TPEN4303 Edisi 1
MODUL 01
Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Dr. Uwes Anis Chaeruman, M.Pd. Dr. Cecep Kustandi, M.Pd.
Daftar Isi
Modul 01 1.1 Belajar, Pembelajaran, dan Desain
Pembelajaran
Kegiatan Belajar 1
Belajar
1.4
Latihan 1.16
Rangkuman 1.17
Tes Formatif 1
1.17
Kegiatan Belajar 2
Pembelajaran
1.20
Latihan 1.28
Rangkuman 1.29
Tes Formatif 2
1.29
Kegiatan Belajar 3
Desain Pembelajaran
1.32
Latihan 1.37
Rangkuman 1.38
Tes Formatif 3
1.38
Kunci Jawaban Tes Formatif 1.41
Daftar Pustaka 1.42
TPEN4303 Modul 01 1.3
odul Belajar, Pembelajaran dan Desain Pembelajaran dibuat untuk
memudahkan Anda dalam mengetahui tentang konsep belajar, pembelajaran
dan desain pembelajaran itu sendiri. Pemahaman secara konseptual akan
digunakan untuk mendesain suatu pelajaran. Secara konseptual modul ini dirancang
untuk memfasilitasi Anda agar mampu menganalisis karakteristik konseptual Belajar
dan Pembelajaran beserta implikasinya terhadap proses pembelajaran. Secara umum
setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu menganalisis karakteristik
konseptual dan penerapan konsep belajar dan pembelajaran secara komprehensif.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat menganalisis konsep
Belajar, Pembelajaran dan Disain Pembelajaran. Secara lebih terperinci Anda
diharapkan dapat:
1. menjelaskan konsep belajar;
2. menjelaskan konsep pembelajaran;
3. menganalisis berbagai konsep desain pembelajaran.
Modul ini akan memfasilitasi Anda dalam proses pembelajaran mandiri. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran tersebut harus menyelesaikan 3 kegiatan belajar dalam
modul ini, sebagai berikut.
1. Belajar
2. Pembelajaran
3. Desain Pembelajaran
Setelah Anda selesai mempelajari materi dari kegiatan belajar, sebaiknya Anda
lanjutkan dengan mengerjakan kegiatan Latihan, membaca rangkuman, dan
mengerjakan Tes Formatif, dan diakhiri dengan memeriksa tindak lanjut dari proses
belajar yang telah Anda lakukan.
Selain itu Anda disarankan untuk melaksanakan kegiatan lainnya seperti:
1. membaca buku literatur tentang belajar, pembelajaran atau berbagai sumber
tentang materi ini;
2. melakukan diskusi dengan rekan terdekat dan nara sumber belajar untuk
mendukung penguasaan materi yang memadai;
3. isi materi maupun contoh-contoh yang ada dalam modul hanya sebagai penguatan
dalam pemahaman. Anda dianjurkan juga untuk dapat mengembangkan contoh-
contoh lain yang relevan sebagai pengayaan dalam memahami isi dan kedalaman
materi modul secara keseluruhan.
Selamat Belajar
M
1.4 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Belajar
Kegiatan
Belajar
1
elajar dan Pembelajaran merupakan dua konsep yang saling berhubungan dan
tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan aktivitas utama dalam
Pendidikan. Tanpa disadari, kata Belajar dan Pembelajaran sering tumpang
tindih dalam penyebutannya. Kata-kata belajar sering kita dengar dan kita ucapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat mengenal belajar dengan lebih mendalam, Kegiatan Belajar 1 pada modul
ini akan mempelajari tentang konsep belajar, yang dapat dikembangkan secara
mendalam dengan tujuan berikut.
1. Menjelaskan defenisi belajar dari para ahli dengan berbagai referensi sehingga
Anda dapat memahami dasar pemikiran konsep belajar tersebut.
2. Menjelaskan hakikat belajar yang merupakan gambaran dari aktivitas-aktivitas
belajar dengan berbagai sudut pandang.
3. Menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang dapat dipertimbangkan untuk dijadikan
pedoman dalam melaksanakan belajar
A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN BELAJAR?
Saudara mahasiswa, istilah belajar
bukanlah sesuatu hal yang baru. Kita sudah
sangat mengenal kata belajar ini bahkan sejak
dahulu kala. Mengapa demikian? Karena belajar
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Sejak kita lahir kita sudah mengalami belajar.
B
Tetapi apakah Anda mengetahui makna belajar yang tepat secara konseptual?
Apakah pembelajaran juga dimaknakan sama dengan belajar? Berikan pendapat
Anda …..
TPEN4303 Modul 01 1.5
Kegiatan atau aktivitas belajar terjadi pada semua orang orang tanpa mengenal
batasan umur, jenis kelamin, agama dan strata sosial. Belajar dapat diartikan dengan
berbagai macam pengertian, tergantung siapa yang mendefinisikannya.
Banyak aktivitas yang disepakati banyak orang termasuk kegiatan belajar, seperti
menghafal, mengumpulkan fakta, mengikuti latihan dan sebagainya. Banyak hal yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan capaian belajar, sehingga para ahli memiliki
pemahaman dan definisi yang berbeda tentang konsep belajar.
Berikut beberapa kutipan tentang definisi belajar untuk dipahami.
1. Belajar adalah proses alamiah yang dapat membawa perubahan pada
pengetahuan, tindakan dan perilaku seseorang. Belajar bukan sebagai hasil dari
pertumbuhan dalam konteks tumbuh kembangnya seseorang (Gagne et. al.,
2005).
2. Belajar didefinisikan sebagai perubahan yang relatif menetap dalam kinerja
manusia yang diakibatkan oleh pengalaman (Heinich, Molenda dan
Russel,1982)
3. Belajar adalah sesuatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia
atau hewan yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi
tingkah laku organisme tersebut (Hintzman, 1978).
4. Belajar adalah suatu proses bukan produk. Namun, hasil dari proses belajar
tersebut akan terlihat dari suatu produk yang dihasilkan (Mayer dalam Ambrose;
2010).
5. Barth (2001) bahwa “learning frequently a social activity. Working in schools is
depleting. Working alone in schools is even more depleting. Working and
learning together in schools can be replenishing” (Belajar pada dasarnya
merupakan aktivitas sosial yang dilakukan secara terus menerus yakni dengan
melakukan kerjasama secara terus menerus).
6. Briggs dan Sommefeldt (2002) bahwa “lerning is as a process of acquiring
prescribed subject matter” (belajar diartikan sebagai proses memperoleh materi-
materi pelajaran).
7. De Corte dalam Knight dan Yorke (2004) bahwa “learning is a constructive,
cumulative, self regulated, goal oriented, situated, collaborative, and
individually different process of knowledge building and meaningconstruction”
(belajar bersifat konstruktif, kumulatif, mandiri, berorientasi tujuan, yang
merupakan proses kolaboratif dan masing-masing individu berbeda dalam
membangun pengetahuan dan mengkontruksi pemahaman).
8. Kimble dan Garmezy dalam Sims dan Sims (2009) bahwa “learning is defined
as a relatively permanent change in an attitude or behavior that accurs as a result
of repeated experience” (belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif
permanen dalam sikap atau perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman
berulang.
1.6 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
9. Wherington dalam Sudjana (1998) menjelaskan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang meliputi ketrampilan, kebiasaan, sikap,
pengetahuan, pemanahaman dan apresiasi.
