Post on 02-Mar-2016
description
TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN DIREKTIF
DALAMDIALOG ADEGAN PATHET SANGA DAN PATHET MANYURA
PADA PERTUNJUKANWAYANG KULIT GAYA SURAKARTA
DALANG NARTASABDA DAN PURBO ASMORO
DISERTASI
Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Doktor Linguistik dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji
pada Ujian Terbuka Promosi DoktorProgram Studi Linguistik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Kamis, 9 Januari 2014
Senin,
oleh
Sri Hesti Heriwati
T.131008005
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
ii
TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN DIREKTIF
DALAMDIALOG ADEGAN PATHET SANGA DAN PATHET MANYURA
PADA PERTUNJUKANWAYANG KULIT GAYA SURAKARTA
DALANG NARTASABDA DAN PURBO ASMORO
DISERTASI
oleh
Sri Hesti Heriwati
T.131008005
Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing
Promotor Prof. Dr. H.D. Edi Subroto 7-11-3013
NIP 194409271967081001
Co-Promotor Prof. Dr. Sumarlam, M.S. 7-11-2013
NIP 196203091987031001
Telah dinyatakan memenuhi syarat
pada tanggal 7 November 2013
Ketua Program Studi Linguistik
Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Djatmika, M.A.
NIP 196707261993021001
iii
TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN DIREKTIF
DALAMDIALOG ADEGAN PATHET SANGA DAN PATHET MANYURA
PADA PERTUNJUKANWAYANG KULIT GAYA SURAKARTA
DALANG NARTASABDA DAN PURBO ASMORO
DISERTASI
Oleh
Sri Hesti Heriwati
T.131008005
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Penguji Prof. Drs. Sutarno. M.Sc. Ph.D.
Sekretaris Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus,M.S.
Anggota Drs. Riyadi Santosa, M.Ed.,Ph.D
Prof. Dr. H.D. Edi Subroto
Prof. Dr. Sumarlam, M.S.
Prof. Dr. Djatmika, M.A.
Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana.
Dr. Dwi Purnanto. M.Hum.
Prof. Dr. Soetarno, DEA.
Telah dipertahankan di depan penguji
Ujian Terbuka Universitas Sebelas Maret
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
pada 9 Januari 2014
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Rektor,
Prof.Dr.Ravik Karsidi,MS.
iv
NIP 195707071981031006
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Sri Hesti Heriwati
NIM : T.131008005
Program : Pascasarjana (S3) UNS
Program Studi : Linguistik/Pragmatik
Tempat dan tanggal lahir : Sukoharjo, 29 September 1959
Alamat Rumah : Jl. Widasari No. 42 Perum RC, RT 02/RW 14
Ngringo-Jaten-Karanganyar KP 57772
Telepon : (0271) 825524, 087812605959, 0853295000
Alamat email : hesti_hawe@yahoo.com
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa disertasi yang berjudulTindak Tutur Eksprersif dan
Direktif Dialogdalam Adegan Pathet Sanga dan Pathet Manyura pada Pertunjukan Wayang
Kulit Gaya Surakarta ini adalah asli (bukan jiplakan), dan betul-betul karya saya sendiri serta
belum pernah diajukan oleh penulis untuk memperoleh gelar akademik tertentu.
Semua temuan, pendapat, atau gagasan orang lain, yang dikutip dalam disertasi ini sayatempuh
dengan melalui tradisi akademis, yang berlaku dan saya cantumkan dalam sumber rujukan dan
atau saya tunjukan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku.
Surakarta, 25 Desember 2013
Yang membuat pernyataan, Yang membuat pernyataan,
Sri Hesti Heriwati
NIM T.131008005
v
ABSTRAK
Sri Hesti Heriwati. T 131008005. 2013. Tindak Tutur Ekspresif dan Direktif Dialog dalam
Adegan Pathet Sanga dan Manyura pada Pertunjukan Wayang Kulit Gaya Surakarta Dalang
Nartasabda dan Purbo Asmoro. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Pembimbing: Prof. Dr. H.D. Edi Subroto (Promotor) dan Prof. Dr. Sumarlam, M.S.
