Post on 24-May-2019
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa Penelitian
Pada bagian ini diuraikan profil Desa Kuo, yaitu meliputi letak geografis,
keadaan tanah, luas penggunaan lahan dan keadaan pertanian. Pada bagian ini
juga diuraikan tentang gambaran umum keadaan penduduk meliputi umur, mata
pencaharian, dan tingkat pendidikan di Desa Kuo. Deskripsi ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang berbagai hal yang mendasari perkembangan
pertanian di Desa Kuo pada umumnya dan tentang efektivitas kelompok tani di
Desa Kuo pada khususnya.
4.1.1 Letak Geografis Desa Penelitian
Desa Kuo merupakan salah satu Desa yang sebagian besar penduduknya
mengelola lahan pertanian. Desa Kuo secara administrasi termasuk dalam wilayah
Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Desa
Kuo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Desa Barakang, Kecamatan Babana
b. Sebelah selatan : Desa Polo Pangale, Kecamatan Pangale
c. Sebelah timur : Desa Tommo, Kecamatan Tommo
d. Sebelah barat : Desa Polo Pangale/Polo Lereng, Kecamatan Pangale
Gambar 4.1. Peta Desa Kuo, Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju, Sulawesi
Barat
Secara geografis Desa Kuo memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat
pemerintahan) adalah sebagai berikut:
23
a. Jarak ke ibu kota Kecamatan : 5 km
b. Jarak ke ibu kota Kabupaten : 50 km
c. Jarak ke ibu kota Provinsi : 94 km
Berdasarkan data monografi Desa Kuo 2015, luas Desa Kuo adalah 2.500
ha/m2
yang terbagi menjadi 6 Dusun meliputi Rawa Pandang, Rawa Tanjung,
Mamuji, Wonorejo, Purwodadi dan Kampung Baru yang terdiri dari 23 Rt. Luas
tanah tersebut digunakan untuk berbagai keperluan baik jalan, sawah, perkebunan,
pemukiman, bangunan umum, peternakan dan pemakaman. Desa Kuo mempunyai
keadaan tanah yang tergolong dalam dataran rendah, sedangkan suhu udara rata-
rata yang dimiliki adalah 26oC dengan curah hujan 180mm/th.
4.1.2 Keadaan Tanah dan Luas Penggunaan Lahan
Luas keseluruhan Desa Kuo adalah 2.500 Ha, yang terdiri dari tanah
sawah dan tanah kering. Selanjutnya untuk mengetahui jenis penggunaan lahan
Desa Kuo dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Desa Kuo Penggunaan lahan Luas (Ha) Persentase
Persawahan 1,322 59,95 %
Sawah belum jadi 600 27,21 %
Perkebunan 170 7,70 %
Pekarangan 113 5,12 %
Tanah lapang - -
Lahan kuburan - -
Untuk umum - -
Jumlah 2205 100 %
Sumber : Data Monografi Desa Kuo 2015
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jenis penggunaan tanah yang paling
luas digunakan adalah persawahan yaitu 1,322 (59,95%) dari keseluruhan luas
lahan. Sehingga di Desa kuo tanaman yang lebih banyak diproduksi adalah padi
yang juga merupakan tanaman pokok di Desa kuo. Untuk tanaman lain seperti
sayuran, buah-buahan hanya sebagian kecil di tanam di pekarangan masing-
masing, sedangkan untuk tanaman perkebunan hanya terdapat disebagian lahan
tetapi tidak semua masyarakat atau petani memiliki lahan perkebunan.
24
4.1.3 Keadaan Penduduk
Gambaran keadaan penduduk Desa Kuo diperoleh dari data monografi
Desa sampai bulan Desember 2015. Gambaran umum penduduk meliputi
distribusi berdasarkan umur, berdasarkan mata pencaharian, dan distribusi
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.
Jumlah penduduk Desa Kuo sampai bulan Desember 2015 adalah
sebanyak 2575 jiwa, terdiri dari 1340 Laki-laki dan 1235 Perempuan dengan
jumlah kepala keluarga 722 KK.
Menurut Bintarto dalam Cahyadi (2002), penduduk diklasifikasikan
sebagai umur belum produktif (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun), dan
umur tidak produktif (lebih dari 65 tahun). Adapun distribusi pendudukDesaKuo
berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur Kelompok umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Persen (%)
0 - 3 167 6,49 %
4 - 6 115 4,46 %
7 – 12 280 10,88 %
13 – 16 206 8,01 %
17 – 19 144 5,59 %
20 - 24 248 9,64 %
25 – 29 207 8,04 %
30 – 34 243 9,44 %
35 – 39 195 7,57 %
40 – 44 184 7,15 %
45 – 49 163 6,33 %
50 – 54 134 5,20 %
55 – 59 88 3,42 %
60 – 64 77 2,99 %
65 – 69 65 2,52 %
70 – 74 24 0,93 %
>75 33 1,28 %
Jumlah 2575 100 %
Sumber : Data Monografi Desa Kuo, 2015
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 2573 orang penduduk yang
termasuk golongan umur produktif (15-64 tahun) ada 1807 orang (70,22 %),
sedangkan untuk umur non produktif (<15 tahun dan diatas 64 tahun) ada 890
orang (34,58%).
Penduduk Desa Kuo memiliki beragam mata pencaharian, semakin banyak
mata pencaharian di suatu daerah maka semakin banyak lapangan pekerjaan yang
25
tersedia sehingga semakin banyak menyerap tenaga kerja.Selain bertani,
penduduk Desa Kuo juga bekerja diluar sektor pertanian yaitu sebagai Pegawai
Negeri Sipil, Pedagang, dan lain-lain. Adapun distribusi penduduk berdasarkan
mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian utama Jumlah (jiwa) Persen (%)
Petani 82 15,61 %
PNS 11 2,09 %
Pegawai swasta 13 2,47 %
Wiraswasta 7 1,33 %
Belum bekerja 236 44,95 %
Tidak bekerja 6 1,14 %
Pedagang 33 6,28 %
Pekerja lepas 11 2,09 %
Lainnya 126 24 %
Jumlah 525 100 %
Sumber : Data Monografi Desa Kuo, 2015
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang aktif
bekerja 283 orang, ini berarti 53,90% dari jumlah penduduk umur produktif.
Dengan demikian, ada 242 orang (46,09%) penduduk umur produktif yang belum
dan tidak bekerja. Mereka belum bekerja dikarenakan sudah pensiun ataupun
memang belum mendapatkan pekerjaan tetapi mereka mengerjakan usaha tani
sebagai sampingannya sedangkan yang tidak bekerja penduduk tersebut masih
duduk dibangku sekolah.
