PUNCAK TERTINGGI KAMPOENG ABGrepositori.uin-alauddin.ac.id/11930/1/Abbanaunge.pdfPUNCAK TERTINGGI...

199

Transcript of PUNCAK TERTINGGI KAMPOENG ABGrepositori.uin-alauddin.ac.id/11930/1/Abbanaunge.pdfPUNCAK TERTINGGI...

  • PUNCAK TERTINGGI KAMPOENG ABG 70-155 MDPL

    Editor : Dr. Hasyim Haddade, M. Ag.

    Dr. Mashuri Masri, S.Si., M.Si.

    Kontributor :

    Muh Ramli

    Anita Darwis

    Nur almaidatul Jannah

    Zulfadli Amran

    Muh Nur Alim Tompo

    Rismawati

    Sitti Aminah Tinni

    Aswira

    Adriansyah Arifin

    Didi Assiddiqqie

    PUSAKA ALMAIDA

    2017

  • ii

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    PUNCAK TERTINGGI KAMPOENG ABG 70-155 MDPL/ Dr. Hasyim Haddade, M. Ag. Dan Dr. Mashuri Masri, S.Si., M.Si.

    Makassar: Pusaka Almaida, 2017 xii + 186 hlm : 16 X 23 cm ISBN: 978-602-5813-31-3

    Cetakan Pertama : 2017 Desain Sampul : Rustan Penerbit : Pusaka Almaida Sanksi Pelanggaran Pasal 44 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas Undang-undang No. 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7Tahun 1987.

    1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000.,- (seratus juta rupiah)

    2. Barang siapa yang dengan sengajamenyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau baranghasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.50.000.000.,- (lima puluh juta rupiah)

    Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengutip atas memperbanyak Sebagian atau seluruh isi buku ini dalam Bentuk apapun tanpa seizin dari Penulis

  • iii

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    SAMBUTAN REKTOR

    Pelaksanaan KULIAH KERJA NYATA (KKN) merupakan agenda rutin dalam bidang pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Alauddin Makassar di bawah bimbingan Dosen Pembimbing KKN yang didampingi oleh Badan Pelaksana KKN. Pelaksanaannya melibatkan seluruh mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan dengan asumsi bahwa pelaksanaan KKN ini dalam melakukan program-program kerjanya dilakukan dengan multi disipliner approach, sehingga program kerja KKN bisa dilaksanakan dalam berbagai pendekatan sesuai dengan disiplin ilmu mahasiswa yang ditempatkan di posko-posko KKN.

    KULIAH KERJA NYATA (KKN) tentu diharapkan mampu mendekatkan teori-teori ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan berbagai problematika yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam menjalankan tugas-tugas pengabdian ini, pihak universitas memberikan tugas pokok kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), khususnya pada Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM). Dalam pelaksanaannya, Rektor UIN Alauddin Makassar berharap agar pelaksanaan KKN bisa berjalan dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmiahan dalam arti bahwa program yang dilakukan di lokasi KKN adalah program yang diangkat dari sebuah analisis ilmiah (hasil survey) dan dilaksanakan dengan langkah-langkah ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

    Atas nama pimpinan UIN Alauddin Makassar, Rektor menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan kepada Ketua LP2M saudara Prof. Dr. Muhammad Saleh Tajuddin, M.A., Ph.D. terkhusus kepada Kepala PPM saudara Drs. H.M. Gazali Suyuti, M.HI atas inisiatifnya untuk mempublikasikan dan mengabadikan karya-karya KKN dalam bentuk sebuah buku, sehingga proses dan hasil pelaksanaan

  • iv

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    KKN akan menjadi refrensi pengabdian pada masa-masa yang akan datang.

    Makassar, 1 Agustus 2017 Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Dr. H. Musafir, M.Si. NIP. 19560717 198603 1 003

  • v

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    SAMBUTAN KETUA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) UIN

    ALAUDDIN

    Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) memiliki tugas pokok untuk menyelenggarakan dan mengkoordinir pelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat, baik yang dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa. Dalam hal pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa, KKN merupakan wadah pengabdian yang diharapkan memberikan bekal dan peluang kepada mahasiswa untuk mengimplementasikan kajian-kajian ilmiah yang dilakukan di kampus.

    KULIAH KERJA NYATA (KKN) merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa UIN Alauddin Makassar sebelum memperoleh gelar sarjana dalam bidang disiplin ilmu masing-masing. Pelaksanaan KKN ini tidak hanya sekedar datang dan mengabdi ke dearah-dearah lokasi pelaksanaan KKN, tetapi harus tetap diletakkan dalam bingkai sebagai sebuah kegiatan ilmiah. Dalam perspektif ini, maka KKN harus dirancang, dilaksanakan, dan terlaporkan secara ilmiah sehingga dapat terukur pencapaiannya. Pada kerangka ini, LP2M UIN Alauddin Makassar berupaya semaksimal mungkin untuk dapat mencapai tujuan pelaksanaan KKN ini.

    Olehnya itu, LP2M UIN Alauddin Makassar menginisiasi untuk mempublikasikan rancangan, pelaksanaan, dan pelaporan KKN dengan melakukan analisis ilmiah terhadap setiap program-program kerja KKN yang dilakukan selama ber-KKN. Hal ini dilakukan agar segala capaian pelaksanaan KKN dapat terlaporkan dengan baik dan dapat terukur pencapaiannya, sehingga KKN yang merupakan kegiatan rutin dan wajib bagi mahasiswa dapat dilakukan secara sistematis dari masa ke masa.

    Adanya upaya mengabadikan dalam bentuk publikasi hasil-hasil KKN ini tidak terlepas dari upaya maksimal yang dilakukan oleh segala pihak yang terlibat dalam pelaksanaan KKN ini, olehnya itu, Ketua LP2M menghaturkan penghargaan dan terima kasih kepada Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), Drs. H.M. Gazali Suyuti, M.HI., yang telah mengawal upaya publikasi laporan pelaksanaan KKN,

  • vi

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    serta apresiasi tinggi atas upaya yang tak kenal lelah untuk melakukan inovasi di PPM, baik secara internal maupun terbangunnya jaringan antar PPM sesama PTKAIN

    Makassar, 1 Agustus 2017 Ketua LP2M UIN Alauddin Makassar

    Prof. Dr. Muhammad Saleh Tajuddin, M.A., Ph.D. NIP. 19681110 1993031 006

  • vii

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

    (PPM) UIN ALAUDDIN MAKASSAR

    Sebagai ujung tombak pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat, PUSAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPM) UIN Alauddin Makassar senantiasa berusaha melakukan terobosan dan langkah-langkah inovatif untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang semakin baik dan inovatif. Upaya ini adalah wujud tanggung jawab pengabdian terhadap masyarakat dan UIN Alauddin Makassar, sehingga kegiatan pengabdian masyarakat bisa semakin mendekatkan pihak civitas akademika UIN Alauddin dengan masyarakat dan mewujudkan keterlibatan langsung dalam pembangunan masyarakat. Upaya membukukan dan publikasi laporan pelaksanaan KKN ini merupakan inovasi yang telah dilakukan oleh PPM UIN Alauddin sebagai upaya memudahkan kepada semua pihak untuk dapat mengakses hasil-hasil pengabdian yang telah dilakukan oleh mahasiswa KKN di bawah bimbingan dosen pembimbing. Dengan adanya publikasi ini, program-program KKN dapat diukur capaiannya dan jika suatu saat nanti lokasi yang yang ditempati ber-KKN itu kembali ditempati oleh mahasiswa angkatan berikutnya, maka akan mudah untuk menganalisis capaian yang telah ada untuk selanjutnya dibuatkan program-program yang berkesinambungan. Publikasi laporan KKN ini diinspirasi dari hasil ‘kunjungan pendalaman’ ke beberapa PTKIN (Jakarta, Bandung, dan Cirebon) serta bisa terlaksana dengan baik berkat dukungan dan bimbingan Bapak Rektor, Ketua dan Sekretaris LP2M, serta seluruh staf LP2M. Terkhusus kepada seluruh dosen pembimbing dan anggota Badan Pelaksana KKN UIN Alauddin Makassar saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, berkat ketekunan dan kerjasamanya sehingga program publikasi laporan KKN ini bisa terlaksana. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada seluruh mahasiswa KKN

  • viii

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Angkatan ke-54 dan 55 atas segala upaya pengabdian yang dilakukan dan menjadi kontributor utama penulisan buku laporan ini.

    Makassar, 1 Agustus 2017

    Kepala PPM UIN Alauddin Makassar Drs. H.M. Gazali Suyuti, M.HI. NIP. 19560603 198703 1 003

  • ix

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    PENGANTAR PENULIS

    Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya untuk Allah. Shalawat

    dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabiyullah Muhammad

    saw. Atas rahmat, petunjuk dan risalah yang mengiringi kehadiran

    Rasulullah saw. di bumi, sebagai orang yang patut diteladani.

    Laporan ini merupakan laporan akhir KKN Angk. Ke-54 UIN

    Alauddin Makassar Tahun 2017 di Desa Abbanuange sebagai bentuk

    laporan pertanggungjawaban. Akan tetapi, kami menyadari bahwa buku

    laporan akhir KKN ini tentu tidak bisa terwujud tanpa partisipasi dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis akan menyampaikan

    penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebanyak-

    banyaknya kepada pihak yang membantu dalam hal pembuatan laporan :

    1. Prof. Dr. H. Musafir, M.Si., selaku Rektor UIN Alauddin

    Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada kami

    untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa

    Abbanuange.

    2. Prof. Dr. Saleh Tajuddin, M.Ag., selaku Ketua Lembaga

    Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) yang

    telah memberikan peluang untuk melaksanakan KKN di Desa

    Abbanuange.

    3. Drs. H. M. Gazali Suyuti, M.HI., selaku Ketua Lembaga

    Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) yang telah memberikan

    pembekalan dan membantu dalam proses penyelesaian KKN

    Angk. 54 di Desa Abbanuange.

    4. Dr. Muhammad Shuhufi, M.Ag., selaku Badan Pelaksana (BP)

    KKN yang turut disibukkan untuk memfasilitasi kami dalam

    pelaporan akhir KKN

  • x

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    5. Dr. Hasyim Haddade, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing I

    yang telah membimbing kami dan tetap sabar meski kadang

    direpotkan dengan berbagai masalah yang dihadapi di lokasi

    KKN.

    6. Dr. Mashuri Masri, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II

    yang telah membimbing kami dan memberikan saran tentang

    proker yang kami laksanakan.

    7. Bapak Sapiruddin kepala desa Abbanuange yang telah

    memberikan kami fasilitas yang sangat luar biasa.

    8. Seluruh Kepala Dusun dan imam masjid di Desa Abbanuange

    yang telah bersedia meluangkan waktu membantu kami dalam

    merampungkan program KKN di desa Abbanuange.

    9. Seluruh masyarakat Desa Abbanuange yang telah berpartisipasi

    dalam pelaksanaan program KKN di Desa Abbanuange.

    10. Kawan-kawan mahasiswa KKN UIN Alauddin Angkatan ke-54

    yang mau berbagi dalam suka dan duka selama ber-KKN di

    Desa M Abbanuange.

    Semoga buku ini dapat memberi manfaat buat kita semua,

    khususnya kepada kampus tercinta “Kampus Peradaban” UIN Alauddin

    dan diri kami semua. Saran dan kritik senantiasa penulis harapkan dari

    para pembaca.

    Abbanuange, 28 Sya’ban 1438 H.

