1-USHUL FIQH SEJARAH

Post on 12-Jun-2015

8.042 views 10 download

Transcript of 1-USHUL FIQH SEJARAH

Izzuddin Abdul Manaf(konsultasimuamalat.wordpress.com)

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ushul Fiqh

• Para ahli sejarah fiqh Islam mengakui bahwa ushul fiqh lahir bersamaan dengan lahirnya ilmu fiqh

• Pendapat tsb cukup logis mengingat secara metodologis, fiqh tidak akan lahir tanpa ada metode istimbath.

Metode Istimbath inilahyang menjadi inti Ushul

Fiqh

•Dalam sejarah Islam, fiqh sebagai hasil ijtihad para ulama, lebih dahulu populer dan dibukukan dibanding dengan ushul fiqh

Perumusan fiqh dilakukan pasca wafatnya Nabi Saw, yaitu periode sahabat

Sementara Ushul Fiqh sebagai sebuah metode

Istimbath, baru tersusun

sebagai sebuah bidang keilmuan

pada abad 2 Hyaitu Oleh Imam

Syafi’i (150-204 H)

Perkembangan Ushul Fiqh

Zaman

Nabi Saw

ZamanSahabat

ZamanTabiin

ZamanImamMujtahid/Mazhab

Zaman PascaSyafii

SumberHukum ada 2 : yaitu

(Quran danSunnah)2. Ijtihad dgn Qiyas

SumberHukum :

Quran,SunnahQiyas,IjmaMaslahah

Ijtihad Umar& Ali

1.Ahli ra’y &

Ahli Hadits2. Metode Istimbath;Qiyas,fatwa

sahabat

*Metode qiyas,istihsan,

Maslahah,Amal ahli

Madinah,dll*Pembukuan

Ushul Fiqh

Ada 3 Tahap1.Thp Awal2.Perkembangan

3.Penyempurnaan

• Pertumbuhan Ushul Fiqh tidak terlepas dari pertumbuhan fiqh sejak zaman Rasulullah Saw

Jadi, praktek ushul fiqh sebenarnya telahada sejak masa Rasulullah Saw, Namun penyunannya secara

sistimatis dan komprehensif dalam bentuk buku,baru pada abad 2 H

Sumber hukum Islam di masa Nabi hanya 2, yaitu Alquran dan Sunnah

Jika muncul suatu kasus, Rasul menunggu wahyu diturunkan,Jika wahyu tidak turun, maka beliau berijtihad. Hasil Ijtihad ini disebut dengan hadits (Sunnah)

Hasil Ijtihad Nabi juga disebut Wahyu (An_Najm : 4)

Nabi menggunakan Qiyas dalam menjawab pertanyaan sahabat (Umar) tentang batal tidaknya puasa seseorang yang mencium istrinya.

Rasul Saw bersabda,”Apabila kamu berkumur-kumur dalam keadaan puasa, apakah puasamu batal”? Umar menjawab, Tidak Batal.

Cara-cara Rasul seperti inilah yang menjadi bibit munculnya ilmu ushul fiqh

Di masa Nabi, seringkali para sahabat “dilatih” berijtihad

dalam berbagai kasus, seperti 1. Kasus Shalat Ashar

di Bani Quraizah,

2. Kasus tawanan perang, dan 3.

Kasus Tayamum Ibnu Mas’ud dan

Umar bin Khaththab.

Ijtihad tersebut ada yang ditaqrir (diakui) Nabi (Kasus I),

ada yang turun ayat tentangnya (Kasus II)

ada yang dibenarkan Nabi (Kasus III)

Nabi menyuruh para sahabat agar shalat ashar di desa

Bani Quraizah (BQ), namun ternyata sebelum mereka sampai di desa

tersebut, waktu ashar hampir habis.

Maka sebagian sahabat melakukan shalat ashar

di perjalalan meskipun belum sampai di Desa Bani Quraizhah,

karena.Jika shalat ashar di tempat tujuan, waktunya diprediksi sudah

magrib.

Sebagian sahabat tidak mau shalat di perjalanan, karena

Nabi memerintahkan tadinya shalat ashar di Desa Bani Quraizhah.

Mereka ashar di Desa tujuan.

Menurut anda bagaimana sikap dan jawaban Nabi menyelesaikan

Kasus tersebut ?. Siapa yang salah dan siapa yang benar?.