Diukur dari aspek pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
kualitas penduduk akan semakin baik. Namun hal ini belum tentu dapat menjamin
kesadaran masyarakatakan pentingnya pendidikan. Apabila tingginya tingkat
pendidikan diiringi dengan kesadaran yang tinggi pula, maka bukan hal yang
mustahil jika dapat mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang semakin
baik pula.
Tingkat pendidikan di Desa Kuo cukup beragam mulai dari pendidikan
umum, khusus, dan tidak sekolah.Untuk lebih jelasnya distribusi pendidikan dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
26
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persen (%)
Tamat SD 711 28,40 %
Tamat SMP/sederajat 301 12,02 %
Tamat SMA/sederajat 199 7,95 %
Perguruan tinggi 107 4,27 %
Tidak tamat sekolah 373 14,90 %
Masih sekolah
SD/SMP/SMA/PT 570 22,77 %
Belum sekolah 242 9,66 %
Jumlah 2503 100 %
Sumber : Data Monografi Desa Kuo, 2015
Dari Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Kuo
sudah mengenyam pendidikan, meskipun ada yang tidak tamat sekolah sebanyak
14,90%.Penduduk Desa Kuo yang mengenyam pendidikan terbanyak adalah
tamatan SD yaitu 711 orang (28,40%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan di
Desa Kuo dapat dikatakan masih rendah. Meskipun sebagian besar responden
hanya sampai pada pendidikan dasar, namun memiliki kemampuan untuk
membaca dan menulis yang baik, setidaknya hal ini dapat menunjang kelancaran
aktivitas kelompok. Tetapi dalam hal ini masih ada beberapa juga yang sedang
dalam penyelesaian pendidikan sehingga dapat memajukan tingkat pendidikan
yang ada di Desa Kuo menjadi lebih baik dari sebelumnya.
4.1.4 Keadaan Pertanian dan Kelompok Tani
Kondisi pertanian yang baik harus didukung dengan ketersediaan lahan
pertanian yang cukup, inovasi atau teknologi yang tepat guna dan sumber daya
manusia yang handal. Desa Kuo memiliki potensi yang besar dalam sektor
pertanian karena kondisi alam yang mendukung. Hal ini akan berjalan lebih baik
lagi jika para petani di Desa Kuo mampu meningkatkan kemampuan yang
dimiliki dalam berusahatani. Dalam satu tahun mengalami 2 kali musim tanam.
Pola tanam yang digunakan hanyalah padi-padi tanpa ada pergiliran tanaman
dengan tanaman lain. Hal ini terjadi karena kondisi lahan yang kurang
memungkinkan dan juga beberapa petani kurang berinisiatif untuk melakukan
pergiliran tanam dikarenakan kondisi tenaga kerja dan biaya.
Selain bercocok tanam padi, penduduk Desa Kuo juga berusaha tani di
kebun maupun pekarangan dengan bercocok tanam sayuran, lombok, ketela
27
pohon, jagung, pisang maupun tanaman pangan lainnya. Walaupun tidak
menanam dalam jumlah banyak, namun dapat memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari. Pemanfaatan pada lahan perkebunan hanya terdapat sebagian kecil
lahan, dikarenakan tidak semua masyarakat atau petani memiliki lahan
perkebunan.
Berdasarkan data Desa Kuo memiliki 20 kelompok tani yang terdiri dari
16 kelompok tani pria dan 4 kelompok tani wanita, dengan masing-masing
kelompok memiliki 25 anggota yang secara keseluruhan didominasi oleh laki-laki.
Kelompok tani Desa Kuo di dominasi oleh anggota yang memiliki umur 46-60
tahun dan juga memiliki anggota yang berumur dibawah 45 tahun, tetapi umur ini
hanya terdapat pada beberapa kelompok tani saja.
Secara keseluruhan, kelompok tani padi di Desa Kuo melakukan
pertemuan rutinnya pada saat sebelum memulai musim tanam dan sebelum
melakukan pemanenan. Pertemuan rutin yang diadakan kurang mendapat respon
yang baik dari seluruh anggota, sehingga pada saat pertemuan hanya beberapa
anggota kelompok saja yang menghadiri pertemuan dan pertemuan kelompok tani
padi ini juga biasanya dihadiri oleh petugas penyuluh lapangan (PPL). Akan
tetapi, pada saat ada kegiatan kelompok seperti pembangunan sarana, pembagian
pupuk, maupun pembagian bantuan yang lain yang didapatkan dari pemerintah
ataupun kegiatan lain yang dibuat, anggota kelompok masih merespon dengan
baik sehingga kegiatan-kegiatan yang direncanakan dapat berjalan. Pada
pertemuan ini juga kelompok biasanya berkewajiban untuk membayar iuran rutin
yang nantinya dapat dipinjamkan kepada anggota untuk membantu usahataninya,
namun demikian kegiatan ini belum berjalan dengan rutin.
Untuk mengetahui gambaran bagaimana susunan kelompok tani dan
pembagian kelompok tiap Dusunnya di Desa Kuo, dapat dilihat pada Tabel 4.5
dibawah ini.
28
Tabel 4.5 Susunan Pembagian Kelompok Tani Tiap Dusun di Desa Kuo Kelompok Tani Nama Kelompok Dusun Nama Ketua Umur(th)
Kelompok Muda Sido Mukti Rawa Pandang Rudi 39
Sabar Subur Mamuji Ahmad 39
Subur Kampung Baru Anto 38
Tani Maju Purwodadi Purwanto 37
Baru Muncul Rawa Tanjung Suardi 40
Kelompok Dewasa Karya Baru Rawa Tanjung Wayan Hasil 50
Setia jaya Wonorejo Suardi 53
Sumber Lestari Wonorejo Sapto 50
Tirto Langgeng Rawa Pandang Sarmono 58
Sumber Tani Mamuji Mariyanto 50
Tani Makmur Kampung Baru Sukiran 58
Tunas Harapan Rawa Pandang Rosyid 49
Rawamulyo Rawa Tanjung Wayan S. 49
Tani Mulyo Purwodadi Wagiman 50
Karya Rejeki Purwodadi Marno 51
Bina Laksana Mamuji Sutari 52
Sumber : Profil Kelompok Tani Desa Kuo, 2015
4.2 Karakteristik Petani Responden
4.2.1. Perbandingan umur petani
Dalam penelitian ini, petani responden adalah petani padi yang ada di
Desa Kuo. Selanjutnya, untuk mengetahui lebih lengkap tentang karakteristik
responden akan diuraikan berdasarkan umur petani, dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perbandingan Karakteristik Responden Petani Berdasarkan Umur
Kategori Umur Kelompok Muda
Kategori Umur Kelompok dewasa
Jumlah Persen Jumlah Persen
21-25 1 3,33 % 46-50 19 63,33 %
26-30 12 40 % 51-55 6 20 %
31-35 8 26,67 % 56-60 3 10 %
36< 9 30 % 61< 2 6,67 %
30 100% Total 30 100%
Rata-rata Umur 31 Tahun 53 Tahun
Uji Beda 0,000*
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Keterangan : *) berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%
Menurut Widiarti (2010), umur merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh pada keberhasilan suatu usaha. Berdasarkan distribusi umur pada
tabel 4.6 didapatkan hasil 0,000 yang secara statistik terdapat perbedaan nyata
antara kelompok tani muda dan kelompok tani dewasa karena berada dibawah sig.
