1
PERENCANAAN ALAT ANGKUT BOAT MENGGUNAKAN FORKLIFT DAN STACKING
VEHICLE KAPASITAS 2 TON
Wahyu Purnawirawan1, Aswata Wisnuadji2, Sunardi2
1. Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin, 2. Dosen Jurusan Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ABSTRACT
Position the boat in the water often difficult to be moved to ground level, the purpose of this movement are to maintenance process or save it to storage, therefore necessary a vehicle to do this removal process. Forklift Stacking Vehicle is a means of conveyance that can lift boats from the water surface to the upper surface of the ground for the treatment process is then performed on the boat or can at once be brought to the place of storage. The working principle of this device is content with using a fork lift and arm lift (mast) which moves up and down on hydraulic motion. From the calculation of the forces obtained forks and mast with SS 490 material with yield strength 275 N/mm2, Hydraulic with stroke 2900 mm, piston diameter 80 mm and silinder rod 56 mm.
Key word : Forklift Stacking Vehicle, arm lift, mast.
ABSTRAK
Posisi perahu yang berada di permukaan air sering kali sulit untuk dipindahkan ke permukaan tanah, tujuan pemindahan ini antara lain untuk proses perawatan atau penyimpanan, oleh karenanya dibutuhkan alat untuk proses pemindahan ini. Forklift Stacking Vehicle merupakan alat angkut yang dapat mengangkat perahu dari permukaan air ke atas permukaan tanah untuk selanjutnya dilakukan proses perawatan pada perahu atau dapat sekaligus dibawa menuju tempat penyimpanan. Prinsip kerja alat ini adalah mengangkat muatan dengan menggunakan garpu dan lengan pengangkat (mast) yang bergerak naik turun berdasarkan gerak hidrolik. Dari perhitungan gaya-gaya diperoleh garpu dan mast dengan material SS 490 dengan kekuatan luluh 275 N/mm2, Hidrolik dengan panjang langkah 2900 mm, diameter piston 80 mm dan rod silinder 56 mm.
Kata kunci : Forklift Stacking Vehicle, lengan pengangkat, mast.
PENDAHULUAN
Pada kesempatan kali ini, penulis berupaya
memecahkan salah satu masalah yang di hadapi
dalam pemindahan perahu, dimana kontur
tanahnya tegak lurus terhadap permukaan air dan
juga perbedaan ketinggian antara permukaan air
dan tanah yang cukup tinggi, sehingga perahu
tidak dapat dipindahkan dengan cara ditarik
melainkan salah satunya dengan cara diangkat.
(gambar 1).
Gambar 1. Forklift Stacking Vehicle
Alat angkat Forklift Stacking Vehicle
terdiri dari fork dan mast yang kaku digerakkan
naik turun menggunakan hidrolik. Pergerakan
garpu dan mast ini relatif satu sama lain. Posisi
mast dibedakan berdasarkan 2 posisi kristis yang
mempengaruhi besarnya gaya-gaya yang terjadi
pada tumpuan roll (lihat gambar 2).
Keterangan gambar 2a. Posisi kritis 1 :
Inner mast 1 berimpit dengan Inner mast 2,
Hidrolik 2 yang bertumpu pada Outer mast
dan menghadap ke bawah bekerja
mendorong Inner mast 2 ke bawah,
Inner mast 1 dan Backrest ikut terbawa
turun,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2
Sehingga pada posisi inilah garpu pada
kedalaman maksimum, untuk kemudian
mengambil perahu di permukaan air.
Keterangan gambar 2b. Posisi kritis 2 :
Hidrolik 1 bertumpu pada inner mast 2 ,
Rantai angkat mengikat backrest melalui
puli yang terpasang pada inner mast 1 dan
terikat pada inner mast 2,
Hidrolik 2 menghadap ke bawah dan
bertumpu pada outer mast.
Hidrolik 1 bekerja mengangkat inner mast 1
dan backrest ikut bergerak naik karena
pergerakan rantai sehingga posisi kritis ini
berada pada ketinggian maksimum.
