Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

31
MAKALAH MASAILUL FIQHIYAH ISTINBATH HUKUM PENGGUNAAN RAHIM SELAIN ISTRINYA (SURROGATE MOTHER) (Untuk memenuhi tugas matakuliah Masa’il Fiqhiyah) Dosen Pengampuh: Dr. M. Sa’ad Ibrahim, MA Penulis Khoirur Roziqin (12210002) Ahmad Ahsanutaqwim (12210003) AL AHWAL AL SYAHSIYAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

description

Pembahasan Ushul Fiqh pada masalah sewa rahim (Surrogate Mother)

Transcript of Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

Page 1: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

MAKALAH MASAILUL FIQHIYAH

ISTINBATH HUKUM PENGGUNAAN RAHIM SELAIN ISTRINYA

(SURROGATE MOTHER)

(Untuk memenuhi tugas matakuliah Masa’il Fiqhiyah)

Dosen Pengampuh: Dr. M. Sa’ad Ibrahim, MA

Penulis

Khoirur Roziqin (12210002)

Ahmad Ahsanutaqwim (12210003)

AL AHWAL AL SYAHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2014

Page 2: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan..............................................................................................................1

Latar Belakang ..........................................................................................................1

Rumusan Masalah......................................................................................................2

Pembatasan Masalah..................................................................................................2

Kegunaan Masalah.....................................................................................................2

Tujuan .......................................................................................................................2

Bab II Deskripsi “Surrogate Mother”...............................................................................3

Definisi Penggunaan rahim........................................................................................

Macam-macam Penggunaan rahim............................................................................

Mekanisme Penggunaan rahim..................................................................................

Tujuan Penggunaan rahim..........................................................................................

Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan rahim.........................................................

Bab III Metode Istinbath.....................................................................................................

Ushul Fiqh: Qiyas......................................................................................................

Qowaid Fiqhiyyah......................................................................................................

Bab IV Istinbath Hukum ....................................................................................................

Ushul Fiqh: Qiyas......................................................................................................

Qowaid Fiqhiyyah......................................................................................................

Bab V Penutup.....................................................................................................................

Kesimpulan................................................................................................................

Daftar Pustaka......................................................................................................................

Page 3: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kemandulan walaupun merupakan takdir Allah SWT dianggap sebagai suatu

penyakit karena bertentangan dengan keadaan normal. Perkembangan sains dan teknologi

telah menemukan berbagai cara untuk mengatasi masalah kemandulan. Diantara cara yang

telah ditemukan adalah ibu pengganti atau menyewa rahim wanita lain untuk

mengandung.

Namun selaku umat islam kita perlu mengenal cara tersebut sesuai syara’ atau

sebaliknya karena jalan keluar tersebut merupakan masalah ijtihadiyah yang tidak

mempunyai nash yang jelas tentang keharaman dan kebolehannya.

Dengan adanya penggunaan rahim ini akan membantu wanita mandul atau wanita

yang tidak bisa mengandung dikarenakan sebab tertentu untuk memiliki anak. Namun

disisi lain dalam kehidupan seorang muslim patutnya berpegang pada kaidah syara’ yang

menitik beratkan pada maqasid asy syaria , memelihara kesucian nasab serta menjaga

kemuliaan anak adam. Untuk itu kami penulis mencoba untuk membahas apak praktek

penggunaan rahim wanita lain ini diperbolehkan atau tidak.

Page 4: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini, antara lain:

a. Apakah yang dimaksud dengan penggunaan rahim?

b. Apa saja macam-macam bentuk penggunaan rahim?

c. Bagaimana proses penggunaan rahim?

d. Bagaimana tujuan dari penggunaan rahim?

e. Bagaimana manfaat dan madharat penggunaan rahim?

f. Bagaimana hukum penggunaan rahim?

3. Pembatasan Masalah

Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang (in vitro fertilization) pembuahan di luar

rahim, khususnya praktek penggunaan rahim. Untuk lebih fokus dan efisien makalah ini

membatasi pembahasan yaitu proses penggunaan rahim dalam perspektif hukum islam,

yaitu melalui istinbath hukum dengan manhaj ijtihad islam.