10. Dean (2002) yaitu “learning is involves mental activity on the part of the learner
in linking new learning with past knowledge and experience” (Belajar melibatkan
aktivitas mental peserta didik dalam menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan dan pengalaman yang lalu).
11. Dale (H. Schunk, 2011) “Learning is an enduring change in behavior, or in the
capacity to behave in a given fashion, which results from practice or other forms
of experience”. Peryataan ini belajar menekanan pada perubahan berperilaku dari
hasil praktek atau pengalaman
12. Taylor dan Mackenney (Taylor & MacKenney, 2008) learning is a change in
performance through conditions of activity, practice, and experience.
13. Ellington dan Harris (Prawiradilaga, 2012) adalah bahwa belajar perubahan
perilaku menetap (permanen) akibat pengalaman dan pembelajaran yang terarah.
Peryataan tersebut belajar ditekankan pada adanya perubahan performa melalui
aktivitas, prakter dan pengalaman dan pembelajaran.
14. Mayer dalam Richey, Klein dan Tracey (2011) bahwa “learning is relatively
permanent change in a persons knowledge or behavior due experience. This
definition has three component : 1) the duration of the change is long-term rather
than short-term; 2) the locus of the change is content and structure of knowledge
in memory or the behavior of the learner; 3) the couse of the change is the
learners experience in the environment rather than fatique, motivation. Drugs,
physical condition or psychological intervention”. (belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif permanen dalam pengetahuan atau perilaku seseorang
karena pengalaman. Definisi ini terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1) perubahan
yang terjadi dalam waktu yang panjang; 2) fokus perubahan adalah isi dan
struktur pengetahuan dalam memori atau perilaku peserta didik; 3) perubahan
disebabkan oleh pengalaman dan lingkungan peserta didik.
15. Spector(2009) bahwa: “Learning is fundamentally about change persistent
change in a person’s abilities, attitudes, beliefs, knowledge, mental models, and
skills (belajar terjadi secara terus-menerus yang akhirnya secara kumulatif
membentuk pengetahuan baru yang paling berguna ketika terintegrasi dengan
pengetahuan sebelumnya.
16. Mengutip pendapat Schunk (2012), belajar adalah perubahan makna perilaku,
atau dalam kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu, yang hasil dari
praktek atau bentuk lain dari pengalaman. Artinya bahwa hasil belajar terjadi
karena adanya perubahan kemampuan yang diperoleh dari pengalaman-
pengalaman dan sifatnya relatif menetap.
TPEN4303 Modul 01 1.7
Bila ditelaah masing-masing rumusan para ahli tentang definisi belajar, dapat
dipahami bahwa belajar diartikan tergantung pandangan aktivitas belajar yang
dilakukan manusia dan juga perolehan hasil sebagai perubahan dari belajar tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli,
dapat dirumuskan arti belajar adalah sebagai berikut.
1. Belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja
dalam keadaan sadar untuk memperoleh pengetahuan baru (Gagne (2005), Dean
(2002), Wherington dalam Sudjana (1998), De Corte dalam Knight dan Yorke
dan Mayer dalam Richey dkk (2011).
2. Perubahan karena belajar bersifat menetap (permanen) dan bukan sementara
atau akibat pertumbuhan (Heinich, Molenda dan Russel (1982), Kimble dan
Garmezy dalam Sims dan Sims (2009),
3. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang diperoleh akibat dari interaksi
dengan lingkungan (Mayer dalam Richey, Klein dan Tracey (2011),
4. Perubahan dalam diri sesorang sifatnya berkesinambungan dan tidak statis, di
mana satu perubahan terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya sebagai
hasil belajar (Kimble dan Garmezy dalam Sims dan Sims (2009),
5. Belajar ditunjukkan adanya perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat
dari pengalaman. Perubahan karena pengalaman sifatnya relatif permanen atau
menetap. Contoh yang dapat ditunjukkan bila seorang pernah mengalami belajar
Bahasa Inggris, maka akan dapat pengalaman bagaimana berbicara dalam Bahasa
Inggris, bagaimana menuliskannya ungkapan Bahasa Inggris tersebut.
B. HAKIKAT BELAJAR
Penggunaan kata belajar sudah dikenal luas oleh berbagai kalangan dan lapisan
masyarakat. Dalam berkomunikasi umumnya, kata belajar sering digunakan secara
sembarangan. Maknanya sekedar dipahami masing-masing pihak yang menggunakan.
Misalnya seorang ayah meminta anaknya “Kau belajar dulu sebelum tidur, Nak”,
maksudnya mungkin membaca dulu buku pelajaran sebelum tidur.
Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan timbulnya
perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan ini bukan karena kematangan
perkembangan dari fungsi-fungsi dalam perkembangan manusia, tetapi karena kegiatan
yang disengaja untuk mengubah kemampuan tertentu dan bersifat permanen. Kegiatan
belajar terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan di mana manusia dapat
menggunakannya.
1.8 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Belajar pada setiap orang dapat dilakukan
dengan cara berbeda. Ada belajar dengan cara
melihat, menemukan dan juga meniru. Melalui
belajar seseorang akan mengalami pertumbuhan
dan perubahan dalam dirinya baik secara psikis
maupun fisik. Secara fisik jika yang dipelajari
berkaitan dengan dimensi motorik.
Secara psikis jika yang dipelajari berupa dimensi afeksi. Secara kognitif jika yang
dipelajari berupa pengetahuan baru. Jadi pada hakikatnya belajar pada ranah kognitif
juga akan bersinggungan dengan ranah afektif dan juga dengan ranah psikomotorik.
Ketiga ranah ini saling berhubungan satu sama lainnya.
Belajar diidentikkan dengan proses perubahan, tidak semua perubahan tingkah
laku dapat disebut sebagai belajar. Dikutip dalam Eveline dan Hartini ciri-ciri belajar
adalah sebagai berikut (Siregar & Nara, 2010).
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan dalam aspek pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor) maupun nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan tidak berlangsung sesaat atau bersifat menetap.
3. Perubahan tidak terjadi begitu saja melainkan dengan usaha serta interaksi
dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik, tidak karena
kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Perubahan terjadi sebagai hasil belajar pada diri manusia banyak sekali, baik
sifatnya maupun jenisnya. Akan tetapi tidak semua perubahan tersebut merupakan hasil
dari belajar. misalnya seseorang yang kakinya bengkok akibat kecelakaan bukan
termasuk perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang diharapkan sebagai hasil belajar
yaitu:
1. perubahan terjadi secara sadar
Belajar dilakukan dalam keadaan sadar dan seseorang akan merasakan
perubahannya. Contohnya kita merasa bahwa pengetahuan kita bertambah
setelah belajar tentang cara bercocok tanam, kebiasaan baru kita untuk mencuci
tangan selama pandemi Covid-19, dan lain-lain;
TPEN4303 Modul 01 1.9
2. perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan terjadi pada individu itu
berlangsung terus menerus, tidak statis dan berkembang menuju kesempurnaan.
