Post on 14-Mar-2019
TUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI
BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA
Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065)
: 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)
JURUSAN TEKNOLOGI INDISTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Tempat budidaya gula dan pabrik gula
Di daerah malang tempat desa kepanjen
Simulasi Budidaya tebu
Simulasi
Pabrik Gula
Luas areal pertanaman tebu sekitar 900 ha dengan biaya 200 miliyar, areal pembangunan
pabrik tebu sedikit trategis karena dekat dengan wilayah kota dan sungai,dimana sungai
sebagai tempat sumber air bagi budidaya tebu,biaya alat dan bahan untuk budidaya tebu
sekitar 200 miliyar
1. Syarat Tumbuh Tebu (Saccarum officinarum)
Tebu termasuk jenis tanaman rumput yang kokoh dan kuat. Adapun syarat-syarat tumbuh
tanaman tebu adalah:• Tumbuh di daerah dataran rendah yang kering. Iklim panas yang
lembab dengan suhu antara 25ºC-28ºC• Curah hujan kurang dari 100 mm/tahun• Tanah tidak
terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl.
2. Persiapan Bibit
Bibit yang akan ditanam terdiri dari beberapa jenis, diantaranya bibit pucuk, bibit batang
muda, bibit rayungan dan bibit siwilan.Bibit pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang
akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang
20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu.
Biaya bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena
tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan bibit
pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.Bibit rayungan (1 atau 2 tunas).
Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya
tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:
1. Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.
2. Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.
3. Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air dan
pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit
rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu. Kelemahan bibit
rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak dapat
disimpan lama seperti halnya bibit bagal.
4. Bibit siwilan. Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya
sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.
5. Penentuan Komposisi Bibit secara Umum dikaitkan dengan Tingkat Kemasakannya,
Masa Tanam, Iklim, Kondisi Lahan serta Lamanya Musim Giling. Bibit-bibit yang
ditanam diharapkan mempunyai kriteria :
Mempunyai Potensi Kwintal Tebu dan Rendemen tinggi.
Mempunyai Tingkat Kemurnian tinggi ( > 90 % ).
Bebas dari Hama dan Penyakit.
Mempunyai Daya Kecambah tinggi.
Tahan terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh.
Pada kondisi fisik lingkungan yang ada, yaitu pada areal lahan kering atau tegalan, maka agar
dapat dicapai produksi yang tinggi diperlukan bibit tebu dengan varietas tebu yang sesuai
dengan kondisi lahan kering. Varietas untuk lahan kering harus memiliki sifat-sifat tertentu,
antara lain:
• Mempunyai daya tahan kekeringan
• Mudah berkecambah, cepat beranak dan bertunas banyak.
• Mempunyai daya tahan kepras yang baik.
• Rendemen tinggi
• Mudah diklentek
• Tahan roboh
Adapun varietas-varietas unggul untuk tebu lahan kering atau tegalan berdasarkan hasil
penelitian yang dikeluarkan oleh P3GI (1990) diantaranya, adalah (PS 77-1381, PS 77-1553,
PS 78-561, PS 79-1497, PS 80-1070). Untuk mengetahui varietas yang paling cocok untuk
dikembangkan di suatu daerah, dapat dilakukan dengan mengadakan percobaan adaptasi
tanaman terlebih dahulu.Sedangkan untuk pengadaan bibit tebu dilakukan melalui tahapan
penjenjangan kebun pembibitan, mulai dari Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek
(KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) hingga Kebun Bibit Datar (KBD) sebagai sumber bibit bagi
pertanaman atau Kebun Tebu Giling (KTG).
3. Persiapan Lahan
Persiapan lahan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh
tanaman tebu sehingga kondisi fisik dan kimia tanah sesuai dengan media perkembangan
perakaran tanaman tebu. Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan kronologis.