4. Kegunaan Pembahasan

Adapun kegunaan makalah ini adalah:

a. Memahami apa yang disebut dengan penggunaan rahim atau surrogate mother

b. Mengetahui proses metode ijtihad dalam masalah penggunaan rahim

c. Mengetahui hukum praktek penggunaan rahim

5. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui tentang penggunaan rahim

2. Mengetahui macam-macam bentuk penggunaan rahim

3. Mengetahui proses penggunaan rahim

4. Mengetahui tujuan dari penggunaan rahim

5. Mengetahui manfaat dan madharat penggunaan rahim

6. Mengetahui hukum penggunaan rahim

Page 5: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

BAB II

DESKRIPSI SURROGATE MOTHER

A. Definisi

Penyewaan Rahim dalam bahsa arab dikenal dengan banyak istilah رحم

, , , , , المستأجرة, األم البديلة األم المستأجرة الحاضنة الجنين شتل الكادبة األم المستعارtetapi lebih dikenali dengan األرحام manakala dalam bahsa Inggris pula dikenali , تأجير

sebagai surrogate mother.

Penggunaan rahim dapat diartikan sebagai penggunaan Rahim wanita lain untuk

mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah dibuahi oleh benih lelaki (sperma), dan

janin itu dikandung oleh wanita tersebut hingga dilahirkan. Menurut Black Law

Dictionary yang dimaksud dengan surrogate mother adalah a woman who carries a child

to term on behalf of another woman and then assigns her parental right to that woman

and the father / a person who carries out the role of a mother. Define tersebut dapat

iartikan sebagai wanita yang menggunakan rahimnya untuk hamil dimana janin yang

dikandungnya tersebut milik wanita lain dan setelah bayi lahir hak kepemilikan atau hak

asuh bayi tersebut diserahkan kepada wainita lain tersebut atau ayah dari bai tersebut.

Praktek surrogate mother atau lazim nditerjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengen ibu

pengganti tergolong metode atau upada kehamilan di luar cara yang alamian. Kaidah ini

dikenal juga dengan penggunaan rahim karena lazimnya pasangan suami istri yang ingin

memiliki anak ini akan memberikan imbalan kepada ibu pengganti yang sanggup

mengandung benih mereka, dengan syarat ibu pengganti tersebut akan menyerahkan anak

setelah dilahirkan atau pada wakru yang telah diteteapkan sesuai perjanjian. Penggunaan

rahim biasanya dilakukan bila istri tidak mampu atau tidak boleh hamil atau melahirkan.

Embrio dibessarkan dan dilahirkan dari Rahim wanita lain bukan istri walaupun bayi itu

menjadi milik pasangan suami istri yang mempunyai anak tersebut.1

Surrogate mother ialah suatu teknologi in vitro yang dilakukan oleh petugas medis

dimana spermatozoa dan ovum yang sudah masak dipertemukan di cawan petri sehingga

menghasilkan embrio, kemudia embrio tersebut dipindahkan ke dalam Rahim perempuan.

Surrogate mother diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu genetic surrogate dimana

pihak surrogacy (pengganti) juga merupakan ibu biologis dari si janin. Kedua, adalah

gestational surrogate dimana sel telur maupun sel sperma berasal dari penyewa Rahim

1 Yendi. 2011. Hukum Teknologi Reproduksi Buatan. Perkembangan Hukum Teknologi Reproduksi di Indonesia.

Page 6: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

yang kemudian diinseminasikan dalam Rahim pihak perempuan yang bertindak

menyewakan rahimnya.2

B. Macam Penggunaan Rahim

Ada beberapa macam bentuk praktek penyewaan rahim yang kini telah banyak

dilakukan :

a. Benih istri (ovum) disenyawakan dengan benih suami (sperma), kemudian

dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Praktek ini digunakan dalam keadaan

istri memiliki ovum yang baik, tetapi rahimnya dibuang karena pembedahan,

kecacatan, akibat penyakit yang kronik atau sebab-sebab yang lain.

b. Sama dengan bentuk pertama, tetapi benih yang telah disenyawakan

dibekukan lalu dimasukkan ke dalam rahim ibu pengganti setelah kematian

pasangan suami istri tersebut.

c. Ovum istri disenyawakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan

dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini terjadi apabila suami

mandul dan istri memiliki halangan atau kecacatan pada rahimnya teteapi

benih istri dalam keadaan baik.

d. Sperma suami disenyawakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan

ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini terjadi pabila istri menderita penyakit

pada ovarium dan rahimnya tidak mempu memikul tugas kehamilan, atau istri

telah mencapai tahan berhentinya siklus haid (menopause).

e. Sperma suami dan ovum istri disenyawakan, kemudian dimasukkan ke dalam

rahim istri yang lain dari suami yang sama. Dalam keadaan ini istri yang lain

sanggup mengandungkan anak suaminya dari istri yang tidak boleh hamil.

