Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

14
1 MAKALAH USHUL FIQH “AS-SUNNAH” Disusun oleh Indah Pertiwi Anis Puspita Sari Dosen Pembimbing DR. Toha Andiko, M.Ag PRODI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

Transcript of Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

Page 1: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

1

MAKALAH USHUL FIQH

“AS-SUNNAH”

Disusun oleh

Indah Pertiwi

Anis Puspita Sari

Dosen Pembimbing

DR. Toha Andiko, M.Ag

PRODI MUAMALAH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

Page 2: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

2

PENDAHULUAN

Penulis akan membicarakan tentang pentingnya menghubungkan antara fiqh

dan hadis, setelah penulis menemukan banyak orang yang menekuni ilmu fiqh dan

ushul fiqh, namun tidak mendalami pengetahuan tentang hadis, bahkan mereka

mengabaikan kitab-kitab dalam ilmu tersebut dan rujukan-rujukan yang kuat.

Mereka mengambil hadis yang palsu , tidak jelas asal-usulnya.

Demikin juga, penulis menemukan banyak orang yang menekuni hadis,

namun tidak mendalami pengetahuan mengenai fiqh dan ushul-ushul fiqh. Mereka

tidak menghayati keutamaan-keutamaannya, dan tidak memahami maksud-

maksudnya. Bahkan banyak diantara mereka yang berhenti pada zhahir hadist-hadist

dan tidak mendalaminya sampai ke shahihan dan kehasanan hadis tersebut.

Al-Quran adalah landasan ajaran, tiang akidah serta syariat dan jiwa

kehidupan Islam. Sedangkan sunnah Nabi Muhammad merupakan penjelasan atas

Al–Quran. Sunnah dengan kata-katanya, perbuatannya dan pernyataannya

merupakan semacam penjelsan konseptul dan praktik tindakan bagi kitab Allah.1

1 Yusuf Al-Qaradhawi, Fikih Taysir, (Jakarta: Maktabah Wahbah Kairo,2001) cet ke-1, h.51

Page 3: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

3

PEMBAHASAN

A. Pengertian As-Sunnah

Kata sunnah berasal dari kata سن. Secara etimologis bearti cara yang

bisa dilakukan, apakah cara itu sesuatu yang baik, atau buruk2. Pengunaan

kata Sunnah dalam arti ini terlihat dalam sabda Nabi dengan arti sebagai

berikut : siapa yang membuat Sunnah yang baik maka baginya pahala serta

pahala orang yang mengerjakannya dan siapa yang membuat Sunnah yang

buruk, maka baginya siksaan dan siksaan orang yang mengerjakannya sampai

hari kiamat.

Dalam al-Quran terdapat kata Sunnah dalam 16 tempat yang tersebar

dlam beberapa surat dengan arti “kebiasaan yang berlaku” dan “jalan yang

diikuti”. Umpamanya dalam firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 137

Artinya : Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah

karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana

akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Kemudian dalam surah al-Isra ayat 77

Artinya : (kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan

terhadap Rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan

kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.

Kata Sunnah sering diindetikkn dengn kata hadis. Kata hadist ini

sering digunakan oleh ahli hadist dengan maksud yang sama dengan kata

Sunnah, menurut pengertin yang digunakan kalangan ulama ushul.

2 Amir Syarifudin, Ushul Fiqh, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) cet ke-1, jilid 1, h. 73

Page 4: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

4

Menurut istilah terdapat tiga termonologi yang memberikan tekanan

yang berbeda satu sama lain. Menurut istilah fuqaha sunnah adalah suatu

amalan yang diterima dari Nabi yang bukan wajib. Menurut istilah

muhadditsin, sunnah ialah segala sesuatu yang diterima dari Nabi baik,

berupa ucapan, perbuatan, maupun penetapan dan sifat-sifat Nabi, baik yang

kaitannya dengan penjelsan hukum, maupun bukan. Sedangkan menurut

istilah Ushuliyyah adalah segala sesuatu yang diterima Nabi selain Alquran,

baik berupa ucapan, perbuatan, maupun penetapan. Dalam hal ini sunnah

adalah sumber hukum kedua setelah Alquran3.

