Post on 03-Mar-2019
824 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
PETA
826 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
A. UMUM
1. Dasar Hukum
Provinsi Gorontalo terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 2000, tertanggal
22 Desember 2000, dengan ibukota Gorontalo.
2. Lambang Provinsi
Lambang Daerah Provinsi Gorontalo pada bagian luar
berbentuk perisai atau jantung yang memberi makna
kesetiaan sebagai pelindung kehidupan rakyat Gorontalo
Lambang Daerah Provinsi Gorontalo pada bagian dalam
berbentuk bulat lonjong atau bulat telur yang memberi
makna adanya gagasan, ide atau cita-cita yang indah, yang
kelak menetas menjadi sesuatu kesejahteraan hidup rakyat
Gorontalo.
Lambang Daerah Provinsi Gorontalo dengan bentuk dalam yang menampakkan
keserasian formasi gambar yang terdiri dari warna putih di tengah dan diikuti oleh posisi
padi - bintang, kapas - rantai memberi makna adanya keteraturan adat, agama, hukum
dalam semua pola kehidupan masyarakat.
Lambang Daerah Provinsi Gorontalo dapat dibuat dalam berbagai ukuran sehingga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dimana lambang tersebut ditempatkan
Lambang Daerah Provinsi Gorontalo memiliki nuansa global :
a. Warna biru keunguan adalah warna yang memberi makna tenang, setia dan selalu
ingin mempertahankan kebenaran dan harapan masa depan yang cerah.
b. model pohon kelapa yang melengkung memberi makna gerak dinamis dan tidak
diam tetapi selalu berbuat untuk masa depan.
c. Sayap maleo yang mengembang memberi makna dinamika siap untuk tinggal landas
dan siap bersaing.
d. Buku yang terbuka melambangkan keinginan masyarakat untuk untuk siap meraih
prestasi dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan Taqwa secara terus
menerus.
e. Bintang mengandung makna global jika dikaitkan dengan cita-cita yang tinggi yaitu
"Gantungkan cita-cita setinggi bintang di langit".
f. Pita mempunyai makna keinginan masyrakat Gorontalo untuk menyerap, merekam
dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lambang Daerah Gorontalo memiliki nuansa Nasional :
a. Padi dan Kapas yang mengandung makna kemakmuran dan kesejahteraan seperti
pada Pancasila.
b. Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam
kerangka Bhineka Tunggal Ika.
Lambang daerah Gorontalo memiliki nuansa lokal :
30 PROVINSI GORONTALO
827 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
a. Bintang adalah lambang keagamaan, sehingga selaras dengan filosofi "Adat
bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah".
b. Benteng.
c. Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam
kerangka Bhineka Tunggal Ika
Pemaknaan warna dan simbol-simbol lainnya dalam lambang :
a. Simbol rantai yang memberi makna pada peristiwa patriotik
b. Rantai yang berjumlah 23 butir melambangkan tanggal 23 Januari.
c. Kapas yang berjumlah 19 buah dan padi berjumlah 42 butir melambangkan tahun
1942.
d. Sayap maleo yang berjumlah 16 helai melambangkan lahirnya Provinsi Gorontalo
pada tanggal 16 Februari 2000
Warna :
a. Hijau mempunyai makna kesuburan
b. Kuning Mempunyai makna keagungan dan Kemuliaan.
c. Putih bermakna Kesucian dan Keluhuran.
d. Merah mempunyai makna keberanian dan perjuangan
3. Pemerintahan
Provinsi Gorontalo terdiri dari .. Pemerintahan Kabupaten dan ... Pemerintahan Kota.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada daftar dibawah ini :
Kabupaten/Kota Ibukota Dasar Hukum Luas(km2)
Kabupaten Boalemo Tilamuta UU No.50 Tahun 1999 2.248,24 18
Kabupaten Bone Bolango Suwawa UU No.6 Tahun 2003 1.984,40 16,
Kabupaten Gorontalo Limboto UU No.29 Tahun 1959 3.426,98 28
Kabupaten Gorontalo Utara Kwandang UU No.11 Tahun 2007 1.230,07 10
Kabupaten Pohuwato Marisa UU No.6 Tahun 2003 4.491,03 36
Kota Gorontalo[3] - UU No.38 Tahun 2000 64,79
4. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Gorontalo sebagai provinsi yang ke 32 secara geografis terletak diantara 0º, 30′ – 1º,0′
lintang utara dan 121º,0′ – 123º,30′ Bujur Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut :
• sebelah Utara : Laut Sulawesi,
• sebelah Timur : Provinsi Sulut ,
• sebelah Selatan : Teluk Tomini, dan
• sebelah Barat : Provinsi Sulteng.