Kemampuan seseorang dapat menyelesaikan aktivitas hidupnya secara
fungsional. Contohnya seperti kemampuan memahami kata-kata, yang digunakan
untuk belajar dalam mengenal kalimat dan bahkan dapat menggunakan kalimat
untuk mengungkapkan sesuatu. Contoh lain, seseorang bisa mengenal fungsi
benda seperti sepeda, bagaimana gerak sepeda agar berjalan, dan akhirnya
seseorang dapat menggunakan sepeda dengan baik;
3. perubahan bersifat positif dan aktif, yaitu perubahan yang menjadikan individu
menjadi lebih baik, karena adanya usaha individu tersebut. Kegiatan belajar akan
berdampak pemilikan suatu pengetahuan baru, kemampuan baru dan pemilikan
sikap positif;
4. perubahan yang bukan bersifat sementara, karena perubahan tingkah laku yang
terjadi akibat belajar bersifat menetap dan permanen;
5. perubahan yang bertujuan dan terarah, Perubahan bertujuan dan terarah artinya
kegiatan belajar harus diusahakan untuk perolehan dan capaian tertentu;
6. perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, artinya perubahan yang
didapatkan itu akan berhubungan erat dengan perubahan yang lain.
Selanjutnya belajar mempunyai beberapa bentuk, menurut Gagne terdapat lima
bentuk belajar adalah sebagai berikut.
1. Belajar Respon. Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus
yang telah dikenal. Jadi, terjadinya proses belajar dikarenakan adanya stimulus.
Misalnya Maya bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pendidiknya
dengan benar. Kemudian pendidik tersebut memberikan senyuman dan pujian
kepadanya. Akibatnya Maya semakin giat belajar. Senyum dan pujian pendidik
ini merupakan stimulus tak terkondisi. Tindakan pendidik ini menimbulkan
perasaan yang menyenangkan pada diri Maya sehingga ia membuat dia lebih giat
lagi dalam belajar.
2. Belajar Kontiguitas. Belajar dalam bentuk ini tidak memerlukan hubungan
stimulus tak terkondisi dengan respons. Asosiasi dekat (contiguous) sederhana
antara stimulus dan respons dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku
individu. Hal ini disebabkan secara sederhana manusia dapat berubah karena
mengalami peristiwa-peristiwa yang berpasangan. Belajar kontiguitas sederhana
bisa dilihat jika seseorang memberikan respon atas pertanyaan yang belum
lengkap, seperti ”dua kali dua sama dengan?” Maka pasti bisa menjawab
”empat”. Itu adalah contoh asosiasi berdekatan antara stimulus dan respon dalam
waktu yang sama.
3. Belajar Operant. Belajar bentuk ini sebagai akibat dari reinforcement, bukan
karena adanya stimulus, sebab perilaku yang diinginkan timbul secara spontan
ketika organisme beroperasi dengan lingkungannya. Maksudnya perilaku
individu dapat ditimbulkan dengan adanya reinforcement segera setelah adanya
respon. Respon ini bisa berupa pernyataan, gerakan dan tindakan. Misalnya
1.10 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
respon menjawab pertanyaan pendidik secara sukarela, maka reinforcer bisa
berupa ucapan pendidik “bagus sekali”, “kamu dapat satu poin”, dan sebagainya.
4. Belajar Observasional. Konsep belajar ini memperlihatkan bahwa orang dapat
belajar dengan mengamati orang lain melakukan apa yang akan dipelajari.
Misalnya anak kecil belajar makan itu dengan mengamati cara makan yang
dilakukan oleh ibunya atau keluarganya.
5. Belajar Kognitif. Bentuk belajar ini memperhatikan proses-proses kognitif
selama belajar. Proses semacam itu menyangkut “insight” (berpikir) dan
“reasoning” (menggunakan logika deduktif dan induktif). Bentuk belajar ini
mengindahkan persepsi peserta didik, insight, kognisi dari hubungan esensial
antara unsur-unsur dalam situasi ini. Jadi belajar tidak hanya timbul dari adanya
stimulus-respon maupun reinforcement, melainkan melibatkan tindakan mental
individu yang sedang belajar.
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa Gagne membagi bentuk-bentuk
belajar menjadi lima bentuk, yang merupakan inti dari teori belajar, yaitu bentuk
responden, kontiguitas, operant, observasional dan kognitif. Respon merupakan belajar
yang dibentuk dengan adanya hubungan antara stimulus dengan respon. Kontiguitas
sama dengan responden, akan tetapi untuk responden waktunya dilakukan secara
bersamaan. Observasional merupakan bentuk belajar yang paling sederhana karena
individu hanya mengamati orang lain kemudian meniru perbuatannya. Sedangkan
kognitif merupakan bentuk yang tertingggi karena sudah memasuki wilayah insight.
Mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan menanamkan sikap mental sebagai
upaya dari pencapaian tujuan belajar akan diperoleh hasil dari belajaritu sendiri.
Sedangkan tentang Perubahan tingkah laku/sikap pemelajar sebagai hasil belajar lebih
banyak dipengaruhi olehlingkunganya.
C. PRINSIP BELAJAR
Prinsip belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik dengan
pendidik agar peserta didik mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya
sendiri. Perhatikan prinsip-prinsip belajar berikut beserta penjelasannya.
TPEN4303 Modul 01 1.11
Lebih lanjut, prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan
berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan
dengan baik antara pendidik dan peserta didik.
1. Prinsip Kesiapan (Readiness). Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan
individu sebagai subyek yang melakukan kegiatan belajar. Kesiapan belajar
adalah kondisi fisik psikis (jasmani-mental) individu yang memungkinkan
subyek dapat belajar. Berdasarkan prinsip kesiapan ini, dapat dikemukakan
beberapa hal yang terkait dengan pembelajaran, yaitu: 1) individu akan dapat
belajar dengan baik, apabila tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan
kesiapan (kematangan usia, kemampuan, minat, dan latar belakang
pengalamannya); 2) kesiapan peserta didik harus dikaji terlebih dahulu untuk
mengetahui kemampuannya; 3) jika individu kurang siap untuk belajar, maka
akan menghambat proses pengaitan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
yang dimilikinya; 4) kesiapan belajar menentukan taraf kesiapan untuk menerima
sesuatu yang baru; 5) bahan serta tugas-tugas belajar akan sangat baik apabila
divariasi sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Prinsip Motivasi. (Motivation). Menurut Morgan (1986), motivasi adalah tenaga
pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan
tertentu. Ada tidaknya motivasi individu dapat diamati dari tingkah lakunya.
Apabila peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi, maka ia akan: 1)
bersungguh-sungguh menunjukkan minat dan perhatiannya yang besar, 2)
berusaha keras dan menyediakan waktu yang cukup untuk kegiatan belajar, dan
3) terus bekerja sampai tugas-tugasnya terselesaikan. Berdasarkan sumbernya,
motivasi terbagi menjadi dua, yaitu motivasi instrinsik (yang datang dari dalam
diri peserta didik) dan motivasi ekstrinsik (yang datang dari lingkungan/luar
dirinya).
3. Prinsip Perhatian. Perhatian merupakan strategi kognitif yang mencakup empat
keterampilan, yaitu: 1) berorientasi pada suatu masalah, 2) meninjau sepintas isi
masalah, 3) memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan, dan 4) mengabaikan
stimulus yang tidak relevan. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan
factor yang sangat besar pengaruhnya. Perhatian dapat membuat peserta didik
untuk: a) mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan, b) melihat masalah-
masalah yang akan diberikan, 3) memilih dan memberikan fokus pada masalah
yang harus diselesaikan, dan 4) mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan.
Untuk mempengaruhi perhatian peserta didik, Chield mengajukan beberapa
prinsip, yaitu: 1) harus memperhatikan faktor-faktor internal yang mempengaruhi
belajar, meliputi minat, kelelahan, karakteristik peserta didik, dan motivasi; 2)
memperhatikan faktor-faktor eksternal, meliputi intensitas stimulus,
kemenarikan stimulus yang baru, keragamannya dan sebagainya.
