Post on 02-Mar-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI
MEDIA FLIPCHART DAN VIDEO DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL
DAN GAYA BELAJAR
(Dalam Mata Pelajaran Biologi Materi Animalia (Vermes) Kelas X Semester 2 Di SMA Negeri 1 Pacitan Tahun Pelajaran 2011/ 2012)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Biologi
Oleh: TRI ANDARINI NIM S831102058
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis saya yang berjudul: “PEMBELAJARAN BIOLOGI
MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING) MELALUI MEDIA FLIPCHART DAN VIDEO
DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA
BELAJAR”Dalam Mata Pelajaran Biologi Materi Animalia (Vermes) Kelas X
Semester 2 Di SMA Negeri 1 Pacitan Tahun Pelajaran 2011/ 2012) adalah
karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang untuk memperoleh gelar akademik
serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah
ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
(Permendiknas No 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS
aebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurang satu semester
(enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari
sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs UNS
berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi
Pendidikan SainsPPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari
ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik
yang berlaku.
Surakarta, Agustus 2012
Mahasiswa
Tri Andarini NIM: S831102058
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BIODATA
a. Nama : Tri Andarini b. Tempat, tanggal lahir : Pacitan, 11 September 1965 c. Profesi/ Jabatan : Guru d. Alamat Kantor : Jl. Letjend Suprapto No. 49 Pacitan Telp. : +0357 881086 Fax. : +0357881086 e-mail : sekolah@sman1-pacitan.sch.id e. Alamat rumah : Jl. Nirasari No.18 Perumnas Bangunsari RT.01/
RW.07 Kec. Pacitan Kab. Pacitan Telp. : 0357884092/ +628125939985 Fax. : - e-mail : tri_andarini@yahoo.com f. Riwayat pendidikan di Perguruan Tinggi (dimulai dari yang terakhir)*: No. Institusi Bidang Ilmu Tahun Gelar
1. 2. UT SURABAYA Pendidikan Biologi 1998 S.Pd
Pacitan, Agustus 2012
Tri Andarini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT betapa besar limpahan rahmat, nikmat Islam dan berkah-Nya
Nabi Muhammad SAW junjungan umat sepenjang masa
ALM. Ibunda tercinta Ibu Rr Andikin ALM. Ayahanda tercinta Bapak Soedarmo ALM. Suamiku Edy Susanto
Ananda Andy Pramana dan Dyanita Nawangsari Kakak-kakakku dan adik-adikku
Sahabat dan teman-teman seperjuangan angkatan Februari 2012 Atas do’a, dukungan, kesabaran, dan semua perhatian yang dicurahkan kepada saya mulai
awal kuliah sampai dengan selesainya penulisan TESIS ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
MOTTO
“...Dan sampaikan berita gembira kepada orang yang bersabar, yaitu orang-orang yang ketika terkena musibah maka mereka menyatakan: “ Sungguh kami milik
Alloh dan sungguh hanya kepada-Nya kami kembali”. Merekalah yang mendapatkan keberkatan sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang mendapat petunjuk”
(2/ al-Baqoroh 155-157)
“Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?“ Jadilah hamba yang selalu bersyukur dan berserah diri pada-Nya
(QS.Ar-Rahman: 13)
Hidup itu merupakan sebuah perjuangan yang harus diraih dengan suatu kesabaran, keikhalasan dan selalu mensyukuri atas karunia-Nya (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-
Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul :
Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching
And Learning) melalui Media Flipchart dan Video Ditinjau dari Kemampuan
Verbal dan Gaya Belajar (Dalam Mata Pelajaran Biologi Materi Animalia
(Vermes) Kelas X Semester 2 Di SMA Negeri 1 Pacitan Tahun Pelajaran 2011/
2012) dengan baik.
Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin tesis ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret sekaligus sebagai
pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan
perhatian yang luar biasa sehingga memperlancar laporan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Dr. Hj. Suciati Sudarisman, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang juga
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan mencurahkan
segenap perhatian yang luar biasa sehinga laporan tesis ini dapat terselesaikan
4. Bapak dan ibu Dosen Khususnya Program Studi Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bekal pengetahuan kepada penulis.
5. Staf karyawan program studi pendidikan Sains yang telah banyak membantu
dalam urusan administrasi.
6. Drs. Suwondo, M.Pd. selaku Kepala SMA N 1 Pacitan yang telah memberi
ijin dan membantu penelitian.
7. Keluarga besar SMA N 1 Pacitan yang telah memberi semangat dan
mendorong bagi penulis.
8. Siswa-siswi Kelas X SMA N 1 Pacitan khususnya X2, X3 dan X8, X9 terima
kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
9. Ananda Andy Pramana dan Dyanita Nawangsari tercinta yang senantiasa
sebagai motivator.
10. Teman seperjuangan di pendidikan Sains Minat Utama Biologi UNS.
11. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis hanyalah menyadari sepenuhnya laporan tesis ini yang telah
dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan, sedangkan kesempurnaan hanya
milik Tuhan Azza Wa’jala. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis
berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN .............................................................. iv
HALAMAN BIODATA ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
ABSTRAK ......................................................................................................... xx
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 13
C. Batasan Masalah .......................................................................... 14
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 15
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 15
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 16
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 18
A. Kajian Teori ................................................................................ 18
1. Belajar dan Pembelajaran Biologi ........................................ 18
2. Teori Belajar ......................................................................... 26
3. Pendekatan CTL ................................................................... 36
4. Media Pembelajaran Flipchart dan Video .......................... 44
5. Kemampuan Verbal .............................................................. 60
6. Gaya Belajar ......................................................................... 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
7. Prestasi Belajar ..................................................................... 67
8. Materi Vermes ...................................................................... 69
B. Penelitian yang relevan ............................................................... 80
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 85
D. Hipotesis ...................................................................................... 92
BAB III : METODE PENELITIAN ................................................................ 93
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 93
1. Tempat Penelitian ................................................................ 93
2. Waktu Penelitian ................................................................. 93
B. Metode Penelitian ....................................................................... 94
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 96
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 96
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 98
F. Instrumen Penelitian .................................................................... 99
1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian ....................................... 98
2. Instrumen Pengambilan Data .............................................. 98
G. Uji Coba Instrumen .................................................................... 100
1. Uji Validitas Isi ................................................................... 100
2. Uji Reliabilitas ..................................................................... 104
3. Uji Taraf Kesukaran Soal .................................................... 105
4. Daya Pembeda Soal ............................................................. 107
H. Tehnik Analisis Data .................................................................... 108
1. Uji Prasyarat Analisis Data ................................................. 109
2. Uji Hipotesis ........................................................................ 111
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 115
A. Deskripsi Data ............................................................................. 115
1. Prestasi Belajar Kognitif ..................................................... 115
2. Prestasi Belajar Afektif ....................................................... 123
3. Prestasi Belajar Psikomotor ............................................... 131
4. Perbandingan Nilai Rata-Rata Prestasi Belajar Aspek
Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dengan Pendekatan CTL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang Menggunakan Media Flipchart dengan Video ........... 139
B. Uji Prasyarat Analisis .................................................................. 141
1. Uji Kesetaraan ..................................................................... 141
2. Uji Normalitas ..................................................................... 142
3. Uji Homogenitas ................................................................. 144
C. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 144
1. ANAVA (Analysis of variance) .......................................... 144
2. Uji Lanjut Anava ................................................................. 150
D. Pembahasan ................................................................................. 156
1. Hipotesis Pertama ................................................................ 158
2. Hipotesis Kedua .................................................................. 162
3. Hipotesis Ketiga .................................................................. 166
4. Hipotesis Keempat .............................................................. 168
5. Hipotesis Kelima ................................................................. 170
6. Hipotesis Keenam .............................................................. 171
7. Hipotesis Ketujuh ................................................................ 172
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian ..................................... 174
BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................... 176
A. Kesimpulan .................................................................................. 176
B. Implikasi ...................................................................................... 178
C. Saran ............................................................................................ 179
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 181
LAMPIRAN................................................................................................... 186
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Biologi Materi Vermes .............. 7
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................... 94
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ................................................................... 95
Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Soal ............................................................. 101
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Soal Kemampuan Verbal .............................. 102
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Soal Angket Gaya Belajar ............................. 102
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif ............................. 103
Tabel 3.7 Klasifikasi Reliabilitas Angket .................................................... 104
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................... 105
Tabel 3.9 Kriteria Taraf Kesukaran .............................................................. 106
Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran ........................................................... 106
Tabel 3.11 Klasifikasi Indeks Deskriminasi .................................................. 107
Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Soal ...................................................... 108
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan
CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video ................. 115
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada
Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video.. .
.................................................................................... 116
Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan
CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah 117
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan
CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah 118
Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa pada Pendekatan CTL
yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori ................... 119
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan
CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori .......... 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa dengan Pendekatan CTL yang
Menggunakan Media Flipchart dan Video Di Tinjau dari Kemampuan
Verbal Tinggi dan Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Auditori
....................................................................................................... 121
Tabel 4.8 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan
CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video ................. 123
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video
....................................................................................................... 124
Tabel 4.10 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan
CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah 125
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan
Rendah .......................................................................................... 126
Tabel 4.12 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan
CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori ......... 127
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Pendekatan CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
....................................................................................................... 128
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video Di
Tinjau dari Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah dan Gaya Belajar
Visual dan Auditori ...................................................................... 129
Tabel 4.15 Prestasi Belajar Psikomotor Siswa dengan Pendekatan CTL
yang Menggunakan Media Flipchart dan Video ......................... 131
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Siswa dengan Pendekatan
CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video ................. 132
Tabel 4.17 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor dengan Pendekatan
CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah 133
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Siswa dengan
Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dan Rendah ................................................................................... 134
Tabel 4.19 Prestasi Belajar Psikomotor Siswa Dengan Pendekatan CTL yang
Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori ............................ 135
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Siswa yang
Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori ............................ 136
Tabel 4.21 Deskripsi Prestasi Belajar Psikomotor Siswa dengan Pendekatan
CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video Di Tinjau dari
Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah dan Gaya Belajar Visual
dan Auditori ................................................................................. 137
Tabel 4.22 Deskrisi Data Rata-rata Prestasi Belajar Kognitif, Afektif,
Psikomotor Masing-Masing Kelompok ....................................... 140
Tabel 4.23 Data Uji t (equal variances assumed) .......................................... 142
Tabel 4.24 Deskripsi Data Hasil Uji Normalitas Nilai-nilai Prestasi Belajar
pada Masing-Masing Kelompok .................................................. 143
Tabel 4.25 Hasil Uji Normalitas Nilai-nilai Prestasi Belajar pada Masing-Masing
Kelompok ..................................................................................... . 144
Tabel 4.26 Ringkasan Hasil Anava pada Kognitif ......................................... 145
Tabel 4.27 Ringkasan Hasil Anava pada Afektif ........................................... 147
Tabel 4.28 Ringkasan Hasil Anava Psikomotor ............................................. 148
Tabel 4.29 Tabel Estimated Marginal Means terhadap Media ...................... 151
Tabel 4.30 Tabel Estimated Marginal Means terhadap Kemampuan Verbal 152
Tabel 4.31 Tabel Estimated Marginal Means terhadap Gaya Belajar ........... 154
Tabel 4.32 Tabel Estimated Marginal Means terhadap Kemampuan Verbal 155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Diagram Kerucut Pengalaman Dale ...................................... 48
Gambar 2.2 Cacing Platyhelminthes ......................................................... 70
Gambar 2.3 Daur Hidup Cacing Hati Fasciola hepatica .......................... 72
Gambar 2.4 Daur Hidup Cacing Pita Taenia saginata .............................. 73
Gambar 2.5 Cacing Nemathelminthes ....................................................... 74
Gambar 2.6 Daur Hidup Cacing Perut Ascaris lumbricoides ................... 76
Gambar 2.7 Daur Hidup Cacing Tambang Ancylostoma duodenale ........ 77
Gambar 2.8 Cacing Annelida .................................................................... 78
Gambar 2.9 Bagan Kerangka Berpikir ...................................................... 86
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif siswa pada
Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan
Video ..................................................................................... 116
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada
Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Rendah
dan Tinggi .............................................................................. 118
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Siswa pada Pendekatan
CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori .... 120
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart
dan Video .............................................................................. 124
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Pendekatan CTl yang Mempunyai Kemampuan Verbal Rendah
dan Tinggi .............................................................................. 126
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Pendekatan CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan
Auditori ................................................................................. 128
Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dengan Pendekatan CTl yang Menggunakan Media Flipchart
dan Video .............................................................................. 132
Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Siswa
dengan Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal
Tinggi dan Rendah ................................................................ 134
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Siswa
yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori ............ 136
Gambar 4.10 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi Media ............. 151
Gambar 4.11 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi
Kemampuan Verbal ............................................................... 153
Gambar 4.12 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi Gaya Belajar .. 154
Gambar 4.13 Grafik Estimed Marginal Means of afektif prestasi
Kemampuan Verbal ............................................................... 156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ................................................................................... 186
Lampiran 2 RPP Media Flipchart ............................................................. 189
Lampiran 3 RPP Media Video .................................................................. 221
Lampiran 4 LKS Media Flipchart ............................................................ 253
Lampiran 5 LKS Media Video ................................................................. 276
Lampiran 6 Kisi-Kisi & Instrumen Tes Kemampuan Verbal ................... 299
Lampiran 7 Kisi-Kisi & Instrumen Angket Gaya Belajar ........................ 306
Lampiran 8 Kisi-Kisi & Instrumen Tes Kognitif Materi Vermes ............. 313
Lampiran 9 Kisi-Kisi & Instrumen Angket Afektif .................................. 333
Lampiran 10 Kisi-Kisi & Instrumen Angket Psikomotor ........................... 337
Lampiran 11 Data Hasil Uji Coba Kemampuan Verbal .............................. 340
Lampiran 12 Data Hasil Uji Coba Gaya Belajar ......................................... 342
Lampiran 13 Data Hasil Uji Coba Prestasi Belajar .................................... 344
Lampiran 14 Data Induk Penelitian ............................................................ 346
Lampiran 15 Data Hasil Uji Kesetaraan ..................................................... 348
Lampiran 16 Data Hasil Uji Normalitas Kognitif ....................................... 350
Lampiran 17 Data Hasil Uji Normalitas Afektif ......................................... 352
Lampiran 18 Data Hasil Uji Normalitas Psikomotor .................................. 354
Lampiran 19 Data Hasil Uji Homogenitas Kognitif ................................... 356
Lampiran 20 Data Hasil Uji Homogenitas Afektif ..................................... 359
Lampiran 21 Data Hasil Uji Homogenitas Psikomotor .............................. 362
Lampiran 22 Data Hasil Uji Hipotesis Kognitif ......................................... 365
Lampiran 23 Data Hasil Uji Hipotesis Afektif ........................................... 366
Lampiran 24 Data Hasil Uji Hipotesis Psikomotor .................................... 367
Lampiran 25 Gambar Media Flipchart ....................................................... 368
Lampiran 26 Gambar Media Video ............................................................ 375
Lampiran 27 Surat Keterangan Validasi Instrumen Tes Kognitif .............. 379
Lampiran 28 Surat Keterangan Validasi Media .......................................... 384
Lampiran 29 Dokumentasi Penelitian ......................................................... 386
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tri Andarini. 2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) melalui Media Flipchart dan Video Ditinjau dari Kemampuan Verbal dan Gaya Belajar (Dalam Mata Pelajaran Biologi Materi Animalia (Vermes) Kelas X Semester 2 Di SMA Negeri 1 Pacitan Tahun Pelajaran 2011-2012). TESIS. Pembimbing I : Dr. M. Masykuri, M.Si. dan Pembimbing II : Dr. Hj. Suciati Sudarisman, M.Pd. Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: pengaruh pembelajaran biologi menggunakan Pendekatan CTL melalui media flipchart dan media video, ditinjau dari kemampuan verbal dan gaya belajar serta interaksinya, terhadap prestasi belajar Biologi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan dari bulan Agustus 2011-Juni 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Pacitan tahun pelajaran 2011/2012. Sampel terdiri dari 4 kelas yaitu kelas X3 dan X8 menggunakan media flipchart dan kelas X2 dan X9 menggunakan media video. Sampel diperoleh menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif, dan kemampuan verbal, angket untuk afektif dan psikomotor. Teknik analisa data menggunakan analisis variansi dengan desain faktorial 2x2x2 dengan menggunakan program SPSS 18.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan Pendekatan CTL melalui media flipchart dan media video terhadap prestasi belajar kognitif, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotor; (2) terdapat pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar psikomotor; (3) terdapat pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotor; (4) tidak terdapat interaksi antara penggunaan media flipchart dan video dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa; (5) tidak terdapat interaksi antara media flipchart dan video dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa; (6) tidak terdapat interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa; dan (7) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan pendekatan CTL melalui media (flipchart dan video), kemampuan verbal dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.
Kata kunci: Media flipchart, Media video, Kemampuan Verbal, Gaya Belajar, Materi Vermes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tri Andarini. 2012. Biology learning using CTL (Contextual Teaching And Learning) approach through flipchart and video from verbal skill and learning method aspect (on Animalia (Vermes) Biology subject material X grade 2nd semester in SMA Negeri 1 Pacitan years 2011 – 2012). Thesis. Advisor I: Dr. M. Masykuri, M.Si. and Advisor II: Dr. Hj. Suciati Sudarisman, M.Pd. Science Education, Post Graduate Program, University of Sebelas Maret, Surakarta.
ABSTRACT
The purpose of this research was to know the effect of CTL learning
studying approach using flipchart and video media, from verbal abiliity and learning style of student and their interaction toward Biology learning achievement.
This research used experimental method and it was conducted from August 2011 to June 2012. The population for this research was the entire student of Xth grade SMA N 1 Pacitan academic years 2011/2012. Sample was taken using Cluster Random Sampling. Consisted of 4 classes of X3 and X8 learnt using flipchart and X2 and X9 learnt using video media. Data was collected using test for cognitif, verbal ability and questionare for student’s learning style, affective and psychomotoric achievement. The data was analyzed using Anova with 2x2x2 factorial design with SPSS 18 program.
The result of the research were: (1) there was an effect of CTL learning approach with flipchart and video media towards cognitive learning achievement, but there was no effect towards afective and psychomotor learning achievement; (2) there was an effect from verbal ability towards cognitive and afective learning achievement, but there was no effect towards psychomotor learning achievement; (3) there was an effect of learning style for students’ towards cognitive learning achievement, but there was no effect towards afective and psychomotor learning achievement; (4) there was no interaction between the application of flipchart and video media with verbal ability of learning achievement; (5) there was no interaction between media and learning style towards learning achievement; (6) there was no interaction between verbal ability and student’s learning style of toward learning’ achievement; and (7) there was no interaction between of CTL learning approach with flipchart and video media, verbal ability and students’ learning style toward learning achievement. Keyword: Flipchart media, Video media, Verbal Ability, Student’s Learning
Style, Vermes subject
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri
,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan
manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang
hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada
rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian
tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan
bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu,
maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau
tujuan yang ingin dicapai.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan
nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan.
Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9
tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga
agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan
relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai
dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan
manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan (Undang-Undang Standar Pendidikan
Nasional Nomor. 20, 2003: 3).
Pendidikan yang berkualitas perlu didukung oleh pembelajaran yang
bermutu. Sesuai dengan Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
(2006: 451) disebutkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang dirinya sendiri dan alam sekitar.
Pembelajaran biologi pada dasarnya memiliki karakteristik keilmuan yang
spesifik yang berbeda dengan ilmu lainnya. Menurut Carin dan Evans (cit. Suciati
Sudarisman, 2010) pembelajaran sains (biologi) setidaknya meliputi 4 hal, yaitu:
produk (content), proses, sikap, dan teknologi. Dengan demikian, jika diajarkan
sesuai dengan hakikat pembelajarannya maka biologi merupakan sarana strategis
untuk mengembangkan berbagai aspek pembelajaran (kognitif, afektif, dan
psikomotor) yang merupakan dasar dalam membangun karakter siswa. Sesuai
dengan hakikat pembelajaran IPA yang mengacu pada proses, produk dan sikap
ilmiah, pembelajaran biologi idealnya mampu menyediakan menyediakan
berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains.
Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis,
menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu
mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan
secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan
untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.
Pembelajaran biologi idealnya dikembangkan melalui kemampuan berpikir
analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang
matematika, fisika, kimia dan pengetahuan pendukung lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Hal tersebut relevan dengan tujuan pembelajaran biologi SMA yaitu
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) membentuk sikap
positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta
mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2) memupuk sikap ilmiah
yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain,
(3) mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis
melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis, (4) mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif
dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi, (5) mengembangkan
penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA
lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri,
(6) menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi
sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia, (7) meningkatkan
kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Pembelajaran biologi di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari alam sekitar. Biologi diharapkan juga dapat menjadi
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran di sekolah
perlu ditingkatkan efektifitasnya agar kualitas pembelajaran selalu terjaga dan
hasil yang diharapkan dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Biologi yang merupakan bagian dari IPA tentunya dibangun melalui
pengembangan ketrampilan-ketrampilan proses sains yaitu: (1) mengobservasi
atau mengamati, termasuk didalamnya menghitung, mengukur, mengklasifikasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dan mencari hubungan ruang atau waktu, (2) menyusun hipotesis, (3)
merencanakan eksperimen atau percobaan, (4) mengendalikan atau memanipulasi
variable, (5) menginterpretasikan atau menafsirkan data, (6) menyusun
kesimpulan sementara, (7) meramalkan atau memprediksi, (8) menerapkan atau
mengaplikasikan, (9) mengkomunikasikan hasil pengamatan (Bowo Sugiharto,
2011). Proses pembelajaran biologi di tekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar siswa dapat menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Selain itu pembelajaran biologi
diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sesuatu sehingga dapat membantu
subyek didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar.
Di dalam pembelajaran biologi siswa diajak untuk mengoptimalkan semua
alat indra yang dimiliki, agar dapat di kembangkan berbagai ketrampilan proses
sains di atas. Para guru biologi hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk
menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat mengembangkan ketrampilan
proses sains dasar: mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menyimpulkan,
meramalkan, dan mengkomunikasikan dan ketrampilan proses sains terintegrasi:
membuat model, mendefinisikan secara operasional, mengumpulkan data
menginterpretasikan data mengidentifikasi dan mengontrol variabel, merumuskan
hipotesis, melakukan percobaan. Semakin banyak ketrampilan proses sains dapat
dikembangkan maka semakin besar kemungkinan konsep-konsep tersebut dapat di
pahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Di abad 21 ini dunia pendidikan di Indonesia masih mengalami tiga
masalah besar, yaitu tidak meratanya akses pendidikan, kompetensi guru yang
masih jauh dari harapan, dan mutu pendidikan yang masih rendah (Muhaimin,
2001). Kenyataan ini juga pernah dilaporkan oleh United Nations Educational,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2005 bahwa mutu
pendidikan di Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di
kawasan Asia Pasifik (Aruan, 2010). Kenyataan tersebut dikhawatirkan Indonesia
akan gagal dalam kancah bertarungan bebas Asian Pasific Economic Cooperation
(APEC) yang dimulai pada tahun 2010 ini dan dalam menghadapi pasar bebas
pada tahun 2020, terlebih lagi pembelajaran mata pelajaran yang sangat dekat
dengan teknologi, yaitu sains (kimia, fisika, dan biologi). Peran sains semakin
strategis sebagai landasan dalam pengembangan teknologi. Peranan guru sains
dalam era globalisasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) sangat besar, terutama dalam menghadapi perkembangan teknologi.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pembelajaran sains mengharuskan para guru
sains meningkatkan kemampuan dan mengembangkan keahliannya baik secara
individu maupun kelompok. Guru sains merupakan subyek utama dalam
pendidikan dasar dan menengah harus mampu mengoptimalkan strategi dan
pendekatan pembelajaran yang berbasis sains dan teknologi.
Penguasaan sains pelajar Indonesia masih lemah. Hal ini ditunjukkan
dalam data PISA (Program for International Student assesment, 2009),
menginfomasikan bahwa Indonesia berada di peringkat 10 besar terbawah dari 65
negara peserta PISA. Rendahnya penguasaan IPA pelajar Indonesia terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kemampuan membaca menempati peringkat 57, kemampuan matematika dengan
menempati peringkat 61, dan kemampuan sains menempati peringkat 60.
Rendahnya kemampuan sains siswa Indonesia diprediksi karena siswa yang hanya
mempelajari sains sebagai produk, menghafal konsep, teori, dan hukum. Keadaan
tersebut diperparah oleh pembelajaran yang berorientasi tes/ujian. Akibatnya sains
sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Secara faktual masalah rendahnya kualitas pembelajaran IPA (biologi)
tersebut juga terjadi di SMAN 1 Pacitan. Berdasarkan data observasi terhadap
proses pembelajaran, tampaknya pembelajaran biologi belum efektif. Hal ini
terbukti dari kurang aktifnya siswa dalam kegiatan baik ditinjau aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor, sehingga berpengaruh terhadap hasil prestasi siswa.
Nilai mata pelajaran biologi siswa cenderung di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Hal tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Biologi Materi Vermes Kelas X Semester II SMAN I Pacitan Tahun Pelajaran 2010/2011
Kelas
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
Rata-rata
K K M
% siswa nilai ≥ 75
75
82
75
65
72
75
68
72
68
64
75 % siswa nilai< 75
25
18
25
35
28
25
32
8
32
36
Sumber: Daftar Nilai Guru Tahun 2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Hal ini dikarenakan guru biologi masih cenderung menggunakan metode
ceramah sehingga fokus pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher
centered), dan kurang ada partisipasi siswa yang berarti, pembelajaran masih
bersifat verbalistis dengan ceramah, tanpa mempertimbangkan aspek visual pada
konsep sains yang ada. Akibatnya, siswa hanya akan mampu menguasai aspek
kognitif saja, sementara aspek afektif dan psikomotorik kurang berkembang.
Siswa kurang dilibatkan dalam proses pengamatan, pengelompokan, penemuan,
menafsirkan data, tentang suatu fenomena akan pembelajaran secara langsung.
Pembelajaran belum menggali pengetahuan dan pemahaman awal siswa terhadap
konsep tertentu belum konstruktivistik. Materi pembelajaran kurang dikaitkan
dengan lingkungan sehari-hari siswa sehingga pembelajaran cenderung tekstual,
belum kontekstual akibatnya pembelajaran banyak didominasi oleh guru
sedangkan siswa pasif dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.
Selain itu penggunaan media dalam pembelajaran biologi juga belum optimal
karena belum disesuaikan karakteristik materi biologi. Dampaknya siswa
cenderung bosan, sulit memahami konsep dan menganggap pembelajaran biologi
terlalu sulit.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat akan membantu
berhasilnya proses pembelajaran di kelas. Pendekatan CTL (Contextual Teaching
And Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan dunia nyata sehingga
mendorong siswa utuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Di dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
CTL melibatkan 7 azas dalam proses pembelajaran yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian
autentik (authentic assesment).
Menurut Johnson (cit. Rusman, 2011: 189) pendekatan CTL memiliki
beberapa keunggulan diantaranya: 1) memungkinkan siswa menghubungkan isi
mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk
menemukan makna, 2) memperluas konteks kehidupan pribadi siswa lebih lanjut
melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin
hubungan baru untuk menemukan makna baru. Pendekatan CTL diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya.
Pendekatan CTL menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi
pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi tersebut
digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana siswa belajar. Materi
pembelajaran akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi pembelajaran
yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam
proses. Melalui pendekatan CTL, siswa diharapkan belajar melalui mengalami
bukan menghafal. Karakteristik CTL adalah pembelajaran merupakan proses
pengaktifan pengetahuan sudah ada, belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru, pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal
tetapi untuk diyakini dan diterapkan, memperaktifkan pengalaman dalam
kehidupan nyata, dan melakukan refleksi terhadap pengembangan pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pendekatan CTL akan efektif manakala dikombinasikan dengan media
yang sesuai. Media pembelajaran merupakan peranan yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau
wadah pesan pembelajaran. Edgar Dale (1963) mengatakan bahwa gambar dapat
mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke
taraf yang lebih konkrit (pengalaman langsung ).
Media pembelajaran flipchart, merupakan media dalam bentuk gambar
statis, materi disampaikan dengan visual. Media flipchart memiliki beberapa
keunggulan: (1) menarik perhatian siswa, (2) dapat menumbuhkan minat siswa
(3) memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan, (4) mengembangkan
imajinasi siswa, (5) membantu meningkatkan penguasaan siswa terhadap hal-hal
abstrak atau peristiwa yang tidak bisa dihadirkan di dalam kelas (6) dapat
memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
Media pembelajaran video, merupakan media dalam bentuk gambar riil
yang bergerak, materi disampaikan dalam audio-visual. Keunggulan media video
antara lain: (1) dapat menampilkan pesan memotivasi, (2) menarik dan
memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, (3) mengembangkan
ketrampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar, (4) mengatur
dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-
pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi, (5) menyiapkan variasi yang
menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu
pokok bahasan atau suatu masalah. Penggunaan media flipchart dan media video
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
bertujuan dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih
realistis.
Pembelajaran biologi materi vermes memiliki karakteristik abstrak dan
bersifat mikroskopis. Penggunaan pendekatan CTL dengan media flipchart dan
media video sangat cocok untuk materi vermes karena dapat merangsang
perhatian siswa dan dapat membantu siswa memahami dan mengingat isi
informasi bahan-bahan verbal dan konsep-konsep bersifat abstrak, sehingga
mampu mendorong siswa untuk menghubungkan antara materi yang di ajarkan
dengan situasi lingkungan nyata siswa. Selain itu juga dapat mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapan dalam
kehidupan, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran biologi.