Nabi

Saw

Anda telah kreatif memahami

Pesanku dengan melaksanakan shalat

Di perjalanan

“Anda telah mengamalkan sabdaku”

Kepada kelompok

yang shalat, Nabi

mengatakan

Kepada kelompok

yang tidak shalat di jalan

Tapi di desa BQ Nabi mengatakan

Kelompok ini memahani nash

Secara rasional dan kontekstual

Kelompok ini mehami nash

Secara literal (tekstual)

kelompok

yang shalat

di perjalanan

kelompok

yang shalat

di Desa Tujuan

Bibit Ahli Ra’y

Bibit Ahli Hadits

Pada suatu hari Umar dan Ibnu Mas’ud mau melaksanakan shalat,tapi tidak ada air.Maka mereka bertayammum, kemudian mereka melaksanakan shalat.

Beberapa saat selesai shalat, tiba-tiba mereka menemukan air. Seorang kembali berwudhuk dan melaksakan shalat, Sementara seorang lagi tidak mengulangi lagi wudhuk dan shalatnya.

Siapa yang dibenarkan Nabi Saw ???

Nabi tidak menyalahkan salah satu di antara mereka

Kepada Ibnu Mas’ud ia berkata,”Laka Ajrani” (Bagimu dua pahala)

Kepada Umar, Nabi saw berkata,

“Ajzaatka Shalatuka”, (shalatmu yang sekali itu telah memadai (cukup), tak perlu diulang lagi).

Umar bin Khaththab

Umar dikenal sebagai tokoh inovatif dalam berijtihad

Banyak Ijtihad Umar

1. Kasus tanah Sawad di Iraq

2. Kasus tidak memberi zakat kpd Muallaf

3. Kasus tidak memotong tangan pencuri

Praktek Ushul Fiqh di masa Sahabat

Umar menggunakan Maslahah (Istishlah)

Umar bin Khaththab

Umar tidak memberikan harta ghanimah (hasil perang) kepada prajurit Islam, padahal menurut

Al-quran (Al-Anfal 41), bahwa 80 % hasil tersebut harus diserahkan kepada prajurit Islam

yang telah berhasil membebaskan daerah tsb.

Praktek Ushul Fiqh di masa Sahabat

Alasan Rasional Umar :

1. Jika penduduk asli dibiarkan mengusainya,

maka mereka akan bayar kharaj yang menjadi

income untuk biaya menjaga perbatasan

daulah Islam

2. Jika ghanimah diberikan, Umar khawatir

para sahabat akan menjadi tuan-tuan

Tanah

Umar bin Khaththab

Umar tidak memberikan zakat kepada muallaf, padahal menurut Al-Quran (5:60), mereka berhak

mendapat

Praktek Ushul Fiqh di masa Sahabat

Alasan Rasional Umar :

Dulu di masa Nabi dan Abu Bakar, Islam belum kuat dan

belum banyak jumlahnya, maka diperlukan upaya

pelunakan hati orang yang baru masuk Islam agar tertarik

kepada Islam dan makin banyak yang masuk Islam,

Tetapi di masa Umar, Islam telah kuat, tidak

begitu dibutuhkan lagi pelunakan hati melalui

Materi (dana zakat)

Umar bin Khaththab

Umar tidak memotong tangan pencuri, padahal menurut Al-quran (5:38) mereka harus dihukum.

Praktek Ushul Fiqh di masa Sahabat

Alasan Umar :

Karena pada masa itu suasana ekonomi sangat gawat

( paceklik), yang disebut dengan

Amul maja’ah, yaitu tahun kelaparan

Ijtihad Ali bin Abi Thalib

Ali menggunakan qiyas, yaitu mengqiyaskan orang

yang meminum khamar dengan hukuman orang yang

melakukan qazaf (menuduh berzina)

Hukuman pelaku qazaf ialah dera 80 kali,

Ali juga menghukum peminum khamar

dengan dera (pukul)

80 kali.

Apabila diperhatikan secara cermat, para sahabat

mengistimbath hukum, mula-mula dengan memperhatikan

teks-teks Al-Quran kemudian Sunnah.

