.com
Produk : Kamar hotel, konvensi untuk event, dan Food and Beverages
Outlets.
Logo :
Rich Palace Hotel Surabaya by SoASIA Hotels & Resorts merupakan
hotel bintang lima terbaru yang terletak di jantung kota Surabaya Barat. Hotel ini
memiliki akses mudah ke jalan tol, 30 menit berkendara ke / dari Bandara
Internasional Juanda dan dari kawasan bisnis, pusat kota, serta pusat perbelanjaan
terbesar di Surabaya. Selain itu, hotel ini juga dekat dengan Convention and
Manufacturing Centres (Margomulyo 10 menit dan Rungkut Industri 20 menit).
49 Universitas Kristen Petra
Rich Palace Hotel Surabaya memiliki jumlah sebanyak 205 kamar. Setiap
kamar dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti AC (Air Conditioning), 24
Hours In-Room Dining, peralatan mandi, private electronic safe deposit box, free
mini bar set, DD telephone call, free Wi-Fi, hairdryer, tea and coffee maker,
laundry and wet cleaning dan television with 60 channels. Berikut merupakan tipe
dan jumlah kamar di Rich Palace Hotel Surabaya:
Tipe Kamar Jumlah Kamar
Deluxe Room 154
Executive Room 43
Diamond Executive Suites 6
Platinum President Suites 2
TOTAL 205
Tabel 4.1. Tipe dan Jumlah Kamar Rich Palace Hotel
Sumber: Rich Palace Hotel, 2017
Ruang Bagian Luas (m2) Theatre Cabaret Class Room Buffet Cocktail
U Shape
Grand Palace Ballroom 768 800 550 - 1000 1000 -
The Sky Lounge 448 450 250 225 300 600 -
Sapphire
All 160 200 120 100 130 260 70
1 32 25 16 15 20 40 12
2 64 80 40 40 50 100 30
3 64 80 40 40 50 100 30
Jade
All 118.4 150 75 70 70 140 60
1 59.2 70 35 30 35 70 30
2 59.2 70 35 30 35 70 30
Onyx 88.8 50 40 40 50 100 30
Tabel 4.2. Banquet dan Konvensi Rich Palace Hotel
Sumber: Rich Palace Hotel, 2017
Selain itu, Rich Palace Hotel Surabaya juga memiliki food and beverages
outlets, yaitu Emerald Restaurant dan Lobby Lounge Bar, Grand Ocean
Restaurant, dan 24 Hours Room Service. Juga untuk fasilitas dan pelayanan
seperti Aquamarine Swimming Pool, Energy Gym, Rich Spa, Dynasty Executive
Lounge, Veneno Club, dan shuttle service.
50 Universitas Kristen Petra
4.1.3. Corporate Value Rich Palace Hotel Surabaya yang berada di bawah pengelolaan
manajemen SoASIA Hospitality, mengangkat value yang dimiliki oleh SoASIA
sebagai dasar berdirinya hotel tersebut. Dari website resmi SoASIA Hospitality,
peneliti mendapatkan lima value, yaitu:
1. Performance, with the right product and locations, SoASIA can match
anyone in bottom-line generatio and payback on investment, in good
and bad times.
2. Partnership, Owner mindset: we understand the needs of hotel
investors because SoASIA Hospitality and its shareholders will remain
the largest single owners of hotels we manage.
3. Passion, among the many brands and markets we cover, we retain a
passion for making every owner’s property a success, through
reputation.
4. Exciting F&B concepts, we are striving toward innovative F&B
concepts to ensure hotel owners return on investments. Great spas, our
Fit & Breeze Spa Brand offer a top-level Indonesia and Asia
experience, combining guest satisfaction with a commercial approach
on behalf of our owners.
5. Culture of service, our passion comes from employees who are
handpicked, trained throughly and imbued with a spirit of warm
hospitality and attention to details.
51 Universitas Kristen Petra
4.1.4. Struktur Organisasi
51
Uni
vers
itas
Kris
ten
Petr
a
4.1.
4.
Stru
ktur
Org
anis
asi R
ich
Pala
ce H
otel
Sur
abay
a
Bag
an 4
.1. S
trukt
ur O
rgan
isas
i Ric
h Pa
lace
Hot
el S
urab
aya
Sum
ber:
Ola
han
Pene
liti,
2018
Gen
eral
M
anag
er
Secu
rity
M
anag
er
Secu
rity
Su
perv
isor
Secu
rity
Sta
ff
Chi
ef E
ngin
eer
Asst
. Chi
ef
Engi
neer
Engi
neer
Su
perv
isor
Engi
neer
Sta
ff
HR
Supe
rvis
or
Trai
ning
C
oord
inat
or
Room
Div
isio
n M
anag
er
Fron
t Offi
ce
Man
ager
Fron
t Offi
ce
Supe
rvis
or
Fron
t Offi
ce
Staf
f
Con
cier
ge S
taff
Dri
ver
Exec
utiv
e H
ouse
keep
er
Floo
r Su
perv
isor
Room
Atte
ndan
t
Line
n Su
perv
isor
Line
n At
tend
ant
Publ
ic A
rea
Supe
rvis
or
Publ
ic A
rea
Atte
ndan
t
Dir
of S
ales
Sale
s Man
ager
Sale
s Exe
cutiv
e
Sale
s C
oord
inat
or
Rese
rvat
ion
Man
ager
Rese
rvat
ion
Staf
f
Fina
ncia
l C
ontro
ller
Purc
hasi
ng
Supe
rvis
or
Purc
hasi
ng
Rece
ivin
g
Chi
ef
Acco
unta
nt
Gen
eral
C
ashi
er
Inco
me
Audi
t
Acco
unt
Rece
ivab
le
Acco
unt
Paya
ble
Out
let M
anag
er
Asst
. Out
let
Man
ager
Wai
ter/
Wai
tress
Ass
t. Ba
nque
t M
anag
er
Banq
uet S
taff
Bar S
uper
viso
r
Bari
sta/
Bart
ende
r
Bar W
aite
r/W
aitre
ss
Exec
utiv
e C
hef
Sous
Che
f C
hef d
e Pa
rtie
D
emi C
hef
Coo
k I
Nig
ht C
ook
Coo
k II
Resi
dent
M
anag
er
Exec
utiv
e Se
cret
ary
52 Universitas Kristen Petra
4.1.5. Gambaran Umum Program Employee Relations Bagi perusahaan, karyawan merupakan aset yang sangat penting. Sebuah
perusahaan tidak akan bisa berjalan tanpa adanya karyawan. Dalam dunia Public
Relations, hubungan dengan masyarakat internal biasa disebut employee relations,
yaitu publik yang terdiri dari para pekerja (karyawan) menjadi bagian utama dari
unit usaha perusahaan itu sendiri.
Untuk itu adanya program employee relations disebuah perusahaan
sangatlah penting untuk dilakukan. Hingga saat ini, Rich Palace Hotel Surabaya
telah merancang dan mengimplementasikan beberapa program employee
relations, antara lain Staff Gathering, Employee of the Month, dan Staff Outing.
4.1.5.1. Staff Gathering Staff Gathering merupakan acara berkumpul yang bermanfaat untuk
menggalang kebersamaan dan keakraban antara departemen satu dengan
departemen lain, menciptakan hubungan yang baik dan erat antara pihak
manajemen dengan karyawan di dalam perusahaan, serta memberikan update
informasi. Dengan adanya hubungan yang baik antarkaryawan, perusahaan
berharap dapat memberikan dampak positif pada pekerjaan mereka yang
kemudian dapat pula meningkatkan komunikasi supaya tidak terjadi
miscommunication.
Tidak seperti kebanyakan hotel lain di Surabaya, program Staff
Gathering yang dimiliki oleh Rich Palace Hotel Surabaya diadakan secara rutin,
yaitu setiap akhir bulan. Dalam program ini, semua bagian dapat terlibat secara
aktif, mulai dari trainee, Daily Worker (DW), dan karyawan tetap dari Rich
Palace Hotel Surabaya. Berbagai bentuk kegiatan diadakan dalam program ini,
seperti mini games, seminar, speech oleh General Manager, penyerahan
penghargaan Employee of the Month, sesi hello and goodbye, dan makan bersama.
4.1.5.2. Employee of the Month Terhadap para karyawan yang menunjukkan prestasi dalam bekerja, Rich
Palace Hotel Surabaya memberikan hadiah atau penghargaan melalui pemilihan
Employee of the Month. Karyawan yang mendapatkan Employee of the Month
53 Universitas Kristen Petra
akan mendapatkan sertifikat dan voucher makan di Rich Palace yang dapat
digunakan untuk dua orang. Penyerahan penghargaan tersebut dilakukan oleh
General Manager dan mengambil salah satu sesi dalam acara Staff Gathering.
Melalui program ini, pihak manajemen Rich Palace Hotel Surabaya ingin
memberikan apresiasi kepada karyawan serta berharap mereka dapat termotivasi
dan kemudian dapat bekerja lebih baik lagi.
4.1.5.3. Staff Outing Program Staff Outing merupakan program yang diadakan satu tahun
sekali di luar kota oleh Rich Palace Hotel Surabaya. Program ini bertujuan untuk
menciptakan team building yang kuat melalui permainan-permainan yang
menyenangkan. Semua kegiatan tersebut berfungsi untuk refreshing sekaligus
lebih mendekatkan hubungan antar sesama karyawan. Publik internal yang
terlibat, diantaranya adalah Daily Worker (DW) yang telah bekerja lebih dari
enam bulan dan karyawan tetap. Dalam pelaksanaan program Staff Outing, Rich
Palace tidak hanya melibatkan pihak internal, namun juga melibatkan pihak
eksternal seperti pemandu untuk kegiatan team building. Hal tersebut dikarenakan
lokasi pelaksanaan yang terletak di luar kota, serta supaya semua karyawan dapat
terlibat secara aktif dalam acara ini.
4.2. Profil Informan Untuk memperoleh data mengenai program employee relations yang
dijalankan, peneliti melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan enam
informan. Selain itu peneliti juga melakukan in-depth interview terhadap dua
informan yang tidak dapat menghadiri FGD saat itu untuk mewakili tanggapan
dari departemen mereka yang terkait dengan kegiatan employee relations. Berikut
merupakan kedelapan informan yang telah dipilih oleh peneliti:
1. Nama : Stephani Swandamai
Usia : 26 tahun
Lama bekerja : 1 tahun 7 bulan
Departemen : Sales & Marketing
54 Universitas Kristen Petra
Stephani Swandamai atau yang lebih dikenal dengan nama
Damai, merupakan salah satu karyawan dari Rich Palace Hotel
Surabaya yang menjabat sebagai Graphic Designer dari departemen
Sales & Marketing. Perempuan kelahiran Banyuwangi ini telah
bekerja di Rich Palace selama satu tahun tujuh bulan. Sebagai orang
yang aktif dan ceria, Damai mengaku selama ini menikmati
pekerjaannya dikarenakan adanya rasa kekeluargaan yang erat satu
sama lain, serta hubungan yang harmonis antar departemen. Damai
menjadi informan dalam penelitian ini karena telah terlibat dalam
ketiga program employee relations yang dimiliki oleh HRD Rich
Palace Hotel Surabaya, yaitu Staff Gathering, Staff Outing, dan
bahkan mendapatkan penghargaan Employee of the Month pada
Agustus 2017.
