ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI...
Transcript of ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI...
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN
PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)
KOTA TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Fadilah Rahmi Karim
NIM. 1113082000005
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN
PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)
KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Fadilah Rahmi Karim
NIM: 1113082000005
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Dr. Rini, Ak, CA.
NIP. 19760315 200501 2 002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 07 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehesif atas mahasiswa:
1. Nama : Fadilah Rahmi Karim
2. NIM : 1113082000005
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Kota Tangerang
Selatan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Maret 2017.
1. Reskino, SE., M.Si., Ak., CA ( )
NIP. 19740928 200801 2 004 Penguji I
2. Ismawati Haribowo, SE ( )
NIP.19800909 201411 2 003 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 25 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Fadilah Rahmi Karim
2. NIM : 1113082000005
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Kota Tangerang
Selatan”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juli 2017
1. Hepi Prayudiawan, S.E., MM., Ak., CA
NIP. 19720516 200901 1 006
( )
Ketua Penguji
2. Reskino., SE., M.Si., Ak., CA
NIP. 19740928 200801 2 004
( )
Penguji Ahli
3. Dr. Rini., Ak., CA
NIP. 19760315 200501 2 002
( )
Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Fadilah Rahmi Karim
No. Induk Mahasiswa : 1113082000005
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 17 Juli 2017
Yang Menyatakan,
(Fadilah Rahmi Karim)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Fadhilah Rahmi Karim
2. Tempat, Tanggal Lahir : Guntung, 22 Agustus 1995
3. Alamat : Jl. Legoso Raya No. 44 RT 03/07,
Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan
15419
4. No.Telp : 0878-1884-4323
5. Alamat e-mail : [email protected]
II. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Abdul Karim Hasba, A.Ma.Pd
2. Ibu : Zuraidah, A.Ma.Pd
3. Anak ke : 3 dari 3 bersaudara
III. PENDIDIKAN
Tahun 2001 – 2007 : SD Negeri 014721 Empat Negeri,
Batu Bara, Sumatera Utara
Tahun 2007 – 2010 : MTs Negeri Lima Puluh, Batu Bara,
Sumatera Utara
Tahun 2010 – 2013 : SMA Negeri 1 Lima Puluh, Batu Bara,
Sumatera Utara
Tahun 2013 – 2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
IV. PENGALAMAN ORGANISASI DAN KERELAWANAN
1. Bendahara Umum, OSIS MTs Negeri Lima Puluh (2008-2010).
2. Ketua Umum Pentas Seni, OSIS SMA Negeri 1 Lima Puluh (2012).
3. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi bidang Ekonomi
Kreatif (2014-2015).
vii
4. Anggota Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(2015-2016).
5. Anggota LDK KOMDA Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2014-2015).
6. Bendahara di Gerakan Banten Mengajar (2015-2016).
7. Volunteer di Program AKSI 2.0 Sayap Dewantara (SADEWA) Indonesia,
Pameungpeuk, Garut, Januari 2014.
8. Volunteer di acara JURNALISTEEN Komunitas Untuk Negeri, Oktober
2015.
V. PENGHARGAAN
1. Juara 2, Olimpiade Siswa Nasional (OSN) Bidang Ekonomi Tingkat
Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara (2011)
2. Juara 1, Olimpiade Siswa Nasional (OSN) Bidang Ekonomi Tingkat
Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara (2012)
3. Penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2016)
VI. KEPANITIAAAN DAN KEPESERTAAN
1. Panitia Acara pada acara SEMILOKA NASIONAL “Implementasi PSAK
dalam Transaksi Perbankan Syariah”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 11 September 2013.
2. Panitia pada acara Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi “Right Way ,
Bright Future with Accounting”, HMJ Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 Oktober 2014.
3. Panitia pada acara Company Visit – Indonesia Stock Exchange (IDX),
LDK KOMDA FEB, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 14 Desember
2014.
4. Peserta dalam kegiatan Visit Company BPK RI, HMJ Akuntansi FEB UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 Mei 2014.
5. Panitia Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 24 – 28 Agustus 2015.
viii
6. Peserta pada kegiatan “Sosialisasi Perkembangan Terkini Profesi Di
Bidang Akuntansi dan Ujian Sertifikasi Akuntan (CA) dan Akuntan
Publik (CPA), Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan dan FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 29 September 2015.
7. Koordinator Konsumsi Economy Expo 2015, Dewan Eksekutif
Mahasiswa FEB, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 12 Oktober – 1
November 2015.
8. Peserta pada kegiatan Company Visit Goes to PT. Deloitte Consulting,
HMJ Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 14 September 2016.
9. Peserta pada kegiatan ATV ke-16 “Forensic Audit to Enhance
Accountability in the Public Sector”, FEB Universitas Indonesia, 17-18
November 2016.
10. Master of Ceremony (MC) pada kegiatan Compliance Integrity
Leadership Program (CLEAR) – Seri Pelatihan Bisnis Bersih Tanpa
Korupsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 26 April 2017.
ix
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN
PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)
KOTA TANGERANG SELATAN
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the health level of Sharia Savings
and Loans Cooperative (KSPPS) in South Tangerang City during 2015. This
research uses descriptive method with health assessment analysis refers to
Regulation of Supervision Deputy of Ministry of Cooperatives and Small and
Medium Enterprises of Republic Indonesia 07 / Per / Dep.6 / IV / 2016 on
Guidelines for the Health Assessment of Savings and Loans Cooperatives and
Sharia Financing.
This research uses purposive sampling method in conducting sample
selection. There are 8 of 12 Shariah cooperatives / Baitul Maal Wat Tamwil
recorded in the Office of Cooperatives and SMEs South Tangerang City that can
be used as sample in this research. This research analyzes the aspects of the
assessment that can be analyzed from the financial statements of Sharia Savings
and Loans Cooperative (KSPPS), such as capital aspects, productive asset quality
aspects, management aspects, efficiency aspects, liquidity aspects, cooperative
identity aspects, aspects of independence and growth, and aspects of Sharia
Compliance.
The results of this research indicate that from 8 samples used as the object of
research, 1 KSPPS / BMT is on the health level of healthy, 6 KSPPS / BMT is on
the health level of quite healthy and 1 KSPPS / BMT is on the health level in
supervision.
Key words : Sharia Cooperative, Health Assessment, Capitalization,
Productive Assets Quality, Management, Efficiency, Liquidity,
Cooperative Identity, Independence and Growth, Sharia
Compliance.
x
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN
PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS)
KOTA TANGERANG SELATAN
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kesehatan Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Kota Tangerang Selatan pada
tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis
penilaian kesehatan dengan berpedoman pada Peraturan Deputi Bidang
Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 07/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan Unit Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam melakukan
pemilihan sampel. Sebanyak 8 dari 12 koperasi syariah / Baitul Maal Wat Tamwil
yang terdata pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini menganalisis aspek-aspek
penilaian yang dapat dianalisis dari laporan keuangan koperasi simpan pinjam dan
pembiayaan syariah, yaitu aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek
manajemen, aspek efisiensi, aspek likuiditas, aspek jati diri koperasi, aspek
kemandirian dan pertumbuhan, dan aspek kepatuhan syariah.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 8 sampel yang dijadikan objek
penelitian pada penelitian ini, sebanyak 1 KSPPS/BMT berada pada predikat
tingkat kesehatan sehat, 6 KSPPS / BMT berada pada predikat tingkat kesehatan
cukup sehat dan 1 KSPPS / BMT berada pada predikat tingkat kesehatan dalam
pengawasan.
Kata Kunci : Koperasi Syariah, Penilaian Kesehatan, Permodalan, Kualitas
Aktiva Produktif, Manajemen, Efisiensi, Likuiditas, Jati Diri
Koperasi, Kemandirian dan Pertumbuhan, Kepatuhan Syariah.
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dan tak lupa pula,
shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallah ‘Alayhi
wa Sallam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN
PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (KSPPS) KOTA TANGERANG
SELATAN”. Penulis begitu sangat bersyukur atas selesainya penulisan dan
penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu,
mendukung dan menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi ini terutama
kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Papa Abdul Karim Hasbah dan Mama Zuraidah,
yang selalu memberikan semangat, dukungan dan do’a yang tiada henti-
hentinya kepada penulis. Thank you for your love, your pray, your support for
me, thank you for everything. Penulis sulit untuk membalas seluruh apa yang
telah diberikan kepada penulis, semoga penulis bisa menjadi kebanggaan
kalian.
2. Seluruh keluarga yang telah menyemangati, memberikan banyak dukungan
dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus untuk Abang dan
Kakakku tersayang, Abang Fazrul Rahman Karim dan Ayuk Anggia Puspita
Sari, Kakak Fauziah Rahmah Karim dan Abang Irwansyah, semoga adikmu
ini bisa menjadi kebanggaan bagi keluarga.
3. Ibu Dr. Rini., Ak., C.A selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen
Pembimbing Skripsi penulis, yang telah bersedia memberikan waktunya yang
sangat berharga untuk membimbing dan memberikan dukungan kepada
xii
penulis selama menjadi mahasiswi di Jurusan Akuntansi hingga membimbing
penulis sampai penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk segala ilmu dan
pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, S.E., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., Ak., M.M selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas seluruh ilmu pengetahuan yang telah
diajarkan kepada penulis. Semoga kedepannya ilmu yang telah diberikan
bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan kemudahan kepada penulis disetiap urusan
yang penulis butuhkan.
9. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kota Tangerang Selatan,
yang telah mengizinkan penulis untuk menggunakan data untuk keperluan
penelitian ini.
10. Teman-teman terbaikku, Astriana, Sapta, Laksmita, Dyah Reza, Lia, Meli,
Agias dan Dinda. Terima kasih atas semangat dan dukungan yang telah
diberikan. Terima kasih juga telah memberikan pengalaman pertemanan yang
penuh lika-liku yang indah. Semoga kita sukses bersama ya.
11. Teman-teman Akuntansi angkatan 2013, kalian yang terbaik. See you on top.
12. Teman-teman di HMJ Akuntansi dan DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
terima kasih atas pengalaman organisasi yang diberikan kepada penulis.
13. Adik-adik di Tax Center, Ratu, Fifi, Tammi, Nola, Ben, Ami, Siska dan semua
yang tidak bisa dituliskan satu per satu, pengalaman kalian juga merupakan
pembelajaran bagi penulis, jadi pioneer pajak yang membanggakan!!
14. Teman-teman diseluruh komunitas yang penulis ikuti, Abangda Fauzan, Bang
Angger, Bang Muammar, Kak Hasna dan teman-teman lainnya di Gerakan
xiii
Banten Mengajar, Komunitas Untuk Negeri, Turun Tangan Banten, Kaki
Langit, terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran yang tak ternilai
harganya, semoga penulis dapat terus aktif pada dunia kerelawanan.
15. Teman-teman VAIRA NEFA, Adam, Al, Ihsan, Ridion, Andre, Neza, Ema,
Alen, Hani, Dimas Satria, terima kasih untuk selalu menghibur penulis dan
memberikan pengalaman liburan yang menyenangkan dikala penulis telah
lelah selama masa perkuliahan ini hehehe, ngetrip lagi yuk!!!
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.
Jakarta, Juli 2017
Fadilah Rahmi Karim
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
ABSTRAK .............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 12
A. Tinjauan Literatur...................................................................................... 12
1. Koperasi Secara Umum....................................................................... 12
a. Landasan dan Asas Koperasi Indonesia ........................................ 13
b. Tujuan Koperasi Indonesia ........................................................... 14
c. Prinsip Koperasi Indonesia ........................................................... 15
2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah ............................ 17
a. Pengertian Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah .... 17
b. Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah ....... 19
c. Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah .. 20
3. Penilaian Kesehatan Koperasi ............................................................. 22
a. Aspek Permodalan .............................................................................. 23
b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif ........................................................ 28
c. Aspek Manajemen ............................................................................... 42
xv
d. Aspek Efisiensi ................................................................................... 49
e. Aspek Likuiditas ................................................................................. 51
f. Aspek Jati Diri Koperasi ..................................................................... 53
g. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan................................................ 55
h. Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah ....................................................... 58
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 59
C. Kerangka Penelitian .................................................................................. 64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 65
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 65
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................ 66
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 67
D. Metode Analisis Data ................................................................................ 68
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 72
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 72
B. Hasil dan Pembahasan............................................................................... 74
1. Analisis Aspek Permodalan ................................................................ 74
2. Analisis Aspek Kualitas Aktiva Produktif .......................................... 83
3. Analisis Aspek Manajemen................................................................. 92
4. Analisis Aspek Efisiensi ..................................................................... 95
5. Analisis Aspek Likuiditas ................................................................. 104
6. Analisis Aspek Jati Diri Koperasi ..................................................... 113
7. Analisis Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan ............................... 118
8. Analisis Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah ...................................... 123
9. Hasil Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah Kota Tangerang Selatan .................................. 125
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 131
A. Kesimpulan ............................................................................................. 131
B. Implikasi dan Saran ................................................................................. 134
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 136
LAMPIRAN ........................................................................................................ 139
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2013 – 2016...................... 3
Tabel 2.1 Perhitungan Kriteria Rasio Permodalan ................................................. 25
Tabel 2.2 Modal inti dan modal pelengkap KSPPS ............................................... 27
Tabel 2.3 Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) ................... 27
Tabel 2.4 Perhitungan Kriteria Rasio CAR............................................................ 28
Tabel 2.5 Pehitungan Rasio Piutang dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Piutang
dan Pembiayaan yang disalurkan .......................................................... 39
Tabel 2.6 Perhitungan Rasio PAR ......................................................................... 40
Tabel 2.7 Perhitungan Rasio PPAP ........................................................................ 42
Tabel 2.8 Perhitungan Kriteria Manajemen Umum ............................................... 44
Tabel 2.9 Perhitungan Kriteria Manajemen Kelembagaan .................................... 46
Tabel 2.10 Perhitungan Kriteria Manajemen Permodalan ..................................... 47
Tabel 2.11 Perhitungan Kriteria Manajemen Aktiva ............................................. 48
Tabel 2.12 Perhitungan Kriteria Manajemen Likuiditas ........................................ 49
Tabel 2.13 Perhitungan Kriteria Rasio Biaya Operasional terhadap Pelayanan .... 50
Tabel 2.14 Perhitungan Kriteria Rasio Aktiva Tetap terhadao Total Modal ......... 51
Tabel 2.15 Perhitungan Kriteria Rasio Efisiensi Staf ............................................ 51
Tabel 2.16 Perhitungan Kriteria Rasio Kas............................................................ 52
Tabel 2.17 Perhitungan Kriteria Rasio Pembiayaan .............................................. 53
Tabel 2.18 Perhitungan Kriteria Rasio PEA .......................................................... 54
Tabel 2.19 Pehitungan Kriteria Rasio Partisipasi Bruto ........................................ 54
Tabel 2.20 Perhitungan Kriteria Rasio Rentabilitas ............................................... 55
Tabel 2.21 Perhitungan Kriteria Rasio Rentabilitas Ekuitas .................................. 56
Tabel 2.22 Perhitungan Kriteria Rasio Kemandirian Operasional......................... 56
Tabel 2.23 Perhitungan Kriteria Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah ...................... 58
Tabel 2.24 Predikat Tingkat Kesehatan ................................................................. 58
Tabel 2.25 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 60
Tabel 3.1 Aspek Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah (KSPPS) ................................................................................... 68
xvii
Tabel 3.2 Predikat Tingkat Kesehatan KSPPS Koperasi ....................................... 71
Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel dengan Kriteria .................................................. 73
Tabel 4.2 Profil Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Kota Tangerang
Selatan ................................................................................................... 74
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset dan Rasio
CAR ....................................................................................................... 75
Tabel 4.4 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Permodalan .................. 77
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rasio Tingkat Piutang dan Pembiayaan Bermasalah
terhadap Jumlah Piutang dan Pembiayaan, Rasio Portofolio Berisiko dan
Rasio PPAP ........................................................................................... 84
Tabel 4.6 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Kualitas Aktiva
Produktif ................................................................................................ 86
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan dan Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek
Manajemen ............................................................................................ 93
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Rasio-Rasio Aspek Efisiensi ................................... 96
Tabel 4.9 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Efisiensi ....................... 97
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Rasio Kas dan Rasio Pembiayaan ........................ 105
Tabel 4.11 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Likuiditas ................. 106
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) dan Rasio
Partisipasi Bruto ................................................................................ 113
Tabel 4.13 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Jati Diri Koperasi .... 115
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Rasio Rentabilitas Aset, Rasio Rentabilitas Ekuitas
dan Rasio Kemandirian Operasional ................................................... 118
Tabel 4.15 Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS – Aspek Kemandirian dan
Pertumbuhan ........................................................................................ 120
Tabel 4.16 Hasil Penilaian Aspek Kepatuhan Syariah......................................... 124
Tabel 4.17 Peringkat Kesehatan KSPPS Kota Tangerang Selatan ...................... 126
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Koperasi merupakan salah satu badan usaha yang berbadan hukum dengan
usaha yang beranggotakan orang-orang yang berorientasi menghasilkan nilai
tambah yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan anggotanya
(Fathimah, 2016). Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi mempunyai kedudukan
(politik) yang cukup kuat karena memiliki dasar konstitusional, yaitu berpegang
pada Pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa:
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan
(Hatta, 2015). Dalam penjelasan UUD 1945 tersebut dikatakan bahwa bangun
usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Tafsiran ini
lah yang sering dikemukakan oleh Bapak Koperasi Indonesia, yaitu Bapak Dr. H.
Mohammad Hatta yang sering disebut sebagai perumus pasal tersebut.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, Nomor: 16/Per/M.KUKM/IX/2015 menjelaskan bahwa
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) adalah koperasi yang
kegiatan usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai prinsip
syariah, termasuk mengelola zakat, infaq/sedekah, dan wakaf. Sedangkan Unit
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi adalah unit koperasi yang
bergerak di bidang usaha meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai
2
prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq/sedekah, dan wakaf sebagai
bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.
Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini
adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan dan kebersamaan usaha yang
sehat, baik dan halal. Perintah untuk bekerja sama dalam usaha yang baik ini dapat
dilihat dalam Al-Qur’an pada potongan surat Al Maidah ayat 2, yang artinya:
“...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S
Al Maidah:2)
Dewasa ini, perkembangan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah cukup berkembang, dapat dilihat dari banyaknya koperasi syariah yang
muncul yang mampu membantu usaha dari pengusaha kelas mikro, kecil dan
menengah. Dikutip dari laman Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia (www.depkop.go.id), koperasi syariah berkembang
baik di Indonesia (UKM, 2016). Sesuai data yang didapat dari laman Badan Pusat
Statistik, hingga tahun 2016 pertumbuhan koperasi di Indonesia sebesar 1,26%
dengan jumlah koperasi hingga tahun 2016 sebanyak 212.135 unit. Jumlah anggota
koperasi aktif sebanyak 37.783.160 orang dan volume usaha sebanyak Rp.
266.134.619.000.000. Dimana dari 150.223 unit usaha yang aktif, sebanyak 1,5%
merupakan koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah (KSPPS). Tercatat
jumlah KSPPS sebanyak 2.253 unit dengan angggota 1,4 juta orang. Modal sendiri
mencapai Rp 968 Miliar dan modal luar Rp 3,9 triliun.dengan volume usaha Rp 5,2
triliun (UKM, Kinerja Koperasi Syariah di Indonesia Sangat Baik, 2016).
3
Tabel 1.1
Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2013 – 2016
No Indikator Satuan 2013-2014 2014-2015 2015-2016
1 Jumlah Koperasi Unit 203.701 209.488 212.135
2 Pertumbuhan
Koperasi
% 4,84 2,84 1,26
3 Jumlah Koperasi
Aktif
Unit 143.007 147.249 150.223
4 Prosentase
Koperasi Aktif
dari Total Jumlah
Koperasi
% 70,20 70,29 70,81
5 Pertumbuhan
Jumlah Koperasi
Aktif
% 2,65 2,97 2,02
6 Jumlah Anggota
Koperasi Aktif
Orang 35.258.176 36.443.953 37.783.160
7 Pertumbuhan
Jumlah Anggota
Koperasi Aktif
% 4,10 3,36 3,67
8 Permodalan Rp.Juta 170.376.863 200.662.817 242.445.39
6
9 Pertumbuhan
Permodalan
% 65,69 17,78 20,82
10 Volume Usaha Rp.Juta 125.584.976 189.858.672 266.134.61
9
11 Pertumbuhan
Volume Usaha
% 5,37 51,18 40,18
12 Selisih Hasil
Usaha (SHU)
Rp.Juta 8.110.180 14.898.647 17.320.664
13 Pertumbuhan SHU % 21,74 83,70 16,26
Sumber: Badan Pusat Statistik
(https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1321)
Upaya pemerintah dalam meningkatkan pembangunan manusia agar lebih
produktif diantaranya dengan meningkatkan dan memajukan sektor koperasi dan
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Menurut Puan Maharani, Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK),
4
pemberdayaan sektor koperasi dan UMKM sesuai dengan ideologi bangsa dan
negara Indonesia. Dengan berlandaskan ideologi ekonomi kerakyatan, menurut
Puan Maharani, UMKM merupakan soko guru ekonomi kerakyatan Indonesia,
yang dibuktikan dengan ekonomi kerakyatan yang menjadi penyelamat pada krisis
ekonomi Indonesia (Taufiqurrohman, 2016).
Kementerian Koperasi dan UKM memandang perlu ada reformasi koperasi
untuk mewujudkan ekonomi berdikasi. Hal itu mengingat masih ada koperasi yang
kesulitan permodalan dan persoalan organisasi (Melani, 2016). Sudah sejak lama,
koperasi Indonesia sudah dikenal sebagai soko guru perekonomian nasional.
Namun, seiring perkembangan waktu saat ini peran koperasi terhadap
perekonomian Indonesia justru makin tergerus. Kontribusi koperasi terhadap
produk domestik bruto (PDB) nasional kurang dari 2% (Nurmayanti, 2016). Sejak
dulu, koperasi telah menjadi salah satu dari tiga pilar perekonomian di Indonesia,
selain Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta. Namun peran koperasi
semakin mengecil dalam perekonomian Indonesia. Hal ini lah yang mendorong
perlu adanya transparansi mengenai data tingkat kesehatan Koperasi di seluruh
Indonesia. Agar fungsi Koperasi sebagai salah satu dari tiga pilar perekonomian di
Indonesia berjalan dengan baik.
Dinas Koperasi dan UKM sebagai instansi pemerintahan yang mengawasi
kegiatan dan perizinan koperasi serta membantu mengelola dan pembinaan
koperasi dan UKM pada daerah-daerah di seluruh Indonesia (Fathimah, 2016).
Sudah sewajarnya jika setiap Dinas Koperasi dan UKM di seluruh daerah-daerah
di Indonesia telah memiliki data mengenai tingkat kesehatan koperasi, baik
5
koperasi simpan pinjam konvensional maupuan koperasi yang berlandaskan prinsip
syariah. Karena penilaian tingkat kesehatan ini dapat membantu dinas setempat
untuk mengetahui seberapa sehatnya setiap koperasi yang beroperasi di daerah
tersebut, dan tentu akan mempermudah Dinas Koperasi dan UKM dalam
menentukan dan memantau koperasi yang berada di tingkatan sehat, cukup sehat,
dalam pengawasan, serta dalam pengawasan khusus yang ada di daerahnya masing-
masing.
Kesiapan koperasi untuk meningkatkan pembangunan manusia harus sejalan
dengan tingkat kesehatan dari sebuah koperasi itu sendiri. Dengan demikian
diperlukannya sebuah data mengenai kesehatan-kesehatan koperasi di Indonesia.
Dalam rangka memperluas kesempatan berusaha bagi masyarakat untuk melakukan
kegiatan produktif, perlu mengembangkan pelaksanaan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip syariah, agar masyarakat dapat
memperoleh manfaat dan kesejahteraan yang sebesar-besarnya. Pelaksanaan
kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi yang semakin
berkembang, sesuai dengan dinamika dan perubahan tatanan ekonomi dan sosial
masyarakat telah diatur dalam perundang-undangan Republik Indonesia. Dalam hal
ini Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Usaha pembiayaan
syariah oleh koperasi sebagai suatu lembaga keuangan harus melaksanakan fungsi
intermediasi yang memiliki ciri, bentuk dan sistem tersendiri, harus diatur, diawasi
dan dinilai kesehatannya.
6
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan Unit Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah Koperasi perlu disesuaikan dengan perkembangan standar
akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Pelaksanaan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi semakin berkembang, sesuai dengan
dinamika dan perubahan tatanan ekonomi dan sosial masyarakat. Aturan mengenai
pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi
telah diperbaharui kedalam Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Republik
Indonesia Nomor 16/Per/M.KUKM/IX/2015.
Berkembangnya koperasi syariah di Indonesia dapat menjadi salah satu objek
penelitian untuk mengetahui kualitas dari koperasi itu sendiri. Hingga saat ini
penelitian mengenai tingkat kesehatan koperasi syariah terbatas hanya pada sebuah
entitas saja. Untuk melihat perkembangan dan kemampuan koperasi simpan pinjam
dan pembiayaan syariah dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia,
harus dapat diketahui melalui tingkat kesehatan koperasi syariah itu sendiri. Lucky
Megalia Nornita (2012) melakukan penelitian mengenai tingkat kesehatan lembaga
keuangan syariah yang langsung mengambil BMT Bina Ihsanul Fikri sebagai objek
penelitian. Penelitian ini dilakukan berdasarkan standar pedoman penilaian tingkat
kesehatan BMT dari PINBUK, menganalisis prediksi kondisi kinerja keuangan
BMT Bina Ihsanul Fikri dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara
penilaian tingkat kesehatan BMT Bina Ihsanul Fikri berdasarkan standar pedoman
penilaian tingkat kesehatan BMT dari PINBUK dan penilaian tingkat kesehatan
yang dilakukan dari pihak BMT. Temuan dari penelitian ini terdapat perbedaan
antara penilaian kesehatan BMT Bina Ihsanul Fikri berdasarkan standar pedoman
7
penilaian tingkat kesehatan dari PINBUK dan penilaian kesehatan dari pihak BMT
Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Dalam hasil penelitian ini juga diketahui bahwa
tingkat kesehatan BMT Bina Ihsanul Fikri aspek jasadiyah dari segi kinerja
keuangannya menurut standar pedoman penilaian kesehatan BMT dari PINBUK
tahun 2000 – 2011 mendapatkan predikat kurang sehat. Berdasarkan aspek ruhiyah
dengan menggunakan indikator visi dan misi serta pelaksanaan prinsip-prinsip
syariah mendapatkan predikat sehat, sedangkan penilaian tingkat kesehatan
berdasarkan aspek ruhiyah dengan menggunakan indikator kepekaan sosial dan rasa
memiliki mendapatkan predikat cukup sehat (Norita, 2012).
Penelitian lainnya mengenai penilaian tingkat kesehatan koperasi syariah
dilakukan dengan metode yang berbeda. Seperti yang dilakukan oleh Burhanuddin
Yusuf (2016) melakukan penelitian mengenai penilaian kesehatan koperasi
berdasarkan Peraturan Menteri Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 tentang
pedoman penilaian kesehatan KJKS dan UJKS. Objek pada penelitian ini adalah
BMT Al Munawwarah Tangerang Selatan dengan hasil temuan bahwa BMT
tersebut dikategorikan sebagai koperasi yang cukup sehat dengan skor sebesar
73,65 (Yusuf, 2016).
Studi lainnya yang dilakukan Muhammad Ridwan Arif (2014) menunjukkan
keadaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang berada di Kota Bandar
Lampung dalam predikat cukup sehat. Penelitian ini masih menggunakan Peraturan
Menteri Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007, sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Burhanudin Yusuf (2016). Penelitian mengenai analisis penilaian
kesehatan pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Kota Bandar Lampung ini
8
menggunakan tiga sampel, yaitu KJKS Baitut Tamwil Muhammadiyah, KJKS
BMT El-Hanif dan KJKS BMT Syariah Makmur yang ketiganya memperoleh
predikat cukup sehat selama periode 2010-2012 (Afif, 2014).
Seiring dengan pembaharuan terhadap suatu peraturan yang dikeluarkan oleh
Instansi Pemerintahan menyebabkan Peraturan Nomor:35.3/Per/M/KUKM/X/2007
sudah tidak digunakan lagi karena adanya sebuah peraturan baru yang dikeluarkan
oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.
Peraturan terbaru mengenai pedoman penilaian kesehatan ini dikeluarkan oleh
Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor: 07/Per/Dep.6/IV/2016 Tentang Pedoman Penilaian
Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan Unit Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah. Perbedaan peraturan ini dengan peraturan yang
dikeluarkan pada tahun 2007 adalah adanya perubahan nama entitas koperasi yang
sebelumnya disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) menjadi Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS). Selain itu, dalam peraturan baru
yang dikeluarkan pada tahun 2016 ini terdapat perbedaan penamaan dalam
penggolongan predikat tingkat kesehatan. Pada peraturan tahun 2007 predikat
tingkat kesehatan suatu koperasi dibagi dalam 4 (empat) golongan, yaitu sehat,
cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat. Sementara dalam peraturan pedoman
penilaian kesehatan terbaru, predikat tingkat kesehatan koperasi dibagi dalam 4
(empat) golongan, yaitu sehat, cukup sehat, dalam pengawasan, dan dalam
pengawasan khusus.
9
Karena adanya peraturuan baru yang dikeluarkan oleh Menteri Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah ini, maka penelitian ini berbeda dari penelitian
sebelumnya karena menggunakan peraturan baru yang dikeluarkan yaitu Peraturan
Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor 07/Per/Dep.6/IV/2016 tentang pedoman penilaian
kesehatan koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah dan unit simpan pinjam
dan pembiayaan syariah koperasi. Ruang lingkup penilaian kesehatan koperasi
simpan pinjam dan pembiayaan syariah dan unit simpan pinjam dan pembiayaan
syariah koperasi ini dilakukan terhadap beberapa aspek, yaitu aspek permodalan,
kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan
pertumbuhan, jati diri koperasi dan prinsip syariah. Hasil dari penilaian tersebut
akan dibagi dalam 4 (empat) golongan yaitu sehat, cukup sehat, dalam pengawsan
dan dalam pengawasan khusus.