    22 Mei 2017 M.

    Penulis

  • xi

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    LEMBAR PENGESAHAN

    Buku Laporan Hasil Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian Pada

    Masyarakat oleh Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar Angkatan

    ke-54 di Desa Abbanuange, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng

    yang berjudul : Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70 – 155 Mdpl telah

    diperiksa dan disahkan oleh:

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    Dr. Hasyim Haddade, M. Ag Dr. Mashuri Masri, S.Si, M. Kes

    NIP: 197505052001121001 NIP: 198012162009121003

    Mengetahui:

    Ketua PPM UIN Alauddin BP KKN UIN Alauddin

    Drs. H. M. Gazali Suyuti, M.HI. Dr. Muhammad Shuhufi, M.Ag.

    NIP. 195606031987031003 NIP. 197411182000031001

  • xii

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    DAFTAR ISI

    SAMBUTAN REKTOR ………………………........................ iii SAMBUTAN KETUA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) UIN ALAUDDIN ……………………….......................................... v KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPM) UIN ALAUDDIN MAKASSAR…………………................................................... vii KATA PENGANTAR …………………………....................... ix DAFTAR ISI…………….….................................................... xi BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… 1

    A.Dasar Pemikiran…………………………………………………….1

    B.Gambaran Umum Desa Abbanuange……………………………… 2

    BAB II Kumpulan Program Kerja KKN ANGKATAN 54 UIN

    Alauddin Makassar

    A. Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah Oleh Muh Nur Alim Tompo dan

    Nuralmaidatul Jannah…………………………………………… 14

    B. Jum’at Bersih Oleh Adriansyah Arifin dan Aswira………………... 35

    C. Mengajar Di Sekolah Dasar Oleh Aswira dan Anita Darwis……… 58

    D. Penyuluhan Anti Narkoba Oleh Anita Darwis dan Aswira………. 81

    E. Pembinaan TK/TPA Oleh Muh Ramli dan Zulfadli Amran……. 105

    F.Festival Anak Soleh Oleh Didi Assidddqqie dan Sitti Aminah

    Tinni………………………………………………………………. 126

    BAB III PENUTUP………………………………………………. 149

    A. Kesimpulan…………………………………………………….. 149

    B. Rekomendasi…………………………………………………… 150

  • 1

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Dasar Pemikiran

    Kuliah Kerja Nyata sesungguhnya adalah kuliah yang dilakukan dari ruang kelas ke ruang masyarakat. Ruang yang sangat luas dan heterogen dalam menguji teori-teori keilmuan yang telah didapatkan di bangku kuliah. Masyarakat adalah guru kehidupan yang ditemukannya di lokasi KKN. Teori-teori keilmuan yang didapatkan di bangku kuliah, kemudian diperhadapkan pada fakta-fakta lapangan sebagai salah satu alat menguji kebenaran teori tersebut. Di sinilah dibutuhkan kreatifitas mahasiswa sebagai bagian dari pengembangan diri dan uji nyali sebelum terjun ke masyarakat yang sesungguhnya.

    Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu. Pelaksanaan kegiatan KKN biasanya berlangsung antara satu sampai dua bulan dan bertempat di daerah setingkat desa. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Indonesia telah mewajibkan setiap perguruan tinggi untuk melaksanakan KKN sebagai kegiatan intrakurikuler yang memadukan tri dharma perguruan tinggi yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kuliah kerja nyata dilaksanakan secara melembaga dan terstruktur sebagai bagian dari pelaksanaan kurikulum pendidikan tinggi, yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa program studi ilmu hukum strata satu (S1) dengan status intrakurikuler wajib.

    Mahasiswa perlu menelaah dan merumuskan masalah yang dihadapi masyarakat serta memberikan alternatif pemecahannya (penelitian), kemudian membantu memecahkan dan menanggulangi masalah tersebut.

    Tujuan besar yang didapatkan oleh mahasiswa dari program Kuliah Kerja Nyata adalah untuk mengoptimalkan pencapaian maksud dan tujuan perguruan tinggi, yakni menghasilkan sarjana yang menghayati permasalahan masyarakat dan mampu memberi solusi permasalahan secara pragmatis, dan membentuk kepribadian mahasiswa sebagai kader pembangunan dengan wawasan berfikir yang komprehensif.

    Sedang, manfaat Kuliah Kerja Nyata yang diharapkan sebagai modal besar bagi mahasiswa dari program wajib ini antara lain agar

    https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttps://id.wikipedia.org/wiki/Mahasiswahttps://id.wikipedia.org/wiki/Desahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Pendidikan_dan_Kebudayaan_Indonesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggihttps://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Penelitianhttps://id.wikipedia.org/wiki/Pengabdian

  • 2

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    mahasiswa mendapatkan pemaknaan dan penghayatan mengenai manfaat ilmu,teknologi, dan seni bagi pelaksanaan pembangunan, mahasiswa memiliki skill untuk merumuskan serta memecahkan persoalan yang bersifat “cross sectoral” secara pragmatis ilmiah dengan pendekatan interdisipliner, serta tumbuhnya kepedulian social dalam masyarakat.

    Bagi masyarakat dan Pemerintah, program Kuliah Kerja Nyata adalah bagian dari kerja kreatif mahasiswa dalam memberikan bantuan pemikiran dan tenaga dalam pemecahan masalah pembangunan daerah setempat, dalam memperbaiki pola pikir dalam merencanakan, merumuskan, melaksanakan berbagai program pembangunan, khususnya dipedesaan yang kemungkinan masih dianggap baru bagi masyarakat setempat, serta menumbuhkan potensi dan inovasi di kalangan anggota masyarakat setempat dalam upaya memenuhi kebutuhan lewat pemanfaatan ilmu dan teknologi.

    Kepentingan lain dari program kuliah kerja nyata ini dapat ditemukan antara lain: Melalui mahasiswa/dosen pembimbing, diperoleh umpan-balik sebagai pengayaan materi kuliah, penyempurnaan kurikulum, dan sumber inspirasi bagi suatu rancangan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang lain atau penelitian. Demikian pula, diperolehnya bahan masukan bagi peningkatan atau perluasan kerjasama dengan pemerintahan setempat, termasuk dengan instansi vertikal yang terkait.

    B. Gambaran Umum Desa Abbanuange

    Kecamatan Lilirilau Secara Umum 1. Sebelum Berstatus Kecamatan

    Seperti kita ketahui bahwa, sebelum keluarnya Undang-Undang No. 29 Tahun 1959 Daerah Soppeng ini berstatus Swapraja yang terdiri dari 7 Wanua yang setingkat dengan Distrik yaitu :

    a. Wanua Lalabata Ibu Negerinya Watansoppeng

    b. Wanua Lilirilau Ibu Negerinya Cabenge

    c. Wanua Liliriaja Ibu Negerinya Cangadi

    d. Wanua Marioriawa Ibu Negerinya Batu-batu

    e. Wanua Marioriwawo Ibu Negerinya Takalalla

  • 3

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    f. Wanua Pattojo Ibu Negerinya Maccini

    g. Wanua Citta Ibu Negerinya Pacongkang

    Khusus Wanua Lilirilau lazim juga disebut “LOMPENGENG” yang dikepalai oleh seorang Kepala Wanua yang bergelar “ARUNG LOMPENGENG”.

    Wanua Lilirilau terbagi atas 4 Wanua bawahan masing-masing :

    a. Wanua Bawahan Lompengeng Kepalanya Bergelar Sulewatang

    b. Wanua Bawahan Pajalesang Kepalanya Bergelar Sulewatang

    c. Wanua Bawahan Macanre Kepalanya Bergelar Sulewatang

    d. Wanua Bawahan Baringeng Kepalanya Bergelar Arung

    Tiap-tiap Wanua bawahan terbagi atas kampong-kampung yang dikepalai oleh seorang yang bergelar “MATOA” antara lain :

    a. Wanua Bawahan lompengeng terdiri atas 10 Kampung yaitu

    · Kampung Salaonro kepalanya bergelar Kepala Salaonro

    · Kampung Kecce kepalanya bergelar Kepala Kecce

    · Kampung Paroto kepalanya bergelar Matoa Paroto

    · Kampung Marale kepalanya bergelar Matoa Marale

    · Kampung Tetewatu kepalanya bergelar Matoa Tetewatu

    · Kampung Abbanuange kepalanya bergelar Kepala Abbanuange

    · Kampung PeppaE kepalanya bergelar Kepala PeppaE

    · Kampung Saleng kepalanya bergelar Kepala Saleng

    · Kampung Ujung kepalanya bergelar Kepala Ujung

    · Kampung Berru kepalanya bergelar Kepala Berru

    b. Wanua Bawahan Pajalesang terdiri atas 5 Kampung yaitu

  • 4

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    · Kampung Allimbangeng kepalanya bergelar Kepala Allimbangeng

    · Kampung Talipu kepalanya bergelar Kepala Talipu

    · Kampung Sumpang Salo kepalanya bergelar Kepala Sumpang Salo

    · Kampung Pajalesang kepalanya bergelar Matoa Pajalesang

    · Kampung Lenrang kepalanya bergelar Matoa Lenrang

    c. Wanua Bawahan Macanre terdiri atas 2 Kampung yaitu :

    · Kampung Toawo kepalanya bergelar Kepala Toawo

    · Kampung Macanre kepalanya bergelar Matoa Macanre

    d. Wanua Bawahan Baringeng terdiri dari 10 Kampung yaitu :

    · Kampung Tanjonge kepalanya bergelar Kepala Tanjonge

    · Kampung Pompulu kepalanya bergelar Kepala Pompulu

    · Kampung Mappalakkae kepalanya bergelar Kepala Mappalakkae

    · Kampung Takku kepalanya bergelar Kepala Takku

    · Kampung Buruccenge kepalanya bergelar Kepala Buruccenge

    · Kampung Leppangeng kepalanya bergelar Kepala Leppangeng

    · Kampung Masing kepalanya bergelar Matoa Masing

    · Kampung Lagoe kepalanya bergelar Matoa Lagoe

    · Kampung Bila kepalanya bergelar Matoa Bila

    · Kampung Palero kepalanya bergelar Matoa Palero

    2. Setelah Berstatus Kecamatan

    Kecamatan Lilirilau dibentuk bersama-sama dengan Kecamatan-kecamatan lainnya dalam Kabupaten Soppeng, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Tenggara tanggal 16 Agustus 1961 Nomor 1100 dalam rangka reorganisasi Pemerintahan

  • 5

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Administrasi terendah di Sulawesi Selatan Tenggara dalam Tahun 1961. Kabupaten Soppeng terdiri 7 Wanua (Distrik) dilebur menjadi 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Lalabata, Kecamatan Lilirilau, Kecamatan Liliriaja, Kecamatan Marioriawa dan Kecamatan Marioriwawo. Sedangkan 2 Wanua lainnya masing-masing Wanua Citta dimasukkan dalam wilayah Keacamatan Lilirilau dan Wanua Pattojo dimasukkan dalam wilayah Kecamatan Liliriaja.

    Dengan terbentuknya Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Soppeng, Kecamatan Lilirilau mengalami perubahan-perubahan baik Daerah Hukumnya maupun Struktur Organisasi Pemerintah/Aparatnya yaitu :

    a. Daerah Hukumnya :

    · Kampung Lenrang tadinya masuk wilayah Kecamatan Lilirilau tetapi mengalami perubahan, maka masuk Wilayah Kecamatan Liliriaja.

    · Wanua (Distrik) Citta yang terdiri dari 11 Kampung dilebur seluruhnya, 10 Kampung dimasukkan ke Wilayah Kecamatan Lilirilau dan 1 Kampung dimasukkan kedalam Wiyaha Kecamatan Liliriaja.

    · Kampung Kebo dan Lompulle dari wilayah Kecamatan Liliriaja masuk ke Wilayah Kecamatan Lilirilau.

    · Jadi Wilayah Kecamatan Lilirilau semula berukuran 1 Kampung, tetapi akhirnya bertambah 12 Kampung sehingga daerah hukumnya bertambah luas, dari 27 kampung menjadi 38 Kampung.

    b. Struktur Organisasi Pemerintahan/Aparatnya.

