Post on 17-Dec-2020
ii Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
STRATEGI PENGEMBANGAN
USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
Dr. Iha Haryani, SE., M.M.
Harlis Setiyowati, SE., M.M.
Diterbitkan oleh:
CV. Landasan Ilmu
Penyunting & Layout:
Bunda Harlis
Desain Cover:
Jaka Sandara
Terbit: Oktober 2018
ISBN: 978-602-52375-3-9
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan bentuk
dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penulis.
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
ipersembahkan
epada :
Ibunda Siti Rusdiah (Alm.) dan Ayahanda Muhammad Hatta, SH. dengan pengorbanan,
perjuangan dan doanya membesarkan penulis.
Suami tercinta, Dr. Tabroni, SE., MBA. yang menemani tatkala suka dan duka.
Dr. Iha Haryani, SE., M.M.
D
K
iv Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
ipersembahkan
epada :
Ibunda Sudarmi dan Ayahanda Hasyim Bisri (Alm.), dengan pengorbanan, perjuangan dan doanya membesarkan penulis.
Pendamping setia, Riza Juniar Syahrinto dan buah hati, Muhammad Alfathan Harriz dan Nurhaliza Vania Akbariani, yang menemani tatkala suka dan duka
Kakak kandung (Hermin, Suharto (Alm.), Haryono, Cicik Agustini, Sudarmaji, Agus Triyono, SE. dan Handayani). Adik kandung (Indah Sulistyoningsih, S.Pd. dan Hadi Purnomo, ST.), yang senantiasa memberi support.
Kedua mertua yang telah tiada (Kol. Pol (Purn) Mandah Sutrisno dan Hj. Sularti Mandah) yang selalu mencurahkan kasih dan sayang dengan ikhlas.
Harlis Setiyowati, SE., M.M.
D
K
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Kata Pengantar
Alhamdulilah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas
semua kelancaran dan kemudahan serta petunjuk yang telah diberikan pada penulis
hingga dapat menyelesaikan buku sederhana ini yang ditulis berdasarkan riset pada
“Usaha Kecil Menengah (UKM)” di berbagai daerah seperti Depok Jawa Barat, dan di
Jawa Timur (Gresik, Tuban, Bangkalan dan Sumenep) serta di Muara Angke.
Berdasarkan komitmen Presiden Republik Indonesia, Bp. Ir. Joko Widodo,
melalui Kementerian Koperasi dan UMKM bahwa dengan program Nawacita, akan
membangun kemandirian ekonomi nasional, menjadi basis yang kukuh untuk
membangun Koperasi dan UMKM yang lebih sehat, mandiri dan berdaya saing
(Sambutan Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia).
Oleh karena itu, kami berupaya untuk mengkaji Usaha Kecil Menengah (UKM)
yang ada di Depok atas kebijakan format otonomi daerah, apakah sungguh-sungguh
menjalakan kebijakan yang berpihak pada pelaku usaha. Jejak rekam tersebut, kami
tuang pada buku “Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)”.
Adapun pembahasan buku ini difokuskan pada tahapan wawacara pada pelaku
UMKM dan pengumpulan data primer dari Dinas Koperasi dan UMKM di Depok,
selanjutnya data tersebut diolah oleh penulis dalam bentuk tabel dan grafik lalu
dideskripsikan. Sehingga memberi kesimpulan tentang pemahaman lebih mendalam
sejauhmana besarnya pengaruh kontribusi “Usaha Kecil Menengah (UKM)” untuk
vi Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
menjawab tantangan bahwa akan mengubah tingkat kesejahteraan ekonomi. Juga
pembahasan mengenai identifikasi peningkatan daya saing pada sektor UKM bidang
apa yang mendominasi di Depok dan adakah pengaruh atas beberapa kebijakan seperti
aspek pembiayaan, pemasaran, pengembangan kapasitas Sumberdaya Manusia (SDM).
Selanjutnya, kritik dan saran dari berbagai pihak, khususnya para pembaca
sangat diharapkan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan
dari berbagai pihak dan doa yang tulus serta dukungan/semangat, dalam berbagai
upaya menyusun hingga diterbitkannya buku ini.
Semoga kebaikan ini akan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa dan
menjadi keberkahan. Aamin.
Depok, Oktober 2018
Dr. Iha Haryani, SE., M.M.
Harlis Setiyowati, SE., M.M.
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .................................................................... V
1. Pendahuluan
1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup UKM 1
1.2 Peranan UKM
1.2.1 Peranan UKM dalam Pertumbuhan Ekonomi dan
Kesempatan Kerja
1.2.2 Peran UKM dalam Penciptaan Devisa Negara
1.2.3 Peranan UKM dalam Pemerataan Pendapatan
4
4
9
1.3 Prospek UKM dalam Era Perdagangan Bebas dan Globalisasi
Dunia
9
1.4
1.5
Arah UKM di Indonesia
Pengusaha UKM di Depok
11
12
2. Strategi Pengembangan melalui Pendekatan Marketing Mix
(Bauran Pemasaran) dengan Analisa 7P
2.1 Analisa Ke 1 - Product 13
2.2 Analisa Ke 2 - Price 13
2.3 Analisa Ke 3 - Placement 14
2.4 Analisa Ke 4 - Promotion 15
2.5
2.6
2.7
Analisa Ke 5 - People
Analisa Ke 6 - Process
Analisa Ke 7 - Physical Evidence
16
19
20
viii Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
3. Strategi Pengembangan dalam RPJM (Rencana Pembangunan
Jangkah Menengah)
3.1 Sasaran dan Arah Kebijakan UMKM dan Koperasi 21
3.2 UMKM dalam kaitannya dengan SDGs 21
3.3 Tantangan Kebijakan Masa Turbulensi 23
3.4 Strategi Kebijakan Penutupan Usaha 24
3.5 Strategi Kebijakan untuk Bertahan (Survival) 25
3.6 Strategi Kebijakan untuk Mendukung
Pertumbuhan Usaha
26
4. Strategi dan Kebijakan Pengembangan UMKM
4.1 Revitalisasi Pasar Tradisional 28
4.2 Penanganan Pedagang Kaki Lima (PKL) 29
5. Menganalisa Peluang Usaha Baru 5.1 Analisis Internal dan Eksternal 30
5.2 Gagasan Produk Baru 31
5.3 Identifikasi dan Analisis Peluang Usaha Baru 39
5.4 Cara Mendaftar UKM di Depok 42
6. Strategi Merancang Usaha
6.1 Komponen Perencanaan Usaha 44
6.2 Sistematika Perencanaan 45
6.3
6.4
Need Analisis
Implementasi dan Evaluasi UKM
47
51
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
7. Penelitian UMKM Di Kota Depok
7.1 UMKM Kecamatan Beji 57
7.2 UMKM Kecamatan Bojongsari 59
7.3 UMKM Kecamatan Cilodong 60
7.4 UMKM Kecamatan Cimanggis 61
7.5 UMKM Kecamatan Cinere 63
7.6 UMKM Kecamatan Cipayung 64
7.7 UMKM Kecamatan Limo 65
7.8 UMKM Kecamatan Pancoran Mas 67
7.9 UMKM Kecamatan Sawangan 68
7.10 UMKM Kecamatan Sukmajaya 69
7.11 UMKM Kecamatan Tapos 71
8. Hasil Penelitian Strategi Pengembangan melalui Analisa SWOT
8.1 Model Strategi Pengembangan Bisnis UKM di Kabupaten Gresik
Melalui Analysis SWOT, EFE dan EFI
73
8.2 Rancangan Strategi Pemgembangan Bisnis UKM di Indonesia
Untuk Peningkatan Kinerja Pemasaran Berbasis Metriks Pemasaran
74
8.3
Model Strategi Pengembangan Bisnis UKM di Kabupaten Tuban,
Indonesia :Analysis SWOT, EFE dan EFI
74
Contoh “Business Plan” Contoh “Proposal Usaha” Daftar Pustaka Lampiran Undang-Undang
x Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BIODATA PENULIS
Ha Haryani.Hatta
Biasa disapa dengan panggilan Ibu Iha.
Lahir di Jakarta, 24 Oktober 1961. Gelar S1 di bidang
Statistika diperoleh dari Institut Pertanian Bogor, Gelar
S1 dibidang Manajemen diperoleh dari Universitas Indonesia,
Magister Manajemen diperoleh dari IPWI, Doktor di bidang
Ekonomi dari Universitas Pancasila.
Berprofesi sebagai :
Dosen di Fakultas Ekonomi Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila.
Penulis Buku Umum:
o Statistika Deskriptif,
o Statistika Inferensia,
o Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan
o Strategi Pemasaran Produk UMKM Melalui Koperasi.
Email : ihaharyani@univpancasila.ac.id.
I
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BIODATA PENULIS
arlis Setiyowati Hasyim Bisri.
Biasa disapa dengan panggilan Bunda Harlis sejak
menjadi relawan tutor pada pendidikan anak jalanan
Sekolah Master Depok.
Lahir di Surabaya, tanggal 21 September 1970. Sarjana Ekonomi
diperoleh dari Universitas Bhayangkara Surabaya dan Magister
Managemen diperoleh dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI
Jakarta.
Berprofesi sebagai :
o Dosen di Fakultas Ekonomi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sailendra, Universitas
Wiraswasta Indonesia dan Fakultas Ekonomi Manajemen dan Akuntansi di Universitas Putra
Indonesia Cianjur.
o Certified BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) bidang “Asesor Kompetensi” dan
“Metodologi Instruktur”
o Penulis buku :
a. Buku Ajar Perguruan Tinggi :
1. Manajemen Sumber Daya Manusia,
2. Kewirausahaan,
3. Perilaku Keorganisasian,
4. Manajemen Pemasaran,
5. Metodologi Penelitian Bidang Ekonomi,
Manajemen dan Akuntansi,
6. Manajemen Koperasi.
b. Buku Referensi :
1. Bela Negara,
2. Program ABDIMAS,
3. Strategi Pengembangan Usaha Kecil
dan Menengah (UKM),
4. Strategi Pemasaran Produk UMKM
Melalui Koperasi,
o Email : harlissetiyowati@gmail.com.
o https://orcid.org/0000-0003-3773-3454
H
xii Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
STRATEGI
PENGEMBANGAN
USAHA KECIL
DAN MENENGAH
(UKM)
1 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)
Pengembangan kegiatan usaha kecil dan menengah (selanjutnya disebut UKM)
dianggap sebagai satu alternatif penting yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi
perekonomian nasional dan daerah. Hal ini dikarenakan UKM merupakan kegiatan usaha
dominan yang dimiliki bangsa ini. Selain itu pengembangan kegiatan UKM relatif tidak
memerlukan kapital yang besar dan dalam periode krisis selama ini UKM relatif UKM tahan
banting", terutama UKM yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertanian. Depresiasi rupiah
terhadap dollar Amerika telah menyebabkan UKM dalam sektor pertanian dapat mengeruk
keuntungan yang relatif besar. Sebaliknya, UKM yang tergantung pada input import
mengalami keterpurukan dengan adanya gejolak depresiasi rupiah ini.
UKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun
daerah, begitu juga dengan negara Indonesia UKM memiliki peranan penting dalam lajunya
perekonomian masyarakat, juga sangat membantu negara/pemerintah dalam hal penciptaan
lapangan kerja baru. Melalui UKM banyak tercipta unit unit kerja baru yang menggunakan
tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain dari itu UKM juga
memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih
besar. UKM merupakan usaha yang dilakukan oleh banyak orang di Indonesia. Sejak terjadinya
krisis ekonomi berkepanjangan pada tahun 1997 di Indonesia, UKM mulai berkembang dengan
pesat. Banyaknya karyawan yang di PHK membuat sebagian dari mereka yang mulai
mengembangkan berbagai usaha seperti usaha jual beli, bisnis pengolahan dan jasa. UKM
dianggap sebagai penyelamat perekonomian Indonesia ketika krisis moneter.
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, mendefenisikan usaha mikro, kecil
dan menengah sebagai berikut;
2 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Tabel 1.1 Kriteria UMKM di Indonesia
No. Uraian
Kriteria
Asset Omzet
1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2 Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2,5 Miliar
3 Usaha Menengah >500 Juta – 10 Miliar >2,5 Miliar – 50 Miliar
Sumber: www.bi.go.id.
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa:
a) Usaha mikro adalah usaha yang dimiliki perorangan atau badan usaha perorangan yang
beromset maksimal Rp 300 juta.
b) Usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri serta dilakukan oleh perorangan
atau badan usaha yang tidak dimiliki oleh anak perusahaan, cabang perusahaan, dikuasai
atau menjadi bagian dari usaha menengah maupun besar. Kriteria usaha kecil adalah usaha
yang beraset Rp 50 juta s/d. Rp 500 juta dan beromset Rp 300 juta s/d. Rp 2,5 miliar.
c) Usaha menengah adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan dan tidak di miliki oleh
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki oleh usaha kecil dan besar. Kriteria
usaha kecil beraset Rp 500 juta s/d. Rp 10 miliar dan beromset > Rp 2,5 miliar s/d. Rp 50
miliar.
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UKM merupakan kelompok
industri modern, tradisional, kerajinan yang memiliki aset dan modal di bawah Rp 70 juta.
Dengan resiko usaha tenaga kerja di bawah Rp 625.000 dan usaha di miliki oleh warga negara
Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik usaha menengah dibagi menjadi beberapa usaha yaitu :
Rumah tangga yang memiliki tenaga kerja sekitar 1 s/d 5 orang
Kecil menengah memiliki tenaga kerja sekitar 6 s/d 19 orang
3 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Menengah memiliki tenaga kerja sekitar 20 s/d 29 orang
Besar memiliki tenaga kerja sekitar memiliki tenaga kerja lebih dari 100 tenaga kerja
Undang-undang dan peraturan tentang UKM antara lain :
UU No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil.
PP No. 44 tahun 1997 tentang kemitraan dicadangkan.
PP No. 32 tahun 1998 tentang pembinaan dan pengembangan usaha kecil.
Inpres No. 127 tahun 2001 tentang jenis usaha untuk usaha kecil.
Permenneg BUMN per-05/MBU/2007: program kemitraan banda usaha milik negara
dengan usaha kecil dan program bina lingkungan.
Undang-undang No.20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah.
Berdasarkan dari perkembangannya, UKM di Indonesia dapat di bagi menjadi 4 (empat)
kriteria yaitu :
a) Livelihood Activities: UKM yang di gunakan untuk mencari nafkah dan lebih di kenal
sebagai sektor informal. Contoh : pedagang kaki lima.
b) Micro Enterprise: UKM yang dilakukan dengan menjadi pengerajin namun belum
memiliki sifat kewirausahaan.
c) Small Dyanamic Enterprise: UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan dapat
menerima pekerjaan sub kontrak maupun ekspor.
d) Moving Enterprise: UKM yang sudah memiliki jiwa kewirausahaan dan dapat berubah
menjadi usaha besar.
Menurut keputusan Presiden RI no. 99 tahun1998 pengertian usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil yang perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha
yang tidak sehat”. Usaha kecil dan usaha menengah telah diatur dalam undang-undang, yakni
UU No.9 Tahun 1999 tentang Usaha Kecil dan UU No.10 Tahun 1999 tentang Usaha
Menengah Menurut UU No. 9 tahun 1999 tentang Usaha kecil, disebutkan usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria sebagai berikut (1)
4 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; (2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar; (3) merupakan
milik warga negara Indonesia (4) berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah ataupun usaha besar; (5) bentuk usahanya adalah usaha
orang perseorangan.
Sedangkan usaha menengah adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria : (1)
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 200 juta sampai dengan Rp 10 miliar, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; (2) milik warga negara Indonesia; (3) berdiri sendiri, bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi
langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar; (4) bentuk usahanya adalah usaha orang
perseorangan.
1.2 Peranan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)
1.2.1 Peranan UKM dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Peran UKM di Indonesia dalam bentuk kontribusi output pertumbuhan PDB cukup
besar. Kontribusi UK terhadap pembentukan PDB lebih kecil dibandingkan kontribusinya
terhadap kesempatan kerja/rasio NOL menunjukkan bahwa tingkat produktivitas di UK lebih
rendah dibandingkan di UM dan di UB .Tingkat produktivitas diukur berdasarkan L dan K (PP/
dari TFP : produktivitas dari factor-faktor produksi secara total.Pasar yang dilayani UM
berbeda dengan pasar UK.Pasar UM banyak melayani masyarakat berpenghasilan menengah
ke atas dengan elastisitas pendapatan positif.Pasa yangdilayani UK lebih banyak kelompok
pembeli berpenghasilan rendah dengan elastisitas pendapatan negativ.
1.2.2 Peran UKM dalam Penciptaan Devisa Negara
UKM juga berkontribusi terhadap penerimaan ekspor, walaupun kontribusi UKM jauh
lebih kecil jika dibandingkan dengan kontribusi usaha besar.
5 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Grafik 1.1 Nilai Ekspor
Sumber : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan
Industri Mikro dan Kecil 2016-2018 (BPS)
Pertumbuhan Produksi IMK (y-on-y) periode triwulan I-2016
hingga Triwulan II-2018 menurut Provinsi
Pertumbuhan produksi IMK (y-on-y) periode triwulan I tahun 2016 hingga triwulan II
tahun 2018 di tiap-tiap provinsi meningkat atau menurun secara berfluktuasi. Peningkatan
pertumbuhan produksi IMK paling signifikan diberikan oleh Provinsi Kalimantan Timur (64),
dimana selama kurun waktu empat triwulan (triwulan III tahun 2017 sd. Triwulan II 2018)
pertumbuhan produksi terus meningkat di setiap triwulannya (Gambar 2.).
Pertumbuhan produksi IMK (y-on-y) triwulan I tahun 2018 Provinsi Kalimantan Timur
tumbuh positif diatas 3 persen, dan di triwulan II tahun 2018 tumbuh diatas 12 persen.
Sementara itu, pada triwulan II tahun 2018 perlambatan pertumbuhan produksi IMK (y-on-y)
terjadi di beberapa provinsi seperti di Kepulauan Bangka Belitung (19), Provinsi Jawa Barat
6 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Gambar 1.2. Pertumbuhan Produksi IMK (y-on-y) menurut Provinsi, Triwulan III/2017 s.d. Triwulan II/2018
Sumber : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan
Industri Mikro dan Kecil 2016-2018 (BPS)
Pertumbuhan Produksi IMK Year on Year (y-on-y) adalah angka yang menunjukkan
besarnya perubahan produksi IMK pada triwulan ke i tahun t (2016), dibandingkan dengan
produksi pada triwulan ke i tahun t-1 (2015). Angka ini berguna untuk melihat besarnya
pertumbuhan/penurunan produksi usaha IMK pada triwulan berjalan tahun berjalan
dibandingkan produksi pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (q-to-q) Industri Mikro dan Kecil menurut
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI 2 Digit)
Provinsi Jawa Barat, 2016 - 2018 (Persen).
7 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Lanjutan tabel
8 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
9 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
1.2.3 Peranan UKM dalam Pemerataan Pendapatan
Peranan UKM yang tak kalah pentingnya dengan upaya mewujudkan pertumbuhan
ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang tinggi adalah peranan dalam upaya mewujudkan
pemerataan pendapatan. Dalam rangka meningkatkan peran UKM di Indonesia berbagai
kebijakan dari aspek makro ekonomi perlu diterapkan. Dengan memberikan stimulus ekonomi
yang lebih besar kepada industri ini akan memberikan dampak yang besar dan luas terhadap
pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan yang lebih merata di
Indonesia.
Tabel 1.4
Jumlah Perusahaan Industri Mikro dan Kecil Menurut 2-digit KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia), 2010-2015
Ukuran Industri 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Usaha Kecil 202877 424284 405296 531351 284501 283022
Usaha Mikro 2529847 2554787 2812747 2887015 3220563 3385851
Sumber: BPS (2016).
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa terdapat peningkatan jumlah unit usaha mikro
dari tahun 2010 hingga 2015. Sedangkan untuk usaha kecil mengalami trend yang meningkat
hingga tahun 2013 dan mengalami penurunan berturut dua tahun terakhir.