Bila hukumnya tidak ditemukan di dalam keduanya, mereka

melakukan ijtihad dan mengumpulkan para sahabat

untuk bermusyawarah dan hasil kesepakatan mereka

dikenal dengan ijma’ sahabat.

Sahabat telah menggunakan metode qiyas dan istislah

dalam berijtihad. Mereka juga telah menggunakan

ijma’sebagai sumber hukum

Hirarki Penggunaan Dalil Oleh Sahabat

Alquran

Sunnah

Ijtihad

Ijma’

Qiyas

Istislah

Di masa tabiin, permasalahan hukum semakin kompleks.

Para Tabi’in melakukan ijtihad di berbagai wilayah Islam.

Di Madinah, ada Said bin Musayyab

Di Irak An-Nakhai dan Al-Laits

Metode ulama dalam mengistimbath hukum

bisa berbeda, ada yang menggunakan maslahat

dan ada yang menggunakan qiyas

Kelompok ulama inilah yang melahirkan

Aliran fikih ahli ra’yi dan ahli hadits

Masa Tabi’in

Ahli ra’yi lebih banyak menggunakan ra’y (rasio)

dibanding ahli hadits dalam mengistimbath hukum.

Ahli hadits dalam menyelesaikan berbagai

kasus berusaha mencari illat hukum, sehingga dengan

Illat ini mereka dapat menyamakan hukuman kasus

yang dihadapi dengan kasus yang ada nashnya

Mereka juga sering mencari rahasia dan maqashid

suatu dalil syara, seperti benda zakat yang bisa diganti

dengan uang

Masa Imam Mujtahid/Imam Mazhab

(Masa Pembukuan Ilmu Ushul Fiqh)

Para Imam Mujtahid :

• Imam Abu Hanifah (80—150H)

• Malik bin Anas (93-179 H)

• Imam Syafi’I (150-204 H)

• Ahmad bin Hanbal (164-241 H)

Salah satu pendorong diperlukannya pembukuan ushul fiqh

adalah perkembangan wilayah Islam yang makin luas,

yang berimplikasi bagi munculnya berbagai

persoalan baru yang membutuhkan jawaban hukum syara.

Untuk itu para ulama sangat membutuhkan kaidah-kaidah

yang standar dan sudah terbukukan untuk

dijadikan rujukan dalam menggali dan menetapkan hukum

Mengapa pembukuan

Ushul fiqh

Diperlukan ?

Para pengikut mazhab masing-masing mengklaim gurunya

(pendiri mazhabnya) sbg penyusun pertama Ushul fiqh.

1.Golongan Hanafiyah mengklaim Abu Hanifah, Abu Yusuf

dan Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani sebagai orang

pertama menyusun ilmu ushul fiqh

Alasannya, Abu Hanifah adalah orang pertama yang

menjelaskan metode istimbath dalam buku Ar-Ra’y, sedangkan

Abu Yusuf menyusun tulisan Ushul Fiqh.

Demikian pula Muhammad bin Hasan

Menyusun Kitab Ushul Fiqh sebelum Syafi’i

Siapakah penyusun

Buku Ushul Fiqh

Pertama?

2. Golongan Malikiyah juga mengklaim

Imam Malik sebagai orang

pertama berbicara ilmu ushul fiqh

Tapi mereka tidak mengklaim Imam Malik sbg orang

Pertama menyusun kitab Ushul Fiqh

3. Syi’ah Imamiyah juga mengklaim Muhmmad Baqir

Ibnu Ali Ibn Zainal Abidinkemudianm diteruskan putranya

Ja’far Shodiq,

4. Golongan Syafi’iyah juga mengklaim Imam Syafi’i

sebagai orang pertama menyusun

Kitab Ushul Fiqh dengan nama Ar-Risalah

Klaim Hanafiyah dibantah Ali Abdul Raziq,

bahwa Abu Yusuf

Dan Asy-Syabani menyusun ushul fiqh sangat

Cendrung untuk mendukung

metode istihsan gurunya yang sangat ditentang ahli hadits.