5. Komposisi Penganut Agama
• Islam = 95%
• Kristen = 1,5%
• Hindu = 1,5%
• Budha = 0,03%
6. Bahasa dan Suku Bangsa
Bahasa :
• Bahasa Gorontalo
• Bahasa Suwama
• Bahasa Atinggola
• Bahasa sehari-hari : bahasa Indonesia
828 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
Suku Bangsa :
• Suku gorontalo
• Suku Minahasa
• Suku Polahi
7. Budaya
a. Lagu Daerah : Binde biluhuta, Tahuli, Mohulunga
b. Tarian Tradisional : Tari Polopalo, tari Dana dana
c. Senjata Tradisional : Keris Buritkang
d. Rumah Tradisional : Rumah Pewaris
e. Alat Musik tradisional : Gendang
f. Makanan khas daerah : Binte Biluhuta,Ilabulo
8. Bandara dan Pelabuhan Laut
Bandara = Jalaludin
Pelabuhan Laut = pelabuhan Gorontalo
9. Universitas = Universitas Negeri Gorontalo,
10. Industri dan Pertambangan = emas, tembaga
829 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
B. OBYEK WISATA
1. Obyek Wisata Alam
a. Pemandian Air Panas Lombongo
Pemandian Air Panas Lombongo atau
Lombongo Hot Springs merupakan salah
satu obyek wisata alam andalan Provinsi
Gorontalo yang diresmikan oleh Bupati
Gorontalo, Drs. P.P. Keppel pada tanggal
6 April 1989. Secara keseluruhan,
kawasan obyek wisata ini memiliki luas
sekitar 32 ha. Di kawasan ini terdapat
dua macam kolam renang, yaitu kolam
air panas dan kolam air dingin. Kolam
renang yang berisi air panas ini memiliki
ukuran sekitar 500 m2 dengan
kedalaman 1 hingga 2 meter.
Di sekitar pemandian ini terdapat aliran sungai serta berbagai jenis pepohonan yang
menyejukkan dan menyegarkan, sehingga tempat ini sangat cocok untuk
menghilangkan kepenatan setelah sibuk bekerja.
Pemandian Air Panas Lombogo memiliki keunikan yang sangat menakjubkan. Air yang
keluar dari mata air di sela-sela bebatuan itu dapat digunakan untuk merebus telur
hingga matang. Bahkan, air tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit kulit. Di samping itu, pengunjung dapat menikmati kehangatan air
kolam renang sambil menyaksikan berbagai atraksi kesenian yang sering dipentaskan
di tempat ini.
Pemandian Air Panas Lombongo terletak di Desa Lombongo, Kecamatan Suwawa,
Kabupaten Bone Bolango.
b. Pentadio Resort
Pentandio Resort adalah salah satu obyek
wisata andalan Provinsi Gorontalo. Kata
Pentadio diambil dari bahasa Gorontalo
yang berarti pantai-danau, sedangkan kata
Resort diambil dari bahasa Inggris yang
berarti tempat istirahat. Dinamakan
Pentadio, karena Resort ini berada di
pinggir Danau Limboto yang indah dan
mempesona itu. Pada awalnya, obyek
wisata seluas 14 hektar ini telah diresmikan
oleh pemerintah Belanda sejak tahun 1928,
yang ditandai dengan sebuah batu peringatan di sekitar pemandian air panas di
kawasan obyek wisata ini. Sejak itu, masyarakat setempat menjadikan tempat ini
sebagai sarana rekreasi dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Melihat obyek wisata ini semakin ramai dikunjungi para wisatawan, baik lokal
maupun manca negara pada tahun 2003, Pemerintah Daerah Gorontalo merenovasi
Sumber Gambar : http://novinda-baruadi.ueuo.com
Sumber Gambar : http://3.bp.blogspot.com
830 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
dan melengkapi obyek wisata ini dengan berbagai macam fasilitas penunjang yang
dapat memanjakan para pengunjung. Pembangunan obyek wisata ini dan berbagai
fasilitasnya menghabiskan biaya sekitar 15 miliar rupiah yang diambil dari APBD
Kabupaten Gorontalo. Pada tanggal 25 Februari 2004, obyek wisata ini diresmikan
oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) saat itu, Jusuf Kalla.