C. Mekanisme Penyewaan Rahim

Mekanisme surrogate mother termasuk dalam ruang lingkup pembuahan di luar

rahim yang lebih dikenal sebagai teknik bayi tabung atau pembuahan in vitro (in vitro

vertilization). In vitro vertilization adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur

dibuahi di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara

hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam 2 Risti. Dita Paraga. 2010. Obrolan Surrogate Mother, Bolehkah?.

Page 7: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

sebuah medium cair. Dalam melakukan pembuhan di luar rahim, transfer embrio

dilakukan dalam tujuh prosedur dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :

a. Wanita diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung

telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid

dan baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.

b. Pematangan sel-sel telur dipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah dan

pemeriksaan ultrasonografi.

c. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi

dengan sel sperma suami yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang

terbaik.

d. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam cawan petri kemudian

dibiakkan di dalam incubator. Pemantauan dilakukan 18-20 jam kemudian dan

keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan sel.

e. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini kemudian

diimplantasikan ke ddalam rahim wanita. Pada periode ini tinggal menunggu

terjadinya kehamilan.

f. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi

menstruasi dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu

kemudia dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.3

Hal yang penting diperhatikan dalam praktek penggunaan rahim adalah hak-hak

anak yang lahir darinya tidak boleh diabaikan, khususnya hak identitas diri yang

dituangkan dalam akta kelahiran. Apabila terjadi perselisihan antara ibu bilogis dengan si

ibu pengganti, maka penyelesaiannya harus mengedepankan prinsip kepentingan terbaik

bagi si anak.4

D. Tujuan Penyewaan Rahim

Penggunaan rahim biasa dilakukan karena berbagai sebab, diantaranya; rahim

pemilik ovum tidak siap untuk hamil, atau ketiadaan rahim bersamaan dengan adanya dua

sel telur yang subur atau salah satunya, atau karena pemilik ovum ingin menjaga

kesehatan dan kecantikannya. Tujuan menyewa rahim ini adalah menyewa wanita yang

bersedia mengandung sampai dengan melahirkan bayi tersebut. Wanita tersebut

3 Yendi. 2011. Hukum Teknologi Reproduksi Buatan. Perkembangan Hukum Teknologi Reproduksi di Indonesia.4 Ibid.

Page 8: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

dibutuhkan sebagai pengganti bag wanita yang tidak bias mengandung dengan berbagai

alasan tadi. Beberapa alasan yang menyebabkan dilakukan teknik penggunaan rahim

adalah;

a. Seorang wanita tidak mempunyai harapan untuk hamil secara normal karena

suatu penyakit atau kecacatan yang mangalangi untuk hamil dan melahirkan

anak;

b. Rahim wanita tersebut dibuang karena alasan tertentu;

c. Wanita ingin memiliki anak tapi tidak bersedia menjalani proses kehamilan,

melahirkan dan menyusui anak serrta keinginan untuk memelihara bentuk

tubuh dengan menghindari akibat dari proses kehamilan dan kondisi tubuh

setelah melahirkan;

d. Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah mengalami menopause;

e. Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan rahimnya kepada

orang lain.5

E. Kelebihan dan Kekurangan Surrogate Mother.

Setiap hal yang dilakukan oleh mausia pasti memiliki dampak, baik bagi dirinya

sndiri atau orang lain, bahkan bias saja keduanya terkena dampang dari perbuatan salah

satu orang. Dalam hal penyewaan rahim dampak positif dan negatifnya adalah :

Dampak positif dari surrogate mother ini adalah dari kedua belah pihak yang

melkukan perjanjian sewa-menyewa Rahim sama-sama mendapat keuntungan. Dari pihak

penyewa mendapat keuntungan memiliki keturunan selain alas an mengapa memiliki

keturunan selain alas an mengapa memilih jalan seewa Rahim sedangkan pihak yang

menywakan tentunya mendapatkan materi yang telah disepakati sebelumnya.

Dari sisi negatifnya penulis akan menjelaskan satu-persatu dari pihak yang

bersangkutan, yaitu :

- Wanita yang disewa

Wanita ini sebenarnya pihak yang paling dirugikan, hal ini karena ia hanya disewa

selama 9 bulan untuk mengandung bayi penyewanya, yang artinya bagaimana

kesehatan dan keadaan fisik perempuan tersebut setelah melahirkan nanti sudah bukan

tanggung jawab pasangan yang menyewanya. Jadi apabila terjadi pendarahan atau 5 Munfarida. 2011. Sekilas Tentang Sewa Rahim.

Page 9: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

komplikasi pasca kelahiran, wanita ini tidak berhak menuntut apapun kepada

penywanya, karena dalam perjanjian, posisinya inferior. Psangan yang menyewanya

hanya berpikir untuk mengambil bayi hasil pesanan, bayar sewa dan selesai. Selain

itu secara praktis, bagaimanapun seorang ibu pasti mempunyai ikatan batin yang kuat

dengan bayi yang telah 9 bulan dikandungnya.

