PENDAPATAN DAN BEBAN: PENGAKUAN PENDAPATAN,
PAJAK PENGHASILAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
DAN KOREKSI KESALAHAN
Disusun Oleh :
Fathoni Septa CharismaHanif Prakoso
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
I. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 23 - PENDAPATAN
Definisi Pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila
arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.
Pendapatan diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang timbul
dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini:
a. penjualan barang,
b. penjualan jasa, dan
c. penggunaan aset entitas oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen.
Pengukuran Pendapatan
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang
diterima atau yang dapat diterima. Sedangkan nilai wajar adalah
jumlah suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
diselesaikan antara pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi wajar.
Diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat
diterima dan dikurangi diskon atau rabat.
Jika pendapatan ditangguhkan, nilai wajar ditentukan dengan
mendiskontokan arus kas yang akan diterima dengan tingkat bunga
tersirat (imputed).
Pertukaran barang serupa tidak dianggap transaksi yang
menghasilkan pendapatan.
Pertukaran tidak serupa dianggap transaksi yang menghasilkan
pendapatan.
Identifikasi Transaksi
Kriteria pengakuan dalam pernyataan ini diterapkan secara
terpisah pada setiap transaksi. Dalam kondisi tertentu kriteria
diterapkan pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara
terpisah dari suatu transaksi tunggal atau suatu transaksi tidak
dapat dilepaskan dari transaksi lainnya maka dianggap sebagai
transaksi tunggal.
Penjualan dengan kontrak pemeliharaan
Sale and leaseback
Pengakuan Pendapatan
Penjualan barang
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi
berikut dipenuhi :
a. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan
barang secara signifikan kepada pembeli,
b. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya
terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan
pengendalian efektif atas barang yang dijual,
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,
d. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan
transaksi tersebut akan mengalir ke entitas,
e. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi
penjualan tersebut dapat diukur secara andal.
Penjualan jasa
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat
diestimasi secara andal, maka pendapatan sehubungan dengan
transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil
transaksi dapat diestimasi secara andal jika seluruh kondisi
berikut ini dipenuhi :
a. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,
b. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas,
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode
pelaporan dapat diukur secara andal,
d. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk
menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur secara andal.
Bunga, royalty, dividen
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut :
a. Bunga diakui menggunakan metode suku efektif,
b. Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi
perjanjian yang relevan,
c. Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima
pembayaran ditetapkan.
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak
lain yang menghasilkan bunga, royalti, dividen diakui jika :
a. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut mengalir ke entitas,
b. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Pengungkapan Pendapatan
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan,
termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat
peyelesaian transaksi penjualan jasa.
b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui
selama periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari :
(i) penjualan barang,
(ii) penjualan jasa,
(iii) bunga,
(iv) royalty,
(v) dividen.
Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa
yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.
II. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 46 - PAJAK PENGHASILAN
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi
untuk pajak penghasilan. Masalah utama dalam perlakuan akuntansi
untuk pajak penghasilan adalah bagaimana menghitung konsekuensi
pajak kini dan masa depan untuk hal-hal berikut ini:
(a) Pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di
masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas.
(b) Transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode
kini yang diakui pada laporan keuangan entitas.
Definisi
Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan
peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas laba kena
pajak entitas.
Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat
final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah
selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final
tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena
pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini
dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi, atau
usaha tertentu.
Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang
(dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk satu
periode.
Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak
kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan
laba atau rugi pada satu periode.
Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal)
adalah laba (rugi) selama satu periode yang dihitung
berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak atas
pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).
Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang
dapat dipulihkan pada periode masa depan sebagai akibat adanya
:
a. perbedaan temporer yang boleh dikurangkan;
b. akumulasi rugi pajak belum dikompensasi; dan
c. akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal
peraturan perpajakan mengizinkan.
Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan
terutang pada periode masa depan sebagai akibat adanya
perbedaan temporer kena pajak.
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat
aset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar
pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa:
a. Perbedaan temporer kena pajak, yaitu perbedaan temporer yang
menimbulkan jumlah kena pajak dalam penghitungan laba kena
pajak (rugi pajak) periode mendatang ketika jumlah tercatat
aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.
b. Perbedaan temporer dapat dikurangkan, yaitu perbedaan
temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan
dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode
mendatang ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas
dipulihkan atau diselesaikan.
Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan pajak aset adalah jumlah yang dapat
dikurangkan, untuk tujuan pajak.
Dasar pengenaan pajak liabilitas adalah jumlah tercatat
liabilitas dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat
dikurangkan untuk tujuan pajak berkenaan dengan liabilitas
tersebut pada periode masa depan.
Dalam laporan keuangan konsolidasi, perbedaan temporer
ditentukan dengan membandingkan nilai tercatat aset dan
liablitas pada laporan keuangan konsolidasi dengan dasar
pengenaan pajaknya.
Entitas menentukan dasar pengenaan pajak merujuk pada SPT
masing‐masing entitas, jika entitas tidak diizinkan oleh
peraturan yang berlaku untuk membuat SPT konsolidasi.
Pengakuan Aset dan Liabilitas Pajak Kini
Jumlah pajak kini, yang belum dibayar harus diakui sebagai
liabilitas, jika jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode
berjalan dan periode‐periode sebelumnya melebihi jumlah pajak
yang terutang, maka selisihnya, diakui sebagai aset.
Manfaat yang berkaitan dengan rugi pajak yang dapat ditarik
kembali untuk memulihkan pajak kini dari periode sebelumnya
harus diakui sebagai aset.
Pengakuan Aset dan Liabilitas Pajak Tangguhan
Perbedaan Temporer Kena Pajak
Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai
liabilitas pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan
temporer kena pajak yang berasal dari:
a. pengakuan awal goodwill; atau
b. pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu
transaksi yang:
• bukan transaksi kombinasi bisnis; dan
• pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan
laba kena pajak (rugi pajak).
Perbedaan temporer kena pajak terkait dengan investasi pada
entitas anak, cabang dan entitas asosiasi, dan ventura
bersama, maka liabilitas pajak tangguhan harus diakui sesuai
dengan paragraf 40.
Kombinasi Bisnis
Aset Tercatat pada Nilai Wajar
Goodwill
Pengakuan Awal Aset atau Liabilitas
Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan
Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan
temporer dapat dikurangkan, sepanjang kemungkinan besar bahwa
laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang cukup memadai
sehingga perbedaan temporer dapat dikurangkan tersebut dapat
dimanfaatkan, kecuali jika aset pajak tangguhan timbul dari
pengakuan awal aset atau pengakuan awal liabilitas dalam
transaksi yang:
a. bukan dari transaksi kombinasi bisnis; dan
b. pada saat transaksi, tidak mempengaruhi baik laba akuntansi
maupun laba kena pajak (rugi pajak)
Namun, untuk perbedaan temporer dapat dikurangkan dihubungkan
dengan investasi entitas anak, cabang dan entitas asosiasi,
serta ventura bersama, maka aset pajak tangguhan harus diakui
sesuai dengan cara khusus (paragraf 45).
Goodwill
Pengakuan Awal Aset atau Liabilitas
Rugi Pajak Belum Dikompensasi dan Kredit Pajak Belum
Dimanfaatkan
Revaluasi Aset Pajak Tangguhan yang Tidak Diakui
Investasi pada Entitas Anak, Cabang dan Entitas Asosiasi dan
Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
Pengukuran
Liabilitas (aset) pajak kini untuk periode kini dan periode
sebelumnya diukur sebesar jumlah yang diharapkan untuk dibayar
(direstitusi) kepada otoritas perpajakan, yang dihitung
menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku
atau yang telah secara substantif berlaku pada periode
pelaporan.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan harus diukur dengan
menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset
dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, yaitu dengan tarif
pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah
secara substantif berlaku pada periode pelaporan.
Pengakuan Pajak Kini dan Pajak Tangguhan
Pos yang diakui dalam Laba Rugi
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau
beban pada laporan laba rugi, kecuali apabila pajak
penghasilan yang berasal dari:
suatu transaksi atau kejadian yang diakui, pada periode
yang sama atau berbeda, di luar laporan laba rugi baik
dalam pendapatan komprehensif lain maupun secara langsung
dalam ekuitas, atau
kombinasi bisnis
Pos yang diakui di luar Laba Rugi
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui di luar laporan laba
rugi apabila pajak terkait pada pos‐pos tersebut pada periode
yang sama atau berbeda, diakui di luar laporan laba rugi. Oleh
karena itu, pada periode yang sama atau berbeda, pajak kini
dan pajak tangguhan terkait dengan pos‐pos yang diakui:
dalam pendapatan komprehensif lain, harus diakui pada
pendapatan komprehensif lain.
langsung ke ekuitas, harus diakui langsung pada ekuitas.