(Ko-promotor)
Penelitian ini mengkaji tindak tutur ekspresif dan direktif dalam pertunjukan wayang
kulit lakon Karna Tandhing, Dewaruci (Nartasabda) dan Brubuh Ngalengka, Rama Gandrung
(Purbo Asmoro), dalam pathet sanga dan manyura. Penelitian ini juga mengkaji perbedaan dan
persamaan tindak tutur ekspresif dan direktif dalam pathet sanga dan manyura oleh kedua
dalang yakni Nartasabda dan Purbo Asmoro, serta strategidalam penyampaian TTE dan TTD
pada keempat lakon.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur ekspresif dan
direktif pada keempat lakon serta menjelaskan perbedaan strategi tindak tutur yang dilakukan
oleh Nartasabda dan Purbo Asmoro. Di samping itu ingin memperoleh gambaran mengenai
relevansi tindak tutur ekspresif dan direktif kaitannya dengan pendidikan karakter, serta
tanggapan penonton terhadap sajian kedua dalang. Pembahasan masalah yang diangkat
digunakan kajian linguistik utamanya pragmatik, dengan teori tindak tutur Kreidler (1998:183)
yang dipadu dengan pendekatan budaya Jawa karena wayang merupakan unsur budaya Jawa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Strategi yang
digunakan adalah studi kasus tunggal karena penelitian terarah pada satu karakteristik dalam
seni pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Strategi menggunakan kritik holistik dengan
mengkaji tiga faktor utama, yakni faktor genetik, faktor objektif, dan faktor afektif.
Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa berdasarkan konteks tuturan dan
penanda lingual, masing-masing tindak tutur ekspresif dan direktif memiliki subtindak tutur
yang jumlahnya tidak sama. Tindak tutur ekspresif pada sajian lakon oleh dalang Nartasabda
yakni lakon Karna Tandhing yang dominan mengucapkan maaf dan dalam lakon Dewaruci
tindak tutur ekspresif yang dominan menolak, dan dalam lakon Brubuh Ngalengka, tindak tutur
ekspresif yang dominan menolak, dalam lakon Rama Gandrung yang dominan mengucapkan
maaf. Tindak tutur direktif yang dominan pada Karna Tandhingmemerintah, pada
Dewarucimemerintah. Tindak tutur direktif pada Brubuh Ngalengka yang dominan melarang
dan pada Rama Gandrung adalah memerintah.Tuturan yang disampaikan kedua dalang pada
hakikatnya mencerminkan tuturan yang komunikatif, indah bermutu serta menarik perhatian
penonton, dan mengandung unsur tuntunan, tontonan dan tatanan. Strategi kedua dalang yang
terungkap dalam tuturan ekspresif maupun direktif terdapat perbedaan oleh karena kedua
dalang berlatar belakang sosio budaya yang berlainan serta pengaruh masyarakat pendukung
wayang yang berbeda. Persamaan sajian kedua dalang bahwa keduanya masih taat dan setia
terhadap kaidah-kaidah pedalangan semalam suntuk, sedangkan perbedaannya bahwa
Nartasabda lebih kuat dalam penyampaian wejangan-wejangan bila dibandingkan dengan sajian
Purbo Asmoro. Implikatur yang terkandung pada keempat lakon terdapat nilai-nilai yang
berupa pesan-pesan seperti pesan moral, spiritual, pendidikan, penerangan dan sebagainya,
sehingga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan karakter, penghayatan estetis dan
pelestarian budaya.
Dengan demikian nilai-nilai yang terungkap dalam tuturan ekspresif dan direktif dalam
keempat lakon sangat relevan dengan kehidupan sekarang, serta dapat memberikan kontribusi
vi
dalam pembentukan manusia yang berkarakter serta berkepribadian dan penguatan jati diri
bangsa. Nilai-nilai atau kearifan lokal yang terkandung dalam tindak tutur ekspresif dan
direktif dapat dijadikan rujukan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tanggapan
masyarakat atau penonton terhadap sajian keempat lakon pada hakikatnya masing-masing
dalang memiliki kekhasan dan keunggulan serta pakelirannya menarik dan selalu kontekstual.
