171 KTI Bahasa Indonesia

Post on 24-Nov-2015

49 views 0 download

Transcript of 171 KTI Bahasa Indonesia

  • 1

    APAKAH BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINAS SUDAH BENAR?

    Kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar di kalangan masyarakat,

    mahasiswa, dan pegawai negeri sangat diperlukan. Yang dimaksud dengan bahasa yang baik

    adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi

    pemakaiannya, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang

    menerapkan kaidah dengan konsisten.

    Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena bahasa

    Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa

    nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928, dan sebagai bahasa negara sesuai dengan

    Undang-Undang Dasar 1945.

    Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara,

    peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tertulis,

    termasuk penulisan dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh

    pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya.

    Kegiatan berkomunikasi melalui tulisan memiliki karakteristik yang berbeda dengan

    kegiatan berkomunikasi melalui lisan. Kegiatan berkomunikasi melalui tulisan yang berwujud

    surat perlu dilakukan secara cermat. Hal ini disebabkan paparan dalam surat tidak didukung

    konteks yang memperjelas pembicaraan. Ini berbeda dengan bahasa lisan yang selalu hadir

    dalam konteks tertentu. Konteks tersebut sangat membantu kelancaran pembicaraan. Di

    samping itu, apabila terjadi ketidakjelasan atau ketidakpahaman terhadap suatu tuturan bisa

    ditanyakan secara langsung.

    Kegiatan berkomunikasi melalui tulisan (surat), dewasa ini dirasa semakin diperlukan.

    Hal ini disebabkan berbagai kegiatan yang dahulu (biasanya) dilakukan secara lisan sekarang

    tidak lagi dilakukan secara lisan. Sekarang hampir tidak dijumpai seseorang mengundang

    orang lain dengan cara berkomunikasi secara lisan. Itu menunjukkan betapa pentingnya

    kegiatan melalui tulisan.

    Surat dinas adalah naskah dinas pelaksanaan tugas pejabat dalam menyampaikan

    informasi kedinasan berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan, penyampaian naskah

    dinas atau barang, atau hal kedinasan lainnya kepada pihak lain di luar organisasi yang

    bersangkutan.

  • 2

    Surat yang dimaksudkan untuk memberi (informasi) antara lain surat pemberitahuan

    pengumuman, surat keterangan, dan surat keputusan. Surat yang dimaksudkan untuk meminta

    antara lain surat permohonan dan surat lamaran. Surat yang dimaksudkan untuk memerintah

    antara lain surat perintah dan surat tugas. Di samping itu, sebagai sarana komunikasi, surat

    juga berfungsi sebagai bukti tertulis, bukti kesejarahan, alat pengingat, dan sebagai pedoman.

    Mengingat demikian pentingnya surat dalam kegiatan berkomunikasi, khususnya surat

    dinas, maka penulisannya perlu mendapat perhatian serius, baik dari segi penampilan fisik

    maupun penampilan bahasanya. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan masih

    dijumpai adanya berbagai kesalahan dalam penulisan surat, atau dalam menjawab soal-soal

    baik DUD maupun UPKP. Paparan berikut dimaksudkan untuk mendeskripsikan berbagai

    kesalahan yang bisa terjadi dalam penulisan surat dinas. Sebelum itu, akan dipaparkan terlebih

    dahulu persyaratan penulisan surat dengan harapan dapat dipakai pijakan dalam mendeskripsi

    dan menganalisis kesalahan penulisan surat. Analisis kesalahan penulisan surat dinas yang

    dipaparkan lebih banyak mengacu pada aturan yang berlaku di lingkungan Kementerian

    Keuangan RI.

    SURAT-SURAT YANG BAIK

    Surat yang baik adalah surat yang dapat menyampaikan pesan/gagasan penulis kepada

    penerima surat sama seperti yang diinginkan oleh penulis surat, tidak menimbulkan salah

    penafsiran, menghargai penerima surat, dan tampil dengan bentuk yang benar. Oleh sebab itu,

    surat yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat, baik syarat yang berkaitan dengan

    bentuk, pengetikan, isi, maupun bahasa surat. Keempat hal tersebut dapat dipaparkan sebagai

    berikut.