Pada prinsipnya, persiapan lahan untuk tanaman baru (PC) dan tanaman bongkaran
baru (RPC) adalah sama tetapi untuk PC kegiatan persiapan lahan tidak dapat dilaksanakan
secara intensif. Hal tersebut disebabkan oleh tata letak petak kebun, topografi maupun
struktur tanah pada areal yang baru dibuka masih belum sempurna, sehingga kegiatan
mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada areal tersebut masih terdapat sisa-sisa
batang/perakaran yang dapat mengganggu operasional mesin di lapang. Petak dibuat dengan
ukuran 200 m x 500 m (10 ha) yang dibatasi oleh jalan produksi dan jalan kebun.Lahan yang
bisa dikembangkan menjadi perkebunan tebu lahan kering berupa hutan primer dan sekunder,
padang rumput atau padang alang-alang, semak belukar, lahan tegalan, sawah tadah hujan
dan bekas perkebunan. Teknik pembukaan lahan maupun perlatan yang digunakan
disesuaikan untuk masing-masing jenis lahan. Karena kelangkaan tenaga kerja, sementara
waktu tanam optimal pertanaman tebu di lahan kering adalah sempit, maka tenaga penarik
untuk pengolahan tanah yang murah dan efektif adalah dengan menggunakan traktor.
Tahap pertama pengolahan tanah menggunakan bajak untuk memotong dan membalik
tanah, dan kemudian dilanjutkan dengan garu untuk menggemburkan tanah. Setelah tanah
selesai diolah kemudian dibuat kairan (alur tanaman). Untuk mendapatkan hasil olahan tanah
yang baik yaitu cukup dalam dan gembur, tanah harus dalam keadaan cukup air (tidak basah
dan tidak terlalu kering). Berdasarkan hal ini maka saat yang tepat untuk mengolah tanah
adalah segera setelah musim hujan selesai atau awal musim kemarau.
Adapun tahapan kegiatan pengolahan tanah secara umum adalah sebagai berikut ;
a. Pembajakan
Bertujuan untuk membalik tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi awal yang
masih tertinggal. Awal kegiatan pembajakan dimulai dari sisi petak paling kiri, kedalaman
olah mencapai 25 – 30 cm dan kapasitas kerja mencapai 0,8 jam/ha sehingga untuk satu petak
kebun (±10ha) dibutuhkan waktu 8 jam kerja (mesin operasi). Pembajakan II
b. Penggaruan
Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah dan meratakan
permukaan tanah. Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan menggunakan
alat Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 140 HP.
c. Pengumpulan Akar
Pengumpulan akar merupakan kegiatan pengumpulan sisa – sisa kayu yang terangkat akibat
pembajakan I, II dan pembuatan alur tanam, dilaksanakan secara manual oleh tenaga kerja
borongan. Akar maupun sisa – sisa kayu dikumpulkan dan ditumpuk dengan jarak 10 – 15
meter kemudian dibersihkan dari areal tersebut.
d. Pembuatan Alur Tanam
Pembuatan alur tanam merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu.
Alur tanam dibuat menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak
dari pusat ke pusat adalah 1,30 meter.
4. Penanaman
Pada saat penanaman tebu, kondisi tanah yang dikehendaki lembab tapi tidak terlalu
basah dan cuaca cerah. Untuk saat ini tanam tebu lahan kering yang paling tepat adalah masa
pancaroba yakni akhir musim kemarau sampai awal musim hujan atau sebaliknya. Untuk
daerah kering (tipe iklim C dan D Schimdt-Fergusson) saat tanam adalah antara pertengahan
Oktober-Desember, sedang pada daerah basah (tipe iklim B) adalah awal musim
kemarau.Pada daerah dengan musim kemarau panjang (daerah kering) tebu ditanam sebagai
bibit stek mata tiga dengan jumlah 8-9 mata tunas per meter juringan (15.000-20.000 stek per
hektar) atau pada prinsipnya mengarah pada jumlah mata tumbuh 40.000-45.000 per hektar.
Stek tebu diletakkan pada dasar juringan dengan jarak tanam 1,25-1,35 m. Pada daerah
dengan musim kemarau pendek, digunakan stek 3 mata ditanam, bersentuh ujung (end to
end) atau tumpang tindih (overlapped 20 percent) pada dasar juringan yang dangkal. Pada
keadaan yang mendesak dan kekurangan tenaga dapat dipakai tebu lonjoran dengan 5-6 mata,
dipotong menjadi dua.