0,05. Untuk kelompok tani dewasa lebih didominasi umur 46-50 tahun sedangkan
kelompok tani muda didominasi umur 26-30 tahun. Dengan melihat kelompok
umur responden di atas, maka dapat dikatakan sebagian besar responden tergolong
29
dalam umur produktif. Umur yang masih produktif biasanya masih mempunyai
semangat yang lebih besar dibandingkan umur yang non produktif, sehingga umur
produktif sangat potensial untuk lebih meningkatkan peran sertanya dalam setiap
kegiatan.
4.2.2. Perbandingan Tingkat Pendidikan
Menurut Widiarti (2010), pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap pola pikir petani dalam menjalankan usahataninya dan dalam
pengambilan keputusan dalam usahatani padi. Untuk mengetahui lebih lengkap
dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Perbandingan Karakteristik Responden Petani Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Kategori Kelompok Muda Kelompok dewasa
Jumlah Persen Jumlah Persen
SD 10 33,33 % 13 43,33 %
SMP 13 43,33 % 8 26,67 %
SMA 6 20 % 7 23,33 %
SARJANA 1 3,33 % 2 6,67 %
Total 30 100 % 30 100%
Rata-rata Pendidikan SMP SMP
Uji Beda 1,00ns
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Keterangan : ns
) tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%
Berdasarkan distribusi tingkat pendidikan diatas dapat diketahui bahwa
terdapat jumlah yang tidak berbeda pada tingkat pendidikan antara kelompok tani
muda dan kelompok tani dewasa. Dapat dilihat bahwa pada kelompok tani muda,
jumlah anggota yang tergabung dalam kelompok didominasi lulusan SMP 13
orang (43,33%). Berbeda dengan kelompok dewasa yang didominasi oleh anggota
yang mempunyai lulusan SD sekitar 13 orang (43,33%) yang berarti pada
kelompok tani muda dan kelompok dewasa anggota yang memiliki pendidikan
derajatnya tidak beda jauh.
Dari hal tersebut dapat dikatakan, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
kualitas sumber daya manusia, umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan
biasanya pola berpikir juga akan semakin maju.
30
4.2.3. Perbandingan Kepemimpinan
Pada Tabel 4.8, menunjukkan hasil penilaian responden terhadap
kepemimpinan kelompok yang disusun berdasarkan indikator pada instrumen
penelitian.
Tabel 4.8 Indikator Penilaian Responden Terhadap Kepemimpinan
Kategori Indikator pernyataan responden (muda)
1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %
SS 5 16,67 7 23,33 7 23,33 6 20 10 33,33 8 26,67
S 13 43,33 7 23,33 13 43,33 14 46,67 14 46,67 9 30
N 7 23,33 13 43,33 7 23,33 10 33,33 5 16,67 13 43,33
TS 4 13,33 3 10 3 10 0 0 1 3,33 0 0
STS 1 3,33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%
Kategori Indikator pernyataan responden (dewasa)
1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %
SS 3 10 1 3,33 6 20 3 10 4 13,33 4 13,33
S 17 56,67 11 36,67 7 23,33 7 23,33 7 23,33 8 26,67
N 6 20 14 46,67 13 43,33 20 66,67 19 63,33 18 60
TS 3 10 4 13,33 4 13,33 0 0 0 0 0 0
STS 1 3,33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Keterangan : SS: Sangat Setuju
S : Setuju
N: Netral
TS: Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju
1: Ketua bersikap yang adil
2: Membimbing dan mendampingi anggota
3: Ketua selalu terlibat dalam kegiatan
4: Mau menerima kritik dan saran
5: Mau mendengar keluhan anggota
6: Berani mengambil keputusan
Berdasarkan hasil Tabel 4.8, maka dapat diketahui perbandingan
efektivitas kepemimpinannya. Pada kelompok muda sebagian besar responden
menjawab setuju terhadap kepemimpinannya seperti yang terlihat pada Tabel 4.8
dikarenakan pada gaya pemimpin dan peranannya pemimpin kelompok muda
memiliki komunikasi yang baik serta sering berinteraksi dengan anggotanya.
Sedangkan, Pada kelompok tani dewasa dilihat skor pada tiap indikatornya
jawaban petani menunjukkan netral, dapat dikatakan bahwa anggota kelompok
dewasa tidak terlalu sering bertatap muka ataupun beriteraksi dengan pemimpin
ini juga disebabkan karena pertemuan yang diadakan hanya saat akan diadakan
kegiatan. Setiap ketua kelompok tani bertugas untuk membagikan bantuan yang
31
didapat dari pemerintah yang dibantu oleh petugas penyuluh lapangan (PPL)
misalnya pada pembagian pupuk, pestisida, maupun bantuan prasarana lainnya,
dan juga ketua selalu ada dalam tiap kegiatan untuk bekerjasama dan
mendampingi anggota sehingga dapat meningkatkan efektivitas kelompoknya.
Tingkat perbandingan tinggi rendahnya efektivitas kepemimpinan kelompok,
didapat dari skor atau penilaian atas tanggapan atau jawaban yang diberikan oleh
responden seperti yang terlihat pada Tabel 4.8. Efektivitas kepemimpinan
kelompok dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah, hal ini
dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Analisis Tingkat Perbandingan Kepemimpinan Kelompok Tani
Kategori Skor
Kelompok muda Uji beda
Jumlah Persen Rata-rata skor
Tinggi 26 - 30 4 13,33 %
23
0,137ns
Sedang 21 – 25 20 66,67 %
Rendah 16 – 20 6 20 %
Total 30 100 %
Kategori Skor Kelompok dewasa
Jumlah Persen Rata-rata skor
Tinggi 27 – 30 1 3,33 %
23 Sedang 22 – 26 9 30 %
Rendah 17 – 21 20 66,67 %
Total 30 100 %
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Keterangan : ns
) tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%
Berdasarkan dari Tabel 4.9 dapat diketahui tidak terdapat perbedaan nyata
antara dua kelompok dapat dilihat, pada kelompok muda menunjukkan bahwa ada
20 responden termasuk dalam kategori sedang, sehingga dapat dikatakan
kelompok tani muda ini kepemimpinannya cukup baik dikarenakan dari
pemimpin maupun anggotannya mau lebih aktif untuk berinteraksi satu sama lain,
koordinasi antara pemimpin dan anggotanya jadi lebih efektif sehingga pada saat
melakukan pertemuan kelompok rutin anggota bisa datang menghadiri pertemuan
tersebut tetapi tetap saja tidak semua anggota mau menghadiri pertemuan yang
diadakan. Sedangkan, bahwa ada 20 responden yang termasuk dalam kategori
rendah pada kelompok dewasa yang menunjukkan bahwa kepemimpinan
kelompok dewasa kurangnya interaksi antara anggota dengan pemimpinnya
ataupun sebaliknya pemimpin dengan anggotanya. Mereka hanya bertatap muka
pada saat pertemuan kelompok yang diadakan, tetapi tidak semua anggota hadir
32
dalam pertemuan tersebut. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian
Sudarwan (2004), dimana keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin tidak
hanya ditentukan oleh diri sendiri, akan tetapi juga ditentukan oleh akumulasi
subsistem yang terlibat, yaitu pemimpin dan seperangkat potensinya, karakteristik
bawahan/anggota, karakteristik situasi, dan kondisi organisasi. Keberhasilan
sebuah organisasi mengandung arti keberhasilan pemimpin organisasi dan juga
keberhasilan individu atau kelompok yang dipimpinnya.
