ziarah makam

108
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan sejarah sebelum generasi Walisongo menyebarkan Islam di Jawa, ternyata sudah banyak masyarakat Jawa yang memeluk agama Islam. Syeikh Sayyid Jumadil Kubro adalah seorang tokoh yang sering disbutkan dalam berbagai cerita rakyat sebagai pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Beliau adalah wali tertua sebelum adanya walisongo, beliau bukanlah keturunan jawa, melainkan berasal dari Asia Tengah. Beliau tiba di Jawa sekitar abad 13, beliau adalah seorang da’i dari Persia yang sengaja diperintahkan untuk menyebarkan Islam di Jawa yang ditemani oleh Syeikh Subakir yang dipercaya ahli ruqiyah, tetapi Syeikh Subakir mempunyai misi yang berbeda dengan Syeikh Jumadil Kubro. Beliau memiliki tugas untuk membersihkan 1

Transcript of ziarah makam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan sejarah sebelum generasi Walisongo

menyebarkan Islam di Jawa, ternyata sudah banyak

masyarakat Jawa yang memeluk agama Islam. Syeikh

Sayyid Jumadil Kubro adalah seorang tokoh yang

sering disbutkan dalam berbagai cerita rakyat

sebagai pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.

Beliau adalah wali tertua sebelum adanya walisongo,

beliau bukanlah keturunan jawa, melainkan berasal

dari Asia Tengah. Beliau tiba di Jawa sekitar abad

13, beliau adalah seorang da’i dari Persia yang

sengaja diperintahkan untuk menyebarkan Islam di

Jawa yang ditemani oleh Syeikh Subakir yang

dipercaya ahli ruqiyah, tetapi Syeikh Subakir

mempunyai misi yang berbeda dengan Syeikh Jumadil

Kubro. Beliau memiliki tugas untuk membersihkan1

tanah Jawa yang terkenal banyak jin yang menghuni

dengan cara menumbali tanah Jawa. Letak makam yang

berada di pusat kerajaan Majapahit yang bercorak

agama Hindu-Budha ini diyakini bahwa kerajaan

Majapahit telah menerima masuknya agama Islam, dapat

dilihat dari nisan yang ada di makam Troloyo yang

memakai lambang “Surya Majapahit” dan dengan adanya

tulisan arab yang ada di nisan. Makam Troloyo adalah

salah satu bukti adanya komunitas Islam di kerajaan

Majapahit yang bercorak agama Hindu-Budha

(wwahamid.blogspot.com, 2012: p.1).

Dalam masa hidupnya Syeikh Jumadil Kubro

dikaruniai dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan

Maulana Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke

pulau Jawa. Syeikh Jumadil Kubro kemudian tetap di

Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan Maulana

Ishaq ke Samudra Pasai, beberapa Walisongo yaitu

Sunan Ampel dan Sunan Giri adalah cucunya, sedangkan

Sunan Bonang, Sunan Drajad dan Sunan Kudus adalah

cicitnya.

2

Di kompleks makam Troloyo di Desa Sentonorejo

ditemukan beberapa batu nisan bercorak Islam, karena

adanya tulisan arab yang ada di batu nisan yang ada

di Makam Troloyo. Kebanyakan batu nisan tersebut

berangka tahun 1350 dan 1478, tapi juga sebagai

bukti bahwa agama Islam telah diakui dan dianut oleh

sebagian kecil penduduk ibu kota Majapahit. Penduduk

setempat percaya bahwa di makam Troloyo terdapat

makam Raden Wijaya. Setiap hari Jumat Legi diadakan

ziarah di makam ini.

Di Indonesia pada umumnya dan Jawa pada

khususnya, kebiasaan mengunjungi makam sejalan

dengan apa yang sudah terlebih dulu ada, yaitu

kebiasaan mengunjungi candi atau tempat lainnya

seperti punden berundak, tugu, dengan maksud

melakukan pemujaan kepada roh nenek moyang

(Soekmono, 1973: 85).

Sistem keyakinan secara khusus mengandung

banyak subunsur. Dalam rangka ini para ahli

antropologi biasanya menaruh perhatian terhadap

3

konsepsi tentang dewa-dewa yang baik maupun yang

jahat; sifat-sifat dan tanda-tanda dewa-dewa;

konsepsi tentang mahluk-mahluk halus lainnya seperti

roh-roh leluhur, roh-roh lain yang baik maupun yang

jahat, hantu dan lain-lain; konsepsi tentang dewa

tertinggi dan pencipta alam; masalah terciptanya

dunia dan alam (kosmogoni); masalah mengenai bentuk

dan sifat-sifat dunia dan alam (kosmologi); konsepsi

tentang hidup dan maut; konsepsi tentang dunia roh

dan dunia akhirat dan lain-lain (Koentjaraningrat,

2002: 377).

Disebutkan bahwa manusia merupakan binatang

yang bergantung pada jaringan-jaringan kebudayaan,

dan jaringan-jaringan itu sendiri harus dicari

maknanya dengan ilmu-ilmu yang bersifat

interpretatif. Dan untuk mengetahui makna dari suatu

tindakan maka seorang peneliti diharuskan untuk

melihat peristiwa konkret yang ada yang dilakukan

oleh masyarakat yang diteliti. Berbagai struktur ini

harus dijabarkan secara mendetail sehingga

4

penjelasan dari struktur-struktur tertentu bisa

dipahami maknanya secara lebih jelas. Simbol-simbol

yang digunakan dalam suatu kebudayaan merupakan

hasil dari apa yang disepakati oleh masyarakat yang

menganut kebudayaan tersebut. Sehingga simbol-simbol

ini bisa diterima dan dipahami oleh masyarakat

penganutnya. Makna dari simbol-simbol ini bisa

diketahui dari perbincangan yang dilakukan dengan

masyarakat, namun berbagai simbol yang digunakan ini

haruslah merupakan kesepakatan sehingga bisa dicapai

suatu kesamaan makna dan tujuan. Pengertian simbol

sendiri menurut Geertz merupakan sistem yang saling

berhubungan dengan tanda-tanda yang dapat

ditafsirkan.

Dalam agama, konsepsi manusia mengenai realitas

tidak didasarkan pada pengetahuan tetapi pada

keyakinan terhadap suatu otoritas, yang berbeda

antara agama satu dengan agama lain. Dalam agama

motheistik, otoritas ini adalah Tuhan dengan semua

wahyu yang diturunkan oleh-Nya. Dalam agama

5

“primitif” otoritas itu adalah roh (spirit) dan

kekuatan gaib (magic) ( Tibi, Bassam, 1999:14).

Menurut Fortes yang dikutip dari Keesing (1981:

99), para ahli Antropologi sosial dalam studi

tentang hubungan alam sosial orang hidup dengan alam

yang lain ialah dengan melihat makhluk-makhluk

supernatural sebagai proyeksi dari kekuasaan orang

hidup. Dalam tradisi fungsionalisme yang mendominasi

antropologi sosial modern, hubungan itu dilihat

sebagai cermin di tingkat supernatural dari

hubungan-hubungan sosial antar orang hidup. Pada

masyarakat Jawa yang terdapat banyaknya makam-makam

para wali, mendorong banyaknya masyarakat datang

berkunjung atau ziarah ke makam-makam tersebut untuk

menghormati arwah para sesepuh yang sudah berjasa

atau membuat perubahan yang baik bagi banyak orang,

dan membuat ziarah itu dilakukan sering kali ataupun

rutin untuk dilakukan.

Motif spiritual dan wisata spiritual (spiritual

tourism) merupakan salah satu tipe wisata yang

6

tertua. Sebelum orang mengadakan perjalanan untuk

rekreasi, bisnis, olahraga dan sebagainya, orang

sudah mengadakan perjalanan untuk ziarah (pariwisata

ziarah) atau untuk keperluan keagamaan lain

(Soekadijo, 2000: 43).

Menurut Sharpley dalam Wahab yang dikutip oleh

Pitana dan Gayatri (2005: 58) motivasi merupakan hal

yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan

dan pariwisata, karena motivasi merupakan trigger

(pemicu) dari proses perjalanan wisata, walaupun

motivasi seringkali tidak disadari secara penuh oleh

wisatawan itu sendiri. Dari berbagai motivasi yang

mendorong perjalanan wisata, dapat dikelompokkan

menjadi empat kelompok sebagai berikut:

1. Social motivation atau interpersonal motivation, motivasi

yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman

dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan

hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi,

melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi

yang membosankan, dan sebagainya.

7

2. Fantasy motivation, motivasi wisata karena fantasi,

yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain

seseorang akan bisa lepas dari rutinitas

keseharian yang menjemukan, dan dapat

memberikan kepuasan psikologis.

3. Cultural motivation, motivasi wisata yang lebih

menekankan pada ke ingin tahuan tentang

kebudayaan, adat, tradisi, dan kesenian yang

ada di suatu daerah wisata yang dikunjungi.

Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek

tinggalan budaya.

4. Physical or physiological motivation, motivasi perjalanan

wisata yang bersifat fisik atau fisiologi.

Misalnya untuk relaksasi, kesehatan,

kenyamanan, kegiatan olah raga, dan sebagainya.

Motivasi merupakan faktor penting bagi calon

wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai

daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon

wisatawan akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang

memungkinkan, dimana persepsi ini dihasilkan dari8

pengalaman sebelumnya dan informasi yang

didapatkannya. Motivasi para wisatawan yang

mendorong mereka untuk melakukan kegiatan wisata,

yang dapat meningkatkan sektor pariwisata ziarah

yang dapat menguntungkan banyak pihak.

Laju pembangunan daerah tujuan wisata pada

akhirnya akan sangat tergantung pada sikap dan

kesediaan masyarakat untuk membangun daerahnya,

mengingat banyak obyek wisata di Indonesia serta

keterbatasan dana. Salah satu determinan sikap yang

sangat penting adalah motif individu, karena motif

akan menentukan pola sikap dan tingkah laku manusia,

di samping itu motif juga merupakan penggerak dan

pendorong manusia berbuat sesuatu ( Yoeti, Oka A,

2006: 272 ).

Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega

bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dolar

amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk

memuaskan atau membahagiakan diri (pleasure) dan untuk

9

menghabiskan waktu luang (leisure) (MacDonald, 2004:

7).

Pembangunan sektor pariwisata merupakan salah

satu program andalan pemerintah Indonesia yang

memiliki prospek dan peranan penting dalam

pembangunan. Pembangunan ini membawa banyak manfaat

sehingga dalam upaya pengembangan diharapkan dapat

meningkatan kesejahteraan masyarakat seperti

terbukanya lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha,

meningkatkan pendapatan baik masyarakat setempat

maupun negara. Kegiatan pariwisata juga menimbulkan

dampak sosial-budaya baik positif maupun negatif.

Pariwisata bukan hanya suatu fenomena ekonomi tetapi

mencakup juga aspek sosial-budaya, dan lingkungan

fisik (Khasanah, Imroaton, 2006, p.1).

Secara evolutif, Greenwood (1977) melihat bahwa

hubungan antara wisatawan dengan masyarakat lokal

menyebabkan terjadinya proses komoditisasi dan

komersialisasi dari keramahtamahan masyarakat lokal.

Pada awalnya wisatawan dipandang sebagai ‘tamu’

10

dalam pengertian tradisional, yang disambut dengan

keramahtamahan tanpa motif ekonomi (Pitana, dan

Gayatri, 2005: 83).

Masyarakat Jawa pada umumnya sangatlah kuat

dengan kegiatan spiritual dan kebudayaan yang ada

didalam masyarakat. Salah satu kebiasaan yang masih

dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam kegiatan

spiritualnya adalah mengunjungi atau berziarah

makam, karena ziarah dalam keagamaan merupakan suatu

hal yang penting. Selain untuk kegiatan keagamaan

dalam ziarah juga dapat menambah pengetahuan akan

sejarah dan sebagai tempat berwisata dan beragamnya

para peziarah dalam memaknai ziarah yang dilakukan

dimakam-makam yang mereka anggap sakral. Selain itu,

mereka juga melakukan ritual khusus dihari-hari yang

mereka anggap sakral untuk melakukan ritual atau

upacara. Ketertarikan dalam meneliti kegiatan ziarah

ke makam ini karena selalu ramai dengan wisatawan

atau peziarah di zaman yang modern ini.

11

Di dalam kompleks makam Troloyo yang berada di

desa Sentonorejo, kecamatan Trowulan, Kabupaten

Mojokerto terdapat makam Syech Jumadil Kubro yaitu

kakek dari Sunan Ampel atau juga sesepuh dari Wali

Songo. Kepercayaan masyarakatlah yang membuat ziarah

ke makam ini tetap ramai dikunjungi untuk mencari

berkah, karena orang-orang yang dimakamkan dianggap

memiliki karisma semasa hidupnya.

