PROPOSALUNSUR-UNSUR PSIKOLOGIS DALAM NOVEL HARIMAU-HARIMAU
KARYA MUHTAR LUBIS
ABDUL GANINPM.
09450090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAJURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STRIP) HAMZANWADISELONG
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga, penulis
panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas berkat
dan petunjuk-Nya, sehingga proposal ini penulis
dapat selesaikan walaupun masih terdapat beberapa
kekurangan di dalamnya. Untuk itu kepada para
pembaca, penulis berharap kiranya dapat memberikan
saran untuk menyempurnakan proposal ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
pihak yang membantu, atas segala bantuan yang
diberikan terutama kepada:
1. Bapak Ketua STKIP HAMZANWADI Selong, yang telah
memberikan fasilitas
dan kesempatan menimba ilmu;
2. Bapak Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah
memberikan arahan sehingga penulis dapat menyusun
proposal ini;
3. Bapak Dr. KH1RJAN NAHD1, M.Hum., . sebagai
pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis
untuk menyelesaikan
proposal ini;
4. Bapak Muhaji, S. Pd. sebagai pembimbing II yang
telah memberikan bantuan
dalam menata penulisan proposal ini; dan
5. Bapak dan Ibu dosen, khususnya Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah mananamkan bekal yang sangat
berguna bagi penulis
untuk menyusun proposal ini.
Akhirnya, dengan segala kesederhanaan proposal
ini mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi kita.
Semoga segala kebaikan dan dorongan dari berbagai
pihak dapat bernilai ibadah di sisi-Nya. Amin.
Selong, 2013
Penulis
DAFTARISIHALAMAN
PERSETUJTJAN•••••••••••••■•••••••••••••••••••■••••■••••■•••••■••••••
••••••••••••■• 11■IV_r\ M. J\. A Esi^l \SJ\J^I M. J\M\.
••••■••■••••■••••■••••••••■••••••••••■•■••••••••■••■•••••••••••••■•••••••••••■••••■
111
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................... 1
B. Fokus Masalah.............................. 5
C. Rumusan Masalah............................ 5
D. Tujuan Penelitian.......................... 5
E. Manfaat Penelitian......................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deksripsi Teorities....................... 7
1.Konsep Sastra........................... 7
2.........................................Ko
nsep Psikologis........................... 13
3.Psikologis Sastra....................... 17
4.Biografi Pengarang....................... 21
B. Kerangka Berpikir.......................... 22
BAB HI METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.......................... 23
B. Rancangan Penelitian....................... 24
C. Data dan Sumber Data....................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data.................... 26
E. Instrumen Penelitian....................... 27
F. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data........ 27
G. Prosedur Penelitian........................ 28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kata kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta.
Kata kesusastraan berbentuk dari susastra dan konfiks
ke-an. Susastra itu sendiri masih dapat diiiraikan
atas kata su dan sastra. Untuk lebih jelasnya, proses
pembentukan kata su berarti baik atau indah dan
sastra berarti tulisan atau karangan, susastra berarti
tulisan atau karangan yang indah dan baik. Dengan
demikian, kata kesusastraan dapat diartikan sebagai
tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai
kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang baik.
Karya sastra adalah salah satu bagian dari
kebudayaan, kehadirannya hampir sama dengan adanya
manusia, karena ia diciptakan dan dinikmati
manusia. Sastra telah menjadi bagian dari
pengalaman hidup manusia, baik dari aspek manusia
yang memanfaatkannya bagi pengalaman hidup, maupun
aspek penciptaannya yang mengekspresikan
pengalaman batinnya ke dalam karya sastra. Dengan
kata lain sastra diciptakan sebagai jalan untuk
mengungkapkan permasalahan- permasalahan manusia
di dalam hidup mereka. Karya sastra tentu saja
berisikan cerita kemanusiaan, isyarat keimanan,
cinta kasih, kejujuran, sosial, budaya, ekonomi,
realita kehidupan dan perjuangan hak asasi
manusia. Karya sastra lahir di tengah masyarakat
sebagai basil imajinasi pengarang serta
refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di
sekitarnya
Karya sastra apabila dikaji secara mendalam
dapat dikemukakan unsur-unsur yang terkandung
di dalamnya salah satunya adalah unsur
psikologis. Unsur-unsur yang terkandung dalam
karya sastra sangat penting, karena harga diri
seseorang ditentukan oleh psikologinya dalam
kehidupan bermasyarakat, jadi menurut hemat
penulis psikologi sastra adalah jiwa kita, dimana
sungai-sungai sastra mengalir melewati arus
kehidupan kemudian kita akan sampai pada laut
kejiwaan.
Novel atau cerpen sebagai bagian bentuk
sastra, merupakan jagad realita di dalamnya
terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan
diperbuat manusia (tokoh). Realita sosial, realita
psikologis, realita religius merupakan tema-tema
yang sering kita dengar ketika seseorang menyoal
novel sebagai realita kehidupan. Secara spesifik
realita psikologis sebagai misal, adalah kehadiran
fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh
utama ketika merespon atau bereaksi terhadap diri
dan lingkungan.
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra
yang menggambarkan pengalaman dan keberadaan
manusia dalam kehidupan. Melalui sebuah novel
pengarang dapat menyampaikan idenya melalui
karakter tokoh yang satu dengan yang lain yang
sekaligus berhadapan dengan kenyataan yang selalu
dijumpai dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Novel yang ingin diteliti dalam penelitian
ini adalah novel Harimau-harimau karya Muhtar Lubis.
Sebuah novel yang memiliki pengaruh dalam sisi
kehidupan dan mengandung berbagai macam unsu-unsur
di dalamnya termasuk unsur psikologis, dimana
pengarang novel Harimau-harimau mengetengahkan
masalah-masalah takhayul dan ilmu kebatinan yang
berkembang pada masyarakat Sumatera. Segi isi,
novel ini mengisahkan mengenai seorang manusia
yang mengalami tekanan dan ancaman harimau. Muhtar
Lubis adalah pengarang ternama, lahir di Padang,
sejak zaman Jepang ia telah aktif dalam lapangan
penerangan, ia mendirikan kantor berita "Antara"
kemudian mendirikan dan memimpin majalah Horizon
bersama kawan-kawannya, selain wartawan ia dikenal
sebagai sastrawan dan banyak sekali penghargaan
dari dalam dan luar negeri ia dapatkan lewat karya-
karyanya.