Untuk menghindari penyulaman yang membutuhkan biaya besar, kebutuhan bibit
yang akan ditanam adalah 11 mata tumbuh per meter juringan. Bibit ditanam dengan posisi
mata disamping dan disusun secara end to end (nguntu walang). Cara penanaman ini
bervariasi menurut kondisi lahan dan ketersediaan bibit, perlu diketahui, pada umumnya
kebutuhan air pada lahan kering tergantung pada turunnya hujan sehingga kemungkinan
tunas mati akan besar. Oleh karena itu, dengan over lapping atau double row, tunas yang
hidup disebelahnya diharapkan dapat menggantikannya.
Pada prinsipnya persiapan bibit yang ditanam di areal lahan kering sama dengan yang
ditanam di sawah. Namun karena kondisi yang terlalu kering kadang dipakai pula bagal mata
empat. Waktu tanam tebu di lahan kering terdiri dari dua periode, yaitu.
Periode I
Menjelang musim kemarau (Mei – Agustus) pada daerah – daerah basah dengan 7 bulan
basah dan daerah sedang yaitu 5 – 6 bulan basah, atau pada daerah yang memiliki tanah
lembab. Namun dapat juga diberikan tambahan air untuk periode ini.
Periode II
Menjelang musim hujan (Oktober – November) pada daerah sedang dan kering yaitu 3 – 4
bulan basah.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman tebu dilahan kering hampir sama macamnya dengan tebu lahan sawah
yaitu terdiri dari penyulaman, pemberian tanah, klentek, pemupukan, pemeliharaan saluran
drainase dan penyiangan gulma. Pemeliharaan saluran drainase terutama perlu dilakukan
selama musim hujan untuk menjaga kelancaran pengeluaran air yang berlebih.
6. Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan penanaman untuk menggantikan bibit tebu yang tidak
tumbuh, baik pada tanaman baru ataupun tanaman keprasan agar diperoleh populasi tebu
yang optimal. Pelaksanaan penyulaman untuk bibit bagal dilakukan 2 minggu dan 4 minggu
setelah tanam, sedangkan untuk bibit rayungan dilakukan 2 minggu setelah tanam..
7. Pengendalian Gulma
Pada lahan kering gulma lebih beragam dan lebih berbahaya. Gulma – gulma
dominan yang menjadi pesaing kuat yang berakibat merugikan terdiri atas gulma daun lebar
dan merambat, gulma daun sempit dan teki-tekian. Gulma daun lebar dan merambat terdiri
atas Cleome ginandra, Emilia sonchifolia, Boreria alata, Amaranthus dubius, Spigelia
anthelmia, Commelina elegans, Mikania micrantha dan Momordica charantia. Gulma daun
sempit tediri atas Digitaria ciliaris, Echinochloa colonum, Eleusine indica, Dactylocta
aegyptium dan Brachiaria distachya sedangkan gulma golongan teki adalah Cyperus
rotundus.Dalam pelaksanaannya, pengendalian gulma dibagi menjadi pengendalian secara
kimia, mekanis dan manual..
8. Pembumbunan dan penggemburan
Pembumbunan bertujuan untuk menutup tanaman dan menguatkan batang sehingga
pertumbuhan anakan dan pertumbuhan batang lebih kokoh. Di lahan sawah pembumbunan
dilakukan tiga kali selama umur tanaman. Pelaksanaan pembumbunan dilakukan secara
manual atau dengan semi mekanis.
Di lahan kering pembumbunan sekaligus dilakukan dengan penggemburan yang merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk mengendalikan gulma, menggemburkan dan meratakan tanah,
memutuskan perakaran tebu khususnya tanaman tebu ratoon dan membantu aerasi pada
daerah perakaran. Apabila drainase tanahnya jelek pemberian tanah untuk tebu lahan kering
hanya dilakukan dua kali yaitu sebelum pemupukan kedua pada umur 1-1,5 bulan dan pada
umur 2,5-3 bulan, atau dapat dilakukan sekali pada umur 2-3 bulan.