Kata kunci: tindak tutur ekspresif, direktif, pertunjukan wayang kulit gaya Surakarta.
vii
Sri Hesti Heriwati: NIM: T 131008005. 2013. Expressive and Directive Speech Acts in the Dialogue of Scenes in Pathet Sanga and Manyura in Surakarta Style Shadow Puppet
Theatre Performances by Puppeteers Nartasabda danPurbo Asmoro. Dissertation. Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta. Supervisors: Prof. Dr. H.D. Edi
Subroto (Promoter) and Prof. Dr. Sumarlam, M.S. (Co-Promoter)
ABSTRACT
The research studies the expressive and directive speech acts in shadow puppet
performances of the stories Karna Tanding and Dewaruci by Nartasabda, and Brubuh
Ngalengka and Rama Gandrung by Purbo Asmoro, in pathet sanga and manyura. In addition, it
studies the differences and similarities of the expressive and directive speech acts in pathet
sanga and manyura in performances by the two dalangs, Nartasabda and Purbo Asmoro, as
well as the strategies and differences appearing in all four performances.
This research aims to describe the types of expressive and directive speech acts in the
four stories and also explain the differences in the strategies of the speech acts used by
Nartasabda and Purbo Asmoro. In addition, the study endeavours to gain an idea of the
relevance of expressive and directive speech acts in relation to character building, as well as the
response of the audience to the performances by the two puppeteers, or dalangs. The problems
are addressed using a linguistic approach and a primarily pragmatic study, combining
Kriedlers theory of speech acts (1998:183) with a Javanese cultural approach, since shadow puppet theatre, or wayang, is an element of Javanese culture. The research is a qualitative study
using a descriptive research method. The strategy used is a single case study since the research
focuses on one particular characteristic of all-night performances of the art of shadow puppet
theatre. A critical holistic approach is used to study the three main factors, namely the genetic
factors, objective factors, and affective factors.
The results of the research show that based on the context of speech and lingual signs,
each type of expressive and directive speech act has a different number of sub-speech acts. The
most dominant type of expressive speech act in Nartasabdas performance of Karna Tandhing is apologizing and in Dewaruci the most dominant type is refusing. In Brubuh Ngalengka, the
most dominant type of expressive speech act is refusing and in Rama Gandrung the most
dominant type is apologizing. The most dominant type of directive speech act in Karna
Tandhing is commanding and in Dewaruci the most dominant type is also commanding. The
most dominant type of directive speech act in Brubuh Ngalengka is forbidding and in Rama
Gandrung the most dominant type is commanding. The speech presented by both dalangs is
essentially communicative, attractive, of a high quality, and able to captivate the audience, as
well as including elements of tuntunan (guidance), tontonan (spectacle), and tatanan
(structure). The strategies of the two dalangs, as revealed through their use of expressive and
directive speech acts, show a number of differences, due to their different social and cultural
backgrounds and the influence of the different audiences. The similarity in the performances of
the two dalangs is that they are both loyal to the rules and norms of all-night shadow puppet
theatre performances, although Nartasabda is stronger in his conveying of messages or advice
when compared to the performances of Purbo Asmoro. The implicature in the four stories
contains various meanings and messages, such as moral, spiritual, and educational messages
which can function as a vehicle for character building, aesthetical appreciation, and cultural
preservation.
Hence, the values revealed in the expressive and directive speech acts in the four stories
are highly relevant to life at this time and can contribute to the development or formation of a
viii
society with a strong character and personality and also strengthen the identity of the nation.
The values of local wisdom contained in the expressive and directive speech acts can be used as
a point of reference for the way people behave in society and in the nation. The response of the
audience to the two dalangs in their performance of the four different stories essentially
indicates the unique and special nature of each story, as an attractive and contextual
performance.
Keywords: expressive and directive speech acts, Surakarta style shadow puppet theatre
performance.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Kuasa-Nya sehingga penulisan disertasi yang berjudulTindak Tutur Ekspresif dan Direktif
Dialog dalam Adegan Pathet Sanga dan Pathet Manyura dalam Pertunjukan Wayang Kulit
Gaya Surakarta dalang Nartasabda dan Purbo Asmorodapat terselesaikan. Hal ini tidak dapat
diselesaikan tanpa bantuan, dukungan moral, dan material, serta doa dari berbagai pihak.