4.2.4. Perbandingan Komunikasi Antarpribadi
Indikator keefektifan sebuah kelompok adalah keterlibatan setiap anggota
dalam mengemukakan pendapatnya. Jika situasi dan kondisi kelompok semakin
memungkinkan untuk keterlibatan tiap anggota, kelompok tersebut dapat
dikatakan efektif (Soraya, 2010). Pada Tabel 4.10, menunjukkan hasil penilaian
responden terhadap komunikasi antar pribadi yang di susun berdasarkan indikator
instrumen penelitian sebagai berikut.
Tabel 4.10 Indikator Penilaian Responden Terhadap Komunikasi Antar Pribadi
Kategori Indikator pernyataan responden (muda)
1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %
SS 10 33,33 1 3,33 13 43,33 2 6,67 14 46,67 3 10
S 16 53,33 12 40 12 40 11 36,67 9 30 12 40 N 4 13,33 15 50 4 13,33 15 50 6 20 13 43,33
TS 0 0 2 6,67 1 3,33 2 6,67 1 3,33 2 6,67
STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%
Kategori Indikator pernyataan responden (dewasa)
1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %
SS 8 26,67 3 10 4 13,33 1 3,33 4 13,33 2 6,67
S 14 46,67 6 20 11 36,67 15 50 11 36,67 19 63,33 N 3 10 15 50 13 43,33 12 40 15 50 9 30
TS 5 16,67 6 20 2 6,67 2 6,67 0 0 0 0
STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Keterangan : SS: Sangat Setuju
S : Setuju
N: Netral
TS: Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju
1: Saling bertukar pikiran
2: Saling membantu
3: Saling bekerjasama saat kegiatan
4: Saling memberikan saran
5: Saling menghargai pendapat
6: Saling mendukung
33
Berdasarkan hasil Tabel 4.10, maka dapat diketahui persentase dari
efektivitas komunikasi antar pribadi yang diketahui bahwa pada kelompok muda
jawaban responden terhadap komunikasi antar pribadi ada 13-14 orang yang
sangat setuju bahwa komunikasi sering dilakukan meskipun diluar kegiatan yang
diadakan oleh kelompok. Sedangkan responden kelompok dewasa terhadap
komunikasi antar pribadi ada yang setuju dan netral dengan jumlah responden
yang setuju adalah 14-19 orang dan yang netral ada 13-15 orang yang
menunjukkan bahwa beberapa anggota sering berkomunikasi diluar kegiatan yang
dilakukan kelompok dan beberapa hanya berkomunikasi saat pertemuan
kelompok. Tiap anggota memiliki caranya tersendiri untuk menceritakan segala
masalah yang dihadapi saat berusaha tani untuk mendapatkan solusi dengan
bertukar pikiran, membagikan informasi baru yang didapat dan dukungan dari
orang disekitarnya sehingga usahatani yang dijalankan tidak merosot sendiri tetapi
menjadi maju secara bersama-sama, tetapi ada juga petani yang saat bertemu
dengan teman sesama petani untuk bercerita masalah mereka.
Untuk selanjutnya dilakukan perbandingan tingkat efektivitas komunikasi
antar pribadi. Tingkat perbandingan tinggi rendahnya efektivitas komunikasi,
didapat dari skor atau penilaian atas tanggapan atau jawaban yang diberikan oleh
responden seperti yang terlihat pada Tabel 4.10. Efektivitas komunikasi antar
pribadi dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. dapat dilihat
pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Analisis Tingkat Perbandingan Komunikasi Antarpribadi
Kategori Skor
Kelompok muda Uji beda
Jumlah Persen Rata-rata skor
Tinggi 26 – 29 5 16,67 %
23,5
0,733 ns
Sedang 22 – 25 18 60 %
Rendah 18 – 21 7 23,33 %
Total 30 100 %
Kategori Skor Kelompok dewasa
Jumlah Persen Rata-rata skor
Tinggi 25 – 28 4 13,33 %
21,5 Sedang 21 – 24 15 50 %
Rendah 17 – 20 11 36,67 %
Total 30 100 %
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Keterangan : ns
) tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%
Berdasarkan dari Tabel 4.11 diketahui tidak terdapat perbedaan yang nyata
antara komunikasi antara dua kelompoknya, pada kelompok muda terlihat ada 18
34
responden termasuk kedalam kategori sedang, begitu pula dapat dilihat bahwa ada
15 responden kelompok tani dewasa yang termasuk dalam kategori sedang
sehingga dapat dikatakan para anggota kelompok tani muda dan dewasa ini
menunjukkan efektivitas komunikasi kelompok muda dan dewasa berlangsung
dengan sekedarnya saja dalam artian bahwa, tiap anggota berkomunikasi ketika
benar-benar dalam keadaan membutuhkan atau sesekali bertemu dalam kegiatan
yang diadakan kelompok.
Efektivitas komunikasi antarpribadi tersebut akan memberikan pengaruh
positif bagi kegiatan kelompok jika lebih sering dilakukan. Hal tersebut didukung
oleh penelitian menurut Effendy dalam Burhanudin (2015) mengatakan,
komunikasi antarpribadi karena situasinya bertatap muka (face to face
communication), maka komunikasi ini dianggap sebagai jenis komunikasi yang
paling efektif untuk mengubah sikap, dan perilaku seseorang.
4.3 Analisis Perbandingan Efektivitas Kelompok Tani
Efektivitas kelompok tani merupakan sebuah capaian yang dirasakan oleh
kelompok dalam melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuannya. Seperti
halnya di Desa Kuo, para petani yang tergabung dalam kelompok tani dewasa
maupun kelompok tani muda memiliki kepuasan tersendiri dalam mencapai
tujuan mereka baik secara pribadi dan juga kelompok.
