Post on 23-Mar-2019
PENERAPAN BELAJAR EKSPERIENSIAL EFEKTIF MENGEMBANGKAN SELF-REGULATED LEARNING MAHASISWA
OlehDarmiany
Abstrak: Fenomena yang teramati di sejumlah kampus menunjukkan bahwa para mahasiswa nampaknya masih belum menghayati budaya belajar di perguruan tinggi. Oleh karena itu, sebagai dosen, peneliti merasa terpanggil untuk secara langsung ikut serta dalam memperbaiki budaya belajar tersebut melalui Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yang merajut latihan dan pemanfaatan metakognisi, motivasi dan perilaku yang diduga efektif, karena mecerminkan sosok seorang Life-long Learner, terlepas dari Bidang Vokasi atau A-Vokasi yang kebetulan dia tekuni.
Pilihan untuk menggunakan format penelitian tindakan kelas ini dilakukan, karena melalui penelitian tindakan kelas, baik intervensi perbaikan yang dilakukan, maupun dampaknya kepada (a) penumbuhan kemampuan melakukan Self-Regulated Learning, maupun (b) pemanfaatannya dalam meningkatkan kualitas pembelajan dalam sesuatu Mata Kuliah tertentu langsung dihayati secara bersama-sama oleh Dosen dan Mahasiswa sepanjang rentang transaksi pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas ini dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan itu dalam 3 siklus pembelajaran.
Keberhasilan mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar implisit bermaknakan keberhasilan penerapan model pembelajaran tersebut terhadap peningkatan prestasi belajar Pada titik ini dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran eksperiensial siklik itu dapat direkomendasikan sebagai salah satu model untuk kemampuan melakukan Self-Directed Learning yang merupakan hasil tambahan dari Pengalaman belajar yang dijalani (Nurturant effect), (Joyce dan Weil, 1972).
Kata kunci : experiential learning, self-regulated learning (SRL), penelitian tidakan kelas (PTK)
Tuntutan belajar di perguruan tinggi mengharuskan mahasiswa untuk belajar lebih
mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang lebih
terarah dan intensif sehingga memungkinkan mahasiswa tampil produktif, kreatif, dan
inovatif. Bekal utama yang dibutuhkan mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
tersebut adalah memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengatur kegiatan belajar,
mengontrol perilaku belajar, dan mengetahui tujuan, arah, serta sumber-sumber yang
mendukung untuk belajarnya.
Fakta empirik dari sejumlah hasil penelitian di Indonesia seperti penelitian yang
dilakukan Daharnis UMP (2005), Rahman dkk UMN (2004), dan Suarta UNRAM (2001),
menunjukkan bahwa para mahasiswa nampak masih belum menghayati budaya belajar di
perguruan tinggi dan belum dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus. Bahkan
1
mereka beranggapan ketidak hadiran dosen sebagai suatu hal yang sangat menyenangkan,
sehingga banyak diantara mereka memperoleh prestasi rendah, kurang sesuai dengan
harapan.
Gambaran masalah kebiasaan belajar mahasiswa seperti dijelaskan di atas tidak sesuai
dengan tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, harus diatasi paling tidak diubah ke arah yang
lebih baik agar menghasilkan lulusan yang mampu belajar secara mandiri, mampu mengatur
tingkah lakunya secara dinamis dan fleksibel dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
kehidupannya.
Untuk mencapai hal di atas, mahasiswa membutuhkan self-regulated learning (SRL)
dalam belajar. SRL dibutuhkan mahasiswa agar mereka mampu mengatur dan mengarahkan
dirinya sendiri, mampu menyesuaikan dan mengendalikan diri, terutama bila menghadapi
tugas-tugas yang sulit. Schunk (1989), mengemukakan bahwa mahasiswa dikatakan
melakukan self-regulation dalam belajar bila mereka secara sistematis mengatur perilaku dan
kognisinya dengan memperhatikan aturan yang dibuat sendiri, mengontrol berjalannya suatu
proses belajar dan mengintegrasikan pengetahuan, melatih untuk mengingat informasi yang
diperoleh, serta mengembangkan dan mempertahankan nilai-nilai positif belajarnya.
Mahasiswa dikatakan telah menerapkan self-regulated learning apabila mahasiswa
tersebut memiliki strategi untuk mengaktifkan metakognisi, motivasi, dan tingkah laku dalam
proses belajar mereka sendiri (Zimmerman dan Martinez-Ponz, 1990, Zimmerman, 1989).
Kebiasaan mengatur dan mengarahkan diri sendiri diharapkan dapat terbentuk dalam diri
mahasiswa, terutama dalam belajar.
Self-regulated learning menempatkan pentingnya kemampuan seseorang untuk belajar
disiplin mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila menghadapi tugas-tugas yang
sulit. Pada sisi lain, self-regulated learning menekankan pentingnya inisiatif karena SRL
merupakan belajar yang terjadi atas inisiatif. Mahasiswa yang memiliki inisiatif menunjukkan
kemampuan untuk mempergunakan pemikiran-pemikirannya, perasaan-perasaannya, strategi
dan tingkah lakunya yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan (Zimmerman, 2002).