Sebagai perwujudan rasa syukur atas semua ini perkenankan saya menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas yang mulia ini.
Rasa terima kasih saya tujukan kepada yang terhormat Rektor UNS Surakarta, Direktur
Program Pascasarjana, dan Kaprodi S3 Linguistik yang penuh perhatian dan selalu memberikan
sumbang sarandan pemberian fasilitas pembelajaran.
Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta sertaDekan Fakultas Seni Rupa dan
Desain ISI Surakarta yang telah mengizinkan saya untuk studi lanjut Program S-3 di Program
Studi Linguistik Pragmatik pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Disampaikan pula terima kasih dan rasa hormat yang mendalam kepada promotor yang
telah membimbing dengan penuh kesabaran, yakni Prof. Dr. H. Edi Subroto yang selalu
memberikan dorongan sejak penulisan proposal sampai dengan penulisan disertasi, yang
dengan ketelatenan dan kecermatannya telah memberikan koreksi-koreksi atas bab-bab yang
menjadi pembahasan dalam disertasi. Selanjutnya, terima kasih kepada Prof. Dr. H. Sumarlam,
M.S., selaku ko-promotor atas bimbingan dan koreksi yang menyangkut substansi maupun
teknik penulisan dalam disertasi ini. Segala pikiran, kecermatan, dan kesabarannya
dalammemberikan arahan sehingga disertasi ini ditemukan bentuknya dan tertata secara
sistematis.
Terima kasih disampaikan kepada Tim Penilai disertasi yang terdiri dari Prof. Dr.
Djatmika, MA., Prof. Dr. Soetarno, DEA., dan Dr. Dwi Purnanto, M.Hum., yang telah bersedia
sebagai penelaahserta memberikan masukan-masukan berharga, baik yang menyangkut
substansi disertasi maupun teknik penulisan sehingga disertasi ini menjadi bentuk yang layak
sebagai format disertasi.
Para dosen Pascasarjana UNS,khususnya dosen Program Studi Pragmatik yang terdiri
dari Prof. Dr.H.D.Edi Subroto, Prof. Dr. Sumarlam, M.S., Prof. Dr. Samiati Tarjana, Prof.Dr.
Joko Nurkamto, M.Pd., Prof. Dr. (Alm.) Paina Partama, Dr.Jumanto, M.Pd., Dr. Dwi Purnanto,
x
M.Hum., Dr. Slamet Supriyadi, Dr. Usman Arif, dan Prof. Dr. Supomo Djojosoedarmo yang
telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.Untuk itu, diucapkan terima kasih atas jerih
payahnya.
Penyelesaian disertasi ini dapat berjalan lancar karena bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu disampaikan terima kasih kepada para narasumber, yakni Sudarsono, S.Kar.,M.Si.,
Kuwato, S.Kar., M.Hum., Purbo Asmoro, S.Kar.,M.Hum., Sujani Sabdo Leksono, S.Kar.,
Blacius Subono, S.Kar.,M.Sn., Dr.Sunardi, S.Sen.,M.Hum., Dr.Sugeng Nugroho, S,Sen.,M.Sn.,
Joko Rianto, S.Kar.,M.Hum., dan Dr. .Junaidi, S.Kar.,M.Hum., yang telah memberikan
penjelasan dan ulasan terhadap pakeliran Nartasabda dan Purbo Asmoro menyangkut lakon
yang menjadi objek penelitian sehingga menjadikan disertasi ini komprehensif. Ucapan terima
kasih untuk Dr. Bambang Sunarto, S.Kar.,M.Hum., Danang Susilo, S.Sen,yang telah
membantu dalam pengumpulan bahan-bahan penelitian, khususnya naskah lakon serta segala
sesuatunya yang berkait dengan penulisan ini. Demikian pula kepada para staf adminitrasi dan
Perpustakaan Program Pascasarjana UNS yang telah membantu dalam penyelesaian studi S-
3.Untuk itu, diucapkanbanyak terima kasih.