B. Kehujjahan As-Sunnah

Kedudukan Sunnah sebagai sumber dan dalil hukum kedua setelah

Alquran dijelaskan oleh Alqurn, ijma dan akal. Di antara ayat Alquran

dapat disebutkan antara lain ayat yang menjelaskan bahwa apa yang

dikatakan Nabi itu tidak lain adalah wahyu. (QS. Al-Najm : 3-4), ayat

yang menjelsakan tugas Nabi sebagai penjelas Alquran (QS. Al-Nahl:

44), ayat yang mewajibkan kita mengikuti apa yang diperintahkan Nabi

dan menjauhi apa yang dilarang Nabi.

Umat islam sejak masa Nabi hingga sekarang telah sepakat (ijma) tentang

wajibnya mengikuti hukum-hukum yang dikandung oleh Sunnah dan

merujuk Sunnah dalam menemukan hukum.

Menurut logika, Muhammad adalah Rasul Allah. Ini bearti kedudukan ia

adalah sebagai penyampai wahyu dari Allah. Apa yang disampaikannya

kepada umat, pada hakekatnya merupakan wahyu Allah, baik yang

dibacakan, maupun yang tidak dibacakan. Konsekwensi dari keimanan

kita kepada kerasulan Muhammad adalah menaatinya dan mengikuti

hukum-hukum yang dibawanya. sebab, keimanan tanpa disertai dengan

mengikuti ajarannya tidaklah ada artinya. Demikian juga, tidaklah

mungkin terjadi ketaatan kepada Allah jika pada saat yang bersamaan

mengingkari ajaran Rasul-Nya.4

3 Suwarjin, Ushul Fiqh (Yogyakarta : Teras, 2012) h. 62 4 Ibid, h. 62-63

Page 5: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

5

C. Macam-Macam Sunnah

Macam-macam sunnah menurut pengertian ahli Ushul yang

sebagaimana disebutkan diatas terbagi menjadi tiga macam yaitu5 :

1. Sunnah Qauliyah

Sunnah qauliyah adalah ucapan lisan dari Nabi Muhammad Saw

yang didengar dan dinukilkan oleh sahabatnya, namun yang

diucapkan Nabi itu bukan wahyu Alquran juga lahir dari lisan

Nabi yang juga didengar oleh sahabat dan disiarkannya kepada

orang lain sehingga kemudian diketahui orang banyak.

Dengan demikian, menurut lahirnya Alquran dan Sunnah qauliyah

sama-sama muncul dari lisan Nabi. Namun para sahabat yang

mendengarnya dari Nabi dapat memisah-misahkan mana yang

wahyu dan mana yang hanya ucapan biasa dari Nabi. Perbedaan

tersebut dapat dilihat dengan beberapa cara, antara lain :

a. Bila yang lahir dari lisan Nabi itu adalah wahyu Alquran

selalu mendapat perhtian khusu dari Nabi dan menyuruh orang

lain untuk menghafal dan menuliskannya serta

mengurutkannya sesuai dengan petunjuk Allah. Sedangkan

Sunnah qauliyah bila muncul dari lisan Nabi itu tidak mendpat

perhatikan khusus yang diminta Nabi, bahkan Nabi melarang

untuk menuliskannya karena takut akan bercampur dengan

Alquran.

b. Penukilan Alquran selalu dalam bentuk mutawatir, baik dalam

bentuk hafalan maupun tulisan. Sedangkan sunnah pada

umumnya diriwayatkan secara perorangan; tidak banyak yang

diriwayatkan seara mutawatir.

c. Penukilan Alquran selalu dalam bentuk penukilan lafaz

dengan arti sesuai dengan teks aslinya yang didengar dari

Nabi. Sedangkan ucapakan Nabi dalam bentuk sunnah sering

dinukilkan secara ma’nawi, dalam pengertian : disampingkan

5 Amir Syarifudin, op.cit., h. 77-82

Page 6: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

6

kepada orang lain dengan redaksi dan ibarat yang berbeda

meskipun dalam maksud yang berbeda.

d. Apa yang diucapkan Nabi dalam bentuk ayat Alquran

mempunyai pesona mu’jizat bagi pendengarnya. Hal seperti

ini tifsk mereka temukan bila yang diucpkan Nabi itu hanya

ucapan bisasa dari Nabi atau Sunnah qauliyah.