Alasan penulis memilih novel Harimau-harimau
karya Muhtar Lubis ini, selain belum ada yang
mengangkat untuk dijadikan bahan peneliti juga
sebagai bahan penelitian bagi peneliti, karena :
(1) novel ini mengandung unsur-unsur psikologis;
(2) mengetahui masalah takhayul dan ihnu kebatinan
yang berkembang pada masyarakat Sumatera; (3)
mengetahui kondisi kejiwaan pada tokoh; (4)
mengetahui sesuatu yang ada dibalik kata Harimau-
harimau itu.
Novel Harimau-harimau karya Muhtar Lubis
menceritakan tentang pertualangan di rimba raya
oleh sekelompok pengumpul damar yang diburu oleh
seekor harimau yang kelaparan. Berhari-hari
mereka mencoba menyelamatkan diri mereka. Dan
seorang demi seorang jatuh jadi korban terkaman
harimau. Disisi lain juga terjadi petualangan
dalam diri masing-masing anggota kelompok
pengumpul damar ini. Di bawah tekanan ancaman
harimau yang terus memburu mereka, dalam diri
masing-masing terjadi proses refleksi mengenai
diri mereka yang mempertinggi pula kesadaran
mereka tentang kekuatan dan kelemahan anggota-
anggota kelompok mereka yang lain. Diantara mereka
malahan sampai menyadari bahwa sebelum membunuh
harimau yang memburuh mereka tak kalah pentingnya
adalah memburu terlebih dahulu harimau yang ada
dalam diri setiap anak manusia. Persoalan pokok
dalam novel Harimau-harimau ialah dalam keadaan
tertekan dan teracam manusia tega berbuat apa
saja demi keselamatan dirinya. Dalam kondisi
seperti ini manusia sudah dikuasai oleh nafsu-nafsu
jahat, seperti nafsu ingin menang sendiri,
membunuh, berbuat lalim karena tertekan oleh
kebutuhan yang hams dipenuhi.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis
melakukan penelitian dalam novel I farimau-harimau
karya Muhtar Lubis bahwa unsur-unsur psikologis
dalam novel tersebut memiliki pengaruh dalam sisi
kehidupan yang sangat bermanfaat bagi pembaca,
Novel Harimau-harimau merupakan karya yang sudah
sukses menarik perhatian pembaca pada umumnya,
pembaca seperti dilarutkan dalam pusaran karya
sastra itu, sehingga pembaca bisa menangkap dan
memahami pesan apa yang ingin di capai oleh
pengarangnya.
Novel Harimau-harimau karya Muhtar Lubis
adalah novel yang dijadikan sebagai objek
penelitian penulis dalam meneliti, peneliti novel
Harimau-harimau karya Muhtar Lubis akan melihat
unsur-unsur psikologis di dalamnya sebagai satu
kesatuan makna yang utuh. Persoalan yang ada di
dalam novel akan dipahami dengan memakai pendekatan
deskriptif kualitatif. Unsur-unsur psikologis di
sini mengkaji atau menentukan unsur-unsur
psikologis tokoh dalam novel Harimau-harimau karya
Muhtar Lubis.
B. Fokus Masalah
Untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman
dalam penelitian ini perlu ditetapkan fokus
masalah; Fokus masalah pada penelitian ini adalah
unsur-unsur psikologis yang terkandung dalam novel
Harimau-harimau karya Muhtar Lubis, yaitu 1) humor
is, 2) pemalu, 3) ketidaksetiaan. 4) kekecewaan, 5)
bakti, 6) rasa iba, 7) rendah diri, 8)
keberanian, 9) frustasi, dan 10) takut/phobia.
C. Rumusan Masalah
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, maka
yang dianalisis penulis yaitu bagaimanakah unsur-
unsur psikologis yang terdapat dalam novel Harimau-
harimau karya Muhtar Lubis ?.
D. Tujuan Penelitian
Ditinjau dari latar belakang dan rumusan
masalahnya penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan unsur-unsur psikologis dalam novel
Harimau-harimau karya Muhtar Lubis.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan, novel Harimau-harimau ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk : (1) menambah
pengetahuan karena banyak istilah-istilah asing
yang digunakan pengarang dalam novel Harimau-
harimau ini; (2) sebagai bahan pembelajaran bagi
siswa dan siswi dalam mengkaji karya sastra
melalui segi positif maupun negatifnya; (3)
untuk mengetahui adat istiadat yang berkembanng
di masyarakat Indonesia, khususnya bagi
masyarakat Sumatera yang masih mempercayai
takhayul.
2. Bagi pembaca novel agar bermanfaat untuk: (1)
memperkaya khasanah pembaca terhadap kajian
sastra; (2) sebagai bahan informasi bagi
pembaca, khususnya bagi pecinta satra; (3)
sebagai gambaran nyata sekaligus pelajaran bagi
pembaca agar tidak mudah mempercayai masalah
takhayul dan ilmu kebatinan karena itu semua
merupakan bagian dari kesyirikan menurut agama
Islam. Dan sikap orang-orang yang masih
melakukan perbuatan kesyirikan agar segera sadar
dan bertaubat karena Allah SWT maha pengampun dan
maha penyayang.
3. Bagi peneliti, novel Harimau-harimau ini dapat
bermanfaat sebagai: (1) bahan acuan yang
bermanfaat bagi para peneliti selanjutnya
dalam mengkaji karya sastra; (2) agar dapat
memanfaatkan hasil penelitian untuk menghayati
lebih dalam khasanah kehidupan orang-orang
Sumatera; (3)serta konsep agama yang dianutnya
agar dapat menggali lebih dalam makna yang
tersirat dalam novel Harimau-harimau melalui
pendekatanyang berbeda.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Sastra dan Psiklogis
Manusia dijadikan objek sastrawan sebab
manusia merupakan gambaran tingkah laku yang
dapat dilihat dari segi kehidupannya. Tingkah
laku merupakan bagian dari gejolak jiwa sebab dari
tingkah laku manusia dapat dilihat gejala-gejala
kejiwaan yang pastinya berbeda satu dengan yang
lain. Pada diri manusia dapat dikaji dengan ihnu
pengetahuan yakni sikologi yang membahas tentang
kejiwaan. Oleh karena itu, karya sastra disebut
sebagai salah satu gejala kejiwaan (Ratna, 2004:
62). Karya sastra yang merupakan hasil dari
aktivitas penulis sering dikaitkan dengan
gejala-gejala kejiwaan sebab karya sastra
merupakan hasil dari penciptaan seorang pengarang
yang secara sadar atau tidak sadar menggunakan
teori psikologi.