Dalam kehidupan masyarakat Jawa tidak bisa

dipungkiri bahwa sampai saat ini kepercayaan

terhadap hal-hal tertentu seperti kepercayaan

terhadap mistik-mistik yang berkembang masih tetap

ada. Mistik yang berkembang di masyarakaat secara

tidak langsung berpengaruh pula pada tindakan religi

yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh

ketenangan. Adapun cara-cara yang bisa ditempuh oleh

masyarakat untuk memproleh ketenangan tersebut

antara lain dengan melakukan laku-laku tertentu

seperti dengan berziarah ke makam, bertapa maupun

slametan. Jadi tidak mengherankan jika dalam tradisi

12

larung sesaji yang dilakukan masyarakat masih

memusatkan kegiatan di makam, utamanya dalam hal

pembacan doa-doa sebelum tumpeng dilarung. Seperti

yang dijelaskan dalam religi orang Jawa bahwa sistem

budaya agama kejawen diturunkan secara lisan namun

sebagian yang penting ada pula dalam karya

kasusastraan yang dianggap keramat dan bersifat

moralis. Dan orang agami jawi dalam beraktivitas

lebih cenderung dipengaruhi oleh keyakinan, konsep,

pandangan dan nilai budaya serta norma yang ada di

alam pikir mereka. sedangkan untuk pengetahuan yang

lebih mendalam diperoleh dari buku keramat, dukun,

modin dan kiyai ataupun seorang guru

(Koentjaraningrat: 1994)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah

dipaparkan di atas, tentunya timbul suatu pertanyaan

yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian ini,

yakni mendeskripsikan tentang ketertarikan wisatawan13

mengunjungi Makam Troloyo yang selalu ramai dan

tidak sepi dari wisatawan sekitar daerah makam

maupun wisatawan luar daerah, serta tanggapan

motivasi masyarakat sekitar untuk memajukan Makam

Troloyo yang tetap ramai oleh wisatawan.

Masalah penelitian diperjelas dengan pertanyaan

sebagai berikut:

Bagaimana persepsi peziarah dan motivasi mereka

mengunjungi Makam Troloyo?

Bagaimanakah pengaruh keberadaan Makam Troloyo

terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat

sekitar makam?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini mengacu pada rumusan

masalah yang telah ditetapkan, mendeskripsikan

persepsi peziarah terhadap Makam Troloyo dan

motivasi mereka mengungi makam tersebut.

Mendeskripsikan pengaruh keberadaan Makam Troloyo14

terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat sekitar

makam. Selain itu juga memperkenalkan keberadaan

Makam Troloyo sebagai salah satu obyek ziarah yang

terdapat di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan,

Kabupaten Mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis

yang bisa diambil adalah selain untuk dapat menjawab

rumusan masalah yang telah ditentukan peneliti, juga

mampu memberikan gambaran kenapa banyak peziarah

atau wisatawan memilih berziarah ke Makam Troloyo

yang didalamnya mengaitkan dengan unsur agama dan

apa yang memotivasi mereka untuk melakukan ziarah

tersebut. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh

kehidupan masyarakat sekitar makam yang saling

15

keterkaitan dengan peziarah yang melakukan ziarah ke

Makam Troloyo. Sedangkan manfaat praktis yang bisa

diambil adalah bahwa dengan adanya penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan wawasan maupun bahan

pertimbangan bagi pembaca dan masyarakat luas agar

dapat melihat dan menilai setiap fenomena yang

terjadi dalam masyarakat seobyektif mungkin tanpa

terjadinya kesalahpahaman di masyarakat, dan dapat

memberi masukan terhadap masyarakat untuk memajukan

wisata religi yang ada agar semakin banyak wisatawan

atau peziarah berdatangan di komplek Makam Troloyo.

1.5 Kerangka Teori

Etnografi dikenal dengan uraian rinci atau thick

description, yang dilakukan para etnograf jika menguji

kebudayaan menurut perspektif ini ialah suatu seri

penafsiran terhadap kehidupan, pengertian akal sehat

yang rumit dan sukar dipisahkan satu dari yang

lainnya. Tujuan etnografi sendiri adalah mengalami

pengertian bahwa pemeranserta kebudayaan16

memperhitungkan dan menggambarkan pengertian baru

untuk pembaca dan orang luar. Etnografi pada

dasarnya merupakan bidang yang sangat luas dengan

variasi yang sangat besar dari praktisi dan metode,

pendekatan etnografi secara umum adalah pengamatan-

berperan serta sebagai bagian dari penelitian

lapangan (Moleong, 2005: 23).

Motivasi wisata terbagi menjadi empat yang

telah disampaikan pada latar belakang diatas dalam

menganalisis penelitian ini dapat menggunakan Social

motivation atau interpersonal motivation, motivasi yang

bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan

keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal

yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah,

pelarian dari situasi-situasi yang membosankan, dan

sebagainya. Motivasi wisata ini lebih membahas

kearah apa motif wisatawan untuk mengunjungi tempat-

tempat yang dapat menjalin hubungan dengan orang

lain dan kunjungan terhadap tempat-tempat yang dapat

mendatangkan gengsi, seperti halnya ziarah,

17

wisatawan yang mengunjunginya memiliki motivasi

untuk mendatangkan gengsi karena dengan mereka

mengunjungi tempat-tempat yang dianggap keramat

ataupun mengandung unsur religi yang jarang atau

sulit untuk mendatanginya maka mereka dapat

meningkatkan gengsi. Selain itu, ziarah juga dapat

membuat wisata memperoleh ketenangan batin karena

dapat menjadi pelarian terhadap situasi-situasi yang

membosankan, karena dalam keseharian mereka.

Teori Fungsionalisme yang telah dikemukakan

oleh Malinowski menekankan bahwa bagaimana

mengetahui hubungan antara institusi-institusi atau

struktur-struktur suatu masyarakat sehingga dapat

membentuk suatu sistem yang bulat. Dengan kata lain,

bahwa fungsionalisme membawa kita memikirkan sistem

sosial-budaya sebagai semacam organisme, yang

bagian-bagiannya tidak hanya saling berhubungan

tetapi juga memberikan andil bagi pemeliharaan,

stabilitas, dan kelestarian hidup untuk mencapai

keharmonisan (Koentjoroningrat, 2002:76). Dalam

18

konteks wisata teori ini dapat dijadikan acuan

karena dapat mengetahui bagaimana hubungan antara

masyarakat sekitar tempat wisata, wisatawan, dan

tempat wisata itu sendiri saling berhubungan dan

saling ketergantungan, yang dapat menciptakan

keseimbangan dan tercapainya kerhamonisan di dalam

sistem tersebut. Kebudayaan dari sudut pandang

fungsionalisme dipandang sebagai aktivitas manusia

yang dimaksudkan memuaskan suatu rangkaian dari

sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan

dengan keseluruhan kehidupannya, dapat dijadikan

contoh yaitu ziarah makam leluhur, dengan ziarah

dapat memuaskan nalurinya akan ketenangan batin.

Dalam buku Sosiologi pariwisata juga disebutkan

tentang karekteristik wisatawan yang dapat saya

jadikan acuan untuk melihat karekteristik wisatawan

yang ada di makam Troloyo. Orang yang melakukan

perjalanan wisata disebut wisatawan. Batasan

terhadap wisatan juga sangat bervariasi, mulai dari

yang umum sampai dengan yang sangat teknis spesifik.

19

Dalam batasan tersebut selanjutnya dibedakan menjadi

dua, yaitu wisatawan (tourist) adalah mereka yang

mengunjungi daerah atau tempat wisata lebih dari

24jam dan pelancong atau pengunjung (excursionists),

yaitu mereka yang tinggal di tujuan wisata kurang

dari 24 jam.

James P. Spradley membatasi definisi kebudayaan

dengan pengetahuan yang dimiliki bersama, dengan

tidak menghilangkan perhatian pada tingkah laku,

adat, objek, atau emosi. Peneliti mengamati tingkah

laku, tetapi lebih dari itu peneliti harus

menyelidiki makna tingkah laku itu. Peneliti melihat

berbagai artefak dan objek alam, tetapi lebih

daripada itu peneliti juga harus menyelidiki makna

yang diberikan oleh orang-orang terhadap berbagai

objek itu. Peneliti mengamati dan mencatat berbagai

kondisi emosional, tetapi lebih daripada itu

peneliti juga menyelidiki makna rasa takut, cemas,

marah, dan berbagai perasaan lain (Spradley, 1997)

20

Semua agama di dunia menurut Otto terpusat pada

suatu konsep tentang hal yang gaib (misterius) yang

dianggap maha dahsyat dan keramat oleh manusia.

Sifat dari hal yang gaib serta keramat adalah maha

abadi, maha bijaksana, tidak terlihat, tidak

terbatas, dan sebagainya yang tidak bisa tercakup

oleh pemikiran manusia. Sifat-sifat hal yang gaib

tadi menimbulkan sikap kagum terpesona, selalu akan

menarik perhatian manusia dan mendorong timbulnya

hasrat untuk menghayati rasa bersatu dengannya

(Koentjaraningrat, 1987: 65).

Menurut I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri dalam

bukunya yang berjudul “Sosiologi Pariwisata” (2005:

60) mengatakan motivasi merupakan faktor penting

bagi calon wisatawan di dalam mengambil keputusan

mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.

Calon wisatawan akan mempersepsikan daerah tujuan

wisata yang memungkinkan, di mana persepsi ini

dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman

sebelumnya, dan informasi yang didapatkannya.

21

Menurut R.G. Soekadijo dalam bukunya yang

berjudul “Anatomi Pariwisata” (2000:43) mengatakan

motif spiritual dan wisata spiritual (spiritual tourism)

merupakan salah satu tipe wisata yang tertua.

Sebelum orang mengadakan perjalanan untuk rekreasi,

bisnis, olahraga dan sebagainya, orang sudah

mengadakan perjalanan untuk ziarah (pariwisata

ziarah) atau untuk keperluan keagamaan lain.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa

Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten

Mojokerto. Makam Troloyo ini kira-kira 750 meter

di sebelah selatan Candi Kedaton dan Sumur Upas,

selain itu juga dekat dengan obyek wisata candi

lainnya seperti candi Bajangratu, candi Tikus,

kolam Segaran, candi Brahu, dari peninggalan

Kerajaan Mojopahit. Daerah Trowulan ini sangat

22

potensial sekali menjadi tujuan wisata budaya

dan sejarah, yang bisa dijadikan juga sebagai

obyek penelitian.

Alasan kenapa peneliti memilih kawasan

wisata religi makam Troloyo yang berada di desa

Sentonorejo, kecamatan Trowulan, Kabupaten

Mojokerto, karena dari obyek wisata yang ada di

Trowulan makam Troloyo yang paling sering

dikunjungi wisatan yang dipercayai sebagai

sesepuh dari walisanga.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian yang dilakukan ini bersifat

kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan data

berupa pernyataan mengenai isi, sifat, ciri,

keadaan dari suatu gejala, serta pernyataan

mengenai hubungan antara sesuatu dengan sesuatu

yang lain. Pendekatan kualitatif biasanya berupa

nilai-nilai, norma-norma dan aturan-aturan,

kategori-kategori sosial budaya, cerita,

23

percakapan, pola perilaku dan interaksi sosial,

organisasi sosial, dan lingkungan fisik.

Pendekatan yang mengkaji tentang

Pariwisata, pendekatan pertama adalah Advocacy,

pendekatan ini mendukung pariwisata dan

menekankan keuntungan ekonomis dari pariwisata.

Pendekatan Cautionary adalah pendekatan pariwisata

yang dapat mengakibatkan banyak kerugian dalam

aspek sosio-ekonomi yang menyebabkan

komersialisasi budaya. Ketiga adalah pendekatan

Adaptancy, menyebutkan bahwa pengaruh negative

pariwisata dapat dikontrol dengan mencari bentuk

lain perkembangan pariwisata, cara berpikir baru

ini berdasarkan pandangan bahwa alam dan budaya

dapat digabungkan dalam satu konteks. Keempat

adalah pendekatan Developmental yaitu yang

menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan

dengan keadaan masyarakat tuan rumah dan peka

akan selera masyarakat tuan rumah tersebut

(Spillane, 1994:28).

24

Agar memperoleh informasi yang akurat

mengenai penelitian ini dilakukan dengan cara

pengamatan langsung dan wawancara yang disertai

dengan catatan lapangan. Dimana dengan teknik

tersebut akan dapat menghasilkan data ilmiah

yang otentik dan validitasnya dapat

dipertanggung jawabkan.

1.6.2.1 Data Pokok

1.6.2.1.1 Observasi (Pengamatan Langsung)

Metode Pengamatan merupakan metode

pertama-tama yang digunakan dalam melakukan

penelitian ilmiah. Mulanya diarahkan pada

usaha untuk memperoleh sebanyak mungkin

pengetahuan mengenai lingkungan alam.

Metode pengamatan merupakan teknik atau

cara yang lazim digunakan oleh seorang

peneliti guna melihat, mengamati dan mencatat

berbagai fenomena yang menjadi obyek

25

penelitian yang ada di lapangan selama

penelitian berlangsung. Dimana pengamatan

yang dilakukan umumnya diawali dengan

pengamatan tentang perihal yang terjadi di

sekitar masyarakat yang menjadi obyek

penelitian. Kemudian kita menelaah hal yang

menjadi fenomena sosial yang tengah menjadi

sorotan masyarakat yang tentunya sesuai

dengan obyek penelitian kita.

Observasi sebagai pengumpul data adalah

pengamatan yang memiliki sifat-sifat:

Dilakukan sesuai dengan tujuan

penelitian yang telah dirumuskan

terlebih dahulu

Direncanakan secara sistematis

Hasilnya dicatat dan diolah sesuai

dengan tujuan penelitian tersebut.