Dalam upaya pendukungan terhadap perkembangan perekonomian
Indonesia, tingkat kesehatan koperasi di setiap wilayah Indonesia seharusnya dapat
diketahui secara terpusat, agar Kementerian Koperasi dan UKM yang dibantu oleh
setiap Dinas Koperasi dan UKM di daerah-daerah Indonesia dapat menjalankan
fungsi pengawasan dan pemantauan secara tepat. Tangerang Selatan sebagai kota
yang masih terbilang muda telah menunjukkan prestasi yang tidak bisa diremehkan
(Jamaludin, 2015). Kota Tangerang selatan sebagai kota strategis yang memiliki
akses yang dekat ke Pemerintahan Pusat, memiliki kesempatan untuk
meningkatkan potensi perekonomian khususnya koperasi simpan pinjam dan
pembiayaan syariah untuk membantu perkembangan perekonomian di Indonesia.
10
Dimulai dengan melakukan penilaian tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam
dan pembiayaan syariah, agar Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan
dapat memfokuskan pengawasan dan pemantauan kepada Koperasi simpan pinjam
dan pembiayaan syariah yang berada di tingkat kesehatan yang berada dalam
pengawasan hingga dalam pengawasan khusus.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul “Analisis
Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah (KSPPS) di Kota Tangerang Selatan”. Fokus pada penelitian ini adalah
ingin mengetahui tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah (KSPPS) di Kota Tangerang Selatan. Perbedaan pada penelitian ini adalah
telah menggunakan peraturan baru yang dikeluarkan oleh Deputi Bidang
Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor:
07/Per/Dep.6/IV/2016. Pada penelitian ini, objek penelitian yang diambil oleh
peneliti adalah Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) yang
memberikan laporan keuangan dan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dari tahun
2014-2015.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka
permasalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah (KSPPS) di Kota Tangerang Selatan tahun 2015?
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah (KSPPS) di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2015.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian yang diperoleh
adalah:
a. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam
memberikan informasi mengenai perkembangan pedoman penilaian
kesehatan dan keadaan mengenai kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2015.
b. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu Dinas Koperasi dan UKM
Kota Tangerang Selatan untuk melakukan langkah-langkah perbaikan
terhadap kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing koperasi, dan bagi
koperasi diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu evaluasi terhadap
kinerja koperasi sehingga dapat mengambil keputusan untuk memperbaiki
kinerja masing-masing koperasi.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Koperasi Secara Umum
Ko-operasi berasal dari kata-kata “ko”, yang artinya “bersama” dan “operasi”
yaitu “bekerja”. Jadi koperasi artinya sama-sama bekerja. Perkumpulan yang diberi
nama koperasi ialah perkumpulan kerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Dalam
koperasi tak ada sebagian anggota bekerja sebagian memeluk tangan. Semuanya
sama-sama bekerja untuk mencapai tujuan bersama (Hatta, 2015).
Menurut International Co-operative Alliance (ICA) menyebutkan bahwa:
“A co-operative is an autonomous association of persons united voluntarily
to meet their common economic, social, and cultural needs and aspirations through
a jointly owned and democratically-controlled enterprise” (Alliance, 2005-2015).
Dari kalimat diatas dapat di defenisikan bahwa:
“Sebuah koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang yang bersatu secara
sukarela untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya bersama dan
aspirasi melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara
demokratis”.
Pengertian atau defenisi tentang Koperasi di Indonesia telah dijelaskan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
yang dijelaskan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan segala kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan”.
13
Menurut Jochen Ropke (dalam Tyas, 2014:9) menjelaskan bahwa koperasi
adalah suatu organisasi usaha yang para pemilik/anggotanya adalah juga pelanggan
utama/klien perusahaan tersebut. Kriteria identitas suatu koperasi merupakan
prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit usaha lainnya.
Prinsip identitas dari suatu koperasi adalah para pemilik dan pengguna jasa dari
pelayanan suatu unit usaha adalah orang yang sama (Tyas, 2014).
a. Landasan dan Asas Koperasi Indonesia
Perkembangan koperasi tidak dapat dipisahkan dari seperangkat nilai luhur
yang disebut sebagai landasan dan asas Koperasi. Landasan dan asas ini diperlukan
oleh koperasi sebagai tempat berpijak yang kuat guna menopang pertumbuhannya
(Tyas, 2014). Dinyatakan dalam UU No. 17 Tahun 2012 pada Pasal 2 bahwa
Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Pancasila ditetapkan sebagai landasan idiil Koperasi Indonesia.
Landasan idiil dapat disebut sebagai landasan cita-cita yang menentukan arah
perjalanan usaha Koperasi. Pancasila dijadikan sebagai landasar idiil dalam
koperasi karena pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila akan
menjadi pedoman yang akan mengarahkan semua tindakan Koperasi dan
organisasi-organisasi lainnya dalam mengemban fungsinya masing-masing di
dalam kehidupan masyarakat (Tyas, 2014).
UUD 1945 ditetapkan sebagai landasan strukturil Koperasi Indonesia. UUD
1945 merupakan aturan pokok organisasi negara Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila. Landasan strukturil ini menjelaskan semua ketentuan atau
tata tertib dasar yang mengatur agar falsafah bangsa, sebagai jiwa dan cita-cita
14
moral bangsa, benar-benar dihayati (Tyas, 2014). Menurut UU No. 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian pada pasal 3 disebutkan Koperasi berdasarkan atas asas
kekeluargaan. Hal ini sejalan dengan Pasar 33 UUD 1945 yang merupakan salah
satu undang-undang yang mengatur tentang pengertian perekonomian,
pemanfaatan SDA, dan Prinsip perekonomian Nasional. Pada Pasal 33 UUD 1945
ayat 1 disebutkan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas azas kekeluargaan.” Artinya semangat usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan itu pada mulanya adalah semangat Koperasi. Semangat Koperasi
itulah yang kemudian hendak diangkat menjadi semangat susunan perekonomian
Indonesia oleh UUD 1945 (Tyas, 2014).
b. Tujuan Koperasi Indonesia
Menurut UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 4 menyatakan bahwa Koperasi
bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan
perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. Dengan tujuan ini,
koperasi mendapat kedudukan yang sangat terhormat dalam perekonomian
Indonesia. Karena perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan
kekeluargaan hanyalah koperasi (Hatta, 2015). Dan hanya koperasilah yang dapat
merintis jalan yang aman dan sehat untuk mencapai kemakmuran rakyat, rohani dan
jasmani, yang pasa gilirannya menjadi sendi kesejahteraan sosial. Koperasi
menghidupkan semangat demokrasi yang sebenarnya, yaitu demokrasi politik dan
ekonomi dan sosial (Hatta, 2015).
15
c. Prinsip Koperasi Indonesia
Menurut Baswir (Dalam Tyas, 2014:12), “Prinsip Koperasi atau bisa juga
disebut sebagai sendi dasar koperasi adalah pedoman pokok yang menjiwai setiap
gerak langkah Koperasi”. Peranan prinsip koperasi dalam garis besarnya adalah
sebagai pedoman pelaksanaan usaha koperasi dalam mencapai tujuannya dan
sebagai ciri khas yang membedakan Koperasi dari bentuk-bentuk perusahaan
lainnya.
Menurut Intenational Co-operative Alliance, prinsip-prinsip koperasi adalah
panduan koperasi yang menempatkan nilai-nilai ke dalam praktek, diantaranya:
1) Voluntary and Open Membership
Koperasi adalah organisasi sukarela, terbuka bagi semua orang dapat
menggunakan layanan tersebut dan bersedia menerima tanggung jawab
keanggotaan, tanpa diskriminasi gender, sosial, ras, politik atau agama.
2) Democratic Member Control
Koperasi adalah organisasi demokratis yang dikendalikan oleh anggota
koperasi, yang secara aktif berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan dan
membuat keputusan. Pengurus koperasi melayani sebagai wakil-wakil
terpilih yang bertanggung jawab untuk keanggotaan. Dalam koperasi primer
anggota memiliki hak suara yang sama (Satu anggota, satu suara) dan
koperasi di tingkat lain juga diatur secara demokratis.
3) Member Economic Participation
Anggota menyumbang secara adil dan kontrol demokratis, modal dari
koperasi. Setidaknya sebagian dari modal yang biasanya merupakan milik
16
bersama dari koperasi. Anggota koperasi biasanya menerima kompensasi
yang terbatas, jika jasa, terhadap modal sebagai syarat keanggotaan. Anggota
mengalokasikan surplus untuk salah satu atau semua tujuan berikut:
mengembangkan koperasi, menyiapkan cadangan, manfaat anggota
sebanding dengan transaksi dengan koperasi dan mendukung kegiatan lain
yang disetujui oleh anggota.
4) Autonomy and Independence
Koperasi yang otonom, adalah self-help organisasi yang dikendalikan oleh
anggota koperasi. Jika masuk ke dalam perjanjian dengan organisasi lain,
termasuk pemerintah atau memperoleh modal dari sumber eksternal, anggota
koperasi akan melakukkannya dengan adanya jaminan pengendalian oleh
anggota koperasi dan mempertahankan otonomi koperasi.
5) Education, Training and Information
Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya, wakil yang
dipilih, manajer, dan karyawan sehingga dapat berkontribusi secara efektif
untuk pengembangan koperasi. Koperasi menginformasikan kepada
masyarakat umum tentang sifat dan manfaat dari kerjasama.
6) Co-operation among Co-operatives
Koperasi melayani anggota koperasi yang paling efektif dan memperkuat
gerakan koperasi dengan berkerja sama melalui struktur lokal, nasional,
regional dan internasional.
7) Concern for Community
17
Koperasi berkerja untuk pembangunan berkelanjutan dari komunitas koperasi
melalui kebijakan yang disetujui oleh anggota koperasi.
Koperasi Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip Koperasi yang tercantum
dalam UU No. 25 Tahun 1992 dalam Pasal 5. Dalam Pasal 5 disebutkan Koperasi
melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b) Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis;
c) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota;
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e) Kemandirian.
f) Pendidikan perkoperasian;
g) Kerja sama antar koperasi.
2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
a. Pengertian Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang selanjutnya disebut
KSPPS adalah koperasi yang kegiatan usahanya hanya simpan pinjam dan
pembiayaan syariah. Sesuai dengan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor
09/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah, dan Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah Koperasi, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang
18
selanjutnya disebut KSPPS adalah koperasi yang kegiatan usahanya meliputi
simpanan, pinjaman, dan pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola
zakat, infaq/sedekah, dan wakaf.
Koperasi tidak terlepas dari unit operasi yang dimilikinya. Unit Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi yang selanjutnya disebut USPPS
Koperasi adalah unit Koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang
bersangkutan. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 09/Per/Dep.6/IV/2016,
dijelaskan bahwa Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi adalah
unit koperasi yang bergerak di bidang usaha meliputi simpanan, pinjaman dan
pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq /sedekah, dan
wakaf sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.
Prinsip syariah yang dimaksud adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan
usaha koperasi berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Koperasi syariah sering juga disebut Baitul Maal wa Tamwil (BMT). BMT
adalah salah satu institusi keuangan mikro islam yang menghimpun dan
mendistribusikan dana untuk pengusaha mikro. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
berkembang dari kegiatan Baitul Maal yang bertugas menghimpun, mengelola dan
menyalurkan Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) dari muzzaki untuk diberikan kepada
para mustahik dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sebagai bagian yang
menitikberatkan pada aspek sosial (Mulyaningrum, 2009).
19
Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi, yaitu (1) Baitul Maal untuk
mengumpulkan dan mendistribusikan dana amal seperti Infaq dan Sedekah (2)
Baitul Tamwil untuk memanajemen dana amal untuk meningkatkan kualitas
ekonomi pengusaha kecil (Hosen & Sa'roni, Determinant Factors of the Successful
of Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), 2012).
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai salah satu lembaga keuangan mikro
islam merupakan program yang memberikan pinjaman kecil kepada orang-orang
yang sangat miskin sebagai modal mereka untuk membuat sebuah usaha yang
mandiri untuk menghasilkan pendapatan sehingga memungkinkan mereka untuk
mengurus diri mereka dan keluarga mereka (Microcredit Summit dalam (Rahman,
2010). World Bank telah mengakui program keuangan mikro ini sebagai sebuah
pendekatan untuk mengatasi ketidaksetaraan pendapatan dan kemiskinan (Rahman,
2010).
b. Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
Kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah meliputi:
1. Menghimpun simpanan dari anggota yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah atau mudharabah;
2. Menyalurkan pinjaman dan pembiayaan syariah kepada anggota, calon
anggota dan koperasi lain dan atau anggotanya dalam bentuk pinjaman
berdasarkan akad qard dan pembiayaan dengan akad murabahah, salam,
istishna, mudhrabah, musyarakah, ijarah, ijarah muntahiya bittamlik,
20
wakalah, kafalah dan hiwalah, atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan syariah;
3. Mengelola keseimbangan sumber dana dan penyaluran pinjaman dan
pembiayaan syariah.
Dalam pemberian pinjaman dan pembiayaan harus menggunakan dana yang
berasal dari pendanaan dengan prinsip syariah. Selain itu kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah dengan koperasi lain dilakukan melalui kemitraan
yang dituangkan dalam perjanjian tertulis dengan akad sesuai prinsip syariah.
Kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah dilaksanakan berdasaran
prinsip syariah dengan tata kelola yang baik, menerapkan prinsip kehati-hatian dan
manajemen risiko, serta mematuhi peraturan yang terkait dengan pengelolaan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah. Usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah dengan predikat penilaian kesehatan “Dalam Pengawasan Khusus”
dihentikan sementara kegiatan usahanya sampai dapat memperbaiki struktur
keuangannya.
c. Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 9/Per/Dep.6/IV/2016
tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah, dan Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi,
dijelaskan bahwa: “Pengawasan usaha KSPPS dan USPPS Koperasi adalah upaya
21
yang dilakukan oleh pengawas koperasi, dewan pengawas syariah, pemerintah,
gerakan koperasi, dan masyarakat, agar usaha KSPPS dan USPPS Koperasi
diselenggarakan dengan baik sesuai dengan perundang-undangan”. Sedangkan
pemeriksaan adalah “proses dan serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan,
dan mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh Pengawas KSPPS
dan USPPS Koperasi untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas
peraturan perundang-undangan”. Tujuan dari pemeriksaan usaha KSPPS dan
USPPS Koperasi adalah untuk memeriksa kepatuhan pelaksanan kegiatan usaha
simpan pinjam sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan.
Pengawas koperasi adalah anggota koperasi yang diangkat dan dipilih dalam
rapat anggota untuk mengurus organisasi dan usaha koperasi. Dewan Pengawas
Syariah adalah dewan yang dipilih oleh koperasi yang bersangkutan berdasarkan
keputusan rapat anggota dan beranggotakan alim ula yang ahli dalam syariah yang
menjalankan fungsi dan tugas sebagai pengawas syaraiah pada koperasi yang
bersangkutan dan berwenang memberikan tanggapan atau penafsiran terhadap
fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional.
KSPPS dan koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha simpan pinjam
pembiayaan syariah wajib memiliki dewan pengawas syariah yang ditetapkan oleh
Rapat Anggota. Dalam sebuah KSPPS, jumlah Dewan Pengawas Syariah paling
sedikit berjumlah 2 orang dan setengahnya memiliki sertifikasi DSN-MUI. Dewan
Pengawas Syariah diutamakan dari anggota koperasi dan dapat diangkat dari luar
anggota koperasi untuk masa jabatan paling lama 2 (dua) tahun.
22
Dalam pelaksanaannya, Dewan Pengawas Syariah KSPPS dan USPPS
bertugas untuk:
a. Memberikan nasihat dan saran kepada pengurus dan pengawas serta
mengawasi kegiatan KSPPS agar sesuai dengan prinsip syariah;
b. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan oleh KSPPS;
c. Mengawasi pengembangan produk baru;
d. Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru yang belum ada
fatwanya;
e. Melakukan review secara berkala terhadap produk-produk simpanan dan
pembiayaan syariah.
3. Penilaian Kesehatan Koperasi
Penilaian kesehatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah adalah
penilaian kinerja yang dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah untuk
mengukur tingkat KSPPS dan USPPS Koperasi serta setiap kantor cabang.
Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 16/Per/M.KUKM/I/2015 tentang pelaksanaan kegiatan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi, bahwa kesehatan KSPPS
dan USPPS Koperasi adalah kondisi kinerja usaha, keuangan dan manajemen
koperasi yang dinyatakan Sehat, Cukup Sehat, Dalam Pengawasan dan Dalam
Pengawasan Khusus.
23
Untuk mewujudkan KSPPS dan USPPS yang dikelola secara profesional dan
sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga diperlukannya
penilaian kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan Unit
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah demi meningkatkan kepercayaan dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat
sekitarnya. Ruang lingkup penilaian kesehatan KSPPS dan USPPS meliputi
penilaian terhadap beberapa aspek sebagai berikut:
a. Aspek Permodalan
Sebagai organisasi ekonomi, koperasi dalam menjalankan usahanya
memerlukan modal usaha. Peranan modal didalam operasional koperasi
mempunyai kontribusi yang sangat penting karena tanpa modal yang cukup,
koperasi tidak akan berjalan lancar (Ganitri, Suwendra, & Yulianthini, 2014).
Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota, modal anggota bersumber
dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini mencerminkan bahwa koperasi
sebagai badan usaha yang ingin berkembang dengan kekuatan sendiri. (Sari &
Susanti, 2012).
Faktor modal dalam usaha koperasi merupakan salah satu alat yang ikut
menentukan maju mundurnya koperasi. Tanpa adanya modal, suatu usaha yang
bersifat ekonomis tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya (Ganitri,
Suwendra, & Yulianthini, 2014). Permodalan memberikan peranan yang sangat
penting dalam menjalankan usaha koperasi, karena pada dasarnya modal adalah hal
utama dalam menjalankan usaha. Semakin baik permodalan koperasi, tentunya
24
akan mempermudah koperasi dalam mengembangkan setiap usaha yang
dijalankannya (Tyas, 2014).
Sumber-sumber permodalan koperasi dapat berasal dari simpanan pokok,
simpanan wajib, simpanan sukarela, hibah, modal penyertaan, cadangan koperasi,
utang jangka pendek maupun utang jangka panjang (Hendar, 2010).
Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dalam pasal 66
menyatakan bahwa:
1) Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi
sebagai modal awal.
2) Selain modal tersebut, modal Koperasi dapat berasal dari hibah, modal
penyertaan, modal pinjaman yang berasal dari anggota, koperasi lainnya
dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan
obligasi dan surat hutang lainnya, dan/atau Pemerintah dan Pemerintah
Daerah, dan/atau sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
Aspek pertama penilaian kesehatan KSPPS/USPPS koperasi adalah
permodalan. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan dua rasio permodalan
yaitu perbandingan modal sendiri dengan total aset dan rasio kecukupan modal
(CAR). Dalam Peraturan Menteri KUKM No.16 Tahun 2015 menjelaskan bahwa
modal sendiri KSPPS adalah jumlah simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan
yang disisihkan dari sisa hasil usaha, hibah dan simpanan lain yang memiliki
karakteristik sama dengan simpanan wajib.
25
Rasio modal sendiri terhadap total aset dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan KSPPS/USPPS koperasi dalam menghimpun modal sendiri
dibandingkan dengan aset yang dimiliki. Pada KSPPS/USPPS koperasi rasio ini
dianggap sehat apabila nilainya maksimal 20%. Artinya bahwa KSPPS/USPPS
koperasi telah mampu menumbuhkan kepercayaan anggotanya, untuk menyimpan
dana pada KSPPS/USPPS koperasi. Rasio modal sendiri terhadap total aset dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑥 100%
Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap total aset ditetapkan sebagai
berikut:
a. Untuk rasio permodalan lebih kecil atau sama dengan 0 diberikan nilai kredit
0.
b. Untuk setiap kenaikan rasio permodalan 1% mulai dari 0% nilai kredit
ditambah 5 dengan maksimum nilai 100.
c. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 5% diperoleh skor permodalan
Tabel 2.1
Perhitungan Kriteria Rasio Permodalan
Rasio
Permodalan
(%)
Nilai
Kredit
Bobot
Skor
(%)
Skor Kriteria
0 0 5 0 0 – 1,25 Tidak Sehat
5 25 5 1,25 1,26–2,50 Kurang sehat
10 50 5 1,50 2,51–3,75 Cukup sehat
15 75 5 3,75 3,76–50 Sehat
20 100 5 5,0
26
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) pada lembaga
keuangan seperti KSPPS/USPPS koperasi merupakan kewajiban penyediaan
kecukupan modal (modal minimum) didasarkan pada risiko aktiva yang
dimilikinya. Penggunaan rasio ini dimaksudkan agar para pengelola
KSPPS/USPPS koperasi melakukan pengembangan usaha yang sehat dan dapat
menanggung risiko kerugian dalam batas-batas tertentu yang dapat diantisipasi oleh
modal yang ada. Menurut surat Edaran Bank Indonesia yang berlaku saat ini sebuah
lembaga keuangan dikatakan sehat apabila nilai CAR mencapai 8% atau lebih.
Artinya Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dijamin oleh modal sendiri
(modal inti) dan modal lain yang memiliki karakteristik sama dengan modal sendiri
(modal pelengkap) sebesar 8%. Untuk nilai CAR lebih tinggi dari 8%,
menunjukkan indikasi bahwa KSPPS/USPPS koperasi semakin sehat. Perhitungan
rasio CAR ditetapkan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menghitung nilai modal sendiri (modal inti) dan modal pelengkap yang
karakteristiknya sama dengan modal sendiri dengan cara menjumlahkan hasil
perkalian setiap komponen modal KSPPS/USPPS koperasi yang ada dalam
neraca dengan bobot pengakuannya.
27
Tabel 2.2
Modal inti dan modal pelengkap KSPPS
No Komponen Modal Nilai
(Rp)
Bobot
Pengakuan
(%)
Modal Yang
diakui (Rp)
(1) (2) (3) (4) (3) x (4)
MODAL INTI DAN MODAL
PELENGKAP:
1. Modal anggota
a. Simpanan Pokok 100
b. Simpanan Wajib 100
2. Modal Penyetaraan 100
3. Modal Penyertaan 50
4. Cadangan Umum 100
5. Cadangantujuan risiko 50
6. Modal sumbangan 100
7. SHU belum dibagi 50
JUMLAH
b. Menghitung nilai ATMR diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil
perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot risiko
masing-masing komponen aktiva.
Tabel 2.3
Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
No Komponen Aktiva Nilai
(Rp)
Bobot
Risiko
(%)
Modal
tertimbang
(Rp)
(1) (2) (3) (4) (3) x (4)
1. Kas 0
2. Simpanan/rekening di bank syariah 20
3. Simpanan/rekening di KJKS lain 50
4. Pembiayaan 100
5. Penyertaan pada koperasi, anggota
dan pihak lain
50
6. Aktiva tetap dan inventaris 70
7. Aktiva lain-lain 70
JUMLAH
28
c. Rasio CAR dihitung dengan cara membandingkan nilai modal yang diakui
dengan nilai ATMR dikalikan dengan 100% maka diperoleh rasio CAR.
d. Untuk rasio CAR lebih kecil dari 6% diberi nilai kredit 25, untuk kenaikan
rasio CAR 1% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan nilai CAR 8%
nilai kredit maksimal 100.
e. Nilai kredit dikalikan dengan 5%, diperoleh skor CAR
Tabel 2.4
Perhitungan Kriteria Rasio CAR
Rasio CAR (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria
< 6 25 5 1,25 Tidak sehat
6 - < 7 50 5 2,50 Kurang sehat
7 - < 8 75 5 3,75 Cukup sehat
≥ 8 100 5 5,00 Sehat
b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang
dimiliki dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.
Aktiva yang produktif sering juga disebut dengan earning asset (aktiva yang
menghasilkan), karena penanaman dana tersebut adalah untuk mencapai tingkat
penghasilan (laba) yang diharapkan. Dalam menjalankan kegiatan penanaman
dana, aktiva produktif dapat menggambarkan kinerja bank, selain itu aktiva
produktif juga berdampak pada tingkat profitabilitas (Rosyada, 2015).
Aktiva produktif adalah kekayaan KSPPS/USPPS Koperasi yang
mendatangkan penghasilan. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan
pada tiga rasio, yaitu Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap
jumlah piutang dan pembiayaan, Rasio Portofolio terhadap piutang berisiko dan
29
pembiayaan berisiko PAR (Portfolio Asset Risk), dan Rasio Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif Yang Wajib Dibentuk (PPAPWD).
Kolektabilitas pembiayaan terdiri dari:
1. Pembiayaan Lancar
1) Akad Mudharabah dan Musyarakah
Akad pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan
lancar jika pembayaran pokok dan pelunasan pokok tepat waktu dan atau
pembayaran pendapatan (bagi hasil) dimana Rencana Pendapatan (RP)
sama atau lebih dari 80% Penerimaan Pendapatan (PP).
2) Akad murabahah, salam, istishna, qardh, ijarah, ijarah muntahiyah bit
tamlik dan transaksi multijasa.
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan lancar jika masa angsuran
bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan
angsuran sampai dengan 3 (tiga) bulan dan pembiayaan belum jatuh
tempo.
2. Pembiayaan Kurang Lancar
1) Akad Mudharabah dan Musyarakah
a) Akad dengan pembayaran bulanan
Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyrakah dikatakan kurang
lancar jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tungggakan
angsuran pokok atau pelunasan pokok sampai dengan 3 (tiga) bulan dan
30
atau penerimaan pendapatan (bagi hasil) dimana RP di atas 30% PP
sampai dengan 80% PP (30% PP < RP ≤ 80% PP).
b) Akad dengan pembayaran harian
Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan kurang
lancar jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan
angsuran pokok atau pelunasan pokok sampai dengan 3 (tiga) hari dan
atau penerimaan pendapatan (bagi hasil) dimana RP di atas 30% PP
sampai dengan 80% PP (30% PP < RP ≤ 80% PP).
c) Akad dengan pembayaran mingguan
Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan kurang
lancar jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan
angsuran pokok atau pelunasan pokok sampai dengan 3 (tiga) minggu
dan atau penerimaan pendapatan (bagi hasil) dimana RP diatas 30% PP
sampai dengan 80% PP (30% PP < RP ≤ 80% PP).
2) Akad murabahah, salam, istishna, qardh, ijarah, ijarah murahiyah bit
tamlik dan transaksi multijasa.
a) Akad dengan pembayaran bulanan
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan kurang lancar jika masa
angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat
tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai dengan
6 (enam) bulan dan atau pembiayaan telah jatuh tempo dari 1 bulan
(angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan 3 (tiga) bulan
dan atau pembiayaan telah jatuh tempo sampai dengan 1 (satu) bulan.
31
b) Akad dengan pembayaran harian
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatan kurang lancar jika masa
angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat
tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) hari sampai dengan 6
(enam) hari dan atau pembiayaan telah jatuh tempo dari 1 hari
(angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan 3 (tiga) hari
dan atau pembiayaan telah jatuh tempo sampai dengan 1 (satu) hari.
c) Akad dengan pembayaran mingguan
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan kurang lancar jika masa
angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat
tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) minggu sampai
dengan 6 (enam) minggu dan atau pembiayaan telah jstuh tempo dari 1
minggu (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan 3
(tiga) minggu dan atau pembiayaan telah jatuh tempo sampai dengan 1
(satu minggu).
3. Pembiayaan Diragukan
1. Akad Mudharabah dan Musyarakah
a. Akad dengan pembayaran bulanan
Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarkah dikatakan
diragunan jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan
angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah melampaui 3 (tiga)
bulan sampai dengan 24 (dua puluh empat) bulan dan atau pembayaran
pendapatan (bagi hasil).
32
b. Akad dengan pembayaran harian
Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan
diragukan jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan
angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah melampaui 3 (tiga)
hari sampai dengan 24 (dua puluh empat) hari dan atau pembayaran
pendapatan (bagi hasil).
c. Akad dengan pembayaran mingguan
Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan
diragukan jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan
angsuran pokok atau pelunasan pokok yang telah melampaui 3 (tiga)
minggu sampai dengan 24 (dua puluh empat) minggu dan atau
pembayaran pendapatan (bagi hasil).
2. Akad Murabahah, Salam, Istishna, Qardh, Ijarah, Ijarah Muntahiyah Bit
Tamlik dan Transaksi Multijasa.
a. Akad dengan pembayaran bulanan
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan diragukan jika masa
angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat
tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) bulan sampai dengan
12 (dua belas) bulan dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati
1 (satu bulan) sampai dengan 2 (dua) bulan. Untuk masa angsuran
kurang dari 1 bulan (angsuran pokoko dan atau margin/fee) terdapat
tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) bulan sampai dengan
33
6 (enam) bulan dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1
(satu) bulan sampai dengan 2 (dua) bulan.
b. Akad dengan pembayaran harian
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan diragukan jika masa
angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat
tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) hari sampai dengan
12 (dua belas) hari dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1
(satu hari) sampai dengan 2 (dua) hari. Untuk masa angsuran kurang
dari 1 hari (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan
angsuran yang telah melewati 3 (tiga) hari sampai dengan 6 (enam) hari
dan atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 1 (satu) hari sampai
dengan 2 (dua) hari.
c. Akad dengan pembayaran mingguan
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan diragukan jika masa
angsuran bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat
tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) minggu sampai
dengan 12 (dua belas) minggu dan atau pembiayaan jatuh tempo telah
melewati 1 (satu minggu) sampai dengan 2 (dua) minggu. Untuk masa
angsuran kurang dari 1 minggu (angsuran pokok dan atau margin/fee)
terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 3 (tiga) minggu
sampai dengan 6 (enam) minggu dan atau pembiayaan jatuh tempo
telah melewati 1 (satu) minggu sampai dengan 2 (dua) minggu.
34
4. Pembiayaan Macet
1. Akad Mudharabah dan Musyarakah
a. Akad dengan pembayaran bulanan
Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan macet
jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran
pokok atau pelunasan yang telah melampaui 24 (dua puluh empat)
bulan dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil) terdapat RP < 30%
PP lebih dari 3 periode pembayaran.
b. Akad dengan pembayaran harian
Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan macet
jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran
pokok atau pelunasan yang telah melampaui 24 (dua puluh empat) hari
dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil) terdapat RP < 30% PP
lebih dari 3 periode pembayaran.
c. Akad dengan pembayaran mingguan
Pembiayaan untuk akad mudharabah dan musyarakah dikatakan macet
jika pengembalian pokok atau pelunasan terdapat tunggakan angsuran
pokok atau pelunasan yang telah melampaui 24 (dua puluh empat)
minggu dan atau pembayaran pendapatan (bagi hasil) terdapat RP <
30% PP lebih dari 3 periode pembayaran.