Di kawasan Pentadio Resort ini para pengunjung dapat menyaksikan semburan mata
air panas yang mengandung belerang yang dapat digunakan untuk merebus telur
hingga matang. Para Pengunjung juga dapat menikmati siraman air dari sumber mata
air yang cukup hangat yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit. Di
samping itu, kawasan ini juga dilengkapi berbagai macam fasilitas yang bertaraf
internasional dan dikelola secara profesional, sehingga para pengunjung dapat
melakukan aktivitas santai lainnya dengan nyaman, seperti mandi uap, mandi celup,
berenang di kolam renang air panas atau di kolam renang air dingin, memancing, dan
bersepeda air. Bagi pengunjung yang ingin menyalurkan hobi menyanyi, di lokasi ini
juga tersedia pub dan karaoke.
Pentadio Resort terletak di Desa Pentadio, Kecamatan Telagabiru, Kabupaten
Gorontalo.
c. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) pada
mulanya bernama Taman Nasional Dumoga Bone. Pada
tanggal 18 November 1992, nama tersebut diganti dan
ditetapkan oleh Menteri Kehutanan menjadi “Taman
Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW)” dengan SK
No. 1068/Kpts-II/92 seluas ± 287.115 hektar.
Secara topografi, kawasan TNBNW terdiri dari tanah
datar, bergelombang, berbukit terjal, dan kawasan
pegunungan dengan ketinggian antara 50 hingga 2.000
meter di atas permukaan laut (dpl). Puncak gunung yang
tergolong tinggi di antaranya: Gunung Kabila (1.735 m dpl), Gunung Padang (1.300 m
dpl) di Dumoga, Gunung Gambuta (1.954 m dpl), Gunung Ali (1.945 m dpl), dan
Gunung Damar di Bone. Dengan ketinggian yang bervariasi tersebut, kawasan ini
memiliki beberapa tipe hutan, yaitu: hutan sekunder, hutan hujan dataran rendah,
hutan hujan pegunungan, dan hutan lumut. Sebagai zona rimba, di kawasan ini
terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Jenis flora yang dapat ditemukan, di
antaranya: sekitar 400 jenis pohon, 241 jenis tumbuhan tinggi, 120 jenis paku-pakuan,
100 jenis tumbuhan lumut, serta 90 jenis anggrek, termasuk famili orrchide (anggrek
putih). Sementara jenis fauna, di antaranya: 24 jenis mamalia, 125 jenis aves, 11 jenis
reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan.
Secara umum, curah hujan di kawasan TNBNW berkisar antara 1.700 hingga 2.200
mm/tahun dan temperatur udara berkisar antara 21,5oC hingga 31oC. Di kawasan
terjadi musim penghujan antara bulan November hingga April, sedangkan musim
kemarau terjadi antara bulan April hingga November. Waktu baik untuk berkunjung
ke kawasan ini, yaitu bulan April s/d September.
Keistimewaan TNBNW ini terletak pada keanekaragaman tumbuhan (flora) dan satwa
(fauna) yang sebagian besar merupakan tumbuhan dan satwa khas (endemik) Pulau
Sumber Gambar :
http://www.dephut.go.id
831 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
Sulawesi. Di kawasan ini, pengunjung dapat menemukan berbagai macam tumbuhan
khas dan langka, seperti: matayangan (pholidocarpus ihur), kayu hitam (diospyros
celebica), kayu besi (intsia spp.), kayu kuning (arcangelisia flava), dan bunga bangkai
(amorphophallus companulatus). Pengunjung juga dapat menemukan satwa khas,
seperti: monyet hitam/yaki (macaca nigra-nigra), monyet dumoga bone (macaca
nigrescens), tangkasi (tarsius spectrum-spectrum), musang Sulawesi (macrogalidia
musschenbroekii-musschenbroekii), anoa besar (bubalus depressicornis), anoa kecil
(bubalus quarlesi), babirusa (babyrousa babirussa celebensis), dan berbagai jenis
burung.