    · Kepala Wanua yang bergelar Arung Lompengeng diganti dengan sebutan Kepala Kecamatan dan status Pegawai Negeri

    · Wanua bawahan dihapuskan menjadi Pegawai Negeri dan seorang diantaranya di pensiunkan, yaitu Sulewatang Macanre.

    Pembentukan Desa Gaya Baru

    Dalam rangka pembentukan Desa Gaya Baru di Sulawesi Selatan, maka di Kabupaten Soppeng termasuk di Kecamatan Lilirilau telah 2 kali mengalami reorganisasi kampung-kampung yaitu beberapa beberapa kampung digabung menjadi 1 gabungan kampong, kemudian diberi nama “Desa Gaya Baru”.

  • 6

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    - Pertama, dilakukan pada Tahun 1963 berdasarkan Surat Keputusan DPRD GR Kabupaten Soppeng No. 19/DPRD-GR/63 Tanggal 10 April 1963 yaitu dari 176 kampung menjadi 66 kampung (Desa Gaya Baru) dimana Kecamatan Lilirilau dari 38 Kampung menjadi 14 Desa Gaya Baru.

    - Kedua, dilakukan pada Tahun 1968, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan tanggal 20 Desember 1965 No. 450/XII/1965 jo Surat Keputusan DPRD Kabupaten Soppeng No. 43/DPRD/1967 tanggal 22 Desember 1967 yaitu dari 66 Desa Gaya Baru yang diberi nama Wanua, dimana Kecamatan Lilirilau terdapat 6 Desa Gaya Baru (Wanua).

    Sehubungan dengan Pembentukan Desa Gaya Baru, maka 4 buah kecamatan dalam Kabupaten Soppeng termasuk Kecamatan Lilirilau mengalami perubahan-perubahan yaitu :

    a. Bekas wilayah Wanua (Distrik) Citta yang dimasukkan dalam Kecamatan Lilirilau dikeluarkan seluruhnya dan dimasukkan dalm Wilayah Kecamatan Liliriaja.

    b. Sebutan Desa Gaya Baru Lama (Mattanru) yang diliputi 2 buah kampung dari Kecamatan Liliriaja dimasukkan dalam wilayah Kecamatan Lilirilau.

    Dengan terbentuknya Desa Gaya Baru yang diberi nama “Wanua” sebagai hasil Reorganisasi kampung-kampung yang kedua, dan perubahan-perubahan batas wilayah hukum Kecamatan, maka Kecamatan Lilirilau yang tadinya terdiri 14 Desa Gaya Baru, sekarang menjadi 6 Wanua yaitu :

    a. Wanua Pajalesang Ibu Negerinya Pajalesang

    b. Wanua Ujung Ibu Negerinya Ujung

    c. Wanua Tetewatu Ibu Negerinya Tetewat

    d. Wanua Abbanuange Ibu Negerinya Abbanuange

    e. Wanua Baringeng Ibu Negerinya Baringeng

    f. Wanua Lompulle Ibu Negerinya Lompulle

  • 7

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Tiap-tiap Wanua dikepalai oleh seorang Kepala Wanua dan meliputi beberapa lingkungan yang dikepalai oleh seorang kepala lingkungan yang bergelar “Matoa”.

    Dengan adanya perbedaan sebutan nama Desa dibeberapa daerah Tk.II di Sulawesi Selatan, maka pemerintah daerah Tk. I Sulawesi Selatan menetapkan nama Desa yang berlaku umum pada daerah-daerah Tk.II di Sulawesi Selatan dengan Surat Keputusannya No. 309/IX/73 tanggal 11 September 1973 pada pasal 1.

    Dengan berpedoman pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk.I Sulawesi Selatan No. 308/IX/1973 pasal 3 ayat 1,2 dan 3 yang isinya mengatur tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi berdirinya Desa baru hasil pemekaran, maka dengan berdasar pada surat Bupati Kepala Daerah Tk. II Soppeng maka keluarlah Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No. 757/XI/1977 Tanggal 3 Nopember 1977 tetang persetujuan penambahan Desa di Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, setelah mendapat pengesahan dari Menteri Dalam Negeri dengan suratnya tanggal 12 April 1977 tentang penambahan jumlah Desa di Kecamatan lilirilau dari 6 buah menjadi 7 buah desa, dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Sulawesi Selatan No. 175/II/1989 tanggal 17 Februari 1989 tentang pembentukan Desa Persiapan manjadi DESA dalam wilayah Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, maka Kecamatan LIlirilau mendapat penambahan dari 7 buah Desa menjadi 9 Desa, yaitu :

    1. Kelurahan Pajalesang

    2. Desa Tetewatu

    3. Desa Abbanuange

    4. Kelurahan Ujung

    5. Kelurahan Macanre

    6. Desa Lompulle

    7. Desa Kebo

    8. Desa Baringeng

    9. Desa Masing

    Dan selanjutnya dari 9 Desa berdasarkan surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sulawesi Selatan No. 1121/IX/1989

  • 8

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Tanggal 25 September 1989 tentang pengesahan Desa Persiapan dalam wilayah Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, di Kecamatan Lilirilau dari 9 Desa ditambah lagi 3 Desa persiapan menjadi 12 Desa yaitu :

    A Kelurahan Pajalesang b Desa Tetewatu

    Kampung Pajalesang Dusun Tonronge

    Kampung Cabenge Dusun Callawe

    Kampung Sumpang Salo

    C Desa Abbanuange d Kelurahan Ujung

    Dusun Abbanuange Kampung Berru

    Dusun Peppae Kampung Salaonro

    Dusun Saleng

    E Kelurahan Macanre f Desa Lompulle

    Kampung Macanre Dusun Alliwengeng

    Kampung Toawo Dusun Mattanru

    G Desa Kebo h Desa Baringeng

    Dusun Watnlompulle Dusun Baringeng

    Dusun Kebo Dusun Tanjonge

    I Desa Masing j Desa Pers. Parenring

    Dusun Masing Dusun Temmakatue

    Dusun Buruccenge Dusun Dungriaja

    Dusun Batu

    k Desa Pers. Paroto l Desa Pers. Palangiseng

  • 9

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Dusun Paroto Dusun Bila

    Dusun Marale Dusun Palero

    Dusun Kecce

    Kecamatan Lilirilau sebelum berstatus Kecamatan di sebut Wanua yang setingkat dengan “Distrik” bagi tanah-tanah GAU ER NAMEN di Sulawesi Selatan, Kepala Wanua Lilirilau bergelar “ARUNG LOMPENGENG” wilayah hukumnya 4 Wanua bawahan dan 27 Kampung. Setelah berstatus kecamatan pada tahun 1962 istilah Wanua dihapuskan dan Lilirilau meliputi 38 Kampung. Pada Tahun 1968 dengan diadakan reorganisasi Desa Gaya Baru, maka Kecamatan Lilirilau hanya terdiri dari 6 Wanua yang setingkat dengan Desa. Pada Tahun 1977 adanya pemekaran Desa dalam Daerah Tk.II Soppeng, maka Kecamatan Lilirilau dari 6 Desa menjadi 7 Desa. Pada Tanggal 17 Februari 1989 pemekaran Desa untuk kedua kalinya di kecamatan lilirilau dari 7 Desa menjadi 9 Desa. Kemudian pada Tanggal 25 September 1989 pemekaran Desa untuk ketiga kalinya dalam Daerah Tk. II Soppeng dimana Kecamatan Lilirilau yang terdiri dari 9 Buah Desa menjadi 12 Buah Desa/Kelurahan.

    Desa Abbanuange 1. Sejarah Singkat Nama Abbanuange

    Nama Abbanuange berarti tempat berkumpul, bersatu. Dinamakan demikian menurut sejarahnya dikarenakan pada zaman dahulu desa Abbanuange dijadikan tempat berkumpul bagi orang-orang dari luar Abbanuange temasuk dari daerah yang berdekatan dengan Kabupaten Soppeng seperti Bone.

    2. Letak Geografis

    Desa Abbanuange merupakan salah satu Desa dari dua belas (12) desa yang ada di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Desa Abbanuange merupakan desa/kelurahan terluas di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng dengan total luas wilayah sebesar 29 km2 sedangkan daerah dengan luas terkecil adalah Kelurahan Macanre yaitu 4 km2. Selain itu, Desa Abbanuange merupakan desa dengan ketinggian tertinggi di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng yang berada pada ketinggian 70-155 meter di atas permukaan laut, sedangkan yang

  • 10

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    memilki ketinggian terendah adalah Kelurahan Cabenge, Kelurahan Pajalesang, Kebo, dan Macanre yang memilki ketinggian berkisar antara 10-30 meter di atas permukaan laut. Berikut ini perbandingan ketinggian tiap-tiap desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng sebagai berikut.

    Desa/Kelurahan Ketinggian

    Pajalesang 10-30

    Cabenge 10-30

    Paroto 10-130

    Palangiseng 40-90

    Tetewatu 50-150

    Abbanuange 70-155

    Parenring 50-150

    Ujung 10-50

    Masing 45-100

    Baringeng 15-105

    Kebo 10-30

    Macanre 10-30

    Jarak terdekat ke ibukota Kecamatan adalah Kelurahan Pajalesang dan Cabenge yaitu 1 km sedangkan desa yang memilki jarak terjauh ke Ibukota Kecamatan adalah Desa Palangiseng yaitu 22 km. Sementara Desa Abbanuange memilki jarak kedua terjauh setelah Desa Palangiseng yaitu 21 km. Berikut tabel perbandingan jarak masing-masing Desa/Kelurahan ke Ibukota Kecamatan sebagai berikut.

  • 11

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Desa/Kelurahan Jarak Ke (Km)

    Ibukota Kec Ibukota Kab

    Pajalesang 1 12

    Cabenge 1 13

    Paroto 9 22

    Palangiseng 22 34

    Tetewatu 15 21

    Abbanuange 21 33

    Parenring 11 19

    Ujung 6 18

    Masing 16 20

    Baringeng 8 21

    Kebo 8 21

    Macanre 2 14

  • 12

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    3. Pemerintahan Dari delapan desa yang ada di Kecamatan Lilirilau, Desa Abbanuange memilki empat dusun dibandingkan desa-desa yang lain yang rata-rata terdiri dari dua dusun. Dimana masing-masing desa memilki badan Permusyawaratan Desa (BPD). Berikut struktur organisasi Pemerintahan Desa Abbanuange sebagai berikut.

    4. Jumlah Penduduk Tahun 2015 jumlah penduduk Desa Abbanuange berjumlah 3.363 yang terdiri dari 1.538 penduduk laki-laki dan 1.825 penduduk perempuan. Sementara jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng adalah Kelurahan Pajaleang sebanyak

    122

    STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN

    DESA

    Kepala Desa

    SAPIRUDDIN

    BADAN PERMUSYAWARATAN

    DESA (bpd)

    LPM / Lembaga Adat, BKAD & BUMDes

    Sekretaris Desa

    BABA, S.Sos

    Kaur Keuangan

    Kaur Umum

    Kaur Administrasi

    Kasi Kesejahtera

    an

    Kasi Pembangun

    an

    Kasi Pemerinta

    han

    Kadus Abbanuange

    Kadus

    Peppae

    Kadus Saleng

    Kadus Berru

  • 13

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    5.320 jiwa sedngkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Tetewatu sebanyak 1.542 jiwa. Berikut tabel perbandingan jumlah penduduk Desa?Kelurahan di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng sebagai berikut.