Pasangan penyewa tidak akan peduli dengan kondisi dari perasaan si wanita yang

notabene adalah seorang ibu yang pasti akan merasa kehilangan sesuatu yang telah

menjadi bagian dari dirinya. Apalagi ini juga diperberat jika ASI si ibu keluar dengan

lancer, ia akan merasa kesakitan untuk bias menghentikan aliran ASI-nya. Memang

wanita sewaan telah mengetahui resiko aka nada rasa kehilangan tersebut, namun

sebelum benar-benar mengalaminya, seorang wanita tidak akan pernah tau seberapa

sakit rasa dipisahkan dengan bayi yang seharusnya bisa ia asuh sendiri itu.

Masyarakat kita masih menjunjung tinggi kehormatan wanita dalam sebuah

perkawainan yang sah. Karena itu secara moral juga, si wanita akan dipandang hina

oleh masyarakat karena dianggap telah hamil di luar nikah, mengandung anak hasil

perzinaan, dan setelah melahirkan pun, pandangan rendah pada sosok wanita ini tak

akan hilang begitu saja. Dalam hal ii wanita sewaan mengalami kerugian fisik, mental

maupun moral.

- Bayi yang dilahirkan

Bayi yang menjadi pusat permasalahan hingga terjadi proses sewa menyewa ini tak

kalah merugi dengan adanya kasus seperti ni. Bagaiamana tidak karena ia sama sekali

tidak akan pernah mendapatkan haknya untuk mengkonsumsi ASI dari ibu yang

melahirkannya sendiri. ASI merupakan asupan gizi vital yang seharusnya diberikan

kepada bayi, namun dalam kasus sewa menyewa Rahim, hal ini tidadk akan pernah

dipikirkan, masa kontrak hubungan penyewa dengan wanita yang disewanya hanya

selama bayi berada dalam kandungan. Setelah bayi lahir, hubungan mereka putus.

Praktis ASI bukan merupakan bagian dari kontrak penggunaan rahim.

Seperti yang beberapa waktu lalu ditayangkan dalam salah satu stasiun televise,

kenyataannya ada klinik-klinik tertentu yang malah menyediakan layanan penyewaan

Rahim ini satu paket dengan pengurusan dokumen-dokumennya yang notabene adalah

palsu. Dalam surat dan akta kelahiran si bayi pun tertera nama ibu kandung yang

sebenarnya adalah ibu angkat yang telah menyewa Rahim wanita malang itu. Jadi

Page 10: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

selama hidupnya si bayi tidak akan pernah merasakan kasih sayan ibu kandung yang

sebenarnya. Bayi yang dilahirkanpun mengalami kerugian fisik dan psikis.

- Si penyewa wanita

Pakah si wanita yang menyewa juga mengalami kerugian? Spertinya tidak karena ia

memang menghendaki semua ini terjadi. Namun siapa yang tahu bahwa di kedalaman

hatinya pastilah ada perasaan tak rela mengijinkan suaminya sendiri berhubungan

“sex” dengan wanita lan. Meski hanya sebatas kontrak namun mereka pasti telah

menyeleksi wanita yang akan dipenggunaan rahimnya adalah benar-benar wanita

sehat dan sesempurna mungkin. Bagaimana dengan perasaan si istri sah ini ketika

membesarkan anak hasil hubungan suaminya denganw anita sewaan yang pastinya

bukan wanita sembarangan itu? Ketulusan kasih saying yang diberikan akan sangan

diragukan realitasnya.

- Si penyewa pria

Sepertinya memang hanya si suami yang sama sekali tidak merugi dengan kasus

penyewaan Rahim inil karena ia mendapatkan anak dari benihnya sendiri, yang berarti

bahwa bayi yang dilahirkan adalah anak kandungnya. Selain itu ia juga bisa sekalian

“piknik” menikmati hubungannnya dengan wanita selain istrinya, yang pasti adalah

wanita terpilih yang benar-benar terseleksi kualitasnya, karena mereka menginginkan

bibit bayinya kelak adalah bibit yang baik, kalaupun dihitung ada ruginya paling

hanya besaran jumlah materu yang harus ia keluarkan untuk biaya penggunaan rahim.

Tapi toh itupun masih setimpal dengan apa yang didapatnya, seorang anak kandung

(yang tidak bisa dihargai dengan uang sebesar apapun), dan kenikmatan sesaat yang

dilegalakn. Jadi dari keempat orang yang terlibat dalam praktek penggunaan rahim ini

tampaknya si suami penyewa Rahim wanita itulah yang paling untung dan tanpa

mengalami kerugian apapun.