Begitu juga dalam hal belajar, mahasiswa yang sudah tahu pasti tujuan dari kegiatan
belajarnya akan mengarahkan segala pemikiran, perasaan, penerapan starategi, dan tingkah
lakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mempertahankan prestasi
akademiknya (Paris & Newman, 1990). Maka, betapa efektifnya belajar jika mahasiswa
memiliki keterampilan self-regulated learning (SRL). Oleh sebab itu, sebaiknya sejak
pendidikan dasar hingga perguruan tinggi siswa perlu diajarkan bagaimana menerapkan self-
regulated learning (SRL) dalam belajar. Pikiran, perasaan, strategi, dan tingkah laku yang
2
sudah terarah pada tujuan pembelajaran merupakan suatu modal yang paling penting dalam
terlaksananya proses belajar.
Di perguruan tinggi, penanggulangan permasalahan dan pembimbingan terhadap
mahasiswa dapat dilakukan oleh dosen dan dosen pembimbing (konselor, dosen wali atau
dosen penasehat akademik). Upaya penanggulangan dan pembimbingan tersebut akan lebih
efektif bila dilakukan secara terprogram dan melalui kerjasama antara dosen bidang studi
dengan pembimbing/dosen wali, dan dengan berbagai pihak terkait lainnya di lingkungan
Perguruan Tinggi tersebut. Hal ini penting karena permasalahan dan tingkah laku belajar
mahasiswa terbentuk dan dapat dikembangkan oleh lingkungan (Guerin, Corey, Kann dan
Hanna dalam Daharnis, 2005) agar program dan kerjasama penanggulangan permasalahan
(berkenaan dengan prestasi, dan kegiatan belajar sebagaimana dikemukakan di atas) dan/atau
program pembimbingan terhadap mahasiswa dapat disusun dengan baik sehingga terjadi
peningkatan mutu kegiatan belajar dan prestasi belajar mahasiswa.
Oleh karena itu, sebagai Dosen, Peneliti merasa terpanggil untuk secara langsung ikut
serta dalam memperbaiki budaya belajar tersebut melalui Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research), yang merajut latihan dan pemanfaatan metakognisi, motivasi
dan perilaku yang diduga efektif, karena mencerminkan Sosok seorang Life-long Learner,
terlepas dari bidang vokasi atau A-Vokasi yang kebetulan dia tekuni. Sebagaimana diketahui,
kerangka pikir pembelajaran informal melalui pengalaman kerja khususnya dan pengalaman
hidup umumnya untuk penumbuhan kemampuan seorang Life-long Learner itu, semula
digagas oleh David Kolb, yang dikemas dalam sebuah buku dengan judul Experiential
Learning: Experience as a Source of Knowledge and Development (Kolb, 1984). Secara lebih
rinci kerangka pikir Experiential Learning itu terdiri atas (1) concrete experinece, (2)
reflective observation, (3) abstract conceptualization, dan (4) active experimentation.
Selama ini, dosen program studi maupun dosen wali dan konselor di Perguruan Tinggi
kurang memperhatikan aspek psikologis mahasiswa. Dosen hanya menjelaskan materi sesuai
target kurikulum, sehingga persoalan masalah-masalah belajar seperti, bagaimana mahasiswa
mengatur waktu belajar, mencapai target prestasi, kurang mendapat perhatian dosen
(terabaikan).
Menurut Jonassen (dalam Wangid, 2006), strategi belajar sangat diperlukan agar proses
belajar menjadi lebik efektif. Hal ini didukung pula oleh hasil penelitian dari Pintrich & De
Groot (1991) yang menemukan adanya hubungan antara strategi belajar dengan hasil unjuk
kerja. Kualitas belajar bagaimanapun juga bergantung pada strategi yang digunakan oleh
3
individu. Brown dan Volet (dalam Vermunt, 1998) menyatakan fungsi SRL secara konkret
adalah merencanakan proses belajar, memantau kemajuan belajar, mendiagnosis sebab-sebab
terjadinya kesulitan yang muncul selama proses belajar, dan menentukan tujuan (target yang
harus dicapai) dalam belajar.
Fungsi SRL secara konkrit yang dikemukakan oleh Brown dan Volet tersebut di atas
diterapkan oleh mahasiswa dalam mata kuliah perkembangan peserta didik secara
menyeluruh selama satu semester. Pelatihan penggunaan SRL dalam belajar dilakukan
melalui pembelajaran dengan menggunakan kerangka dasar model pembelajaran experiential
learning yang dikembangkan oleh Kolb menggunakan Pendekatan Penelitian Tindakan
Kelas.