Burung maleo (macrocephalon) adalah salah satu satwa khas (endemik) yang
merupakan maskot kawasan ini. Burung ini sangat unik, ukuran badannya hampir
sama dengan ayam, bahkan telurnya 6 kali lebih berat telur ayam. Burung ini
meletakkan telurnya di dalam tanah atau pasir sedalam 30-40 cm di sekitar sumber
air panas yang ada di kasawan ini. Pada saat telur maleo tersebut menetas,
pengunjung dapat menyaksikan atraksi yang sangat menarik. Anak burung maleo
yang baru berumur satu hari tersebut muncul dari dalam tanah atau pasir kemudian
berlari di alam bebas dan mengintip induknya yang sedang menggali lubang.
Selain menyaksikan atraksi burung maleo, pengunjung juga dapat menikmati berbagai
obyek wisata lain yang ada di kawasan ini, seperti: air terjun, sumber air panas,
danau, dan situs peninggalan sejarah. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan
atraksi budaya di luar taman nasional ini, yaitu Festival Baloong Mongondow pada
bulan Maret dan Festival Gorontalo pada bulan Mei. Kawasan taman ini juga sangat
cocok untuk kegiatan berkemah, memancing, berenang, lintas alam, mendaki gunung,
foto hunting, dan penelitian ilmu pengetahuan.
Secara administatif, TNBNW terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi
Sulawesi Utara dan di Kecamatan Suwawa dan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango.
d. Danau Limboto
Danau Limboto merupakan danau besar yang
terletak di Kabupaten Gorontalo. Danau dengan
luas sekitar 3.000 hektar ini merupakan muara
dari lima sungai besar, yakni Sungai Bone
Bolango, Sungai Alo, Sungai Daenaa, Sungai
Bionga, dan Sungai Molalahu. Pada era 1950-an,
Danau Limboto memiliki kedalaman hingga 27 m.
Oleh sebab itu, ketika Presiden Soekarno datang
mengunjungi Gorontalo dan sekitarnya dengan
pesawat amphibi, Danau Limboto dijadikan
landasan pesawat yang dikendarai oleh Bung Karno ini.
Namun, saat ini kedalaman Danau Limboto hanya sekitar 7—8 m saja. Kedalaman
yang seperti ini menjadikan Danau Limboto tidak seperti danau biasanya yang
berbentuk seperti kolam alami. Danau Limboto memiliki bentuk permukaan
berlumpur. Meski demikian, di tengah-tengah danau ini, pengunjung dapat melihat
berbagai flora air tawar yang tumbuh di permukaannya, seperti eceng gondok,
gelagah, dan bunga teratai. Di danau ini, pengunjung dapat melakukan berbagai
kegiatan, seperti memancing ataupun berperahu.
Sumber Gambar : http://matanews.com
832 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
Pagi hari ataupun menjelang senja merupakan waktu paling baik untuk mengunjungi
Danau Limboto. Pada waktu-waktu seperti ini, pengunjung dapat melihat permainan
warna alam yang disebabkan matahari terbit ataupun tenggelam, yang semakin
mempercantik pesona Danau Limboto. Sementara itu, pemandangan di sore hari akan
semakin menawan dengan burung-burung liar yang beterbangan bebas di danau.
Mereka merupakan burung-burung liar yang tengah pulang dari pengembaraannya.
Kecantikan Danau Limboto akan semakin bertambah jika musim bunga telah tiba.
Pada musim ini, eceng gondok dan gelagah akan berbunga, menebarkan bau wangi
yang semerbak. Terlebih lagi jika bersamaan dengan merekahnya bunga-bunga
teratai, sebagian permukaan Danau Limboto akan tertutupi bunga teratai yang indah.
Jika lapar menyerang di tengah asyiknya menikmati pesona danau, pengunjung tidak
perlu khawatir. Masyarakat nelayan sekitar danau ini menjual berbagai ikan bakar
seperti nila, gabus, dan mujair, yang dapat disantap dengan sambal dabu-dabu. Ikan-
ikan bakar hasil olahan nelayan setempat ini dijamin segar, karena merupakan ikan
hasil tangkapan sendiri.