Gambar 2a. Posisi Kritis 1
Gambar 2b. Posisi Kritis 2
Gaya – gaya yang bekerja pada setiap
komponen saling mempengaruhi, sehingga untuk
merencanakan setiap komponen pendukung perlu
dicari momen terbesar, untuk memperoleh
perhitungan yang aman.
Meskipun pada tumpuan yang sama
namun posisi relatif antara mast sudah berubah
maka nilai gaya yang terjadi pada tumpuan
tersebut pun bisa ikut berubah. Pada tulisan ini
dilakukan analisa dan yang dapat menghasilkan
kurgan batang yang sesuai dengan yang
diinginkan.
TEORI DASAR DAN PERENCANAAN
Perhitungan Gaya-gaya komponen
Variabel-variabel yang ditentukan sesuai
dengan yang di inginkan (di asumsikan sesuai
referensi) :
1. Ketinggian angkat backrest = 6900 mm
2. Kedalaman maksimum backrest = 2900 mm
3. Massa Perahu = 2 Ton
4. Sudut kemiringan garpu (α) = 30
5. Panjang garpu = 3000 mm
6. Titik berat perahu berada pada jarak garpu =
2500 mm.
Gaya-gaya yang terjadi akibat dari :
1. Berat muatan dan batang,
W = m x g (N)
Dimana m = massa (Kg), g = percepatan
gravitasi (m/s2)
2. Gaya resultan,
Σ Fx = 0 ; Σ Fy = 0 ; Σ M = 0
Perencanaan Material dan dimensi komponen
Untuk menentukan dimensi yang aman
dari suatu komponen harus diketahui nilai
momen lentur terbesar, sehingga dapat kita
peroleh tegangan ijin yang berlaku. Tegangan
ijin harus dibandingkan dengan tegangan luluh
material, sehingga apabila tegangan luluh lebih
besar dari tegangan ijin maka dimensi serta
material yang direncanakan aman digunakan,
perbandingan antara tegangan luluh dengan
tegangan ijin inilah yang dinamakan faktor
keamanan (factor of safety). Semakin besar
faktor keamanan semakin aman pula suatu
komponen namun berakibat pada cost/ biaya
produksi yang juga semakin besar oleh
karenanya diperlukan perencanaan yang sesuai.
σ ijin = I
C . M
faktor keamanan = ������
�����
σ ijin x faktor keamanan < σ yield = aman
dimana M = momen lentur terbesar, C = titik
berat material dalam arah y, dan I = Inersia dari
profil komponen.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3
Defleksi batang garpu
Karena jenis garpu yang digunakan ialah
non-perismati (nilai EI yang berubah berdasarkan
perubahan jarak dan momen) gambar 3, maka
perlu pengintegrasian rumus dari fungsi momen
yang diketahui.
Gambar 3. Garpu non-perismatis
EIv” = M(1),
v” = �
��
v’ = ʃ �
��
v = ʃ ʃ �
��
- v(L) = δ
Dimana E = Modulus Elastisitas, I =
Inersia, M = persamaan momen pada balok dan
δ= defleksi pada jarak L.
Sistem Hidrolik
Sistem hidrolik bekerja karena adanya
daya dari mesin yang diteruskan secara mekanis,
elektris atau hidrolis. System hidrolik adalah
system daya yang menggunakan kerja fluida cair.
Besaran utama dalam system ini adalah tekanan
dan aliran fluida. Tekanan menghasilkan daya
dorong, sedangkan aliran menghasilkan gerakan
atau kecepatan aliran.
Rumus dasar hidrolik adalah :
Tekanan :
P = �
� =
��
���
Dimana P = Tekanan, D = Diameter Piston dan F
= gaya.
Komponen-komponen system hidrolik
terdiri dari batang-batang pengangkat beserta
silinder hidroliknya (actuator) lihat gambar 4,
pompa, katup-katup, pipa/ hose, fluida, filter,
tanki dan lain sebagainya.