1.3 Prospek UKM Dalam Era Perdagangan Bebas dan Globalisasi Dunia
Pongwiritthon, 2015; van den Heuvel et al., (2011), menyatakan beberapa faktor yang
menjadi permasalah perkembangan UMKM di Indonesia yaitu keterbatasan infrastruktur dan
akses pemerintah terkait dengan perizinan dan birokrasi serta tingginya tingkat pungutan
Meskipun UMKM dikatakan mampu bertahan dari adanya krisis global namun pada
kenyataannya permasalahan-permasalahan yang dihadapi sangat banyak dan lebih berat. Hal
itu dikarenakan selain dipengaruhi secara tidak langsung krisis global tadi, UMKM harus
10 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
menghadapi persoalan domestik yang tidak kunjung terselesaikan seperti masalah upah buruh,
ketenaga kerjaan dan pungutan liar, korupsi dan lain-lain (Kang, Moretti, & Park, 2016; Lin &
Chaney, 2007).
Masalah lain yang dihadapi dan sekaligus menjadi kelemahan UMKM adalah
kurangnya akses informasi (Celuch & Murphy, 2010; Maguire, Koh, & Magrys, 2007;
Olatokun & Kebonye, 2010; Pongwiritthon & Awirothananon, 2014; Yunis et al., 2017),
khususnya informasi pasar (Ishak, 2005). Hal tersebut menjadi kendala dalam hal memasarkan
produk-produknya, karena dengan terbatasnya akses informasi pasar yang mengakibatkan
rendahnya orientasi pasar dan lemahnya daya saing di tingkat global. Miskinnya informasi
mengenai pasar tersebut, menjadikan UMKM tidak dapat mengarahkan pengembangan
usahanya secara jelas dan fokus, sehingga perkembangannya mengalami stagnasi (Kaur &
Mantok, 2015; Naidoo, 2010).
Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang
kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum sesuai dengan harpaan perusahaan.
Hal ini terjadi karena umumnya UMKM bersifat income gathering yaitu menaikkan
pendapatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga, menggunakan
teknologi yang masih relatif sederhana, kurang memiliki akses permodalan (bankable) dan
tidak ada pemisahan modal usaha dengan kebutuhan pribadi.
Dalam menghadapi era perdagangan bebas dan otonomisasi daerah maka pengembangan
UKM diarahkan pada :
1. Pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif bagi UKM;
2. Pengembangan lembaga-lembaga financial yang dapat memberikan akses terhadap sumber
modal yang transparan dan lebih murah;
11 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
3. Memberikan jasa layanan pengembangan bisnis non finansial kepada UKM yang lebih
efektif; dan
4. Pembentukan aliansi strategis antara UKM dan UKM lainnya atau dengan usaha besar di
Indonesia atau di luar negeri. Berkembang atau matinya usaha kecil menengah dalam era
perdagangan bebas tergantung dari kemampuan bersaing dan peningkatan efisiensi serta
membentuk jaringan bisnis dengan lembaga lainnya.
Dalam UKM untuk merelisasikan potensi ekspor ditentukan dari kombinasi faktor-faktor
keunggulan yang dimiliki UKM Indonesia atas pesaing-pesaingnya. Keunggulan koperatif
yang dimiliki Indonesia seperti padat karya dalam membuat produk-produk terutama barang-
barang kerajinan, bahan baku yang berlimpah.tapi sangat disayangkan SDM yang kita masih
sangat lemah dalam hal mengembangkan kerajinan ini mereka kurang mendapatkan wawasan
tetang pemasaran suatu produk, manajemen dan dalam hal menggunakan proses produksi yang
modern apabila mereka dapat menggunakan proses produk manajemen sangat membantu
proses produksi menjadi lebih efisien.
1.4 Arah UKM di Indonesia
Distribusi jumlah unit usaha menurut skala usaha dan sektor menunujukan bahwa di
satu sisi, UKM memiliki keunggulan atas UB di pertanian dan disisi lain dapat dilihat dari jenis
produk yang di buat, jenis teknologi dan alat-alat produksi yang di pakai dan metode produksi
yang di terapkan UKM di Indonesia pada umumnya masih dari kategori usaha “primitif”.
Pentingnya UKM sebagai salah satu sumber pertumbuhan kesempatan kerja di
Indonesia tidak hanya tercerminkan pada kondisi statis yakni jumlah orang yang bekerja di
kelompok usaha tersebut yang jauh lebih banyak dari pada yang diserap oleh UB, tetapi tetapi
juga dapat dilihat pada kondisi dinamis yakni dari laju kenaikannya setiap tahun yang lebih
tinggi dari pada oleh UB. Data statistik menunjukkan jumlah unit usaha kecil mikro dan
menengah (UMKM) mendekati 99,98 % terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara
jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai 91,8 juta orang atau 97,3% terhadap seluruh tenaga
kerja Indonesia. Menurut Syarif Hasan, Menteri Koperasi dan UKM seperti dilansir sebuah
media massa, bila dua tahun lalu jumlah UMKM berkisar 52,8 juta unit usaha, maka pada 2011
12 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
sudah bertambah menjadi 55,2 juta unit. Setiap UMKM rata-rata menyerap 3-5 tenaga kerja.
Maka dengan adanya penambahan sekitar 3 juta unit maka tenaga kerja yang terserap
bertambah 15 juta orang. Pengangguran diharapkan menurun dari 6,8% menjadi 5 % dengan
pertumbuhan UKM tersebut. Hal ini mencerminkan peran serta UKM terhadap laju
pertumbuhan ekonomi memiliki signifikansi cukup tinggi bagi pemerataan ekonomi Indonesia
karena memang berperan banyak pada sektor rill.
Negara besar dan kaya sumber daya alam seperti Indonesia dengan jumlah penduduk
mendekati seperempat milyar membutuhkan kegiatan ekonomi yang berpijak pada sektor ril.
Investasi swasta (termasuk asing) perlu diarahkan pada penanaman modal di sektor rill bukan
non riil. Aliran dana investasi yang berupa ‘hot money' hanya akan menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang semu dan rentan terhadap gejolak politik. Jika ini terjadi maka dapat
mengganggu perekonomian bangsa secara keseluruhan.
1.5 Pengusaha UMKM di Depok
Kota Depok merupakan salah satu wilayah paling strategis di Propinsi Jawa Barat. Letak
dan posisinya sebagai penyangga ibu kota dan pengaruhnya yang kuat terhadap pertumbuhan
ekonomi wilayah di sekitarnya merupakan peluang sekaligus tantangan agar Depok mampu
menyelaraskan peluang ekonomi yang dimilikinya dengan potensi dan arah tata pemerintahan
yang telah tersusun. Selain itu, separuh lebih penduduk Kota Depok termasuk kelompok usia
produktif. Oleh karenanya, tantangan ekonomis dalam jangka pendek adalah menyediakan
lapangan kerja dan memperluas kesempatan kerja melalui pengembangan ekonomi lokal yang
tepat. Lebih jauh tentang pelaku UMKM di Depok diulas pada Bab 7.
13 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB 2
Strategi Pengembangan melalui Pendekatan Marketing Mix
(Bauran Pemasaran) dengan Analisa 7P
2.1 Analisa Ke 1, “Product”
Dari segi produk, UMKM harus menentukan produk yang tepat untuk dipasarkan. Produk
yang dibuat juga harus inovatif, kreatif dan menarik. Untuk mendapat produk yang digemari
pasar, lakukan survey ke sekeliling untuk memperoleh gambaran produk yang realistis.
Semakin jeli dan giat Anda melakukan inovasi produk dan layanan, maka Anda akan mampu
melakukan pengembangan dan memenangkan persaingan bisnis. Sebaiknya mencari produk
yang belum dijual di pasaran tapi bermanfaat bagi pembeli.
Mengembangkan jaringan usaha bisa dilakukan dengan membentuk pola seperti
subkontrak klaste serta kemitraan. Pola jaringan ini sudah terbentuk tetapi tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Banyak pengusaha kecil yang tidak terikat dengan jaringan subkontrak atau kemitraan
dengan perusahaan besar, sehingga eksistensi usahanya sangat rentan. Kebaikan pola
subkontrak yaitu, UKM akan terus menjadi pemasok barang yang diperlukan oleh Usaha Besar
(UB) dalam proses produksinya.
Sedangkan pola klaster (mendekatkan usaha-usaha sejenis dalam satu wilayah geografis)
diharapkan mampu menghasilkan produk dengan keunggulan kompetitif dan dapat bersaing di
pasar internasional.
Kemitraan dengan pengusaha besar juga penting, sebab pemberdayaan usaha kecil tidak
berarti meniadakan eksistensi perusahaan besar. Pemberdayaan harus mempunyai nilai
penguatan terhadap semua pihak dan berjalan saling menguntungkan.
2.2 Analisa Ke-2, “Price”
Untuk menentukan harga jual produk, Anda harus teliti menghitung biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi. Biaya yang paling utama dalam UMKM ialah biaya modal
dan biaya operasional. Biaya permodalan meliputi lembaga atau pihak keuangan yang memberi
14 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
fasilitas kredit bagi usaha Anda. Sedangkan biaya operasional mencakup gaji karyawan, biaya
bahan baku, dan biaya produksi. Harga jual akan semakin tinggi apabila kedua biaya tersebut
mencapai nominal yang tinggi.
Sedikit tips bagi pengusaha UMKM yang butuh biaya modal, carilah lembaga keuangan
mikro yang memberikan fasilitas kredit dengan bunga murah, proses cepat dan jangka waktu
yang lama. Otoritas Jasa Keuangan misalnya akan memberikan support penuh dengan meminta
kepada bank untuk menyalurkan 20 persen kreditnya kepada UMKM dengan suku bunga
rendah yaitu 12 persen per tahun.
Bantuan Permodalan Pemerintah perlu memperluas skema kredit khusus dengan syarat-syarat
yang tidak memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui
sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal
ventura.
2.3 Analisa Ke-3, “Placement”
Lokasi UMKM tentu sangat menentukan minat pasar. Dengan memilih lokasi yang
strategis dan ideal, UMKM Anda akan cepat dikenal publik dan bukan tak mungkin produk
akan laris terjual. Soal lokasi, usahakan membuka UMKM di pasar tradisional atau lokasi lain
yang ramai dan padat penduduk. Seandainya tidak menemukan lokasi yang strategis maka
pertimbangkan hal-hal berikut saat membuka UMKM, yaitu pastikan setiap menit selalu ada
kendaraan melintas jika membuka di pinggir jalan, perhatikan tingkat konsumtif masyarakat
dengan melihat banyaknya usaha sejenis di sekitar lokasi, memperlengkapi usaha Anda dengan
izin SIUP, HO dan NPWP, dsb dan yang terpenting sesuaikan dengan bujet Anda.
Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang
kondusif antara lain dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan
prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
Mengembangkan Kerjasama, Sarana dan Prasarana Perlu adanya pengalokasian tempat usaha
bagi UKM di tempat-tempat yang strategis sehingga dapat menambah potensi berkembang bagi UKM
tersebut.
15 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Tingginya produktivitas usaha tidak menjamin keberhasilan bisnis UKM jika tidak
diimbangi dengan angka penjualan yang tinggi. Penjualan yang tinggi juga tidak ada artinya
jika keuntungan sangat kecil karena tingginya biaya distribusi.
Biaya distribusi tinggi yang diakibatkan oleh kurangnya prasarana, perlu diatasi dengan
strategi pengembangan UKM lewat pengajuan permohonan bantuan baik berupa bantuan
dana, logistik, dan lain sebagainya kepada pemerintah maupun lembaga keuangan lainnya,
salah satunya Pegadaian. Prasarana dan transportasi yang baik akan mendukung arus distribusi
barang mentah dan hasil produksi ke pasar. Semakin cepat dan mudah penyaluran hasil
produksi ke pasar juga membuka peluang memperoleh konsumen yang lebih banyak. Di
samping itu, pembangunan prasarana pengangkutan ke pasar akan sangat membantu dalam
meningkatkan laju pembangunan desa tertinggal.
2.4 Analisa Ke-4, “Promotion”
Beberapa UMKM sudah menerapkan promosi melalui media sosial dan ini adalah
langkah awal yang bagus. Pasalnya, saat ini media sosial menjadi salah satu bahan promosi
yang murah, mudah dan cepat. Promosi bisa dilakukan dengan meletakkan foto produk beserta
detail produk dan harganya. Bila ada dana lebih, buat web dengan tampilan menarik dan
informatif sehingga konsumen bisa mengetahui segala jenis produk yang ditawarkan. Jika
Anda ingin menargetkan pembeli sebanyak-banyaknya dan tersebar di seluruh Indonesia, jasa
media sosial, web dan forum bisnis adalah langkah promosi yang tepat.
Perlindungan Usaha Jenis-jenis usaha tertentu dan Pengembangan Kemitraan Perlu
dikembangkan kemitraan yang saling membantu antar UKM, atau antara UKM dengan pengusaha besar
di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha.
Mengembangkan Promosi Guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dengan usaha
besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang dihasilkan.
Disamping itu, perlu juga diadakan talk show antara asosiasi dengan mitra usahanya.
Promosi produk merupakan strategi pengembangan UKM yang sangat penting.
Langkah- langkah itu antara lain:
Menghasilkan Produk yang Unik
16 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Kualitas saja tidak cukup untuk menjadikan produk UKM menjadi pilihan. Produk juga
harus memenuhi kebutuhan masyarakat serta mempunyai keunikan.
Mempertahankan Pelanggan Lama dan Berusaha Mendapatkan Pelanggan Baru.
Menjalin hubungan dengan pelanggan lama dapat dilakukan melalui pemberian hadiah
atau promosi khusus. Sementara itu, lakukan follow up kepada pelanggan baru minimal
sebulan sekali.
Melakukan Promosi Langsung di Lokasi Tumpuan Calon Pembeli
Publikasi produk secara langsung bisa dilakukan pada event pameran, bazaar, atau
membuka stan dengan mini display di tempat umum. Tampilkan produk beserta informasi
harga, bahan, dan lokasi pembuatan usaha Anda.
Membuat Pesan Pemasaran
Pesan pemasaran dapat diwujudkan dengan tagline, maskot, warna tertentu yang membuat
masyarakat teringat selalu dengan produk yang Anda keluarkan.
2.5 Analisa Ke- 5, “People”
Ketika Anda membuka UMKM, pastikan Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam
usaha Anda adalah orang-orang yang mengerti bisnis. Anda jangan ragu untuk melakukan
proses rekrut karyawan dengan baik. Baik dari skala dan jenis usaha Anda. Walaupun usaha
Anda masih skala mikro, namun proses seleksi karyawan harus mengikuti proses rekrutmen
yang sudah modern dan teruji, jangan hanya mengandalkan referensi kenalan atau saudara. Ada
baiknya dalam menyeleksi karyawan, Anda harus mengutamakan karakter SDM yang
berorientasi bisnis, bisa dan berani mengambil risiko bisnis yang terukur, mempunyai dan
memahami laporan keuangan usaha serta mampu membuat dan menjalankan posting biaya
yang efektif. Meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen,
administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan usahanya.
Langkah yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha kecil agar dapat mengembangkan
kemampuan ketrampilan dan tentunya meningkatkan daya saing.
17 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
a) Pelaku UKM Harus Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Walaupun Anda masih memulai UKM dan belum memiliki seorang karyawan, Anda
tetap harus menanamkan jiwa kepemimpinan dalam diri Anda, sehingga ketika nantinya
memiliki karyawan Anda dapat memimpin karyawan tersebut dengan baik. Kemampuan Anda
dalam memimpin, merencanakan, mengatur, dan menjalankan sebuah usaha tentunya akan
memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangnan usaha itu sendiri.
b) Pelaku UKM Harus Mau Belajar Tentang Management
Pengetahuan tentang Management bkan hanya milik perusahaan besar adalah hal yang
sangat penting untuk dimiliki oleh seorang pelaku UKM. Dengan modal knowledge
management, Anda akan mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam bisnis Anda,
dan dapat mengurangi resiko kerugian yang mungkin terjadi.
c) Pelaku UKM Harus Melakukan Marketing dan Branding
Salah satu penyebab kegagalan sebuah UKM adalah tidak melakukan marketing dan
branding secara maksimal. Dua faktor ini adalah sangat penting dalam tumbuh kembangnya
sebuah usaha baik skala besar ataupun skala kecil. Sebaiknya Anda menciptakan sebuah logo
dan juga nama perusahaan yang mudah diingat oleh orang lain, dan juga melakukan promosi
agar UKM Anda semakin dikenal oleh masyarakat luas. Kita jangan pernah lupa bahwa sebagus
apapun produk yang Anda jual bila tidak didukung oleh kegiatan promosi yang baik, orang
tidak akan mengenalnya.
d) Pelaku UKM Harus Mampu Beradaptasi
Pasar yang semakin luas dan pertumbuhan UKM yang semakin banyak tentunya akan
menciptakan banyak tantangan. Seorang pelaku UKM harus jeli dalam memperhatikan segala
peluang dan hambatan yang mungkin datang ke hadapan Anda, dan dapat mengambil
keputusan dan bertindak dengan cepat. Kemampuan dalam menghadapi persaingan yang
semakin ketat dan dapat memenuhi permintaan konsumen yang semakin beragam akan
membuat UKM Anda dapat bertahan dan dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
18 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
e) Pelaku UKM Harus Mampu Berinovasi
“Inovasi Dalam Bisnis Adalah Sesuatu Yang Sangat Penting”, seorang pelaku UKM
harus bisa berinovasi dalam menawarkan produknya ke pasar. Kebanyakan konsumen lambat
laun akan bosan dengan produk yang sama dan biasa-biasa saja, mereka mau sesuatu yang
berbeda. Dengan kerja keras dan kreatifitas yang Anda dan tim Anda miliki, mulailah untuk
menawarkan produk yang berbeda atau menawarkan produk yang biasa-biasa saja dengan cara
yang berbeda sehingga produk itu bisa memiliki nilai yang lebih tinggi di pasaran.
Secara teori mungkin lima (5) langkah yang disebutkan di atas cukup mudah, namun pada
kenyataannya dalam pelaksanaannya membutuhkan kerja keras dari Anda. Semoga artikel ini
bisa memberikan manfaat bagi para sahabat pelaku UKM agar mampu meningkatkan daya
saing.
Membentuk Lembaga Khusus Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab
dalam mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penumbuhkembangan UKM
dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal maupun
eksternal yang dihadapi oleh UKM.
Memantapkan Asosiasi-Asosiasi yang telah ada perlu diperkuat, untuk meningkatkan perannya
antara lain dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk
pengembangan usaha bagi anggotanya..
Usaha yang digerakkan secara sendiri-sendiri membawa dampak lambatnya akumulasi
modal. Jika berjalan sendiri, Anda tidak mungkin dapat mengendalikan distribusi hasil
produksi dan bahan mentah. Mau tidak mau, pasokan bahan baku ditentukan oleh pemasok,
bukan Anda selaku pengusaha.
Berbeda jika UKM yang ada di satu lingkungan dengan produk yang sejenis dijadikan
satu dalam wadah kelompok usaha. Strategi pengembangan UKM ini memungkinkan
pengusaha kecil dan menengah mempunyai kekuatan untuk mengendalikan distribusi.
Pembentukan kelompok atau organisasi juga dapat diarahkan untuk memperoleh akses
modal ke lembaga keuangan dan membangun skala usaha yang lebih besar dan
menguntungkan. Membentuk kelompok juga akan mempermudah jalinan kemitraan dengan
pihak lain. Dengan adanya persatuan kelompok, pemberdayaan masyarakat juga akan tercapai.
19 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
SDM adalah faktor penting yang harus dikembangkan dalam semua jenis usaha.
Khususnya bagi pengembangan UKM agar dapat bersaing dengan produk impor di pasar lokal.
Manajemen pengelolaan UKM harus dibenahi. Biasanya, pengelolaan keuangan usaha kecil
masih menjadi satu dengan keuangan rumah tangga, sehingga sulit ditentukan berapa besar
uang yang masuk dan keluar. Peningkatan kualitas SDM bisa dilakukan dengan pelatihan,
seminar, pendidikan, dan lokakarya, serta kerja sama usaha. Lalu dilanjutkan dengan
pendampingan dari instansi terkait.
2.6 Analisa Ke- 6, “Process”
Proses (process) adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan
kepada konsumen selama melakukan pembelian barang. Pengelola usaha melalui front liner
sering menawarkan berbagai macam bentuk pelayanan untuk tujuan menarik konsumen.
Fasilitas jasa konsultasi gratis, pengiriman produk, credit card, card member dan fasilitas
layanan yang berpengaruh pada image perusahaan. Proses juga bisa diartikan sebagai mutu
layanan sangat bergantung pada proses penyampaian informasi kepada konsumen. Mengingat
bahwa penggerak perusahaan adalah karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan
(Quality Assurance), seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan sistem
dan prosedur yang terstandarisasi oleh karyawan yang berkompetensi, berkomitmen, dan loyal
terhadap perusahaan tempatnya bekerja.