    Pertama, surat harus disusun dengan teknik penyusunan surat yang benar. Penyusunan

    letak bagain-bagian surat (bentuk surat) harus sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan.

    Mengingat setiap lembaga memiliki model yang telah dibakukan untuk lembaga tersebut maka

    penulisan model harus sesuai dengan ketentuan dari lembaga. Pemilihan model surat yang

    tidak berasal dari lembaga tempat bekerja dianggap salah.

    Kedua, surat harus diketik secara benar. Pengetikan surat dianggap benar apabila

    pengetikan surat tersebut dilakukan secara cermat, bersih, rapi, dan menggunakan kertas yang

    sesuai dengan aturan. Cermat artinya tidak terdapat kesalahan pengetikan kata-kata yang

    terdapat dalam surat. Cermat juga berkaitan dengan pemilihan jenis dan ukuran huruf. Dalam

  • 3

    surat resmi perlu dipilih jenis huruf yang menunjukkan keresmian, misalnya arial, calibri,

    courier, pica, roman, dan times. Bersih dalam arti tidak terdapat noda (biasanya tinta pita)

    atau dalam pengetikan manual tidak banyak tindasan (ditip-ex). Kertas yang digunakan adalah

    kertas yang memang dipersiapkan untuk surat, bukan sembarang kertas. Pemilihan warna

    kertas juga mendapat perhatian.

    Ketiga, isi surat harus dinyatakan secara jelas, ringkas, sopan, dan eksplisit. Jelas

    dalam arti isi atau maksud surat dapat ditangkap secara jelas dan mudah. Surat resmi tidak

    perlu ditulis dengan cara yang berbelit-belit dan bertele-tele. Isi surat cukup dipaparkan secara

    ringkas tetapi utuh. Sopan dalam arti tidak ada hal-hal yang dapat menyakitkan hati penerima

    surat. Kesopanan biasanya berhubungan dengan pemilihan kata yang digunakan dalam surat.

    Eksplisit dalam arti bahwa isi surat harus dituangkan dengan kata-kata yang nyata.

    Secara garis besar isi surat dipilah menjadi tiga bagian, yaitu paragraf pembuka,

    paragraf isi, dan paragraf penutup. Paragraf pembuka merupakan pengantar yang mengarah

    pada inti surat. Dengan pengantar ini diharapkan pembaca tidak terkejut karena penulis

    langsung mengarah pada isi. Paragraf isi merupakan hal yang akan disampaikan penulis

    kepada pembaca. Isi surat hendaknya ditulis secara jelas, singkat, dan utuh sehingga mudah

    dipahami dan tidak menimbulkan salah pengertian. Paragraf penutup merupakan simpulan

    dari paragraf isi. Sebagai simpulan, paragraf penutup berisi inti hal yang ditulis. Di samping itu,

    sebagai penutup paragraf ini juga mengungkapkan harapan penulis pada penerima surat dan

    ucapan terima kasih.

    Keempat, bahasa yang digunakan dalam surat harus baik dan benar. Penggunaan

    bahasa dalam surat berhubungan dengan pemakaian ejaan, pemilihan kata, penyusunan

    kalimat, pengembangan paragraf, dan pemakaian gaya berbahasa. Kesalahan penulisan surat

    pada umumnya berkaitan dengan pemakaian bahasa. Kesalahan yang dimaksud meliputi

    kesalahan penerapan ejaan, kesalahan pemilihan kata, dan kesalahan penyusunan kalimat.

    MASALAH EJAAN

    Pemakaian ejaan akan berhadapan dengan cara bagaimana menuliskan huruf, kata,

    dan menggunakan tanda baca. Masalah ejaan yang sering salah dalam penulisan surat resmi

    meliputi penggunaan titik, koma, tanda hubung dan tanda pisah, tanda kurung, garis miring, dan

    garis bawah/cetak miring. Kesalahan pemakaian ejaan tersebut menyebar mulai kepala surat

    sampai dengan tembusan.