2. Nama : Dini Nur Aini
Usia : 33 tahun
Lama bekerja : 3 tahun
Departemen : FB Service
Dini merupakan salah satu karyawan Rich Palace Hotel
Surabaya yang dapat dikatakan loyal karena beliau telah bekerja
selama tiga tahun, tepatnya sebelum hotel ini resmi dibuka untuk
publik pada Agustus 2015. Sehingga, tidak heran jika beliau diberi
kepercayaan untuk menjabat sebagai assistant outlet manager pada
departemen FB Service. Beliau memiliki hubungan yang baik dan
peduli dengan rekan-rekannya. Hal ini terlihat pada saat peneliti
melakukan Focus Group Discussion (FGD), beliau dengan beberapa
karyawan lain memiliki hubungan yang sangat akrab karena saling
bercerita panjang lebar dan bahkan bercanda dengan luwes. Beliau
menjadi informan dari penelitian ini karena telah terlibat dalam dua
kegiatan employee relations, yaitu Staff Gathering dan Staff Outing.
55 Universitas Kristen Petra
3. Nama : Yuliyansah
Usia : 28 tahun
Lama bekerja : 2 tahun
Departemen : Front Office
Yuliansah atau yang akrab disapa dengan nama Anca
merupakan salah satu karyawan Rich Palace Hotel Surabaya yang
telah bekerja selama dua tahun. Selama ini, ia bekerja pada
departemen Front Office. Kepribadiannya yang supel, membuat
dirinya mudah untuk mendapatkan teman, serta menjalin hubungan
yang baik dengan semua karyawan yang ada. Anca menjadi
informan dalam penelitian ini karena telah terlibat dalam ketiga
program employee relations yang dimiliki oleh HRD Rich Palace
Hotel Surabaya, yaitu Staff Gathering, Staff Outing, serta telah
mendapatkan penghargaan Employee of the Month pada bulan Juli
2016.
4. Nama : Caroline Sunyoto
Usia : 23 tahun
Lama bekerja : 1 tahun 2 bulan
Departemen : Accounting
Bila dibandingkan dengan informan lainnya, Caroline
merupakan salah satu informan yang belum bekerja terlalu lama di
Rich Palace Hotel Surabaya. Ia baru bekerja selama satu tahun dua
bulan di departemen Accounting. Meski begitu, perempuan 23 tahun
ini mengaku bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan
karyawan lain, baik itu dari departemennya sendiri maupun
departemen lain. Dalam satu tahun masa kerjanya, ia telah mengikuti
salah satu program employee relations, yaitu staff gathering.
Caroline merupakan informan yang tepat sehingga dapat
memberikan pandangan dan masukan untuk evaluasi dari sudut
pandang karyawan yang belum terlalu lama bekerja di hotel ini.
56 Universitas Kristen Petra
5. Nama : Henny Nurlaili
Usia : 30 tahun
Lama bekerja : 2 tahun
Departemen : Housekeeping
Tidak jauh beda seperti Anca, Henny juga telah bekerja di
Rich Palace Hotel Surabaya selama dua tahun. Perempuan kelahiran
Bojonegoro ini berasal dari departemen Housekeeping. Henny
memiliki kepribadian yang dewasa dan rendah hati. Hal tersebut
dapat dilihat selama proses FGD sedang berlangsung. Dalam
beberapa kesempatan, beliau menyatakan kesenangannya dapat
bekerja di Rich Palace. Beliau menjadi informan dari penelitian ini
karena telah terlibat dalam dua kegiatan employee relations, yaitu
Staff Gathering dan Staff Outing.
6. Nama : Giovani Viona Daisy
Usia : 23 tahun
Lama bekerja : 3 tahun
Departemen : FB Product
Giovani merupakan salah satu karyawan yang bekerja cukup
lama di Rich Palace Hotel Surabaya. Pada usia 23 tahun ini, ia telah
bekerja selama tiga tahun di departemen FB Product, yang berarti ia
sudah bergabung di Rich Palace sejak hotel ini resmi dibuka untuk
publik. Bila dibandingkan dengan informan lain, Giovani bisa
dibilang sebagai orang yang memiliki pembawaan tenang dan
pemalu. Meski begitu, ia tetap akrab dengan karyawan lain dan
terkadang suka untuk melontarkan candaan kepada teman-temannya
itu. Giovani menjadi informan dalam penelitian ini karena telah
terlibat dalam ketiga program employee relations yang dimiliki oleh
HRD Rich Palace Hotel Surabaya, yaitu Staff Gathering, Staff
Outing, dan bahkan telah mendapatkan penghargaan Employee of the
Month pada September 2017.
57 Universitas Kristen Petra
7. Nama : Mochamad Zaenuri
Usia : 38 tahun
Lama bekerja : 1 tahun 1 bulan
Departemen : Engineering
Mochamad Zaenuri atau yang akrab dengan nama Zaenuri
telah bekerja di Rich Palace Hotel Surabaya selama satu tahun satu
bulan. Beliau memiliki kepribadian yang santai yang terlihat selama
peneliti melakukan wawancara. Dalam menjalani pekerjaannya
selama ini dalam departemen Engineering, beliau mengaku selama
ini menikmati pekerjaannya. Zaenuri menjadi informan dalam
penelitian ini karena telah terlibat dalam kedua program employee
relations yang dimiliki oleh HRD Rich Palace Hotel Surabaya, yaitu
Staff Gathering dan Staff Outing.
8. Nama : Sidhi Deny Satwiko
Usia : 39 tahun
Lama bekerja : 3 tahun
Departemen : Security
Sidhi merupakan salah satu karyawan Rich Palace Hotel
Surabaya yang dapat dikatakan loyal, karena beliau telah bergabung
dengan Rich Palace sejak hotel ini belum resmi dibuka untuk publik.
Hingga saat ini, beliau telah dipercaya untuk memegang tanggung
jawab yang cukup besar sebagai Security Supervisor. Dalam
melakukan wawancara dengan Sidhi, peneliti dapat melihat bahwa
beliau merupakan orang yang humoris karena sempat beberapa kali
melontarkan candaan yang mengundang tawa. Sidhi menjadi
informan dalam penelitian ini karena telah terlibat dalam ketiga
program employee relations yang dimiliki oleh HRD Rich Palace
Hotel Surabaya, yaitu Staff Gathering, Staff Outing, dan bahkan
telah mendapatkan Employee of the Month.
58 Universitas Kristen Petra
4.3. Setting Penelitian Penelitian ini bermula pada saat peneliti meminta izin kepada Clara,
HRD Rich Palace Hotel Surabaya, untuk melakukan penelitian terkait evaluasi
program employee relations yang telah dijalankan sepanjang tahun 2017. Tidak
lama setelah itu, peneliti mendapatkan kabar bahwa peneliti diizinkan untuk
melakukan penelitian di sana. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti telah
melakukan pencarian data awal, yaitu dengan melakukan wawancara dengan
Clara untuk mengetahui program-program employee relations apa saja yang
dijalankan selama tahun 2017. Namun karena kesibukan yang dimiliki oleh Clara,
peneliti hanya bisa melakukan wawancara tersebut melalui telepon pada hari
Minggu, 28 Januari 2018.
Selain melakukan pencarian data awal, sebelum penelitian dimulai,
peneliti juga memberikan penjelasan kepada Clara terkait teknik pengumpulan
data yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu melalui Focus Group Discussion
(FGD). Dan setelah Clara mendengarnya, ia memberikan beberapa saran untuk
dipertimbangkan, seperti hari dan jam pelaksanaan. Ia pun juga bersedia untuk
membantu dalam mengarahkan peneliti untuk memilih peserta FGD, yang dalam
hal ini adalah karyawan dari Rich Palace Hotel Surabaya.
4.3.1. Focus Group Discussion (FGD) Setelah beberapa lama, akhirnya peneliti dapat melakukan Focus Group
Discussion (FGD) dengan karyawan Rich Palace Hotel Surabaya. Mengumpulkan
banyak orang dalam satu tempat dan waktu bukanlah hal yang mudah. Masing-
masing peserta memiliki kesibukan yang tidak dapat disamakan. Dalam diskusi
ini peneliti hanya dapat mengumpulkan enam karyawan, yaitu Stephani
Swandamai (Sales & Marketing Dept.), Dini Nur Aini (FB Service Dept.),
Yuliyansah (Front Office Dept.), Caroline Sunyoto (Accounting Dept.), Henny
Nurlaili (Housekeeping Dept.), dan Giovani Viona Daisy (FB Product Dept.).
Dua karyawan lain yang saat itu tidak dapat datang karena sedang ada kesibukan
lain. Penelitian ini dilakukan di Supresso yang terletak di jalan Mayjend Yono
Soewoyo, pada hari Senin tanggal 7 Mei 2018. Tempat ini dipilih karena peneliti
59 Universitas Kristen Petra
melakukan penelitian pada saat jam makan siang informan, serta suasana
Supresso yang lengang sehingga nyaman untuk diadakannya diskusi.
Sebelum menuju tempat diadakannya diskusi, peneliti memutuskan untuk
datang ke Rich Palace dan menjemput peserta dari diskusi. Dalam melakukan
diskusi ini, peneliti dibantu oleh dua teman peneliti untuk penulisan notulen dan
dokumentasi. Sesampainya di sana sekitar pukul 11.45 WIB, peneliti langsung
mencari Clara. Namun, saat itu Clara sedang ada interview dengan beberapa calon
karyawan, dan akhirnya peneliti menunggu sebentar. Setelah interview itu selesai,
Clara langsung membantu peneliti untuk mengumpulkan keenam peserta ke
kantor Clara melalui telepon kantor. Ada beberapa karyawan yang saat itu
meminta waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu, namun ada
juga yang langsung datang dengan waktu singkat. Ketika semua peserta sudah
terkumpul, tanpa membuang waktu peneliti pun langsung berangkat ke tempat
diskusi.