2. Akad Murabahah, Salam, Istishna, Qardh, Ijarah, Ijarah Muntahiyah Bit
Tamlik dan Transaksi Multijasa.
a. Akad dengan pembayaran bulanan
35
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan macet jika masa angsuran
bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan
angsuran yang telah melewati 12 (dua belas) bulan dan atau
pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) bulan atau telah
diserahkan kepada Pengadilan Negeri (PN) atau BPUN atau telah
diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi
kredit/pembiayaan. Untuk masa angsuran kurang dari 1 bulan
(angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran
yang telah melewati 6 (enam) bulan dan atau pembiayaan jatuh tempo
telah melewati 2 (dua) bulan.
b. Akad dengan pembayaran harian
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan macet jika masa angsuran
bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan
angsuran yang telah melewati 12 (dua belas) hari dan atau pembiayaan
jatuh tempo telah melewati 2 (dua) hari atau telah diserahkan kepada
Pengadilan Negeri (PN) atau BPUN atau telah diajukan penggantian
ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit/pembiayaan. Untuk masa
angsuran kurang dari 1 hari (angsuran pokok dan atau margin/fee)
terdapat tunggakan angsuran yang telah melewati 6 (enam) hari dan
atau pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) hari.
c. Akad dengan pembayaran mingguan
Pembiayaan untuk akad tersebut dikatakan macet jika masa angsuran
bulanan (angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan
36
angsuran yang telah melewati 12 (dua belas) minggu dan atau
pembiayaan jatuh tempo telah melewati 2 (dua) minggu atau telah
diserahkan kepada Pengadilan Negeri (PN) atau BPUN atau telah
diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi
kredit/pembiayaan. Untuk masa angsuran kurang dari 1 minggu
(angsuran pokok dan atau margin/fee) terdapat tunggakan angsuran
yang telah melewati 6 (enam) minggu dan atau pembiayaan jatuh tempo
telah melewati 2 (dua) minggu.
Kolektabilitas Piutang terdiri dari:
a. Lancar
Akad Murabahah dengan angsuran pokok/margin harian, mingguan maupun
bulanan digolongkan lancar apabila memenuhi syarat dibawah ini, yaitu:
a. Pembayaran angsuran tepat waktu dan tidak ada tunggakan serta sesuai
dengan persyaratan akad.
b. Informasi keuangan anggota selalu dapat diperoleh jika dibutuhkan dan
kondisinya akurat.
c. Dokumen perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.
b. Kurang Lancar
1. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian digolongkan kurang
lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
margin yang telah melewwati 7 (tujuh) hari sampai dengan 14 (empat belas)
hari.
37
2. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin mingguan digolongkan
kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan
atau margin yang telah melewati 14 (empat belas) hari sampai dengan 30 (tiga
puluh) hari.
3. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin bulanan digolongkan
kurang lancar apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan
atau margin yang telah melewati 60 (enam puluh) hari sampai dengan 150
(seratus lima puluh) hari.
Selain itu, akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian,
mingguan, maupun bulanan digolongkan kurang lancar apabila memenuhi syarat
dibawah ini, yaitu:
a. Informasi keuangan anggota jika dibutuhkan terlambat diperoleh dan datanya
meragukan.
b. Dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat.
c. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap perjanjian piutang.
d. Terdapat perpanjangan perjanjian piutang untuk menyembunyikan kesulitan
keuangan.
c. Diragukan
1. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian digolongkan
diragunakan apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan
atau margin yang telah melewati 14 (empat belas) hari sampai dengan 30 (tiga
puluh) hari.
38
2. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin mingguan digolongkan
diragukan apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
margin yang telah melewati 30 (tiga puluh) hari sampai dengan 90 (sembilan
puluh) hari.
3. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin bulanan digolongkan
diragukan apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
margin yang telah melewati 150 (seratus lima puluh) hari sampai 210 (dua
ratus sepuluh) hari.
Selain itu akad murabahah digolongkan diragukan apabila:
1. Terdapat informasi keuangan anggota jika dibutuhkan sulit untuk diperoleh
dan jika ada informasi datanya tidak dapat dipercaya.
2. Dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah.
3. Telah terjadi pelanggaran-pelanggaran yang prinsip terhadap perjanjian
piutang.
d. Macet
1. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin harian digolongkan macet
apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin
yang telah melewati 30 (tiga puluh) hari dan tidak ada dokumentasi perjanjian
piutang dan pengikatan agunan.
2. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin mingguan digolongkan
macet apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
margin yang telah melewati 90 (sembilan puluh) hari dan tidak ada
dokumentasi perjanjian piutang dan pengikatan agunan.
39
3. Akad murabahah dengan angsuran pokok/margin bulanan digolongkan macet
apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin
yang telah melewati 210 (dua ratus sepuluh) hari dan tidak ada dokumentasi
perjanjian piutang dan pengikatan agunan.
Untuk memperoleh rasio piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap
piutang dan pembiayaan yang disalurkan, untuk rasio lebih besar dari 12% sampai
dengan 100% diberi nilai skor 25 dan untuk setiap penurunan rasio 3% nilai kredit
ditambah dengan 5 sampai dengan maksimum 100 dan nilai kredit dikalikan bobot
10% maka diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2.5
Perhitungan Rasio Piutang dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Piutang
dan Pembiayaan yang Disalurkan
Rasio Piutang
Bermasalah dan
Pembiayaan
Bermasalah
terhadap Piutang
dan Pembiayaan
yang disalurkan
(%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
>12 25 10 2,50 0 - < 2,5 Tidak Lancar
9 – 12 50 10 5,00 2,5 - < 5,00 Kurang
Lancar
5 -8 75 10 7,50 5,00 - < 7,50 Cukup Lancar
< 5 100 10 10,00 7,50 – 10,00 Lancar
Mengukur rasio portofolio piutang dan pembiayaan berisiko dilakukan
dengan beberapa cara berikut ini:
a. Mengklasifikasikan tingkat keterlambatan ke dalam kelompok
40
1) Lambat 1 – 30 hari (portofilio berisiko 1)
2) Lambat 31 – 60 hari (portofolio berisiko 2)
3) Lambar 61 – 90 hari (portofolio berisiko 3)
4) Lambar > 90 hari (portofolio berisiko 4)
b. Membandingkan piutang dan pembiayaan bermasalah pada periode tersebut
dengan total piutang dan pembiayaan dengan cara:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 × 100%
c. Menghitung rasio total portofolio piutang dan pembiayaan berisiko dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Total PAR (Total Portofolio piutang dan pembiayaan berisiko) = (1) + (2) +
(3) + (4) = .......%
d. Cara menentukan skor
Untuk rasio lebih besar dari 30% sampai dengan 100% diberi nilai kredit 25,
untuk setiap penurunan rasio 1% nilai kredit ditambah dengan 5 sampai dengan
maksimum 100 dan nilai kredit dikalikan bobot 5% maka diperoleh skor penilaian.
Contoh perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2.6
Perhitungan Rasio PAR
Rasio
PAR (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
>30 25 5 1,25 0 -< 1,25 Sangat berisiko
26 – 30 50 5 2,50 1,25 - < 2,50 Kurang Berisiko
21 - < 26 75 5 3,75 2,50 - < 3,75 Cukup Berisiko
< 21 100 5 5,00 3,75 – 5,0 Tidak Berisiko
41
Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap
Penyisihan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD). Rasio ini
menunjukkan kemampuan manajemen KSPPS/USPPS koperasi menyisihkan
pendapatannya untuk menutupi risiko (penghapusan) aktiva produktif yang
disalurkan dalam bentuk pembiayaan dan piutang. Pengukuran tingkat kesehatan
rasio ini ditetapkan sebagai berikut:
a. Mengklasifikasikan aktiva produktif berdasarkan kolektibilitasnya, yaitu
lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.
b. Menghitung nilai PPAP dari nerasa pada komponen cadangan penghapusan
pembiayaan.
c. Menghitung PPAPWD dengan cara mengalikan komponen presentase
pembentukan PPAPWD dengan kolektabilitas aktiva produktif. Perhitungan
PPAPWD
1. 0,5% dari aktiva profuktif lancar.
2. 10% dari aktiva produktif kurang lancar dikurangi nilai agunannya.
3. 50% dari aktiva produktif diragukan dikurangi nilai agunannya.
4. 100% dari aktiva produktif macet dikurangi nilai agunannya.
Apabila nilai jaminan tidak dapat ditaksir/diketahui maka nilai agunan
sebagai pengurang adalah sebesar 50% dari baki debet.
d. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dapat diperoleh/dihitung
dengan membandingkan nilai PPAP dengan PPAPWD dikalikan dengan
100%/
42
e. Untuk rasio PPAP sebesar 0% nilai kredit sama dengan 0. Untuk setiap
kenaikan rasio PPAP 1% nilai kredit ditambah 1 sampai dengan maksimum
100.
f. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5%, diperoleh skor tingkat rasio PPAP.
Contoh perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2.7
Perhitungan Rasio PPAP
Rasio PPAP
(%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
0 0 5 0
0 - < 1,25 Macet
1,25 - < 2,5 Diragukan
2,5 - < 3,75 Kurang Lancar
3,75 – 5 Lancar
10 10 5 0,5
20 20 5 1,0
30 30 5 1,5
40 40 5 2,0
50 50 5 2,5
60 60 5 3,0
70 70 5 3,5
80 80 5 4,0
90 90 5 4,5
100 100 5 5,0
c. Aspek Manajemen
Penilaian aspek manajemen KSPPS/USPPS koperasi meliputi beberapa
komponen yaitu:
a) Manajemen umum
b) Kelembagaan
c) Manajemen permodalan
d) Manajemen aktiva
e) Manajemen likuiditas
43
Perhitungan nilai kredit didasarkan kepada hasil penilaian atas jawaban
pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen dengan komposisi
pertanyaan sebagai berikut:
a) Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai kredit untuk setiap
jawaban pertanyaan positif). Adapun pertanyaan yang dianalisa adalah sebagai
berikut:
1. Apakah KSPPS/ USPPS Koperasi memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas?
2. Apakah KSPPS/USPPS Koperasi telah memiliki rencana kerja jangka
panjang minimal untuk 3 tahun ke depan dan dijadikan sebagai acuan
KSPPS / USPPS Koperasi dalam menjalankan usahanya?
3. Apakah KSPPS/USPPS Koperasi memiliki kerja tahunan yang digunakan
sebagai dasar acuan kegiatan usaha selama 1 tahun?
4. Adakah kesesuaian antara rencana kerja jangka pendek dengan rencana
jangka panjang?
5. Apakah visi, misi, tujuan, dan rencana kerja diketahui dan dipahami oleh
pengurus, pengawas, pengelola, dan seluruh karyawan?
6. Pengambilan keputusan yang bersifat operasional dilakukan oleh pengelola
secara independen sesuai kewenangannya?
7. Pengurus dan atau pengelola KSPPS/USPPS Koperasi memiliki komitmen
untuk menangani permasalahan yang dihadapi serta melakukan tindakan
perbaikan yang diperlukan?
44
8. KSPPS/USPPS koperasi memiliki tata tertib kerja SDM, yang meliputi
disiplin kerja, serta didukung sarana kerja yang memadai dalam
melaksanakan pekerjaan?
9. Pengurus KSPPS/USPPS koperasi yang mengangkat pengelola, tidak
mencampuri kegiatan operasional sehari-hari yang cenderung
menguntungkan kepentingan sendiri, keluarga atau kelompoknya, sehingga
dapat merugikan KSPPS/USPPS Koperasi?
10. Anggota KSPPS/USPPS Koperasi sebagai pemilik mempunyai kemampuan
untuk meningkatkan permodalan KSPPS/ USPPS Koperasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku?
11. Pengurus, Pengawas, dan Pengelola KSPPS/USPPS Koperasi di dalam
melaksanakan kegiatan operasional tidak melakukan hal-hal yang
cenderung menguntungkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya, atau
berpotensi merugikan KSPPS/USPPS Koperasi?
12. Pengurus melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
pengelola sesuai dengan tugas dan wewenangnya secara efektif?
Perhitungan atas setiap jawaban dari pertanyaan di atas dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.8
Perhitungan Kriteria Manajemen Umum
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 0,25
0 – 0,75 Tidak baik
0,76 – 1,60 Kurang baik
1,51 – 2,25 Cukup Baik
2,26 – 3,00 Baik
2 0,50
3 0,75
4 1,00
5 1,25
6 1,50
45
7 1,75
8 2,00
9 2,25
10 2,50
11 2,75
12 3,00
b) Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai kredit untuk setiap jawaban
pertanyaan positif). Adapun pertanyaan yang dianalisa adalah sebagai berikut:
1. Bagan organisasi yang ada telah mencerminkan seluruh kegiatan
KSPPS/USPPS Koperasi dan tidak terdapat jabatan kosong atau
perangkapan jabatan?
2. KSPPS/USPPS Koperasi memiliki rincian tugas yang jelas untuk masing-
masing karyawannya?
3. Di dalam struktur kelembagaan KSPPS/USPPS Koperasi terdapat struktur
yang melakukan fungsi sebagai dewan pengawas syariah?
4. KSPPS /USPPS Koperasi terbukti mempunyai Standar Operasional dan
Manajemen (SOM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)?
5. KSPPS/USPPS Koperasi telah menjalankan kegiatannya sesuai SOM dan
SOP KSPPS/USPPS Koperasi?
6. KSPPS/USPPS Koperasi mempunyai sistem pengamanan yang baik
terhadap semua dokumen penting?
Perhitungan atas setiap jawaban dari pertanyaan di atas dapat dilihat pada tabel
berikut:
46
Tabel 2.9
Perhitungan Kriteria Manajemen Kelembagaan
Positif Nilai Kredit
Bobot Kriteria
1 0,50
0 – 0,75 Tidak baik
0,76 – 1,50 Kurang baik
1,51 – 2,25 Cukup baik
2,26 – 3,00 Baik
2 1,00
3 1,50
4 2,00
5 2,50
6 3,00
c) Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai kredit untuk setiap
jawaban pertanyaan positif). Adapun daftar pertanyaan yang dianalisa adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat pertumbuhan modal sendiri sama atau lebih besar dari tingkat
pertumbuhan aset?
2. Țingkat pertumbuhan modal sendiri yang berasal dari anggota sekurang
kurangnya sebesar 10 % dibandingkan tahun sebelumnya?
3. Penyisihan cadangan dari SHU sama atau lebih besar dari seperempat
bagian SHU tahun berjalan?
4. Simpanan wadi'ah, simpanan mudharabah, simpanan mudharabah
berjangka koperasi meningkat minimal 10% dari tahun sebelumnya?
5. Investasi harta tetap dari inventaris serta pendanaan ekspansi perkantoran
dibiayai dengan modal sendiri?
Perhitungan atas setiap jawaban dari pertanyaan di atas dapat dilihat pada tabel
berikut:
47
Tabel 2.10
Perhitungan Kriteria Manajemen Permodalan
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 0,60 0 – 07,5 Tidak baik
0,76 – 1,50 Kurang baik
1,51 – 2,25 Cukup baik
2,26 – 3,00 Baik
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00
d) Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai kredit untuk setiap
jawaban positif). Adapun daftar pertanyaan yang dianalisa adalah sebagai
berikut:
1. Pembiąyaan dengan kolektibilitas lancar minimal sebesar 90% dari
pembiayaan yang diberikan?
2. Setiap pembiayaan yang diberikan didukung dengan agunan yang nilainya
sama atau lebih besar dari pembiayaan yang diberikan, kecuali pembiayaan
bagi anggota sampai dengan 1 juta rupiah?
3. Dana cadangan penghapusan pembiayaan sama atau lebih besar dari jumlah
pembiayaan macet tahunan?
4. Pembiayaan macet tahun lalu dapat ditagih sekurang-kurangnya
sepertiganya?
5. KSPPS/USPPS Koperasi menerapkan prosedur pembiayaan dilaksanakan
dengan efektif?
6. Memiliki kebijakan cadangan penghapusan pembiayaan dan piutang
bermasalah?
7. Dalam memberikan pembiayaan KSPPS/ USPPS Koperasi mengambil
keputusan berdasarkan prinsip kehati-hatian?
48
8. Keputusan pemberian pembiayaan dan atau penempatan dana dilakukan
melalui komite?
9. Setelah pembiayaan diberikan, KSPPS/USPPS Koperasi melakukan
pemantauan terhadap penggunaan pembiayaan serta kemampuan dan
kepatuhan mudharib dalam memenuhi kewajibannya?
10. KSPPS/USPPS Koperasi melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan
terhadap agunannya?
Perhitungan atas setiap jawaban dari pertanyaan di atas dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.11
Perhitungan Kriteria Manajemen Aktiva
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 0,30
0 – 0,75 Tidak baik
0,76 – 1,50 Kurang baik
1,51 – 2,25 Cukup baik
2,26 – 3,00 Baik
2 0,60
3 0,90
4 1,20
5 1,50
6 1,80
7 2,10
8 2,40
9 2,70
10 3,30
e) Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai kredit untuk setiap
jawaban pertanyaan positif). Adapun daftar pertanyaan yang dianalisa adalah
sebagai berikut:
1. Memiliki kebijakan tertulis mengenai pengendalian likuiditas?
2. Memiliki fasilitas pembiayaan yang akan diterima dari lembaga syariah lain
untuk menjaga likuiditasnya?
49
3. Memiliki pedoman administrasi yang efektif untuk memantau kewajiban
yang jatuh tempo?
4. Memiliki kebijakan pembiayaan dan piutang sesuai dengan kondisi
keuangan KSPPS/USPPS koperasi?
5. Memiliki sistem informasi manajemen yang memadai untuk pemantauan
likuiditas?
Perhitungan atas setiap jawaban dari pertanyaan di atas dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.12
Perhitungan Kriteria Manajemen Likuiditas
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 0,60 0 – 0,75 Tidak baik
0,76 - 1,50 Kurang baik
1,51 – 2,25 Cukup baik
2,26 – 3,00 Baik
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00
d. Aspek Efisiensi
Penilaian efisiensi KSPPS/USPPS koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio
yaitu rasio biaya operasional terhadap pelayanan, rasio aktiva tetap terhadap total
asset, rasio efisiensi pelayanan. Rasio-rasio ini menggambarkan sampai seberapa
besar KSPPS/USPPS koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada
anggotanya dari penggunaan asset yang dimilikinya, sebagai pengganti ukuran
rentabilitas yang untuk badan usaha koperasi dinilai kurang tepat. Karena koperasi
tujuan utamanya adalah memberikan pelayanan kepada anggota bukan mencari
keuntungan. Meskipun rentabilitas sering digunakan sebagai ukuran efisiensi
50
penggunaan modal. Rentabilitas koperasi hanya untuk mengukur keberhasilan
perusahaan koperasi yang diperoleh dari penghematan biaya pelayanan.
Cara perhitungan rasio biaya operasional atas pelayanan ditetapkan sebagai
berikut:
a. Untuk rasio lebih besar dari 100 diperoleh nilai kredit 25 dan unutk setiap
penurunan rasio 15% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan
maksimum nilai kredit 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian
Contoh perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2.13
Perhitugan Kriteria Rasio Biaya Operasional terhadap Pelayanan
Rasio Biaya
Operasional terhadap
Pelayanan (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
>100 25 4 1 Tidak efisien
85 – 100 50 4 2 Kurang efisien
69 – 84 75 4 3 Cukup efisien
0 – 68 100 4 4 Efisien
Rasio aktiva tetap terhadap total modal ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih besar dari 76% diperoleh nilai kredit 25 dan untuk setiap
penurunan rasio 25% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan
maksimum nilai kredit 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian:
51
Contoh perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2.14
Perhitungan Kriteria Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Modal
Rasio aktiva tetap
terhadap Total Modal (%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
76 – 100 25 4 1 Tidak baik
51 – 75 50 4 2 Kurang baik
26 – 50 75 4 3 Cukup baik
0 – 25 100 4 4 Baik
Rasio efisiensi pelayanan dihitung sebagai berikut:
a. Untuk rasio kurang dari 50 orang diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap
kenaikan 25 orang nilai skor ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum
nilai kredit 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 2% diperoleh skor penilaian:
Contoh perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2.15
Perhitungan Kriteria Rasio Efisiensi Pelayanan
Rasio Efisiensi
Pelayanan
Nilai
Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
< 50 25 2 0,5 Tidak baik
50 – 74 50 2 1 Kurang baik
75 – 99 75 2 1,5 Cukup baik
>90 100 2 2 Baik
e. Aspek Likuiditas
Dalam usaha simpan pinjam, pemeliharaan likuiditas dimaksudkan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek, baik untuk membayar penarikan dana
simpanan anggota koperasi maupun kewajiban jangka pendek lainnya (Sudarma &
52
Yasa, 2013). Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KSPPS/USPPS koperasi
dilakukan terhadap 2 (dua) rasio, yaitu rasio kas dan rasio pembiayaan. Kas dan
bank adalah alat likuid yang segera dapat digunakan, seperti uang tunai dan uang
yang tersimpan lembaga keuangan syariah lain.
Pengukuran rasio kas terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 14% dan lebih bedar dari 56% diberi nilai
kredit 25, untuk rasio antara 14% sampai dengan 20% dan antara 46% sampai
dengan 56% diberi nilai kredit 50, rasio antara 21% sampai dengan 25% dan
35% sampai dengan 45% diberi nilai kredit 75, dan untuk rasio 26% sampai
dengan 34% diberi nilai kredit 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 10% diperoleh skor penilaian
Contoh perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.16
Perhitungan Kriteria Rasio Kas
Rasio kas (%) Nilai
Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
< 14 dan > 56 25 10 2,5 Tidak likuid
(14 – 20) dan (46 – 56) 50 10 5 Kurang likuid
(21 – 25) dan (35 – 45) 75 10 7,5 Cukup likuid
(26 – 34) 100 10 10 Likuid
Pengukuran rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima ditetapkan
sebagai berikut:
a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 50% diberi nilai kredit 25, untuk setiap
kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan
maksimum 100.
53
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian
Contoh perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.17
Perhitungan Kriteria Rasio Pembiayaan
Rasio pembiayaan (%) Nilai Kredit Bobot (%) Skor Kriteria
< 50 25 5 1,25 Tidak likuid
51 – 75 50 5 2,50 Kurang likuid
76 – 100 75 5 3,75 Cukup likuid
>100 100 5 5 Likuid
f. Aspek Jati Diri Koperasi
Penilaian aspek jati diri koperasi dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan
koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota.
Aspek penilaian jati diri koperasi menggunakan 2 (dua) rasio, yaitu:
a. Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA). Rasio ini mengukur kemampuan
koperasi memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi
biaya koperasi dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, semakin tinggi
persentasenya semakin baik.
b. Rasio Partisipasi Bruto. Rasio partisipasi bruto adalah tingkat kemampuan
koperasi dalam melayani anggota, semakin tinggi/besar persentasenya
semakin baik. Partisipasi bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi
sebagai imbalan penyerahan jasa pada anggota yang mencakup beban pokok
dan partisipasi netto.
Pengukuran rasio Promosi Ekonomi Anggota ditetapkan sebagai berikut:
54
a. Untuk rasio lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap
kenaikan rasio 3% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan rasio lebih
besar dari 12% nilai kredit maksimum 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian.
Contoh perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2.18
Perhitungan Kriteria Rasio PEA
Rasio PEA (%) Nilai
Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
< 5 25 5 1,25 Tidak bermanfaat
5 – 7,99 50 5 2,50 Kurang bermanfaat
8 – 11,99 75 5 3,75 Cukup bermanfaat
>12 100 5 5 Bermanfaat
Pengukuran rasio partisipasi bruto ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih kecil dari 25% diberi nilai kredit 25 dan untuk setiap
kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan rasio
lebih besar dari 75% nilai kredit maksimum 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian
Contoh perhitungan sebagai berikut:
Tabel 2.19
Perhitungan Kriteria Rasio Partisipasi Bruto
Rasio Partisipasi
Bruto
Nilai
Kredit Bobot (%) Skor Kriteria
< 25 25 5 1,25 Rendah
25 – 49 50 5 2,50 Kurang
50 – 75 75 5 3,75 Cukup
>75 100 5 5 Tinggi
55
g. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan
Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga)
rasio, yaitu Rentabilitas Aset, Rentabilitas Ekuitas, dan Kemandirian Operasional.
Rasio rentabilitas aset yaitu SHU sebelum zakat dan pajak dibandingkan
dengan total aset ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio rentabilitas aset lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk
setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan
maksimum 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian.
Tabel 2.20
Perhitungan Kriteria Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas Aset
(%) Nilai Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
< 5 25 3 0,75 Rendah
5 – 7,4 50 3 1,50 Kurang
7,5 – 10 75 3 2,25 Cukup
>10 100 3 3,00 Tinggi
Rasio rentabilitas ekuitas yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total
ekuitas ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio rentabilitas ekuitas lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25,
untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan
maksimum 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian.
56
Tabel 2.21
Perhitungan Kriteria Rasio Rentabilitas Ekuitas
Rasio Rentabilitas Ekuitas
(%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
< 5 25 3 0,75 Rendah
5 – 7,4 50 3 1,50 Kurang
7,5 – 10 75 3 2,25 Cukup
>10 100 3 3,00 Tinggi
Rasio kemandirian operasional yaitu pendapatan usaha dibandingkan biaya
operasional ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio kemandirian operasional lebih kecil dari 100% diberi nilai kredit
25. Untuk setiap kenaikan rasio 25% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan
maksimum 100.
b. Nilai kredit dikalikan dengan bobot 4% diperoleh skor penilaian.
Tabel 2.22
Perhitungan Kriteria Rasio Kemandirian Operasional
Rasio Kemandirian Operasional
(%)
Nilai
Kredit
Bobot
(%) Skor Kriteria
<100 25 4 1 Rendah
100- 125 50 4 2 Kurang
126 – 150 75 4 3 Cukup
>150 100 4 4 Tinggi
h. Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah
Penilaian aspek kepatuhan prinsip syariah dimaksudkan untuk menilai sejauh
mana prinsip syariah diterapkan/dipatuhi oleh KSPPS/USPPS koperasi dalam
melaksanakan aktivitasnya sebagai lembaga keuangan syariah. Penilaian kepatuhan
prinsip syariah dilakukan dengan perhitungan nilai kredit yang didasarkan pada
57
hasil kepada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan sebanyak 10 buah dengan
bobot 10% berarti untuk setiap jawaban positif 1 memperoleh nilai kredit bobot 1.
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dianalisa dalam aspek kepatuhan prinsip
syariah ini adalah sebagai berikut:
1. Akad dilaksanakan sesuai tata cara syariah?
2. Penempatan dana pada bank syariah?
3. Adanya Dewan Pengawas Syariah?
4. Komposisi modal penyertaan dan pembiayaan berasal dari lembaga keuangn
syariah?
5. Pertemuan kelompok yang dihadiri Pengurus, Pengawas, dan Dewan Pengawas
Syariah, Pengelola, Karyawan, Pendiri dan Anggota yag diselenggarakan secara
berkala?
6. Manajemen KSPPS/USPPS Koperasi memiliki sertifikat pendidikan
pengelolaan lembaga keuangan syariah yang dikeluarkan oleh pihak yang
kompeten?
7. Frekuansi rapat Dewan Pengawas Syariah untuk membicarakan ketepatan pola
pembiayaan yang dijalankan pengelola dalam 1 tahun?
8. Dalam mengatasi pembiayaan bermasalah digunakan pendekatan syariah?
9. Meningkatnya titipan ZIS dari anggota?
10. Meningkatnya pemahaman anggota terhadap keunggulan sistem syariah dari
waktu ke waktu?
58
Dari pertanyaan-pertanyaan diatas, pembobotan penilaian pada aspek
kepatuhan prinsip syariah ini dapat dilihat pada tabel contoh perhitungan di bawah
ini:
Tabel 2.23
Perhitungan Kriteria Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah
Positif Nilai Kredit Bobot Kriteria
1 1
0 – 2,50 Tidak patuh
2,51 – 5,00 Kurang patuh
5,01 – 7,50 Cukup patuh
7,51 – 10,00 Patuh
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
Penetapan kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
dilakukan berdasarkan hasil perhitungan terhadap 8 (delapan) komponen diatas
diperoleh skor secara keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan
predikat tingkat kesehatan KSPPS/USPPS koperasi yang dibagi dalam 4 (empat)
golongan yaitu sehat, cukup sehat, dalam pengawasan, dan dalam pengawasan
khusus. Penetapan predikat tingkat kesehatan KSPPS/USPPS koperasi tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.24
Predikat Tingkat Kesehatan
SKOR PREDIKAT
80,00 ≤ x ≤ 100 Sehat
66,00 ≤ x ≤ 80,00 Cukup Sehat
51,00 ≤ x ≤ 66,00 Dalam Pengawasan
0 < x < 51,00 Dalam Pengawasan Khusus
59
B. Penelitian Terdahulu
Sebagian besar penelitian terdahulu mengenai penilaian kesehatan ini hanya
terbatas pada studi kasus pada sebuah KSPPS atau BMT saja dengan aturan yang
sudah tidak berlaku lagi. Penelitian sebelumnya juga belum ada ditemukan untuk
menganalisis penilaian kesehatan koperasi pada suatu wilayah pemerintahan
dengan peraturan yang terbaru.
60
Tabel 2.25
Penelitian Terdahulu
Penelitian
(Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Abdul Rahim Abdul
Rahman
Journal Humanomics
Vol.26 No.4, 2010
Pp.284-295
Islamic microfinance:
an ethical alternative
to poverty allevation
1. Jenis Penelitian: Kualitatif
2. Sumber Data: -
3. Sampel: -
4. Metode Analisis: Penelitian ini
tidak melakukan pengujian
secara empiris, hanya berupa
penelitian konsepttual yang
melihat potensi skema
pembiayaan syariah untuk
tujuan pembiayaan mikro.