Gambar 4. Hidrolik
Pemilihan ukuran silinder hidrolik
mempertimbangkan : bentuk kendaraan,
konstruksi alat kerja, ruang yang tersedia,
panjang jarak angkat dan faktor ekonomis.
Selain itu harus mempertimbangkan : tenaga,
daya penggerak, tekanan dan beban.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan Garpu
Pada semua posisi kritis, beban dan gaya
yang terjadi pada setiap tumpuan garpu dan
backrest tidak berubah.
Diagram momen lentur
b = 60 h = 200 ΣσB = 78.820 N/mm2
ΣσB x SF < σ yield (aman) 78.820 N/mm2 X 3 < σ yield SS490 (aman) 236.459 N/mm2 < 275 N/mm2 (aman)
Perencanaan Backrest Backrest yang berfungsi menumpu beban dan
garpu, mengalami gaya yang mempengaruhi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
4
dalam menentukan dimensi dan profil yang
direncanakan. Backrest terdiri dari batang-batang
yang saling berkaitan (gambar 5), sehingga perlu
menyelidiki gaya yang terjadi pada setiap batang
sehingga didapat hasil perencanaan yang sesuai.
Gambar 5. Backrest
Perencanaan Backrest Samping
Diagram momen lentur
ΣσA = 41.639 N/mm2
σA x SF < σ yield (aman) 41.639 N/mm2 X 3 < σ yield SS490 124.916 N/mm2 < 275 N/mm2 (aman)
Perencanaan Backrest Bawah
Diagram momen lentur
σU = 79.450 N/mm2 σU x SF < σ yield (aman) 79.450 N/mm2 X 3 < σ yield SS490
238.349N/mm2 < 275 N/mm2 (aman) Perencanaan Backrest Atas Diagram momen lentur
σT = 99.439 N/mm2 σT x SF < σ yield (aman) 99.439 N/mm2 X 3 < σ yield SS540 298.317 N/mm2 < 390 N/mm2(aman) Perencanaan Inner mast 1
Backrest ditahan langsung dengan menggunakan rantai yang dilekatkan fix pada inner mast 2, kemudian bergerak relatif terhadap inner mast 1 ketika hidrolik 1 bekerja mendorong inner mast 1 keatas, dengan kata lain rol 1 dan 2 bergerak sepanjang rel inner mast 1 dan inner mast 1 bergerak sepanjang rel inner mast 2 sehingga terjadi perubahan posisi dari rol 1 dan 2 juga jarak antara rol 3 dan rol 4. Oleh karenanya
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5
gaya-gaya yang terjadi- pun akan berubah seiring perubahan ketinggian, sehingga di dalam menentukan dimensi dari inner mast 1 perlu diketahui momen terbesar dari gaya-gaya yang terjadi dari setiap posisi kritis, (gambar 6).
Gambar 6a. Inner mast 1 kritis 1
Diagram momen lentur
Dari perhitungan gaya pada batang inner
mast 1 pada posisi kritis 1 diperoleh momen
terbesar berada di titik F seperti yang
ditunjukkan pada diagram diatas.
Diagram momen lentur
Gambar 6b. Inner mast 1 kritis 2
Dari perhitungan gaya pada batang inner
mast 1 pada posisi kritis 2 diperoleh momen
terbesar berada di titik E seperti yang
ditunjukkan pada diagram diatas.
Berdasarkan penguraian gaya dan
perolehan momen lentur dari kedua posisi kritis
yang dialami inner mast 1 dapat kita ketahui
bahwa momen lentur terbesar terjadi pada posisi
kritis 2 yaitu sebesar 31,502,225.048 N.mm.
x1 = 95 y1 = 25 x2 = 50 y2 = 150 x3 = 20 y3 = 125
Σσ = 64.410 N/mm2
σA x SF < σ yield (aman) 68.532 N/mm2 X 3 < σ yield SS490 193.229 N/mm2 < 275 N/mm2 (aman)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
6
Perencanaan Inner mast 2
Diagram momen lentur untuk posisi kritis 1
Gambar 7a. Inner mast 2 kritis 1
Dari perhitungan gaya pada batang inner
mast 2 pada posisi kritis 1 diperoleh momen
terbesar berada di titik K seperti yang
ditunjukkan pada diagram diatas.