Dalam pembelajaran biologi akan lebih bermakna jika memperhatikan
faktor internal siswa kemampuan verbal dan gaya belajar yang bervariasi,
seharusnya di jadikan pertimbangan bagi guru dalam merancang proses
pembelajaran, karena akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Kemampuan verbal merupakan kemampuan mengkomunikasikan baik secara
lisan maupun tulisan makna dari pesan berupa simbol, gambar. Pembelajaran
biologi materi vermes kemampuan verbal sangat diperlukan karena siswa
diharapkan mampu merespon materi yang disampaikan dengan menggunakan
media gambar, sehinga dapat meningkatkan prestasi belajar dan pada akhirnya
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Setiap individu unik artinya setiap individu memiliki perbedaan antara satu
sama lain. Menurut Dryden dan Vos (cit. Sutrisno, 2011: 30) dalam pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pembelajaran guru perlu memahami gaya belajar siswa yang pada umumnya ada
tiga macam yaitu visual, auditorial, dan kinestetik berdasarkan kemampuan yang
dimiliki otak dalam menyerap, mengelola, dan menginformasi. Siswa yang lebih
suka belajar dengan mendengar disebut memiliki gaya belajar auditorial,
sedangkan siswa yang lebih suka dengan gambar disebut memiliki gaya belajar
visual, dan siswa yang lebih suka belajar dengan praktik disebut memiliki gaya
belajar kinestetik. Setiap orang (siswa) akan memiliki gaya belajar (learning style)
tertentu dalam menerima dan menyerap informasi pelajaran, hingga menghasilkan
suatu bentuk pengetahuan yang efektif untuk diproses menjadi suatu perilaku
seimbang untuk mengembangkan dan menghadapi permasalahan berikutnya.
Berdasarkan materi vermes yang akan dibahas dan media pembelajaran yang akan
digunakan maka sangat penting untuk memperhatikan gaya belajar siswa,
sehingga tercapai tujuan pembelajaran biologi.
Berdasarkan latar belakang di atas dan dalam rangka meningkatkan
prestasi belajar siswa dan juga sebagai solusi terhadap permasalahan siswa di
SMA N 1 Pacitan perlu dilakukan penelitian dengan judul Pembelajaran Biologi
Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning ) melalui
Media flipchart dan Media Video Ditinjau dari Kemampuan Verbal dan Gaya
Belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran di SMA N 1 Pacitan siswa kurang dilibatkan
sehingga cenderung pasif dan hanya sebagai pendengar, dikarenakan banyak
guru mengajar dengan sistem konvensional cenderung menggunakan metode
ceramah sehingga fokus pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher
centered).
2. Materi pembelajaran kurang dikaitkan dengan lingkungan sehari-hari siswa
sehingga pembelajaran cenderung tekstual, akibatnya pembelajaran banyak
didominasi oleh guru sedangkan siswa pasif dalam menerima pelajaran.
3. Pelaksanaan pembelajaran masih sebatas penguasaan konsep, sehingga proses
pembelajaran hanya mengembangkan aspek kognitif saja, tanpa
memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik. Guru belum menerapkan
pendekatan pembelajaran yang mengembangkan ketrampilan proses yang
merupakan karakteristik pembelajaran biologi.
4. Penggunaan media pembelajaran biologi belum optimal dan belum sesuai
dengan karakteristik materi.
5. Guru belum memperhatikan potensi diri atau faktor internal siswa, seperti
kemampuan verbal siswa yang bervariasi dalam pembelajaran yang akan
mempengaruhi prestasi siswa.
6. Siswa memiliki gaya belajar beragam namun guru belum memperhatikan hal
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
7. Materi Biologi tentang vermes merupakan materi yang bersifat abstrak,
mikroskopis, dan sangat kompleks, sementara guru belum optimal dalam
menggunakan media, sehingga siswa sulit memahami materi akibatnya prestasi
belajar siswa relatif rendah dibawah kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan oleh sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan,
maka pembatasan masalah adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan CTL meliputi 7 azas yaitu: konstruktivisme, inkuiri, bertanya,
masyarakat belajar, permodelan, refleksi, penilaian nyata.
2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada media
flipchart berbasis ICT (gambar statis) dan media video (gambar riil bergerak).
3. Kemampuan verbal siswa adalah kemampuan untuk memahami teks verbal.
4. Gaya belajar siswa meliputi gaya belajar visual dan gaya belajar auditorial
5. Prestasi belajar siswa yang diteliti adalah aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
6. Materi pelajaran yang diambil adalah Kompetensi Dasar: mendiskripsikan
ciri-ciri filum dalam dunia hewan dan peranannya bagi kehidupan, materi
tentang vermes bagi siswa SMA kelas X semester 2 tahun 2011/2012.
7. Subyek penelitian: siswa kelas X SMA N 1 Pacitan (kelas X2, X3, dan X8,
X9).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL melalui
media flipchart dan media video terhadap prestasi belajar siswa?
2. Adakah pengaruh siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa?
3. Adakah pengaruh siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditorial terhadap
prestasi belajar siswa?
4. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan media video dengan kemampuan verbal terhadap
prestasi belajar siswa?
5. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan media video dengan gaya belajar terhadap prestasi
belajar siswa?
6. Adakah interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar siswa?
7. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan media video dengan kemampuan verbal dan gaya
belajar terhadap prestasi belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan
dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1. Pengaruh pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL melalui media
flipchart dan media video terhadap prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa.
3. Pengaruh siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditorial terhadap prestasi
belajar siswa.
4. Interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL melalui
media flipchart dan video dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar
siswa.
5. Interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL melalui media
flipchart dan video dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar siswa.
7. Interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL melalui
media flipchart dan media video dengan kemampuan verbal dan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan alternatif penggunaan
pendekatan pembelajaran yang tepat, menarik, kreatif, dan mampu
mengembangkan wawasan yang dimiliki siswa dalam pembelajaran biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Manfaat penelitian bagi siswa adalah memberikan suasana pembelajaran
yang menarik, menyenangkan dan memberikan kesempatan terlibat aktif serta
berinteraksi dalam pembelajaran sehingga siswa mampu menggali segala potensi
yang dimilikinya.
b. Bagi Guru
Memberi motivasi guru dalam mengembangkan rancangan pembelajaran
yang berkualitas dan mampu memberikan pengalaman belajar nyata bagi siswa,
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas, sebagai solusi pemecahan masalah
pembelajaran materi vermes, memberikan alternatif kepada guru untuk
mengembangkan pendekatan pembelajaran pada materi pembelajaran biologi
yang bersifat abstrak menjadi menjadi konkrit sehingga mudah untuk dipelajari.
c. Bagi Sekolah
Memberi sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam rangka upaya
memperbaiki proses pembelajaran yang berkaitan dengan pendekatan maupun
media pembelajaran agar siswa lebih bermakna dalam pembelajaran.
d. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan dasar untuk mengadakan penelitian lanjut bagi peneliti lain
yang relevan dengan aspek tinjauan yang lebih luas atau dengan variasi metode
yang lebih kompleks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar Dan pembelajaran Biologi
a. Belajar Biologi
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
individu yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
latihan dan pengalaman. Banyak ahli mengemukakan tentang teori-teori belajar
berdasarkan percobaan-percobaan dan aliran-aliran pembelajaran yang mereka
yakini, diantaranya adalah:
Menurut W.S Winkel (1996: 53) ”belajar adalah suatu aktifitas mental/
psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan
dan nilai sikap”. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
James O.Whittaker (cit. Aunurrahman, 2010: 35) mengemukakan ”belajar
adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman”. Menurut Slameto (2010: 2)”Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sehingga hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Belajar sebagai proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne 1984 cit. Dahar1989).
Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian belajar yang telah
diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang terjadi karena
interaksi antara individu dengan lingkungan. Interaksi ini dapat terjadi antara
siswa dengan guru, membaca buku, melakukan diskusi dengan orang lain.
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris “Natural Science” atau disingkat “Science”. Dalam bahasa Indonesia,
science ditulis dengan “Sains” atau IPA. Menurut Sund, R.B. dan Trowbridge, L.
W. (1973), belajar sains merupakan representasi dari hubungan dinamis yang
mencakup tiga faktor utama, yaitu: “the extant body of scientific knowledge, the
values of science, and the methods and prosessess of sceince”. Artinya sains
merupakan produk (body of scientific knowledge), metode dan proses (methods
and processes) serta mengandung nilai-nilai (values).
Menurut Carin dan Sund 1990 (cit. Suciati Sudarisman 2011) sains pada
hakikatnya meliputi 3 aspek yakni scientific procecsses, scientific products,
scientific attitudes, artinya sains merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan
melalui sejumlah kegiatan ketrampilan proses sains dengan cara berinkuiri,
observasi dan eksperimen. Sains dipandang sebagai produk (scientific products),
artinya ilmu pengetahuan yang sistematis berupa kemampuan fakta, konsep,
prinsip, hukum, teori, rumus. Sains dipandang sebagai sikap (scientific attitudes),
artinya berupa nilai-nilai sikap yang berkembang setelah melakukan proses
ilmiah. Sementara James B. Conant (1951) mendeskripsikan sains sebagai
rangkaian konsep serta pola konseptual yang saling berkaitan dihasilkan dari
eksperimen atau observasi. Hasil-hasil eksperimen dan observasi yang diperoleh
sebelumnya menjadi bekal bagi eksperimen dan observasi selanjutnya, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk terus berkembang. Sains juga
dimaknai sebagai suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi
dan eksperimen yang terkontrol. Abruscato (1996) dalam bukunya yang berjudul
“Teaching Children Science,” mendefinisikan tentang IPA sebagai pengetahuan
yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala
sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta.
Sains mempunyai karakteristik sendiri untuk mempelajarinya, bahkan
memiliki 4 dimensi (sudut pandang) yaitu: 1) sains sebagai cara berpikir, 2) sains
sebagai cara untuk menyelidiki, 3) sains sebagai pengetahuan, dan 4) sains dalam
interaksinya dengan teknologi dan masyarakat. Belajar sains sebagai cara berpikir
meliputi keyakinan (belief), rasa ingin tahu (curiousity), imajinasi (imagination),
penalaran (reasoning), hubungan sebab akibat (causa-effect relationship),
pengujian diri dan skeptis (self examination and sceptiscism), keobyektifan dan
hati terbuka (objectivity and open-mindedness). Sains sebagai cara untuk
menyelidiki, belajar sains dapat berupa metode ilmiah yang titik beratnya adalah
berhipotesis (hypothesis), pengamatan (observation), melakukan eksperimen
(experimentation), dan menggunakan matematika (mathematics). Sains sebagai
pengetahuan (body of knowledge) meliputi fakta (facts), konsep-konsep
(concepts), hukum-hukum dan prinsip-prinsip (law and principles), teori-teori
(theories), dan model-model (models). Sains dalam interaksinya dengan teknologi
dan masyarakat banyak terulas dalam berbagai pembelajaran seperti Science,
Technology, and Society (STS) dan Science, Environment, Technology, and
Society (SETS) serta kontekstual (CTL). Sudut-sudut pandang sains seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tersebut diatas dapat mengarahkan seperti apa cara pembelajaran sains yang
dipilih (Chiapetta dan Koballa 2006 cit. Liliasari 2011). Dalam hal ini Rustaman
(2010) mengembangkan bahwa esensi dari hakikat sains adalah inkuiri itu sendiri.
Inkuiri dalam pembelajaran sains dapat berperan sebagai metode, sebagai
pendekatan, sebagai model pembelajaran, sebagai ”tools” untuk mengembangkan
keperibadian dengan nilai-nilai dan sikap ilmiah tercakup di dalamnya, bahkan
sebagai kemampuan yang perlu dikembangkan dan diukur perolehannya.
Mengetahui cara pandang tentang sains merupakan faktor penting yang
menentukan arah pembelajaran sains. Pernyataan ini bukan khayalan, tetapi hasil
penelitian, yakni bahwa persepsi guru tentang sains akan mempengaruhi proses
pembelajarannya. Sains merupakan suatu cara bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang aspek fisis jagat raya. Sains tidak sekedar suatu kumpulan
fakta atau kumpulan jawaban tentang pertanyaan, namun lebih merupakan suatu
proses melakukan dialog berkelanjutan dengan lingkungan fisik sekitarnya.
Saintis dengan keahlian khusus, secara umum memiliki bahasa, metode-metode
dan kebiasaan berpikir (habits of mind) untuk mengkonstruk penjelasan tentang
alam. Pengetahuan ini kadang-kadang terpisah bahkan bertentangan dengan cara
mencari tahu yang biasa. Sains memiliki peran untuk melakukan pilihan.
Pengetahuan ilmiah sebagai suatu pengetahuan disiplin, dikonstruk secara identik
dan secara simbolik di alam. Penalaran ilmiah ditandai dengan formulasi teoritis
yang eksplisit yang dapat dikomunikasikan dan diuji dengan bukti-bukti yang
mendukung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Pembelajaran Biologi
Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh proses pembelajaran.
Pembelajaran dapat di artikan sebagai proses belajar mengajar. Pembelajaran
sebagai pengorganisasian, penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan
yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada siswa.
Pembelajaran biologi erat kaitannya dengan proses dalam perencanaan
pembelajaran. Guru mempunyai peranan penting dalam merancang dan
menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang tepat untuk kelancaran
proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran Biologi menitik beratkan pada proses
belajar untuk mendapatkan produk belajar yang baik sehingga metode dan strategi
belajar sangat berpengaruh dan berperan penting dalam keterlaksanaan proses
pembelajaran. Pembelajaran biologi sejak kurikulum 1975 hingga kurikulum
berbasis kompetensi meminta siswa mengembangkan kemampuannya melalui
penggunaan metode ilmiah, kegiatan praktikum, pendekatan keterampilan proses,
pelaksanaan eksperimen,inkuiri dan pendekatan yang lainnya, termasuk
pendekatan konsep. Hal itu menunjukkan dengan jelas bahwa pembelajaran sains
hendaknya melibatkan penggunaan tangan dan alat atau manipulatif. Pendekatan
konsep yang ditekankan terus menerus tidak dimaksudkan dengan memberikan
konsep dalam bentuk yang sudah jadi. Rumusan konsep berupa working definition
yang memberikan batas kedalaman dan keluasannya, dimaksudkan agar
pembelajaran biologi di lapangan tidak diberikan dalam bentuk definisi. Tidak
terjadi proses berpikir apabila siswa belajar biologi dengan mendapat definisinya
langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pendekatan konsep yang didampingi dengan pendekatan keterampilan
proses dalam pembelajaran sains dimaksudkan agar siswa mengalami berinteraksi
dengan obyek, gejala alam atau peristiwa alam, baik secara langsung ataupun
dengan alat bantu yang ada. Setelah faktanya didapatkan, siswa diajak mendata
dan mengelompokkannya, mencatatnya dalam bentuk tampilan yang komunikatif
(tabel, diagram, bagan, grafik) agar dapat dimaknai dengan cara
menginterpretasikannya, menemukan keteraturan atau polanya untuk selanjutnya
membuat dugaan berupa prediksi dan hipotesis. Pengujian prediksi dan hipotesis
dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas, bahkan dapat dilaksanakan di luar jam
pelajaran.
Menurut Widha Sunarno (2011) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains
pada hakekatnya mencakup adanya produk, proses, dan sikap ilmiah. Di sekolah,
guru IPA dituntut untuk melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan hakekat
IPA. Langkah dan sintaks pembelajarannya harus dilaksanakan dengan struktur
pembelajaran yang jelas, artinya guru tidak hanya sekedar mengajar.
Pembelajaran sains harus dikemas dalam pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan, serta gembira dan berbobot.
Hakikat dari ilmu sains adalah proses penemuan, adapun output dari
proses itu sendiri adalah: 1) proses output sains berupa proses menginginkan para
siswa mendapatkan kemampuan: mengamati, mengumpulkan data, mengolah
data, menginterpretasikan data, menyimpulkan, mengkomunikasikan, dan lain-
lain; 2) produk dalam proses penemuan,sains menghasilkan produk berupa:
konsep, dalil, hukum, teori, dan prinsip; dan 3) sikap. Selain ada keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
proses yang dimiliki serta produk yang dihasilkan, diharapkan pula tumbuh
sikap yang muncul setelah proses tersebut dilalui yaitu: terbuka, obyektif,
berorientasi pada kenyataan, bertanggungjawab, bekerja sama, dan lain-lain.
Selaras dengan hakikat sains yang telah diuraikan di atas, maka
pembelajaran biologi seyogjanya lebih menekankan pada proses, siswa aktif
selama pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian
kegiatan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran
biologi, siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuan, menggunakan metode ilmiah
untuk mencari jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang dipelajari.
Peran siswa seolah-olah sebagai ilmuan dalam pembelajaran biologi mengandung
arti bahwa dalam pembelajaran sains menggunakan pendekatan ”keterampilan
proses sains”. Keterampilan proses sains dapat digolongkan menjadi dua bagian
yaitu: 1) keterampilan dasar (basic skills) mengamati (observing), mengklasifikasi
(classifying), mengukur (measuring), menyimpulkan (inferring), meramalkan
(predicting), dan mengkomunikasikan (communicating), dan 2) keterampilan
terintegrasi (integrated skills) membuat model (making models), mendefinisikan
secara operasional (defining operationally), mengumpulkan data (collecting data),
menginterpretasikan data (interpreting data), mengidentifikasi dan mengontrol
variabel (identifying and controlling variables), merumuskan hipotesis
(formulating hypotheses), melakukan percobaan (experimenting). Pada prinsipnya
keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi memiliki kesamaan dalam hal
merumuskan permasalahan, mengumpulkan data dan mengajukan solusi
pemecahan masalah (Parsaoran Siahaan dan Iyon Suyana 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Hakikat pembelajaran biologi pada dasarnya memiliki karakteristik
keilmuan yang spesifik dengan ilmu lain. Menurut Carin dan Evans 1990 (cit.
Suciati Sudarisman 2010) meliputi empat (4) hal: produk (content), proses, sikap,
dan teknologi. Biologi sebagai produk, berarti dalam biologi terdapat fakta,
hukum, prinsip, dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Biologi
sebagai proses artinya biologi merupakan suatu proses atau metode untuk
mendapatkan pengetahuan. Biologi sebagai sikap artinya dalam biologi berkaitan
erat dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dalam
pembelajaran biologi hendaknya diarahkan pada pemberian pengalaman
beraktifitas yang melibatkan ketrampilan kognitif (minds on) ketrampilan manual
(hands on ) dan ketrampilan sosial (hearts on ). Hal itu relevan dengan pernyataan
Rustaman,dkk (2004) bahwa belajar biologi secara bermakna baru akan dialami
oleh siswa apabila siswa terlibat secara intelektual, manual, dan sosial.
Mata pelajaran biologi di SMA adalah mata pelajaran berkaitan dengan
cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga diharapkan
dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh karena itu siswa diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat dapat membantunya dalam memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran biologi dikembangkan
melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman
dalam bidang matematika, fisika, kimia dan pengetahuan pendukung lainnya.
Secara lebih rinci pembelajaran biologi SMA memiliki tujuan agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut: 1) membentuk sikap positif terhadap biologi dengan
menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa; 2) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet,
kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain, 3) mengembangkan pengalaman
untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, 4) mengembangkan
kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep
dan prinsip biologi, 5) mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi
dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri, 6) menerapkan konsep dan
prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan
dengan kebutuhan manusia; dan 7) meningkatkan kesadaran dan berperan serta
dalam menjaga kelestarian lingkungan (Lampiran Permendiknas nomor 22 tahun
2006 tentang Standart Isi).
2. Teori Belajar
a. Teori Konstruktivis
Teori belajar kontruktivis menyatakan bahwa belajar merupakan proses
aktif pelajar mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain.
Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai
seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.
Proses tersebut antara lain bercirikan: belajar berarti membentuk makna,
konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus, belajar bukanlah kegiatan
mengumpulkan fakta melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan
membuat pengertian yang baru, proses belajar sebenarnya terjadi pada waktu
skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut, hasil
belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajaran dengan dunia fisik dan
lingkungannya serta hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui pelajar: konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi
interaksi dengan bahan yang dipelajari. Menurut teori konstruktivisme suatu
prinsip yang paling penting adalah guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Peran guru biologi bukanlah
mentransfer pengetahuan kepada peserata didik, melainkan lebih sebagai
fasilitator dan mediator yang membantu peserata didik mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri secara efektif. Guru biologi harus menyediakan
pengalaman belajar yang nyata bagi siswa dan membangkitkan semangat belajar
siswa. Guru biologi harus mampu merencanakan suasana kelas sedemikian rupa
sehingga siswa memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berinteraksi.
Pembelajaran biologi harus menjadikan siswa mampu menemukan, membentuk
dan mengembangkan atau pengetahuan secara aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Teori Belajar Ausubel
David Ausubel, seorang ahli psikologi pendidikan, memberikan penekanan
terhadap belajar bermakna dan variabel-variabel yang berhubungan dengan jenis
belajar ini. Menurut Ausubel1968 (cit. Ratna Wilis Dahar, 1989: 110-111):
“Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi perrtama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.”
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan
pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu
dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan
siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.
Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah ada. Dalam hal ini
terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba
menghafalkan informasi baru itu, tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep
yang telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Jadi menurut Ausubel ada dua jenis belajar yaitu belajar menghafal (rote learning)
dan belajar bermakna (meaningful learning). Belajar menghafal merupakan
belajar bilamana seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengctahuan
yang sama sekali tidak berhubungan apa yang telah ia ketahui.
Belajar bermakna ialah suatu proses dimana informasi baru dihubungkan
dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar.
Belajar bermakna terjadi bila siswa mencoha menghubungkan fenomena baru ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep yaitu
belajar dengan menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertcntu dan
perubahan konsep yang telah ada mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan
struktur konsep yang telah dimiliki. Bi1a dalam struktur kognitif seseorang tidak
terdapat konsep-konsep yang relevan maka informasi baru dipelajari secara
hafalan. Bila tidak dilakukan usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru
pada konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi
belajar hafalan. Bcrdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
bermakna pada intinya merupakan proses mengkaitkan informasi baru yang
diperoleh siswa pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
siswa.
Penelitian ini sangat relevan dengan teori belajar Ausubel dimana
pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang bermakna yaitu pembelajaran
yang dikaitkan dengan situasi kehidupan dunia nyata siswa, sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka melalui pengalaman
langsung dimana siswa dapat menemukan konsep atau informasi sendiri.
c. Teori Belajar Vygotsky
Perkembangan manusia adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari
kegiatan-kegiatan sosial dan budaya, yang merupakan suatu proses-proses
perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan
pembelaran dengan menggunakan temua-temuan masyarakat. Perkembangan
kognitif sosial anak merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena merupakan
kawasan yang membutuhkan pemrosesan yang sangat serius dalam membentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
karakter dalam rangka meningkatkan potensi ingatan dan penalaran yang lebih
baik. Untuk memaksimalkan perkembangan, seharusnya anak bekerja dengan
teman yang lebih terampil (lebih dewasa) yang dapat memimpin secara sisyematis
dalam memecahkan yang lebih komplek.
Vygotsky berpendapat bahwa anak membentuk pengetahuan sebagai hasil
dari pikiran dan kegiatan anak sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan
bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis, menentukan fungsi-
fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus-respon, faktor sosial
sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk
pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan. Teori
Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut
Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih
berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development,
yakni daerah perkembangan seseorang saat ini.Vygotsky yakin fungsi mental
yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar
individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu
tersebut. Satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah scaffolding yakni pemberian
bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih
tanggungjawab yang semakin besar setelah anak dapat melakukan.
Menurut Vygotsky (1962), ketrampilan-ketrampilan dalam keberfungsian
mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
ketrampilan-ketrampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif
dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui
pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam
suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi
matang. Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajarinsendiri beberapa
konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh
lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan
pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Implikasi pandangan Vygotsky pada pembelajaran kontekstual dalam
penelitian ini adalah siswa dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah.
Melalui interaksi yang terjadi selama proses belajar, akan berpengaruh kepada
keberhasilan peserta didik. Interaksi dapat mengubah kemampuan dan bakat
alamiah menjadi pengalaman belajar yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
d. Teori Belajar Bruner
Jerome S. Bruner (1915), seorang ahli psikologi, menyatakan bahwa inti
belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan
mentransformasikan informasi secara aktif. Dasar pemikiran teorinya memandang
bahwa manusia adalah sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Model
Intruksional kognitif dari Bruner dikenal dengan belajar penemuan (discovery
learning). Siswa hendaknya belajar melalui kemampuannya untuk secara aktif
berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Bruner menganggap bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia (Ratna
Wilis Dahar, 1989: 103). Melalui bukunya "The Process of Education" tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1960, menjelaskan tentang kegiatan belajar mengajar dengan proses menemukan
sendiri atau (inquiry learning). Menurutnya selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, siswa diberi kesempatan mencari atau menemukan sendiri makna
segala sesuatu yang dipelajarinya.
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh siswa, dan dengan sendirinya memberikan hasil
yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Agar proses belajar berjalan lancar, ada tiga faktor yang ditekankan
dan harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pembelajaran yaitu: 1)
pentingnya memahami struktur mata pelajaran, 2) pentingnya belajar aktif supaya
seseorang dapat menemukan konsep sendiri sebagai dasar untuk memahami
dengan benar, dan 3) pentingnya nilai dari berpikir induktif. Bruner 1966 (cit.
Azhar Arsyad, 2005: 7) mengemukakan tiga tingkatan utama modus belajar yaitu
pengalaman langsung (enactive), yaitu suatu tahap pembelajaran pengetahuan
ketika pengetahuan itu dipelajari aktif, dengan menggunakan banda-benda konkrit
atau menggunakan situasi yang nyata. pengalaman gambar (iconic), tahap
pembelajarn pengetahuan ketika pengetahuan itu dipresentasikan (diwujudkan)
dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkrit, dan pengalaman abstrak (symbolic), yaitu suatu tahap
pembelajaran ketika pengetahuan itu di presentasiakan dalam bentuk simbol-
simbol abstrak. Ketiga tingkat pengalaman tersebut saling berinteraksi dalam
upaya memperoleh pengalaman (pengetahuan, sikap, ketrampilan) yang baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu
akan bertahan lama dalam ingatan siswa. Kedua, belajar penemuan mempunyai
efek transfer yang lebih baik, artinya konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
menjadi kognitif siswa lebih mudah diterapkan dalam situasi-situasi baru. Ketiga,
secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas dan mandiri. Belajar penemuan yang
murni, memerlukan banyak waktu, sehingga dalam penggunaan penemuan Bruner
menyarankan hanya sampai batas-batas tertentu.
Implikasi teori belajar Bruner dalam penelitian ini adalah pembelajaran
yang baik adalah pembelajaran penemuan. Penggunaan pembelajaran kontekstual
dalam penelitian ini mengajak siswa untuk menemukan sendiri suatu konsep
melalui pengalaman langsung yang dimiliki. Siswa mencoba untuk memecahkan
masalah tersebut dan menemukan pengetahuan yang baru. Proses pemecahan
masalah dilaksanakan melalui kegiatan pengamatan dan diskusi kelompok. Guru
bertugas memberikan masalah melalui peserata didik yang dapat mendorongnya
untuk melakukan penemuan. Sains khususnya biologi diperoleh melalui proses
penemuan, dalam belajar biologi siswa mengembangkan ketrampilan proses sains
untuk dapat menemukan fakta atau teori baru bagi diri mereka sendiri.
e. Teori Belajar Piaget
Jean Piaget ialah psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme dalam proses belajar. Teori yang dikemukakan oleh Piaget adalah
teori perkembangan mental (intelektual/kognitif). Piaget menekankan aktivitas
individual dalam pembentukan pengetahuan. Piaget yang dikenal sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
konstruktivis pertama (Ratna Wilis Dahar,1989: 159) menegaskan bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa melalui proses asimilasi, akomodasi
dan ekulibrasi. Proses asimilasi adalah proses penyatuan atau pengintegrasian
informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki. Proses akomodasi
adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi.
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif yang dialami setiap
individu menjadi empat tahap yaitu: 1) tahap sensori motor yaitu tahap yang
menempati dua tahun pertama (0-2 tahun) dalam kehidupan setiap individu. Pada
periode ini individu mengatur alam dengan indera-inderanya (sensori) dan
tindakan-tindakannya (motor). Selama periode ini individu tidak mempunyai
konsepsi "Object Permanence" misalnya ia tidak bisa menemukan kembali
terhadap benda yang telah disembunyikannya, 2) tahap pra-operasional adalah
tahap antara 2 hingga 7 tahun. Periode disebut pra-operasional, karena pada umur
ini individu belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental seperti
menambah ataupun mengurangi. Tahap pra-operasional terdiri atas dua sub
operasional yaitu sub operasional pertama antara 2 sampai 4 tahun yang disebut
pra logis dan sub operasional yang kedua ialah 4 hingga 7 tahun yang disebut
tahap berpikir intuitif. Pada sub pra logis penalaran individu adalah transduktif
yaitu penalaran yang bergerak dari khusus ke khusus tanpa menyentuh pada yang
umum seperti penalaran deduktif maupun induktif. Individu pada tahap pra-
operasional juga tidak dapat berpikir reversibel yaitu kemampuan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
kembali pada titik permulaan menuju satu arah dan mengadakan kompensasi
dengan menuju arah yang berlawanan. Sehingga pikiran individu pra-operasional
bersifat irreversibel. Biasanya individu pra-operasional bersifat egosentris yaitu
mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat orang lain, 3) tahap operasional
konkret yaitu tahap antara 7 hingga 11 tahun. Tahap ini merupakan permulaan
berpikir rasional yaitu memiliki operasioperasi logis yang dapat diterapkan pada
masalah-masalah konkret saja artinya individu belum dapat berurusan dengan
materi-materi yang abstrak, dan 4) tahap operasional formal, tahap ini merupakan
perkembangan kognitif yang terakhir yaitu pada usia 11 tahun ke atas. Pada tahap
ini individu sudah dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk
membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks atau sudah dapat berpikir
abstrak. Walaupun ada perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan,
tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati
urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada
kecepatan yang berbeda.
Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan. Antara teori Piaget dan
konstruktivis terdapat persamaan yaitu terletak pada peran guru sebagai fasilitator,
bukan sebagai pemberi informasi. Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran
diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui
penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan,
atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang
mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pengalaman belajar.
Di dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah siswa tingkat SMA
(umur 11/12-18 tahun) yang menurut Piaget termasuk dalam Tahap Operasional
Formal. Pada tahap ini meskipun siswa sudah dapat berpikir logis, berpikir
dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan hipotesis-hipotesis dan dapat
mengambil kesimpulan tentang apa yang diamatinya dan berpikir abstrak, tetapi
kecepatan tiap-tiap siswa berbeda-beda. Oleh karena itu pembelajaran biologi
khususnya materi tentang vermes dalam penelitian ini di gunakan media berupa
flipchart dan video dengan maksud agar seluruh siswa dapat memahami materi
vermes dengan mudah.
3. Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning)
Pendekatan CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari
konsep tersebut, ada tiga hal yang harus kita pahami, pertama, CTL menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan
tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, kedua, CTL
mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara
fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan, ketiga, CTL mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan
siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi
pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pembelajaran CTL siswa bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi
belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui pengalaman itu
diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh yang tidak hanya berkembang
dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor.
Melalui pendekatan CTL memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar
yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing),
menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan menstransfer
(transferring). 1) mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan
inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan
konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,
mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru, 2) mengalami
merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengataman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat
terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta
melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif, 3) menerapkan adalah siswa
menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistik dan
relevan, 4) kerjasama adalah siswa yang bekerja secara individu sering tidak
membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang kompleks dengan sedikit bantuan.
Pengataman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar,
tetapi konsisten dengan dunia nyata; dan 5) mentransfer merupakan peran guru
membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman
bukan hafalan.
Pendekatan CTL memiliki 7 komponen utama, yaitu konstruktivisme
(constructvism), inkuiri ( inquiry), bertanya ( questioning ), masyarakat belajar
(learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian
sebenarnya (authentic assessment)
a. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut
pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldwin dan diperdalam oleh Jean
Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek
semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap
setiap objek yang diamatinya. Siswa perlu dikondisikan untuk terbiasa
memecahkan masalah, menemukan hal-hal yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan gagasan-gagasan. Guru tidak akan mampu memberikan semua
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak
mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain,
dan dapat dijadikan milik mereka sendiri. Melalui dasar itu, pembelajaran harus
dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam
proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran (Wina Sanjaya: 2006).
Menurut Paul Suparno (1997: 49) secara garis besar prinsip-prinsip
konstruktivisme yang diambil adalah: 1) pengetahuan dibangun oleh siswa
sendiri, baik secara personal maupun secara social, 2) pengetahuan tidak
dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan kearifan siswa sendiri untuk
bernalar, 3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi
perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan
konsep ilmiah, dan 4) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi
agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.
b. Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses
pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,
akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,
akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Ada beberapa langkah dalam
kegiatan menemukan (inkuiry) yang dapat dipraktekkan di kelas: 1) merumuskan
masalah, 2) mengamati dan melakukan observasi, 3) menganalisis dan menyajikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
hasil tulisan, gambar, laporan bagan, tabel dan karya lainnya, dan 4)
mengkomunikasikannya atau menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman
sekelas, guru atau audien yang lain.
c. Bertanya /questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu;
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam
berpikir. Proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi
begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Oleh
karenanya peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan,
guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi.
Pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: menggali
informasi, baik administrasi maupun akademis, mengecek pemahaman siswa,
membangkitkan respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, menfokuskan perhatian siswa
pada sesuatu yang dikehendaki guru, untuk membangkitkan lebih banyak lagi
pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Kegiatan "bertanya" menjawab permasalahan gaya pendidikan lama yang
menganggap bahwa "tong kosong nyaring bunyinya" atau "berbicara adalah perak
tetapi diam adalah emas". Banyak bertanya seringkali tidak ditanggapi dengan
positif oleh guru maupun teman-teman. Kelas bukan merupakan tempat yang
aman untuk "berbuat kesalahan" dan eksplorasi. Anak kecil dalam kepoloson
belajarnya justru seringkali bertanya banyak hal yang terkadang membingungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
orang tua seperti "kenapa langit warnanya biru? bagaimana adik bisa berada di
perut ibu". Sekali lagi seiring perjalanan pendidikan kita, kepolosan dan kekritisan
tidak semakin terasah tetapi justru sebaliknya.Siswa menjadi malas dan bahkan
apatis terhadap kegiatan belajar yang dirasa sebagai siksaan.
d. Masyarakat Belajar/learning community
Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa
pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan
orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendiri, tetapi
membutuhkan bantuan orang lain. Kerjasama saling memberi dan menerima
sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat
belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk, baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam
lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil
sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok yang sudah tahu memberi
tahu kepada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi
pengalamannya kepada orang lain. Inilah hakekat dari masyarakat belajar,
masyarakat yang saling berbagi. Belajar yang baik adalah bersifat sosial. Model
pembelajaran dengan teknik "Learning Community" sangat membantu proses
pembelajaran di kelas.
e. Pemodelan/modeling
Azas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya: guru memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara
melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh bagaimana
cara melempar bola, guru kesenian memberikan contoh bagaimana cara
memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana cara
menggunakan termometer, dan lain sebagainya. Proses modeling tidak sebatas
dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap
memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam
membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-
temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model.
f. Refleksi/reflection
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman yang baru diterima. Misalnya
ketika pelajaran berakhir, siswa merenung "kalau begitu, cara saya menyimpan
file selama ini salah, mestinya dengan cara yang baru saya pelajari, sehingga file
dalam komputer saya lebih tertata".
Pengetahuan diperoleh melalui proses, pengetahuan dimiliki siswa diperluas
melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru
membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa merasa
memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru
dipelajarinya. Refleksi menjawab pertanyaan kaum behaviorisme yang
memisahkan aspek jasmani manusia dengan aspek rohaninya. Selama ini siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
menjalani pembelajaran dengan statis dan tanpa variasi. Jarang sekali mereka
diberi kesempatan untuk "diam sejenak" dan berpikir tentang apa yang baru saja
mereka lakukan atau pelajari. Waktu amat cepat berlalu, semua terburu-buru dan
mungkin memang tidak sempat melakukannya.
g. Penilaian nyata/authentic assessment
Penilaian nyata adalah proses pembelajaran konvensional yang sering
dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan pada aspek intelektual sehingga
alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat
diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL,
keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan
kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab
itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti
tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata
(Authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah
pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap
perkembangannya, baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik
dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan
secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu,
tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Dengan demikian dalam pembelajaran biologi disekolah hendaknya guru
dapat menciptakan suasana/iklim belajar yang menyenangkan yang melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
semua siswa serta dapat membangkitkan minat, sikap, motivasi berpretasi,
kreatifitas dalam menyampaikan ide atau gagasan sesuai dengan apa yang
dipelajarinya. Hal lain yang perlu dipelajari juga dalam proses pembelajaran
biologi disekolah, yakni guru dapat membangkitkan semangat siswa untuk
bertanya, menemukan jawaban atau mengkontruksikan setiap permasalahan
biologi yang dihadapinya dengan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari.
4. Media Pembelajaran flipchart dan video
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.
Media dalam bahasa Arab artinya perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Heinrich dkk. (1982) mengemukakan istilah medium
sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. AECT
(Association of Education and Communication Technology) atau Asosiasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (1971) memberi batasan tentang media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi. Dengan kata lain, media adalah alat yang berfungsi untuk
menyampaikan atau menyalurkan pesan atau informasi.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran, maka media itu
disebut dengan media pembelajaran. Gagne dan Briggs (1975) secara implisit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pembelajaran. Dengan kata lain, media adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
pembelajaran di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung
diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronik untuk menangkap,
memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Gerlach dan Ely
(1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dalam pengertian ini,
guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media (Azhar Arsyad, 2005:
3-4). Sedangkan Smaldino dkk 2005 (cit. Sri Anitah, 2008: 2) mengatakan bahwa
media adalah alat komunikasi dan sumber informasi. Media menunjuk pada segala
sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran. Dikatakan media
pembelajaran, bila segala sesuatu tersebut membawa pesan untuk suatu tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi tentang media di atas, dapat disimpulkan
bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima. Media pembelajaran adalah
seperangkat benda atau alat yang berfungsi dan digunakan sebagai "pembantu"
fasilitator atau pengajar dalam komunikasi dan interaksi suatu proses
pembelajaran dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses
penyampaian materi pembelajaran kepada siswa. Media dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dapat berupa segala alat fisik maupun non fisik (software) yang dapat menyajikan
materi pembelajaran serta merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran
digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu
digunakan oleh perorangan atau kelompok, yaitu: 1) memotivasi minat atau
tindakan, 2) menyajikan informasi dan 3) memberi instruksi. Untuk tujuan
motivasi, media pembelajaran direalisasikan dengan teknik yang dapat
merangsang minat siswa untuk melakukan aktivitas tertentu. Pencapaian tujuan ini
akan mempengaruhi sikap, nilai dan emosi. Tujuan informasi, media
pembelajaran digunakan dalam rangka menyajikan informasi di hadapan
sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian berfungsi sebagai pengantar,
ringkasan laporan atau pengetahuan latar belakang.Tujuan instruksi, formasi yang
terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam mental maupun
dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi (Kemp dan
Dayton 1985 cit. Azhar Arsyad 2005). Kemp dan Dayton juga mengemukakan
beberapa manfaat dari media pembelajaran, yaitu: 1) penyampaian pelajaran
menjadi lebih baku, 2) pembelajaran bisa lebih menarik sehingga membuat siswa
termotivasi untuk belajar, 3) pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan
diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalarn hal
partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan, dan 4) kualitas hasil belajar dapat
ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang
terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas.
Secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat sebagai berikut
(Azhar Arsyad, 2005: 26-27 dan Sadiman dkk, 2005: 17-18): memperjelas
penyajian pesan atau informasi sehingga dapat: 1) memperlancar dan
meningkatkan proses dan hasil belajar, 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu
dan daya indera, 3) penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi
dapat mengatasi sifat pasif siswa, dan 4) memberikan perangsang belajar yang
sama dan kesamaan pengalaman kepada siswa sehingga dapat menimbulkan
persepsi yang sama.
Uraian dan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran dalam proses
belajar siswa antara lain: 1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, 2) penggunaan media
pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif siswa
sehingga siswa lebih banyak melakukan kegiatan atau aktivitas belajar menurut
kemampuan dan minatnya, 3) materi pelajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, 4) mengatasi keterbatasan ruang, waktu
dan daya indera, dan 5) memberikan perangsang belajar yang sama dengan
memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa sehingga menimbulkan persepsi
yang sama.
Secara garis besar, media dapat berperan dalam proses belajar mengajar
karena dapat menghemat waktu belajar, memudahkan pemahaman, meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
perhatian siswa, meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan mempertinggi daya
ingat siswa.
c. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
Pemilihan salah satu metode pembelajaran tertentu akan mempengaruhi
jenis media pembelajaran yang sesuai. Edgar Dale memandang bahwa nilai media
pembelajaran dalam pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan pengalaman
belajar menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak yang di
kenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience ).
Diagram 2.1 Kerucut Pengalaman Dale
Pada kerucut pengalaman Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman
dari tingkat yang paling konkrit ke yang paling abstrak yaitu pengalaman
langsung, observasi, partisipasi, demonstrasi, wisata, TV, film, radio, visual,
simbol, verbal. Tingkat pengalaman yang paling tinggi nilainya adalah
pengalaman yang paling konkrit. Sedangkan yang paling rendah adalah yang
paling abstraks (Sumiati & Asra, 2007: 175)
Usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
menggambarkan bahwa pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila pesan
hanya disampaikan melalui kata verbal. Oleh sebab itu, sebaiknya siswa memiliki
pengalaman yang lebih konkrit, sehingga pesan yang ingin disampaikan benar-
benar dapat mencapai sasaran dan tujuan. Dengan demikian pemilihan media
perlu dilakukan untuk menetukan media yang terbaik dan tepat, dan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi siswa ( Rudi susilana & Cepi riyana, 2007: 9).
Pengelompokan berbagai jenis media telah dikemukakan oleh beberapa
ahli. Leshin, Pollock, dan Reigeluth 1992 (cit. Azhar Arsyad, 2005: 36)
mengklasifikasikan media ke dalam lima kelompok, yaitu:1) Media Berbasis
Manusia. Media ini merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirimkan
dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media berbasis manusia meliputi
dosen, guru, instruktur, tutor, dan sejenisnya. Media ini bermanfaat bila tujuannya
untuk mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan
pembelajaran siswa, 2) Media Berbasis Cetak. Media ini meliputi bahan-bahan
yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi. Media berbasis
cetakan meliputi buku teks, modul, jurnal, majalah, artikel, brosur, LKS. Media
LKS merupakan lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-
lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas Kompetensi
Dasar yang akan dicapainya, 3) Media Berbasis Visual, meliputi buku, gambar
atau pictorial, foto, sketsa, diagram, bagan (chart), grafik, peta, poster, kartun,
transparansi, slide dan sejenisnya. Media ini dapat memperlancar pemahaman,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
memperkuat ingatan, menumbuhkan minat siswa, dan memberikan hubungan
antara isi materi dan dunia nyata, 4) Media Berbasis Audio-Visual, meliputi
video, film, program slide-tipe, televisi, dan 5) Media Berbasis Komputer,
aplikasi komputer dalam pembelajaran dikenal dengan nama CAI (Computer-
Assisted Instruction ) atau pembelajaran dengan bantuan komputer. Format
penyajian pesan atau informasi dalam CAI meliputi tutorial terprogam, tutorial
intelijen, drill dan practice dan simulasi. Media ini menyampaikan materi dengan
menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. Informasi atau
materi yang disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam cetakan atau visual.
Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi
informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan
dan perhitungan sederhana dan rumit (Azhar Arsyad, 2005: 53). Komputer
memiliki kemampuan untuk menggabungkan dan mengendalikan berbagai
peralatan elektronik lainnya seperti CD player, video tape dan audio tape.
Komputer juga dapat merekam, menganalisis, dan memberikan reaksi kepada
respons yang diinput oleh pemakai.
Dewasa ini komputer mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam bidang
pendidikan dan latihan. Pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang berperan
sebagai manajer dalam proses pembelajaran dikenal dengan nama CAI atau
pembelajaran dengan bantuan komputer. CAI adalah suatu sistem penyampaian
materi pelajaran yang berbasis mikroprosesor yang pelajarannya dirancang dan
diprogram ke dalam sistem tersebut (Azhar Arsyad, 2005: 35). CAI mendukung
pembelajaran dan pelatihan tetapi bukan penyampai utama materi pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Komputer berperan sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya
meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan atau keduanya.
Komputer dapat menyajikan informasi dan tahapan pembelajaran lainnya.
Azhar Arsyad (2005: 54-55) mengemukakan beberapa keuntungan dari
penggunaan komputer dalam pembelajaran yaitu: 1) komputer dapat
mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran karena komputer dapat
memberikan iklim yang bersifat afektif secara individual, 2) komputer dapat
merangsang siswa untuk mengerjakan latihan dan melakukan kegiatan belajar;
dan 3) komputer dapat berinteraksi dengan siswa secara perorangan sehingga
tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya.
Berdasarkan uraian di atas, banyak manfaat yang dapat diambil dari
penggunaan komputer sebagai media pembelajaran antara lain: mempermudah
komunikasi antara guru dan siswa serta untuk mengatasi kendala yang timbul
akibat keterbatasan ruang dan waktu, maka penggunaan komputer dalam
pembelajaran perlu dikembangkan.
Konsep interaktif dalam pembelajaran paling erat kaitannya dengan media
berbasis komputer. Interaksi dalam lingkungan pembelajaran berbasis komputer
pada umumnya mengikuti tiga unsur, yaitu; 1) urutan instruksional yang dapat
disesuaikan; 2) jawaban atau respon dan pekerjaan siswa; dan 3) umpan balik
yang dapat disesuaikan. Proses melibatkan ketrampilan berpikir yang lebih tinggi,
tugas-tugas yang disajikan melalui media ini harus mampu memperhitungkan
jawaban benar yang lebih dari satu, kreativitas, dan perbedaan pemecahan yang
disebabkan oleh pengetahuan awal siswa yang tidak homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Format penyajian pesan dan informasi dari komputer dalam CAI terdiri
atas drills and practice, tutorial (terprogram dan intelijen), simulasi, permainan
dan discovery (penemuan). Salah satu format yang sekarang ini marak
dikembangkan adalah animasi komputer. Animasi berasal dari kata animate yang
berarti menghidupkan. Animasi yang dimaksud adalah gambar yang bergerak.
Animasi menurut Wikipedia (dalam Anonim, 2010), animasi atau lebih
akrab disebut dengan film animasi adalah film yang merupakan hasil dari
pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak, dengan
bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat
mudah dan cepat. Flash adalah alat untuk membuat web site yang interaktif dan
web site yang dianimasikan. Animasi flash adalah gambar bergerak yang dibuat
dengan menggunakan alat untuk membuat web site yang interaktif dan web yang
dianimasikan. Berikut merupakan beberapa kepentingan atau kelebihan animasi
apabila digunakan dalam bidang pendidikan: 1) animasi mampu menyampaikan
sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik, 2) animasi digital
mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan
suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang lain, 3) animasi
digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara
maya, 4) animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih
menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta
merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan, dan 5) persembahan secara
visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan
dalam proses penerapan konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Camtasia adalah suatu software (perangkat lunak) yang dikembangkan
oleh Tech Smith Coorporation. Camtasia ini sendiri digunakan untuk merekam
semua aktifitas yang ada pada desktop komputer. Software ini bisa kita manfatkan
untuk membuat media pembelajaran pembelajaran berbasis multimedia dan e-
learning.
Nceesoft Flipbook adalah aplikasi yang digunakan untuk membuat
flipbook. Aplikasi ini dapat digunakan untuk mengubah pdf, file gambar menjadi
flipbook. Aplikasi ini digunakan untuk membuat majalah elektronik, buku
elektronik, dan lain sebagainya, karena output yang dihasilkan sangatlah mirip
dengan buku asli namun dalam bentuk digital sehingga lebih praktis intuk dibawa
kemanapun. Manfaat nceesoft Flipbook Maker antara lain: 1) mudah untuk
digunakan, 2) mempercantik tampilan presentasi, dan 3 ) dapat digunakan untuk
membuat majalah digital, buku digital, dll.
d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan
perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa seorang guru memilih salah satu atau lebih media dalam kegiatannya di
kelas atas dasar pertimbangan antara lain: 1) siswa merasa sudah akrab dengan
media itu, 2) siswa merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan
dengan lebih baik daripada dirinya sendiri, dan 3) media yang dipilihnya dapat
menarik minat dan perhatian siswa serta menuntunnya pada penyajian yang lebih
terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Heinrich 1982 (cit. Azhar Arsyad, 2005: 67-69) mengajukan model
perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah ASSURE
(Analyze learner characteristics, State objective, Select, or modify media, Utilize,
Require learner response, and Evaluate). Model ini menyarankan enam kegiatan
utama dalam perencanaan pembelajaran yaitu: 1) analyze learner characteristics,
menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, apakah mereka siswa sekolah
lanjutan atau perguruan tinggi, anggota organisasi pemuda, perusahaan, jenis
kelamin, usia, latar belakang budaya dan sosial ekonomi. Menganalisis
karakteristik khusus seperti pengetahuan, ketrampilan dan sikap awal, 2) state
objective, menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran yaitu perilaku atau
kemampuan baru apa (pengetahuan, ketrampilan, sikap) yang diharapkan siswa
miliki dan kuasai setelah proses pembelajaran berlangsung. Tujuan ini akan
mempengaruhi pemilihan media dan urut-urutan penyajian serta kegiatan belajar;
3) select, or modify media, memilih, memodifikasi, atau merancang dan
mengembangkan materi dan media yang tepat, 4) utilize, menggunakan materi dan
media. Setelah memilih materi dan media yang tepat, diperlukan-persiapan
bagaimana dan berapa banyak waktu yang diperlukan untuk menggunakannya
serta mempersiapkan ruangan yang sesuai dengan media tersebut, 5) require
learner response, meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya memberi
dorongan siswa untuk memberikan respons dan umpan balik mengenai
keefektifan proses belajar mengajar. Dengan demikian, siswa menampakkan
partisipasi yang lebih besar, dan 6) evaluate, mengevaluasi proses belajar. Tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
utama evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai
tujuan pembelajaran, keefektifan media, metode dan guru sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, kriteria pemilihan media bersumber dari
konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem pembelajaran secara
keseluruhan. Suatu media dapat dikatakan baik apabila bersifat efisien, efektif dan
komunikatif. Efisien berarti mempunyai daya guna ditinjau dari segi penggunaan,
waktu dan tempat. Suatu media dikatakan efisien apabila penggunaannya mudah,
dalam waktu yang singkat dapat mencakup materi yang luas dan tempat yang
cukup. Efektif berarti memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesan
yang disampaikan dan kepentingan siswa yang sedang belajar. Komunikatif
berarti media tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya atau mudah dipahami
oleh siswa. Beberapa kriteria yang digunakan dalam pemilihan media meliputi:
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, praktis, luwes dan bertahan, tepat dalam
mendukung isi atau materi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau
generalisasi,guru terampil menggunakannya,pengelompokan sasaran tepat,mutu
teknis baik.
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan:
1)tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, 2) kebutuhan proses pembelajaran
dan juga kemampuan siswa, 3) kemampuan yang ada pada fasilitator atau
pengajar dalam menggunakan media pembelajaran, dan 4) alokasi waktu. Secara
umum, kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada mengingat kemampuan dan
karakteristik media yang bersangkutan. Akan tetapi, yang terpenting adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa,
serta menarik, sehingga siswa dapat memotivasi dalam proses belajar mengajar.
d. Media flipchart (lembaran balik gambar)
Flipchart dalam pengertian sederhana adalah lembaran-lembaran kertas
kalender berukuran 50X75 cm, atau ukuran yang lebih kecil 21X28 cm
merupakan susunan gambar-gambar menyerupai album kertas kalender sebagai
flipbook yang disusun dalam urutan yang diikat pada bagian atasnya dan
digantung pada suatu tiang kecil, cara menunjukkan dengan dibalik satu persatu.
Flipchart hanya cocok untuk pembelajaran kelompok kecil yaitu 30 orang. Flipchart
dapat digunakan sebagai media penyampai pesan pembelajaran. Dalam
penggunaannya dapat dibalik jika pesan pada lembaran depan sudah ditampilkan
dan digantikan dengan lembaran berikutnya yang sudah disediakan. Flipchart
merupakan salah satu media cetakan yang sangat sederhana dan cukup efektif.
Sederhana dilihat dari proses pembuatannya dan penggunaannya yang relatif
mudah, dengan memanfaatkan bahan kertas yang mudah dijumpai di sekitar kita.
Efektif karena flipchart dapat dijadikan sebagai media (pengantar) pesan
pembelajaran yang secara terencana ataupun secara langsung disajikan pada
flipchart. Indikator efektif adalah ketercapaian tujuan kompetensi yang sudah
direncanakan, untuk mencapai tujuan tersebut banyak bahan dan alat yang dapat
dijadikan media untuk mempercepat pencapaian tujuan dan salah satunya melalui
flipchart. Bahan dasar Flipchart adalah kertas sebagai media untuk menuangkan
gagasan ide dan informasi pembelajaran. Kertas yang dibutuhkan tidak spesifik
harus menggunakan kertas tertentu, namun semua jenis kertas pada dasamya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
digunakan. Kertas yang umum digunakan diantaranya kertas karton atau bisa juga
Buffalo Paper. Selain kertas, bahan lain yang dibutuhkan untuk flipchart adalah
kayu untuk penyangga dan alas penyangga kertas yang dapat dibuat dari bahan
kayu lapis (triplek) Penggunaan flipchart merupakan salah satu cara guru dalam
menghemat waktunya untuk menulis di papan tulis. Lembaran kertas yang sama
ukurannya dijilid jadi satu secara baik agar lebih bersih dan baik. Penyajian
informasi ini dapat berupa: 1) gambar-gambar, 2) huruf-huruf, 3) diagram, 4)
angka-angka.
Flipbook ialah buku informasi digital yang dapat berwujud dalam teks dan
gambar. Dalam setiap halaman berisikan gambar yang berbeda-beda secara
bertahap dari satu halaman ke halaman berikutnya, sehingga ketika halaman
bergerak berubah cepat maka gambar akan muncul untuk menghidupkan dengan
mensimulasikan gerak. Flipbook biasanya sering digunakan untuk anak-anak dan
dewasa karena dapat menampilkan serangkaian foto yang dapat menarik minat
untuk membaca. Dalam era modern ini, flipbook sangat banyak diminati karena
ukurannya yang kecil dan tentu saja tidak memakan ruang untuk penempatannya,
cukup lewat laptop dan handphone ribuan buku bisa dibawa kemana saja.
Flipbook pada dasarnya suatu bentuk animasi yang sederhana. Flipbook
bergantung pada ketekunan untuk menciptakan ilusi bahwa gerakan kontinyu
sedang dilihat. Daripada membaca ke kiri ke kanan, flipbook bisa menatap lokasi
yang sama dari gambar-gambar dengan pergantian halaman. Cara menggunakan
flipbook cukup mudah, dapat dibuka dengan cara halaman per halaman atau bisa
juga dengan langsung menuju halaman yang diinginkan. Pembuatan flipbook
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dapat menggunakan software flipbook maker salah satunya ncesoft flipbook
maker.
Ncesoft flipbook maker adalah aplikasi yang digunakan untuk membuat
flipbook. Aplikasi ini dapat digunakan untuk mengubah file pdf, file gambar
menjadi flipbook. Perusahaan-perusahaan besar biasanya menggunakan aplikasi
ini untuk mempresentasikan produknya agar lebih menarik. Aplikasi ini
digunakan juga untuk membuat majalah elektronik, buku elektronik, dan lain
sebagainya, karena output yang dihasilkan sangatlah mirip dengan buku asli
namun dalam bentuk digital sehingga lebih praktis untuk dibawa kemanapun
(portabel).
Kelebihan flipchart Sebagai salah satu media pembelajaran antara lain: 1)
mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis. Pesan
pembelajaran yang disajikan secara ringkas mencakup pokok-pokok materi
pembelajaran. Hal ini penting dilakukan dalam pembelajaran dimana pokok
pokok sajian informasi disajikan melalui media presentasi yang bertujuan untuk
memfokuskan perhatian siswa dan membimbing alur materi yang disajikan, 2)
dapat menrjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk nyata, 3) menimbulkan daya
tarik bagi pembelajaran. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan
membangkitkan minat serta perhatian peserata didik, 4) mempermudah
pembelajaran. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan
gambar sehingga siswa lebuh mudah memahami apa yang dimaksud, 5)
memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapat diperbesar
bagian-bagian yang penting, atau yang kecil sehingga dapat dimati lebih jelas, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
6) menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut dapat ditunjukkan dengan
sebuah gambar.
Adapun kelemahan flipchart: 1) Kadang-kadang gambarnya terlampau
kecil ditunjukkan dalam kelas yang besar, 2) tidak dapat menunjukkan gerak
gambar, dan 3) siswa tidak selalu dapat (menginterpretasi) membaca gambar.
Dalam penelitian ini flipchart yang dimaksud adalah flipchart yang menggunakan
flipbook dengan software ncesoft flipbook maker yang bisa mempercantik dan
memperjelas tampilan gambar.
e. Media video
Video merupakan media berbasis audio visual. Media ini menyampaikan
materi menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan
pesan audio (melalui pendengaran) dan visual (melalui penglihatan). Media audio
visual ini dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi
peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual murni,
seperti film bergerak (movie) bersuara, televisi, dan video. Jenis kedua adalah
media audio visual tidak murni yaitu yang dikenal dengan slide, OHP, dan
peralatan visual lain yang diberi unsur suara.
Pada umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah
dibandingkan melalui teks sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif
di dalam berinteraksi dengan materi. Video memaparkan keadaan riil dari suatu
proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan. Dalam
penelitian ini penggunaan video menggunakan soft ware camtasia.
Kelebihan video diantaranya adalah: 1) mengatasi keterbatasan jarak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
waktu, 2) video dapat diputar berulang-ulang bila perlu untuk menambah
kejelasan, 3) pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat; 4)
mengembangkan pikiran dan pendapat siswa, 5) memperjelas hal yang bersifat
abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistic, 6) sangat baik
menjelaskan suatu proses dan ketrampilan, 7) semua siswa dapat belajar dari
video, baik siswa yang pandai maupun yang kurang pandai, dan 8) menumbuhkan
minat dan motivasi belajar
Namun selain kelebihan di atas, video juga memiliki kelemahan yaitu
dalam pengadaannya memerlukan biaya yang mahal, video yang tersedia tidak
selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali video
dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
Pembelajaran biologi yang disajikan dalam bentuk media flipchart dan
media video, diharapkan menjadi lebih menarik, dan dapat membantu memahami
konsep-konsep materi vermes yang bersifat abstrak. Selain itu pembelajarannya
menarik, tidak membosankan dan menjadi lebih variatif.
5. Kemampuan verbal
Kemampuan verbal adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat
diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan itu diperoleh
dari sumber yang menggunakan bahasa juga lisan atau tertulis (Winkel, 2009:
111). Seseorang yang memiliki kemampuan verbal mampu menuangkan
pengetahuannya dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat
dikomunikasikan pula kepada orang lain. Pengetahuan seseorang yang tanpa dapat
dibahasakan sekiranya tidak banyak gunanya. Kemampuan verbal memegang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
peranan penting dalam kehidupan manusia, karena tanpa memiliki sejumlah
pengetahuan tidak dapat mengatur kehidupan sehari-hari dan tidak dapat
berkomunikasi dengan orang lain secara berarti.
Penyampaian pesan dapat melalui bahasa atau kata-kata. Penyampaian
pesan yang melalui bahasa disebut dengan kemampuan verbal. Bentuk belajar
verbal merupakan bentuk belajar sederhana, dan dapat menjadi dasar bagi bentuk
belajar lain. Bentuk belajar ini merupakan pada kemampuan menyatakan ide
dengan kata-kata, seperti dalam kemampuan mengingat suatu konsep atau prinsip
tertentu dan menyatakan kembali dengan kata-kata.
Prinsip belajar verbal adalah proses pembentukan asosiasi verbal, yaitu
hubungan antara obyek yang diamati atau obyak yang dibayangkan dengan kata-
kata. Seseorang yang memiliki kemampuan asosiasi verbal, dapat menyatakan
dengan jelas tentang sesuatu obyek, baik keberadaannya, ciri-cirinya, apa yang
membedakannya dan menyamakan obyek tersebut dari obyek lain, dan kaitan
antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Kemampuan verbal menyatakan
dengan jelas itu, bukan semata-mata ketika dihadirkan obyeknya itu sendiri saja.
Melainkan juga ketika dirinya membayangkan obyek tersendiri (Sumiati dan
Asra, 2007: 55).
Belajar verbal berkaitan juga dengan bentuk belajar konsep. Kemampuan
membentuk asosiasi verbal sangat penting, agar seseorang dapat menyatakan atau
menjelaskan tentang apa yang dibayangkan atau tentang obyek tertentu.