Dalam suatu penelitian kualitatif

lazimnya yang diobservasi adalah suatu

26

situasi sosial tertentu. Setiap situasi

sosial setidak-tidaknya mempunyai 3 elemen

utama, yaitu:

1. lokasi/fisik tempat situasi sosial

berlangsung

2. manusia pelaku (actors) yang

menduduki status dan posisi

tertentu dan memainkan peranan-

peranan tertentu

3. kegiatan atau aktivitas para pelaku

pada lokasi/tempat berlangsungnya

suatu situasi sosial

1.6.2.1.2 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik

untuk mengumpulkan data, yaitu untuk

mendapatkan informasi dengan cara bertanya

langsung kepada subyek yang diwawancara.

Wawancara merupakan percakapan antara dua

orang atau lebih dan berlangsung antara

27

narasumber dan pewawancara. Wawancara

berfungsi sebagai penggali data yang lebih

detail tentang berbagai informasi yang

berkaitan dengan obyek penelitian.

Maksud dari wawancara ini adalah untuk

mengumpulkan seluruh keterangan yang

diperlukan. Pelaksanaan wawancara tidak hanya

sekali atau dua kali, melainkan berulang-

ulang dengan intensitas yang tinggi. Untuk

memfokuskan wawancara, diperlukan catatan

daftar pokok-pokok pertanyaan yang disebut

pedoman wawancara (interview guide).

Dengan pedoman wawancara yang digunakan

sebagai penuntun, kondisi ini memungkinkan

proses wawancara berlangsung dengan santai

dan terkesan akrab. Sehingga ketika proses

wawancara telah menciptakan kondisi yang

intens, maka informasi yang dihasilkan akan

lebih detail.

1.6.2.2 Data Pendukung28

Pemanfaatan data–data sekunder adalah

untuk mendapatkan informasi yang bersifat

tetap, biasanya yang berhubungan dengan

keadaan fisik lokasi penelitian. pemanfaatan

buku–buku referensi yang terdapat di tempat

tertentu (ruang rujukan, perpustakaan) atau

atas saran informan dimana dapat memperoleh

buku tersebut; makalah–makalah yang menunjang

dan relevan, serta majalah dan tabloid yang

memuat tema besar penelitian kali ini. Teknik

pengumpulan data ini dapat juga dilakukan

dengan cara mengutip, mencatat arsip–arsip,

dokumen resmi, hasil penelitian terdahulu,

maupun data yang berlaku sekarang dan yang

berkaitan dan diperlukan dalam penelitian

ini.

1.6.3 Teknik Pemilihan Informan

Untuk memperoleh kedalaman materi yang

disajikan serta validitas data yang diperoleh,29

maka pemilihan informan menjadi sesuatu yang

sangat penting mengingat dari merekalah awal

mula data diperoleh dan dikembangkan dalam

proses selanjutnya. Subjek pada penelitian ini

adalah informan, dimana informan adalah orang

yang akan memberikan berbagai informasi yang

diperlukan selama proses penelitian.

Pemilihan informan dilakukan menurut

kriteria yang dikemukakan oleh Spradley, yaitu:

(1) melalui enkulturasi penuh, bahwa informan

benar-benar mengetahui keadaan budayanya,

individu yang menguasai atau memahami sesuatu

melalui proses enkulturasi sehingga sesuatu itu

bukan sekedar diketahui tetapi juga dihayati;

(2) keterlibatan secara langsung, individu yang

masih/sedang berkecimpung atau terlibat dalam

kegiatan yang tengah diteliti, informan terlibat

langsung di lingkungan tersebut; (3) suasana

budaya yang tidak dikenal, individu yang

tergolong asing bagi peneliti sehingga lebih

30

menggairahkan untuk dijadikan narasumber,

informan memberikan informasi budaya yang tidak

dikenal peneliti sebelumnya; (4) mempunyai waktu

yang cukup, informan mempunyai waktu yang cukup

untuk wawancara; (5) tidak menganalisa, tidak

cenderung menyampaikan informasi hasil

kemasannya sendiri (tidak diolah terlebih

dahulu). Dengan demikian informan dalam

penelitian ini ditentukan secara sengaja dengan

ketentuan bahwa yang dipilih sebagai informan

adalah orang yang mengetahui objek penelitian

kami (Spradley, 1997).

1.6.4 Teknik Analisis Data

Penggunaan metode analisis tertentu sangat

ditentukan oleh masalah penelitian dan kerangka

teori atau paradigma yang digunakan, dan dalam

hal ini bimbingan dari kerangka teori sangat

penting, sehingga dalam analisis kualitatif

hubungan antara kerangka teori (asumsi, model,31

dan konsep-konsep) dengan metode analisis terasa

lebih erat, lebih kuat, daripada dalam

penelitian yang menggunakan banyak data

kuantitatif. Paradigma yang digunakan juga harus

dapat tercermin dalam hasil analisis yang

diberikan.

Analisis data yang akan digunakan adalah

strategi analisis kualitatif. Metode analisis

data kualitatif pada dasarnya sangat memerlukan

kemampuan untuk menemukan persamaan-persamaan

dan perbedaan di antara data kualitatif, dan ini

hanya dapat dilakukan apabila konsep-konsep

teoritis yang digunakan didefinisikan dengan

baik.

Strategi ini dimaksudkan bahwa analisis

bertolak dari data dan bermuara pada simpulan-

simpulan umum. Di dalam penelitian ini,

kesimpulan umum itu bisa berupa kategorisasi

maupun proposisi. Untuk membangun proposisi atau

teori dapat dilakukan dengan analisis induktif.

32

Sesuai hal tersebut dapatlah kita menarik garis

bahwa analisis data pada penelitian kualitatif

berfungsi untuk mengorganisasikan data. Data

yang tekumpul banyak sekali dan terdiri dari

catatan lapangan, foto dokumentasi, biografi,

artikel dan sebagainya. Strategi analisis data

dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, dan mengkategorikannya.

Dalam analisis, data tersebut akan

dikaitkan dengan acuan teoritik yang relevan dan

sesuai dengan masalah yang dibahas dan sesuai

dengan perkembangan di lapangan. Yaitu dengan

menggambarkan, menjelaskan dan menguraikan

secara detail atau mendalam dan sistematis

tentang keadaan yang sebenarnya, yang kemudian

akan ditarik suatu kesimpulan sehingga diperoleh

suatu penyelesaian masalah penelitian yang

diinginkan.

33

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

2.1 DESKRIPSI WILAYAH TROWULAN

Trowulan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten

Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia yang memiliki

luas 2.468.360 Ha. Kecamatan ini terletak di

bagian barat Kabupaten Mojokerto, berbatasan

dengan wilayah Kabupaten Jombang. Trowulan

terletak di jalan utama yang menghubungkan

Surabaya-Solo.

Penggalian yang pernah dilakukan di sekitar

Trowulan menunjukkan sebagian dari situs yang

masih terkubur lumpur sungai dan endapan vulkanik

34

beberapa meter di bawah tanah akibat meluapnya

sungai Brantas dan aktivitas gunung Kelud.

Beberapa situs arkeologi tersebar di sekitar desa

Trowulan. Beberapa dalam keadaan rusak, sedangkan

beberapa situs lainnya telah dipugar. Sebagian

situs arkeolog yang sudah ditemukan dan dipugar

antara lain:

a. Candi Tikus adalah kolam pemandian ritual

(petirtaan). Kolam ini mungkin menjadi temuan

arkeologi paling menarik di Trowulan. Nama

Candi Tikus diberikan karena pada saat

ditemukan tahun 1914, situs ini menjadi sarang

tikus. Dipugar menjadi kondisi sekarang ini

pada tahun 1985 dan 1989, kompleks pemandian

yang terbuat dari bata merah ini berbentuk

cekungan wadah berbentuk bujur sangkar. Di sisi

utara terdapat sebuah tangga menuju dasar

kolam. Struktur utama yang menonjol dari

dinding selatan diperkirakan mengambil bentuk

gunung legendaris Mahameru. Bangunan yang tidak

35

lagi lengkap ini berbentuk teras-teras persegi

yang dimahkotai menara-menara yang ditata dalam

susunan yang konsentris yang menjadi titik

tertinggi bangunan ini.

b. Bajang Ratu adalah sebuah gapura dari bahan

bata merah yang diperkirakan dibangun pada

pertengahan abad ke-14 M. Bentuk bangunan ini

ramping menjulang setinggi 16,5 meter yang

bagian atapnya menampilkan ukiran hiasan yang

rumit. Bajang Ratu dalam bahasa Jawa berarti

Raja (bangsawan) yang kerdil atau cacat.

Tradisi masyarakat sekitar mengkaitkan

keberadaan gapura ini dengan Raja Jayanegara,

raja kedua Majapahit. Berdasarkan legenda

ketika kecil Raja Jayanegara terjatuh di gapura

ini dan mengakibatkan cacat pada tubuhnya. Nama

ini mungkin juga berarti "Raja Cilik" karena

Jayanegara naik takhta pada usia yang sangat

muda. Sejarahwan mengkaitkan gapura ini dengan

Crenggapura (Cri Ranggapura) atau Kapopongan di

Antawulan (Trowulan), sebuah tempat suci yang36

disebutkan dalam Negarakertagama sebagai

pedharmaan (tempat suci) yang dipersembahkan

untuk arwah Jayanegara yang wafat pada 1328.

c. Wringin Lawang terletak tak jauh ke selatan

dari jalan utama di Jatipasar. Dalam bahasa

Jawa, "Wringin Lawang" berarti "Pintu

Beringin". Gapura agung ini terbuat dari bahan

bata merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan

tinggi 15,5 meter. Diperkirakan dibangun pada

abad ke-14. Gerbang ini lazim disebut bergaya

'Candi Bentar' atau tipe gerbang terbelah. Gaya

arsitektur seperti ini mungkin muncul pada era

Majapahit dan kini banyak ditemukan dalam

arsitektur Bali. Kebanyakan sejarahwan sepakat

bahwa gapura ini adalah pintu masuk menuju

kompleks bangunan penting di ibu kota

Majapahit. Dugaan mengenai fungsi asli bangunan

ini mengundang banyak spekulasi, salah satu

yang paling populer adalah gerbang ini diduga

menjadi pintu masuk ke kediaman Mahapatih Gajah

Mada.37

d. Candi Brahu ini merupakan satu-satunya bangunan

suci tersisa yang masih cukup utuh dari

kelompok bangunan-bangunan suci yang pernah

berdiri di kawasan ini. Menurut kepercayaan

masyarakat setempat di candi inilah tempat

diselenggarakan upacara kremasi (pembakaran

jenazah) empat raja pertama Majapahit. Meskipun

dugaan ini sulit dibuktikan, namun bukti fisik

menunjukkan bangunan ini merupakan bangunan

suci peribadatan yang diduga adalah bangunan

suci untuk memuliakan anggota keluarga kerajaan

yang telah wafat. Di dekat candi Brahu terdapat

reruntuhan Candi Gentong.

e. Makam Putri Cempa adalah sebuah makam bercorak

Islam yang dipercaya masyarakat setempat

merupakan makam salah satu istri atau selir

raja Majapahit yang berasal dari Champa.

Menurut tradisi lokal, Putri Cempa (Champa)

yang wafat tahun 1448 adalah seorang muslimah

yang menikahi salah seorang raja Majapahit

38

terakhir yang akhirnya berhasil dibujuknya

untuk masuk Islam.

f. Kolam Segaran adalah kolam besar berbentuk

persegi panjang dengan ukuran 800 x 500 meter

persegi. Nama Segaran berasal dari bahasa Jawa

'segara' yang berarti 'laut', menurut

masyarakat setempat mengibaratkan kolam besar

ini sebagai miniatur laut. Tembok dan tanggul

bata merah mengelilingi kolam yang sekaligus

memberi bentuk pada kolam tersebut. Saat

ditemukan oleh Maclain Pont pada tahun 1926,

struktur tanggul dan tembok bata merah

tertimbun tanah dan lumpur. Pemugaran dilakukan

beberapa tahun kemudian dan kini kolam Segaran

difungsikan oleh masyarakat setempat sebagai

tempat rekreasi dan kolam pemancingan. Fungsi

asli kolam ini belum diketahui, akan tetapi

penelitian menunjukkan bahwa kolam ini memiliki

beberapa fungsi, antar lain sebagai kolam

penampungan untuk memenuhi kebutuhan air bersih

penduduk kota Majapahit yang padat, terutama39

pada saat musim kemarau. Dugaan lainnya adalah

kolam ini digunakan sebagai tempat mandi dan

kolam latihan renang prajurit Majapahit,

disamping itu kolam ini diduga menjadi bagian

taman hiburan tempat para bangsawan Majapahit

menjamu para duta dan tamu kerajaan.

g. Candi Menak Jingga bangunan yang kini hanya

tersisa reruntuhannya berupa bebatuan yang

terpencar dan fondasi dasar bangunan yang masih

terkubur di dalam tanah. Pemugaran tengah

berlangsung. Keunikan bangunan ini adalah

bangunan ini terbuat dari batu andesit pada

lapisan luarnya, sedangkan bagian dalamnya

terbuat dari bata merah. Hal yang paling

menarik dari bangunan ini adalah pada bagian

atapnya terdapat ukiran makhluk ajaib yang

diidentifikasi sebagai Qilin, makhluk ajaib

dalam mitologi China. Temuan ini mengisyaratkan

bahwa terdapat hubungan budaya yang cukup kuat

antara Majapahit dengan Dinasti Ming di China.