Gambar 7b. Inner mast 2 kritis 2
Diagram momen lentur untuk posisi kritis 2
Dari perhitungan gaya pada batang inner
mast 2 pada posisi kritis 2 diperoleh momen
terbesar berada di titik J seperti yang ditunjukkan
pada diagram diatas.
Berdasarkan penguraian gaya dan
perolehan momen lentur dari kedua posisi kritis
yang dialami inner mast 2 dapat kita ketahui
bahwa momen lentur terbesar terjadi pada posisi
kritis 1 yaitu sebesar 24,809,474.692 N. mm.
x1 = 55 y1 = 25 x2 = 60 y2 = 25 x3 = 100 y3 = 30 x4 = 15 y4 = 180
Σσ = 38.222 N/mm2 σA x SF < σ yield (aman) 38.222 N/mm2 X 3 < σ yield SS490 114.666 N/mm2 < 275 N/mm2 (aman)
Perencanaan Outer mast
Gambar 8a. Outer mast kritis 1
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
7
Diagram momen lentur untuk posisi kritis 1
Dari perhitungan gaya pada Outer mast
pada posisi kritis 1 diperoleh momen terbesar
berada di titik N seperti yang ditunjukkan pada
diagram diatas.
Gambar 8b. Outer mast kritis 2
Diagram momen lentur untuk posisi kritis 1
Dari perhitungan gaya pada batang Outer
mast pada posisi kritis 2 diperoleh momen
terbesar berada di titik N seperti yang
ditunjukkan pada diagram diatas.
Berdasarkan penguraian gaya dan perolehan momen lentur dari kedua posisi kritis yang dialami Outer mast dapat kita ketahui bahwa momen lentur terbesar terjadi pada posisi kritis 1 yaitu sebesar 33,472,586.580 N. mm.
x1 = 105 y1 = 210 x2 = 70 y2 = 25 x3 = 25 y3 = 25
Σσ = 36.559 N/mm2
σA x SF < σ yield (aman) 36.559 N/mm2 X 3 < σ yield SS490 109.678 N/mm2 < 275 N/mm2 (aman)
Perencanaan Roller mast
Sebelum merencanakan roller mast, harus ditentukan terlebih dahulu diameter dan kekuatan dari poros roller.
Gambar 9. Lift Mast Roller
Berdasarkan perhitungan gaya – gaya yang terjadi baik pada mast, roller maupun komponen lainnya menggunakan data kritis yang terbesar. Untuk menentukan roller mast harus menentukan diameter poros yang kemudian menjadi acuan untuk menentukan diameter dalam dari roller mast.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
8
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh nilai gaya terbesar yang dapat digunakan untuk mencari poros dan roller mast secara keseluruhan. - Bahan poros adalah baja karbon konstruksi
mesin (JIS G 4102) SNC22 dengan kekuatan tarik (τb = 1000 N/mm2),
- Beban yang diterima poros (diambil yang terbesar yaitu Frol 6 Om K1) 31,109.059 N
Momen lentur yang terjadi pada poros roller
Analisa Gaya
Diagram momen lentur
- Diameter poros
Dengan: Sf1 = 6 dan Sf1= 2
�� =��
��1���2
=1000
6�2
= 83.33 N/mm2
�� = �10.2
��.��
�/�
�� = �10.2
83.33 . 451,081.355�
�/�
�� = 38.07�� ≈ 40 mm
Posisi Kritis I II
Gaya yang terjadi
Rax (N) 31,502.225 31,502.225
Ray (N) 13,000.000 13,000.000
Rbx (N) 32,181.660 32,181.660
Frol 1Bck (N) 29,317.821 29,317.821