Kami sampai di Supresso pukul 12.30 WIB. Meja dan kursi di Supresso
telah di set up sesuai dengan keinginan peneliti, yaitu memanjang dengan tujuan
semua orang dapat duduk lebih dekat dan semakin mudah untuk mendengarkan
pendapatnya. Peneliti mempersilahkan semua peserta untuk memesan makanan
dan minuman terlebih dahulu. Setelah sudah selesai memesan, peneliti meminta
izin untuk memulai diskusi. Diskusi ini diawali dengan peneliti yang menyapa
dan berkenalan dengan seluruh peserta, menjelaskan maksud dan tujuan
mengadakan diskusi ini, serta memberitahukan beberapa peraturan dasar dalam
diskusi. Peserta pun menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa mereka
mengerti. Tidak lama setelah itu, diskusi pun segera dimulai.
60 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.2. Suasana Focus Group Discussion yang diadakan di Supresso
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2018
Diskusi ini dibagi menjadi tiga sesi berdasarkan program employee
relations yang dijalankan, sesi pertama yaitu Staff Gathering, sesi kedua
Employee of the Month, dan sesi ketiga mengenai Staff Outing. Pertanyaan pada
awal sesi biasanya dimulai dari pertanyaan yang umum dan kemudian semakin
detail seiring dengan berjalannya diskusi. Di dalam FGD ini, peneliti berperan
sebagai moderator yang memberikan pertanyaan kepada para peserta.
Selama diskusi berlangsung, terdapat beberapa peserta yang aktif
menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, tak jarang pula mereka
saling bercanda yang kemudian mengundang tawa seluruh peserta. Hal itu yang
membuat diskusi ini berlangsung dengan suasana menyenangkan dan santai.
Tetapi, ada pula peserta yang dapat dikatakan masih malu-malu sehingga peneliti
mengarahkan mereka untuk menjawab. Selain itu, dalam beberapa kesempatan
ditemukan perbedaan pendapat yang diungkapkan oleh satu peserta dengan
peserta lain, namun perbedaan pendapat tersebut sama sekali tidak mempersulit
jalannya diskusi.
Setelah peneliti menyelesaikan ketiga sesi, peneliti menutup diskusi
dengan kesimpulan hasil diskusi dan ucapan terima kasih karena telah bersedia
menjadi peserta dalam diskusi ini. Diskusi yang berjalan selama dua jam pun
berjalan dengan lancar.
61 Universitas Kristen Petra
4.3.2. Wawancara Mendalam (In Depth Interview) Sedangkan untuk dua orang informan yang saat itu tidak dapat
menghadiri diskusi, peneliti memutuskan untuk melakukan in depth interview
dengan masing-masing departemen. Dua informan tersebut ialah Mochamad
Zaenuri dan Sidhi Deny Satwiko. Wawancara pertama peneliti lakukan dengan
Mochamad Zaenuri yang merupakan perwakilan dari departemen Engineering.
Peneliti melakukan wawancara dengan Zaenuri pada hari Senin, 15 Mei 2018
pukul 16.10 WIB di ruangan HRD Rich Palace Hotel Surabaya. Saat itu Clara
sedang tidak ada di kantor dan ia mengarahkan peneliti untuk menggunakan
kantornya sebagai tempat wawancara.
Ketika peneliti melakukan wawancara dengan Zaenuri, terlihat beliau
adalah orang yang memiliki pembawaan santai dan cukup terbuka. Selama
wawancara berlangsung, beberapa kali beliau mengeluarkan candaan yang
mengundang tawa sehingga suasana pun menjadi santai. Wawancara yang
berlangsung selama 20 menit berjalan dengan lancar meskipun dalam beberapa
kesempatan ada beberapa karyawan yang masuk ruangan untuk mencari Clara.
Setelah wawancara dengan Zaenuri selesai, peneliti melanjutkan
wawancara dengan Sidhi. Sidhi merupakan salah satu karyawan Rich Palace
Hotel Surabaya yang menjadi perwakilan dari departemen Security. Beliau sudah
bekerja di Rich Palace sejak tiga tahun yang lalu. Wawancara dengan Sidhi ini
dimulai pukul 16.30 di ruangan yang sama seperti peneliti melakukan wawancara
dengan Zaenuri. Saat Sidhi masuk ke ruangan dengan mengenakan seragam
departemen Security yang berwarna hitam, beliau terlihat sedikit bingung karena
di ruangan HRD hanya ada peneliti dan satu orang Daily Worker (DW). Peneliti
pun menyapa dan menjelaskan mengapa saat itu Clara tidak ada. Tidak lama
kemudian, wawancara pun dimulai.
Selama wawancara berlangsung, beliau sangat kooperatif ketika menjawab
pertanyaan yang diberikan. Sesekali beliau permisi untuk mengecek handphone
karena memang pada hari itu ada issue keamanan yang sedang mengguncang
Surabaya dan beliau yang merupakan departemen Security banyak dicari oleh
karyawan lainnya. Meski begitu, beliau tetap menjawab semua pertanyaan peneliti
62 Universitas Kristen Petra
dengan santai sehingga wawancara yang berlangsung selama 20 menit tetap
lancar.
4.4. Temuan Data Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program-program employee
relations yang diadakan oleh Rich Palace Hotel Surabaya selama tahun 2017.
Program employee relations ini dijalankan oleh departemen Human Resources
Development (HRD), yang dipimpin oleh Clara. Berikut merupakan temuan data
yang dapat peneliti kategorisasi berdasarkan program employee relations yang
ada, yaitu Staff Gathering, Employee of the Month, dan Staff Outing.
4.4.1. Staff Gathering Sesi pertama yang peneliti lakukan dalam Focus Group Discussion
(FGD) maupun wawancara mendalam, ialah terkait program Staff Gathering. Staff
Gathering merupakan salah satu program employee relations yang dijalankan
secara rutin, yaitu satu bulan sekali. Dalam memberikan pemaparan terkait
temuan program Staff Gathering, berdasarkan pertanyaan dan jawaban informan,
peneliti kembali membagi ke beberapa kategori, yaitu cara sosialisasi program,
tujuan diadakannya program, bentuk kegiatan, pengaruh, kelebihan, kelemahan,
dan saran.
4.4.1.1. Cara Sosialisasi Program Dalam menyelenggarakan program Staff Gathering yang selalu diadakan
secara rutin, yaitu setiap bulan, setiap staff dari Rich Palace Hotel Surabaya
disosialisasikan melalui beberapa media.
“Setiap bulannya sih pasti sudah diagendakan, biasanya sih di akhir bulan untuk penyelenggaraannya, jadi nanti ketika di morning briefing bakal di sounding kalau tanggal segini bakal ada Staff Gathering, nanti kepala departemen akan ngefloorkan informasi ke departemen masing-masing.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
“Tau dari email dulu terus kita baru share ke group.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
63 Universitas Kristen Petra
“Biasanya dari morning briefing nanti HOD menyampaikan ke anak-anaknya, terus lewat grup WA juga.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
Berdasarkan kutipan wawancara dengan beberapa informan di atas, dapat
diketahui bahwa dalam mensosialisasikan program Staff Gathering, HRD akan
melakukan sosialisasi melalui beberapa media, yaitu melalui kepala dari masing-
masing departemen yang sebelumnya telah mendapatkan informasi kegiatan di
morning briefing, kemudian pihak HRD akan mengirimkan e-mail kepada staff,
dan menyampaikan kembali ke group WA.
4.4.1.2. Tujuan diadakannya Program Staff Gathering Setiap program employee relations yang dijalankan oleh Rich Palace
Hotel Surabaya, tentunya masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Dan
beberapa informan dari penelitian ini mengungkapkan pandangan mereka terkait
tujuan diadakannya Staff Gathering.
“Mempererat tali silahturahmi antar departemen supaya mengenal lebih baik.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
“Mempererat tali silahturahmi.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)
“Setahu saya supaya keakraban antar staf, trainee, DW, dan supaya kalau HRD ada mau menyampaikan informasi-informasi atau program-program itu lebih cepat. Jadi untuk supaya kita lebih akrab dengan departemen lain dan supaya informasi, program HRD yang baru bisa jalan.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
“Staff gathering itu kan ada beberapa kegiatan, yang pertama, salah satunya ada yang memilih staf terbaik di bulan itu. Tujuan memilih staf terbaik itu untuk memotivasi karyawan. Kedua, kalau ada informasi yang mau disampaikan ke staf bisa disampaikan.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Empat dari delapan informan peneliti menyatakan tujuan dari kegiatan
Staff Gathering diadakan. Melalui hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan
64 Universitas Kristen Petra
bahwa mereka mengetahui inti dari tujuan diadakannya Staff Gathering, yaitu
untuk membangun hubungan yang baik dengan departemen lain dan sebagai
wadah untuk HRD menyampaikan segala update informasi maupun program lain
agar karyawan dari Rich Palace Hotel Surabaya mengetahui apa yang sedang
terjadi.
4.4.1.3. Bentuk Kegiatan dalam Staff Gathering
Dalam setiap program employee relations yang dijalankan, tentunya
program tersebut memiliki bentuk kegiatan yang berbeda-beda sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dari masing-masing program. Sementara untuk Staff
Gathering, bentuk kegiatan yang diadakan adalah:
“Biasanya staff gathering itu dua jam, dari jam tiga sampai jam lima. Terus ada mini games, terus ada section seminar yang mungkin penambahan ilmu kek barusan yang kemarin tuh tentang kanker. Terus yang sebelumnya itu tentang kebakaran. Sama ada speech dari Pak GM juga.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
“Keseringan sih mini games, sekarang ada tambahan training.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
“Iya mini games, terus ada seminar tentang cancer, emergency kayak gempa bumi, kebakaran.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, dapat
diketahui bahwa di dalam program Staff Gathering yang berlangsung selama dua
jam, biasanya akan ada kegiatan-kegiatan kecil seperti mini games, seminar yang
terkadang dapat pula disebut training karena mengajarkan suatu hal tertentu, dan
speech yang dilakukan oleh General Manager. Kegiatan seminar masih tergolong
belum lama ada di Staff Gathering, salah seorang staf menyatakan bahwa seminar
tersebut baru diadakan dua kali saja.
“Iya tiap bulan temanya beda, tapi baru dua kali ini ya ada pembicara dari luar.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
65 Universitas Kristen Petra
Sebelum adanya seminar, kegiatan tersebut dulunya adalah materi yang
dibawakan oleh Training Manager dari Rich Palace yang telah resign. Dan
hingga saat ini dalam membawakan seminar, terdapat beberapa instansi dari luar
yang menawarkan untuk menjadi pembicara, seperti dinas kesehatan dan
kebakaran.
“Kalau kemarin itu ada dari dinas kebakaran dan kesehatan yang membawakan materi.” (Wawancara dengan Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
4.4.1.4. Pengaruh terhadap Pekerjaan Dalam poin ini, empat informan dari karyawan Rich Palace Hotel
Surabaya menyatakan bahwa ada pengaruh dari program Staff Gathering yang
mereka rasakan dalam pekerjaan mereka.