Selain ikan, udang lembut (rebon) juga dapat menjadi alternatif menarik bagi para
pengunjung yang ingin bersantap di tepi Danau Limboto. Biasanya oleh penduduk
setempat, udang ini hanya dicuci bersih, kemudian dicampur dengan kelapa parut, air
jeruk nipis, serta bumbu-bumbu lainnya. Campuran rasa gurih, manis, dan pedas, dari
masakan ini akan mampu membuat lidah pengunjung bergoyang menikmati
kelezatannya.
Danau Limboto terletak di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo.
e. Pantai Lahilote
Pantai Lahilote memiliki garis
pantai melengkung yang
menyerupai teluk. Dari salah satu
ujung Pantai Lahilote, kita bisa
menyaksikan lekuk-lekuk garis
pantai yang dilatarbelakangi oleh
perbukitan yang menghijau. Di tepi
pantai wisatawan dapat duduk
santai mengedarkan pandangan ke
sekeliling, menyaksikan lidah-lidah
ombak yang membuih menerpa
pasir pantai. Arus ombak Pantai
Lahilote tergolong kecil, sehingga
aman untuk kegiatan berenang, snorkeling, maupun sekedar bermain air.
Di pantai ini wisatawan juga dapat menikmati hamparan pasir putih yang cukup cocok
untuk aktivitas bermain pasir, voli pantai, atau berjalan kaki menyusuri tepian pantai.
Apabila berkunjung pada sore hari, jangan lupa untuk menyempatkan diri
menyaksikan matahari terbenam (sunset) di pantai ini. Sebab, panorama sunset Pantai
Lahilote termasuk salah satu sunset terindah di Gorontalo.
833 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
Selain berbagai panorama alam tersebut, tentu saja kunjungan Anda akan terasa
kurang berkesan jika tidak menyaksikan bekas tapak kaki yang dipercaya sebagai
peninggalan Lahilote. Dengan melihat batu bekas tapak kaki tersebut wisatawan dapat
mengetahui dan memahami legenda lokal khas Gorontalo yang mengandung nilai
moral usaha manusia untuk menggapai keinginannya memperistri seorang bidadari.
Namun, pada akhirnya si Lahilote harus berpisah dan kembali ke bumi, karena kondrat
mereka yang berbeda: bidadari tidak mengalami ketuaan (awet muda), sedangkan
manusia mengalami ketuaan (ditandai dengan tumbuhnya uban).
Pantai Lahilote terletak di Kelurahan Pohe, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.
f. Pulau Saronde
Pulau Saronde dipromosikan sebagai
salah satu potensi wisata Kabupaten
Gorontalo Utara karena memiliki
keindahan alam yang masih sangat
alami. Perairan di sekitar Pulau
Saronde dikenal bersih dan tidak
tercemari oleh sampah-sampah
industri, sehingga sangat layak untuk
berbagai kegiatan air. Mengunjungi
pulau ini, wisatawan tak perlu
khawatir kehabisan agenda wisata,
sebab di Pulau Saronde wisatawan
dapat melakukan berbagai aktivitas
wisata, seperti berenang, berselancar, menyelam, snorkeling, dan ski air. Selain itu,
pasir putih yang mengelilingi pulau ini terhampar bak permadani yang maha luas.
Wisatawan dapat bermain-main atau sekadar berjalan santai menapaki hamparan
pasir putih tersebut.
Masyarakat di sekitar Pulau Saronde juga dikenal memiliki tradisi yang unik. Pada
waktu-waktu tertentu, mereka sering mengadakan lomba adu cepat ketinting (perahu
bermesin diesel) mengelilingi sebuah pulau di sekitar Pulau Saronde. Pada perlombaan
ini, para pesertanya tidak hanya warga yang berasal dari pulau-pulau di sekitar Pulau
Saronde, melainkan juga warga dari Kecamatan Kwandang lainnya, sehingga
penyelenggaraannya lebih meriah. Dalam satu kali perlombaan, pesertanya berjumlah
antara 5—6 perahu. Setelah beradu cepat mengelilingi sebuah pulau yang ditentukan,
maka perahu yang lebih dulu mencapai garis finis dianggap sebagai pemenangnya.
Waktu penyelenggaraan adu cepat perahu tradisional ini merupakan salah satu
momen keramaian di Kecamatan Kwandang. Oleh sebab itu, di tengah-tengah
penyelenggaraan lomba, wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat
setempat atau menikmati berbagai hiburan dan jajanan khas Gorontalo.