2. Sunnah Fi’ilyah

Semua perbuatan dan tingkah laku Nabi yan dilihat, diperhatiakan

oleh Sahabat Nabi kemudian disampaikan dan disebarluaskan oleh

orang yang mengetahuinya. Tentang apakah semua yang

dinukilkan itu mempunyai kekuatan untuk di teladani dan

mengikat untuk semua umat Islam, para ulama memilah

perbuatam Nabi itu menjadi tiga bentuk :

a. Perbuatan dan tingkah laku Nabi dalam kedudukannya sebagai

seorang manusia biasa atau berupa adat kebiasaan yang

berlaku di temoat beliau sperti makan, minum, berdiri, duduk,

cara berpakaian, memelihara jenggot dan lain.

b. Perbuatan Nabi yang memiliki petunjuk yang menjelaskan

bahwa perbuatan tersebut khusus berlaku untuk Nabi dan

orang lain tidak boleh berbuat seperti apa yang dilakukan

Nabi. Seperti mengenai perbuatan Nabi berupa masuk Mekah

tanpa ihram dan kawin lebih dari empat orang. Hal terakhir ini

bukan sunnah yang wajib diikuti, bahkan haram hukumnya

bagi umat melakukan seperti apa yang dilakukan Nabi

tersebut.

c. Perbuatan dan tingkah laku Nabi yang berhubungn dengan

penjelasan hukum, sperti shalat, puasa, cara Nabi melakukan

jual beli, utang piutang dan lain sebagainya yang berhubungan

dengan agama. Perbutan Nabi yang merupakan penjelasan

hukum ini terbagi dua :

Page 7: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

7

1) Perbuatan Nabi yang merupaka penjelasan terhadap aoa-

apa yang terdapat dalam Alquran namun masih

memerlkukan penjelasan.

2) Perbuatan Nabi yang memberi petunjuk kepada umat

bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukan oleh umat.

3. Sunnah Taqririyah

Bila seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan

suatu ucapan di hadapan Nabi atau pada Masa Nabi, Nabi

mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan mampu

menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya,

maka hal itu merupakan pengakuan dari Nabi. Keadaan diamnya

Nabi itu dibedakan pada dua bentuk :

Pertama, Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci

dan dilarang oleh Nabi. Dalam hal ini kadang-kadang Nabi

mengetahui bahwa si pelaku berterusan melakukan perbuatan

yang pernah dibenci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk

ini tidaklagg menunjukkan bahwa perbuatan tersebut boleh

dilakukannya. Dalam bentuk lain, Nabi tidak mengetahui

berketerusannya si pelaku itu melakukan perbuatan yang pernah

dibenci dan dilarang sebelumnya. Diamnya Nabi dalam bentuk ini

menunjukkan pencabutan larangan sebelumnya.

Kedua, nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya

dan tidak diketahui pula haramnya. Diamnya Nabi dalam hal ini

menunjukkan hukumnya adalah ibahah atau meniadakan

keberatan untuk diperbuat. Karena seandinya perbuatan itu

dilarang, tetapi Nabi mendiamkannya padahal ia mampu untuk

mencengahnya, bearti Nabi berbuat kesalahan, sedangkan Nabi

Nabi bersifat ma’shum (terhindar dari kesalahan).

Macam-macam sunnah dari segi periwayatan sebagai berikut6 :

6 Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana,2010) h.149-151

Page 8: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

8

a. Mutawatir

Sunnah atau hadis mutawatir menurut bahasa adalah

berbaris,berderek, mutawatir yang dimaksudkan Ahli Hadis

adalah :

Khabaran (sunnah) yang diterima oleh orang banyak.

(menurut perhitungan) mustahil manusia sejumlah itu

berkumpul untuk membuat satu dusta, dilihat dari segi

banyaknya mereka itu.

b. Ahad

Ahad artinya satu atau seorang. Hadis ahad yng

dimaksudkan oleh ahli hadis adalag hadis yang

diriwayatkan dengan satu jalur riwayat saja atau yang

diriwayatkan dengan beberapa jalur tetapi pada setiap jalur

terdapat orang yang sama.

D. Fungsi As-Sunnah terhadap Alquran

Fungsi Sunnah terhadap Alquran secara umum adalah untuk menjelaskan

makna kandungn Alquran yang sangat dalam dan global atau li al-bayan

(menjelaskan)7 sebagaimna firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 44 :

44. keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan

kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa

yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,.