Terima kasih khusus untuk suami saya, Prof. Dr. Soetarno, DEA yang telah
memberikan semangat, dorongan, dan penuh pengertian untuk studi lanjut, dan kepada anak-
anakku Pier Manuhara, S.S., Dimas Wisudawan, S.E.,M.Sc., serta Suci Wahyuningrum, S.Pd.,
dan Chandrawati Reza Sagita, S.E.,M.M. Ucapan terima kasih ditujukan teruntuk Ibunda
tercinta Hj. Sri Suwarsini yang penuh kesabaran, dukungan, dan pengertian dalam membantu
kedamaian di rumah.Alm. Let. Kol. Suratman serta empat saudara perempuanku sekandung,
khususnya Mbak Tutik yang memberikan dorongan lahir maupun batin. Keluarga besar Alm.
Bapak Sunardi Marto Sentono dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satuatas
limpahan rahmat Allah swt sehingga dapat menyelesaikan studi lanjut dengan selamat.
Akhirnya, kepada semua pihak yang belum sempat disebutkan di sini secara pribadi
disampaikan banyak terima kasih atas bantuan dan dorongannya sehingga disertasi ini dapat
tertata dengan baik.Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih terdapat
kekurangan.Untuk itu, kritik serta saran sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL i
PENGESAHAN ii
PEMERTAHANAN DISERTASI iiii
PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xviii
CATATAN TENTANG PENULISAN DATA xix
DAFTAR GAMBAR xx
DAFTAR FOTO xxi
LAMPIRAN-LAMPIRAN xxii
DAFTAR SINGKATAN xxiii
DAFTAR SIMBOL xxiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 10
C. Tujuan Penelitian 11
D. Manfaat Penelitian 11
1. Manfaat Teoretis 11
2. Manfaat Praktis 12
BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORI, DAN KERANGKA
BERPIKIR 13
A. Tinjauan Pustaka 13
xii
B. Kajian Teori 17
1. Pragmatik 17
a. Teks 19
b. Konteks 20
c. Tindak Tutur dan Jenis-jenisnya 22
d. Strategi Tindak Tutur 32
2. Tindak Tutur Ekspresif dan kaitannya dengan Tindak Tutur
Verdiktif 35
3. Tindak Tutur Direktif 35
4. Prinsip Berkomunikasi 43
a. Prinsip Kerja Sama 43
b. Prinsip Kesantunan 47
c. Implikatur 57
d. Daya Pragmatik 60
5. Budaya Jawa 61
6. Wayang Kulit Gaya SurakartaPathet Sanga dan Manyura 63
C. Kerangka Berpikir 73
BAB III METODE PENELITIAN 76
A. Lokasi Penelitian 76
B. Jenis dan Strategi Penelitian 76
C. Jenis Data dan Sumber Data 78
D. Teknik Pengumpulan Data 80
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 83
F. Teknik Analisis Data 84
BAB IV JENIS-JENIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN DIREKTIF
DALAM KTNS, DRNS, BNPA, RGPA DALAM
PATHETSANGA DAN MANYURA 87
A. Tindak Tutur Ekspresif 89
1. TTE PS dalam KTNS dan DRNS 89
a. Mengucapkan Maaf 89
xiii
2. TTE PS dalam BNPA dan RGPA 91
a. Mengucapkan Maaf 91
3. TTE PMdalam KTNS dan DRNS 91
a. Mengucapkan Maaf 95
b. Menolak 96
4. TTE PMdalam BNPA dan RGPA 102
a. Menolak 1 103
B. Tindak Tutur Direktif 106
1. TTD PSdalam KTNS dan DRNS 107
a. Meminta 107
b. Menanyakan 108
c. Memerintah 112
d. Melarang 114
e. Meminta Izin 117
f. Menasihati 119
2. TTD PSdalam BNPA dan RGPA 120
a. Meminta 121
b. Menanyakan 124
c. Memerintah 125
d. Melarang 131
3.TTD PM dalam KTNS dan DRNS 134
a. Meminta 135
b. Menanyakan 140
c. Memerintah 144
d. Melarang 149
e.Meminta Izin 154
f.Menasihati 158
4. TTD PM dalam BNPA dan RGPA 160
a. Meminta 161
b. Menanyakan 164
c. Memerintah 166
d. Melarang 171
xiv
e. Meminta izin 172