    Desa/Kelurahan Jenis kelamin

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    Pajalesang 2.528 2.792 5.320

    Cabenge 2.121 2.387 4.508

    Paroto 1.171 1.130 2.501

    Palangiseng 851 981 1.832

    Tetewatu 717 825 1.542

    Abbanuange 1.538 1.825 3.363

    Parenring 937 1.023 1.960

    Ujung 1.164 1.824 3.488

    Masing 1.017 1.175 2.192

    Baringeng 2.751 3.182 5.993

    Kebo 1.307 1.640 2.947

    Macanre 1.414 1.614 3.028

    Lilirilau 18.068 20.598 38.614

    5. Pendidikan Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam pembangunan bangsasehingga dalam pelaksanaannya harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di

  • 14

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Desa Abbanuange yaitu adanya bangunan gedung sekolah berjumlah empat buah yaitu:

    a. SDN 129 Abbanuange yang terletak di Dusun Abbanuange b. SDN 173 Tocampu yang terletak di Dusun Peppae c. SDN 252 Patiroi yang terletak di Dusun Berru

    d. SDN 131 Saleng yang terletak di dusun Saleng Selain sarana dan prasarana pendidikan umum, di Desa Abbanuange juga terdapat sarana dan prasarana pendidikan agama berupa Taman Pengajian al-Qur’an (TPA) yaitu:

    1. TPA Sipurioe, 2. TPA Sipurennue 3. TPA at-Taubah

    Selain kedua TPA tersebut, masih ada beberapa TPA yang bersifat tradisional atau belum terdaaftar di pemerintahan.

    6. Kesehatan Sarana dan prasrana kesehatan di Desa Abbanuange hanya memilki sebuah Puskesmas yaitu Puskesmas Cakkuridi yang berlokasi di Dusun Abbanuange. Sarana dan prasarana kesehatan ini masih tergolong minim dikarenakan dengan luas wilayah paling luas di Kecamatan Lilirilau, seharusnya Desa Abbanuange memilki lebih dari satu sarana dan prasarana kesehatan mengingat akses menuju puskesmas Cakkuridi masih tergolong jauh dari tiga dusun yang ada di desa Abbanuange. Sementara menurut Data Statistik Daerah Lilirilau tahun 2016 menyatakan bahwa infeksi saluran pernapasan merupakan penyakit yang banyak di derita masyarakat di kecamatan Lilirilau. Berdasarkan hal ini seharusnya fasilitas kesehatan di Desa Abbanuange dapat ditambah, minimal tersedianya fasilitas pertolongan pertama sebelum akhirnya penderita penyakit dibawa ke fasilitas kesehatan yang memadai baik dari segi peralatan maupun tenaga kesehatannya.

    7. Pertanian dan Perdagangan Pada umumnya masyarakat Desa Abbanuange berprofesi sebagai petani terutama petani jagung dikarenakan wilayahnya yang terletak di dataran tinggi. Selain itu, beberapa penduduk juga ada yang berprofesi sebagai petani cokelat. Sementara untuk perdagangan masyarakat menjual hasil panennya ke pengepul untuk selanjutnya dijual ke Kota Makassar. Sementara fasilitas perdaganagn yang ada di Desa Abbanuange hanya berupa toko/warung yang berjumlah 21 dan rumah makan sebanyak 3 buah.

  • 15

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    BAB II

    PROGRAM KERJA KKN DESA ABBANUANGE ANGKATAN 54 UIN ALAUDDIN MAKASSAR

    PELATIHAN PENYELENGGARAAN JENAZAH Oleh

    Muh Nur Alim Tompo dan Nuralmaidatul Jannah

    JUM’AT BERSIH Oleh

    Adriansyah Arifin dan Aswira

    MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR Oleh

    Aswira dan Anita Darwis

    PENYULUHAN ANTI NARKOTIKA Oleh

    Anita Darwis dan Rismawati

    PEMBINAAN TKA/TPA Oleh

    Zulfadli Amran dan Muh Ramli

    FESTIVAL ANAK SALEH Oleh

    Didi Ashidiqie dan Sitti Aminah Tinni

  • 16

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    PROGRAM KERJA

    PELATIHAN PENYELENGGARAAN JENAZAH

    Di Susun Oleh:

    MUH NUR ALIM TOMPO

    NIM: 20100113122

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    NURALMAIDATUL JANNAH

    NIM: 10600113022

    JURUSAN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    KKN UIN ALAUDDIN MAKASSAR ANGKATAN 54

    DESA ABBANUANGE KEC. LILIRILAU KAB. SOPPENG

    2017

  • 17

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Dasar Pemikiran Mahasiswa dalam pengembangan pendidikan di masyarakat dapat

    diharapkan mampu mengembangkan segala sesuatu yang dimiliki masyarakat menjadi hal yang bernilai dan diperlukan. Kekayaan alam dan kualitas yang ada pada mereka tidak akan diam di tempat, namun mampu melangkah ke dunia luar (secara global) dan diperhatikan oleh bangsa lain. Segala sesuatu yang telah di dapatkan perkuliahan merupakan ilmu yang sifatnya teoritis. Sehingga pada dasarnya perlu untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu tersebut dalam dunia nyata, yang dalam tahap sarjana muda adalah dengan melakukan kerja praktek.

    Kuliah kerja nyata merupakan mata kuliah wajib yang wajib ditempuh oleh mahasiswa. KKN pada dasar dilaksanakan di masyarakat dan langsung berinteraksi dengan masyarakat sehingga tujuannya untuk mengembangkan daerah sekitar melalui berbagai program yang dirancang. Sehingga dari kedua belah pihak yaitu mahasiswa dan masyarakat dapat saling belajar satu sama lain. Proses pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat menghubungkan konsep-konsep perkuliahan dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat.

    Konsep-konsep yang menjadi program kerja yang dapat diterapkan kemasyarakat adalah melalui penerapan berbagai hasil penelitian dan pengembangan teknologi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Mahasiswa pelaksana program KKN pun dapat memperoleh pengalaman nyata yang didapatkan langsung dari masyarakat sehingga dapat memperkaya pengalaman teoritis maupun praktek yang diperoleh di perguruan tinggi. Sehingga mahasiswa mengadakan suatu program kerja yang mana hasilnya akan berkenang dan bernilai sehingga nantinya akan membantu didalam kehidupan masyarakat. Adapun program yang usulkan adalah praktek atau pelatihan penyelenggaraan Jenazah. Program tersebut bermaksud untuk membantu merawat Jenazah sesuai dengan ajaran Islam. Persoalan merawat Jenazah menjadi suatu permasalahan dalam masyarakat terutama bagi mereka yang samasekali tidak mengetahui bagaimana tatacara nya memandikan Jenazah, mengkafani jenazah, Maenshalati Jenazah dan menguburkan Jenazah. Berdasarkan uraian diatas maka dibuatlah sebuah program kerja tentang tentang pelatihan penyelenggaraan Jenazah.

  • 18

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    B. Gambaran Umum Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah Fenomena keberadaan sumber daya manusia dalam membantu

    masyarakat menyelenggaraan Jenazah di Desa Abbanuange ini mulai terasa kurang. Selain itu proses penyelenggaraannya pun kurang sesuai apa yang dicontohkan oleh Nabi kita. Dalam mengantisipasi hal diatas Kami Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar mengadakan Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah. Kegiatan ini berlangsung di Masjid Taqwa Bureccenge Desa Abbanuange dengan jumlah peserta yang mencukupi tentu banyak dari kalangan Orang tua dan Tokoh Masyarakat termasuk para Imam Desa. Sebagai Pemateri dalam kegiatan ini Ustadz Suardi selaku perwakilan dari Kantor Urusan Agama Kec. Lilirilau Kab. Soppeng. Dalam penjelasannya Ustadz Suardi memberikan beberapa hal yang berkaitan tentang Kematian dan tanda-tandanya. Setelah memberikan penjelasan tentang hal diatas, beliau langsung menuntun tata cara penyelenggaran Jenazah, yang di mulai dari tata cara Memandikan, Mengkafani, Menshalatkan, dan Cara Menguburkan Jenazah. Salah seorang peserta dari kalangan Orang tua dan Tokoh Masyarakat sangat terkesan kegiatan ini karena beliau tidak pernah mengikuti Pelatihan sebelumnya, dan Insya Allah Pelatihan ini akan kembali diselenggarakan oleh Ustadz Suardi beliau siap apabila ada masyarakat yang membutuhkan tenaganya.

    D. Permasalahan

    Adapun Permasalahan pelaksanaan program kerja tentang pelatihan penyelenggaraan Jeazah di desa Abbanuange sebagai berikut:

    Berdasarkan hasil survei yang dilakukan selama 3 hari, ditemukan beberapa masalah yang memungkinkan untuk diselesaikan selama masa Kuliah Kerja Nyata, di antaranya :

    Masih banyak warga yang belum memahami cara merawat jenazah

    Beberapa tata cara merawat jenazah yang berlaku di masyarakat masih tidak sesuai dengan ajaran islam

    Masih banyak warga yang belum tahu bacaan dalam shalat Jenazah

    Kurangnya sosialisasi dari KUA tentang pentingnya pelatihan penyelenggaraan Jenazah

  • 19

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    E. Tujuan/ Target a. Tujuan

    Tujuan dari pelaksanaan program kerja adalah untuk mengajarkan dan memberi informasi serta wawasan baru dalam pelatihan penyelenggaraan Jenazah.

    b. Target/sasaran Pada dasarnya KKN (Kuliah Kerja Nyata) mempunyai 2 kelompok sasaran yaitu seluruh Imam dusun di desa Abbanuange dan masyarakat setempat.

    F. Jadwal Pelaksanaan Program Pelaksanaan program tentang pelatihan penyelenggaraan

    Jenazah bertempat di desa Abbanuange Kecematan Lilirilau Kabupaten Soppeng dengan rincian waktu kegiatan sebagai berikut:

    No. Tanggal Waktu Tempat

    1. 12 Mei 2017 13.00-selesai Masjid Nuruttaqwa

    G. Pendanaan Dana yang dikeluarkan pada pelaksanaan program Pelatihan

    penyelenggaraan Jenazah yaitu sebesar Rp. 165.000 dengan rincian sebagai berikut:

    No. Nama Barang Jumlah Harga (Rp)

    1. Kain kafan 15 Meter Rp. 30.000

    2. Kapas 1 Bungkus Rp. 5.000

    3. Konsumsi 50 Kotak Rp. 30.000

    4. Uang Trasportasi 1 Orang Rp. 100.000

    Total Rp. 165.000

  • 20

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    BAB II METODE PELAKSANAAN PROGRAM

    A. Metode Intervensi Sosial Intervensi sosial dapat diartikan sebagai cara atau strategi

    memberikan bantuan kepada masyarakat (individu, kelompok, dan komunitas). Intervensi sosial merupakan metode yang digunakan dalam praktik di lapangan pada bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial adalah dua bidang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan seseorang melalui upaya memfungsikan kembali fungsi sosialnya.

    Intervensi sosial adalah upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok, maupun komunitas. Dikatakan perubahan terencana agar upaya bantuan yang diberikan dapat dievaluasi dan diukur keberhasilan. Intervensi sosial dapat pula diartikan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki keberfungsian sosial dari kelompok sasaran perubahan, dalam hal ini, individu, keluarga, dan kelompok. Keberfungsian sosial menunjuk pada kondisi dimana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya sesuai dengan harapan lingkungan dan peran yang dimilikinya.

    KKN UIN Alauddin Angkatan ke-54 menggunakan metode intervensi social dalam melakukan pendekatan kepada warga masyarakat di Desa Samangki sebagai salah satu metode dalam mengatasi masalah sosial dan sumber daya manusia (SDM) di Desa Abbanuange. Melalui pendekatan inilah bisa diketahui kemampuan dan kebutuhan masyarakat desa.

    Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan survey awal dengan melakukan interaksi dengan masyarakat untuk menggali informasi yang diperlukan untuk menyusun program kerja yang diperlukan masyarakat. Setelah melakukan survey maka dilakukan pendekatan yang lebih intens kepada tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama yang memilki peran sentral di masyarakat. Dari tahap survey awal tersebut dibuatlah program kerja Jum’at Bersih sebagai salah satu program kerja yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya masalah kebersihan terkhusus kebersihan tempat ibadah.

    1. Tujuan Intervensi Sosial Tujuan utama dari intervensi sosial adalah memperbaiki fungsi sosial

    orang (individu, kelompok, masyarakat) yang merupakan sasaran

  • 21

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    perubahan ketika fungsi sosial seseorang berfungsi dengan baik, diasumsikan bahwa kodisi sejahteraan akan, semakin mudah dicapai. Kondisi sejahtera dapat terwujud manakala jarak antara harapan dan kenyataan tidak terlalu lebar.melalui intervensi sosial hambatan-hambatan sosial yang dihadapi kelompok sasaran perubahan akan diatasi. Dengan kata lain, intervensi sosial berupa memperkecil jarak antara harapan lingkungan dengan kondisi riil klien. 2. Fungsi Intervensi

    Fungsi dilakukannya dalam pekerjaan sosial, diantaranya: 1. Mencari penyelesaian dari masalah secara langsung yang

    tentunya dengan metode pekerjaan sosial. 2. Menghubungkan kelayan dengan system sumber 3. Membantu kelayan menghadapi masalahnya 4. Menggali potensi dari dalam diri kelayan sehingga bisa

    membantunya untuk menyelesaikan masalahnya 3. Tahapan dalam intervensi

    Menurut Pincus dan Minahan,intervensial sosial meliputi tahapan sebagai berikut: 1) Penggalian masalah,merupakan tahap di mana pekerja sosial

    mendalami situasi dan masalah klien atau sasaran perubahan.Tujuan dari tahap penggalian masalah adalah membantu pekerja sosial dalam memahami,mengindetifikasi,dan menganalisis faktor-faktor relevan terkait situasi dan masalah tersebut,pekerja sosial dapat memutuskan masalah apa yang akan ia selesaikan,tujuan dari upaya perubahan,dan cara mencapai tujuan.panggilan masalah apa yang akan ia selesaikan, tujuan dari upaya perubahan,dan cara mencapai tujuan.penggalian masalah terdiri dari beberapa konten,di antaranya

    Identifikasi dan penentuan masalah Analisis dinamika situasi sosial Menentukan tujuan dan target Menentukan tugas dan strategi Stalibilitasi upaya perubahan

    2) Pengumpulan data,merupakan tahap di mana pekerja sosial mengumpulkan informasi yang dibutuhkan terkait masalah yang akan diselesaikan.dalam memalukan pengumpulan data,terdapat tiga cara yang dapat dilakukan yaitu: pertanyaan, observasi, penggunaan data tertulis.

    3) Melakukan kontak awal

  • 22

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    4) Negosiasi kontrak, merupakan tahap di mana pekerja sosial menyempurnakan tujuan melalui kontrak pelibatan klien atau sasaran perubahan dalam upaya perubahan

    5) Membentuk sistem aksi,merupakan tahap dimana pekerja sosial menentukan system aksi apa saja yang akan terlibat dalam upaya perubahan.

    6) Menjaga dan menggkordinasiakan sistem aksi,merupakan tahap dimana pekerja sosial melibatkan pihak-pihak yang berpengaruh terhadap tercapainya tujuan perubahan.

    7) Memberikan pengaruh 8) Terminasi

    4. Jenis-jenis pelayanan yang diberikan adalah: Secara umum pelayanan diberikan kepada masyarakat dalam rangka

    menciptakan hubungan sosial dan penyusaian sosial secara serasi dan harmonis diantara lansia,lansia dan keluarganya,lansia dan petugas serta masyarakat sekitar.

    B. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyaraat

    Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

    kita terhadap proses pembelajaran.(Sanjaya, 2008:127). Pemberdayaan adalah proses pembangunan sumber daya manusia/masyarakat itu sendiri dalam bentuk penggalian kemampuan pribadi, kreatifitas, kompetensi, dan daya piker serta tindakan yang lebih baik dari waktu sebelumnya.

    Berdasarkan pengertian kedua hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat sebagai titik tolak atau landasan atau apa yang mendasar yang harus kita lakukan dalam menggali potensi yang ada di masyarakat. Maka diperlukan sebuah solusi terhadap permasalahan yang dihadapi atau problem solving. Problem solving dapat diartikan sebagai suatu proses mental dan eloktual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tetap dan cermat (Hamalik,199 : 151). Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identifikasi untuk ke tahap sintesis kemudian dianalisis yaitu pemilihan seluruh masalah sehingga mencapai tahap aplikasi selanjutnya kompresi untuk mendapatkan solusi dalam penyelesaian masalah tersebut. Pendapat lain problem solving adalah suatu pendekatan dimana langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya.

  • 23

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Sebagai langkah pemecahan masalah kurang pahamnya masyarakat tentang tata cara penyelenggaraan jenazah maka alternatifnya adalah menyediakan wadah bagi masyarakat untuk belajar bersama dengan memberikan penyuluhan tentang permasalahan tersebut. Pendekatan yang dilakukan berupa himbauan sekaligus mengundang masyarakat secara langsung dalam kegiatan penyuluhan tata cara penyelenggaraan jenazah. C. Bentuk Pengabdian

    Ada beberapa bentuk pengabdian pada Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Alauddin Makassar angkatan ke-54.

    a. Pendidikan Masyarakat Pendidikan Masyarakat diartikan sebagai layanan pendidikan yang

    diperuntukan bagi masyarakat tanpa melihat perbedaan tingkat pendidikan, usia, status sosial, ekonomi, agama, suku dan kondisi mental fisiknya, yang mempunyai keinginan untuk menambah dan atau meningkatkan kompetensi untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

    Pada tahap ini bentuk pengabdian ini bersifat pembelajaran bersama dengan masyarakat (learn togheter). Hubungannya bersifat intens karena kedua pihak saling membutuhkan informasi. Pada tahap ini pengetahuan dan pengalaman keduanya pada tingkatan yang hamper sama.

    b. Pendampingan Masyarakat Pada tahap ini, bentuk pengabdiannya bersifat memberikan

    arahan-arahan (directing) kepada masyarakat terhadap hal-hal atau permasalahan yang belum mendapatkan jalan keluarnya. Dalam hal ini, derajat pengetahuan dan pengalaman yang dimilki memilki perbedaan yang cukup jauh. Hal ini dapat terjadi secara umum dikarenakan tingkat pendidikan yang berbeda.

    c. Advokasi Advokasi dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan atau

    langkah untuk bagaimana memberikan dorongan (motivation) kepada masyarakat agar tetap senantiasa menjaga lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini dikarenakan manusia itu sendiri merupakan bagian dari lingkungan. Oleh karena itu, untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan maka yang menjadi sentral dalam pembinaan adalah manusia itu sendiri sebagai subjek sentral dalam berbagai tingkat kehidupan di bumi ini. Pemahaman ini sangat penting untuk mendukung keberlanjutan kehidupan di bumi ini. Jika tidak, bagaimana bumi/lingkungan ini akan tetap lestari jika semangat untuk menjaga lingkungan tidak ada lagi.

  • 24

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    BAB III KONDISI DESA ABBANUANGE

    A. Kecamatan Lilirilau Secara Umum 1. Sebelum Berstatus Kecamatan

    Seperti kita ketahui bahwa, sebelum keluarnya Undang-Undang No. 29 Tahun 1959 Daerah Soppeng ini berstatus Swapraja yang terdiri dari 7 Wanua yang setingkat dengan Distrik yaitu :

    a. Wanua Lalabata Ibu Negerinya Watansoppeng b. Wanua Lilirilau Ibu Negerinya Cabenge c. Wanua Liliriaja Ibu Negerinya Cangadi d. Wanua Marioriawa Ibu Negerinya Batu-batu e. Wanua Marioriwawo Ibu Negerinya Takalalla f. Wanua Pattojo Ibu Negerinya Maccini g. Wanua Citta Ibu Negerinya Pacongkang

    Khusus Wanua Lilirilau lazim juga disebut “LOMPENGENG” yang dikepalai oleh seorang Kepala Wanua yang bergelar “ARUNG LOMPENGENG”.

    Wanua Lilirilau terbagi atas 4 Wanua bawahan masing-masing :

    a. Wanua Bawahan Lompengeng Kepalanya Bergelar Sulewatan b. Wanua Bawahan Pajalesang Kepalanya Bergelar Sulewatang c. Wanua Bawahan Macanre Kepalanya Bergelar Sulewatang d. Wanua Bawahan Baringeng Kepalanya Bergelar Arung

    Tiap-tiap Wanua bawahan terbagi atas kampong-kampung yang dikepalai oleh seorang yang bergelar “MATOA” antara lain :

    Wanua Bawahan lompengeng terdiri atas 10 Kampung yaitu

    a. Kampung Salaonro kepalanya bergelar Kepala Salaonro b. Kampung Kecce kepalanya bergelar Kepala Kecce c. Kampung Paroto kepalanya bergelar Matoa Paroto d. Kampung Marale kepalanya bergelar Matoa Marale e. Kampung Tetewatu kepalanya bergelar Matoa Tetewatu f. Kampung Abbanuange kepalanya bergelar Kepala Abbanuange g. Kampung PeppaE kepalanya bergelar Kepala PeppaE h. Kampung Saleng kepalanya bergelar Kepala Saleng i. Kampung Ujung kepalanya bergelar Kepala Ujung j. Kampung Berru kepalanya bergelar Kepala Berru

    Wanua Bawahan Pajalesang terdiri atas 5 Kampung yaitu

  • 25

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    a. Kampung Allimbangeng kepalanya bergelar Kepala Allimbangeng

    b. Kampung Talipu kepalanya bergelar Kepala Talipu c. Kampung Sumpang Salo kepalanya bergelar Kepala Sumpang

    Salo d. Kampung Pajalesang kepalanya bergelar Matoa Pajalesang e. Kampung Lenrang kepalanya bergelar Matoa Lenrang

    Wanua Bawahan Macanre terdiri atas 2 Kampung yaitu :

    a. Kampung Toawo kepalanya bergelar Kepala Toawo b. Kampung Macanre kepalanya bergelar Matoa Macanre

    Wanua Bawahan Baringeng terdiri dari 10 Kampung yaitu :

    a. Kampung Tanjonge kepalanya bergelar Kepala Tanjonge b. Kampung Pompulu kepalanya bergelar Kepala Pompulu c. Kampung Mappalakkae kepalanya bergelar Kepala Mappalakkae d. Kampung Takku kepalanya bergelar Kepala Takku e. Kampung Buruccenge kepalanya bergelar Kepala Buruccenge f. Kampung Leppangeng kepalanya bergelar Kepala Leppangeng g. Kampung Masing kepalanya bergelar Matoa Masing h. Kampung Lagoe kepalanya bergelar Matoa Lagoe i. Kampung Bila kepalanya bergelar Matoa Bila j. Kampung Palero kepalanya bergelar Matoa Palero

    2. Setelah Berstatus Kecamatan

    Kecamatan Lilirilau dibentuk bersama-sama dengan Kecamatan-kecamatan lainnya dalam Kabupaten Soppeng, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Tenggara tanggal 16 Agustus 1961 Nomor 1100 dalam rangka reorganisasi Pemerintahan Administrasi terendah di Sulawesi Selatan Tenggara dalam Tahun 1961. Kabupaten Soppeng terdiri 7 Wanua (Distrik) dilebur menjadi 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Lalabata, Kecamatan Lilirilau, Kecamatan Liliriaja, Kecamatan Marioriawa dan Kecamatan Marioriwawo. Sedangkan 2 Wanua lainnya masing-masing Wanua Citta dimasukkan dalam wilayah Keacamatan Lilirilau dan Wanua Pattojo dimasukkan dalam wilayah Kecamatan Liliriaja.