Pilihan untuk menggunakan format penelitian tindakan kelas ini dilakukan, karena
melalui penelitian tindakan kelas, baik intervensi perbaikan yang dilakukan, maupun
dampaknya kepada baik (a) penumbuhan kemampuan melakukan Self-Regulated Learning,
maupun(b) pemanfaatannya dalam meningkatkan kualitas pembelajan dalam sesuatu mata
kuliah tertentu itu, langsung dihayati secara bersama-sama oleh Dosen dan Mahasiswa
sepanjang rentang transaksi pembelajaran. Secara lebih spesifik, keunggulan dari Strategi
Pembelajaran Experiensial itu, adalah karena belajar informal melalui pengalaman itu
menjanjikan 2 jenis hasil, yaitu (a) penguasaan dampak langsung pembelajaran dalam mata
kuliah tertentu (Instructional efect), sekaligus disertai (b) penumbuhan kemampuan untuk
melakukan Self-Directed Learning yang merupakan hasil tambahan dari pengalaman belajar
yang dijalani (Nurturant effect, (Joyce dan Weil, 1972). Hasil dari penerapan keempat modus
tindakan belajar tersebut dilaporkan oleh tiap mahasiswa melalui wahana jurnal kegiatan
belajar harian. Oleh karena itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas, baik segi peningkatan
kemampuan melakukan Self-Directed Learning, maupun dari segi kualitas pembelajaran,
terlebih dahulu perlu ditetapkan suatu kriteria keberhasilan. Pada gilirannya, keberhasilan
dalam meraih tingkat kriteria keberhasilan inilah, yang digunakan sebagai rujukan penilaian
sepanjang rentang transaksi pembelajaran. Akan tetapi, yang juga penting dicatat pada
kesempatan ini adalah bahwa kerangka pikir pembelajaran eksperiensial ini, tidak hanya
dapat dimanfaatkan oleh pebelajar dewasa, melainkan juga dapat dimanfaatkan oleh siapa
pun juga, yang merasa terusik untuk belajar secara cerdas dari pengalamannya, meskipun
hasilnya tidak selalu direkam dalam bentuk suatu professional journal yang baku (Holly,
1984). Dengan kata lain, rekaman hasil dari Experiential Learning ini, secara produktif dapat
dimanfaatkan oleh Mahasiswa S-3, Mahasiswa S-2 atau Mahasiswa S-1 yang tengah
mempersiapkan proposal penelitian, anggota tim studi banding yang mempelajari praktek
4
dalam penanganan sesuatu masalah yang dilakukan oleh sesuatu lembaga atau sesuatu
negara, wartawan yang mengumpulkan bahan untuk mengusun artikel Investigstive Reporting
tentang sesuatu topik, dan sebagainya. Bahkan seorang Balita usia 4 ½ tahun pun, juga dapat
memanfaatkan Experiential Learning ini untuk menumbuhkan empati, misalnya jika ia
merasa terusik ketika melihat perbedaan cara bersembahyang dari jum’at yang memeluk
agama yang berbeda.
Penerapan model pembelajaran dengan empat modus dasar seperti dijelaskan di atas,
memberi kesempatan pada mahasiswa untuk belajar mengalami. Dengan demikian,
mahasiswa dapat memonitor kemampuan diri sendiri untuk membuat perencanaan dan
pemantauan terhadap hasil belajar terkait tingkat penguasaan materi pembelajaran dan
keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik secara baik. Kemauan belajar yang
kuat dan penetapan tujuan belajar yang jelas akan memacu setiap individu untuk rajin belajar
dan berusaha mencapai tujuan dan target belajar yang telah ditetapkan.
Berangkat dari uraian di atas, fokus masalah yang dikaji dalam penelitian ini,
dirumuskan sebagai berikut, ”belajar eksperiensial yang diterapkan melalui pembelajaran
mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik dapat memotivasi mahasiswa untuk
menggunakan self-regulated learning (SRL) dalam belajar sehingga penguasaan terhadap
materi pembelajaran menjadi lebih baik”.
Penelitian tindakan kelas ini ditujukan untuk mengetahui dampak pembelajaran
eksperiensial dalam penumbuhan SRL dan peningkatan penguasaan tujuan instruksional mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik tersebut, yang hasil implementasinya direkam melalui
akumulasi Jurnal Kegiatan Belajar harian.
Untuk memicu motivasi mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar, hasil jurnal belajar
yang berhasil dikumpulkan mahasiswa secara tertulis, dinilai dan bagi yang berhasil membuat
jurnal sesuai kriteria hasilnya diumumkan di depan kelas.
Penerapan pembelajaran eksperiensial dalam proses belajar mengajar ini diharapkan
mampu mengubah kebiasaan belajar mahasiswa dari cara-cara belajar yang instan, menjadi
cara belajar yang lebih baik yaitu menerapkan SRL sehingga dapat meningkatkan penguasaan
lebih baik terhadap materi pembelajaran dan memiliki sikap belajar yang lebih bertanggung
jawab.
Metode
5
Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) sehingga besarnya sampel meliputi seluruh populasi kelas. Subyek penelitian
melibatkan mahasiswa peserta mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik (Program
Studi S-1 FMIPA Pendidikan Matematika UM) semester genap tahun 2007/2008. Ini berarti
bahwa seluruh populasi kelas, yang terdiri atas 52 orang itu, dilibatkan sebagai subyek
perlakuan.
Desain penelitian terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan observasi dan evaluasi, serta refleksi yang diikuti perencanaan ulang. Instrumen
yang digunakan adalah jurnal belajar harian, dan pedoman wawancara. Materi pelatihan yang
diajarkan adalah melatih mahasiswa menggunakan SRL dalam belajar dengan siklus belajar
eksperiensial untuk mencapai tingkat penguasaan tujuan instruksional pembelajaran.
Langkah-langkah belajar yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Concrete Experience.
Pengalaman konkrit mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar dan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan dosen dilaporkan dalam jurnal belajar harian. Setiap
pembelajaran berlangsung peneliti melakukan penagihan dan pengecekan hasil jurnal
belajar, menganalisis isi jurnal terkait penerapan SRL dan penguasaan materi
pembelajaran melalui interaksi pembelajaran dengan cara mengajukan pertanyaan secara
acak pada lima sampai enam orang mahasiswa untuk menjelaskan hasil jurnal terkait
SRL dan pemahaman materi pembelajaran. Sambil melaksanakan tindakan-tindakan
pembelajaran tersebut peneliti mengamati, mencatat, dan memberi balikan serta motivasi
pada setiap kejadian dan hasil belajar mahasiswa yang mengindikasikan penerapan SRL.