Orang yang menyusun ilmu ushul fiqh secara lengkap

dan komprehsnif dan tidak sektarian adalah

Imam Syafi’ dengan karya Ar-Risalah

Klaim Malikiyah wajar,Namun harus dicatat,

Bahwa pembahasan ushul fiqh dengan metodologi

ushul juga sudah terjadi di masa sahabat dan tabi’in,

Jadi bukan Imam Malik yang pertama membicarakan

Ushul Fiqh

Imam Syafii dianggap sebagai ulama pertama menyusun

Ilmu ushul fiqh, karena beliau secara komprehensif

telah merumuskan kaidah-kaidah fiqhiyyah bagi setiap bab

dalam bab-ban fiqh, menganalisisnya serta meng

aplikasikan kaedah-kaedah itu atas masalah furu’.

Imam Syafii dalam Ar-Risalah berhasil merumuskan

kaidah-kaidah yang dapat menolong ulama

untuk mengistimbath hukum

dari sumber-sumber syar’i, tanpa terikat

pendapat seorang faqih(ulama) tertentu, sehingga ushul

fiqhnya betul-betul independen dan sempurna

Jalaluddin Al-Suyuthi berkata,

“Disepakati bahwa Asy-Syafii adalah peletak batu pertama

Ilmu ushul fiqh yang lengkap dan independen. Dia orang

pertama yang menulis ilmunya secara tersendiri.

Adapun Malik dalam Al-Muwaththa hanya menunjukkan

sebagian kaedah-kaedah, demikian pula Abu Yusuf dan

Muhammad Hasan Syaibani.

Ushul Fiqh Pasca Asy-Syafii

Tahap Awal

(Abad 3 H)

Tahap

Perkembangan

(Abad 4 H)

Tahap

Penyempurnaan

(abad 5-6 H)

1.Ar-Risalah

sbg rujukan

2.Aktivitas

pensyarahan

Ushul fiqh

dimulai

3.Muncul 2

aliran

1.Pintu ijtihad

Ditutup

2.Mensyarah,

Memperjelas

Illat hukum,

3.Mentarjih

4. Pengandaian2

5.Corak filsafat

1.Penulisan ushul

Fiqh terpesat

2.Lahir buku-buku

Standar yang

Lbh sempurna

3. Kristalisasi

aliran ushul

Tahap Awal

1. Ar-Risalah sebagai rujukan utama para ulama2. Pasca Ar-Risalah banyak lahir kitab ushul, tetapi

tetap tergantung pada Ar-Risalah Asy-Syafi’i,

bukan pemikiran orisinil, seperti :

-Itsbat al-Qiyas, Khabar Wahid : Isa Ibnu Iban (w.221H)

-An-Nakt oleh Ibrahim An-Nazzam (w.221H)

-Kitab Ushul oleh Daud Zahiry (w.270 H)

Zahiri juga menulis Al-Ijma’, Ibthalut Taqlid,

Ibthalul Qiyas, Al-Khusus wal Umum, dll

3. Muncul aliran-aliran ushul fiqh : Syafi’iyah (Mutakal

limin dan Aliran Hanafiyah

Tahap Awal

1. Maraknya aktivitas pensyarahan kitab ushul

menunjukkan kajian ilmiah tetap hidup,

dinamis dan berkembang,

sehingga teori ushul fih makin rinci, jelas dan

komprehensif. Jadi meskipun pintu ijtihad

muthlak telah mulai ditutup,, tetapi hal itu

tidak melemahkan kajian pengembangan

Ushul fiqh

Tahap Perkembangan

1. Pintu Ijtihad tertutup

2. Kegitan ilmiah di bidang Ushul

hanya untuk menyempurnakan

pemikiran pendahulunya dalam bentuk pensyarahan,

pentarjihan yang cendrung untuk membela dan

Memperkuat pendapat mazhabnya

3. Memperbanyak pengandaian2 dalam masalah hukum

Berupa prediksi hukum di masa depan

untuk memberi jawaban hukum yang mungkin terjadi

in the future. Contoh, jika kambing melahirkan

manusia, bolehkah anak itu disembelih jadi kurban?

Bolehkan ia menjadi Imam Shalat ?