1.12 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
4. Prinsip Persepsi. Persepsi adalah sesuatu yang bersifat kompleks yang
menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh
dari lingkungannya. Semua proses belajar selalu dimulai dari persepsi. Persepsi
dianggap sebagai kegiatan awal struktur kognitif seseorang. Perspesi bersifat
relatif, selektif, dan teratur. Oleh karena itu, sejak dini ditanamkan kepada peserta
didik memiliki persepsi yang baik dan akurat terhadap apa yang dipelajari, karena
hal itu akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan kegiatan belajarnya.
Agar persepsi berfungsi secara efektif, maka kemampuan untuk mengadakan
persepsi tentang sesuatu dijadikan sebagai kebiasaan dalam memulai
pembelajaran. Prinsip-prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan persepsi adalah 1) makin baik persepsi mengenai sesuatu, makin
mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu tersebut, 2) dalam pembelajaran,
perlu dihindari persepsi yang salah karena akan memberikan pengertian yang
salah pula pada peserta didik tentang apa yang dipelajari, 3) dalam pembelajaran
perlu diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda
sesungguhnya sehingga peserta didik mempunyai persepsi yang akurat.
5. Prinsip Retensi. Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali
setelah individu mempelajari sesuatu. Retensi membuat apa yang dipelajari
individu tertinggal lebih lama dalam struktur kognitifnya dan dapat diingat
kembali apabila diperlukan. Untuk meningkatkan retensi belajar, Thomburg dan
Chauham (1979) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu
1) isi pembelajaran yang bermakna akan lebih mudah diingat, 2) benda yang jelas
dan kongkrit akan lebih mudah diingat dibandingkan yang abstrak, 3) retensi akan
lebih baik untuk isi pembelajaran yang bersifat kontekstual atau kata-kata yang
memiliki kekuatan asosiatif, 4) berikan resitasi, untuk meningkatkan aktifitas
peserta didik, 5) susun konsep yang jelas, dan 6) berikan latihan pengulangan
terutama pembelajaran keterampilan motorik. Ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi retensi belajar yaitu apa yang dipelajari di permulaan (original
learning), belajar melebihi penguasaan (over learning) dan pengulangan dengan
interval waktu (spaced review).
6. Prinsip Transfer. Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah
dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru.
Dengan demikian, transfer berarti pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari
dengan pengetahuan yang baru dipelajari. Atau aplikasi pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, sikap, respon lain dari satu situasi kepada situasi yang
lain. Terdapat beberapa bentuk transfer, yaitu transfer positif, transfer negatif dan
transfer nol. Transfer positif terjadi apabila pengalaman sebelumnya dapat
membantu dalam unjuk kerja dalam tugas-tugas baru. Transfer negatif terjadi
apabila pengalaman yang diperoleh sebelumnya menghambat unjuk kerja dalam
tugas-tugas baru sedang transfer nol terjadi apabila pengalaman yang diperoleh
sebelumnya tidak memberikan pengaruh sama sekali terhadap unjuk kerja yang
TPEN4303 Modul 01 1.13
baru. Adapun proses yang terjadi dalam transfer yaitu: a) pengelompokan,
generalisasi, dan strukturisasi materi, b) terdapat hubungan dalam berbagai
bentuk maupun ukuran, c) adanya struktur dalam, dan d) adanya proses berpikir
yang konsisten.
Selanjutnya, Nana Syaodih dalam bukunya Landasan Psikologi Proses
Pendidikan mengemukakan terdapat sepuluh prinsip-prinsip belajar yaitu; 1) belajar
merupakan bagian dari perkembangan, 2) belajar berlangsung seumur hidup, 3)
keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan,
kematangan serta usaha individu itu sendiri, 4) belajar mencakup semua aspek
kehidupan; meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik, 5) kegiatan belajar berlangsung
pada setiap tempat dan waktu, 6) belajar berlangsung dengan atau tanpa pendidik, 7)
belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi, 8) perbuatan
belajar berfariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks, 9)
dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.
Dari dua pendapat di atas, pendapat yang pertama merupakan prinsip belajar
dalam proses pembelajaran, sedangkan pendapat yang kedua merupakan belajar secara
umum. Maka, prinsip-prinsip belajar meliputi kesiapan peserta didik dalam dalam
proses pembelajaran, motivasi peserta didik untuk senantiasa mengikuti pembelajaran,
perhatian, persepsi, kekuatan retensi, dan transfer agar pengetahuan yang telah
dipelajari dapat diaplikasikan pada situasi yang lain.
D. GAYA BELAJAR DAN TEORI BELAJAR
1. Gaya Belajar
Seseorang memiliki tiga tipe belajar atau kombinasi dari ketiganya yaitu tipe
visual, tipe auditorial dan kinestetik. Ketiga tipe ini memiliki ciri khas dan penanganan
khusus pula.
a. Gaya belajar tipe visual
Belajar tipe visual merupakan gaya belajar
yang dominan mengandalkan visual/penglihatan.
Orang dengan gaya belajar visual memiliki
ciri seperti: berbicara dengan cepat, pengeja yang
baik, teliti terhadap yang detail, pembaca cepat dan
tekun, lebih suka membaca ketimbang dibacakan,
mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar,
pelupa dalam menyampaikan pesan verbal, sering
menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat,
senang terhadap seni daripada musik, sukar atau
tidak pandai memilih kata-kata ketika berbicara, senang memperhatikan melalui
demonstrasi daripada ceramah, pembawaannya rapi dan teratur, sering mengantuk bila
1.14 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
mendengarkan penjelasan yang panjang lebar. Adapun penanganan belajarnya adalah
dengan penggunaan kombinasi peraga visual, gambar atau simbol-simbol.
b. Gaya belajar tipe auditorial
Belajar tipe auditorial merupakan gaya belajar yang
dominan mengandalkan auditori atau pendengaran. Ia
memiliki ciri seperti: berbicara dengan diri sendiri,
pandai dalam menyampaikan pesan verbal, dapat
mengulangi dan meniru nada, birama atau warna suara
tertentu ketika bercerita, memiliki kesulitan ketika
menulis tapi pandai bercerita dan fasih ketika berbicara,
senang berdiskusi, berbicara dan menjelaskan sesuatu
dengan panjang lebar, lebih senang musik dari pada
seni yang melibatkan visual. Adapun penanganan belajarnya adalah sering diajak
diskusi atau menyampaikan sesuatu atau pendapatnya mengenai pelajaran.
c. Gaya belajar tipe kinestetik
Belajar tipe kinestetik merupakan gaya belajar yang dominan praktek atau
eksperimen atau yang dapat diujicoba sendiri. Ia memiliki ciri seperti: berbicaranya
dengan perlahan dan cermat, berorientasi pada fisik dan banyak gerak, menghafal
sambil berjalan dan melihat, belajar melalui manipulasi atau praktik, senang berkreasi,
tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama, tertantang dengan suatu aktivitas yang
menyibukkan dan selalu ingin mencoba atau bereksperimen sendiri.
Adapun penanganan belajarnya sering dibantu dengan melibatkan mereka dalam
belajar secara langsung atau praktik. Khusus untuk tipe ini biasanya prestasi mereka di
bawah rerata dan kompensasinya biasanya mereka agak sedikit sebagai pembuat
keributan tetapi mereka menonjol di bidang seni/art, olahraga atau keterampilan.