  • 4

    Kepala Surat

    Kesalahan pemakaian ejaan dalam penulisan kepala surat pada umumnya berkaitan dengan

    penggunaan singkatan dan pemakaian tanda koma untuk pemilah antarbagian alamat.

    Perhatikan contoh berikut!

    KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    Jl. B. Sempor Nomor 28 Malang Telp.: (0341) 776345-725511

    Penulisan kepala surat tersebut di atas memiliki beberapa kesalahan. Pertama, kepala

    surat seharusnya ditulis lengkap, tanpa ada penyingkatan. Kata jalan seharusnya ditulis jalan,

    tidak disingkat dengan Jl. Untuk menghindari kesalahan pemahaman, nama jalan seharusnya

    tidak disingkat. Singkatan B seperti contoh akan membingungkan pembaca . apakah yang

    dimaksud dengan B itu adalah Budi, Batang atau yang lainnya. Singakatan nama orang yang

    digunakan sebagai nama jalan diperbolehkan untuk kepala surat, misal M.T. Haryono.

    Kedua, antarbagian alamat pada kepala surat seharusnya diberi tanda koma. Antara

    jalan, kota, telepon, dan antarnomor telepon perlu diberi tanda koma. Di samping itu, setelah

    kata telepon tidak perlu digunakan tanda titik dua, meskipun nomor telepon yang dimiliki lebih

    dari satu. Terakhir, kepala surat seharusnya ditutup dengan garis tebal. Pada contph di atas

    garis itu tidak ada. Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut.

    KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    Jalan Bendungan Sempor Nomor 28, Malang 65151, Telepon (0341) 776345, 725511

    ____________________________________________________________________________

    Penanggalan Surat

    Kesalahan penulisan tanggal surat ada umumnya berkaitan dengan penggunaan tanda titik

    pada akhir penanggalan, pemakaian singkatan, penggunaan angka untuk bulan, dan

    penggunaan nama kota. Perhatikan penulisan tanggal pada surat berikut ini!

    (1) 4 Juni 2011

    (2) 4 Jun. 2011

    (3) 4 Juni 11

  • 5

    (4) 4-6-2011

    (5) Malang, 4 Juni 2011

    Penulisan tanggal tersebut salah karena tidak mengikuti aturan. Aturan penulisan

    tanggal pada surat adalah sebagai berikut. Penanggalan surat seharusnya tidak diakhiri dengan

    tanda titik atau tanda lainnya, baik tanda koma (,), titik koma (;) atau titik dan garis hubung (.,).

    Tanggal surat ditulis secara lengkap, yaitu tanggal ditulis dengan angka, bulan ditulis dengan

    huruf, dan tahun ditulis dengan angka. Nama bulan tidak boleh disingkat, ditulis lengkap dan

    benar. Nama bulan juga tidak boleh diganti dengan angka seperti contoh (4). Angka tahun

    harus ditulis utuh, tidak boleh ditulis hanya dua angka yang terakhir seperti contoh (3).

    Penulisan tanggal seharusnya tidak diawali dengan nama kota. Nama kota secara jelas sudah

    terdapat pada kepala surat. Penulisan tanggal yang betul adalah sebagai berikut.

    (6) 4 Juni 2011

    Nomor Surat

    Kesalahan penulisan nomor surat pada umumnya terdapat pada pemakaian tanda titik.

    Pemakaian tanda titik yang salah pada nomor surat biasanya terletak pada akhir nomor atau

    pada kata nomor yang disingkat. Perhatikan contoh berikut!

    (7) Nomor: 054/BPP.08/2011.

    (8) No: 054/BPP.08/2011

    Kesalahan contoh (7) terletak pada pemakaian tanda pada akhir nomor. Contoh (7) semestinya

    tidak diakhiri titik. Kesalahan contoh (8) terletak pada tidak dipakainya tanda titik setelah kata

    nomor yang disingkat. Sebagai suatu singkatan, kata itu memerlukan titik. Pembetulan contoh

    di atas adalah sebagai berikut.

