BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan sejarah sebelum generasi Walisongo
menyebarkan Islam di Jawa, ternyata sudah banyak
masyarakat Jawa yang memeluk agama Islam. Syeikh
Sayyid Jumadil Kubro adalah seorang tokoh yang
sering disbutkan dalam berbagai cerita rakyat
sebagai pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.
Beliau adalah wali tertua sebelum adanya walisongo,
beliau bukanlah keturunan jawa, melainkan berasal
dari Asia Tengah. Beliau tiba di Jawa sekitar abad
13, beliau adalah seorang da’i dari Persia yang
sengaja diperintahkan untuk menyebarkan Islam di
Jawa yang ditemani oleh Syeikh Subakir yang
dipercaya ahli ruqiyah, tetapi Syeikh Subakir
mempunyai misi yang berbeda dengan Syeikh Jumadil
Kubro. Beliau memiliki tugas untuk membersihkan1
tanah Jawa yang terkenal banyak jin yang menghuni
dengan cara menumbali tanah Jawa. Letak makam yang
berada di pusat kerajaan Majapahit yang bercorak
agama Hindu-Budha ini diyakini bahwa kerajaan
Majapahit telah menerima masuknya agama Islam, dapat
dilihat dari nisan yang ada di makam Troloyo yang
memakai lambang “Surya Majapahit” dan dengan adanya
tulisan arab yang ada di nisan. Makam Troloyo adalah
salah satu bukti adanya komunitas Islam di kerajaan
Majapahit yang bercorak agama Hindu-Budha
(wwahamid.blogspot.com, 2012: p.1).
Dalam masa hidupnya Syeikh Jumadil Kubro
dikaruniai dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan
Maulana Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke
pulau Jawa. Syeikh Jumadil Kubro kemudian tetap di
Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan Maulana
Ishaq ke Samudra Pasai, beberapa Walisongo yaitu
Sunan Ampel dan Sunan Giri adalah cucunya, sedangkan
Sunan Bonang, Sunan Drajad dan Sunan Kudus adalah
cicitnya.
2
Di kompleks makam Troloyo di Desa Sentonorejo
ditemukan beberapa batu nisan bercorak Islam, karena
adanya tulisan arab yang ada di batu nisan yang ada
di Makam Troloyo. Kebanyakan batu nisan tersebut
berangka tahun 1350 dan 1478, tapi juga sebagai
bukti bahwa agama Islam telah diakui dan dianut oleh
sebagian kecil penduduk ibu kota Majapahit. Penduduk
setempat percaya bahwa di makam Troloyo terdapat
makam Raden Wijaya. Setiap hari Jumat Legi diadakan
ziarah di makam ini.
Di Indonesia pada umumnya dan Jawa pada
khususnya, kebiasaan mengunjungi makam sejalan
dengan apa yang sudah terlebih dulu ada, yaitu
kebiasaan mengunjungi candi atau tempat lainnya
seperti punden berundak, tugu, dengan maksud
melakukan pemujaan kepada roh nenek moyang
(Soekmono, 1973: 85).
Sistem keyakinan secara khusus mengandung
banyak subunsur. Dalam rangka ini para ahli
antropologi biasanya menaruh perhatian terhadap
3
konsepsi tentang dewa-dewa yang baik maupun yang
jahat; sifat-sifat dan tanda-tanda dewa-dewa;
konsepsi tentang mahluk-mahluk halus lainnya seperti
roh-roh leluhur, roh-roh lain yang baik maupun yang
jahat, hantu dan lain-lain; konsepsi tentang dewa
tertinggi dan pencipta alam; masalah terciptanya
dunia dan alam (kosmogoni); masalah mengenai bentuk
dan sifat-sifat dunia dan alam (kosmologi); konsepsi
tentang hidup dan maut; konsepsi tentang dunia roh
dan dunia akhirat dan lain-lain (Koentjaraningrat,
2002: 377).
Disebutkan bahwa manusia merupakan binatang
yang bergantung pada jaringan-jaringan kebudayaan,
dan jaringan-jaringan itu sendiri harus dicari
maknanya dengan ilmu-ilmu yang bersifat
interpretatif. Dan untuk mengetahui makna dari suatu
tindakan maka seorang peneliti diharuskan untuk
melihat peristiwa konkret yang ada yang dilakukan
oleh masyarakat yang diteliti. Berbagai struktur ini
harus dijabarkan secara mendetail sehingga
4
penjelasan dari struktur-struktur tertentu bisa
dipahami maknanya secara lebih jelas. Simbol-simbol
yang digunakan dalam suatu kebudayaan merupakan
hasil dari apa yang disepakati oleh masyarakat yang
menganut kebudayaan tersebut. Sehingga simbol-simbol
ini bisa diterima dan dipahami oleh masyarakat
penganutnya. Makna dari simbol-simbol ini bisa
diketahui dari perbincangan yang dilakukan dengan
masyarakat, namun berbagai simbol yang digunakan ini
haruslah merupakan kesepakatan sehingga bisa dicapai
suatu kesamaan makna dan tujuan. Pengertian simbol
sendiri menurut Geertz merupakan sistem yang saling
berhubungan dengan tanda-tanda yang dapat
ditafsirkan.
Dalam agama, konsepsi manusia mengenai realitas
tidak didasarkan pada pengetahuan tetapi pada
keyakinan terhadap suatu otoritas, yang berbeda
antara agama satu dengan agama lain. Dalam agama
motheistik, otoritas ini adalah Tuhan dengan semua
wahyu yang diturunkan oleh-Nya. Dalam agama
5
“primitif” otoritas itu adalah roh (spirit) dan
kekuatan gaib (magic) ( Tibi, Bassam, 1999:14).
Menurut Fortes yang dikutip dari Keesing (1981:
99), para ahli Antropologi sosial dalam studi
tentang hubungan alam sosial orang hidup dengan alam
yang lain ialah dengan melihat makhluk-makhluk
supernatural sebagai proyeksi dari kekuasaan orang
hidup. Dalam tradisi fungsionalisme yang mendominasi
antropologi sosial modern, hubungan itu dilihat
sebagai cermin di tingkat supernatural dari
hubungan-hubungan sosial antar orang hidup. Pada
masyarakat Jawa yang terdapat banyaknya makam-makam
para wali, mendorong banyaknya masyarakat datang
berkunjung atau ziarah ke makam-makam tersebut untuk
menghormati arwah para sesepuh yang sudah berjasa
atau membuat perubahan yang baik bagi banyak orang,
dan membuat ziarah itu dilakukan sering kali ataupun
rutin untuk dilakukan.
Motif spiritual dan wisata spiritual (spiritual
tourism) merupakan salah satu tipe wisata yang
6
tertua. Sebelum orang mengadakan perjalanan untuk
rekreasi, bisnis, olahraga dan sebagainya, orang
sudah mengadakan perjalanan untuk ziarah (pariwisata
ziarah) atau untuk keperluan keagamaan lain
(Soekadijo, 2000: 43).
Menurut Sharpley dalam Wahab yang dikutip oleh
Pitana dan Gayatri (2005: 58) motivasi merupakan hal
yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan
dan pariwisata, karena motivasi merupakan trigger
(pemicu) dari proses perjalanan wisata, walaupun
motivasi seringkali tidak disadari secara penuh oleh
wisatawan itu sendiri. Dari berbagai motivasi yang
mendorong perjalanan wisata, dapat dikelompokkan
menjadi empat kelompok sebagai berikut:
1. Social motivation atau interpersonal motivation, motivasi
yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman
dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan
hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi,
melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi
yang membosankan, dan sebagainya.
7
2. Fantasy motivation, motivasi wisata karena fantasi,
yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain
seseorang akan bisa lepas dari rutinitas
keseharian yang menjemukan, dan dapat
memberikan kepuasan psikologis.
3. Cultural motivation, motivasi wisata yang lebih
menekankan pada ke ingin tahuan tentang
kebudayaan, adat, tradisi, dan kesenian yang
ada di suatu daerah wisata yang dikunjungi.
Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek
tinggalan budaya.
4. Physical or physiological motivation, motivasi perjalanan
wisata yang bersifat fisik atau fisiologi.
Misalnya untuk relaksasi, kesehatan,
kenyamanan, kegiatan olah raga, dan sebagainya.
Motivasi merupakan faktor penting bagi calon
wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai
daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon
wisatawan akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang
memungkinkan, dimana persepsi ini dihasilkan dari8
pengalaman sebelumnya dan informasi yang
didapatkannya. Motivasi para wisatawan yang
mendorong mereka untuk melakukan kegiatan wisata,
yang dapat meningkatkan sektor pariwisata ziarah
yang dapat menguntungkan banyak pihak.
Laju pembangunan daerah tujuan wisata pada
akhirnya akan sangat tergantung pada sikap dan
kesediaan masyarakat untuk membangun daerahnya,
mengingat banyak obyek wisata di Indonesia serta
keterbatasan dana. Salah satu determinan sikap yang
sangat penting adalah motif individu, karena motif
akan menentukan pola sikap dan tingkah laku manusia,
di samping itu motif juga merupakan penggerak dan
pendorong manusia berbuat sesuatu ( Yoeti, Oka A,
2006: 272 ).
Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega
bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dolar
amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk
memuaskan atau membahagiakan diri (pleasure) dan untuk
9
menghabiskan waktu luang (leisure) (MacDonald, 2004:
7).
Pembangunan sektor pariwisata merupakan salah
satu program andalan pemerintah Indonesia yang
memiliki prospek dan peranan penting dalam
pembangunan. Pembangunan ini membawa banyak manfaat
sehingga dalam upaya pengembangan diharapkan dapat
meningkatan kesejahteraan masyarakat seperti
terbukanya lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha,
meningkatkan pendapatan baik masyarakat setempat
maupun negara. Kegiatan pariwisata juga menimbulkan
dampak sosial-budaya baik positif maupun negatif.
Pariwisata bukan hanya suatu fenomena ekonomi tetapi
mencakup juga aspek sosial-budaya, dan lingkungan
fisik (Khasanah, Imroaton, 2006, p.1).
Secara evolutif, Greenwood (1977) melihat bahwa
hubungan antara wisatawan dengan masyarakat lokal
menyebabkan terjadinya proses komoditisasi dan
komersialisasi dari keramahtamahan masyarakat lokal.
Pada awalnya wisatawan dipandang sebagai ‘tamu’
10
dalam pengertian tradisional, yang disambut dengan
keramahtamahan tanpa motif ekonomi (Pitana, dan
Gayatri, 2005: 83).
Masyarakat Jawa pada umumnya sangatlah kuat
dengan kegiatan spiritual dan kebudayaan yang ada
didalam masyarakat. Salah satu kebiasaan yang masih
dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam kegiatan
spiritualnya adalah mengunjungi atau berziarah
makam, karena ziarah dalam keagamaan merupakan suatu
hal yang penting. Selain untuk kegiatan keagamaan
dalam ziarah juga dapat menambah pengetahuan akan
sejarah dan sebagai tempat berwisata dan beragamnya
para peziarah dalam memaknai ziarah yang dilakukan
dimakam-makam yang mereka anggap sakral. Selain itu,
mereka juga melakukan ritual khusus dihari-hari yang
mereka anggap sakral untuk melakukan ritual atau
upacara. Ketertarikan dalam meneliti kegiatan ziarah
ke makam ini karena selalu ramai dengan wisatawan
atau peziarah di zaman yang modern ini.
11
Di dalam kompleks makam Troloyo yang berada di
desa Sentonorejo, kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto terdapat makam Syech Jumadil Kubro yaitu
kakek dari Sunan Ampel atau juga sesepuh dari Wali
Songo. Kepercayaan masyarakatlah yang membuat ziarah
ke makam ini tetap ramai dikunjungi untuk mencari
berkah, karena orang-orang yang dimakamkan dianggap
memiliki karisma semasa hidupnya.
Dalam kehidupan masyarakat Jawa tidak bisa
dipungkiri bahwa sampai saat ini kepercayaan
terhadap hal-hal tertentu seperti kepercayaan
terhadap mistik-mistik yang berkembang masih tetap
ada. Mistik yang berkembang di masyarakaat secara
tidak langsung berpengaruh pula pada tindakan religi
yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh
ketenangan. Adapun cara-cara yang bisa ditempuh oleh
masyarakat untuk memproleh ketenangan tersebut
antara lain dengan melakukan laku-laku tertentu
seperti dengan berziarah ke makam, bertapa maupun
slametan. Jadi tidak mengherankan jika dalam tradisi
12
larung sesaji yang dilakukan masyarakat masih
memusatkan kegiatan di makam, utamanya dalam hal
pembacan doa-doa sebelum tumpeng dilarung. Seperti
yang dijelaskan dalam religi orang Jawa bahwa sistem
budaya agama kejawen diturunkan secara lisan namun
sebagian yang penting ada pula dalam karya
kasusastraan yang dianggap keramat dan bersifat
moralis. Dan orang agami jawi dalam beraktivitas
lebih cenderung dipengaruhi oleh keyakinan, konsep,
pandangan dan nilai budaya serta norma yang ada di
alam pikir mereka. sedangkan untuk pengetahuan yang
lebih mendalam diperoleh dari buku keramat, dukun,
modin dan kiyai ataupun seorang guru
(Koentjaraningrat: 1994)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah
dipaparkan di atas, tentunya timbul suatu pertanyaan
yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian ini,
yakni mendeskripsikan tentang ketertarikan wisatawan13
mengunjungi Makam Troloyo yang selalu ramai dan
tidak sepi dari wisatawan sekitar daerah makam
maupun wisatawan luar daerah, serta tanggapan
motivasi masyarakat sekitar untuk memajukan Makam
Troloyo yang tetap ramai oleh wisatawan.