Penggemburan pada tanaman diperlukan peralatan terutama untuk mengendalikan
gulma. Alat yang digunakan adalah Tyne Cultivator. Penggemburan dilaksanakan pada
tanaman berumur 45 hari setelah tanam (sebelum pemupukan II) dengan kedalaman 20 cm
dan hanya dilakukan satu kali dalam satu musim tanam.Untuk tanaman ratoon diperlukan alat
yang bisa membantu menggemburkan tanah dan mengendalikan gulma. Aplikasi
dilaksanakan dua kali dalam satu musim tanam. Alat yang digunakan untuk aplikasi pertama
adalah Terra Tyne dan yang kedua adalah Sub Tiller yang dilaksanakan setelah pemupukan
II. Dengan Terra Tyne, kedalaman olah minimal 20 cm sedangkan dengan Sub Tiller
kedalaman minimal 40 cm.
9. Klentek
Klentek adalah suatu kegiatan membuang daun tua pada tanaman tebu yangdilakukan
secara manual. Tujuan klentek adalah untuk merangsang pertumbuhan batang, memperkeras
kulit batang, mencegah tebu roboh, dan mencegah kebakaran. Kegiatan ini umum dilakukan
pada sistem reynoso di Jawa. Untuk tebu lahan kering tidak dilakukan klentek. Untuk itu
dalam salah satu seleksi varietas dicari yang daun keringnya lepas jika terkena angin. Sebagai
konsekuensinya tebu lahan kering harus dibakar jika akan ditebang. Hal ini juga menjadi
kriteria varietas tebu lahan kering, yaitu tahan bakar.Klentek hanya dilakukan satu kali pada
akhir musim hujan atau sekitar (2-3) bulan sebelum tebang.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada budidaya tanaman tebu bertujuan untuk
mencegah semakin meluasnya serangan hama /penyakit pada areal perkebunan tebu. Hal ini
sangat berkaitan erat dengan salah satu upaya peningkatan produktivitas tebu. Beberapa hama
yang umum menyerang antara lain: hama penggerek pucuk tebu (Triporyza vinella F),
penggerek batang tebu (Chilo oirocilius dan Chilo sachariphagus), dan uret (Lepidieta stigma
F).
10. Pemupukan
Sebagaimana pada lahan sawah, pemupukan bagi tanaman tebu di lahan kering tidak
diberikan sekaligus tetapi bertahap disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan untuk
mencegah kehilangan pupuk. Dosis umum disesuaikan dengan kondisi tanah setempat.
Pedoman umum dari P3GI (1988): untuk tanaman pertama, pupuk pertama yang terdiri dari
ZA dan TSP (untuk daerah dengan musim kemarau panjang) atau ZA+TSP+KCl (untuk
daerah dengan musim kemarau pendek), diberikan sesaat sebelum tanam, ditaburkan pada
dasar juringan. Sedangkan pupuk yang kedua terdiri dari ZA dan KCl diberikan pada umur
1,5-2 bulan dengan cara ditaburkan dalam larikan kemudian ditutup dengan pemberian tanah
pertama. Pada tanaman keprasan, pupuk pertama dan kedua diberikan dalam paliran yang
letaknya saling berlawanan, sedalam 5-10 cm dan berjarak ± 10 cm dari barisan tanaman
yang kemudian ditutup dengan tanah.
Aplikasi pupuk dilakukan dengan mengalurkan ditepi tanaman kemudian ditutup
dengan tanah. Pengaplikasian pupuk dengan bantuan traktor tangan sudah dikembangkan
terutama untuk pembukaan dan penutupan alur sekaligus pembumbunan. Alat yang dipakai
adalah chissel plow ditarik dengan traktor tangan
11. Pemanenan
Pelaksanaan panen pada tanaman tebu meliputi beberapa kegiatan utama, yaitu taksasi
hasil perencanaan tebang berdasarkan analisis pendahuluan kemasakan tebu dan tebang
angkut.