Pada Tabel 4.12, menunjukkan hasil penilaian responden terhadap
efektivitas kelompok yang disusun berdasarkan indikator instrumen penelitian.
Tabel 4.12 Indikator Penilaian Responden Terhadap Efektivitas Kelompok
Kategori Indikator pernyataan responden (muda)
1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %
SS 6 20 1 4 4 13,33 2 6,67 4 13 4 13,33
S 13 43,33 8 20 20 66,67 12 40 15 50 8 26,67
N 9 30 18 60 6 20 6 20 7 23,33 8 26,67 TS 2 6,67 3 10 0 0 5 16,67 4 13,33 7 23,33
STS 0 0 0 0 0 0 5 16,67 0 0 3 10
Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%
Kategori Indikator pernyataan responden (dewasa)
1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %
SS 15 50 1 3,33 3 10 2 6,67 1 3,33 3 10
S 12 40 7 23,33 18 60 7 23,33 23 76,67 19 63,33
N 3 10 14 46,67 7 23,33 8 26,67 6 20 5 16,67 TS 0 0 8 26,67 2 6,67 11 36,67 0 0 2 6,67
STS 0 0 0 0 0 0 2 6,67 0 0 1 3,33
Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
35
Keterangan : SS: Sangat Setuju
S : Setuju
N: Netral
TS: Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju
1: Program pemerintah mendukung keterampilan
2: Ada kerjasama dalam memanfaatkan saprodi
3: Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
4: Kebutuhan saprodi terpenuhi
5: Terbantu dalam Meningkatkan hasil
6: Terbantu dalam mengatasi hama dan penyakit
Berdasarkan hasil Tabel 4.12, maka dapat diketahui persentase dari
efektivitas kelompok tani dari kategori kepuasan dan produktivitas, pada
kelompok muda pada indikator kepuasan ada 43,33% dan 66,67% orang yang
merasa puas meningkatkan kemampuan kerja petani dan 40%, 50% dan 26,67%
setuju dengan bantuan yang ada dalam kelompok ini dikarenakan kelompok muda
merasa terbantu meskipun tidak secara keseluruhan bantuan pemerintah
mencukupi. Sedangkan pada kelompok dewasa ada 50% orang yang sangat setuju,
60% yang setuju dan 46,67% yang netral ini menunjukkan bahwa kategori
kepuasan kelompok dewasa merasa puas terhadap hal yang mendukung dalam
kelompok tani mereka. Begitu juga dengan produktivitas kelompok ada 76,67%
dan 63,33% orang yang setuju terhadap bantuan yang menunjang kebutuhan
anggota dalam kelompok tetapi ada juga 36,67% orang yang tidak sepakat dengan
anggota lain terhadap indikator yang mengatakan bahwa kebutuhan saprodi masih
belum mencukupi untuk mereka. Kelompok tani Desa Kuo terbantu dengan
adanya bantuan yang diberikan pemerintah seperti sarana dan prasarana untuk
mempermudah perkembangan kelompok, petani secara keseluruhan dapat
meningkatkan kemampuan dalam berusahatani dan keterampilannya untuk
mengelola usahataninya sehingga mampu mengatasi masalah dalam usahatani
seperti masalah hama dan penyakit, masalah perkembangan produksi dan
kesejahtraan petani.
Setelah melihat hasil persentasi kelompok selanjutnya dilakukan
perbandingan tingkat efektivitas kelompoknya. Tingkat perbandingan tinggi
rendahnya efektivitas kelompok tani didapat dari penilaian atas jawaban yang
diberikan oleh responden seperti yang terlihat pada Tabel 4.12. Efektivitas
36
kelompok tani dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah dapat
dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Analisis Tingkat Perbandingan Efektivitas Kelompok Tani
Kategori Skor Kelompok muda
Uji beda Jumlah Persen Rata-rata skor
Tinggi 25 – 29 5 16,67 %
21
0,771ns
Sedang 19 – 24 15 50 %
Rendah 13 – 18 10 33,33 %
Total 30 100 %
Kategori Skor Kelompok dewasa
Jumlah Persen Rata-rata skor
Tinggi 23 – 26 12 40 %
20,5 Sedang 19 – 22 16 53,33 %
Rendah 15 – 18 2 6,67 %
Total 30 100 %
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Keterangan : ns
) tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%
Berdasarkan dari Tabel 4.13, menunjukkan bahwa efektivitas kelompok
muda dan dewasa kurang lebih 50% merasakan tercapainya tujuan mereka dalam
kelompok dengan kategori kepuasan dan produktivitas yang disertai dengan
adanya pemimpin yang baik dan komunikasi yang baik antar kelompok dan
anggota cukup menunjang pada 2 MT sebelumnya. Meskipun pada dua kelompok
tani muda dan kelompok tani dewasa ini pada musim tanam ini merasakan
kerugian dikarenakan cuaca yang tidak mendukung dan kemarau panjang yang
mengakibatkan bibit, pupuk, bahkan biaya untuk usahatani mereka terbuang sia-
sia, tetapi dari semua responden masih ada beberapa yang dapat berhasil
menerima hasil tanam mereka walaupun tidak sebaik hasil mereka di musim
tanam sebelum-sebelumnya.
Sudarwan (2004), menyatakan bahwa, hal-hal yang menjadi penentu
kepuasan bagi seseorang, belum tentu sama bagi yang lain. Seseorang dapat
dipuaskan oleh sesuatu belum tentu sesuatu itu dapat memuaskan orang lain,
kadang-kadang sebagian anggota kelompok sangat efektif dan anggota kelompok
lainnya tidak. Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa tingkat kepuasan
dan produktivitas anggota pada kelompok yang tergolong keefektifannya tinggi
relatif lebih baik.
37
4.4 Hasil Analisis Path
4.4.1. Hasil Analaisis Path Kelompok Tani Muda
Sebelum menganalisis pengaruh diantara umur, kepemimpinan,
komunikasi dengan efektivitas, diperlukannya untuk mengetahui analisis
hubungan struktural dari variabel-variabel tersebut.
Tabel 4.14 Hubungan Antara Umur, Kepemimpinan, Komunikasi Dan Efektivitas
Muda Variabel korelasi dewasa X1 X2 X3 Y
X1 1,000 0,145 0,050 0,094
X2 0,145 1,000 0,094 0,621**
X3 0,050 0,094 1,000 0,320
Y 0,094 0,621**
0,320 1,000
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Keterangan: **) Berhubungan sangat nyata pada p= 0,05
*) Berhubungan nyata pada p= 0,01
X1 = Umur
X2 = Kepemimpinan
X3 = Komunikasi antar pribadi
Y = Efektivitas kelompok
Selanjutnya mengetahui pengaruh pada tiap variabel, dapat dilihat pada
hasil perhitungan dengan menggunakan analisi path seperti pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Hasil Analisis Path Kelompok Muda
Hipotesa Variabel
eksogen
Variabel
endogen (β) thitung
P-
value Ket.