Dasar penelitian psikologi sastra antara
lain dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, adanya
anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari
suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang
berada pada situasi setengah sadar atau subconcious
setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk
secara sadar (conscious). Antara sadar dan tak sadar
selalau mewarnai dalam proses imajinasi
pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat
seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan
ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam
sebuah cipta sastra. Kedua, kajian psikologi
sastra di samping meneliti perwatakan tokoh
secara psikologi juga aspek-aspek pemikiran dan
perasaan ketika menciptakan karya tersebut
(Endraswara, 2003:26).
Dua hal dasar penelitian psikologi sastra
tersebut merupakan aspek psikologi pengarang,
sehingga kejwaan dan pemikiran pengarang sangat
mempengaruhi hasil dari karya sastra tersebut.
Pengarang dalam menuangkan ide-idenya ke dalam
karyanya terkadang terjebak dalam situasi tak
sadar atau halusinasi yang dapat membelokan
rencana pengarang semula.
Sastra sebagai "gejala kejiwaan" di dalamnya
terkandung fenomena-fenomena yang terkait dengan
psikis atau kejiwaan. Dengan demikian, karya
sastra dapat didekati dengan menggunakan
pendekatan psikologi. Hal ini dapat diterima,
karena antara sastra dan psikologi memiliki
hubungan yang bersifat tak langsung dan
fungsional (Jatman dalam Aminuddin, 1990:101).
Penelitian psikologi sastra merupakan sebuah
penelitian yang menitikberatkan pada suatu karya
sastra yang menggunakan tinjauan tentang
psikologi. Psikologi sastra dapat mengungkapkan
tentang suatu kejiwaan baik pengarang, tokoh
karya sastra, maupun pembaca karya sastra.
Penelitian psikologi sastra membutuhkan kecermatan
dan ketelitiaan dalam membaca supaya dapat
menemukan unsur-unsuryang mempengaruhi kejiwaan.
Perbedaan gejala-gejala kejiwaan yang ada
dalam karya sastra adalah gejala kejiwaan dari
manusia-manusia imajiner, sedangkan dalam
psikologi adalah gejala kejiwaan pada manusia
riil (Endraswara, 2003: 97). Antara psikologi
dan sastra akan saling melengkapi dan saling
berhubungan sebab hal tersebut dapat digunakan
untuk menemukan proses penciptaan sebuah karya
sastra. Psikologi digunakan untuk menghidupkan
karakter para tokoh yang tidak secara sadar
diciptakan oleh pengarang.
Karya sastra dipandang sebagai fenomena
psikologis sebab menampilkan aspek kejiwaan yang
digambarkan melalui tokoh dan menjadikan manusia
sebagai penggerak jiwa Tiga cara yang dapat
dilakukan untuk memahami hubungan antara
psikologi dengan sastra, yaitu (1) memahami
unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis,
(2) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh
fiksional dalam karya sastra, (3) memahami unsur-
unsur kejiwaan pembaca (Rama, 2004: 343).
Berdasarkan penelitian ini cara yang digunakan
untuk menghubungkan psikologi dan sastra adalah
memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh
fiksional dalam karya sastra.
Dalam sastra, atas peran jiwa akan
melahirkan sekian juta identitas diri manusia.
Ada sastra yang menyuarakan jiwa sakit., jiwa
buruh, jiwa priyayi, jiwa merdeka, jiwa bajingan,
dan seterusnya. Hal itu semua adalah refleksi
kritis. Refleksi tidak berarti mentah, tetapi
telah dimasak dengan imajinasi tinggi. Fakta
tidak akan disajikan secara apa adanya. Fakta
hanya bahan, tetapi ramuan kejiwaan yang akan
membawa ketitik tertentu hingga karya sastra itu
disebut berbobot.
Jika dicemati, jiwa manusia itu luas dan
dalam. Luas karena mampu mewadahi berbagai hal,
dalam karena jiwa menyimpan getaran emosi, konasi,
dan kognisi yang sulit dipahami. Dari sini dapat
dikatakan bahwa jiwa itu berlapis-lapis. Tiap
lapis memiliki daya peka yang berbeda. Berkaitan
dengan hal menarik disimak pernyataan J. Ellema,
menyatakan bahwa jiwa manusia terdiri atas lima
tingkatan.
Bagi pengarang tingkatan-tingkatan itu dapat
tercermin dalam karya-karyanya melalui tahapan-
tahapan tertentu, yaitu (1) Niveau anargonis, artinya
merupakan tingkatan jiwa terendah, sifatnya
seperti benda mati. Bila terjelma dalam karya
sastra berupa pola, bunyi irama, baris sajak,
kalimat, gaya bahasa, dan sebagainya; (2) Niveau
vegetatif, artinya merupakan tingkat kedua, seperti
halnya tumbuhan, pada tingkat ini telah ada
kehidupan, ada gerak, tapi belum ada perasaan,
keinginan, dan sebagainya. Bila tingkat ini
terjelma dalam karya sastra berupa suasana yang
ditimbulkan oleh rangkaian kata, misalnya mesrah,
senang, sedih dan sebagainya; (3) Niveau animal,
berarti tingkatan jiwa seperti yang dimiliki
binatang, telah ada hasrat, nafsu, kemauan yang
didorong oleh nafsu jasmaniah yang bersifat
naluri. Tingkat jiwa ini bila terjelma dalam karya
sastra berupa hasrat, keinginan, harapan, cita-
cita, dan sebagainya; (4) Niveau human, artinya
tingkatan jiwa ini hanya dapat dicapai oleh
manusia berupa perasaan dan akal. Bila terjelma
dalam karya sastra, hal ini berupa renungan
moral, batin, sikap, pertimbangan pikiran, dan
sebagainya; (5) Niveau religius, artinya merupakan
tingkat tertinggi yang tidak dialami manusia
sehari-hari, hanya ada saat dalam renungan.