Masalah penelitian diperjelas dengan pertanyaan
sebagai berikut:
Bagaimana persepsi peziarah dan motivasi mereka
mengunjungi Makam Troloyo?
Bagaimanakah pengaruh keberadaan Makam Troloyo
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat
sekitar makam?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengacu pada rumusan
masalah yang telah ditetapkan, mendeskripsikan
persepsi peziarah terhadap Makam Troloyo dan
motivasi mereka mengungi makam tersebut.
Mendeskripsikan pengaruh keberadaan Makam Troloyo14
terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat sekitar
makam. Selain itu juga memperkenalkan keberadaan
Makam Troloyo sebagai salah satu obyek ziarah yang
terdapat di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan,
Kabupaten Mojokerto.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis
yang bisa diambil adalah selain untuk dapat menjawab
rumusan masalah yang telah ditentukan peneliti, juga
mampu memberikan gambaran kenapa banyak peziarah
atau wisatawan memilih berziarah ke Makam Troloyo
yang didalamnya mengaitkan dengan unsur agama dan
apa yang memotivasi mereka untuk melakukan ziarah
tersebut. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh
kehidupan masyarakat sekitar makam yang saling
15
keterkaitan dengan peziarah yang melakukan ziarah ke
Makam Troloyo. Sedangkan manfaat praktis yang bisa
diambil adalah bahwa dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan wawasan maupun bahan
pertimbangan bagi pembaca dan masyarakat luas agar
dapat melihat dan menilai setiap fenomena yang
terjadi dalam masyarakat seobyektif mungkin tanpa
terjadinya kesalahpahaman di masyarakat, dan dapat
memberi masukan terhadap masyarakat untuk memajukan
wisata religi yang ada agar semakin banyak wisatawan
atau peziarah berdatangan di komplek Makam Troloyo.
1.5 Kerangka Teori
Etnografi dikenal dengan uraian rinci atau thick
description, yang dilakukan para etnograf jika menguji
kebudayaan menurut perspektif ini ialah suatu seri
penafsiran terhadap kehidupan, pengertian akal sehat
yang rumit dan sukar dipisahkan satu dari yang
lainnya. Tujuan etnografi sendiri adalah mengalami
pengertian bahwa pemeranserta kebudayaan16
memperhitungkan dan menggambarkan pengertian baru
untuk pembaca dan orang luar. Etnografi pada
dasarnya merupakan bidang yang sangat luas dengan
variasi yang sangat besar dari praktisi dan metode,
pendekatan etnografi secara umum adalah pengamatan-
berperan serta sebagai bagian dari penelitian
lapangan (Moleong, 2005: 23).
Motivasi wisata terbagi menjadi empat yang
telah disampaikan pada latar belakang diatas dalam
menganalisis penelitian ini dapat menggunakan Social
motivation atau interpersonal motivation, motivasi yang
bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan
keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal
yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah,
pelarian dari situasi-situasi yang membosankan, dan
sebagainya. Motivasi wisata ini lebih membahas
kearah apa motif wisatawan untuk mengunjungi tempat-
tempat yang dapat menjalin hubungan dengan orang
lain dan kunjungan terhadap tempat-tempat yang dapat
mendatangkan gengsi, seperti halnya ziarah,
17
wisatawan yang mengunjunginya memiliki motivasi
untuk mendatangkan gengsi karena dengan mereka
mengunjungi tempat-tempat yang dianggap keramat
ataupun mengandung unsur religi yang jarang atau
sulit untuk mendatanginya maka mereka dapat
meningkatkan gengsi. Selain itu, ziarah juga dapat
membuat wisata memperoleh ketenangan batin karena
dapat menjadi pelarian terhadap situasi-situasi yang
membosankan, karena dalam keseharian mereka.
Teori Fungsionalisme yang telah dikemukakan
oleh Malinowski menekankan bahwa bagaimana
mengetahui hubungan antara institusi-institusi atau
struktur-struktur suatu masyarakat sehingga dapat
membentuk suatu sistem yang bulat. Dengan kata lain,
bahwa fungsionalisme membawa kita memikirkan sistem
sosial-budaya sebagai semacam organisme, yang
bagian-bagiannya tidak hanya saling berhubungan
tetapi juga memberikan andil bagi pemeliharaan,
stabilitas, dan kelestarian hidup untuk mencapai
keharmonisan (Koentjoroningrat, 2002:76). Dalam
18
konteks wisata teori ini dapat dijadikan acuan
karena dapat mengetahui bagaimana hubungan antara
masyarakat sekitar tempat wisata, wisatawan, dan
tempat wisata itu sendiri saling berhubungan dan
saling ketergantungan, yang dapat menciptakan
keseimbangan dan tercapainya kerhamonisan di dalam
sistem tersebut. Kebudayaan dari sudut pandang
fungsionalisme dipandang sebagai aktivitas manusia
yang dimaksudkan memuaskan suatu rangkaian dari
sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan
dengan keseluruhan kehidupannya, dapat dijadikan
contoh yaitu ziarah makam leluhur, dengan ziarah
dapat memuaskan nalurinya akan ketenangan batin.
Dalam buku Sosiologi pariwisata juga disebutkan
tentang karekteristik wisatawan yang dapat saya
jadikan acuan untuk melihat karekteristik wisatawan
yang ada di makam Troloyo. Orang yang melakukan
perjalanan wisata disebut wisatawan. Batasan
terhadap wisatan juga sangat bervariasi, mulai dari
yang umum sampai dengan yang sangat teknis spesifik.
19
Dalam batasan tersebut selanjutnya dibedakan menjadi
dua, yaitu wisatawan (tourist) adalah mereka yang
mengunjungi daerah atau tempat wisata lebih dari
24jam dan pelancong atau pengunjung (excursionists),
yaitu mereka yang tinggal di tujuan wisata kurang
dari 24 jam.
James P. Spradley membatasi definisi kebudayaan
dengan pengetahuan yang dimiliki bersama, dengan
tidak menghilangkan perhatian pada tingkah laku,
adat, objek, atau emosi. Peneliti mengamati tingkah
laku, tetapi lebih dari itu peneliti harus
menyelidiki makna tingkah laku itu. Peneliti melihat
berbagai artefak dan objek alam, tetapi lebih
daripada itu peneliti juga harus menyelidiki makna
yang diberikan oleh orang-orang terhadap berbagai
objek itu. Peneliti mengamati dan mencatat berbagai
kondisi emosional, tetapi lebih daripada itu
peneliti juga menyelidiki makna rasa takut, cemas,
marah, dan berbagai perasaan lain (Spradley, 1997)
20
Semua agama di dunia menurut Otto terpusat pada
suatu konsep tentang hal yang gaib (misterius) yang
dianggap maha dahsyat dan keramat oleh manusia.
Sifat dari hal yang gaib serta keramat adalah maha
abadi, maha bijaksana, tidak terlihat, tidak
terbatas, dan sebagainya yang tidak bisa tercakup
oleh pemikiran manusia. Sifat-sifat hal yang gaib
tadi menimbulkan sikap kagum terpesona, selalu akan
menarik perhatian manusia dan mendorong timbulnya
hasrat untuk menghayati rasa bersatu dengannya
(Koentjaraningrat, 1987: 65).
Menurut I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri dalam
bukunya yang berjudul “Sosiologi Pariwisata” (2005:
60) mengatakan motivasi merupakan faktor penting
bagi calon wisatawan di dalam mengambil keputusan
mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.
Calon wisatawan akan mempersepsikan daerah tujuan
wisata yang memungkinkan, di mana persepsi ini
dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman
sebelumnya, dan informasi yang didapatkannya.
21
Menurut R.G. Soekadijo dalam bukunya yang
berjudul “Anatomi Pariwisata” (2000:43) mengatakan
motif spiritual dan wisata spiritual (spiritual tourism)
merupakan salah satu tipe wisata yang tertua.
Sebelum orang mengadakan perjalanan untuk rekreasi,
bisnis, olahraga dan sebagainya, orang sudah
mengadakan perjalanan untuk ziarah (pariwisata
ziarah) atau untuk keperluan keagamaan lain.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa
Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto. Makam Troloyo ini kira-kira 750 meter
di sebelah selatan Candi Kedaton dan Sumur Upas,
selain itu juga dekat dengan obyek wisata candi
lainnya seperti candi Bajangratu, candi Tikus,
kolam Segaran, candi Brahu, dari peninggalan
Kerajaan Mojopahit. Daerah Trowulan ini sangat
22
potensial sekali menjadi tujuan wisata budaya
dan sejarah, yang bisa dijadikan juga sebagai
obyek penelitian.
Alasan kenapa peneliti memilih kawasan
wisata religi makam Troloyo yang berada di desa
Sentonorejo, kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto, karena dari obyek wisata yang ada di
Trowulan makam Troloyo yang paling sering
dikunjungi wisatan yang dipercayai sebagai
sesepuh dari walisanga.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan ini bersifat
kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan data
berupa pernyataan mengenai isi, sifat, ciri,
keadaan dari suatu gejala, serta pernyataan
mengenai hubungan antara sesuatu dengan sesuatu
yang lain. Pendekatan kualitatif biasanya berupa
nilai-nilai, norma-norma dan aturan-aturan,
kategori-kategori sosial budaya, cerita,
23
percakapan, pola perilaku dan interaksi sosial,
organisasi sosial, dan lingkungan fisik.
Pendekatan yang mengkaji tentang
Pariwisata, pendekatan pertama adalah Advocacy,
pendekatan ini mendukung pariwisata dan
menekankan keuntungan ekonomis dari pariwisata.
Pendekatan Cautionary adalah pendekatan pariwisata
yang dapat mengakibatkan banyak kerugian dalam
aspek sosio-ekonomi yang menyebabkan
komersialisasi budaya. Ketiga adalah pendekatan
Adaptancy, menyebutkan bahwa pengaruh negative
pariwisata dapat dikontrol dengan mencari bentuk
lain perkembangan pariwisata, cara berpikir baru
ini berdasarkan pandangan bahwa alam dan budaya
dapat digabungkan dalam satu konteks. Keempat
adalah pendekatan Developmental yaitu yang
menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan
dengan keadaan masyarakat tuan rumah dan peka
akan selera masyarakat tuan rumah tersebut
(Spillane, 1994:28).
24
Agar memperoleh informasi yang akurat
mengenai penelitian ini dilakukan dengan cara
pengamatan langsung dan wawancara yang disertai
dengan catatan lapangan. Dimana dengan teknik
tersebut akan dapat menghasilkan data ilmiah
yang otentik dan validitasnya dapat
dipertanggung jawabkan.
1.6.2.1 Data Pokok
1.6.2.1.1 Observasi (Pengamatan Langsung)
Metode Pengamatan merupakan metode
pertama-tama yang digunakan dalam melakukan
penelitian ilmiah. Mulanya diarahkan pada
usaha untuk memperoleh sebanyak mungkin
pengetahuan mengenai lingkungan alam.
Metode pengamatan merupakan teknik atau
cara yang lazim digunakan oleh seorang
peneliti guna melihat, mengamati dan mencatat
berbagai fenomena yang menjadi obyek
25
penelitian yang ada di lapangan selama
penelitian berlangsung. Dimana pengamatan
yang dilakukan umumnya diawali dengan
pengamatan tentang perihal yang terjadi di
sekitar masyarakat yang menjadi obyek
penelitian. Kemudian kita menelaah hal yang
menjadi fenomena sosial yang tengah menjadi
sorotan masyarakat yang tentunya sesuai
dengan obyek penelitian kita.
Observasi sebagai pengumpul data adalah
pengamatan yang memiliki sifat-sifat:
Dilakukan sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah dirumuskan
terlebih dahulu
Direncanakan secara sistematis
Hasilnya dicatat dan diolah sesuai
dengan tujuan penelitian tersebut.
Dalam suatu penelitian kualitatif
lazimnya yang diobservasi adalah suatu
26
situasi sosial tertentu. Setiap situasi
sosial setidak-tidaknya mempunyai 3 elemen
utama, yaitu:
1. lokasi/fisik tempat situasi sosial
berlangsung
2. manusia pelaku (actors) yang
menduduki status dan posisi
tertentu dan memainkan peranan-
peranan tertentu
3. kegiatan atau aktivitas para pelaku
pada lokasi/tempat berlangsungnya
suatu situasi sosial
1.6.2.1.2 Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik
untuk mengumpulkan data, yaitu untuk
mendapatkan informasi dengan cara bertanya
langsung kepada subyek yang diwawancara.
Wawancara merupakan percakapan antara dua
orang atau lebih dan berlangsung antara
27
narasumber dan pewawancara. Wawancara
berfungsi sebagai penggali data yang lebih
detail tentang berbagai informasi yang
berkaitan dengan obyek penelitian.