Hal yang menarik dalam keluarga Lauder adalah kenyataan bahwa sang nenek atau
CEO pertama Estee Lauder sudah mengajarkan bagaimana cara mencapai kesuksesan dan
keberhasilan yaitu dengan cara fokus terhadap mimpi, bekerja keras, menjaga ketekunan dan
konsistensi, terus berprestasi dan berkompetisi dengan tidak memandang darimana mereka
berasal. Menyesuaikan jenis produk yang diluncurkan dengan kondisi budaya dan topografi
masyarakat sangat berpengaruh terhadap minat dan ketertarikan pasar. Estee Lauder
memposisikan diri sebagai perusahaan dunia dengan tujuan agar masyarakat dunia merespon
positif dan tahu bahwa produk-produk yang mereka luncurkan merupakan produk dunia yang
sudah disesuaikan dengan pasar masing-masing.
Untuk perusahaan “Hearst”, Majalah memiliki hubungan yang kuat pada sisi client/customer,
majalah digunakan untuk membangun citra dari produk dan layanan. Halaman – halaman
20 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
majalah mampu menerbitkan ide dan inspirasi. Di situlah letak citra Majalah diperlukan agar
mampu menarik dan membius konsumen.
Hearst dan Estee Lauder menjalin kerjasama untuk melakukan sinergi dalam periklanan.
Bagaimana cara menampilkan iklan product Estee Lauder di majalah Hearst, Cosmo, Harper
dan iklan E-Digital agar mampu menarik konsumen yang berasal dari beragam dimensi dan
kebiasaan. Tantangan untuk Hearst sendiri adalah bagaimana cara menyajikan informasi dan
editorial yang mampu membius pembaca.
2.7 Analisa Ke -7, “Physical Environment”
Physical evidence merupakan elemen terakhir dari tambahan marketing mix selain
‘people’ and ‘process’. Pengertiannya adalah lingkungan fisik tempat jasa diberikan dan
tempat dimana pelanggan dan perusahan melakukan interaksi serta komponen lain yang
membantu meningkatkan pelayanan jasa yang diberikan.
Contoh penerapan ‘physical evidence’ ini adalah Estee Lauder memilih untuk
membuka gerai ditempat eksklusif (dalam video dicontohkan Saks Fifth Avenue). Tidak hanya
itu, gerai ekslusif tersebut disertai dengan wiraniaga yang siap membantu melayani konsumen,
yang bertindak tidak hanya sebagai wiraniaga, namun juga sebagai konsultan produk yang akan
membantu memilih produk dengan formulasi yang tepat bagi konsumen. Disamping itu,
sebagai produk premium, Estee Lauder juga memastikan bahwa kemasan (packaging) dari
produk-produknya memiliki kualitas yang berbeda dengan produk lain dan sesuai dengan klaim
mereka bahwa Estee Lauder merupakan produk premium yang berbeda dibandingkan dengan
pesaing.
Contoh penerapan selanjutnya, pada pemilihan sampul majalah dan kertas glossy yang
merupakan ciri dari majalan terbitan Hearst. Sampul majalah Cosmopolitan misalnya dibikin
menarik dengan selalu memasukkan artikel terkait dengan sex namun dalam bahasa yang tidak
terkesan vulgar, yang terbukti dapat menarik pembeli majalah. Sebagai majalah yang menyasar
konsumen premium dengan iklan produk premium, Cosmopolitan menggunakan kertas
printing yang berbeda dengan majalah pada umumnya. Hal ini memberikan kesan mewah pada
majalah dan kesan berbeda dibandingkan dengan majalah lain.
21 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB 3
Strategi Pengembangan dalam RPJM
(Rencana Pembangunan Jangkah Menengah)
3.1 Sasaran dan Arah Kebijakan UMKM dan Koperasi
rah pengembangan UMKM dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) ke-3 (2015-2019) yaitu untuk memantapkan pembangunan secara
menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif
perekonomian yang berbasis sumberdaya manusia (SDM) yang tersedia dan
berkualitas serta kemampuan iptek.
Sasaran dan Arah Kebijakan UMKM dan Koperasi :
1. Meningkatnya kontribusi UMKM dan Koperasi dalam perekonomian, pertumbuhan PDB
UMKM dan Koperasi serta indikator kontribusi UMKM dan Koperasi dalam penciptaan
lapangan kerja, devisa (ekspor) dan investasi.
2. Meningkatnya daya saing UMKM, pertumbuhan produktivitas dan indikator akses
pembiayaan serta penerapan standarisasi mutu dan sertifikasi produk.
3. Meningkatkan usaha baru, pertambahan wirausaha baru
4. Meningkatkan kinerja kelembagaan dan usaha koperasi, peningkatan partisipasi anggota
koperasi dalam permodalan, pertumbuhan jumlah anggota dan peningkatan volume usaha
koperasi.
3.2 UMKM dalam Kaitannya dengan SDGs
Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs merupakan kelanjutan
Millennium Development Goals (MDGs) yang telah menetapkan tujuan (goals) untuk
mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan.
Pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai : pembangunan yang menjaga
a) peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan.
b) keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat
Ar
22 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
c) kualitas lingkungan hidup masyarakat dengan tata kelola pelaksaan pembangunan
d) peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Target Program Kegiatan Prioritas Nasional di dalam Matriks Bidang Pembangunan
(RPJMN 2015-2019), diselaraskan dalam membangun UMKM yang memiliki perspektif atau
dimensi pembangunan berkelanjutan sesuai dengan Goals No.8 yang ada di dalam SDGs sebagi
berikut :
TARGET MATRIKS KUMKM
KEGIATAN PRIORITAS
1 Pertumbuhan ekonomi per kapita
sekurang-kurangnya 7% PDB per tahun
pada negara berkembang
Peningkatan daya saing UMKM dan
Koperasi serta sistem pendukung layanan
pembiayaan dan keuangan.
2 Mencapai produktivitas yang tinggi
melalui diversifikasi, teknomolgi dan
inovasi sektor padat karya.
Pengembangan kewirausahaan yang diduung
kerja sama antara pemerintah, dunia usaha,
perguruan tinggi dan masyarakat.
3 Berorientasi pembangunan dan
mendukung kegiatan produktif,
penciptaan pekerjaan layak, wirausaha,
kreativitas dan inovasi, serta mendorong
formalisasi dan pertumbuhan UMKM
termasuk akses terhadap pelayanan
keuangan.
Penguatan peran koperasi dalam mendukung
kemandirian energi dan pengembangan
produk ramah lingkungan dengan indikator
dukungan untuk koperasi yang
mengembangkan usaha dengan pemanfaatan
energi baru dan terbarukan. 4 Meningkatkan efisiensi sumber daya
dalam konsumsi dan produksi
5 Tercapainya lapangan kerja penuh dan
produktif serta pekerjaan yang layak dan
upah yang setara pada tahun 2030
Pengembangan pendidikan dan pelatihan
perkoperasian, program revitalisasi
penyelenggaraan diklat bagi SDM UMKM
23 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
6 Mengurangi pengangguran pemuda
melalui penciptaan lapangan kerja,
pendidikan dan pelatihan hingga tahun
2020
dan koperasi, penginkatan kapasitas dan
kompetensi, serta advokasi SDM UMKM,
monitoring dan evaluasi pengembangan
SDM UMKM.
7 Mengambil tindakan efektif untuk
penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan
terburuk bagi anak
Perlindungan pekerja perempuan dan
penghapusan pekerja anak.
8 Melindungi hak buruh dan lingkungan
kerja yang aman
Meningkatnya usaha lokal dalam industri
pariwisata dan meningkatnya jumlah tenaga
kerja lokal yang tersertifikasi
9 Mempromosikan pariwisata yang
berkelanjutan hingga 2030
10 Memperkuat kapasitas lembaga
keuangan domestik
Inovasi skema pembiayaan dan layanan
keuangan untuk wirausaha baru (penjaminan
kredit, asuransi mikro (kesehatan,
pendidikan, bencana, dsb.)
11 Meningkatkan bantuan untuk dukungan
perdagangan bagi negara sedang
berkembang.
Perluasan pasar produk UMKM dari
Koperasi di dalam negeri.
12 Mengembangkan dan menjalankan
strategi global untuk pekerja remaja dan
mengimplementasikan Pakto Pekerja
Global dari Organisasi Buruh Dunia.
Substansi tentang perlindungan masih lemah
dalam perundangan, sementara kebanyakan
pekerja informal tersebut adalah pekerja
migran tanpa dokumen dan pekerja rumah
tangga.
3.3 Tantangan Kebijakan Masa Turbulensi
Turbulensi adalah sebuah keadaan yang ditandai ketidakstabilan (disorder) dan keacakan
(randomness) pergerakan di setiap skalanya. Turbulensi menarik komponen-komponen yang
dipengaruhinya ke arah tertentu dan kemudian melepasnya secara tiba-tiba. Timbullah
guncangan. Wilayah turbulensi ini dipengaruhi oleh apa yang dinamakan dengan downdraft
24 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
(gerakan massa udara ke bawah). Turbulensi banyak sekali jenisnya.
Turbulensi atau turbulence adalah gerakan tidak beraturan atau berputar tidak beraturan akibat
perbedaan tekanan udara atau perbedaan temperatur udara.
Tantangan utama bagi UMKM adalah menurunnya permintaan akibat menurunnya daya
beli yang diikuti oleh fluktuasi tingkat suku bunga, serta perilaku pemodal kuat yang masuk
merebut pasar UMKM. Strategi yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menjaga agar
UMKM tetap bisa berjalan antara lain dengan melakukan :
a. Kebijakan pencegahan penutupan usaha.
b. Kebijakan untuk bertahan (survival).
c. Kebijakan untuk mendukung pertumbuhan usaha.
Menurut PBB dalam laporan bertajuk “World Economic Situation and Prospect 2016”,
pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang mencapai rata-rata 3,8 persen pada 2016,
suatu pertumbuhan ekonomi terendah sejak krisis keuangan global pada 2009. Situasinya dapat
disejajarkan dengan kondisi resesi ekonomi dunia 2001. Pelambatan ekonomi di Tiongkok
yang dikhawatirkan akan mengalami pelambatan tajam ekonomi (hard landing), resesi ekonomi
yang parah di Rusia dan Brasil- ketiganya merupakan tiga raksasa ekonomi di emerging
markets-adalah beberapa fenomena yang dapat menjelaskan sebagian dari pelambatan ekonomi
di negara-negara berkembang. Jalur transmisi Turbulensi tersebut transmisinya terutama
melalui jalur perdagangan. Turunnya permintaan komoditas sumber daya alam di Tiongkok-di
mana setengah dari permintaan dunia akan komoditas logam dasar diserap oleh Tiongkok-
menyebabkan penurunan tajam harga komoditas dunia. Fenomena ini sangat memukul
perekonomian negara-negara berkembang terutama di Amerika Latin dan Afrika, tidak
terkecuali Indonesia.
3.4 Strategi Kebijakan Penutupan Usaha
Keputusan penutupan usaha sangat dipengaruhi oleh tekanan yang sulit bagi UMKM
untuk diatasi. Beberapa hal alasannya yaitu :
a) Kesulitan arus kas jangka pendek.
25 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
b) Alih generasi.
c) Kehilangan pelanggan tradisional.
Rekomendasi kebijakan yang perlu dipertimbangkan adalah:
a) Menyediakan dana dengan ketentuan sederhana dan bunga pinjaman terjangkau seperti dana
pemerintah dan dukungan dana CSR dari pihak swasta dengan mengoptimalkan koperasi
sehat sebagai operator di lapangan.
b) Pemberian keringanan atau penundaan dalam : pembayaran pajak untuk periode tertentu,
dan pemberian subsidi atas bunga pinjaman yang menjadi kewajiban.
c) Memberikan bantuan beasiswa bagi pelanjut usaha keluarga untuk mengikuti pendidikan
dan latihan yang relevan dengan usaha yang dijalani keluarga dan,
d) Menegakkan aturan tentang perrsaingan usaha yang sehat sebatas kewenangan.
Beberapa alasan kemungkinan penutupan tidak bisa dihindari karena :
a) Pasokan bahan baku semakin sulit
b) Konsumen sudah beralih pilihan
c) Teknologi tidak bisa diperbarui dan semakin tidak efisien, serta
d) Berkurangnya tenaga kerja yang memiliki keahlian khas.
3.5 Strategi Kebijakan untuk Bertahan (Survival)
Tindakan untuk mempertahankan usahanya agar tetap berjalan, yaitu :
a) Penghematan biaya operasional.
b) Diferensiasi produk, dengan melakukan upaya pengemasan ulang, reorientasi produk atau
pun menciptakan produk turunan yang memiliki keunikan.
c) Membuka pasar untuk menyasar target baru konsumen, atau segmen pasar yang khusus.
d) Mengurangi permintaan tenaga kerjanya, pada saat penurunan usaha lebih memilih
mempertahankan pekerjaan yang sudah teruji.
Kebijakan yang disarankan agar diarahkan untuk mendukung penurunan biaya produksi
atau biaya operasional, antara lain:
26 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
a) Pemberian keringanan (subsidi) bunga kredit.
b) Pemberian keringanan (subsidi) pajak dan/atau tarif dasar listrik.
c) Penerapan undang-undang tenaga kerja yang fleksibel untuk sementara waktu yang
bertujuan untuk memfasiitasi unit usaha saat melakukan labor hoarding.
d) Peningkatan frekuensi pealtihan untuk menjangkau lebih banyak UMKM.
e) Peningkatan peluang permintaan barang atau jasa bagi UMKM serta perluasan program
kemitraan usaha besar dengan UMKM, penginkatan plafon anggaran proyek (atau program)
yang khusus diperuntukkan bagiUMKM.
f) Pengembangan e-commerce sebagai platform bagi UMKM dalam berusaha/bertransaksi.
g) Penurunan biaya transaksi dalam melakukan bisnis dengan memotong berbagai biaya
regulasi yang tidak diperlukan, misalnya regulasiyang mengatur ekspor, seperti lisensi,
perizinan, sertifikasi dan sebagainya.
3.6 Strategi Kebijakan untuk Mendukung Pertumbuhan Usaha
Dukungan kebijakan dipertimbangkan untuk melakukan peningkatan kinerja UMKM
yang tengah mengalami pertumbuhan usaha dan meningkatkan penjualan yaitu :
a) Pengadopsian tehnologi maju dengan memberikan keringanan pembelian mesin mutakhir
(subsidi belanja modal), memfasilitasi kemitraan dengan unit usaha besar dan yang lebih
maju, baik perusahaan lokal maupun asing.
b) Dukungan bagi UMKM untuk mendapatkan sertifikasi prosuk atau pun upaya yang tidak
mengenal henti untuk menginkatkan mutu.
c) Peningkatan kualitas tenaga kerja, melalui pelatihan, pemagangan, dan penambahan fasilitas
kerja, dan
d) Dukungan promosi antara lain melalui penyediaan kesempatan mengikuti pameran di luar
negeri.
27 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB 4
Strategi dan Kebijakan Pengembangan UMKM
erumusan kebijakan pengembangan UMKM di Indonesia perlu dipertimbangkan
oleh tiga faktor yaitu
a) Faktor geografis, mempertimbangkan kondisi dimana UMKM itu berada dan
tantangan yang dihadapi dalam berusaha. Indonesia dilihat pada aspek sosial,
ekonomi dan budaya, terjadi variasi yang berbeda karena problem geografis yang menuntut
strategi pengembangan yang berbeda satu sama lain. Seperti, kebijakan yang diambil di Pulau
Jawa, tentu tidak bisa diterapkan di Papua karena kondisi akses transportasi yang berbeda.
Dengan demikian, perencanaan pembinaan UMKM yang sentralistik tidak banyak membantu
berkembangnya usaha yang unik sesuai dengan kondisi geografis yang dihadapi UMKM.
b) Faktor skala usaha, persoalan rentang usaha mikro yang omzet usahanya sangat kecil,
misalnya industri rumahan di luar Pulau Jawa, sampai dengan usaha menengah yang
pemasaran hasilnya perambah negara lain. Bagaimana strategi pengembangan mampu
mewadahi berbagai kepentingan sektor UMKM pada skala usaha yang berbeda dengan
harapan berbeda pula. Demikian juga strategi pengembangan yang diambil pada sektor
formal dan informal saja berbeda, apalagi bila dikaitkan dengan dimana mereka berusaha di
pedesaan atau perkotaan.
c) Faktor fokus, berkaitan dengan karakteristik UMKM Indonesia yang cenderung
menggunakan strategi fokus, yaitu strategi yang digunakan untuk membangun keunggulan
bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit, yang ditujukan untuk melayani
kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya
untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga.
P
28 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
4.1. Revitalisasi Pasar Tradisional
Untuk mendukung strategi fokus, kebijakan pengembangan UMKM berdasarkan kajian
yang dibutuhkan oleh UMKM antara lain “Revialisasi Pasar Tradisional.
Bagian penting untuk bisa berkembangnya sektor UMKM usaha yang harus difasilitasi
dengan tepat oleh pemerintah adalah pasar. Kini maraknya di berbagai kota, adanya
perkembangan pasar modern, seperti minimarket, supermarket dan hipermarket. Hal ini, yang
menggeser peran pasar tradisional. Realitanya, masyarakat perkotaan lebih memilih
bertransaksi di pasar modern daripada pasar tradisional. Menghindari kesemrawutan,
kekumuhan, kekotoran, kejahatan, hingga pada ketidakpastian harga dan jarak tempuh dari
pusat keramain pun melatar belakangi alasan tersebut.
Sedangkan, secara simbolisasi dari kemandirian ekonomi rakyat yang memerankan
sektor UMKM adalah pasar tradisional. Pasar modern di tengah pasar tradisional semakin
meluas dan menggeser peran sektor UMKM kecuali memiliki modal kuat dan siap menjalani
perjanjian yang tidak menguntungkan kedua belah pihak. Pemerintah, khususnya PEMDA,
kerap kali lebih memihak pasar modern dengan banyak pertimbangan, seperti alasan
keindahan, ketertiban kota hingga dengan potensi pajak dan retribusi yang bisa masuk PAD
(Pendapatan Asli Daerah).
Tidak bisa dipungkiri bahwa, pasar tradisional identik dengan tempat belanja yan
gkumuh, becek dan bau serta kelas menengah ke bawah yang sering mendatangi pasar tersebut.
Namun, pasar juga memiliki kapasitas penyerapan tenaga kerja, meski bernilai informal.
Berubahnya karakter pasar, dari tradisional ke modern, berpotensi untuk menciptakan
pengangguran dan kemiskinan baru, berjuta orang yang terlibat dalam jaringan pasar
tradisional akan kehilangan mata pencahariannya bila pasar tradisional musnah.
Perlunya langkah revitalisasi pasar tradisional, menjadi fakta bahwa pedagang
tradisional menjamin tidak akan menyebabkan capital outflow, juga memberi ruang bagi
UMKM untuk memasarkan produknya tanpa hambatan biaya pemasaran yang tinggi akibat
kelemahan dalam menjalankan pernjanjian dengan pengelola pasar modern. Hal ini, peran
pasar tradional dalam penyerapan angkatan kerja yang besar bisa terealisasi, sehingga menjadi
solusi untuk mengurangi pengangguran sekaligus kemiskinan.
29 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
4.2 Penanganan Pedagang Kaki Lima (PKL)
Pada negara-negara berkembang, keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah
menjadi karakteristik. Kenyataan bahwa PKL digambarkan sebagai perwujudan pengangguran
tersembunyi atau setengah pengangguran yang luas seperti yang dikemukakan oleh Bairoch
(1993). Pandangan lebih minor terhadap PKL, saat mereka diposisikan sebagai parasit dan
sumber pelaku kejahatan jalanan. Sehingga, banyak yang beranggapan PKL bukan sebagai aset
melainkan harus dimusnahkan, meski sulit untuk melakukan itu. Hampir tidak pernah ada di
kota besar di mana pun i dunia yang benar-benar bersih dari PKL. Dengan demikian, langkah
bijaksana adalah menata keberadaan mereka dalam sistem tata ruang wilayah seperti
mendukung jalinan mitra usaha, membina untuk meningkatkan kesehatan produk dan
menyelenggarakan program pemberdayaan melalui koperasi.