Tradisi setempat mengkaitkan reruntuhan ini40

dengan pendopo (paviliun) Ratu Kencana Wungu,

ratu Majapahit dalam kisah Damarwulan dan Menak

Jingga.

h. Makam Troloyo ditemukan beberapa batu nisan

bercorak Islam. kebanyakan batu nisan berangka

tahun 1350 dan 1478. Temuan ini membuktikan

bahwa komunitas muslim bukan hanya telah hadir

di Jawa pada pertengahan abad ke-14, tapi juga

sebagai bukti bahwa agama Islam telah diakui

dan dianut oleh sebagian kecil penduduk ibu

kota Majapahit. Penduduk setempat percaya bahwa

di makam Troloyo terdapat makam Raden Wijaya,

dan setiap Jumat Legi diadakan ziarah di makam

ini.

2.1.1 SEJARAH TROWULAN

Di Kecamatan Trowulan terdapat puluhan situs

seluas hampir 100 kilometer persegi berupa

bangunan, temuan arca, gerabah, dan pemakaman

peninggalan Kerajaan Majapahit. Diduga kuat, pusat

41

kerajaan berada di wilayah ini yang ditulis oleh

Mpu Prapanca dalam kitab Kakawin Nagarakretagama dan

dalam sebuah sumber Cina dari abad ke-15. Trowulan

dihancurkan pada tahun 1478 saat Girindrawardhana

berhasil mengalahkan Kertabumi, sejak saat itu

ibukota Majapahit berpindah ke Daha.

Kitab Negarakertagama menyebutkan deskripsi

puitis mengenai keraton Majapahit dan lingkungan

sekitarnya, tetapi penjelasannya hanya terbatas

pada perihal upacara kerajaan dan keagamaan. Detil

keterangannya tidak jelas, beberapa ahli arkeologi

yang berusaha memetakan ibu kota kerajaan ini

muncul dengan hasil yang berbeda-beda.

Penelitian dan penggalian di Trowulan di masa

lampau dipusatkan pada peninggalan monumental

berupa candi, makam, dan petirtaan (pemandian).

Belakangan ini penggalian arkeologi telah

menemukan beberapa peninggalan aktivitas industri,

perdagangan, dan keagamaan, serta kawasan

permukiman dan sistem pasokan air bersih. Semuanya

42

ini merupakan bukti bahwa daerah ini merupakan

kawasan permukiman padat pada abad ke-14 dan ke-

15.

2.1.2 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Desa Sentonorejo adalah salah satu desa di

Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, yang

mempunyai luas areal 164,180 Ha, terdiri dari:

a. Luas areal sawah : 49.741 Ha

b. Perkebunan : 37.000 Ha

c. Pekarangan atau Perkebunan : 66.955 Ha

d. Lain-lain : 10,484 Ha

Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Perbatasan sebelah timur : Desa Temon

b. Perbatasan sebelah Barat : Kabupaten Jombang

c. Perbatasan Sebalah Selatan : Desa Pakis

d. Perbatasan Sebelah Utara : Desa Trowulan

43

Desa Sentonorejo adalah merupakan salah satu desa

lokasi PNPM-Mandiri Pariwisata Tahun 2010. Desa

tersebut sudah mempunyai Kantor Desa, Balai Desa yang

dipergunakan untuk kegiatan pemerintahan Desa. Kantor

Desa Sentonorejo buka setiap hari kerja, sedangkan

Balai desa digunakan untuk kegiatan pertemuan /rapat

desa. Desa tersebut telah mempunyai lembaga

pemerintahan desa seperti halnya BPD yang tugasnya

membantu sebagai mitra kerja pemerintahan desa. Aparat

desa Sentonorejo sudah lengkap, yaitu meliputi Kepala

desa, Sekretaris desa, Kepala Urusan dan Kepala Dusun

yang melaksanakan kegiatan pelayanan masyarakat setiap

hari.

2.1.3 KEADAAN DEMOGRAFI

Desa Sentonorejo Kecamatan Trowulan,

Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur. Dimana

jumlah penduduknya terdiri dari 3.547 jiwa atau

1.066 kepala keluarga (KK) dengan jumlah laki-laki

1.747 jiwa dan perempuan 1.800 jiwa. Dengan44

jumlah penduduk yang berjumlah 3.547 jiwa

berdasarkan pemetaan sosial dari analisis

penyebab kemiskinan yang telah dilakukan didapat :

a. Jumlah penduduk prasejahtera : 984 jiwa

b. Jumlah penduduk menengah : 1795 jiwa

Jumlah penduduk sejahtera : 768 jiwa Dari

data tersebut diatas, maka jumlah penduduk yang

merupakan penduduk prasejahtera sebesar 30% dari

jumlah penduduk yang ada di desa Sentonorejo

Dengan prosentase penduduk prasejahtera diatas ,

maka desa Sentonorejo merupakan desa yang memiliki

SDM yang cukup. Hal ini dapat dibuktikan dari data

penduduk desa Sentonorejo berdasarkan tingkat

pendidikan, sebagai berikut :

a. Sarjana : 75 jiwa

b. SLTA : 1.324 jiwa

c. SLTP : 565 jiwa

d. SD : 473 jiwa

e. Lain-lain : 1.110 jiwa

45

Pada tingkat pendidikan yang demikian

disebutkan diatas maka mempengaruhi mata

pencaharian penduduk desa Sentonorejo. Dimana

sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah

sebagai buruh tani dan dipercetakan batu merah

dengan prosentase 50% Adapun rincian mata

pencaharian penduduk desa Sentonorejo adalah

sebagai berikut :

a. Buruh tani : 670 jiwa

b. Pencetak Bata Merah :750 jiwa

c. Petani : 800 jiwa

d. Peternak : 5 jiwa

e. Pedagang : 450 jiwa

f. PNS : 62 jiwa

g. Jasa : 69 jiwa

h. Pensiunan : 20 jiwa

i. TNI, POLRI : 5 jiwa

j. Lain lain : 706 jiwa

Sementara bila ditinjau dari segi yang lain

yaitu ditinjau dari segi agama dan kepercayaan

46

masyarakat Sentonorejo mayoritas beragama Islam

dengan prosentase sebesar 100% dan dengan rincian

data sebagai berikut :

a. Islam : 3543 jiwa

b. Kristen : 4 jiwa

c. Katolik : - jiwa

d. Hindu : - Jiwa

e. Budha : - Jiwa

2.2 SEJARAH MAKAM TROLOYO

Makam Troloyo berlokasi di Desa Sentonorejo,

Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, merupakan

makam Islam yang ada pada masa Kerajaan Mojopahit,

toleransi Kerajaan Mojopahit terhadap agama Islam

ini membuat makam Islam didirikan di daerah

Mojopahit. Walaupun agama Islam dianggap baru bagi

Majapahit namun sebagai unsur kebudayaan telah

diterima oleh banyak masyarakat.

Troloyo merupakan tempat peristrirahatan bagi

kaum niagawan muslim dalam rangka menyebarkan47

agama Islam kepada Prabu Brawijaya V beserta para

pengikutnya. Di hutan Troloyo tersebut kemudian

dibuat petilasan untuk menandai peristiwa itu.

Tralaya berasal dari kata setra dan pralaya. Setra

berarti tegal atau tanah lapang tempat pembuangan

bangkai (mayat), sedangkan berarti

rusak/mati/kiamat. Kata setra dan pralaya

disingkat menjadai ralaya.

Makam Troloyo adalah bukti keberadaan Islam

di Kerajaan Majapahit. Nisan di makam Troloyo

menjadi tonggak sejarah Islam di pulau Jawa. Pada

nisan di makam Troloyo tertulis tahun 1366M,

1370M, 1407M,1418M, 1427M, 1467M, dan 1475M.

Ditulis dengan aksara Kawi dengan penanggalan

Saka. Terdapat pula nisan dengan tahun 1469M dan

1533M yang ditulis dengan Aksara Arab dengan

penanggalan Hijriah. Hal ini membuktikan bahwa

makam tersebut milik orang Muslim Jawa bukannya

orang asing.

48

Dahulu komplek makam Troloyo berupa sebuah

hutan, seperti hutan pakis yang terletak lebih

kurang 2 Km di sebelah selatannya. Peneliti

pertama kali P.J. Veth, hasil penelitiannya

diterbitkan dalam buku Java II yang diterbitkan

dalam tahun 1878. Kemudian L.C. Damais seorang

sarjana berkebangsaan Perancis, hasil

penelitiannya dibukukan dalam “Etudes Javanaises

I. Les Tombes Musulmanes datees de Tralaya” yang

dimuat dalam BEFEO (Bulletin de Ecole francaise

D’extrement-Orient). Tome XLVII Fas. 2. 1957.

Menurut Damais angka-angka tahun yang terdapat di

komplek makam Troloyo yang tertua berasal dari

abad XIV dan termuda berasal dari abad XVI.

Menurut Damais terdapat kemungkinan makam tersebut

adalah milik bangsawan Majapahit didasarkan pada

bentuk dekorasi makam dan kedekatannya makam

tersebut dengan ibukota Majapahit. Makam

Tumenggung Satim Singomoyo dan makam Tumenggung

Patas Angin di areal makam Troloyo membuktikan

bahwa terdapat bangsawan Majapahit yang telah49

memeluk agama Islam. Letak makam Tumenggung Satim

Singomoyo dan makam Tumenggung Patas Angin berada

sebelum makam Syech Jumadil Qubro

(waliyuallahliveforever.blogspot, 2012, p.7).

2.2.1 MAKAM-MAKAM DI AREA MAKAM TROLOYO

Di dalam kompleks makam Troloyo terdapat dua

kelompok makam. Di bagian depan (tenggara) dan di

bagian belakang (barat laut). Makam di bagian

depan diantaranya kelompok makam petilasan Wali

Sanga, kemudian di sebelah barat daya dikenali

dengan sebutan Syech Mulana Ibrahim, Syech Maulana

Sekah dan Syech Abdul Kadir Jailani, dan ada pula

Syech Jumadil Kubro. Sedang di sebelah utara

Masjid terdapat makam Syech Ngudung atau Sunan

Ngudung. Kompleks makam di bagian belakang

terdapat bangunan makam yang beratap atau bangunan

cungkup dengan dua makam yaitu Raden Ayu Anjasmara

dan Kencana Wungu. Terdapat pula kelompok makam

yang biasa disebut Makam Tujuh atau Kubur Pitu,

sebagai berikut:

50

1. Makam yang dikenal dengan nama Pangeran Noto

Suryo, nisan kakinya berangka tahun dalam huruf

Jawa Kuno 1397 Saka (= 1457 M) ada tulisan arab

dan lambang “Surya Majapahit”.

2. Makam yang dikenal dengan nama Patih Noto

Kusumo, berangka tahun 1349 Saka (1427 M)

bertuliskan Arab yang tidak lengkap dan lambang

“Surya Majapahit”.

3. Makam yang dikenal dengan sebutan Gajah Permodo

angka tahunnya ada yang membaca 1377 Saka tapi

ada yang membaca 1389 Saka, hampir sama dengan

atasnya.

4. Makam yang dikenal dengan sebutan Naya

Genggong, angka tahunnya sudah aus, pembacaan

ada dua kemungkinan tahun 1319 Saka atau tahun

1329 Saka serta terpahat tulisan Arab kutipan

dari surah Ali Imran 182 (menurut Damais 1850).

5. Makam yang dikenal sebagai Sabdo palon,

berangka tahun 1302 Saka dengan pahatan tulisan

Arab kutipan surah Ali Imran ayat 18.

51

6. Makam yang dikenal dengan sebutan Emban

Kinasih, batu nisan kakinya tidak berhias.

Dahulu pada nisan kepala bagian luar menurut

Damais berisi angka tahun 1298 Saka.

7. Makam yang dikenal dengan sebutan Polo Putro,

nisannya polos tanpa hiasan. Menurut Damais

pada nisan kepala dahulu terdapat angka tahun

1340 Saka pada bagian luar dan tulisan Arab

yang diambil dari hadist Qudsi terpahat pada

bagian dalamnya.

BAB III

TEMUAN DATA PADA ZIARAH MAKAM TROLOYO

52

Bab ini mengupas tentang tujuan berwisata religi

atau berziarah ke makam Troloyo. Selain itu bab ini

juga akan membahas tentang aspek-aspek yang melatar

belakangi tujuan para peziarah untuk berziarah ke makam

Troloyo. Masyarakat pada umumnya melihat kegiatan

ziarah adalah suatu kegiatan ritual mengunjungi para

sesepuh mereka dan mendoakannya agar roh yang berada

dimakam dapat tenang. Munculnya kegiatan religi ini

adalah suatu kebiasaan masyarakat pada jaman dulu untuk

mendoakan roh-roh, dan seiring berjalannya waktu

kegiatan ini telah membudaya di banyak masyakat dan

menjadi rutinitas yang dapat dijadwalkan untuk

berziarah.

Wisata ziarah merupakan suatu aktivitas yang sudah

dilakukan masyarakat Indonesia sejak dahulu, dan wisata

tersebut disebut wisata tertua. Seperti kutipan berikut

ini, Motif spiritual dan wisata spiritual (spiritual

tourism) merupakan salah satu tipe wisata yang tertua.