12. Taksasi Hasil
Taksasi hasil dilakukan untuk menaksir hasil tebu yang akan diperoleh nantainya,
sehingga dapat direncanakan berapa lama hari giling, berapa tenaga kerja yang harus
disiapkan dan berapa banyak bahan pembantu di pabrik yang harus disediakan. Umumnya
taksasi dilakukan 2 kali yaitu pada bulan Desember dan Februari. Taksasi dilakukan dengan
menghitung tebu dengan sistim sampling dan digunakan rumus
Y = jmlbt/m juring x jmljuring/ha x tinggibt x bobotbt/m
Dimana.,
• Y = hasiltaksasitebu per hektar
• Jmlbt/m juring = hasilperhitunganjumlahbatangtebu per m juring
• Jmljuring/ha = banyaknyajuringan per ha (yang ada di lapangan)
• Tinggibt = diukursampaititikpatah (± 30 cm daripucuk)
• Bobotbt = bobotbatang per m yang diperolehdari data tahunsebelumnya
Panen dilaksanakan pada musim kering yaitu sekitar bulan April sampai Oktober. Hal
tersebut berkaitan dengan masalah kemudahan transportasi tebu dari areal ke pabrik serta
tingkat kemasakan tebu akan mencapai optimum pada musim kering.Kegiatan pemanenan
diawali dengan tahap persiapan yang dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga bulan sebelum
panen dimulai. Tahap persiapan meliputi kegiatan estimasi produksi tebu, pembuatan
program tebang, penentuan kemasakan tebu, rekrutmen kontraktor dan tenaga tebang,
persiapan peralatan tebang dan pengangkutan, serta persiapan sarana dan prasarana tebang.
Pascapanen
a. Pengumpulan hasil panen dilakukan dengan cara diikat untuk dibawa ke
pengolahan.
b. Penyortiran dan penggolongan syarat batang tebu siap giling supaya rendeman baik
:
Tidak mengandung pucuk tebu
Bersih dari daduk-daduk (pelepah daun yang mengering)
Berumur maksimum 36 jam setelah tebang.
Kemudian hasil panen tersebut diangkut dengan menggunakan truk yang ada baknya
(truk box), hal tersebut berkaitan dengan hasil tebangan Cane Harvester berbentuk potongan
dengan panjang 20 – 30 cm. Pada saat pembongkaran muatan, tebu dengan tebangan
Chopped Cane harus diprioritaskan, tebu langsung ditampung di meja tebu (feeding table).
Stuktur rancangan pabrik gula
Simulasi pembuatan pabrik gula
Luas areal pembangunan pabrik gula sekitar 250 ha,dengan menelan biaya sekitar 500
miliyar,areal pembangunan pabrik tebu sedikit trategis karena dekat dengan wilayah kota dan
sungai,dimana sungai sebagai tempat pembuangan limbah dari pengolahan tebu menjadi gula.
PENGIRIMAN DAN PENIMBANGAN TEBU
Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan : trailer
(tebu urai), truk bak dan truk loss bak (tebu ikat), melewati jembatan timbang dengan sistem
komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomor petak, lokasi, jenis tebang, nama
pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran). Selanjutnya, truk dan trailer yang telah
dibongkar, meninggalkan pabrik melewati jembatan timbang keluar untuk pengambilan data
berat kendaraan kosong
PENGENDALIAN OPERASIONAL PERALATAN PABRIK
Pengendalian peralatan pabrik pada masing-masing stasiun melalui ruang pusat
kendali yang ditempatkan pada posisi paling leluasa bagi operator untuk memonitor aktivitas
dan berhubungan dengan petugas jaga peralatan di lapangan. Pada bagian tertentu yang tidak
memungkinkan bagi operator melihat langsung secara visual, dilengkapi dengan kamera
CCTV dari pusat ruang kendali. Sistem pengendalian menggunakan programmable logic
control (PLC) dipadukan dengan supervisory system sebagai piranti kendali dan informasi
data trending
PENANGANAN TEBU
Berbagai peralatan bongkar (unloading) tebu dipasang menyesuaikan dengan model
angkutan yang ada, tebu yang diangkut menggunakan trailer dibongkar menggunakan side
unloader yang terpasang pada 2 unit gantry crane, selanjutnya Hydraulic cane grab pada
gantry crane bekerja menumpuk dan mengumpan pada cross cane carrier.