Rekomendasi beberapa pilihan kebijakan oleh Mc Gee dan Yeung (1977), dalam
mengahadapi fenomena PKL diantaranya adalah:
a) Kebijakan relokasi, strategi ini menempatkan PKL pada lokasi uang memenuhi kriteria
tradisional, tetapi memiliki keunggulan estetikan dan keterjangkauan konsumen
Harapannya, penempatan ini memungkinkan PKL merasa dimasusiakan dan pembeli diberi
ruaang untuk eneruskan tradisi berbelanja di pinggir jalan, meski kesulitan untuk
menemukan lokasi baru untuk memenuhi harapan semua pihak.
b) Kebijakan struktural “refresif”, dengan melaksanakan sanksi bagi pelanggan yang
menjalankan usaha d luar daerah peruntukan. Penetapan denda yang berat, baik bagi penjual
maupun pembeli sehingga masyarakat enggan bertransaksi dengan para PKL. Konsistensi
pengakan hukum sangat dibutuhkan, sekaligus juga memberikan penghargaan bagi
kelompok yang memenuhi peraturan.
c) Kebijakan edukasi “pemberdayaan”, melakukan pendampingan atau pengelompokkan
dalam koperasi sehingga memudahkan dalam pembinaan yang dilakukan. Strategi ini
diharapkan menjadi model terakhir untuk dapat menaikkan kelas, PKL bisa melakukan
mobolitas vertikal terhadap usaha yang lebih formal.
30 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB 5
Menganalisa Peluang Usaha Baru
5.1. Analisis Internal dan Eksternal
aktor-faktor psikologikal, hasil penelitian menyebabkan mereka
mengidentifikasi lima macam dimensi, sebagai berikut:
1. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan (need achievement)
2. Lokus pengadilan. Hal ini berhubungan dengan ide bahwa para invidulah
dan bukan keberuntungan/ nasib yang mengendalikan kehidupan mereka sendiri.
3. Toleransi terhadap resiko. Para enterpreneur yang bersedia menerima resiko moderat,
ternyata meraih penghasilan lebih besar atas aktiva mereka, dibandingkan dengan
enterpreneur atau tidak bersedia menerima resiko secara berlebihan.
4. Toleransi terhadap ambiguitas.
Hal tersebut disebabkan oleh karena banyak keputusan yang harus diambil berdasarkan
informasi tidak lengkap atau tidak jelas. Adapun ciri-ciri enterpreneur dari faktor internal yang
berhasil menurut Hornadary:
a) Kepercayaan pada diri sendiri (self-confidence)
b) Penuh energi dan bekerja dengan cermat (diligence)
c) Kemampuan untuk menerima resiko yang diperhitungkan.
d) Memiliki kreatifitas dan Memiliki fleksibilitas
e) Memiliki reaksi positif terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi.
f) Memiliki jiwa dinamis dan kepemimpinan
g) Memiliki kepekaan menerima saran dan kritik yang dilontarkan
h) Memiliki keuletan dan kebulatan tekad untuk mencapai sasaran.
i) Memiliki inisiatif dan banyak akal.
F
31 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Intrapreneurship bisa berkembang pada sebuah organisasi besar, Pinchot
berpendapat perlu 5 (lima) faktor kebebasan sebagai berikut:
a) Seleksi diri. Perusahaan yang memberikan peluang kepada para inovator untuk
mengemukakan ide-ide mereka dan bukan menjadikan tanggung jawab untuk menghasilkan
ide-ide baru, tanggung jawab yang ditugaskan pada beberapa individu atau kelompok-
kelompok tertentu.
b) Jangan ide yang diciptakan ditengah jalan, diserahkan kepada pihak lain. Setelah ide
muncul, para manager harus memberi kesempatan orang pencipta ide, melanjutkannya dan
jangan memberi instruksi untuk menyerahkan idenya kepada pihak lain.
c) Pihak yang melakukanlah yang mengambil keputusan. Kepada pihak yang
memunculkan ide, perlu diberikan kebebasan tertentu untuk mengambil keputusan tentang
pengembangan ide tersebut.
d) Perlu diciptakan waktu untuk membantu penciptaan inovasi.
e) Akhirilah falsafah penemuan ”akbar” yaitu pimpinan puncaknya hanya berminat
terhadap ide-ide inovatif.
5.2 Gagasan Produk Baru (Konsep Produk, Marketing dan Integrated/Menciptakan
Kebutuhan Pasar)
Sejumlah konsep berdasarkan apa suatu organisasi melaksanakan kegiatan pemasaran
mereka. Menurut Philip Kotler, terdapat lima (5) macam konsep yang bersaingan, yaitu:
a. Konsep produksi (the production concept)
b. Konsep produk (the product concept)
c. Konsep penjualan (the selling concept)
d. Konsep pemasaran (the marketing concept)
e. Konsep pemasaran sosietal (the sosietal marketing concept)
32 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
a) Konsep Produksi
Konsep produksi merupakan salah satu diantara konsep tertua dalam bisnis.konsep
produksi menyatakan bahwa para konsumen akan menyukai produk-produk yang tersedia
dimana-mana dan yang harganya murah.
Para manager bisnis yang berorientasi pada produksi memutuskan perhatian mereka
pada upaya mencapai efisiensi produk yang tinggi, biaya rendah dan distribusi masa. Mereka
mengasumsi bahwa para konsumen terutama menginginkan ketersediaan produk dengan harga-
harga rendah. Orientasi demikian mengandung makna pada negara-negara yang sedang
berkembang, dimana para konsumen lebih berminat pada upaya mendapatkan produk,
dibandingkan dengan sifat-sifat produk yang melekat padanya. Ia juga memanfaatkan apabila
perusahaan tertentu ingin mengekspansi pasarnya.
Definisi berikut disajikan oleh Russ-Kirckpatrick dengan mengutip kamus Noah
Webster.
1. Pemasaran (marketing): Kinerja seorang penjual yang mencakup aneka macam kegiatan
yang saling berkaitan, yang ditunjukan untuk menciptakan pertukaran-pertukaran yang
menguntungkan meliputi penawaran sang penjual.
2. Pertukaran. Konsep sesuatu pertukaran (axchange) merupakan inti dari kegiatan
pemasaran. Bahasa latin istilah pemasaran adalah berniaga (to trade) melaksanakan sesuatu
pertukaran barang dengan barang lain.
3. Pertukaran, yang menguntungkan. dipandang dari sudut pandang yang sempit, intensi
(minat) menguntungkan menimbulkan kesan adanya pertukaran yang dimaksud untuk
menguntungkan sang penjual dan menimbulkan manfaat ekonomi bagi sang pembeli.
4. Penjual. Secara tipikal (khas) adalah sebuah perusahaan bisnis, tetapi setiap organisasi,
dengan adanya pembeli yang ingin dilayani olehnya dapat pula kita anggap sebagai
penjual.dalam kelompok menjual dapat kita masukkan misalnya: badan-badan yang
menyelenggarakan jasa-jasa pelayanan sosial, rumah sakit, universitas, dan kelompok
politik.
33 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
5. Kegiatan. Dalam sebuah perusahaan, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh departemen
pemasaran dapat berikut:
a. Mengidentfikasi kebutuhan para pembeli untuk penuhi.
b. Mengupayakan agar dapat terbentuk penawaran pasar.
c. Membantu menetapkan syarat-syarat penjualan yang tercakup dalam hal membeli barang
atau jasa yang ditawarkan.
d. Membant menyediakan barang dan jasa yang akan ditawarkan pada tempat dimana para
pembeli memerlukannya.
e. Memberikan informasi, mempersuasi dan meningkatkan para pembeli tentang barang dan
jasa yang ditawarkan.
b) Konsep Produk
Konsep produk menyatakan bahwa para konsumen akan menyukai dan memilih
produk-produk yang memberikan kualitas, kinerja atau sifat-sifat inovatif terbaik para manajer
pada organisasi demikian memusatkan perhatian mereka pada upaya membuat produk-produk
superior dan dengan berlangsungnya waktu produk-produk tersebut terus menerus diperbaiki.
c) Konsep Penjualan
Konsep penjualan merupakan sebuah orientasi bisnis lain. Konsep penjualan
menyatakan bahwa para konsumen dan perusahaan-perusahaan apabila dibiarkan mengikuti
pilihan mereka sendiri, normalnya tidak akan membeli produk-produk organisasi dalam jumlah
cukup, maka karenanya organisasi perlu mengadakan penjualan serta agresif dalam melakukan
upaya promosi. Konsep tersebut mengasumsi bahwa para konsumen secara tipikal
menunjukkan inersia (memiliki suatu karakteristik yang dinamakan kelembaman) atau
resistensi (keenganan dalam berubah gerak) dan mereka perlu dirangsang untuk melaksanakan
pembelian-pembelian.
Konsep penjualan dipraktekkan secara amat agresif terhadap barang-barang yang tidak
dicari orang (unsought goods) yakni barang-barang normal tidak dipertimbangkan pembeli
untuk membeli asuransi, ensiklopedi, lahan-lahan pekuburan. Konsep penjualan juga
diterapkan dalam bidang non laba oleh pihak yang mengumpulkan dana.
34 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
d) Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran merupakan sebuah falsafah bisnis yang berhadapan dengan tiga
macam orientasi bisnis seperti yang telah dikemukakan.
Konsep pemasaran telah dinyatakan orang dengan aneka macam cara dan gaya
menurut Philip Kotler seperti:
1. Memenuhi kebutuhan secara menguntungkan
2. Carilah kebutuhan dan upayakan untuk memenuhinya
3. Cintailah sang pelanggan dan bukan produk
4. Apa saja keinginan saudara
5. Saudara adalah bos
6. Memberikan prioritas kepada orang-orang
7. Rekanan dalam laba
Adapun alasan mengapa perusahaan-perusahaan akhirnya mengikuti konsep
pemasaran sebagai berikut :
a. Merosotnya volume penjualan
b. Pertumbuhan perusahaan lambat
c. Terjadinya perubahan dalam pola-pola pembelian
d. Persaingan yang makin tajam
e. Pengeluaran-pengeluaran pemasaran yang makin meningkat
Alasan mengapa perusahaan-perusahaan perlu mengikuti konsep pemasaran:
1. Aktiva perusahaan yang bersangkutan, tidak banyak artinya tanpa adanya sejumlah
pelanggan.
2. Tugas pokok perusahaan oleh karenanya adalah menarik dan mempertahankan para
pelanggan.
3. Para pelanggan tertarik oleh penawaran barang atau jasa berkualitas superior dan mereka
tetap menjadi pelanggan, karena unsur kepuasan.
35 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
4. Tugas pemasaran adalah menyajikan penawaran barang dan jasa yang berkualitas superior
dan memberikan kepuasan kepada para pelanggan.
5. Kepuasan pelanggan, dipengaruhi pula oleh kinerja departemen-departemen lainnya.
6. Pihak pemasaran perlu mempengarui departemen-departemen lain tersebut agar mereka
bekerja sama dalam hal menciptakan kepuasan pelanggan.
e) Konsep Pemasaran Sosietal (Kemasyarakatan)
Philip Kottler, ahli pemasaran asal Amerika Serikat, mendefinisikan istilah
“Pemasaran” adalah suatu proses sosial, dimana individu dan kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan, dan mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan
produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.
Menurut American Marketing Association (AMA), definisi pemasaran adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan sebuah konsep, penetapan tarif, promosi dan distribusi dari ide,
barang dan jasa yang bisa ‘mempertukarkan’ kepuasan konsumen dan tercapainya tujuan
organisasi. Pertukaran kepuasan konsumen dan tercapainya tujuan organisasi ini yang disebut
dengan konsep pemasaran. Di dalam konsep pemasaran, tujuan utama sebuah organisasi
untuk mendapatkan keuntungan dapat dicapai dengan identifikasi dan riset tentang kebutuhan
konsumen. Hal ini yang disebut dengan teknik pemasaran yang berorientasi pelanggan
(consumer orientation). Teknik ini mempunyai tujuan jangka panjang yaitu loyalitas, dan
tujuan jangka pendek yaitu keuntungan akibat penjualan meningkat. Sebaliknya dengan teknik
diatas adalah pemasaran berorientasi produk (product orientation).
Pemasaran sosial adalah aplikasi dari teknik pemasaran bisnis ke dalam analisis,
perencanaan, eksekusi, dan evaluasi program-program untuk menjual gagasan dalam rangka
mengubah sebuah masyarakat, terutama dalam manejemen yang mencakup analisis,
perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Pemasaran sosial didefinisikan sebagai
penerapan prinsip–prinsip (mulai dari perencanaan hingga implementasi) dan alat pemasaran
untuk mencapai kebutuhan serta keinginan sosial.
Pemasaran komersil adalah Penjualan suatu usaha yang terpadu untuk
mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan
dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan keuntungan.
36 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Konsep pemasaran sosietal mendesak para pemasar untuk memasukkan pertimbangan
sosial serta etika dalam praktek pemasaran mereka, perlu mengimbangkan kriteria yang
seringkali berbenturan berupa laba perusahaan, kepuasan kebutuhan para pelanggan, dan
kepentingan publik.
Perbedaan mendasar antara pemasaran komersil dan pemasaran sosial menurut
Andreason, adalah pada prinsip “4P” yang dikenal sebagai “marketing mix”. Bauran
pemasaran (marketing mix) diperlukan oleh sebuah organisasi untuk memperkuat kesan
manfaat sebuah produk, jasa, atau ide bagi pelanggan. Bauran pemasaran ini mempunyai 4
(empat) elemen yang harus diperhatikan, yang sering disebut dengan 4P, yaitu produk
(product), tempat (place), harga (price), dan promosi (promotion. Saat ini, ada satu elemen lagi
yang tidak bisa dipungkiri bahwa itu penting yaitu orang (people).
Produk sosial berupa Gagasan dan Praktik Perubahan gagasan atau perilaku yang
sifatnya merugikan masyarakat kepada gagasan atau perilaku baru yang lebih baik adalah
tujuan dari adalah tujuan dari pemasaran sosial. Gagasan dan perilaku adalah produk yang
dipasarkan.
Produk Sosial terdapat 3 (tiga) tipe :
1. Social Idea adalah Gagasan Sosial berupa suatu kepercayaan (belief), sikap (attitude), atau
nilai (value).
2. Social Practice adalah Praktik Sosial berupa peristiwa yang terjadi akibat aksi perorangan,
seperti yang ditunjukkan pada vaksinasi atau keikutsertaan (partisipasi politik) dalam
pemilihan umum. Juga bisa berupa pola perilaku yang sukar dirubah.
3. Social Difference, dengan tujuan perubahan social yang melibatkan produk kasat mata
(tangible product) Produk tangible menunjuk pada produk fisik yang menyertai suatu
kampanye social. Seperti pilkontrasepsi atau kondom yaitu alat-alat yang berguna dalam
menyempurnakan praktik social, dalam konteks praktik keluarga berencana.
Produk ini didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan dan dapat
memuaskan kebutuhan atau keinginan. Produk bisa berupa barang, jasa, orang, tempat,
organisasi, ide.
37 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Membuat sebuah produk di pemasaran sosial lebih sulit dibandingkan dengan
komersial, oleh karena:
Inflexibility. Pemasar komersial lebih mudah mendesain ulang produknya dibandingkan
pemasar sosial. Mereka bisa dengan mudah merubah warna, bentuk, desain, atau fitur yang
lain. Pemasar sosial lebih sulit dalam merubah produknya.
Intangibility. Produk di pemasaran komersial bentuknya lebih jelas dan mudah diamati.
Produk di pemasaran sosial lebih sulit diamati keluarannya (output) karena sering
memberikan pemahaman di dalam kesadaran manusia.
Complexity. Produk sosial lebih kompleks dibandingan produk komersial oleh karena
produk komersial dapat fokus pada satu manfaat. Produk sosial mempunyai manfaat lebih
banyak, tetapi tidak nampak jelas dan harus tetap dijelaskan efek negatifnya pada
masyarakat.
Controversial. Produk sosial sering kontradiksi dengan nilai atau norma yang ada di
masyarakat.
Weak personal benefit. Pada produk sosial, manfaat yang didapatkan seringkali untuk
masyarakat, dan jarang untuk pribadi.
Negative frame. Produk sosial, terutama yang merubah perilaku, sering terdengar negatif
dan tidak nyaman dilakukan.
Tempat adalah proses yang membuat sebuah produk dapat terdistribusi dan terjangkau
oleh pelanggan dengan baik. Untuk mendistribusikan sebuah produk dengan baik, juga
diperlukan bantuan orang yang sering disebut perantara atau kader (intermediaries). Perantara
ini bisa berasal dari guru, karyawan, orang tua, dokter umum, apoteker, dll. Permasalahan
terjadi jika pemasaran sosial menggunakan perantara ini, yaitu mereka sulit dikontrol oleh
karena: (a) sering memasukkan idenya sendiri ke dalam pesan yang seharusnya disampaikan,
(b) tidak mengikuti pelatihan sebelum memberikan pelayanan.
Harga adalah total yang harus dibayarkan oleh pelanggan baik finansial maupun non
finansial sebagai alat tukar dengan barang, jasa, pelayanan, maupun ide yang ditawarkan. Harga
non finansial yang dikeluarkan antara lain waktu, usaha, ketidaknyamanan fisik, dan
38 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
psikologis. Alasan dibutuhkannya biaya pada pemasaran sosial adalah: Ekuitas, Keuntungan
produksi, Efisiensi, Penghasilan untuk distribusi.
Promosi adalah kegiatan yang diciptakan untuk merangsang kesadaran pelanggan
tentang produk yang ditawarkan. Metode yang digunakan bisa berbagai cara, antara lain iklan,
promosi penjualan, pemberian sponsor, publisitas, pemberian cindera mata, dan penjualan
pribadi.
Orang disini adalah orang yang bertugas memberikan pelayanan dan berinteraksi
dengan pelanggan. Orang ini harus mempunyai kemampuan interpersonal dan pengetahuan
tentang produk yang baik. Pada prinsipnya, pemasaran sosial adalah penerapan teknik dan
langkah pemasaran komersial untuk tujuan sosial.
Tabel 5.1 Perbedaan Pemasaran Sosial dan Pemasaran Komersial
P e r b e d a a n Komersial Sosial
a. Mendefinisikan &
mengkomunikasikan
Mudah Sulit
b. Bentuk produk Barang atau jasa Ide, konsep
c. Manfaat yang diperoleh Langsung Jangka lama
d. Proses pertukaran Mudah Sulit
e. Perubahan perilaku Menyenangkan Membuat tidak nyaman
f. Kontradiksi dengan norma Jarang ada Seringkali
g. Pertimbangan politis Jarang terjadi Sering terjadi
h. Keterlibatan struktur sosial Jarang Seringkali
Sumber : Google dan Analisa Penulis
39 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
5.3 Identifikasi dan Analisis Peluang Usaha Baru
Terdapat pandangan bahwa para manajer dan para entrepreneur merupakan pihak yang
memecahkan masalah-masalah.dalam kenyataan para manajer dan entrepreneur efektif, tidak
akan berupaya untuk menyelesaikan setiap masalah yang diajukan kepada mereka oleh pihak
bawahan,pihak atasan dan para rekan-rekan mereka; waktu dan energi mereka dimanfaatkan
untuk menghadapi masalah yang sungguh-sungguh memerlukan kemampuan pengambilan
keputusan mereka maka problem-problem yang ringan dapat diselesaikan oleh pihak bawahan.
Sebuah keterampilan penting bagi para manajer dan entrepreneur yakni memilih
pendekatan tepat dalam hal menghadapi masalah tertentu atau mendeteksi peluang-peluang
yang ”menjanjikan”.
Sebuah masalah merupakan sesuatu hal yang mengurangi kemampuan sesuatu
organisasi mencapai sasarannya, sedangkan sebuah peluang merupakan sesuatu yang
memberikan kesempatan untuk melampaui sasaran-sasaran yang ditetapkan.
Sebuah metode yang dikenal sebagai metode penelitian dialektikal (berasal dari kata
dialog yang berarti komunikasi dua arah) yang kadang-kadang juga dinamakan orang ”the
devils advoocate method”, metode ini bermanfaat dalam hal memecahkan masalah dan upaya
menemukan peluang. Pada metode ini sang pengambil keputusan menyajikan sejumlah solusi
disertai asumsi-asumsi yang merupakan landasan mereka setelah mana ia mempertimbangkan
hal-hal yang bertentangan dengan seluruh asumsi yang dikemukakan, setelah ia menyajikan
beberapa solusi, berlandaskan asumsi-asumsi negatif tersebut.proses ini dapat menyebabkan
munculnya lebih banyak solusi yang bermanfaat, maupun mengungkapkan peluang-peluang
yang sebelumya belum diketahui.
