Post on 29-Oct-2015
PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum
BAB II. KEADAAN UMUM
2.1. Luas Wilayah Penyelidikan
PT Karya Bumi Baratama telah menandatangani kontrak PKP2B dengan Menteri
Pertambangan dan Energi atas nama Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal
13 Oktober 1999. Berdasarkan PKP2B tersebut, luas area penyelidikan umum
adalah seluas 32.170 Ha. Daerah penyelidikan kemudian diciutkan menjadi seluas
18.440 Ha, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum
Nomor 368K/20.01/DJP/2000, tanggal 1 Agustus 2000, perihal Persetujuan
Penciutan Tahap 1 dan Permulaan Tahap Kegiatan Eksplorasi.
Secara administratif wilayah penyelidikan terletak di Kabupaten Sarolangun Provinsi
Jambi seluas ± 16.730 Ha dan sisanya seluas ± 1.710 Ha terletak di Kabupaten Musi
Rawas Provinsi Sumatera Selatan dengan letak geografis yang dibatasi oleh
koordinat di bawah ini :
Tabel 2.1 Batas Wilayah PKP2B PT. Karya Bumi Bartama
TITIK
NOMOR
GARIS BUJUR ( BT ) GARIS LINTANG ( LS )
º ‘ “ º ‘ “
1 102 45 00 2 18 00
2 102 51 30 2 18 00
3 102 51 30 2 19 00
4 102 53 00 2 19 00
5 102 53 00 2 22 00
6 102 51 00 2 22 00
7 102 51 00 2 26 00
8 102 45 00 2 26 00
II - 1
PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum
Gambar 2.1 Lokasi Wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT.Karya Bumi Baratama
II - 2
Lokasi PKP2B
PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum
2.2. Lokasi dan Pencapaian Daerah
Untuk mencapai wilayah penyelidikan dapat dicapai dari Jakarta melalui :
1. Kota Jambi yang ditempuh dari Jakarta dengan pesawat udara selama lebih
kurang 1 jam. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan
roda empat menuju Kota Sarolangun yang jaraknya ± 233 Km selama ± 4 jam.
Dari Sarolangun, perjalanan dilanjutkan ke daerah Pelawan Singkut yang dapat
dicapai melalui :
Akses Desa Meruap yang berjarak sekitar 4,5 Km dari Kota Sarolangun
melalui jalan milik TAC Pertamina Meruap - PT. Bina Wahana Petrindo
Meruap, menuju batas Barat Laut daerah rencana penambangan. Kondisi
jalan yang dilalui umumnya jalan tanah yang diperkeras dengan sirtu.
Sebagian menggunakan akses jalan PT. Agrindo Panca Tunggal Perkasa,
jalan ini pada musim hujan hanya dapat ditempuh dengan kendaraan roda
empat bergardan ganda.
Akses Desa Tanjung Rambai yang berjarak 4,3 Km dari Kota Sarolangun
melalui Jalan Provinsi antara Sarolangun – Lubuk Linggau, dari Desa
Tanjung Rambai menuju batas Barat daerah penyelidikan, jalan yang dilalui
adalah jalan kebun karet milik masyarakat setempat dan hanya dapat dilalui
oleh kendaraan roda dua.
Akses Desa Lubuk Sepuh - Desa Muara Danau, melalui jalan provinsi antara
Kota Sarolangun – Kota Lubuk Linggau sejauh ± 12 Km setelah itu melalui
jalan desa dan bekas jalan logging dengan kondisi jalan tidak terawat. Jalan
ini dapat dilalui dengan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat yang
hanya bisa sampai di lokasi Trans Sosial.
Akses Desa Pauh atau simpang Vitco sejauh ± 60 Km dari Kota Sarolangun,
hingga batas Timur Laut daerah penelitian. Dari Kota Sarolangun – Simpang
Vitco akses berupa jalan beraspal, dilanjutkan dari Simpang Vitco ke batas
Timur Laut melalui jalan tanah, yang dapat dilalui dengan kendaraan roda
empat.