Mengelilingi Pulau Saronde dengan perahu ketinting
Di Pulau Saronde sendiri setiap tahun diadakan sebuah festival budaya dengan nama
Festival Saronde. Dalam festival yang diadakan setiap bulan Juli ini diadakan berbagai
perlombaan, seperti lomba perahu hias tradisional, lomba adu cepat perahu ketinting,
lari pantai sejauh 100 meter, lomba voli pantai, lomba memancing, kemah wisata
remaja, pemilihan Puteri Saronde, pemilihan Beach Boys, dan berbagai pertunjukan
hiburan lainnya. Perhelatan berbagai perlombaan dan pentas seni hiburan biasanya
Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com
834 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
diadakan selama dua hari. Waktu terbaik untuk mengunjungi Pulau Saronde adalah
pada saat perhelatan Festival Saronde ini. Sebab, wisatawan dapat menikmati
keindahan alam serta kekayaan budaya yang dimiliki oleh pulau ini.
Secara administratif Pulau Saronde merupakan wilayah dari Desa Ponelo, Kecamatan
Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara.
2. Wisata Sejarah
a. Benteng Otanaha
Benteng Otanaha dibangun sekitar
tahun 1522 M oleh Raja Ilato atas
prakarsa para nahkoda kapal Portugis
yang berlabuh di pelabuhan Gorontalo
untuk memperkuat pertahanan dan
keamanan negeri dari serangan musuh.
Benteng ini dibuat dari bahan-bahan
berupa pasir, batu kapur dan telur
burung maleo sebagai semen atau
bahan perekatnya.
Menurut cerita, Raja Ilato memiliki dua
orang putri dan seorang putra, yaitu
Ndoba, Tiliaya dan Naha. Ketika berusia remaja, Naha pergi merantau ke negeri
seberang, sedangkan kedua saudara perempuannya tinggal di wilayah Kerajaan
Gorontalo. Singkat cerita, tahun 1585, Naha kembali ke negerinya dan memperistri
Ohihiya. Hasil perkawinan mereka melahirkan Paha (Pahu) dan Limonu. Suatu ketika,
terjadi perang melawan pemimpin transmigran, Hemuto. Naha dan Paha tewas dalam
perang tersebut. Limonu pun menuntut balas atas kematian ayah dan kakaknya.
Dalam perang melawan Hemuto, Naha, Ohihiya, Paha, dan Limonu memanfaatkan
ketiga benteng tersebut sebagai pusat kekuatan pertahanan. Untuk mengenang
perjuangan mereka, ketiga benteng di atas diabadikan dengan nama benteng
Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu. Namun, dalam perkembangannya, benteng ini lebih
dikenal dengan nama Benteng Otanaha.
Benteng Otanaha terletak di atas perbukitan Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota
Barat, Kota Gorontalo
b. Makam Keramat Ju Panggola
Ju Panggola adalah sebuah gelar atau julukan.
Ju dalam bahasa Gorontalo berarti ya,
sedangkan Panggola berarti tua. Jadi, Ju
Panggola berarti ya pak tua. Menurut sejarah,
orang yang dijuluki Ju Panggola itu adalah Ilato
yang berarti kilat. Ia adalah seorang Awuliya
atau Wali yang menyebarkan agama Islam di
Gorontalo pada tahun 1400 M., dan memiliki
kesaktian yang tinggi, yakni mampu
menghilang dari pandangan manusia dan
Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com
Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com
835 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
dapat muncul seketika jika Negeri Gorontalo dalam keadaan gawat. Ia dijuluki Ju
Ponggala, karena ia selalu tampil atau muncul dengan profil kakek tua berjenggot
panjang dan mengenakan jubah putih.
Ju Panggola meninggalkan sebuah aliran ilmu bela diri yang disebut dengan langga.
Semasa masih hidup, Ju Panggola mewariskan ilmunya kepada murid-muridnya
dengan cara meneteskan air mata pada mata mereka. Setelah itu, sang murid akan
menguasai ilmu bela diri tersebut melalui mimpi atau pun gerakan reflek.
Makam Keramat Ju Panggola berada di atas perbukitan dengan ketinggian sekitar 50
meter dari jalan raya. Walaupun letaknya berada di atas bukit, setiap hari makam ini
tidak pernah sepi dari pengunjung, baik lokal maupun mancanegara.