Keuangan Islam menawarkan berbagai skema
dan instrumen etika yang dapat dikembangkan
dan disesuaikan dengan tujuan keuangan
mikro. Skema qardhul hasan, murabahah,
dan ijarah relatif relatif mudah dikelola dan
akan menjamin kebutuhan modal (qardhul
hasan), peralatan (murabahah) dan peralatan
sewaan untuk calon pengusaha mikro dan
masyarakat miskin. Skema partisipatif seperti
mudharabah dan musyarakah, di sisi lain,
memiliki potensi besar untuk tujuan keuangan
mikro karena skema ini dapat memenuhi
kebutuhan berbagi risiko bagi para pengusaha
mikro.
M. Nadratuzzaman
Hosen & Lia
Syukriyah Sa’roni
International Journal
of Academic Research
in Economics and
Management Sciences
(2012)
Determinant Factors
of the Successful of
Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT)
1. Jenis Penelitian: Kualitatif
2. Sumber Data: Interview dan
Kuesioner, dan Laporan
Keuangan BMT Berkah
Madani Cimanggis
3. Sampel: 80 Orang nasabah
BMT Berkah Madani
Cimanggis
Hasil penelitian ini menunjukan faktor
penentu dari kesuksesan Baitul Maal wat
Tamwil adalah kemampuan manajemen
keuangan, karakteristik pembiayaan nasabah,
kemampuan manajemen risiko, keakraban
antara nasabah dengan tim manajemen BMT,
teknologi informasi dan jaringan.
61
Penelitian
(Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
4. Metode Analisis: Metode ini
menggunakan analisis laporan
keuangan, analisis
karakteristik, analisis risiko,
analisis nilai dan sikap dari
pelanggan dan analisis
dukungan sistem bisnis BMT.
Alif Rohmaning Tyas
(2014)
Analisis Tingkat
Kesehatan Koperasi
Simpan Pinjam Mukti
Bina Usaha Kelurahan
Muktisari Kota Banjar
Jawa Barat Tahun
2011 – 2013
1. Jenis Penelitian: Evaluatif
Deskriptif
2. Sumber Data: Wawancara dan
Laporan Keuangan KSP Mukti
Bina Usaha.
3. Sampel: KSP Mukti Bina
Usaha Kelurahan Muktisari
Kota Banjar Jawa Barat.
4. Metode Analisis: Analisis
deskriptif dengan berpedoman
pada Peraturan Menteri
Koperasi dan UKM No.
14/Per/M.KUKM/XII/2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kesehatan KSP Mukti Bina Usaha tahun 2011
– 2013 berada dalam kategori cukup sehat
dengan mendapatkan skor sebesar 68,02
Fauzia Ratih Ismaya,
Hari Susanta dan
Rodhiyah
Analisis Kesehatan
Koperasi Jasa
Keuangan Syariah
Menggunakan Motode
CAMEL Pada
1. Jenis Penelitian: Kuantitatif
2. Sumber Data: Laporan
Keuangan.
3. Sampel: BMT Tamzis
Wonosobo
Hasil penelitian ini menemukan bahwa BMT
Tamzis Wonosobo pada semua faktor
CAMEL dalam kategori sehat kecuali pada
faktor rentabilitas, karena pertumbuhan aktiva
yang terlalu tinggi yang menunnjukkan
banyaknya dana yang digunakan untuk
62
Penelitian
(Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Jurnal Ilmu
Administrasi Bisnis,
Volume 3, No 1, 2014
Baituttamwil Tamzis
Wonosobo
4. Metode Analisis: Metode
analisis menggunakan CAMEL
yang menganalisis 5 aspek,
yaitu aspek permodalan, aspek
kualitas aktiva produktif, aspek
manajemen, aspek rentabilitas
dan aspek likuiditas yang
berpedoman pada Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan
UKM Republik Indonesia
No.96/Kep/M.KUKM/IX/2004.
menambah aktiva dari tahun ke tahun
dibandingkan dengan dana yang disalurkan ke
masyarakat untuk pembiayaan bagi hasil.
Muhammad Akhyar
Adnan dan Shochrul
Rohmatul Ajija
Humanomics Vol.31
No. 2, 2015 Pp. 160-
182
The Effectiveness of
Baitul Maal wat
Tamwil in Reducing
Poverty: The Case of
Indonesian Islamic
Microfinance
Institution
1. Jenis Penelitian: Kuantitatif
2. Sumber Data: Interview
3. Sampel: 200 nasabah BMT
MMU Sidogiri
4. Metode Analisis: Analisis
deskriptif statistik dengan
beberapa pengukuran yaitu
headcount ratio (HC),
Kesenjangan Kemiskinan, Sen
Indeks dan Foster, Greer dan
Thorbecke (FGT) Indeks
Hasil penelitian ini menemukan bahwa BMT
secara efektif dapat mengurangi kemiskinan,
karena pembiayaan yang diberikan oleh BMT
dapat mengurangi kemiskinan melalui
peningkatan pendapatan rumah tangga
pelanggan. Tingkat kemiskinan yang diukur
dengan beberapa indeks, yaitu headcount
ratio (HC), Kesenjangan Kemiskinan, Sen
Indeks dan Foster, Greer dan Thorbecke
(FGT) Indeks juga menemukan bahwa
pembiayaan yang disalurkan oleh BMT dapat
mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat.
Hasmayati
Analisis Penilaian
Kesehatan Koperasi
Jasa Keuangan
1. Jenis Penelitian: Deskriptif
Kuantitatif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat kesehatan KJKJ BMT At Taqwa
melalui perhitungan delapan aspek
63
Penelitian
(Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Jurnal Riset
Manajemen dan
Bisnis, Vol.1, No.2,
Oktober 2016:
163:170
Syariah Berbasis
Masjid (Studi Kasus
Koperasi Jasa
Keuangan Syariah
Baitul Mal Tamwil
At-Taqwa – Masjid
At-Taqwa
Kemanggisan Jakarta)
2. Sumber Data: Kuesioner dan
wawancara dan Laporan
Keuangan KJKS BMT At-
Taqwa
3. Sampel: BMT At Taqwa
4. Metode Analisis: Analisis
dalam penelitian ini
menggunakan deskriptif
kuantitatif dengan analisis
penilaian kesehatan dan
deskriptif kualitatif melalui
survey kepuasan konsumen.
menunjukkan KJKS BMT At Taqwa berada
pada level cukup segat dan dengan
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari tujuh rasio
keuangan yang memberikan pengaruh
terhadap tingkat kesehatan koperasi tersebut
yaitu rasio NPF, rasio portofolio pembiayaan
berisiko, rasio kelembagaan, rasio aktiva tetap
terhadap total asset, rasio ROE, rasio
partisipasi bruto dan rasio partisipas anggota.
64
C. Kerangka Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara skematis
dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah Kota Tangerang Selatan
Analisis Tingkat Kesehatan dengan Berpedoman pada Peraturan
Deputi Bidang Pengawasan K. KUKM No.
07/Per/Dep/6/IV/2016
Prinsip
Syariah
Kemandirian
dan
Pertumbuhan
Efisiensi Manajemen
Kualitas
Aktiva
Produktif
Permodalan Likuiditas
Jati Diri
Koperasi
Hasil Analisis
Dalam Pengawasan
Khusus
Dalam
Pengawasan Cukup Sehat Sehat
65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik yang diteliti dalam
suatu situasi (Sekaran, 2014). Pada penelitian ini, penelitian deskriptif ini bertujuan
untuk mengetahui keadaan kesehatan dari koperasi simpan pinjam dan pembiayaan
syariah (KSPPS) di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini hanya mendeskripsikan
informasi apa adanya sesuai dengan aspek-aspek kesehatan yang diteliti.
Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah kesehatan Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang terdapat di Kota Tangerang Selatan. Dalam
penilaian kesehatan, penelitian ini mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh
Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
No. 07/Per/Dep.6/IV/2016.
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk melakukan perbaikan dan
pengawasan kepada koperasi-koperasi yang telah dinilai. Berdasarkan data hasil
penelitian ini, pengambil kebijakan dalam hal ini Dinas Koperasi dan UKM Kota
Tangerang Selatan dapat memperbaiki pengawasan yang harus dilakukan terhadap
koperasi-koperasi yang berada di wilayahnya.
Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan jenis data sekunder
berupa laporan pertanggungjawaban pengurus yang disampaikan dalam Rapat
66
Anggota Tahunan (RAT) dan laporan keuangan KSPPS tahun 2015. Data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data Sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam
arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak di publikasikan. Data
sekunder umumnya digunakan dalam penelitian arsip (archival research) yang
memuat kejadian masa lalu (historis) (Indrianto, Nur, & Supomo, 2002). Data
sekunder dapat diperoleh melalui sumber yang ada dan data tidak perlu dikumpulan
sendiri oleh peneliti.
B. Metode Penentuan Sampel
Koperasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Kota
Tangerang Selatan. Dalam studi kualitatif (Qualitative study) dapat menggunakan
sampel yang kecil. Dalam penelitian ini metode penentuan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti
untuk tujuan tertentu dengan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu (Sekaran, 2014).
Adapun kriteria-kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini antara lain:
1. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) / Baitul Maal wat
Tamwil yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.
67
2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) / Baitul Maal wat
Tamwil yang menyerahkan Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun
buku 2015 ke Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.
3. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) / Baitul Maal wat
Tamwil yang menyajikan data laporan keuangan tahun 2015 dan 2014 pada
Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2015.
Pertimbangan-pertimbangan ini dibuat untuk menghasilkan sampel yang
dapat mewakili populasi yang sebenarnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode studi dokumentasi, karena data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
merupakan jenis data sekunder. Kajian atau studi dokumentasi ini membantu
penelitian dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-
surat, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan
bahan-bahan tulisan lainnya (Sarwono, 2006).
Data yang digunakan berupa data sekunder yaitu laporan pertanggungawaban
pengurus yang disampaikan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan Laporan
Keuangan KSPPS Tahun 2015. Data diperoleh melalui perizinan kepada Dinas
Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.
68
D. Metode Analisis Data
Teknik analisi data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
dengan analisis penilaian kesehatan yang berpedoman pada Peraturan Deputi
Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM No. 07/Per/Dep.6/IV/2016
dengan rincian sebagai berikut:
1. Penilaian Aspek dan Komponen Kesehatan KSPPS
Penilaian kesehatan KSPPS/USPPS koperasi meliputi penilaian terhadap
aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas,
kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi dan prinsip syariah. Penilaian
terhadap aspek-aspek tersebut diberikan bobot penilaian sesuai dnegan besarnya
yang berpengaruh terhadap kesehatan KSPPS/USPPS koperasi tersebut. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan sistem nilai kredit atau reward system yang
dinyatakan dalam nilai kredit 0 sampai dengan 100. Bobot penilaian terhadap aspek
dan komponen kesehatan tersebut ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Aspek Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah (KSPPS)
No. Aspek yang
dinilai Komponen
Bobot
Penilaian
dalam
(%)
1. Permodalan
a. Rasio modal sendiri terhadap total aset
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 × 100%
5
10
b.Rasio kecukupan modal (CAR)
5
69
No. Aspek yang
dinilai Komponen
Bobot
Penilaian
dalam
(%) 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
𝐴𝑇𝑀𝑅 × 100%
2.
Kualitas
Aktiva
Produktif
a.Rasio tingkat pembiayaan dan putang bermasalah
terhadap jumlah piutang dan pembiayaan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑥 100%
10
20
b.Rasio portofolio pembiayaan berisiko
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑟𝑡𝑜𝑓𝑜𝑙𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 × 100%
5
c.Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP)
𝑃𝑃𝐴𝑃
𝑃𝑃𝐴𝑃𝑊𝐷 × 100%
5
3. Manajemen
a.Manajemen Umum 3
15
b. Kelembagaan 3
c. Manajemen permodalan 3
d. Manajemen Aktiva 3
e. Manajemen Likuiditas 3
4. Efisiensi
a.Rasio biaya operasional pelayanan terhadap
partisipasi bruto
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛
𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜 𝑥 100%
4
10
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 × 100%
4
c. Rasio Efisiensi Pelayanan
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐺𝑎𝑗𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝐻𝑜𝑛𝑜𝑟 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 × 100%
2
5. Likuiditas a.Cash rasio
10 15
70
No. Aspek yang
dinilai Komponen
Bobot
Penilaian
dalam
(%) 𝐾𝑎𝑠 + 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100%
b.Rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 × 100%
5
6. Jatidiri
Koperasi
a.Rasio partisipasi bruto
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜 + 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑁𝑜𝑛 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
× 100%
5
10
b. Rasio partisipasi ekonomi anggota (PEA)
𝑀𝐸𝑃 + 𝑆𝐻𝑈 𝐵𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 + 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑊𝑎𝑗𝑖𝑏
× 100%
MEP = Manfaat Ekonomi Partisipasi
PEA = Partisipasi Ekonomi Anggota
5
7.
Kemandirian
dan
Pertumbuhan
a. Rentabilitas Aset 𝑆𝐻𝑈 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑁𝑖𝑠𝑏𝑎ℎ, 𝑍𝑎𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
3
10
b. Rentabilitas Ekuitas 𝑆𝐻𝑈 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 100%
3
c. Kemandirian Operasional Pelayanan 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑥 100%
4
8.
Kepatuhan
Prinsip
Syariah
Pelaksanaan prinsip-prinsip syariah 10 10
TOTAL 100
71
2. Penilaian Tingkat Kesehatan KSPPS
Penetapan tingkat kesehatan KSPPS/USPPS Koperasi dilakukan berdasarkan
perhitungan pada 8 (delapan) aspek, sehingga diperoleh skor secara keseluruhan.
Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan
KSPPS/USPPS koperasi yang dibagi dalam 4 (empat) golongan yaitu sehat, cukup
sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.
Penetapan predikat tingkat kesehatan KSPPS/USPPS koperasi tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Predikat Tingkat Kesehatan KSPPS Koperasi
SKOR PREDIKAT
80,00 ≤ x ≤ 100 Sehat
66,00 ≤ x ≤ 80,00 Cukup Sehat
51,00 ≤ x ≤ 66,00 Dalam Pengawasan
0 ≤ x ≤ 51,00 Dalam Pengawasan Khusus
Sumber: (Permen KUKM No. 07/Per/Dep.6/IV/2016)
72
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam menganalisis tingkat kesehatan KSPPS Koperasi, penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif seperti yang dilakukan oleh beberapa penelitian-
penelitian terdahulu yang sama dengan penelitian ini. Namun berbeda dengan
penelitian sebelumnya, terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan dalam
penelitian ini, salah satunya dengan menggunakan peraturan terbaru yang di
keluarkan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yaitu
Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 07/Per/Dep.6/IV/2016.
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini hanya dibatasi pada Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah/Baitul Maal wat Tamwil yang
menyerahkan Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2015 yang juga
mencantumkan posisi keuangan pada tahun 2014. Objek penelitian dipilih dengan
menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah (KSPPS) / Baitul Maal wat
Tamwil yang terdata di Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.
2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) / Baitul Maal
Wat Tamwil yang menyerahkan Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT)
tahun buku 2015 ke Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.
73
3. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) / Baitul Maal wat
Tamwil yang menyajikan data laporan keuangan tahun 2015 dan 2014 pada
Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2015.
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel dengan Kriteria
Kriteria Jumlah
Total koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah
(KSPPS) / Baitul Maal wat Tamwil yang terdata di Dinas
Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan
13
Koperasi yang tidak menyerahkan laporan rapat anggota
tahunan tahun buku 2015
(3)
Koperasi yang tidak mencantumkan laporan keuangan tahun
2014 pada laporan rapat anggota tahunan tahun buku 2015
(2)
Jumlah koperasi yang digunakan untuk penelitian 8
Jumlah keseluruhan sampel (hanya 1 tahun) 8
Sumber: Data diolah sendiri
Adapun KSPPS Koperasi / BMT yang menjadi objek dalam penelitian ini
yaitu BMT Syahida IKALUIN, BMT Al Jibaal, BMT Al Fath IKMI, BMT Al
Bayan, BMT Al Ittihad, BMT Al Munawwarah, dan BMT Bumi Syariah. Informasi
mengenai profil dari koperasi yang menjadi objek penelitian pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
74
Tabel 4.2
Profil Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Kota Tangerang
Selatan
No Nama KSPPS Akta Pendirian Tahun
Pendirian
1. BMT Syahida Ikaluin 518/163/BH/XI.08/Kop.UKM 13 Mei 2014
2. BMT Al Jibaal 243/BH/KDK.10.4/XII/1998 9 Desember
1998
3. BMT Al Fath IKMI 650/BH/KWK.10/VI/1998 29 Juni 1998
4. BMT Al Bayan 2/BH/KDK.10.4/I/1999 4 Januari 1999
5. BMT Al Ittihad 518/23/BH/Koperasi 2 Mei 2006
6. BMT Al
Munawwarah 518/26/BH/DisKUK -
7. BMT Bumi Syariah 518/119/BH/XI.08/KOP.UKM -
8. BMT Mekar Da’wah 01/KSU-SMD/II/2004 12 Februari
2004
B. Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Aspek Permodalan
Aspek pertama penilaian kesehatan KSPPS Koperasi adalah aspek
permodalan. Penilaian aspek permodalan dilakukan dengan menggunakan dua rasio
permodalan yaitu rasio perbandingan modal sendiri dengan total aset dan rasio
kecukupan modal (CAR). Rasio perbandingan modal sendiri terhadap total aset
bertujuan untuk mengukur kemampuan KSPPS Koperasi dalam menghimpun
modal sendiri dibandingkan dengan aset yang dimiliki. Sedangkan Rasio
Kecukupan Modal atau capital adequacy ratio (CAR) diliakukan agar KSPPS
Koperasi melakukan pengembangan usaha yang sehat dan dapat menanggung risiko
kerugian dalam batas-batas tertentu.
Dari data-data sekunder yang telah didapatkan, maka dapat dilihat hasil dari
rasio-rasio pada aspek permodalan KSPPS Koperasi / BMT Kota Tangerang
Selatan pada tabel di bawah ini:
75
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset dan Rasio CAR
No. Nama KSPPS/BMT
Rasio (%)
Rasio Modal Sendiri
terhadap Total Aset CAR
1. BMT Syahida Ikaluin 34,07 36,37
2. BMT Al Jibaal 21,13 32,58
3. BMT Al Fath IKMI 9,77 8,53
4. BMT Al Bayan 24,14 25,98
5. BMT Al Ittihad 15,78 14,75
6. BMT Al Munawwarah 11,54 10,39
7. BMT Bumi Syariah 29,54 30,76
8. BMT Mekar Da’wah 7,86 8,02
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rasio yang terjadi
pada setiap KSPPS/BMT. Pada KSPPS Koperasi, rasio modal sendiri terhadap total
asset dianggap sehat apabila nilainya maksimal 20% yang artinya koperasi tersebut
telah mampu menumbuhkan kepercayaan anggotanya untuk menyimpan di
koperasi tersebut. Selain itu sebuah lembaga keuangan dikatakan sehat apabila nilai
CAR mencapai 8% atau lebih yang artinya Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) dijamin oleh modal sendiri sebesar 8%, dan apabila sebuah koperasi
memiliki nilai CAR di atas 8% maka menunjukkan koperasi tersebut semakin sehat.
Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat BMT Syahida IKALUIN pada Rasio modal
sendiri terhadap total asset memiliki nilai rasio sebesar 34,07% dan pada rasio
kecukupan modal (CAR) memiliki rasio 36,37%. Lalu, BMT Al Jibaal pada rasio
modal sendiri terhadap total aset memiliki nilai sebesar 21,13% dan pada rasio
kecukupan modal memiliki nilai rasio sebesar 32,58%. Kemudian, BMT Al Fath
IKMI memiliki nilai 9,77% pada rasio modal sendiri terhadap total aset dan
memiliki nilai sebesar 8,53%. Selanjutnya, BMT Al Bayan memiliki nilai 24,14%
76
pada rasio modal sendiri terhadap total aset dan memiliki nilai 25,98% pada rasio
kecukupan modal. Selanjutnya, BMT Al Ittihad memiliki nilai rasio sebesar 15,78%
pada rasio modal sendiri terhadap total aset dan pada rasio kecukupan modal (CAR)
memiliki nilai 14,57%. Kemudian, BMT Al Munawwarah pada rasio sendiri
terhadap total aset memiliki nilai rasio sebesar 11,54% dan pada rasio kecukupan
modal (CAR) memiliki nilai 10,39%. Selanjutnya, BMT Bumi Syariah memiliki
nilai sebesar 29,54% pada rasio modal sendiri terhadap total aset dan sebesar
30,76% pada rasio kecukupan modal. Terakhir, BMT Mekar Da’wah memiliki nilai
7,86% pada rasio modal sendiri terhadap total aset dan 8,02% pada rasio kecukupan
modal.
Dari 8 koperasi yang menjadi objek pada penelitian ini, terdapat 4 koperasi
yang memiliki nilai rasio modal sendiri terhadap total aset lebih dari 20% yang
berarti koperasi-koperasi ini telah dipercaya oleh nasabah dalam menyimpan dana
di koperasi tersebut, dan pada rasio kecukupan modal (CAR) seluruh koperasi yang
menjadi objek dalam penelitian ini memiliki nilai di atas 8% yang artinya koperasi
tersebut semakin sehat. Perhitungan ini menjadi langkah awal dalam melakukan
penilaian kesehatan terhadap setiap koperasi. Penilaian kesehatan atas setiap rasio
pada aspek permodalan ini dapat dilihat pada tabel berikut:
77
Tabel 4.4
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Permodalan
No. Nama KSPPS Rasio (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
1. BMT Syahida IKALUIN
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset
b. CAR
34,07
36,37
100
100
5%
5%
5
5
Sehat
Sehat
Total 10
2. BMT Al Jibaal
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset
b. CAR
21,13
32,58
100
100
5%
5%
5
5
Sehat
Sehat
Total 10
3. BMT Al Fath IKMI
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset
b. CAR
9,77
8,53
25
100
5%
5%
1,25
5
Tidak Sehat
Sehat
Total 6,25
4. BMT Al Bayan
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset
b. CAR
24,14
25,98
100
100
5%
5%
5
5
Sehat
Sehat
Total 10
5. BMT Al Ittihad
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset
b. CAR
15,78
14,75
75
100
5%
5%
3,75
5
Cukup Sehat
Sehat
Total 8,75
6. BMT Al Munawwarah
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset
b. CAR
11,54
10,39
50
100
5%
5%
2,5
5
Kurang Sehat
Sehat
78
No. Nama KSPPS Rasio (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
Total 7,5
7. BMT Bumi Syariah
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset
b. CAR
29,54
30,76
100
100
5%
5%
5
5
Sehat
Sehat
Total 10
8. BMT Mekar Da’wah
a. Rasio Modal Sendiri : Total Aset
b. CAR
7,86
8,02
50
100
5%
5%
2,5
5
Kurang Sehat
Sehat
Total 7,5
Sumber: Data Sekunder yang diolah.
79
Analisis pada tabel 4.4 menunjukkan penilaian kesehatan KSPPS Kota
Tangerang Selatan pada tahun 2015 pada Aspek Permodalan. Pada aspek
permodalan ini, skor maksimal yang mampu didapatkan oleh setiap KSPPS/BMT
adalah 10. Dari 8 KSPPS/BMT, 4 diantaranya mendapatkan skor maksimal, yaitu
BMT Syahida Ikaluin, BMT Al Jibaal, BMT Al Bayan, dan BMT Bumi Syariah.
BMT Syahida Ikaluin mendapatkan skor sebesar 5 pada rasio modal sendiri
terhadap total aset yang berarti mendapatkan predikat sehat, dan pada rasio CAR
mendapatkan skor 5 yang berarti mendapatkan predikat sehat. Sehingga pada aspek
permodalan ini BMT Syahida Ikaluin mendapatkan skor sebesar 10. Berdasarkan
laporan keuangan dan data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota
Tangerang selatan, BMT Syahida Ikaluin mengalami peningkatan pada sisi modal
sendiri yaitu dari Rp. 117.500.000 pada tahun 2014, menjadi Rp. 153.706.288 pada
tahun 2015. Peningkatan modal ini berasal dari naiknya simpanan pokok dan
simpanan wajib yang juga mempengaruhi rasio kecukupan modal.
BMT Al Jibaal mendapatkan skor sebesar 5 untuk rasio modal sendiri
terhadap total aset dan skor 5 untuk rasio CAR, yang berarti mendapatkan predikat
sehat untuk kedua rasio Sehingga pada aspek permodalan ini BMT Al Jibaal
mendapatkan total skor sebesar 10. Berdasarkan laporan keuangan dan data yang
diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, BMT Al Jibaal
mengalami kenaikan yang signifikan pada sisi modal sendiri. Modal BMT Al Jibaal
pada tahun 2014 sebesar Rp. 168.213.848 dan pada tahun 2015 naik hingga senilai
Rp. 396.674.298. Kenaikan modal dari BMT Al Jibaal ini karena adanya modal
penyertaan sebesar Rp. 154.130.000 yang diterima BMT Al Jibaal dari Program
80
Dompetku Indosat. Modal penyertaan ini adalah salah satu komponen penting jika
KSPPS/BMT tidak mampu mengembangkan modal dari anggota koperasi itu
sendiri, karena modal penyertaan ini didapatkan dari pemodal diluar anggota
koperasi. Selain itu sisi simpanan wajib juga mengalami peningkatan yaitu Rp.
59.880.000 pada tahun 2014 menjadi Rp. 115.180.000 pada tahun 2015, hal ini
dikarenakan BMT Al Jibaal mengambil kebijakan untuk menaikkan dana simpanan
wajib anggota dari Rp 15.000/bulan menjadi Rp. 25.000/bulan.
Pada aspek ini BMT Al Fath IKMI mendapatkan skor sebesar 1,25 pada rasio
modal sendiri terhadap total aset yang berarti memiliki predikat tidak sehat dan
pada rasio kecukupan modal (CAR) mendapatkan skor sebesar 5 yang berarti sehat,
sehingga pada aspek permodalan ini BMT Al Fath IKMI mendapatkan skor sebesar
6,25. Dilihat dari Laporan Keuangan BMT Al Fath yang diperoleh dari Dinas
Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, permodalan BMT Al Fath IKMI
mengalami peningkatan, yaitu dari Rp. 2.279.520.445 pada tahun 2014 menjadi Rp.
2.622.030.013 pada tahun 2015, begitu pula pada sisi aset juga mengalami
peningkatan, yaitu sebesar Rp. 21.875.834.074 pada tahun 2014 menjadi Rp.
26.833.342.866 pada tahun 2015. Namun peningkatan aset ini tidak sebanding
dengan peningkatan modal, sehingga nilai rasio permodalan pada BMT ini masih
berada pada predikat cukup baik.
BMT Al Bayan mendapatkan skor sebesar 5 untuk kedua rasio pada aspek
permodalan ini, yang berarti mendapatkan predikat sehat untuk kedua rasio
tersebut. Sehingga pada aspek permodalan ini mendapatkan total skor sebesar 10.
Dari Laporan Keuangan yang diperoleh, dapat dilihat sisi permodalan BMT Al
81
Bayan mengalami peningkatan, khususnya di komponen simpanan wajib, cadangan
umum dan SHU tahun berjalan. Simpanan wajib naik sebesar Rp. 3.000.000,
cadangan umum naik sebesar Rp. 26.446.702, dan SHU tahun berjalan naik sebesar
Rp. 24.146.039.
BMT Al Ittihad mendapatkan skor sebesar 3,75 pada rasio modal sendiri
terhadap total aset yang berarti memiliki predikat cukup sehat dan pada rasio
kecukupan modal mendapatkan skor sebesar 5 yang berarti mendapatkan predikat
sehat. Meskipun belum mampu mendapatkan skor maksimal pada rasio modal
sendiri terhadap total aset, namun secara umum pada aspek permodalan ini BMT
Al Ittihad mendapatkan predikat sehat. Dilihat dari laporan keuangan yang
diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, pertumbuhan
modal BMT Al Ittihad baik, dapat dilihat dari kenaikan modal sendiri yang dimiliki,
yaitu dari Rp. 694.154.613 pada tahun 2014 menjadi Rp. 717.804.353 pada tahun
2015. Namun pada sisi aset, BMT Al Ittihad mengalami penurunan yaitu dari Rp.
5.294.190.920 pada tahun 2014, menjadi Rp. 4.548.595.969.
BMT Al Munawwarah mendapatkan skor 2,5 pada rasio modal sendiri
terhadap total aset, yang berarti pada rasio ini mendapatkan predikat kurang sehat
dan pada rasio kecukupan modal mendapatkan skor sebesar 5, yang berarti
mendapatkan predikat sehat, sehingga secara umum BMT Al Munawwarah
mendapatkan predikat cukup sehat pada aspek permodalan. Dari Laporan
Keuangan yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan,
modal BMT Al Munawwarah mengalami penurunan sebesar 4% dari tahun 2014.
Hal ini terjadi dikarenakan menurunnya saldo modal penyertaan. Modal penyertaan
82
ini merupakan salah satu komponen yang berpengaruh dalam permodalan BMT.
Pada BMT Al Munawwarah ini, modal penyertaan turun hingga 47% dari Rp.
573.000.000 pada tahun 2014 menjadi Rp. 302.500.001 pada tahun 2015.
BMT Bumi Syariah, mendapatkan skor sebesar 5 untuk kedua rasio pada
aspek ini, yang berarti mendapatkan predikat sehat untuk kedua rasio tersebut.
Sehingga pada aspek permodalan ini BMT Bumi Syariah mendapatkan skor sebesar
10. Dari laporan keuangan yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota
Tangerang Selatan, permodalan BMT Bumi Syariah mengalami penurunan. Pada
tahun 2014 modal BMT Bumi Syariah sebesar Rp. 139.912.000 dan pada tahun
2015 sebesar Rp 79.633.800. Meskipun modal yang dimiliki turun, namun sisi
permodalan BMT Bumi Syariah ini masih baik karena modal yang dimiliki
memiliki nilai yang lebih besar dari piutang macet yang diberikan.