2) Reflective Observation
Berdasarkan laporan jurnal belajar harian yang terkumpul, mahasiswa bersama dosen
melakukan pengamatan reflektif atas evidence hasil pembelajaran dikaitkan dengan
penggunaan SRL dalam belajar, dan tingkat penguasaan materi pembelajaran.
Melakukan diskusi terhadap hal-hal yang telah dilakukan apakah telah sesuai dengan
konsep penerapan SRL.
3) Abstract Conceptualization (refleksi kesimpulan) tentang tingkat ketercapaian
kriteria keberhasilan PTK
Tahap ini merupakan tahap refleksi kesimpulan pada tiap siklus tentang tingkat
ketercapaian kriteria keberhasilan tindakan pembelajaran dalam penumbuhan SRL dan
6
peningkatan penguasaan tujuan instruksional mata kuliah serta diskusi tentang upaya-
upaya perbaikan yang harus dilakukan mahasiswa dalam belajar untuk diterapkan pada
siklus berikutnya.
4) Active Experimentation
Active experimentation berupa tindak pembelajaran yang dilakukan peneliti untuk
menugaskan kembali mahasiswa membuat jurnal belajar berdasarkan atas perbaikan-
perbaikan penerapan SRL dalam belajar sesuai kriteria, yang akan menghasilkan
concrete experience pada siklus berikutnya.
Tindakan pembelajaran berlangsung sebanyak 3 siklus. Siklus I terdiri atas 4 kali
tatap muka di kelas, satu nilai tugas yang digabung dari beberapa tugas (U1). Kegiatan siklus
II dengan 4 kali tatap muka, satu kali ujian tengah semester (U2), dan siklus III dengan 4 kali
tatap muka, sekali ujian akhir semester. Instrumen pengumpulan data berupa (1) jurnal
kegiatan belajar harian (instrumen kunci), (2) focus group discussion, (3) tes untuk
mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa, dan (4) angket respon mahasiswa terhadap
pembelajaran.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu
mendeskripsikan hasil penerapan SRL mahasiswa dalam belajar melalui pembelajaran
eksperiensial. Teknik ini dilakukan dengan cara menugaskan mahasiswa untuk merekam
seluruh kegiatan belajar yang dilakukan mahasiswa (menerapkan SRL) dalam jurnal belajar
harian dan dilaporkan secara tertulis oleh semua mahasiswa satu kali seminggu dalam tiga
siklus pembelajaran (satu semester).
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif yang dilakukan pada setiap
siklus berdasarkan skor perapan SRL dalam belajar berdasarkan tingkat penguasaan materi
pembelajaran di masing-masing pertemuan. Penilaian dari 13 item yang tercantum dalam
jurnal belajar harian menghasilkan skor 13 – 52. Deskripsi skor diklasifikasikan atas 3 kelas
interval, yaitu kurang, cukup dan baik. Nilai rentang yang mungkin terjadi pada setiap skor
adalah 52 – 13 = 39, jika akan dibagi menjadi 3 kelas interval kategori penerapan SRL yang
dikaitkan dengan penguasaan materi pembelajaran, maka diperoleh nilai interval 39/3 = 13.
7
Hasil Penelitian
Kegiatan pembelajaran pada siklus I, II, dan III, menerapkan pembelajaran
eksperiensial dalam memotivasi mahasiswa menggunakan SRL dalam belajar. Pada siklus I,
penerapan SRL dalam belajar yang dikaitkan dengan penguasaan materi pembelajaran
berdasarkan hasil refleksi, secara umum belum berhasil memotivasi mahasiswa menerapkan
SRL dalam belajar. Meskipun terjadi peningkatan penerapan SRL pada tiap pertemuan, akan
tetapi belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Ringkasan hasil penilaian penerapan
SRL tiap siklus sebagai berikut.
Tabel 1 Hasil skor penerapan SRL dalam siklus siklus 1
SRL Skor Frekuensi Persentase
Kurang 13 – 25 46 88,5
Cukup 26 – 38 6 11,5
Baik 39 – 52 - -
Total 52 100,0
Tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu sekitar 88,5% mahasiswa
belum mampu menerapkan SRL dalam belajar melalui penulisan jurnal belajar. Oleh sebab
itu, pelatihan penerapan SRL dalam belajar dilanjutkan kembali pada siklus II dengan
menugaskan kembali mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar dan merekamnya dalam
jurnal belajar harian.