Page 11: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

BAB III

METODE ISTINBATH

1. Ushul Fiqh

Dalam masalah fiqhiyah kali ini penulis menggunakan metode qiyas untuk

menentukan hukum karena tidak dijumpai dalil-dalil yang menyinggung secara sorih di

dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Penggunaan manhaj qiyas yang dianggap sah apabila

telah memenuhi 4 unsur6 berikut ini :

a. Ashl

Menurut para pakar ushul fiqh, ashl adalah objek yang telah ditetapkan

hukumnya oleh ayat Al-Qur’an, Hadits Nabawiyyah atau ijma’. Misalnya,

pengharaman wisky dengan cara meng-qiyas-kan dengan hukum khomr.

Hukum mengkonsumsi khomr itu yang disebut ashl karena telah dijelaskan

secara eksplisit dalam surat al-Maidah : 90-91.

b. Far’u

Adapaun far’u adalah objek yang akan ditentukan hukumnya, yang tidak ada

nash atau ijma’ yang tegas dalam menentukan hukumnya sebagaimana wisky

dalam kasus di atas.

c. Illat

Adalah sifat yang menjadi motif atau motivasi dalam mementukan hukum,

dalam ashl khomr di atas illatnya adalah memabukkan, dan wisky juga

memiliki sifat yang sama.

d. Hukum Asal

Hukum pada suatu objek yang mana telah ditentukan secara qoth’i di Al-

Qur’an, Hadits maupun Ijma’. Adapun hukum asal dalam contoh di atas adalah

haram.

2. Qowaid Fiqhiyah

Imam Abu Muhammad Izzudin ibn Abbas Salam menyatakan bahwa kaidah fiqhiyah

mempunyai kegunaan sebagai suatu jalan untuk mendapatkan suatu kemashlahatan dan

menolak kerusakan serta bagaimana cara mensikapi kedua hal tersebut. Sedangkan al-

Qarafi dan Al-Far’u-nya menulis bahwa seorang Faqih tidak akan besar pengaruhnya 6 Abu Hamid Al-Ghozali. Al-Mustafa, Jilid, II, hlm. 54

Page 12: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

tanpa berpegang kepada kaidah fiqhiyah, karena jika tidak berpegang pada kaidah itu

maka hasil ijtihadnya banyak bertentangan dan berbeda dengan furu’-furu’-nya.

Page 13: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

BAB IV

ISTIHINBAT HUKUM SURROGATE MOTHER

1. Ushul Fiqh

Dalam masalah penyewaan rahim ini, yang menjadi unsur-unsur tersebut adalah :

a. Al far’u

Yang menjadi far’u pada masalah ini adalah penggunaan rahim (Surroge Mother).

b. Al ashlu

Dalam hadits Rasulullah SAW, disebutkan :

أ�بي بن ي�زيد� ع�ن اق�، إسح� بن د م مح� ع�ن ، ان� سل�يم� بن حيم الر ع�بد دث�ن�ا ح�

: أ�قول ال� إني ال� ق� ف� طيبا خ� فين�ا ام� ق� ف� بيب، ح� رزوق م� أ�بي ع�ن بيب، ح�

ي�وم� فين�ا لم� و�س� ع�ل�يه الله لى ص� الله سول ر� من معت س� ا م� إال فيكم

» غ�يره: » رع� ز� اء�ه م� يسقي�ن ال� ف� اآلخر، الي�وم و� بالله يؤمن ك�ان� ن م� يب�ر� خ�Artinya : Dari Abdurrahman bin Sulaiman, daari Muhammad bin Ishaq, dari Yazid

bin Abi Habib, dari Marzuqi Habib, berdiri di antara kita dan sebagai

khotib, berkata : “Sesungguhnya saya tidak berkata kecuali apa yang saya

dengar dari Rasulullah SAW pada saat perang khoibar : Barang siapa

yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan menyiramkan air

(mani) ke ladang (rahim) orang lain”7

c. Hukum Asal

Berdasarkan redaksi hadits di atas yang tertulis “ يسقين ,”فال huruf di ”ال“ atas

faidahnya adalah nahi (larangan). Dan pada qoidah ushuliyah juga dirumuskan

bahwa:

للتحريم النهي في االصل

“Pada dasarnya larangan itu menunjukkan pengharaman”.