“Kalau misal kerjaan di hari itu banyak ya cukup kesulitan, cuman biasanya kita udah ngatur dulu sih karena tau tanggal itu pasti staff gathering jadi uda ngatur waktu. Enak sih tapi, jadi habis kerja terus ketemu temen-temen, kita bercanda bareng.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
“Ada sesi hello and good bye. Sesi itu kayak buat pengumuman ke orang-orang, yang baru join siapa dan yang resign siapa.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
“Hmm kalo di staff gathering kan biasanya kita pasti disuruh kenalan tuh sama karyawan yang baru. Nah jadi kita dari sana tau mana anak yang baru, misalnya dia baru join di Rich Palace. Nanti kan kerja lebih enak, bisa tau satu sama lain dari sana.” (Yuliyansah, Front Office Dept., 7 Mei 2018)
“Iya lebih kenal sama departemen lain.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
Keempat informan merasakan pengaruh yang berbeda-beda dalam
pekerjaannya, seperti Damai yang senang karena dapat bertemu dengan karyawan
lain, namun ia menambahkan bahwa jika saat itu pekerjaan sedang padat, hal
tersebut dapat membuatnya kesulitan dalam mengatur waktu. Menurut Dini,
pengaruh yang ditimbulkan oleh Staff Gathering dalam pekerjaannya ialah dengan
66 Universitas Kristen Petra
adanya sesi hello and good bye. Melalui sesi tersebut, ia dapat mengetahui siapa
saja karyawan yang join maupun resign dari pekerjaannya. Sedangkan Anca
merasakan pengaruh yang tidak jauh dirasakan oleh Dini, melalui Staff Gathering
ini ia dapat mengetahui siapa karyawan yang baru join sehingga nantinya akan
mempermudah dalam berkomunikasi dalam pekerjaan. Dan yang terakhir Zaenuri
menyatakan bahwa dengan mengikuti Staff Gathering, beliau dapat lebih
mengenal departemen lain.
4.4.1.5. Umpan Balik Beberapa informan yang merupakan karyawan Rich Palace Hotel
Surabaya membagikan beberapa hal yang mereka sukai dari program Staff
Gathering yang selama ini telah mereka ikuti. Menurut Damai, hal yang ia sukai
dengan mengikuti Staff Gathering ialah ia dapat melepaskan penat meskipun
hanya sejenak. Ia dapat terlepas dari pekerjaan, bermain dalam kegiatan yang ada
dalam Staff Gathering, serta bertemu teman-teman yang berasal dari departemen
lain.
“Nggak mikirin kerja, main games, ketemu temen, bercanda, kek gitu itu sih. Jadi melepas penat sejenak untuk beberapa jam.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
Begitu juga dengan Dini yang saat itu menyetujui hal yang disampaikan
oleh Damai, menurut beliau Staff Gathering merupakan salah satu kegiatan yang
membuatnya dapat terlepas dari pekerjaan meskipun hanya sebentar. Bagi beliau,
dari departemen FB Service yang biasanya dapat berdiri hingga 10 jam, akhirnya
dapat beristirahat dua jam adalah hal yang melegakan.
“Aku hampir sama kayak Damai, cuman dari FnB biasanya bisa 10 jam berdiri, akhirnya lega bisa duduk lumayan lah dua jam.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
Kemudian, ada pula Anca dan Caroline yang memiliki pendapat yang
tidak jauh berbeda terkait Staff Gathering. Mereka mengungkapkan bahwa dengan
adanya Staff Gathering ini, mereka dapat terlepas dari komputer, sistem, serta
bertemu sekaligus bercanda dengan teman-teman mereka yang lain. Henny pun
67 Universitas Kristen Petra
juga setuju bahwa karena program ini, dirinya dapat bersantai sementara. Selain
itu, beliau menambahkan kalau seminar yang diadakan juga membuat dirinya
senang karena dapat menambah ilmu.
“Hmm ya sama sih kalo di jam segitu kita lepas dari yang namanya sistem dan lepas dari semuanya. Jadi kita bisa ngobrol apa aja gitu pokoknya tanpa mikirin sistem. Nyantai gitu lah. Bisa ngobrol apa aja sih intinya.” (Yuliyansah, Front Office Dept., 7 Mei 2018)
“Kalo aku sih seneng soalnya bisa istirahat mata aja sih dari komputer. Soalnya capek liat komputer terus sama apalagi ya? Ketemu temen-temen enak, bisa sharing, bercanda itu udah pasti, kemudian ada hiburan di akhir acara berupa makanan” (Caroline Sunyoto, Accounting Dept., 7 Mei 2018)
“Jadi kayak gimana yo. Kita itu biasanya capek tapi kalau ada Staff Gathering langsung santai aku. Sama nambah ilmu.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018) Sedangkan Zaenuri memiliki pendapat berbeda, dari keseluruhan
kegiatan Staff Gathering, beliau hanya menyukai kegiatan mini games yang ada.
Dan yang terakhir ada Sidhi yang menyukai kegiatan seminar serta makan
bersama dengan departemen lain.
“Gamesnya aja.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
“Saya sih suka seminarnya, sama makan.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Berdasarkan temuan data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar informan menyatakan bahwa hal yang paling mereka senangi dari Staff
Gathering ini ialah mereka dapat beristirahat, baik itu istirahat mata dari
komputer, terlepas dari sistem, maupun hanya sekedar duduk saja. Beberapa
informan juga menambahkan bahwa bertemu dan mengobrol dengan teman-teman
dari departemen lain juga merupakan hal yang sangat mereka sukai. Ditambah
lagi adanya makan bersama di akhir acara yang katanya dapat menghibur mereka
di kala bekerja.
68 Universitas Kristen Petra
Setelah semua informan memberikan pendapat mereka terkait hal yang
paling mereka sukai dari Staff Gathering, beberapa dari mereka juga memberikan
pandangan mereka mengenai kekurangan dari program yang selama ini mereka
rasakan, yaitu:
“GM kurang bisa nimbrung sama karyawannya.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)
“Mungkin kalau di sini ya Staff Gathering itu kita ngumpulin karyawannya sulit banget. Selama saya di sini melihatnya seperti itu. Padahal ini kan kegiatan yang rutin, tapi saya juga nggak tahu kok sulit gitu rasanya orang-orang buat datang tepat waktu. Datangnya buat nunggu penuh itu 30 menit sampai 1 jam.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
“Kalau menurut saya yang kurang itu kesadaran dari pesertanya untuk datang. Dan hal yang membuat Staff Gathering itu menarik, misal katakanlah hadiah untuk games nya itu, kurang sih.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Henny yang merupakan perwakilan dari departemen Housekeeping
menyatakan bahwa General Manager kurang bisa membaur dengan karyawannya.
Hal tersebut dikarenakan biasanya General Manager hanya datang disaat beliau
akan speech dan menyerahkan sertifikat untuk employee of the month saja. Di
kegiatan lain beliau biasanya meninggalkan ruangan diadakannya Staff Gathering
tersebut. Sedangkan Zaenuri dan Sidhi memiliki pendapat terkait peserta yang
suka datang terlambat, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat
ruangan dari acara yang diadakan penuh. Menurut mereka, kurang adanya hal
menarik yang bisa membuat peserta lain untuk datang.
Selain dua hal di atas, poin umpan balik juga mencakup saran yang
diberikan oleh informan. Saran yang diberikan oleh masing-masing informan pun
mencakup berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan, mulai dari seminar,
mini games, durasi, hingga keterlibatan General Manager dalam program ini.
“Aku sih kalo saran terus diperjuangkan aja, jadi maksudnya biasa kadang kita bulan ini ada pembicaranya, bulan depan ga ada. Aku lebih seneng kalo dipertahankan untuk terus ada pembicara dari luar, jadi kita belajar ilmu baru juga, ngga
69 Universitas Kristen Petra
sekedar itu itu aja, ngga sekedar games-games yang main-main tanpa makna. Tapi kalau kita ada pembicara dari orang luar, kita info pun dapat, tapi juga main-mainnya juga dapat.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
“Sama sih, tapi lebih apa yaa… Istilahnya selain refresh kita untuk pikiran ya, games itu kan juga membantu buat kita dekat dengan satu departemen ke departemen yang lain. Jadi games nya itu kalo bisa yang mempererat antara departemen, team work gitu lho. Biasanya kan cuma buat fun aja tanpa ada tujuan.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
“Mungkin jangan terlalu lama aja ya. Soalnya kalau Accounting kan waktunya tutup buku, tumpukan kerjanya terlalu banyak gitu sih.” (Caroline Sunyoto, Accounting Dept., 7 Mei 2018)
“Kalau aku setuju sama Kak Damai, lebih ditingkatkan lagi jadi kita tambah ilmu dan tambah fun dan GM lebih bisa berbaur sama karyawannya.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)
“Kalau aku ya, Pak GM nya lebih interaksi sama kita. Biasanya kan dia datangnya cuma waktu terakhir. Paling nggak lebih berbaur juga lah sama kita. Dari sana berharap komunikasi jadi lebih lancar juga.” (Giovani Viona Daisy, FB Product Dept., 7 Mei 2018)
“Mungkin diadakan hal yang lebih menarik, supaya antusiasmenya juga tinggi.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
“Ya itu lebih ditingkatkan lagi untuk seminar nya, karena terus terang kalau training itu juga hampir sama juga kayak staff gathering, orang-orang sulit untuk hadir. Dari situ momen berkumpulnya orang banyak, momen berkumpulnya semua karyawan, acaranya bisa efektif dan supaya yang hadir itu mencukupi perlu adanya hal yang menarik jadi orang-orang lebih tertarik lagi untuk hadir. Ya pokoknya perlu ditingkatkan lagi, supaya banyak karyawan yang hadir yang kemudian tujuan diadakannya seminar dalam staff gathering ini bisa tercapai.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018) Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal
dari program Staff Gathering yang diberi masukan oleh beberapa informan, yaitu
70 Universitas Kristen Petra
seminar, games, durasi, dan keterlibatan General Manager. Untuk poin pertama
yaitu seminar, Damai dan Sidhi memberi masukan supaya pembicara dari luar
dapat dipertahankan, sehingga dapat menarik peserta untuk datang. Hal tersebut
juga disetujui oleh Henny. Sedangkan untuk mini games, Dini berharap supaya
mini games tidak hanya sekedar dibuat untuk bersenang-senang, tetapi juga ada
esensi seperti mendekatkan karyawan dari departemen satu dengan karyawan dari
departemen lain. Poin ketiga yaitu durasi, Caroline yang merupakan perwakilan
dari departemen Accounting mengaku bahwa ia mengalami kesulitan pada jam
diadakannya Staff Gathering karena pada jam tersebut departemen Accounting
sedang tutup buku. Sehingga ia berharap durasi dari Staff Gathering dikurangi.