Koefisien
determinasi
(R2)
A Umur Kepemimpinan 0,145 0,776 0,444 Tidak
signifikan 2,1 %
B Umur Komunikasi
antarpribadi 0,050 0,264 0,794
Tidak
signifikan 0,2 %
C Umur Efektivitas
kelompok 0,094 0,497 0,623
Tidak
signifikan 0,9 %
D Kepemimpinan Komunikasi
antarpribadi -0,008 -0,004 0,996
Tidak
signifikan 0 %
E Kepemimpinan Efektivitas 0,624 4,543 0,000 Signifikan 49,1 %
F Komunikasi
antarpribadi Efektivitas 0,326
2,372
0,025 Signifikan 49,1 %
Sumber : Analisis Data Primer, 2015
38
1. Hipotesa A menunjukkan pengaruh langsung umur petani terhadap variabel
kepemimpinan dari nilai koefisien (β) sebesar 0,145 dan thitung sebesar 0,776.
Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,444 (p>α) H0
diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak
siginifikan variabel umur terhadap variabel kepemimpinan ditolak dengan
kontribusi sebesar 2,1 %.
2. Hipotesa B menunjukkan pengaruh langsung variabel umur terhadap variabel
komunikasi antarpribadi dari nilai koefisien (β) sebesar 0,050 dan thitung sebesar
0,264. Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,794 (p>α)
H0 diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak
siginifikan variabel umur terhadap variabel komunikasi antarpribadi ditolak
dengan kontribusi sebesar 0,2 %.
3. Hipotesa C menunjukkan pengaruh langsung variabel umur terhadap variabel
efektivitas dari nilai koefisien (β) sebesar 0,094 dan thitung sebesar 0,497.
Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,623 (p>α) H0
diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak
siginifikan variabel umur terhadap variabel efektivitas kelompok ditolak
dengan kontribusi sebesar 0,9 %.
4. hipotesa D menunjukkan pengaruh langsung variabel kepemimpinan terhadap
variabel komunikasi antarpribadi dari nilai koefisien (β) sebesar -0,008 dan
thitung sebesar -0,004. Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar
0,996 (p>α) H0 diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh
yang tidak siginifikan variabel kepemimpinan terhadap variabel komunikasi
antarpribadi ditolak dengan kontribusi sebesar 0 %.
5. Hipotesa E menunjukkan pengaruh langsung variabel kepemimpinan terhadap
variabel efektivitas dengan nilai koefisien (β) sebesar 0,624 dan thitung sebesar
4,543. Pengaruh ini signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,000 (p<α) H0
ditolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh siginifikan antara
variabel kepemimpinan terhadap variabel efektivitas diterima dengan
kontribusi sebesar 49,1 %.
6. Hipotesa F menunjukkan pengaruh langsung variabel komunikasi antarpribadi
terhadap variabel efektivitas kelompok dari nilai koefisien (β) sebesar 0,326
39
dan thitung sebesar 2,372. Pengaruh ini signifikan dengan nilai p-value sebesar
0,025 (p<α) H0 ditolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh
yang siginifikan antara variabel komunikasi antarpribadi terhadap variabel
efektivitas kelompok ditolak dengan kontribusi sebesar 49,1 %.
Dari hasil Tabel 4.15 diketahui, variabel yang menunjukkan hasil
signifikan hanya kepemimpinan terhadap efektivitas dan komunikasi terhadap
efektivitas. Kepemimpinan berpengaruh terhadap efektivitas terutama pada Tabel
4.8 yaitu pada pernyataan pertama, ketua bersikap yang adil, pernyataan ketiga ,
ketua selalu terlibat dalam kegiatan, mau menerima kritik dan saran dan mau
mendengar keluhan anggota, beberapa pernyataan tersebut mendapatkan penilaian
setuju dari para anggota dikarenakan pemimpin pada kelompok tani muda ini aktif
untuk meningkatkan efektivitas kelompoknya. Hasil pernyataan menunjukkan
bahwa ketua kelompok memiliki peran yang cukup baik dalam hal menjalankan
kepemimpinannya dalam kelompok, karena pada setiap kegiatan ketua
kelompoklah yang lebih banyak berperan dalam mengatur beberapa hal dalam
kelompoknya seperti pembagian prasarana secara adil, mengkordinator kegiatan-
kegiatan yang akan diadakan sehingga kepemimpinan dapat menghasilkan suatu
anggota yang dapat saling membantu, kelompok yang unggul, menghasilkan
kepuasan dan produktivitas kelompok.
Begitu pula dengan komunikasi antarpribadi, pada Tabel 4.9 pernyataan
ketiga yaitu saling bekerjasama saat kegiatan dan pernyataan kelima yaitu saling
menghargai pendapat mendapatkan penilaian setuju dari anggota kelompok tani
muda, hal ini menunjukkan komunikasi antar anggota kelompok pada kedua
pernyataan mendapatkan respon yang sangat baik karena meskipun tidak semua
anggota dapat hadir dalam tiap kegiatan dan dapat berkomunikasi dengan baik
tetapi banyak anggota yang turut serta melakukan kegiatan dan bertukar pikiran
tentang masalah yang dihadapi tiap anggota. Apabila ada salah seorang petani
yang mendapat kesuksesan, misalnya ada yang lebih berhasil dalam panen padi
maka anggota kelompok tani yang lainnya akan ikut merasa bergembira dan tidak
segan menanyakan kunci kesuksesannya terhadap petani yang bersangkutan, dan
petani tersebut juga dengan senang hati akan berbagi pengalaman tentang
kesuksesan dirinya. Adanya sikap saling mendukung tersebut akan
40
mengefektifkan komunikasi yang terjadi antara kedua belah pihak sehingga tujuan
kelompok akan tercapai .
Dari penjelasan diatas dapat dikaitkan dengan hasil penelitian Sudarwan
(2004) yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah
kepada individu atau kelompok yang tergabung didalam wadah tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Sudarwan (2004)
mengatakan bahwa proses komunikasi bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri
karena selalu dipengaruhi oleh lingkungan komunikasi. Komunikasi tatap muka
terkadang menimbulkan kecurigaan pada pihak lain apabila ada penyampaian
yang tidak tersampaikan secara sempurna oleh anggota maupun dari pemimpin
kelompok itu sendiri, sehingga komunikator dan komunikan harus selektif
sehingga komunikasi kelompok bisa efektif.