Wheel loader disamping digunakan untuk membongkar dan menumpuk tebu loss bak di
pelataran juga dipergunakan sebagai sarana pengumpan dan perata pada main cane carrier.
Untuk meningkatkan kapasitas umpan langsung pada main cane carrier , tahun 2001
dipasang 1 unit cane feeder table yang dilengkapi dengan hydraulic cane lifter yang dapat
melayani tebu yang diangkut dengan trailer dan hydraulic truck tippler untuk melayani truk
bak ataupun truk loss bak.
PREPARASI TEBU
Sebelum tebu diperah pada unit gilingan, terlebih dahulu dilakukan preparasi untuk
membuka sel-sel tebu, tebu diumpankan kedalam 1st. main cane carrier dari cross carrier
#1, cross carrier #2 dan Feeder table diangkut menuju unit mesin pemotong pertama (1st.
cane cutter), kemudian dengan 2nd. elevating cane carrier menuju unit pemotong tebu kedua
(2nd. cane cutter), dan selanjutnya menggunakan unit heavy duty shredder hammer tebu
dihancurkan. Tingkat open cell yang dicapai pada unit preparasi ini 90.92%.
EKSTRAKSI NIRA
Enam unit gilingan jenis 4-roller disusun secara seri digunakan sebagai unit ekstraksi
nira, masing-masing unit gilingan digerakkan dengan tenaga turbin uap. Tingkat ekstraksi
sukrosa dari unit gilingan ini pada kisaran 95 - 96%. Nira mentah dari gilingan dipompa
menuju stasiun pemurnian setelah terlebih dahulu melewati sebuah magnetic flow meter
untuk memonitor dan merekam laju alirannya dalam satuan m3/jam, kemudian ampas tebu
yang disebut bagasse menuju stasiun pembangkit uap untuk digunakan sebagai bahan bakar
pada ketel uap (Boiler).
PEMURNIAN
Pemisahan kotoran dilakukan dalam bejana pengendap single tray SRI clarifier ( yang
telah dimodifikasi menjadi perforated clarifier ) yang merupakan rangkaian tahapan
pengaturan suhu, pH, waktu dan penambahan bahan pembantu (susu kapur, gas belerang dan
flokulan). Tingkat kekeruhan (turbidity) nira yang dicapai pada level 70 - 100 derajat NTU.
Endapan kotoran dari clarifier dicampur dengan bagacillo kemudian ditapis menggunakan 6
buah vacuum filter menghasilkan limbah padat berupa blotong (filter cake) yang kemudian
dikirim kembali ke kebun sebagai pupuk organik.
PENGUAPAN (EVAPORATION)
Proses pengentalan nira jernih dilaksanakan dengan bejana penguap (evaporator).
Guna meminimalisasikan kebutuhan uap, stasiun evaporator dirancang dengan konsep
maximum vapour bleed. Bejana (evaporator) disusun dengan sistem quintuple effect yang
terdiri dari sembilan buah bejana jenis Roberts
KRISTALISASI
Kristal gula dibuat dalam Vacuum Pans melalui proses pembesaran kristal hingga
mencapai ukuran yang dikehendaki dengan cara memasukkan nira kental (syrup), gula
leburan, molasses kedalam pans pada kondisi temperatus dan vacuum yang terkendali. Hasil
resultan dari kristalisasi adalah berupa massecuite (campuran kristal gula dengan molasses).
PEMISAHAN KRISTAL GULA DAN MOLASSES
Bila satu siklus proses masak pembesaran kristal telah selesai, massecuite dari
vacuum pans kristalisasi dituangkan kedalam strike receiver sambil melanjutkan
pertumbuhannya. Kristal gula dipisahkan dari molasses menggunakan sebuah basket
berlubang yang diputar sampai pada kecepatan tertentu sehingga molasses terlepas dari
kristal gula akibat gaya sentrifugal (centrifugals machine).