Identifikasi peluang usaha dapat di lakukan dengn menyimak bidang hasil usaha pokok,
yaitu kedudukan pasar, profitabilitas, sumber daya manusia (SDM), keuangan, sarana kerja,
tanggung jawab sosial, dan pengenbangan usaha.
Identifikasi peluang usaha dapat di lakukan dengan cara : 1) Belajar ilmu
manajemen usaha. 2) Meminta jasa konsultan manajemen. 3) Meminta jasa keluarga dan
kenalan yang pintar dalam usaha.
40 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Dengan tersedianya informasi ekstren dan informasi intern, maka wirausahawan
dapat mengetahui :
1. Dimana ada peluang (opportunity)
2. Apa saja yang mengancam usaha (threat)
3. Ada kekuatan (strength) yang dapat mendukung usaha untuk mencapai sasaran.
Persyaratan pokok dalam identifikasi peluang usaha atau mengenali peluang
keberhasilan usaha pada masa depan ialah berfikir polos, keterbukaan, optimisme, kerja sama,
dan mau mendengarkan orang lain, mengakui kesalahan, dan percaya pada hari esok akan lebih
baik dari hari kemarin.
Identifikasi peluang usaha meliputi hal-hal berikut :
a. Waktu peluncuran produk yang tepat
b. Desain produk yang sesuai dengan kebutuhan pembeli atau pelanggan.
c. Strategi distribusi yang tepat.
d. Mampu mengidentifikasi usaha yang sedang di jalankan.
e. Optimis dan citra positif dalam usaha.
f. Sumber daya manusia (SDM) yang cukup baik.
g. Sumber daya yang cukup.
h. Manajemen produk yang baik.
i. Pemasaran produk yang tepat.
j. Pengalaman mengelola usaha.
Untuk mencapai keberhasilan, langkah pertama dalam identifikasi peluang usaha adalah
tumbuhkan citra positif pada diri sendiri, tetaplah optimis dalam menghadapi situasi apapun
dalam usaha. Peluang-peluang usaha atau bisnis masih terbuka di depan kita, asal kita
mempunyai semangat yang tinggi.
41 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Dr. D.J. Schwartz mengemukakan pendapatnya tentang cara identifikasi peluang
usaha adalah :
1. Percaya dan yakin bahwa usaha bisa dilakukan. Hapuskan kata mustahil, tak mungkin, tak
bisa, tak perlu dicoba, dari khasanah pikiran dan bicara.
2. Janganlah tradisi lingkungan yang statis akan melumpuhkan pikiran wirausahawan. Lihatlah
peluang-peluang usaha untuk menjadi besar. Tradisi lain yang kurang menunjang peluang-
peluang usaha adalah etos kerja yang rendah dan terlalu santai.
3. Setiap hari bertanya pada diri sendiri, "bagaimana saya dapat melakukan usaha sendiri lebih
baik".
4. Bertanya dan dengarkanlah. Dengan bertanya dan mendengar, maka wirausahawan akan
mendapatkan bahan baku untuk mengambil keputusan yang tepat. Ingat orang besar
memonopoli kegiatan bicara.
5. Perluas pikiran anda, bersemangatlah. bergaulah dengan orang-orang yang bisa membuat
anda mendapat gagasan-gagasan peluang usaha.
Paul Charlap merumuskan identifikasi peluang usaha yang mencakup empat (4) unsur
yang harus di miliki seorang wirausahawan, yaitu : 1. Kerja keras (Work hard), 2. Kerja cerdas
(Work smart), 3. Kegairahan (Enthusiasm) dan 4. Pelayanan (Service).
Dalam peluncuran usaha baru, wirausahawan harus melakukan adalah :
Mempertahankan sikap obyektivitas dan selalu mencari gagasan bagi produk atau jasa
Dekat dengan segmen pasar yang ingin dimasuki
Memahami persyaratan teknis dari produk atau proses
Menelusuri secara mendetail kebutuhan finansial bagi pengembangan dan produksi
Mengetahui kendala hukum yang diterapkan pada produk atau jasa
Menjamin bahwa produk atau jasa menawarkan keuntungan tertentu yang membedakannya
dari pesaing
Melindungi gagasan kreatif melalui hak paten, hak cipta, merek dagang dan merek jasa.
42 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
5.4 Cara Mendaftar UKM di Depok
Pedoman “yang penting usaha jalan dulu” umumnya menjadi acuan di saat awal
berbisnis, apalagi jika kostumer/pelanggan kita adalah teman dekat, keluarga, dan tetangga
sekitar.
Namum seiring dengan semakin berkembangnya usaha, ketika kostumer/pelanggan tidak
lagi hanya dari kalangan orang dekat/orang yang kita kenal, maka legalitas usaha menjadi poin
penting agar usaha yang dijalani bisa semakin berkembang. Legalitas usaha memberikan
keamanan bagi pelaku usaha dan juga bagi konsumen.
Jika anda adalah pelaku usaha mikro yang tinggal di Depok, memiliki KTP Depok, dan
berproduksi di Depok, hal yang paling mendasar untuk dilakukan adalah mendaftarkan usaha
anda ke pemkot Depok.
Berikut adalah cara mendaftar ukm di Depok :
a. Mendapatkan Surat Keterangan Usaha (SKU) dari Kantor Kelurahan. Prosesnya standard,
dimulai dengan membawa pengantar dari lingkup RT dan RW, kemudian mengajukan ke
Kelurahan.
b. Mendaftar ke Kantor Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar (DKUP).
Prosesnya gampang karena hanya bersifat pendataan saja, yaitu mengisi formulir yang
diberikan. Pemilik usaha bisa datang langsung ke Kantor DKUP di Gedung Dibaleka II, lt
7, Kompleks Balaikota Depok, dengan membawa lembar fotokopi SKU dari kelurahan
dan fotokopi ktp sebagai kelengkapannya. Namun akan menjadi nilai tambah apabila
ketika datang mendaftar juga membawa salah satu hasil produksi untuk diperlihatkan;
dan/atau membawa berkas profil usaha. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan petugas
dinas mengenai masalah legalitas usaha, baik itu mengenai proses pengurusan ijin maupun
biaya perijinan.
c. Walaupun tidak harus, tapi akan lebih baik juga jika produk usaha bisa di pajang dalam
ruang UMKM Center Depok, yang berada di lt dasar ITC Depok. Caranya cukup dengan
datang langsung ke kantor UMKM Center Depok dan membawa produk serta berkas profil
43 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
usaha. Produk yang dibawa bisa langsung di titipkan untuk dijual pada kostumer sementara
berkas profil usaha dititipkan juga agar bisa menjadi sunber informasi tentang produk dan
usaha kita kepada pengunjung UMKM Center, jika diperlukan.
Demikianlah cara mendaftarkan UMKM di Depok. Selanjutnya proses legalitas bisa
disesuaikan dengan jenis produk. Untuk produk pangan langkah selanjutnya adalah
memperoleh PIRT dan sertifikasi Halal MUI. Ada baiknya juga jika pelaku usaha mikro
kemudian bergabung dalam salah satu komunitas UKM yang ada di Depok agar dapat saling
bersinergi dengan pelaku usaha yang lain.
44 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB 6
STRATEGI MERANCANG USAHA
6.1 Komponen Perencanaan Usaha
ujuh (7) komponen dalam menyusun rencana bisnis (Business Plan), semua
bagian tersebut penting, saling terkait dan berhubungan dalam kegiatan
perencanaan bisnis sehingga menghasilkan sebuah persiapan yang baik untuk
memulai bisnis.
Komponen-komponen penting dalam menyusun sebuah rencana bisnis :
1. Ulasan Deskripsi Bisnis, harus menjelaskan secara singkat apa bidang usaha yang akan
dijalankan. Tuliskan potensi produk saat ini dan kemungkinannya dimasa depan. Juga
berikan informasi peluang pasarnya serta perkembangan produk untuk bisa bertahan dan
menyesuaikan dengan pasar yang ada.
2. Strategi Pemasaran, yang akan dijalankan haruslah merupakan hasil analisa pasar yang
telah dilakukan dengan cermat. Analisa pasar adalah kekuatan yang harus anda gunakan
untuk menciptakan target pembeli, anda harus memahami seluruh aspek yang berkaitan
dengan pasar sehingga target penjualan dapat ditentukan (kemana produk anda akan
dipasarkan).
3. Analisa Pesaing, digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing dalam satu
pasar yang sama. Setelah menemukan kekuatannya, kemudian mencari strategi untuk
memasarkan produk dengan cara yang berbeda dengan pesaing. Juga harus mencari strategi
untuk menghalangi pesaing masuk dan meniru strategi yang sama.Demikian juga dengan
kelemahan yang ditemukan, dapat dieksploitasi dengan mengembangkan produk yang lebih
baik dari pesaing.
T
45 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
4. Rencana Desain dan Pengembangan, diperlukan untuk menunjukkan tahap perencanaan
produk, grafik pengembangan dalam konteks produksi dan penjualan. Ini berguna untuk
membuat rencana anggaran biaya produksi yang sesuai dengan kebutuhan.
5. Rencana Operasional dan Manajemen, dibuat untuk menjelaskan bagaimana usaha akan
berjalan dan berkelanjutan. Rencana operasional akan berfokus pada kebutuhan logistik
perusahaan, misalnya bermacam tugas dan tanggung jawab tim manajemen, bagaimana
prosedur penugasan antar divisi dalam perusahaan serta kebutuhan anggaran dan
pengeluaran yang berkaitan dengan operasional perusahaan.
6. Pembiayaan, menjadi unsur penting dalam sebuah rencana bisnis. Dari mana sumber dana
berasal, bagaimana mengatur anggaran agar efisien namun tetap dapat mengoperasikan
seluruh divisi dalam perusahaan agar berjalan lancar.
7. Kesimpulan Usaha, dapat menampilkan jadwal waktu tiap komponen diatas akan
dilakukan, perkiraan waktunya dan hal-hal penting lainnya yang akan mendukung segala
aktifitas dalam memulai usaha.
6.2. Sistematika Perencanaan
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, perencanaan bisnis harus dapat
menyajikan informasi yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan utamanya, dimana
berisikan semua aspek internal maupun eksternal bisnis. Adapun materi atau isinya busines
plan minimal harus dapat menjelaskan atau memuat informasi mengenai tiga aspek manajemen
perusahaan, yaitu pemasaran, produksi atau operasional dan aspek keuangan.
Contoh sistematika penyusunan dan penjelasan business plan :
1) Cover, minimal berisi judul yang mempunyai nilai jual, misalnya “Crispinya Keripik Pisang
Original”, dan memuat gambar-gambar yang menarik dan menggambarkan kelebihan usaha
yang sedang dirintis.
46 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
2) Executive Summarry (Ringkasan Eksekutif) adalah bagian dari rencana bisnis yang
biasanya ditempatkan di depan yang secara ringkas menjelaskan komponen utama yang
akan dirinci pada bagian selanjutnya. Pada dasarnya ringkasan eksekutif harus menjelaskan
siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana rencana bisnis, latar belakang bisnis,
visi dan misi. Pada bagian ini juga bisa ditampilan analisa SWOT (kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman).
3) Marketing Plan, pada aspek manajemen pemasaran ini, ada dua hal penting yang harus
dibahas, yaitu mengenai;
a) Gambaran umum pasar yang bisa dianalisa dengan pendekatan STP, yaitu Segmen pasar
merupakan gambaran umum dari konsumen usaha. Target pasar merupakan sasaran
khusus bagi konsumen potensial dari usaha yang dimiliki.
b) Positioning adalah bagaimana kita menempatkan usaha kita diantara pesaing usaha yang
sejenis.
Strategi STP (Segmenting, Targetting dan Positioning) digunakan untuk
memposisikan suatu merek dalam benak konsumen sedemikian rupa sehingga merek
tersebut memiliki keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.
Tiga (3) elemen dalam strategi pemasaran yaitu segmenting, targeting dan positioning:
a) Segmenting: upaya memetakan pasar (sasaran program) dengan memilah-milahkan
konsumen sesuai persamaan di antara mereka. Pemilahan ini bisa berdasarkan usia,
tempat tinggal, penghasilan, gaya hidup, atau bagaimana cara mereka mengkonsumsi
produk.
b) Targeting: setelah memetakan pasar (sasaran program), tahap targeting seperti namanya
adalah membidik kelompok konsumen mana yang akan kita sasar.
47 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
c) Positioning: apabila target pasar (sasaran program) sudah jelas, positioning adalah
bagaimana kita menjelaskan posisi produk kepada konsumen. Apa beda produk kita
dibandingkan kompetitor dan apa saja keunggulannya.
Menurut Don E. Schwitz, positioning adalah bagaimana untuk meningkatkan
sekaligus menempatkan produk yang kita buat terhadap pesaing kita dalam pikiran
konsumen, dengan kata lain positioning dipakai untuk mengisi dan memenuhi keinginan
konsumen dalam kategori tertentu.
Strategi pemasaran dengan pendekatan marketing mix atau bauran pemasaran
dengan analisa 7P (ulasan terinci pada Bab 2).
6.3 Need Analisis
Model yang dapat memberikan solusi terbaik dalam sebuah persoalan. Sebagai contoh,
dalam penyusunan model Training needs analysis (TNA) untuk menyelesaikan permasalahan
pada perilaku inovatif karyawan produksi.
TNA adalah suatu studi sistematis tentang suatu masalah pendidikan dengan
pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber, untuk mendapatkan pemecahan
masalah atau saran tindakan selanjutnya (Mangkunegara, 2003:72).
Menurut Tovey (dalam Irianto, 2001;30) training needs analysis is simply an analysis
of the workplace to specifically determinate what training needs to be done so that money,
time and effort is not wasted on unnecessary training activities. Dari definisi keduanya maka
dapat dikatakan bahwa TNA merupakan analisis sederhana yang dilakukan terlebih dulu untuk
menghindarkan pada usaha-usaha yang tidak perlu dilakukan pelatihan. TNA sangat penting
dilakukan karena keputusan didasarkan pada analisis yang ada. Training hanya dapat
dilakukan jika hal tersebut dilakukan dengan tepat dan pada waktu yang tepat sehingga TNA
ini berperan penting.
Adanya perubahan lingkungan bisnis mengakibatkan perusahaan untuk merespon
perubahan tersebut dengan program pelatihan yang baru. Ada dua (2) hal pokok yang harus
diketahui oleh manajer (Irianto, 2001:33) yaitu; symptoms of the need for change dan cause(s)
of those symptoms.Symtoms of the need for change adalah sebuah masalah yang kemungkinan
48 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
muncul dari beberapa sumber. Sedangkan cause of the symptoms adalah sebuah faktor yang
harus diubah sedemikian rupa untuk mengurangi symptoms atau problem tersebut.
Untuk mengatasi dua hal pokok tersebut dibutuhkan sebuah model TNA, karena TNA
diakui sebagai model yang dirancang untuk menentukan the cause(s) yang telah memunculkan
symptoms tersebut (Irianto, 2001:33).
Dengan demikian makna TNA menurut Camp and Huzaezo (dalam Irianto, 2001:33)
sebagai the examination or diagnostic portion of the training system. Symptoms yang diuji
oleh TNA sering merujuk pada persepsi performance deficiencies yang timbul manakala
terdapat perbedaan (gap) antara expected dan perceived job performance.
Dan menurut Tovey (dalam Irianto, 2001:33) TNA pada dasarnya merupakan a
process of comparing the actual performance of individuals with the standart of performance
at which they are expected to operate. Berdasarkan makna yang demikian inilah maka TNA
memiliki berbagai fungsi yaitu:
a) collect information on the skill, knowledge and feeling of the performers.
b) collect information on the job content and contex.
c) defined the desired and actual performance in useful detail.
d) involve stakeholders and build support.
e) provide data for planning.
TNA merupakan suatu proses sehingga secara umum TNA dapat dikategorikan
ke dalam dua jenis yaitu (Irianto, 2001: 34):
1. Reaktif, TNA reaktif menurut Camp and Huszezo (dalam Irianto, 2001:34) dapat terjadi
bila the perceived performance deficiency is a discrepancy between perceived and expected
performance for the emplyee’s current job. Sesuai namanya TNA jenis ini sifatnya reaktif
dimana sering terjadi perbedaan tingkat persepsi di antara para pengambil keputusan.
2. Proaktif, TNA jenis ini dirancang to respond to the perception that current job behaviour
reflects an inability to meet future standards or expectations. Sesuai namanya pula bahwa
TNA ini mencoba bersikap proaktif atas sejumlah fenomena dimana semuanya diarahkan
pada refleksi kemampuan kinerja karyawan terhadap standar dan harapan yang sangat
49 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
mungkin akan mengalami perubahan di masa mendatang. Terdapat dua varian dalam TNA
proaktif yaitu; preventive approach dan developmental approach. Dalam pendekatan
preventive dalam TNA sengaja dirancang untuk menyakinkan bahwa seorang karyawan
akan dapat memenuhi future expectation dari current job-nya, sedangkan developmental
purpose merupakan buah hasil persepsi manajer sebagai supervisor yang menilai potensi
yang kini dapat dilihat dan kelak dapat dikembangkan pada level tertinggi. Berdasarkan
persepsi inilah manajer dapat merancang program pelatihan untuk karyawan potensial
tersebut (Irianto, 2001: 35).
Menurut Tovey (dalam Irianto, 2001;36) terdapat enam tahapan pokok dalam
proses TNA, yaitu:
1. Dokumentasi Masalah, merupakan tahap pertama dalam proses TNA dimana manajer
berupaya menemukan sebanyak mungkin persoalan dan kemudian
mendokumentasikannya sehingga akhirnya dapat dibuat pertimbangan di dalam
memutuskan tentang berbagai persoalan yang berhubungan dengan skill gap dan
bagaimana hal itu dapat mengarahkan pada suatu tindakan analisis. Salah satu cara
terbaik untuk melakukan tahap pertama ini adalah melalui wawancara dengan beberapa
staf atau pihak tertentu yang terlibat dengan munculnya sejumlah isu permasalahan
(Irianto, 2001: 36).
2. Investigasi Masalah. Setelah melakukan dokumentasi masalah maka manajer
menginvestigasi segala kemungkinan yang menjadi penyebab serta duduk persoalan apa
yang sebenarnya. Investigasi permasalahan tidak dilakukan secara indepth namun sudah
dianggap cukup memadai jika memungkinkan manajer membuat verifikasi bahwa
memang telah terjadi persoalan serius dan kemudian memutuskan apakah pelatihan
diperlukan atau tidak untuk mengatasinya (Irianto, 2001: 39).
3. Merencanakan Kebutuhan Analisis. Setelah menginvestigasi persoalan dengan
seksama, giliran manajer memulai merencanakan membuat kerangka analisisnya. Dalam
hal ini manajer mengidentifikasi pelaksanaan analisis itu sendiri berdasarkan beberapa
50 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
pertimbangan yaitu; urgensi persoalan, kapasitas manajer dalam konteks penyelesaian
masalah akses terhadap beberapa pihak dapat diajak konsultasi, serta segala sesuatu yang
berkaitan dengan sarana pendukung untuk membuat analisis.
Dalam tahapan proses ini perlu ditambahkan lagi adanya tingkatan TNA, meliputi
(Irianto, 2001:38):
a. Analisis Organisasional, berhubungan dengan kebutuhan organisasi secara
keseluruhan diikuti dengan identifikasi bagaimana pelatihan dapat dieksploitasi
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan organisasi. Analisis ini berupaya memahami
apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh organisasi.
b. Analisis Jabatan, dapat dikaitkan dengan kebutuhan terhadap pekerjaan tertentu
dalam organisasi dan dapat digunakan sebagai informasi tentang substansi utama
pekerjaan tersebut untuk selanjutnya dikembangkan standar kinerja. Di samping itu
juga dimungkinkan untuk mengidentifikasi tingkat skill, knowledge dan ability yang
dibutuhkan untuk mencapai standar yang telah ditetapkan.
c. Analisis Personal. Pada tingkatan ini manajer mengkaitkannya dengan kebutuhan
individual dalam organisasi dan sampai sejauh mana kinerja yang telah dicapainya.