Misalnya, berdoa, bersemadi, meditasi, dan
sebagainya. Bila terjelma dalam karya sastra akan
berupa hubungan manusia dengan tuhan (dalam
Endraswara, 2008: 22-23).
Selanjutnya menurut Ki Ageng dalam
Endraswara, struktur kejiwaan manusia mengandung
dua unsur pokok, yaitu "rasa keakuan kramadangsa"
dan "rasa aku" yang sejati, yang juga disebut
"manusia baru" atau "manusia tanpa ciri". Di
dalam "rasa keakuan Kramadangsa" terkandung dua
unsur lagi, yaitu catatan-catatan dan rasa hidup.
Unsur-unsur dalam jiwa manusia tersebut mempunyai
sifat-sifat alamiah tertentu dan mempunyai pola
tertentu yang menentukan gerak rasa manusia.
(2008:19-20)
Kemudian menurut Freud, bahwa manusia banyak
dikuasai oleh alam batinnya sendiri. Terdapat id,
ego dan super ego dalam diri manusia yang
mentebapkan manusia selalu berada dalam keadaan
berperang dalam dirinva. resah, gelisah,
terteken, dan Iain-lain, apabila terdapat
ketidakseimbangan ketiga unsur tersebut. Namun,
apabila ketiganya bekerja dengan seimbang. akan
memperlihatkan watak yang tidak wajar. Bila
terjadi ketidak seimbangan, akan muncul neurosis
yang menghendaki adanya penyaluran (dalam
endraswara, 2008:197).
Yang lebih penting lagi, peneliti psikologi
sastra hendaknya mampu menggali sistem berpikir,
logika, angan-angan, dan cita-cita hidup yang
ekspresif dan tidak sekadar sebuah rasionalisasi
hidup. Perasaan takut, phobia, was-was, histeris,
aman, dan sebagainya juga menjadi obyek kajian
psikoogi sastra yang amat pelik.
Berbagai hal ini merupakan obyek garap
psikoanalisis yang akan terungkap dalam teks
sastra, melalui pelaku-pelakunya dapat
merefleksikan unsur di atas atau tidak. Dari
situ pula akan muncul hal-hal yang
menyebabkankan faktor kejiwaan dominan dalam
sebuah teks sastra (dalam Endraswara, 2008:98)
Menurut Siswantoro dalam Endraswara (2008:
180), Secara kategori, sastra berbeda dengan
psikologi sebab sebagaimana sudah kita pahami
sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama,
puisi, esai yang diklasifikasikan ke dalam seni
(art), sedangkan psikologi merujuk kepada studi
ilmiah tentang prilaku manusia dan proses mental.
Meski keduanya berbeda, tetapi memiliki titik
temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat
dari manusia dan kehidupan sebagai sumber
penelitian. Bicara tentang manusia, psikologi
jelas terlibat erat karena psikologi mempelajari
perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek
kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai
perilakunya. Pendapat ini memberikan pemahaman
luas bahwa penelitian sastra membutuhkan cara
pandang psikologi sastra.
Pada dasarnya baik sosiologi sastra dan
psikologis sastra, maupun antropologis sastra,
di bangun atas dasar asumsi-asumsi genesis,
dalam kaitannya asal usul karya. Apabila
sosiologi sastra dianalisis dalam kaitanya
masyarakat yang menghasilkanya, sebagai latar
belakang sosialnya, maka psikologi sastra
dianalisis dalam kaitanya dengan psike, dengan
aspek-aspek kejiwaan pengarang. Secara definitif
Antropologi sastra dengan sendirinya membicarakan
karya sastra dalam kaitanya dengan manusia dalam
masyarakat, lebih khusus lagi manusia sebagai asal
usul bahasa.
Relevansi analisis nilai psikologis satra
diperlukan justru pada saat tingkat peradaban
mencapai kemajuan, pada saat manusia kehilangan
pengendalian psikologis. Kamajuan teknologi
mengandung aspek-aspek negatif, misalnya.
hilangnya harga diri sebagai akibat hampir
keseluruhan dialihkan pada teknologi, pada mesin
dengan berbagai mekanismenya. Psikologi,
khususnya psikologi analitik diharapkan mampu
untuk menemukan aspek-aspek ketaksadaran yang
diduga merupakan sumber-sumber penyimpangan
psikologis sekaligus dengan terapi-terapinya.
Secara definitif, tujuan psikologi sastra
adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang
terkandung dalam suatu karya. Meskipun demikian,
bukan berarti bahwa analisis nilai psikologis
sama sekali terlepas dengan kebutuhan masyarakat
sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan
pemahaman terhadap masyarakat secara tidak
langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-
tokohnya, misalnya masyarakat dapat memahami
perubahan, kontradiksi dan penyimpangan-
penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat,
khususnya dalam kaitan dengan psike. (Ratna 2007:
340-343).
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk
memahami hubungan antara psikologi dan sastra,
yaitu: a) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang
sebagai penulis; b) memahami unsur-unsur
kejiwaan tokoh-tokoh flksionai dalam karya; c)
memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca. (Ratna,
2007: 343).
Pada dasarnya psikologi sastra memberikan
perhatian pada masalah yang kedua, yaitu
membicarakan dalam kaitanya dengan unsur-unsur
kejiwaan tokoh-tokoh flksionai yang terkandung
dalam karya. Sebagai dunia dalam kata karya sastra
memasukkan berbagai aspek kehidupan ke dalamnya,
khususnya manusia. Pada umumnya, aspek-aspek
kemanusian inilah yang merupakan objek utama
psikologi sastra, sebab semata-mata dalam diri
manusia itulah sebagai tokoh-tokoh, aspek
kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Dalam
analisis, pada umumnya yang menjadi tujuan adalah
tokoh utama, tokoh kedua, tokoh ketiga, dan
seterusnya.
Asumsi dasar penelitian psikologi sastra
antara lain dipengaruhi oleh beberapa hal.