2. Kota Palembang yang ditempuh dari Jakarta menggunakan pesawat terbang
selama ± 1 jam perjalanan kemudian dari Palembang melalui Kota Lubuk
Linggau yang berjarak ± 319 dengan menggunakan kendaraan roda empat atau
kereta api. Selanjutnya dari Kota Lubuk Linggau ke dapat diakses melalui :
II - 3
PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum
Surulangun (Musi Rawas), yang berjarak ± 91 km dari Lubuk Linggau melalui
Jalan Lintas Tengah. Dari Surulangun perjalanan dilanjutkan ke Desa Sungai
Kijang yang berjarak ± 5 Km. Dari Sungai Kijang ke lokasi rencana kegiatan ±
20 km ke arah utara melalui jalan bekas logging.
Kelurahan Gunung Kembang yang terletak di Kabupaten Sarolangun,
berjarak sekitar 125 km dari Kota Lubuk Linggau. Dari Kelurahan Gunung
Kembang dilanjutkan melalui kompleks Pertamina-Bina Wahana Petrindo
(Pertamina-BWP Meruap). Kondisi jalan yang dilalui umumnya jalan tanah
bekas logging, sehingga apabila di musim hujan untuk mencapai lokasi
rencana kegiatan memerlukan kendaraan roda empat bergardan ganda.
Untuk mencapai lokasi areal pertambangan dapat ditempuh dengan
kendaraan roda dua (motor) dan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Desa Muara Danau dan Singkut yang berjarak ± 115 km dari Lubuk Linggau,
kemudian dari desa tersebut kearah timur sejauh kira-kira 12 km melalui jalan
tanah, bekas jalan logging setempat yang sudah rusak dan tidak dapat dilalui
kendaraan roda empat kecuali bergardan ganda atau kendaraan roda dua
serta berjalan kaki.
2.3. Kronologis Perizinan
Berikut ini kronologis perizinan PT Karya Bumi Baratama :
Surat Izin Penyelidikan Pendahuluan (SIPP) Dalam Rangka Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) di Bidang Pertambangan Umum Nomor :
68/20.01/DJP/K/98 tertanggal 31 Maret 1998 mengenai pemberian izin kepada
PT Karya Bumi Baratama untuk melakukan penyelidikan pendahuluan;
Surat Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Nomor : 993/20.01/DJP/1999
tertanggal 21 Mei 1999 tentang Perpanjangan Surat Izin Penyelidikan
Pendahuluan (SIPP) No. 68/20.01/DJP/K/98;
Penandatanganan PKP2B antara Pemerintah Republik Indonesia dengan PT
Karya Bumi Baratama pada tanggal 13 Oktober 1999;
Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor:
368.K/20.01/DJP/2000 tertanggal 1 Agustus 2000 tentang Penciutan I Wilayah
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dan Permulaan Tahap
Kegiatan Eksplorasi PT Karya Bumi Baratama;
II - 4
PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum
Surat Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Nomor
0769/20/DJG/2001 tertanggal 5 April 2001 perihal Penundaan Kegiatan
Eksplorasi;
Surat Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Nomor:
3273/20.01/DJG/2001 tertanggal 19 Desember 2001 perihal Permohonan Ijin
Kegiatan Eksplorasi;
Surat Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Nomor:
1034/40.01/DJG/2005 tertanggal 6 Mei 2005 perihal Persetujuan Permohonan
Penundaan Kegiatan (Suspensi)
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:
19.K/40.00/DJB/2006 tertanggal 7 Maret 2006 tentang Perpanjangan I Tahap
Kegiatan Eksplorasi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT
Karya Bumi Baratama;
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:
249.K/40.00/DJB/2006 tertanggal 2 Oktober 2006 tentang Perpanjangan II Tahap
Kegiatan Eksplorasi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT
Karya Bumi Baratama;
Pada tanggal 21 Maret 2007, Amandemen terhadap perjanjian PKP2B telah
ditandatangani oleh Menteri Pertambangan dan Energi atas nama Pemerintah
Republik Indonesia, perihal perubahan status dari Perusahaan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing
(PMA);
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 298.K/30/DJB/2007
tertanggal 14 Juni 2007 tentang Permulaan Tahap Kegiatan Kajian Kelayakan
Wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT Karya Bumi
Baratama;
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:
334.K/30.00/DJB/2008 tertanggal 16 Mei 2008 tentang Perpanjangan Tahap
Kegiatan Kajian Kelayakan Wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara PT Karya Bumi Baratama.