Tabel 2 Hasil Skor Penerapan SRL pada Siklus 2
SRL Skor Frekuensi Persentase
Kurang 13 – 25 3 5.8
Cukup 26 – 38 45 86.5
Baik 39 – 52 4 7.7
Total 52 100,0
Hasil analisis jurnal tertulis yang dilaporkan mahasiswa pada siklus II, menunjukkan
bahwa sebagian besar item-item jurnal belajar terisi secara lengkap yaitu mencapai 86,5%
mahasiswa mencapai kategori cukup dalam menerapkan SRL, 7,7% kategori tinggi, dan
hanya 5,8% ada pada kategori kurang. Artinya, terjadi peningkatan yang cukup signifikan
8
kemampuan mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar pada siklus dua dibanding siklus
pertama, meskipun berdasarkan kriteria untuk item penguasaan terhadap konsep-konsep
penting materi pembelajaran, masih ditemukan mahasiswa yang tidak mampu menjawab
secara lengkap. Penerapan SRL mahasiswa dalam belajar pada tabel 2 di atas, menunjukkan
bahwa sebagian besar (88.5%) ada pada kriteria cukup, artinya mahasiswa mulai mampu
menerapkan SRL dalam belajar meskipun belum ada mahasiswa yang mencapai kriteria baik.
Peningkatan penerapan SRL dalam belajar pada sebagian besar mahasiswa memberi
sumbangan yang cukup signifikan pada perolehan nilai ujian tengah semester (U2), seperti
terlihat pada tabel 3.
Tabel 3 Distribusi Nilai UTS (U2) Siklus 2
Kriteria Rentang Skor Frekuensi PersentaseA ≥ 80 11 21.1B+ 75 – 79 8 15.4B 70 – 74 8 15.4
C+ 65 – 69 11 21.1C 60 – 64 8 15.4
D+ 55 – 59 2 3.8D 50 – 54 4 7.6E - - -
Tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa 21.1% mahasiswa memperoleh nilai A, nilai B +
dan B mencapai 30.8 %, nilai C+ dan C 36.5%, serta nilai D+ dan D 11.4%. Dari data ini,
diketahui bahwa mahasiswa belum mampu mencapai target yang ditetapkan, walaupun sudah
mengalami peningkatan dibanding dengan siklus I. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan
pada siklus III.
Tabel 4 Hasil Skor Penerapan SRL pada Siklus 3
SRL Skor Frekuensi PersentaseKurang 13 – 25 3 5.8Cukup 26 – 38 42 80.8Baik 39 – 52 7 13.4Total 52 100,0
9
Penerapan SRL mahasiswa pada siklus 3 menunjukkan bahwa sebagian besar (80.8%)
ada pada kriteria cukup, dan 13.4% mencapai kriteria baik, meskipun masih ditemukan
sebagian kecil (5.8%) mahasiswa tidak menerapkan SRL dalam belajar. Artinya, mahasiswa
mulai menyadari bahwa penerapan SRL penting dalam belajar. Hal ini berpengaruh terhadap
tingkat penguasaan materi pembelajaran mahasiswa (seperti dijelaskan pada tabel 5 tentang
hasil nilai ujian akhir semester).
Tabel 5 Hasil Skor Nilai Ujian Akhir pada Siklus 3
Kriteria Rentang Skor Frekuensi PersentaseA ≥80 15 30.76B+ 75 – 79 8 15.3B 70 – 74 8 15.3
C+ 65 – 69 13 25.0C 60 – 64 6 11.5
D+ 55 – 59 7 13.4D 50 – 54 5 9.6E <53 0 0
Jumlah 52 100
Tabel 5 di atas menunjukkan sebagian besar mahasiswa mencapai 29% berhasil meraih
skor nilai 80-95 (nilai A dan A-), 48% berhasil memperoleh skor nilai 70-78 (nilai B+ dan
B), 23% memperoleh skor nilai 60-69 (nilai C+ dan C), dan tidak terdapat mahasiswa yang
memperoleh skor dibawah 60. Artinya, penerapan SRL dalam belajar membawa mahasiswa
pada keberhasilan penguasaan materi pembelajaran dengan baik sehingga 100% mahasiswa
lulus dalam mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik.
PEMBAHASAN
Penerapan belajar eksperiensial melalui pembejaran mata kuliah berhasil memotivasi
mahasiswa menggunakan self-regulated learning (SRL) dalam belajar. Hal ini ditunjukkan
dari hasil jurnal belajar secara kualitas meningkat, begitu pula dengan aspek disiplin
mahasiswa. Secara umum, mahasiswa melaksanakan kegiatan belajar secara rutin setiap hari
sesuai target dan jadwal yang telah disiapkan. Mereka tidak lagi merasa terpaksa melakukan
10
kegiatan belajar setiap hari (menerapkan SRL) akan tetapi merasa senang dan mulai
menyadari bahwa itu adalah kewajiban sebagai mahasiswa.
Dengan jurnal belajar harian, mahasiswa dilatih untuk memiliki kemampuan mengatur
belajarnya sendiri, dapat mengganti cara belajarnya secara lebih akurat, menentukan mana
cara belajar yang kurang efektif untuk kemudian mengubah sendiri menjadi lebih sesuai, dan
membentuk pribadi yang lebih memiliki kesadaran diri untuk meningkatkan efektifitas diri
(Zimmerman: 1998).
Keberadaan dan manfaat jurnal belajar semakin dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa
pada saat menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti secara acak setiap pertemuan
pembelajaran, dan pada saat mahasiswa mengikuti ujian baik ujian tengah semester maupun
ujian akhir. Mahasiswa yang sungguh-sungguh menulis jurnal belajar dengan disiplin dan
usaha keras nampak penguasaan materinya lebih baik daripada mahasiswa yang hanya
menulis seadanya. Pembelajaran experiential learning juga berdampak pada terpicunya
mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar.