    (9) Nomor: 054/BPP.08/2011

    (10) No.: 054/BPP.08/2011

    Hal Surat

    Kesalahan penulisan hal surat dapat diamati pada contoh berikut.

    (11) Hal: Permohonan penceramah.

    (12) Hal.: Permohonan penceramah

    (13) Hal: Permohonan Penceramah

  • 6

    (14) Hal: PERMOHONAN PENCERAMAH

    (15) Hal: Permohonan penceramah

    Kesalahan contoh (11) terletak pada pemakaian tanda titik pada akhir hal

    (penceramah). Penulisan hal surat semestinya tidak diakhiri dengan tanda apapun baik tanda

    titik, koma, titik koma, ataupun tanda lainnya. Contoh (11) semestinya tidak diakhiri titik.

    Kesalahan contoh (12) terletak pada dipakainya tanda titik setelah kata hal. Kata hal bukan

    merupakan singkatan dari perihal sehingga penulisan kata hal tidak perlu menggunakan titik.

    Kesalahan contoh (13) terletak pada penggunaan huruf kapital kata kedua untuk isi hal. Isi hal

    seharusnya diawali dengan huruf kapital pada kata pertama saja, kata kedua dan seterusnya

    (bila ada) tidak menggunakan huruf kapital. Kesalahan penulisan hal pada contoh (14) terletak

    pada penggunaan huruf kapital untuk semua isi hal. Isi hal seharusnya hanya menggunakan

    huruf kapital satu, yaitu pada awal kata pertama. Perkecualian pada kata yang menurut aturan

    harus ditulis dengan huruf kapital. Penulisan isi hal tidak perlu diberi garis bawah seperti pada

    contoh (15). Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut.

    (16) Hal: Permohonan penceramah

    Lampiran Surat

    Kesalahan penulisan lampiran surat pada umumnya berhubungan dengan pemakaian

    tanda titik dan penggunaan angka. Pemakaian tanda titik yang salah pada lampiran surat

    biasanya terletak pada akhir lampiran atau pada akhir kata lampiran yang disingkat. Perhatikan

    contoh berikut!

    (17) Lampiran: Satu eksemplar.

    (18) Lampiran: 1 eksemplar

    (19) Lamp: Satu eksemplar

    Kesalahan contoh (17) terletak pada pemakaian tanda titik pada akhir lampiran. Contoh (17)

    semestinya tidak diakhiri titik. Jumlah lampiran contoh (18) hendaknya tidak ditulis angka, tetapi

    dengan huruf. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi kemungkinan melakukan pengubahan di

    tengah perjalanan. Kesalahan contoh (19) terletak pada tidak dipakainya tanda titik setelah kata

    lampiran yang disingkat. Sebagai singkatan, kata itu memerlukan titik. Pembetulan contoh di

    atas adalah sebagai berikut.

    (20) Lampiran: Satu eksemplar

  • 7

    (21) Lamp.: Satu eksemplar

    Alamat Tujuan

    Perhatikan contoh penulisan alamat surat berikut ini!

    (22) Kepada Yth.

    Bapak Yanto Primanto

    Jalan Sanjaya 99

    Di Jakarta Selatan.

    (23) Yth. Bapak Dr. Tono

    Jl. B. Sempor 1

    Malang

    (24) Yth. Bapak Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    Jalan Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya

    Tangerang Selatan

    Penulisan alamat tujuan contoh (22) terdapat beberapa kekeliruan. Pertama,

    penulisan alamat tujuan diawali dengan kata kepada. Seharusnya, penulisan alamat diawali

    dengan kata Yth. Kata kepada tidak digunakan pada alamat tujuan yang terdapat dalam surat.

    Kedua, penulisan alamat tujuan dalam surat seharusnya tidak diakhiri dengan tanda titik.