2.4. Keadaan Bentang Alam
Wilayah penyelidikan dibagi menjadi 2 satuan geomorfologi yakni Satuan Perbukitan
Lemah sampai dengan Sedang dan Satuan Dataran Aluvial. Satuan Perbukitan
Lemah sampai dengan Sedang menempati sekitar 95% wilayah penyelidikan (Foto
II - 5
PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum
2.1). Foto diambil dari bagian utara ke arah bagian selatan. Kemiringan lereng
berkisar antara 5o – 20o dengan ketinggian 50 meter hingga 100 meter dari
permukaan laut. Satuan ini tersusun oleh batulempung, batupasir, batulanau, dan
batubara. Kedudukan lapisan batuan bervariasi dengan kemiringan antara 5o – 15o.
Sungai-sungai yang berada pada satuan ini umumnya mempunyai profil “V” dengan
lembah sedikit curam. Proses eksogen berupa erosi dan pelapukan cukup intensif
terjadi di satuan ini.
Satuan Dataran Alluvial terdapat di sepanjang Sungai Singkut dan Sungai Payo
Kelaparan di bagian Barat Laut wilayah penyelidikan yang mencakup 5% dari luas
wilayah penyelidikan (Foto 2.2). Kemiringan lereng relatif landai (1o – 5o) yang berada
pada elevasi 25 meter sampai 35 meter dari permukaan laut. Satuan ini tersusun
atas material lepas seperti kerikil, kerakal , pasir dan lain-lain.
Foto 2.1 Satuan Perbukitan Lemah - Sedang
Foto 2.2 Satuan Dataran Alluvial nampak di pinggiran sungai
2.5. Keadaan lklim
II - 6
PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum
Wilayah penyelidikan beriklim tropis dengan suhu udara berkisar 26ºC sampai 34ºC.
Musim hujan berlangsung dari Bulan Oktober hingga Bulan April dan musim
kemarau dari Bulan Mei – Bulan September. (Tabel 2-3 dan Tabel 2-4).
Tabel 2.2 Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des2003 151.3 211.4 125.7 202.8 58.3 13.9 45.6 61.8 62.6 80.3 146.8 236.2
Hari Hujan 6 6 2.8 6.4 2.8 1.4 2.2 2.6 2.8 3.6 4.4 5.82004 172.3 213.6 171.4 87.8 64.9 47.7 80.8 11.1 33.2 48.2 72.6 249.5
Hari Hujan 5 4 4 4.6 2.8 2 3.8 0.8 1.6 2.8 3.4 4.82005 138.4 69.8 173.4 194.6 110.8 69.1 147.8 202.7 238.4 213.5 352 301.8
Hari Hujan 4.6 3.4 5.4 5.6 5 5.2 4.6 9.4 8 10.6 10.2 14.22006 266.8 302.4 100.1 205.1 111 166.1 208.4 48.9 81.7 18.8 192.2 131.1
Hari Hujan 9.4 12 7 9 5 9.4 8.6 2.6 5.2 3 11.2 82007 320.1 51.4 156.9 209.2 120.7 64.8 78 84 115.4 201.8 137.7 310
Hari Hujan 14.7 5.3 11.8 10.3 5.5 3.3 4.2 6 5.8 7.5 6.8 13.8CH rata-rata (mm/bulan)
209.78 169.72 145.5 179.9 93.14 72.32 112.12 81.7 106.3 112.52 180.26 245.7
BulanTahun
Sumber : Pemda Kab. Sarolangun, Jambi
Tabel 2.3
Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1998 203 156 370 283 177 137 184 114 214 250 328 391
1999 418 189 206 248 81 163 109 75 54 271 377 332
2000 234 149 198 453 108 210 82 108 100 329 286 342
2001 427 217 336 416 144 170 77 148 11 479 521 471
2002 261 97 715 379 248 32 188 - 42 126 213 218
2003 179 274 127 316 91 9 94 56 157 271 402 445
2004 267 192 413 199 243 64 264 37 32 155 227 260
2005 248 224 413 225 253 182 172 67 151 149 242 222
2006 361 301 189 190 89 129 122 94 69 55 306 162
2007 297,2 302,3 257,7 369,5 202,3 97,3 161,2 103,3 108,4 199,7 129,7 268,8
Rataan 289,52 210,1 322,5 307,9 163,6 119 145,3 80,23 93,84 228,47 303,2 311,2
TahunBulan
Sumber : Badan Meterorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2006 & Musi rawas dalam Angka Tahun 2008
Berdasarkan pada tabel curah hujan rata-rata di tahun 2007, wilayah penyelidikan
mempunyai curah hujan minimum pada Bulan Juni, rata-rata 72.32 – 119 mm/bulan.
maka Bulan Juni adalah puncak musim kemarau. Sedangkan curah hujan
II - 7
PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum
maksimum terjadi pada Bulan Desember yakni rata-rata 245.7 – 311,2 mm/bulan,.