4. Pemilihan Teknik Analisis. Tahapan proses ini sangat penting karena manajer
menetapkan dengan teknik apa analisis akan dilakukan. Pemilihan teknik dilakukan
dengan cermat untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah sesuai dengan teknik
analisisnya.
Terdapat berbagai macam pilihan teknik analisis (Irianto, 2001:39) yaitu; survey of
organizational data, survey and questionnaires, observations, performance analysis, task
analysis, employee appraisal, work samples dan sebagainya.
51 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
5. Melakukan Analisis, dalam tahapan ini manajer harus mengidentifikasikan kepada semua
pihak yang terlibat tentang jadwal pelaksanaan analisis sekaligus ijin dari pihak yang
berkepentingan. Pada tahap ini manajer memiliki kesempatan atas bentuk format analisis
sebagai laporan kepada senior manajer (Irianto, 2001: 39).
6. Analisis Data, harus sesuai dengan metode pelaporan yang lazim digunakan secara umum
karena akan dibaca oleh pihak lain.
7. Pelaporan Temuan, Tahapan ini adalah tahapan terakhir dari proses TNA, manajer
membuat laporan tentang temuan sekaligus rekomendasi pemecahan masalah persoalan.
6.4 Implementasi dan Evaluasi Usaha
6.4.1 Implementasi Usaha
Dibahas pada contoh proposal usaha
6.4.2 Evaluasi Usaha
Evaluasi Usaha adalah suatu aktivitas untuk melakukan analisis kinerja usaha bisnis.
Evaluasi usaha prinsip dasar utamanya adalah membandingkan rencana usaha yang telah dibuat
sebelum kegiatan dimulai dengan apa yang telah dicapai pada akhir masa produksi.
Suatu usaha dapat dikatakan berhasil apabila, usaha tersebut dapat memenuhi kewajiban
membayar bunga modal, alat-alat luar yang digunakan, upah tenaga kerja luar serta sarana
produksi yang lain dan termasuk kewajiban pada pihak ketiga.
Bagi pelaku usaha baik itu Usaha Kecil, Usaha Mikro atau Usaha Menengah mengalami
kemandegan dalam sebuah usaha tentu merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak
dikehendaki. Tentu setiap orang menginginkan selalu mengalami kemajuan Usaha dari waktu
ke waktu. Akan tetapi kemandegan dan stagnasi usaha terkadang menjadi sesuatu hal yang
tidak bisa dihindarkan, bahkan terkadang harus mundur beberapa tahap. Banyak hal yang bisa
mempengaruhi kondisi usaha kita, pasar yang mulai lesu, persaingan yang makin ketat,
52 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
produktifitas menurun, biaya produksi yang meningkat dan lain-lain. Kunci untuk menuju
sukses usaha adalah melakukan evaluasi terhadap usaha yang sudah dilaksanakan.
Tujuan evaluasi kelayakan usaha merupakan suatu usaha untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek, apakah proyek tersebut berjalan sesuai rencana
dan akan memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Kegunaan dari evaluasi kelayakan usaha, yaitu:
a. Memandu pemilik dana untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang dimilikinya.
b. Memperkecil resiko kegagalan investasi dan bisa memperbesar peluang keberhasilan
investasi yang bersangkutan (Umar : 2003).
Tahap-tahap Evaluasi Kelayakan Usaha:
1) Analisa Aspek Pasar, sangat penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis yang
berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut.
Pada dasarnya, analisis pasar bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar,
pertumbuhan permintaan dan pangsa pasar dari produk yang bersangkutan.
2) Penentuan Pasar. Pasar merupakan kumpulan seluruh pembeli aktual dan potensial dari
suatu produk. Beberapa kriteria pasar yang harus diukur untuk mempermudah penentuan
pasar sasaran, yaitu:
a) Pasar potensial adalah sejumlah konsumen atau pelanggan yang mempunyai minat
terhadap suatu penawaran pasar.
b) Pasar tersedia adalah sekumpulan konsumen yang mempunyai minat, penghasilan dan
akses penawaran pasar tertentu.
c) Pasar sasaran adalah bagian dari pasar yang memenuhi syarat dan juga bersedia untuk
dimasuki perusahaan kita. (Chumaidiyah:2004a).
53 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
3) Peramalan Permintaan dibagi menjadi tiga (3) metode kelompok utama, yaitu:
a) Metode Kuantitatif untuk peramalan, yaitu metode rata-rata dan metode eksponensial
smoothing.
a) Metode Kualitatif tidak menggunakan data berupa angka, metode-metode yang
digunakan yaitu metode eksploratori dan metode normatif. Metode eksploratori
menggunakan asumsi titik asal pada saat ini dan masa lalu untuk proyeksi masa datang.
Metode normatif bermula dari kondisi ideal dan melihat kemungkinan-kemungkinan
dengan kondisi saat ini.
c) Peramalan Tanpa Data Statistik
- Peramalan analisis menurut sektor pemakai
- Memperhatikan faktor-faktor politik
- Evaluasi akhir ukuran pasar (Chumaidiyah : 2004b)
4) Analisa Aspek Teknis, antara lain menentukan jenis teknologi yang paling sesuai dengan
kebutuhan usaha yang dikaji. Beberapa faktor yang dipertimbangan dalam pemilihan jenis
teknologi, antara lain:
a) Jenis teknologi yang diajukan harus memenuhi standar mutu yang sesuai dengan
keinginan pasar atau konsumen.
b) Teknologi harus sesuai dengan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai skala
produk yang ekonomis.
Pilihan jenis teknologi sering dipengaruhi oleh kemungkinan pengadaan
tenaga ahli, pengadaan bahan baku, dan bahan penunjang yang diperlukan untuk
penerapannya. Seringkali keterbatasan pengadaan salah satu bahan baku, baik dalam
kualitas maupun kuantitas akan membatasi perencanaan proyek, serta berpengaruh
pada biaya.
Pemilihan teknologi hendaknya dikaitkan dengan memperhatikan jumlah dana
yang diperlukan untuk pembelian mesin serta peralatan yang dibutuhkan. Perlu juga
54 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
meninjau pengalaman penerapan teknologi yang bersangkutan oleh pihak lain di
tempat lain, sehingga dapat diketahui apakah teknologi tersebut telah dapat
disetarakan dengan baik.
Dengan pertimbangan faktor diatas, sehingga bisa disimpulkan untuk
kebutuhan teknis pada Saboten Shokudo dipengaruhi oleh variasi produk yang
ditawarkan, pelayanan pelanggan, kenyamanan rumah makan, dan kemudahan
akses. (Chumaidiyah:2004a).
5) Analisis Aspek finansial, untuk mengetahui karakteristik finansial dari suatu perusahaan
melalui data-data akuntansinya. Lalu dapat ditentukan bagaimana prospeknya dimasa
depan. Untuk menentukan suatu investasi layak atau tidak dan untuk memilih alternatif
investasi yang ditawarkan, diperlukan suatu dasar bagi pihak pengambil keputusan untuk
melakukan evaluasi investasi, diantaranya adalah aliran kas (cash flow), yakni
pendapatan pengeluaran yang terjadi sebagai akibat pengadaan dan pengoperasian suatu
proyek dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang Selain itu untuk menganalisa
investasi yang ada, harus memperhatikan nilai depresiasi. Depresiasi atau penyusutan
merupakan proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama
masa manfaat dengan cara yang rasional dan sistematis. Aktiva tetap yang dipakai dalam
suatu perusahaan dari waktu ke waktu, kemampuan untuk menghasilkan barang atau jasa
cenderung akan semakin menurun baik secara fisik maupun fungsinya.
Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa tahap/langkah
yaitu:
a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas
toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi.
Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentuan standar
pengukuran kinerja tersebut, yaitu:
1) Posisi pasar, mengukur posisi pangsa pasarnya dibandingkan dengan para pesaing.
Apakah pangsa pasar telah meningkat atau cenderung menurun ?
55 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
2) Kinerja inovasi (Divisi Riset dan Pengembangan). Bagaimana urutan pengeluaran
riset dan pengembangan (sebagai persentase penjualan) dalam indusri ?
3) Produktivitas. Kinerja ini berhubungan dengan “nilai tambah” output. Penjualan
per karyawan merupakan salah satu ukuran produktivitas.
4) Likuiditas dan aliran kas (cas flow). Kriteria aliran kas biasanya lebih baik daripada
masalah keuntungan.
5) Keuntungan/kemampuan laba. Kriteria ini akan mengukur
- Apakah marjin keuntungan meningkat atau menurun.
- Menghitung dan mengukur hasil kinerja yang telah dicapai.
- Membandingkan antara standar dengan hasil yang dicapai dan jika melampaui
batas toleransi, harus dianalisa penyebab-penyebabnya.
- Mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan.
b) Mengevaluasi kinerja terhadap rencana bisnis. “Apakah tujuan dan sasaran
perusahaan? Bagaimana kinerja perusahaan dalam mendukung pencapaian
tujuan/sasaran tersebut?. Jawabannya akan menghasilkan suatu daftar dari tujuan
(dirinci pada tujuan dari pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan), sasaran dan
hasil kinerja perusahaan. Kemudian pimpinan harus memberikan nilai (0-10) yang
menggambarkan tingkatan mengenai pencapaiannya..
56 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB 7
PENELITIAN UMKM Di KOTA DEPOK
enulis mengolah data primer yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM
Depok. UMKM yang aktif pada sebelas kecamatan yaitu : :
TABEL 7. 1 REKAPITULASI DATA UMKM DI KOTA DEPOK
No. KECAMATAN JUMLAH TERDAFTAR JUMLAH AKTIF
1 BEJI 206 136
66,02 %
2 BOJONGSARI 58 40
68,97 %
3 CILODONG 110 88
80,00 %
4 CIMANGGIS 161 99
61,49 %
5 CINERE 30 13
43,33 %
6 CIPAYUNG 101 88
87,13 %
7 LIMO 53 41
77,36 %
8 PANCORAN MAS 253 164
64,82 %
9 SAWANGAN 101 67
66,34 %
10 SUKMAJAYA 307 203
66,12 %
11 TAPOS 117 113
96,58 %
Total UMKM di Depok 1497 1052
P
57 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
GRAFIK 7.1 UMKM di Kota Depok
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa lima besar urutan berdasarkan
jumlah yang aktif adalah Kecamatan Sukmajaya terdapat 203 UMKM aktif menjadi urutan
pertama, diikuti oleh urutan kedua Kecamatan Pancoran Mas sejumlah 164 UMKM aktif,
dan yang ketiga adalah Kecamatan Beji dengan 136 UMKM aktif dan selanjutnya yang
keempat yaitu Kecamatan Tapos ada 113 UMKM aktif dan terakhir Kecamatan Cimanggis
ada 99 UMKM aktif.
Selanjutnya rincian data dan grafik pada sebelas kecamatan yang ada di Kota Depok,
yaitu:.
7.1 UKM KECAMATAN BEJI
TABEL 7.2. REKAPITULASI DATA UMKM KEC. BEJI
No. JENIS
UMKM
(1)
KEC. BEJI
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion 12 5,83 9 4,37
2 Handicraft 17 8,25 15 7,28
050
100150200250300350
206
58110
161
30101
53
253
101
307
117136
4088 99
1388
41
164
67
203
11366,02 68,97 80,00 61,49 43,33
87,13 77,36 64,82 66,34 66,12 96,58
REKAPITULASI DATA UMKM DI KOTA DEPOK
JUMLAHTERDAFTAR
AKTIF Jumlah AKTIF %
58 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
3 Herbal 2 0,97 1 0,49
4 Jasa 4 1,94 3 1,46
5 Kuliner 101 49,03 38 18,45
6 Percetakan 1 0,49
7 Perdagangan 1 0,49
8 Pertanian 2 0,97
9 Perikanan
10 Peternakan
Total 136 66,02 70 33,98
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
GRAFIK 5.2 UMKM KEC. BEJI
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Beji terdapat
5 (lima) jenis usaha yang aktif 66% dari data UKM yang terdaftar, yaitu usaha fashion
sebanyak 12 atau (5,83%), handicraft sebanyak 17 atau (8,25%), herbal sebanyak 2 atau
(0,97%), jasa sebanyak 4 atau (1,94%) dan kuliner sebanyak 101 atau (49,03%). Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, UKM di Kecamatan Beji lebih didominasi oleh
usaha kuliner.
0
50
100
150
12 17 2 4
101
5,83 8,25 0,97 1,9449,03
9 15 1 338
1 1 24,37 7,28 0,49 1,46 18,45 0,49 0,49 0,97
REKAPITULASI DATA UMKM DI KEC. BEJI KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
59 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
7.2 UMKM KECAMATAN BOJONGSARI
TABEL 7.3. REKAPITULASI DATA UMKM KEC. BOJONGSARI
No. JENIS
UMKM
(2)
KEC. BOJONGSARI
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion 1
1,72 3
5,17
2 Handicraft 1
1,72 3
5,17
3 Herbal 2
3,45
4 Jasa 2
3,45
5 Kuliner 35
60,34 10
17,24
6 Percetakan
7 Perdagangan 1
1,72
8 Pertanian
9 Perikanan
10 Peternakan
Total 40 68,97 18
31,03
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
GRAFIK 7.3 UMKM KEC. BOJONGSARI
1 1 2
35
11,72 1,72 3,45
60,34
1,72 3 3 2105,17 5,17 3,45 17,24
0
20
40
60
80
REKAPITULASI DATA UMKM DI KEC. BOJONGSARI KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
60 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Bojongsari
terdapat 5 (lima) jenis usaha yang aktif 69% dari data UKM yang terdaftar, yaitu usaha
fashion sebanyak 1 atau (1,72%), handicraft sebanyak 1 atau (1,72%), jasa sebanyak 2 atau
(3,45%) kuliner sebanyak 35 atau (60,34%) dan perdagangan sebanyak 1 atau (1,72%). Hal
ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, UKM di Kecamatan Bojongsari lebih didominasi
oleh usaha kuliner.
7.3 UKM KECAMATAN CILODONG
TABEL 7.4 REKAPITULASI DATA UMKM KEC. CILODONG
No. JENIS
UMKM
(3)
KEC. CILODONG
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion
2 Handicraft 14 12,73 1 0,91
3 Herbal 1 0,91
4 Jasa 4 3,64
5 Kuliner 60 54,55 13 11,82
6 Percetakan 7 6,36 6 5,45
7 Perdagangan 1 0,91 1 0,91
8 Pertanian 1 0,91 1 0,91
9 Perikanan
10 Peternakan
Total 88 80,00 22 20,00
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
61 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
GRAFIK 7.4 UMKM KEC. CILODONG
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Cilodong
terdapat 5 (lima) jenis usaha yang aktif 80% dari data UKM yang terdaftar, yaitu usaha
handicraft sebanyak 14 atau (12,73%), herbal sebanyak 1 atau (0,91%), jasa sebanyak 4
atau (3,64%).dan kuliner sebanyak 60 atau (54,55%), percetakan sebanyak 7 atau (6,36%),
fashion sebanyak 1 atau (0,91%), dan fashion sebanyak 1 atau (0,91%),. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, UKM di Kecamatan Cilodong lebih didominasi oleh
usaha kuliner.
7.4 UMKM KECAMATAN CIMANGGIS
TABEL 7.5 REKAPITULASI DATA UMKM KEC. CIMANGGIS
No. JENIS
UMKM
(4)
KEC. CIMANGGIS
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion 7 4,35 9 5,59
2 Handicraft 17 10,56 17 10,56
3 Herbal 2 1,24 2 1,24
4 Jasa 2 1,24 1 0,62
5 Kuliner 71 44,10 27 16,77
0
20
40
60
141 4
60
7 1 112,73
0,91 3,64
54,55
6,36 0,91 0,91113
6 1 10,9111,82
5,45 0,91 0,91
REKAPITULASI DATA UMKM DI KEC. CILODONG KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
62 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
6 Percetakan
7 Perdagangan 5 3,11
8 Pertanian 1 0,62
9 Perikanan
10 Peternakan
Total 99 61,49 62 38,51
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
GRAFIK 7.5 UMKM KEC. CIMANGGIS
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Cimanggis
terdapat 5 (lima) jenis usaha yang aktif 62% dari data UMKM yang terdaftar, yaitu usaha
fashion sebanyak 7 atau (4,35%), handicraft sebanyak 17 atau (10,56%), herbal sebanyak 2
atau (1,24%), jasa sebanyak 2 atau (1,24%) dan kuliner sebanyak 71 atau (44,10%). Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, UMKM di Kecamatan Cimanggis lebih didominasi
oleh usaha kuliner.
0
20
40
60
80
717
2 2
71
4,35 10,561,24 1,24
44,10
917
2 1
27
5 15,59 10,561,24 0,62
16,773,11 0,62
REKAPITULASI DATA UMKM DI KEC. CIMANGGIS KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
63 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
7.5 UMKM KECAMATAN CINERE
TABEL 7.6 REKAPITULASI DATA UMKM KEC. CINERE
No. JENIS
UMKM
(5)
KEC. CINERE
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion 4 13,33
2 Handicraft 2 6,67 2 6,67
3 Herbal
4 Jasa
5 Kuliner 11 36,67 7 23,33
6 Percetakan
7 Perdagangan 2 6,67
8 Pertanian 2 6,67
9 Perikanan
10 Peternakan
Total 13 43,33 17 56,67
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
GRAFIK 7.6 UMKM KEC. CINERE
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Cinere
terdapat 2 (dua) jenis usaha yang aktif 43,33% dari data UMKM yang terdaftar, yaitu usaha
0
20
40
2116,67
36,67
4 2 7 2 213,33
6,67
23,33
6,67 6,67
REKAPITULASI DATA UMKM DI KEC. CINERE KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
64 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
handicraft sebanyak 2 atau (6,67%) dan kuliner sebanyak 11 atau (36,67%). Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, UMKM di Kecamatan Cinere lebih didominasi oleh
usaha kuliner.
7.6 UMKM KECAMATAN CIPAYUNG
TABEL 7.7 REKAPITULASI DATA UMKM KEC. CIPAYUNG
No. JENIS
UMKM
(6)
KEC. CIPAYUNG
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion 7 6,93 2 2,0
2 Handicraft 7 6,93 7 6,9
3 Herbal 1 0,99
4 Jasa 3 2,97
5 Kuliner 64 63,4 2 2,0
6 Percetakan
7 Perdagangan 5 4,95 1 1,0
8 Pertanian
9 Perikanan 1 0,99
10 Peternakan 1 1,0
Total 88 87,13 13 12,87
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
65 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
GRAFIK 7.7 UMKM KEC.CIPAYUNG
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Cipayung
terdapat 7 (tujuh) jenis usaha yang aktif 87,13% dari data UMKM yang terdaftar, yaitu
usaha fashion sebanyak 7 atau (6,93%), handicraft sebanyak 7 atau (6,93%), herbal
sebanyak 1 atau (0,99%), jasa sebanyak 3 atau (2,97%) kuliner sebanyak 64 atau (63,4%),
perdagangan sebanyak 5 atau (4,95%) dan perikanan sebanyak 1 atau (0,99%). Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, UMKM di Kecamatan Cipayung lebih didominasi
oleh usaha kuliner.
7.7 UMKM KECAMATAN LIMO
TABEL 7.8 REKAPITULASI DATA UMKM KEC. LIMO
No. JENIS
UMKM
(7)
KEC. LIMO
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion 5 9,43 4 7,55
2 Handicraft 6 11,32 2 3,77
3 Herbal 1 1,89
4 Jasa
5 Kuliner 29 54,72 4 7,55
6 Percetakan
020406080
7 7 1 3
64
5 16,93 6,93 0,99 2,97
63,4
4,95 0,992 7 2 1 12,0 6,9 2,0 1,0 1,0
REKAPITULASI DATA UMKM
DI KEC. CIPAYUNG KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
66 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
7 Perdagangan 2 3,77
8 Pertanian
9 Perikanan
10 Peternakan
Total 41 77,36 12 22,64
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
GRAFIK 7.8 UMKM KEC. LIMO
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Limo
terdapat 4 (empat) jenis usaha yang aktif 77,36% dari data UMKM yang terdaftar, yaitu
usaha fashion sebanyak 5 atau (9,43%), handicraft sebanyak 6 atau (11,32%), herbal
sebanyak 1 atau (1,89%) dan kuliner sebanyak 29 atau (54,72%). Hal ini menunjukkan
bahwa dalam penelitian ini, UMKM di Kecamatan Limo lebih didominasi oleh usaha kuliner.