7 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta:Amzah,2009) Ed. 1., cet ke-2, h. 16

Page 9: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

9

Hanya penjelasan itu kemudian oleh para ulama diperinci ke berbagai

bentuk penjelasan. Secara gris besar ada empat makna fungsi penjelasan

(bayan) sunnah terhadap Alquran sebagai berikut :

1. Menguatkan dan menegaskan hukum-hukum yang tersebut dalam

Alquran atau disebut fungsi ta’kid dan taqrir. .Dalam bentuk ini

Sunnah hanya seperti mengulangi apa-apa yang tersebut dalam

Alquran. Umpamanya firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 110.

Artinya : dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.

Ayat itu di kuatkan oleh sabda Nabi :

ال حدثنا ابن نمير قال حدثني أبي حدثنا إسماعيل عن قيس قال ق

م على إقام الجرير بن عبد عليه وسل بايعت النبي صلى الل لة وإيتاء الل ص

كاة والنصح لكل مسلم الز

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair berkata, telah

menceritakan bapakku kepadaku, telah menceritakan kepada kami Isma'il

dari Qais berkata; Jarir bin 'Abdullah berkata,: Aku berbai'at kepada Nabi

Shallallahu'alaihiwasallam untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat dan

untuk selalu setia (loyal) kepada setiap muslim.

2. Sebagai bayan tafsir, yaitu, penjelas terhadap Alquran dan fungsi ini

lah yang terbanyak pada umumnya. Penjelasan yang diberikan ada 3

macam yaitu8 :

a. Tafsil Al-Mujmal

Sunnah yang menjelaskan makana lafaz yang maknanya masih samar

di dalam Alquran, seperti Sunnah Nabi yang menjelaskan tata cara

shalat yang di dalam Alquran disebutkan secara samar. Ketika ada

perintah shalat, para sahabat bertanya-tanya tentang apa dan

bagaimana shalat itu dilakukan, lalu Nabi menjelaskan dengan

perbuatan dan ucapannya9. Dengan sabda nabi :

8 Ibid, h. 17 9 Suwarjin, Ushul Fiqh , op.cit, h. 68

Page 10: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

10

يتمو نى ا صلصلؤا كما ر أ

Artinya : shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat. (HR. Al-

Bukhari).

b. Takhsish Al-‘Amm

Hadis mengkhususkan ayat-ayat Alquran yang umum, seperti

ayat-aat tentang waris dalam surah An-nisa ayat 11 :

..

Artinya Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian

pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki

sama dengan bagahian dua orang anak perempuan.

Kadungan ayat di atas mejelaskan pembagian harta pustaka

terhadap ahli waris, baik laki-laki, anak perempuan, satu, dan atau

banyak orang tua (bapak dan ibu) jika da anak atau tidak ada anak,

jika saudara atau tidak ada dan seterusnya. Ayat harta warisan ini

bersifat umum, kemudian dikhususkan dengan hadis Nabi yang

melarang mewarisi harta peninggalan para Nabi, berlainan agama,

dan pembunuh. Misalnya sabda Nabi :

ل تال ير ث ا لقا

Pembunuh tidak dapat mewarisi (harta pustaka) (HR. At-Tirmidzi)

c. Taqyid Al-Muthlaq

Sunnah membatasi kemutlakkan ayat-ayat Alquran. Artinya Alqurn

keterangannya secara mutlak, kemudian di takhshish dengan hadis yang

khusus. Misalnya firman Allah dalam Surah Al-Maidah : 38

Artinya : laki-laki yang mencuri dan perempuan yang

mencuri, potonglah tangan keduanya .

Page 11: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

11

Pemotongan tangan pencuri dalam ayat di atas secara mutlak

nama tangan tanpa dijelaskan batas tangan yang harus

dipotong apakah dari pundak, sikut, lengan dan sampai telapak

tangan. Kemudian pembatasan itu baru dijelaskan dengan

hadis ketika seorang pencuri datang ke hadapan Nabi dan

diputuskan hukuman dengan pemotongan tangan, maka

dipotong pada pergelangan tangan.