Dari hasil pengujian koefisien jalur diperoleh keterangan bahwa, koefisien
jalur dari umur (X1) ke efektivitas (Y) tidak signifikan atau bermakna. Sedangkan
pada koefisien jalur kepemimpinan (X2) terhadap efektivitas (Y) dan komunikasi
antarpribadi (X3) terhadap efektivitas (Y) secara statistik bermakna atau
mempunyai pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu didapatkan model baru
untuk masing-masing kelompok atas dasar proporsi yang telah diperbaiki,
selanjutnya dibawah ini terdapat gambar hubungan antara variabel yang signifikan
pada kelompok muda.
X2 0,624
0,094 Y
X3 0,326
Gambar 4.2. Struktur hubungan antara X2 dan X3 terhadap Y pada
kelompok tani muda
Besarnya pengaruh secara proporsional sebagai berikut :
Pengaruh X2
Pengaruh langsung = ρYX2 x ρYX2
= (0.624) (0.624)
= 0.389
Pengaruh melalui hubungan korelatif dengan X3= ρYX2 x rx1x2 x ρYX2
41
= (0.546)(0.094)(0.326)
= 0.019
Pengaruh X2 ke Y secara total = 0.389 + 0.019
= 0.408
Pengaruh X3
Pengaruh langsung = ρYX3 x ρYX3
= (0.326)(0.326)
= 0.106
Pengaruh melalui hubungan korelatif dengan X1 = ρX4X2 x rx1x2 x ρX4X1
= (0.326)(0.094)(0.546)
= 0.019
Pengaruh X3 ke Y secara total = 0.408 + 0.019
= 0.427
Pengaruh gabungan oleh X2 dan X3 ke Y adalah 0,408 + 0,427 = 0,835
Atas dasar perhitungan diatas dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Pada kelompok muda kekuatan X2 yang secara langsung menentukan
perubahan-perubahan Y adalah sebesar 0.389 dengan demikian, secara total
X2 menentukan perubahan Y sebesar 38,9 %
2. Kekuatan pengaruh X3 yang secara langsung menentukan perubahan-
perubahan Y adalah sebesar 0,326 dengan demikian, secara total X3
menentukan perubahan Y sebesar 32,6%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok muda terdapat
pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas yang senada dengan hasil penelitian
Unang (2007), mengemukakan bahwa salah satu faktor penting untuk
terwujudnya kelompok tani yang efektif adalah berjalannya kepemimpinan dari
ketua kelompoktani tersebut. Dengan berjalannya kepemimpinan di kelompok
tani, maka akan dimungkinkan kelompok tani tersebut mencapai efektivitasnya
dan juga terdapat pengaruh pada komunikasi antarpribadi terhadap efektivitas
senada dengan hasil penelitian Penelitian Rogers (1971) dalam Soraya (2010),
mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi yang berlangsung secara tatap
muka akan lebih efektif dalam mengubah sikap, dengan demikian bahwa
komunikasi antarpribadi mempunyai tingkat efektivitas yang tinggi dalam
42
mengubah sikap dikarenakan individu-individu yang terlibat didalamnya secara
langsung akan segera mengetahui isi pesan yang dikomunikasikan.
4.4.2. Hasil Analisis Jalur Kelompok Tani Dewasa
Sebelum menganalisis pengaruh diantara umur, kepemimpinan,
komunikasi dengan efektivitas diperlukannya untuk mengetahui analisis
hubungan struktural dari variabel-variabel tersebut.
Tabel 4.16 Hubungan Antara Umur, Kepemimpinan, Komunikasi Dan Efektivitas
Dewasa Variabel korelasi dewasa X1 X2 X3 Y
X1 1,000 0,258 0,024 (0,049)
X2 0,258 1,000 0,211 0,570**
X3 0,024 0,211 1,000 0,092
Y (0,049) 0,570** 0,092 1,000
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Keterangan: **) Berhubungan sangat nyata pada p= 0,05
*) Berhubungan nyata pada p= 0,01
X1 = Umur
X2 = Kepemimpinan
X3 = Komunikasi antar pribadi
Y = Efektivitas kelompok
Setelah mengetahui hubungan dari tiap variabel, maka selanjutnya dapat
dilihat bagaimana pengaruh dari variabel umur, kepemimpinan, komunikasi,
dengan efektivitas pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Hasil Uji Analisis Jalur kelompok Dewasa
Hipotesa Variabel eksogen Variabel endogen (β) thitung P-value Ket.
Koefisien
determinasi (R2)
A Umur Kepemimpinan 0,256 1,399 0,173 Tidak
signifikan 65 %
B Umur Komunikasi
antarpribadi 0,038 0,200 0,843
Tidak
signifikan 0,1 %
C Umur Efektivitas kelompok
0,071 0,710 0,483 Tidak
signifikan 1,8 %
D Kepemimpinan Komunikasi
antarpribadi 0,211 1,142 0,263
Tidak
signifikan 21,1 %
E Kepemimpinan Efektivitas 0,546 3,345 0,002 Signifikan 31,4 %
F Komunikasi
antarpribadi Efektivitas 0,056 0,341 0,736
Tidak
signifikan 31,4 %
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
43
1. Hipotesa A menunjukkan pengaruh langsung umur petani terhadap variabel
kepemimpinan dari nilai koefisien (β) sebesar 0,256 dan thitung sebesar 1,399.
Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,173 (p>α) H0
diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak
siginifikan variabel umur terhadap variabel kepemimpinan ditolak dengan
kontribusi sebesar 65%.
2. Hipotesa B menunjukkan pengaruh langsung variabel umur terhadap variabel
komunikasi antarpribadi dari nilai koefisien (β) sebesar 0,038 dan thitung
sebesar 0,200. Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,843
(p>α) H0 diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang
tidak siginifikan variabel umur terhadap variabel komunikasi antarpribadi
ditolak dengan kontribusi sebesar 0,1 %.
3. Hipotesa C menunjukkan pengaruh langsung variabel umur terhadap variabel
efektivitas dari nilai koefisien (β) sebesar 0,071 dan thitung sebesar 0,710.
Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,263 (p>α) H0
diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak
siginifikan variabel umur terhadap variabel efektivitas kelompok ditolak
dengan kontribusi sebesar 1,8 %.
4. hipotesa D menunjukkan pengaruh langsung variabel kepemimpinan terhadap
variabel komunikasi antarpribadi dari nilai koefisien (β) sebesar 0,211 dan
thitung sebesar 1,142. Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar
0,263 (p>α) H0 diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh
yang tidak siginifikan variabel kepemimpinan terhadap variabel komunikasi
antarpribadi ditolak dengan kontribusi sebesar 21,1 %.
5. Hipotesa E menunjukkan pengaruh langsung variabel kepemimpinan terhadap
variabel efektivitas dengan nilai koefisien (β) sebesar 0,546 dan thitung sebesar
3,345. Pengaruh ini signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,002 (p<α) H0
ditolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh siginifikan variabel
kepemimpinan terhadap variabel efektivitas diterima dengan kontribusi sebesar
31,4 %.