Pertama, adanya anggapan bahwa karya sastra
merupakan produk dari suatu kejiwaan dan
pemikiran pengarang yang berada pada situasi
setengah sadar atau subconscious setelah jelas baru
dituangkan ke dalam bentuk secara sadar (conscious).
Antara sadar dan tak sadar selalu mewarnai dalam
proses imajinasi pengarang. Kekuatan karya sastra
dapat dilihat seberapa jauh pengarang mempu
mengungkapkan eksperi kejiwaan yang tak sadar
itu ke dalam sebuah cipta sastra. Kedua, kajian
psikologi sastra disamping meneliti perwatakan
tokoh secara psikologis juga aspek-aspek
pemikiran dan perasaan pengarang ketika
menciptakan karya tersebut. Seberapa jauh
pengarang mempu menggambarkan perwatakan tokoh
sehingga karya sastra semakin hidup. Sentuhan-
sentuhan emosi melalui dialog atau pun pemilihan
kata, sebenarnya merupakan gambaran kekalutan dan
kejernihan batin pencipta. Kejujuran bathin
itulah yang akan menyebabkan orisinalitas karya.
Endraswara (2008: 96).
Psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan
penelitian:
Pertama, penelitian terhadap psikologipengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi.Studi ini cenderung ke arah psikologi seni.Peneliti berusaha menangkap kondisi kejiwaanseorang pengarang pada saat menelorkan karyasastra. Kedua, penelitian proses kreatif dalamkaitan kejiwaan. Studi ini berhubungan puladengan psikologi proses kreatif. Bagaimanalangkah-langkah psikologis ketika mengekspresikankarya sastra menjadi fokus. Ketiga, penelitianhokum-hukum psikologis yang diterapkan pada karyasastra. Dalam kaitan ini studi dapat diarahkanpada teori-teori psikologis, misalnyapsikoanalisis ke dalam sebuah teks sastra. Asumsidari kajian ini bahwa pengarang seringmenggunakan teori psikologi tertentu dalampenciptaan. Studi ini yang benar-benar mengangkatteks sastra sebagai wilayah kajian. Keempat,penelitia dampak psikologis teks sastra padapembaca. Studi ini lebih cenderung ke arah aspek-aspek pragmatik psikologi teks sastra terhadappembaca. Wellek dan Warren dalam Endraswara (2008:98).
Dalam menganalisis unsur-unsur psikologis
dalam novel Harimau-harimau karva Mochtar Lubis,
penulis hanya menganalisis pada nalar perilaku
tokoh. Tokoh yang disoroti tak hanya terfokus
pada tokoh mama, baik pratagonis maupun
antagonis. Tokoh-tokoh bawahan yang dianggap tak
penting pun hams diungkap. Di sisi lain konflik
perwatakan tokoh perlu dikaitkan dengan alur
cerita. Misalnya saja, ada tokoh yang phobi,
giia. frustasi. dan sebagainya hams dihubungkan
dengan jalan cerita secara struktural.
2. Novel dan Psikolgois
Novel pada dasarnya merupakan bentuk
penceritaan tentang kehidupan manusia yang
bersifat fragmentaris. Teknik pengungkapannya
bersifat padat dan antar unsurnya merupakan
struktur yang terpadu. Novel menceritakan
kejadian yang luar biasa dari kehidupan para
tokohnya. Cerita yang baik hanya akan melukiskan
detail-detail tertentu yang dipandang perlu agar
tidak membosankan dan mengurangi kadar ketegangan
cerita (Nurgiyantoro, 2000 : 14). Dari uraian
tersebut menjelaskan bahwa agar tercapai maksud
yang dituju pengarang maka dalam menceritakan
kejadian haruslah bersifat penting, luar biasa,
dan yang dianggap perlu saja agar ceritanya tidak
melenceng dari tema.
Novel terdiri atas unsur-unsur pembentuk,
yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur instrinsik adalah unsur struktural
formal yang membangun karya sastra dari dalam.
Unsur-unsur tersebut antara lain tema, penokohan,
alur, latar judul, sudut pandang, gaya dan
suasana. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur dari
dunia luar karya sastra yang berpengaruh. Unsur-
unsur itu adalah : ekonomi, politik, filsafat,
dan psikologi (Nurgiyantoro, 2000 : 23-24).
Psikologi merupakan unsur ekstrinsik dari karya
sastra, namun peran psikologi dalam karya sastra
sangatlah penting. Peran psikologi dalam karya
sastra yaitu digunakan untuk menghidupkan
karakter para tokoh yang tidak secara sadar
diciptakan oleh pengarang.
Dari segi sosiologis, novel tidak
menampilkan tokoh sebagai manusia secara
individual, namun lebih sebagai manusia secara
sosial yang saling berinteraksi dengan tokoh
lainnya dalam kehidupan bermasyarakat layaknya
dalam kehidupan nyata. Sebagai sistem simbol,
dalam novel terkandung keberagaman tokoh sebagai
representasi multikultural tokoh-tokoh sebagai
spesies. Dimensi sosiologis yakni unsur-unsur
status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam
masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi dan
keluarga, pandangan hidup, agama dan kepercayaan,
ideologi, aktifitas sosial, organisasi, kegemaran,
ketutrunan, suku bangsa.
Berdasarkan segi psikologisnya ada kaitannya
antara penokohan dengan psikologi karena tokoh
dalam cerita novel biasanya ditampilkan secara
lebih lengkap, misainva yang berhubungan dengan
tingkah laku, sifat dan kebiasaan. Kejiwaan para
tokoh dalam novel sesungguhnya adalah
penggambaran manusia yang hidup di alam nyata
sebagai model didalam penciptaan seorang
pengarang. Tokoh berperan penting dalam
jalannya cerita, dengan adanya tokoh timbullah
suatu peristiwa. Tokoh dipergunakan pengarang
untuk menyampaikan maksud melalui ucapan.
tingkah laku / perilaku dari tokoh. Bisa
dikatakan bahwa unsur psikologi sangat
berpengaruh terhadap unsur penokohan di dalam
sebuah karya sastra. Dimensi psikologis yaitu
mentalitas, norma-norma, moral yang dipakai,
tempramen, perasaan-perasaannya. keinginan
pribadi, sikap dan watak, kecerdasan, keahlian,
kecakapan khusus.