TPEN4303 Modul 01 1.15
2. Teori Belajar
Teori adalah suatu pola yang disusun dan diarahkan kepada praktik, dengan
harapan praktik itu lebih baik karena didasarkan pada teori. Di samping itu, teori juga
dapat diartikan sebagai prinsip umum yang dikemukakan dengan maksud gejala-gejala
tertentu, suatu prinsip yang didasarkan pada penalaran, walaupun secara nyata belum
tentu dapat dipraktikkan. Kaitannya dengan belajar, maka teori belajar merupakan
gejala-gejala atau prinsip yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Dalam hal ini teori
belajar merupakan proses bagaimana individu itu belajar, yang menurut Popper tidak
hanya mengumpulkan informasi, melainkan lebih kepada melakukan perubahan
pandangan individu tersebut
Secara garis besar, teori belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori,
yaitu: 1) teori belajar behavioristik, yang lebih mengedepankan hubungan antara
stimulus dengan respon; 2) teori belajar kognitif, yang lebih mengedepankan aspek
insight dan perilaku mental individu; 3) teori belajar humanistik, yang berpandangan
bahwa belajar adalah proses memanusiakan manusia, karena manusia mempunyai
potensi yang harus dikembangkan.
a. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang
dapat diamati secara langsung, yang terjadi melalui hubungan stimulus-stimulus dan
respon-respon menurut prinsip-prinsip mekanistik. Para penganut teori ini berpendapat
bahwa sudah cukup bagi peserta didik untuk mengasosiasikan stimulus-stimulus dan
respon-respon yang diberi reinforcement apabila ia memberikan respon yang benar.
Mereka tidak mempersoalkan apa yang terjadi dalam pikiran peserta didik sebelum dan
sesudah respon dibuat.
Behavioris berkeyakinan bahwa setiap anak manusia lahir tanpa warisan
kecerdasan, warisan bakat, warisan perasaan dan warisan yang bersifat abstrak lainnya.
Semuanya itu timbul setelah manusia mengalami kontak dengan alam dan lingkungan
social budayanya dalam proses pendidikan. Dan menurut mereka, segenap perilaku
manusia itu bisa dipelajari dan dibentuk oleh lingkungannya. Maka individu akan
menjadi pintar, terampil, dan mempunyai sifat abstrak lainnya tergantung pada apakah
dan bagaimana ia belajar dengan lingkungannya.
b. Teori Belajar Kognitif
Teori ini muncul sebagai wujud dari ketidakpuasan terhadap teori belajar
behavioristik. Karena menurut psikolog kognitif, tingkah laku manusia yang tampak
dari luar tidak bisa diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, yaitu
motivasi, kesengajaan, keyakinan, insight, dan sebagainya. Belajar dalam perspektif
psikolog kognitif pada dasarnya adalah proses internal atau peristiwa mental bukan
peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) sehingga tidak dapat diamati secara
langsung. Sedangkan perubahan yang terjadi dalam kemampuan seseorang dalam
1.16 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
bertingkah laku dan berbuat sesuatu dalam situasi tertentu, hanyalah suatu refleksi dari
perubahan internal. Jadi tingkah laku individu itu muncul karena adanya dorongan dari
dalam dirinya, bukan karena kebiasaan atau latihan. Kalaupun tingkah laku tersebut
merupakan hasil dari latihan, maka hal tersebut juga bergantung pada mental individu
tersebut, apakah mau melakukannya ataukah tidak. Sumadi Suryabrata memberikan
ciri-ciri teori belajar kognitifistik, yaitu:
1) lebih mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian,
2) mementingkan kognisi terutama insight,
3) mementingkan dynamic aquilibrium, dan
4) lebih mementingkan masa kini dalam tingkah laku manusia dan dalam
menyelesaikan problem.
c. Teori Belajar Humanistik
Psikologi humanistik memahami tingkah laku dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut tinjau pengamatnya (observer). Menurut aliran humanistik, materi
pelajaran yang diberikan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perasaan
dan perhatian peserta didik. Tugas pendidik dalam hal ini adalah membantu peserta
didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sebagai manusia yang unik.
Teori ini memberikan kebebasan bagi peserta didik, karena menurut mereka tiap
individu itu berhak menentukan perilaku mereka sendiri dan bebas dalam memilih
kualitas hidup mereka dan tidak terikat oleh lingkungannya.
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1) Belajar dapat mengubah perilaku seseorang! Berikan 2 contoh perubahan
perilaku tersebut!
2) Lakukan observasi ketika seseorang mengajar! Tentukan teori pembelajaran apa
yang mereka gunakan saat mengajar!
Petunjuk Jawab Latihan
1) Untuk memeriksa apakah contoh yang Anda buat merupakan perilaku hasil
belajar, Anda harus memperhatikan ciri-ciri atau karakteristik proses belajar.
Suatu perilaku dianggap sebagai hasil belajar apabila perilaku tersebut diperoleh
melalui pengalaman dan perilaku tersebut bersifat permanen
TPEN4303 Modul 01 1.17
2) Untuk menjawab pertanyaan ini Anda harus menguasai tentang karakteristik
kegiatan belajar yang dilakukan pendidik dapat dianggap sebagai kegiatan
pembelajaran apabila kegiatan tersebut mendukung proses belajar peserta didik
yang ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku yang bersifat permanen, serta
seluruh kegiatan yang dilaksanakan pendidik tersebut mengandung komponen
tujuan, materi, proses, dan evaluasi.
1. Belajar mengacu pada perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses
pengalaman baik yang dialami ataupun yang sengaja dirancang.
2. Ciri-ciri belajar adalah adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut
merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta perilaku tersebut
bersifat relatif menetap.
3. Masing-masing teori belajar memiliki asumsi dasar, komponen dasar dan
kontribusi yang khas.
4. Teori belajar di antaranya adalah Behavioristik, Kognitif dan Humanistik.
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Berikut ini adalah ciri-ciri belajar, kecuali ....
A. adanya perubahan perilaku
B. adanya interaksi dengan lingkungan
C. pembentukan perilaku yang bersifat menetap
D. mengikuti proses pertumbuhan
2) Belajar merujuk pada proses psikologis ....
A. pengenalan objek di luar diri
B. perubahan perilaku individu
C. rangsangan lingkungan
D. penataan respon
3) Belajar konsep menurut Gagne merujuk pada proses belajar yang menekankan
pada ....
A. keterampilan
B. pengertian
1.18 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
C. wawasan
D. perasaan
4) Belajar pemecahan masalah lebih banyak melibatkan proses psikologis ....
A. membandingkan
B. menganalisis
C. menerapkan
D. mengenal
5) Manakah dari perilaku berikut yang bukan merupakan perilaku sebagai hasil
belajar?
A. Dimas dapat menghitung perkalian tiga angka setelah mengerjakan soal
latihan berkali-kali.
B. Setelah berlatih beberapa hari, Dimas dapat berlari terus-menerus
sepanjang 3 KM.
C. Dengan mencicipi Gula, Dimas mengetahui bahwa rasa garam itu Manis.
D. Pada usia 24 bulan, Dimas sudah dapat merangkai dua kata yang
mengandung arti.
6) Belajar observasional adalah belajar ....
A. mementingkan hasil belajaran
B. memperhatikan proses kognitif
C. memperhatikan lingkungan sekitar
D. memerlukan stimulus
7) Seseorang dengan gaya belajar audititorial lebih suka ....