BAB IV.1Tindak Tutur Ekspresifdan Direktif Kaitannya
denganImplikatur, Kerja Sama,dan Prinsip Kesantunan
dalam KTNS,DRNS,BNPA,RGPA 176
A. Pengutaraan Tindak Tutur 176
1. Tindak Tutur Langsung Literal 177
2. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal 183
3. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal 189
4. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal 195
B. Prinsip Kerja Sama 201
1. PKS dalam Lakon Karna Tandhing Nartasabda (KTNS) 204
2. PKS dalam Lakon DewaruciNartasabda (DRNS) 207
3. PKS dalam Lakon Brubuh NgalengkaPurbo Asmoro (BNPA 211
4. PKS dalam Lakon Rama Gandrung Purbo Asmoro (RGPA) 214
C. Bidal Kesantunan 214
1. BK dalam Lakon Karna Tandhing Nartasabda (KTNS) 214
2. BK dalam Lakon Dewa RuciSajian Nartasabda (DRNS) 211
3. BK dalam Lakon Brubuh Ngalengka Purbo Asmor(BNPA) 221
4.BKdalam Lakon Rama Gandrung Purbo Asmoro (RGPA) 223
D. Strategi Tindak Tutur dalam Catur(pocapan, janturan,
dan ginm) pada lakonKTNS, DRNS, BNPA, dan RGPA 227
E. Implikatur Sub-SubTindak Tutur Ekspresif dan Direktif 237
BAB IV.2Faktor Genetik dan Faktor Afektif Kaitannyadengan Faktor Objektif 246
A. Faktor Genetik 255
1.Nartasabda 255
2.Purbo Asmoro 260
B. Faktor Afektif 264
1. Nartasabda 265
a. Tanggapan Pakar Pewayangan 265
b. Tanggapan Budayawan 268
c. Tanggapan Praktisi 271
xv
2. Purbo Asmoro 272
a. Tanggapan Pakar Pewayangan 272
b. Tanggapan Budayawan 275
c. Tanggapan Praktisi 277
BAB IV.3Temuan Penelitian dan Pembahasan 280
A. Temuan Penelitian 280
1. Tindak Tutur Ekspresif dan Direktif 282
2. Strategi Bertutur KTNS, DRNS, BNPA, RGPA 282
3. Prinsip Kerja Sama 282
4. Bidal Kesopanan 283
5. Implikatur 283
6. Daya Pragmatik 286
B. Pembahasan 304
1. Tindak Tutur Ekpresif dan Direktif yang Dominan 304
2. Pelaksanaan TTE dan TTD dalam Kaitannya dengan PKS,
dan BK. 315
3. Perbandingan Perwujudan Tindak Tutur
Ekspresifdan Direktif dalam KTNS, DRNS, BNPA, RGPA 333
4. Fungsi TTE dan TTD dalam KTNS, DRNS, BNPA, dan
RGPA Relevansinya dengan Pendidikan Karakter 341
BAB V PENUTUP 341
A. Simpulan 341
B. Implikasi 343
C. Saran 344
KEPUSTAKAAN 345
GLOSARI 354
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 : Persentase Pemakaian TTE
dalam Lakon KTNS, DRNS, BNPA, RGPA 106
Tabel 4.2.: Persentase Pemakaian TTD
dalam Lakon KTNS, DRNS, BNPA, RGPA 175
Tabel 4.3: Perbandingan TTE dan TTD dalang Nartasabda dengan
dalang Purbo Asmoro 200
xvii
CATATAN TENTANG PENULISAN DATA
Teks naskah dalam lakon Karno Tandhing, danDewaruci sajian Nartasabda serta
Brubuh Ngalengka, dan Rama Gandrung sajian Purbo Asmoro, baik lisan atau tertulis
menggunakan Bahasa Jawa (BJ) baru. Teks tertulis dituliskan dengan memakai BJ dan tulisan
huruf latin dengan ejaan lama. Disertasi ini dalam teks lakon telah dituliskan mengikuti
Pedoman Penulisan BJ dengan huruf latin berdasarkan ejaan yang disempurnakan. Penulisan
nama pengarang dan nama tokoh dalam teks tertulis untuk selanjutnya ditulis mengikuti ejaan
bahasa dengan huruf latin yang disempurnakan tahun 1972, kecuali:
1. Nama tokoh (orang) yang menyangkut pemakaian huruf atau vokal /a/ dan /o/ tetap mengikuti nama yang sesuai dengan aslinya. Apabila nama ditulis dengan menggunakan
huruf atau konsonan //. Contonya: Panu Dewanata (dalam teks) akan tertulis menjadi Pandhu Dewanata.