    Dengan terbentuknya Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Soppeng, Kecamatan Lilirilau mengalami perubahan-perubahan baik

  • 26

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Daerah Hukumnya maupun Struktur Organisasi Pemerintah/Aparatnya yaitu :

    a. Daerah Hukumnya :

    a. Kampung Lenrang tadinya masuk wilayah Kecamatan Lilirilau tetapi mengalami perubahan, maka masuk Wilayah Kecamatan Liliriaja.

    b. Wanua (Distrik) Citta yang terdiri dari 11 Kampung dilebur seluruhnya, 10 Kampung dimasukkan ke Wilayah Kecamatan Lilirilau dan 1 Kampung dimasukkan kedalam Wiyaha Kecamatan Liliriaja.

    c. Kampung Kebo dan Lompulle dari wilayah Kecamatan Liliriaja masuk ke Wilayah Kecamatan Lilirilau.

    d. Jadi Wilayah Kecamatan Lilirilau semula berukuran 1 Kampung, tetapi akhirnya bertambah 12 Kampung sehingga daerah hukumnya bertambah luas, dari 27 kampung menjadi 38 Kampung.

    b. Struktur Organisasi Pemerintahan/Aparatnya.

    1) Kepala Wanua yang bergelar Arung Lompengeng diganti dengan sebutan Kepala Kecamatan dan status Pegawai Negeri

    2) Wanua bawahan dihapuskan menjadi Pegawai Negeri dan seorang diantaranya di pensiunkan, yaitu Sulewatang Macanre.

    c. Pembentukan Desa Gaya Baru

    Dalam rangka pembentukan Desa Gaya Baru di Sulawesi Selatan, maka di Kabupaten Soppeng termasuk di Kecamatan Lilirilau telah 2 kali mengalami reorganisasi kampung-kampung yaitu beberapa beberapa kampung digabung menjadi 1 gabungan kampong, kemudian diberi nama “Desa Gaya Baru”.

    Pertama, dilakukan pada Tahun 1963 berdasarkan Surat Keputusan DPRD GR Kabupaten Soppeng No. 19/DPRD-GR/63 Tanggal 10 April 1963 yaitu dari 176 kampung menjadi 66 kampung (Desa Gaya Baru) dimana Kecamatan Lilirilau dari 38 Kampung menjadi 14 Desa Gaya Baru. Kedua, dilakukan pada Tahun 1968, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan tanggal 20 Desember 1965 No. 450/XII/1965 jo Surat Keputusan DPRD Kabupaten Soppeng No. 43/DPRD/1967 tanggal 22 Desember 1967 yaitu dari 66 Desa

  • 27

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    GayaBaru yang diberi nama Wanua, dimana Kecamatan Lilirilau terdapat 6 Desa Gaya Baru (Wanua).

    Sehubungan dengan Pembentukan Desa Gaya Baru, maka 4 buah kecamatan dalam Kabupaten Soppeng termasuk Kecamatan Lilirilau mengalami perubahan-perubahan yaitu :

    a. Bekas wilayah Wanua (Distrik) Citta yang dimasukkan dalam Kecamatan Lilirilau dikeluarkan seluruhnya dan dimasukkan dalm Wilayah Kecamatan Liliriaja.

    b. Sebutan Desa Gaya Baru Lama (Mattanru) yang diliputi 2 buah kampung dari Kecamatan Liliriaja dimasukkan dalam wilayah Kecamatan Lilirilau.

    Dengan terbentuknya Desa Gaya Baru yang diberi nama “Wanua” sebagai hasil Reorganisasi kampung-kampung yang kedua, dan perubahan-perubahan batas wilayah hukum Kecamatan, maka Kecamatan Lilirilau yang tadinya terdiri 14 Desa Gaya Baru, sekarang menjadi 6 Wanua yaitu :

    a. Wanua Pajalesang Ibu Negerinya Pajalesang b. Wanua Ujung Ibu Negerinya Ujung c. Wanua Tetewatu Ibu Negerinya Tetewat d. Wanua Abbanuange Ibu Negerinya Abbanuange e. Wanua Baringeng Ibu Negerinya Baringeng f. Wanua Lompulle Ibu Negerinya Lompulle

    Tiap-tiap Wanua dikepalai oleh seorang Kepala Wanua dan meliputi beberapa lingkungan yang dikepalai oleh seorang kepala lingkungan yang bergelar “Matoa”.

    Dengan adanya perbedaan sebutan nama Desa dibeberapa daerah Tk.II di Sulawesi Selatan, maka pemerintah daerah Tk. I Sulawesi Selatan menetapkan nama Desa yang berlaku umum pada daerah-daerah Tk.II di Sulawesi Selatan dengan Surat Keputusannya No. 309/IX/73 tanggal 11 September 1973 pada pasal 1.

    Dengan berpedoman pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk.I Sulawesi Selatan No. 308/IX/1973 pasal 3 ayat 1,2 dan 3 yang isinya mengatur tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi berdirinya Desa baru hasil pemekaran, maka dengan berdasar pada surat Bupati Kepala Daerah Tk. II Soppeng maka keluarlah Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No. 757/XI/1977 Tanggal 3 Nopember

  • 28

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    1977 tetang persetujuan penambahan Desa di Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, setelah mendapat pengesahan dari Menteri Dalam Negeri dengan suratnya tanggal 12 April 1977 tentang penambahan jumlah Desa di Kecamatan lilirilau dari 6 buah menjadi 7 buah desa, dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Sulawesi Selatan No. 175/II/1989 tanggal 17 Februari 1989 tentang pembentukan Desa Persiapan manjadi DESA dalam wilayah Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, maka Kecamatan LIlirilau mendapat penambahan dari 7 buah Desa menjadi 9 Desa, yaitu :

    1. Kelurahan Pajalesang

    2. Desa Tetewatu

    3. Desa Abbanuange

    4. Kelurahan Ujung

    5. Kelurahan Macanre

    6. Desa Lompulle

    7. Desa Kebo

    8. Desa Baringeng

    9. Desa Masing

    Dan selanjutnya dari 9 Desa berdasarkan surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sulawesi Selatan No. 1121/IX/1989 Tanggal 25 September 1989 tentang pengesahan Desa Persiapan dalam wilayah Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, di Kecamatan Lilirilau dari 9 Desa ditambah lagi 3 Desa persiapan menjadi 12 Desa yaitu :

    A Kelurahan Pajalesang b Desa Tetewatu

    Kampung Pajalesang Dusun Tonronge

    Kampung Cabenge Dusun Callawe

    Kampung Sumpang Salo

    C Desa Abbanuange d Kelurahan Ujung

    Dusun Abbanuange Kampung Berru

    Dusun Peppae Kampung Salaonro

  • 29

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Dusun Saleng

    E Kelurahan Macanre f Desa Lompulle

    Kampung Macanre Dusun Alliwengeng

    Kampung Toawo Dusun Mattanru

    g Desa Kebo h Desa Baringeng

    Dusun Watnlompulle Dusun Baringeng

    Dusun Kebo Dusun Tanjonge

    I Desa Masing J Desa Pers. Parenring

    Dusun Masing Dusun Temmakatue

    Dusun Buruccenge Dusun Dungriaja

    Dusun Batu

    k Desa Pers. Paroto L Desa Pers. Palangiseng

    Dusun Paroto Dusun Bila

    Dusun Marale Dusun Palero

    Dusun Kecce

    Kecamatan Lilirilau sebelum berstatus Kecamatan di sebut Wanua

    yang setingkat dengan “Distrik” bagi tanah-tanah GAU ER NAMEN di Sulawesi Selatan, Kepala Wanua Lilirilau bergelar “ARUNG LOMPENGENG” wilayah hukumnya 4 Wanua bawahan dan 27 Kampung. Setelah berstatus kecamatan pada tahun 1962 istilah Wanua dihapuskan dan Lilirilau meliputi 38 Kampung. Pada Tahun 1968 dengan diadakan reorganisasi Desa Gaya Baru, maka Kecamatan Lilirilau hanya terdiri dari 6 Wanua yang setingkat dengan Desa. Pada Tahun 1977 adanya pemekaran Desa dalam Daerah Tk.II Soppeng, maka Kecamatan Lilirilau dari 6 Desa menjadi 7 Desa. Pada Tanggal 17 Februari 1989 pemekaran Desa untuk kedua kalinya di kecamatan

  • 30

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    lilirilau dari 7 Desa menjadi 9 Desa. Kemudian pada Tanggal 25 September 1989 pemekaran Desa untuk ketiga kalinya dalam Daerah Tk. II Soppeng dimana Kecamatan Lilirilau yang terdiri dari 9 Buah Desa menjadi 12 Buah Desa/Kelurahan.

    B. Desa Abbanuange

    1. Sejarah Singkat Nama Abbanuange Nama Abbanuange berarti tempat berkumpul, bersatu. Dinamakan

    demikian menurut sejarahnya dikarenakan pada zaman dahulu desa Abbanuange dijadikan tempat berkumpul bagi orang-orang dari luar Abbanuange temasuk dari daerah yang berdekatan dengan Kabupaten Soppeng seperti Bone.

    2. Letak Geografis Desa Abbanuange merupakan salah satu Desa dari dua belas (12) desa yang ada di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Desa Abbanuange merupakan desa/kelurahan terluas di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng dengan total luas wilayah sebesar 29 km2 sedangkan daerah dengan luas terkecil adalah Kelurahan Macanre yaitu 4 km2. Selain itu, Desa Abbanuange merupakan desa dengan ketinggian tertinggi di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng yang berada pada ketinggian 70-155 meter di atas permukaan laut, sedangkan yang memilki ketinggian terendah adalah Kelurahan Cabenge, Kelurahan Pajalesang, Kebo, dan Macanre yang memilki ketinggian berkisar antara 10-30 meter di atas permukaan laut. Berikut ini perbandingan ketinggian tiap-tiap desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng sebagai berikut.

    Desa/Kelurahan Ketinggian

    Pajalesang 10-30

    Cabenge 10-30

    Paroto 10-130

    Palangiseng 40-90

    Tetewatu 50-150

    Abbanuange 70-155

  • 31

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Parenring 50-150

    Ujung 10-50

    Masing 45-100

    Baringeng 15-105

    Kebo 10-30

    Macanre 10-30

    Jarak terdekat ke ibukota Kecamatan adalah Kelurahan Pajalesang dan Cabenge yaitu 1 km sedangkan desa yang memilki jarak terjauh ke Ibukota Kecamatan adalah Desa Palangiseng yaitu 22 km. Sementara Desa Abbanuange memilki jarak kedua terjauh setelah Desa Palangiseng yaitu 21 km. Berikut tabel perbandingan jarak masing-masing Desa/Kelurahan ke Ibukota Kecamatan sebagai berikut.

    Desa/Kelurahan Jarak Ke (Km)

    Ibukota Kec Ibukota Kab

    Pajalesang 1 12

    Cabenge 1 13

    Paroto 9 22

    Palangiseng 22 34

    Tetewatu 15 21

    Abbanuange 21 33

    Parenring 11 19

    Ujung 6 18

    Masing 16 20

  • 32

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Baringeng 8 21

    Kebo 8 21

    Macanre 2 14

    3. Pemerintahan Dari delapan desa yang ada di Kecamatan Lilirilau, Desa Abbanuange memilki empat dusun dibandingkan desa-desa yang lain yang rata-rata terdiri dari dua dusun. Dimana masing-masing desa memilki badan Permusyawaratan Desa (BPD). Berikut struktur organisasi Pemerintahan Desa Abbanuange sebagai berikut.

    STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN

    DESA

    Kepala Desa

    SAPIRUDDIN

    BADAN PERMUSYAWARATAN

    DESA (bpd)

    LPM / Lembaga Adat, BKAD & BUMDes

    Sekretaris Desa

    BABA, S.Sos

    Kaur Keuangan

    Kaur Umum

    Kaur Administrasi

    Kasi Kesejahtera

    an

    Kasi Pembangun

    an

    Kasi Pemerinta

    han

    Kadus Abbanuange

    Kadus

    Peppae

    Kadus Saleng

    Kadus Berru

  • 33

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    4. Jumlah Penduduk Tahun 2015 jumlah penduduk Desa Abbanuange berjumlah 3.363 yang terdiri dari 1.538 penduduk laki-laki dan 1.825 penduduk perempuan. Sementara jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng adalah Kelurahan Pajaleang sebanyak 5.320 jiwa sedngkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Tetewatu sebanyak 1.542 jiwa. Berikut tabel perbandingan jumlah penduduk Desa?Kelurahan di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng sebagai berikut.

    Desa/Kelurahan Jenis kelamin

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    Pajalesang 2.528 2.792 5.320

    Cabenge 2.121 2.387 4.508

    Paroto 1.171 1.130 2.501

    Palangiseng 851 981 1.832

    Tetewatu 717 825 1.542

    Abbanuange 1.538 1.825 3.363

    Parenring 937 1.023 1.960

    Ujung 1.164 1.824 3.488

    Masing 1.017 1.175 2.192

    Baringeng 2.751 3.182 5.993

    Kebo 1.307 1.640 2.947

    Macanre 1.414 1.614 3.028

    Lilirilau 18.068 20.598 38.614

  • 34

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    5. Pendidikan Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam pembangunan bangsasehingga dalam pelaksanaannya harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Abbanuange yaitu adanya bangunan gedung sekolah berjumlah empat buah yaitu:

    a. SDN 129 Abbanuange yang terletak di Dusun Abbanuange b. SDN 173 Tocampu yang terletak di Dusun Peppae c. SDN 252 Patiroi yang terletak di Dusun Berru d. SDN 131 Saleng yang terletak di dusun Saleng

    Selain sarana dan prasarana pendidikan umum, di Desa Abbanuange juga terdapat sarana dan prasarana pendidikan agama berupa Taman Pengajian al-Qur’an (TPA) yaitu:

    a. TPA Sipurioe, b. TPA Sipurennue c. TPA at-Taubah

    Selain kedua TPA tersebut, masih ada beberapa TPA yang bersifat tradisional atau belum terdaaftar di pemerintahan.

    6. Kesehatan Sarana dan prasrana kesehatan di Desa Abbanuange hanya memilki sebuah Puskesmas yaitu Puskesmas Cakkuridi yang berlokasi di Dusun Abbanuange. Sarana dan prasarana kesehatan ini masih tergolong minim dikarenakan dengan luas wilayah paling luas di Kecamatan Lilirilau, seharusnya Desa Abbanuange memilki lebih dari satu sarana dan prasarana kesehatan mengingat akses menuju puskesmas Cakkuridi masih tergolong jauh dari tiga dusun yang ada di desa Abbanuange. Sementara menurut Data Statistik Daerah Lilirilau tahun 2016 menyatakan bahwa infeksi saluran pernapasan merupakan penyakit yang banyak di derita masyarakat di kecamatan Lilirilau. Berdasarkan hal ini seharusnya fasilitas kesehatan di Desa Abbanuange dapat ditambah, minimal tersedianya fasilitas pertolongan pertama sebelum akhirnya penderita penyakit dibawa ke fasilitas kesehatan yang memadai baik dari segi peralatan maupun tenaga kesehatannya.

    7. Pertanian dan Perdagangan Pada umumnya masyarakat Desa Abbanuange berprofesi sebagai petani terutama petani jagung dikarenakan wilayahnya yang terletak di dataran tinggi. Selain itu, beberapa penduduk juga ada yang berprofesi sebagai petani cokelat. Sementara untuk perdagangan masyarakat menjual hasil panennya ke pengepul untuk selanjutnya dijual ke Kota

  • 35

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Makassar. Sementara fasilitas perdaganagn yang ada di Desa Abbanuange hanya berupa toko/warung yang berjumlah 21 dan rumah makan sebanyak 3 buah.

  • 36

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    BAB IV DESKRIPSI DAN HASIL PEMBERDAYAAN

    DI DESA ABBANUANGE A. Kerangka Pemecahan Masalah

    Dalam mempermudah analisis terhadap satu per satu permasalahan desa dapat dilakukan dengan menggunakan metode Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats). Metode analisis SWOT adalah metode praktis yang digunakan untuk mencari tahu kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan dari setiap permasalahan. Dalam suatu permasalahan, dapat digali kekuatan atau potensi yang sudah dimiliki, kemudian dicari kelemahan yang ada sehingga hal tersebut menjadi suatu permasalahan. Lebih jauh lagi, upaya pemecahan masalah digali melalui kesempatan atau dukungan suportif yang dimiliki serta meluruskan hambatan yang ada. Penjelasan permasalahan desa melalui metode analisis SWOT akan diuraikan per dusun atau perlokasi binaan KKN, yaitu :

    Matrik SWOT 01 Bidang Keagamaan

    Strenghts Weakness Opportunities Threats

    Masyarakat Desa Abbanuange sangat mendukung kegiatan Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah yang dilaksanakan oleh Mahasiswa KKN.

    Masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang cara menyelenggarakan jenazah dengan baik dan benar

    Masyarakat sangat antusias dengan diadakannya program tersebut terlebih program tersebut mendapat respon yang baik dari pemerintah dalam hal ini Kantor Urusan Agama.

    Permasalahan waktu masyarakat yang kurang untuk mengikuti kegiatan terbatas sehingga harus menyesuaikan dengan waktu yang singkat, dampaknya kurang maksimalnya pelaksanaan program ini.

    Dari matrik SWOT di atas, maka kelompok kami menyusun program Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah di Masjid Nuruttaqwa, Desa Abbanuange

  • 37

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    B. Bentuk dan Hasil Pelayanan dan Pengabdian ke Masyarakat

    Bidang Keagamaan

    Nama Kegiatan Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah

    Tempat / Tanggal Di Masjid Nuruttqawa, Kampung Tengah, Dusun Abbanuange, Desa Abbanuange, 1 x Selama KKN

    Lama pelaksanaan 1 x selama KKN

    Tim Pelaksana Penanggung Jawab : Muh Nur Alim Tompo dan Nur Almaidah Tul Jannah

    Kontributor : Seluruh Anggota Kelompok

    Tujuan Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pelaksanaan penyelenggaraan jenazah sebagai salah satu kewajiban sesame manusia.

    Sasaran Masyarakat Desa Abbanuange secara keseluruhan

    Target Masyarakat Desa Abbanuange memahami tata cara penyelenggaraan jenazah dengan baik dan benar sesuai tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits Rasulullah saw

    Deskripisi Kegiatan

    Kegiatan ini bersifat temporer yang dilaksanakan satu kali selama masa KKN

    Hasil Kegiatan 1 x proses kegiatan penyuluhan tata cara penyelenggaraan jenazah selama KKN berlangsung

    C. Faktor-Faktor Pencapaian Hasil

    Dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan. Terdapat faktor

  • 38

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    pendorong dan penghambat jalannya program pelayanan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Abbanuange di antaranya :

    1. Faktor Pendorong a. Dana dari iuran mahasiwa KKN dan sumbangan para donatur b. Antusiasme masyarakat Desa Abbanuange yang tinggi c. Kurangnya pemahaman masyarakat yang terkait

    penyelenggaraan jenazah di Desa Abbanuange. d. Tidak adanya kelompok yang bertugas memandikan jenazah di

    Desa Abbanuange. e. Budaya masyarakat yang mengetahui agama, meski masih

    kurang mengamalkannya f. Masih sedikitnya masyarakat yang memperhatikan tata cara

    penyelenggaraan 2. Faktor Penghambat

    Dalam menjalankan beberapa program kerja selama ber KKN, ada beberapa hambatan mendasar yang kami hadapi, antara lain :

    a. Kurangnya koordinasi dengan setiap RT dari masing-masing RW. Sebagian besar masyarakat terkesan sangat cuek dengan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

    b. Kurangnya sosialisasi dalam setiap kegiatan antara RT dan RW serta kepala desa

    c. Kurangnya partisipasi masyarakat, khususnya pemuda dalam pelaksanaan program kerja KKN

    d. Masih kurangnya kesadaran betapa pentingnya tata cara penyelenggaraan jenazah

    e. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk terus mempelajari tata cara penyelenggaraan jenazah yang baik dan benar

    f. Sulitnya menjalin silahturahmi kepada warga setempat dikarenakan mayoritas warga setempat memiliki pekerjaan sebagai petani kebun dengan waktu kerja dari pagi-sore.

    Penyelesaian dari kendala-kendala di atas yaitu mahasiswa KKN Angkatan ke-54 berupaya berpartisipasi aktif dengan menjadikan beberapa masalah itu menjadi sebuah program kerja. Meski disadari keterbatasan waktu dan kemampuan kami dalam menyelesaikan semua masalah yang ada. Keaktifan dan keikutsertaan membantu program kerja Kepala Desa Abbanuange yang sifatnya bukan program kerja struktural

  • 39

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    namun sangat bermanfaat dalam masyarakat merupakan bagian dari upaya kami melibatkan diri untuk menanamkan karya-karya yang akan dikenang oleh masyarakat. Program kerja yang telah disebutkan terlaksana dengan bauk, berkat dukungan semua pihak meskipun masih perlu perbaikan ke depan.

  • 40

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Merupakan bentuk pengabdian yang

    dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar kepada masyarakat Desa Abbanuange, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng.Program yang dilaksanakan merupakan kegiatan yang berdasarkan hasil survei dan potensi serta permasalahan yang ada di lokasi KKN. Program tersebut berkontribusi aktif dalam penyelaesaian masalah desa yaitu memberikan pemahaman kepada masyarakat tata cara penyelenggaraan jenazah, Mahasiswa KKN telah memberi dampak positif terhadap masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang telah diidentifikasi.

    A. Rekomendasi/Saran

    Berdasarkan kegiatan mahaiswa KKN yang telah dilakukan maka kami telah .merekomendasikan beberapa hal terhadap pihak-pihak tertentu.

    1. Rekomendasi untuk pemerintah setempat

    a. Pemerintah Desa lebih memperhatikan masalah yang berhubungan dengan keagamaan meskipun tidak menjadi program kerja pemerintah secara structural tetapi hal ini menyangkut hak dan kewajiban terhadap sesama manusia.

    b. Masih dibutuhkannya bimbingan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat mengenai tata cara penyelenggaraan jenazah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits Rasulullah saw..

    c. Disarankan kepada pemegang kebijakan untuk tetap mengadakan kegiatan serupa agar pemahaman masyarakat menjadi kuat sehingga apabila terjadi peristia kematian, masyarakat sudah paham apa yang harus dilakukan.

    d. Pemerintah Desa seharusnya mampu membuka paradigma masyarakat tentang pentingnya tata cara penyelenggaraan jenazah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits Rasulullah saw..

  • 41

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    2. Rekomendasi untuk Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M)

    a. Masih terdapat beberapa yang ingin dibenahi dan jadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa maka kami merekomendasikan agar desa ini tetap menjadi desa binaan UIN Alauddin Makassar terkhusus pada Desa Abbanuange sebaiknya penempatan mahasiswa KKN sebaiknya lebih banyak porsi mahasiswa yang sesuai dengan jurusan-jurusan keagamaan.

    b. Untuk kegiatan KKN selanjutnya diharapkan program tersebut dijadikan program pokok oleh UIN Alauddin bersama program yang lain.