Dan poin yang terakhir ialah keterlibatan General Manager, menurut Giovani
sebaiknya General Manager lebih terlibat dalam program ini karena biasanya
General Manager hanya datang pada saat beliau hendak mengadakan speech dan
penyerahan sertifikat saja. Ia berharap komunikasi karyawan dengan General
Manager menjadi lebih lancar jika beliau bisa lebih berbaur. Hal ini juga disetujui
oleh Henny.
4.4.2. Employee of the Month Employee of the Month merupakan salah satu bentuk program yang ingin
mengapresiasi dan memotivasi karyawannya supaya dapat bekerja lebih baik.
Program ini biasanya mengambil satu sesi dalam program Staff Gathering yang
diadakan setiap bulan.
4.4.2.1. Kriteria dan Reward Employee of the Month Untuk bisa menjadi Employee of the Month, tentunya tidak bisa
sembarang karyawan mendapatkannya. Mereka harus dapat memenuhi beberapa
kriteria tertentu untuk bisa memenangkannya. Dari delapan informan yang ada,
hanya empat informan yang pernah mendapatkan penghargaan Employee of the
Month, yaitu Damai, Anca, Giovani, dan Sidhi. Berikut merupakan hasil
wawancara peneliti dengan informan terkait kriteria untuk mendapatkan Employee
of the Month:
71 Universitas Kristen Petra
“Kriterianya sih ini kayak aktif atau tidaknya dia terus dari absensi terus lebih ke kinerja sih sebetulnya. Dari HOD masing-masing kan biasanya akan mengajukan nominasi yang akan diajukan, nanti kita voting. Voting nya di morning briefing jadi sesama HOD saja yang menentukan dia layak atau tidak, bukan dari semua karyawan dan langsung diputuskan hari itu juga.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
“Kinerja, loyalitas, kerja sama dengan departemen lain, tingkat permasalahannya lebih sedikit. Kalau yang bermasalah kan ngga mungkin. Pokoknya dari absen sampai kedisiplinan.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Berdasarkan kutipan wawancara peneliti dengan informan, dapat
diketahui bahwa kinerja yang baik merupakan kunci untuk bisa mendapatkan
Employee of the Month. Sedangkan untuk reward yang diberikan kepada
pemenang dari Employee of the Month berupa voucher FnB yang bisa untuk dua
orang, lengkap dengan sertifikat.
“Dapat voucher makan.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
“Selain dapat makan untuk dua orang, dapat sertifikat.” (Dini Nur Aini, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
4.4.2.2. Tujuan diadakannya Program Employee of the Month Setiap program employee relations yang dijalankan oleh HRD Rich
Palace Hotel Surabaya, tentunya masing-masing memiliki tujuan yang berbeda.
Dua orang informan dari penelitian ini mengungkapkan tujuan diadakannya
Employee of the Month.
“Biar termotivasi dan biar kita semangat kerja karena diapresiasi.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
“Untuk memotivasi karyawan.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
72 Universitas Kristen Petra
4.4.2.3. Pengaruh terhadap Pekerjaan (Termotivasi atau Tidak) Employee of the Month memiliki tujuan untuk mengapresiasi dan
memotivasi karyawan supaya mereka dapat bekerja lebih baik lagi. Namun, 3 dari
4 informan yang telah mendapatkan Employee of the Month mengatakan bahwa
mereka merasa biasa saja, tidak ada pengaruh atau motivasi tertentu dalam
pekerjaan mereka yang dikarenakan mereka hanya fokus bekerja, berusaha
memberikan yang terbaik, sehingga sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka
untuk bisa memenangkan program ini.
“Biasa aja sih. Karena memang saat itu kerja lagi padat-padatnya terus aku ngga sempat dan nda kepikiran buat ngejar employee of the month cuman pikiranku ya istilahnya ‘do my best’ lah, eh tau-tau dapet nominasi terus menang.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
“Biasa aja. Ya kalau awalnya kan namanya kita kerja, orang yang menilai. Mungkin menurut orang kerja kita mungkin bagus, dilihat dari absensi bagus, jadi makanya dihargai. Itu kan salah satu bentuk penghargaan perusahaan untuk pegawainya kan.” (Yuliyansah, Front Office Dept., 7 Mei 2018)
“Aku ya biasa aja. Iya soalnya kerjaan kita tuh banyak lho. Jadi kayak ngga berharap dan ngga kepikiran.” (Giovani Viona Daisy, FB Product Dept., 7 Mei 2018)
Terlepas dari tiga informan yang tidak terpengaruh tersebut, seorang
informan yang bernama Sidhi menyatakan bahwa beliau termotivasi dengan
adanya program ini. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui loyalitas beliau yang
telah bekerja sejak Rich Palace Hotel belum dibuka secara resmi untuk umum.
Kalau saya sih terus terang termotivasi. (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
4.4.2.4. Umpan Balik Dalam poin ini, peneliti akan memaparkan hasil temuan data terkait
kelemahan program yang ternyata menjadi alasan informan mengapa mereka
tidak termotivasi. Seorang informan dari diskusi ikut memberikan pendapatnya
ketika peneliti menanyakan jika ia mendapatkan Employee of the Month apakah
73 Universitas Kristen Petra
termotivasi atau tidak meskipun ia belum pernah mendapatkan Employee of the
Month yang kemudian jawabannya juga disetujui oleh peserta diskusi lainnya.
Serta, ada pula yang memberikan pernyataan bahwa kriteria untuk pemilihan
Employee of the Month kurang detail.
“Biasa juga seh aku, soalnya gift yang diberikan emang ngga sampai segitunya juga sih. Jadi akhirnya kita ya biasa aja.” (Caroline Sunyoto, FB Product Dept., 7 Mei 2018)
“Hadiahnya. Employee of the month ini cuma ritual tiap bulan aja.” (Giovani Viona Daisy, FB Product Dept., 7 Mei 2018)
“Kriteria pemilihannya kurang detail.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Terdapat dua saran yang diberikan oleh dua informan untuk program
Employee of the Month yang dijalankan oleh HRD selama ini. Saran yang pertama
diungkapkan oleh Damai. Ia menyatakan bahwa hadiah yang ditawarkan kurang
menarik, sehingga tidak ada yang dapat memacu untuk memenangkan hadiah
tersebut. Ia juga menyarankan untuk membuat jangka waktu pemilih menjadi
enam bulan sekali dengan harapan reward yang diberikan juga bisa lebih
maksimal namun tidak memberatkan manajemen.
“Karena maksudnya apa ya, kadang itu kita melakukan hal yang kita benar-benar udah berjuang, udah melakukan yang terbaik, terus ketika istilahnya kita dapat kayak gitu penghargaannya cuma sekedar ya makan, meskipun ngga usah menang kita bisa gitu lho. Kek ya udah. Ya bukannya ngga seneng, seneng sih dapat sertifikatnya itu yang penting, soalnya mungkin kita sewaktu-waktu pake, cuman dapat ya udah, ya udah dapet doang. Ngga ada yang oh seneng, kecuali kalau yang itu tadi menginap atau emas. Nah kan Staff Gathering kita sebulan sekali, dapat Employee of the Month ya sebulan sekali, ini bikin lah enam bulan sekali, semangat tetep. Ini bisa buat masukan sih kalau kayak gitu kan kita kerja jadi lebih semangat, ada yang dikejar.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
Sedangkan saran kedua diungkapkan oleh Sidhi yang merupakan
perwakilan dari departemen Security. Beliau menyarankan supaya kriteria untuk
74 Universitas Kristen Petra
menjadi Employee of the Month bisa dibuat lebih detail. Tidak hanya berdasarkan
kinerja saja, melainkan dinilai juga dari bagaimana hubungan karyawan tersebut
dengan departemen lain.
“Kalau bisa sih kriteria nya buat jadi Employee of the Month lebih detail. Detail dalam artian misal nih kalau ada nominasinya, orangnya dipanggil satu-satu terus diwawancarain perdepartemen. Kalau masalah absen, kinerja itu kan hak masing-masing kepala departemen yang menentukan, tapi kalau misal kerja sama dengan departemen lain atau lebih pengenalan ke departemen yang lain itu kan perlu ditanya. Perlu untuk mengetahui apa karyawan ini memiliki hubungan yang baik dengan departemen lain, jadi sewaktu-waktu kalau ada masalah bisa cari solusi. Kalau si karyawan itu bisa menyampaikan dengan baik, dia punya poin plus. Disamping harus digabungkan dengan yang tadi kinerja dan kedisiplinan.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
4.4.3. Staff Outing Staff Outing merupakan satu-satunya program yang dimiliki oleh Rich
Palace Hotel Surabaya yang dilangsungkan di luar kota. Program ini baru
berlangsung dua kali, hal tersebut dikarenakan Staff Outing hanya diadakan satu
tahun sekali dan biasanya diselenggarakan pada bulan Desember. Dari delapan
informan yang ada, satu informan yaitu Caroline, tidak mengikuti kegiatan ini
dikarenakan sakit, sehingga ia tidak bisa memberikan pendapatnya. Berikut
merupakan temuan data peneliti terkait program Staff Outing yang telah peneliti
kategorisasi menjadi beberapa kategori, yaitu cara sosialisasi program, tujuan
diadakannya program Staff Outing, bentuk kegiatan, dan umpan balik.
4.4.3.1. Cara Sosialisasi Program Seperti program employee relations yang lain, Staff Outing yang
diadakan setahun sekali disosialisasikan melalui beberapa media, yaitu melalui
kepala departemen yang mengikuti morning briefing yang kemudian
memberitahukan kepada karyawannya, lalu ditegaskan kembali oleh Clara melalui
grup WA.
75 Universitas Kristen Petra
“Sama kayak Staff Gathering. Semua berpusat di morning briefing.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
“Biasanya dari jauh-jauh hari sudah diberitahu, sekitar dua minggu. Terus nanti ada pemberitahuan lagi di grup WA oleh HRD. Biasanya kan dibagi jadi dua shift, nanti diberitahukan yang shift 1 tanggal segini orangnya ini, terus shift 2 yang ikut ini.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
“Dari morning briefing itu kepala departemen akan menginformasikan ke departemennya, lalu ditegaskan lagi melalui grup WA.” (Mochamad Zaenurit, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
4.4.3.2. Tujuan diadakannya Program
Setiap program employee relations yang dijalankan oleh Rich Palace
Hotel Surabaya, tentunya masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Beberapa
informan dari penelitian ini mengungkapkan tujuan diadakannya Staff Outing.
“Kerja sama kayak staff gathering sih, cuma lebih ke outdoor biar ga monoton jadi ada suasana lain.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
“Untuk refreshing, pembentukan karakter, dan team building.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
“Untuk refreshing dan team building setahu saya.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Berdasarkan jawaban ketiga informan di atas, dapat diketahui bahwa
tujuan diadakannya Staff Outing ialah untuk refreshing dan team building dengan
sistem di luar ruangan.