BMT Mekar Da’wah mendapatkan skor sebesar 2,5 pada rasio modal sendiri
terhadap total aset, yang berarti mendapatkan predikat kurang sehat dan
mendapatkan skor sebesar 5 pada rasio kecukupan modal, yang berarti
mendapatkan predikat sehat, sehingga secara umum pada aspek permodalan ini
BMT Mekar Da’wah mendapatkan predikat cukup sehat. Dari data laporan
keuangan yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan,
dapat dilihat sisi permodalan BMT Mekar Da’wah cukup memiliki risiko, karena
aktiva produktif yang dimiliki lebih besar bersumber dari kewajiban yang dimiliki,
yaitu simpanan-simpanan yang mungkin berasal dari anggota maupun diluar
anggota koperasi. Meskipun pertumbuhan modal dari tahun 2014 ke tahun 2015
83
cukup baik yaitu naik 17,23%, namun tingkat modal ini harus terus dinaikkan agar
permodalan koperasi ini semakin meningkat.
Hal yang perlu menjadi perhatian pada aspek permodalan ini adalah terdapat
beberapa koperasi yang belum mampu mendapatkan predikat sehat pada rasio
modal sendiri terhadap total aset. Aset yang dimiliki oleh KSPPS/BMT lebih
banyak disokong dari sisi kewajiban dimana dalam hal ini adalah simpanan diluar
simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini tentunya menjadi sebuah hal yang
memiliki risiko tinggi ketika dana simpanan (kewajiban bagi KSPPS) ditarik oleh
pemilik dana atau nasabah. Pada saat yang sama pembiayaan yang diberikan oleh
KSPPS koperasi sulit untuk ditagih. Dengan demikian disarankan kepada KSPPS
Koperasi/BMT yang memiliki rasio modal sendiri terhadap total aset yang kecil
untuk dapat menambahkan modal sendiri KSPPS Koperasi/BMT untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan. Peningkatan modal sendiri ini dapat
dilakukan dengan cara menaikkan jumlah simpanan pokok anggota koperasi,
simpanan wajib anggota koperasi ataupun menyisihkan sebagian besar Selisih Hasil
Usaha (SHU) Koperasi sebagai dana cadangan umum koperasi. Selain dari
menaikkan jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib anggota, modal sendiri
juga dapat dinaikkan dengan pencarian modal penyetaraan dari pemodal. Hal ini
dapat dilakukan agar struktur modal dari koperasi semakin kuat sehingga dapat
meningkatkan kegiatan usaha koperasi.
2. Analisis Aspek Kualitas Aktiva Produktif
Penilaian pada aspek kualitas aktiva produktif berdasarkan pada tiga rasio,
yaitu Rasio Tingkat Piutang dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Jumlah Piutang
84
dan Pembiayaan, Rasio Portofolio terhadap Piutang dan Pembiayaan Berisiko, dan
Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib Dibentuk (PPAPWD).
Hasil perhitungan rasio-rasio pada kualitas aktiva produktif ini dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Rasio Tingkat Piutang dan Pembiayaan Bermasalah
terhadap Jumlah Piutang dan Pembiayaan, Rasio Portofolio Berisiko dan
Rasio PPAP
No Entitas
Rasio Tingkat
Pembiayaan dan
Piutang Bermasalah
Rasio
Portofolio
Berisiko
Rasio
PPAP
1. BMT Syahida Ikaluin 20,00 8,13 5,98
2. BMT Al Jibaal 4,00 0,66 1,10
3. BMT Al Fath IKMI 7,23 1,86 74,21
4. BMT Al Bayan 3,83 4,50 75,00
5. BMT Al Ittihad 10,00 4,25 144,53
6. BMT Al Munawwarah 20,00 8,13 16,17
7. BMT Bumi Syariah 23,60 8,13 9,73
8. BMT Mekar Da’wah 4,00 12,00 7,02
Dari tabel 4.5 di atas, dapat dilihat hasil perhitungan yang didapatkan oleh
setiap KSPPS Koperasi pada aspek kualitas aktiva produktif. BMT Syahida Ikaluin
mendapatkan nilai sebesar 20% pada rasio tingkat pembiayaan dan piutang
bermasalah, 8,13% pada rasio portofolio berisiko dan 5,98% pada rasio penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP). Selanjutnya, BMT Al Jibaal mendapatkan
hasil 4% untuk rasio tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah, 0,66% untuk
rasio portofolio berisiko, dan 1,10% untuk rasio PPAP. Kemudian, BMT Al Fath
IKMI mendapatkan hasil 7,23% untuk rasio tingkat pembiayaan dan piutang
bermasalah, 1,86% untuk rasio aktiva produktif, dan 74,21% untuk rasio PPAP.
85
Selanjutnya, BMT Al Bayan mendapatkan hasil 3,83% pada rasio tingkat
pembiayaan dan piutang bermasalah, 4,5% pada rasio portofolio berisiko dan 75%
pada rasio PPAP. Selanjutnya, BMT Al Ittihad mendapatkan hasil 10% pada rasio
tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah, 4,25% pada rasio portofolio berisiko,
dan 144,53% pada rasio PPAP. Lalu, BMT Al Munawwarah mendapatkan hasil
20% pada rasio tingkat pembiayaan dan piutang bermasalah, 8,13% pada rasio
portofolio berisiko, dan 16,17% untuk rasio PPAP. Selanjutnya, BMT Bumi
Syariah mendapatkan hasil 23,60% pada rasio tingkat pembiayaan dan piutang
bermasalah, 8,13% pada rasio portofolio berisiko dan 9,73% pada rasio PPAP.
Terakhir, BMT Mekar Da’wah memperoleh hasil 4% pada rasio tingkat
pembiayaan dan piutang bermasalah, 12% pada rasio portofolio berisiko dan
7,02% untuk rasio PPAP.
Hasil perhitungan atas setiap rasio dalam aspek kualitas aktiva produktif ini
dilakukan perhitungan kembali untuk dapat diketahui kesehatan KSPPS Koperasi
pada aspek kualitas aktiva produktif. Perhitungan terhadap aspek ini dapat dilihat
pada tabel berikut:
86
Tabel 4.6
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Kualitas Aktiva Produktif
No Nama Entitas Hasil
Perhitungan
Nilai
Kredit Bobot Skor Predikat
1. BMT Syahida Ikaluin
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
b. Rasio portofolio berisiko
c. Rasio PPAP
20,00
8,13
5,98
25
100
0
10%
5%
5%
2,5
5
0
Tidak Lancar
Tidak Berisiko
Macet
Total 7,5
2. BMT Al Jibaal
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
b. Rasio portofolio berisiko
c. Rasio PPAP
4,00
0,66
1,10
100
100
0
10%
5%
5%
10
5
0
Lancar
Tidak Berisiko
Macet
Total 15
3. BMT Al Fath IKMI
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
b. Rasio portofolio berisiko
c. Rasio PPAP
7,23
1,86
74,21
75
100
70
10%
5%
5%
7,5
5
3,5
Lancar
Tidak Berisiko
Kurang Lancar
Total 16
4. BMT Al Bayan
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
b. Rasio portofolio berisiko
c. Rasio PPAP
3,83
4,50
75,00
100
100
70
10%
5%
5%
10
5
3,5
Lancar
Tidak Berisiko
Kurang Lancar
Total 18,5
5. BMT Al Ittihad
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
b. Rasio portofolio berisiko
10,00
4,25
50
100
10%
5%
5
5
Cukup Lancar
Tidak Berisiko
87
No Nama Entitas Hasil
Perhitungan
Nilai
Kredit Bobot Skor Predikat
c. Rasio PPAP 144,53 100 5% 5 Lancar
Total 15
6. BMT Al Munawwarah
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
b. Rasio portofolio berisiko
c. Rasio PPAP
20,00
8,13
16,17
25
100
10
10%
5%
5%
2,5
5
0,5
Kurang Lancar
Tidak Berisiko
Macet
Total 8
7. BMT Bumi Syariah
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
b. Rasio portofolio berisiko
c. Rasio PPAP
23,60
8,13
9,73
25
100
0
10%
5%
5%
2,5
5
0
Kurang Lancar
Tidak Berisiko
Macet
Total 7,5
8. BMT Mekar Da’wah
a. Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
b. Rasio portofolio berisiko
c. Rasio PPAP
4,00
12,00
7,02
50
100
0
10%
5%
5%
10
5
0
Lancar
Tidak Berisiko
Macet
Total 15
Sumber: Data sekunder yang diolah
88
Dari tabel 4.6 dapat dilihat hasil penilaian kesehatan pada hasil perhitungan
setiap rasio dalam aspek kualitas aktiva produktif. Hasil yang didapatkan oleh
setiap KSPPS Koperasi sangat bervariasi. Pada aspek kualitas aktiva produktif ini,
maksimal skor yang bisa diperoleh adalah 20.
BMT Syahida Ikaluin mendapatkan skor 2,5 pada rasio tingkat pembiayaan
dan piutang bermasalah yang berarti tidak lancar, pada rasio portofolio berisiko
mendapatkan skor 5, yang berarti tidak berisiko dan pada rasio PPAP mendapatkan
skor 0, yang berarti macet, sehingga secara keseluruhan pada aspek ini BMT
Syahida Ikaluin memperoleh skor sebesar 7,5. Nilai PPAP BMT Syahida Ikaluin
mengalami peningkatan menjadi Rp. 11.000.000 pada tahun 2015, dimana pada
tahun 2014 belum terdapat nilai PPAP dikarenakan BMT Syahida Ikaluin ini baru
terbentuk. Nilai PPAP ini wajib dibentuk oleh setiap BMT/Koperasi agar dapat
menghindari risiko terjadinya aktiva produktif yang sulit ditagih.
BMT Al Jibaal, pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
mendapatkan skor senilai 10 yang berarti lancar, pada rasio portofolio berisiko
mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko, dan pada rasio PPAP
mendapatkan skor senilai 0 yang berarti macet. Sehingga secara keseluruhan BMT
Al Jibaal memperoleh skor 15. BMT Al Jibaal memiliki kekurangan pada rasio
PPAP, karena nilai PPAP yang dibentuk oleh BMT Al Jibaal hanya sebesar Rp.
4.169.161. Nilai ini tentunya masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan
pembiayaan yang disalurkan, yaitu sebesari Rp. 759.845.091 pada tahun 2015.
Untuk itu disarankan kepada BMT Al Jibaal untuk meningkatkan nilai PPAPnya.
89
BMT Al Fath IKMI pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
mendapatkan skor senilai 7,5 yang berarti lancar, lalu pada rasio portofolio berisiko
mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko, dan pada rasio PPAP
mendapatkan skor 3,5 yang berarti kurang lancar. Sehingga total skor yang dapat
diperoleh BMT Al Fath IKMI adalah 16. Kekurangan BMT Al Fath IKMI pada
aspek kualitas aktiva produktif ini terletak pada rasio PPAP. Dana yang
dicadangkan untuk penyisihan penghapusan aktiva produktif ini hanya 3,32%, yaitu
Rp. 610.677.358 dari keseluruhan piutang dan pembiayaan yang disalurkan yaitu
Rp. 18.363.206.259. Untuk itu disarankan kepada BMT Al Fath IKMI untuk
meningkatkan nilai PPAPnya.
BMT Al Bayan, pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
mendapatkan skor senilai 10 yang berarti lancar, kemudian pada rasio portofolio
berisiko mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko dan pada rasio
PPAP mendapatkan skor senilai 3,5 yang berarti kurang lancar. Sehingga secara
keseluruhan BMT Al Bayan mendapatkan skor sebesar 18,5. Dari 8 koperasi yang
diteliti, BMT Al Bayan memiliki skor paling tinggi diantara semua koperasi pada
aspek kualitas aktiva produktif ini.
BMT Al Ittihad, pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
mendapatkan skor senilai 5 yang berarti cukup lancar, kemudian pada rasio
portofolio berisiko mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko, dan pada
rasio PPAP mendapatkan skor senilai 5 yang berarti lancar. Sehingga secara
keseluruhan BMT Al Ittihad mendapatkan skor sebesar 15. BMT Al Ittihad
memiliki rasio yang baik pada rasio PPAP. Nilai penyisihan penghapusan aktiva
90
produktif ini dicadangkan dari distribusi SHU setiap tahunnya sebesar 25%.
Sehingga BMT Al Ittihad memiliki cadangan PPAP yang baik. Saldo penyisihan
aktiva produktif BMT Al Ittihad juga meningkat dari tahun 2014. Pada tahun 2014
saldo PPAP sebesar Rp. 161.143.018 dan pada tahun 2015 meningkat menjadi Rp.
204.229.449.
BMT Al Munawwarah, pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan
bermasalah mendapatkan skor senilai 2,5 yang berarti kurang lancar, pada rasio
portofolio berisiko mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko dan pada
rasio PPAP mendapatkan skor senilai 0,5 yang berarti macet. Sehingga secara
keseluruhan mendapatkan skor sebesar 8. Dilihat dari Laporan Keuangan BMT Al
Munawwarah yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang
Selatan, piutang dan pembiayaan bermasalah BMT Al Munawwarah meningkat
dari tahun sebelumnya yaitu Rp. 3.227.950.505 pada tahun 2014 menjadi Rp.
3.356.214.174 pada tahun 2015.
BMT Bumi Syariah, pada rasio piutang dan pembiayaan bermasalah
mendapatkan skor senilai 2,5 yang berarti kurang lancar, kemudian pada rasio
portofolio berisiko mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko dan pada
rasio PPAP mendapatkan skor senilai 0 yang berarti macet. Sehingga secara
keseluruhan BMT Bumi Syariah mendapatkan skor sebesar 7,5. Dilihat dari laporan
keuangan BMT Bumi Syariah yang diperoleh, piutang dan pembiayaan macet
meningkat yaitu Rp. 32.050.500 pada tahun 2014 menjadi Rp. 57.044.250 pada
tahun 2015, sementara itu nilai penyisihan piutang tak tertagih (PPAP) memiliki
91
nilai yang tetap dari tahun 2014 hingga tahun 2015 yaitu Rp. 5.553.000. Sehingga
pada rasio tingkat piutang bermasalah dan rasio PPAP masih sangat kecil.
BMT Mekar Da’wah, pada rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah
mendapatkan skor senilai 10 yang berarti lancar, kemudian pada rasio portofolio
berisiko mendapatkan skor senilai 5 yang berarti tidak berisiko dan pada rasio
PPAP mendapatkan skor senilai 0 yang berati macet. Sehingga secara keseluruhan
BMT Mekar Da’wah mendapatkan skor sebesar 15. Kekurangan BMT Mekar
Da’wah pada aspek ini terletak pada rasio PPAP. Meskipun masih memperoleh skor
yang tidak baik, namun dilihar dari Laporan Keuangan BMT Mekar Da’wah, nilai
PPAP sudah meningkat dari tahun 2014 sebesar Rp. 70.000.000 menjadi Rp.
73.000.000 pada tahun 2015.
Kualitas aktiva produktif merupakan salah satu laporan keuangan yang
memiliki peran sentral dalam keberlangsungan usaha bank. Selain itu, kualitas
aktiva produktif juga merupakan suatu langkah antisipasi bank dalam mengurangi
kerugian yang akan terjadi dengan cara melakukan penyisihan kerugian aktiva
dengan menggunakan dana yang diambil dari bagian keuntungan yang menjadi hak
bank dan tidak diperkenankan dijadikan sebagai pengurang pendapatan dalam
unsur perhitungan distribusi hasil usaha (Hernanto, Fauziyah, & Senjiati, 2016).
Hal yang serupa juga berlaku dalam kegiatan koperasi, koperasi yang ada
hendaknya menjaga aktiva produktifnya agar menghindari kerugian yang tidak
diinginkan. Secara umum KSPPS Koperasi/BMT Kota Tangerang Selatan memiliki
perbedaan pada setiap kualitas aktiva produktifnya, mulai dari kurang lancar, cukup
lancar hingga lancar. Namun yang perlu menjadi fokus perhatian adalah pada Rasio
92
PPAP di mana kebanyakan KSPPS Koperasi mendapatkan predikat macet, yang
berarti nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah disisihkan oleh
setiap koperasi masih kecil jika dibandingkan dengan penyisihan penghapusan
aktiva produktif yang wajib dibentuk. Jika nilai PPAP yang dicadangkan oleh
KSPPS Koperasi terlampau kecil, maka kemungkinan kerugian akan muncul jika
pembiayaan yang disalurkan oleh KSPPS Koperasi sulit untuk ditagih. Untuk itu
disarankan kepada KSPPS Koperasi yang memiliki skor yang kecil pada rasio
PPAP untuk dapat meningkatkan nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif,
yang bisa didapatkan dari penyihan atas sisa hasil usaha yang didapatkan oleh
koperasi tersebut. Persentase untuk cadangan penghapusan piutang lebih
ditingkatkan lagi, sehingga menaikkan nilai penyisihan penghapusan aktiva
produktif, yang dapat meminimalisir kerugian yang akan muncul.
3. Analisis Aspek Manajemen
Koperasi mempunyai ciri ganda, yaitu merupakan organisasi ekonomi yang
berwatak sosial, yang berarti koperasi harus bekerja menurut prinsip ekonomi
dengan melandaskan pada asas-asas koperasi yang mengandung unsur-unsur sosial
di dalamnya. Dengan demikian dapat dipahami bagaimana beratnya tugas dan
tanggung jawab dari manajemen terhadap keberhasilan pengelolaan koperasi dan
usahanya karena manajemen harus bekerja dengan mendasarkan pada prinsip
ekonomi dan prinsip koperasi yang mengandung unsur-unsur sosial di dalamnya
(Hendrojogi, 2004).
Pada aspek manajemen ini, penilaian dilakukan meliputi beberapa komponen
manajemen, yaitu 1) Manajemen Umum, 2) Kelembagaan, 3) Manajemen
93
Permodalan, 4) Manajemen Aset dan 5) Manajemen Likuiditas. Penilaian pada
aspek manajemen ini berdasarkan hasil analisis atas poin-poin yang telah disusun
oleh Kementerian Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Hasil dari
penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7: Hasil Perhitungan dan Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS -
Aspek Manajemen
No Nama KSPPS Hasil
Perhitungan
Nilai
Kredit Skor Predikat
1 BMT Syahida Ikaluin
a. Manajamen Umum
b. Kelembagaan
c. Manajemen Permodalan
d. Manajemen Aset
e. Manajemen Likuiditas
10
5
4
8
3
2,50
2,50
2,40
2,40
1,80
2,50
2,50
2,40
2,40
1,80
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup baik
Total 11,6
2 BMT Al Jibaal
a. Manajamen Umum
b. Kelembagaan
c. Manajemen Permodalan
d. Manajemen Aset
e. Manajemen Likuiditas
11
5
4
9
4
2,75
2,50
2,40
2,70
2,40
2,75
2,50
2,40
2,70
2,40
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Total 12,8
3 BMT Al Fath IKMI
a. Manajamen Umum
b. Kelembagaan
c. Manajemen Permodalan
d. Manajemen Aset
e. Manajemen Likuiditas
11
5
4
9
4
2,75
2,50
2,40
2,70
2,40
2,75
2,50
2,40
2,70
2,40
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Total 12,8
4 BMT Al Bayan
a. Manajamen Umum
b. Kelembagaan
c. Manajemen Permodalan
d. Manajemen Aset
e. Manajemen Likuiditas
10
5
4
8
4
2,50
2,50
2,40
2,40
2,40
2,50
2,50
2,40
2,40
2,40
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Total 12,2
5 BMT Al Ittihad
a. Manajamen Umum
b. Kelembagaan
c. Manajemen Permodalan
11
5
4
2,75
2,50
2,40
2,75
2,50
2,40
Baik
Baik
Baik
94
No Nama KSPPS Hasil
Perhitungan
Nilai
Kredit Skor Predikat
d. Manajemen Aset
e. Manajemen Likuiditas
9
4
2,70
2,40
2,70
2,40
Baik
Baik
Total 12,75
6 BMT Al Munawwarah
a. Manajamen Umum
b. Kelembagaan
c. Manajemen Permodalan
d. Manajemen Aset
e. Manajemen Likuiditas
11
5
3
9
5
2,75
2,50
1,80
2,70
3,00
2,75
2,50
1,80
2,70
3,00
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Total 12,75
7 BMT Bumi Syariah
a. Manajemen Umum
b. Kelembagaan
c. Manajemen Permodalan
d. Manajemen Aset
e. Manajemen Likuditias
11
5
3
8
4
2,75
2,50
1,80
2,40
2,40
2,75
2,50
1,80
2,40
2,40
Baik
Baik
CukupBaik
Baik
Baik
Total 11,85
8 BMT Mekar Da’wah
a. Manajemen Umum
b. Kelembagaan
c. Manajemen Permodalan
d. Manajemen Aset
e. Manajemen Likuiditas
9
4
2
8
3
2,25
2,00
1,80
2,40
1,80
2,25
2,00
1,80
2,40
1,80
Cukup Baik
Cukup Baik
Cukup Baik
Baik
Cukup Baik
Total 10,25
Sumber: Data dari Dinas Koperasi Kota Tangerang Selatan dan Data Sekunder
yang di analisa.
Pada aspek manajemen ini, koperasi/BMT dapat memperoleh skor
maksimal sebesar 15. Secara umum KSPPS Koperasi / BMT Kota Tangerang
Selatan berada pada predikat baik, dengan perolehan skor tertinggi sebesar 12,8.
Dari 8 KSPPS Koperasi, hanya 1 KSPPS yang berada pada predikat cukup baik,
yaitu BMT Mekar Da’wah yang memperoleh skor sebesar 10,25. BMT Mekar
Da’wah mendapatkan predikat cukup baik pada aspek manajemen ini karena
terdapat kekurangan pada beberapa komponen, yaitu manajemen umum,
kelembagaan, manajemen permodalan dan manajemen likuiditas. Tentunya ini
95
menjadi tugas yang banyak bagi tim manajemen BMT Mekar Da’wah dalam
memperbaiki kinerja manajemennya baik itu secara umum hingga manajemen
keuangannya. Untuk meningkatkan manajemen secara umum BMT Mekar Da’wah
harus memiliki perencanaan yang matang sehingga mampu menjalankan
operasionalnya dengan baik. Dari segi manajemen keuangan dalam hal ini
manajemen permodalan, BMT Mekar Da’wah dapat meningkatkan permodalannya
baik itu yang langsung dari anggota koperasi maupun dengan mencari pemodal
untuk melakukan modal penyertaan dan dari segi manajemen likuditas, hendaknya
mampu memiliki hubungan dengan lembaga syariah sehingga dapat menerima
pembiayaan dari lembaga syariah agar semakin memperkuat sisi likuiditas
keuangan BMT Mekar Da’wah.
4. Analisis Aspek Efisiensi
Penilaian efisiensi KSPPS Koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu Rasio
Biaya Operasional Terhadap Pelayanan, Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Aset,
Rasio Efisiensi Pelayanan. Rasio-rasio ini menggambarkan seberapa besar KSPPS
Koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari
penggunaan aset yang dimilikinya. Kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai
perbedaan antara harapan para pelanggan dan kenyataan yang ada atas pelayanan
yang mereka terima (Guspul & Ahmad, 2014). Dalam hal ini pelanggan yang
dimaksud adalah anggota koperasi.
Dari data-data sekunder yang telah diolah, maka didapatkan hasil dari
rasio-rasio penilaian aspek efisiensi KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan pada
tabel berikut:
96
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Rasio-Rasio Aspek Efisiensi
No. Nama KSPPS/BMT
Hasil Perhitungan Rasio
Rasio Biaya
Operasional
terhadap
Pelayanan
Rasio aktiva
tetap
terhadap
total aset
Rasio
Efisiensi
Pelayanan
1. BMT Syahida Ikaluin 24,45 3,82 18,55
2. BMT Al Jibaal 88,15 2,27 21,71
3. BMT Al Fath IKMI 84,15 11,73 17,07
4. BMT Al Bayan 83,47 1,81 16,51
5. BMT Al Ittihad 98,41 1,52 8,80
6. BMT Al Munawwarah 84,44 8,76 11,98
7. BMT Bumi Syariah 96,87 1,94 30,52
8. BMT Mekar Da’wah 146,95 12,53 10,51
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat hasil dari perhitungan atas setiap rasio
pada aspek efisiensi ini. Dari hasil perhitungan yang telah didapat, maka dapat
dilanjutkan dengan perhitungan penilaian kesehatan KSPPS Koperasi Kota
Tangerang Selatan. Hasil penilaian kesehatan pada aspek efisiensi, dapat dilihat
pada tabel berikut:
97
Tabel 4.9
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Efisiensi
No. Nama KSPPS/BMT Rasio (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
1. BMT Syahida Ikaluin
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset
c. Rasio Efisiensi pelayanan
24,45
3,82
18,55
100
100
25
4%
4%
2%
4
4
0,5
Efisien
Baik
Tidak Baik
Total 8,5
2. BMT Al Jibaal
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset
c. Rasio Efisiensi pelayanan
88,15
2,27
21,71
50
100
25
4%
4%
2%
2
4
0,5
Kurang Efisien
Baik
Tidak Baik
Total 6,5
3. BMT Al Fath IKMI
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset
c. Rasio efisiensi pelayanan
84,15
11,73
17,07
75
100
25
4%
4%
2%
3
4
0,5
Cukup Efisien
Baik
Tidak Baik
Total 7,5
4. BMT Al Bayan
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset
c. Rasio efisiensi pelayanan
83,46
1,81
16,51
75
100
25
4%
4%
2%
3
4
0,5
Cukup Efisien
Baik
Tidak Baik
Total 7,5
5. BMT Al Ittihad
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset
98,41
1,52
50
100
4%
4%
2
4
Kurang Baik
Baik
98
No. Nama KSPPS/BMT Rasio (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
c. Rasio efisiensi pelayanan 8,80 25 2% 0,5 Tidak Baik
Total 6,5
6. BMT Al Munawwarah
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset
c. Rasio efisiensi pelayanan
84,44
8,76
11,98
75
100
25
4%
4%
2%
3
4
0,5
Cukup Baik
Baik
Tidak Baik
Total 7,5
7. BMT Al Bumi Syariah
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset
c. Rasio efisiensi pelayanan
96,87
1,94
30,52
50
100
25
4%
4%
2%
2
4
0,5
Kurang Efisien
Baik
Tidak Baik
Total 6,5
8. BMT Mekar Da’wah
a. Rasio biaya operasional terhadap pelayanan
b. Rasio aktiva tetap terhadap total aset
c. Rasio efisiensi pelayanan
146,95
12,53
10,51
25
100
25
4%
4%
2%
1
4
0,5
Tidak Efisien
Baik
Tidak Baik
Total 5,5
Sumber: Data sekuder yang diolah.
99
Analisa dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat tingkat kesehatan KSPPS Koperasi
Kota Tangerang Selatan pada aspek efisiensi. Pada aspek efisiensi ini,
koperasi/BMT dapat memperoleh skor maksimal sebesar 10. BMT Syahida Ikaluin
mendapatkan predikat efisien, sedangkan 7 KSPPS Koperasi / BMT lainnya
mendapatkan predikat cukup efisien. BMT Syahida Ikaluin pada rasio biaya
operasional terhadap pelayanan mendapatkan skor senilai 4 yang mendapatkan
predikat efisien, untuk rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor
senilai 4 yang mendapatkan predikat baik, dan pada rasio efisiensi pelayanan
mendapatkan skor senilai 0,5 sehingga mendapatkan predikat tidak baik. Sehingga
total keseluruhan skor yang didapatkan BMT Syahida Ikaluin adalah 8,5.
Kekurangan BMT Syahida Ikaluin ini terdapat pada rasio efisiensi pelayanan,
dimana untuk menjalankan operasionalnya, BMT Syahida Ikaluin memiliki 5 orang
untuk pengelolaan operasional, sehingga dengan jumlah SDM yang ada dinilai
kurang mampu memberikan pelayanan yang efisien.
BMT Al Jibaal, pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan
mendapatkan skor senilai 2, sehingga mendapatkan predikat kurang efisien. Pada
rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4, sehingga
mendapatkan predikat baik dan pada rasio efisiensi pelayanan mendapatkan skor
senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik.Sehingga total keseluruhan
skor yang didaparkan BMT Al Jibaal adalah 6,5. Kekurangan BMT Al Jibaal ini
terdapat pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan dan rasio efisiensi
pelayanan. Dalam menjalankan operasional pelayanannya, BMT Al Jibaal memiliki
100
5 orang untuk pengelolaan operasional, sehingga dengan jumlah SDM yang ada
dinilai kurang mampu memberikan pelayanan yang efisien.
BMT Al Fath IKMI, pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan
mendapatkan skor senilai 3, yang berarti mendapatkan predikat cukup efisien. Pada
rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4 yang berarti
mendapatkan predikat baik dan pada rasio efisiensi pelayanan mendapatkan skor
senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik. Sehingga total
keseluruhan skor yang didapatkan BMT Al Fath IKMI sebesar 7,5. Dilihat dari
laporan rapat anggota tahunan (RAT) BMT Al Fath IKMI, BMT ini telah
menambah sumber daya manusia (SDM) menjadi 51 orang yang tersebar di BMT
utama dan 3 cabang lainnya. Meskipun sudah memiliki SDM yang terbilang cukup
banyak, namun jumlah SDM ini masih terbilang sedikit jika dibandingkan dengan
piutang dan pembiayaan yang disalurkan yaitu senilai Rp. 18.363.206.259.
Sehingga dengan jumlah SDM yang telah ada, dinilai kurang mampu memberikan
pelayanan dengan efisien.
BMT Al Bayan, pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan
mendapatkan skor senilai 3 yang berarti mendapatkan predikat cukup efisien,
kemudian pada rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4
yang berarti mendapatkan skor baik, dan pada rasio efisiensi pelayanan
mendapatkan skor senilai 0,5 yang berarti tidak baik. Sehingga total keseluruhan
skor yang diperoleh BMT Al Bayan adalah 7,5. Kekurangan BMT Al Bayan pada
aspek ini terdapat pada rasio efisiensi pelayanan. Dilihat dari laporan RAT BMT
Al Bayan, BMT ini memiliki SDM untuk mengelola operasionalnya sebanyak 4
101
orang. Dengan SDM yang ada ini, BMT Al Bayan dinilai kurang mampu
memberikan pelayanan yang efisien, sehingga diharapkan mampu meningkatkan
jumlah SDM pada bagian pengelolaan dan operasionalnya.