7 Abu Bakar bin Abi Syaibah, Al-Kitab Mushonnaf fil Ahadits wal Atsar, Maktabah Rasyd, Riyad : 1409 H, Juz:4, hlm 28

Page 14: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

Jadi, dapat disimpulkan hukum asal pada hadits tersebut adalah haram.

d. Illat

Untuk mengetahui illat dari nasab anak yang di lahirkan melalui proses

penyewaan rahim maka harus dilakukan ta’liilu1hukmi:

1) Identifikasi (الصبر)

Persamaan yang dapat ditemui antara furu’ dengan asal adalah beberapa hal

sebagai berikut :

a) Sampainya mani ke rahim

b) Talladzudz

2) Klasifilkasi (التقسيم)a) Illat yang dapat diukur (منضبط)

- Sampainya mani ke rahim

b) Illat yang tidak dapat diukur ( منضبط (غير

- Taladzudz

3) Pembersihan ( المنط ( تنقيد

Menghilangkan hal-hal yang tidak bisa dijadikan illat. Yaitu hal-hal yang

termasuk dalam golongan ghairu mundlabith. Maka yang dapat dijadikan illat

ialah “sampainya mani ke rahim”. Baik itu dengan wasilah wat’i atau dengan

alat-alat medis.

4) Penegasan ( المنط (تحقيق

Setelah pembuangan hal — hal diatas, maka didapati beberapa hal yang tegas

menjadi illat dari permasalahan ini, yaitu :

- Sampainya mani ke rahim wanita yang bukan istrinya.

Setelah proses pengkiyasan antara furu’ dan ashl di atas, dapat diketahui

bahwasanya antara sampainya mani ke rahim wanita lain dan praktek penggunaan rahim

saat ini memiliki kesamaan dalam segi illatnya dan berkualifikasi untuk diqiyaskan.

Page 15: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

Dalam penggunaan menhaj istinbath qiyas hukum far’u yang diqiyaskan mengikuti

hukum asal perkara tersebut.

Keharaman dalam penggunaan rahim tersebut sama dengan keharaman

menyiramkan air mani kepada wanita yang bukan istrinya. Baik itu dengan cara wat’i

(bersetubuh) atau menggunakan alat bantu medis oleh para ahli, karena dalam redaksi

hadits yang digunakan sebagai ashl tidak memperinci penggunaan media apa yang

menjadikan penyiraman air mani pada wanita yang bukan istrinya tersebut dilakukan.

Maka dari itu penulis menganggap bahwa hadits tersebut berlaku karena umumnya

lafadz bukan karena khususnya sebab ( السباب بخصوص ال اللفظ عموم من .(العبرة

Jadi keumumuman lafadz غيره " زرع ماءه يسقين " فال mencakup apakah

masuknya mani tersbut dengan cara wat’i atau dengan alat bantu. Bukan karena asbabul

wurud hadits yang menceritakan kondisi wanita tahanan yang disetubuhi. Maka dari itu

penulis berkeyakinan bahwa hadits tersebut relevan untuk menjawab persoalan

kontemporer yaitu penggunaan rahim.

Juga berdasarkan formula istinbath hukum qiyas bahwasanya:

Q : Metode Istinbath Qiyas

HA : Hukum Asal (Penyiraman mani ke wanita lain)

F : Far’u (Penggunaan rahim wanita lain)

HS : Hukumnya sama

Jika telah terjadi qiyas, far’u yang diqiyaskan dengan ashal akan mengikuti

hukum ashalnya, jadi hukum ashal yang berupa pelarangan menyiramkan mani ke

wanita lain juga berakibat kepada pelarangan praktek penggunaan rahim wanita lain.

Keterkaitan terjaganya maqashid syariah tidak boleh dilupakan dalam suatu

istinbat hukum yang baru. Diantaranya yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga

akal, menjaga nasab, dan menjaga harta. Kelima aspek tefsgbut adaiah tolak ukur

kemashlahatan yang menjadi prinsip utama metode istinbat hukum mashlahatul

Q = HA – F = HB

Page 16: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

mursalah. Pendek kata, metode ini memiliki tujuan mengambil manfaat dan menolak

madhorot untuk memelihara tercapainya tujuan syara’ (maqashid syariah).

2. Qowaid Fiqhiyyah

Pada pandangan Islam, rahim wanita mempunyai kehormatan yang tinggi dan

bukan barang hinaan yang boleh disewa atau diperjualbelikan, kerana rahim adalah

anggota manusia yang mempunyai hubungan yang kuat dengan naluri dan perasaan

semasa hamil berbeda dengan tangan dan kaki yang digunakan untuk bekerja dan

seumpamanya yang tidak melibatkan perasaan. Lebih-lebih lagi ia termasuk dalam

lingkungan yang diharamkan kerana manusia tidak berhak menyewakan rahimnya yang

akan melibatkan penentuan nasab.