0
10
20
30
40
50
60
5 61
29
9,43 11,32
1,89
54,72
4 2 4 27,55
3,777,55
3,77
REKAPITULASI DATA UMKM
DI KEC. LIMO KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
67 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
7.8 UMKM KECAMATAN PANCORAN MAS
TABEL 7.9 REKAPITULASI DATA UMKM KEC. PANCORAN MAS
No. JENIS
UMKM
(8)
KEC. PANCORAN MAS
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion 8 3,16 13 5,14
2 Handicraft 22 8,70 30 11,86
3 Herbal 1 0,40 1 0,40
4 Jasa 12 4,74 5 1,98
5 Kuliner 112 44,27 38 15,02
6 Percetakan 2 0,79
7 Perdagangan 6 2,37
8 Pertanian 1 0,40
9 Perikanan 1 0,40
10 Peternakan 1 0,40
Total 164 64,82 89 35,18
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
GRAFIK 7.9 UMKM KEC. PANCORAN MAS
0
20
40
60
80
100
120
822
112
112
2 6 13,16 8,700,40 4,74
44,27
0,79 2,37 0,4013
30
1 5
38
1 15,14 11,860,40 1,98
15,020,40 0,40
REKAPITULASI DATA UMKM
DI KEC. PANCORAN MAS KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
68 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Pancoran
Mas terdapat 8 (delapan) jenis usaha yang aktif 64,82% dari data UMKM yang terdaftar,
yaitu usaha fashion sebanyak 8 atau (3,16%), handicraft sebanyak 22 atau (8,70%), herbal
sebanyak 1 atau (0,40%), jasa sebanyak 12 atau (4,74%), kuliner sebanyak 112 atau
(44,27%), percetakan sebanyak 2 atau (0,79%), perdagangan sebanyak 6 atau (2,37%), dan
perikanan sebanyak 1 atau (0,40%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, UMKM
di Kecamatan Pancoran Mas lebih didominasi oleh usaha kuliner.
7.9 UMKM KECAMATAN SAWANGAN
TABEL 7.10 REKAPITULASI DATA UMKM KEC. SAWANGAN
. JENIS
UMKM
(9)
KEC. SAWANGAN
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion 4 0,04 4 0,04
2 Handicraft 10 0,10 7 0,07
3 Herbal
4 Jasa 3 0,03
5 Kuliner 51 0,50 20 0,20
6 Percetakan
7 Perdagangan 2 0,02
8 Pertanian
9 Perikanan
10 Peternakan
Total 67 0,66 34 0,34
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
69 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
GRAFIK 7.10 UMKM KEC. SAWANGAN
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Sawangan
terdapat 4 (empat) jenis usaha yang aktif 66% dari data UMKM yang terdaftar, yaitu usaha
fashion sebanyak 4 atau (0,04%), handicraft sebanyak 10 atau (0,10%), kuliner sebanyak
51 atau (0,50%) dan perdagangan sebanyak 2 atau (0,02%). Hal ini menunjukkan bahwa
dalam penelitian ini, UMKM di Kecamatan Sawangan lebih didominasi oleh usaha kuliner.
7.10 UMKM KECAMATAN SUKMAJAYA
TABEL 7.11 REKAPITULASI DATA UKM KEC. SUKMAJAYA
No. JENIS
UMKM
(10)
KEC. SUKMAJAYA
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion 15 4,89 16 5,21
2 Handicraft 25 8,14 24 7,82
3 Herbal 1 0,33
4 Jasa 6 1,95 8 2,61
5 Kuliner 154 50,16 46 14,98
6 Percetakan 1 0,33 2 0,65
7 Perdagangan 5 1,63
0102030405060
410
51
20,04 0,10 0,50 0,024 7 3
20
0,04 0,07 0,03 0,20
REKAPITULASI DATA UMKM DI KEC. SAWANGAN KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
70 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
8 Pertanian 1 0,33 2 0,65
9 Perikanan
10 Peternakan 1 0,33
Total 203 66,12 104 33,88
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
GRAFIK 7.11 UMKM KEC. SUKMAJAYA
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Sukmajaya
terdapat 7 (tujuh) jenis usaha yang aktif 66,12% dari data UMKM yang terdaftar, yaitu
usaha fashion sebanyak 15 atau (4,89%), handicraft sebanyak 25 atau (8,14%), jasa
sebanyak 6 atau (1,95%), kuliner sebanyak 154 atau (50,16%), percetakan sebanyak 1 atau
(0,33%), pertanian sebanyak 1 atau (0,33%), peternakan sebanyak 1 atau (0,33%),. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, UMKM di Kecamatan Sukmajaya lebih didominasi
oleh usaha kuliner.
0
50
100
150
200
15 256
154
1 1 14,89 8,14 1,95
50,16
0,33 0,33 0,3316 24
1 846
2 5 25,21 7,82 0,33 2,61 14,98 0,65 1,63 0,65
REKAPITULASI DATA UMKM
DI KEC. SUKMAJAYA KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
71 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
7.11 UMKM KECAMATAN TAPOS
TABEL 7.12 REKAPITULASI DATA UMKM KEC. TAPOS
No. JENIS
UMKM
(11)
KEC. TAPOS
AKTIF PASIF
Jumlah % Jumlah %
1 Fashion 6 5,13
2 Handicraft 16 13,68
3 Herbal
4 Jasa 5 4,27
5 Kuliner 83 70,94 4 3,42
6 Percetakan
7 Perdagangan 1 0,85
8 Pertanian 1 0,85
9 Perikanan
10 Peternakan 1 0,85
Total 113 96,58 4 3,42
Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Depok
(Diolah oleh Penulis tanggal 29 Oktober 2018)
GRAFIK 7.12 UMKM KEC. TAPOS
0102030405060708090
616
5
83
1 1 15,1313,68
4,27
70,94
0,85 0,85 0,8543,42
REKAPITULASI DATA UMKM
DI KEC. TAPOS KOTA DEPOK
AKTIF PASIF
72 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa UMKM di Kecamatan Tapos
terdapat 7 (tujuh) jenis usaha yang aktif 96,58% dari data UMKM yang terdaftar, yaitu
usaha fashion sebanyak 6 atau (5,13%), handicraft sebanyak 16 atau (13,68%), jasa
sebanyak 5 atau (4,27%). kuliner sebanyak 83 atau (70,94%), perdagangan sebanyak 1 atau
(0,85%), pertanian sebanyak 1 atau (0,85%) dan peternakan sebanyak 1 atau (0,85%),. Hal
ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, UMKM di Kecamatan Tapos lebih didominasi
oleh usaha kuliner.
Kesimpulan :
UMKM bidang kuliner yang aktif dan masih berkelanjutan di Kota Depok, tersebar dis
ebelas kecamatan. Hal ini berarti kontribusi kesejahteraan masyarakat Depok berasal dari
UMKM Bidang kuliner.
Banyaknya UMKM yang tidak aktif lagi, kami mewawancarai beberapa pelaku UKM
yang aktif. Hasilnya adalah adanya pengaruh atas kebijakan seperti :
a) Aspek pembiayaan (pengurusan label Halal harus datang ke Bandung.
b) Untuk segi pemasaran, produk terjualnya lama jika harus di titip ke gerai UKM. Namun
beberapa pelaku UMKM yang terpilih telah memasarkan hingga ke luar daerah, seperti
Palembang, ada fasilitas penuh buka stand selama empat hari, hingga akomodasi pun telah
difasilitasi.
c) Perlunya pelatihan Sumberdaya Manusia (SDM), sehingga pelaku UKM lebih terampil.
Oleh karena itu, penulis telah mempersiapkan buku selanjutnya yaitu: “Strategi
pemasaran produk UMKM melalui Koperasi”
73 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB 8
HASIL PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN
MELALUI ANALISA SWOT
8.1 Model Strategi Pengembangan Bisnis UKM Melalui Analisis SWOT dan EFE-EFI
(Iha Haryani Hatta, Dian Riskarini, Tia Ichwani, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pancasila)
KM di Kabupaten Gresik, Jawa Timur khusunya usaha pengolahan ikan laut
berpotensi untuk dikembangkan. Mengingat pelaku UKM tersebut kebanyakan
berusia muda, berpendidikan, dan berpengalaman, meskipun usaha tersebut
belum berbadan hukum. Disamping itu, Kabupaten Gresik adalah salah satu
kabupaten yang banyak menghasilkan ikan laut di Jawa Timur. Karena itu dibutuhkan
penelitian tentang model strategi pengembangan bisnis UKM melalui analisis SWOT dan EFE-
EFI dengan tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi dan model serta rekomendasi strategi
pengembangan bisnis UKM tersebut untuk peningkatan kinerjanya. Penelitian menggunakan
40 responden yang terpilih secara multi stage. Data dianalisa dengan analisis SWOT dan EFE-
EFI.
Hasil penelitian menerangkan bahwa tingkat kemampuan pelaku UKM dalam
mengelola usaha dan tingkat pencapaian kinerja pemasarannya adalah baik, kecuali
kemampuan mengelola keuangan. Sementara itu, kondisi eksternal mendukung UKM ini.
Model strategi pengembangan bisnis UKM tersebut adalah S-O. Diharapkan pelaku UKM ini
mampu lebih mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan secara optimal
peluang yang ada. Rekomendasi strategi untuk UKM ini adalah pertahankan bahkan lebih
tingkatkan kualitas produk maupun pelayanan transaksi pembelian, lebih mengembangkan
pasar menengah ke bawah, dan aktif dalam mengadakan kegiatan eksibisi (bazar dan pameran).
U
74 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
8.2 Rancangan Strategi Pemgembangan Bisnis UKM di Indonesia Untuk Peningkatan
Kinerja Pemasaran Berbasis Metriks Pemasaran (Iha Haryani Hatta1, Endang Etty
Merawati2, Edy Supriadi2 1Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila
2Dosen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pancasila)
Abstrak : UKM pengolah ikan laut di Muara Angke, Jakarta berpotensi untuk bisa dikembangkan
dengan lebih baik, mengingat kebanyakan pelaku bisnis tersebut berusia muda, berpengalaman, dan
berpendidikan cukup. Meskipun kebanyakan usaha tersebut belum berbadan hukum. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja berbasis metriks pemasaran, dan model strategi
pengembangan bisnis serta rekomendasi bagi UKM pengolah ikan laut di Muara Angke, Jakarta.
Penelitian menggunakan 40 pelaku UKM pengolah ikan laut sebagai responden secara acak. Data
dianalisis secara analisis SWOT dan EFE-EFI. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat pencapaian
kinerja berbasis metriks pemasaran usaha tersebut adalah sedang. Model strategi pengembangan bisnis
dari usaha ini adalah strategi W – O, artinya, pelaku UKM tersebut terlebih dahulu meminimalisasikan
kelemahan agar dapat memanfaatkan peluang yang ada. Sehingga rekomendasi strateginya antara lain
lakukan promosi yang terarah dan lebih gencar dengan mengadakan, mengikuti, atau sebagai
sponsor di berbagai event, promosi melalui media cetak, dan media jejaring sosial, serta
menambah jaringan penjualan.
8.3 Model Strategi Pengembangan Bisnis UKM di Kabupaten Tuban, Indonesia :
Analysis SWOT, EFE dan EFI (Iha Haryani Hatta1, Hindrajid1, Agus S Irfani1 , Endang
Etty Merawati2 1Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Indonesia
2Dosen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pancasila, Indonesia
Abstrak : UKM pengolah ikan laut di Kabupaten Tuban, Indonesia perlu dikembangkan.
Mengingat tingkat kemampuan mengelola usaha (karyawan, produksi, keuangan, ekstrenal,
dan strategi pemasaran) dan tingkat pencapaian kinerja pemasaran belumlah optimal.
Disamping itu kebanyakan pelaku UKM tersebut berusia muda dan berpendidikan rendah.
Karena itu diperlukan penelitian tentang model strategi pengembangan bisnis UKM di
Kabupaten Tuban. Indonesia dengan analisis SWOT dan EFE-EFI yang bertujuan untuk
75 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
mengetahui model dan rekomendasi strategi pengembangan bisnis UKM tersebut. Penelitian
menggunakan 40 pelaku UKM pengolah ikan laut tersebut sebagai responden secara acak.
Hasil penelitian menerangkan bahwa model strategi pengembangan bisnis ini adalah S-T.
Artinya pelaku bisnis ini akan mengoptimalkan pemanfaatan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi hambatan yang ada. Sehingga rekomendasi strategi untuk UKM tersebut antara lain
mengembangkan daya saing dan meningkatkan hubungan baik dengan pelanggan.
76 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Contoh “Business Plan”
I. Background/Situation Analysis
A. Market Survey untuk memulai warung sehat dan cepat saji :
Lokasi jalan akses menuju Kampus UI.
Target market adalah mahasiswa/i.
Jalan hidup dan ramai.
B. Data Analysis
Di sekitar lokasi sudah terdapat Kedai Melati, WR Mama Mia, Varity Bento dan
Cow Steak yang melakukan kegiatan sejenis.
Selain mahasiswa/i, ternyata jalan dimaksud ramai oleh penumpang commuter
line yang menuju atau kembali dari stasiun UI dan pelaku bisnis di jalan itu yang
tentunya juga memerlukan makan dan minum.
Untuk pengembangan layanan pesan antar bisa ditujukan untuk mahasiswa/i,
pegawai dan pengajar di dalam kampus UI dan Gunadarma.
Jam ramai di jalan itu mulai jam 05.00 sampai sekitar jam 22.00 dengan sekitar
tidak kurang dari 50-100 orang setiap jam-nya.
C. Target Market :
- Geografis: Jalan sekitar akses kampus UI dan Stasiun UI
- Demografis :
Usia 19 - 25
SEC Menengah - keatas
Pendidikan Mahasiswa/i
Jenis kelamin Laki-laki 40% dan wanita 60%
Jenis pekerjaan Mahasiswa dan Karyawan
- Psikografis :
Gaya hidup: Moderen dan Praktis
Kepribadian: Gampang dipengaruhi
D. Positioning :
Strategy Differentiation
Positioning statement Sehat dan Cepat
77 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
E. Product Concept
Menyediakan makan dan minum cepat saji yang sehat untuk konsumsi
mahasiswa/i dan masyarakat umum sekitar kampus UI dan Gunadarma
II. MARKETING PLAN
A. Objectives of the Study
Menyajikan makanan siap saji yang sehat dan cepat
B. Demand
1. Consumption for the past years
Data peningkatan pengunjung 5 tahun terakhir dengan kondisi jam buka 10.00 – 18.00
dan Minggu libur :
TAHUN PENGUNJUNG PERKEMBANGAN (%)
2014 3.120 (10x6x52) -
2015 3.276 5 %
2016 3.440 5 %
2017 3.680 7 % (penutupan jl akses lain)
2018 3.937 7 % (penambahan kereta)
2. Projected demand
Proyeksi minimal peningkatan pengunjung untuk 3 tahun yang akan datang :
TAHUN PENGUNJUNG PERKEMBANGAN (%)
2019 4.134 5 %
2020 4.340 5 %
2021 4.557 5 %
C. Supply
1. Supply for the past years
Data perkembangan pengadaan porsi makanan 5 tahun terakhir
TAHUN PORSI DISIAPKAN PERKEMBANGAN (%)
2014 3200 (+ 10 orang/hari) -
2015 3276 + 2 %
78 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
2016 3440 5 %
2017 3650 6 % (penutupan jl akses lain)
2018 3900 7 % (penambahan kereta)
2. Projected supply
Proyeksi penawaran 3 tahun yang akan datang
TAHUN PORSI DISIAPKAN PERKEMBANGAN (%)
2019 4.125 6 % (penambahan kereta)
2020 4.330 5 %
2021 4.550 5 %
D. Projected Sales & Market share
Proyeksi penjualan & pangsa pasar 3 tahun yang akan datang
TAHUN PERKIRAAN
PENGUNJUNG
PERKIRAAN PORSI
DISIAPKAN SELISIH
% PANGSA
PASAR
2019 4.134 4.125 9 99.78
2020 4.340 4.330 10 99.76
2021 4.557 4.550 7 99.84
E. Competitor Analysis
1. Direct Competitor
- Product : Makanan siap saji ‘Kedai Melati’ dan ‘Mama Mia’
- Price : Range harga antara Rp. 5.000,- s.d. Rp. 25.000,-
- Place : Lokasi yang sama
- Promotion : Papan nama
- Product : Varity Bento
- Price : Rp. 20.000,- /paket
- Place : counter” sekitar kampus
- Promotion : Pamflet, brosur
2. Indirect Competitor
- Product : warung kecil penjual makanan dan minuman
79 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
- Price : Range harga antara Rp. 3.000,- s.d. Rp. 10.000,-
- Place : Lokasi yang sama
- Promotion : Banner
- Product : Cow Steak
- Price : Rp. 55.000,- /paket
- Place : Mall dekat kampus
- Promotion : Pamflet , bosur , spanduk, dan radio
F. Marketing Programs
1. Product
- Brand : WARUNG MILENIAL
- Slogan : Sehat dan Cepat
- Product Category
- 1. Menu makan pagi siang dan malam yang bervariasi, sehat dan hygienis
- 2. Tambahan variasi minuman ‘Jus Sehat’
- 3. Tambahan untuk minum kopi dan teh (aneka kue kering/kue basah)
- Fact/Features & Benefit
No. Fact/Features Benefit
1 Hygienis Sehat
2 Bergizi Sehat
3 Cepat Langsung disantap
4 Hemat Ekonomis
5 Lengkap Effisien
6 Bervariasi Tidak bosan/banyak pilihan
7 Bersih Nyaman untuk makan ditempat
8 Penampilan Menggugah selera makan dan minum
9 Strategis Mudah dikunjungi
10 Pesan antar Nyaman dan effisien
- Product Diversification
Utamanya adalah menyajikan makanan siap saji yang sehat dan hygienis
dengan lokasi yang bersih, nyaman dan bisa berfungsi sebagai arena artikulasi
identitas mahasiswa/i UI karena memiliki fasilitas penunjang kegiatan mahasiswa/i
untuk tetap dapat melakukan aktivitas seperti saluran listrik dan wifi.
80 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Kedua, menyediakan buah segar gratis untuk setiap pembelian makan
sebelum pesanan makanan disajikan.
2. Pricing
- Penetapan harga/pricing dapat dilakukan dengan :
- Memanfaatkan/mengedepankan fungsi:
- Makanan yang disajikan sehat dan hygienis
- Makanannya juga bergizi dan menambah energy (jus sehat)
- Makanan enak dan bervariasi
- Pelayanannya cepat dan ramah
- Tempat yang nyaman dan bersih
- Lokasi yang strategis mudah dicapai
- Fasilitas lengkap untuk dapat tetap melakukan aktivitas penunjang kuliah
- Memanfaatkan emosi beberapa orang terkenal yang pernah makan disini,
seperti:
- Artis yang terkenal denga gaya hidup sehat
- Rektor dari salah satu Universitas negri atau swasta terkenal
- Cheff terkenal yang acaranya sedang digemari semua kalangan
- Pimpinan Daerah (Walikota dan jajarannya) yang sedang menjabat
- Ibu-ibu istri anggota DPRD kota setempat
- Memperlihatkan tingginya kepedulian sosial kepada lingkungan sekitar:
- 2 % dari penghasilan disumbangkan untuk melengkapi sarana peribadatan
- 3 % dari penghasilan disumbangkan untuk yatim piatu
- Berpartisipasi aktif (menjadi sponsor) dalam kegiatan sosial di lingkungan
sekitar
- Harga minimal untuk manfaat maksimal dari hidangan sehat.