Menurut Wiyatmi (2006 : 14) sastra adalah
segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dibatasi hanya pada "mahakarya", yaitu buku-buku
yang dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi
sastranya yang diterapkan pada seni sastra, yaitu
dipandang sebagai karya imajinatif. Endraswara
dalam bukunya Metodologi Penelitian Sastra juga
mengungkapkan bahwa karya sastra yang dijadikan
subyek penelitian perlu diberlakukan secara
lebih manusiawi. Karya sastra bukanlah barang
mati dan fenomena yang lumpuh, namun penuh daya
imajinasi yang hidup. Karya sastra tak jauh
berbeda dengan fenomena manusia yang bergerak,
fenomena alam yang kadang-kadang ganas, dan
fenomena apapun yang ada di dunia dan akherat.
Karya sastra dapat menyebrang ke ruang dan waktu
yang kadang-kadang jauh dari jangkauan nalar
manusia karenanya membutuhkan metode sendiri.
Antara psikologi dan novel mempunyai
hubungan yang fungsional yaitu sama-sama berguna
sebagai sarana mempelajari aspek kejiwaan manusia.
Bedanya gejala yang ada dalam karya sastra novel
adalah gejala-gejala kejiwaan manusia yang
imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah
manusia riil. Meski sifat-sifat manusia dalam
karya sastra novel bersifat imajiner, tetapi dalam
menggambarkan karakter dan jiwanya pengarang
menjadikan manusia yang hidup di alam nyata
sebagai model dalam penciptaannya.
Berdasarkan novel, ilmu psikologi dapat
digunakan sebagai salah satu pendekataan untuk
menelaah atau mengkaji tokoh-tokohnya.
Menganalisis tokoh dalam karya novel dan
perwatakanya seorang pengkaji sastra juga hams
berdasarkan pada teori dan hukum-hukum psikologi
yang menjelaskan perwatakan dan kejiwaan manusia.
Sebagai hasil imajinatif, sastra berfungsi
sebagai hiburan yang menyenangkan, juga guna
menambah pengalaman batin bagi para pembacanya.
Membicarakan yang memiliki sifat imajinatif,
kita berhadapan dengan tiga jenis (genre) sastra,
yaitu prosa, puisi. dan drama. Salah satu jenis
prosa adalah novel. Novel sebagai cerita tentang
suatu pencarian yang tergradasi akan nilai-nilai
yang otentik adalah nilai-nilai yang
mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan
meskipun hanya secara implisit tidak eksplisit
(Goldman dalam Faruk, 1994: 79). Novel sebagai
bentuk karya sastra merupakan jalan hidup yang di
dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang
dialami dan diperbuat manusia (tokoh) (Siswantoro
2005:29). Novel merupakan prosa fiksi yang
berisi tentang kehidupan tokohnya dari awal
hingga akhir. Prosa fiksi menurut Aminudin
(2002:66) yaitu kisahan atau cerita yang diemban
oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan,
latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu
yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya
sehingga menjalin suatu cerita. Novel sendiri
merupakan gambaran hidup tokoh yang
menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup
tokoh. Penokohan serta karakter tokoh dalam
novel digambarkan dengan lengkap atau jelas oleh
pengarang. Setiap tokoh juga diberi gambaran
fisik dan kejiwaan yang berbeda- beda sehingga
cerita tersebut seperti nyata atau menjadi hidup.
Dari segi kejiwaan, sastra bisa dipelajari dan
ditelaah dengan menggunakan teori psikologi.
Manusia merupakan mahluk sosial yang
memerlukan pemenuhan kebutuhan pribadi.
Kebutuhan-kebutuhan yang membawanya menjadi
manusia yang beraktualisasi diri. Ketika manusia
ingin mengaktualisasikan dirinya, kebutuhan-
kebutuhan yang lebih rendah hams terpenuhi dahulu
atau paling tetap diperhatikan. Jadi, kalau ia
lapar, ia harus berusaha mencari makan; Kalau ia
merasa tidak aman. ia harus mencari perlindungan;
kalau ia merasa terkucil dan kesepian, ia harus
mencari teman.
Namun demikian. bukan berarti manusia yang
dikatakan mampu mengaktualisasikan dirinya, ia
adalah manusia sempuma. Banyak kelemahan yang
dapat ditemui. Mereka sering didera perasaan
cemas dan bersalah, merasa cuek dan pel upa.
bahkan ada juga yang terlalu baik pada orang lain.
Diantara mereka juga ada yang terlalu suntuk,
selalu serius, dingin, dan sama sekali tidak
memiliki rasa humor. Tetapi, ketika orang-orang
yang bemsaha mengaktualisasikan dirinya tidak
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut,
orang yang bemsaha mengaktualisasikan dirinya
akan mengalami depresi, penderitaan, kekecewaan,
kecurigaan, dan sinisme. Oleh karena itu, banyak
ditemukan manusia yang bemsaha selalu bertindak
membuat pilihan dalam hidupnya menumt caranya
yang terbaik, namun tidak sedikit dari mereka
yang gagal. Kesulitan demikian merupakan
tantangan bagi yang mengaktualisasikan dirinya.
3. Biografi Pengarang
Muhtar Lubis pengarang ternama ini dilahirkan
tanggal 7 Maret 1922 di Padang. Sejak zaman Jepang
ia telah aktif dalam lapangan penerangan. la turut
mendirikan kantor berita 'Antara', kemudian
mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang
telah dilarang terbit. la mendirikan majalah
sastra Horizon bersama kawan-kawannya. Pada waktu
pemerintahan rezim Soekarno, ia dijebloskan ke
dalam penjara hampir sembilan tahun iamanya dan
baru dibebaskan pada tahun 1966.
Selain sebagai wartawan ia dikenal sebagai
sastrawan. Cerita-cerita pendeknya dikumpulkan
dalam buku-buku Si Jamal (1950) dan perempuan
(1956). Sedangkan romannya yang telah terbit:
TidakAda Esok (1950), Jalan Tak Ada Ujung (1952)
yang mendapat hadiah sastra BMKN, senja di Jakarta
yang mula-mula terbit dalam bahasa inggris dengan
judul Twiligth in Jakarta (1963) dan terbit dalam
bahasa melayu tahun 1964. Selain itu, romannya
yang mendapat sambutan luas yang berjudul Harimau!