    3. Rekomendasi Untuk Pengabdi Selanjutnya Desa Abbanuange masih membutuhkan bimbingan yang

    lebih massive dan intens untuk memahami secara mendalam tentang tata cara penyelenggaraan jenazah yang benar. Diharapakan pengabdi selajutnya menjadikan program-program seperti ini menjadi program yang diutamakan.

  • 42

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    LAMPIRAN PELATIHAN PENYELENGARAAN JENAZAH

  • 43

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    PROGRAM KERJA

    JUM’AT BERSIH

    Di Susun Oleh:

    ADRIANSYAH ARIFIN. S

    NIM: 10200113180

    JURUSAN EKONOMI ISLAM

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    ASWIRA

    NIM: 40300113133

    JURUSAN SASTRA INGGRIS

    FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

    KKN UIN ALAUDDIN MAKASSAR ANGKATAN 54

    DESA ABBANUANGE KEC. LILIRILAU KAB. SOPPENG

    2017

  • 44

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Dasar Pemikiran Program Kerja Jum’at Bersih Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan kegiatan yang bertujuan

    melakukan pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu pelaksanaan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dilakukan dengan pendekatan keilmuan dan sektoral pada tempat dan waktu tertentu. Sebagaimana Direktorat Perguruan Tinggi di Indonesia telah mewajibkan seluruh Perguruan Tinggi untuk melakukan program Pengabdian kepada Masyarakat yaitu dengan pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar sebagai salah satu Perguruan Tinggi Islam di Indonesia juga turut berpartisipasi dalam rangka mensukseskan program tersebut sebagai kegiatan intrakurikuler dengan memadukan Tri Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

    Kuliah Kerja Nyata (KKN) dilaksanakan secara terstruktur dan dan melembaga sebagai bagian dari pelaksanaan kurikulum pendidikan tinggi yang wajib diikuti oleh mahasiswa yang menempuh studi strata satu (S1) di semua universitas di Indonesia termasuk di UIN Alauddin Makassar.

    UIN Alauddin Makassar sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang berlatar belakang keIslaman tentu dalam mengutus mahasiswanya untuk melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tidak terlepas dari program-program kerja yang berkaitan dengan keislaman dan yang sifatnya pembinaan kepada masyarakat. Konsekuensi dari hal tersebut, mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar menginisisai salah satu program kerja yaitu “Jum’at Bersih” sebagai salah satu program kerja untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya kebersihan. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS al-Baqarah: 222 sebagai berikut:

  • 45

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Terjemahnya:

    Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

    Pada akhir ayat dikatakan bahwa Allah mencintai orang-orang yang mensucikan diri. Berdasarkan firman Allah tersebut kita tidak hanya dianjurka untuk mensucikan diri kita sendiri tetapai juga apa yang ada di lingkungan sekitar kita. Dalam ajaran Islam permasalahan bersuci atau thaharah yang didalamnya mengandung unsur-unsur kebersihan sangatlah diperhatikan. Namun, dalam praktik sehari-hari masih jauh dari apa yang diajarkan dalam Islam.

    Melihat tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan semakin berkurang, sebagai langkah antisipatif agar masyarakat tetap peduli akan kebersihan. Meskipun masyarakat desa masih memilki kepedulian akan kebersihan namun ibarat laut yang luas yang dijatuhi air hujan harus tetap saling mengingatkan dalam kebaikan. Terlebih hadits Nabi mengatakan kebersihan adalah sebagian dari iman. Keimanan seseorang dilihat dari bagaimana cara seseorang dalam menjaga kebersihan baik diri maupun lingkungannya.

    B. Gambaran Umum Program Kerja Jum’at Bersih Desa Abbanuange Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng terdiri

    atas empat dusun, yaitu Dusun Abbanuange, Dusun Peppae, Dusun Saleng, dan Dusun Berru. Masjid dan Mushalla berjumlah sepuluh buah yaitu Masjid Baitul Aman, Mushalla Nurul Rahman, Mushalla Nurul Huda, dan Masjid Nuruttaqwa berada di Dusun Abbanuange. Masjid Siratal Mustaqim dan Mushalla Mftahul Khair berada di Dusun Peppae. Masjid Nur Raudatul Jannah dan Masjid Nurul Iman berlokasi di Dusun Saleng. Sedangkan masjid yang ada di Dusun Berru yaitu Masjid Nurussalam dan Mushalla Baitul Iman.

    Melihat jumlah masjid dan mushalla yang ada di setiap dusun Desa Abbanuange yang dibarengi dengan aktivitas masyarakat desa sebagai

  • 46

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    petani kebun yang menyita banyak waktu masyarakat agaknya masalah kebersihan tempat ibadah kurang mendapat perhatian. Terlebih petugas masjid dan mushalla rata-rata sudah berusia lanjut sehingga kemampuan untuk melakukan pekerjaan tersebut menjadi kurang maksimal. Sementara pemuda yang berada di tiap-tiap dusun dapat dikatakan kecitaan akan tempat ibadah masih sangat minim sehingga diperlukan program yang mendukung dan memberikan edukasi bagi pentingnya kebersihan terkhusus kebersihan tempat beribadah.

    C. Permasalahan Selama tahap survei yang kami lakukan beberapa hari semenjak di

    lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Abbanuange kami menemukan beberapa permasalahan terkiait tempat ibadah yaitu kurang terjaganya kebersihan di beberapa mushalla dan masjid. Faktor pertama tidak terjaganya kebersihan tempat ibadah adalah dikarenakan kesibukan masyarakat yang berprofesi sebagai petani yang menyita sebagian besar waktu untuk memperhatikan masalah kebersihan. Kedua, dikarenakan masalah kebersihan dibebankan kepada imam-imam masjid yang sebagian besar telah berusia lanjut sehingga tidak memungkinkan untuk bekerja secara maksimal. Ketiga, tidak adanya remaja masjid yang dapat menjadi ujung tombak dalam menjaga dan merawat masjid dan musholla diarenakan struktur kepengurusan yang belum ada.

    D. Sasaran dan Target Seyogyanya dalam setiap program kerja memiliki target dan sasaran

    yang menjadi fokus. Adapaun sasaran dengan lahirnya program kerja ini adalah semua masjid dan mushalla yang ada di Desa Abbanuange yang berjumlah sepuluh masjid dan mushalla. Sasaran program ini fokus pada kebersihan bagian dalam dan luar masjid yang sifatnya mudah dibersihkan dengan peralatan seadanya. Sedangkan targetnya adalah dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan tempat ibadah tidak hanya ketika diadakan program seperti ini tetapi diharapkan meski tidak ada program kerja, kesadaran masyarakat akan kebersihan tetap terpelihara dan tetap tejaga.

  • 47

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    E. Jadwal Pelaksanaan Program Kerja

    Pelaksanaan Program Kerja Jum’at Bersih dilaksanakan pada:

    No Tanggal Waktu Tempat

    1 07 April 2017 08.00 – 10.00 Masjid Baitul Aman

    2 14 April 2017 08.00 – 10.00 Masjid Nuruttaqwa

    3 21 April 2017 08.00 – 10.00 Mushollah Nurul Rahmann

    4 28 April 2017 08.00 – 10.00 Masjid Nurul Iman

    5 05 Mei 2017 08.00 – 10.00 Masjid Shiratal Mustaqim

    6 12 Mei 2017 08.00 – 10.00 Mushallah Miftahul Khair

    7 19 Mei 2017 08.00 – 10.00 Kantor Desa

    F. Pendanaan dan Sumbangan Pendanaan dan sumbangan pada program kerja Jum’at Bersih,

    yaitu :

    No. Uraian Asal Dana Jumlah

    1 Kontribusi Mahasiswa Rp. 20.000,- x 10 orang

    Rp. 200.000,-

  • 48

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    BAB II

    METODE PELAKSANAAN PROGRAM

    A. Metode Intervensi Sosial Intervensi sosial dapat diartikan sebagai cara atau strategi dalam

    memberikan bantuan kepada masyarakat (individu, kelompok, dan komunitas). Intervensi sosial merupakan metode yang digunakan dalam praktik di lapangan pada bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial.

    Intervensi sosial adalah upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok, maupun komunitas. Dikatakan perubahan terencana karena bantuan yang diberikan dapat dievaluasi dan diukur keberhasilannya. Intervensi sosial dapat pula diartikan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki keberfungsian sosial dari kelompok sasaran perubahan. Fungsi sosial menunjuk pada kondisi dimana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya yang sesuai dengan harapan lingkungan dan peran yang dimilikinya.

    KKN UIN Alauddin Angkatan ke-54 menggunakan metode intervensi social dalam melakukan pendekatan kepada warga masyarakat di Desa Abbanuange sebagai salah satu metode dalam mengatasi masalah sosial dan sumber daya manusia (SDM). Melalui pendekatan inilah bisa diketahui kemampuan dan kebutuhan masyarakat.

    Langkah awal yang dilakukan yaitu dengan melakukan survey atau observasi ke masyarakat yang ada di desa Abbanuange. Dalam hal ini mahasiswa KKN 54 dapat berbaur bersama mereka dan mendengarkan segala keluh kesah yang ada di desa Abbanuange. Mahasiswa KKN dalam hal ini dapat menanyakan informasi mengenai kondisi ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial masyarakat desa. Berdasarkan informasi tersebut kemudian dapat diketahui kemampuan yang dimiliki dan masalah apa saja yang ada di desa tersebutserta apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat dan dapat dikembangkan. Kemudian melakukan suatu rapat untuk mencari suatu solusi yang dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Setelah solusi itu didapatkan maka solusi tersebut dijadikan suatu program kerja yang mencakup hal-hal yang dibutuhkan dengan menitikberatkan pada peningkatan nilai keimanan dan ketaqwaan masyarakat kepada Allah SWT. Hal ini dilakukan dengan melihat banyaknya masyarakat yang belum berpartisipasi pada setiap kegiatan keagamaan.

  • 49

    Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl

    Pelaksanaan program KERJA Jum’at Bersih dapat mendekatkan mahasiswa KKN dengan Masyarakat di Desa Abbanuange. Program ini juga diharapkan mampu menjadi media introspeksi diri dalam menjalani kehidupan sehingga berpengaruh pada daya spritualitas masyarakat Desa Abbanuange, Kec. Lilirilau, Kab. Soppeng.

    a. Tujuan Intervensi sosial Tujuan utama dari intervensi sosial adalah memperbaiki

    fungsi sosial orang (individu, kelompok, masyarakat) yang merupakan sasaran perubahan ketika fungsi sosial seseorang berfungsi dengan baik, diasumsikan bahwa kodisi sejahteraan akansemakin mudah dicapai. Kondisi sejahtera dapat terwujud manakala jarak antara harapan dan kenyataan tidak terlalu longgar. Melalui intervensi sosial hambatan-hambatan sosial yang dihadapi oleh masyarakat akan lebih mudah diatasi. Dengan kata lain, intervensi sosial memperkecil jarak antara harapan lingkungan dengan kondisi riil klien.

    b. Fungsi Intervensi Fungsi dilakukannya dalam pekerjaan sosial, diantaranya:

    a. Mencari penyelesaian dari masalah secara langsung yang tentunya dengan metode pekerjaan sosial.

    b. Menghubungkan kelayan dengan sistem sumber c. Membantu kelayan menghadapi masalahnya d. Menggali potensi yang dimiliki masyarakat sehingga bisa

    membantuuntuk menyelesaikan masalahnya. c. Tahapan dalam intervensi

    Menurut pincus dan minahan,intervensial sosial me