Sebelum orang mengadakan perjalanan untuk rekreasi,

53

bisnis, olahraga dan sebagainya, orang sudah mengadakan

perjalanan untuk ziarah (pariwisata ziarah) atau untuk

keperluan keagamaan lain (Soekadijo, 2000: 43).

Di Jawa sendiri ziarah merupakan suatu wisata yang

sering dilakukan oleh masyarakat, karena kepercayaan

masyarakat yang masih banyak percaya dengan hal-hal

mistik dan juga masih eratnya dengan tindakan religi

yang mereka yakini. Dari keyakinan yang masih mereka

yakini mengunjungi makam yang dianggap pada zaman

dahulu memiliki jasa yang besar terhadap masyarakat

adalah suata tindakan untuk menghormati jasa mereka.

Selain itu, kegiatan berziarah tidak hanya untuk

sekedar kunjungan ke makam keluarga, para wali,

pahlawan, dan orang-orang berjasa lainnya, kedatangan

seseorang ke makam yakni bertujuan untuk mendoakan

orang-orang yang dimakamkan. Hal ini juga memperkuat

yang telah diungkapkan oleh Fortes (1981) tentang

hubungan alam sosial orang hidup dengan alam yang lain

ialah dengan melihat makhluk-makhluk supernatural

sebagai proyeksi dari kekuasaan orang hidup. Peziarah

54

mengunjungi makamSyech Jumadil Kubro karena mempercayai

bahwa beliau adalah orang yang memiliki garis keturunan

dekat Nabi Muhammad, dan kakek dari para Wali yang ada

di Jawa. Hal ini membuat para peziarah dengan fokus

menjalani ziarah dan berdoa di makam tersebut, karena

dianggap dekat dengan Tuhan maka banyak yang berdoa

baik untuk yang ada dimakam maupun untuk diri sendiri.

Seperti apa yang diungkapkan oleh salah satu informan

pak Rozaq berikut ini:

“…Syech Jumadil Kubro adalahketurunan langsung dari Rosulmas, maka dari itu saya berdoadisini karena beliau dekatdengan Allah dan Rosul, biardoa dapat cepat didengar Allahmas…”

Kegiatan ziarah kubur yang dilakukan oleh

masyarakat Jawa dengan mendatangi makam yang mereka

anggap keramat dan mendoakan arwah-arwah yang memiliki

jasa bagi masyarakat sebenarnya hal ini telah

terpengaruh oleh agama Hindu. Kegiatan ziarah yang

dilakukan oleh sebagian umat Islam di komplek makam55

Troloyo adalah suatu bentuk dari akulturasi agama Islam

yang dipengaruhi oleh agama Hindu, dan letak makam

Troloyo berada di pusat kerajaan Mojopahit yang

bercorak Hindu-Budha. Telah diketahui menurut sejarah

pusat kerajaan Mojopahit berada di daerah Trowulan,

yang masih banyak masyarakatnya memeluk agama Hindu dan

Budha. Hal ini yang membuat cukup unik agama Islam

dapat masuk pusat kerajaan Mojopahit dan pada akhirnya

diterima oleh masyarakat dan banyak umat yang

mengikutinya yang membuat percampuran kebudayaan Islam

dan kebiasaan masyarakat Hindu, tetapi dengan tujuan

utama untuk beribadah kepada Allah.

Secara etimologi ziarah kubur terdiri dari dua

suku kata yaitu ziarah yang memiliki arti pergi dan

kubur yang memiliki arti makam, jadi istilah ziarah

kubur berarti pergi kemakam. Dalam terminology Syar’I,

ziarah kubur memilki arti berpergian ke makam untuk

mengambil suatu pelajaran, mendoakan dan meminta ampun

bagi yang dimakamkan dan sekaligus untuk mengingatkan

akhirat kepada peziarah.

56

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,

banyaknya para peziarah yang datang ke makam Troloyo

telah memiliki persepsi dan pandangan yang berbeda-beda

untuk tujuan dan motivasi mereka melakukan kegiatan

ziarah. Persepsi dengan kata lain dapat diartikan suatu

tindakan yang dilakukan untuk memaknai suatu gejala

yang timbul di suatu masyarakat dan mereka melakukan

atas kehendak mereka sendiri.

Dalam perjalanan da’wah dan dagang ke pulau Jawa

Sayyid Jumadil Kubro merasakan banyak kesulitan dalam

melakukan kegiatan menyiarkan dan mengembangan agama

Islam. Hal ini diantaranya disebabkan karena kuatnya

pengaruh ajaran Hindu serta Budha yang didukung

besarnnya pengaruh kerajaan saat itu. Kepercayaan

Animesme (pemuja roh-roh nenek moyang) misalnya serta

kepercayaan Dinamisme (pemuja benda-benda yang dianggap

keramat) merupakan hambatan tersendiri di dalam

mengembangkan ajaran Islam, sehingga masyarakat pada

masa itu sangat sulit untuk dimasuki ajaran Islam.

Terlebih lagi dengan maraknya pemujaan-pemujaan pada

57

roh nenek moyang dan benda-benda yang dianggap punya

keramat atau kekuatan gaib, ini mendatangkan dukungan

kekuatan “istidraj” dari jin, setan, genderuwo dan

sebangsanya banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa

itu. Situasi demikian ini menjadikan sulitnya Sayyid

Jumadil Kubro dalam mengembangkan kegiatan da’wahnya.

Beliau hanya sempat melakukan kegiatan da’wah dan

perdagangannya dari lingkungan kerajaan Hindu satu

kelingkungan kerajaan lainnya secara sembunyi-sembunyi

(Cholil, 2004: 9).

Salah satu tempat yang ramai dikunjungi selain

makam-makam para Walisongo adalah makam Syech Jumadil

Kubro yang berada di komplek makam Troloyo, hal ini

dikarenakan banyaknya peziarah yang mengetahui sejarah

dari beliau yang dianggap sebagai kakeknya para

Walisongo dan ingin mendoakan beliau atau untuk

mengetahui sejarah Syech Jumadil Kubro,dan komplek

makam Troloyo ramai dikunjungi oleh banyak peziarah

yang datang dari berbagai pelosok daerah. Puncak

keramaian makam Troloyo pada malam jumat legi, komplek

58

makam dipenuhi oleh banyak rombongan peziarah yang

berdatangan, seperti Ibu Misti katakan:

”...disini ramainya jumat legiaja mas, pada malam jumatseperti biasanya ramai juga tapipaling ramai pada malam jumatlegi...”

Setiap malam Jumat Legi, banyaknya peziarah baik

yang sendiri maupun yang berkelompok banyak yang

berkeliling dahulu di komplek makam Troloyo, banyak

juga yang langsung ke masjid terlebih dahulu dan

setelah itu menuju makam Syech Jumadil Kubro sebagai

inti ziarah dan melangsungkan tahlil dan doa-doa dengan

adanya yang memimpin doa. Dalam doa pada malam jumat

legi pemimpin doa bisa dari juru kunci makam Troloyo

dan bisa juga pemimpin rombongan peziarah yang ada

dikomplek makam.

3. 1 Aspek-Aspek Dalam Tujuan Berziarah

3. 1.1 Aspek Religi

59

Aspek religi adalah suatu tindakan

perilaku yang mendasari para peziarah

melakukan perjalanan ziarah. Perjalanan

ziarah merupakan suatu tindakan bagi para

peziarah yang didasari atas motivasi dan

dorongan bagi para pelakunya. Dalam setiap

tindakan manusia haruslah sesuai dengan

norma-norma yang ada, salah satunya adalah

norma agama untuk menuntun hidup yang lebih

baik dan tenang secara lahir batin yang

menurut tuntunan kitab suci dan disampaikan

melalui para tokoh agama. Selain itu aspek

religi ini telah menjadikan motivasi

seseorang untuk melakukan wisata religi atau

ziarah ini dengan memiliki tujuan yang

berbeda-beda untuk setiap orang. Perasaan-

perasaan yang dialami diyakini karena adanya

campur tangan Tuhan dan oleh karena itu

mereka meluangkan waktu untuk mendekat

kepada-Nya melalui hal-hal yang dilakukan

peziarah di area makam. Ada beberapa aspek60

religi diantaranya wujud rasa syukur,

menenagkan batin, mendapat barokah, dan

sebagai media pendidikan religi. Berikut ini

adalah beberapa hal yang ada di dalam bagian

dari aspek religi, yaitu:

3. 1.1.1 Wujud Rasa Syukur

Wujud dari rasa syukur atas segala

nikmat dan karunia yang diberikan Tuhan

merupakan suatu kewajiban semua umat beragama

untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan.

Banyak pula cara yang dapat dilakukan untuk

menggambarkan rasa syukur yang dialami dan

dirasakan sepanjang hidup, tidak hanya

melalui ucapan, akan tetapi juga dapat

melalui tindakan-tindakan yang dipercaya

sebagai media perantara untuk mendekatkan

diri dengan Tuhan.

Perjalanan religi atau ziarah dilakukan

atas dasar rasa terima kasih yang begitu

besar terhadap Tuhan yang telah memberikan61

karunia dan nikmat untuk kehidupan ini.

Berkaitan dengan aktivitas para peziarah yang

ada di area makam Troloyo, mereka

mengungkapkan rasa syukur atas segala hal

yang mereka alami selama hidup dan tidak

dapat diukur dengan materi atau apapun yang

mereka capai. Berikut ini adalah penjelasan

dari Pak Rozaq mengenai wujud syukur terhadap

Tuhan.

“… saya kesini karena rasasyukur saya karena Allah telahmemberikan nikmatnya dan agarkuat menjalani ujian yangdiberikan…”

Bagi pak Rozaq ziarah merupakan media untuk

mengungkapkan wujud syukur pada Tuhan atas

nikmat yang sudah diberikan. Semua yang

diperoleh berasal dari hidayah dari Tuhan dan

atas kehendak-Nya, jika Tuhan tidak

berkehendak maka tidak akan diberikan nikmat

dari-Nya, dan beliau percaya apapun yang

62

diberikan adalah suatu hal yang terbaik, baik

dalam bentuk kesehatan, keselamatan,

kemudahan dalam segala urusan, dan percaya

bahwa semua itu merupakan bentuk nikmat dan

karunia Tuhan.

Cara mengungkapkan wujud rasa syukur

tidaklah sekedar di dalam hati dan berdoa,

tetapi dapat dilakukan dengan perbuatan atau

tidakan untuk berterima kasih atas nikmat

dari Tuhan. Salah satu dari wujud rasa syukur

melalui tidakan adalah ziarah, dikarenakan

ziarah adalah suatu tindakan yang didasari

oleh motivasi dari dalam diri pelakunya untuk

mendorong melakukan hal tersebut karena apa

yang diharapkannya sudah terwujud dan

tercapai. Seperti yang dituturkan oleh Pak

Basuki atas wujud rasa syukur yang

dilakukannya:

“…saya merasa bersyukur sekalikarena saya masih diberikankesehatan dan kemudahan dalam

63

menjalani hidup, mankanya sayaziarah dan berdoa datang kesinitiap bulannya biar dapat hidayahdari Allah…”

Bagi Pak Basuki mewujudkan rasa syukur atas

segala sesuatu yang diberikan Tuhan wajib

dilakukan dan bermacam-macam cara untuk

melakukannya. Pak Basuki melakukannya dengan

cara mengunjungi makam Syech Jumadil Kubro

dan berdoa kepada Tuhan, dengan pemikiran

Tuhan telah mendengar doa-doa dan ibadah yang

dilakukannya selama ini dan mewujudkan rasa

syukurnya dengan berziarah ke makam.

Keterangan pak Basuki di atas menjadi

suatu hal yang dinilai penting, bahwa segala

ritual yang dilakukan baik dengan berdoa

maupun beribadah adalah sesuatu yang

mengingatkan bahwa adannya Tuhan. Mengingat

bahwa Tuhan yang menentukan segalanya baik

kesehatan, rejeki, umur, dan lain-lainnya,

menjadikan motivasi dan tujuan tertentu untuk64

melakukan kegiatan ziarah atas dasar

bersyukur dan untuk memenuhi aspek religi

seseorang. Hal tersebut memperkuat pernyataan

Sharpley dalam Wahab (2005) mengatakan

motivasi merupakan faktor penting bagi calon

wisatawan di dalam mengambil keputusan

mengenai daerah tujuan wisata yang akan

dikunjungi. Calon wisatawan akan

mempersepsikan daerah tujuan wisata yang

memungkinkan, di mana persepsi ini dihasilkan

oleh preferensi individual, pengalaman

sebelumnya, dan informasi yang didapatkannya.

Banyaknya peziarah yang melakukan

ibadah dan berdoa di area makam tersebut

sehingga menciptakan suasana yang

religius, suci atau sakral, dan

dikeramatkan. Keramaian yang terdengar di

dalam area makam Troloyo hanyalah

lantunan doa-doa yang sedang dipanjatkan.

Jauh dari aktivitas-aktivitas keseharian

65

yang bersifat keduniawian seperti

misalnya pekerjaan, di dalam area makam

hanya terdapat aktivitas ibadah. I Gde

Pitana dan Putu G. Gayatri (2005)

berpendapat bahwa melakukan praktek

ziarah juga disebut sebagai sacred journey

atau perjalan yang sakral atau suci.