    Ketiga, sapaan penghormatan (Yth.) seharusnya ditulis sejajar dengan orang yang dihormati

    Keempat, nama tempat (kota) pada alamat seharusnya tidak didahului kata depan di.

    Pembetulan contoh (22) tersebut adalah sebagai berikut.

    (25) Yth. Yanto Primanto

    Jalan Sanjaya 99

    Jakarta Selatan

    Sapaan Bapak, Ibu, atau Saudara di depan nama jabatan dan gelar tidak diperlukan,

    baik pada surat maupun pada sampul surat. Dengan demikian, sapaan Bapak pada contoh (23)

    dan (24) seharusnya tidak ada. Sapaan hanya dipergunakan untuk mengiringi nama orang yang

    tidak diawali dengan gelar. Contoh: Yth. Bapak Ahmad. Alamat tujuan harus ditulis dengan

    lengkap, tanpa ada penyingkatan. Ini dimaksudkan agar pembaca memahami secara jelas

    tanpa adanya keraguan. Contoh (23) seharusnya ditulis Jalan Bendungan Sempor 1.

    Pembetulan contoh (23) dan (24) adalah sebagai berikut.

    (26) Yth. Dr. Tono

    Jalan Bendungan Sempor 1

    Malang

  • 8

    (27) Yth. Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    Jalan Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya

    Tangerang Selatan

    Isi Surat

    Kesalahan penulisan isi surat yang berhubungan dengan penerapan ejaan pada

    umumnya berupa kesalahan pemakaian tanda koma, tanda hubung dan tanda pisah, garis

    miring, dan garis bawah. Paparan berikut secara berturut-turut menyajikan berbagai kesalahan

    penerapan ejaan pada penulisan bagian isi surat.

    Kesalahan penggunaan tanda koma (,) dalam surat resmi terdapat pada contoh berikut.

    (28) Dengan ini diberitahukan, bahwa STNK kenderaan Saudara berakhir masa berlakunya

    pada tanggal 24 Juni 2011.

    (29) Kami segera memberitahu Saudara, jika ada perubahan jadwal.

    Tanda koma (,) tidak digunakan untuk mengawali anak kalimat yang terletak di belakang

    induk kalimat. Jadi, tanda koma sebelum kata sambung bahwa, jika, bila, sebab, sehingga,

    meskipun, dan sesuah harus dihilangkan.

    Demikian juga tanda koma sebelum kata bahwa dan jika pada contoh di atas harus

    dihilangkan. Sebaliknya, anak kalimat yang mendahului induknya harus diakhiri dengan tanda

    koma. Perhatikan contoh berikut!

    (30) Meskipun kami tidak dapat mengirimkan utusan, kami tetap mendukung pendanaan

    kegiatan itu.

    (31) Karena Saudara belum memberikan jawaban, kami menganggap Saudara tidak

    bersedia.

    Tanda koma harus dipakai di belakang ungkapan penghubung antarkalimat atau

    antarparagraf. Perhatikan contoh berikut!

    (32) @ di atas. Karena itu, @.

    (33) Sehubungan dengan itu, @.

    Sebagai kesimpulan, @.

    Sejalan dengan pernyataan di atas,@.

  • 9

    Selanjutnya, tanda koma perlu dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal

    bagian kalimat untuk menghindari salah baca. Contoh

    (34) Atas kerjasama baik Saudara, kami ucapkan terima kasih.

    (35) Atas bantuan Saudara, kami ucapkan terima kasih.

    Penutup Surat

    Penutup surat terdiri atas nama jabatan penanda tangan, nama pejabat penanda

    tangan, tanda tangan, NIP, cap dinas, dan tembusan. Kesalahan penulisan penutup surat dapat

    diamati pada contoh berikut

    (36) Direktur Jenderal,

    (Sasmita)

    (37) a/n Direktur Jenderal

    DIAN PUTRI

    (38) Direktur Jenderal,

    Sasmita

    Penulisan nama pejabat penanda tangan surat seharusnya ditulis dengan huruf kapital

    pada setiap awal kata tanpa ada tanda lainnya, baik berupa garis bawah seperti (38) maupun

    tanda kurung seperti contoh (36). Dengan semikian, penulisan nama pejabat dengan

    menggunakan huruf kapital semua tidak dibenarkan.