Frol 2 Bck(N) 28,638.386 28,638.386
Frol 3 Im 1(N) 8,554.991 27,526.584
Frol 4 Im 2(N) 7,875.556 26,847.149
Frol 5 Im 2(N) 30,429.624 6,890.375
Frol 6 Om (N) 31,109.059 7,569.811
Fxrol 8 Om(N) 679.435 679.435
Fyrol8 Om (N) 11,736.293 8,780.751
FwheelOm(N) 40,786.293 37,830.751
Fchain (N) 15,250 15,250
Fyhidrolik 1 (N) 17,150 17,150
Fyhidrolik 2 (N) 19,050 19,050
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
9
Pemilihan Roller Mast Tabel 4.5. Pemilihan Roller Mast
Berdasarkan data perhitungan yang didapat: ds = 40 mm Beban statis yang dialami (Frol 6 Om) = 31,109.059 N Sehingga harus dipilih roller mast dengan kapasitas F0r permissible (Gaya radial statis yang di ijinkan) > Beban statis yang dialami. Ruang/ space yang ada = 100 mm, dapat dilihat pada gambar dibawah
Gambar 10. Ruang yang tersedia untuk menempatkan Roller Mast
Data perhitungan dapat disesuaikan
dengan ketersedian roller dan mengacu pada tabel 4.5.
Gambar 11. Roller mast tipe LRQ
d poros = d inner roller = 40 mm Space yang tersedia > D (diameter luar roller) 100 mm > 88.6 mm For > Beban statis yang dialami 54,000 N > 31,109.059 N Sehingga dipilih roller mast dengan tipe LRQ 40/90.2RS Pemilihan rantai angkat (Leaf Chain )
Berdasarkan perhitungan diagram benda bebas, telah didapatkan nilai dari beban yang diterima oleh rantai (Fchain) sehingga dapat diperoleh jenis serta dimensi rantai yang digunakan.
Gambar 4.32. Leaf Chain
Tensile Strenght ijin = Fchain (Tegangan rantai) Tensile Strenght ijin = 15,250 N Fchain x Service Factor x Safety factor ≤ Minimum Tensile Strenght Nilai Service factor dapat diperoleh dari data table 4.6 sedangkan nilai Safety factor dapat diperoleh dari data table 4.7.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
10
Tabel 4.6. Data Aplikasi Leaf Chain
Tabel 4.7. Data Safety FaktorLeaf Chain
Tabel 4.8. Data Technical Detail Leaf Chain
Berdasarkan penggunaannya (tabel 4.6) maka di pilih Leaf Chain AL dan BL series, sehingga. Minimum Tensile Strenght = 15,250 N x 1.3 x 12 ≤ 178,425 N
Berdasarkan perhitungan ini, maka dipilih Leaf Chain jenis AL 866 (lihat table 4.8) Perencanaan Puli Pengangkat
Gambar 12. Roda Puli Rantai Diameter puli kompensasi (Sheave
Diameter)
S.D = Pitch rantai x 5 (Pitch rantai (A) dapat dilihat dari tabel 4.6) S.D = 25.4 mm x 5 = 127 mm
Lebar alur puli yang di ijinkan (L) L = lebar keseluruhan pin (E) x 1.5 Sehingga : L = 40.8 mm x 1.5 L = 61.2 mm
Diameter Puli yang di ijinkan (F.D) F.D = S.D + C (tinggi plat, lihat tabel 4.6) Sehingga : F.D = 127 mm + 20.2 mm F.D = 147.2 ≈ 148 mm
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
11
Poros pada Puli
Gambar 13. Poros Puli
Adapun data-data yang perlukan adalah sebagai berikut: - Bahan poros adalah Baja Karbon