Dianggap sakral hal ini dikarekan terkait

hubungan manusia dengan Tuhan, peranan

aktivitas dalam suatu perjalanan wisata

ziarah khususnya untuk mewujudkan tujuan

bersyukur.

3. 1.1.2 Menenangkan Batin

Aspek lain dari berziarah adalah

ketenangan batin dari para pelaku ziarah.

Ketenangan batin memiliki arti merasakan

ketentraman dalam hati dan pikiran,

keberadaan batin juga mendominasi dalam

segala tindakan keagamaan yang dilakukan.

Dalam hal spiritual ketenangan batin adalah

66

suatu kebutuhan yang perlu diperhatikan agar

dapat fokus dalam memanjatkan doa agar

pikiran dapat tenang. Selain itu ketenangan

batin dan pikiran merupakan suatu tindakkan

yang utama dalam menjalani segala hal agar

dapat berpikir jernih dan fokus terhadap apa

yang dihadapi, seperti misalnya ketika berdoa

dengan tidak adanya ketenangan batin akan

membuat pikiran dan batin seseorang tidak

dapat fokus dengan doa yang dipanjatkan.

Ketenangan batin sendiri dapat

menjadikan kebutuhan yang utama ketika

seseorang dihadapkan pada permasalahan agar

dapat fokus menyelesaikannya. Seperti

contohnya, seseorang yang tidak dapat tenang

dan panik ketika dihadapkan oleh permasalahan

penyakit. Hal yang dapat dilakukan adalah

menenangkan batin agar tidak menjadi beban

pikiran dan agar dapat fokus berdoa dan

67

memohon kesembuhan kepada Tuhan. Seperti yang

dituturkan oleh Pak Basuki berikut ini:

“…saya berziarah kesini untukberdoa dan menenangkan hati danpikiran mas, supaya khusyukberdoa, kalau sudah khusyuknyaman hati ini…”

Bagi Pak Basuki berziarah ke makam Troloyo

merupakan cara yang dianggap benar.

Menjadikan kebutuhan berdoa untuk menenangkan

batinnya pada saat berziarah. Faktor jenuh

dan bosan akan keseharian menjadikan berdoa

di area makam untuk menenangkan pikiran.

Seperti perasaan yang nyaman menemukan suatu

tempat berdoa yang tepat untuk meredam segala

permasalahan yang dialaminya sehari-hari.

Selain keterangan Pak Basuki diatas,

ketenangan batin juga menjadi faktor tujuan

yang penting seperti yang diungkapkan oleh

Pak Mulyono berikut ini:

68

“…biar mendapatkanketenangan pikiran danbatin, jadi segar maspikiran kalau sudahberdoa disini…”

Ziarah telah menjadikan faktor yang penting

untuk menenangkan batin selain dari aspek-

aspek penting lainnya. Ketenangan batin

menjadi suatu tindakan yang tepat untuk

menyegarkan batin dan pikiran dari kesibukan

sehari-hari dan mengembalikan ketenangan

dalam diri manusia. Seperti keterangan dari

Pak Mulyono diatas, dia datang ke komplek

makam Troloyo salah satunya untuk menenangkan

pikiran dan batin dari kesibukan sehari-hari,

agar mendapatkan kesegaran untuk memulai

aktifitasnya dalam keseharian.

Keterangan diatas menjadikan suatu hal

yang penting ketika seseorang dihadapkan oleh

permasalahan atau kegiatan keseharian yang

dapat mengakibatkan kebosanan dan kejenuhan

69

dalam menjalaninya, dengan ketenangan batin

dan pikiran seseorang dapat lebih berpikir

positif dalam menjalani kegiatannya.

Berkaitan dengan berdoa kepada Tuhan dengan

layaknya seseorang haruslah dapat menenangkan

batin agar dapat fokus dengan apa yang sedang

dilakukannya tanpa memikirkan sesuatu yang

lain. Salah satu motif seseorang melakukan

ziarah adalah untuk menemukan ketenangan

batin, hal ini memperkuat keterangan Sharpley

dalam Wahab (2005) Social motivation atau

interpersonal motivation, motivasi yang bersifat

sosial, seperti mengunjungi teman dan

keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-

hal yang dianggap mendatangkan gengsi,

melakukan ziarah, pelarian dari situasi-

situasi yang membosankan, dan sebagainya.

3. 1.1.3 Mendapatkan Barokah

Aspek selanjutnya adalah untuk

mendapatkan barokah. Mendapatkan barokah

70

menjadikan sesuatu yang melekat pada sosok

para wali, hal yang didambakan oleh para

peziarah dan dapat menjadikan tujuan yang

paling utama dalam rangkaian ziarah yang

dilakukan. Para peziarah meyakini bahwa wali

memiliki pengaruh yang baik dan dapat

mendatangkan suatu kebahagian karena

kedekatannya dengan Tuhan dan Rosul.

Peziarah percaya bahwa dengan

mengunjungi dan berdoa di area makam tersebut

akan mendapatkan barokah atau kekuatan mistis

yang dimiliki orang atau tokoh tersebut

kepada mereka yang mendoakannya. Peziarah

haruslah melaksanakan tindakan-tindakan yang

dianjurkan dalam berziarah agar memperoleh

barokah.

Pak Mulyono adalah salah satu seorang

informan yang juga berziarah dalam rangka

ingin mendapatkan berkah, berikut

71

penjelasannya mengenai tujuannya dalam

berziarah:

“…saya datang kesini untukmendapat berkah biarmendapatkan keselamatan kalaukemana-mana…”

Berkah adalah suatu hal yang tidak dilihat

dalam bentuk benda. Seperti yang ditunggu-

tunggu oleh Pak Mulyono, yang dirasakan

melalui perasaannya bahwa dia telah

mendapatkan sesuatu dari aktivitas ziarah.

Ditambah dengan memiliki harapan agar dia

diberikan keselamatan, hal ini yang akan

dipercayai untuk datang ke makam Troloyo lagi

karena merasa telah diberikan berkah

keselamatan dalam hidupnya.

Selain keterangan Pak Mulyono diatas,

berkah atau barokah juga telah menjadikan

motivasi tujuan untuk berziarah yang

dilakukan oleh Pak Rozaq, berikut

72

penjelasannya mengenai tujuannya dalam

berziarah:

“…agar mendapat barokah,karena Syech Jumadil Kubroketurunan dari Rosul dan dekatdengan Allah…”

Menurut keterangan Pak Rozaq diatas, bahwa

Syech Jumadil Kubro yang di makamkan

dikomplek Makam Troloyo adalah keturunan dari

Rosul (Nabi Muhammad) dan mereka juga percaya

bahwa beliau dekat dengan Tuhan. Doa-doa yang

ia panjatkan dipercaya akan sampai pada Tuhan

dan Syech Jumadil Kubro memberikan barokah

atas niatnya beribadah dan berdoa di komplek

makam Troloyo.

Seperti apa yang diungkapkan oleh

Sharpley dalam Wahab yang dikutip oleh

(Pitana dan Gayatri, 2005) bahwa motivasi

adalah trigger atau pemicu dari proses

perjalanan wisata meski seringkali hal

73

tersebut tidak didasari penuh oleh wisatawan

yang bersangkutan. Fenomena wisata ziarah ini

menjelaskan bahwa mendapatkan barokah sebagai

salah satu hal yang memotivasi dalam wisata

ziarah atau religi yang dilakukan oleh

sebagian umat Islam. Hal tersebut terkait

dengan harapan seseorang untuk mendapatkan

timbale balik atas apa yang sudah mereka

lakukan sebagai bentuk ibadah di area makam.

3. 1.1.4 Media Pendidikan Religi

Aspek selanjutnya adalah sebagai media

pendidikan. Pendidikan adalah suatu hal yang

penting dalam masyarakat luas. Ziarah dapat

menjadi suatu media pendidikan untuk

mengetahui sejarah peradaban masa itu dan

agar mengetahui bagaimana sejarah penyebaran

agama Islam pada masa tersebut. Selain itu,

berziarah adalah media pendidikan mental bagi

para siswa dan masyarakat, hal ini

74

dimaksudkan agar mereka dapat dekat dan

selalu ingat akan kebesaran Tuhan.

Pendidikan menurut Mahmud Yunus adalah

usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk

mempengaruhi dan membantu siwa dengan tujuan

peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak

sehingga secara bertahap dapat mengantarkan

kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar

hidup bahagia, serta seluruh apa yang

dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya

dan masyarakat (Masita, 2012). Banyaknya para

pelajar datang untuk berziarah tidak hanya

untuk berdoa semata, tetapi untuk mengetahui

siapa saja yang dimakamkan di area makam

tersebut dan berwisata untuk mengetahui

sejarahnya agar lebih menghargai sejarah.

Selain itu para pelajar mendatangi makam

sebagai media untuk pembentukan akhlaq agar

dapat bertingkah laku baik di lingkungan

masyarakat luas. Selain itu juga para siswa

75

yang berwisata religi atau ziarah dapat

mencontoh sifat-sifat baik dari yang

dimakamkan di makam tersebut, agar memiliki

nilai lebih dalam diri pelajar.

Wisata religi dipilih pelajar agar

mereka dapat mengetahui sejarah Islam yang

ada di Jawa. Selain itu ziarah untuk

mendekatkan diri dan mengingat Tuhan. Seperti

misalnya, banyaknya pelajar yang datang

berziarah selain untuk mengetahui sejarah

yang di dalam area makam, mereka juga berdoa

agar dilancarkan dalam ujian yang akan

datang. Sepeti yang diungkapkan oleh salah

satu siswa yang bernama Rudi berikut ini:

“…iya mas saya kesini samateman-teman banyak tujuannyaberdoa bersama biar dilancarkanuntuk ujian besok dan dapatnilai yang baik…”

76

Ziarah dapat juga dikatakan sebagai media

untuk menjalin kebersamaan antar pelajar

sendiri, seperti yang diungkapkan Rudi di

atas dengan mereka datang bersama maka akan

menjalin kebersamaan antar sesama dan

membangun akhlaq bagi para pelajar dengan

cara berdoa. Kebersamaan sendiri adalah salah

satu hal yang penting bagi para pelajar

karena untuk dapat membangun kepercayaan

antar pelajar itu sendiri dan dapat

mengorganisir teman-temannya. Ziarah

merupakan salah satu media pembelajaran bagi

siswa-siswi yang beraspek spiritual.

Selain sebagai media bagi para pelajar,

ziarah dapat digunakan bagi para orang tua

sebagai media pendidikan untuk para anaknya.

Berwisata religi terdapat banyak keunikan

dari berbagai hal, seperti misalnya berbeda-

beda orang berbeda pula motivasi dan tujuan

melakukan ziarah dan keunikan tersebut dapat

77

diajarkan kepada anak untuk saling

menghormati antar sesama manusia dan yang

seiman. Para orang tua akan lebih mudah untuk

mengajarkan anaknya jika langsung memberikan

contoh nyata dan anak akan lebih mudah untuk

menerima apa yang telah diajarkan oleh orang

tuanya. Selain itu sebagai media pembelajaran

untuk menghormati para arwah yang sudah

dimakamkan dan berdoa agar dapat lebih dekat

dengan Tuhan. Seperti keterangan dari Pak

Jojon yang membawa anaknya ke makam, berikut

ini keterangannya:

“…dapat juga sebagaipembelajaran buat anaksaya, seperti halnyaberdoa dan menghormatiorang lain yang adadisini…”

Pendidikan tidak hanya terdapat pada bangku

sekolah, ziarah pun dapat dijadikan media

pendidikan bagi anak. Seperti yang telah

diungkapkan oleh Pak Jojon yang membawa serta78

anaknya dalam berziarah untuk mengajarkan

berdoa di makam sebagai salah satu cara untuk

mengajari anak menghormati orang yang telah

tiada dan mendoakannya. Selain itu tidak

kalah pentingnya adalah sebagai media

pembelajaran anak untuk lebih menghormati

orang lain yang sedang fokus berdoa di area

makam.

Wisata ziarah juga dapat dijadikan media

pendidikan bagi banyak orang, karena di dalam

makam dapat dilihat dari sejarah yang terjadi

di daerah tersebut. Ziarah merupakan media

untuk dapat mengingat jasa-jasa dari yang di

makamkan di makam tersebut dan mengingatkan

kita atas kebesaran Tuhan. Seperti yang

diungkapkan oleh Fortes yang dikutip dari

Keesing (1981), para ahli Antropologi sosial

dalam studi tentang hubungan alam sosial

orang hidup dengan alam yang lain ialah

dengan melihat makhluk-makhluk supernatural

79

sebagai proyeksi dari kekuasaan orang hidup.

Dalam tradisi fungsionalisme yang mendominasi

antropologi sosial modern, hubungan itu

dilihat sebagai cermin di tingkat

supernatural dari hubungan-hubungan sosial

antar orang hidup. Pada masyarakat Jawa yang

terdapat banyaknya makam-makam para wali,

mendorong banyaknya masyarakat datang

berkunjung atau ziarah ke makam-makam

tersebut untuk menghormati arwah para sesepuh

yang sudah berjasa atau membuat perubahan

yang baik bagi banyak orang.