- Makan pagi/sarapan mulai dari Rp. 10.000,-
- Makan siang mulai dari Rp. 15.000,-
- Makan malam mulai dari Rp. 15.000,-
- Juice sehat mulai dari Rp. 12.500,-
- Aneka kue kering dan kue basah kurang dari Rp. 15.000,-
3. Place
- Diantara metode pemilihan tempat/lokasi usaha antara Intensive Distribution,
Selective Distribution, dan Exclusive Distribution, kita memilih Selective
Distribution (mencari tempat yang strategis, mudah dicapai dan nyaman untuk
makan pagi/siang/malam atau sekedar tempat untuk mengerjakan tugas” kuliah
mahasiswa/i dan kegiatan sosial lainnya)
81 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
4. Promotion
- Advertising
Below the line : brosur dan poster/banner
- Sales Promotion : ragam paket makan dan minum untuk 1/2/5/>7 orang
dengan discount khusus dan ‘free’ (potongan buah segar)
- Personal Selling : membagi-bagikan brosur
Marketing Cost & Program Schedule
- Research, melakukan riset pasar terkait:
- Supplier” yang dapat memenuhi kebutuhan bahan makanan dan minuman yang
sehat dan segar
- Selera dan keinginan mahasiswa/i terhadap jenis makanan dan minuman
- Jenis juice yang dapat menambah energy dan kesegaran untuk mahasiswa/i
- Product Development
- Memperbaharui penyimpanan makanan (food storage) yang baik dan dapat
mempertahankan kualitas bahan yang disimpan (tidak banyak bahan yang rusak
dan tidak terpakai)
- Mengganti peralatan pengolahan makanan dengan yang lebih modern
- Mengembangkan menu dengan variasi jenis makanan/minuman/juice baru sesuai
dengan peralatan pengolahan baru.
- Transportation & Storage
- Memastikan pengangkutan barang dari supplier yang akan di simpan di
penyimpanan makanan (food storage) tepat waktu dan sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan.
- Promotion Mix
- Perpaduan antara personel selling dan non personal selling
82 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
TRANSPORTATION 11
STORAGE 11
ADVERTISING
ABOVE THE LINE 2
BELOW THE LINE 4
SALES PROMOTION 2
PERONAL SELLING 2
M. Public Relations 2
OTHERS
T O T A L 1 5 3 2 2 3 3 3 2 2 3 4 36
DEC. FREC.JUNE JULY AUGST SEPT. OCT. NOV.MARKETING MIX JAN. FEBR. MARCH APRIL MAY
2Research &
Product Development
MARKETING COST & SCHEDULE
III. MANAGEMENT STUDY
A. Objectives of the Study
Mengkoordinasikan dengan baik/benar sumber daya ekonomi yang dimiliki dengan
kebutuhan kegiatan usaha agar dapat diselaraskan dan beroperasi sebagaimana yang
diharapkan
B. Form of Business Ownership
1. Nama Perusahaan : PT. Akbariani
2. Bentuk Badan Hukum : Perusahaan Terbatas (PT)
3. Lokasi : Depok
4. Bidang Usaha : Makanan dan minuman siap saji
5. Pemegang Saham : Pemilik
6. Modal Dasar : Rp. 50.000.000,-
7. Modal Disetor : Rp. 12.500.000,- (25% dari modal dasar)
8. Bank : BCA Cabang Depok
83 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
C. Capitalization
Sumber Modal Selain Penyertaan Saham :
1. Dana dari pinjaman/utang baik jangka pendek maupun jangka panjang
2. Ventura (dana dari perusahaan lain yang ingin berinvestasi)
3. Dana sendiri, teman/keluarga/karyawan yang di investasikan
D. Organization Aspect
1. Visi Organisasi
‘Menjadi perusahaan makanan siap saji terkemuka di kalangan mahasiswa/i di
kota Depok’
2. Misi Organisasi
Menyediakan makanan sehat, hygienis dan bergizi
Menyediakan makanan sehat dengan harga hemat
Menjadi pilihan utama bagi konsumen yang sadar akan kesehatan
3. Budaya Kerja Organisasi
Bersih dan effisien
4. Struktur Organisasi
Tahun pertama pemegang saham ikut terlibat aktif dalam kegiatan usaha
Tahun kedua mulai mengembangkan struktur organisasi
disesuaikan dengan perkembangan usaha
84 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
E. Manpower requirement
1. Jumlah Karyawan Tetap
No. Karyawan Tahun Pertama Tahun Kedua
(1) (2) (3) (4)
1. Manager operasional 1 1
2. Cheff 1 1
3. Administrasi/keuangan 1 1
4. Direktur 1
5. Manager Administrasi & Keuangan 1
Jumlah 3 5
2. Jumlah Karyawan Tidak Tetap
No. Karyawan Tahun Pertama Tahun Kedua
(1) (2) (3) (4)
1. Pramusaji 1 2
2. Juru bersih 1 2
3. Staf pemasaran 1
4. Asisten cheff 1
Jumlah 2 6
3. Sistem rekruitmen karyawan
Perencananan sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi
Seleksi berdasarkan keahlian dan pengalaman kerja di bidang yang sama
Penempatan dan orientasi
F. Compensation
Bentuk kompensasi yang diberikan :
1. Gaji tetap
2. Bonus hari raya
3. Profit sharing akhir tahun (insentif yang diberikan dari sebagian laba bersih)
85 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
G. Organization policies
1. Kebijakan Jangka Pendek
Efisiensi biaya
- membeli bahan baku dari supplier utama tepat waktu dan sesuai kebutuha
Service
- menjaga kualitas makanan yang disajikan
- memberikan pelayanan prima kepada konsumen dan menjaga kebersihan
2. Kebijakan Jangka Menengah
Efisiensi biaya
- evaluasi dan pengembangan menu dan variasi makanan dan minuman
- mempelajari cara penyimpanan makanan agar dapat mempertahankan kualitas
lebih lama sehingga tidak banyak bahan yang rusak dan tidak terpakai
Service
- peningkatan skill karyawan
- peningkatan fasilitas u/ kenyamanan konsumen
3. Kebijakan Jangka Panjang
Efisiensi biaya
- substitusi bahan baku yang harganya terus meningkat/susah didapat
- mengembangkan menu/variasi jenis makanan/minuman/juice baru sesuai
peralatan pengolahan makanan/minuman yang baru
Service
- renovasi ruang usaha u/ kenyamanan dan effisiensi bekerja karyawan
- memperbaharui media penyimpanan yang lebih modern dan dapat menjaga
kualitas lebih lama
- memperbaharui peralatan pengolahan makanan dan minuman
H. Legal requirement
Perijinan :
1. Tempat usaha kepada Kantor Tata Kota/Tata Ruang Pemda Depok
2. Produksi dan pemasaran produk kepada Badan POM
3. Usaha perdagangan kepada Kantor Dinas Perdagangan Kota Depok
4. Akte Notaris
5. Penggunaan tenaga kerja kepada kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Depok
6. Sertifikat halal kepada MUI Kota Depok.
86 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
I. Management cost
1. Biaya Awal
Biaya yang diperlukan ketika Perusahaan baru berdiri, umumnya meliputi:
Biaya Tetap, contoh
- Sewa bangunan
- Biaya peralatan pengolahan makanan
- Gaji direksi
- Biaya Promosi
- dsb
Biaya Variabel, contoh:
- Biaya bahan baku
- Biaya tenaga kerja
- Biaya kemasan
- Komisi penjualan
- dsb
Biaya Campuran, contoh:
- Biaya listrik dan telpon
- Biaya pengiriman
- Dsb
2. Proyeksi/rancangan keuangan, meliputi:
Pembukaan Neraca harian untuk operasional kegiatan usaha
Neraca Pendapatan (Income Statement)
Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
3. Analisis Pulang Pokok.
87 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Sistematika Proposal Usaha
Bab Pendahuluan
Bab ini isinya merupakan perkenalan tentang uraian singkat usaha apa yang akan kita
dijalankan, apa latar belakang serta bagaimana visi dan misinya.
Profil Badan Usaha
Jenis usaha
Berilah penjelasan tentang jenis usaha apa yang bakal anda jalani secara singkat.
Penjabarannya bisa dalam bentuk list atau uraian singkat tergantung dari jenis dan model
usahanya.
Nama perusahaan
Nama perusahaan adalah identitas yang akan ditonjolkan kepada masyarakat dari sebuah
usaha karena ia merupakan branded kita yang nantinya diharapkan bisa dikenal di
masyarakat luas. Fikirkanlah menurut anda kira-kira nama apa yang cocok dan sesuai
untuk jenis usaha anda nanti. Bisa berbentuk PT, CV, Firma dan sebagainya.
Lokasi
Salah satu hal yang sangat penting dalam berbisnis adalah pemilihan lokasi terlebih jika
anda menjualnya secara langsung maka pemilihan lokasi adalah hal mutlak yang harus
anda perhatikan, tulislah lokasi perusahaan anda, kemudian buat peta atau denah.
Pemilihan lokasi yang tepat dan strategis sangat berpengaruh besar nantinya terhadap masa
depan usaha tersebut.
Target Pasar
Uraikan secara singkat siapa target pasar yang akan anda bidik dalam usaha tersebut,
misalnya warga di daerah mana serta umur berapa dan kalangan yang mana yang
diharapkan menjadi sasaran taget usaha anda nantinya.
88 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Struktur Organisasi Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki struktur organisasinya masing - masing, apakah anda berdiri
sendiri atau anda membentuk satu sistem yang membuat perusahaan anda berjalan dengan
satu sistem kerjasama antara owner dengan karyawa.
Produk Perusahaan
Jenis produk
Produk adalah nyawa bisnis, jika anda tidak memiliki produk yang anda jual maka anda
jelas tidak dapat menjalankan bisnis. Sebuah usaha tentunya memiliki produk yang
dihasilkan bisa berupa jasa, ataupun dalam bentuk barang.
Keunggulan produk
Cobalah anda sebutkan keunikan produk anda, keunggulan produk hingga nilai plus
produk anda. Bab ini juga menjelaskan tentang bagaimana strategi pemasaran yang anda
lakukan serta promosinya.
Laporan Keuangan
Alokasi dana
Merupakan rancangan kebutuhan dana serta pengeluaran dana yang akan anda gunakan
untuk usaha anda. Buat perhitungan secara logis dan realistis mengenai keuangan anda,
target laba rugi, ancaman resiko dll. Setelah semua unsur diatas selesai, maka anda tinggal
menentukan berapa rasio bagi hasil yang akan anda tetapkan. bagaimana menentukan rasio
bagi hasil tergantung dari resiko usaha, semakin kecil resiko usaha maka semakin kecil
pula pendapatan yang diberikan kepada investor dan sebaliknya.
Penutup
Penutup berisi kata kata terakhir anda untuk meyakinkan investor anda, mengetuk hati
89 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
investor anda agar lebih tertarik serta doa dan harapan anda atas proposal anda. Jangan
lupa ucapkan terima kasih atas kesediaanya membaca proposal anda.
Lampiran
Bukti keotentikan sebuah usaha
Biodata pemiliki usaha
Surat perjanjian
Surat Ijin Usaha
Sertifikat Usaha atatu kepelatihan
90 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Contoh bentuk proposal usaha dibawah ini :
PROPOSAL USAHA
“Kripik Pisang Hayun”, Pemilik : Muji.
JL. AGAN TANAH CIMO, CURUG RT.01/10,
TANAH BARU BEJI, DEPOK
Daftar Isi
Lembar Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PROSES KERJA
2.1 Bidang Usaha
2.2 Alat dan Bahan
2.3 Keunggulan Produk
2.4 Analisa SWOT
2.5 Analisa 4P
2.6 Analisis Keuangan
2.7 Segmentasi Pasar
BAB III PENUTUP
91 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun proposal ini dengan sebaik mungkin dan
dengan hasil yang maksimal.
Proposal ini kami susun bertujuan untuk menunjang usaha sekaligus menambah
pengetahuan dan keterampilan dalam berwirausaha. Proposal ini kami sajikan dalam
bahasa yang jelas, tepat dan mudah untuk dipahami semua kalangan pembaca.
Dalam proposal ini disajikan pula perkiraan analisis keuangan sehingga dapat
memperkirakan berapa uang/modal yang dibutuhkan untuk pembuatan usaha tersebut.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.
Penyusun,
92 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu pemasaran banyak sekali bentuk dan macam-macam jenis makanan dari
yang kecil hingga yang besar dan dari yang murah sampai yang mahal. Makanan-makanan
yang tersedia dipasaran saat ini memang sudah beragam, tetapi umumnya makanan
tersebut adalah makanan siap saji, serta harga yang ditawarkan kebanyakan terlalu mahal.
Maka kami berusaha membuat terobosan kuliner terbaru yang cukup sederhana,
tetapi sangat cocok menjadi makanan konsumsi sehari-hari sekaligus merupakan makanan
yang cukup istimewa adalah “Kripik Pisang Dengan Dua Rasa, Manis dan Asin”.
Pembuatan “Muji Kripik” dilakukan dengan cara yang sangat sederhana dan higienis, serta
dijual dengan harga yang sangat terjangkau, maka tentunya hal ini akan menarik minat
masyarakat untuk membelinya. Meski, keberadaan Kripik Pisang Hayun” banyak
dijumpai di kota Depok dan Jakarta. Namun, kami yakin akan membuat peluang usaha
yang menjanjikan, karena selain rasa yang enak, bergizi dan nikmat, usaha ini juga layak
dikembangkan menjadi salah satu usaha kuliner alternatif di Indonesia.
1.2 Tujuan
Tujuan kami memilih jenis usaha ini yaitu :
1. Mengisi peluang usaha 2. Mencari keuntungan / laba
3. Memberi alternatif jajanan sederhana dengan harga terjangkau
4. Membantu Masyarakat untuk memilih jajanan yang sehat dan bergizi.
5. Mencapai target penjualan dipasaran
93 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB II
PROSES KERJA
2.1 Bidang Usaha
Dalam kegiatan usaha, Karena usaha ini masih dalam tahap awal maka kami
melakukan penjualan di rumah sendiri, secara online dalam lingkup Depok dan Jakarta
serta di kios penjualan di rumah. Kami belum merambah keluar Depok dan Jakarta, karena
keterbatasan akses transportasi dan waktu. Maka suatu pilihan yang tepat jika usaha
tersebut kami laksanakan di sekitar daerah Depok dan Jakarta. Tetapi tidak menutup
kemungkinan kami untuk suatu saat mengembangkan usaha ini sampai keluar daerah
Depok dan Jakarta.
Alasan lain mengapa kami memilih tempat di sekitar Depok dan Jakarta karena pada
dasarnya masyarakat di Depok dan Jakarta masih jarang membuka usaha pembuatan kripik
pisang, sehingga kami bisa membuka peluang yang ada dengan mendirikan usaha tersebut.
Dan mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar.
Disini kami menjual makanan hasil olahan sendiri, bukan makanan hasil olahan
orang lain. sehingga terjamin mutu dan kualitasnya.
2.2 Alat dan Bahan
" Pembuatan Muji Kripik :
A. Alat Pembuatan
Baskom
Penggorengan
Kompor
loyang
LPG
Pisau/ gunting
cobek
B. Bahan
Pisang Sukabumi
94 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Bumbu halus = garam, bumbu penyedap dan mentega
Minyak goreng
Gula pasir untuk tambahan keripik pisang dengan rasa manis
C. Alat Kemas
Plastik
Alat pres
Nama produk
2.3 Keunggulan Produk
Keunggulan dari produk ini yaitu :
1. Memiliki dua rasa yang khas dari yang lain, yaitu rasa asin dan manis
2. Bahan yang digunakan terjamin mutu dan kualitasnya
3. Bisa dikonsumsi semua kalangan.
4. Terobosan terbaru dalam cemilan yang bergizi dan sehat.
2.4 Analisa Swot
Setiap kegiatan untuk memulai usaha, maka hal yang harus dilakukan terlebih dahulu
adalah mengukur kemampuan kami terhadap lingkungan atau pesaing, yaitu melalui
analisis SWOT :
1. Strenght (Kekuatan)
Kekuatan dari produk kami ini adalah bahan produk yang digunakan terjamin dan
higienis, menjual produk untuk semua kalangan masyarakat
95 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan dari produk kami ini adalah mudah ditiru oleh para pesaing.
3. Opportunity (Peluang)
Peluang yang ada dalam usaha kami ini adalah tempat yang strategis dan belum banyak
yang menjual produk ini.
4. Threath (Ancaman)
Ancaman dari usaha kami ini adalah adanya pesaing yang menjual produk dengan harga
yang lebih murah.
2.5 Analisa 4P
1. Product (Produk)
Produk yang dijual adalah “Keripik Pisang” dengan dua rasa yang merupakan makanan
tambahan untuk selingan sehari-hari.
2. Price (Harga)
Per kantong seharga Rp15.000,00 dengan berat netto 250 g, karena harga ini sangat
terjangkau dan relatif murah.
3. Promotion (Promosi)
Usaha ini kami promosikan lewat online, tatap muka dan kios penjualan yang secara
mudah bisa diakses oleh masyarakat.
4. Place (Tempat)
Tempat yang kami pilih yaitu di Jalan Tanah Baru, Depok.
96 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
2.8 Segmentasi pasar
Setiap pendirian suatu usaha pasti ada segmentasi pasar yang akan dituju. Dimana dan
siapa yang menjadi sasaran atau konsumen yang dituju untuk penjualan barang atas usaha
tersebut.
Dalam hal ini segmentasi pasar yang kami tuju adalah kalangan masyarakat dari desa, kota,
teman-teman, saudara dan tetangga. Baru nanti kalau usaha dagang ini sudah mengalami
kemajuan, akan kami kembangkan ke daerah daerah luar Depok dan Jakarta agar omzet
penjualan semakin besar.
97 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
BAB III
PENUTUP
Alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena nikmat yang
telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan poroposal ini dengan
baik tanpa ada halangan yang menghambat pembuatan proposal ini.
Produk kami ini adalah produk yang higenis dan terjamin mutunya. Untuk membuat
produk ini tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal, biayanya cukup relative murah.
Bahan-bahannya juga sangat mudah dijangkau dan dapat ditemukan di toko-toko.
Dalam pembuatan “Muji Kripik” ini hambatan yang kami hadapi pada saat
pembuatan atau produksi yaitu kesulitan dalam penggorengannya karena harus satu
persatu sehingga memakan waktu yang lama dan pada saat pemasaran yang dikomplainkan
oleh para konsumen yaitu mereka takut bahan-bahan yang kita gunakan tidak higienis.
Akan tetapi hambatan tersebut tidak membuat kami jera. Kami memiliki solusi untuk
menanganinya yaitu dengan memberikan testing untuk membuktikan makanan kami
berbahan higenis dan steril.
Harapan kami untuk produk “Muji Kripik” adalah supaya produk ini bisa lebih
berkembang dan maju. Disamping itu, kami juga mengharapkan supaya produk makanan
kami ini tidak berkurang produksinya, karena produk ini sangat bagus dan berkualitas.
Selain itu, kami juga berharap agar banyak masyarakat (konsumen) yang tertarik dan
berminat untuk mengonsumsi produk makanan kami ini.
Penyusun
98 | P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu
Daftar Pustaka
Fajar, Mukti. UMKM DI Indonesia. Penerbit Pustaka Pelajar
Hatta, Iha Haryani., Riskarini, Dian Tia., Ichwani, Ichwani., Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pancasila. Model Strategi Pengembangan Bisnis UKM di Kabupaten
Gresik Melalui Analisis SWOT dan EFE-EFI
Hatta, Iha Haryani., Merawati, Endang Etty., Supriadi, Edy. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pancasila. Rancangan Strategi Pemgembangan Bisnis UKM di Indonesia
Untuk Peningkatan Kinerja Pemasaran Berbasis Metriks Pemasaran.
Hatta, Iha Haryani., Hindrajid, Hindrajid, Irfani, Agus S., Merawati, Endang Etty. Dosen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Model Strategi Pengembangan
Bisnis UKM di Kabupaten Tuban, Indonesia : Analysis SWOT, EFE dan EFI.
Setiyowati, Harlis (2018). Kewirausahaan. Buku Ajar, Jakarta, Rafikatama.
Setiyowati, Harlis., Wulandjani, Harimurti., Shafenti, Shafenti (2018). Manajemen Pemasaran.
Buku Ajar, Jakarta, Rafikatama.
Suryanto, Bambang, Daryanto, Daryanto. Manajemen Bisnis Usaha Kecil. Penerbit Tsmart.
Wijaya, David. Akuntansi UMKM. Penerbit Gava Media.
Wilantara, RIO F., Susilawati, Susilawati (2016). Strategi & Kebijakan Pengembangan UMKM
(Upaya Meningkatkan Daya Saing UMKM Nasional di Era MEA). Penerbit Aditama. Website :
https://www.bps.go.id/publikasi.html\Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan Industri
Mikro dan Kecil 2016-2018 (ISSN: 2540-8925)
http://www.jurnas.com
http://www.ipotnews.com
https://uukoperasi.blogspot.com/2017/01/peraturan-undang-undang-koperasi-yang.html http://bps.go.id/Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan Industri Mikro dan Kecil 2016-2018
1 P a g e
Haryani, Iha., Setiyowati, Harlis., (2018).
Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Penerbit CV. Landasan Ilmu