6. Hipotesa F menunjukkan pengaruh langsung variabel komunikasi antarpribadi
terhadap variabel efektivitas dari nilai koefisien (β) sebesar 0,056 dan thitung
44
sebesar 0,341. Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,736
(p>α) H0 diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang
tidak siginifikan variabel komunikasi antarpribadi terhadap variabel efektivitas
kelompok ditolak dengan kontribusi sebesar 31,4 %.
Dari hasil pada Tabel 4.15 diketahui bahwa, variabel yang menunjukkan
hasil signifikan hanya kepemimpinan terhadap pengaruh efektivitas yang berarti
kepemimpinan memiliki pengaruh besar dibandingkan variabel lain untuk
menunjang efektivitas yang baik. Pada Tabel 4.8 pernyataan pertama yaitu ketua
bersikap adil selebihnya adalah pernyataan dengan penilaian yang netral, sehingga
dapat diketahui bahwa pada kelompok tani padi dewasa penilaian anggota
terhadap kepemimpinan kurang mendapat penilaian yang baik dikarenakan
kurangnya kepedulian komunikasi antar anggota dan ketua yang menjadi dasar
kemajuan sebuah organisasi. Kepemimpinan ketua kelompok yang baik akan turut
menumbuhkan jiwa kepemimpinan anggota, apabila ketua kelompok tani
melibatkan anggotanya secara aktif dalam kegiatan kelompok tani, termasuk
dalam proses pengambilan keputusan, akan menimbulkan komitmen para anggota
untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan kelompok (Soraya, 2010). Hasil
penelitian ini juga senada dengan hasil penelitian dari Unang (2007),
menunjukkan bahwa pada kelompok yang kepemimpinan ketua kelompoknya
berjalan dengan baik akan diikuti dengan efektifnya kelompok tani tersebut.
Dari hasil pengujian koefisien jalur diperoleh keterangan bahwa, koefisien
jalur dari umur (X1) ke efektivitas (Y) tidak signifikan atau bermakna. Sedangkan
pada koefisien jalur kepemimpinan (X2) ke efektivitas (Y) secara statistik
bermakna atau mempunyai pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu didapatkan
model baru untuk masing-masing kelompok atas dasar proposi yang telah
diperbaiki, dibawah ini terdapat gambar hubungan antara variabel yang signifikan
pada kelompok dewasa.
0.546
X2 Y
Gambar 4.3. Pengaruh antara X2 terhadap Y pada kelompok tani dewasa
45
Untuk mengetahui besarnya pengaruh secara proporsional sebagai berikut :
Pengaruh X2 terhadap Y
Pengaruh langsung = ρYX2 x ρYX2
= (0.546) (0.546)
= 0.298
Atas dasar perhitungan diatas dapat dikemukakan hal dibawah ini sebagai
berikut: Pada kelompok dewasa kekuatan X2 yang secara langsung menentukan
perubahan-perubahan Y adalah sebesar 0.298 dengan demikian, secara total X2
menentukan perubahan Y sebesar 29,8 %.
4.4.3. Perbandingan Model Pengaruh Kelompok Tani Muda dan Kelompok
Tani Dewasa
Gambar 4.4 merupakan gambar perbandingan antara variabel yang
signifikan pada kelompok tani muda dan kelompok tani dewasa di Desa Kuo.
Gambar a. Gambar b.
Gambar 4.4. Perbandingan Struktur hubungan X terhadap Y kelompok
muda (a) dan kelompok dewasa (b)
Model pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat pada kelompok
tani muda pada Gambar 4.5 berbeda dengan model pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat pada kelompok tani pada Gambar 4.4 dimana X2
(kepemimpinan) dan X3 (komunikasi antarpribadi) memberikan pengaruh
terhadap Y (efektivitas kelompok) sedangkan pada kelompok dewasa hanya X2
(kepemimpinan) terhadap Y (efektivitas). Perbedaan yang terdapat pada kelompok
tani padi muda dan kelompok tani padi dewasa ini disebabkan karena para
anggota kelompok tani dan ketua dari kelompok tani padi muda lebih sering
berinteraksi satu sama lain, baik dalam kelompok maupun diluar kelompok
meskipun tidak secara keseluruhan dapat melakukan tatap muka yang rutin untuk
46
menemukan berbagai pendapat dan solusi untuk usahatani mereka. Para anggota
masih memiliki keinginan yang besar untuk mengembangkan usahatani mereka.
Pernyataan ini didukung oleh penelitian Soraya (2010) yang mengatakan bahwa
efektivitas komunikasi antarpribadi petani akan menghasilkan perubahan
pendapat, sikap dan tindakan hingga akhirnya muncul partisipasi petani. Dengan
kata lain komunikasi antarpribadi merupakan alat untuk menghasilkan partisipasi
atau dapat dikatakan partisipasi merupakan bentuk khusus dari komunikasi
antarpribadi yang efektif.
Penyebab kurangnya dukungan komunikasi yang baik dari anggota
kelompok tani padi dewasa ini di karenakan pada X3 kelompok dewasa kurang
mendapat respon antarpribadinya anggota kelompok tani karena petani dewasa
merasa sudah mengetahui beberapa hal dalam usahatani tanpa harus berbagi atau
berkomunikasi dengan sesama anggota kelompok taninya. Hal tersebut
disebabkan karena usaha tani yang dilakukan petani dewasa merupakan kebiasaan
turun-temurun yang diyakini benar pelaksanaannya. Mereka juga jarang meminta
pertimbangan jika menghadapi masalah karena mereka menganggap mampu
sendiri mengatasi masalahnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian Tindakan
yang dilakukan secara berulang-ulang dan mendarah daging disebut dengan
perilaku. Kebiasaan ini akan berlangsung terus menerus. Perilaku ini juga dapat
mempengaruhi cara berfikir petani dalam pengelolaan usahatani yang sudah
dilakukan sejak dahulu kala. Pengelolaan usahatani yang sudah dilakukan sejak
dulu itu, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani merasa
membutuhkan, oleh karena itu timbul suatu dorongan atau semacam motivasi
yang ada di dalam diri mereka. Setelah motivasi itu timbul maka petani berusaha
untuk melakukan pengelolaan usaha tani secara terus menerus sehingga menjadi
suatu kebiasaan, kebiasaan inilah yang menimbulkan perilaku. Anggota kelompok tani dewasa melakukan tatap muka tetapi jarang
diantara mereka untuk mengkomunikasikan masalah-masalah usaha taninya
tetapi, lebih mengkomunikasikan diluar usaha tani mereka. Mereka juga jarang
ataupun tidak menyebarkan informasi yang didapatkannya pada saat pertemuan
rutin kepada petani lain yang tidak hadir jika tidak ditanya. Mereka berpikir
bahwa petani yang tidak hadir tersebut dapat mencari informasi sendiri sehingga