BMT Al Ittihad, pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan
mendapatkan skor senilai 2 yang berarti mendapatkan predikat kurang efisien. Pada
rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4 yang berarti
mendapatkan predikat baik, dan pada rasio efisiensi pelayanan mendapatkan skor
senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik. Sehingga total
keseluruhan skor yang diperoleh BMT Al Ittihad adalah 6,5. Dilihat dari Laporan
Keuangan yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan,
BMT Al Ittihad mengalami penurunan pendapatan dari Rp. 985.227.345 pada tahun
2014 menjadi Rp. 759.319.574 pada tahun 2015. Namun juga mengalami
penurunan pada biaya operasional pelayanan yaitu Rp. 778.163.752 pada tahun
2014 menjadi 747247607 pada tahun 2015. Namun penurunan biaya operasional
tidak sebanding dengan penurunan pendapatan yang diperoleh, sehingga pelayanan
yang diberikan dinilai kurang efisien.
BMT Al Munawwarah mendapatkan skor senilai 3 pada rasio biaya
operasional terhadap pelayanan, yang berarti mendapatkan predikat cukup efisien.
Kemudian pada rasio aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4
yang berarti mendapatkan predikat baik dan pada rasio efisiensi pelayanan
mendapatkan skor senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik.
Sehingga secara keseluruhan BMT Al Munawwarah mendapatkan skor sebesar 7,5.
Kekurangan BMT Al Munawwarah terdapat pada rasio efisiensi pelayanan. Hingga
102
akhir tahun 2015, karyawan BMT Al Munawwarah sebanyak 33 orang dimana pada
tahun 2015 ini terdapat 1 karyawan yang keluar. Jumlah karyawan ini tersebar di
BMT Pusat dan 3 Cabang BMT Al Munawwarah. Dengan ukuran koperasi yang
terbilang sudah cukup besar, karena telah memiliki karyawan yang cukup banyak,
dinilai BMT Al Munawwarah belum mampu memberikan pelayanan dengan
efisien, sehingga disarankan BMT Al Munawwarah untuk dapat memperbanyak
jumla karyawan agar pelayanan yang diberikan kepada anggota dan bukan anggota
koperasi semakin efisien.
BMT Bumi Syariah mendapatkan skor senilai 2 untuk rasio biaya operasional
terhadap pelayanan sehingga mendapatkan predikat kurang efisien. Pada rasio
aktiva tetap terhadap total aset mendapatkan skor senilai 4 yang berarti
mendapatkan predikat baik dan pada rasio efisiensi pelayanan mendapatkan skor
senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik. Sehingga total
keseluruhan skor yang didapatkan BMT Bumi Syariah sebesar 6,5. BMT Bumi
Syariah memiliki kekurangan di rasio biaya operasional terhadap pelayanan dan
rasio efisiensi pelayanan. Dilihat dari laporan RAT BMT Bumi Syariah, BMT ini
memiliki SDM sebanyak 5 orang, dimana terdapat beberapa orang yang memiliki
double job. Selain itu pendapatan BMT Bumi Syariah mengalami penurunan dari
tahun 2014 sebesar Rp. 111.071.000 menjadi Rp. 110.852.500 pada tahun 2015,
namun pada sisi biaya yang dikeluarkan mengalami peningkatan dari tahun 2014
sebesar Rp. 78.973.000 menjadi Rp. 107.384.000 pada tahun 2015. Dapat dilihat
ketika pendapatan BMT Bumi Syariah ini menurun, namun sisi pembiayaannya
103
meningkat, sehingga dinilai biaya operasional yang cukup besar ini kurang mampu
memberikan pelayanan yang efisien.
BMT Mekar Da’wah, pada rasio biaya operasional terhadap pelayanan
mendapatkan nilai skor 1, yang berarti mendapatkan predikat tidak efisien. Pada
rasio aktiva tetap terhadap total aset, mendapatkan skor senilai 4 yang berarti
mendapatkan predikat baik dan pada rasio efisiensi pelayanan mendapatkan skor
senilai 0,5 yang berarti mendapatkan predikat tidak baik. Sehingga secara
keseluruhan BMT Mekar Da’wah mendapatkan skor sebesar 5,5. Kekurangan BMT
Mekar Da’wah pada aspek ini, terdapat pada rasio biaya operasional dan rasio
efisiensi pelayanan. Dilihat dari laporan RAT, BMT Mekar Da’wah memiliki SDM
dalam mengelola operasionalnya sebanyak 6 orang. Dari laporan keuangan BMT
Mekar Da’wah yang diperoleh, dapat dilihat pendapatan atas partisipasi bruto naik,
yaitu dari Rp. 288.979.724 pada tahun 2014 menjadi Rp. 316.619.993 pada tahun
2015. Namun dengan beban operasional yang dikeluarkan lebih dari pendapatan
partisipasi bruto yang diperoleh, sehingga pelayanan yang diberikan BMT Mekar
Da’wah belum efisien.
Pada penilaian aspek efisiensi ini, dari 8 KSPPS Kota Tangerang Selatan,
BMT Syahida Ikaluin merupakan KSPPS Koperasi yang memiliki predikat efisien.
Namun dapat dilihat pada Rasio Efisiensi Pelayanan seluruh KSPPS Koperasi /
BMT mendapatkan predikat tidak baik, hal ini dikarenakan seluruh KSPPS
Koperasi / BMT Kota Tangerang Selatan memiliki Rasio Efisiensi Pelayanan di
bawah 50%. Berbeda dari peraturan sebelumnya, salah satu rasio perhitungan pada
aspek efisiensi adalah rasio efieinsi staf yang membandingkan jumlah mitra
104
pembiayaan dengan jumlah staf. Pada peraturan baru, rasio ini diubah menjadi rasio
efisiensi pelayanan yang membandingkan biaya gaji dan honor karyawan dengan
jumlah piutang dan pembiayaan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa KSPPS
Koperasi / BMT di Kota Tangerang Selatan memiliki SDM yang masih sedikit
sehingga pelayanan yang diberikan kepada nasabah kurang efisien karena
minimnya SDM tersebut. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi KSPPS Koperasi /
BMT Kota Tangerang Selatan untuk meningkatkan jumlah SDM yang dimiliki
karena ini akan mempengaruhi pelayanan kepada nasabah dalam hal ini anggota
koperasi maupun mitra koperasi, karena apabila kualitas pelayanan kepada nasabah
semakin baik maka akan meningkatkan kepercayaan nasabah kepada suatu KSPPS
/ BMT. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Guspul dan
Awaludin Ahmad (2014) mengenai kualitas pelayanan, kepuasan dan kepercayaan
nasabah pada koperasi jasa keuangan syariah di Wonosobo yang menemukan
bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepercayaan nasabah terhadap
koperasi.
5. Analisis Aspek Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan KSPPS Koperasi dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Kewajiban yang dimiliki oleh KSPPS Koperasi berasal dari
simpanan para nasabah, di antarnya simpanan wadiah, simpanan mudharabah,
simpanan mudharabah berjangka, hutang salam, hutang istishna, pembiayaan yang
diterima dari lembaga keuangan syariah dan kewajiban lainnya.
105
Analisis aspek likuiditas KSPPS Koperasi dilakukan terhadap 2 rasio, yaitu
Rasio Kas dan Rasio Pembiayaan. Hasil dari perhitungan rasio-rasio pada Aspek
Likuiditas ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Rasio Kas dan Rasio Pembiayaan
No. Nama KSPPS/BMT
Rasio (%)
Rasio Kas Rasio
Pembiayaan
1. BMT Syahida Ikaluin 33,94 125,01
2. BMT Al Jibaal 42,24 69,89
3. BMT Al Fath IKMI 24,60 79,63
4. BMT Al Bayan 20,28 116,23
5. BMT Al Ittihad 17,24 102,52
6. BMT Al Munawwarah 15,27 112,68
7. BMT Bumi Syariah 6,55 97,22
8. BMT Mekar Da’wah 30,84 77,48
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Dari tabel 4.10 di atas, dapat dilihat hasil dari perhitungan atas rasio-rasio
yang terdapat pada aspek likuiditas. Hasil perhitungan ini menjadi awal penilaian
kesehatan KSPPS Koperasi. Untuk mengetahui predikat yang didapat oleh setiap
KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan pada aspek likuiditas ini, dapat dilihat
pada tabel di berikut ini:
106
Tabel 4.11
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Likuiditas
No Nama KSPPS Hasil
Perhitungan (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
1 BMT Syahida Ikaluin
a. Rasio Kas
b. Rasio Pembiayaan
33,94
125,01
100
100
10%
5%
10
5
Likuid
Likuid
Total 15
2 BMT Al Jibaal
a. Rasio Kas
b. Rasio Pembiayaan
42,24
69,89
75
50
10%
5%
7,5
2,5
Cukup Likuid
Kurang Likuid
10
3 BMT Al Fath IKMI
a. Rasio Kas
b. Rasio Pembiayaan
24,60
79,63
75
75
10%
5%
7,5
3,75
Cukup Likuid
Cukup Likuid
Total 11,3
4 BMT Al Bayan
a. Rasio Kas
b. Rasio Pembiayaan
20,28
116,23
50
100
10%
5%
5
5
Kurang Likuid
Likuid
Total 10
5 BMT Al Ittihad
a. Rasio Kas
b. Rasio Pembiayaan
17,24
102,52
50
100
10%
5%
5
5
Kurang Likuid
Likuid
Total 10
6 BMT Al Munawwarah
a. Rasio Kas
b. Rasio Pembiayaan
15,27
112,68
50
100
10%
5%
5
5
Kurang Likuid
Likuid
107
No Nama KSPPS Hasil
Perhitungan (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
Total 10
7 BMT Bumi Syariah
a. Rasio Kas
b. Rasio Pembiayaan
6,55
97,22
25
75
10%
5%
2,5
3,75
Tidak Likuid
Cukup Likuid
Total 6,25
8 BMT Mekar Da’wah
a. Rasio Kas
b. Rasio Pembiayaan
30,84
77,48
100
75
10%
5%
10
3,75
Likuid
Cukup Likuid
Total 13,75
Sumber: Data sekunder yang diolah.
108
Dari tabel 4.11, dapat dilihat hasil dari penilaian yang dilakukan pada
aspek likuiditas pada setiap KSPPS Koperasi di Kota Tangerang Selatan. Total
maksimal skor yang dapat diperoleh oleh koperasi/BMT pada askep likuiditas ini
adalah 15.
BMT Syahida Ikaluin mendapatkan predikat likuid untuk kedua rasio,
sehingga BMT Syahida Ikaluin mendapatkan predikat likuid pada aspek likuiditas
ini. Dilihat dari Laporan Keuangan BMT Syahida Ikaluin yang didapatkan dari
Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, saldo kas dan bank BMT
Syahida Ikaluin mengalami penurunan yaitu Rp. 92.572.756 pada tahun 2014
menjadi Rp. 45.733.300 pada tahun 2015, sementara itu disisi kewajiban lancar
mengalami peningkatan yaitu Rp. 46.716.250 pada tahun 2014 menjadi Rp.
134.732.550. Namun likuiditas BMT Syahida Ikaluin masih terjaga dengan baik.
Begitu juga pada pembiayaan yang disalurkan mengalami peningkatan dari Rp.
189.109.056 pada tahun 2014 menjadi Rp. 368.024.499 pada tahun 2015, dan dana
yang diterima juga mengalami peningkatan dari Rp, 185.162.900 pada tahun 2014
menjadi Rpm 294.400.216 pada tahun 2015.
BMT Al Jibaal mendapatkan skor senilai 7,5 yang berarti cukup likuid
pada rasio kas dan skor 2,5 yang berarti kurang likuid pada rasio pembiayaan.
Sehingga secara keseluruhan total skor yang diperoleh oleh BMT Al Jibaal adalah
10. Kekurangan BMT Al Jibaal pada aspek likuiditas ini terdapat pada rasio
pembiayaan, dimana total pembiayaan yang disalurkan mengalami penurunan
sementara ini dana yang diterima meningkat. Total pembiayaan yang disalurkan
pada tahun 2014 sebesari Rp. 851.601.559 menurun menjadi Rp. 759.845.091 pada
109
tahun 2015 dan dana yang diterima pada tahun 2014 sebesar Rp. 849.079.673
meningkat menjadi Rp. 1.087.158.288 pada tahun 2015.
BMT Al Fath IKMI, pada rasio kas mendapatkan skor senilai 7,5 yang
berarti mendapatkan predikat cukup likuid dan pada rasio pembiayaan
mendapatkan skor 3,75 yang berarti mendapatkan skor cukup likuid juga. Sehingga
secara keseluruhan BMT Al Fath IKMI memperoleh skor sebesar 11,3. Dari laporan
keuangan BMT Al Fath IKMI, dapar dilihat bahwa nilai saldo kas, bank, kewajiban
lancar, total pembiayaan dan dana yang diterima mengalami peningkatan dari tahun
2014 ke tahun 2015. Namun peningkatan yang ada belum mampu meningkatkan
aspek likuiditas BMT Al Fath IKMI.
BMT AL Bayan mendapatkan skor senilai 5 pada rasio kas, sehingga
mendapatkan predikat kurang likuid dan pada rasio pembiayaan mendapatkan skor
senilai 5 yang berarti mendapatkan predikat likuid. Sehingga keseluruhan BMT Al
Bayan mendapatkan skor sebesar 10. Kekurangan BMT Al Bayan terdapat pada
rasio kas, dimana saldo dana BMT Al Bayan yang ditempatkan di bank mengalami
penurunan dari Rp. 757.900.803 pada tahun 2014 menjadi Rp. 291.106.820 pada
tahun 2015, dan kewajiban lancar BMT Al Bayan mengalami penurunan dari Rp
1.855.247.213 pada tahun 2014 menjadi Rp. 1.764.406.907 pada tahun 2015.
BMT Al Ittihad, pada rasio kas mendapatkan skor senilai 5 yang berarti
mendapatkan predikat kurang likuid dan pada rasio pembiayaan mendapatkan skor
senilai 5 yang berarti mendapatkan predikat likuid. Sehingga secara keseluruhan
BMT Al Ittihad mendapatkan skor sebesar 10. Kekurangan BMT Al Ittihad terdapat
pada rasio kas, dimana saldo kas yang dimiliki oleh BMT Al Ittihad menurun dari
110
Rp. 1.520.042.878 pada tahun 2014 menjadi Rp. 214.613.600 pada tahun 2015.
Namun kewajiban lancar yang dimiliki BMT Al Ittihad juga mengalami penurunan
dari Rp. 4.169.930.368 pada tahun 2014 menjadi Rp. 3.651.481.040, yang berarti
bahwa kas yang dimiliki oleh BMT Al Ittihad ini digunakan untuk membayar
kewajiban lancarnya.
BMT Al Munawwarah mendapatkan skor senilai 5 pada rasio kas sehingga
mendapatkan predikat kurang likuid dan pada rasio pembiayaan mendapatkan skor
senilai 5 yang berarti mendapatkan predikat likuid. Sehingga secara keseluruhan
BMT Al Munawwarah mendapatkan skor sebesar 10. Kekurangan BMT Al
Munawwarah pada aspek ini terdapat pada rasio kas, dimana dana BMT Al
Munawwarah yang terdapat pada bank mengalami penurunan dari Rp.
2.418.690.275 pada tahun 2014 menjadi Rp. 2.091.620.882 pada tahun 2015.
Namun disisi lain kewajiban mengalami peningkatan dari Rp. 15.872.208.845 pada
tahun 2014 menjadi Rp. 17.362.642.650 pada tahun 2015.
BMT Bumi Syariah, mendapatkan skor senilai 2,5 pada rasio kas yang
berarti mendapatkan predikat tidak likuid dan pada rasio pembiayaan mendapatkan
skor senilai 3,75 yang berarti cukup likuid. Sehingga secara keseluruhan BMT
Bumi Syariah mendapatkan skor sebesar 6,25. Kekurangan BMT Bumi Syariah
terdapat pada kedua rasio. Dilihat dari laporan keuangan BMT Bumi Syariah, saldo
dana BMT Bumi Syariah mengalami penurunan dari Rp. 33.620.000 pada tahun
2014 menjadi Rp. 0 pada tahun 2015, namun disisi lain kewajiban lancar BMT
Bumi Syariah meningkat, yaitu dari Rp. 110.095.000 pada tahun 2014 menjadi Rp.
189.977.500 pada tahun 2015.
111
BMT Mekar Da’wah mendapatkan skor senilai 10 untuk rasio kas yang
berarti mendapatkan predikat likuid dan pada rasio pembiayaan mendapatkan skor
senilai 3,75 yang berarti mendapatkan predikat cukup likuid. Sehingga secara
keseluruhan BMT Mekar Da’wah mendapatkan skor sebesar 13,75. Dilihat dari
laporan keuangan BMT Mekar Da’wah, dapat dilihat bahwa pembiayaan yang
disalurkan oleh BMT Mekar Da’wah mengalami peningkatan yaitu dari Rp.
1.944.965.554 pada tahun 2014 menjadi Rp. 2.080.806.478 pada tahun 2015,
namun jumlah dana yang diterima mengalami penurunan dari Rp. 2.723.077.529
pada tahun 2014 menjadi Rp. 2.685.537.254 pada tahun 2015.
Likuiditas sebuah koperasi mempengaruhi kesehatan koperasi tersebut.
Sebuah koperasi secara tidak langsung dituntut untuk selalu menjaga tingkat
likuiditasnya agar terus mempertahankan eksistensi koperasi tersebut ditengah
pertumbuhan koperasi lainnya dan tentunya persaingan yang sangat ketat. Ketika
sebuah koperasi memiliki nilai likuiditas yang baik, maka dapat dipastikan bahwa
koperasi tersebut dapat membayar kewajiban jangka pendeknya, baik itu penarikan
dana simpanan oleh para nasabah atau kewajiban jangka pendek lainnya. Dalam
beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya seperti oleh I Wayan
Sudarma dan IGW Murjana Yasa (2013) menemukan bahwa likuiditas menjadi
salah satu faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesehatan
Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Gianyar.
Secara umum KSPPS Koperasi / Baitul Maal wat Tamwil Kota Tangerang
Selatan berada pada predikat cukup likuid. Dari 8 koperasi, terdapat 3 KSPSS
Koperasi / BMT yang mendapatkan predikat likuid, yaitu BMT Syahida Ikaluin,
112
BMT Al Fath IKMI dan BMT Mekar Da’wah. Sementara itu terdapat 1 KSPPS
Koperasi / BMT yang mendapatkan predikat kurang likuid, yaitu BMT Bumi
Syariah. KSPPS Koperasi/BMT Kota Tangerang Selatan dianjurkan untuk
meminimalisir kewajiban jangka pendek yang dimiliki agar likuiditas KSPPS
Koperasi tetap terjaga dengan baik. Selain itu, peningkatan likuiditas sangat
ditentukan oleh kinerja sistem yang diterapkan dalam koperasi. Seperti yang
ditemukan oleh Muhammad Arif Dani (2015) pada penelitian “Upaya
Meningkatkan Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah Melalui Sistem
Pengoperasian Jasa dan Sistem Penyampaian Jasa” menemukan bahwa rangkaian
sistem yang optimal, mampu membuat BMT UGT Sidogiri Capem Bulak dapat
memproyeksikan dan mengendalikan tren pertumbuhan likuiditas yang positif.
Seperti pada sistem pengoperasian jasa, upaya yang dilakukan oleh BMT UGT
Sidogiri Capem Bulak adalah dengan melakukan inovasi produk, perbaikan kualitas
sumber daya manusia, dan mematuhi prosedur yang dijalankan. Sedangakan pada
Sistem Penyampaian Jasa, BMT mengoptimalkan pelayanan yang diberikan kepada
anggota, menjalin komunikasi dengan anggota dan menyediakan sarana dan
prasarana pendukung bagi anggota. Dengan demikian disarankan juga kepada
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Kota Tangerang
Selatan untuk dapat mengaplikasikan suatu sistem yang tepat guna, agar mampu
membantu koperasi dalam menjaga tingkat likuiditasnya.
113
6. Analisis Aspek Jati Diri Koperasi
Penilaian pada aspek jati diri koperasi ini menggunakan dua rasio, yaitu Rasio
Promosi Ekonomi Anggota (PEA) dan Rasio Partisipasi Bruto. Penilaian ini untuk
mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan
ekonomi anggota. Hasil perhitungan dari rasio-rasio ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.12
Hasil Perhitungan Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) dan Rasio
Partisipasi Bruto
No Nama KSPPS
Rasio (%)
Rasio
Partisipasi
Bruto
Rasio Promosi
Ekonomi Anggota
(PEA)
1. BMT Syahida Ikaluin 62,60 1,27
2. BMT Al Jibaal 98,78 16,72
3. BMT Al Fath IKMI 96,78 72,68
4. BMT Al Bayan 98,64 30,85
5. BMT Al Ittihad 92,97 9,16
6. BMT Al Munawwarah 89,03 28,76
7. BMT Bumi Syariah 100,00 8,80
8. BMT Mekar Da’wah 47,62 14,56
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Dari tabel 4.12 di atas, dapat dilihat hasil perhitungan atas rasio partisipasi
bruto dan rasio promosi ekonomi anggota. Rasio partisipasi bruto digunakan untuk
mengukur kemampuan koperasi dalam melayani anggotanya. Semakin besar/tinggi
presentasi yang dihasilkan, maka semakin baik. Secara umum persentase rasio
partisipasi bruto KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan terlihat baik, karena nilai
yang dihasilkan lebih dari 75%. Namun dari 8 KSPPS Koperasi, 2 di antaranya
memiliki nilai persentase di bawah 75%, yaitu BMT Syahida Ikaluin dan BMT
Mekar Da’wah.
114
Rasio Promosi Ekonomi anggota digunakan untuk mengukur kemampuan
koperasi dalam memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi
biaya koperasi dengan simpanan pokok dan simpanan wajib. Semakin tinggi nilai
persentasenya maka semakin baik. Secara umum, KSPPS Koperasi Kota Tangerang
Selatan memiliki nilai persentase yang tinggi yaitu di atas 12%, namun dari 8
koperasi yang ada, terdapat 3 koperasi yang memiliki persentase di bawah 12%,
yaitu BMT Syahida Ikaluin, BMT Al Ittihad, dan BMT Bumi Syariah.
Hasil perhitungan rasio-rasio ini digunakan untuk memberikan penilaian
kepada KSPPS Koperasi atas kesehatannya pada aspek jati diri koperasi, yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
115
Tabel 4.13
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Jati Diri Koperasi
No. Nama KSPPS Hasil Perhitungan (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
1. BMT Syahida Ikaluin
a. Rasio Partisipasi Bruto
b. Rasio PEA
62,60
1,27
75
25
5%
5%
3,75
1,25
Cukup
Tidak Bermanfaat
Total 5
2. BMT Al Jibaal
a. Rasio Partisipasi Bruto
b. Rasio PEA
98,78
16,72
100
100
5%
5%
5
5
Tinggi
Bermanfaat
Total 10
3. BMT Al Fath IKMI
a. Rasio Partisipasi Bruto
b. Rasio PEA
96,78
72,68
100
100
5%
5%
5
5
Tinggi
Bermanfaat
Total 10
4. BMT Al Bayan
a. Rasio Partisipasi Bruto
b. Rasio PEA
98,64
30,85
100
100
5%
5%
5
5
Tinggi
Bermanfaat
Total 10
5. BMT Al Ittihad
a. Rasio Partisipasi Bruto
b. Rasio PEA
92,97
9,16
100
75
5%
5%
5
3,75
Tinggi
Cukup Bermanfaat
Total 8,75
6. BMT Al Munawwarah
a. Rasio Partisipasi Bruto
b. Rasio PEA
89,03
28,76
100
100
5%
5%
5
5
Tingii
Bermanfaat
Total 10
116
No. Nama KSPPS Hasil Perhitungan (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
7. BMT Bumi Syariah
a. Rasio Partisipasi Bruto
b. Rasio PEA
100
8,80
100
50
5%
5%
5
2,5
Tinggi
Kurang Berhasil
Total 7,5
8. BMT Mekar Da’wah
a. Rastio Partisipasi Bruto
b. Rasio PEA
47,62
14,56
50
100
5%
5%
2,5
5
Kurang
Bermanfaat
Total 7,5
Sumber: Data Sekunder yang diolah.
117
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat koperasi yang berhasil mencapai
tujuannya dalam mempromosikan ekonomi anggota. Skor maksimal yang dapat
diperoleh oleh koperasi/BMT dari Aspek Jati Diri Koperasi ini adalah 10. Dari 8
KSPPS Koperasi, 5 di antaranya berhasil dalam mencapai tujuannya dalam
mempromosikan ekonomi anggotanya yaitu, BMT Al Jibaal, BMT Al Fath IKMI,
BMT Al Bayan, BMT Al Ittihad, dan BMT Al Munawwarah. 2 KSPPS Koperasi
dinilai cukup berhasil dalam mempromosikan ekonomi anggota yaitu BMT Bumi
Syariah dan BMT Mekar Da’wah. Sementara itu, BMT Syahida Ikaluin dinilai
kurang berhasil dalam mempromosikan ekonomi anggotanya.
Kurang berhasilnya BMT Syahida Ikaluin dalam mempromosikan ekonomi
anggotanya dapat dilihat dari nilai SHU bagian anggota yang terbilang masih kecil
jika dibandingkan dengan simpanan pokok dan simpanan wajib yang diberikan oleh
anggota koperasi. SHU yang diperoleh oleh BMT Syahida Ikaluin pada tahun 2015
sebesar Rp. 18.936.388. Hal ini tentunya dapat dikatakan baik, karena pada tahun
2014, nilai SHU BMT Syahida Ikaluin memperoleh nilai minus, yaitu minus Rp.
3.351.474).
Terbilang sebagai koperasi yang masih muda, dapat menjadi salah satu faktor
yang membuat kurang berhasilnya koperasi ini dalam mempromosikan ekonomi
anggotanya. Untuk itu, disarankan kepada BMT Syahida Ikaluin untuk
meningkatkan pendapatan operasionalnya dan menekan biaya-biaya operasional,
agar Selisih Hasil Usaha (SHU) yang dimiliki semakin tinggi dan Selisih Hasil
Usaha (SHU) bagian anggota semakin meningkat.
118
7. Analisis Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan
Penilaian pada aspek kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada tiga
rasio yaitu Rasio Rentabilitas Aset, Rasio Rentabilitas Ekuitas dan Rasio
Kemandirian Operasional. Hasil dari perhitungan atas ketiga rasio tersebut dari
KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.14
Hasil Perhitungan Rasio Rentabilitas Aset, Rasio Rentabilitas Ekuitas dan
Rasio Kemandirian Operasional
No Nama KSPPS/BMT
Rasio (%)
Rentabilitas
Aset
Rentabilita
s Ekuitas
Kemandirian
Operasional
1. BMT Syahida Ikaluin 4,20 1,12 408,97
2. BMT Al Jibaal 2,91 5,66 113,45
3. BMT Al Fath IKMI 2,62 4,60 118,83
4. BMT Al Bayan 3,14 3,25 119,80
5. BMT Al Ittihad 1,53 1,64 123,46
6. BMT Al Munawwarah 3,04 12,52 175,07
7. BMT Bumi Syariah 1,29 1,29 103,23
8. BMT Mekar Da’wah 4,37 5,29 142,92
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Dari tabel 4.14 di atas dapat dilihat hasil perhitungan atas rasio-rasio pada
aspek kemandirian dan pertumbuhan koperasi. Pada rasio rentabilitas aset, semakin
tinggi nilai rasio yang dihasilkan maka semakin baik. Jika persentase yang
dihasilkan di atas 10% maka kemampuan koperasi dalam memanfaatkan asetnya
untuk menghasilkan SHU semakin baik. Namun KSPPS Koperasi Kota Tangerang
Selatan pada rasio ini belum menunjukkan nilai yang tinggi/baik, dikarenakan nilai
persentase pada rasio ini masih di bawah 10%.
119
Rasio rentabilitas ekuitas untuk melihat kemampuan koperasi dalam
memanfaatkan modalnya untuk menghasilkan SHU. Sama seperti rasio rentabilitas
aset, semakin tinggi persentase yang dihasilkan, maka akan semakin baik. Jika
persentase yang dihasilkan diatas 10%, maka kemampuan koperasi dalam
memanfaatkan modal untuk mencapai SHU dinilai tinggi. Dari 8 KSPPS Koperasi,
hanya 1 koperasi yang memiliki persentase diatas 10%, yaitu BMT Al
Munawwarah.
Rasio kemandirian operasional dinilai dengan membandingkan pendapatan
usaha dengan biaya usaha. Semakin besar persentase yang dihasilkan, maka
semakin tinggi. Jika persentase yang dihasilkan diatas 150% maka koperasi tersebut
memiliki kemandirian operasional yang tinggi. Dari 8 KSPPS Koperasi, 2 di
antarnya memiliki persentase di atas 150%, yaitu BMT Syahida Ikaluin dan BMT
Al Munawwarah.
Hasil perhitungan rasio-rasio ini, digunakan dalam melakukan penilaian atas
aspek kemandirian dan pertumbuhan koperasi, yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
120
Tabel 4.15
Analisis Penilaian Kesehatan KSPPS - Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan
No. Nama KSPPS Hasil Perhitungan (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
1. BMT Syahida Ikaluin
a. Rasio Rentabilitas Aset
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas
c. Rasio Kemandirian Operasional
4,20
1,12
408,97
25
25
100
3%
3%
4%
0,75
0,75
4
Rendah
Rendah
Tinggi
Total 5,5
2. BMT Al Jibaal
a. Rasio Rentabilitas Aset
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas
c. Rasio Kemandirian Operasional
2,91
5,66
113,45
25
50
50
3%
3%
4%
0,75
1,5
2
Rendah
Kurang
Kurang
Total 4,25
3. BMT Al Fath IKMI
a. Rasio Rentabilitas Aset
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas
c. Rasio Kemandirian Operasional
2,62
4,60
118,83
25
25
50
3%
3%
4%
0,75
0,75
2
Rendah
Rendah
Kurang
Total 3,5
4. BMT Al Bayan
a. Rasio Rentabilitas Aset
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas
c. Rasio Kemandirian Operasional
3,14
3,25
119,80
25
25
50
3%
3%
4%
0,75
0,75
2
Rendah
Rendah
Kurang
Total 3,5
5. BMT Al Ittihad
a. Rasio Rentabilitas Aset
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas
1,53
1,64
25
25
3%
3%
0,75
0,75
Rendah
Rendah
121
No. Nama KSPPS Hasil Perhitungan (%) Nilai Kredit Bobot Skor Predikat
c. Rasio Kemandirian Operasional 123,46 50 4% 2 Kurang
Total 3,5
6. BMT Al Munawwarah
a. Rasio Rentabilitas Aset
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas
c. Rasio Kemandirian Operasional
3,04
12,52
175,07
25
100
100
3%
3%
4%
0,75
3
4
Rendah
Tinggi
Tinggi
Total 7,75
7. BMT Bumi Syariah
a. Rasio Rentabilitas Aset
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas
c. Rasio Kemandirian Operasional
1,29
1,29
103,23
25
25
50
3%
3%
4%
0,75
0,75
2
Rendah
Rendah
Kurang
Total 3,5
8. BMT Mekar Da’wah
a. Rasio Rentabilitas Aset
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas
c. Rasio Kemandirian Operasional
4,37
5,19
142,92
25
50
75
3%
3%
4%
0,75
1,5
3
Rendah
Kurang
Cukup
Total 5,25
Sumber: Data sekunder yang diolah.