A. melihat gambar
B. mendengarkan
C. melakukan/praktek
D. melihat menonton
8) Seseorang dengan gaya belajar kinestektik lebih suka ....
A. melihat gambar
B. mendengarkan
C. melakukan/praktek
D. melihat menonton
TPEN4303 Modul 01 1.19
9) Sesorang dengan gaya belajar visual lebih suka ....
A. melihat gambar
B. mendengarkan
C. melakukan/praktek
D. melihat memotret
10) Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subyek yang
melakukan kegiatan belajar, merupakan prinsip belajar ....
A. transfer
B. readines
C. retensi
D. persepsi
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan
Belajar 1.
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
1.20 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Pembelajaran
Kegiatan
Belajar
2
ada Kegiatan Belajar 1 (satu), Anda telah mempelajari tentang konsep belajar.
Selanjutnya pada kegiatan belajar ini, kita akan membahas konsep dan pola dasar
pembelajaran, yang secara pedagogis merupakan wahana pendidikan untuk
menghasilkan proses belajar. Kata pembelajaran sering digunakan bergantian dengan
kata belajar. Untuk mengetahui perbedaannya, silakan simak dan pahami penjelasan
pada Kegiatan Belajar 2. Adapun materi yang dibahas pada Kegiatan Belajar 2 yaitu,
hakikat pembelajaran, prinsip pembelajaran dan komponen sistem pembelajaran
A. HAKIKAT PEMBELAJARAN
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang berarti self
instruction (dari internal) dan external instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang
bersifat eksternal antara lain datang dari pendidik yang disebut pengajaran. Dalam
pembelajaran yang bersifat eksternal, prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan
menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan merupakan hal
berbeda dari belajar. Istilah pembelajaran berhubungan dengan pengertian belajar dan
mengajar. Hakikat belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa pebelajar (pendidik) atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran
formal lain.
Richard (2011) menyatakan pembelajaran adalah: “instruction is a set of event
that affect leaners in such as a way that learning is facilitated” (pembelajaran adalah
seperangkat peristiwa yang mempengaruhi cara belajar peserta didik”). Pembelajaran
merupakan suatu aktivitas yang disengaja dengan menggunakan pengetahuan
profesional untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan tercapainya tujuan
kurikulum. Sejalan dengan pendapat tersebut, Banathy (1986) menyatakan “any
interaction between the learner and his environment throught which the learner is
making progress toward the attainment of specific and purposed knowledge, skill and
attitude”.
Dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Definisi ini ditekankan pada proses interaksi
antara peserta didik dan pendidik. Pembelajaran merupakan tugas pendidik bagaimana
P
TPEN4303 Modul 01 1.21
mengkondisikan proses belajar untuk menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Aktivitas pembelajaran berupa rangkaian kegiatan pembelajaran yang
merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan belajar. Pendapat Sharon
E Smaldino, James D Rusell Robert Heinich dan Michael Molenda dalam Atwi
Suparman (2012) menyatakan bahwa: “An instructional system consist of interrelated
components that work together, effectively and reliably, within a particular framework
to provide learning activities necessary a accomplish a learning goal.”
Selanjutnya Robert M. Gagne dkk (2001) menyatakan bahwa “Instructional as a
set of events embeded in purposeful activities that facilitate learning. An instructional
system may be defined as an arrangement of resources and procedures used to facilitate
learning. Definisi ini menyebutkan tujuan yang spesifik dengan istilah purposeful
activities, dimana kegiatan instruksional harus mempunyai tujuan.
Proses pembelajaran dapat terselenggara secara lancar, efisien, dan efektif berkat
adanya interaksi yang positif dan konstruktif, antar komponen dalam sistem
pembelajaran. Salah satu komponen yang terkait dengan proses pembelajaran adalah
strategi pembelajaran. Seels & Richey (1994) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
adalah spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan proses dan kegiatan-kegiatan dalam
suatu pelajaran.
Sejalan dengan itu, Gagne & Briggs dalam Dick & Carey (2005) menyatakan
bahwa kegiatan pembelajaran dapat memberikan: (1) memberikan motivasi atau
menarik perhatian; (2) menjelaskan tujuan pembelajaran; (3) mengingatkan kompetensi
pra-syarat; (4) memberi stimulus (masalah, topik, konsep); (5) memberi petunjuk
belajar (cara mempelajari); (6) menimbulkan penampilan peserta didik; (7) memberi
umpan balik; (8) menilai penampilan; dan (9) penyimpulkan. Aspek ini semua
digunakan dalam pelaksanaan startegi pembelajaran praktik yang dikembangkan dalam
pengembangan model pembelajaran. Strategi pembelajaran biasanya menjelaskan
komponen umum dari satu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan
dengan bahan pembelajaran untuk menghasilkan hasil belajar tertentu.
Selanjutnya Rusman (Rusman, 2017) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu
proses interaksi komunikasi antara sumber belajar, pendidik dan peserta didik. Interaksi
komunikasi itu dilakukan baik secara langsung dalam kegiatan tatap muka maupun
secara tidak langsung dengan menggunakan media. Definisi yang diungkapkan Rusman
memberikan gambaran bahwa interaksi antara pendidik dan peserta didik tidak harus
dilakukan secara tatap muka, memberikan ruang untuk pendidik melakukan suatu usaha
penkodisisan belajar yang dilakukan secara tidak tatap muka dalam kelas. Gagne dan
Briggs (1979), mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal.
1.22 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Sementara Miarso (Pribadi, 2009) menyatakan pembelajaran adalah aktivitas
atau kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan belajar. Senada dengan
Miarso, Reigeluth dan Chellman (Reigeluth & Carr-Chellman, 2009) instruction as
anything that is done purposely to facilitate learning. Defenisi ini menujukkan bahwa
pembelajaran harusnya berpusat pada kegiatan si pembelajar. Pengajar harus bisa
membuat atau mengkondisikan segala prosesnya agar bisa berpusat pada pembelajar.
Berdasarkan pemaparan dan pengertian para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah suatu kondisi eksternal yang dirancang sedemikian rupa
dengan tujuan tertentu untuk mendukung proses internal dalam setiap peristiwa belajar.
Pembelajaran merupakan proses relatif panjang yang menekankan pada set sistem,
terdiri dari komponen-komponen seperti: tujuan, media, bahan, strategi dan lainnya.
Semua komponen pembelajaran yang ada tersebut, saling berhubungan dan saling
mempengaruhi dengan terintegrasi dalam satu tujuan pembelajaran.
B. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu
diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar
prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil
penelitian dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang
lebih optimal. Oleh karena itu untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif dan
efisien, pendidik harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan
oleh Gagne dan Atwi Suparman.
Pembelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur
pemanasan dan apersepsi, eksplorasi, konsolidasi pembelajaran, pembentukan
kompetensi; sikap dan perilaku, penilaian formatif. Pada dasarnya prinsip-prinsip
belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan peserta didik, keterlibatan langsung,
pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan menantang, penguatan
kepada peserta didik dan aspek psikologi lain.