    Penulisan singkatan atas nama seharusnya tidak ditulis a/n, tetapi a.n. kesalahan

    serupa yang sering muncul adalah u/p, u/b, a/p, d/a, dan d/h. Bentuk-bentuk itu seharusnya

    ditulis u.p. (untuk perhatian), u.b. (untuk beliau), a.p. (atas perintah), d.a. (dengan alamat), dan

    d.h. (dahulu). Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut.

    (39) Direktur Jenderal,

    Sasmita

    (40) a.n. Direktur Jenderal,

    Dian Putri

    Kesalahan penulisan NIP pada umumnya dapat diamati pada contoh berikut.

  • 10

    (41) NIP. 196109201983031004

    (42) N.I.P. 196109201983031004

    (43) NIP 1961.0920.198303.1004

    Singkatan (kumpulan) kata tidak perlu memerlukan tanda titik, demikian juga singkatan

    setiap kata. Singkatan kata dapat mengambil hurup depannya tidak memerlukan titik. Titik juga

    tidak dipakai pada angka yang tidak menunjukkan jumlah. Pembetulan contoh di atas adalah

    sebagai berikut.

    (44) NIP 196109201983031004

    Tembusan

    Penulisan kata Tembusan (dengan huruf T kapital diikuti dengan tanda titik dua), tidak

    perlu menggunakan garis bawah dan tidak diikuti oleh kata atau ungkapan Kepada Yang

    Terhormat atau Yth., apalagi jika diikuti kata penyapa, seperti Bapak, Ibu, atau Saudara.

    Jika tembusan surat lebih dari satu, angka Arab dipakai untuk menomorinya tidak

    menggunakan penggunaan tanda hubung (-) sebagai lambang penomoran. Jika tembusan

    hanya satu, penulisannya tidak perlu diberi nomor. Kata pertinggal atau arsip tidak digunakan

    dalam tembusan surat karena sebuah surat dinas sudah tentu memiliki arsip. Selain itu,

    tembusan hanya diisi oleh pihak yang berhak memperoleh tembusan. Oleh karena itu,

    ungkapan selain nama instansi/badan atau nama orang yang mendapat tembusan tidak perlu

    dicantumkan. Ungkapan sebagai laporan, tidak perlu dicantumkan. Perhatikan contoh berikut!

    (45) Tembusan:

    Direktur Jenderal Pajak

    (46) Tembusan:

    1. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

    2. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai

    3. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Umum

    (47) Tembusan:

    1. Ir. Heri Putranto

    2. Drs. Lutfi M.

    BERKAITAN DENGAN PEMAKAIAN KATA

  • 11

    Pemakaian kata dalam surat resmi hendaknya benar dan cermat. Benar berkaitan

    dengan pembentukan kata, sedangkan cermat berhubungan dengan pemilihan kata. Perhatikan

    pemakaian kata menugaskan pada contoh berikut.

    (48) @ dengan ini kami menugaskan Budianto, S.H. untuk @.

    Pemakaian kata menugaskan pada contoh (48) tidak betul karena pembentukan

    katanya tidak benar. Untuk maksud seperti di atas bentukan kata yang betul adalah menugasi.

    Dengan demikian pembetulannya adalah sebagai berikut.

    (49) @ dengan ini kami menugasi Budianto, S.H. untuk @.

    Dalam surat dinas masih terdapat pemakaian kata yang tidak cermat. Berikut ini

    diberikan contoh-contoh

    (50) Bersama ini kami mengharap kehadiran Bapak pada rapat yang diselenggarakan @

    (51) Sehubungan dengan itu, bersama ini kami mengharap Saudara segera mengirimkan

    utusan.