4.4.3.3. Bentuk Kegiatan dalam Staff Outing Dalam setiap program employee relations yang dijalankan, tentunya
program tersebut memiliki bentuk kegiatan yang berbeda-beda sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dari masing-masing program. Sementara untuk Staff
Outing, bentuk kegiatan yang diadakan adalah:
76 Universitas Kristen Petra
“Pasti team building, makan, games-games. Itu sih, team building nya dikemas dalam bentuk games.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
“Kalau kemarin itu jeep adventure, jadi ya naik jeep, kita dikasih tahu masalah kopi, eh jenis-jenis kopi, terus ada permainan untuk team building.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
“Yang terakhir itu naik jeep, terus ada games buat team building.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Untuk program Staff Outing, dua orang informan, yaitu Zaenuri dan
Sidhi menyampaikan bahwa kegiatan yang diadakan berbeda setiap tahunnya.
Pada tahun 2017 lalu, tema yang diangkat dalam Staff Outing adalah Jeep
Adventure. Namun, kegiatan intinya tetap sama, yaitu team building yang dikemas
dalam bentuk games dan ada makan bersama.
4.4.3.4. Pengaruh terhadap Pekerjaan Dalam poin ini, tiga informan dari karyawan Rich Palace Hotel Surabaya
menyatakan bahwa ada pengaruh dari program Staff Outing yang mereka rasakan
dalam pekerjaan mereka. Informan pertama yang mengungkapkan pendapatnya
ialah Damai. Menurut Damai, Staff Outing merupakan program yang dapat
membuat dirinya lebih akrab dengan karyawan lain yang sebelumnya ia hanya
sekedar tahu saja. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa program ini
membuatnya refresh dalam satu hari.
“Pas staff outing biasanya sama Clara itu bener-bener dicampur. Yang biasanya aku cuma tau dan kenal-kenal doang, tapi gara-gara staff outing jadi lebih akrab sampai pulang itu masih dibahas sampe ketawa-ketawa gitu. Sama jadi refresh. Refresh sih refresh tapi hanya sekedar paling kita berangkat pagi pulang malam.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
Sedangkan kedua informan lainnya, yaitu Zaenuri dan Sidhi, memiliki
pendapat yang tidak jauh berbeda dengan Damai. Bagi mereka, Staff Outing dapat
membuat refresh pula, namun hanya sedikit dan sejenak dikarenakan setelah itu
mereka harus kembali lagi bekerja keesokan harinya.
77 Universitas Kristen Petra
“Ya ada sedikit, refreshing” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
“Ya setelah outing seneng, agak fresh sedikit, tapi beberapa hari setelah itu ya balik lagi.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
4.4.3.5. Umpan Balik Dalam melakukan FGD dan wawancara mendalam, peneliti mendapatkan
umpan balik dari beberapa karyawan terkait program Staff Outing di tahun 2017.
Umpan balik yang disampaikan mencakup tiga poin, yaitu hal yang mereka sukai
dari, hal yang kurang, dan saran mereka untuk program ini. Berikut merupakan
hal-hal yang disukai oleh enam informan dalam program Staff Outing:
“Seneng akhirnya keluar ruangan. Soalnya kan aku kerja terus ngelihat komputer, terus akhirnya bisa refresh rame-rame. Meskipun kita outingnya ngga terlalu jauh-jauh tapi kalau rame-rame kan seneng.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
“Saya senang kebersamaan.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
“Kumpul rame-rame, teriak-teriak, nyanyi-nyanyi. Karena semua hal kalau kita teriakkan itu lepas.” (Yuliyansah, Front Office Dept., 7 Mei 2018)
“Seneng semua, terutama kebersamaannya.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)
“Team building nya saya suka, sama naik jeep nya itu juga. Bisa refreshing lihat-lihat pemandangan. Tapi kalau dari outing yang khas ya team building nya.” (Mochamad Zaenuri, Security Dept., 14 Mei 2018)
“Kalau saya ya kebersamaan dan permainannya yang team building itu. Oh sama makan!” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Jika disimpulkan dari jawaban di atas, keenam informan memiliki
kesamaan dalam hal yang mereka sukai, yaitu kebersamaan dengan karyawan
lain. Sedangkan Giovani memiliki pendapat yang berbeda. Menurut Giovani,
78 Universitas Kristen Petra
dengan adanya Staff Outing, ia bisa mendapatkan ekstra libur satu hari meskipun
sepulang dari kegiatan tersebut ia mengaku badannya sakit semua.
“Kalau aku sih seneng karena dapat ekstra libur satu hari. Kan nggak megang kerjaan jadi ya buat aku libur satu hari meskipun badanku sakit semua” (Giovani Viona Daisy, FB Product Dept., 7 Mei 2018)
Setelah hal yang disukai oleh informan telah dibahas, temuan data
dilanjutkan dengan hal yang dirasa oleh mereka kurang. Menurut Damai dan
Henny, durasi diadakannya Staff Outing kurang lama. Kemudian, Damai juga
menambahkan bahwa acara Staff Outing di tahun 2016 lebih seru dan
menyenangkan dibanding dengan tahun 2017 kemarin.
“Iya itu durasi kurang lama. Kalau yang kayak kemarin ini dibandingkan dengan tahun yang sebelumnya masih lebih seru yang tahun sebelumnya.” (Stephani Swandamai, Sales & Marketing Dept., 7 Mei 2018)
“Durasinya kurang lama.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)
Sedangkan Dini menjelaskan hal yang berbeda, menurut beliau tidak
semua karyawan Rich Palace dapat mengikuti keseluruhan rangkaian kegiatan ini.
Di tengah acara berlangsung, ada beberapa karyawan, khususnya karyawan
operasional, yang harus kembali ke hotel untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Yang disayangkan itu waktu staff outing misal kadang jatahnya dia ikut, tapi dia ngga bisa ikut full day gitu lho. Nanti ketika di tengah jalannya acara, dia harus balik.” (Dini Nur Aini, FB Service Dept., 7 Mei 2018)
Kemudian menurut Zaenuri, kegiatan ini sudah cukup baik. Hal tersebut
dikarenakan beliau baru mengikuti kegiatan ini satu kali, sehingga beliau belum
memiliki patokan apa yang kurang. Sementara Sidhi menyatakan bahwa Staff
Outing kurang sering diadakan.
“Wah saya baru pertama kali sih jadi buat saya cukup aja. Belum ada patokan.” (Mochamad Zaenuri, Engineering Dept., 14 Mei 2018)
79 Universitas Kristen Petra
“Kurang sering.” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Dan poin terakhir yang akan peneliti paparkan adalah saran yang
diberikan oleh beberapa karyawan terkait pelaksanaan Staff Outing di tahun 2017.
Sebagian besar informan memberikan saran terkait durasi dan frekuensi. Jika bisa,
mereka berharap kalau Staff Outing ini dapat diadakan lebih lama, dari yang
seharian menjadi menginap dua hingga tiga hari, serta diadakan menjadi setahun
dua kali.
“Setahun dua kali boleh lah. Dan lek isa nginep sih.”
“Kalau bisa lebih dari 1 hari.” (Henny Nurlaili, Housekeeping Dept., 7 Mei 2018)
“Setahun 2 kali boleh.” (Giovani Viona Daisy, FB Product Dept., 7 Mei 2018)
“Kalau bisa satu tahun dua kali lah. Hmm apalagi ya, karena kita masih berjalan dua kali dan dua kali kan arah tempatnya sama, Pandaan sama Prigen. Kalau bisa lain kali lebih variatif, suasana sama jalannya di bedain, ganti-ganti gitu lho, Mba. Misal habis suasana gunung, suasana pantai. Terus arahnya dibedain, kan kemarin uda lewat sini, sekarang masa lewat sini lagi” (Sidhi Deny Satwiko, Security Dept., 14 Mei 2018)
Sedangkan Anca memberikan masukan supaya semua karyawan yang
terlibat dapat mengikuti kegiatan itu secara penuh dari awal hingga akhir. Ia
memberikan perumpamaan seperti apa yang terjadi di tempat ia bekerja
sebelumnya. Jika ada satu karyawan yang mengikuti kegiatan tertentu untuk
waktu yang cukup lama, maka akan ada karyawan lain yang siap membantu
dengan lembur dihari tersebut dan begitu pula sebaliknya.
“Biar semua bisa ikut full day. Kalau sistemku dulu tuh enak gini, misal ada yang mau jalan, yang satunya nanti back up dengan lembur. Gitu kan nggapapa kan saling bantu? Nanti pas dia yang jalan, kita yang lembur gitu lho.” (Yuliyansah, Front Office Dept., 7 Mei 2018)
80 Universitas Kristen Petra
4.5. Analisis dan Interpretasi Data Evaluasi merupakan keharusan manakala suatu program atau kegiatan
sudah diselesaikan. Gregory (dalam Darjono, 2016, p. 26) mendefinisikan
evaluasi sebagai suatu proses untuk memantau dan menguji, serta merupakan
analisis terhadap hasil akhir dari suatu kampanye atau program. Melalui program
atau kegiatan itulah bisa diketahui bagaimana efektivitas suatu program atau
kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Bisa pula dilakukan penilaian aspek-
aspek program atau kegiatan yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan
(Iriantara dalam Ermawaty, 2011, p. 30).
Rich Palace Hotel Surabaya memiliki bagian khusus yang menjalankan
fungsi Public Relations dalam menjalin hubungan baik dengan publik internalnya,
yang dalam hal ini merupakan karyawan. Untuk menjalin hubungan baik tersebut,
pihak manajemen mengimplementasikan tiga program employee relations.
Peneliti melakukan evaluasi mengenai program employee relations Rich Palace
Hotel Surabaya selama tahun 2017 dengan menggunakan sudut pandang dari
peserta dan melakukan triangulasi dengan pelaksana program. Hingga saat ini,
terdapat tiga program employee relations yang dijalankan secara aktif oleh Rich
Palace Hotel Surabaya, yaitu Staff Gathering, Employee of the Month, dan Staff
Outing.
Sebelumnya, latar belakang munculnya program employee relations ini
juga dikaitkan dengan corporate value yang dimiliki oleh manajemen, yaitu
kinerja, kemitraan, passion, konsep F&B yang menarik, dan culture of service.