Dapat dikatakan bahwa dalam kurun waktu tertentu dengan pembelajaran yang
menyenangkan terjadi pula pembelajaran yang menyenangkan (the joy of learning). Kondisi
ini telah memberikan makna pada sebagian besar mahasiswa dalam menemukan cara/strategi
belajar yang cocok bagi dirinya yang kemudian diterapkan secara konsisten sehingga terjadi
proses belajar dari pengalaman.
Pembelajaran eksperiensial dengan langkah-langkah Davd Kolb (concrete experience,
reflective observation, abstract conceptualizations, dan active experimentation) yang
berlangsung secara siklikal memberi sumbangan yang cukup efektif dalam mengubah
kebiasaan mahasiswa menggunakan self-regulated learning (SRL) dalam belajar. Penerapan
SRL dalam belajar berhasil membawa mahasiswa pada prestasi yang cukup menggembiran
khususnya pada mata kuliah Perkembangann Belajar Peserta Didik yaitu semua (100%)
mahasiswa lulus, dan sebagian besar 77% memperoleh nilai A dan B dan hanya 23%
memperoleh nilai C+ dan C. Mahasiswa yang menggunakan SRL dalam belajar ternyata
memiliki kemampuan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang telah ditetapkan sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kemampuan penerapan SRL dalam
belajar semakin tinggi pula prestasi yang mampu diraih mahasiswa (senada dengan hasil
penelitian Purdie, et al. (1996).
Penggunaan empat modus secara siklus dalam belajar dan pembelajaran disertai tagihan
dan balikan dari dosen, memberi kesempatan pada mahasiswa belajar melalui mengalami.
Semakin intensifnya kesempatan untuk belajar dari mengalami akan memicu terjadinya
11
perkembangan yang progresif pada diri mahasiswa. Artinya, setiap pertemuan pembelajaran,
pemanfaatan sejumlah modus dasar yang ditantang oleh situasi belajar yang diciptakan
peneliti, mahasiswa memperoleh kemanfaatan dalam bentuk pengetahuan yang lebih tinggi
mutunya, lebih mantap strukturnya, dan lebih luas cakupannya. Oleh karena itu, dengan
berjalannya waktu lingkaran belajar eksperiensial akan menjadi spiral belajar eksperiensial
yang mencerminkan proses, hasil, serta kemampuan belajar yang semakin meningkat
(Kolb:1984).
Dari pemaknaan atas akumulasi Jurnal Harian ini, ternyata secara bertahap, Penelitian
Tindakan Kelas ini dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan itu dalam 3
siklus pembelajaran. Pada akhir siklus pertama, sebagian besar mahasiswa belum mampu
menerapkan SRL melalui penulisan jurnal. Dalam pada itu, sebagian kecil (kurang dari 10%)
mahasiswa yang menemui kesulitan dan oleh karena itu malas membuat jurnal dan, bahkan
menjelang akhir Siklus II, masih ada mahasiswa yang menolak membuat jurnal belajar. Akan
tetapi dengan arahan dan bimbingan secara terus menerus yang kemudian, juga disertai
pemberitahuan menjelang akhir siklus II bahwa kemampuan menyusun jurnal sesuai kriteria
yang telah ditetapkan itu, akan dinilai dan hasilnya akan diumumkan di depan kelas, maka
semakin besar jumlah Mahasiswa mulai termotivasi untuk belajar sambil menulis, bahkan
menjealng akhir siklus III, mereka sudah mulai terbiasa membuat rencana dan target setiap
belajar, mulai aktif melakukan kegiatan mandiri, mencari, dan membahas tambahan bahan
dari berbagai sumber, dan pada siklus III, telah nampak jelas, bahwa secara keseluruhan,
pencapaian Kriteria Keberhasilan, berupa perbaikan persiapan diri (penerapan SRL) sehingga
berimbas kepada peningkatan penguasaan tujuan instruksional Mata Kuliah Perkembangan
Peserta Didik.
SIMPULAN DAN SARAN
simpulan
Belajar eksperiensial melalui empat tahap secara siklikal yaitu concrete experience,
reflective observation, abstract conceptualization, dan active experimentation dalam
pembelajaran matakuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik yang dilakukan dalam tiga
siklus, berhasil memotivasi mahasiswa untuk menerapkan SRL dalam belajar. Meningkatnya
12
penerapan SRL pada sebagian besar mahasiswa nampak pada hasil analisis jurnal belajar
harian mahasiswa pada tiap siklus. Siklus pertama, 88,5% mahasiswa tidak menggunakan
SRL dalam belajar. Sementara itu, siklus kedua penggunaan SRL meningkat mencapai 87%,
dan peningkatan cukup signifikan terjadi pada siklus ketiga yang mencapai 94,2%.
Keberhasilan mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar, memberi sumbangan yang
cukup signifikan pada peningkatan penguasaan materi pembelajaran pada sebagian besar
mahasiswa. Hasil ujian akhir semester menunjukkan, bahwa semua (100%) mahasiswa
berhasil lulus dengan perolehan nilai sebagian besar (77%) memperoleh nilai A dan B, 23%
memperoleh nilai C+ dan C. Disamping berdasarkan data angket, diperoleh informasi bahwa
sebagian besar (90%) mahasiswa peserta mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik
menyatakan senang dan termotivasi dengan pembelajaran eksperiensial untuk menerapkan
SRL dalam belajar.