4. Ushul Fiqh diwarnai filsafat

Pada abad ke 4 H ini muncul kitab-kitab Ushul :

1.Kitab Ushul Al-Kharkhiy ditulis Abu Hasan

UbaidillahAl-Karkhiy

2.Kitab Fushul fil Ushul oleh Al-Jashshaah

3. Bayan Kasyful Ahfaz oleh M.Badaruddin

Mahmud Al-Lamisi al-Hanafi

Catatan : Kajian kitab ini lebih sempurna,bersifat utuh

dan spesifik ushul

Tahap Penyempurnaan/Takmil

1.Penulisan ushul Fiqh terpesat

yang ditandai oleh lahirnya buku-buku Standar

yang sempurna :

-Kitab Al-Mughniy : Qadhi Abd Jabbar (w.415 H)-Al-Mu’amad fi Ushul Fiqh :Abul Husain Al-Bashri (w.436 H)

-Al-Iddaf fi ushul Fiqh :Al-Farra’ (w. 458 H)-Al-Burhan fi Ushul Fiqh : Al-Juwaini Imam Harmain (w.478H)

Menurut Ibnu Khaldun ini kitab standar Ushul Fiqh

-Al-Mustasfa : Al-Ghazali w505 H), juga kitab standar

2. Kristalisasi aliran ushul

3. Interelasi/Interkoneksi berbagai aliran ushul

Tahap Penyempurnaan/Takmil

Para ulama mutaakhkhirin (generasi belakangan)

memperdalam ilmu ushul dengan lintas mazhab.

Ulama Syafii, Maliki dan Hanbali, misalnya banyak

menyusun ushul fiqh menurut /memasukkan metode

Hanafiyah,seperti Al-Qarafi yang berasal dari mazhab

Maliki. Ia menggunakan metode mazhab Hanafi dan

Maliki. Demikian pula Imam Asnawi yang berasal

dari Asy-Syafii, Ibnu Taymiyah dan Ibnu Qayyim

dari mazhab Hanbali.

Bahkan Syiah Imamiyah dan Zaidiyah juga menggunakan

metode mazhab Hanafi

Aliran-aliran Ushul Fiqh

Aliran Syafi’iyah atau Mutakallimin

Aliran Hanafiyah

Aliran Mutaakhkhirin

Aliran-aliran Ushul Fiqh

1

2

3

Aliran-aliran Ushul FiqhAliran Syafi’iyah/Mutakallimin

Disebut aliran Syafi’iyah karena Imam Syafii adalah tokoh

pertama yang menyusun ushul fiqh dengan menggunakan

sistem ini

Disebut mutakallimin karena dalam metode pembahasannya

menggunakan falsafah dan mantiq

dan tidak terikat pada mazhab tertentu

Dan mereka yang banyak memakai metode ini berasal dari

ulama mutakallimin

Aliran-aliran Ushul FiqhCiri Aliran Syafi’iyah/Mutakallimin

Dalam menyusun ushul fiqh aliran ini menetapkan

Kaedah dengan didukung oleh alasan-alasan yang kuat,

baik Al-quran, Sunnah maupun akal pikiran

Penyusunan kaedah tidak terikat kepada penyesuaian

dengan furu’ (masalah hukum), sehingga persoalan furu’

bisa dikuatkan dengan kaedah dan

adakalanya melemahkan furu’ mazhab

Aliran-aliran Ushul FiqhAliran Hanafiyah

Dalam menyusun ushul fiqh, aliran ini banyak

mempertimbangkan masalah furu’ yang terdapat

dalam mazhab mereka.

Mereka menyusun ushul fiqh hanya untuk

memperkuat pendapat mazhab yang mereka anut.

Oleh karena itu, sebelum mereka menyusun kaedah,

terlebih dahulu mereka menganalisis secara mendalam

terhadap hukum furu’ yang ada dalam

mazhab mereka

Aliran-aliran Ushul FiqhCiri Aliran Hanafiyah

Ciri lain aliran Hanafiyah ini ialah bahwa kaedah yang

disusun dalam ushul fiqh semuanya bisa diterapkan,

Hal ini logis karena mereka telah terlebih dahulu

menyesuaikannya dengan hukum furu’

yang ada dalam mazhab mereka

Aliran-aliran Ushul FiqhAliranMutaakhkhirin

Aliran yang menggabungkan kedua metode yang dipakai

Syafi’iyah dan Hanafiyah. Mereka melakukan tahqiq

terhadap kaedah yang dibuat kedua aliran di atas,

Lalu meletakkan dalil-dalil dan argumentasi untuk

Mendukung aliran mereka dan berusaha

Menarapkannya pada furu’ fiqhiyyah

Kitab Ushul Fiqh yang menggunakan metode

Aliran ini ialah :