Dengan value yang ada, Rich Palace Hotel Surabaya ingin semakin meningkatkan
keterikatan antara perusahaan dengan karyawan, dimana hal tersebut digambarkan
melalui value kelima “culture of service”. Dalam value ini dijelaskan bahwa
semangat manajemen berasal dari karyawan yang dipilih secara hati-hati, terlatih,
dan dijiwai dengan semangat keramahtamahan yang hangat dan perhatian, yang
kemudian value kelima ini berpengaruh kepada empat value lainnya. Berdasarkan
kelima value itulah, Rich Palace Hotel Surabaya menjalankan program employee
relations. Menurut Susanto, dkk (2008, p. 15), setiap organisasi memiliki nilai-
nilai bersama, dimana organisasi memperoleh kekuatan dari nilai-nilai tersebut.
81 Universitas Kristen Petra
Nilai-nilai organisasi memberikan pemahaman mengenai arah bersama bagi
seluruh karyawan serta panduan bagi perilaku keseharian mereka.
Meskipun kelima value tersebut menjadi dasar dalam merancang
program employee relations, peneliti melihat bahwa value belum tersosialisasikan
dengan baik di lingkungan karyawan. Mereka tidak mengetahui nilai-nilai apa
saja yang diangkat oleh perusahaan dari value yang dimiliki oleh pihak
manajemen. Padahal menurut Herwin (2011), corporate value berperan penting
sebagai nilai-nilai budaya yang akan mempersatukan atau menselaraskan semua
nilai-nilai yang berbeda di dalam perusahaan. Nilai-nilai dan tujuan perusahaan
yang dapat diterima dan diketahui dengan baik oleh karyawan nya, akan dapat
memberikan pemahaman dan kesadaran bagi karyawan untuk ikut pula
membudayakan nilai-nilai yang telah diterapkan tersebut, melalui perilaku kerja
yang ditunjukkan (Astuti dan Sulistyaningtyas, 2013, p. 4). Namun jika nilai-nilai
tidak dapat diterima dengan baik oleh karyawan, maka tujuan perusahaan tidak
dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Terkait hal ini, sudah seharusnya Clara selaku praktisi Public Relations
untuk melakukan sosialisasi terkait corporate value yang dimiliki oleh
perusahaan. Sosialisasi dibutuhkan oleh setiap organisasi untuk mengenalkan
karyawannya dengan budaya perusahaan. Sosialisasi di dalam organisasi
merupakan sebuah proses mengadaptasikan karyawan dengan budaya perusahaan
(Robbins, 2003, p. 269). Para karyawan perlu memahami nilai-nilai yang dianut
oleh perusahaan, yang nantinya dapat terbentuk iklim perusahaan yang kondusif.
Dampak dari corporate value yang membudaya di lingkungan organisasi akan
memotivasi karyawan yang biasanya mereka akan berusaha secara maksimal
untuk melaksanakan pekerjaan mereka dengan dedikasi dan semangat yang tinggi.
Dengan karyawan memahami nilai-nilai perusahaan, hal tersebut
menunjukkan bahwa praktisi Pubic Relations berhasil mengkomunikasikan
corporate value yang dimiliki oleh perusahaan dengan baik kepada publik
internalnya yang dalam hal ini ialah karyawan. Oleh karena itu, perlu bagi praktisi
Public Relations untuk mensosialisasikan corporate value kepada seluruh
karyawan dengan harapan dapat memberikan pemahaman dan kesadaran bagi
82 Universitas Kristen Petra
karyawan untuk ikut pula membudayakan nilai-nilai yang telah diterapkan
tersebut, melalui perilaku kerja yang ditunjukkan.
4.5.1. Staff Gathering Staff Gathering merupakan salah satu program employee relations yang
rutin diselenggarakan, yaitu setiap bulan. Dari pelaksanaan program Staff
Gathering selama ini, tentunya ada hal yang ingin dicapai oleh perusahaan. Staff
Gathering diadakan dengan tujuan untuk menggalang kebersamaan dan keakraban
antara departemen satu dengan departemen lain, menciptakan hubungan yang baik
dan erat antara pihak manajemen dengan karyawan di dalam perusahaan, serta
memberikan update informasi. Dengan adanya hubungan yang baik
antarkaryawan, perusahaan berharap dapat memberikan dampak positif pada
pekerjaan mereka yang kemudian dapat pula meningkatkan komunikasi supaya
tidak terjadi miscommunication seperti ketidaktahuan karyawan mengenai siapa
karyawan yang baru bergabung maupun keluar yang nantinya dapat menghambat
proses komunikasi. Kemudian adanya miscommunication terhadap kebijakan
yang disampaikan dan hal lainnya.
Konsep mengenai program employee relations diungkapkan oleh Ruslan,
menurut Ruslan Staff Gathering masuk ke dalam kategori Program Acara Khusus.
Program Acara Khusus merupakan program khusus yang sengaja dirancang di
luar bidang pekerjaan sehari-hari, misalnya dengan berpiknik bersama yang
dihadiri oleh pimpinan dan semua karyawannya dengan maksud untuk
menumbuhkan rasa keakraban diantara sesama karyawan dan pimpinan (Ruslan,
2005, p. 273).
Bila dibandingkan dengan teori tujuan diadakannya Program Acara
Khusus, terdapat kesesuaian tujuan yang dilaksanakan oleh Rich Palace Hotel
Surabaya dalam mengadakan Staff Gathering, yaitu untuk menumbuhkan rasa
keakraban diantara karyawan. Namun, Rich Palace juga menambahkan tujuan-
tujuan lain seperti untuk memberikan update informasi, baik itu mengenai
kebijakan perusahaan maupun pergantian karyawan. Selain itu, melalui program
ini Rich Palace juga ingin mengajak karyawan untuk refreshing sejenak melalui
83 Universitas Kristen Petra
mini games yang diadakan, serta diharapkan akan timbul dampak positif pada
pekerjaan mereka yang dapat berujung pada komunikasi yang efektif.
Sesuai temuan data yang didapatkan oleh peneliti, proses riset tidak
tampak dilakukan oleh praktisi Public Relations. Peserta menyatakan bahwa
mereka sama sekali tidak tahu dan terlibat dalam segala hal yang berkaitan dengan
riset. Padahal, menurut Suhandang penelitian (research) penting dilaksanakan
untuk memperoleh fakta dan data yang ada pada publik (Suhandang, 2004, p.
143). Setelah dilakukan triangulasi ternyata memang benar riset tidak dilakukan
karena menurut Clara, jika banyak karyawan yang memberikan pendapatnya,
maka akan semakin sulit pula karena dapat membuat semakin banyak
pertimbangan yang nantinya akan memperumit dalam mengambil keputusan.
Karena tidak adanya riset yang dilakukan, maka tahapan pertama yang
dilakukan oleh praktisi Public Relations Rich Palace Hotel Surabaya langsung
pada tahap perencanaan. Meskipun tidak dilakukan riset, pihak manajemen telah
menetapkan tujuan diadakannya program Staff Gathering dan berdasarkan tujuan
tersebut, ia merencanakan berbagai bentuk kegiatan yang diharapkan dapat
berguna dalam tercapainya tujuan.
Sebelum mengimplementasikan program, langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh pelaksana program dalam tahap perencanaan dimulai dari
menentukan tanggal diadakannya Staff Gathering. Biasanya program ini diadakan
setiap akhir bulan, karena bagi kebanyakan departemen akhir bulan merupakan
waktu dimana pekerjaan mereka sudah tidak terlalu banyak. Kemudian,
merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan, seperti menentukan mini
games dan materi seminar. Setelah semua sudah ditetapkan, pelaksana program
menginformasikannya kepada General Manager dan seluruh kepala departemen
di morning briefing. Bila terdapat kendala pada tanggal tersebut, maka mereka
akan mencari tanggal alternatif. Pada tahap perencanaan, peserta kembali tidak
dilibatkan karena bagi pihak manajemen karyawan merupakan target dari program
ini, sehingga mereka hanya perlu untuk mengikuti jalannya program yang telah
dipersiapkan.
Sesungguhnya, perencanaan merupakan suatu tahapan yang ada setelah
seorang Public Relations menemukan fakta dan data ataupun persoalan-persoalan
84 Universitas Kristen Petra
yang dijumpai pada hasil riset (Suhandang, 2004, p. 152). Namun, pada
kenyataannya praktisi Public Relations tidak melakukan riset dan langsung loncat
pada tahap perencanaan ini. Suatu perencanaan yang baik hendaknya mencakup
persoalan yang terdiri dari What (apa), Why (mengapa), Where (di mana), When
(kapan), Who (siapa), dan How (bagaimana), atau disingkat menjadi 5W dan 1H
(p. 153). Meski begitu, secara garis besar, perencanaan yang dilakukan oleh
manajemen telah mencakup unsur 5W dan 1H yang ada dalam tahapan ini.
Dengan memenuhi unsur tersebut, perencanaan yang dilakukan untuk
mengimplementasi suatu program pun lebih matang.
Setelah rencananya cukup matang dan disetujui oleh pihak terkait, maka
tiba waktunya untuk mengadakan pelaksanaan kerja dalam hal ini mewujudkan
program itu. Tentunya tahapan ini tidak terlepas dari cara mengkomunikasikan
program kepada peserta. Seorang Public Relations dalam tahapan ini umumnya
melakukan pendekatan terhadap publiknya untuk mengikuti program yang
sebelumnya telah direncanakan (Suhandang, 2004, p. 157). Sesuai temuan data,
pelaksana program mensosialisasikan program melalui tiga cara, yang pertama
melalui kepala departemen yang nantinya mereka akan memberikan informasi
kepada departemen masing-masing. Kemudian melalui e-mail dan mengingatkan
kembali melalui grup WhatsApp. Selain itu, ia juga melakukan koordinasi dengan
kepala departemen terkait untuk melakukan tugasnya dalam pelaksanaan program
ini. Pelaksanaan kerja merupakan kegiatan operasional dalam melakukan apa
yang telah direncanakan (p. 156).
Tahapan terakhir yang dilakukan setelah melaksanakan program ialah
evaluasi. Praktisi Public Relations Rich Palace Hotel Surabaya telah melakukan
evaluasi yang dihadiri oleh seluruh kepala departemen dalam morning briefing
dan evaluasi tersebut tidak dilakukan secara khusus dan rutin. Bagi Clara, evaluasi
merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan, hanya saja pihak perusahaan
masih belum mengadakan sistem yang dirancang secara khusus untuk melakukan
evaluasi, sehingga evaluasi yang dilakukan hanya sebatas dari pandangan tim
pelaksana saja. Padahal menurut Christopher LeClair (dalam Iriantara, 2004, p.
157-158), dalam evaluasi perlu untuk menggunakan evaluator pihak ketiga. Pihak
ketiga yang dimaksud adalah pihak-pihak yang tidak terlibat secara langsung
85 Universitas Kristen Petra
dalam merancang atau mengimplementasikan program yang akan dievaluasi yang
dalam hal ini merupakan peserta dari Staff Gathering itu sendiri. Dengan adanya
umpan balik dari pihak ketiga, maka pelaksana program dapat mendapatkan
masukan yang berasal dari target program tersebut yang nantinya dapat digunakan
sebagai perbaikan.