122
Dari tabel 4.15 dapat dilihat hasil yang didapatkan oleh setiap koperasi pada
aspek kemandirian dan operasional ini. Dari 8 KSPPS Koperasi yang dinilai, hanya
1 koperasi yang mendapatkan predikat kemandirian dan pertumbuhan yang tinggi,
yaitu BMT Al Munawwarah. Kekurangan BMT Al Munawwarah pada aspek
kemandirian ini terdapat pada rasio rentabilitas aset. Dilihat dari laporan keuangan
BMT Al Munawwarah, SHU bruto yang diperoleh mengalami peningkatan yaitu
dari Rp. 560.784.615 pada tahun 2014 menjadi Rp. 645.096.438 pada tahun 2015.
Namun disisi aset juga mengalami peningkatan sebesar 1,62%, yaitu dari Rp.
20.856.636.413 pada tahun 2014 menjadi Rp. 21.192.857.868 pada tahun 2015.
Peningkatan aset BMT Al Munawwarah tidak sebanding dengan peningkatan SHU
brutonya, sehingga dinilai BMT Al Munawwah kurang mampu untuk
meningkatkan SHUnya dengan aset yang dimiliki.
Selain itu, terdapat 2 koperasi yang mendapatkan predikat cukup pada
kemandirian dan pertumbuhan koperasi, yaitu BMT Syahida Ikaluin dan BMT
Mekar Da’wah. Pertumbuhan koperasi BMT Syahida Ikaluin cukup baik, hal ini
dapat dilihat dari laporan keuangan BMT Syahida Ikaluin, yang menunjukkan
adanya peningkatan SHU yang diperoleh dibandingkan tahun 2014. Pada tahun
2015 BMT Syahida Ikaluin memperoleh SHU sebesar Rp. 18.936.388, sementara
itu pada tahun 2014, SHU BMT Syahida Ikaluin mengalami kondisi minus, yaitu
Rp. 3.351.474. Begitu juga pertumbuhan BMT Mekar Da’wah, dengan aset yang
dimilikinya, BMT Mekar Da’wah mampu meningkatkan SHU bruto yang
diperoleh, yaitu dari Rp. 108.170.128 pada tahun 2014, menjadi Rp. 151.716.783
pada tahun 2015. Namun hal ini masih terbilang cukup rendah, oleh karena itu
123
diharapkan BMT Syahida Ikaluin dan BMT Mekar Da’wah untuk dapat
mengoptimalkan aset yang dimiliki untuk memperoleh SHU yang akan diterima
nantinya.
Selebihnya, KSPPS Koperasi mendapatkan predikat kurang dalam
kemandirian dan pertumbuhan koperasinya, yang berarti kemampuan koperasi
tersebut dalam memanfaatkan aset atau modal yang dimiliki kurang optimal. Selain
itu juga, tingginya beban operasional yang dimiliki dianggap menghalangi
kemandirian operasional koperasi tersebut. Untuk itu, diharapkan KSPPS Koperasi
yang mendapatkan predikat kurang dalam aspek ini untuk dapat lebih
mengoptimalkan aset dan ekuitas yang dimiliki, sehingga mampu meningkatkan
SHU yang akan dibagikan ke anggotnya. Sehingga juga akan meningkatkan
promosi ekonomi anggotanya (aspek jati diri koperasi).
8. Analisis Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah
Penilaian pada aspek kepatuhan syariah ini dilakukan dengan perhitungan
nilai kredit yang didasari pada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan sebanyak 10
buah pertanyaan dengan masing-masing bobot 10% perpertanyaan yang berarti
untuk setiap jawaban positif 1 memperoleh nilai kredit bobot 1. Dari pertanyaan-
pertanyaan pada aspek kepatuhan syariah ini, didapat nilai dari setiap KSPPS
Koperasi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
124
Tabel 4.16
Hasil Penilaian Aspek Kepatuhan Syariah
No. Nama KSPPS Tahun Nilai Kredit Bobot Kriteria
1. BMT Syahida Ikaluin 8 8 Patuh
2. BMT Al Jibaal 10 10 Patuh
3. BMT Al Fath IKMI 10 10 Patuh
4. BMT Al Bayan 10 10 Patuh
5. BMT Al Ittihad 10 10 Patuh
6. BMT Al Munawwarah 10 10 Patuh
7. BMT Bumi Syariah 10 10 Patuh
8. BMT Mekar Da’wah 10 10 Patuh
Sumber: Analisis data sekunder
Secara umum KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan telah mematuhi
seluruh aspek kepatuhan syariah. Namun BMT Syahida Ikaluin belum dapat
memberikan nilai positif atas seluruh poin pertanyaan. BMT Syahida Ikaluin belum
memiliki modal penyertaan dan pembiayaan yang berasal dari lembaga keuangan
syariah dan juga manajemen koperasi belum memiliki sertifikat pendidikan
pengelolaan lembaga keuangan syariah yang dikeluarkan dari pihak yang
kompeten. Untuk itu disarankan kepada BMT Syahida Ikaluin untuk dapat mencari
lembaga keuangan syariah untuk dapat mencari modal penyertaan, agar dapat
meningkatkan permodalan yang dimiliki dan juga dapat menjadi likuiditas
koperasi. Selain itu, SDM BMT Syahida Ikaluin dapat mengikuti pendidikan dalan
pengelolaan lembaga keuangan syariah agar manajemen pengelolaan koperasi
semakin baik.
125
9. Hasil Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap 8 aspek penilaian tingkat kesehatan
koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah pada koperasi syariah / baitul maal
wat tamwil Kota Tangerang Selatan tahun 2015, yaitu aspek permodalan, kualitas
aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, jati diri koperasi, kemandirian
dan pertumbuhan dan kepatuhan prinsip syariah, maka diperoleh skor secara
keseluruhan mengenai tingkat kesehatan KSPPS Koperasi yang dibagi dalam 4
(empat) golongan, yaitu sehat, cukup sehat, dalam pengawasan dan dalam
pengawasan khusus. Dapat disimpulkan peringkat kesehatan koperasi-koperasi
syariah Kota Tangerang Selatan yang dapat dilihat pada tabel berikut:
126
Tabel 4.17
Peringkat Kesehatan KSPPS Kota Tangerang Selatan
No Nama KSPPS Aspek Penilaian
Total Predikat MDL KAP MNJ EFI LIK JDK KP KPS
1 BMT Syahida Ikaluin 10 7,5 11,6 8,5 15 5 5,5 8 71,1 Cukup Sehat
2 BMT Al Jibaal 10 15 12,8 6,5 10 10 4,25 10 78,5 Cukup Sehat
3 BMT Al Fath IKMI 6,25 16 12,8 7,5 11,3 10 3,5 10 77,3 Cukup Sehat
4 BMT Al Bayan 10 18,5 12,2 7,5 10 10 3,5 10 81,7 Sehat
5 BMT Al Ittihad 8,75 15 12,75 6,5 10 8,75 3,5 10 75,25 Cukup Sehat
6 BMT Al Munawwarah 7,5 8 12,75 7,5 10 10 7,75 10 73,5 Cukup Sehat
7 BMT Bumi Syariah 10 7,5 11,85 6,5 6,25 7,5 3,5 10 63,1 Dalam Pengawasan
8 BMT Mekar Da’wah 7,5 15 10,25 5,5 13,75 7,5 5,25 10 74,75 Cukup Sehat
Sumber: Data sekunder yang diolah.
127
Setelah melakukan perhitungan terhadap 8 aspek penilaian, didapatkan hasil
mengenai tingkat kesehatan KSPPS Koperasi Kota Tangerang Selatan pada tahun
2015. Dari 8 KSPPS yang dinilai, 1 diantaranya berada pada golongan sehat yaitu
BMT Al Bayan, 6 KSPPS/BMT berada pada golongan cukup sehat, yaitu BMT
Syahida Ikaluin, BMT Al Jibaal, BMT Al Fath IKMI, BMT Al Iittihad, BMT Al
Munawwarah, dan BMT Mekar Da’wah. BMT Bumi Syariah berada pada golongan
dalam pengawasan.
Dapat dilihat pada tabel 4.17, BMT Al Bayan berada pada golongan sehat
memiliki nilai yang cukup tinggi pada aspek kualitas aktiva produktif. Selain dari
aspek kualitas aktiva produktif, pada aspek permodalan juga BMT Al Bayan
memiliki nilai maksimal. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang tersedia
bahwa permodalan BMT Al Bayan tumbuh sebesar 8,15% dimana pertumbuhan ini
meningkat dari sisi simpanan wajib anggota. Pertumuhan modal ini dikarenakan
banyaknya jumlah anggota baru yang masuk pada BMT Al Bayan, yaitu 196 orang,
sehingga total anggota BMT Al Bayan hingga tahun 2015 adalah 1.353 orang. Dari
sisi lain, perkembangan dana cadangan yang ditahan dari Sisa Hasil Usaha (SHU)
yang dimiliki oleh BMT Al Bayan meningkat sebesar Rp. 26.446.702, sehingga
dengan adanya peningkatan dana cadangan ini, memungkinkan BMT Al Bayan
untuk dapat menghindari kerugian yang diperoleh dari kolektabilitas pembiayaan
yang kurang lancar bahkan macet.
Dapat dilihat dari tabel 4.17, BMT Bumi Syariah berada pada golongan
kesehatan dalam pengawasan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa aspek penilaian
BMT Bumi Syariah memiliki nilai yang kurang baik. Sebagai salah satu BMT yang
128
baru didirikan, yaitu pada tahun 2013, kemandirian dan pertumbuhan BMT Bumi
Syariah kurang baik, hal ini dapat dilihat pada hasil akhir nilai pada aspek penilaian
kemandirian dan pertumbuhan. BMT Bumi Syariah belum mampu
mengoptimalkan ekuitas yang mereka miliki dan hanya mampu menghasilkan sisa
hasil usaha (SHU) yang cukup kecil. Selain itu biaya atau beban yang dikeluarkan
oleh BMT Bumi Syariah cukup besar, yaitu 97% dari pendapatan yang mereka
miliki. Di mana dilain sisi, permodalan yang BMT Bumi Syariah miliki sangat
menurun, yaitu menurun sebesar 57% atau senilai Rp. 60.278.200. Penurunan dari
segi permodalan ini diakibatkan menurunnya jumlah simpanan pokok yang dimiliki
oleh BMT Bumi Syariah, yaitu turun sebesar Rp. 32.575.000, hal ini dapat terjadi
dikarenakan anggota dari sebuah koperasi keluar dari koperasi tersebut, sehingga
mengakibatkan jumlah simpanan pokok menurun. Selain itu pada sisi permodalan,
BMT Bumi Syariah belum memiliki dana cadangan dan nilai penyisihan untuk
piutang tak tertagih terbilang kecil dari piutang macet yang dimiliki BMT Bumi
Syariah. BMT Bumi Syariah memiliki nilai penyisihan piutang tak tertagih (PPAP)
sebesar Rp. 5.553.000, sementara piutang macet yang dimiliki BMT Bumi Syariah
sebesar Rp. 57.044.250 sehingga BMT Bumi Syariah akan sulit menghindari risiko
yang terjadi dari piutang macet yang sulit ditagih tersebut dengan nilai penyisihan
yang cukup kecil.
Sementara itu, koperasi-koperasi yang berada pada golongan kesehatan
cukup sehat, secara umum memiliki nilai yang kurang baik pada aspek kualitas
aktiva produktif, aspek likuditas dan aspek kemandirian dan pertumbuhan. Pada
perhitungan yang telah dilakukan dan dilihat dari laporan keuangan, secara umum
129
koperasi-koperasi di Kota Tangerang Selatan ini belum mencadangkan dana yang
cukup besar untuk pencadangan penghapusan aktiva produktif (PPAP) untuk
menghindari risiko yang akan terjadi atas pembiayaan atau piutang yang sulit
tertagih. Untuk itu disarankan kepada koperasi-koperasi yang masih mencadangkan
dana yang cukup kecil untuk PPAP, agar meningkatkan dana untuk penyisihan
penghapusan piutang aktiva produktif dalam kisaran 60-80% dari total piutang atau
pembiayaan kurang lancar atau macet, agar mampu menghindari risiko yang tidak
diinginkan saat piutang atau pembiayaan yang sulit tertagih. Pada aspek likuiditas
menunjukkan nilai yang kurang baik dikarenakan dana yang diterima oleh koperasi-
koperasi ini masih terbilang kecil untuk dapat memberikan pembiayaan kepada
anggota atau kepada masyarakat umum. Sehingga disarankan untuk dapat
meningkatkan dana yang diterima oleh koperasi dengan cara melakukan promosi
agar anggota koperasi bertambah sehingga dana yang diterima oleh koperasi juga
meningkat. Sedangkan pada aspek kemandirian dan pertumbuhan, secara umum
koperasi-koperasi yang berada pada predikat cukup sehat belum mampu
mengoptimalkan aset dan ekuitas yang dimiliki untuk menghasilkan SHU yang
cukup besar. Karena ketika sebuah koperasi memiliki SHU yang cukup besar,
sehingga koperasi tersebut mampu untuk menyisihkan dana dari SHU untuk
membentuk cadangan-cadangan yang lebih besar atau menyisihkan untuk biaya
pertumbuhan dari koperasi, agar koperasi semakin baik.
Penilaian kesehatan ini penting dilakukan agar dapat mengetahui posisi
kesehatan setiap koperasi atas kegiatan operasional, kinerja kuangan, dan kinerja
manajemennya. Atas hasil penilaian kesehatan ini diharapkan Dinas Koperasi dan
130
UKM Kota Tangerang Selatan untuk dapat membuat kebijakan-kebijakan yang
baik untuk meningkatkan kesehatan koperasi-koperasi di wilayah Kota Tangerang
Selatan. Kebijakan yang dilakukan diantaranya dapat memberikan pelatihan
akuntansi kepada para pengurus koperasi agar dapat membuat laporan keuangan
BMT/Koperasi Syariah sesuai dengan pedoman Permen KUKM Nomor 14 tahun
2015, dimana item laporan keuangan yang disajikan oleh BMT/Koperasi Syariah
dalam laporan RAT tahun buku 2015 belum sesuai dan masih terdapat banyak
kekurangan.
Selain itu, untuk koperasi/BMT yang telah dilakukan penilaian kesehatan
agar dapat membuat program-program dan kebijakan internal yang baik untuk
dapat meningkatkan tingkat kesehatan koperasinya, baik itu dari segi kinerja
keuangan maupun kinerja manajemennya. Karena ketika sebuah koperasi tersebut
sehat, maka akan meningkatkan brand koperasi tersebut dimata masyarakat luas,
sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk dapat menyimpan dananya
pada koperasi yang telah memiliki predikat kesehatan yang tinggi. Yang pada
akhirnya mampu meningkatkan perkembangan koperasi itu sendiri, dan membuat
koperasi terus going concern untuk dapat mensejahterakan anggota koperasi
tersebut pada khususnya dan masyarakat sekitar yang terkena dampak dari adanya
koperasi tersebut secara umum.
131
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) di Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2015. Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu kalangan
Dinas Koperasi Kota Tangerang Selatan untuk mengetahui keadaan kesehatan
koperasi di wilayah Kota Tangerang Selatan maupun pihak KSPPS Koperasi /
Baitul Maal wat Tamwil untuk mengetahui kesehatan koperasi yang dikelola.
Jumlah KSPPS Koperasi / Baitul Maal wat Tamwil yang menjadi objek penelitian
adalah sebanyak 8 KSPPS Koperasi, yaitu BMT Syahida Ikaluin, BMT Al Jibaal,
BMT Al Fath IKMI, BMT Al Bayan, BMT Al Ittihad, BMT Al Munawwarah, BMT
Bumi Syariah dan BMT Mekar Da’wah.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka penelitian ini
memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada aspek permodalan, yang dihitung menggunakan rasio modal sendiri
terhadap total aset dan rasio kecukupan modal, dari 8 KSPPS Koperasi
terdapat 2 KSPPS Koperasi / BMT yang berada pada prediakt cukup sehat,
yaitu BMT Al Fath IKMI dan BMT Mekar Da’wah. Selebihnya KSPPS
Koperasi / BMT berada pada predikat sehat.
2. Pada aspek kualitas aktiva produktif, yang dihitung menggunakan 3 (tiga)
rasio, yaitu Rasio Tingkat Piutang dan Pembiayaan Bermasalah terhadap
132
Jumlah Piutang dan Pembiayaan, Rasio Portofolio terhadap Piutang dan
Pembiayaan Berisiko, dan Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib
Dibentuk (PPAPWD), dari 8 KSPPS Koperasi / BMT terdapat 2 koperasi
yang berada pada predikat lancar yaitu BMT Al Fath IKMI dan BMT Al
Bayan. 3 koperasi /BMT berada pada prediakt cukup lancar, yaitu BMT Al
Jibaal, BMT Al Ittihad, dan BMT Mekar Da’wah, dan 3 koperasi / BMT yang
berada pada prediakt kurang lancar, yaitu BMT Syahida Ikaluin, BMT Al
Munawwarah dan BMT Bumi Syariah
3. Pada aspek manajemen yang dinilai dari beberapa komponen, yaitu
manajemen umum, kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aset
dan manajemen likuiditas terdapat 1 KSPPS / BMT yang mendapatkan
predikat cukup baik, yaitu BMT Mekar Da’wah. Selebihnya KSPPS Koperasi
/ BMT berada pada predikat baik.
4. Pada aspek efisiensi yang dihitung menggunakan 3 rasio, yaitu Rasio Biaya
Operasional Terhadap Pelayanan, Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Aset,
Rasio Efisiensi Pelayanan. Dari 8 KSPPS Koperasi / BMT, 1 di antarnya
mendapatkan predikat efisien yaitu BMT Syahida Ikaluin dan selebihnya
mendapatkan predikat cukup efisien.
5. Pada aspek likuiditas dihitung dengan menggunakan 2 rasio yaitu rasi kas dan
rasio pembiayaan. Dari 8 KSPPS Koperasi / BMT, 3 koperasi berada pada
predikat likuid, yaitu BMT Syahida Ikaluin, BMT Al Fath IKMI, dan BMT
133
Mekar Da’wah. 1 koperasi berada pada predikat kurang likuid, yaitu BMT
Bumi Syariah. 4 koperasi lainnya berada pada predikat cukup likuid.
6. Pada aspek jati diri koperasi dihitung dengan menggunakan 2 rasio, yaitu
rasio partisipasi bruto dan rasio promosi ekonomi anggota (PEA). Dari 8
KSPPS Koperasi / BMT, 1 koperasi berada pada predikat kurang berhasil
yaitu BMT Syahida Ikaluin, 2 koperasi berada pada predikat cukup berhasil
yaitu BMT Bumi Syariah dan BMT Mekar Da’wah, dan 5 koperasi lainnya
berada pada predikat berhasil dalam mempromosikan ekonomi anggotanya.
7. Pada aspek kemandirian dan pertumbuhan, dihitung dengan menggunakan 3
rasio, yaitu rasio rentabilitas aset, rasio rentabilitas ekuitas, dan rasio
kemandirian operasional. Dari 8 KSPPS koperasi / BMT, 1 koperasi berada
pada predikat tinggi, yaitu BMT Al Munawwarah, 2 BMT berada pada
predikat cukup yaitu BMT Syahida Ikaluin dan BMT Mekar Da’wah, dan 5
koperasi berada pada predikat kurang baik.
8. Pada aspek kepatuhan syariah yang dinilai berdasarkan analisa pada 10 poin
penyataan, keseluruhan koperasi di Kota Tangerang Selatan berada pada
predikat patuh pada prinsip syariah.
9. Setelah dilakukan perhitungan terhadap 8 aspek yaitu aspek permodalan,
kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, jati diri koperasi,
kemandirian dan pertumbuhan dan kepatuhan prinsip syariah didapatkan
hasil kesehatan koperasi syariah Kota Tangerang Selatan. Dari 8 KSPPS
Koperasi, 1 koperasi berada pada golongan “sehat” yaitu BMT Al Bayan, 6
134
diantaranya berada pada golongan “cukup sehat” dan 1 koperasi berada pada
golongan “dalam pengawasan” yaitu BMT Bumi Syariah.
B. Implikasi dan Saran
Disamping cakupan periode waktu yang dianalisis hanya 1 tahun,
keterbatasan dari penelitian ini adalah karena hanya terbatas pada analisis deskriptif
saja, sehingga tidak dapat diketahui fakto-faktor apa saja yang mempengaruhi
kesehatan KSPPS Koperasi / Baitul Maal wat Tamwil Kota Tangerang Selatan.
Untuk itu, beberapa saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Memperpanjang periode analisis terhadap koperasi di Kota Tangerang
Selatan, sehingga mampu dapat mengetahui tren perubahan tingkat kesehatan
koperasi.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan koperasi syariah,
agar dapat diketahui faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan koperasi
tersebut.
3. Penelitian selanjutnya dapat melakukan komparasi atau perbandingan antara
koperasi syariah dan koperasi konvensional, baik di wilayah Kota Tangerang
Selatan maupun di wilayah lainnya, agar dapat dilihat perbedaan kesehatan
antara koperasi syariah dan koperasi konvensional di wiliayah tersebut.
4. Melakukan komparasi kesehatan koperasi antar wilayah, agar dapat
mengetahui tingkat kesehatan koperasi disuatu wilayah, hingga dapat menjadi
role model dalam pembinaan koperasi di wilayah lain jika terdapat koperasi
yang masih dalam golongan kesehatan yang kurang baik.
135
Selain itu, disarankan juga kepada Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang
Selatan untuk dapat melakukan pembinaan dan pelatihan kepada SDM pengelola
koperasi syariah di Kota Tangerang Selatan, karena kebanyakan komponen laporan
keuangan yang disajikan belum sesuai peraturan menteri koperasi dan usaha kecil
dan menengah No 14/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang pedoman akuntasi usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi.
136
DAFTAR PUSTAKA
Afif, M. R. (2014). Analisis Penilaian Kesehatan Pada Koperasi Jasa Keuangan
Syariah di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 - 2012. Bandar Lampung:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Alliance, I. C.-o. (2005-2015). What is a co-operative? Dipetik Desember 12, 2016,
dari International Co-operative Alliance - Cooperative enterprises build a
better world: http://ica.coop/en/what-co-operative
Dani, Muhammad Arif. (2015). Upaya Meningkatkan Likuiditas Lembaga
Keuangan Mikro Syariah Melalui Sistem Pengoperasian Jasa dan Sistem
Penyamoaian Jasa (Studi Kasus Pada BMT Ugt Sidogiri Cabang Pembantu
Bulak Surabaya). El-Qist: Journal of Islamic Economic and Business. Vol 4,
No 01, 2015 P. 283-308
Fathimah, S. (2016). Sistem Informasi Analisis Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam
Pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kota Banjarbaru.
Indonesian Journal on Networking and Security, 65-75.
Ganitri, P. T., Suwendra, I. W., & Yulianthini, N. N. (2014). Pengaruh Modal
Sendiri, Modal Pinjaman, dan Volume Usaha Terhadap Selisih Hasil Usaha
(SHU) Pada Koperasi Simpan Pinjam. e-Journal Bisma Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2).
Guspul, Ahmad dan Awaludin Ahmad. (2014). Kualitas Pelayanan, Kepuasan dan
Kepercayaan Nasabah Pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Wonosobo.
Jurnal PPKM III, 156-170.
Hatta, D. M. (2015). Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun. Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara.
Hendar. (2010). Manajemen Perusahaan Koperasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hendrojogi. (2004). Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Hernanto, A., Fauziyah, N., & Senjiati, I. H. (2016). Analisis Perbandingan Kualit
as Aktiva Produktif Sebelum dan Sesudah Pemberlakukan Peraturan Otorit
as Jasa Keuangan No.16/POJK.03/2014 (Studi pada Laporan Keuangan
Kuartal Bank Umum Syariah Periode 2013-2106). (pp. 717-724). Bandung:
137
Prodi Keuangan dan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam
Bandung.
Hosen, M. N., & Sa'roni, L. S. (2012). Determinant Factors of the Successful of
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). International Journal of Academic
Research in Economics and Management Sciences, 36 - 55.
Jamaludin, N. (2015, April 23). Koperasi dan Pertumbuhan Ekonomi Tangsel.
Retrieved from Kompasiana: http://www.kompasiana.com/bang-
jamal/koperasi-dan-pertumbuhan-ekonomi tangsel_5538599e6ea834ec60da
42ce
Melani, A. (2016). Pemerintah Dorong Reformasi Koperasi. Brebes:
Liputan6.com.
Mulyaningrum. (2009). Baitul Maal wat Tamwil (BMT): Peluang dan Tantangan
dalam Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Seminar on
Islamic Finance: Opportunity and Challenge on Islamic Finance. Jakarta:
Bakrie School of Management.
Norita, L. M. (2012). Analisis Tingkat Kesehatan Lembaga Keuangan Syariah:
Studi pada BMT Bina Ihsanul Fikri Tahun 200 - 2011. Yogyakarta: Fakultas
Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.
Nurmayanti. (2016). Membawa Koperasi RI Kembali Jadi Soko Guru Ekonomi.
Jakarta: Liputan6.com.
Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No 07/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Pedoman
Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan
Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No 09/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Petunjuk
Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah dan Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi
Qomarudin, A. M., & Barlinti, Y. S. (2015). Struktur Permodalan Koperasi
Syariah: Analisis Penggunaan Zakat, Infak, Sedekah Sebagai Modal
Koperasi Syariah. Depok: Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.
Rahman, A.R. (2010). Islamic Microfinance: An Ethical Alternative to Poverty
Alleviation. Humanomics, Vol 6 284-295.
Rosyada, A. (2015). Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Non Performing
Financing Terhadap Return On Asset Perbankan Syariah. Jakarta: Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
138
Sari, A. R., & Susanti, B. (2012). Pengaruh Modal Sendiri, Modal Luar, dan
Volume Usaha Pada Sisa Hasil Usaha Koperasi di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Diambil kembali dari eprints.unisbank.ac.id/169/1/artikel-9.pdf
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyak
arta: Graha Ilmu
Sekaran, U. (2014). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sudarma, I. W., & Yasa, I. M. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam di Kabupaten Gianyar. E-
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Suharsimi, A. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Supardi. (2005). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII
Press.
Taufiqurrohman. (2016). Menko Puan: Pemerintah Mendorong Masyarakat Lebih
Produktif. Jakarta: Liputan6.com.
Tyas, A. R. (2014). Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mukti
Bina Usaha Kelurahan Muktisari Kota Banjar Jawa Barat Tahun 2011-2013.
Yogyakarta, DI Yogyakarta, Indonesia: Fakultas Ekonomi UNY.
UKM, H. K. (2016, Oktober 29). Kinerja Koperasi Syariah di Indonesia Sangat
Baik. Retrieved from Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia: http://www.depkop.go.id/content/read/kinerja-koperasi-
syariah-di-indonesia-sangat-baik/
Yusuf, B. (2016). Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Syariah. ESENSI, 101-112.