Perhatian, dalam pembelajaran pendidik hendaknya tidak mengabaikan masalah
perhatian. Sebelum pembelajaran dimulai pendidik hendaknya menarik perhatian
peserta didik agar peserta didik berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang
sedang diajarkan. Motivasi, Jika perhatian peserta didik sudah terpusat maka langkah
pendidik selanjutnya memotivasi peserta didik. Walaupun peserta didik udah
termotivasi dengan kegiatan awal saat pendidik mengkondisikan agar perhatian peserta
didik terpusat pada materi pelajaran yang sedang berlangsung. Namun pendidik wajib
membangun motivasi sepanjang proses belajar dan pembelajaran berlangsung agar
peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Keaktifan peserta didik,
pembelajaran yang bermakna apabila peserta didik aktif dalam proses belajar dan
pembelajaran. Peserta didik tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang
TPEN4303 Modul 01 1.23
disampaikan pendidik, tetapi peserta didik beraktivitas langsung. Dalam hal ini pendidik
perlu menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas peserta didik.
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung peserta didik dalam proses
pembelajaran adalah penting. Peserta didiklah yang melakukan kegiatan belajar bukan
pendidik. Supaya peserta didik banyak terlibat dalam proses pembelajaran, pendidik
hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Pengulangan belajar, Penguasaan materi oleh peserta didik tidak bisa
berlangsung secara singkat. Peserta didik perlu melakukan pengulangan-pengulangan
supaya meteri yang dipelajari tetap ingat. Oleh karena itu pendidik harus melakukan
sesuatu yang membuat peserta didik melakukan pengulangan belajar. Materi pelajaran
yang merangsang dan menantang, kadang peserta didik merasa bosan dan tidak tertarik
dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini
pendidik harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga
merangsang dan menantang peserta didik untuk mempelajarinya. Balikan atau
penguatan kepada peserta didik, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang
besar jika sering diberikan kepada peserta didik. Setiap keberhasilan peserta didik
sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan. Aspek-aspek
psikologi lain, setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan
individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar peserta
didik tersebut, sehingga pendidik perlu memperhatikan cara pembelajaran yang
diberikan kepada peserta didik tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur
jadwal pelajaran, dll.
1. Prinsip Pembelajaran Menurut Gagne
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan
prinsip yang dapat dilakukan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran (Nine Events
of Instruction),
1.24 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Mari kita bahas Sembilan Prinsip dari Gagne berikut.
a. Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat peserta
didik dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau
kompleks.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives):
memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik setelah selesai
mengikuti pelajaran.
c. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior
learning): merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang
menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
d. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan
materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
e. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance): memberikan
pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir peserta didik
agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
f. Memperoleh kinerja/penampilan peserta didik (eliciting performance): peserta
didik diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya
terhadap materi.
g. Memberikan balikan (providing feedback): memberitahu seberapa jauh ketepatan
performance peserta didik.
h. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberitahukan tes/tugas untuk
mengetahui seberapa jauh peserta didik menguasai tujuan pembelajaran.
i. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer):
merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan
rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
2. Prinsip Pembelajaran Menurut Atwi Suparman
Beberapa prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan
mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Respons-respons baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respons yang
terjadi sebelumnya. Implikasinya adalah perlunya pemberian umpan balik positif
dengan segera atas keberhasilan atau respon yang benar dari peserta didik, peserta
didik harus aktif membuat respons, tidak hanya duduk diam dan mendengarkan
saja.
b. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga dibawah
pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan peserta didik. Implikasinya
adalah perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada peserta
didik sebelum pelajaran dimulai agar peserta didik bersedia belajar lebih giat.
Juga penggunaan berbagai metode dan media agar dapat mendorong keaktifan
peserta didik dalam proses belajar.
c. Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
TPEN4303 Modul 01 1.25
Implikasinya adalah pemberian isi pembelajaran yang berguna pada peserta didik
di dunia luar ruangan kelas dan memberikan balikan (feedback) berupa
penghargaan terhadap keberhasilan mahapeserta didik. Juga peserta didik sering
diberikan latihan dan tes agar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru di
kuasainya sering di munculkan pula.
d. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan di
transfer kepada situasi lain yang terbatas pula. Implikasinya adalah pemberian
kegiatan belajar kepada peserta didik yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi
yang mirip dengan kondisi dunia nyata. Juga penyajian isi pembelajaran perlu
diperkaya dengan penggunaan berbagai contoh penerapan apa yang telah
dipelajarinya. Penyajian isi pembelajaran perlu menggunakan berbagai media
pembelajaran seperti gambar, diagram, film, rekaman audio/ video, computer,
serta berbagai metode pembelajaran seperti stimulasi, dramatisasi dan lain
sebagainya.
e. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar
sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
Implikasinya adalah perlu digunakan secara luas bukan saja contoh-contoh yang
positif, tetapi juga yang negatif.
f. Situasi mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi
perhatian dan ketekunan peserta didik selama proses peserta didik belajar.
Implikasinya adalah pentingnya menarik perhatian peserta didik untuk
mempelajari isi pembelajaran, antara lain dengan menunjukkan apa yang akan
dikuasai peserta didik setelah selesai proses belajar, bagaimana menggunakan apa
yang dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana prosedur yang harus
diikuti atau kegiatan yang harus dilakukan peserta didik agar mencapai tujuan
pembelajaran dan sebagainya.
g. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan
balik, akan membantu peserta didik dalam belajar. Implikasinya adalah pendidik
harus menganalisis pengalaman belajar peserta didik menjadi kegiatan-kegiatan
kecil, disetai latihan dan balikan terhadap hasilnya.
h. Memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dengan
mewujudkannya dalam suatu model. Implikasinya adalah penggunaan media dan
metode pembelajaran yang dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada
peserta didik seperti model, realia, film, program video, komputer, drama,
demonstrasi dan lain-lain.
i. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang
lebih sederhana. Implikasinya adalah tujuan pembelajaran harus dirumuskan
dalam bentuk hasil belajar yang operasional. Demonstrasi atau model yang
digunakan harus dirancang agar dapat menggambarkan dengan jelas komponen-
komponen yang termasuk dalam perilaku / keterampilan yang kompleks itu.
j. Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila peserta didik diberi
informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya. Urutan
pembelajaran harus dimulai dari yang sederhana secara bertahap menuju kepada
1.26 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
yang lebih kompleks kemajuan peserta didik alam menyelesaikan pembelajaran
harus di informasikan kepadanya.
k. Perkembangan dan kecepatan peserta didik sangat bervariasi, ada yang maju
dengan cepat ada yang lebih lambat. Implikasinya adalah pentingnya penguasaan
peserta didik terhadap materi prasyarat sebelum mempelajari materi
pembelajaran selanjutnya, peserta didik mendapat kesempatan maju menurut
kecepatannya masing-masing.
l. Dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
mengorganisasi kegiatannya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya
untuk membuat respon yang benar. Implikasinya adalah pemberian kemungkinan
bagi peserta didik untuk memilih waktu, cara dan sumber-sumber di samping
yang telah ditentukan, agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan
pembelajaraan.
C. KOMPONEN SISTEM PEMBELAJARAN
Sistem pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi
hingga diperoleh interaksi yang efektif. Dick dan Carey menjelaskan komponen dalam
sistem, yaitu pembelajaran adalah pebelajar, instruktur (pendidik), bahan pembelajaran
dan lingkungan pembelajaran. Dengan kata lain komponen dalam pembelajaran
merupakan upaya menciptakan kondisi (lingkungan eksternal) yang konduktif agar
terjadi proses belajar (kondisi internal) pada diri peserta didik (pebelajar).