Peneliti melihat belum adanya evaluasi khusus dan rutin yang dilakukan
oleh perusahaan merupakan permasalahan dalam program ini. Dimana apabila
tidak dilakukan evaluasi secara rutin, program employee relations tidak dapat
dinilai efektivitas maupun efisiensinya. Seperti halnya yang dijelaskan Gregory
(2004, p. 139), dengan adanya evaluasi atau pengukuran tertentu, akan membuat
Public Relations dapat memfokuskan usaha pada hal-hal penting dan melakukan
hal-hal sekunder dalam pengawasan. Melalui program atau kegiatan itulah bisa
diketahui bagaimana efektivitas suatu program atau kegiatan dalam mencapai
tujuan organisasi. Bisa pula dilakukan penilaian aspek-aspek program atau
kegiatan yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan (Iriantara dalam
Ermawaty, 2011, p. 30). Dalam tahapan ini, peneliti melakukan evaluasi dengan
menggunakan sudut pandang dari peserta program Staff Gathering dengan melihat
apakah tujuan program sudah tercapai atau belum, serta mendapatkan umpan
balik dari peserta.
Bila dilihat dari tujuan dari Staff Gathering, semua peserta telah
mengetahui dan paham mengenai alasan mengapa diadakannya program, terbukti
melalui keserasian jawaban yang diungkapkan oleh informan dengan Clara, yaitu
untuk mengakrabkan hubungan antar departemen dan memberikan update
informasi. Peneliti menilai bahwa tujuan dari program Staff Gathering yang
dimiliki oleh Rich Palace Hotel Surabaya telah tersampaikan kepada target dari
program itu sendiri. Dengan tercapainya tujuan program, maka hal itu sesuai
dengan salah satu konsep kategori dasar yang digunakan sebagai patokan dalam
melihat sukses atau keefektifan program atau kampanye kehumasan, yaitu goal
achievement. Dalam evaluasi ini yang diukur adalah sejauh mana tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dalam program atau kampanye kehumasan dapat tercapai
(Kendall dalam Manik, p. 42, 2011).
86 Universitas Kristen Petra
Karyawan Rich Palace Hotel Surabaya menyatakan bahwa hal yang
paling mereka senangi dari Staff Gathering ini ialah mereka dapat beristirahat,
baik itu istirahat mata dari komputer, terlepas dari sistem, maupun hanya sekedar
duduk saja. Beberapa informan juga menambahkan bahwa bertemu dan
mengobrol dengan teman-teman dari departemen lain juga merupakan hal yang
sangat mereka sukai. Ditambah lagi adanya makan bersama di akhir acara yang
menurut dua informan dapat menghibur mereka di kala bekerja.
Setelah semua informan memberikan pendapat mereka terkait hal yang
paling mereka sukai dari Staff Gathering, beberapa dari mereka juga memberikan
pendapat mereka mengenai kekurangan sekaligus saran dari program mereka
rasakan yang telah peneliti temukan dan membaginya menjadi empat poin, yaitu
keterlibatan General Manager, keterlambatan peserta, perbedaan persepsi
mengenai durasi, dan asumsi yang dilakukan oleh pelaksana program.
4.5.1.1. Minimnya Keterlibatan General Manager Dalam pelaksanaan Staff Gathering selama ini, terdapat dua peserta yang
mengungkapkan bahwa General Manager kurang bisa membaur dengan
karyawannya. Alasan mereka mengatakan hal tersebut karena selama ini General
Manager hanya datang saat hendak melakukan speech di depan karyawannya dan
pada saat sesi memberikan penghargaan kepada Employee of the Month,
sedangkan dalam kegiatan lainnya General Manager sama sekali tidak terlibat.
Melalui triangulasi yang dilakukan oleh peneliti, seharusnya porsi
keterlibatan General Manager dalam Staff Gathering telah sesuai dengan rencana
yang diadakan oleh pihak manajemen, hanya saja terdapat beberapa peserta yang
menginginkan adanya interaksi lebih dengan General Manager. Namun, ternyata
ditemukan pula hambatan lain seperti, yaitu perbedaan bahasa dan ketegangan
karyawan. Perbedaan bahasa menjadi penyebab utama kurangnya General
Manager untuk bisa berkomunikasi langsung dengan peserta. Hal tersebut
dikarenakan General Manager tidak dapat berbicara bahasa Indonesia dan di sisi
lain cukup banyak pula karyawan yang tidak dapat menggunakan bahasa Inggris,
sehingga ditakutkan adanya salah paham yang terjadi. Seperti yang diungkapkan
oleh Wursanto, perbedaan bahasa merupakan bagian dari hambatan semantik
87 Universitas Kristen Petra
(2005, p. 171) yang disebabkan kesalahan dalam menafsirkan, kesalahan dalam
memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang
dipergunakan dalam proses komunikasi. Adanya perbedaan bahasa, jika tidak
benar-benar diperhatikan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding)
atau salah tafsir (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah
komunikasi (miscommunication).
Selain itu, yang menjadi alasan lain ialah supaya suasana yang ada di
Staff Gathering tidak tegang karena dalam beberapa kesempatan, Clara
menemukan beberapa peserta terlihat kurang nyaman dengan kehadiran General
Manager di tengah-tengah mereka. Adanya ketegangan yang dirasakan oleh
karyawan dapat dikaitkan dengan perbedaan bahasa tadi dan pola hirarki yang
dimiliki, sehingga membuat semakin jarangnya interaksi yang terjalin. Untuk
menyampaikan pesan ataupun informasi, biasanya General Manager akan
memberi tahu masing-masing kepala departemen terlebih dahulu, yang nantinya
mereka akan menyampaikan ke bagian yang berada di bawah mereka dan begitu
pula sebaliknya. Adanya pola hirarki yang dimiliki oleh Rich Palace membuat
semakin sulit pula untuk memungkinkan adanya interaksi langsung antara
General Manager dengan karyawan. Dalam konsepnya, manajemen Rich Palace
Hotel Surabaya menganut gaya komunikasi formal. Komunikasi formal terjadi
bila pesan atau informasi dikirimkan, ditransfer, dan diterima melalui pola hirarki
kewenangan organisasi yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi (Masmuh
dalam Pitasari, 2015, p. 211).
Dalam kenyataannya, program Staff Gathering telah mencapai tujuannya
dan telah mengimplementasikan program sesuai dengan rencana yang dibuat.
Namun, peneliti mendapatkan keluhan dari dua orang peserta yang menurut
mereka General Manager harusnya dapat berinteraksi dan lebih berbaur dengan
karyawannya, bukan sekedar datang dalam sesi yang dibutuhkan lalu pergi ketika
sesi tersebut sudah selesai. Oleh karena itu, evaluasi dibutuhkan untuk
mendapatkan feedback dengan peserta.
Dengan adanya persoalan-persoalan di atas yang menjadi penyebab
minimnya keterlibatan General Manager dalam Staff Gathering, peneliti merasa
bahwa justru seharusnya program ini dapat menjadi jawaban dari permasalahan
88 Universitas Kristen Petra
tersebut. Staff Gathering dapat menjadi wadah dimana karyawan dan pimpinan
dapat berkumpul untuk menghilangkan semua kendala itu, wadah untuk
membangun hubungan yang lebih baik sehingga tercipta komunikasi yang efektif
dan menghilangkan ketegangan yang terjadi dan tentunya tanpa menghilangkan
rasa hormat terhadap pimpinan. Peneliti melihat adanya keinginan karyawan
untuk berinteraksi langsung dengan pimpinannya yang dalam hal ini ialah
General Manager meskipun memang ada kendala dalam bahasa. Clara sebagai
praktisi Public Relations mengakui kondisi yang terjadi memang benar demikian,
sehingga untuk meminimalisir kendala dan agar tujuan dapat tercapai, ia
seharusnya menyarankan General Manager untuk belajar menggunakan bahasa
Indonesia dan karyawan harus dapat membiasakan diri dengan menggunakan
bahasa Inggris. Terkait hal ini, Suhandang menyebutkan bahwa kegiatan Public
Relations ke dalam perusahaan diperlukan untuk memupuk adanya suasana yang
menyenangkan di antara para karyawannya, komunikasi antara bawahan dan
pimpinan atau atasan terjalin dengan akrab dan tidak kaku, serta meyakini rasa
tanggung jawab akan kewajibannya terhadap perusahaan (Suhandang, 2004, p.
73-74). Dengan adanya keselarasan yang tinggi antara atasan dan karyawan,
nantinya dapat memberikan pengaruh pada kepuasan karyawan yang tinggi
terhadap perusahaan (Robbins, 2003, p. 342).
4.5.1.2. Keterlambatan Peserta Menurut dua orang informan, keterlambatan peserta lain merupakan hal
yang perlu diperhatikan. Perlu adanya kesadaran dari diri masing-masing
karyawan untuk datang tepat waktu. Staff Gathering merupakan program yang
rutin diselenggarakan, yang seharusnya karyawan lain bisa aware akan program
ini dengan tidak terlambat hadir. Namun, dibutuhkan waktu 30 menit hingga satu
jam untuk menunggu ruangan penuh dengan peserta. Keterlambatan peserta dalam
program ini pun berada pada angka yang cukup tinggi, yaitu 50%. Dengan adanya
banyak karyawan yang datang terlambat dalam program, berarti karyawan
tersebut tidak mengikuti alur program secara keseluruhan. Masalah keterlambatan
sangat berkaitan dengan masalah kedisiplinan (Prasetyo, 2005, p. 1-2).
Keterlambatan berarti masalahnya tidak mengikuti alur program secara
89 Universitas Kristen Petra
keseluruhan yang kemudian tidak menutup kemungkinan dapat menghambat
perusahaan untuk mencapai tujuan yang dimiliki (p. 2).
Keterlambatan peserta ternyata telah menjadi evaluasi bagi pihak
manajamen sebelumnya. Bahkan mereka juga mengambil langkah dengan
memberikan hukuman berupa membersihkan peralatan makan yang dipakai dalam
kegiatan Staff Gathering. Namun, mereka menyadari bahwa kebanyakan dari
mereka yang telat biasanya dari operasional dan disebabkan oleh pekerjaan,
sehingga mereka memberhentikan hukuman itu, dan mereka memaklumi peserta
yang datang terlambat, atau bahkan datang saat jam makan saja.
Peneliti melihat bahwa sesungguhnya keterlambatan merupakan hal yang
wajar jika benar-benar ada sesuatu yang mendadak dikerjakan. Namun dalam hal
ini, tingkat keterlambatan berada pada titik yang tinggi karena mencapai angka
50%, sehingga peneliti mengasumsikan ti