Dengan kata lain, secara bertahap Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini, menunjukkan
bahwa Pembelajaran Eksperiensial ini berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan Tujuan
Instruksional matakuliah Perkembangan Peserta Didik, melalui Penerapan SRL.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.
1. Pembelajaran berlandaskan eksperiensial dengan empat modus dasar yang diterapkan
secara siklikal, melalui penulisan jurnal belajar harian berhasil memotivasi mahasiswa
untuk menerapkan SRL dalam belajar sehingga berpengaruh terhadap peningkatan
penguasaan materi pembelajaran khususnya dalam matakuliah Perkembangan Peserta
Didik.
2. Untuk dapat memfasilitasi proses belajar mahasiswa yang menerapkan prinsip-prinsip
pengembangan self-regulated learning (SRL), cara yang digunakan adalah dengan
memperbanyak tugas dan latihan. Dalam hal ini, dosen menugaskan mahasiswa untuk
mencatat semua kegiatan belajar baik terstruktur maupun mandiri dalam rangka
penguasaan materi pembelajaran, ditulis dalam jurnal belajar harian. Dengan jurnal
belajar harian, baik dosen maupun mahasiswa dapat bersama-sama memonitor,
mengontrol proses dan hasil belajar yang dilakukan. Untuk itu, penting dilakukan
tidak hanya pemberian tugas, tetapi harus disertakan dengan penagihan dan balikan
13
yang menjadi satu paket terkait tugas dan hasil belajar pebelajar (mahasiswa) pada
tiap pembelajaran berlangsung.
DAFTAR RUJUKAN
Asyi’arie, M. 9 Juli, 2004. Pendidikan Sekolah Kita Antirealitas. Kompas, hlm. 4.Ames, C. & Archer, J. 1988. Mothers’ Beliefs Role of Ability and Effort In School Learning.
Journal of Educational Psychology, 79, 409-414.Bandura, A. 1986. Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitinitive Theory. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Engglewod Cliffs.Buder, D. & Winne, P, 1995. Feedback and self-regulated Learning: Theoritcal Synthesis.
Review of Educational Research. 65 (3), 245-281.Diakses tanggal 20 Agustus 2007
Boekaerts, M. 2000. Self-regulated learning: Where We are Today. Internasional Jurnal of Educational Research. 31, 445-457.
Chen, C.S. 2002. Self-Regulated Learning Strategies and Achievement in an Introduction to Information System Course. Information Technology, Learning, and Performance Journal, Vol. 20, No. 1, spring 2002, 11-25
Carver, C.S & Scheier, M.F. 1998. On the Self Regulation of Behavior. United States: Cambridge University Press.
Corey, G. 2004. Theory and practice of counseling and psychotherapy. Sixth Edition. California: Books/cole Publishing.
Cook, E. 1991. Ethical Implication: Research Methods in Social Relation. Underdale, South Australia: The University of South Australia.
Corno, L. 1989. Self Regulated learning: A volition in learning and performance. In L. Darling-Hammord (ed), Review or research in education (vol 29). Washington DC: American Educational Research Association.
Corno, L. 1993. The Best Laid Plans: Modern Conception of Volition and Educational Research. Educational Researcher.
Corno, L. & Mandinach, E. 1983. The Role Cognitive Engagement in Classroom Learning and Motivation. Educational Psychologist. (18): 88-208.
Daharnis, 2005. Hubungan Sejumlah Karakteristik Mahasiswa, Kondisi Lingkungan Pembelajaran, Kegiatan belajar, Dan Prestasi Belajar Mahasiswa Universitas Negeri Padang. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Hamzah, & Rahman, A. 2002. Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Untuk Belajar Mandiri pada Mata Kuliah Geografi melalui Penulisan Jurnal Perkuliahan. Jurnal Ilmu Pendidikan, 9 (2): 142-150.
Hopkins, D. 1993. A teacher with to classroom research. Edisi ke dua. Bukingham. Philadelphia: open university Press.
http://expert learner. Com/intro 2 SRL.cfm. Introduction to the Self-Regulated Learning (SRL) Cycle. Diakses tanggal 25 Maret 2007.
http://www. infed.org./ biblio/b-explrn.htm. The Encyclopedia of Informal Education. Diakses tanggal 18 Juni 2007.
http://www.siu.edu/-educ314/selfrg.htm. Basic Concep of Self-Regulated Learning. Diakses tanggal 25 Agustus 2007
http://www.utexas.edu/couses/svinicki/ald320/srlohs.htm Self-regulated Learning. Diakses tanggal 18 Januari 2008
14
Jazadi, I. 2005. Evaluasi dan Pengembangan Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Malang: Jurnal Ilmu Pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia, 12 (2), 1-7.
Joni, T.R. 1998. Penelitian Tindakan kelas: Beberapa Permasalahan PCP PPGSM Ditjen Dikti Bogor
Joni, T.R. Cara Belajar Siswa Aktif: Artikulasi Konseptual, Jabaran Operasional dan Verifikasi Empirik. Forum Penelitian Tengah Tahunan, Pusat Penelitian IKIP Malang, 1990
Joni, T.R. 1993. Penilaian Hasil Belajar Melalui Pengalaman Dalam Program S1 Kedua Pendidikan Bidang Studi SD. Jakarta: Konsorsium Ilmu Pendidikan DIKTI
Joni, T.R. 2005. Pembelajaran yang Mendidik: Artikulasi Konseptual, Terapan Konstektual dan Verifikasi Empirik. Malang: Jurnal Ilmu Pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia 12 (2), 91-127.