Maksud dari wawancara ini adalah untuk
mengumpulkan seluruh keterangan yang
diperlukan. Pelaksanaan wawancara tidak hanya
sekali atau dua kali, melainkan berulang-
ulang dengan intensitas yang tinggi. Untuk
memfokuskan wawancara, diperlukan catatan
daftar pokok-pokok pertanyaan yang disebut
pedoman wawancara (interview guide).
Dengan pedoman wawancara yang digunakan
sebagai penuntun, kondisi ini memungkinkan
proses wawancara berlangsung dengan santai
dan terkesan akrab. Sehingga ketika proses
wawancara telah menciptakan kondisi yang
intens, maka informasi yang dihasilkan akan
lebih detail.
1.6.2.2 Data Pendukung28
Pemanfaatan data–data sekunder adalah
untuk mendapatkan informasi yang bersifat
tetap, biasanya yang berhubungan dengan
keadaan fisik lokasi penelitian. pemanfaatan
buku–buku referensi yang terdapat di tempat
tertentu (ruang rujukan, perpustakaan) atau
atas saran informan dimana dapat memperoleh
buku tersebut; makalah–makalah yang menunjang
dan relevan, serta majalah dan tabloid yang
memuat tema besar penelitian kali ini. Teknik
pengumpulan data ini dapat juga dilakukan
dengan cara mengutip, mencatat arsip–arsip,
dokumen resmi, hasil penelitian terdahulu,
maupun data yang berlaku sekarang dan yang
berkaitan dan diperlukan dalam penelitian
ini.
1.6.3 Teknik Pemilihan Informan
Untuk memperoleh kedalaman materi yang
disajikan serta validitas data yang diperoleh,29
maka pemilihan informan menjadi sesuatu yang
sangat penting mengingat dari merekalah awal
mula data diperoleh dan dikembangkan dalam
proses selanjutnya. Subjek pada penelitian ini
adalah informan, dimana informan adalah orang
yang akan memberikan berbagai informasi yang
diperlukan selama proses penelitian.
Pemilihan informan dilakukan menurut
kriteria yang dikemukakan oleh Spradley, yaitu:
(1) melalui enkulturasi penuh, bahwa informan
benar-benar mengetahui keadaan budayanya,
individu yang menguasai atau memahami sesuatu
melalui proses enkulturasi sehingga sesuatu itu
bukan sekedar diketahui tetapi juga dihayati;
(2) keterlibatan secara langsung, individu yang
masih/sedang berkecimpung atau terlibat dalam
kegiatan yang tengah diteliti, informan terlibat
langsung di lingkungan tersebut; (3) suasana
budaya yang tidak dikenal, individu yang
tergolong asing bagi peneliti sehingga lebih
30
menggairahkan untuk dijadikan narasumber,
informan memberikan informasi budaya yang tidak
dikenal peneliti sebelumnya; (4) mempunyai waktu
yang cukup, informan mempunyai waktu yang cukup
untuk wawancara; (5) tidak menganalisa, tidak
cenderung menyampaikan informasi hasil
kemasannya sendiri (tidak diolah terlebih
dahulu). Dengan demikian informan dalam
penelitian ini ditentukan secara sengaja dengan
ketentuan bahwa yang dipilih sebagai informan
adalah orang yang mengetahui objek penelitian
kami (Spradley, 1997).
1.6.4 Teknik Analisis Data
Penggunaan metode analisis tertentu sangat
ditentukan oleh masalah penelitian dan kerangka
teori atau paradigma yang digunakan, dan dalam
hal ini bimbingan dari kerangka teori sangat
penting, sehingga dalam analisis kualitatif
hubungan antara kerangka teori (asumsi, model,31
dan konsep-konsep) dengan metode analisis terasa
lebih erat, lebih kuat, daripada dalam
penelitian yang menggunakan banyak data
kuantitatif. Paradigma yang digunakan juga harus
dapat tercermin dalam hasil analisis yang
diberikan.
Analisis data yang akan digunakan adalah
strategi analisis kualitatif. Metode analisis
data kualitatif pada dasarnya sangat memerlukan
kemampuan untuk menemukan persamaan-persamaan
dan perbedaan di antara data kualitatif, dan ini
hanya dapat dilakukan apabila konsep-konsep
teoritis yang digunakan didefinisikan dengan
baik.
Strategi ini dimaksudkan bahwa analisis
bertolak dari data dan bermuara pada simpulan-
simpulan umum. Di dalam penelitian ini,
kesimpulan umum itu bisa berupa kategorisasi
maupun proposisi. Untuk membangun proposisi atau
teori dapat dilakukan dengan analisis induktif.
32
Sesuai hal tersebut dapatlah kita menarik garis
bahwa analisis data pada penelitian kualitatif
berfungsi untuk mengorganisasikan data. Data
yang tekumpul banyak sekali dan terdiri dari
catatan lapangan, foto dokumentasi, biografi,
artikel dan sebagainya. Strategi analisis data
dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, dan mengkategorikannya.
Dalam analisis, data tersebut akan
dikaitkan dengan acuan teoritik yang relevan dan
sesuai dengan masalah yang dibahas dan sesuai
dengan perkembangan di lapangan. Yaitu dengan
menggambarkan, menjelaskan dan menguraikan
secara detail atau mendalam dan sistematis
tentang keadaan yang sebenarnya, yang kemudian
akan ditarik suatu kesimpulan sehingga diperoleh
suatu penyelesaian masalah penelitian yang
diinginkan.
33
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
2.1 DESKRIPSI WILAYAH TROWULAN
Trowulan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia yang memiliki
luas 2.468.360 Ha. Kecamatan ini terletak di
bagian barat Kabupaten Mojokerto, berbatasan
dengan wilayah Kabupaten Jombang. Trowulan
terletak di jalan utama yang menghubungkan
Surabaya-Solo.
Penggalian yang pernah dilakukan di sekitar
Trowulan menunjukkan sebagian dari situs yang
masih terkubur lumpur sungai dan endapan vulkanik
34
beberapa meter di bawah tanah akibat meluapnya
sungai Brantas dan aktivitas gunung Kelud.
Beberapa situs arkeologi tersebar di sekitar desa
Trowulan. Beberapa dalam keadaan rusak, sedangkan
beberapa situs lainnya telah dipugar. Sebagian
situs arkeolog yang sudah ditemukan dan dipugar
antara lain:
a. Candi Tikus adalah kolam pemandian ritual
(petirtaan). Kolam ini mungkin menjadi temuan
arkeologi paling menarik di Trowulan. Nama
Candi Tikus diberikan karena pada saat
ditemukan tahun 1914, situs ini menjadi sarang
tikus. Dipugar menjadi kondisi sekarang ini
pada tahun 1985 dan 1989, kompleks pemandian
yang terbuat dari bata merah ini berbentuk
cekungan wadah berbentuk bujur sangkar. Di sisi
utara terdapat sebuah tangga menuju dasar
kolam. Struktur utama yang menonjol dari
dinding selatan diperkirakan mengambil bentuk
gunung legendaris Mahameru. Bangunan yang tidak
35
lagi lengkap ini berbentuk teras-teras persegi
yang dimahkotai menara-menara yang ditata dalam
susunan yang konsentris yang menjadi titik
tertinggi bangunan ini.
b. Bajang Ratu adalah sebuah gapura dari bahan
bata merah yang diperkirakan dibangun pada
pertengahan abad ke-14 M. Bentuk bangunan ini
ramping menjulang setinggi 16,5 meter yang
bagian atapnya menampilkan ukiran hiasan yang
rumit. Bajang Ratu dalam bahasa Jawa berarti
Raja (bangsawan) yang kerdil atau cacat.
Tradisi masyarakat sekitar mengkaitkan
keberadaan gapura ini dengan Raja Jayanegara,
raja kedua Majapahit. Berdasarkan legenda
ketika kecil Raja Jayanegara terjatuh di gapura
ini dan mengakibatkan cacat pada tubuhnya. Nama
ini mungkin juga berarti "Raja Cilik" karena
Jayanegara naik takhta pada usia yang sangat
muda. Sejarahwan mengkaitkan gapura ini dengan
Crenggapura (Cri Ranggapura) atau Kapopongan di
Antawulan (Trowulan), sebuah tempat suci yang36
disebutkan dalam Negarakertagama sebagai
pedharmaan (tempat suci) yang dipersembahkan
untuk arwah Jayanegara yang wafat pada 1328.
c. Wringin Lawang terletak tak jauh ke selatan
dari jalan utama di Jatipasar. Dalam bahasa
Jawa, "Wringin Lawang" berarti "Pintu
Beringin". Gapura agung ini terbuat dari bahan
bata merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan
tinggi 15,5 meter. Diperkirakan dibangun pada
abad ke-14. Gerbang ini lazim disebut bergaya
'Candi Bentar' atau tipe gerbang terbelah. Gaya
arsitektur seperti ini mungkin muncul pada era
Majapahit dan kini banyak ditemukan dalam
arsitektur Bali. Kebanyakan sejarahwan sepakat
bahwa gapura ini adalah pintu masuk menuju
kompleks bangunan penting di ibu kota
Majapahit. Dugaan mengenai fungsi asli bangunan
ini mengundang banyak spekulasi, salah satu
yang paling populer adalah gerbang ini diduga
menjadi pintu masuk ke kediaman Mahapatih Gajah
Mada.37
d. Candi Brahu ini merupakan satu-satunya bangunan
suci tersisa yang masih cukup utuh dari
kelompok bangunan-bangunan suci yang pernah
berdiri di kawasan ini. Menurut kepercayaan
masyarakat setempat di candi inilah tempat
diselenggarakan upacara kremasi (pembakaran
jenazah) empat raja pertama Majapahit. Meskipun
dugaan ini sulit dibuktikan, namun bukti fisik
menunjukkan bangunan ini merupakan bangunan
suci peribadatan yang diduga adalah bangunan
suci untuk memuliakan anggota keluarga kerajaan
yang telah wafat. Di dekat candi Brahu terdapat
reruntuhan Candi Gentong.
e. Makam Putri Cempa adalah sebuah makam bercorak
Islam yang dipercaya masyarakat setempat
merupakan makam salah satu istri atau selir
raja Majapahit yang berasal dari Champa.
Menurut tradisi lokal, Putri Cempa (Champa)
yang wafat tahun 1448 adalah seorang muslimah
yang menikahi salah seorang raja Majapahit
38
terakhir yang akhirnya berhasil dibujuknya
untuk masuk Islam.
f. Kolam Segaran adalah kolam besar berbentuk
persegi panjang dengan ukuran 800 x 500 meter
persegi. Nama Segaran berasal dari bahasa Jawa
'segara' yang berarti 'laut', menurut
masyarakat setempat mengibaratkan kolam besar
ini sebagai miniatur laut. Tembok dan tanggul
bata merah mengelilingi kolam yang sekaligus
memberi bentuk pada kolam tersebut. Saat
ditemukan oleh Maclain Pont pada tahun 1926,
struktur tanggul dan tembok bata merah
tertimbun tanah dan lumpur. Pemugaran dilakukan
beberapa tahun kemudian dan kini kolam Segaran
difungsikan oleh masyarakat setempat sebagai
tempat rekreasi dan kolam pemancingan. Fungsi
asli kolam ini belum diketahui, akan tetapi
penelitian menunjukkan bahwa kolam ini memiliki
beberapa fungsi, antar lain sebagai kolam
penampungan untuk memenuhi kebutuhan air bersih
penduduk kota Majapahit yang padat, terutama39
pada saat musim kemarau. Dugaan lainnya adalah
kolam ini digunakan sebagai tempat mandi dan
kolam latihan renang prajurit Majapahit,
disamping itu kolam ini diduga menjadi bagian
taman hiburan tempat para bangsawan Majapahit
menjamu para duta dan tamu kerajaan.
g. Candi Menak Jingga bangunan yang kini hanya
tersisa reruntuhannya berupa bebatuan yang
terpencar dan fondasi dasar bangunan yang masih
terkubur di dalam tanah. Pemugaran tengah
berlangsung. Keunikan bangunan ini adalah
bangunan ini terbuat dari batu andesit pada
lapisan luarnya, sedangkan bagian dalamnya
terbuat dari bata merah. Hal yang paling
menarik dari bangunan ini adalah pada bagian
atapnya terdapat ukiran makhluk ajaib yang
diidentifikasi sebagai Qilin, makhluk ajaib
dalam mitologi China. Temuan ini mengisyaratkan
bahwa terdapat hubungan budaya yang cukup kuat
antara Majapahit dengan Dinasti Ming di China.
Tradisi setempat mengkaitkan reruntuhan ini40
dengan pendopo (paviliun) Ratu Kencana Wungu,
ratu Majapahit dalam kisah Damarwulan dan Menak
Jingga.
h. Makam Troloyo ditemukan beberapa batu nisan
bercorak Islam. kebanyakan batu nisan berangka
tahun 1350 dan 1478. Temuan ini membuktikan
bahwa komunitas muslim bukan hanya telah hadir
di Jawa pada pertengahan abad ke-14, tapi juga
sebagai bukti bahwa agama Islam telah diakui
dan dianut oleh sebagian kecil penduduk ibu
kota Majapahit. Penduduk setempat percaya bahwa
di makam Troloyo terdapat makam Raden Wijaya,
dan setiap Jumat Legi diadakan ziarah di makam
ini.