Konstruksi mesin (JIS G 4501) S55C dengan kekuatan tarik (σb = 66 kg/mm2), (Sularso halaman 3)
- Berat yang di terima puli 1525 kg - Momen lentur yang terjadi pada poros
puli; Diagram momen lentur - Diameter poros
Dengan: Sf1 = 6 dan Sf2= 2
�� =��
��1���2
=660
6�2
= 55 N/mm2
�� = �10.2
��.��
�/�
��
= �10.2
55�/���. 571,875����
�/�
�� = 47.33�� ≈ 50 mm
Diagram Benda Bebas untuk Tarikan pada Puli P = S1 + S2 S1 + S2 = Fchain S1 + S2 = 15,250 N P = Fchain P = 15,250 N
Dimana : Sf1 = 6; Sf2 = 2, maka Faktor keamanan adalah 6 x 2 = 12 Tegangan yang terjadi pada puli tetap adalah:
σ =P
�
dimana: � = ��(�. � − ��) A = 61.2���(127− 50)�� A = 4712.4���
σ =15,250�
4712.4���
σ = 3.236�/��� Bahan puli diambil dari besi cor kelabu FC 20 (JIS 5501) ; Σb = 200 N / mm2
Tegangan aman yang di ijinkan adalah:
σa = σb
��
σa = 200N/mm�
12
σa = 16.667�/��� Dikarenakan 16.667 > 3.236 maka bahan untuk puli dinyatakan aman. Pemilihan Hidrolik Panjang langkah (stroke) Hidrolik 1
Untuk menentukan panjang langkah hidrolik 1 dapat diketahui dari perhitungan diagram benda bebas Inner Mast 1. Pada semua posisi kritis, nilai FH1 selalu sama besar (dalam hal ini besar gaya ke atas oleh air laut diabaikan).
Panjang hidrolik maksimal (Z1) (posisi kritis 1)
S1 S2
P
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
12
Z1max = (Inner Mast 1 + Inner Mast 2) – (Rol 3_Rol4) Z1max = (4000 + 4000) – 1100 = 6900 mm.
Dari panjang maksimal hidrolik didapat panjang langkah (stroke), yaitu : Stroke = Z1max – posisi mula-mula = 6900 - 4000 = 2900 mm
Gaya silinder hidrolik 1 Untuk menentukan gaya maksimal silinder
hidrolik dapat diketahui dari perhitungan diagram benda bebas kritis 2, dengan posisi Inner Mast1 berada pada titik tertingginya.
FH1 max angkat = FHidrolik1 max angkat x Sf = 17,150N x 4 FH1 max angkat = 68,600 N
Menentukan besar diameter piston Untuk mendapatkan besar diameter piston,
sebelumnya menentukan besar tekanan yang dikerjakan pada hidrolik, P = 150 Bar. Menggunakan Hk. Pascal dapat diketahui luas dan diameter penampang.
� = ��1���
�
�� = 76.3�� ≈ 80 mm (jika mengacu pada tabel 4.9)
Faktor koreksi Silinder hidrolik Pemilihan hidrolik 1 ini berdasarkan pada
perhitungan kapasitas beban maksimal hidrolik 1 (FH1) dan stroke maksimal (panjang langkah maksimal) hidrolik yang dibutuhkan 2900 mm. Untuk menentukan diameter silinder hidrolik dapat dicari menggunakan rumus kolom Euler.
�� = (64. ���. ��
����)��
Silinder hidrolik biasanya terbuat dari material yang sangat kuat yaitu baja chrom atau nikel. Dalam perhitungan kali ini digunakan Baja Chrom dengan E = 2x1011 N/m2 ds berpasangan dengan dp (lihat tabel 4.9) Sehingga,
��� = 113,137.632� Karena Fmax (68,600 N) < faktor koreksi
(113,137.632 N), maka design hidrolik dapat dikatakan aman.