Penyajian
Aset dan Liabilitas Pajak -- Saling hapus
Entitas melakuan saling hapus atas aset pajak kini dan
liabilitas pajak kini jika dan hanya jika, entitas:
a. memiliki hak secara hukum untuk melakukan saling hapus
jumlah yang diakui; dan
b. bermaksud untuk menyelesaikan dengan dasar neto, atau
merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara
bersamaan.
Entitas melakukan saling hapus aset pajak tangguhan dan
liabilitas pajak tangguhan jika dan hanya jika:
a. entitas memiliki hak secara hukum untuk saling hapus aset
pajak kini terhadap liabilitas pajak kini; dan
b. aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan
terkait dengan pajak penghasilan yang dikenakan oleh
otoritas pajak atas entitas kena pajak yang sama atau
entitas kena pajak berbeda yang akan merelaisasikan secara
bersama.
Beban Pajak
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari
aktifitas normal disajikan tersendiri pada laporan laba
rugi komprehensif.
Jika entitas menyajikan komponen laba rugi pada laporan
laba rugi secara terpisah, maka beban (penghasilan) pajak
terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal pada
laporan keuangan disajikan terpisah.
Pengungkapan
Komponen utama beban (penghasilan) pajak diungkapkan secara terpisah :
a. Beban (penghasilan) pajak kini;
b. Penyesuaian atas pajak kini yang berasal dari periode
sebelumnya;
c. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal
dari timbulnya perbedaan temporer dan pembalikannya;Jumlah
beban (penghasilan) pajak
d. tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak atau penerapan
peraturan perpajakan yang baru;
e. Jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak
diakui sebelumnya, kredit pajak atau perbedaan temporer
periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi beban pajak
kini;
f. Jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya,
kredit pajak, atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang
digunakan untuk mengurangi beban pajak tangguhan;
g. Beban pajak tangguhan ditimbulkan dari penurunan atau
pembalikan penurunan sebelumnya atas aset pajak tangguhan;
h. Jumlah beban (penghasilan) terkait dengan perubahan kebijakan
akuntansi dan kesalahan yang termasuk dalam laba rugi, karena
tidak dapat diperlakukan secara retrospektif.
Berikut ini hal-hal yang juga diungkapkan secara terpisah :
a. Agregat pajak kini dan pajak tangguhan berkaitan dengan
transaksi‐transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan
langsung ke ekuitas;
b. Jumlah pajak penghasilan berkaitan dengan setiap komponen
pendapatan komprehensif lain
c. Penjelasan hubungan antara beban (penghasilan) pajak dengan
laba akuntansi :
rekonsiliasi angka antara beban (penghasilan) pajak dengan
hasil perkalian laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku
rekonsiliasi angka antara tarif pajak efektif rata‐rata dan
tarif pajak yang berlaku
d. Penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan
perbandingan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode
akuntansi sebelumnya;
e. Jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan, rugi pajak belum dikompensasi
dan kredit pajak belum dimanfaatkan yang tidak diakui sebagai
aset pajak tangguhan pada laporan keuangan;
f. Jumlah agregat perbedaan temporer yang dihubungkan dengan
investasi pada entitas anak, cabang dan perusahaan asosiasi
dan bagian partisipasi dalam ventura bersama atas liabilitas
pajak tangguhan yang belum diakui
g. Dll.
Entitas mengungkapkan jumlah asset pajak tangguhan dan sifat bukti yang
mendukung pengakuannya, jika :
a. Penggunaan asset pajak tangguhan bergantung pada apakah laba
kena pajak mendatang melebihi laba dari pembalikan perbedaan
temporer kena pajak yang telah ada, dan
b. Entitas telah mengalami kerugian pada periode kini atau
periode sebelumnya di masa asset pajak tangguhan terkait.
Entitas mengungkapkan sifat konsekuensi pajak penghasilan potensial yang
timbul dari pembayaran dividen kepada pemegang sahamnya.
Pajak Penghasilan Final
Apabila nilai tercatat aset atau liabilitas yang berhubungan
dengan pajak penghasilan final berbeda dari dasar pengenaan
pajaknya maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aset
atau liabilitas pajak tangguhan.
Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak
diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi
yang diakui pada periode berjalan.
Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah
yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi
diakui sebagai Pajak Dibayar Dimuka dan Pajak yang Masih Harus
Dibayar.
Akun Pajak penghasilan final dibayar dimuka harus disajikan
terpisah dari pajak penghasilan final yang masih harus
dibayar.
PERBEDAAN ED PSAK 46 (REVISI 2010) DENGAN IFRS
ED PSAK 46 (revisi 2010): Pajak Penghasilan mengadopsi
seluruh peraturan di dalam IAS 12: Income Tax per Januari 2009,
kecuali:
1. Dalam ED PSAK 46 (revisi 2010): Pajak Penghasilan paragraf 4
tentang definisi menambahkan definisi mengenai Pajak
Penghasilan dan Pajak Penghasilan Final yang tidak terdapat
di dalam IAS 12. Penambahan definisi ini untuk memberikan
pengertian mengenai perbedaan konsep pengenaan atas pajak
penghasilan dan pajak penghasilan final.
2. Dalam ED PSAK 46 (revisi 2010): Pajak Penghasilan paragraf 4
tentang definisi aset pajak tangguhan, menambahkan
persyaratan akan kesesuaian dengan peraturan perpajakan
untuk pengakuan aset pajak tangguhan yang timbul dari
akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan. Hal ini berbeda
dengan pengaturan dalam IAS 12 memperbolehkan pengaturan
untuk kredit pajak (tanpa ada penjelasan lebih lanjut).
Adapun alasannya karena sampai ED PSAK 46 (revisi 2010) ini
direvisi, peraturan perpajakan di Indonesia belum
memperbolehkan akumulasi terhadap kredit pajak yang belum
dimanfaatkan.
3. Dalam ED PSAK 46 (revisi 2010): Pajak Penghasilan paragraf
98 sampai 102 menambahkan pengaturan khusus untuk pajak
penghasilan final yang tidak diatur dalam IAS 12. Alasan
pengaturan mengenai pajak penghasilan ini karena dalam
sistem perpajakan di Indonesia banyak sekali
pengaturanmengenai pajak penghasilan final yang jumlahnya
dapat signifikan dan harus disajikan dalam laporan keuangan.
4. Dalam ED PSAK 46 (revisi 2010): Pajak Penghasilan paragraf
103 juga menambahkan pengaturan untuk hal-hal khusus
sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak yang diterima oleh
entitas tidak pada periode terjadinya. Atas Surat Ketetapan
Pajak tersebut dapat memberikan konsekuensi pajak pada
periode berikutnya yang jumlahnya dapat signifikan dan
mungkin sulit diprediksi sebelumnya.
III. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 25 - KEBIJAKAN
AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN KOREKSI
KESALAHAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI
Pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan suatu perusahaan selama beberapa periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi keuangan, kinerja dan arus
kas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi
yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap
periode.
Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya
jika penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan
oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi keuangan yang
berlaku, atau jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan
menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai
dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Penyajian suatu kejadian
atau transaksi akan lebih tepat jika kebijakan akuntansi yang
baru menghasilkan informasi yang lebih relevan atau dapat
dipercaya mengenai posisi keuangan, kinerja atau arus kas suatu
perusahaan.
Definisi Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi adalah Prinsip, dasar, konvensi,
peraturan, dan praktik tertentu yang diterapkan entitas dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu
transaksi, peristiwa atau kondisi lain, maka kebijakan
akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut menggunakan PSAK
tersebut.
Dalam hal tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk
transaksi, peristiwa atau kondisi lain, maka manajemen
menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan
suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang :
a. Relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi
pengguna, dan
b. Andal, dalam laporan keuangan yang :
1. Menyajikan secara jujur posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas;
2. Mencerminkan substansi ekonomi transaksi, peristiwa, atau
kondisi lainnya, dan bukan hanya bentuk hokum;
3. Netral, yaitu bebas dari bias;
4. Pertimbangan sehat; dan
5. Lengkap dalam semua hal yang material.
Konsistensi Kebijakan Akuntansi
Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara
konsisten untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang
serupa, kecuali PSAK secara spesifik mengatur atau mengizinkan
pengelompokan pos-pos dengan kebijakan akuntansi berbeda adalah
hal tepat. Jika PSAK mengatur atau mengizinkan pengelompokkan
tersebut, maka kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan
diterapkan secara konsisten untuk setiap kelompok.