2.1.1 SEJARAH TROWULAN
Di Kecamatan Trowulan terdapat puluhan situs
seluas hampir 100 kilometer persegi berupa
bangunan, temuan arca, gerabah, dan pemakaman
peninggalan Kerajaan Majapahit. Diduga kuat, pusat
41
kerajaan berada di wilayah ini yang ditulis oleh
Mpu Prapanca dalam kitab Kakawin Nagarakretagama dan
dalam sebuah sumber Cina dari abad ke-15. Trowulan
dihancurkan pada tahun 1478 saat Girindrawardhana
berhasil mengalahkan Kertabumi, sejak saat itu
ibukota Majapahit berpindah ke Daha.
Kitab Negarakertagama menyebutkan deskripsi
puitis mengenai keraton Majapahit dan lingkungan
sekitarnya, tetapi penjelasannya hanya terbatas
pada perihal upacara kerajaan dan keagamaan. Detil
keterangannya tidak jelas, beberapa ahli arkeologi
yang berusaha memetakan ibu kota kerajaan ini
muncul dengan hasil yang berbeda-beda.
Penelitian dan penggalian di Trowulan di masa
lampau dipusatkan pada peninggalan monumental
berupa candi, makam, dan petirtaan (pemandian).
Belakangan ini penggalian arkeologi telah
menemukan beberapa peninggalan aktivitas industri,
perdagangan, dan keagamaan, serta kawasan
permukiman dan sistem pasokan air bersih. Semuanya
42
ini merupakan bukti bahwa daerah ini merupakan
kawasan permukiman padat pada abad ke-14 dan ke-
15.
2.1.2 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Desa Sentonorejo adalah salah satu desa di
Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, yang
mempunyai luas areal 164,180 Ha, terdiri dari:
a. Luas areal sawah : 49.741 Ha
b. Perkebunan : 37.000 Ha
c. Pekarangan atau Perkebunan : 66.955 Ha
d. Lain-lain : 10,484 Ha
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Perbatasan sebelah timur : Desa Temon
b. Perbatasan sebelah Barat : Kabupaten Jombang
c. Perbatasan Sebalah Selatan : Desa Pakis
d. Perbatasan Sebelah Utara : Desa Trowulan
43
Desa Sentonorejo adalah merupakan salah satu desa
lokasi PNPM-Mandiri Pariwisata Tahun 2010. Desa
tersebut sudah mempunyai Kantor Desa, Balai Desa yang
dipergunakan untuk kegiatan pemerintahan Desa. Kantor
Desa Sentonorejo buka setiap hari kerja, sedangkan
Balai desa digunakan untuk kegiatan pertemuan /rapat
desa. Desa tersebut telah mempunyai lembaga
pemerintahan desa seperti halnya BPD yang tugasnya
membantu sebagai mitra kerja pemerintahan desa. Aparat
desa Sentonorejo sudah lengkap, yaitu meliputi Kepala
desa, Sekretaris desa, Kepala Urusan dan Kepala Dusun
yang melaksanakan kegiatan pelayanan masyarakat setiap
hari.
2.1.3 KEADAAN DEMOGRAFI
Desa Sentonorejo Kecamatan Trowulan,
Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur. Dimana
jumlah penduduknya terdiri dari 3.547 jiwa atau
1.066 kepala keluarga (KK) dengan jumlah laki-laki
1.747 jiwa dan perempuan 1.800 jiwa. Dengan44
jumlah penduduk yang berjumlah 3.547 jiwa
berdasarkan pemetaan sosial dari analisis
penyebab kemiskinan yang telah dilakukan didapat :
a. Jumlah penduduk prasejahtera : 984 jiwa
b. Jumlah penduduk menengah : 1795 jiwa
Jumlah penduduk sejahtera : 768 jiwa Dari
data tersebut diatas, maka jumlah penduduk yang
merupakan penduduk prasejahtera sebesar 30% dari
jumlah penduduk yang ada di desa Sentonorejo
Dengan prosentase penduduk prasejahtera diatas ,
maka desa Sentonorejo merupakan desa yang memiliki
SDM yang cukup. Hal ini dapat dibuktikan dari data
penduduk desa Sentonorejo berdasarkan tingkat
pendidikan, sebagai berikut :
a. Sarjana : 75 jiwa
b. SLTA : 1.324 jiwa
c. SLTP : 565 jiwa
d. SD : 473 jiwa
e. Lain-lain : 1.110 jiwa
45
Pada tingkat pendidikan yang demikian
disebutkan diatas maka mempengaruhi mata
pencaharian penduduk desa Sentonorejo. Dimana
sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah
sebagai buruh tani dan dipercetakan batu merah
dengan prosentase 50% Adapun rincian mata
pencaharian penduduk desa Sentonorejo adalah
sebagai berikut :
a. Buruh tani : 670 jiwa
b. Pencetak Bata Merah :750 jiwa
c. Petani : 800 jiwa
d. Peternak : 5 jiwa
e. Pedagang : 450 jiwa
f. PNS : 62 jiwa
g. Jasa : 69 jiwa
h. Pensiunan : 20 jiwa
i. TNI, POLRI : 5 jiwa
j. Lain lain : 706 jiwa
Sementara bila ditinjau dari segi yang lain
yaitu ditinjau dari segi agama dan kepercayaan
46
masyarakat Sentonorejo mayoritas beragama Islam
dengan prosentase sebesar 100% dan dengan rincian
data sebagai berikut :
a. Islam : 3543 jiwa
b. Kristen : 4 jiwa
c. Katolik : - jiwa
d. Hindu : - Jiwa
e. Budha : - Jiwa
2.2 SEJARAH MAKAM TROLOYO
Makam Troloyo berlokasi di Desa Sentonorejo,
Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, merupakan
makam Islam yang ada pada masa Kerajaan Mojopahit,
toleransi Kerajaan Mojopahit terhadap agama Islam
ini membuat makam Islam didirikan di daerah
Mojopahit. Walaupun agama Islam dianggap baru bagi
Majapahit namun sebagai unsur kebudayaan telah
diterima oleh banyak masyarakat.
Troloyo merupakan tempat peristrirahatan bagi
kaum niagawan muslim dalam rangka menyebarkan47
agama Islam kepada Prabu Brawijaya V beserta para
pengikutnya. Di hutan Troloyo tersebut kemudian
dibuat petilasan untuk menandai peristiwa itu.
Tralaya berasal dari kata setra dan pralaya. Setra
berarti tegal atau tanah lapang tempat pembuangan
bangkai (mayat), sedangkan berarti
rusak/mati/kiamat. Kata setra dan pralaya
disingkat menjadai ralaya.
Makam Troloyo adalah bukti keberadaan Islam
di Kerajaan Majapahit. Nisan di makam Troloyo
menjadi tonggak sejarah Islam di pulau Jawa. Pada
nisan di makam Troloyo tertulis tahun 1366M,
1370M, 1407M,1418M, 1427M, 1467M, dan 1475M.
Ditulis dengan aksara Kawi dengan penanggalan
Saka. Terdapat pula nisan dengan tahun 1469M dan
1533M yang ditulis dengan Aksara Arab dengan
penanggalan Hijriah. Hal ini membuktikan bahwa
makam tersebut milik orang Muslim Jawa bukannya
orang asing.
48
Dahulu komplek makam Troloyo berupa sebuah
hutan, seperti hutan pakis yang terletak lebih
kurang 2 Km di sebelah selatannya. Peneliti
pertama kali P.J. Veth, hasil penelitiannya
diterbitkan dalam buku Java II yang diterbitkan
dalam tahun 1878. Kemudian L.C. Damais seorang
sarjana berkebangsaan Perancis, hasil
penelitiannya dibukukan dalam “Etudes Javanaises
I. Les Tombes Musulmanes datees de Tralaya” yang
dimuat dalam BEFEO (Bulletin de Ecole francaise
D’extrement-Orient). Tome XLVII Fas. 2. 1957.
Menurut Damais angka-angka tahun yang terdapat di
komplek makam Troloyo yang tertua berasal dari
abad XIV dan termuda berasal dari abad XVI.
Menurut Damais terdapat kemungkinan makam tersebut
adalah milik bangsawan Majapahit didasarkan pada
bentuk dekorasi makam dan kedekatannya makam
tersebut dengan ibukota Majapahit. Makam
Tumenggung Satim Singomoyo dan makam Tumenggung
Patas Angin di areal makam Troloyo membuktikan
bahwa terdapat bangsawan Majapahit yang telah49
memeluk agama Islam. Letak makam Tumenggung Satim
Singomoyo dan makam Tumenggung Patas Angin berada
sebelum makam Syech Jumadil Qubro
(waliyuallahliveforever.blogspot, 2012, p.7).
2.2.1 MAKAM-MAKAM DI AREA MAKAM TROLOYO
Di dalam kompleks makam Troloyo terdapat dua
kelompok makam. Di bagian depan (tenggara) dan di
bagian belakang (barat laut). Makam di bagian
depan diantaranya kelompok makam petilasan Wali
Sanga, kemudian di sebelah barat daya dikenali
dengan sebutan Syech Mulana Ibrahim, Syech Maulana
Sekah dan Syech Abdul Kadir Jailani, dan ada pula
Syech Jumadil Kubro. Sedang di sebelah utara
Masjid terdapat makam Syech Ngudung atau Sunan
Ngudung. Kompleks makam di bagian belakang
terdapat bangunan makam yang beratap atau bangunan
cungkup dengan dua makam yaitu Raden Ayu Anjasmara
dan Kencana Wungu. Terdapat pula kelompok makam
yang biasa disebut Makam Tujuh atau Kubur Pitu,
sebagai berikut:
50
1. Makam yang dikenal dengan nama Pangeran Noto
Suryo, nisan kakinya berangka tahun dalam huruf
Jawa Kuno 1397 Saka (= 1457 M) ada tulisan arab
dan lambang “Surya Majapahit”.
2. Makam yang dikenal dengan nama Patih Noto
Kusumo, berangka tahun 1349 Saka (1427 M)
bertuliskan Arab yang tidak lengkap dan lambang
“Surya Majapahit”.
3. Makam yang dikenal dengan sebutan Gajah Permodo
angka tahunnya ada yang membaca 1377 Saka tapi
ada yang membaca 1389 Saka, hampir sama dengan
atasnya.
4. Makam yang dikenal dengan sebutan Naya
Genggong, angka tahunnya sudah aus, pembacaan
ada dua kemungkinan tahun 1319 Saka atau tahun
1329 Saka serta terpahat tulisan Arab kutipan
dari surah Ali Imran 182 (menurut Damais 1850).
5. Makam yang dikenal sebagai Sabdo palon,
berangka tahun 1302 Saka dengan pahatan tulisan
Arab kutipan surah Ali Imran ayat 18.
51
6. Makam yang dikenal dengan sebutan Emban
Kinasih, batu nisan kakinya tidak berhias.
Dahulu pada nisan kepala bagian luar menurut
Damais berisi angka tahun 1298 Saka.
7. Makam yang dikenal dengan sebutan Polo Putro,
nisannya polos tanpa hiasan. Menurut Damais
pada nisan kepala dahulu terdapat angka tahun
1340 Saka pada bagian luar dan tulisan Arab
yang diambil dari hadist Qudsi terpahat pada
bagian dalamnya.
BAB III
TEMUAN DATA PADA ZIARAH MAKAM TROLOYO
52
Bab ini mengupas tentang tujuan berwisata religi
atau berziarah ke makam Troloyo. Selain itu bab ini
juga akan membahas tentang aspek-aspek yang melatar
belakangi tujuan para peziarah untuk berziarah ke makam
Troloyo. Masyarakat pada umumnya melihat kegiatan
ziarah adalah suatu kegiatan ritual mengunjungi para
sesepuh mereka dan mendoakannya agar roh yang berada
dimakam dapat tenang. Munculnya kegiatan religi ini
adalah suatu kebiasaan masyarakat pada jaman dulu untuk
mendoakan roh-roh, dan seiring berjalannya waktu
kegiatan ini telah membudaya di banyak masyakat dan
menjadi rutinitas yang dapat dijadwalkan untuk
berziarah.
Wisata ziarah merupakan suatu aktivitas yang sudah
dilakukan masyarakat Indonesia sejak dahulu, dan wisata
tersebut disebut wisata tertua. Seperti kutipan berikut
ini, Motif spiritual dan wisata spiritual (spiritual
tourism) merupakan salah satu tipe wisata yang tertua.
Sebelum orang mengadakan perjalanan untuk rekreasi,
53
bisnis, olahraga dan sebagainya, orang sudah mengadakan
perjalanan untuk ziarah (pariwisata ziarah) atau untuk
keperluan keagamaan lain (Soekadijo, 2000: 43).
Di Jawa sendiri ziarah merupakan suatu wisata yang
sering dilakukan oleh masyarakat, karena kepercayaan
masyarakat yang masih banyak percaya dengan hal-hal
mistik dan juga masih eratnya dengan tindakan religi
yang mereka yakini. Dari keyakinan yang masih mereka
yakini mengunjungi makam yang dianggap pada zaman
dahulu memiliki jasa yang besar terhadap masyarakat
adalah suata tindakan untuk menghormati jasa mereka.