Makam Ju Panggola terletak di Kelurahan Lekobalo, Kecamatan Kota Barat, Kota
Gorontalo.
c. Monumen Nani Wartabone
Pernah mendengar Proklamasi
Kemerdekaan tanggal 23 Januari 1942?
Mungkin tidak, sebab Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia baru
dikumandangkan pada tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur
No. 56 Jakarta. Siapa sangka, tiga tahun
sebelum Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia itu, ribuan kilo jauhnya dari
Jakarta, di Kota Gorontalo telah
diproklamirkan kemerdekaan lepas dari
belenggu penjajahan Belanda. Tentu
bukan oleh Soekarno dan Hatta,
melainkan oleh Nani Wartabone, seorang patriot pejuang kelahiran Kampung
Suwawa, Gorontalo.
Untuk mengenang jasa dan perjuangan Nani Wartabone itulah, pada tahun 1987 Drs.
A. Nadjamudin, Walikota Gorontalo ketika itu, membangun Monumen Nani
Wartabone yang terletak di tengah Alun-alun Gorontalo, tepat di depan rumah Dinas
Gubernur Provinsi Gorontalo saat ini. Kisah perjuangan Nani Wartabone memang
cukup panjang, membentang dari jaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,
hingga penumpasan berbagai pemberontakan di daerah Gorontalo, seperti
pemberontakan PRRI/Permesta dan G 30 S/PKI.
Menurut Taufik Polapa (dalam www.gorontalomaju2020.blogspot.com), perjuangan
Nani Wartabone dimulai sejak usia 16 tahun, ketika ia menjadi sekretaris Jong
Gorontalo di Kota Surabaya pada tahun 1923. Lima tahun kemudian, Nani Wartabone
dipercaya menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI). Sebagai aktivis, Nani
Wartabone dikenal sebagai pejuang anti-penjajah. Oleh sebab itu, setelah mengetahui
rencana Belanda yang akan membumihanguskan Gorontalo pada 28 Desember 1941
(karena Belanda mengetahui kekalahan pihak Sekutu dari Jepang pada perang Asia-
Pasifik), bersama warga Gorontalo Nani Wartabone kemudian melakukan perlawanan
rakyat.
Sumber Gambar : http://i666.photobucket.com
836 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
Setelah hampir satu bulan melakukan perlawanan di pinggiran kota, akhirnya pada 23
Januari 1942 Nani Wartabone dan rakyat Gorontalo bergerak mengepung kota. Pukul
lima subuh, Komandan Detasemen Veld Politie WC Romer dan beberapa kepala
jawatan yang ada di Gorontalo menyerah. Setelah para petinggi Belanda tersebut
ditangkap, pukul 10 pagi tanggal 23 Januari 1942, Nani Wartabone memimpin
langsung upacara pengibaran bendera merah putih yang diiringi dengan lagu
Indonesia Raya di halaman Kantor Pos Gorontalo. Usai proklamasi tersebut, Nani
Wartabone kemudian memimpin rapat pembentukan Pucuk Pimpinan Pemerintahan
Gorontalo (PPPG), dan ia terpilih sebagai ketuanya.
Sekitar satu bulan setelah proklamasi tersebut, pada tanggal 26 Februari 1942, Jepang
mulai mendarat di Pelabuhan Gorontalo. Sebagai Ketua PPPG, Nani Wartabone
menyambut baik kedatangan Jepang dengan harapan mereka akan membantu
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Gorontalo. Namun, pada kenyataannya
Jepang tidak lebih baik dari Belanda, sehingga Nani Wartabone harus menyingkir ke
kampung halamannya di daerah Suwawa. Nani Wartabone lalu difitnah, bahwa ia
sedang melakukan pemberontakan terhadap Jepang. Akibatnya, pada tanggal 30
Desember 1943 ia ditangkap dan dibawa ke Manado. Nani Wartabone baru dilepaskan
pada 6 Juni 1945, saat tanda-tanda kekalahan Jepang dari Sekutu mulai tampak.
Dua bulan kemudian, saat Jepang benar-benar kalah dari Sekutu, pada tanggal 16
Agustus 1945 (sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta), kekuasaan Jepang
di Gorontalo diserahkan kepada Nani Wartabone. Sejak saat itulah bendera Merah
Putih kembali berkibar di tanah Gorontalo. Karena minimnya peralatan telekomunikasi
ketika itu, berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta baru sampai di
Gorontalo pada 28 Agustus 1945.