1. Jam’ul Jawami’ oleh Imam As-Subky (w.771H)

2. At-Tahrir oleh kamal bin Kamal Al-hanafi (w.861 H)

3. Irsyadul Fuhul oleh Asy-Syawkany (w.1255)

4. Ushul Fiqh oleh Khudry Beik (1345 H)

5. Ilmu Ushul Fiqh oleh A.Wahhab Khallaf

6. Ushul Fiqh oleh Muhammad Abu zahroh

Pengaruh Mantiq Aristo

Ar-Risalah Imam Syafii banyak

menggunakan metode deduksi filsafat,

yaitu menyusun kaedah-kaedah kulliyah

(umum) yang dapat diaplikasikan dalam

masalah-masalah juz’iy (khusus), Karena

itu ada yang menilai Syafii terpengaruh

filsafat Aristo,

Metode qiyas yang paling banyak

dikembangkan Syafii, mirip dgn

Sillogisme Filsafat Yunani, Namun

anggapan itu kurang kuat, karena Imam

Syafii sendiri membenci filsafat Aristo

(As-sami an-Nasiy 1978 : 70)

Contoh Implementasi Qiyas

Khamar itu

Haram

Bagaimana

Dengan

Arak or

narkoba ?

Ada dalil

Quran

Tidak ada

Dalil Quran

Illatnya :

sama-sama

Memabukkan dan

Merusakkan

akal

Kesimpulan hukum syara’ untuk Arak/Tuak/Narkoba ialah

haram, karena sama-sama memabukkan dan merusakkan akal

(illatnya sama)

1 2

34

5

6

Cari contoh Qiyas yang lain Penyalahgunaan Narkoba

Formalin

Korupsi

Bunga Bank

Meskipun Ushul Fiqh Imam Syafii belum dipengaruhi teori filsafat

Aristo, tetapi pada perkembangan selanjutnya, para pengikutnya

mulai mewarnai ushul fiqh dengan corak pemikiran kalam

yang bernuansa filsafat

Ulama yang paling getol menerima mantiq adalah Al-Ghazali.

dalam muqaddimah kitab Al-Mustashfa ia secara jelas

mengemukakan teori-teori manthiq.

Ia mengatakan bahwa manthiq Aristo sebagai syarat ijtihad

dan fardhu kifayah mempelajarinya.

Ia mengatakan :“Siapa yang tidak mengetahui manthiq, maka tak dipercayai Ilmunya”.

Masuknya pengaruh manthiq Aristo ke dalam ushul fiqh dimulai

semenjak Al-Juwaini (Imam Al-Harmain)

Pengaruh ini terjadi sejak abad ke 5 H dan karena itu banyak

ulama yang tidak setuju dengan Al-Ghazali

Ulama yang paling keras menentangnya adalah

Ibnu Taymiyah dan Ibnu Shalah (643H) , juga Imam Nawawi

Pada abad 8 H, muncul Abu Ishak Asy-Syatibi

(w.790H) dengan bukunya Al-Muwafaqat.

Pemikirannya yang sangat berlian adalah Maqashid asy-Syari’ah,

yaitu memperhatikan tujuan-tujuan syari’ah dalam

menetapkan hukum, selain memperhatikan aspek-aspek

kebahasaan.

Setiap permasalahan dan kaedah-kaedah kebahasaan

yang ia kemukakan senantiasa dikaitkan dengan Maqashid

Syari’ah dalam menetapkan hukum

Dengan demikian, ia memberikan warna baru di bidang

ushul fiqh yang selama ini kurang menjadi perhatian para ulama

Para ahli ushul fiqh komtemporer menganggap kitab

Al-Muwafaqat tulisan Asy-Syatibi ini sebagai kitab

Ushul Fiqh yang komprehensif dan akomodatif untuk

zaman sekarang

Hampir seluruh pakar ekonomi Islam dewasa ini

menggunakan teori maqashi Syari’ah Asy-Syatibi,

seperti Umar Chapra, Masusudul Alam Chuodhury,

M.N.Shiddiqy, dll

SEKIAN

TERIMA

KASIH

1.Asal

2.Furu’

3. Illat (sifat yang menjadi motiv)

4. Hukum Asal