Selain itu, kegiatan berziarah tidak hanya untuk
sekedar kunjungan ke makam keluarga, para wali,
pahlawan, dan orang-orang berjasa lainnya, kedatangan
seseorang ke makam yakni bertujuan untuk mendoakan
orang-orang yang dimakamkan. Hal ini juga memperkuat
yang telah diungkapkan oleh Fortes (1981) tentang
hubungan alam sosial orang hidup dengan alam yang lain
ialah dengan melihat makhluk-makhluk supernatural
sebagai proyeksi dari kekuasaan orang hidup. Peziarah
54
mengunjungi makamSyech Jumadil Kubro karena mempercayai
bahwa beliau adalah orang yang memiliki garis keturunan
dekat Nabi Muhammad, dan kakek dari para Wali yang ada
di Jawa. Hal ini membuat para peziarah dengan fokus
menjalani ziarah dan berdoa di makam tersebut, karena
dianggap dekat dengan Tuhan maka banyak yang berdoa
baik untuk yang ada dimakam maupun untuk diri sendiri.
Seperti apa yang diungkapkan oleh salah satu informan
pak Rozaq berikut ini:
“…Syech Jumadil Kubro adalahketurunan langsung dari Rosulmas, maka dari itu saya berdoadisini karena beliau dekatdengan Allah dan Rosul, biardoa dapat cepat didengar Allahmas…”
Kegiatan ziarah kubur yang dilakukan oleh
masyarakat Jawa dengan mendatangi makam yang mereka
anggap keramat dan mendoakan arwah-arwah yang memiliki
jasa bagi masyarakat sebenarnya hal ini telah
terpengaruh oleh agama Hindu. Kegiatan ziarah yang
dilakukan oleh sebagian umat Islam di komplek makam55
Troloyo adalah suatu bentuk dari akulturasi agama Islam
yang dipengaruhi oleh agama Hindu, dan letak makam
Troloyo berada di pusat kerajaan Mojopahit yang
bercorak Hindu-Budha. Telah diketahui menurut sejarah
pusat kerajaan Mojopahit berada di daerah Trowulan,
yang masih banyak masyarakatnya memeluk agama Hindu dan
Budha. Hal ini yang membuat cukup unik agama Islam
dapat masuk pusat kerajaan Mojopahit dan pada akhirnya
diterima oleh masyarakat dan banyak umat yang
mengikutinya yang membuat percampuran kebudayaan Islam
dan kebiasaan masyarakat Hindu, tetapi dengan tujuan
utama untuk beribadah kepada Allah.
Secara etimologi ziarah kubur terdiri dari dua
suku kata yaitu ziarah yang memiliki arti pergi dan
kubur yang memiliki arti makam, jadi istilah ziarah
kubur berarti pergi kemakam. Dalam terminology Syar’I,
ziarah kubur memilki arti berpergian ke makam untuk
mengambil suatu pelajaran, mendoakan dan meminta ampun
bagi yang dimakamkan dan sekaligus untuk mengingatkan
akhirat kepada peziarah.
56
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
banyaknya para peziarah yang datang ke makam Troloyo
telah memiliki persepsi dan pandangan yang berbeda-beda
untuk tujuan dan motivasi mereka melakukan kegiatan
ziarah. Persepsi dengan kata lain dapat diartikan suatu
tindakan yang dilakukan untuk memaknai suatu gejala
yang timbul di suatu masyarakat dan mereka melakukan
atas kehendak mereka sendiri.
Dalam perjalanan da’wah dan dagang ke pulau Jawa
Sayyid Jumadil Kubro merasakan banyak kesulitan dalam
melakukan kegiatan menyiarkan dan mengembangan agama
Islam. Hal ini diantaranya disebabkan karena kuatnya
pengaruh ajaran Hindu serta Budha yang didukung
besarnnya pengaruh kerajaan saat itu. Kepercayaan
Animesme (pemuja roh-roh nenek moyang) misalnya serta
kepercayaan Dinamisme (pemuja benda-benda yang dianggap
keramat) merupakan hambatan tersendiri di dalam
mengembangkan ajaran Islam, sehingga masyarakat pada
masa itu sangat sulit untuk dimasuki ajaran Islam.
Terlebih lagi dengan maraknya pemujaan-pemujaan pada
57
roh nenek moyang dan benda-benda yang dianggap punya
keramat atau kekuatan gaib, ini mendatangkan dukungan
kekuatan “istidraj” dari jin, setan, genderuwo dan
sebangsanya banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa
itu. Situasi demikian ini menjadikan sulitnya Sayyid
Jumadil Kubro dalam mengembangkan kegiatan da’wahnya.
Beliau hanya sempat melakukan kegiatan da’wah dan
perdagangannya dari lingkungan kerajaan Hindu satu
kelingkungan kerajaan lainnya secara sembunyi-sembunyi
(Cholil, 2004: 9).
Salah satu tempat yang ramai dikunjungi selain
makam-makam para Walisongo adalah makam Syech Jumadil
Kubro yang berada di komplek makam Troloyo, hal ini
dikarenakan banyaknya peziarah yang mengetahui sejarah
dari beliau yang dianggap sebagai kakeknya para
Walisongo dan ingin mendoakan beliau atau untuk
mengetahui sejarah Syech Jumadil Kubro,dan komplek
makam Troloyo ramai dikunjungi oleh banyak peziarah
yang datang dari berbagai pelosok daerah. Puncak
keramaian makam Troloyo pada malam jumat legi, komplek
58
makam dipenuhi oleh banyak rombongan peziarah yang
berdatangan, seperti Ibu Misti katakan:
”...disini ramainya jumat legiaja mas, pada malam jumatseperti biasanya ramai juga tapipaling ramai pada malam jumatlegi...”
Setiap malam Jumat Legi, banyaknya peziarah baik
yang sendiri maupun yang berkelompok banyak yang
berkeliling dahulu di komplek makam Troloyo, banyak
juga yang langsung ke masjid terlebih dahulu dan
setelah itu menuju makam Syech Jumadil Kubro sebagai
inti ziarah dan melangsungkan tahlil dan doa-doa dengan
adanya yang memimpin doa. Dalam doa pada malam jumat
legi pemimpin doa bisa dari juru kunci makam Troloyo
dan bisa juga pemimpin rombongan peziarah yang ada
dikomplek makam.
3. 1 Aspek-Aspek Dalam Tujuan Berziarah
3. 1.1 Aspek Religi
59
Aspek religi adalah suatu tindakan
perilaku yang mendasari para peziarah
melakukan perjalanan ziarah. Perjalanan
ziarah merupakan suatu tindakan bagi para
peziarah yang didasari atas motivasi dan
dorongan bagi para pelakunya. Dalam setiap
tindakan manusia haruslah sesuai dengan
norma-norma yang ada, salah satunya adalah
norma agama untuk menuntun hidup yang lebih
baik dan tenang secara lahir batin yang
menurut tuntunan kitab suci dan disampaikan
melalui para tokoh agama. Selain itu aspek
religi ini telah menjadikan motivasi
seseorang untuk melakukan wisata religi atau
ziarah ini dengan memiliki tujuan yang
berbeda-beda untuk setiap orang. Perasaan-
perasaan yang dialami diyakini karena adanya
campur tangan Tuhan dan oleh karena itu
mereka meluangkan waktu untuk mendekat
kepada-Nya melalui hal-hal yang dilakukan
peziarah di area makam. Ada beberapa aspek60
religi diantaranya wujud rasa syukur,
menenagkan batin, mendapat barokah, dan
sebagai media pendidikan religi. Berikut ini
adalah beberapa hal yang ada di dalam bagian
dari aspek religi, yaitu:
3. 1.1.1 Wujud Rasa Syukur
Wujud dari rasa syukur atas segala
nikmat dan karunia yang diberikan Tuhan
merupakan suatu kewajiban semua umat beragama
untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan.
Banyak pula cara yang dapat dilakukan untuk
menggambarkan rasa syukur yang dialami dan
dirasakan sepanjang hidup, tidak hanya
melalui ucapan, akan tetapi juga dapat
melalui tindakan-tindakan yang dipercaya
sebagai media perantara untuk mendekatkan
diri dengan Tuhan.
Perjalanan religi atau ziarah dilakukan
atas dasar rasa terima kasih yang begitu
besar terhadap Tuhan yang telah memberikan61
karunia dan nikmat untuk kehidupan ini.
Berkaitan dengan aktivitas para peziarah yang
ada di area makam Troloyo, mereka
mengungkapkan rasa syukur atas segala hal
yang mereka alami selama hidup dan tidak
dapat diukur dengan materi atau apapun yang
mereka capai. Berikut ini adalah penjelasan
dari Pak Rozaq mengenai wujud syukur terhadap
Tuhan.
“… saya kesini karena rasasyukur saya karena Allah telahmemberikan nikmatnya dan agarkuat menjalani ujian yangdiberikan…”
Bagi pak Rozaq ziarah merupakan media untuk
mengungkapkan wujud syukur pada Tuhan atas
nikmat yang sudah diberikan. Semua yang
diperoleh berasal dari hidayah dari Tuhan dan
atas kehendak-Nya, jika Tuhan tidak
berkehendak maka tidak akan diberikan nikmat
dari-Nya, dan beliau percaya apapun yang
62
diberikan adalah suatu hal yang terbaik, baik
dalam bentuk kesehatan, keselamatan,
kemudahan dalam segala urusan, dan percaya
bahwa semua itu merupakan bentuk nikmat dan
karunia Tuhan.
Cara mengungkapkan wujud rasa syukur
tidaklah sekedar di dalam hati dan berdoa,
tetapi dapat dilakukan dengan perbuatan atau
tidakan untuk berterima kasih atas nikmat
dari Tuhan. Salah satu dari wujud rasa syukur
melalui tidakan adalah ziarah, dikarenakan
ziarah adalah suatu tindakan yang didasari
oleh motivasi dari dalam diri pelakunya untuk
mendorong melakukan hal tersebut karena apa
yang diharapkannya sudah terwujud dan
tercapai. Seperti yang dituturkan oleh Pak
Basuki atas wujud rasa syukur yang
dilakukannya:
“…saya merasa bersyukur sekalikarena saya masih diberikankesehatan dan kemudahan dalam
63
menjalani hidup, mankanya sayaziarah dan berdoa datang kesinitiap bulannya biar dapat hidayahdari Allah…”
Bagi Pak Basuki mewujudkan rasa syukur atas
segala sesuatu yang diberikan Tuhan wajib
dilakukan dan bermacam-macam cara untuk
melakukannya. Pak Basuki melakukannya dengan
cara mengunjungi makam Syech Jumadil Kubro
dan berdoa kepada Tuhan, dengan pemikiran
Tuhan telah mendengar doa-doa dan ibadah yang
dilakukannya selama ini dan mewujudkan rasa
syukurnya dengan berziarah ke makam.
Keterangan pak Basuki di atas menjadi
suatu hal yang dinilai penting, bahwa segala
ritual yang dilakukan baik dengan berdoa
maupun beribadah adalah sesuatu yang
mengingatkan bahwa adannya Tuhan. Mengingat
bahwa Tuhan yang menentukan segalanya baik
kesehatan, rejeki, umur, dan lain-lainnya,
menjadikan motivasi dan tujuan tertentu untuk64
melakukan kegiatan ziarah atas dasar
bersyukur dan untuk memenuhi aspek religi
seseorang. Hal tersebut memperkuat pernyataan
Sharpley dalam Wahab (2005) mengatakan
motivasi merupakan faktor penting bagi calon
wisatawan di dalam mengambil keputusan
mengenai daerah tujuan wisata yang akan
dikunjungi. Calon wisatawan akan
mempersepsikan daerah tujuan wisata yang
memungkinkan, di mana persepsi ini dihasilkan
oleh preferensi individual, pengalaman
sebelumnya, dan informasi yang didapatkannya.
Banyaknya peziarah yang melakukan
ibadah dan berdoa di area makam tersebut
sehingga menciptakan suasana yang
religius, suci atau sakral, dan
dikeramatkan. Keramaian yang terdengar di
dalam area makam Troloyo hanyalah
lantunan doa-doa yang sedang dipanjatkan.
Jauh dari aktivitas-aktivitas keseharian
65
yang bersifat keduniawian seperti
misalnya pekerjaan, di dalam area makam
hanya terdapat aktivitas ibadah. I Gde
Pitana dan Putu G. Gayatri (2005)
berpendapat bahwa melakukan praktek
ziarah juga disebut sebagai sacred journey
atau perjalan yang sakral atau suci.
Dianggap sakral hal ini dikarekan terkait
hubungan manusia dengan Tuhan, peranan
aktivitas dalam suatu perjalanan wisata
ziarah khususnya untuk mewujudkan tujuan
bersyukur.
3. 1.1.2 Menenangkan Batin
Aspek lain dari berziarah adalah
ketenangan batin dari para pelaku ziarah.
Ketenangan batin memiliki arti merasakan
ketentraman dalam hati dan pikiran,
keberadaan batin juga mendominasi dalam
segala tindakan keagamaan yang dilakukan.