Selain sebagai pejuang kemerdekaan, Nani Wartabone juga dikenal sebagai pemimpin
daerah, antara lain pada tahun 1950-an ia dipercaya menjabat sebagai Kepala
Pemerintahan di Gorontalo, menjabat sebagai Kepala Daerah Sulawesi Utara, dan
pernah pula menjadi anggota DPRD Sulawesi Utara. Selepas memangku berbagai
jabatan penting itu, Nani Wartabone memilih tinggal di kampungnya, di Desa Suwawa
sebagai petani. Nani Wartabone meninggal pada tanggal 3 Januari 1986, dan
dikebumikan di Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa.
Monumen Pahlawan Nani Wartabone terletak di Alun-alun Gorontalo, atau yang lebih
dikenal dengan Lapangan Teruna Remaja, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.
837 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
3. Wisata Budaya
a. Tradisi Tumbilotohe
umbilotohe dalam bahasa Gorontalo terdiri dua suku kata, yaitu tumbilo berarti
pasang, dan tohe berarti lampu. Jadi, Tumbilotohe berarti acara pasang lampu.
Menurut sejarah, Tumbilotohe merupakan tradisi masyarakat Gorontalo masa lampau
yang sudah berlangsung sejak abad ke-15 M. Tradisi ini dilaksanakan pada 3 malam
terakhir menjelang hari Raya Idul Fitri, yaitu pada tanggal 27 hingga 30 Ramadhan,
mulai magrib hingga pagi hari.
Di masa lampau, pelaksanaan Tumbilotohe dimaksudkan untuk memudahkan umat
Islam dalam memberikan zakat fitrah pada malam hari. Pada masa itu, lampu
penerangan masih terbuat dari damar dan getah pohon yang mampu menyala dalam
waktu lama. Oleh karena semakin berkurangnya damar, maka bahan lampu
penerangan diganti dengan minyak kelapa (padalama) dan kemudian diganti dengan
minyak tanah.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak warga Gorontalo mengganti lampu
penerangannya dengan lampu kelap-kelip dalam berbagai warna. Namun, sebagian
warga masih tetap menggunakan lampu minyak tanah sebagai penerangan. Lampu-
lampu minyak tersebut digantung pada sebuah kerangka kayu yang dihiasi dengan
janur kuning. Di atas kerangka itu juga digantung buah pisang sebagai lambang
kesejahteraan, dan tebu sebagai lambang kemanisan, keramahan, serta kemuliaan
menyambut hari raya Idul Fitri. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga
pendatang, terutama warga kota tetangga, seperti Manado, Palu, dan Makassar.
Mereka sengaja berkunjung ke Gorontalo untuk menyaksikan tradisi Tumbilotohe.
838 Kepariwisataan Provinsi Gorontalo
4. Wisata Kuliner
a. Binte Biluhuta
Kekhasan makanan binte biluhuta
terletak pada keragaman rasanya, ada
rasa manis, kecut, pahit, dan pedas.
Cara penyajiaannya pun berbeda
dengan sup-sup lainnya. Pada saat
masakan ini disajikan, bumbu-bumbu
yang membuat rasanya berbeda,
seperti cabe rawit penyebab rasa
pedas, daun pepaya penyebab rasa
pahit, dan jeruk nipis penyebab rasa
kecut, diletakkan pada wadah yang
terpisah. Tergantung selera masing-
masing pelanggan mau memilih rasa apa. Jika anda penggemar rasa pedas, boleh
menambahkan cabe rawit yang sudah ditumbuk kasar. Jika anda suka rasa pahit, iris
daun pepaya tipis-tipis lalu campurkan ke dalam sup. Begitu pula jika anda ingin rasa
kecut, tambahkan perasan jeruk nipis, sehingga anda akan merasakan kuahnya yang
kecut segar berpadu dengan krius-krius manis jagung dan harum kemangi.
Meskipun menggunakan bahan utama ikan, makanan khas Gorotalo ini tidak berbau
atau terasa amis, karena bau amis tersebut tertutupi oleh rasa kecut, pahit atau
pedas. Santaplah binte bilutuhe ini selagi masih panas.
Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com