Perubahan Kebijakan Akuntansi
Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan
tersebut :
a. Disyaratkan oleh suatu PSAK; atau
b. Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang
andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa
atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja
keuangan atau arus kas entitas.
Berikut ini bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi :
a. penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa
atau kondisi lainnya yang berbeda secara substansi daripada
yang terjadi sebelumnya; dan
b. penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,
peristiwa atau kondisi lainnya yang tidak pernah terjadi
sebelumnya atau tidak material.
Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi
Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi bergantung kepada:
1. Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari
penerapan awal suatu PSAK sebagaimana yang diatur dalam
ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika ada;
2. Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan
dilakukan secara sukarela maka entitas menerapkan perubahan
tersebut secara retrospektif.
Penerapan retrospektif suatu perubahan kebijkan akuntansi
baru adalah koreksi pengakuan, pengukuran, transaksi, peristiwa
dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan.
Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan,
pengukuran, dan pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan keuangan
seolah-olah kesalahan periode lalu tidak pernah terjadi.
Keterbatasan penerapan retrospektif yaitu ketika penerapan
retrospektif disyaratkan, maka perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan secara retrospektif, kecuali sepanjang tidak praktis
untuk menentukan dampak spesifik periode atau dampak kumulatif
periode tersebut.
Pengungkapan Kebijakan Akuntansi
Jika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode
berjalan atau periode lalu, akan memiliki dampak terhadap periode
tersebut kecuali tidak praktis untuk menentukan jumlah
penyesuaian, atau mungkin memiliki dampak pada periode mendatang,
maka entitas mengungkapkan :
a. Judul PSAK;
b. Bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan
ketentuan transisinya, ketika dapat diterapkan;
c. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
d. Penjelasan ketentuan transisi, ketika dapat diterapkan;
e. Ketentuan transisi yang memiliki dampak pada periode
mendatang, ketika dapat diterapkan;
f. Untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian,
sepanjang praktis, jumlah penyesuaian:
1. Untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak;
dan
2. Laba per saham dasar dan dilusian, jika PSAK 56 diterapkan
atas entitas;
g. Jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum
disajikan, sepanjang praktis; dan
h. Jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode
lalu tertentu, atau periode-periode sebelum disajikan, keadaan
yang mendorong ke keberadaan kondisi itu dan penjelasan
bagaimana dan mulai kapan perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang.
Ketika perubahan kebijakan akuntansi sukarela memiliki
dampak pada periode berjalan atau periode lalu, akan memiliki
dampak terhadap periode tersebut kecuali tidak praktis untuk
menentukan jumlah penyesuaian, atau mungkin memiliki dampak pada
periode mendatang, maka entitas mengungkapkan :
a. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
b. Alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan
informasi yang andal dan lebih relevan;
c. Jumlah penyesuaian untuk periode berjalan dan setiap periode
lalu sajian, sepanjang praktis :
1. Penyesuaian untuk setiap pos laporan keuangan yang
terpengaruh;dan
2. Penyesuaian laba per saham dasar dan dilusian;
d. Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periodeperiode sebelum
periode-periode tersebut disajikan, sepanjang praktis; dan
e. Keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan
bagaimana dan sejak kapan perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan, jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk
suatu periode tertentu, atau untuk periode-periode sebelum
periode-periode tersebut disajikan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang
pengungkapan ini.
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI
Perubahan Estimasi Akuntansi sebagai akibat ketidakpastian
aktivitas usaha, banyak unsur laporan keuangan yang tidak dapat
diukur dengan tepat tetapi hanya dapat diestimasi. Proses
estimasi mempertimbangkan informasi terakhir yang tersedia.
Estimasi diperlukan, sebagai contoh, untuk penyisihan piutang
sangsi (bad debts), keusangan persediaan dan masa manfaat dari
aktiva yang dapat disusutkan. Penggunaan estimasi yang wajar
adalah bagian yang esensial dari penyusunan laporan keuangan dan
tidak melemahkan keandalannya. Suatu estimasi mungkin harus
direvisi jika ada perubahan kondisi yang mendasari estimasi
tersebut, atau karena adanya informasi baru, bertambahnya
pengalaman atau perkembangan lebih lanjut. Revisi atas estimasi
tersebut, pada hakekatnya tidak menyebabkan perlunya penyesuaian
dalam batasan pengertian dari suatu pos luar biasa atau kesalahan
mendasar. Apabila sulit untuk memisahkan antara perubahan
kebijakan akuntansi dan perubahan estimasi akuntansi, perubahan
tersebut diperlakukan sebagai suatu perubahan estimasi akuntansi,
dengan pengungkapan yang layak.