Kemampuan asosiasi verbal diperlukan juga dalam mengamati perbedaan,
persamaan dan hubungan dalam upaya mencapai konsep. Kemampuan verbal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
diungkapkan sebagai kemampuan memgkomunikasikan baik secara lisan maupun
tulisan makna dari pesan yang berupa symbol, gambar, skema maupun sumber-
pembelajaran yang lain. Kemampuan verbal meliputi kompetensi Dasar: 1)
perbendaraan kata, dapat menunjukkan suatu kata yang bukan termasuk golongan
atau tidak memiliki persamaan kata dalam krlompok kata, 2) lawan kata, dapat
mencari kata dari sutu kata, 3) membedakan kata, dapat membedakan kata dari
suatu kata, 4) analogi verbal, dapat menentukan hubungan secara analogi verbal,
hubungan satu kata dengan kata lainnya membentuk sebuah kalimat logis.
Salah satu dari tujuh indikator yang dapat dikategorikan sebagai petunjuk
tentang tinggi-rendahnya intelegansi seseorang menurut Lazear (cit. Suharsimi
Arikunto, 2006: 13) adalah kemampuan verbal (verbal linguistik). Kemampuan
verbal meliputi analisis linguistic, mengenal kembali dan mengingat, memahami
dan menciptakan kelucuan atau humor, menjelaskan sesuatu dalam proses belajar
mengajar, menyakinkan seseorang agar bersedia melakukan sesuatu dan
memahami perintah dengan tepat.
Pembelajaran Vermes yang menggunakan media video dan flipchart,
kemampuan verbal mutlak diperlukan. Siswa diharapkan mampu merespon pesan
yang dibawa melalui hasil media flipchart dan media video. Kemampuan verbal
pada penelitian ini diartikan sebagai kemampuan seseorang mengekspresikan ide-
ide dalam bentuk kata-kata, serta kemampuan untuk memahami dan mengolah
informasi dari analogi verbal yang dalam hal ini tentang materi vermes. Kondisi
kemampuan verbal siswa SMA 1 Pacitan bervariasi. Dengan demikian perlu
mempertimbangkan keberagaman kemampuan verbal siswa. Kemampuan verbal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
siswa tinggi apabila tingkat kemampuan verbal siswa sama dengan atau lebih
besar dari kemampuan verbal rata-rata siswa, sedangkan kemampuan verbal
rendah adalah tingkat kemampuan verbal siswa lebih kecil dari kemampuan
verbal rata-rata siswa.
6. Gaya Belajar
Menyikapi berbagai macam mengenai gaya belajar, tentulah harus
ditambah dengan logika dan kebudayaan cara kerja, dan yang paling penting dari
semua diatas adalah suatu cara kerja otak yang mana dalam hal ini disebut dengan
modalitas belajar. Secara singkat modalitas belajar adalah, suatu cara bagaimana
otak menyerap informasi yang masuk melalui panca indera secara optimal.
Pengertian gaya belajar menurut Bobby de Portter (2008: 112),“ gaya
belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang itu menyerap dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi”. Jadi, setiap siswa memiliki gaya belajar
yang berbeda-beda. Terdapat tiga modalitas belajar seseorang yaitu: “modalitas
visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing-masing dalam
belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu,
kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.
a. Visual (belajar dengan cara melihat)
Lirikan ke atas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang
bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan
(visual), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih
banyak/dititikberatkan pada peragaan/media, ajak mereka ke obyek-obyek yang
berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak
yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi
muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di
depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-
gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-
tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video, dan di
dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk
mendapatkan informasi.
Ciri-ciri gaya belajar visual antara lain: bicara agak cepat, mementingkan
penampilan dalam berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu oleh keributan,
mengingat yang dilihat dari pada yang didengar, lebih suka membaca dari pada
dibacakan, pembaca cepat dan tekun, seringkali mengetahui apa yang harus
dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata, lebih suka melakukan demonstrasi
dari pada pidato, lebih suka musik dari pada seni, mempunyai masalah untuk
mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang
untuk mengulanginya.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual antara lain:
gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta, gunakan warna
untuk menghilite hal-hal penting, ajak anak untuk membaca buku-buku
berilustrasi, gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video) dan ajak anak
untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
b. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Lirikan ke kiri /ke kanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang-sedang
saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui
telinga (alat pendengarannya), untuk itu maka guru sebaiknya harus
memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai
gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal
dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna
yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan
berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai
makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini
biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan
mendengarkan kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori antara lain: saat bekerja suka bicara kepada
diri sendiri, penampilan rapi, mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan
mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat,
senang membaca dengan keras dan mendengarkan, menggerakkan bibir mereka
dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, biasanya ia pembicara yang
fasih, lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka
gurauan lisan daripada membaca komik, mempunyai masalah dengan pekerjaan-
pekerjaan yang melibatkan visual, berbicara dalam irama yang terpola dan dapat
mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori antara lain: ajak
anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam
keluarga, dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras, gunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
musik untuk mengajarkan anak, diskusikan ide dengan anak secara verbal dan
biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannya sebelum tidur.
c. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Lirikan
kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya
belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak
seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk
beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini
belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik antara lain: berbicara perlahan,
penampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar
melalui memanipulasi dan praktek, menghafal dengan cara berjalan dan melihat,
menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, merasa kesulitan untuk
menulis tetapi hebat dalam bercerita, menyukai buku-buku dan mereka
mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, menyukai permainan
yang menyibukkan, tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang
pernah berada di tempat itu dan menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian
mereka menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik adalah: jangan
paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam, ajak anak untuk belajar sambil
mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda,
gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru), izinkan anak untuk
mengunyah permen karet pada saat belajar dan gunakan warna terang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
memberi tanda hal-hal penting dalam bacaan, izinkan anak untuk belajar sambil
mendengarkan musik.
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan
strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih
baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap
orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Ketika siswa diajarkan
menggunakan gaya belajar yang mereka sukai, mereka menunjukkan
meningkatkan prestasi akademik. Kondisi gaya belajar siswa SMA 1 Pacitan
bervariasi, dengan demikian perlu mempertimbangkan keberagaman gaya belajar
siswa. Dalam penelitian ini, gaya belajar yang diteliti pada siswa dibatasi pada
gaya belajar visual dan gaya belajar auditori.
7. Prestasi Belajar
Perubahan tingkah laku keberhasilan dalam pembelajaran merupakan
prestasi belajar atau hasil belajar dari siswa. Prestasi belajar adalah hasil atau taraf
kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar
dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan
dalam angka atau pernyataan.
Menurut Gagne 1988 (cit. Dahar, 1989: 135), menyatakan bahwa
terdapat lima macam hasil belajar:
a. Ketrampilan intelektual adalah ketrampilan-ketrampilan yang ditunjukkan oleh
siswa tentang operasi-operasi intelektual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
b. Kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk memilih dan menerapkan
aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah dipelajari.
c. Kemampuan verbal atau ketrampilan deklaratif adalah pengetahuan tentang apa
sesuatu itu.
d. Sikap adalah sekumpulan sikap yang ditunjukkan oleh perilaku yang
mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains.
e. Kemampuan motorik adalah ketrampilan yang berhubungan ketrampilan fisik
dan internal.
Secara umum prestasi belajar siswa dapat disimpulkan sebagai hasil yang
diperoleh sebagai akibat dari aktifitas selama mengikuti kegiatan belajar mengajar
Biologi. Prestasi belajar yang diperoleh tiap siswa tidak selalu sama. Hal ini
dipengaruhi pada faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: 1) faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam individu yang belajar. Faktor internal terdiri dari
faktor fisik atau jasmani dan faktor mental psikologis. Faktor fisik contohnya:
keadaan badan lelah, sedangkan faktor mental psikologis terdiri dari faktor
kecerdasan atau intelegensi, minat, konsentrasi, ingatan, dorongan rasa ingin tahu:
dan 2) faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar
yaitu faktor-faktor dalam fisik lingkungan, sarana fisik dan non fisik yang
menunjang proses belajar mengajar. Kondisi eksternal yaitu mengenai hal dalam
situasi belajar yang dapat dikontrol oleh pengajar, sehingga kondisi belajar yang
eksternal dapat diatur atau dikontrol dan hanya merupakan suatu bagian dari
proses belajar, ini merupakan tugas guru yang utama dalam mengajar. Faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
eksternal lainnya adalah faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial. Faktor lingkungan sosial adalah faktor manusia baik yang berhubungan
langsung maupun secara tidak langsung. Faktor lingkungan sosial seperti guru.
Faktor lingkungan non sosial adalah factor yang berupa benda tapi bukan
manusia. Faktor lingkungan non sosial meliputi media atau alat-alat belajar, waktu
belajar yang digunakan oleh siswa dan pendekatan belajar yang berupa stratcgi
dan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal pada penelitian ini adalah gaya belajar dan kemampuan verbal.
Faktor eksternal meliputi guru, media video, flipchart dan pendekatan CTL.
8. Materi Pembelajaran Vermes
Materi pembelajaran biologi pada penelitian ini mengambil materi
pokok Animalia dengan Kompetensi Dasar: 3.4 Mendeskripsikan ciri- ciri filum
dalam dunia hewan dan peranannya bagi kehidupan, berdasarkan kurikulum
KTSP 2006, Pedoman khusus untuk mata pelajaran Biologi, untuk kelas X
semester II. Materi pokok: Dunia Hewan (vermes). Uraian materi terdiri dari:
phylum platyhelminthes, phylum nemathelminthes, phylum annelida.
a. Phylum Platyhelminthes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 2.2 Cacing Platyhelminthes
Ciri –ciri umum Platyhelminthes: tubuh simetris bilateral, berbentuk pipih
seperti pita atau daun, lunak dan epidermisnya bersilia, serta tidak bersegmen,
memiliki alat penghisap dan alat kait, saluran pencernaan belum sempurna, tidak
memiliki rongga tubuh /aselomata, tidak memiliki sistem peredaran darah, tidak
memiliki sistem respirasi dan ekresi, sistem saraf tangga tali, cara hidup bebas,
parasit.
1) Klasifikasi Platyhelminthes
a) Turbellaria (cacing berbulu getar)
Turbellaria atau cacing berbulu getar merupakan cacing yang hidup bebas.
Contohnya adalah Planaria. Planaria adalah cacing yang hidup secara bebas di
perairan. Cacing ini bisa dijadikan sebagai bioindikator terhadap kadar
pencemaran di suatu perairan. Cacing ini suka hidup di perairan yang bersih atau
belum tercemar. Planaria memiliki sistem pencernaan yang masih sederhana.
Makanan akan ditangkap melalui tonjolan faring yang berada pada bagian tengah
ventral tubuhnya. Makanan yang sudah ditangkap lalu dimasukkan dalam usus
yang bercabang-cabang untuk dicerna. Hasil pencernaan makanan akan berdifusi
ke seluruh jaringan tubuh, sementara itu sisa pencernaan akan dikeluarkan lewat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
mulut. Planaria merupakan cacing yang bersifat karnivora. Cacing ini memiliki
alat pengeluaran atau ekskresi berupa sel api atau flame cell. Planaria
bereproduksi secara seksual dengan peleburan sperma dan ovum. Planaria bersifat
hermafrodit, namun demikian tidak pernah ada pembuahan sendiri karena
matangnya sperma dan ovum tidak dalam waktu yang bersamaan. Reproduksi
aseksual dengan fragmentasi atau memotong diri. Setiap potongan tubuhnya
mampu menjadi individu baru. Pada bagian kepala, di antara stigma (bintik mata)
terdapat ganglion yang merupakan pusat saraf. Ganglion mengalami pemanjangan
oleh saraf tepi yang menuju ke arah posterior. Antara kedua saraf tepi tersebut,
akan dihubungkan oleh cabang saraf melintang, sehingga susunan sarafnya
seperti tangga, oleh karena itu sistem saraf pada Planaria disebut system saraf
tangga tali.
b) Trematoda (cacing isap)
Anggota cacing ini semuanya bersifat parasit, baik pada hewan ternak
ataupun pada manusia. Tubuh cacing ini dibungkus oleh kutikula untuk
mempertahankan diri. Contoh Trematoda antara lain: Fasciola hepatica,cacing ini
memiliki panjang 2-6 cm. Habitatnya adalah di hati ternak. Sama dengan
Plathyhelminthes yang lain, cacing ini memiliki sel api atau flame cell sebagai alat
ekskresi, sistem saraf tangga tali serta memiliki alat pengisap atau sucker yang
terdapat pada bagian mulut serta pada bagian ventral atau perut. Cacing ini
bereproduksi secara generatif. Satu individu bisa menghasilkan 2000-4000 telur.
Telur yang sudah dibuahi akan melewati saluran empedu kemudian ke usus dan
akan keluar bersama feses. Cacing ini memiliki hospes sementara siput air dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
hospes tetapnya adalah ternak. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang
berada dalam feses keluar ke lingkungan. Telur itu akan menetas menjadi larva
bersilia mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput (sebagai inang antara), lalu
berkembang menjadi sporosista, kemudian menjadi redia, lalu serkaria. Serkaria
keluar dari tubuh siput, lalu menempel pada tanaman, kemudian berkembang
menjadi metaserkaria. Ketika tanaman dimakan ternak, metaserkaria akan
menetas di usus dan dewasa dalam organ hati. Daur hidup dari cacing hati di
tunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Daur hidup cacing hati Fasciola hepatica
c) Cestoda (cacing pita )
Semua cacing pita tidak memiliki alat pencernaan, karena sari-sari
makanan dapat langsung diserap melalui seluruh permukaan tubuhnya. Tubuhnya
beruas-ruas atau biasa disebut sebagai proglotid,di mana setiap proglotid
mengandung alat reproduksi, ekskresi, dan mampu menyerap sari makanan dari
inangnya. Karena itulah tiap proglotid dapat dianggap sebagai koloni individu.
Contoh dari cacing ini adalah Taenia saginata dan Taenia solium. Cacing Taenia
solium merupakan cacing parasit yang dewasa pada manusia dengan hospes antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
adalah babi. Berbeda dengan cacing Taenia saginata, cacing ini pada kepala
(skoleks) terdapat alat pengisap dan kait dari kitin atau disebut sebagai rostelum.
Taenia saginata secara sepintas mirip dengan Taenia solium, hanya saja
perbedaannya ada pada ukuran tubuhnya yang lebih panjang, pada kepalanya
tidak memiliki rostelum dan hospes antaranya adalah sapi.
Daur hidup cacing Taenia sp, proglotid dewasa yang telah menghasilkan
telur keluar bersama feses, kemudian telur tersebut akan menetas menjadi
onkosfer. Bila larva tersebut tertelan (sapi atau babi) maka larva tersebut akan
berada dalam usus dan berkembang menjadi heksakan. Larva tersebut kemudian
akan menembus dinding usus dan ikut bersama aliran darah dan masuk ke dalam
otot atau daging. Di dalam otot atau daging (sapi atau babi) tersebut, larva akan
berkembang lagi menjadi bentuk gelembung atau sistiserkus. Ketika seseorang
mengonsumsi daging babi atau sapi yang di dalamnya ada larva tersebut, larva
tadi akan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan dan akan menetas menjadi
cacing dewasa dalam usus manusia. Daur hidup cacing Taenia sp ditunjukkan
pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Daur hidup cacing pita Taenia saginata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Peranan Platyhelminthes: sebagai indikator dalam polusi air, dapat
menyebabkan penyakit apabila hidup parasit pada tubuh inangnya. Contoh:
Fasciola hepatica dapat menyebabkan pembusukan hati (fasciolacis), Taenia
saginata parasit pada jejenum manusia, inang perantara sapi (Taenia solium)
hidup parasit pada jejenum manusia, inang perantara babi; Echinococcus
granulosus hidup parasit pada usus anjing; Diphyllobothrium latum hidup
parasit pada manusia, kucing, anjing; Clonorchis sinensis hidup parasit pada hati
manusia; Schitosoma japonicum hidup parasit pada pembuluh vena manusia di
kenal dengan cacing darah penyakitnya disebut Schistosomiasis.
b. Phylum Nemathelminthes
Gambar 2.5 Cacing Nemathelminthes
Ciri umum Nemathelminthes: disebut cacing benang, tubuh tidak beruas-
ruas,saluaran pencernaan sempurna, hidup bebas dalam tanah, air atau parasit,
tubuh simetris bilateral tubuh gilig/bulat panjang, tidak bersegmen, dilapisi
kutikula sehingga tampak mengkilat, ukuran kecil/mikroskopis, tidak memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
silia, alat pencernaan sempurna (memiliki mulut di anterior dan anus diujung
/posterior ), tidak memiliki alat peredaran darah maupun alat pernapasan khusus,
alat ekresi belum sempurna, sistem saraf tangga tali, merupakan hewan
triploblastik pseudoselomata, berjenis kelamin satu / gonokoris, reproduksi secara
seksual, cara hidup: bebas dan parasit. Klasifikasi Nemathelminthes: (a) kelas
Nematoda , contoh: Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, Wuchereria
brancrofti; (b) kelas Nematomorpha, contoh: Gordius sp.
Struktur tubuh Nemathelminthes memiliki susunan triploblastik
pseudoselomata. Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar
(ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Pada
lapisan luar tubuhnya dilapisi oleh lapisan lilin atau kutikula. Rongga yang
terdapat pada tubuhnya merupakan rongga semu atau tidak sejati
(pseudoselomata). Cacing ini memiliki simetri tubuh bilateral. Cacing ini bersifat
dioesius, yaitu cacing jantan dan cacing betina. Nemathelminthes memiliki sistem
pencernaan yang sempurna, saluran pencernaan memanjang dari mulut sampai ke
anus. Cacing ini belum memiliki sistem peredaran darah. Contoh-contoh cacing
Nemathelminthes, antara lain:
1) Ascaris lumbricoides
Cacing jantan dan betina dapat dibedakan, biasanya tubuh cacing jantan
berukuran lebih kecil daripada cacing betina dan bagian posterior cacing jantan
bengkok. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang keluar bersama feses.
Apabila telur yang telah dibuahi tadi tertelan oleh manusia, di dalam usus telur
tadi akan menetas dan menembus dinding usus, ikut bersama aliran darah. Larva
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
yang ikut aliran darah akan menuju jantung lalu ke paru-paru dan seterusnya akan
ke kerongkongan. Apabila larva yang berada di kerongkongan tadi tertelan lagi
akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus halus manusia. Daur hidup
cacing perut dapat ditunjukkan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Daur hidup cacing perut Ascaris lumbricoides
1) Wuchereria bancrofti
Cacing ini dapat menyebabkan penyakit kaki gajah (filariasis).
Penularannya melalui gigitan nyamuk Culex. Cacing ini hidup dalam saluran
limfe (getah bening) yang ada di kaki. Karena pembuluh getah bening yang ada di
kaki tersumbat maka kaki penderita akan membesar seperti kaki gajah atau
elephantiasis.
2) Ancylostoma duodenale
Cacing ini disebut juga sebagai cacing tambang. Disebut cacing tambang
karena pada awalnya hanya ada pada daerah pertambangan. Larva cacing ini dapat
masuk melalui pori-pori kulit kaki. Larva tadi akan ikut menuju jantung dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dewasa di usus halus manusia. Cacing ini dapat menghasilkan zat antikoagulan
(zat antipembeku darah). Orang yang terkena cacing ini dapat terkena anemia
Daur hidup cacing tambang dapat ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Daur hidup cacing tambang Ancylostoma duodenale
3) Enterobius vermicularis
Cacing ini biasa dikenal juga sebagai cacing kremi, hidup dalam usus
manusia.Infeksi cacing kremi tidak memerlukan inang perantara. Ketika cacing
ini akan bertelur, mereka bergerak menuju anus dan bertelur di sana. Pada telur
yang ditinggalkan itu juga terdapat semacam lendir yang menyebabkan rasa gatal
pada daerah anus penderita. Karena rasa gatal tersebut mengakibatkan penderita
akan menggaruknya, sehingga terjadi penularan dengan sendiri atau autoinfeksi.
Peranan Nemathelminthes; Ascaris lumbricoides, cacing dewasa parasit
pada usus manusia; Ancylostoma duodenale, cacing dewasa parasit diusus
manusia menimbulkan penyakit anemia; Enterobius vermicularis, cacing dewasa
parasit di usus halus manusia, nafsu makan kurang; Wucheria bancrofti, cacing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dewasa parasit di pembuluh getah bening (penyakitnya di sebut
Elephantiasis/kaki gajah); Trichenelia spirali, cacing dewasa parasit di usus halus
manusia penyakitnya di sebut trichinosis, Ascaris megalocephala, cacing dewasa
parasit pada kuda, Ascaris suilla, cacing dewasa parasit pada babi, Loa, cacing
dewasa parasit di setiap bagian tubuh, juga bisa di mata, Onchocerca, cacing
dewasa parasit di kulit mata, yang di mata menimbulkan kebutaan.
c. Phylum Annelida
Gambar 2.8 Cacing Annelida
Ciri umum Annelida: bentuk tubuh bersegmen dan bulat panjang, saluran
pencernaan sempurna, mempunyai chaeta (rambut). Struktur tubuh annelida
termasuk hewan yang memiliki lapisan tubuh triploblastik euselomata.
Euselomata artinya sudah terdapat selom sejati, system peredaran darahnya
berupa sistem sirkulasi terbuka, memiliki sistem saraf tangga tali. Tubuh hewan
ini memiliki segmen dan setiap segmen (disebut metameri) memiliki sistem saraf,
pencernaan, reproduksi serta memiliki sistem ekskresi.
1) Klasifikasi Annelida
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
a) Polychaeta
Poly artinya banyak dan chaeta artinya rambut, jadi pada tubuh cacing ini
banyak sekali dijumpai rambut. Kulitnya dilapisi oleh kutikula, memiliki sistem
saraf tangga tali dengan pusat sarafnya adalah ganglion. Cacing ini sebagian besar
hidup di laut. Contoh spesies cacing ini adalah Nereis virens, Eunice viridis
(cacing wawo), dan Lysidice oele (cacing palolo). Cacing wawo dan cacing palolo
merupakan cacing yang enak dimakan dan memiliki kandungan protein yang
tinggi. Cacing ini banyak dijumpai di wilayah perairan kepulauan Maluku serta
Fiji negara Jepang.
b) Olygochaeta
Cacing ini memiliki chaeta atau rambut yang jumlahnya sedikit. Cacing
ini banyak hidup di darat ataupun perairan tawar. Bersifat hermafrodit, sehingga
di dalam tubuhnya dapat dijumpai ovarium dan testis. Pada beberapa segmen
tubuh cacing ini epidermisnya mengalami penebalan, disebut klitellum. Pada
waktu reproduksi pada bagian klitellum akan mengeluarkan kokon. Kokon inilah
yang nantinya akan menetas menjadi individu baru. Respirasi dilakukan secara
difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya. Contoh: cacing tanah (Pheretima,
Lumbricus terrestris).
c) Hirudinea
Cacing ini termasuk cacing pengisap darah. Adapun yang termasuk dalam
kelas ini adalah bangsa lintah. Contohnya adalah lintah (Hirudo medicinalis) dan
pacet (Haemadipsa javanica). Lintah biasanya hidup di daerah yang lembap,
sebelum mengisap darah, lintah akan menyuntikkan zat anastesi atau bius ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dalam tubuh korbannya, sehingga ketika diisap darahnya, korban tidak merasa
sakit. Lintah juga dapat menghasilkan zat antikoagulan (zat anti pembeku darah),
yang disebut hirudin. Adanya zat antikoagulan tersebut menyebabkan darah
korban yang diisap tidak akan membeku. Lintah memiliki dua alat pengisap yang
terletak di bagian anterior dan posterior. Pencegahan agar kita tidak digigit atau
ketika kita sedang digigit adalah dengan memberikan air tembakau atau garam,
dapat pula tubuh diolesi dengan balsem atau minyak kayu putih.
Peranan Annelida; menyuburkan tanah, contoh: cacing tanah, sumber protein
hewani, contoh: palolo dan wawo, penghisap darah manusia atau hewan
vertebrata lainnya, contoh: lintah dan pacet.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian
terdahulu yang ada hubungannya dan sekaligus sebagai pendukung dari penelitian
yang akan dilakukan.
1. Agung Yulianto dan Arif Yulianto. 2006. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
dalam Mata Pelajaran Ekonomi melalui Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada SMA Negeri 11
Semarang, Vol 1 (1).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis data kualitatif menunjukan
bahwa baik aktivitas guru, aktivitas siswa dan respon siswa terhadap KBM yang
dilaksanakan berdasarkan konstektual menunjukan tingkat pencapaian yang baik,
demikian juga dengan pelaksanaan tujuh komponen utama dari kontekstual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Persamaan penelitian Yulianto dengan penelitian kami sama-sama
menggunakan pembelajaran kontekstual. Perbedaannya, penelitian ini
membandingkan pembelajaran dengan konvensional dan konstekstual tanpa
tinjauan aspek internal siswa.
2. I Nyoman Gita. 2007. Implementasi Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika siswa sekolah Dasar.Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Undiksha. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan, Vol 1 (1), 26-34.
Penelitian ini menghasilkan bahwa implementasi pendekatan kontekstual
meningkatkan prestasi belajar siswa. Persamaan penelitian I Nyoman Gita
dengan penelitian kami adalah sama-sama menggunakan pembelajaran
kontekstual. Perbedaannya penelitian I Nyoman Gita menggunakan
pendekatan kooperatif tanpa tinjauan aspek internal siswa, sedangkan
penelitian kami menggunakan media flipchart dengan tinjauan aspek
kemampuan verbal dan gaya belajar siswa.
3. Edya M, Janulis P dan Wahid M. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran
Menggunakan Pendekatan Kontekstual (CTL) Pada Program Diklat Program
produktif Teknik Mesin Perkakas. Portal jurnal Universitas Pendidikan
Indonesia, Vol 1V, (12).
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan implementasi model pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar
pada program teknik mesin perkakas. Implikasi dari penelitian ini adalah
memberikan kesempatan pada guru produktif mesin perkakas khususnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
untuk mengembangkan penggunaan model pembelajaran. Persamaan dengan
penelitian kami adalah penggunaan pendekatan CTL dalam proses
pembelajaran.
4. Wasis. 2006. Contextual Teaching And Learning ( CTL ) Dalam
Pembelajaran Sains–Fisika SMP. FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
Cakrawala Pendidikan, Februari 2006, Th. XXV, No.1. Penelitian ini
memberi kesimpulan perangkat pembelajaran kontekstual memiliki ciri
khusus, yaitu menyediakan berbagai fitur sehingga konten dalam
pembelajaran dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata, serta memberikan
berbagai pilihan aktivitas sehingga siswa dengan berbagai gaya belajar dan
tingkat kemampuan dapat melakukan hands-on activities dan minds-on
activities sesuai dengan lingkungan belajarnya.
Persamaan penelitian dengan kami penggunaan pendekatan CTL.
5. Tarpin Juandi. 2011. Pembelajaran Fisika dengan CTL melalui media
pembelajaran Animasi dan KIT ipa ditinjau dari gaya belajar dan motivasi
berprestasi siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
adalah model pembelajaran CTL dan tinjauan variabel moderator yaitu gaya
belajar. Sedangkan perbedaannya pada media pembanding video dan flipchart
dan variabel moderator kemampuan verbal.
6. Rahayu Sri Sulistyawati, 2011. Pembelajaran IPA model Contextual
Teaching And Learning menggunakan Animasi berbasis Flash dan Interactive
Video ditinjau dari kemampuan verbal dan gaya belajar. Kesimpulan dari
penelitian ini penggunaan media berpengaruh terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Adapun persamaan penelitian ini adalah Model pembelajaran CTL, tinjauan
variabel moderator kemampuan verbal dan gaya belajar. Sedangkan
perbedaan nya pada pembanding media yaitu media Video dan Flipchart.
7. Bettye P. Smith. 2006. Contextual Teaching And Learning Practise In The
Family And Consumer Scienses. Columbia Middle School, Dekalb County,
Georgia. Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No.
1. Penelitian ini merupakan studi tentang pembelajaran kontektual yang
diterapkan oleh guru dan keluarga yang menghasilkan tingkat pengetahuan
dan pengalaman yang tinggi. Kaitannya dengan penelitian ini adalah
pendekatan CTL dijadikan sebagai pembelajaran untuk menghasilkan tingkat
kognitif dan pengalaman.
8. Lena Bostrom. 2011. Mid Sweden University. Students ’Learning Styles
Compared with their Teacher’, Learning Styles in Secondary Schools.
Institute for Learning Styles Journal, Vol 1,1 – 20.
Penelitian ini merupakan studi membandingkan gaya belajar siswa dengan
guru pada sekolah menengah. Tiga kelompok gaya belajar siswa ini di
bandingkan dan dianalisis dengan menggunakan F-test dan analisis varians,
anova. Kaitannya dengan penelitian ini memiliki persamaan yaitu
membandingkan gaya belajar.
9. Richard E. Mayer and Laura J. Massa. 2003. University of California. Three
Facets of Visual and Verbal Learners: Cognitive Ability, Cognitive Style, and
Learning Preference. Journal of Educational Pshychology. vol 85 (4), 833-
846
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Penelitian ini merupakan studi kemampuan verbal-spasial dan gaya belajar
visual dan kemampuan kognitif. Kesimpulan dari penelitian ini kemampuan
kognitif tinggi kemahiran kemampuan verbal juga tinggi. Belajar visual
menyukai instruksi yang melibatkan gambar. Menyukai instruksi verbal
melibatkan kata-kata. Kaitan dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan kemampuan verbal dan gaya belajar untuk mengetahui
kemampuan kognitif.
10. Robert G. Berns and Patricia M. Erickson. 2001. Contextual Teaching and
Learning: Preparing Students for tehe New Economy, 5, 1-8.
Penelitian ini merupakan studi untuk pembelajaran CTL menjadi yang paling
efektivitas dalam belajar siswa, guru harus merencanakan, melaksanakan,
merefleksikan, dan merevisi pelajaran. Rencana tersebut harus di dasarkan
dalam prinsip-prinsip CTL. Kaitan dengan penelitian ini adalah pendekatan
CTL merupakan yang paling efektif dalam belajar siswa.
11. Patricia Murdock Miller. 2006. Contextual Learning May be a better Teaching
Model: A Cace For Higher Order Learning and Transfer, Volume 11,
Number 2.
Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa pembelajaran kontekstual lebih
baik daripada pembelajaran tradisional dalam memperoleh pengetahuan,
aplikasi dan pembelajaran yang baru. Penemuan belakangan ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang lebih dari pada hanya sekedar merefleksikannya.
Keuntungan lainya bahwa kontekstual memiliki pemahaman yang lebih
dalam tentang konsep pembelajaran mandiri, pembelajaran yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
bertanggung jawab, mendemostrasikan kemampuan behaviora dari pada
pemecahan masalah pembuatan keputusan, berani mengambil inisiatif
mendemonstarsikan perilaku pengembangan tim kerja kelompok. Kaitan
dengan penelitian ini adalah pendekatan CTL merupakan pembelajaran yang
lebih baik dibandingkan pembelajaran tradisional.
12. Anand Lenin Vethanayagam, F. S. R. Hemalatha, (2010) Effect of
Environmental Education to School Children Through Animation Based
Educational Video, volume 10.
Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan media video merupakan pembelajaran yang menghilangkan
kebosanan dan merespon siswa untuk bereaksi dan aktif dalam proses
pembelajaran, akan peka terhadap lingkungan, sehingga akan menghasilkan
prestasi yang lebih baik dalam proses pembelajaran.
C. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran
untuk sam[pai pada perumusan hipotesis. Berdasarkan permasalahan yang terjadi
di lapangan, kajian teori, pendekatan pembelajaran, media pembelajaran
kemampuan verbal, dan gaya belajar maka dapat disampaikan bagan kerangka
berpikir dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Gambar 2.9. Kerangka Berpikir
Realita dalam Pembelajaran :
Proses pembelajaran Biologi masih berpusat pada guru, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, penggunaan pendekatan pembelajaran kurang variatif, kurang optimalnya penggunaan media.
Media Flipchart
Pendekatan CTL
Prestasi belajar Biologi Meningkat (Kognitif, Afektif dan Psikomotorik)
Media Video
Kemampuan verbal
Gaya Belajar
Pembelajaran Ideal :
Ideal dalam proses pembelajaran menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi dan menghubungkan dengan kehidupan nyata sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
Siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran, siswa kurang terampil untuk belajar menemukan dan mengaitkan dalam kehidupan nyata. Prestasi belajar biologi belum optimal
Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa belajar menemukan materi dan menghubungkan dengan kehidupan nyata dan hasil dapat belajar optimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Pengaruh penggunaan pendekatan CTL pada keberhasilan anak adalah
dengan penggunaan pendekatan CTL anak akan berperan aktif mengkonstruksi
pengetahuan sehingga menjadi lebih bermakna karena pengetahuan tidak
diperoleh dengan pasif tapi diperoleh secara aktif. Pembelajaran ini akan
menjadi lebih bermakna lagi bagi siswa jika dalam pelaksanaan pembelajaran
menggunakan media pembelajaran, khususnya media berbasis komputer yaitu
flipchart dan video. Dengan media tersebut akan memberikan efek yang tidak
sama pada prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh
sejauh mana siswa itu memiliki gaya belajar dan kemampuan verbal.
Adanya perbedaan dalam penggunaan media pada pendekatan CTL
dengan gaya belajar dan kemampuan verbal pada siswa tentunya akan
memberikan efek yang berbeda pula. Interaksi antara pendekatan CTL dengan
penggunaan media flipchart dan media video, gaya belajar, kemampuan verbal
siswa tentunya akan memberikan efek yang tertentu pula pada prestasi belajar
siswa.
1. Pengaruh pembelajaran biologi dengan CTL melalui media video dan flipchart
Pembelajaran berdasarkan kontekstual adalah pembelajaran yang
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat dan hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Sebagaimana pendapat Vygotsky bahwa pengkonstruksian pengetahuan adalah
melalui interaksi sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Materi vermes merupakan materi yang bersifat abstrak dan kompleks.
Siswa cenderung mengalami kesulitan dalam mengamati, menerima, dan
mengolah informasi yang diperoleh. Sebagaimana pendapat Piaget bahwa
pengetahuan baru dibentuk dengan mengaitkannya dengan pengetahuan yang
sudah ada. Aplikasinya siswa memerlukan daya pemahaman cukup, sehingga
diperlukan suatu pembelajaran dengan pendekatan yang dapat membantu
pemahaman. Pendekatan CTL diduga siswa lebih mudah memahami materi
vermes sehingga lebih bermakna. Pendekatan CTL dapat diterapkan di kelas
melalui penggunaan media. Media diperlukan untuk memperjelas materi yang
dipelajari. Media flipchart memvisualisasikan gambar-gambar animalia seperti
aslinya, sehingga dapat memperjelas materi yang di ajarkan. Berdasarkan uraian
di atas, pendekatan CTL melalui penggunaan media flipchart dan media video
dalam pembelajaran secara optimal diprediksi dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran
dengan media video diduga mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada
penggunaan media flipchart.
2. Pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.
Keberhasilan pembelajaran materi vermes juga dipengaruhi faktor internal
siswa. Salah satu faktor internal adalah kemampuan verbal yang dimiliki siswa.
Kemampuan verbal merupakan pengetahuan yang dapat diungkapkan dalam
bentuk bahasa lisan maupun tulisan. Kemampuan verbal siswa meliputi
penguasan perbendaharaan kata, pemahaman bacaan, penggunaan analogi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
kesesuaian arti dalam berbahasa. Siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi
akan lebih mudah untuk menguasai konsep-konsep dalam pembelajaran biologi.
Berdasarkan uraian di atas siswa yang mempunyai kemampuan verbal
tinggi dan rendah dalam pembelajaran dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai
kemampuan verbal tinggi diduga mendapatkan hasil yang lebih baik daripada
siswa yang mempunyai kemampuan verbal rendah.
3. Pengaruh gaya belajar auditori, visual terhadap prestasi belajar siswa.
Siswa memiliki perbedaan dalam menyerap dan mengelola informasi yang
disampaikan oleh guru, perbedaan inilah yang disebut gaya belajar. Gaya belajar
adalah cara seseorang untuk lebih mudah menangkap dan mengelola informasi.
Berdasarkan penelitian, gaya belajar siswa terindikasi dalam kategori yaitu: gaya
belajar belajar visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik. Siswa
visual sangat baik belajar dengan melihat gambar, grafik, slides, film,dan lain-
lain. Siswa auditori senang belajar melalui mendengarkan orang lain berbicara dan
mendengarkan rekaman suara. Siswa kinestetik, paling baik belajar melalui
sentuhan dan gerakan.
Pada pembelajaran vermes dengan menggunakan media flipchart dan
video memberikan peluang yang besar bagi siswa yang memiliki gaya belajar.
Siswa dalam belajar ada yang menyukai gaya belajar dengan auditori dan visual.
Jika siswa diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, siswa dapat
lebih mengembangkan dan lebih mudah menerima informasi yang diperolehnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Sehingga dengan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap siswa akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar biologi pada materi vermes.
4. Interaksi antara pembelajaran biologi Pendekatan CTL dengan menggunakan
flipchart dan video dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.
Keberhasilan pembelajaran vermes menggunakan media flipchart dan
video dipengaruhi oleh kemampuan verbal siswa. Pada pembelajaran vermes
dengan menggunakan media flipchart dan video, bagi siswa yang memiliki
kemampuan verbal tinggi dan rendah akan mempunyai prestasi belajar yang
berbeda pula. Berdasarkan pemikiran di atas, diduga bahwa pada pembelajaran
vermes baik menggunakan media flipchart maupun video bagi siswa yang
memiliki kemampuan verbal tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah.
Dugaan yang lain bagi siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah
akan mencapai prestasi belajar yang lebih baik pada pembelajaran dengan media
video dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan media flipchart. Ini
berarti dapat dinyatakan bahwa ada interaksi antara pembelajaran menggunakan
media dengan kemampuan verbal siswa.
5. Interaksi antara pembelajaran biologi pendekatan CTL dengan menggunakan
flipchart dan video dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Penggunaan media flipchart diduga akan lebih berpengaruh pada siswa
yang mempunyai gaya visual sedangkan penggunaan media video akan lebih
berpengaruh terhadap siswa yang mempunyai gaya belajar auditori. Sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
penggunaan media flipchart dan video diduga mempunyai interaksi yang
signifikan dengan gaya belajar siswa.
6. Interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar terhadap prestasi
belajar siswa.
Kemampuan verbal dan gaya belajar siswa merupakan faktor internal yang
berpengaruh terhadap proses pembelajaran vermes. Kemampuan verbal
merupakan ketrampilan mengemukakan pendapat dalam bentuk kata-kata baik
lisan maupun yang berbentuk tulisan. Melihat karakteristik materi pembelajaran
vermes yang memuat konsep-konsep abstrak, sangat dimungkinkan siswa yang
mempunyai kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar visual akan mempunyai
prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki
kemampuan verbal rendah dan gaya belajar auditori. Berdasarkan uraian di atas,
maka diduga ada interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar dalam
menghasilkan prestasi belajar siswa pada materi vermes.
7. Interaksi antara pendekatan CTL melalui media video dan media flipchart
dengan kemampuan verbal dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Pembelajaran dengan penggunanaan media flipchart dan video,
kemampuan verbal, gaya belajar merupakan suatu faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya prestasi belajar. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan
media flipchart atau media video terhadap siswa yang memiliki kemampuan
verbal tinggi atau rendah dengan gaya belajar visual atau auditori akan
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
D. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Terdapat pengaruh pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan media video terhadap prestasi belajar siswa.
3. Terdapat pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa.
4. Terdapat pengaruh gaya belajar visual dan auditori terhadap prestasi belajar
siswa
5. Terdapat interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan media video dengan kemampuan verbal terhadap
prestasi belajar siswa.
6. Terdapat interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan media video dengan gaya belajar terhadap prestasi
belajar siswa.
7. Terdapat interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa.
8. Terdapat interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan media video, kemampuan verbal dan gaya belajar
terhadap prestasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Pacitan Jl. Letjend Suprapto No.49
Telp./Fax.(0357) 881086 Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. SMA Negeri 1
Pacitan merupakan RSBI (Sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional).
Pertimbangan yang mendasari untuk memilih SMA Negeri 1 Pacitan sebagai
tempat penelitian adalah karena SMA tersebut memiliki fasilitas yang mendukung
pelaksanaan penelitian, kecukupan jumlah siswa dan kelas dan juga penulis
bekerja di SMA tersebut. Sedangkan uji coba diadakan di kelas X SMA Negeri 1
Ponorogo. Sekolah ini dipilih dikarenakan siswa-siswinya diasumsikan
mempunyai kemampuan yang setara dengan siswa-siswi di SMA Negeri 1
Pacitan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus tahun 2011 sampai bulan
Juni 2012. Jadwal kegiatan penelitian ditunjukkan dalam Tabel 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Tahun 2011 Tahun 2012
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Jan Feb Mar Apr Mei
1 Penyusunan proposal X
2 Pembimbingan proposal X X
3 Penyusunan instrumen X X
4 Seminar proposal X 5 Penyempurnaan
proposal X X
6 Analisis ujicoba instrumen
X
7 Pelaksanaan penelitian X
8 Pengolahan data
X
9 Penulisan Tesis X
Secara operasional penelitian meliputi tiga tahap, yaitu:
a. Tahap Persiapan meliputi: pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing,
pembuatan proposal, permohonan ijin, survai sekolah yang bersangkutan dan
pembuatan instrumen.
b. Tahap Pelaksanaan meliputi: semua kegiatan penelitian yang berlangsung di
lapangan, antara lain: uji coba instrumen dan pelaksanaan pengambilan data.
c. Tahap Penyelesaian meliputi: analisis data dan penyusunan laporan penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen
dengan desain faktorial 2 X 2 X 2 disajikan pada Tabel 3.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 3.2. Desain Faktorial
Kemampuan Verbal (B)
Gaya Belajar (C)
Pendekatan CTL
Media (A)
Video (A1) Flipchart (A2)
Tinggi (B1)
Auditori (C1) (A1B1C1) (A2B1C1)
Visual (C2) (A1B1C2) (A2B1C2)
Rendah (B2)
Auditori (C1) (A1B2C1) (A2B2C1)
Visual (C2) (A1B2C2) (A2B2C2)
Berdasarkan Tabel 3.2 penelitian melibatkan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen 1 diberi perlakuan berupa
pendekatan pembelajaran CTL menggunakan flipchart (A1). Sedangkan
kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pendekatan pembelajaran CTL
menggunakan video (A2). Kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
diukur kemampuan verbal (B). sehingga diperoleh data siswa yang memiliki
kemampuan verbal kategori tinggi (B1) dan siswa yang memiliki kemampuan
verbal kategori rendah (B2). Kemudian kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 juga diukur gaya belajar (C), sehingga diperoleh data siswa yang
memiliki gaya belajar audio (C1) dan siswa yang memiliki gaya belajar visual
(C2). Pada akhir eksperimen, kedua kelompok tersebut diukur prestasi belajar
biologi siswa pada materi vermes dengan alat ukur yang sama yaitu berupa tes
akhir. Hasil kedua pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen yang
kemudian diolah dan dibandingkan dengan statistik yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Pacitan
tahun pelajaran 2011/2012.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti,
dan sampel ini dianggap dapat mewakili semua anggota populasi (representatif).
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA
Negeri 1 Pacitan tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan
dengan Cluster random sampling dari 9 kelas X yang ada, diambil 4 kelas yang
digunakan sebagai eksperimen. Sebelumnya untuk mengetahui kesetaraan dari 4
kelas tersebut dilakukan uji kesetaraan dengan uji t, melalui kemampuan awal
nilai ulangan harian pada 9 kelas tersebut. Teknik cluster random sampling
digunakan untuk memilih secara acak kelas yang akan dipilih menjadi subyek
penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara undian.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini variabel yang dipakai dalam penelitian ini mencakup
(tiga) variabel yaitu variabel bebas, variabel moderator dan variabel terikat,
yaitu:
1) Variabel bebas: pendekatan pembelajaran CTL dengan media flipchart
dan media video.
Pendekatan CTL dengan media flipchart adalah pembelajaran biologi
dengan CTL melalui media yang menggunakan gambar-gambar dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
pemahaman materi vermes. Pendekatan CTL dengan media video adalah
pembelajaran biologi dengan CTL melalui gambar-gambar disertai suara dengan
penggunaan komputer
2) Variabel moderator: kemampuan verbal dan gaya belajar
Kemampuan Verbal diartikan kemampuan mengkomunikasikan baik
secara lisan maupun tulisan makna dari pesan yang berupa simbol, gambar,
skema maupun sumber pembelajaran yang lain.
Gaya Belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan seorang murid
dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan
memahami materi.
3) Variabel terikat: prestasi belajar biologi pada materi vermes.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar, yaitu yang
diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran biologi pada
materi vermes kelas X semester 2, yang disampaikan dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran CTL dengan media flipchart dan video dan
mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk
nilai. Prestasi belajar dalam penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif,
psikomotor dan aspek afektif. Skala pengukuran interval.
4) Skala Pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian
Variabel kemampuan verbal dan gaya belajar siswa berskala pengukuran
ordinal yang dibedakan menjadi kategori auditori visual dan tinggi rendah.
Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan
perolehan skor sama dan di atas skor rata-rata dimasukkan ke dalam kategori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor di bawah skor rata-rata
dimasukkan dalam kategori rendah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
penelitian. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah metode angket, observasi dan tes.
a. Metode Angket
Metode angket merupakan tehnik pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan cara mengajukan sejumlah daftar pertanyaan yang harus dijawab
responden. Metode angket digunakan untuk memperoleh data gaya belajar dan
data aspek afektif dan psikomotor setelah proses kegiatan belajar mengajar
selesai. Data yang diperoleh berupa skor hasil pengisian angket dari responden.
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tersebut diuji
terlebih dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kwalitas item
angket dahulu.
b. Metode Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
ranah afektif dan ranah psikomotor sebagai data pendukung. Hal ini dilakukan
ketika proses pembelajaran berlangsung.
c. Metode Tes
Metode ini digunakan untuk kemampuan verbal siswa dan prestasi belajar
siswa dilihat dari aspek kognitif. Prestasi belajar diukur meliputi kemampuan
kognitif siswa yang berisi tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
sintesis dan evaluasi yang semuanya berupa tes obyektif berbentuk pilihan ganda
dengan lima alternatif jawaban. Tes obyektif ini dipilih dengan pertimbangan
materi yang diujikan dapat menyeluruh, penilaiannya dapat bersifat obyektif dan
jawaban siswa dapat cepat dan mudah dikoreksi. Agar soal yang digunakan dalam
pengumpulan data prestasi belajar tersebut memenuhi syarat sebagai instrumen
penelitian, maka sebelum tes dilaksanakan, diadakan uji coba untuk menguji
validitas, reliabilitas, daya pembeda dan derajat kesukaran. Setelah dilaksanakan
tes uji coba maka akan diperoleh sejumlah item tes yang dapat digunakan dalam
penelitian.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian
Instrumen pelaksanaan penelitian digunakan untuk pelaksanaan
pembelajaran. Instrumen ini meliputi: Silabus (Lampiran1) dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran untuk Media flipchart (Lampiran 2), dan untuk Media
video (Lampiran 3) dan Lembar Kerja Siswa untuk pembelajaran Media flipchart
(Lampiran 4), dan untuk pembelajaran media video (Lampiran 4), dan juga media
flipchart dan media video yang telah divalidasi (Lampiran 25 dan 26).
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data digunakan untuk pengambilan data prestasi
belajar siswa, yang berupa tes kognitif (Lampiran 8), tes kemampuan verbal
(Lampiran 6), angket gaya belajar (Lampiran 7), lembar angket afektif (Lampiran
9), dan Psikomotor (Lampiran 10). Dalam penilaian kognitif menggunakan tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
obyektif terdiri dari 50 butir soal dengan 5 pilihan ganda. Skala penilaian
menggunakan skala 100.
G. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji coba terlebih
dahulu pada kelas yang tidak digunakan untuk penelitian. Uji coba ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi
persyaratan instrumen yang baik, diantaranya instrumen yang valid (validitas) dan
reliabel(reliabilitas), serta untuk mengetahui kualitas instrumen tes dilakukan
pula analisis soal yang meliputi taraf kesukaran dan daya pembeda.
Uji coba dilaksanakan di SMAN 1 Ponorogo yaitu pada kelas XA-6. Data
yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen tersebut kemudian dianalisis untuk
mengetahui validitas, dan reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal.
1. Uji Validitas Isi
Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2010: 65). Validitas yang diuji dalam
penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item adalah
ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Pada validtas item, sebuah
item dikategorikan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total
(Suharsimi Arikunto, 2010: 76).
Dalam penelitian ini salah satu bentuk soal yang digunakan adalah bentuk
soal pilihan ganda. Uji validitas item dilakukan dengan menggunakan rumus
Korelasi Product Moment dari Karl Pearson.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
( )( )( )( ) ( )( )2222 åååå
ååå---
-=
YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan :
rxy : angka validitas item
n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor item
Y : skor total (Suharsimi Arikunto, 2010: 73)
Analisis butir dilakukan untuk mengetahui apakah butir dalam instrumen
mencerminkan indikator variabel yang dimaksud atau atribut yang hendak diukur.
Untuk mengetahui validitas butir tiap angket, skor-skor yang ada pada tiap-tiap
butir yang dimaksud (X) dikorelasikan dengan skor total (Y).
Hasil korelasi ini dikonsultasikan dengan tabel nilai Korelasi Product
Moment pada taraf signifikans 5% dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dikategorikan valid apabila rxy ≥ r tabel (0,312)
b. dikategorikan tidak valid apabila rxy < r tabel (0,312)
Klasifikasikan validasi soal ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Klasifikasi validitas soal
Nilai rxy Kualifikasi
0,71 – 1,00 Tinggi
0,41 - 0,70 Cukup
Negatif - 0,40 Rendah (Nana sudjana: 2010)
Hasil analisis validitas butir soal kemampuan verbal yang dilakukan di
SMAN 1 Ponorogo kelas XIA- 6 dengan jumlah siswa 32 ditunjukkan pada Tabel
3.4 dengan jumlah soal 40.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Adapun hasil uji validitas soal kemampuan verbal ditunjukkan pada Tabel
3.4. Rincian hasil uji validitas kemampuan verbal sebagaimana ditampilkan
Lampiran 11.
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Soal Kemampuan Verbal Kategori No Soal Jumlah Kesimpulan
Soal Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21, 23, 24, 25, 27, 30, 31,
32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40 30 dipakai
Soal Tidak Valid 6, 9, 12, 18, 19, 22, 26, 28, 29, 33 10 didrop
Jumlah 40 40
Berdasarkan Tabel 3.4. hasil analisis validitas tes kemampuan verbal
dengan jumlah soal 40 item yang valid 30. Sedang yang tidak valid 10 item
(nomor: 6, 9, 12, 18, 19, 22, 26, 28, 29, 33). Sepuluh item tersebut tidak pakai,
karena sudah memenuhi jumlah proporsi indikator.
Adapun hasil uji validitas soal gaya belajar ditunjukkan pada Tabel 3.5.
Rincian hasil uji validitas gaya belajar sebagaimana ditampilkan Lampiran 12.
Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Soal Angket Gaya Belajar Kategori No Soal Jumlah Kesimpulan
Soal Valid
1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 40,
41, 42, 44, 45, 46, 48, 50
39 dipakai
Soal Tidak Valid 2, 3, 10, 14, 26, 28, 30, 35, 43, 47, 49 11 diperbaiki
Jumlah 50 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Berdasarkan Tabel 3.5 hasil analisis validitas butir soal angket gaya
belajar yang dilakukan di SMAN 1 Ponorogo kelas XIA-6 dengan jumlah siswa
32 dan Jumlah soal 50, dikategorikan valid jika besarnya rxy lebih besar dari rtabel
atau rxy ≥ 0,312. Jumlah soal tes yang diujikan sebanyak 50 butir dan yang tidak
valid 11 butir ( nomor: 2, 3, 10, 14, 26, 28, 30, 35, 43, 47, 49). Sebelas butir
tersebut diperbaiki untuk memenuhi proporsi indikator, sehingga layak digunakan
mengambil data penelitian.
Adapun hasil uji validitas soal tes prestasi kognitif ditunjukkan pada Tabel
3.6. Rincian hasil uji validitas tes kognitif sebagaimana ditampilkan Lampiran 13.
Tabel 3.6. Hasil Uji Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif
Kategori No Soal Jumlah Kesimpulan
Soal Valid 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50
43 dipakai
Soal tidak valid
18, 28, 49 3 diperbaiki
Soal tidak Valid
3, 20, 33, 35 4 didrop
Jumlah 50 50
Berdasarkan Tabel 3.6 terlihat bahwa, instrumen tes prestasi kognitif
dengan jumlah soal 50 item yang valid 43. Dari keempat puluh tiga soal tersebut,
hanya diambil 35 soal untuk memenuhi proporsi beberapa indikator yang telah
ditetapkan ( nomor: 1, 2, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 32, 34, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 48, 49, 50 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur adalah keajegan hasil pengukuran yang
diperoleh dari waktu yang berbeda untuk orang yang sama. Reliabilitas atau
keterandalan suatu instrumen sebagai alat ukur dimaksudkan untuk mengetahui
kebenaran alat ukur cocok digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur sesuatu.
Dengan demikian suatu instrumen yang reliabel memberi pengertian bahwa
instrumen itu telah benar-benar memiliki taraf keajegan dalam mengukur apa
yang hendak diukur. Subyeknya digunakan untuk mengetahui bahwa pengukuran
tersebut dapat memberikan hasil uji reliabilitas relatif tidak berbeda bila dilakukan
kembali pada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan
rumus Kuder-Richarson (KR-20) sebagai berikut:
úúû
ù
êêë
é -úûù
êëé
-= å
21
21
11 1 S
pqS
nn
r
Keterangan:
11r = koefisien reliabilitas
n = jumlah item
p = proporsi subyek yang menjawab item soal dengan benar
q = proporsi subyek yang menjawab item soal salah
S = standar deviasi
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas 0,70 atau lebih
(tergantung jumlah sampel ) ( r11 ≥0,70).
Reliabilitas soal(rxy) dapat diklasifikasikan ditunjukkan pada Tabel 3.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Tabel 3.7. Klasifikasi Reliabilitas angket
Nilai r11 Kualifikasi
0,71 – 1,00 Tinggi
0,41 - 0,70 Cukup
Negatif - 0,40 Rendah
(Nana Sudjana, 2010)
Hasil analisis reliabilitas uji coba instrumen yang diujikan di SMAN 1
Ponorogo dengan jumlah siswa 32. Hasil uji reliabilitas dapat ditunjukkan pada
Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Hasil Uji Reliabilitas
Tes
Kemampuan Verbal
Angket
Gaya Belajar Tes Kognitif
rtabel 0,949 0,964 0,988
r11 0,990 0,944 0,988
Berdasarkan Tabel 3.8. hasil pengujian reliabilitas diperoleh bahwa tes
kemampuan verbal, angket gaya belajar dan juga tes kognitif menunjukkan tingkat
reliabilitas tinggi.
3. Uji Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu bilangan
yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, dan harganya dapat dicari dengan
rumus:
P = sJ
B
Keterangan:
P = taraf kesukaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
B = jumlah siswa yang menjawab dengan benar
Js = jumlah seluruh peserta tes
Taraf Kesukaran dapat diklasifikasikan ditunjukkan pada Tabel 3.9.
Tabel: 3.9.Kriteria Taraf Kesukaran Interval IK Kriteria
0,00 < IK < 0,30 Sukar 0,31 < IK < 0,70 Sedang 0,71 < IK ≤ 1,00 Mudah
(Nana Sudjana, 2010)
Hasil analisis taraf kesukaran atau indeks kesukaran soal tes prestasi
kognitif ditunjukkan dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Hasil Uji Taraf Kesukaran Selang Keterangan No Soal Jumlah Dipakai
0,71 - 1,00 Mudah 7, 10, 14, 16, 25, 26, 31, 36, 50
9
7
0,31 - 0,70 Sedang/ Cukup
1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 11, 13, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 37, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49.
33
20
0,00 - 0,30 Sukar 8, 12, 17, 23, 27, 38, 39, 43.
8
8
Jumlah 50 35
Berdasarkan Tabel 3.10 terdapat 9 soal kategori mudah dan yang dipakai
hanya 7 soal (nomor: 7, 10, 16, 25, 26, 36, 50) untuk memenuhi proporsi beberapa
indikator yang telah ditetapkan. Sedangkan pada kategori sedang terdapat 33 soal
dan hanya 20 soal yang dipakai (nomor: 1, 2, 5, 9. 13, 18, 19, 21, 22, 24, 28, 29,
32, 34, 37, 41, 42, 44, 48, 49 ) untuk memenuhi proporsi beberapa indikator yang
telah ditetapkan dan pada kategori sukar terdapat 8 soal semua dipakai ( nomor 8,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
12, 17, 23, 27, 38, 39, 43). Dengan demikian jumlah soal yang digunakan 35 butir
soal.
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
deskriminasi (D). Rumus untuk menentukan daya pembeda soal/indeks
deskriminasi sebagai berikut:
ksimalNKBxskormaNKAKBKA
ID/
-=
Keterangan:
ID = indeks deskriminasi
KA = jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa kelompok atas
KB = jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa kelompok bawah
NKA/NKB x skor maksimal = perbedaan jawaban benar yang seharusnya
diperoleh siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah.
Indeks Deskriminasi soal dapat diklasifikasikan ditunjukkan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11. Klasifikasi Indeks Deskriminasi Nilai ID Kualifikasi
0,71 - 1,00 Baik Sekali 0,41 - 0,70 baik 0,21- 0,40 cukup
Negatif-0,20 jelek (Suharsimi, 2010)
Hasil analisis uji daya beda soal tes prestasi kognitif ditunjukkan dalam
Tabel 3.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Tabel 3.12. Hasil Uji Daya Pembeda Soal ID – ID Kualifikasi No Soal Jumlah Dipakai
0,71 – 1,00 Sangat membedakan
- -
0,41 – 0,70 Baik membedakan
4, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 15, 17, 21, 23, 24, 27, 32, 34, 37, 38, 39, 41,
42, 43, 45, 47, 48
24 19
0,21– 0,40 Cukup membedakan
1, 2, 10, 11, 14, 16, 18, 19, 20, 22, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 35, 36,
49, 50
20 14
Negatif – 0,2 Kurang membedakan
3, 5, 33, 40, 44, 46 6 2
Jumlah 50 50 35
Dari Tabel 3.12 terdapat 6 soal kategori kurang membedakan yang dipakai
hanya 2 soal yaitu nomor 5 dan 44 untuk memenuhi proporsi indikator yang telah
ditetapkan. Sedangkan pada kategori cukup membedakan ada 20 soal yang
dipakai 14 soal ( nomor 1, 2, 10, 16, 18, 19, 22, 25, 26, 28, 29, 36, 49, 50) untuk
memenuhi proporsi indikator yang telah ditetapkan. Pada kategori baik
membedakan dari 24 soal, yang dipakai 19 soal (nomor 7, 8, 9, 12, 13, 17, 21,
23, 24, 27, 32, 34, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 48 ) untuk memenuhi proporsi indikator
yang telah ditetapkan. Dengan demikian jumlah soal yang digunakan 35 butir
soal.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan analisis varian
(Anava) tiga jalan. Namun sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu
dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan
Metode Lilliefors dengan prosedur:
a. Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal
2) Statistik Uji
L = Maks |F(zi) – S(zi)|
dengan :
F(zi) : P(Z≤zi); Z ~ N(0,1)
zi : skor standar
( )s
XXz i
i
-=
s : variansi
S(zi) : proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi
Xi : skor item
3) Taraf signifikansi (α) = 0,05
4) Daerah Kritik (DK)
DK ={ L| L >Lα, n }
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika p-value < 0,05
6) Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 diterima
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
ditolak. (Budiyono, 2009: 171)
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan Metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur
sebagai berikut:
1. Hipotesis
H0 : (variansi populasi homogen) s12 = s2
2 = … = sk2
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2. Statistik Uji yang digunakan:
( ) ( )c
RKGfsfk
jjj
303,2loglog
1
22 =-å=
c
dengan:
c2~c2(k-1)
( )( ) ú
úû
ù
êêë
é-
-+==-= åå
ååå ffkc
f
SSRKG
n
XXSS
jj
j
j
jjj
1113
11;;
2
2
k : banyaknya populasi = banyaknya sampel
f : derajad kebebasan RKG = N – k
N : cacah seluruh nilai (ukuran)
fj : derajad kebebasan untuk sj : nj – 1
j : 1, 2, …, k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
nj : cacah nilai (ukuran) pada sampel ke-j
3. Taraf signifikansi (α) = 0,05
4. Daerah Kritik (DK)
DK={c2|c2 >c2α:k-1}
5. Keputusan uji
H0 ditolak jika p-value < 0,05
6. Kesimpulan
a. Populasi-populasi homogen jika H0 diterima.
b. Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2009: 174-175)
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
diajukan tidak ditolak atau ditolak.
a. Uji Analisis Varians (Anava)
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi
tiga jalan dengan sel tidak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikan
efek tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel
bebas terhadap variabel terikat. Pengujian dengan menggunakan software PASW.