3. Bayan Nasakhi

Sunnah menghapus (nasakh) hukum yang diterangakan dalam

Alquran. Misalanya kewajiban wasiat yang diterangkan dalam Surah

Al-Baqarah ayat 180 :

diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan

(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,

Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf. (ini

adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

Ayat diatas di-nasakh dengan hadis Nabi :

Sesungguhnya Allah memberikan hak kepada setiap yang mempunyai

hak dn tidak ada wasiat itu wajib bagi waris. ( HR. An-Nasa’i)

4. Membuat aturan tambahan yang bersifat teknis atas sesuatu kewajiban

yang disebutkan pokok-pokoknya di dalam Alquran. Misalnya

masalah Li’ian, bilamana seorang suami menuduh istrinya berzina

tetapi tidak mampu mengajukan empat orang saksi padahal istrinya

itu tidak mengakuinya, maka jalan keluarnya adalah dengan cara

Page 12: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

12

li’an. Lian adalah sumpah empat kali dari pihak suami bahwa

tuduhannya adalah benar dan pada kali yang kelima ia berkata :

“La’nat (kutukan) Allah atasku jika aku termasuk ke dalam orang-

orang yang berdusta”. Setelah itu istri pula mnegadakan lima kali

sumpah membantah tuduhan tersebut sebagaimana dijelaskan dalam

firman Allah :

Artinya dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), Padahal

mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka

persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah,

Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang benar. dan

(sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika Dia Termasuk

orang-orang yang berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh

sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu

benar-benar Termasuk orang-orang yang dusta.dan (sumpah) yang

kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu Termasuk orang-

orang yang benar.

Didalam Alquran tidak dijelaskan apakah hubungan suami istri antara

keduanya masih lanjut atau terputus. Sunnah Rasulullah menjelaskan hal

Page 13: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

13

itu yaitu bahwa diantara keduanya dipisahkan buat selamanya10. (HR.

Ahmad dan Abu Daud)

5. Menetapkan hukum yang belum disinggung dalam Alquran. Contohnya :

hadis riwayat al-Nasai dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda

mengenai keharaman memakan binatang buruan yang mempunyai taring

dan burung yang mempunyai cakar.11

E. Problematika As-sunnah

Dalam menetapkan Sunnah sebagai sumber kedua bagi umat muslim

sangat membutuhkan perjuangan para ulama-ulama terdahulu dalam

membukukannya, serta menjaga kemurnian dari sunnah tersebut. Seperti

halnya problematika sunnah banyak terjadi karena pembukuan sunnah

diaksanakan hampir satu abad setelah Rasulullah wafat, maka banyak dari

umat muslim tidak percaya adanya sunnah karena takut, bukan dari

Rasullulah, hanya karangan para ulama-ulama, serta ada juga yang tidak

mengakui sunnah sebagai sumber ajaran islam, ia hanya percaya pada

Alquran saja, adapun golongan yang tidak percaya akan kenabian

Muhammad Saw. Maka golongan tersebut disebut sebagai ingkar Sunnah.

Problematika lainnya yang dihadapi para ulama hadis yaitu dalam

memurnikan dan memelihara sunnah dari golongan-golongan yang sering

membuat hadis palsu atau sering disebut hadis mawdhu Awalnya umat

islam terpecah-pecah menjadi beberapa golongan akibat masalah politik,

tetapi lama-kelamaan merambah pada persoalan agama. Mereka membuat

hadis palsu untuk kepentingan golongan mereka masing-masing.

Seperti halnya golongan syiah membuat hadis mawdhu yang dikutip oleh

Abdul Majid Khon pada buku Shalih Uwaydhah, Al-Hadist Al-

Maudhu’ah h. 17712 sebagai berikut :

10 Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2009), Ed ke-1 , Cet ke- 3, h. 124 11 Ibid, h. 125

12 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, op.cit, h. 202

Page 14: Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah

14

Artinya: wasiatku, tepat rahasiaku, khalifahku pada keluargaku, dan

sebaik-baik orang yang menjadi khalifah setelah ku adalah Ali.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaradhawi, Yusuf, Fikih Taysir, Jakarta:Maktabah Wahbah Kairo,2001,Cet ke-1,

Syarifudin, Amir, Ushul Fiqh, Jakarta: Logos, 2009, cet ke-1, jilid 1

Suwarjin, Ushul Fiqh ,Yogyakarta : Teras, 2012

Djalil, Basiq, Ilmu Ushul Fiqih, Jakarta: Kencana,2010

Majid ,Khon, Abdul, Ulumul Hadis, Jakarta:Amzah,2009 Ed. 1., cet ke-2

Effendi ,Satria, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2009), Ed ke-1 , Cet ke- 3

.