3.1.2 Aspek Sosial

Bagi sebagian orang, berziarah ke makam

telah menjadi suatu agenda tersendiri yang

harus dilakukan untuk setiap tahunnya dan

juga untuk memenuhi kegiatan keagamaaan atau

kepercayaannya, bahkan sering kali bertujuan

80

diluar tujuan utama, misalnya untuk menjaga

silaturahmi baik antar anggota kelompok

maupun antar individu, hal ini dapat menjadi

alas an utama mengapa rutinitas ziarah

dilakukan.

Terdapat dua aspek sosial yang berkaitan

dengan wisata religi, diantaranya mengenai

identitas sosial dan motivasi para peziarah

mengunjungi makam. Beberapa aspek sosial

tersebut akan dijelaskan berikut ini:

3.1.2.1 Identitas Sosial

Manusia sebagai makhluk yang akan

bertanya mengenai siapa dirinya, berbeda

dengan hewan dan tumbuhan yang tidak memiliki

pikiran seperti manusia. Identitas adalah

sebagai suatu gambaran keunikan diri dari

yang digambarkan oleh orang lain maupun yang

81

diimajinasikan sendiri, mengenai apa dan

siapa dirinya serta apa yang telah

diperbuatnya untuk diri sendiri maupun orang

lain. Identitas dapat pula dipahami sebagai

kemampuan, serta berbagai kekhasan yang

melekat pada diri seseorang.

Peziarah banyak didominasi oleh orang-

orang yang tergabung dalam kelompok-kelompok

yang memiliki keanggotaan dalam suatu

komunitas, meskipun adanya peziarah yang

datang secara perorangan. Mereka ikut serta

dalam wisata ziarah adalah alasan mereka

sebagai anggota, dimana setiap anggota

komunitas setiap tahunnya melakukan wisata

ziarah, dan adanya suatu perasaan yang

mengikat seseorang terhadap komunitas dimana

ia berada dan menjadi anggota. Seperti yang

telah diungkapkan oleh Pak Basuki:

“…sudah agenda darikelompok untuk ziarah, ngakikut sebenarnya ngak apa-

82

apa, tapi sungkan mas,selain ziarah ya pengajiansama kelompok saya…”

Apa yang telah disampaikan oleh Pak Basuki

menunjukan keikutsertaanya dalam berbagai

kegiatan komunitas pengajian dimana ia

bertindak sebagai anggota. Sebagai anggota

akan timbul perasaan segan jika tidak

mengikuti apa yang sudah di agendakan oleh

komunitas tersebut.

Identitas sosial penting adanya sebagai

penanda bahwa seseorang adalah anggota dari

suatu komunitas. Pak Basuki misalnya, anggota

kelompok pengajian yang berasal dari Desa

Tarik, Mojokerto yang melakukan wisata

ziarah. Pernyataan tersebut muncul karena

faktor keturutsertaan Pak basuki dalam

kegiatan wisata religi yang diikuti

kelompoknya dimana ia menjadi salah seorang

anggota. Identitas diri bias dibedakan dengan

83

identitas yang dimiliki orang lain, namun

tidak dapat terpisah dari identitas sosial

seseorang dalam komunitasnya.

3.1.2.2 Motivasi Para Peziarah

Motivasi adalah faktor yang mendorong

seseorang untuk bertindak dengan cara

tertent. Dapat juga dikatakan bahwa motivasi

pada dasarnya adalah suatu kondisi pikiran

yang mendorong seseorang melakukan suatu

tindakan yang mengarah ke pencapaian

kebutuhan yang memberikan kepuasan tertentu.

Terkait dengan perjalanan wisata,

motivasi seseorang yang mendorong perjalanan

wisata menurut Sharpley dalam Wahab (Pitana

dan Gayatri, 2005) yang dipengaruhi oleh

beberapa kebutuhan. Cultural Motivation atau

motivasi budaya, yakni suatu keinginan untuk

mengetahui gambaran tradisi, adat istiadat,

benda-benda peninggalan budaya atau kesenian

daerah tujuan wisata. Ada pula Physical Or

84

Physiological Motivation atau motivasi yang

bersifat fisik atau fisiologi, yakni untuk

tujuan kesehatan, relaksasi, bersantai,

olahraga dan lain sebagainya. Selanjutnya

dipengaruhi oleh Social Motivation atau motivasi

yang bersifat sosial, misalnya mengunjungi

teman, keluarga, rekan kerja, melakukan hal-

hal yang dianggap membawa prestis, atau juga

berziarah. Terakhir dipengaruhi oleh, Fantasy

Motivation atau motivasi karena fantasi, yaitu

adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang

akan bisa lepas dari rutinitas keseharian

yang menjemukan, dan dapat memberikan

kepuasan psikologis.

Telah disebutkan di atas kebutuhan-

kebutuhan yang terkait erat dengan wisata.

Satu-satunya motivasi yang terkait dengan

perjalanan ziarah adalah motivasi sosial.

Ziarah sebagai perwujudan keinginan untuk

melakukan kegiatan yang bersifat sosial dan

85

tidak hanya untuk tujuan yang bersifat

spiritual semata. Terdorong oleh kebutuhan

yang bersifat sosial seperti kunjungan ke

makam tokoh suci dalam agama Islam. Seperti

yang diungkapkan oleh Pak Rozaq mengenai

motivasi yang mendorong untuk berziarah:

“…kalau saya sendiri awalnyahanya untuk mencari tahu, tapisetelah saya tahu tentangsilsilah dan keturunan SyechJumadil Kubro, hal ini yangmendorong saya dan kelompok sayalebih eksis untuk datang keTroloyo…”

Motivasi seseorang adalah suatu hal yang

mendorong orang untuk melakukan ziarah,

seperti yang telah diungkapkan oleh Pak Rozaq

yang menjadikan motivasinya untuk berziarah

adalah Syech Jumadil Kubro, banyak dikatakan

bahwa beliau adalah kakek dari para

Walisongo. Selain itu dorongan dari kelompok

86

juga menjadi suatu hal yang tidak hanya untuk

wisata religi namun juga untuk menjalin

silaturahmi kelompok.

Para peziarah mengadakan perjalanan

wisata religi untuk tujuan mengunjungi makam

dan mendoakan tokoh agama adalah suatu hal

yang juga dianggap positif. Mendatangkan

nilai prestis agar masyarakat meilai positif

kelompok tersebut. Meningkatkan citra positif

di mata masyarakat bahwa kelompok tersebut

melakukan wisata ziarah, maka artinya mereka

melakukan sesuatu hal yang mulia dengan

berziarah.

3.2 Pengaruh Keberadaan Makam Troloyo Terhadap

Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Makam

87

Makam Troloyo sudah lama dijadikan tujuan

berziarah oleh banyak orang, ramai dikunjungi

pezirah dari berbagai daerah. Banyak peziarah yang

datang secara individu maupun kelompok.

Keberadaan makam Troloyo sebagai salah satu

tujuan ziarah mempunyai andil maupun pengaruh dalam

kehidupan masyarakat di sekitar makam. Berbagai

usaha yang bersifat ekonomi mulai bermunculan, hal

ini dikarenakan semakin banyaknya peziarah yang

datang membuat masyarakat memiliki peluang untuk

memiliki usaha. Hal ini memperkuat apa yang

diungkapkan oleh Greenwood (1977) dalam Pitana

melihat bahwa hubungan antara wisatawan dengan

masyarakat lokal menyebabkan terjadinya proses

komoditisasi dan komersialisasi dari keramahtamahan

masyarakat lokal. Pada awalnya wisatawan dipandang

sebagai ‘tamu’ dalam pengertian tradisional, yang

disambut dengan keramahtamahan tanpa motif ekonomi.

Masyarakat sekitar makam melihat peluang dengan

88

motif ekonomi karena semakin banyaknya peziarah

berdatangan dan memanfaatkan peluang tersebut.

Semakin dikenalnya makam Troloyo sebagai

salah satu tujuan ziarah dengan semakin banyaknya

peziarah, memunculakan berbagai ide dari

masyarakat. Mereka melihat prospek yang cukup cerah

dengan banyaknya peziarah yang datang datang dari

berbagai daerah dengan tujuan untuk berziarah.

Usaha yang dilakukan oleh masyarkat antara lain

membuka warung makan, kios cinderamata, menyediakan

tempat parkir. Warung-warung dan kios cideramata

banyak berjajar di kanan maupun kiri jalan menuju

ke komplek makam Troloyo.

Komplek makam Troloyo tidak pernah sepi dari

pengunjung hal ini dikarenakan komplek pemakam

dibuka untuk umum selama sehari penuh atau 24 jam.

Pada hari-hari tertentu terjadi peningkatan

peziarah yang sangat banyak yaitu pada malam jumat

legi. Seperti keterangan dari Ibu Misti salah satu

pedagang makanan di komplek makam, berikut ini:

89

”...disini ramainya jumat legiaja mas, pada malam jumatseperti biasanya ramai juga tapipaling ramai pada malam jumatlegi...”

Pada malam jumat legi merupakan suatu berkah

tersendiri yang dapat dirasakan oleh pedagang

maupun pemilik usaha yang berada di sekitar makam

Troloyo. Seperti salah satunya adalah Ibu Misti

yang memiliki warung makanan di belakang Masjid

komplek makam Troloyo, pada malam tersebut

pendapatannya dapat meningkat dari hari-hari biasa

yang tidak begitu ramai oleh peziarah.

Warung-warung makanan yang ada disekitar

makam biasanya menyediakan nasi dan makanan kecil

seperti pisang goreng, tahu dan tempe goreng,

kacang, keripik. Selain itu juga menyediakan

berbagai minuman seperti teh hangat, es teh, kopi,

wedang jahe, dan juga soft drink. Warung-warung yang

ada disekitar makam biasanya sudah memiliki

90

pelanggan yang tetap yang selalu mampir ketika

datang untuk berziarah ke makam.

Selain penjual makanan di sekitar makam, ada

pula usaha lain yaitu tempat penitipan kendaraan

yang ada di sekitar makam. Banyak tersebar jasa

parkir yang dikelola secara pribadi dan bertempat

dirumah-rumah penduduk yang menyediakan. Hal ini

juga memberikan tambahan penghasilan pemilik usaha

tersebut, seperti yang dikatakan Pak Sulaiman:

“…usaha parkir ini lumayanpenghasilannya mas, bisa nambahpenghasilan saya selain daripekerjaan saya…”

Para masyarakat memiliki peluang usaha yang sangat

baik dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.

Seperti halnya Pak Sulaiman yang hanya buruh pabrik

sekarang memiliki penghasilan yang lebih dari usaha

memiliki tempat parkir motor yang berada di teras

rumahnya. Jasa seperti tempat parkir milik

perorangan atau pribadi ini terdapat banyak di area

91

makam, kesempatan peluang pekerjaan ini

dikarenakannya semakin banyaknya peziarah yang

datang menggunakan kendaraan pribadi mereka.

Pengaruh makam terhadap keadaan ekonomi dan

sosial masyarakat ini mendukung pernyata dari Yoeti

(2006) berikut ini, laju pembangunan daerah tujuan

wisata pada akhirnya akan sangat tergantung pada

sikap dan kesediaan masyarakat untuk membangun

daerahnya, mengingat banyak obyek wisata di

Indonesia serta keterbatasan dana. Salah satu

determinan sikap yang sangat penting adalah motif

individu, karena motif akan menentukan pola sikap

dan tingkah laku manusia, di samping itu motif juga

merupakan penggerak dan pendorong manusia berbuat

sesuatu. Sikap masyarakat yang terbuka dengan

keadaan makam akan dapat membangun daerah tersebut.

Masyarakat memiliki andil yang sangat besar atas

pembangunan sekitar makam karena mereka memiliki

cara agar peziarah tidak khawatir dengan

kendaraannya, tidak khawatir kelaparan pada saat

92

berziarah, hal ini dilakukan masyarakat dengan

membuka jasa agar para peziarah dapat fokus

menjalani ibadah di makam.

Pemerintah memiliki peranan penting untuk

tempat wisata religi Troloyo, baik dari mempermudah

akses menuju makam karena dipasangnya penunjuk arah

ke makam, serta pembangunan untuk makam sendiri.

Selain itu pemerintah juga memberikan bantuan

kepada masyarakat sekitar agar mereka dapat lebih

sejahtera, dapat membuka usaha disekitar komplek

makam. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Misti yang

mendapat bantuan dari pemerintah, berikut ini:

“…saya dapat bantuan pinjamanuang dari dinas pariwisata mas,setiap bulannya saya bayar…”

Bantuan yang dipinjamkan pemerintah dapat membantu

meringankan beban modal yang biasa dikelukan oleh

para pedagang, selain itu bantuan dari pemerintah

dapat membuat hubungan yang baik antara pemerintah

dengan masyarakat. Seperti halnya Ibu Misti yang

93

sangat senang mendapatkan bantuan dan dapat

meningkatkan usahanya serta menyekolahkan anak-

anaknya. Hal tersebut juga telah memperkuat yang

telah diungkapkan oleh Khasanah (2006) pembangunan

sektor pariwisata merupakan salah satu program

andalan pemerintah Indonesia yang memiliki prospek

dan peranan penting dalam pembangunan. Pembangunan

ini membawa banyak manfaat sehingga dalam upaya

pengembangan diharapkan dapat meningkatan

kesejahteraan masyarakat seperti terbukanya

lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha,

meningkatkan pendapatan baik masyarakat setempat

maupun negara. Pembangunan yang dilakukan oleh

pemerintah diterima positif oleh masyarakat maupun

pengunjung (peziarah) makam Troloyo. Hal ini

dikarenakan masyarakat sangat terbantu untuk

membuka usaha mereka yang memberikan jasa terhadap

peziarah, yang menjadikan hubungan yang saling

keterkaitan antara pemerintah masyarakat, dan

peziarah.