Tabel 4.9. Pemilihan hidrolik Dikarenakan tidak tersedianya hidrolik
dengan spesifikasi yang diharapkan maka Hidrolik (H1) dapat kita pesan sesuai dengan kebutuhan, di ambil dari katalog REXROTH dengan kode hidrolik yang digunakan yaitu CDH1/MF4/80/56/2900A3X/B11CAUBZEWWWW.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Di tinjau dari segi desain, alat hasil perencanaan ini mempunyai beberapa kelebihan di antaranya:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
13
Design dapat dijadikan alternatif pada lokasi dengan kontur yang tegak lurus terhadap permukaan air.
Desain mempermudah dalam proses pengangkatan dan pengangkutan kelokasi (storage) yang lebih tinggi.
Desain tidak terlalu rumit, mekanisme pengangkatan menggunakan hidrolik, sehingga mudah dalam perawatan.
2. Hasil perencanaan Roller Mast Dengan beban 31,109.059 N diperoleh: Material Poros roller SNC 22 dengan
�� = 1000�
���
Diameter Poros = 40�� 3. Roller menggunakan tipe LRQ 40/90.2RS
dari SCHAEFFLER, dengan diameter 88,6 mm. Rantai angkat (Leaf Chain) dipilih jenis
AL 866 dari RENOLD Dengan beban 178,425 N diperoleh:
Tensile Strenght = 200,000� Lebar rantai = 40.8 mm
4. Dari Perencanaan Puli Pengangkat Dengan beban 15,250 N diperoleh: Material Poros S55C dengan �� =
660�
���
Diameter Poros = 50���� = 200�
���
Material Puli FC 20 dengan Diameter Puli = 148 mm Lebar Puli = 61.2 mm
5. Dari Perencanaan Hidrolik 1 Dengan beban 68,600 N, Stroke 2900
mm diperoleh: Diameter Piston = 80 mm Diameter Silinder Hidrolik = 56�� Digunakan Chrom sebagai material
Silinder Hidrolik Dari BOSCH REXROTH diambil Hydraulic cylinder mill type CDH1/MF4/80/56/2900A3X/B11CAUBZEWWWW. Saran
Berdasarkan perencanaan Forklift dan Stacking Vehicle dengan kapasitas angkut 2 ton atau kapasitas angkut lebih, ada beberapa saran diantaranya: Perlu direncanakan kembali chassis dan
dudukan yang menjadi landasan dari penempatan mast, agar alat angkut lebih sempurna.
Perlunya perhitungan balance mass atau counter weight untuk memastikan desaign tidak mengalami kegagalan (terjungkal).
Untuk penggerak disarankan menggunakan engine agar mobilitas dapat berjalan dengan baik.
Memodifikasi Forklift agar dapat memiringkan mast dengan tambahan tilt silinder, dengan tujuan menaikan nilai kapasitas dan faktor keamanan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. Gere, James., Timoshenko, Stephen P., Mekanika Bahan, Edisi keempat, Terjemahan Suryoatmo, Bambang.,Penerbit Erlangga, Jakarta, 2000. [2] Beer,F. P., Johnston, Jr., E. R., Mekanika untuk Insinyur: Statika, Edisi keempat, Terjemahan The Houw Liong, Nainggolan,H., Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996. [3] Rudenko,N., Mesin Pengangkat, Edisi kedua, Cetakan ketiga, Terjemahan Foead,Nazar, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996. [4] Popov,E. P., Mekanika Teknik, Edisi kedua, Terjemahan Tanisan,Z.A., Penerbit Erlangga, Jakarta, 1989. [5] Suga, Kiyokatsu., Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Terjemahan Ir. Sularso, Penerbit PT. Pradnya Pratama, Jakarta,1997. [6] Nisbett, Budynas., Shigley’s Mechanical Engineering, 8th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc, 2008. [7] http://www.renold.com/Products/LeafChain/LeafChain.asp [8 ]http://www.schaeffler.com/content.schaeffler.de/en/index.jsp [9] http://www.boschrexroth.com/Rexroth-IHD/ [10] http://www.ustsubaki.com/pdf/gen_catalog/gen_A63-A68.pdf
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Top Related