Sedangkan hipotesis yang peneliti ajukan adalah:
1) Pengaruh pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL melalui media
flipchart dan video terhadap prestasi belajar siswa.
H0A: tidak ada pengaruh pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan video terhadap prestasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
H1A: ada pengaruh pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan video terhadap prestasi belajar siswa
2) Pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa
H0A: tidak ada pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa
H1A: ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa
3) Pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa
H0A: tidak ada pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa
H1A: ada pengaruh kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa
4) Interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL melalui
media flipchart dan video dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar
siswa
H0A: tidak ada interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan
CTL melalui media flipchart dan video dengan kemampuan verbal terhadap
prestasi belajar siswa
H1A: ada interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan video dengan kemampuan verbal terhadap prestasi
belajar siswa
5) Interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL melalui
media flipchart dan video dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa
H0A: tidak ada interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan
CTL melalui media flipchart dan video dengan gaya belajar terhadap prestasi
belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
H1A: ada interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan video dengan gaya belajar terhadap prestasi
belajar siswa
6) Interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar terhadap prestasi
belajar siswa
H0A: tidak ada interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa
H1A: ada interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa
7) Interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL melalui
media flipchart dan video dengan kemampuan verbal dan gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa
H0A: tidak ada interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan
CTL melalui media flipchart dan video dengan kemampuan verbal dan gaya
belajar terhadap prestasi belajar siswa
H1A: ada interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL
melalui media flipchart dan video dengan kemampuan verbal dan gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa.
b. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava adalah tindak lanjut dari anava. Bila hasil analisis variansi
menunjukkan hipotesis nol ditolak. Maksud uji lanjut anava untuk mengetahui
variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model) univariate.
Ketentuan pengambilan kesimpulan, Ho ditolak ketika p-value < 0,05 sehingga H1
akan diterima. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. Jika dalam
pengujian hipotesis, hipotesis nol (Ho) ditolak berarti hipotesis alternatif (H1)
diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui tingkat pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti. Uji lanjut dilakukan dengan
uji schefe.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi: data hasil uji coba kesetaraan, data
prestasi belajar siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor, data
kemampuan verbal, dan data gaya belajar siswa. Data tersebut diperoleh dari kelas
yang menggunakan pendekatan CTL dengan media flipchart dan media video.
Berikut ini diberikan uraian tentang data-data tersebut.
1. Prestasi Belajar Kognitif
Dalam penelitian ini data prestasi belajar siswa diambil ketika proses
pembelajaran telah selesai. Dari hasil pengolahan dengan program SPSS/PSAW 18
diperoleh deskripsi statistik dalam bentuk tabel maupun histogram.
a. Prestasi Kognitif Siswa pada Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan
CTL Menggunakan Media Flipchart dan Video
Data kognitif siswa dengan pendekatan CTL menggunakan media flipchart
dan video diperoleh dengan memberikan tes pilihan ganda. Data yang diperoleh
disajikan pada Tabel 4.1 dan data mentah secara rinci terdapat pada Lampiran 14.
Tabel 4.1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video
Pendekatan CTL
Penggunaan Media Flipchart
Penggunaan Media Video
Jumlah siswa Mean Standar Deviasi Skor Minimum Skor Maksimum
49 74,86 1,16 54,00 94,00
51 81,12 1,03 57,00 97,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada
pendekatan CTL yang menggunakan media flipchart dengan jumlah siswa 49
diperoleh nilai rata-rata 74,86, standar deviasi 1,16 dan nilai tertinggi 94,00 serta
nilai terendah 54,00. Sedangkan yang menggunakan media video dengan jumlah
siswa 51 diperoleh nilai rata-rata 81,12 dengan standar deviasi 1,03 dan nilai
tertinggi 97,00 dan nilai terendah 57,00.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif dengan pendekatan CTL
menggunakan media flipchart dan video dapat disajikan pada Tabel 4.2 dan
Gambar 4.1.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video
Interval
Media Flipchart Media Video
Frekuensi Persentase Frekuensi
Relatif Frekuensi
Persentase Frekuensi
Relatif 53-60 9 18,37 3 5,88 61-68 5 10,20 3 5,88 69-76 10 20,41 8 15,69 77-85 15 30,61 15 29,41 86-92 7 14,29 15 29,41 93-100 3 6,12 7 13,73 Jumlah 49 100 51 100
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif siswa pada
pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pada
prestasi belajar kelompok siswa pada pendekatan CTL yang menggunakan media
flipchart yang mendapatkan nilai pada interval 77-85 terdapat15 siswa dan
terdapat 9 siswa pada interval 53-60. Sedangkan pada kelompok siswa yang
menggunakan media video terdapat 15 siswa yang mendapatkan nilai pada
interval 77-85 dan interval 77-85 serta terdapat 3 siswa yang mendapatkan nilai
pada interval 53-60 dan interval 61-68.
b. Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan CTL yang Mempunyai
Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Data kognitif siswa dengan pendekatan CTLyang mempunyai kemampuan
verbal tinggi dan rendah diperoleh melalui tes pilihan ganda. Data yang diperoleh
disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Pendekatan CTL Kemampuan Verbal
Tinggi Kemampuan Verbal
Rendah Jumlas Siswa 56 44 Mean 83,18 71,52 Standar Deviaasi 9,16 1,06 Skor Minimum 57,00 54,00 Skor Maksimum 97,00 89,00
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kelompok siswa pada
pendekatan CTL yang mempunyai kemampuan verbal tinggi dengan jumlah siswa
56 diperoleh nilai rata-rata 83,18, standar deviasi 9,16 dan nilai tertinggi 97,00
serta nilai terendah 57,00. Sedangkan kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan verbal rendah dengan jumlah siswa 44 diperoleh nilai rata-rata 71,52
, standar deviasi 1,06 dan nilai tertinggi 97,00 dan nilai terendah 89,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif siswa dengan pendekatan
CTL yang mempunyai kemampuan verbal tinggi dan rendah dapat disajikan pada
Tabel 4.4 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Interval
Kemampuan Verbal Tinggi
Kemampuan Verbal Rendah
Frekue
nsi
Persentase Frekuensi
Relatif
Frekuen
si
Persentase Frekuensi
Relatif 53-60
1 1,79 11 25,00
61-68
3 5,36 5 11,36
69-76
7 12,50 11 25,00
77-85
19 33,93 11 25,00
86-92
16 28,57 6 13,64
93-100
10 17,86 0 0,00
Jumlah
56 100 44 100
Gambar 4.2. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada
Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Rendah dan Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.2 di atas dapat diketahui bahwa
kelompok siswa dengan pendekatan CTL yang mempunyai kemampuan verbal
tinggi terdapat 19 siswa yang mendapatkan nilai pada interval 77-85 dan terdapat
1 siswa pada interval 54-61. Sedangkan pada kelompok siswa yang
berkemampuan verbal rendah terdapat 11 siswa yang mendapatkan nilai pada
interval 54-6, interval 69-76 dan interval 77- 85 dan tidak terdapat siswa pada
interval 93-100.
c. Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan CTL yang Mempunyai
Gaya Belajar Visual dan Auditori
Data kognitif siswa dengan pendekatan CTLyang mempunyai gaya belajar
visual dan auditori diperoleh melalui angket. Data yang diperoleh disajikan pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa pada Pendekatan CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
Pendekatan CTL Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Auditori
Jumlas Siswa 58 42 Mean 80,53 74,62 Standar Deviaasi 1,08 1,13 Skor Minimum 54,00 54,00 Skor Maksimum 97,00 91,00
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa
dengan pendekatan CTL yang mempunyai gaya belajar visual dengan jumlah
siswa 58 diperoleh nilai rata-rata 80,53, standar deviasi 1,08 dan nilai tertinggi
97,00 serta nilai terendah 54,00. Sedangkan gaya belajar auditori dengan jumlah
siswa 42 diperoleh nilai rata-rata 74,62 dengan standar deviasi 1,13 dan nilai
tertinggi 91,00 serta nilai terendah 54,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif siswa pada pendekatan CTL
yang mempunyai gaya belajar visual dan auditori dapat disajikan pada Tabel 4.6
dan Gambar 4.3.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa pada Pendekatan CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
Interval
Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Auditori
Frekuensi
Persentase Frekuensi
Relatif
Frekuensi
Persentase Frekuensi
Relatif 53-60 5 8,62 7 16,67 61-68 2 3,45 6 14,29 69-76 14 24,14 9 21,43 77-85 15 25,86 10 23,81 86-92 13 22,41 9 21,43 93-100 9 15,52 1 2.38 Jumlah 58 100 42 100
Gambar 4.3. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Siswa pada Pendekatan
CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa kelompok
siswa dengan pendekatan CTL yang mempunyai gaya belajar visual terdapat 15
siswa yang mendapatkan nilai pada interval 77- 85 dan terdapat 2 siswa yang
mendapat nilai pada interval 61-68. Sedangkan kelompok siswa yang mempunyai
gaya belajar auditori terdapat 10 siswa yang mendapat nilai pada interval 77-85
dan terdapat 1 siswa pada interval 93-100.
Data prestasi belajar kognitif siswa dengan pendekatan yang dipengaruhi
oleh media, kemampuan verbal dan gaya belajar ditunjukkan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa dengan Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video Di Tinjau dari Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Auditori
Variabel Data Sebaran
Pendekatan Media
Flipchart Media Video
Kemampuan Verbal Tinggi
Gaya
Belajar Visual
Mean 84,71 84,00 SD 6, 31 10,35 N 14 22
Gaya
Belajar Auditori
Mean 77,43 83,23 SD 13,23 6,61 N 7 13
Kemampuan Verbal Rendah
Gaya
Belajar Visual
Mean 72,06 80,67 SD 11,08 8,91 N 16 6
Gaya
Belajar Audotori
Mean 65,58 72,30 SD 6,91 11,17 N 12 10
Berdasarkan Tabel 4.7 Menunjukan penguasaan konsep masing-masing
kelompok prestasi belajar kognitif dengan pendekatan CTL yang dipengaruhi oleh
media, kemampuan verbal dan gaya belajar siswa dapat dijelaskan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
1) Kelompok siswa dengan media flipchart dengan kemampuan verbal tinggi dan
gaya belajar visual diperoleh nilai prestasi kognitif sebagai berikut, dengan
rata-rata (mean) = 84,71, standar deviasi = 6,31 dan sebanyak 14 siswa.
2) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal tinggi dan
gaya belajar visual diperoleh nilai prestasi kognitif sebagai berikut, dengan
rata-rata (mean) = 84,00, standar deviasi = 10,35 dan sebanyak 22 siswa.
3) Kelompok siswa dengan media flipchart dengan kemampuan verbal tinggi dan
gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi kognitif sebagai berikut, dengan
rata-rata (mean) = 77,43, standar deviasi = 13,23 dan sebanyak 7 siswa.
4) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal tinggi dan
gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi kognitif dengan siswa sebagai
berikut, dengan rata-rata = 83,23, standar deviasi = 6,61 dan sebanyak 13
siswa.
5) Kelompok siswa dengan media flipchart dengan kemampuan verbal rendah
dan gaya belajar visual diperoleh nilai prestasi kognitif dengan siswa sebagai
berikut, dengan rata-rata = 72,06, standar deviasi = 11,08 dan sebanyak 16
siswa.
6) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal rendah dan
gaya belajar visual diperoleh nilai prestasi kognitif siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata = 80,67, standart deviasi= 8,91 dan sebanyak 6 siswa.
7) Kelompok siswa dengan media flipchart dengan kemampuan verbal rendah
dan gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi kognitif siswa sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
berikut, dengan rata-rata = 65,58, standar deviasi = 6,91 dan sebanyak 12
siswa.
8) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal rendah dan
gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi kognitif siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata = 72,30, standar deviasi = 11, 17 dan sebanyak 10 siswa.
2. Prestasi Belajar Afektif
Pada penelitian ini selain mengambil data prestasi kognitiff siswa, nilai
sikap atau afektif juga didata setelah kegiatan proses belajar dalam bentuk angket.
Hasil pengumpulan data nilai afektif dapat dilihat dalam Lampiran 14 dan hasil
pengolahan dengan program Software SPSS/PSAW diperoleh deskripsi statistik
ditunjukkan pada lampiran 17.
a. Prestasi Belajar Siswa dengan Pendekatan CTL yang Menggunakan
Media Flipchart dan Video
Data afektif siswa dengan pendekatan CTL yang menggunakan media
flipchart dan video diperoleh dengan memberikan angket. Data yang diperoleh
disajikan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan CTl yang Menggunakan Media Flipchart dan Video
Pendekatan CTL Media Flipchart Media Video
Jumlah siswa 49 51 Mean 81,00 81,19 Standar Deviasi 7,28 7,89 Skor Minimum 69,00 60,00 Skor Maksimum 96,00 98,00
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa
dengan pendekatan CTL yang menggunakan media flipchart dengan jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
49 diperoleh nilai rata-rata 81,00, standar deviasi 7,28 dan nilai tertinggi 96,00
serta nilai terendah 69,00. Sedangkan yang menggunakan media video dengan
jumlah siswa 51 diperoleh nilai rata-rata 81,19, standar deviasi 7,89 dan nilai
tertinggi 98,00 dan nilai terendah 60,00.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar afektif siswa dengan pendekatan CTL
yang menggunakan media flipchart dan video dapat disajikan pada Tabel 4.9 dan
Gambar 4.4.
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video
Interval
Media Flipchart Media Video
Frekuensi Persentase Frekuensi
Relatif Frekuensi
Persentase Frekuensi
Relatif 53-60 0 0,00 1 1,96 61-68 0 0,00 0 0,00 69-76 14 28,57 13 25,49 77-85 23 46,94 21 41,18 86-92 8 16,33 10 19,61 93-100 4 8,16 6 11,76 Jumlah 49 100 51 100
Gambar 4.4. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Berdasarkankan Tabel 4.9 dan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pada
prestasi belajar kelompok siswa dengan pendekatan CTL yang menggunakan
media flipchart terdapat 23 siswa pada interval 77-85 dan tidak terdapat siswa
pada interval 53-60 dan interval 61-68. Sedangkan pada kelompok siswa yang
menggunakan media video terdapat 21 siswa yang mendapatkan nilai pada
interval 77-85 dan tidak terdapat siswa pada interval 61-68.
b. Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan CTL yang
Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Data prestasi belajar afektif siswa dengan pendekatan CTL yang
mempunyai kemampuan verbal tinggi dan rendah diperoleh melalui tes pilihan
ganda. Data yang diperoleh disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Pendekatan CTL Kemampuan Verbal Tinggi Kemampuan Verbal Rendah
Jumlas Siswa 56 44 Mean 82,86 78,86 Standar Deviaasi 7,53 7,07 Skor Minimum 69,00 60,00 Skor Maksimum 98,00 96,00
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa kelompok siswa dengan
pendekatan CTL yang mempunyai kemampuan verbal tinggi dengan jumlah siswa
56 diperoleh nilai rata-rata 82,86, standar deviasi 7,53 dan nilai tertinggi 98,00
serta nilai terendah 69,00. Sedangkan kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan verbal rendah dengan jumlah siswa 44 diperoleh nilai rata-rata 78,86
, standar deviasi 7,07 dan nilai tertinggi 96,00 dan nilai terendah 60,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar afektif siswa dengan pendekatan CTL
yang mempunyai kemampuan verbal tinggi dan rendah dapat disajikan pada Tabel
4.11 dan Gambar 4.5.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Interval
Kemampuan Verbal Tinggi
Kemampuan Verbal Rendah
Frekuen
si
Persentase Frekuensi
Relatif
Frekue
nsi
Persentase Frekuensi
Relatif 53-60
0 0,00 1 2,27
61-68
0 0,00 0 0,00
69-76
10 17,86 17 38,64
77-85
26 46,43 18 40,91
86-92
11 19,64 7 15,91
93-100
9 16,64 1 2,27
Jumlah
56 100 44 100
Gambar 4.5. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Pendekatan CTl yang Mempunyai Kemampuan Verbal Rendah dan Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Berdasarkan Tabel 4.11 dan Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa prestasi
belajar kelompok siswa dengan pendekatan CTL yang mempunyai kemampuan
verbal tinggi terdapat 26 siswa yang mendapatkan nilai pada interval 77-85 dan
tidak terdapat siswa pada interval 53-60 dan interval 61-68. Sedangkan pada
kelompok siswa yang berkemampuan verbal rendah terdapat 18 siswa yang
mendapatkan nilai pada interval 77- 85 dan tidak terdapat siswa pada interval 61-
68.
c. Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan CTL yang
Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
Data prestasi belajar afektif siswa dengan pendekatan CTL yang
mempunyai gaya belajar visual dan auditori ditunjukkan Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
Pendekatan CTL Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Auditori Jumlas Siswa 58 42 Mean 82,09 79,74 Standar Deviaasi 7,14 7,49 Skor Minimum 69,00 60,00 Skor Maksimum 98,00 94,00
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa
dengan pendekatan CTl yang mempunyai gaya belajar visual dengan jumlah
siswa 58 diperoleh nilai rata-rata 82,09, standar deviasi 7,14 dan nilai tertinggi
98,00 serta nilai terendah 69,00. Sedangkan gaya belajar auditori dengan jumlah
siswa 42 diperoleh nilai rata-rata 79,74, standar deviasi 7,49 dan nilai tertinggi
94,00 serta nilai terendah 60,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar afektif siswa dengan pendekatan CTL
yang mempunyai gaya belajar visual dan auditori dapat disajikan pada Tabel 4.13
dan Gambar 4.6.
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Pendekatan CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
Interval
Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Auditori
Frekuensi
Persentase Frekuensi Relatif
Frekuensi
Persentase Frekuensi
Relatif 53-60
0 0,00 1 2,38
61-68
0 0,00 0 0,00
69-76
13 22,41 14 33,33
77-85
27 46,55 17 40,48
86-92
10 17,24 8 19,05
93-100
8 13,79 2 4,76
Jumlah
58 100 42 100
Gambar 4.6. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
Pendekatan CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Berdasarkan Tabel 4.13 dan Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa prestasi
belajar afektif siswa dengan pendekatan CTL yang mempunyai gaya belajar visual
terdapat 27 siswa yang mendapatkan nilai pada interval 77-85 dan tidak terdapat
siswa pada interval 53-60 dan interval 61-68. Sedangkan pada kelompok siswa
yang berkemampuan verbal rendah terdapat 17 siswa yang mendapatkan nilai
pada interval 77- 85 dan tidak terdapat siswa pada interval 61-68.
Data prestasi belajar afektif siswa dengan pendekatan CTL yang
dipengaruhi oleh media, kemampuan verbal dan gaya belajar disajikan dalam
Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Deskripsi Data Prestasi Belajar afektif Siswa dengan Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video Di Tinjau dari Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Auditori
Variabel Data Sebaran
Pendekatan Media
Flipchart Media Video
Kemampuan Verbal Tinggi
Gaya
Belajar Visual
Mean 85,57 83,10 SD 6,44 7,57 N 14 22
Gaya
Belajar Auditori
Mean 80,14 81,00 SD 7,31 8.42 N 7 13
Kemampuan Verbal Rendah
Gaya
Belajar Visual
Mean 78,63 79,50 SD 7,62 6,03 N 16 6
Gaya
Belajar Auditori
Mean 7,33 78,30 SD 5,96 8,80 N 12 10
Berdasarkan Tabel 4.14 Menunjukan penguasaan konsep masing-masing
kelompok siswa dengan pendekatan CTL menggunakan media flipchart dan video
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
yang dipengaruhi oleh media, kemampuan verbal dan gaya belajar siswa dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Kelompok siswa dengan media flipchart dengan kemampuan verbal tinggi dan
gaya belajar visual diperoleh nilai prestasi afektif siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata (mean) = 85,57, standar deviasi = 6,44, dan sebanyak 14
siswa.
2) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal tinggi dan
gaya belajar visual diperoleh nilai prestasi afektif siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata (mean) = 83,09, standar deviasi = 7,57 dan sebanyak 22
siswa.
3) Kelompok siswa dengan media flipchart dengan kemampuan verbal tinggi dan
gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi afektif dengan siswa sebagai
berikut, dengan rata-rata = 80,14, standar deviasi = 7,31, dan sebanyak 7
siswa.
4) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal tinggi dan
gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi afektif dengan siswa sebagai
berikut, dengan rata-rata = 81,00, Standar deviasi = 8,42, dan sebanyak 13
siswa.
5) Kelompok siswa dengan media flipchart dengan kemampuan verbal rendah
dan gaya belajar visual diperoleh nilai prestasi afektif dengan siswa sebagai
berikut, dengan rata-rata = 78,63, standar deviasi = 7,61, dan sebanyak 16
siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
6) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal rendah dan
gaya belajar visual diperoleh nilai prestasi afektif siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata = 79,50, standar deviasi = 6,02, dan sebanyak 6 siswa.
7) Kelompok siswa dengan media flipchart dengan kemampuan verbal rendah
dan gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi afektif siswa sebagai berikut,
rata-rata = 79,33, standar deviasi = 5,96, dan sebanyak 12 siswa.
8) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal rendah dan
gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi afektif siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata = 78,30, standar deviasi = 8,79, dan sebanyak 10 siswa.
3. Prestasi Belajar Psikomotor
Dalam penelitian ini selain mengambil data prestasi kognitif siswa, nilai
psikomotor juga didata melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi
dan setelah kegiatan proses belajar dalam bentuk angket. Hasil pengumpulan data
nilai psikomotor dapat dilihat dalam Lampiran 14.
Berdasarkan hasil pengolahan dengan program Software SPSS/PSAW
diperoleh deskripsi statistik ditunjukan pada lampiran 18.
a. Prestasi Belajar Psikomotor Siswa dengan Pendekatan CTL
Menggunakan Media Flipchart dan Video
Data prestasi belajar psikomotor siswa dengan pendekatan CTL yang
menggunakan media flipchart dan video diperoleh dengan memberikan angket.
Data yang diperoleh disajikan pada Tabel 4.15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Tabel 4.15. Prestasi Belajar Psikomotor Siswa dengan Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video
Pendekatan
CTL Penggunaan Media
Flipchart Penggunaan Media Video
Jumlah siswa 49 51 Mean 78,37 75,55 Standar Deviasi 7,89 8,38 Skor Minimum 59,00 56,00 Skor Maksimum 97,00 94,00
Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa prestasi belajar psikomotor
siswa dengan pendekatan CTL yang menggunakan media flipchart dengan jumlah
siswa 49 diperoleh nilai rata-rata 78,37, standar deviasi 7,89 dan nilai tertinggi
97,00 serta nilai terendah 59,00. Sedangkan yang menggunakan media video
dengan jumlah siswa 51 diperoleh nilai rata-rata 75,55, standar deviasi 8,38 dan
nilai tertinggi 94,00 serta nilai terendah 56,00.
Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Psikomotor Siswa dengan
Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video, disajikan pada
Tabel 4.16 dan Gambar 4.7.
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Siswa dengan Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video
Interval
Media Flipchart Media Video
Frekuensi Persentase Frekuensi
Relatif Frekuensi
Persentase Frekuensi
Relatif 53-60 1 2,04 2 3,92 61-68 3 6,12 6 11,76 69-76 14 28,57 16 31,37 77-85 22 44,90 19 37,25 86-92 7 14,29 8 15,69 93-100 2 4,08 0 0,00 Jumlah 49 100 51 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Gambar 4.7. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Siswa dengan Pendekatan CTl yang Menggunakan Media Flipchart dan Video
Berdasarkan Tabel 4.16 dan Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa prestasi
belajar psikomotor siswa dengan pendekatan CTL yang menggunakan media
flipchart terdapat 22 siswa yang mendapatkan nilai pada interval 77-85 dan
terdapat 1 siswa pada interval 53-60. Sedangkan pada kelompok siswa yang
berkemampuan verbal rendah terdapat 19 siswa yang mendapatkan nilai pada
interval 77- 85 dan tidak terdapat siswa pada interval 93-100.
b. Prestasi Belajar Psikomotor Siswa dengan Pendekatan CTL yang
Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Data prestasi belajar psikomotor siswa dengan pendekatan CTLyang
mempunyai kemampuan verbal tinggi dan rendah diperoleh melalui tes pilihan
ganda. Data yang diperoleh disajikan pada Tabel 4.17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Tabel 4.17. Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor dengan Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Pendekatan CTL Kemampuan Verbal
Tinggi Kemampuan Verbal
Rendah Jumlas Siswa 56 44 Mean 78,00 75,57 Standar Deviaasi 9,33 6,42 Skor Minimum 56,00 61,00 Skor Maksimum 97,00 91,00
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat diketahui bahwa prestasi belajar psikomotor
siswa dengan pendekatan CTl yang mempunyai kemampuan verbal tinggi dengan
jumlah siswa 56 diperoleh nilai rata-rata 78,00, standar deviasi 9,33 dan nilai
tertinggi 97,00 serta nilai terendah 56,00. Sedangkan yang mempunyai
kemampuan verbal rendah dengan jumlah siswa 44 diperoleh nilai rata-rata 75,57
,standar deviasi 6,42 dan nilai tertinggi 91,00 serta nilai terendah 61,00.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Siswa yang Mempunyai
Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah, disajikan pada tabel 4.18 dan Gambar
4.8.
Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Siswa dengan Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Interval
Kemampuan Verbal Tinggi
Kemampuan Verbal Rendah
Frekuensi
Persentase Frekuensi
Relatif
Frekuensi
Persentase Frekuensi Relatif
53-60
3 5,17 0 0,00
61-68
6 10,34 3 7,14
69-76
12 22,41 17 40,48
77-85
19 36,21 20 47,62
86-92
13 22,41 2 4,76
93- 2 3,45 0 0,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
100 Jumlah
56 100 44 100
Gambar 4.8. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Siswa dengan Pendekatan CTL yang Mempunyai Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Berdasarkan Tabel 4.18 dan Gambar 4.8 dapat diketahui bahwa prestasi
belajar psikomotor siswa dengan pendekatan CTL yang mempunyai kemampuan
verbal tinggi terdapat 19 siswa yang mendapatkan nilai pada interval 77-85 dan
terdapat 2 siswa pada interval 93-100. Sedangkan pada kelompok siswa yang
berkemampuan verbal rendah terdapat 20 siswa yang mendapatkan nilai pada
interval 77- 85 dan tidak terdapat siswa pada interval 93-100.
c. Prestasi Belajar Psikomotor Dengan Pendekatan CTL yang Mempunyai
Gaya Belajar Visual dan Auditori
Data prestasi belajar psikomotor siswa dengan pendekatan CTL yang
mempunyai kemampuan verbal tinggi dan rendah diperoleh melalui tes pilihan
ganda. Data yang diperoleh disajikan pada Tabel 4.19.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Tabel 4.19. Prestasi Belajar Psikomotor Siswa Dengan Pendekatan CTL yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
Pendekatan CTL Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Auditori Jumlas Siswa 58 42 Mean 78,26 75,09 Standar Deviaasi 8,56 7,46 Skor Minimum 56,00 59,00 Skor Maksimum 97,00 91,00
Berdasarkan Tabel 4.19 dapat diketahui bahwa prestasi belajar psikomotor
siswa dengan pendekatan CTL yang mempunyai gaya belajar visual dengan
jumlah siswa 58 diperoleh nilai rata-rata 78,26, standar deviasi 8,56 dan nilai
tertinggi 97,00 serta nilai terendah 56,00. Sedangkan siswa yang mempunyai
gaya belajar auditori dengan jumlah siswa 52 diperoleh nilai rata-rata 75,09,
standar deviasi 7,46 dan nilai tertinggi 91,00 serta nilai terendah 59,00.
Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Psikomotor Siswa dengan
Pendekatan CTL yang mempunyai gaya belajar visual dan auditori, disajikan pada
Tabel 4.20. dan Gambar 4.9.
Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
Interva
l
Gaya Belajar Visual Gaya Belajar Auditori
Frekuensi
Persentase Frekuensi
Relatif
Frekuensi
Persentase Frekuensi Relatif
53-60 2 3,45 1 2,38
61-68 3 5,17 6 14,29 69-76 14 24,14 16 38,10 77-85 26 44,83 15 35,71 86-92 11 18,97 4 9,52 93-100 2 3,45 0 0,00 Jumlah 58 100 42 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Gambar 4.9. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Siswa yang
Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Auditori
Berdasarkan Tabel 4.20 dan Gambar 4.9 dapat diketahui bahwa prestasi
belajar psikomotor siswa dengan pendekatan CTL yang mempunyai gaya belajar
visual terdapat 26 siswa yang mendapat nilai pada interval 77-85 dan terdapat 2
siswa pada interval 53-60 dan interval 93-100. Sedangkan siswa yang mempunyai
gaya belajar auditori terdapat 16 siswa yang mendapat nilai pada interval 69-76
dan tidak terdapat siswa pada interval 93-100.
Data prestasi belajar psikomotor siswa dengan pendekatan CTL yang
dipengaruhi oleh media, kemampuan verbal dan gaya belajar di sajikan dalam
Tabel 4.21.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Tabel 4.21. Deskripsi Prestasi Belajar Psikomotor Siswa dengan Pendekatan CTL yang Menggunakan Media Flipchart dan Video Di Tinjau dari Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Auditori
Variabel Data Sebaran
Pendekatan Media
Flipchart Media Video
Kemampuan Verbal Tinggi
Gaya
Belajar Visual
Mean 82,57 76,46 SD 8,61 10,15 N 14 22
Gaya
Belajar Auditori
Mean 77,00 76,23 SD 11,27 6,47 N 7 13
Kemampuan Verbal Rendah
Gaya
Belajar Visual
Mean 77,31 77,33 SD 4,88 8,29 N 16 6
Gaya
Belajar Auditori
Mean 75,67 71,60 SD 7,05 5,78 N 12 10
Berdasarkan Tabel 4.21 Menunjukan penguasaan konsep masing-masing
kelompok yang dipengaruhi oleh media, kemampuan verbal dan gaya belajar
siswa dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kelompok siswa dengan media flipchart, kemampuan verbal tinggi dan gaya
belajar visual diperoleh nilai prestasi psikomotor siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata (mean) = 82,57, dan standar deviasi = 8,61 dengan sebanyak
14 siswa.