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa Bulan Desember merupakan puncak
musim hujan di wilayah penyelidikan.
2.6. Flora dan Fauna
Jenis flora atau tumbuhan yang banyak terdapat pada wilayah penyelidikan
didominasi oleh tumbuhan tanaman industri seperti sengon, tanaman karet dan sawit
yang dikelola oleh masyarakat setempat dan tumbuhan alami lain seperti medang,
terap, berangan dan kijang.
Fauna yang terdapat di wilayah penyelidikan diantaranya dari kelompok
burung, mamalia, reptilia, ampibi, pisches, dan arthropoda termasuk serangga yang
berperan penting dalam proses biodegradasi sampah organik. Jenis mamalia yang
dilaporkan masih dijumpai adalah babi hutan, monyet ekor panjang, lutung, simpai,
beruang, rusa sambar, menjangan dan harimau. Sedangkan jenis burung yang
terlihat masih belum dapat diidentifikasi jenisnya.
2.7. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan wilayah penyelidikan yang berada di Kabupaten Sarolangun berupa
pemukiman, kebun karet dan lahan eksplorasi minyak dan gas bumi PT BWP
Meruap, pada bagian Barat Laut, Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas ± 7.560 Ha
yang dikelola oleh PT Samhutani menempati bagian Selatan wilayah penyelidikan
yang terdiri atas hutan sekunder, pohon sengon, dimana sebagian lahan telah
dijadikan kebun karet oleh penduduk. Perkebunan kelapa sawit yang berada di
bagian Barat wilayah penyelidikan menempati area seluas ± 2.431 Ha yang dikelola
oleh PT Agrindo Panca Tunggal.
Sedangkan tata guna lahan untuk wilayah penyelidikan yang berada di Kabupaten
Musi Rawas seluruhnya masuk ke dalam kawasan Hutan Produksi berdasarkan Peta
Perkembangan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu s/d Tahun 2006 Provinsi
Sumatera Selatan.
2.8. Keadaan Penduduk.
Masyarakat yang tinggal di wilayah penyelidikan adalah Suku Kubu sebagai
penduduk asli, Batak, Jawa, Minang dan sebagainya sebagai masyarakat
pendatang. Mata pencaharian penduduk di desa-desa umumnya bekerja pada
II - 8
PT. KARYA BUMI BARATAMA Keadaan Umum
perkebunan karet, di kantor pemerintahan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Polri,
TNI, dan berdagang serta sebagian bekerja sebagai pekerja tambang.
Populasi penduduk di Kabupaten Sarolangun jumlah penduduknya sebanyak
205.090 orang dengan luas areal 6.174 Km2 yang mempunyai tingkat kepadatan
penduduk sangat rendah yaitu sekitar 34 orang per Km2 (Badan Pusat Statistik
Jambi; Jambi Dalam Angka 2000). Sedangkan untuk Kabupaten Musi Rawas jumlah
populasi penduduknya sebanyak 484.281 orang dengan luas areal 12.365,8 km²
yang juga mempunyai kepadatan penduduk yang rendah yaitu sekitar 39 orang per
km² ( Sumber: Kecamatan Nibung Dalam Angka Tahun 2007 dan 2008)
2.9. Kondisi Sungai Setempat
Sungai-sungai yang berada pada satuan ini umumnya mempunyai profil “V” dengan
lembah sedikit curam. Sungai yang melintasi daerah ini merupakan anak dari sungai
besar yaitu Sungai Tembesi dan Sungai Kelumpang. Sungai utama yang ada di
daerah penyelidikan, adalah Sungai Singkut, Sungai Tumpang Kanan dan Sungai
Tumpang Kiri. Sungai-sungai yang mengalir di daerah penyelidikan membentuk pola
aliran dendritik dengan stadia erosinya termasuk stadium muda. Erosi yang terjadi
nampak ke arah vertikal lebih dominan.
II - 9