2. Nama dan penulis buku atau pejabat pembuat pengumuman yang mencantumkan namanya dengan huruf latin, contohnya: Soetarno tidak ditulis Soetarna. Demikian pula
nama orang yang sudah meninggal, dari nama asli, contohnya: Nartosabdo ditulis
menjadi Nartasabda.
3. Nama orang, judul buku atau artikel, majalah, dan sebagainya yang ditulis dengan bahasa asing.
4. Penulisan gelar dan sebutan.
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1: Kerangka Pikir Kritik Holistik 74
Gambar 3.1 : Model Analisis Interaktif 83
xix
DAFTAR FOTO
Halaman
Gambar IV.1.2: DRNS. Adegan tokoh Bima
ketika bertemu dengan Dewaruci di dasar lautan . 265
Gambar IV.1.2: DRNS. Adegan di Sunyaruri atau di Kayangan
Kumitir 270
Gambar IV 1.3: RGPA. Adegan di Hutan Dandaka Dewi Sinta
kedatangan Pendhita Lumasa 274
GambarIV 1.4: BNPA. Adegan pertama menampilkan
flash back(kilas balik) 278
xx
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Tindak Tutur Ekspresif 1
Lampiran 2 : Tindak Tutur Direktif 4
Lampiran 3 : Pemarkah Tindak Tutur Direktif 27
Lampiran 4 : Pocapan Lakon KTNS, DRNS, BNPA, RGPA 37
Lampiran 5 : Janturan Lakon KTNS, DRNS, BNPA, RGPA 44
Lampiran 6 : Sinopsis Lakon KTNS, DRNS, BNPA, RGPA 53
Lampiran 7 : Riwayat Hidup Dalang Nartasabda 68
Lampiran 8 : Riwayat Hidup Dalang Purbo Asmoro 75
Lampiran 9 : Data Narasumber 80
Lampiran 10 : Surat Keterangan Narasumber 83
xxi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
A : Aksi
BK : Bidal Kesopanan
BNPA : Brubuh Ngalengka Purbo Asmoro
DRNS : Dewaruci Nartasabda
e : ekspresi
Gn. : ginem
H : Hearer
Jnt : Janturan
KTNS : Karna Tanding Nartasabda
LLT : Langsung Literer
LTL : Langsung Tidak Literer
Mt : mitra tutur
PA : Purbo Asmoro
pcp : Pocapan
PKS : Prinsip Kerja Sama
Pt : petutur
PM : pathet manyura
PS : pathet sanga
Ps : Proposisi
RGPA : Rama Gandrung Purbo Asmoro
S : Speaker
TLL : Tuturan Langsung Literer
TT : tindak tutur
TTD : Tindak Tutur Direktif
TTE : Tindak Tutur Ekspresif
TLTL : Tidak Langsung dan Tidak Literer
xxii
DAFTAR SIMBOL
Penulisan huruf-huruf yang digunakan dalam teks lakon menggunakan simbol yang
sudah menjadi konvensi yang digunakan di masyarakat Jawa. Misalnya:
1. Pemakaian vokal //, // = vokal ini digunakan dalam kata-kata bahasa Jawa dan cara pengucapannya seperti dalam kelompok kata bahasa Indonesia = eja, beta, setan, sepak,
hebat, renda, dan melankolis.
2. Pemakaian vokal //, // = vokal ini digunakan dalam kata-kata bahasa Jawa dan cara pengucapannya seperti dalam kelompok kata bahasa Indonesia seperti: ekspedisi, tenteng,
dan renteng.
3. Pemakaian vokal /e/, /E/ = vokal yang digunakan tanpa menggunakan tanda, pengucapannya seperti dalam kelompok kata bahas Indonesia seperti: megah, sepatu, kelas,
kejar, dan gerhana.