2) Kelompok siswa dengan media video, kemampuan verbal tinggi dan gaya
belajar visual diperoleh nilai prestasi psikomotor siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata (mean) = 76,45, dan standar deviasi = 10,15 dengan sebanyak
22 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
3) Kelompok siswa dengan media flipchart, kemampuan verbal tinggi dan gaya
belajar auditori diperoleh nilai prestasi psikomotor siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata (mean) = 77,00, dan standar deviasi = 11,27 dengan sebanyak
7 siswa.
4) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal tinggi dan
gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi psikomotor siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata (mean) = 76,23, dan standar deviasi = 6, 47, dengan sebanyak
13 siswa.
5) Kelompok siswa dengan media flipchart dengan kemampuan verbal rendah
dan gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi psikomotor siswa sebagai
berikut, dengan rata-rata = 75,67, dan standar deviasi = 7,05, dengan sebanyak
12 siswa.
6) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal rendah dan
gaya belajar auditori diperoleh nilai prestasi psikomotor siswa sebagai berikut,
dengan rata-rata = 71,60, dan standar deviasi = 5,78, dengan sebanyak 10
siswa.
7) Kelompok siswa dengan media flipchart dengan kemampuan verbal rendah
dan gaya belajar visual diperoleh nilai prestasi psikomotor siswa sebagai
berikut, dengan rata-rata = 77,31, dan standar deviasi = 4,88, dengan sebanyak
16 siswa.
8) Kelompok siswa dengan media video dengan kemampuan verbal rendah dan
gaya belajar visual diperoleh nilai prestasi psikomotor siswa sebagai berikut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
dengan rata-rata = 77,33, dan standar deviasi = 8,29, dengan sebanyak 6
siswa.
4. Perbandingan Nilai Rata-Rata Prestasi Belajar Aspek Kognitif, Afektif,
dan Psikomotor dengan Pendekatan CTL yang Menggunakan Media
Flipchart dengan Video.
Data perbandingan nilai rata-rata prestasi belajar aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor dengan pendekatan CTL yang menggunakan media Flipchart dan
video disajikan dalam Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Deskrisi Data Rata-rata Prestasi Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor Masing-Masing Kelompok
No Kelompok Rata-rata Prestasi
Kognitif Afektif Psikomotor 1 Siswa yang diberi Media Flipchart 74,86 81,00 78,37 2 Siswa yang diberi Media video 81,12 81,19 75,55 3 Siswa yang memiliki Kemampuan
verbal tinggi 83,18 82,86 78,00
4 Siswa yang memiliki Kemampuan verbal Rendah 71,52 78,86 75,57
5 Siswa yang memiliki gaya belajar visual 80,53 82,09 78,26
6 Siswa yang memiliki gaya belajar auditori
74,62 79,74 75,09
7 Siswa yang diberi media flipchart dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar visual
84,71 85,57 82,57
8 Siswa yang diberi media flipchart dengan kemampuan verbal rendah dan gaya belajar visual
72,06 78,63 77,31
9 Siswa yang diberi media flipchart dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar auditori
77,43 80,14 77,00
10 Siswa yang diberi media flipchart dengan kemampuan verbal rendah dan gaya belajar auditori
65,58 79,33 75,67
11 Siswa yang diberi media video dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar visual
84,00 83,09 76,45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
12 Siswa yang diberi media video dengan kemampuan verbal rendah dan gaya belajar visual
80,67 79,50 77,33
13 Siswa yang diberi media video dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar auditori
83,23 81,00 76,23
14 Siswa yang diberi media video dengan kemampuan verbal rendah dan gaya belajar auditori
72,30 78,30 71,60
Berdasarkan Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar
kognitif siswa dengan pendekatan CTL yang menggunakan media flipchart dan
video diperoleh nilai rata-rata tertinggi pada kelompok siswa yang menggunakan
media flipchart dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar visual 84,71
dan nilai rata-rata terendah pada kelompok siswa yang menggunakan media
flipchart dengan kemampuan verbal rendah dan gaya belajar auditori 65,58. Dan
rata-rata prestasi belajar afektif siswa dengan pendekatan CTL yang menggunakan
media flipchart dan video diperoleh nilai rata-rata tertinggi pada kelompok siswa
yang menggunakan media flipchart dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya
belajar visual 85,57 dan nilai rata-rata terendah pada kelompok siswa yang
menggunakan media video dengan kemampuan verbal rendah dan gaya belajar
auditori 78,30. Sedangkan rata-rata prestasi belajar psikomotor siswa dengan
pendekatan CTL yang menggunakan media flipchart dan video diperoleh nilai
rata-rata tertinggi pada kelompok siswa yang menggunakan media flipchart
dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar visual 82,57 dan nilai rata-rata
terendah pada kelompok siswa yang menggunakan media video dengan
kemampuan verbal rendah dan gaya belajar auditori 71,60.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Kesetaraan
Sebelum uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis. Adapun uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi; uji
kesetaraan, uji normalitas dan uji homogenitas. Uji kesetaraan dilakukan dengan
menggunakan program statistik SPSS 18. Dari perhitungan Uji t independent
samples test (equal variances assumed) didapatkan nilai sig (P-value) = 0,147 (sig
> 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa Ho: tidak terdapat perbedaan prestasi
belajar antara kedua sampel diterima. Pengambilan keputusan ini didasarkan pada
uji normalitas dan homogenitas yang terlebih dahulu dilakukan pada kedua
sampel. Karena sampel tidak normal dan homogen, maka data yang digunakan
adalah data signifikansi pada equal variances assumed disajikan pada Tabel 4.23
dan data deskripsi statistik secara rinci terdapat dalam Lampiran 15.
Tabel 4.23. Data Uji t (equal variances assumed)
No Faktor Sig. Keputusan
Ho Kesimpulan
1 Kelas X.3 dan kelas X 8 0,498
Ho diterima Setara/efektifitas sama
2 Kelas X 2 dan kelas X 9 0,628
Ho diterima Setara/efektifitas sama
3 Kelas A (X 3 dan X 8) dengan kelas B (X 2 dan X 9)
0,147 Ho diterima Setara/efektifitas sama
Berdasarkan Tabel 4.23 dapat dinyatakan pada kelas X 3 dan X 8 dengan
X 2 dan X 9 mempunyai keadaan awal yang sama. Sehinnga dapat digunaka
sebagai kelas sampel dalam penelitian untuk mengetahui apakah media yang
berbeda dapat pengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Jika didapatkan p-value > 0,05, makaHo
(data tidak berdistribusi normal) ditolak. Hasil komputasi dengan SPSS 18 dapat
dilihat pada Lampiran 16, 17, dan 18.
Hasil uji normalitas prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor dapat
dilihat pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24. Deskripsi Data Hasil Uji Normalitas Nilai-nilai Prestasi Belajar pada Masing-Masing Kelompok
No Kriteria Pengelompokan Data P-value
Kesim pulan Kogni
tif Afek
tif Psiko motor
1 Siswa yang diberi media flipchart 0,200 0,200 0,200 Normal 2 Siswa yang diberi diberi media video 0,058 0,200 0,200 Normal 3 Siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi 0,053 0,200 0,200 Normal 4 Siswa yang memilikikemampuan verbal rendah 0,200 0,200 0,200 Normal 5 Siswa yang memiliki gaya belajar visual 0,093 0,200 0,058 Normal 6 Siswa yang memiliki gaya belajar auditori 0,200 0,200 0,200 Normal 7 Siswa yang diberi media flipchart dengan
kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar visual 0,200 0,200 0,200 Normal
8 Siswa yang diberi media flipchart dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar auditori
0,200 0,200 0,200 Normal
9 Siswa yang diberi media flipchart dengan kemampuan verbal rendah dan gaya belajar visual
0,200 0,200 0,200 Normal
10 Siswa yang diberi media flipchart dengan kemampuan verbal rendah dan gaya belajar auditori
0,199 0,200 0,200 Normal
11 Siswa yang diberi media video dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar visual
0,200 0,188 0,200 Normal
12 Siswa yang diberi media video dengan kemampuan verbal tinggi dan gaya belajar auditori
0,200 0,200 0,200 Normal
13 Siswa yang diberi media video dengan kemampuan verbal rendah dan gaya belajar visual
0,200 0,186 0,200 Normal
14 Siswa yang diberi media video kemampuan verbal rendah dan gaya belajar auditori
0,200 0,184 0,200 Normal
Berdasarkan Tabel 4.24 hasil uji normalitas pada masing-masing
kelompok, didapat p-value > 0,05, sehingga Ho (data tidak berdistribusi normal)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
ditolak. Nilai p-value yang digunakan mengacu pada rumus Kolmogorof-
Smirnova. Diperoleh kesimpulan semua data berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak. Jika diperoleh p-value > 0,05, maka Ho (data
tidak homogen) ditolak Hasil Komputasi dengan SPSS 18 dapat dilihat pada
Lampiran 19, 20 dan 21.
Hasil uji homogenitas prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor
dapat dilihat pada Tabel 4.25.
Tabel 4.25. Hasil Uji Normalitas Nilai-nilai Prestasi Belajar pada Masing-Masing Kelompok
Faktor Kognitif Afektif Psikomotor
Kesimpulan P-value P-value P-value
Media 0,364 0,844 0,702 Homogen Kemampuan Verbal 0,185 0,551 0,054 Homogen Gaya Belajar 0,496 0,966 0,468 Homogen Media *Kemampuan Verbal 0,594 0,799 0,125 Homogen Media* Gaya Belajar 0,999 0,619 0,395 Homogen Kemampuan Verbal *Gaya Belajar
0,637 0,870 0,057 Homogen
Media *Kemampuan Verbal *Gaya Belajar
0,052 0,817 0,173 Homogen
Berdasarkan Tabel 4.25 hasil pengujian homogenitas didapatkan bahwa p-
value >0,05. Nilai p-value > 0,05, Maka keputusannya adalah data untuk
prestasi belajar adalah homogen. Untuk semua uji homogenitas yang dilakukan
menggunakan uji Levene’s Test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
C. Pengujian Hipotesis
1. ANAVA (Analysis of variance)
Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel
tidak sama. Hasil analisis variansi data prestasi belajar baik kognitif, afektif dan
psikomotor menggunakan program SPSS/PSAW 18 dengan komputasinya
dihitung dengan General Linier Model. Hasil analisis perhitungan anava pada
ranah kognitif, afektif dan psikomotor dapat dilihat pada Lampiran 22, 23, dan
24. Adapun ringkasan hasil prestasi belajar anava kognitif ditampilkan pada tabel
4.26.
Tabel 4.26. Ringkasan Hasil Anava pada Kognitif No Faktor yang diuji F hitung p-value
1. Media 6,227 0,014 2. Kemampuan Verbal 22,462 0,000 3. Gaya Belajar 7,841 0,006 4. Media * Kemampuan Verbal 1,565 0,214 5. Media * Gaya Belajar 0,320 0,573 6. Kemampuan Verbal * Gaya Belajar 0,689 0,409 7. Media * Kemampuan Verbal * Gaya Belajar 1,056 0,307
Berdasarkan Tabel 4.26 hasil uji anava jika p-value > 0,05 maka Ho
ditolak, sedangkan jika p-value < 0,05 maka Ho diterima. Dari Tabel 4.25 dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Hipotesis 1 (HoA): diperoleh nilai F hitung = 6,227 dengan probabilitas p-
value= 0,014. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada
pengaruh yang signifikan media flipchart dan media video terhadap prestasi
belajar ranah kognitif.
b. Hipotesis 2 (HoB): diperoleh nilai F hitung= 22,462 dengan probabilitas p-
value = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05; maka Hoditolak, berarti ada
pengaruh yang signifikan antara kemampuan verbal tinggi dan rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
terhadap prestasi belajar ranah kognitif.
c. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung= 7,841 dengan p-value= 0,006.
Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada pengaruh yang
signifikan antara gaya belajar visual dan gaya belajar auditori terhadap
prestasi belajar ranah kognitif.
d. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 1,565 dengan p-value = 0,214.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
media flipchart dan video dengan kemampuan verbal tidak memberikan
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar ranah kognitif.
e. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 0,320 dengan p-value = 0,573.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
media flipchart dan video dengan gaya belajar visual dan auditori tidak
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar ranah kognitif.
f. Hipotesis 6 (HoBC): diperoleh nilai F hitung = 0,689 dengan p-value = 0,409.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
kemampuan verbal dan gaya belajar tidak memberikan pengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar ranah kognitif.
g. Hipotesis 7 (HoABC): diperoleh nilai F hitung = 1,056 dengan p-value =0,307
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
media flipchart dan video, kemampuan verbal dan gaya belajar tidak
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar ranah kognitif.
Adapun ringkasan hasil prestasi belajar anava afektif disajikan pada Tabel
4.27.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Tabel 4.27. Ringkasan Hasil Anava pada Afektif No Faktor yang diuji F hitung p-value 1. Media 0,077 0,782 2. Kemampuan Verbal 4,796 0,031 3. Gaya Belajar 1,560 0,215 4. Media *Kemampuan Verbal 0,052 0,820 5. Media*Gaya Belajar 0,050 0,824 6. Kemampuan Verbal*Gaya Belajar 1,201 0,276 7. Media*Kemampuan Verbal*Gaya Belajar 0,669 0,416
Berdasarkan Tabel 4.27 hasil uji anava di atas jika p-value > 0,05 maka
hipotesis nol ditolak, sedangkan jika p-value < 0,05 maka hipotesis nol tidak
ditolak. Tabel 4.27 dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hipotesis 1 (HoA): diperoleh nilai F hitung= 0,077 dengan probabilitas p-
value=0,782. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak
ada pengaruh yang signifikan media flipchart dan media video terhadap
prestasi belajar ranah afektif.
b. Hipotesis 2 (HoB): diperoleh nilai F hitung= 4,796 dengan probabilitas p-
value = 0,031. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada
pengaruh yang signifikan antara kemampuan verbal tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar ranah afektif.
c. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung= 1,560 dengan p-value=0,215.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada pengaruh
yang signifikan antara gaya belajar visual dan gaya belajar rendah terhadap
prestasi belajar ranah afektif.
d. Hipotesis 4 (HoAB) : diperoleh nilai F hitung = 0,056 dengan p-value = 0,820.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
media flipchart dan video dengan kemampuan verbal tidak memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar ranah afektif.
e. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 0,050 dengan p-value =0,824.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
media flipchart dan video dengan gaya belajar visual dan auditori tidak
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar ranah afektif.
f. Hipotesis 6 (HoBC): diperoleh nilai F hitung =1,201 dengan p-value = 0,276.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
kemampuan verbal dan gaya belajar tidak memberikan pengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar ranah afektif.
g. Hipotesis 7 (HoABC): diperoleh nilai F hitung = 0,669 dengan p-value =
0,416. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi
antara media flipchart dan media video, kemampuan verbal dan gaya belajar
tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar ranah afektif.
Data ringkasan hasil prestasi belajar anava psikomotor disajikan pada
Tabel 4.28.
Tabel 4.28. Ringkasan Hasil Anava Psikomotor No Faktor yang diuji F hitung p-value
1. Media 2,470 0,119 2. Kemampuan Verbal 2,212 0,140 3. Gaya Belajar 3,588 0,061 4. Media *Kemampuan Verbal 0,167 0,684 5. Media*Gaya Belajar 0,033 0,857 6. Kemampuan Verbal*Gaya Belajar 0,052 0,820 7. Media*Kemampuan Verbal*Gaya Belajar 1,840 0,178
Berdasarkan Tabel 4.28 hasil uji anava di atas jika p-value > 0,05 maka
hipotesis nol ditolak, sedangkan jika p-value < 0,05 maka hipotesis nol tidak
ditolak. Tabel 4.28 dapat disimpulkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
a. Hipotesis 1 (HoA): diperoleh nilai F hitung= 2,470 dengan probabilitas p-
value= 0,119. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak
ada pengaruh yang signifikan metode media flipchart dan media video
terhadap prestasi belajar ranah psikomotor.
b. Hipotesis 2 (HoB): diperoleh nilai F hitung= 2,212 dengan probabilitas p-
value = 0,140. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak
ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan verbal tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar ranah psikomotor.
c. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung= 3,588 dengan p-value= 0,061.
Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada pengaruh yang
signifikan antara gaya belajar visual dan gaya belajar rendah terhadap prestasi
belajar ranah psikomotor.
d. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 0,167 dengan p-value = 0,684.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
media flipchart dan video dengan kemampuan verbal tidak memberikan
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar ranah psikomotor.
e. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 0,033 dengan p-value = 0,857.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
media flipchart dan video dengan gaya belajar visual dan auditori
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar ranah psikomotor.
d. Hipotesis 6 (HoBC): diperoleh nilai F hitung = 0,052 dengan p-value = 0,820.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
kemampuan verbal dan gaya belajar tidak memberikan pengaruh signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
terhadap prestasi belajar ranah psikomotor.
e. Hipotesis 7 (HoABC): diperoleh nilai F hitung = 1,840 dengan p-value =
0,178. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi
antara media flipchart dan video, kemampuan verbal dan gaya belajar tidak
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar ranah psikomotor.
2. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel
bebas dan variabel terikat, maka yang perlu diuji lanjut adalah jika hasil analisis
menunjukan bahwa p-value < 0,05 dimana hipotesis Ho: ditolak, artinya tidak
ada pengaruh ditolak dan H1: diterima, artinya ada pengaruh diterima, serta p-
value < 0,05 dimana hipotesis Ho: ditolak, artinya tidak ada interaksi ditolak dan
H1: diterima, artinya ada interaksi diterima. Dalam penelitian ini uji lanjut
dilakukan dengan menggunakan profile plots dengan menggunakan SPSS 18. Uji
lanjut untuk prestasi kognitif dilakukan pada hipotesis pertama, kedua dan ketiga.
Pada hipotesis keempat, kelima, keenam dan ketujuh tidak diperlukan uji lanjut
karena keputusan Ho diterima. Untuk prestasi afektif dilakukan hipotesis kedua.
Pada hipotesis pertama, ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh tidak
diperlukan uji lanjut karena keputusan Ho diterima. Sedangkan untuk prestasi
psikomotorik dilakukan pada hipotesis ketiga. Pada hipotesis pertama, kedua,
keempat, kelima, keenam dan ketujuh tidak diperlukan uji lanjut karena keputusan
H0 diterima.
a. Uji Lanjut Hipotesis 1 Untuk Prestasi Kognitif
Bunyi hipotesis 1 adalah terdapat pengaruh media terhadap prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
kognitif, untuk mengetahui media mana yang lebih baik maka dilakukan uji lanjut
dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 1 ditunjukkan pada Tabel 4.29 dan Gambar
4.10.
Tabel 4.29. Tabel Estimated Marginal Means terhadap Media
Media Mean Std. Error Taraf Kepercayaan 95%
Tingkat Bawah Tingkat Atas
Flipchart 74.947 1.418 72.132 77.763 Video 80.049 1.473 77.123 82.976
Berdasarkan Tabel 4.29 dapat diketahui bahwa means (rata-rata) prestasi
kognitif kelompok siswa dengan menggunakan media pembelajaran flipchart =
74,86 lebih kecil dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang menggunakan
media pembelajaran video = 81,12. Rata-rata kedua media pembelajaran diatas
dapat disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan media pembelajaran video
memiliki prestasi kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan siswa
menggunakan media flipchart. Profil efek dari pengaruh pemberian media
flipchart dan video terhadap prestasi kognitif dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi Media
Pada gambar 4.10. di atas diketahui bahwa Pembelajaran dengan
pendekatan CTL melalui penggunaan media flipchart dan media video.
Berdasarkan nilai rata-rata kognitif yang diperoleh siswa pada pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
dengan pendekatan CTL melalui media video lebih besar daripada melalui
flipchart. Jadi pembelajaran dengan pendekatan CTL dengan media video lebih
besar pengaruhnya daripada dengan menggunakan media flipchart terhadap
prestasi kognitif mata pelajaram biologi pada materi vermes.
b. Uji Lanjut Hipotesis 2 Untuk Prestasi Kognitif
Bunyi hipotesis 2 adalah terdapat pengaruh kemampuan verbal kategori
tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, untuk mengetahui pengaruh mana
yang lebih baik kemampuan verbal katagori tinggi dan rendah maka dilakukan uji
lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 2 ditunjukkan pada Tabel 4.30 dan
Gambar 4.11.
Tabel 4.30. Tabel Estimated Marginal Means terhadap Kemampuan Verbal
Kemampuan Verbal Mean Std. Error Taraf kepercayaan 95%
Tingkat Bawah Tingkat Atas
Rendah 72.653 1.517 69.640 75.666 Tinggi 82.343 1.371 79.621 85.066
Berdasarkan Tabel 4.30 di atas dapat diketahui bahwa means (rata-rata)
prestasi kognitif kelompok siswa yang memiliki kemampuan verbal katagori
rendah = 71,52 lebih kecil dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang
memiliki kemampuan verbal katagori tinggi = 81,18. Dari rata-rata kedua katagori
kemampuan verbal diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki
kemampuan verbal katagori tinggi prestasi kognitif yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa memiliki kemampuan verbal katagori rendah. Profil efek dari
pengaruh siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap
prestasi kognitif dapat dilihat pada Gambar 4.11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Gambar 4.11. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi Kemampuan Verbal
Berdasarkan Gambar 4.11 di atas diketahui bahwa Pembelajaran dengan
pendekatan CTL yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan rendah
Berdasarkan nilai rata-rata kognitif yang diperoleh siswa pada pembelajaran
dengan pendekatan CTL yang memiliki kemampuan verbal tinggi lebih besar
daripada yang memiliki kemampuan verbal rendah. Jadi pembelajaran dengan
pendekatan CTL siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi lebih besar
pengaruhnya daripada dengan menggunakan media flipchart terhadap prestasi
kognitif mata pelajaram biologi pada materi vermes.
c. Uji Lanjut Hipotesis 3 Untuk Prestasi Kognitif
Bunyi hipotesis adalah terdapat pengaruh gaya belajar katagori visual dan
auditori terhadap prestasi kognitif, untuk mengetahui pengaruh mana yang lebih
baik gaya belajar visual dan auditori maka dilakukan uji lanjut dan hasil uji lanjut
untuk hipotesis 3 ditunjukkan pada Tabel 4.31 dan Gambar 4.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Tabel 4.31. Tabel Estimated Marginal Means terhadap Gaya Belajar
Gaya Belajar Mean Std. Error Taraf kepercayaan 95%
Tingkat Bawah Tingkat Atas
Audiot 74.636 1.500 71.657 77.614 Visual 80.361 1.390 77.601 83.121
Berdasarkan Tabel 4.30 di atas dapat diketahui bahwa means (rata-rata)
prestasi kognitif siswa yang memiliki gaya belajar auditori = 74,62 lebih kecil
dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki gaya belajar visual =
80,53. Dari rata-rata kedua gaya belajar diatas dapat disimpulkan bahwa siswa
yang memiliki gaya belajar visual prestasi kognitif yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa memiliki gaya belajar auditori. Profil efek dari pengaruh siswa yang
memiliki gaya belajar visual dan auditori terhadap prestasi kognitif dapat dilihat
pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi Gaya Belajar
Berdasarkan Gambar 4.12. di atas diketahui bahwa Pembelajaran dengan
pendekatan CTL siswa yang memiliki gaya belajar auditori dan gaya belajar
visual Berdasarkan nilai rata-rata kognitif yang diperoleh siswa pada
pembelajaran dengan pendekatan CTL yang memiliki gaya belajar visual lebih
besar daripada yang memiliki gaya belajar auditori Jadi pembelajaran dengan
pendekatan CTL siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih besar pengaruhnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
daripada siswa yang memiliki gaya belajar auditori terhadap prestasi kognitif
mata pelajaram biologi pada materi vermes.
d. Uji Lanjut Hipotesis 2 Untuk Prestasi Afektif
Bunyi hipotesis 2 adalah terdapat pengaruh kemampuan verbal katagori
tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif, untuk mengetahui pengaruh mana
yang lebih baik kemampuan verbal katagori tinggi dan rendah maka dilakukan uji
lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 2 ditunjukkan pada Tabel 4.32 dan
Gambar 4.13.
Tabel 4.32. Tabel Estimated Marginal Means terhadap Kemampuan Verbal
Kemampuan Verbal Mean Std. Error
Taraf kepercayaan 95%
Tingkat Bawah Tingkat Atas
Rendah 78.940 1.190 76.576 81.303 Tinggi 82.451 1.075 80.316 84.586 Berdasarkan Tabel 4.32. di atas dapat diketahui bahwa means (rata-rata)
prestasi afektif siswa yang memiliki kemampuan verbal katagori rendah = 78,86
lebih kecil dari pada rata-rata prestasi afektif siswa yang memiliki kemampuan
verbal katagori tinggi = 82,86. Dari rata-rata kedua katagori kemampuan verbal
diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan verbal kategori
tinggi prestasi afektif yang lebih baik dibandingkan dengan siswa memiliki
kemampuan verbal katagori rendah. Profil efek dari pengaruh siswa yang
memiliki kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif dapat
dilihat pada Gambar 4.13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Gambar 4.13. Grafik Estimed Marginal Means of afektif Kemampuan Verbal
Berdasarkan Gambar 4.13 di atas diketahui bahwa pembelajaran dengan
pendekatan CTL siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan kemampuan
verbal rendah berdasarkan nilai rata-rata afektif yang diperoleh siswa pada
pembelajaran dengan pendekatan CTL yang memiliki kemampuan verbal tinggi
lebih besar daripada yang memiliki kemampuan verbal rendah. Jadi pembelajaran
dengan pendekatan CTL siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi lebih
besar pengaruhnya daripada siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah
terhadap prestasi kognitif mata pelajaram biologi pada materi vermes.
D. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
pembelajaran biologi materi pokok vermes dengan menggunakan pendekatan
CTL, melalui media flipchart dan media video terhadap prestasi belajar siswa, ada
atau tidaknya pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa, ada atau tidaknya pengaruh gaya belajar visual dan auditori dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi antara pendekatan
CTL, media flipchart dan media video dengan kemampuan verbal terhadap
prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi antara pendekatan CTL, media
flipchart, dan media video dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa,
ada atau tidaknya interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar
terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi antara pendekatan
CTL, media flipchart dan media video kemampuan verbal dan gaya belajar
terhadap prestasi siswa. Adapun sampel dalam penelitian ini diambil dengan
teknik cluster random sampling atau sampel acak dengan cara undian kelas dan
dengan menggunakan uji kesetaraan rata-rata dihasilkan 4 kelas, 2 kelas sebagai
kelompok eksperimen pertama (kelas X3 dan X8), dikenai media flipchart dan 2
kelas sebagai kelompok eksperimen kedua (kelas X2 dan X9), dikenai media
video.
Pengukuran kemampuan verbal dan gaya belajar dilakukan sebelum
pembelajaran. Instrumen yang dipakai untuk mengukur kemampuan verbal berupa
pertanyaan yang berjumlah 30 soal pilihan ganda yang mencakup kompetensi
dasar perbendaraan kata, lawan kata, membedakan kata, analogi verbal. Soal
kemampuan verbal berkaitan masalah biologi dan lingkungan sekitarnya.
Sedangkan untuk mengukur gaya belajar, siswa diberi soal berupa angket,
dengan jumlah 50 soal. Kedua instrumen ini sebelumnya telah divalidasi melalui
konsultasi pembimbing dan uji pendahuluan. Setelah pembelajaran selesai,
dilakukan test akhir pembelajaran materi vermes untuk mengukur aspek konitif
dan mengisi angket psikomotor dan afektif. Pendekatan pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan CTL dengan menggunakan
media flipchart dan video yang sama-sama mengutamakan kemampuan verbal
dan gaya belajar baik melalui diskusi dan presentasi untuk mengkonstruksi
pengetahuan.
1. Hipotesis Pertama
Hasil perhitungan statistik anava tiga jalan dengan sel tidak sama
pembelajaran pendekatan CTL dengan menggunakan media flipchart dan video,
aspek kognitif diperoleh P-value. Media = 0,022 < 0,05, maka Ho (media tidak
berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak dan untuk aspek afektif diperoleh
P-value. Media = 0,782 > 0,05, maka Ho (media tidak berpengaruh terhadap
prestasi afektif) diterima. Sedangkan untuk aspek psikomotor diperoleh P-value.
Media = 0,119 > 0,05, maka Ho media tidak berpengaruh terhadap prestasi
psikomotor) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kognitif, sedangkan prestasi
afektif dan psikomotorik tidak berpengaruh terhadap media.
Pemilihan salah satu metode pembelajaran tertentu akan mempengaruhi
jenis media pembelajaran yang sesuai. Edgar Dale memandang bahwa nilai media
pembelajaran dalam pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan pengalaman
belajar menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak yang di
kenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience). Tingkat
pengalaman yang paling tinggi nilainya adalah pengalaman yang paling konkrit.
Sedangkan yang paling rendah adalah yang paling abstraks (Sumiati & Asra,
2007: 175). Usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
menggambarkan bahwa pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila pesan
hanya disampaikan melalui kata verbal. Oleh sebab itu, sebaiknya siswa memiliki
pengalaman yang lebih konkrit, sehingga pesan yang ingin disampaikan benar-
benar dapat mencapai sasaran dan tujuan. Pemilihan dan penggunaan media
pembelajaran yang tepat akan berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap pencapaian prestasi belajar yang diharapkan baik berupa pengetahuan,
perilaku atau sikap maupun ketrampilan. Media pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran. Setiap kegiatan belajar
mengajar bisa menggunakan media pembelajaran. Bahkan setiap materi pelajaran
memerlukan media yang berbeda-beda. Karena itu, seorang pengajar harus dapat
memahami karakteristik materi pelajaran yang hendak disampaikan kepada siswa.