Hukum haram itu juga sejalan dengan substansi kaidah fiqhiyyah yang telah

disebutkan diatas juga dengan mempertimbangkan kondisi rahim yang memiliki

kehormatan yang tinggi maka berlakukalah kaidah ini. Abu Abbas menuliskan dalam

kitabnya8 :

تعالى : بقوله ادم بني من اإلناث نكاح في أذن الشارع أن إال الحرمة الفروج في االصل

: ) ( النساء( النساء من لكم طاب ما )3فانكحوا

“Hukum asal kemaluan (farj) kecuali jika Pembuat Syari’at (Allah) telah

mengijinkan (dengan) menikahi wanita dari anak-cucu Nabi Adam dengan firman-

Nya : Menikahlah dengan wanita yang kamu sukai (An-Nisa :3)”

Pada dasarnya tidak sah perlakukan apapun pada rahim kecuali dengan wasilah

pemikahan yang sah secara syariat islam. Dan surrogate mother bukan sesuatu yang

dapat disamakan dengan pemikahan. Maka dalam hal ini (surrogate mother) tidak dapat

dibenarkan menurut kaidah “Al-Ashlu fil F uruuj il Hurmatu ”.

Antara syarat sah sesuatu akad ialah tidak membawa kepada permusuh antara

kedua-dua pihak yang melakukan akad . Dalam penyewaan rahim ini diyakini akan

berlakunya berselisihan dalam penentuan hak pemilikan dan nasab anak yang dilahirkan

8 Ahmad bin Muhmmad Al-Hanafi Al-Hamawy.1985. Ghomzu ’UyunuI Basho'irfi Syarhi Isybahi wa Nadhoirrul Kitab Al-llmiyah. Juz. Ill, Hlm. 409

Page 17: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

kerana wujudnya pihak ketiga selain suami dan isteri pemilik benih. Masalah akan

berlaku dalam menentukan ibu sebenar bagi bayi tersebut, sama ada ibu pemilik benih

dan ciri-ciri warisan pada anak atau ibu yang mengandung serta melahirkannya, juga

masalah menentukan nasab bayi kepada bapanya dan lain-lain.

Malah, akan terjadi keresahan dalam masyarakat , khususnya apabila ibu

penghamil tersebut enggan menyerahkan bayi yang telah dikandungnya dan menafikan

perjanjian asal sekalipun dibayar secara sempurna oleh pihak pasangan suami isteri itu.

Ini kerana ibu tumpang tersebut merasakan perasaannya berubah dan mula menyayangi

bayi yang dianggap anaknya sendiri setelah melalui masa kehamilan dan kelahiran.

Berdasarkan firman Allah SWT :

وهن على وهنا أمه حملته بوالديه اإلنسان صينا و و

Artinya: “ Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada kedua ibu

bapanya, ibunya yang mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah ”

Kesimpulannya, walaupun dengan tujuan memiliki keluarga adalah tujuan yang

dibenarkan, tapi dengan wasilah penggunaan rahim wanita lain ini temyata membawa

lebih banyak kemudhorotan daripada kemashlahatannya, dengan bersandar pada kaidah :

المصالح جلب على مقدم المفاسد درء

“Menghilangkan kemafsadatan itu lebih didahulukan daripada mengambil

kemaslahatan ”

Pengharaman penggunaan rahim memang senjalan dengan maqosid syariah yaitu

menjaga garis ketunman (Hifdun Nasal). Dan dari konsep ini pengharaman ini lebih

dekat dengan subtansi yaitu menutup jalan kepada kemudhorrotan lebih besar.

"و الله أعلم بالصواب"

Page 18: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

a) Definisi dari penggunaan rahim atau ibu pengganti (surrogate mother) adalah wanita

yang menggunakan rahimnya untuk hamil dimana janin an dikandung tersebut milik

wanita lain dan setelah bayi lahir hak kepemilikan atau hak asuh bayi tersebut

diserahkan kepada wanita lain tersebut dan ayah dari bayi tersebut.

b) Macam-macam penggunaan rahim diantaranya:

- Bentuk pertama: Benih isteri (ovum) disenyawakan dengan benih suami

(sperma), kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain.

- Bentuk kedua: benih yang telah disenyawakan dibekukan dan dimasukkan ke

dalam rahim ibu pengganti selepas kematian pasangan suami isteri itu.

- Bentuk ketiga: Ovum isteri disenyawakan dengan sperma lelaki lain (bukan

suaminya) dan dimasukkan ke dalam rahim Wanita lain.