Dalam hal spiritual ketenangan batin adalah
66
suatu kebutuhan yang perlu diperhatikan agar
dapat fokus dalam memanjatkan doa agar
pikiran dapat tenang. Selain itu ketenangan
batin dan pikiran merupakan suatu tindakkan
yang utama dalam menjalani segala hal agar
dapat berpikir jernih dan fokus terhadap apa
yang dihadapi, seperti misalnya ketika berdoa
dengan tidak adanya ketenangan batin akan
membuat pikiran dan batin seseorang tidak
dapat fokus dengan doa yang dipanjatkan.
Ketenangan batin sendiri dapat
menjadikan kebutuhan yang utama ketika
seseorang dihadapkan pada permasalahan agar
dapat fokus menyelesaikannya. Seperti
contohnya, seseorang yang tidak dapat tenang
dan panik ketika dihadapkan oleh permasalahan
penyakit. Hal yang dapat dilakukan adalah
menenangkan batin agar tidak menjadi beban
pikiran dan agar dapat fokus berdoa dan
67
memohon kesembuhan kepada Tuhan. Seperti yang
dituturkan oleh Pak Basuki berikut ini:
“…saya berziarah kesini untukberdoa dan menenangkan hati danpikiran mas, supaya khusyukberdoa, kalau sudah khusyuknyaman hati ini…”
Bagi Pak Basuki berziarah ke makam Troloyo
merupakan cara yang dianggap benar.
Menjadikan kebutuhan berdoa untuk menenangkan
batinnya pada saat berziarah. Faktor jenuh
dan bosan akan keseharian menjadikan berdoa
di area makam untuk menenangkan pikiran.
Seperti perasaan yang nyaman menemukan suatu
tempat berdoa yang tepat untuk meredam segala
permasalahan yang dialaminya sehari-hari.
Selain keterangan Pak Basuki diatas,
ketenangan batin juga menjadi faktor tujuan
yang penting seperti yang diungkapkan oleh
Pak Mulyono berikut ini:
68
“…biar mendapatkanketenangan pikiran danbatin, jadi segar maspikiran kalau sudahberdoa disini…”
Ziarah telah menjadikan faktor yang penting
untuk menenangkan batin selain dari aspek-
aspek penting lainnya. Ketenangan batin
menjadi suatu tindakan yang tepat untuk
menyegarkan batin dan pikiran dari kesibukan
sehari-hari dan mengembalikan ketenangan
dalam diri manusia. Seperti keterangan dari
Pak Mulyono diatas, dia datang ke komplek
makam Troloyo salah satunya untuk menenangkan
pikiran dan batin dari kesibukan sehari-hari,
agar mendapatkan kesegaran untuk memulai
aktifitasnya dalam keseharian.
Keterangan diatas menjadikan suatu hal
yang penting ketika seseorang dihadapkan oleh
permasalahan atau kegiatan keseharian yang
dapat mengakibatkan kebosanan dan kejenuhan
69
dalam menjalaninya, dengan ketenangan batin
dan pikiran seseorang dapat lebih berpikir
positif dalam menjalani kegiatannya.
Berkaitan dengan berdoa kepada Tuhan dengan
layaknya seseorang haruslah dapat menenangkan
batin agar dapat fokus dengan apa yang sedang
dilakukannya tanpa memikirkan sesuatu yang
lain. Salah satu motif seseorang melakukan
ziarah adalah untuk menemukan ketenangan
batin, hal ini memperkuat keterangan Sharpley
dalam Wahab (2005) Social motivation atau
interpersonal motivation, motivasi yang bersifat
sosial, seperti mengunjungi teman dan
keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-
hal yang dianggap mendatangkan gengsi,
melakukan ziarah, pelarian dari situasi-
situasi yang membosankan, dan sebagainya.
3. 1.1.3 Mendapatkan Barokah
Aspek selanjutnya adalah untuk
mendapatkan barokah. Mendapatkan barokah
70
menjadikan sesuatu yang melekat pada sosok
para wali, hal yang didambakan oleh para
peziarah dan dapat menjadikan tujuan yang
paling utama dalam rangkaian ziarah yang
dilakukan. Para peziarah meyakini bahwa wali
memiliki pengaruh yang baik dan dapat
mendatangkan suatu kebahagian karena
kedekatannya dengan Tuhan dan Rosul.
Peziarah percaya bahwa dengan
mengunjungi dan berdoa di area makam tersebut
akan mendapatkan barokah atau kekuatan mistis
yang dimiliki orang atau tokoh tersebut
kepada mereka yang mendoakannya. Peziarah
haruslah melaksanakan tindakan-tindakan yang
dianjurkan dalam berziarah agar memperoleh
barokah.
Pak Mulyono adalah salah satu seorang
informan yang juga berziarah dalam rangka
ingin mendapatkan berkah, berikut
71
penjelasannya mengenai tujuannya dalam
berziarah:
“…saya datang kesini untukmendapat berkah biarmendapatkan keselamatan kalaukemana-mana…”
Berkah adalah suatu hal yang tidak dilihat
dalam bentuk benda. Seperti yang ditunggu-
tunggu oleh Pak Mulyono, yang dirasakan
melalui perasaannya bahwa dia telah
mendapatkan sesuatu dari aktivitas ziarah.
Ditambah dengan memiliki harapan agar dia
diberikan keselamatan, hal ini yang akan
dipercayai untuk datang ke makam Troloyo lagi
karena merasa telah diberikan berkah
keselamatan dalam hidupnya.
Selain keterangan Pak Mulyono diatas,
berkah atau barokah juga telah menjadikan
motivasi tujuan untuk berziarah yang
dilakukan oleh Pak Rozaq, berikut
72
penjelasannya mengenai tujuannya dalam
berziarah:
“…agar mendapat barokah,karena Syech Jumadil Kubroketurunan dari Rosul dan dekatdengan Allah…”
Menurut keterangan Pak Rozaq diatas, bahwa
Syech Jumadil Kubro yang di makamkan
dikomplek Makam Troloyo adalah keturunan dari
Rosul (Nabi Muhammad) dan mereka juga percaya
bahwa beliau dekat dengan Tuhan. Doa-doa yang
ia panjatkan dipercaya akan sampai pada Tuhan
dan Syech Jumadil Kubro memberikan barokah
atas niatnya beribadah dan berdoa di komplek
makam Troloyo.
Seperti apa yang diungkapkan oleh
Sharpley dalam Wahab yang dikutip oleh
(Pitana dan Gayatri, 2005) bahwa motivasi
adalah trigger atau pemicu dari proses
perjalanan wisata meski seringkali hal
73
tersebut tidak didasari penuh oleh wisatawan
yang bersangkutan. Fenomena wisata ziarah ini
menjelaskan bahwa mendapatkan barokah sebagai
salah satu hal yang memotivasi dalam wisata
ziarah atau religi yang dilakukan oleh
sebagian umat Islam. Hal tersebut terkait
dengan harapan seseorang untuk mendapatkan
timbale balik atas apa yang sudah mereka
lakukan sebagai bentuk ibadah di area makam.
3. 1.1.4 Media Pendidikan Religi
Aspek selanjutnya adalah sebagai media
pendidikan. Pendidikan adalah suatu hal yang
penting dalam masyarakat luas. Ziarah dapat
menjadi suatu media pendidikan untuk
mengetahui sejarah peradaban masa itu dan
agar mengetahui bagaimana sejarah penyebaran
agama Islam pada masa tersebut. Selain itu,
berziarah adalah media pendidikan mental bagi
para siswa dan masyarakat, hal ini
74
dimaksudkan agar mereka dapat dekat dan
selalu ingat akan kebesaran Tuhan.
Pendidikan menurut Mahmud Yunus adalah
usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk
mempengaruhi dan membantu siwa dengan tujuan
peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak
sehingga secara bertahap dapat mengantarkan
kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar
hidup bahagia, serta seluruh apa yang
dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya
dan masyarakat (Masita, 2012). Banyaknya para
pelajar datang untuk berziarah tidak hanya
untuk berdoa semata, tetapi untuk mengetahui
siapa saja yang dimakamkan di area makam
tersebut dan berwisata untuk mengetahui
sejarahnya agar lebih menghargai sejarah.
Selain itu para pelajar mendatangi makam
sebagai media untuk pembentukan akhlaq agar
dapat bertingkah laku baik di lingkungan
masyarakat luas. Selain itu juga para siswa
75
yang berwisata religi atau ziarah dapat
mencontoh sifat-sifat baik dari yang
dimakamkan di makam tersebut, agar memiliki
nilai lebih dalam diri pelajar.
Wisata religi dipilih pelajar agar
mereka dapat mengetahui sejarah Islam yang
ada di Jawa. Selain itu ziarah untuk
mendekatkan diri dan mengingat Tuhan. Seperti
misalnya, banyaknya pelajar yang datang
berziarah selain untuk mengetahui sejarah
yang di dalam area makam, mereka juga berdoa
agar dilancarkan dalam ujian yang akan
datang. Sepeti yang diungkapkan oleh salah
satu siswa yang bernama Rudi berikut ini:
“…iya mas saya kesini samateman-teman banyak tujuannyaberdoa bersama biar dilancarkanuntuk ujian besok dan dapatnilai yang baik…”
76
Ziarah dapat juga dikatakan sebagai media
untuk menjalin kebersamaan antar pelajar
sendiri, seperti yang diungkapkan Rudi di
atas dengan mereka datang bersama maka akan
menjalin kebersamaan antar sesama dan
membangun akhlaq bagi para pelajar dengan
cara berdoa. Kebersamaan sendiri adalah salah
satu hal yang penting bagi para pelajar
karena untuk dapat membangun kepercayaan
antar pelajar itu sendiri dan dapat
mengorganisir teman-temannya. Ziarah
merupakan salah satu media pembelajaran bagi
siswa-siswi yang beraspek spiritual.
Selain sebagai media bagi para pelajar,
ziarah dapat digunakan bagi para orang tua
sebagai media pendidikan untuk para anaknya.
Berwisata religi terdapat banyak keunikan
dari berbagai hal, seperti misalnya berbeda-
beda orang berbeda pula motivasi dan tujuan
melakukan ziarah dan keunikan tersebut dapat
77
diajarkan kepada anak untuk saling
menghormati antar sesama manusia dan yang
seiman. Para orang tua akan lebih mudah untuk
mengajarkan anaknya jika langsung memberikan
contoh nyata dan anak akan lebih mudah untuk
menerima apa yang telah diajarkan oleh orang
tuanya. Selain itu sebagai media pembelajaran
untuk menghormati para arwah yang sudah
dimakamkan dan berdoa agar dapat lebih dekat
dengan Tuhan. Seperti keterangan dari Pak
Jojon yang membawa anaknya ke makam, berikut
ini keterangannya:
“…dapat juga sebagaipembelajaran buat anaksaya, seperti halnyaberdoa dan menghormatiorang lain yang adadisini…”
Pendidikan tidak hanya terdapat pada bangku
sekolah, ziarah pun dapat dijadikan media
pendidikan bagi anak. Seperti yang telah
diungkapkan oleh Pak Jojon yang membawa serta78
anaknya dalam berziarah untuk mengajarkan
berdoa di makam sebagai salah satu cara untuk
mengajari anak menghormati orang yang telah
tiada dan mendoakannya. Selain itu tidak
kalah pentingnya adalah sebagai media
pembelajaran anak untuk lebih menghormati
orang lain yang sedang fokus berdoa di area
makam.
Wisata ziarah juga dapat dijadikan media
pendidikan bagi banyak orang, karena di dalam
makam dapat dilihat dari sejarah yang terjadi
di daerah tersebut. Ziarah merupakan media
untuk dapat mengingat jasa-jasa dari yang di
makamkan di makam tersebut dan mengingatkan
kita atas kebesaran Tuhan. Seperti yang
diungkapkan oleh Fortes yang dikutip dari
Keesing (1981), para ahli Antropologi sosial
dalam studi tentang hubungan alam sosial
orang hidup dengan alam yang lain ialah
dengan melihat makhluk-makhluk supernatural
79
sebagai proyeksi dari kekuasaan orang hidup.
Dalam tradisi fungsionalisme yang mendominasi
antropologi sosial modern, hubungan itu
dilihat sebagai cermin di tingkat
supernatural dari hubungan-hubungan sosial
antar orang hidup. Pada masyarakat Jawa yang
terdapat banyaknya makam-makam para wali,
mendorong banyaknya masyarakat datang
berkunjung atau ziarah ke makam-makam
tersebut untuk menghormati arwah para sesepuh
yang sudah berjasa atau membuat perubahan
yang baik bagi banyak orang.
3.1.2 Aspek Sosial
Bagi sebagian orang, berziarah ke makam
telah menjadi suatu agenda tersendiri yang
harus dilakukan untuk setiap tahunnya dan
juga untuk memenuhi kegiatan keagamaaan atau
kepercayaannya, bahkan sering kali bertujuan
80
diluar tujuan utama, misalnya untuk menjaga
silaturahmi baik antar anggota kelompok
maupun antar individu, hal ini dapat menjadi
alas an utama mengapa rutinitas ziarah
dilakukan.