11 unman! (Pustaka Jay a, 1975) telah mendapat
hadiah dari Yayasan buku utama sebagai buku
terbaik tahun 1975. Sedangkan Maut dan Cinta
(Pustaka Jaya 1971) mendapat hadiah dari Yayasan
Jaya Raya.
Kadang-kadang ia pun menulis esai dengan nama
samaran Sivitri dan juga menterjemahkan beberpaa
karya sastra asing seperti Tiga Cerita dari Negeri
Dollar (1950), Kisah-Kisah dari Eropa (1952).
Pada tahun 1950 ia mendapat hadiah atas
laporannya tentang Perang Korea dan tahun 1966
mendapat hadiah Magsaysay untuk karya-karya
jumalistiknya.
B. Kerangka Berfikir
Analisis adalah suatu kegiatan penelitian yang
berproses dengan rentang subyek berupa bagian-bagian
atau mengurai kembali. Hubungan dengan karya sastra
dalam hal ini, dan kegiatan menguraikan bagian atau
unsur novel dan memahami hubungan keterjalinan
anasir tersebut dalam mendukung makna cipta sastra
yang bulat dan utuh, serta menjadikan unsur-unsur
sebagai totalitas yang berstruktur dan bermakna
struktural berarti hubungan antara bagian-bagian
suatu karya sastra. Dengan kata lain analisis
struktural berarti menelaah karya sastra dari
bagian-bagiannya, istilah struktur dalam penelitian
ini adalah pendekatan sastra yang menguraikan secara
cermat unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri yang terjalin secara utuh sehingga
menghasilkan kebulatan makna.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
menganalisis novel Harimau-harimau karya Muhtar
Lubis adalah deskriptif kualitatif. Dalam
penelitian kualitatif, karena permasalahan yang
dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara,
maka teori yang digunakan dalam penyusunan
proposal penelitian kualitatif juga bersifat
sementara, bersifat holistik (menyeluruh) dan
bersifat menemukan teori (Sugiyono, 2010: 213).
Untuk mengadakan pengkajian terhadap istilah
penelitian kualitatif perlu dikemukakan
metodelogi kualitatif yaitu sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat diamati. Pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak
boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu
memandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Bogdan dan Taylor dalam (Margono, 1995: 25).
Jenis penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah kajian pustaka yang
bersifat deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah
suatu cara pengolahan data yang dibukukan dengan
jalan menyusun secara sistematis sehingga akan
memperoleh kesimpulan umum (menyeluruh) mengenai
permasalahan. Sedangkan kualitatif adalah
rangkaian atau proses menjaring data atau
informasi yang bersifat objektif dengan
menggunakan uraian kata-kata.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan
metode kualitatif yaitu hasil penelitian
diungkapkan dengan metode mendeskripsikan data
atau membahasakannya tanpa menggunakan angka
untuk melakukan suatu hasil yang akan dianalisis
oleh peneliti.
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian pada dasamya
merencanakan suatu kegiatan sebelum dilaksanakan.
Kegiatan merencanakan itu mencakup komponen-
komponen penelitian yang diperlukan, (Usman,
2008: 99). Menunit jenisnya, penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif. Oleh
karena itu, dalam penyusunan desain harus
dirancang berdasarkan pada prinsip metode
deskriptif kualitatif, yang mengumpulkan,
mengolah, mereduksi, menganalisis dan
menyajikan data secara objektif atau sesuai
dengan kenyataan yang ada di lapangan untuk
memperoleh data. Dalam penelitian deskriptif
kualitatif, seorang peneliti harus bertindak
sebagai instrumen dalam mengkaji dan menganalisis
sebuah karya sastra. Untuk itu, langkah yang
ditempuh peneliti adalah mengadakan studi
kepustakaan atau telaah pustaka (literatur) untuk
mendeskriptifkan dan menafsirkan makna atau nilai
dalam novel Harimau-harimau karya Muhtar Lubis
sebagaimana adanya. Menurut Margono (1995: 17),
rancangan penelitian merupakan landasan berpijak,
serta dapat dijadikan dasar penelitian.
karena itu rancangan penelitian
menggambarkan tentang semua proses atau langkah
yang dilakukan oleh peneliti.
C. Data dan Sumber Data
Yang menjadi data dalam penelitian ini adalah
bagian cerita yang mengungkapkan masalah unsur-
unsur psikologis tokoh yang terdapat dalam novel
Harimau-harimau karya Muhtar Lubis.
Dalam penelitian ini sumber data yang
digunakan adalah yaitu novel Harimau-harimzu karya
Muhtar Lubis yang diterbitkan oleh Yayasan Obor
Indonesia cetakan ketujuh. Dalam ilmu sosial
sumber data kualitatif adalah masyarakat, data
penelitiannya adalah tindakan-tindakan. Sedangkan
dalam ilmu sastra sumber datanya adalah karya,
naskah, data penelitiannya sebagai data formal
adalah kata-kata. kalimat, dan wacana.
Adapun identitas novel Harimau-harimau karya
Muhtar Lubis yang diteliti oleh peneliti sebagai
berikut:
1. Judul Novel : Harimau-
harimau
2. Pengarang Novel : Muhtar
Lubis
3. Penerbit : Yayasan Obor
Indonesia. Jin. Plaju no.10, Jakarta
10230
4. Tahun atau edisi penerbitan :
-Cetakan Pertama : Juli 1992
-Cetakan Kedua: april 1993
- Cetakan Ketujuh Mei 2004
- Cetakan Kedelapan Maret
2008
- ISBN : 978-979-461-109-6
5. Tebal buku : vi + 214
halaman, 11 x 17 cm
6. Warna sampul : Hitam dengan
gambar Wajah Harimau dan Manusia
7. Penerjemah : Ipong Purnama
Sidi
Editor : -
Pemeriksa aksara : -
Desain cover dan isi : Ipong Purnama Sidi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data adalah suatu usaha
sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara
sistematis, dengan prosedur yang terstandar
(Arikunto, 1992:222).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan 3 metode yaitu:
1. Studi Pustaka yaitu mempelajari novel
Harimau-harimau karya Muhtar
Lubis melalui kegiatan membaca secara
berulang-ulang sampai
permasalahan yang menjadi pokok permasalahan
ditemukan.