Definisi Perubahan Estimasi Akuntansi
Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian jumlah
tercatat aset atau liabilitas atau jumlah pemakaian periodik
aset, yang berasal dari penilaian status kini dari, dan
ekspektasi manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan,
aset dan liabilitas. Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari
informasi baru atau perkembangan baru dan, oleh karena itu bukan
dari koreksi kesalahan.
Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara
prospektif sebagai berikut:
1. Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan
aset dan laibilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas,
perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan
menyesuaikan jumlah tercatat item aset, laibilitas, atau
ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
2. Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan
penerapan di atas, diakui secara prospektif dalam laporan laba
rugi pada:
a. Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode
itu; atau
b. Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan
berdampak pada keduanya.
Pengungkapan Perubahan Estimasi
Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan estimasi
akuntansi yang berdampak pada periode berjalan, atau
diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang, kecuali
pengungkapan dampak pada periode mendatang tidak praktis untuk
mengestimasi dampak tersebut.
Jika jumlah dampak pada periode mendatang adalah tidak
diungkapkan karena estimasinya tidak praktis, maka entitas
mengungkapkan fakta tersebut.
KESALAHAN
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau
lebih periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode
berjalan. Kesalahan mungkin timbul dari kesalahan perhitungan
matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi,
kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Koreksi
atas kesalahan tersebut biasanya dimasukkan dalam perhitungan
laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Suatu kesalahan
mempunyai pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan
keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan
tersebut tidak dapat diandalkan lagi pada tanggal penerbitannya.
Contoh suatu kesalahan yang mendasar adalah penemuan bahwa
laporan keuangan periode sebelumnya memasukkan jumlah pekerjaan
dalam proses dan piutang yang fiktif dan nilainya material.
Pertanggungjawaban atas kesalahan mendasar yang terjadi dapat
dilakukan dengan menyatakan kembali informasi yang berkaitan
secara komparatif untuk mengoreksi kesalahan mendasar tersebut
atau dengan menyajikan informasi tambahan secara proforma.
Definisi Kesalahan Periode Lalu
Kesalahan periode lalu adalah kelalaian untuk mencantumkan,
dan kesalahan dalam mencatat, dalam laporan keuangan entitas
untuk satu atau lebih periode lalu yang timbul dari kegagalan
untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan, informasi andal
yang :
a. tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode
tersebut, dan
b. secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan
dalam penyusunandan penyajian laporan keuangan.
Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara
retrospektif pada laporan keuangan lengkap pertama yang
diterbitkan setelah ditemukannya dengan:
a. Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian
dimana kesalahan terjadi; atau
b. Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling
awal, maka menyajikan kembali saldo awal aset, laibilitas, dan
ekuitas untuk periode lalu sajian paling awal.
Keterbatasan Penyajian Kembali Retrospektif
Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan penyajiankembali
secara retrospektif kecuali sepanjang tidak praktis untuk
menentukan dampak periode tertentu atau dampak kumulatif
kesalahan.
Jika tidak praktis untuk menentukan dampak spesifik periode
dari kesalahan pada informasi komparatif untuk satu atau lebih
periode sajian, maka entitas menyajikan kembali saldo pembuka
asset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode paling awal di
saat penyajian kembali retrospektif adalah praktis (mungkin
periode berjalan)
Jika tidak praktis untuk menentukan dampak kumulatif, pada
awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua periode lalu,
maka entitas menyajikan kembali informasi komparatif untuk
mengoreksi kesalahan secaraprospektif dari tanggal praktis
paling awal.
Pengungkapan Kesalahan Periode lalu
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut :
a. Sifat dari kesalahan periode lalu;
b. Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis:
1. Untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
2. Laba per saham dasar dan dilusian jika PSAK 56 diterapkan
atas entitas;
c. Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan
d. Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu
periode lalu tertentu, keadaan yang membuat keberadaan kondisi
Top Related