- Bentuk keempat: Spenna suami disenyawakan dengan ovum wanita lain (bukan

istrinya), kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain (bukan istrinya).

- Bentuk Kelima : Sperma suami dan ovum isteri disenyawakan, kemudian

dimasukkan ke dalam rahim isteri yang lain dari suami yang sama.

c) Proses penggunaan rahim sama dengan mekanisme teknik bayi tabung atau

pembuahan in vitro (in vitro fertilization). In vitro fertilization adalah sebuah teknik

pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita.

d) Alasan yang menyebabkan dilakukan teknik penggunaan rahim, adalah:

- Seorang wanita tidak mempunyai harapan untuk hamil secam normal karena

suatu penyakit atau kecacatan yang menghalanginya untuk hamil dan

melahirkan anak.

- Rahim wanita tersebut dibuang karena pembedahan.

- Wanita ingin memiliki anak tetapi tidak mau menjalani proses kehamilan,

- Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah mengalami menopause.

- Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan rahimnya kepada

orang lain.

Page 19: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

e) Damapak positif dari Surrogate Mother atau penggunaan rahim ini adalah dari kedua

belah pihak yang melakukan perjanjian sewa-menyewa rahim sama-sama mendapat

keuntungan.

f) Dampak negative dari penggunaan rahim yang ditimbulkan antaranya:

a. Wanita yang menyewakan rahimnya

- Secara psikis, wanita yang telah mengandung selama 9 bulan akan merasa

kehilangan sesuatu yang pemah jadi bagian dirinya

- Kerugian fisik, kondisi badan menjadi tidak stabil baik saat atau setelah

mengandung selama 9 bulan

b. Bayi yang dilahirkan

- Tidak akan pemah mendapatkan haknya untuk menghisap ASI ibu

kandungnya sendiri dan ini akan menjadi bayi kurang mendapatkan asupan

nutrisi yang cukup

- Timbulnya kekhawatiran ketidakjelasan nasab

c. Ibu penyewa

- Rasa kasih sayang yang akan diberikan kepada anak tidak akan setulus ibu

yang mengandung bayinya sendiri

g) Dalam kajian ushul fiqih, hokum penggunaan rahim disamakan atau diqiyaskan

dengan perjanjian sewa-menyewa (ijarah) yaitu boleh dengan tendensi kesamaan illat

pada rukun dan syarat antara keduanya. Namun dalam implementasinya penggunaan

rahim dirasa memiliki madharat yang lebih besar ketimbang mashlahatnya, maka

hukumnya menjadi haram. Dengan alasan penggunaan rahim dapat menimbulkan

kekhawatiran rancunya status nasab pada bayi yang akan dilahirkan, faktor ini

bersinggungan dengan aspek menjaga nasab pada maqashid syar’iah. Disisi lain juga

dibanyak didapati kemadharatan yang timbul dari adanya praktik penggunaan rahim

tersebut. Hal ini sejalan dengan konsep dalam mashalahatul mursalah yaitu menolak

kemadharatan dengan tujuan menjaga tujuan syara’ (maqashid syari’ah).

h) Dalam masalah persewaan rahim ini dua kaidah yang menunjukkan keharamannya..

Keduaya sama-sama memberatkan bahwa praktek surrogate mother adalah harame

dengan pertimbangan yang telah disebutkan di atas.

Page 20: Surrogate Mother (Sewa Rahim) Perpektif Ushul Fiqh

DAFTAR PUSTAKA

Risti., Dita Paraga. 2010. Obrolan Surrogate Mother, Bolehkah?. KRONIK UNIKA

Soegijapranata. Semarang.

Yendi. 2011. Hukum Teknologi Reproduksi Buatan. Perkembangan Hukum Teknologi

Reproduksi Buatan di Indonesia. http://yendi.blogdetik.com/2011/02/17/hukum-

teknologi-reproduksi-buatan/. Diakses tanggal .12 September 2014

Munfarida. 2011. Sekilas Tentang Penggunaan rahim http://munfarida.blogspot.com/2011/01/

seki1as-tentang-sewa-rahim.html. Diakses tanggal 21 September 2014

Zabidi R, 2004. Penyewaan Rahim menurut Pandangan Islam. A1-Faqirah Ilallah, Tahun

1,Syariah Islamiah, American Open University, Cairo.

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010)

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah

Ahmad bin Muhmmad Al-Hanafi Al-Hamawy.1985. Ghomzu ‘Uyunul Basho’ir fi Syarhi Isybahl

wa Nadlmir. Darul Kitab A1-Ilmiyah.

Chairiman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996).