Dengan memahami karakteristik setiap materi, maka pengajar dapat memilih
media yang paling sesuai dengan materi tersebut. Pemilihan media pembelajaran
yang tepat akan dapat berpengaruh pada tercapainya tujuan pembelajaran. Selain
itu, media yang digunakan juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswadan
kelas. Meskipun media pembelajaran dapat diterapkan pada suatu materi, namun
bila kondisi siswa tidak memungkinkan menerima pembelajaran dengan media
tersebut, maka tujuan pembelajaran akan sulit untuk dicapai dengan baik. Sejalan
teori Piaget bahwa siswa tingkat SMA (umur 11/12-18 tahun) termasuk dalam
Tahap Operasional Formal. Pada tahap ini meskipun siswa sudah dapat berpikir
logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan hipotesis-hipotesis
dan dapat mengambil kesimpulan tentang apa yang diamatinya dan berpikir
abstrak, tetapi kecepatan tiap-tiap siswa berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Pendekatan CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Hal ini
sejalan dengan teori Ausubel pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
bermakna yaitu pembelajaran yang dikaitkan dengan situasi kehidupan dunia
nyata siswa, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka melalui pengalaman langsung dimana siswa dapat menemukan
konsep atau informasi sendiri. Sejalan dengan penelitian Patricia Murdock
Miller(2006) dalam jurnal berjudul “Contextual Learning May be a better
Teaching Model: A Cace For Higher Order Learning and Transfer
“mengungkapkan bahwa pembelajaran kontekstual lebih baik daripada
pembelajaran tradisional dalam memperoleh pengetahuan, aplikasi dan
pembelajaran yang baru. Pendekatan CTL menekankan perpaduan antara
pengalaman yang sudah diperoleh siswa dengan materi pembelajaran yang baru
diperoleh siswa sehingga akan terjadi asimilasi maupun akomodasi pada
pengetahuan siswa tersebut sesuai dengan teori Piaget. Hal ini juga sejalan dengan
teori konstruktivis, belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang
sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.
Berdasarkan data Tabel 4.21. dan hasil profile plots menjelaskan bahwa
siswa mendapat perlakuan dengan media pembelajaran video mempunyai rata-
rata prestasi kognitif lebih besar dibandingkan dengan siswa mendapat perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
media flipchart. Jadi berdasarkan uji lanjut anava untuk prestasi kognitif siswa
yang mendapat perlakuan dengan media video lebih baik daripada siswa yang
mendapat perlakuan dengan media flipchart. Materi vermes merupakan materi
yang sarat dengan konsep yang bersifat abstrak dan mikroskopis. Untuk
mempermudah penyampaian materi vermes yang memiliki karakteristik abstrak
dan mikroskopis sangat perlu di gunakan sebuah media. Pembelajaran dengan
perlakuan menggunakan media video, memaparkan keadaan riil dari suatu proses,
fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan. Di samping itu
media pembelajaran video memiliki tampilan yang lebih menarik dalam bentuk
gambar riil yang bergerak, materi disampaikan dalam audio-visual, menarik dan
memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak sehingga prestasi siswa
lebih baik dibandingkan siswa yang dikenai media flipchart. Sementara siswa
pada perlakuan media pembelajaran flipchart merupakan media dalam bentuk
gambar statis, materi disampaikan dengan visual. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Anand Lenin Vethanayagam, F. S. R. Hemalatha, (2010) dalam
jurnal penelitiannya yang berjudul “Effect of Environmental Education to School
Children Through Animation Based Educational Video” mengatakan bahwa
dalam pembelajaran yang menggunakan media video merupakan pembelajaran
yang menghilangkan kebosanan dan merespon siswa untuk bereaksi dan aktif
dalam proses pembelajaran sehingga akan menghasilkan prestasi yang lebih baik.
Pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
penggunaan media dengan prestasi belajar aspek afektif dan psikomotor. Pada
rata-rata prestasi afektif dan rata-rata prestasi psikomotor baik siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
mendapat perlakuan media pembelajaran flipchart maupun media video
menunjukkan kedua aspek tersebut memiliki rata-rata prestasi sama-sama baik
diatas nilai KKM, tapi hal ini tidak menunjukkan perbedaan signifikansi yang
berarti. Walaupun tidak menunjukkan pengaruh yang signifikansi, namun
menunjukkan prestasi belajar belajar siswa lebih baik. Selain itu berdasarkan hasil
respon tertulis siswa setelah pembelajaran selesai, siswa menyatakan pada
umumnya bahwa pembelajaran dengan menggunakan media flipchart dan media
video sama-sama menarik dan sangat disukai karena merupakan pengalaman
menarik yang selama ini belum pernah diberikan dan merupakan pembelajaran
yang tidak membosankan.
Dari hasil analisis data dan hasil analisis pembelajaran yang berlangsung
selama penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan CTL dengan
menggunakan media flipchart dan media video dapat dapat merangsang perhatian
siswa dan dapat membantu siswa memahami dan mengingat isi informasi bahan-
bahan verbal dan konsep-konsep bersifat abstrak, sehingga mampu mendorong
siswa untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
lingkungan nyata siswa. Selain itu juga dapat mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapan dalam kehidupan,
sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran biologi.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel
tidak sama aspek kognitif diperoleh P-value kemampuan verbal = 0,000 < 0,05,
maka Ho (kemampuan verbal tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
ditolak dan untuk aspek afektif diperoleh kemampuan verbal P-value = 0,031 <
0,05, maka Ho (kemampuan verbal tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif)
ditolak, sedangkan untuk aspek psikomotor diperoleh P-value =0,140 > 0,05,
maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan antara kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif
maupun afektif siswa terhadap pencapaian prestasi belajar.
Pembelajaran perlu mengaktifkan faktor-faktor yang memberikan
kontribusi positif terhadap pencapaian hasil belajar mencakup prestasi belajar.
Kemampuan verbal merupakan salah satu faktor yang mendukung pencapaian
hasil belajar, khususnya materi vermes. Vermes merupakan materi yang sarat
dengan materi bersifat mikroskopis dan bersifat abstrak yang penyampaian dalam
bentuk gambar-gambar sesuai dengan indikator dalam silabus Biologi Kelas X.
Pada penelitian ini prestasi belajar kognitif dan afektif sebagai bagian dari hasil
belajar, secara bersamaan dipengaruhi oleh kemampuan verbal.
Kemampuan verbal adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat
diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Seseorang yang memiliki
kemampuan verbal mampu menuangkan pengetahuannya dalam bentuk bahasa
yang memadai, sehingga dapat dikomunikasikan pula kepada orang lain.
Kemampuan verbal diungkapkan sebagai kemampuan memgkomunikasikan baik
secara lisan maupun tulisan makna dari pesan yang berupa simbol, gambar, skema
maupun sumber-pembelajaran yang lain. Lazear (cit Suharsimi Arikunto, 2006:
13) menyatakan salah satu dari tujuh indikator yang dapat dikategorikan sebagai
petunjuk tentang tinggi-rendahnya intelegansi adalah kemampuan verbal (verbal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
linguistik). Dalam hal pembelajaran Vermes yang menggunakan media video dan
flipchart, kemampuan verbal mutlak diperlukan, karena materi vermes
disampaikan dalam bentuk gambar-gambar tentang struktur dan bagian-bagian
dari tubuh vermes. Siswa diharapkan mampu merespon pesan yang dibawa
melalui hasil media flipchart dan media video. Kemampuan verbal pada penelitian
ini diartikan sebagai kemampuan seseorang mengekspresikan ide-ide dalam
bentuk kata-kata, serta kemampuan untuk memahami dan mengolah informasi
dari analogi verbal yang dalam hal ini tentang materi vermes. Sejalan dengan
teori belajar Bruner, belajar melalui inquiry baik dengan media flipchart dan
video memberi kesempatan siswa untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya sehingga menghasilkan pengetahuan yang
bermakna. Hal ini juga sejalan dengan teori belajar Vigotsky melalui interaksi
yang terjadi selama proses belajar, akan berpengaruh kepada keberhasilan siswa
dalam memecahkan masalah.
Pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
kemampuan verbal dengan prestasi belajar aspek psikomotor, hal ini dapat dilihat
dari rata-rata siswa dengan kemampuan verbal tinggi hanya sedikit lebih tinggi
dari rata-rata siswa dengan kemampuan verbal rendah, angka ini dalam
perhitungan statistik tidak menunjukkan perbedaan yang berarti dan juga
disebabkan sistem pembelajaran yang diterapkan oleh guru menggunakan media
yang mendorong siswa tidak nampak dalam ketrampilan proses yang nyata.
Berdasarkan Tabel 4.21 dan Profile plots menunjukkan bahwa siswa yang
mempunyai kemampuan verbal tinggi rata-rata prestasi kognitif, afektif, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
psikomotor lebih baik dibandingkan rata-rata prestasi kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa dengan kemampuan verbal rendah. Jadi jelas bahwa
kemampuan verbal tinggi memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan
kemampuan verbal rendah dalam mempengaruhi prestasi belajar. Sejalan dengan
penelitian Richard E. Mayer and Laura J. Massa. (2003) dalam jurnal yang
berjudul “Three Facets of Visual and Verbal Learners: Cognitive Ability,
Cognitive Style, and Learning Preference” mengungkapkan bahwa kemampuan
verbal dapat meningkatkan kemampuan kognitif. Kemampuan verbal tinggi dapat
meningkatkan prestasi. Kemampuan verbal merupakan kemampuan penguasaan
kosa kata yang berkaitan dengan pelajaran, dalam hal ini adalah pelajaran biologi
materi vermes. Kemampuan verbal yang tinggi, siswa dapat mengenal lebih
banyak mengekspresikan ide-ide dalam bentuk kata-kata. Sedangkan siswa yang
berkemampuan verbal rendah tidak banyak mengenal lebih banyak
mengekspresikan ide-ide dalam bentuk kata-kata. Hal ini menjelaskan bahwa
siswa dengan kemampuan verbal tinggi maupun rendah memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kemauan untuk menerima pelajaran, perhatian terhadap
penjelasan guru, kemauan untuk mempelajari materi pelajaran.
Hal tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Sri
Sulistyawati. (2011) dengan tesisnya yang berjudul Pembelajaran IPA model
Contextual Teaching And Learning menggunakan Animasi berbasis Flash dan
Interactive Video ditinjau dari kemampuan verbal dan gaya belajar (Studi Kasus
Pada Materi Sistem Peredaran Darah Kelas VIII SMP Negeri 3 Sungai Raya
Pontianak Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011) salah satu kesimpulannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
mengatakan bahwa menunjukkan bahwa kemampuan verbal berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Siswa dengan kemampuan verbal tinggi memberikan efek yang
lebih baik dibandingkan dengan kemampuan verbal rendah dalam mempengaruhi
prestasi belajar. Dengan demikian penelitian penulis telah memperkuat penelitan
sebelumnya.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel
tidak sama aspek kognitif diperoleh P-value gaya belajar = 0,006 < 0,05, maka Ho
(gaya belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak, dan untuk
aspek afektif diperoleh P-value = 0,215 > 0,05, maka Ho (gaya belajar tidak
berpengaruh terhadap prestasi afektif) diterima, sedangkan untuk aspek
psikomotor diperoleh P-value = 0,061 > 0,05, maka Ho (gaya belajar tidak
berpengaruh terhadap prestasi psikomotor) ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan terdapat pengaruh signifikan antara gaya belajar visual dan auditori
terhadap prestasi kognitif siswa pada materi vermes.
Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang itu menyerap
dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar dapat
menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya
belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Sejalan dengan penelitian
Lena Bostrom (2011) dalam jurnal yang berjudul “Students Learning Styles
Compared with their Teacher, Learning Styles in Secondary Schools”
mengungkapkan bahwa gaya belajar mempengaruhi prestasi belajar siswa. Ketika
siswa diajarkan menggunakan gaya belajar yang mereka sukai, mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
menunjukkan meningkatkan prestasi akademik. Dalam hal pembelajaran Vermes
yang menggunakan media video dan flipchart, siswa mendapatkan pembelajaran
dengan menggunakan indra mata langsung pada materi, sehingga siswa dapat
pengalaman langsung dalam menyerap informasi yang sesuai dengan cara belajar.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Sri Sulistyawati. (2011)
dengan tesisnya yang berjudul Pembelajaran IPA model Contextual Teaching And
Learning menggunakan Animasi berbasis Flash dan Interactive Video ditinjau
dari kemampuan verbal dan gaya belajar (Studi Kasus Pada Materi Sistem
Peredaran Darah Kelas VIII SMP Negeri 3 Sungai Raya Pontianak Semester II
Tahun Pelajaran 2010/2011) salah satu kesimpulannya mengatakan bahwa
menunjukkan bahwa gaya belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar. Siswa
dengan gaya belajar visual memberikan efek yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa gaya belajar kinestetik dalam mempengaruhi prestasi belajar.
Berdasarkan Tabel 4.21 dan Profile plots menjelaskan bahwa siswa yang
mempunyai gaya belajar visual lebih efektif dibanding dengan gaya belajar
auditori, artinya siswa yang memiliki gaya belajar visual, menghasilkan rata-rata
prestasi kognitif yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki gaya belajar
auditori, hal ini disebabkan dalam pembelajaran dengan menggunakan media
flipchart maupun media video yang memegang peranan penting adalah
mata/penglihatan (visual). Sejalan dengan penelitian Richard E. Mayer and Laura
J. Massa. (2003) dalam jurnal yang berjudul Three Facets of Visual and Verbal
Learners: Cognitive Ability, Cognitive Style, and Learning Preference,
mengungkapkan bahwa gaya belajar visual dapat meningkatkan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
kognitif. Dengan gaya belajar visual, maka siswa langsung melihat apa yang di
amati dan dipelajarinya. Sedangkan dengan gaya belajar auditori, siswa tidak
langsung melihat obyek sehingga mengalami kesulitan dalam memahami materi.
Secara umum siswa yang pembelajarannya menggunakan gaya belajar yang
mereka sukai, mereka menunjukkan meningkatkan prestasi akademik, walaupun
terkadang tidak semuanya seperti itu, tergantung pada faktor-faktor lain yang ada
pada diri siswa.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel
tak sama aspek kognitif P-value media dan kemampuan verbal = 0,214 > 0,05,
maka Ho (media dan kemampuan verbal tidak berpengaruh terhadap prestasi
kognitif) diterima. Untuk aspek afektif diperoleh P-value = 0,820 > 0,05, maka Ho
(media dan kemampuan verbal tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif)
diterima, sedangkan untuk aspek psikomotor diperoleh P-value = 0,684 > 0,05,
maka Ho (media dan kemampuan verbal tidak berpengaruh terhadap prestasi
psikomotor) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi
antara penggunaan media pembelajaran dengan kemampuan verbal siswa terhadap
prestasi kognitif, afektif dan psikomotor.
Pada hipotesis pertama penggunaan media flipchart dan media video dapat
digunakan dalam pembelajaran biologi dan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi belajar, karena pada proses pembelajarannya mampu menarik
siswa sehingga siswa mudah memahami materi vermes. Dengan demikian
pembelajaran dengan media flipchart dan media video diharapkan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
verbal berpengaruh yang signifikan antara kemampuan verbal dan prestasi belajar.
Seperti yang terlihat pada hipotesis kedua aspek kognitif dan afektif yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan verbal dan prestasi belajar
siswa.
Pada penelitian ini tidak terdapat interaksi antara Pembelajaran
Pendekatan CTL dengan menggunakan media flipchart dan video dengan
kemampuan verbal siswa. Walaupun tidak terdapat interaksi langsung antara
media pembelajaran dengan kemampuan verbal, bukan berarti media
pembelajaran tidak memiliki hubungan timbal balik dengan kemampuan verbal
siswa. Artinya tingkat kemampuan verbal dan penggunaan media mempunyai
pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar siswa pada materi vermes. Hal ini
terlihat pada siswa dengan kemampuan verbal rendah pada pembelajaran
pendekatan CTL dengan menggunakan media video juga memiliki prestasi baik.
Karena dengan adanya kemampuan verbal pada diri siswa tersebut maka siswa
tersebut mempunyai kemampuan mengekpresikan ide-ide dalam bentuk kata-kata
sehingga mampu menguasai materi pelajaran dan mendapatkan nilai yang
memuaskan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa interaksi antara
pembelajaran pendekatan CTL dengan menggunakan media flipchart dan video
dengan kemampuan verbal tinggi dan rendah mempunyai pengaruh yang sama
terhadap prestasi belajar biologi dengan materi vermes pada siswa kelas X SMAN
1 Pacitan tahun pelajaran 2011/2012.
5. Hipotesis Kelima
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
tak sama aspek kognitif diperoleh P-value =0,573 > 0,05, maka Ho (media dan
gaya belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif siswa) diterima. Untuk
aspek afektif, diperoleh P-value = 0,824 > 0,05, Ho (media dan gaya belajar tidak
berpengaruh terhadap prestasi afektif siswa) diterima. Sedangkan untuk aspek
psikomotor, diperoleh P-value = 0857 > 0,05, maka Ho (media dan gaya belajar
tidak berpengaruh terhadap prestasi psikomotor siswa) diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran
dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Pada hipotesis pertama penggunaan media flipchart dan media video dapat
digunakan dalam pembelajaran biologi dan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi belajar siswa, karena siswa ikut terlibat dan mendapat
pengalaman langsung, yang akan menghasilkan prestasi belajar yang maksimal
bagi siswa. Dengan demikian pembelajaran dengan media diharapkan gaya belajar
siswa berpengaruh dalam proses pembelajaran. Seperti yang terlihat pada
hipotesis ketiga dari aspek kognitif yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara
gaya belajar dan prestasi belajar siswa
Pada penelitian ini tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran
flipchart dan media video dengan gaya belajar siswa. Walaupun tidak terdapat
interaksi langsung antara media pembelajaran dengan gaya belajar, bukan berarti
media pembelajaran tidak memiliki hubungan timbal balik dengan gaya belajar
siswa. Namun terbukti rata-rata prestasi belajar kelompok yang menggunakan
media flipchart dan media video sama-sama baiknya, demikian juga rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
kedua gaya belajar visual dan kinestetik memiliki kategori sama baiknya. Dengan
demikian interaksi antara pendekatan CTL dengan media flipchart dan media
video dengan gaya belajar visual dan auditori memiliki pengaruh yang sama
terhadap prestasi biologi,baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada
materi vermes untuk siswa kelas X SMAN 1 Pacitan tahun pelajaran 2011/1012.
6. Hipotesis Keenam
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel
tak sama aspek kognitif diperoleh P-value =0,409 > 0,05, maka Ho (kemampuan
verbal dan gaya belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif siswa)
diterima. Aspek afektif, diperoleh P-value = 0,276 > 0,05, Ho (kemampuan verbal
dan gaya belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif siswa) diterima.
Sedangkan untuk aspek psikomotor, diperoleh P-value = 0,178 > 0,05, maka Ho
(kemampuan verbal dan gaya belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi
psikomotor siswa) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
interaksi antara penggunaan kemampuan verbal dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan hasil analisa data penelitian sebagai berikut: rata-rata nilai
prestasi belajar untuk siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan gaya
belajar visual masing-masing untuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotor adalah
84,71; 85,57; dan 82,57. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa yang memiliki
kemampuan verbal rendah gaya belajar visual masing-masing untuk aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor adalah 72,06; 78,63; dan 77,33. Sedangkan rata-
rata nilai prestasi siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi gaya belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
auditori masing-masing untuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotor adalah
77,43; 80,14; dan 77,00. Sedangkan rata-rata nilai prestasi siswa yang memiliki
kemampuan verbal rendah gaya belajar auditori masing-masing untuk aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor adalah 72,30; 78,30; dan 71,60.
Berdasarkan perbandingan rata-rata tersebut di atas menunjukkan bahwa
dengan kemampuan verbal tinggi akan memperoleh nilai prestasi yang lebih
tinggi dari pada siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah untuk kedua
gaya belajar. Sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan
kemampuan verbal tinggi memperoleh nilai lebih tinggi dari pada siswa dengan
kemampuan verbal tinggi gaya belajar auditori. Namun siswa yang memiliki gaya
belajar visual dengan kemampuan verbal rendah memperoleh nilai lebih tinggi
dari pada siswa gaya belajar auditori dengan kemampuan verbal rendah. Hal ini
menunjukkan tingkat kemampuan verbal dan gaya belajar siswa mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan terhadap prestasi belajar biologi khususnya pada
materi vermes untuk siswa kelas X SMAN 1 Pacitan tahun pelajaran 2011/2012.
7. Hipotesis Ketujuh
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel
tak sama aspek kognitif diperoleh P-value =0,307 > 0,05, maka Ho (media,
kemampuan verbal dan gaya belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif
siswa) diterima. Untuk aspek afektif, diperoleh P-value = 0,416 > 0,05, Ho
(media, kemampuan verbal dan gaya belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi
afektif siswa) diterima. Sedangkan untuk aspek psikomotor, diperoleh P-value =
0,178 > 0,05, maka Ho (media, kemampuan verbal dan gaya belajar tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
berpengaruh terhadap prestasi psikomotor siswa) diterima.
Pada penelitian ini dapat dijelaskan bahwa hasil statistik menunjukkan
siswa yang mendapat perlakuan dengan pembelajaran menggunakan media video
nilai rata-rata prestasi kognitif dan afektif maupun psikomotor lebih baik
dibandingkan siswa yang mendapat perlakuan dengan pembelajaran menggunakan
media flipchart. Demikian pula siswa dengan kemampuan verbal tinggi nilai rata-
rata prestasi kognitif dan afektif maupun psikomotor lebih baik dari pada siswa
dengan kemampuan verbal rendah, dan juga siswa dengan gaya belajar visual
nilai rata-rata prestasi kognitif dan afektif maupun psikomotor lebih tinggi dari
siswa dengan gaya belajar auditori.
Kesimpulannya bahwa interaksi antara media, kemampuan verbal dan
gaya belajar siswa tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
belajar materi vermes. Artinya tingkat kemampuan verbal, gaya belajar dan
penggunaan media flipchart dan video mempunyai pengaruh sendiri-sendiri
terhadap prestasi belajar biologi. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang
dapat mempengaruhi proses pencapian prestasi belajar baik dalam maupun luar
diri siswa diluar faktor media pembelajaran, kemampuan verbal dan gaya belajar
siswa yang digunakan dalam penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan
dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor
tersebut di luar kegiatan belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian.
Dalam penelitian yang telah dilakukan, penelitian telah berusaha
semaksimal, akan tetapi peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil yang
diperoleh mungkin tidak sesuai dengan harapan. Hal ini terjadi karena beberapa
faktor yang mempengaruhi atau membatasi hasil penelitian in. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, 3 kali
eksperimen dan 1 kali pengambilan data kognitif sebenarnya dirasakan
sangat kurang, sehingga ada kemungkinan pengaruh perlakuan belum
tampak jelas. Ada keinginan dari peneliti untuk menambah jumlah jam
pertemuan akan tetapi terkait dengan pembagian alokasi waktu tiap
kompetensi dasar, silabus dan RPP yang digunakan.
2. Siswa belum terbiasa dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan
media flipchart dan media video dan sumber dalam pembelajaran terpaku
pada LKS sehingga guru harus menjelaskan materi yang tidak tertuang pada
LKS, akibatnya banyak waktu yang tidak efektif untuk pelaksanaan
pembelajaran menggunakan media.
3. Instrumen yang digunakan untuk menilai gaya belajar dan prestasi afektif
maupun prestasi psikomotorik hanya berupa angket. Penggunaan angket
menuntut adanya kejujuran dalam pengisian untuk mengungkap
karakteristik diri sendiri. Selain itu angket hanya mampu mengukur
kecenderungan perilaku (behavioral tendency) belum sampai tahapan
behavioral performance. Jawaban siswa dalam angket perlu dicocokkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
dengan hasil obsevasi perilaku siswa, sehingga kondisi afektif siswa dapat
lebih diketahui dengan tepat. Peneliti hanya bisa mengantisipasi jawaban
siswa tidak berasal dari jawaban temannya atau kerjasama. Peneliti tidak
bisa menjamin jawaban siswa benar-benar jujur seperti apa yang ada dalam
pertanyaan dan pernyataan angket.
4. Kemampuan verbal hanya dikategorikan kedalam dua kelompok saja,yaitu
tinggi dan rendah. Peneliti tidak melibatkan kategori sedang. Hal ini
mungkin sedikit berpengaruh terhadap hasil penelitian.
5. Dalam tahap uji coba instrumen, peneliti tidak bisa menjamin bahwa respon
yang diberikan siswa merupakan respon yang sebenarnya. Selain itu analisis
uji coba instrumen masih ada beberapa soal yang daya bedanya kurang
membedakan digunakan dalam soal. Hal ini menyebabkan soal yang dipakai
dalam penelitian masih kurang baik karena daya bedanya belum bisa untuk
membedakan kemampuan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan
pada BAB IV, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh prestasi belajar pembelajaran biologi menggunakan pendekatan
CTL melalui media flipchart dan video pada aspek kognitif. Sedangkan untuk
aspek afektif dan psikomotor tidak terdapat pengaruh terhadap melalui media
flipchart dan video dengan prestasi belajar biologi. Pembelajaran biologi
menggunakan pendekatan CTL melalui media video menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik dari pada pembelajaran biologi menggunakan
pendekatan CTL melalui media flipchart. Pembelajaran biologi menggunakan
pendekatan CTL melalui media video memiliki tampilan yang lebih menarik
dalam bentuk gambar riil yang bergerak, materi disampaikan dalam audio-
visual, dan akan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak dan
merespon siswa untuk bereaksi dan aktif dalam proses pembelajaran sehingga
lebih mudah menguasai dan memahami materi.
2. Ada pengaruh prestasi belajar siswa antara kemampuan verbal tinggi dan
rendah pada prestasi belajar kognitif dan afektif. Sedangkan untuk aspek
psikomotor tidak terdapat pengaruh terhadap kemampuan verbal tinggi dan
rendah dengan prestasi belajar biologi. Siswa dengan kemampuan verbal
tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
dengan kemampuan verbal rendah. Kemampuan verbal akan mendorong
siswa dapat lebih banyak mengekspresikan ide-ide dalam bentuk kata-kata
sehingga lebih mudah memahami materi dan prestasi belajar lebih baik.
3. Ada pengaruh prestasi belajar siswa antara gaya belajar visual dengan gaya
belajar auditori khususnya prestasi belajar kognitif. Siswa dengan gaya
belajar visual memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan
siswa dengan gaya belajar auditori. Gaya belajar merupakan salah satu faktor
intern yang dapat menentukan keberhasilan prestasi belajar seorang siswa.
4. Tidak ada interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan
CTL melalui media flipchart dan video serta tinggi rendahnya kemampuan
verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi. Walaupun tidak terdapat
interaksi langsung antara media pembelajaran flipchart dan video dengan
kemampuan verbal, bukan berarti media pembelajaran flipchart dan video
tidak memiliki hubungan timbal balik dengan kemampuan verbal. Karena
dengan adanya kemampuan verbal pada diri siswa tersebut akan lebih mudah
memahami pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL melalui
media flipchart dan video pada materi vermes sehingga prestasi belajar lebih
baik.
5. Tidak ada interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan pendekatan
CTL melalui media flipchart dan video serta gaya belajar visual dan auditori
terhadap prestasi belajar biologi. Media pembelajaran dan gaya belajar akan
memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar secara sendiri-sendiri. Siswa
dengan gaya belajar visual ataupun auditori, jika diberi pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
media flipchart dan video pada materi vermes akan memperoleh prestasi
belajar yang tidak jauh berbeda.
6. Tidak terdapat interaksi antara kemampuan verbal dengan gaya belajar
terhadap prestasi belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Tingkat
kemampuan verbal dan gaya belajar siswa mempunyai pengaruh sendiri-
sendiri terhadap prestasi belajar biologi. Siswa dengan kemampuan verbal
tinggi dan gaya belajar visual, cenderung mempunyai prestasi belajar lebih
baik dari pada kemampuan rendah dan gaya belajar auditori.
7. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran biologi menggunakan
pendekatan CTL melalui media, kemampuan verbal dan gaya belajar terhadap
prestasi belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Artinya tingkat
kemampuan verbal dan gaya belajar siswa dan penggunaan media
pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar
biologi.
B. Implikasi
Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang dipaparkan dalam penelitian
ini memberikan implikasi sebagai berikut:
1. Implikasi teoritis.
a. Penggunaan pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL melalui media
flipchart dan video dapat diterapkan pada pembelajaran biologi materi vermes
sehingga mempermudah siswa dalam mempelajari dan menguasai materi
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
b. Pembelajaran biologi menggunakan pendekatan CTL melalui media flipchart
dan video dapat diterapkan pada siswa dengan kemampuan verbal tinggi
maupun rendah dan gaya belajar visual dan auditori.
c. Memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar yang berkaitan dengan penggunaan pendekatan dan media
pembelajaran. Penggunaan pendekatan dan media pembelajaran harus sesuai
dengan materi pokok pelajaran yang diajarkan.
2. Implikasi Praktis
a. Bagi Lembaga Pendidikan
Lembaga penyelenggara pendidikan agar lebih memperhatikan fasilitas
pembelajaran biologi di sekolah. Sarana dan prasarana yang cukup maka
pembelajaran biologi di sekolah akan berjalan lebih baik, lancar dan akan
menghasilkan prestasi belajar memuaskan.
b. Bagi Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang
sejenis, dengan materi lain dan dapat dikembangkan dengan menambah
variabel-variabel lainnya.
c. Bagi guru, perlu pemilihan pendekatan dan media yang sesuai dengan
karakteristik materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
C. Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Sebaiknya dalam pembelajaran menggunakan pendekatan CTL dengan
media flipchart dan video.
b. Sebaiknya dalam penggunaan media pembelajaran dilakukan dengan
persiapan sebaik-baiknya, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai
dengan rencana. Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam penggunaan media
ini antara lain: (1) semua alat dalam media pembelajaran seperti komputer
dan LKS, (2) kuasai materi pembelajaran yang akan dilaksanakan, (3)
sebaiknya membuat kelompok yang heterogen sehingga terjadi interaksi
siswa, dan (4) sebaiknya mengatur manajemen waktu dengan baik agar proses
pembelajaran berakhir dengan tepat waktu.
c. Guru hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kemampuan verbal dan gaya belajar siswa dalam menyampaikan materi
pelajaran, khususnya materi vermes.
d. Guru hendaknya menguasai materi yang akan diajarkan.
2. Bagi peneliti lain, sebaiknya menggunakan variabel moderator yang lain
seperti: motivasi belajar, kreativitas, sikap ilmiah, dan kemampuan berpikir
abstrak dalam pembelajaran penggunaan media ini.
3. Bagi sekolah, sebaiknya memberikan fasilitas seperti: LCD dan Laptop
yang mendukung dalam proses pembelajaran penggunaan media ini.