2. Menyeleksi dan mengklasifikasi bagian-
bagian cerita yang dijadikan
sebagai data penelitian sesuai dengan fokus kajian
dan mendukung analisis
yang berkaitan dengan unsur-unsur Psikologis.
3. Pencatatan yaitu mencatat hal-hal penting
yang berkaitan dengan unsur-
unsur Psikologis yang terdapat dalam sumber data.
Sedangkan instrumen yang digunakan sebagai alat
dalam penelitian ini adalah kartu data. Kartu data
digunakan untuk mengutip bagian-bagian yang akan
dianalisis dalam novel Harimau-harimau karya Muhtar
Lubis yaitu tanda dan penanda. Yang dimaksud tanda
adalah bahasa yang digunakan dalam novel Harimau-
harimau karya Muhtar Lubis.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan sebagai alat dalam
penelitian ini adalah kartu data. Kartu data yang
digunakan untuk mengutip bagian-bagian yang akan
dianalisis dalam novel Harimau-harimau Karya Muhtar
Lubis.
F. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode analisis data. Menurut Effendi (dalam
Usman, 2008:379) metode analisis data adalah
prosedur penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Maka
data yang dianalisis berdasarkan unsur-unsur
psikologi dan pendekatan deskriptif kualitatif.
Unsur psikologi memandang novel sebagai ekspresi
kejiwaan manusia dalam kehidupannya. Sedangkan
pendekatan deskriptif kualitatif, menganalisis atau
menelaah karya sastra dari segi unsur demi unsur,
yakni unsur psikologi tokoh dalam karya sastra yang
dijadikan acuan penelitian, meliputi:
1. Mengidentifikasi
Pada langkah ini peneliti mencatat atau
mengutip data-data yang berkaitan dengan fokus
masalah yang dikaji dalam novel Harimau-harimau
karya Muhtar Lubis.
2. Menyeleksi
Pada langkah ini peneliti menentukan data-
data yang yang telah diidentifikasi sesuai
dengan faktor kajian dan mendukung analisis
yang berkaitan dengan psikologis tokoh dalam
novel Harimau- harimau karya karya muhtar lubis.
3. Mereduksi
Pada langkah ini data-data yang diperoleh
peneliti direduksi atau disederhanakan untuk
mencari mana yang berkaitan dan yang tidak
berkaitan dengan fokus kajian.
4. Interpretasi
Pada langkah ini peneliti
menafsirkan data-data yang telah
diidentifikas, diseleksi, direduksi dari
novel Harimau-harimau karya Muhtar Lubis
tentang psikologi (kondisi kejiwaan tokoh).
G. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini diuraikan prosedur
penelitian data, sehubungan dengan hal tersebut
adapun prosedur yang digunakan oleh peneliti
untuk mendapatkan data yaitu: (1) membaca
berulang-ulang novel Harimau-harimau sampai pokok
permasalahan ditemukan; (2) menyeleksi bagian-
bagian cerita yang berkaitan dengan fokus peneliti
tentang dialog antar tokoh; (3) setelah diseleksi,
peneliti mencatat data-data yang berkaitan dengan
fokus penelitian; (4) membuat sinopsis novel
Harimau-harimau karya Muhtar Lubis; (5) membuat
korpus data tentang dialog antar tokoh.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
hanya melakukan penelitian dalam waktu dua bulan,
mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 2013, untuk
mendapatkan data yang diperiukan atau data yang
valid.
DAFTARPUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolingiistik. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Depdikbub. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Endraswara, Suwardi. 2008. Met ode Penelitian PsikologisSastra Jakarta: Med Press.
Henri Guntur, Tarigan. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra.
Bandung: Angkasa Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum.
Bandung: CV Mandar Maju. Laelasari, Nurlailah. 2008.
Kamus Istilah Sastra. Bandung : Nuansa Aulia. Margono. 1995.
Metodologi Pengkajian Pendidikan. Semarang: Bhineka Cipta.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
Purwanto, M. Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Tehnik PenelitianSastra: Dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme perspektifwacana naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta.
Sumarni. 2007. "Gambaran Konflik Idealisme dalam Novel Muara Kasih Karya Muthmainah." Skripsi, tidak diterbitkan, STKIP HAMZANWADI Selong.
Suyasa, Made. 2004. Pengantar Teori Sastra. Mataram:Universitas Muhammadiyah
Korpus Data Unsur-Unsur Psikologis Novel Harimau-harimau Karya Muhtar Lubis
No Bagan cerita Hal Unsur
psikologis
Sanip juga seorang pelawak.Jika timbul hatinya hendakbergembira, maka dangung-dangung disuruh menyanyigembira, dan ia pun akan i kmmenyany i dengan suaranyayang agak serak, dan diaakan berdiri dan menari,sehingga anak-anak muda yanglain tak dapat menahan diri,ikut berdiri, menari danmenyanyi
Dia suka melucu danmenceritakan kisah-kisahyang lucu. Banyak benarleiuconnya tentang kelakuanlebai, yang menumbuhkantertawa mereka terkekeh-kekeh
"Engkaujuga," kata sanip,sama saja, orang tuaatauorang muda, kalau sudahmelihat perempuan cant i k.lupa daratan
"Ah, aku tidak," kata buyungmembantah," memang dia cantik, tetapiaku tak berani merasaseperti kalian. Aku takutpada wak hitam."
"Ho-ho," sutan, sanip dantalip menertawakan buyung,"engkau kan masih bujangmasih belum tahu, belumpunya pengalaman apa-apa,karena itu dapat berkatademikian. Kau belum tahupengalaman itu
"Aduh, merah padam mukaBuyung yang malu. Mereka puntahu sudah tentang ceritanyayang tak berbalas terhadap
17
17
32
32
32
32
48
48
54
Humoris
Humoris
Pemalu
Pemalu
Pemalu
Pemalu
Ketidaksetiaan
Ketidaksetiaan
Kekecewaan
Top Related