94

BAB IV

FUNGSIONAL PADA WISATA ZIARAH MAKAM TROLOYO

4.1 Manfaat Wisata Ziarah

Dalam melakukan suatu kegiatan yang akan

dilakukannya, seseorang membutuhkan suatu dorongan

95

atau motivasi untuk melakukan kegiatan tersebut,

sehingga dalam proses menjalani kegiatan tersebut

seseorang lebih menghayati dan mendalami kegiatan

yang dilakukannya. Motivasi juga terdapat pada

para peziarah yang melakukan ziarah ke Makam

Troloyo yang menjadikan suatu dorongan dalam

melakukan perjalanan religi. Dalam memahami suatu

motivasi wisata religi tersebut dapat dianalisis

dengan mudah menggunakan Social Motivation atau

Interpersonal Motivation.

Dalam analisis menggunakan Social Motivation atau

Interpersonal Motivation, motif tersebut lebih membahas

kearah motivasi para wisatawan atau peziarah yang

dapat menjalin hubungan dengan orang lain, seperti

halnya melakukan suatu wisata religi dengan

kelompok atau juga melakukan pengajian yang dapat

semakin eratnya hubungan sosial dengan orang lain.

Selain itu motif tersebut juga mengarah terhadap

tempat yang dikunjungi oleh para peziarah yang

dapat memberikan suatu kegengsian terhadap orang

96

lain karena mereka telah mendatangi suatu tempat

yang dianggap keramat atau mengandung unsur religi

oleh banyak orang. Seperti yang telah diungkapkan

oleh salah satu informan yang bernama Pak Basuki

yang datang sering dengan kelompok pengajiannya

untuk mempererat hubungan sosial mereka,

“…bisanya saya datang kesinijuga sama kelompok pengajiandi desa mas sudah agendadari kelompok untuk ziarah,ngak ikut sebenarnya ngakapa-apa, tapi sungkan mas,selain ziarah ya pengajiansama kelompok saya…”

Karena baiknya hubungan sosial antar kelompok

pengajian Pak Basuki dapat menimbulkan kesungkanan

antara anggota jika tidak mengikuti ziarah maupun

pengajian dan menimbulkan rasa gengsi jika tidak

mengikuti kegiatan yang sudah diagendakan

Kebutuhan untuk emosional para peziarah, yang

didapat setelah datang dari wisata religi yang

telah dilakukan oleh peziarah. Para wisatawan atau

97

peziarah datang melakukan ziarah makam dengan

membawa perasaan emosional yang berbeda-beda, baik

karena banyaknya masalah yang dihadapi atau emosi

yang lain yang membuat orang datang untuk ziarah

makam. Harapan setelah berziarah adalah agar

muncul perasaan yang lebih tenang dan senang dalam

menjalani hidup. Hal ini dikarenakan mereka telah

memanjatkan doa-doa yang membuat emosi mereka

tenang di area makam, dan banyak dari mereka

mempercayai bahwa yang dimakamkan disitu adalah

orang yang dekat dengan Tuhan dan agar dapat

segera mengabulkan doa yang telah mereka

panjatkan. Selain itu peziarah akan merasakan

bahwa kebutuhan untuk emosional mereka telah

terpenuhi dan mendapatkan ketentraman. Kenyamanan

yang telah didapatkan berbeda-beda tiap orang yang

datang untuk ziarah dan kebutuhan emosional dapat

juga mempengaruhi pemikiran seseorang untuk

memotivasi dirinya, seperti yang diungkapkan

Mulyono sebagai berikut,

98

“…ngeh salah satune niku mas kuloteng mriki ben entok berkah mas benselamat mas nang ndi-ndi…”

Emosi yang tenang setelah melakukan ziarah akan

membuat pikiran lebih tenang dan akan lebih hati-

hati untuk memulai aktifitas kembali, salah

satunya mereka percaya bahwa itu berkah dari Tuhan

dan membuat emosi dan pikiran tenang.

Manfaat adanya ziarah tidak hanya dirasakan

hanya wisatawan atau peziarah tetapi juga

dirasakan oleh penduduk sekitar. Semakin banyaknya

peziarah yang berdatangan tentu memiliki manfaat

tersendiri bagi penduduk sekitar, seperti halnya

bagi para penyedia penitipan sepeda, sepeda motor,

dan kendaraan roda empat (mobil dan bus) akan

mendapat keuntungan lebih jika pada hari Jumat

Legi karena banyaknya penziarah yang datang, bagi

para peziarah hari itu dianggap hari yang baik

untuk berziarah karena mereka percaya bahwa roh

Syech Jumadil Kubro datang ke makam. Selain itu

99

warung-warung sekitar makam juga mendapat imbas

dari banyaknya peziarah selain warung mereka

menjadi ramai juga mereka biasa mendapat pesanan

tumpeng bagi para peziarah yang ingin mengadakan

syukuran di area makam Troloyo.

Menfaat tersebut menjadikan adanya timbal

balik yang saling menguntungkan antara peziarah

dan masyarakat sekitar. Keuntungan yang didapat

adalah peziarah tidak perlu repot untuk membuat

tumpeng karena masyarakat sekitar bisa menyediakan

dan peziarah tidak perlu parkir cukup jauh dari

area makam karena sudah ada penyedia jasa parkir

di depan area makam. Hal ini cukup menguntungkan

peziarah karena tujuan mereka datang untuk berdoa

dan mempelajari sejarah sesepuh yang ada disana.

Hal ini juga memunculkan adanya interaksi sosial

yang baik bagi peziarah dan masyarakat sekitar.

4.2 Penghayatan Terhadap Ziarah

100

Dalam melakukan suatu perjalanan religi perlu

penghayatan tersendiri bagi pelaku ziarah untuk

mencapai apa yang telah mereka inginkan, hal ini

dilakukan dikarenakan dalam melakukan sebuah

perjalanan yang memiliki makna religi akan

membuahkan hasil ketenangan bagi para peziarah.

Penghayatan adalah salah satu hal yang cukup

penting bagi para peziarah, dengan itu mereka akan

dengan tenang melakukan ziarah. Dengan menghayati

apa yang mereka lakukan di area makam Troloyo,

mereka akan lebih khusyuk dan tenang dalam berdoa

dan dalam melakukan ritual lainnya.

Seperti apa yang telah diungkap oleh Fortes

yang dikutip dari Keesing (1981: 99), para ahli

Antropologi sosial dalam studi tentang hubungan

alam sosial orang hidup dengan alam yang lain

ialah dengan melihat makhluk-makhluk supernatural

sebagai proyeksi dari kekuasaan orang hidup. Dalam

tradisi fungsionalisme yang mendominasi

antropologi sosial modern, hubungan itu dilihat

101

sebagai cermin di tingkat supernatural dari

hubungan-hubungan sosial antar orang hidup. Pada

masyarakat Jawa yang terdapat banyaknya makam-

makam para wali, mendorong banyaknya masyarakat

datang berkunjung atau ziarah ke makam-makam

tersebut untuk menghormati arwah para sesepuh yang

sudah berjasa atau membuat perubahan yang baik

bagi banyak orang, dan membuat ziarah itu

dilakukan sering kali ataupun rutin untuk

dilakukan. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh

salah satu peziarah yg bernama pak Rozaq seperti

berikut :

“…Kita jangan melupakan sejarah, mausejarah secara agamanya itukorelasinya sangat erat dengan yangkita pelajari saat ini yang tidakkita ketahui atau mungkin tidak mautahu…”

Seperti apa yang telah diungkapkan oleh salah satu

informan diatas bahwa dengan mempelajari sejarah

agama akan berdampak dengan hidup kita dengan

102

menghormati dan menghayati sejarah yang sudah ada

dan bagaimana kita dapat menyikapinya dengan

menghormati para arwah sesepuh yang ada di komplek

makam Troloyo. Selain itu juga berdampak baik bagi

para pelakunya karena lebih sering mendekatkan dan

berdoa diri kepada Tuhan, karena penghayatan

mereka terhadap kebesaran Tuhan.

Bentuk penghayatan yang dilakukan oleh para

peziarah di makam Troloyo dapat dilakukan sebagai

salah satu bentuk untuk menghormati arwah-arwah

sesepuh yang sudah berjasa terhadap penyebaran

agama Islam di tanah Jawa. Semakin menghayati

perjalanan ziarah yang dilakukan maka mereka juga

akan semakin khusyuk mendoakan yang ada di makam

maupun berdoa untuk diri sendiri. Hal tersebut

juga telah disampaikan oleh Otto yang menurutnya,

semua agama di dunia terpusat pada suatu konsep

tentang hal yang gaib (misterius) yang dianggap

maha dahsyat dan keramat oleh manusia. Sifat dari

hal yang gaib serta keramat adalah maha abadi,

103

maha bijaksana, tidak terlihat, tidak terbatas,

dan sebagainya yang tidak bisa tercakup oleh

pemikiran manusia. Sifat-sifat hal yang gaib tadi

menimbulkan sikap kagum terpesona, selalu akan

menarik perhatian manusia dan mendorong timbulnya

hasrat untuk menghayati rasa bersatu dengannya

(Koentjaraningrat, 1987: 65). Apa yang telah

disampaikan Otto diatas memang benar adanya bahwa

manusia percaya dengan hal yang gaib, tetapi gaib

yang disampaikan adalah Tuhan karena melihat dari

sifatnya yang maha abadi, maha bijaksana, tidak

terlihat, tidak terbatas, dan sebagainya. Dari

kekaguman manusia akan gaib ini membuat manusia

lebih menghayati hidup dan tidak akan melupakan-

Nya dengan cara berdoa hanya untuk-Nya.

4.3 Fungsional

104

Teori Fungsionalisme yang telah dikemukakan

oleh Malinowski menekankan bahwa bagaimana

mengetahui hubungan antara institusi-institusi

atau struktur-struktur suatu masyarakat sehingga

dapat membentuk suatu sistem yang bulat. Dengan

kata lain, bahwa fungsionalisme membawa kita

memikirkan sistem sosial-budaya sebagai semacam

organisme, yang bagian-bagiannya tidak hanya

saling berhubungan tetapi juga memberikan andil

bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian

hidup untuk mencapai keharmonisan

(Koentjaraningrat, 2002:76). Pada setiap

masyarakat terdapat sistem-sistem yang berjalan

dengan maksud agar terjadi suatu hal yang

diinginkan dapat terpenuhi. Hal ini yang mendasari

terjadi teori fungsional yang terjadi di

masyakarat. Masyarakat menciptakan sistem-sistem

untuk memenui suatu keharmonisan dan keseimbangan

kebutuhan naluri pada manusia. Sistem-sistem yang

105

dibentuk oleh perjalanan wisata ziarah kubur tidak

terlepas dari teori Fungsionalisme. Hal ini

dikarenakan saling memiliki ketergantungan timbal

balik antara tempat wisata religi (Makam Troloyo),

peziarah, dan masyarakat sekitar. Tempat wisata

dalam sistem ini dijadikan pusat dari keharmonisan

dan keseimbangan itu terwujud karena didalamnya

terdapat peziarah dan masyarakat sekitar.

Bagan fungsionalisme ziarah makam

Korelasi hubungan tersebut tercermin

bagaimana hubungan peziarah dan dan masyarakat

sekitar dan dapat dilihat dari bagan di atas, dan

antara makam masyarakat dan peziarah saling

106

MAKAM

PEZIARAHMASYARAKAT

berhubungan dan saling keterkaitan. Seperti halnya

data yang ada di lapangan bahwa peziarah

membutuhkan tempat untuk menitipkan kendaraan

mereka dan tidak perlu kawatir dengan kendaraan

mereka karena sudah ada yang menjaganya, dan

sebagai penjaga parkir tersebut adalah masyarakat

sekitar komplek makam Troloyo dan sebagai

penghasilannya mereka akan menjaga kendaraan

tersebut dan merapikan agar orang yang mau parkir

dapat dengan mudah memasukannya. Selain itu

hubungan lainnya adalah jika para peziarah

kelelahan dan lapar ketika berziarah dapat

beristirahat dan makan diwarung-warung yang ada

disekitar makam. Dari data yang ada dapat dilihat

bahwa mereka saling berhubungan dan memiliki

ketergantungan yang dapat menciptakan keharmonisan

di dalamnya. Selain itu juga dapat membuat

stabilnya kehidupan masyarakat yang ada di sekitar

komplek makam Troloyo dengan banyaknya peziarah

yang datang membuat mereka dapat membuka lapangan

pekerjaan yang membuat ekonomi mereka dapat107

terpenuhi yang dapat menghasilkan keseimbangan

secara naluri baik dari peziarah maupun masyarakat

sekitar. Selain itu komplek makam Troloyo sendiri

memiliki peran sebagai tempat bertemunya para

peziarah dan masyarakat sekitar makam. Dari hasil

hubungan tersebut maka akan menghasilkan

keharmonisan dan kelestarian hidup di komplek

makam Troloyo. Namun apabila sistem hubungan

mereka tidak berjalan dengan baik maka tidak akan

tercapai keharmonisan di dalam area komplek makam

Troloyo.

108