    Ungkapan bersama ini dipakai jika surat yang dikirimkan itu berlampiran.

    Apabila surat tersebut tidak berlampiran maka pemakaian kata tersebut tidak benar.

    Jadi, yang benar adalah

    (52) Dengan ini kami mengharap @.

    (53) Sehubungan dengan itu, kami mengharap @

    Sejalan dengan pernyataan di atas tidak berarti ungkapan bersama ini tidak bisa

    dipakai dalam menulis surat. Ungkapan tersebut dipakai bila surat tersebut memiliki lampiran.

    Ungkapan bersama ini pada kalimat berikut dipakai secara cermat.

    (54) Sebagai bahan pertimbangan Bapak bersama ini saya lampirkan surat-surat

    kelengkapan lamaran saya.

    BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN KALIMAT

    Dalam surat resmi harus digunakan kalimat efektif. Kalimat efektif ialah kalimat yang

    memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar

    atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Atau dengan kata

    lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penulis secara tepat

  • 12

    dan dapat dipahami secara tepat pula oleh penerima (pembaca). Ciri kalimat efektif dapat

    dikenali dari pemakaian bahasa yang (1) lugas, (2) ringkas, (3) jelas, dan (4) sopan.

    Lugas berarti wajar, sederhana, atau bersahaja. Kalimat yang lugas adalah kalimat yang

    wajar, alami, dan tidak berlebihan. Kalimat yang lugas juga tidak berbunga-bunga seperti

    bahasa sastra. Untuk itu, kalimat dalam surat resmi hanya mengungkapkan hal-hal yang perlu.

    Perhatikan contoh kalimat tidak lugas berikut.

    (55) Sudi apalah kiranya Bapak mengabulkan lamaran saya ini.

    (56) Dengan kerendahan hati kami mohon bantuan Bapak untuk membantu mengawasi

    tes CPNS.

    Kalimat (55) dan (56) tidak memiliki ciri kelugasan. Kalimat tersebut sangat berlebihan

    dan berbunga-bunga. Sifat kelangsungan kalimat tersebut juga kurang. Kalimat tersebut

    menjadi lugas kalau diubah sebagai berikut.

    (57) Saya berharap Bapak mengabulkan lamaran saya.

    (58) Kami mengharapkan bantuan Bapak menjadi pengawas CPNS.

    Ringkas berarti singkat tetapi padat. Kalimat ringkas adalah kalimat yang ditulis secara

    singkat tetapi padat. Kalimat ringkas tidak ditulis secara bertele-tele, berpanjang-panjang, dan

    berbelit-belit. Kepadatan isi perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kalimat yang bertele-

    tele. Perhatikan penyusunan kalimat berikut!

    (59) Setelah Saudara bubuhkan tanda tangan di tempat yang telah disediakan, kami

    mohon dengan hormat lagi sangat dalam waktu yang tidak terlalu lama tanda terima

    ini Saudara kirimkan kembali.

    Kalimat (59) terasa bertele-tele. Demikian panjang dan bertele-tele kalimat tersebut

    sehingga pembaca kesulitan menangkap gagasan yang dikemukakan. Kalimat (60) atau (61)

    berikut meskipun lebih pendek tetapi mengandung makna yang tidak jauh berbeda dengan

    kalimat (59).

    (60) Setelah Saudara tanda tangani, kami harap tanda terima ini segera Saudara kirimkan

    kembali.

    (61) Kami harap tanda terima ini segera Saudara kirimkan kembali.

  • 13

    Kalimat yang jelas adalah kalimat yang artinya tidak meragukan dan tidak

    menimbulkan salah paham. Kalimat yang jelas memiliki unsur-unsur yang lengkap, yaitu hal

    yang diterangkan dan hal yang menerangkan. Perhatikan contoh kalimat tidak jelas berikut!

    (62) Berdasarkan Juklak (petunjuk pelaksanaan) Penyaringan CPNS menyebutkan bahwa

    para ketua penguji harus segera melaporkan hasil penyaringan CPNS ke Pemda

    Tingkat I.