Terdapat dua aspek sosial yang berkaitan
dengan wisata religi, diantaranya mengenai
identitas sosial dan motivasi para peziarah
mengunjungi makam. Beberapa aspek sosial
tersebut akan dijelaskan berikut ini:
3.1.2.1 Identitas Sosial
Manusia sebagai makhluk yang akan
bertanya mengenai siapa dirinya, berbeda
dengan hewan dan tumbuhan yang tidak memiliki
pikiran seperti manusia. Identitas adalah
sebagai suatu gambaran keunikan diri dari
yang digambarkan oleh orang lain maupun yang
81
diimajinasikan sendiri, mengenai apa dan
siapa dirinya serta apa yang telah
diperbuatnya untuk diri sendiri maupun orang
lain. Identitas dapat pula dipahami sebagai
kemampuan, serta berbagai kekhasan yang
melekat pada diri seseorang.
Peziarah banyak didominasi oleh orang-
orang yang tergabung dalam kelompok-kelompok
yang memiliki keanggotaan dalam suatu
komunitas, meskipun adanya peziarah yang
datang secara perorangan. Mereka ikut serta
dalam wisata ziarah adalah alasan mereka
sebagai anggota, dimana setiap anggota
komunitas setiap tahunnya melakukan wisata
ziarah, dan adanya suatu perasaan yang
mengikat seseorang terhadap komunitas dimana
ia berada dan menjadi anggota. Seperti yang
telah diungkapkan oleh Pak Basuki:
“…sudah agenda darikelompok untuk ziarah, ngakikut sebenarnya ngak apa-
82
apa, tapi sungkan mas,selain ziarah ya pengajiansama kelompok saya…”
Apa yang telah disampaikan oleh Pak Basuki
menunjukan keikutsertaanya dalam berbagai
kegiatan komunitas pengajian dimana ia
bertindak sebagai anggota. Sebagai anggota
akan timbul perasaan segan jika tidak
mengikuti apa yang sudah di agendakan oleh
komunitas tersebut.
Identitas sosial penting adanya sebagai
penanda bahwa seseorang adalah anggota dari
suatu komunitas. Pak Basuki misalnya, anggota
kelompok pengajian yang berasal dari Desa
Tarik, Mojokerto yang melakukan wisata
ziarah. Pernyataan tersebut muncul karena
faktor keturutsertaan Pak basuki dalam
kegiatan wisata religi yang diikuti
kelompoknya dimana ia menjadi salah seorang
anggota. Identitas diri bias dibedakan dengan
83
identitas yang dimiliki orang lain, namun
tidak dapat terpisah dari identitas sosial
seseorang dalam komunitasnya.
3.1.2.2 Motivasi Para Peziarah
Motivasi adalah faktor yang mendorong
seseorang untuk bertindak dengan cara
tertent. Dapat juga dikatakan bahwa motivasi
pada dasarnya adalah suatu kondisi pikiran
yang mendorong seseorang melakukan suatu
tindakan yang mengarah ke pencapaian
kebutuhan yang memberikan kepuasan tertentu.
Terkait dengan perjalanan wisata,
motivasi seseorang yang mendorong perjalanan
wisata menurut Sharpley dalam Wahab (Pitana
dan Gayatri, 2005) yang dipengaruhi oleh
beberapa kebutuhan. Cultural Motivation atau
motivasi budaya, yakni suatu keinginan untuk
mengetahui gambaran tradisi, adat istiadat,
benda-benda peninggalan budaya atau kesenian
daerah tujuan wisata. Ada pula Physical Or
84
Physiological Motivation atau motivasi yang
bersifat fisik atau fisiologi, yakni untuk
tujuan kesehatan, relaksasi, bersantai,
olahraga dan lain sebagainya. Selanjutnya
dipengaruhi oleh Social Motivation atau motivasi
yang bersifat sosial, misalnya mengunjungi
teman, keluarga, rekan kerja, melakukan hal-
hal yang dianggap membawa prestis, atau juga
berziarah. Terakhir dipengaruhi oleh, Fantasy
Motivation atau motivasi karena fantasi, yaitu
adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang
akan bisa lepas dari rutinitas keseharian
yang menjemukan, dan dapat memberikan
kepuasan psikologis.
Telah disebutkan di atas kebutuhan-
kebutuhan yang terkait erat dengan wisata.
Satu-satunya motivasi yang terkait dengan
perjalanan ziarah adalah motivasi sosial.
Ziarah sebagai perwujudan keinginan untuk
melakukan kegiatan yang bersifat sosial dan
85
tidak hanya untuk tujuan yang bersifat
spiritual semata. Terdorong oleh kebutuhan
yang bersifat sosial seperti kunjungan ke
makam tokoh suci dalam agama Islam. Seperti
yang diungkapkan oleh Pak Rozaq mengenai
motivasi yang mendorong untuk berziarah:
“…kalau saya sendiri awalnyahanya untuk mencari tahu, tapisetelah saya tahu tentangsilsilah dan keturunan SyechJumadil Kubro, hal ini yangmendorong saya dan kelompok sayalebih eksis untuk datang keTroloyo…”
Motivasi seseorang adalah suatu hal yang
mendorong orang untuk melakukan ziarah,
seperti yang telah diungkapkan oleh Pak Rozaq
yang menjadikan motivasinya untuk berziarah
adalah Syech Jumadil Kubro, banyak dikatakan
bahwa beliau adalah kakek dari para
Walisongo. Selain itu dorongan dari kelompok
86
juga menjadi suatu hal yang tidak hanya untuk
wisata religi namun juga untuk menjalin
silaturahmi kelompok.
Para peziarah mengadakan perjalanan
wisata religi untuk tujuan mengunjungi makam
dan mendoakan tokoh agama adalah suatu hal
yang juga dianggap positif. Mendatangkan
nilai prestis agar masyarakat meilai positif
kelompok tersebut. Meningkatkan citra positif
di mata masyarakat bahwa kelompok tersebut
melakukan wisata ziarah, maka artinya mereka
melakukan sesuatu hal yang mulia dengan
berziarah.
3.2 Pengaruh Keberadaan Makam Troloyo Terhadap
Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Makam
87
Makam Troloyo sudah lama dijadikan tujuan
berziarah oleh banyak orang, ramai dikunjungi
pezirah dari berbagai daerah. Banyak peziarah yang
datang secara individu maupun kelompok.
Keberadaan makam Troloyo sebagai salah satu
tujuan ziarah mempunyai andil maupun pengaruh dalam
kehidupan masyarakat di sekitar makam. Berbagai
usaha yang bersifat ekonomi mulai bermunculan, hal
ini dikarenakan semakin banyaknya peziarah yang
datang membuat masyarakat memiliki peluang untuk
memiliki usaha. Hal ini memperkuat apa yang
diungkapkan oleh Greenwood (1977) dalam Pitana
melihat bahwa hubungan antara wisatawan dengan
masyarakat lokal menyebabkan terjadinya proses
komoditisasi dan komersialisasi dari keramahtamahan
masyarakat lokal. Pada awalnya wisatawan dipandang
sebagai ‘tamu’ dalam pengertian tradisional, yang
disambut dengan keramahtamahan tanpa motif ekonomi.
Masyarakat sekitar makam melihat peluang dengan
88
motif ekonomi karena semakin banyaknya peziarah
berdatangan dan memanfaatkan peluang tersebut.
Semakin dikenalnya makam Troloyo sebagai
salah satu tujuan ziarah dengan semakin banyaknya
peziarah, memunculakan berbagai ide dari
masyarakat. Mereka melihat prospek yang cukup cerah
dengan banyaknya peziarah yang datang datang dari
berbagai daerah dengan tujuan untuk berziarah.
Usaha yang dilakukan oleh masyarkat antara lain
membuka warung makan, kios cinderamata, menyediakan
tempat parkir. Warung-warung dan kios cideramata
banyak berjajar di kanan maupun kiri jalan menuju
ke komplek makam Troloyo.
Komplek makam Troloyo tidak pernah sepi dari
pengunjung hal ini dikarenakan komplek pemakam
dibuka untuk umum selama sehari penuh atau 24 jam.
Pada hari-hari tertentu terjadi peningkatan
peziarah yang sangat banyak yaitu pada malam jumat
legi. Seperti keterangan dari Ibu Misti salah satu
pedagang makanan di komplek makam, berikut ini:
89
”...disini ramainya jumat legiaja mas, pada malam jumatseperti biasanya ramai juga tapipaling ramai pada malam jumatlegi...”
Pada malam jumat legi merupakan suatu berkah
tersendiri yang dapat dirasakan oleh pedagang
maupun pemilik usaha yang berada di sekitar makam
Troloyo. Seperti salah satunya adalah Ibu Misti
yang memiliki warung makanan di belakang Masjid
komplek makam Troloyo, pada malam tersebut
pendapatannya dapat meningkat dari hari-hari biasa
yang tidak begitu ramai oleh peziarah.
Warung-warung makanan yang ada disekitar
makam biasanya menyediakan nasi dan makanan kecil
seperti pisang goreng, tahu dan tempe goreng,
kacang, keripik. Selain itu juga menyediakan
berbagai minuman seperti teh hangat, es teh, kopi,
wedang jahe, dan juga soft drink. Warung-warung yang
ada disekitar makam biasanya sudah memiliki
90
pelanggan yang tetap yang selalu mampir ketika
datang untuk berziarah ke makam.
Selain penjual makanan di sekitar makam, ada
pula usaha lain yaitu tempat penitipan kendaraan
yang ada di sekitar makam. Banyak tersebar jasa
parkir yang dikelola secara pribadi dan bertempat
dirumah-rumah penduduk yang menyediakan. Hal ini
juga memberikan tambahan penghasilan pemilik usaha
tersebut, seperti yang dikatakan Pak Sulaiman:
“…usaha parkir ini lumayanpenghasilannya mas, bisa nambahpenghasilan saya selain daripekerjaan saya…”
Para masyarakat memiliki peluang usaha yang sangat
baik dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
Seperti halnya Pak Sulaiman yang hanya buruh pabrik
sekarang memiliki penghasilan yang lebih dari usaha
memiliki tempat parkir motor yang berada di teras
rumahnya. Jasa seperti tempat parkir milik
perorangan atau pribadi ini terdapat banyak di area
91
makam, kesempatan peluang pekerjaan ini
dikarenakannya semakin banyaknya peziarah yang
datang menggunakan kendaraan pribadi mereka.
Pengaruh makam terhadap keadaan ekonomi dan
sosial masyarakat ini mendukung pernyata dari Yoeti
(2006) berikut ini, laju pembangunan daerah tujuan
wisata pada akhirnya akan sangat tergantung pada
sikap dan kesediaan masyarakat untuk membangun
daerahnya, mengingat banyak obyek wisata di
Indonesia serta keterbatasan dana. Salah satu
determinan sikap yang sangat penting adalah motif
individu, karena motif akan menentukan pola sikap
dan tingkah laku manusia, di samping itu motif juga
merupakan penggerak dan pendorong manusia berbuat
sesuatu. Sikap masyarakat yang terbuka dengan
keadaan makam akan dapat membangun daerah tersebut.
Masyarakat memiliki andil yang sangat besar atas
pembangunan sekitar makam karena mereka memiliki
cara agar peziarah tidak khawatir dengan
kendaraannya, tidak khawatir kelaparan pada saat
92
berziarah, hal ini dilakukan masyarakat dengan
membuka jasa agar para peziarah dapat fokus
menjalani ibadah di makam.
Pemerintah memiliki peranan penting untuk
tempat wisata religi Troloyo, baik dari mempermudah
akses menuju makam karena dipasangnya penunjuk arah
ke makam, serta pembangunan untuk makam sendiri.
Selain itu pemerintah juga memberikan bantuan
kepada masyarakat sekitar agar mereka dapat lebih
sejahtera, dapat membuka usaha disekitar komplek
makam. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Misti yang
mendapat bantuan dari pemerintah, berikut ini:
“…saya dapat bantuan pinjamanuang dari dinas pariwisata mas,setiap bulannya saya bayar…”
Bantuan yang dipinjamkan pemerintah dapat membantu
meringankan beban modal yang biasa dikelukan oleh
para pedagang, selain itu bantuan dari pemerintah
dapat membuat hubungan yang baik antara pemerintah
dengan masyarakat. Seperti halnya Ibu Misti yang
93
sangat senang mendapatkan bantuan dan dapat
meningkatkan usahanya serta menyekolahkan anak-
anaknya. Hal tersebut juga telah memperkuat yang
telah diungkapkan oleh Khasanah (2006) pembangunan
sektor pariwisata merupakan salah satu program
andalan pemerintah Indonesia yang memiliki prospek
dan peranan penting dalam pembangunan. Pembangunan
ini membawa banyak manfaat sehingga dalam upaya
pengembangan diharapkan dapat meningkatan
kesejahteraan masyarakat seperti terbukanya
lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha,
meningkatkan pendapatan baik masyarakat setempat
maupun negara. Pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah diterima positif oleh masyarakat maupun
pengunjung (peziarah) makam Troloyo. Hal ini
dikarenakan masyarakat sangat terbantu untuk
membuka usaha mereka yang memberikan jasa terhadap
peziarah, yang menjadikan hubungan yang saling
keterkaitan antara pemerintah masyarakat, dan
peziarah.