Joyce, C. & Hipkins. 2004. Young Children’s Emergent Self-Regulated Learning Skills in a Primary Science Investigation. Paper presented at NZARE, Wellington, 24-26 November 2004. http://www.nzcer.org.nz/pdfs/13891. pdf. Diakses tanggal 18 Januari 2007.
Joyce, B. & Weil. Marsha. 1972. Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall.Joyce, B. & Weil. Marsha. 1996. Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall.Kanfer, F.H., & Goldstein A. 1980. Helping People Change second edition. United States:
Pergamon Press Inc.Kemmis, S. & Mc Taggart, R. 1988. The Action Research. Planner. 3rd Victoria : Deakin
University.Kelly, Curtis. 1997. David Kolb, the theory of experiential learning and ESL . The internet
TESL Journal, Vol III. No 9. Diakses tanggal 28 Januari 2009 dalam http://iteslj.org/Articles/Kelly-Experiential/.
Kolb, D. A. 1984. Experiential Learning: Experience as the source of learning and development. New Jersey: Prentice-Hall Inc
Mc Niff, J. 1992. Action Researce: Principlea and Practice. Lomdon: Routledge.Mc Taggart, R. 1989. Principle Participatory Action research. A paper presented for the third
world encounter participatory action research. In B. Smith (Ed.). Research methodology 1: Issues and methods in research: Reader part 3. Underdale, South Australia: The University of South Australia.
Paris, S.G. & Winograd, P. 2003. The Role of Self Regulated Learning in Contextual Teaching: Principles and Practices for Teacher Preparation. A Commissioned Paper for The U.S. departement of Education Project. Diakses tanggal 25 Maret 2003 dalam hhtp: //www. Ciera. org/library/ archive/2001-04/0104parwin.htm.
Paris, S.G. & Newman, R.S. 1990. Developmental Aspects of Self-regulated learning. Journal Educational Psychologist. 25 (1), 87-102.
Pintrich, P.R & De Groot, E. V. 1991. Motivational and Self-regulated learning components of classroom academic performance. Journal of Educational Psychology. (82): 33-40.
Pujiatin, Sri R.R. 2004. Perkembangan SRL yang Diperoleh Melalui Pemahaman Bacaan dan Membuat Ringkasan pada Anak SMA. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Purdi, N, Hattie. J., & Douglas. G. 1996. Student conception of learning and their use of self-regulated learning strategies: A cross-cultural comparison. Journal of educational psychology. American Psycological Association Inc
Schunk, D.H. 1989. Social Cognitive theory and Self-regulated lerarning. In B.J Zimmerman & D.H Schunk (eds). Self-regulated lerarning and academic achievement: Theory, research and practice (pp.83-110). New York: Springer-Verlag.
15
Schunk, D.H & Zimmerman. B.J. 1997. Self-regulated lerarning and performance: Issues and educational applications. Hillsdale, NJ. Lawrence Er Erlbaum Associates, Inc.
Suarta, Nyoman. 2001. Identifikasi Masalah Dan Srategi Penyelesaian yang Diinginkan Oleh Mahasiswa FKIP Universitas Mataram. Jurnal Ilmu Pendidikan, (53) : 879-892.
Susilo, H., Chotimah H., & Sari, Y.D. 2008. Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang; Banyumedia Publishing.
Suyanto, Nugroho. 2008. Self Regulated Learning Bagi Anak Berbakat. Diakses tanggal 28 Januari 2009. http://mandikdasmen. aptisi3.org/index.php? option=comcontent&task=view&id=13&itemid=37.
Vermunt, J.D.H.M. 1996. The regulation of concstructive learning processes. British Journal Psycology, (6), 149-171.
Wangid, M.N. 2006. Kemampuan Self-regulated Learning Pada Siswa SLTPN I Bantul Yogyakarta. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Zimmerman, B.J. 1994. Dimensions of academic self-regulation. A conceptual framework for education. In D.H. Schunk & B.J Zimmerman (Eds), Self-regulated learning and performance: Issues and Education applications (pp. 3-21). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Zimmerman, B.J. 1998. Academic studying and the development of personal skill: a self-regulated perspective. Educational Psychology, (80): 282-290.
Zimmerman, B.J. & Martinez-Pons, M. 1988. Construct validation of strategy model of student Self-regulated learning. Journal of Educational Psychology, (3): 284-290.
Zimmerman, B.J. & Martinez-Pons, M. 1990. Student differences in self-regulated earning: relating grade, sex, and giftedness to self-efficacy and strategy use. Journal of Educational Psychology (820) : 51-59.
Zimmerman, B.J., Cleary, T. & Kitsantas, A. 2000. The Role of Observation and Emulation in the Development of Athletic Self-Regulation. Journal of Educational Psychology. Vol.92 (4), 811-817.
Zimmerman, B.J. 2002a. Becoming A Self-Regulated Learner: An overview. Theory Into Practice. Vol.41. Number 2, Spring-Autumn, 64-70.
Zimmerman, B.J. 2002b. Achieving Self-Regulation: The Trial and Triumph of Adolescence. In Pajares, F., & Urdan, T. 2002. Adolescence and education. Vol.2. P. (122-142). Academic Motivation of Adolescence. Greenwich: Information Age Publishing.
16