    (63) Hal itu untuk memperlancar penyelesaian administrasi di Pemda.

    Kalimat (62) tidak jelas maksudnya. Hal ini disebabkan tidak ada atau tidak jelasnya unsur

    yang dijelaskan. Kalimat tersebut memerlukan unsur yang dijelaskan. Untuk itu, perlu

    dihadirkan unsur yang dijelaskan (dicetak miring) secara eksplisit. Kalimat tersebut dapat

    dibetulkan menjadi beberapa kemungkinan berikut.

    (64) Berdasarkan Juklak ketua penguji harus segera melaporkan hasil penyaringan ke

    Pemda Tingkat I.

    (65) Juklak Penyaringan CPNS menyebutkan bahwa ketua penguji harus segera

    melaporkan hasil penyaringan ke Pemda Tingkat I.

    Kalimat (63) tidak jelas maksudnya karena tidak adanya unsur yang menjelaskan

    agar kalimat itu benar, maka diperlukan unsur yang menjelaskan. Untuk itu, unsur yang

    menjelaskan (dicetak miring) perlu dihadirkan secara eksplisit. Perhatikan alternatif pembetulan

    berikut.

    (66) Hal itu dimaksudkan untuk memperlancar penyelesaian administrasi di Pemda.

    (67) Hal itu bertujuan memperlancar penyelesaian administrasi di Pemda.

    Kejelasan suatu kalimat dapat rusak karena pemakaian logika yang salah. Pemakaian

    logika yang salah menyebabkan hubungan antargagasan dalam kalimat menjadi kabur.

    Perhatikan pemakaian logika yang salah pada kalimat berikut.

    (68) Sehubungan dengan permohonan Saudara, maka kami mengharapkan kehadiran

    Saudara di kantor kami.

    Pemakaian kata maka sebagai penanda hubung antargagasan dalam kalimat di atas

    tidak tepat. Kalimat di atas tidak memerlukan penanda hubung antargagasan secara eksplisit.

    Oleh karena itu, kata maka dalam kalimat tersebut perlu dihilangkan.

  • 14

    Sopan berarti hormat dengan takzim, tidak menyakitkan perasaan orang lain. Dalam

    surat dinas rasa hormat itu dinyatakan dengan ungkapan penghormatan yang terhormat (Yth.),

    salam pembuka dengan hormat, dan salam penutup hormat kami/saya, Wasalam, dan salam

    takzim.

    Selain itu, untuk menunjukkan rasa hormat dapat digunakan kata ganti, kata sapaan,

    kata-kata baku, atau kata-kata yang bernilai rasa halus. Bandingkan kalimat sopan dan tidak

    sopan berikut!

    Kalimat Tidak Sopan Kalimat Sopan

    (69) @ kami pecat @. kami berhentikan.

    (70) Surat permohonan Anda Surat permohonan Saudara sudah kami

    sudah kami terima terima.

    (71) Sehubungan dengan itu, Sehubungan dengan itu, kami ingin

    kami ingin beritahukan hal-hal berikut. memberitahukan hal-hal berikut.

    (72) Atas perhatian Ibu terhadap lamaran ini, Atas perhatian Ibu terhadap

    kami ucapkan terima kasih. lamaran ini, saya ucapkan terima kasih

    (73) Dengan sangat menyesal permintaan Dengan sangat menyesal permintaan

    Saudara kami tolak. Saudara kami kembalikan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arifin, Zainal & S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika

    Pressindo.

    Basuki, Imam Agus. Kesalahan Umum Penulisan Surat Dinas Dalam Jurnal Bahasa dan

    Sastra Indonesia, Tahun II Nomor 2. Malang: JPBSI FPBS IKIP MALANG.

    Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. Malang: tanpa penerbit.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.01/2010 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas

    Kementerian Keuangan

    Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia. 2011. Bahasa Indonesia. Jakarta.

    Penulis,

    Abu Samman Lubis

    Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Malang.