94
BAB IV
FUNGSIONAL PADA WISATA ZIARAH MAKAM TROLOYO
4.1 Manfaat Wisata Ziarah
Dalam melakukan suatu kegiatan yang akan
dilakukannya, seseorang membutuhkan suatu dorongan
95
atau motivasi untuk melakukan kegiatan tersebut,
sehingga dalam proses menjalani kegiatan tersebut
seseorang lebih menghayati dan mendalami kegiatan
yang dilakukannya. Motivasi juga terdapat pada
para peziarah yang melakukan ziarah ke Makam
Troloyo yang menjadikan suatu dorongan dalam
melakukan perjalanan religi. Dalam memahami suatu
motivasi wisata religi tersebut dapat dianalisis
dengan mudah menggunakan Social Motivation atau
Interpersonal Motivation.
Dalam analisis menggunakan Social Motivation atau
Interpersonal Motivation, motif tersebut lebih membahas
kearah motivasi para wisatawan atau peziarah yang
dapat menjalin hubungan dengan orang lain, seperti
halnya melakukan suatu wisata religi dengan
kelompok atau juga melakukan pengajian yang dapat
semakin eratnya hubungan sosial dengan orang lain.
Selain itu motif tersebut juga mengarah terhadap
tempat yang dikunjungi oleh para peziarah yang
dapat memberikan suatu kegengsian terhadap orang
96
lain karena mereka telah mendatangi suatu tempat
yang dianggap keramat atau mengandung unsur religi
oleh banyak orang. Seperti yang telah diungkapkan
oleh salah satu informan yang bernama Pak Basuki
yang datang sering dengan kelompok pengajiannya
untuk mempererat hubungan sosial mereka,
“…bisanya saya datang kesinijuga sama kelompok pengajiandi desa mas sudah agendadari kelompok untuk ziarah,ngak ikut sebenarnya ngakapa-apa, tapi sungkan mas,selain ziarah ya pengajiansama kelompok saya…”
Karena baiknya hubungan sosial antar kelompok
pengajian Pak Basuki dapat menimbulkan kesungkanan
antara anggota jika tidak mengikuti ziarah maupun
pengajian dan menimbulkan rasa gengsi jika tidak
mengikuti kegiatan yang sudah diagendakan
Kebutuhan untuk emosional para peziarah, yang
didapat setelah datang dari wisata religi yang
telah dilakukan oleh peziarah. Para wisatawan atau
97
peziarah datang melakukan ziarah makam dengan
membawa perasaan emosional yang berbeda-beda, baik
karena banyaknya masalah yang dihadapi atau emosi
yang lain yang membuat orang datang untuk ziarah
makam. Harapan setelah berziarah adalah agar
muncul perasaan yang lebih tenang dan senang dalam
menjalani hidup. Hal ini dikarenakan mereka telah
memanjatkan doa-doa yang membuat emosi mereka
tenang di area makam, dan banyak dari mereka
mempercayai bahwa yang dimakamkan disitu adalah
orang yang dekat dengan Tuhan dan agar dapat
segera mengabulkan doa yang telah mereka
panjatkan. Selain itu peziarah akan merasakan
bahwa kebutuhan untuk emosional mereka telah
terpenuhi dan mendapatkan ketentraman. Kenyamanan
yang telah didapatkan berbeda-beda tiap orang yang
datang untuk ziarah dan kebutuhan emosional dapat
juga mempengaruhi pemikiran seseorang untuk
memotivasi dirinya, seperti yang diungkapkan
Mulyono sebagai berikut,
98
“…ngeh salah satune niku mas kuloteng mriki ben entok berkah mas benselamat mas nang ndi-ndi…”
Emosi yang tenang setelah melakukan ziarah akan
membuat pikiran lebih tenang dan akan lebih hati-
hati untuk memulai aktifitas kembali, salah
satunya mereka percaya bahwa itu berkah dari Tuhan
dan membuat emosi dan pikiran tenang.
Manfaat adanya ziarah tidak hanya dirasakan
hanya wisatawan atau peziarah tetapi juga
dirasakan oleh penduduk sekitar. Semakin banyaknya
peziarah yang berdatangan tentu memiliki manfaat
tersendiri bagi penduduk sekitar, seperti halnya
bagi para penyedia penitipan sepeda, sepeda motor,
dan kendaraan roda empat (mobil dan bus) akan
mendapat keuntungan lebih jika pada hari Jumat
Legi karena banyaknya penziarah yang datang, bagi
para peziarah hari itu dianggap hari yang baik
untuk berziarah karena mereka percaya bahwa roh
Syech Jumadil Kubro datang ke makam. Selain itu
99
warung-warung sekitar makam juga mendapat imbas
dari banyaknya peziarah selain warung mereka
menjadi ramai juga mereka biasa mendapat pesanan
tumpeng bagi para peziarah yang ingin mengadakan
syukuran di area makam Troloyo.
Menfaat tersebut menjadikan adanya timbal
balik yang saling menguntungkan antara peziarah
dan masyarakat sekitar. Keuntungan yang didapat
adalah peziarah tidak perlu repot untuk membuat
tumpeng karena masyarakat sekitar bisa menyediakan
dan peziarah tidak perlu parkir cukup jauh dari
area makam karena sudah ada penyedia jasa parkir
di depan area makam. Hal ini cukup menguntungkan
peziarah karena tujuan mereka datang untuk berdoa
dan mempelajari sejarah sesepuh yang ada disana.
Hal ini juga memunculkan adanya interaksi sosial
yang baik bagi peziarah dan masyarakat sekitar.
4.2 Penghayatan Terhadap Ziarah
100
Dalam melakukan suatu perjalanan religi perlu
penghayatan tersendiri bagi pelaku ziarah untuk
mencapai apa yang telah mereka inginkan, hal ini
dilakukan dikarenakan dalam melakukan sebuah
perjalanan yang memiliki makna religi akan
membuahkan hasil ketenangan bagi para peziarah.
Penghayatan adalah salah satu hal yang cukup
penting bagi para peziarah, dengan itu mereka akan
dengan tenang melakukan ziarah. Dengan menghayati
apa yang mereka lakukan di area makam Troloyo,
mereka akan lebih khusyuk dan tenang dalam berdoa
dan dalam melakukan ritual lainnya.
Seperti apa yang telah diungkap oleh Fortes
yang dikutip dari Keesing (1981: 99), para ahli
Antropologi sosial dalam studi tentang hubungan
alam sosial orang hidup dengan alam yang lain
ialah dengan melihat makhluk-makhluk supernatural
sebagai proyeksi dari kekuasaan orang hidup. Dalam
tradisi fungsionalisme yang mendominasi
antropologi sosial modern, hubungan itu dilihat
101
sebagai cermin di tingkat supernatural dari
hubungan-hubungan sosial antar orang hidup. Pada
masyarakat Jawa yang terdapat banyaknya makam-
makam para wali, mendorong banyaknya masyarakat
datang berkunjung atau ziarah ke makam-makam
tersebut untuk menghormati arwah para sesepuh yang
sudah berjasa atau membuat perubahan yang baik
bagi banyak orang, dan membuat ziarah itu
dilakukan sering kali ataupun rutin untuk
dilakukan. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh
salah satu peziarah yg bernama pak Rozaq seperti
berikut :
“…Kita jangan melupakan sejarah, mausejarah secara agamanya itukorelasinya sangat erat dengan yangkita pelajari saat ini yang tidakkita ketahui atau mungkin tidak mautahu…”
Seperti apa yang telah diungkapkan oleh salah satu
informan diatas bahwa dengan mempelajari sejarah
agama akan berdampak dengan hidup kita dengan
102
menghormati dan menghayati sejarah yang sudah ada
dan bagaimana kita dapat menyikapinya dengan
menghormati para arwah sesepuh yang ada di komplek
makam Troloyo. Selain itu juga berdampak baik bagi
para pelakunya karena lebih sering mendekatkan dan
berdoa diri kepada Tuhan, karena penghayatan
mereka terhadap kebesaran Tuhan.
Bentuk penghayatan yang dilakukan oleh para
peziarah di makam Troloyo dapat dilakukan sebagai
salah satu bentuk untuk menghormati arwah-arwah
sesepuh yang sudah berjasa terhadap penyebaran
agama Islam di tanah Jawa. Semakin menghayati
perjalanan ziarah yang dilakukan maka mereka juga
akan semakin khusyuk mendoakan yang ada di makam
maupun berdoa untuk diri sendiri. Hal tersebut
juga telah disampaikan oleh Otto yang menurutnya,
semua agama di dunia terpusat pada suatu konsep
tentang hal yang gaib (misterius) yang dianggap
maha dahsyat dan keramat oleh manusia. Sifat dari
hal yang gaib serta keramat adalah maha abadi,
103
maha bijaksana, tidak terlihat, tidak terbatas,
dan sebagainya yang tidak bisa tercakup oleh
pemikiran manusia. Sifat-sifat hal yang gaib tadi
menimbulkan sikap kagum terpesona, selalu akan
menarik perhatian manusia dan mendorong timbulnya
hasrat untuk menghayati rasa bersatu dengannya
(Koentjaraningrat, 1987: 65). Apa yang telah
disampaikan Otto diatas memang benar adanya bahwa
manusia percaya dengan hal yang gaib, tetapi gaib
yang disampaikan adalah Tuhan karena melihat dari
sifatnya yang maha abadi, maha bijaksana, tidak
terlihat, tidak terbatas, dan sebagainya. Dari
kekaguman manusia akan gaib ini membuat manusia
lebih menghayati hidup dan tidak akan melupakan-
Nya dengan cara berdoa hanya untuk-Nya.
4.3 Fungsional
104
Teori Fungsionalisme yang telah dikemukakan
oleh Malinowski menekankan bahwa bagaimana
mengetahui hubungan antara institusi-institusi
atau struktur-struktur suatu masyarakat sehingga
dapat membentuk suatu sistem yang bulat. Dengan
kata lain, bahwa fungsionalisme membawa kita
memikirkan sistem sosial-budaya sebagai semacam
organisme, yang bagian-bagiannya tidak hanya
saling berhubungan tetapi juga memberikan andil
bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian
hidup untuk mencapai keharmonisan
(Koentjaraningrat, 2002:76). Pada setiap
masyarakat terdapat sistem-sistem yang berjalan
dengan maksud agar terjadi suatu hal yang
diinginkan dapat terpenuhi. Hal ini yang mendasari
terjadi teori fungsional yang terjadi di
masyakarat. Masyarakat menciptakan sistem-sistem
untuk memenui suatu keharmonisan dan keseimbangan
kebutuhan naluri pada manusia. Sistem-sistem yang
105
dibentuk oleh perjalanan wisata ziarah kubur tidak
terlepas dari teori Fungsionalisme. Hal ini
dikarenakan saling memiliki ketergantungan timbal
balik antara tempat wisata religi (Makam Troloyo),
peziarah, dan masyarakat sekitar. Tempat wisata
dalam sistem ini dijadikan pusat dari keharmonisan
dan keseimbangan itu terwujud karena didalamnya
terdapat peziarah dan masyarakat sekitar.
Bagan fungsionalisme ziarah makam
Korelasi hubungan tersebut tercermin
bagaimana hubungan peziarah dan dan masyarakat
sekitar dan dapat dilihat dari bagan di atas, dan
antara makam masyarakat dan peziarah saling
106
MAKAM
PEZIARAHMASYARAKAT
berhubungan dan saling keterkaitan. Seperti halnya
data yang ada di lapangan bahwa peziarah
membutuhkan tempat untuk menitipkan kendaraan
mereka dan tidak perlu kawatir dengan kendaraan
mereka karena sudah ada yang menjaganya, dan
sebagai penjaga parkir tersebut adalah masyarakat
sekitar komplek makam Troloyo dan sebagai
penghasilannya mereka akan menjaga kendaraan
tersebut dan merapikan agar orang yang mau parkir
dapat dengan mudah memasukannya. Selain itu
hubungan lainnya adalah jika para peziarah
kelelahan dan lapar ketika berziarah dapat
beristirahat dan makan diwarung-warung yang ada
disekitar makam. Dari data yang ada dapat dilihat
bahwa mereka saling berhubungan dan memiliki
ketergantungan yang dapat menciptakan keharmonisan
di dalamnya. Selain itu juga dapat membuat
stabilnya kehidupan masyarakat yang ada di sekitar
komplek makam Troloyo dengan banyaknya peziarah
yang datang membuat mereka dapat membuka lapangan
pekerjaan yang membuat ekonomi mereka dapat107
terpenuhi yang dapat menghasilkan keseimbangan
secara naluri baik dari peziarah maupun masyarakat
sekitar. Selain itu komplek makam Troloyo sendiri
memiliki peran sebagai tempat bertemunya para
peziarah dan masyarakat sekitar makam. Dari hasil
hubungan tersebut maka akan menghasilkan
keharmonisan dan kelestarian hidup di komplek
makam Troloyo. Namun apabila sistem hubungan
mereka tidak berjalan dengan baik maka tidak akan
tercapai keharmonisan di dalam area komplek makam
Troloyo.
108
Top Related