PENANGANAN DAN PENGEMASAN PRODUK
Setelah proses pemisahan kristal gula produk (SHS) dikondisikan melalui sebuah unit
fluidized bed vibrating cooler dengan maksud untuk menurunkan tingkat kelembaban serta
meningkatkan kualitas penyimpanan, kemudian dilakukan pemilahan ukuran butiran
menggunakan vibrating screen. Kristal gula kemudian ditampung dalam sugar bin untuk
selanjutnya dilakukan penimbangan dan pengemasan. Sensor pengirim sinyal bobot pada
timbangan digunakan jenis load cell. Untuk menjamin keakuratan berat kristal dalam
kemasan, mekanisme kerja mesin timbangan dan pengemasan bekerja secara integral yang
dikendalikan secara otomatis. Setiap informasi penyimpangan terekam dan secara otomatis
sistem memberi peringatan.
Keperluan budidaya tebu dan pabrik gula
1. Pabrik akan membutuhkan tanaman tebu seluas 900 ha
2. Jika kepemilikan lahan petani rata-rata setengah ha berarti akan melibatkan petani
tebu 10.00 - 12.00 orang.
3. Melibatkan tenaga kerja lebih dari 2000 orang untuk memelihara dan menanam tebu
dikebun.
4. Membutuhkan tenaga penebang tebu 1500 - 2000 orang.
5. Membutuhkan armada truck untuk angkut tebu + 250 truck tiap hari.
6. Melibatkan 4 - 6 KUD sebagai penyalur pupuk, kredit garapan, tenaga tebang dan lain -lain.
7. Melibatkan sekitar 10 – 15 truck pengangkut gula dan sekitar 5 - 10 Truck
pengangkut tetes tiap hari.
8. Beridirinya pabrik gula meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat disekitar
pabrik
ISU-ISU POKOK
Fase Komponen LH Jenis Dampak
Prakontruksi Status lahan Kerasahan sosial akibat pembebasan lahan
Kontruksi Kualitas udara Debu,bising dan gas pencemaran
Operasi Kualitas air Pencemaran air sungai dari zat kimia
pengolahan gula
Pasca Operasi Betang alam Lubang dalam bekas galian dsb
Anonimos. 2008. Standart Kualitas Bibit Tebu. http://www.disbunjatim.co.id Diakses tanggal 3 Mei 2013.
Anonimos. 2007. Teknis Budidaya Tebu. http://teknis budidaya-tebu.html. Diakses tanggal 6 Mei 2013.
Adisewojo, R.S. 1991. Bercocok Tanam Tebu (Saccharum Officinarum). Bale
Bandung. Bandung.
Burham, D. 2009. Cara Penanaman Tebu. http://cerianet-agricultur blogspot.co.id/
/2010/06/penanaman tebu.html. Diakses tanggal 6 Mei 2013.
Muljana, W. 1983. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu dengan Segala
Permasalahannya. Aneka Ilmu. Semarang.
Sutardjo, R.M. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta.
Indraningsih, K,C., dan H. Malian. 2004. Perspektif Pengembangan Industri Gula di
Indonesia. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor
Herianto. 2001. Sumber Pendapatan Petani Tebu di Desa Sukopuro KecamatanJabung Kabupaten Malang. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Subiyono, dan Rudi Wibowo. 2005. Agribisnis Tebu: Membuka Ruang Masa DepanIndustri Berbasis Tebu Jawa Timur. PERHEPI. Jakarta.
Soerjadi.1983. Pabrikasi Gula. Yogyakarta: LPP Yogyakarta.
Soemarno.1991. Dasar-dasar Teknologi Gula. Yogyakarta: LPP Yogyakarta.
Tjokroadikoesoemo.1984. Ekstraksi Nira Tebu. Surabaya: Yayasan Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi Industri.
Moerdokusumo. 1993. Pengawasan Kualitas Dan Teknologi pembuatan Gula Di Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.