139
LAMPIRAN
140
Lampiran I. Perhitungan atas setiap rasio-rasio dalam aspek penilaian
1. Perhitungan Aspek Permodalan
No Entitas
Aspek Penilaian
Permodalan
Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset Rasio Kecukupan Modal (Car)
Modal Sendiri Total Aset Hasil Modal Tertimbang ATMR Hasil
1 BMT Syahida Rp. 153.706.388 Rp. 451.111.195 34,07 Rp. 144.238.194 Rp. 396.589.010 36,37
2 BMT Al-Jibaal Rp. 396.674.298 Rp. 1.877.378.972 21,13 Rp. 292.262.573 Rp. 897.166.903 32,58
3 BMT Al Fath IKMI Rp. 2.622.030.014 Rp. 26.833.342.866 9,77 Rp. 1.867.908.841 Rp. 21.889.414.687 8,53
4 BMT Al Bayan Rp. 657.529.173 Rp. 2.723.698.494 24,14 Rp. 602.828.053 Rp. 2.320.484.873 25,98
5 BMT Al Ittihad Rp. 717.804.353 Rp. 4.548.595.969 15,78 Rp. 585.573.959 Rp. 3.970.620.577 14,75
6 BMT Al Munawwarah Rp. 2.446.323.612 Rp. 21.192.857.868 11,54 Rp. 1.994.429.469 Rp. 19.188.424.432 10,39
7 BMT Bumi Syariah Rp. 79.633.800 Rp. 269.611.300 29,54 Rp. 77.916.900 Rp. 253.275.675 30,76
8 BMT Mekar Da’wah Rp. 272.724.621 Rp. 3.470.088.899 7,86 Rp. 207.618.258 Rp. 2.589.065.715 8,02
141
a. Perhitungan modal tertimbang
Modal Inti dan modal pelengkap
BMT
Syahida
Komponen Modal Nilai (Rp)
Bobot
Pengakuan
(%)
Modal Yang
diakui (Rp)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 125.200.000 100% 125.200.000
b. Simpanan Wajib 9.570.000 100% 9.570.000
Modal penyetaraan - 100% -
Modal penyertaan - 50% -
Cadangan Umum - 100% -
Cadangan Tujuan risiko - 50% -
Modal Sumbangan - 100% -
SHU belum dibagi 18.936.388 50% 9.468.194
JUMLAH 144.238.194
Modal Inti dan modal pelengkap
BMT Al
Jibaal
Komponen Modal Nilai (Rp)
Bobot
Pengakuan
(%)
Modal Yang
diakui (Rp)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 19.050.000 100% 19.050.000
b. Simpanan Wajib 115.180.000 100% 115.180.000
Modal penyetaraan - 100% -
Modal penyertaan 154.130.000 50% 77.065.000
Cadangan Umum 40.620.848 100% 40.620.848
Cadangan Tujuan risiko - 50% -
Modal Sumbangan 13.000.000 100% 13.000.000
SHU belum dibagi 54.693.450 50% 27.346.725
JUMLAH 292.262.573
Modal Inti dan modal pelengkap
BMT Al Fath
IKMI
Komponen Modal Nilai (Rp)
Bobot
Pengakuan
(%)
Modal Yang
diakui (Rp)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 122.125.000 100% 122.125.000
b. Simpanan Wajib 43.790.000 100% 43.790.000
Modal penyetaraan - 100% -
Modal penyertaan - 50% -
Cadangan Umum 1.185.722.668 100% 1.185.722.668
Cadangan Tujuan risiko 205.816.641 50% 102.908.321
142
Modal Sumbangan 104.150.000 100% 104.150.000
SHU belum dibagi 618.425.705 50% 309.212.852
JUMLAH 1.867.908.841
Modal Inti dan modal pelengkap
BMT Al
Bayan
Komponen Modal Nilai (Rp)
Bobot
Pengakuan
(%)
Modal Yang
diakui (Rp)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 20.000.000 100% 20.000.000
b. Simpanan Wajib 49.289.000 100% 49.289.000
Modal penyetaraan - 100% -
Modal penyertaan - 50% -
Cadangan Umum 465.837.932 100% 465.837.932
Cadangan Tujuan risiko - 50% -
Modal Sumbangan 13.000.000 100% 13.000.000
SHU belum dibagi 109.402.241 50% 54.701.121
JUMLAH 602.828.053
Modal Inti dan modal pelengkap
BMT Al
Ittihad
Komponen Modal Nilai (Rp)
Bobot
Pengakuan
(%)
Modal Yang
diakui (Rp)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 71.780.000 100% 71.780.000
b. Simpanan Wajib 56.447.300 100% 56.447.300
Modal penyetaraan - 100% -
Modal penyertaan - 50% -
Cadangan Umum 325.116.264 100% 325.116.264
Cadangan Tujuan risiko 204.229.449 50% 102.114.725
Modal Sumbangan 100% -
SHU belum dibagi 60.231.341 50% 30.115.671
JUMLAH 585.573.959
Modal Inti dan modal pelengkap
BMT Al
Munawwarah
Komponen Modal Nilai (Rp)
Bobot
Pengakuan
(%)
Modal Yang
diakui (Rp)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 1.027.525.385 100% 1.027.525.385
b. Simpanan Wajib 37.388.257 100% 37.388.257
Modal penyetaraan - 100% -
143
Modal penyertaan 302.500.001 50% 151.250.001
Cadangan Umum 402.247.583 100% 402.247.583
Cadangan Tujuan risiko - 50% -
Modal Sumbangan 75.374.100 100% 75.374.100
SHU belum dibagi 601.288.286 50% 300.644.143
JUMLAH 1.994.429.469
Modal Inti dan modal pelengkap
BMT Bumi
Syariah
Komponen Modal Nilai (Rp)
Bobot
Pengakuan
(%)
Modal
Yang diakui
(Rp)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 8.770.000 100% 8.770.000
b. Simpanan Wajib 2.930.000 100% 2.930.000
Modal penyetaraan - 100 -
Modal penyertaan - 50% -
Cadangan Umum - 100 -
Cadangan Tujuan
risiko - 50% -
Modal Sumbangan 64.500.000 100% 64.500.000
SHU belum dibagi 3.433.800 50% 1.716.900
JUMLAH 77.916.900
Modal Inti dan modal pelengkap
BMT Mekar
Da'wah
Komponen Modal Nilai (Rp)
Bobot
Pengakuan
(%)
Modal
Yang diakui
(Rp)
Modal anggota
a. Simpanan Pokok 90.000.000 100% 90.000.000
b. Simpanan Wajib 7.200.000 100% 7.200.000
Modal penyetaraan - 100% -
Modal penyertaan 12.800.000 50% 6.400.000
Cadangan Umum 13.879.660 100% 13.879.660
Cadangan Tujuan
risiko - 50%
-
Modal Sumbangan 17.552.576 100% 17.552.576
SHU belum dibagi 145.172.044 50% 72.586.022
JUMLAH 207.618.258
144
b. Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
BMT
Syahida
Komponen Aktiva Nilai (Rp) Bobot
Risiko (%)
Modal
tertimbang
(Rp)
Kas 4.164.506 0% -
Simpanan / rekening di
bank syariah 12.085.666
20% 2.417.133
Simpanan / rekening di
KSPPS/USPPS lain -
50% -
Pembiayaan 368.024.499 100% 368.024.499
Penyertaan pada
koperasi, anggota dan
pihak lain
-
50%
-
Aktiva tetap dan
inventaris 17.249.987
70% 12.074.991
Aktiva lain-lain 20.103.409 70% 14.072.386
Jumlah 396.589.010
BMT Al
Jibaal
Komponen Aktiva Nilai (Rp) Bobot
Risiko (%)
Modal
tertimbang
(Rp)
Kas 43.474.560 0% -
Simpanan / rekening di
bank syariah 383.756.479
20% 76.751.296
Simpanan / rekening di
KSPPS/USPPS lain 67.400.000
50% 33.700.000
Pembiayaan 756.825.091 100% 756.825.091
Penyertaan pada
koperasi, anggota dan
pihak lain
-
50%
-
Aktiva tetap dan
inventaris 42.700.738
70% 29.890.517
Aktiva lain-lain - 70% -
Jumlah 897.166.903
BMT Al Fath
IKMI
Komponen Aktiva Nilai (Rp) Bobot
Risiko (%)
Modal
tertimbang
(Rp)
Kas 382.344.600 0% -
Simpanan / rekening
di bank syariah 5.269.148.736
20% 1.053.829.747
Simpanan / rekening
di KSPPS/USPPS lain 4.802.172
50% 2.401.086
145
Pembiayaan 18.363.206.259 100% 18.363.206.259
Penyertaan pada
koperasi, anggota dan
pihak lain
14.717.354
50%
7.358.677
Aktiva tetap dan
inventaris 3.147.917.628
70% 2.203.542.340
Aktiva lain-lain 370.109.397 70% 259.076.578
Jumlah 21.889.414.687
BMT Al
Bayan
Komponen Aktiva Nilai (Rp) Bobot
Risiko (%)
Modal
tertimbang
(Rp)
Kas 66.790.900 0%
Simpanan / rekening
di bank syariah 291.106.820
20% 58.221.364
Simpanan / rekening
di KSPPS/USPPS
lain
-
50%
-
Pembiayaan 2.052.840.170 100% 2.052.840.170
Penyertaan pada
koperasi, anggota dan
pihak lain
-
50%
-
Aktiva tetap dan
inventaris 49.176.198
70% 34.423.339
Aktiva lain-lain 250.000.000 70% 175.000.000
Jumlah 2.320.484.873
BMT Al
Ittihad
Komponen Aktiva Nilai (Rp)
Bobot
Risiko (%)
Modal
tertimbang
(Rp)
Kas 214.613.600 0% -
Simpanan / rekening
di bank syariah 415.063.321 20% 83.012.664
Simpanan / rekening
di KSPPS/USPPS
lain
- 50%
Pembiayaan 3.814.548.598 100% 3.814.548.598
Penyertaan pada
koperasi, anggota
dan pihak lain
- 50% -
Aktiva tetap dan
inventaris 68.937.129 70% 48.255.990
Aktiva lain-lain 35.433.320 70% 24.803.324
Jumlah 3.970.620.577
146
BMT Al
Munawwarah
Komponen Aktiva Nilai (Rp) Bobot
Risiko (%)
Modal
tertimbang
(Rp)
Kas 559.632.750 0%
Simpanan / rekening
di bank syariah 866.199.684
20% 173.239.937
Simpanan / rekening
di KSPPS/USPPS
lain
496.069.592
50%
248.034.796
Pembiayaan 16.781.070.871 100% 16.781.070.871
Penyertaan pada
koperasi, anggota
dan pihak lain
496.069.592
50%
248.034.796
Aktiva tetap dan
inventaris 1.856.433.756
70% 1.299.503.629
Aktiva lain-lain 626.486.290 70% 438.540.403
Jumlah 19.188.424.432
BMT Bumi
Syariah
Komponen Aktiva Nilai (Rp) Bobot
Risiko (%)
Modal
tertimbang
(Rp)
Kas 12.440.500 0% -
Simpanan / rekening
di bank syariah -
20% -
Simpanan / rekening
di KSPPS/USPPS
lain
15.762.300
50%
7.881.150
Pembiayaan 241.738.250 100% 241.738.250
Penyertaan pada
koperasi, anggota
dan pihak lain
-
50%
Aktiva tetap dan
inventaris 5.223.250
70% 3.656.275
Aktiva lain-lain 70%
Jumlah 253.275.675
BMT Mekar
Da'wah
Komponen Aktiva Nilai (Rp) Bobot
Risiko (%)
Modal
tertimbang
(Rp)
Kas 79.925.919 0% -
Simpanan / rekening
di bank syariah 734.458.534 20% 146.891.707
147
Simpanan / rekening
di KSPPS/USPPS lain 114.225.062 50% 57.112.531
Pembiayaan 2.080.806.478 100% 2.080.806.478
Penyertaan pada
koperasi, anggota dan
pihak lain
- 50% -
Aktiva tetap dan
inventaris 434.650.000 70% 304.255.000
Aktiva lain-lain - 70% -
Jumlah 2.589.065.715
148
2. Perhitungan Aspek Kualitas Aktiva Produktif
a. Rasio Tingkat Pembiayaan dan Piutang Bermasalah terhadap Jumlah
Piutang dan Pembiayaan
No Nama KSPPS
Rasio Tkt Pembiayaan & Piutang Bermasalah
Trhdp Jlh Piutan & Pembiayaan
Jlh Pembiayaan
Dan Piutang
Bermasalah
Jumlah Piutang
Dan
Pembiayaan
Hasil
(a) (b) (a/b) x 100
1 BMT Syahida 73.604.900 368.024.499 20,00
2 BMT Al Jibaal 30.393.804 759.845.091 4,00
3 BMT Al Fath IKMI 1.327.525.420 18.363.206.259 7,23
4 BMT Al Bayan 78.690.000 2.052.840.170 3,83
5 BMT Al Ittihad 381.454.860 3.814.548.598 10,00
6 BMT Al Munawwarah 3.356.214.174 16.781.070.871 20,00
7 BMT Bumi Syariah 57.044.250 241.738.250 23,60
8 BMT Mekar Da'wah 83.232.259 2.080.806.478 4,00
b. Rasio Portofolio Berisiko
No Nama KSPPS
Rasio Portofolio Berisiko
Jumlah
Portofolio
Berisiko
Jumlah Piutang
dan Pembiayaan Hasil
(a) (b) (a/b) x 100
1 BMT Syahida 29.920.392 368.024.499 8,13
2 BMT Al Jibaal 5.043.997 759.845.091 0,66
3 BMT Al Fath IKMI 342.000.000 18.363.206.259 1,86
4 BMT Al Bayan 92.377.808 2.052.840.170 4,50
5 BMT Al Ittihad 162.299.092 3.814.548.598 4,25
6 BMT AlMunawwarah 1.364.301.062 16.781.070.871 8,13
7 Bmt Bumi Syariah 19.653.320
Rp
241.738.250 8,13
8 Bmt Mekar Da'wah
Rp
249.696.777
Rp
2.080.806.478 12,00
149
c. Rasio PPAP
No Nama KSPPS
RASIO PPAP
PPAP PPAPWD TOTAL
(a) (b) (a/b)x100
1 BMT Syahida 11.000.000 184.012.250 5,98
2 BMT Al Jibaal 4.169.161 379.922.546 1,10
3 BMT Al Fath IKMI 718.903.280 968.765.069 74,21
4 BMT Al Bayan 60.000.000 80.000.000 75,00
5 BMT Al Ittihad 204.229.449 141.309.167 144,53
6 BMT AlMunawwarah 1.356.939.656 8.390.535.436 16,17
7 BMT Bumi Syariah 5.553.000 57.044.250 9,73
8 BMT Mekar Da'wah 73.000.000 1.040.403.239 7,02
150
3. Perhitungan Aspek Manajemen
DAFTAR PERTANYAAN ASPEK MANAJEMEN
No Aspek/Pertanyaan
BMT
Syahida
Ikaluin
BMT Al
Jibaal
BMT
Al Fath
IKMI
BMT
Al
Bayan
BMT
Al
Ittihad
BMT
Al
Munaw
warah
BMT
Bumi
Syariah
BMT
Mekar
Da'wah
1
MANAJEMEN UMUM 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015
1 Apakah KSPPS/USPPS Koperasi memiliki visi,
misi dan tujuan yang jelas 1 1 1 1 1 1 1 1
2
Apakah KSPPS/USPPS Koperasi telah memiliki
rencana kerja jangkapanjang minimal untuk 3
tahun ke depan
dan dijadikan sebagai acuan KSPPS / USPPS
Koperasi dalam menjalan usahanya
1 1 1 1 1 1 1
3
Apakah KSPPS/USPPS Koperasi memiliki kerja
tahunan yang digunakan sebagai dasar acuan
kegiatan usaha selama 1 tahun
1 1 1 1 1 1 1 1
4 Adakah kesesuaian antara rencana kerja jangka
pendek dengan rencana kerja jangka panjang 0 1 1 0 1 1 0
5
Apakah visi, misi, tujuan dan rencana kerja
diketahui dan dipahami oleh pengurus,
pengawas, pengelola dan seluruh karyawan
1 1 1 1 1 1 1 1
6
Pengambilan keputusan yang bersifat
operasional dilakukan oleh pengelola secara
independen sesuai kewenangannya
1 1 1 1 1 1 1 1
151
7
Pengurus dan atau pengelola KSPPS/USPPS
Koperasi memiliki komitmen untuk menangani
permasalah yang dihadapi serta melakukan
tindakan perbaikan yang diperlukan
1 1 1 1 1 1 1 1
8
KSPPS/USPPS koperasi memiliki tata tertib
kerja SDM, yang meliputi disiplin kerja, serta
didukung sarana kerja yang memadai dalam
melaksanakan pekerjaan
1 1 1 1 1 1 1 0
9
Pengurus KSPPS/USPPS koperasi yang
mengangkat pengelola, tidak mencampuri
kegiatan operasional sehari-hari yang cenderung
menguntungkan kepentingan sendiri, keluarga
atau kelompoknya, sehingga dapat merugikan
KSPPS/USPPS Koperasi
1 1 1 1 1 1 1 1
10
Anggota KSPPS/USPPS Koperasi sebagai
pemilik mempunyai kernampuan untuk
meningkatkan perModalan KSPPS/ USPPS
Koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
0 1 1 1 1 1 1 0
11
Pengurus, Pengawas, dan Pengelola
KSPPS/USPPS Koperasi di dalarn melaksanakan
kegiatan operasional tidak melakukan hal-hal
yang cenderung menguntungkan diri sendiri,
keluarga dan kelompoknya, atau berpotensi
merugikan KSPPS/USPPS Koperasi
1 1 1 1 1 1 1 1
12
Pengurus melaksanakan fungsi pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas bengelola sesuai
dengan tugas dan wewenangnya secara efektif
1 0 0 1 1 0 0 1
Jumlah MANAGEMEN UMUM 10 11 11 10 11 11 11 9
152
2
KELEMBAGAAN
1
Bagan Organisasi yang ada telah mencerminkan
seluruh kegiatan KSPPS/USPPS Koperasi dan
tidak terdapat jabatan kosong atau perangkapan
jabatan
1 1 1 0 1 1 0 1
2 KSPPS/USPPS Koperasi memiliki rincian tugas
yang jelas untuk masing-masing karyawannya 1 1 1 1 1 1 1 1
3
Di dalam struktur kelembagaan KSPPS/USPPS
Koperasi terdapat struktur yang melakukan
fungsi sebagai dewan pengawas syariah
1 1 1 1 1 1 1 1
4
KSPPS / USPPS Koperasi terbukti mempunyai
standar Operasional dan Manejemen (SOM) dan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
1 1 1 1 1 1 1 1
5
KSPPS/USPPS Koperasi telah menjalankan
kegiatannya sesuai SOM dan SOP
KSPPS/USPPS Koperasi
1 1 1 1 1 1 1 0
6
KSPPS/USPPS Koperasi mempunyai sistem
pengamanan yang baik terhadap semua dokumen
penting
0 0 0 1 0 0 1 0
Jumlah KELEMBAGAAN 5 5 5 5 5 5 5 4
PERMODALAN
1
Tingkat pertumbuhan modal sendiri sama atau
lebih besar dari tingkat pertumbuhan aset 0 1 0 1 1 0 0 0
2
Tingkat pertumbuhan modal sendiri yang berasal
dari anggota sekurang kurangnya sebesar 10%
dibandingkan tahun sebelumnya
1 1 1 1 1 0 0 1
153
3
Penyisihan cadangan dari SHU sama atau lebih
besar dari seperempat bagian SHU tahun
berjalan
1 0 1 1 1 1 1 1
4
Simpanan wadi'ah, simpanan mudharabah,
simpanan mudharabah berjangka koperasi
meningkat minimal 10% dari tahun sebelumnya
1 1 1 0 0 1 1 1
5
Investasi harta tetap dari inventaris serta
pendanaan ekspansi perkantoran dibiayai dengan
modal sendiri
1 1 1 1 1 1 1 0
Jumlah PERMODALAN 4 4 4 4 4 3 3 3
AKTIVA
1
Pembiayaan dengan kolektibilitas lancar minimal
sebesar 90% dari pembiayaan yang diberikan 1 1 0 1 0 1 1
2
Setiap pembiayaan yang diberikan didukung
dengan agunan yang nilainya sama atau lebih
besar dari pembiayaan yang diberikan, kecuali
pembiayaan bagi anggota sampai dengan 1 juta
rupiah
1 1 1 1 1 1 1 1
3
Dana cadangan penghapusan pembiayaan sama
atau lebih besar dari jumlah pembiayaan macet
tahunan
0 0 1 1 0 1 0 0
4
Pembiayaan macet tahun lalu dapat ditagih
sekurang-kurangnya sepertiganya 1 1 1 1 1 0 0
5
KSPPS/USPPS Koperasi menerapkan prosedur
pembiayaan dilaksanakan dengan efektif 1 1 1 1 1 1 1 1
6
Memiliki kebijakan cadangan penghapusan
pembiayaan dan piutang bermasalah 0 1 1 1 1 1 1 1
154
7
Dalam memberikan pembiayaan KSPPS/USPPS
Koperasi mengambil keputusan berdasarkan
prinsip kehati-hatian
1 1 1 1 1 1 1 1
8
Keputusan pemberian pembiayaan dan atau
penempatan dana dilakukan melalui komite 1 1 1 1 1 1 1 1
9
Setelah pembiayaan diberikan, KSPPS/USPPS
Koperasi melakukan pemantauan terhadap
penggunaan pembiayaan serta kemampuan dan
kepatuhan mudharib dalam memenuhi
kewajibannya
1 1 1 1 1 1 1 1
10
KSPPS/USPPS Koperasi melakukan peninjauan,
penilaian dan pengikatan terhadap agunannya 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah AKTIVA 8 9 9 8 9 9 8 8
LIKUIDITAS
1
Memiliki kebijakan tertulis mengenai
pengendalian likuiditas 0 1 1 0 1 1 1 0
2
Memiliki fasilitas pembiayaan yang akan
diterima dari lembaga syariah lain untuk
menjaga likuiditasnya
0 1 1 1 1 1 0 1
3
Memiliki pedoman administrasi yang efektif
untuk memantau kewajiban yang jatuh tempo 1 1 1 1 1 1 1 1
4
Memiliki kebijakan pembiayaan dan piutang
sesuai dengan kondisi keuangan KSPPS/USPPS
Koperasi
1 1 1 1 1 1 1 1
5
Memiliki sistem informasi manajemen yang
memadai untuk pemantauan likuiditas 1 0 0 1 0 1 1 0
Jumlah LIKUIDITAS 3 4 4 4 4 5 4 3
155
4. Perhitungan Aspek Efisiensi
a. Rasio Biaya Operasional Pelayanan terhadap Partisipasi Bruto
No. Nama KSPPS Biaya Operasional
Pelayanan
Partisipasi
Bruto Hasil
1 Bmt Syahida 26.733.500 109.331.950 24,45
2 Bmt Al Jibaal 368.316.722 417.846.996 88,15
3 Bmt Al Fath Ikmi 4.516.407.774 5.366.838.371 84,15
4 Bmt Al Bayan 454.864.621 544.932.163 83,47
5 Bmt Al Ittihad 747.247.607 759.319.574 98,41
6 Bmt Al Munawwarah 2.730.009.274 3.233.229.235 84,44
7 Bmt Bumi Syariah 107.384.000 110.852.500 96,87
8 Bmt Mekar Da'wah 465.281.434 316.619.993 146,95
b. Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Aset
No. Nama KSPPS Aktiva Tetap Total Aset Jumlah
1 Bmt Syahida 17.249.987 451.111.195 3,82
2 Bmt Al Jibaal 42.700.738 1.877.378.972 2,27
3 Bmt Al Fath Ikmi 3.147.917.628 26.833.342.866 11,73
4 Bmt Al Bayan 49.176.198 2.723.698.494 1,81
5 Bmt Al Ittihad 68.937.129 4.548.595.969 1,52
6 Bmt Al Munawwarah 1.856.433.756 21.192.857.868 8,76
7 Bmt Bumi Syariah 5.223.250 269.611.300 1,94
8 Bmt Mekar Da'wah 434.650.000 3.470.088.899 12,53
c. Rasio Efisiensi Pelayanan
No. Entitas Biaya Gaji Dan
Honor Karyawan
Jumlah
Piutang Dan
Pembiayaan
Jumlah
1 Bmt Syahida 68.264.000 368.024.499 18,55
2 Bmt Al Jibaal 164.947.410 759.845.091 21,71
3 Bmt Al Fath Ikmi 3.135.465.129 18.363.206.259 17,07
4 Bmt Al Bayan 338.844.450 2.052.840.170 16,51
5 Bmt Al Ittihad 335.615.200 3.814.548.598 8,80
6 Bmt Al Munawwarah 1.841.496.128 15.370.593.782 11,98
7 Bmt Bumi Syariah 73.785.500 241.738.250 30,52
8 Bmt Mekar Da'wah 218.620.000 2.080.806.478 10,51
156
5. Perhitungan Aspek Likuiditas
a. Rasio Kas
No. Nama KSPPS
Cash Ratio
Kas Bank
Kewajiban
Lancar Jumlah
1 Bmt Syahida 4.164.506 41.568.794 134.732.550 33,94
2 Bmt Al Jibaal 43.474.560 383.756.479 1.011.360.439 42,24
3 Bmt Al Fath Ikmi 382.344.600 5.269.148.736 22.978.104.035 24,60
4 Bmt Al Bayan 66.790.900 291.106.820 1.764.406.907 20,28
5 Bmt Al Ittihad 214.613.600 415.063.321 3.651.481.040 17,24
6 Bmt Al Munawwarah 559.632.750 2.091.620.882 17.362.642.650 15,27
7 Bmt Bumi Syariah 12.440.500 - 189.977.500 6,55
8 Bmt Mekar Da'wah 79.925.919 747.949.480 2.684.850.500 30,84
b. Rasio Pembiayaan Terhadap Dana Yang Diterima
No. Nama KSPPS Total Pembiayaan Dana Yang
Diterima Jumlah
1 Bmt Syahida 368.024.499 294.400.216 125,01
2 Bmt Al Jibaal 759.845.091 1.087.158.288 69,89
3 Bmt Al Fath Ikmi 18.363.206.259 23.060.366.022 79,63
4 Bmt Al Bayan 2.052.840.170 1.766.169.321 116,23
5 Bmt Al Ittihad 3.814.548.598 3.720.872.252 102,52
6 Bmt Al Munawwarah 16.781.070.871 14.892.062.390 112,68
7 Bmt Bumi Syariah 184.694.000 189.977.500 97,22
8 Bmt Mekar Da'wah 2.080.806.478 2.685.537.254 77,48
6. Perhitungan Aspek Jati Diri Koperasi
a. Rasio Partisipasi Bruto
No Nama KSPPS
Jumlah
Partisipasi
Bruto
Jumlah
Partisipasi
Bruto
Transaksi
Non
Anggota
Jumlah
1 Bmt Syahida 109.331.950 109.331.950 65.317.382 62,60
2 Al Jibaal 417.846.996 417.846.996 5.163.176 98,78
3 Bmt Al Fath Ikmi 5.366.838.371 5.366.838.371 178.734.154 96,78
4 Bmt Al Bayan 544.932.163 544.932.163 7.493.399 98,64
5 Bmt Al Ittihad 759.319.574 759.319.574 57.385.070 92,97
6 Bmt Al Munawwarah 3.233.229.235 3.233.229.235 398.589.389 89,03
7 Bmt Bumi Syariah 110.852.500 110.852.500 0 100,00
8 Bmt Mekar Da'wah 316.619.993 316.619.993 348.337.717 47,62
157
b. Rasio Promosi Ekonomi Anggita (PEA)
No Nama KSPPS Shu Bagian
Anggota
Total
Simpanan
Pokok
Simpanan
Wajib Jumlah
1 Bmt Syahida 1.716.900 125.200.000 9.570.000 1,27
2 Al Jibaal 22.437.000 19.050.000 115.180.000 16,72
3 Bmt Al Fath Ikmi 120.580.000 122.125.000 43.790.000 72,68
4 Bmt Al Bayan 21.375.560 20.000.000 49.289.000 30,85
5 Bmt Al Ittihad 11.745.112 71.780.000 56.447.300 9,16
6 Bmt Al Munawwarah 306.288.286 1.027.525.385 37.388.257 28,76
7 Bmt Bumi Syariah 1.030.140 8.770.000 2.930.000 8,80
8 Bmt Mekar Da'wah 14.154.000 90.000.000 7.200.000 14,56
7. Perhitungan Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan
a. Rasio Rentabilitas Aset
No. Nama KSPPS
Shu Sebelum
Nisbah, Zakat Dan
Pajak
Total Aset Jumlah
1 Bmt Syahida 18.936.388 451.111.195 4,20
2 Al Jibaal 54.693.450 1.877.378.972 2,91
3 Bmt Al Fath Ikmi 703.482.197 26.833.342.866 2,62
4 Bmt Al Bayan 85.502.241 2.723.698.494 3,14
5 Bmt Al Ittihad 69.457.037 4.548.595.969 1,53
6 Bmt Al Munawwarah 645.096.438 21.192.857.868 3,04
7 Bmt Bumi Syariah 3.468.500 269.611.300 1,29
8 Bmt Mekar Da'wah 151.716.783 3.470.088.899 4,37
b. Rasio Rentabilitas Ekuitas
No. Nama KSPPS Shu Bagian
Anggota Total Ekuitas Jumlah
1 Bmt Syahida 1.716.900 153.706.388 1,12
2 Al Jibaal 22.437.000 396.674.298 5,66
3 Bmt Al Fath Ikmi 120.580.000 2.622.030.014 4,60
4 Bmt Al Bayan 21.375.560 657.529.173 3,25
5 Bmt Al Ittihad 11.745.112 717.804.353 1,64
6 Bmt Al Munawwarah 306.288.286 2.446.323.612 12,52
7 Bmt Bumi Syariah 1.030.140 79.633.800 1,29
8 Bmt Mekar Da'wah 14.154.000 272.724.621 5,19
158
c. Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan
No, Nama KSPPS Pendapatan
Usaha
Biaya
Operasional
Pelayanan
Jumlah
1 Bmt Syahida 109.331.950 26.733.500 408,97
2 Al Jibaal 417.846.996 368.316.722 113,45
3 Bmt Al Fath Ikmi 5.366.838.371 4.516.407.774 118,83
4 Bmt Al Bayan 544.932.163 454.864.621 119,80
5 Bmt Al Ittihad 922.569.574 747.247.607 123,46
6 Bmt Al Munawwarah 4.779.404.565 2.730.009.274 175,07
7 Bmt Bumi Syariah 110.852.500 107.384.000 103,23
8 Bmt Mekar Da'wah 664.957.710 465.281.434 142,92
159
8. Perhitungan Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah
No
. Pertanyaan
ENTITAS
Bmt
Syahida
Bmt Al
Jibaal
Bmt Al
Fath
Ikmi
Bmt
Al
Bayan
Bmt
Al
Ittihad
Bmt Al
Munaw
warah
Bmt
Bumi
Syariah
Bmt
Mekar
Da'wah
1 Akad dilaksanakan sesuai tata cara
syariah 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Penempatan dana pada bank syariah 1 1 1 1 1 1 1 1
3 Adanya Dewan Pengawas Syariah 1 1 1 1 1 1 1 1
4
Komposisi modal penyertaan dan
pembiayaan berasal dari lembaga
keuangan syariah
0 1 1 1 1 1 1 1
5
Pertemuan kelompok yang dihadiri
Pengurus, Pengawas, Dewan Pengawas
Syariah, Pengelola, Karyawan, Pendiri
dan Anggota yang diselenggarakan
secara berkala
1 1 1 1 1 1 1 1
6
Manajemen KSPPS/USPPS Koperasi
memiliki sertifikat pendidikan
pengelolaan lembaga keuangan syariah
yang dikeluarkan oleh pihak yang
kompeten
0 1 1 1 1 1 1 1
7 Frekuensi rapat Dewan Pengawas
Syariah untuk membicarakan ketepatan 1 1 1 1 1 1 1 1
160
pola pembiayaan yang dijalankan
pengelola dalam 1 tahun
8
Dalam mengatasi pembiayaan
bermasalah digunakan pendekatan
syariah
1 1 1 1 1 1 1 1
9 Meningkatnya titipan ZIS dari anggota 1 1 1 1 1 1 1 1
10
Meningkatnya pemahaman anggota
terhadap keunggulan sistem syariah dari
waktu ke waktu
1 1 1 1 1 1 1 1
8 10 10 10 10 10 10 10