Pembelajaran akan berhasil guna dan berjalan secara efektif bila dalam
perancangan dan pengembangan bertitiktolak pada karakteristik pebelajar, mata
pelajaran dan pedoman pada kompetensi dasar, tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan atau indikator keberhasilan belajar. Belajar akan berhasil jika pebelajar
(peserta didik) secara aktif melakukan sendiri proses belajar melalui berinteraksi dengan
berbagai sumber belajar. Sedangkan pembelajaran itu sendiri merupakan suatu sistem
yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan
lingkungan.
Menurut Reigeluth, dalam menunjang proses pembelajaran ada tiga variabel
pembelajaran yaitu variabel kondisi pembelajaran, metode dan variabel hasil
pembelajaran. Ketiga variabel pembelajaran yang dikemukan Reigeluth diperlihatkan
pada Gambar 1.1 berikut ini.
TPEN4303 Modul 01 1.27
Gambar 1.1
Varibael Pembelajaran Reigluth
Gambar 1.1
Variabel Pembelajaran dari Reigeluth
Variabel pembelajaran Reigeluth menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran
menjadi awal dari strategi pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran. Sedangkan
metode pembelajaran menekankan pada komponen-komponen strategi pembelajaran,
penyampaian dan pengelolaan pembelajaran. Dan untuk mencapai hasil pembelajaran
Reigeluth, lebih mengarahkan model pembelajaran yang efektifitas, efesiensi dan
mempunyai daya tarik.
Ketiga variabel pembelajaran di atas saling berinteraksi, interaksi dari variabel-
variabel tersebut membangun dua bentuk hubungan antar variabel yang dikenal dengan
teori deskriptif dan teori preskriptif, sebagaimana Gambar 1.2 di bawah ini:
1.28 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Gambar 1.2
Interaksi Variabel Kondisi Pembelajaran, Metode dan
Hasil Pembelajaran dari Reigeluth
Pendekatan atau sistem pembelajaran menjadi konteks dalam penulisan ini
sebagaimana Dick dan Carey menjelaskan dalam sistem pembelajaran terdapat juga
strategi pembelajaran yang terdiri dari 5 (lima) komponen yaitu: (a) aktivitas pra-
pembelajaran, meliputi pemberian motivasi, gambaran tujuan pembelajaran dan
menginformasikan keterampilan, (b) presentase pembelajaran bagian dari inti, meliputi
tahapan pembelajaran, materi dan contoh, (c) melibatkan partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran, meliputi praktek dan pemberian umpan balik (d) melakukan penilaian,
meliputi tes awal dan tes akhir, (e) aktivitas lanjutan meliputi pengulangan dan
penyampaian kesimpulan.
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1) Temukanlah prinsip-prinsip pembelajaran yang terjadi di sekolah Anda. Lakukan
observasi dan temukan apakah prinsip-prinsip pembelajaran telah digunakan
dalam mengajar di sekolah Anda!
2) Lakukan analisis pada sistem pembelajaran sekolah, apakah sudah memenuhi
semua komponen sistem pembelajaran!
TPEN4303 Modul 01 1.29
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Untuk menjawab pertanyaan ini Anda harus menguasai tentang prinsip
pembelajaran yang dilakukan pendidik dapat dianggap sebagai kegiatan
pembelajaran apabila kegiatan tersebut mendukung
2) Untuk mengecek apakah analisis sistem pembelajaran yang dilakukan sekolah
sudah benar, Anda harus melihat 3 komponen sistem pembelajaran terdapat
dalam komponen yang sekolah gunakan.
1. Pembelajaran adalah suatu kondisi eksternal yang dirancang sedemikian rupa
dengan tujuan tertentu untuk mendukung proses internal dalam setiap peristiwa
belajar.
2. Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu
diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas
dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan
hasil-hasil penelitian dalam pembelajaran.
3. Prinsip-prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Gagne dan Atwi Suparman
4. Komponen pembelajaran adalah pemelajar, instruktur (pendidik), bahan
pembelajaran dan lingkungan pembelajaran.
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Pembelajaran didefinisikan suatu kondisi yang ….
A. seperti apa adanya
B. dirancang sedemikian rupa
C. diadakan apa adanya
D. dirancang sesuai keinginan pendidik
2) Fokus utama dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Miarso adalah ....
A. kondisi dan kepentingan belajar
B. keadaan peserta didik
C. sarana dan prasarana
D. kemampuan pendidik dan peserta didik
1.30 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
3) Prinsip pembelajaran diperlukan untuk ….
A. tujuan belajar
B. adminitrasi pembeljaran
C. pencapaian hasil yang lebih optimal
D. analisis belajar
4) Seorang pendidik memberikan pujian kepada peserta didiknya merupakan
implikasi dari prinsip ….
A. perhatian dan motivasi
B. keaktifan
C. keterlibatan langsung
D. pengulangan
5) Pada pembelajaran IPA, pendidik menyiapkan laboratorium untuk praktikum
peserta didik merupakan implikasi dari prinsip ….
A. perhatian dan motivasi
B. keaktifan
C. keterlibatan langsung
D. pengulangan
6) Pendidik menanggapi keberhasilan peserta didik dengan memberi penghargaan
disebut ….
A. perhatian
B. motivasi
C. keterlibatan langsung
D. penguatan
7) Prinsip belajar menurut Gagne yaitu gaining attention, artinya pendidik ….
A. menimbulkan minat peserta didik agar tertarik dalam belajar
B. merangsang ingatan peserta didik
C. memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik
D. memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
8) Terdapat 12 prinsip yang dikemukakan oleh Atwi Suparman, kecuali ….
A. perkembangan dan kecepatan peserta didik sangat bervariasi
B. pemberian bimbingan belajar
C. respon-respon baru
D. perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons
TPEN4303 Modul 01 1.31
9) Berikut adalah komponen sistem pembelajaran, kecuali ….
A. pebelajar
B. pendidik
C. bahan pembelajaran
D. dinas
10) Variabel pembelajaran menjadi awal dari strategi pembelajaran untuk mencapai
hasil pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran menekankan pada
komponen-komponen ....
A. strategi pembelajaran
B. analisis pembelajaran
C. hasil pembelajaran
D. model pembelajaran
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan
Belajar 2.
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
1.32 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Desain Pembelajaran
Kegiatan
Belajar
3
ada kegiatan belajar sebelumnya Anda telah mempelajari konsep dalam belajar
dan pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran yang baik dan efektif,
sebaiknya seorang pendidik membuat desain pembelajaran. Pada kegiatan ini,
Anda akan mempelajari tentang definisi desain pembelajaran dan model-model desain
pembelajaran.
A. HAKIKAT DESAIN PEMBELAJARAN
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya
sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin,
desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta
proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain
pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan,
pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan
pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada
berbagai tingkatan. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan
sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk
meningkatkan mutu belajar.
Sementara itu, desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala
(2005) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara
khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan
tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai
dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang
digunakan.
Ada beberapa ahli yang mengeluarkan pendapat mereka tentang definisi Desain
Pembelajaran antara lain sebagai berikut.
1. Reigeluth, mendefinisikan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan
teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang
(Reigeluth, 1999).
2. Rothwell dan Kazanas, merumuskan desain pembelajaran terkait dengan
peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi
(Rothwhell, Kazanas, 1992).
P
TPEN4303 Modul 01 1.33
3. Gagne dkk, menyatakan bahwa desain pembalajaran adalah sebuah usaha dalam
membantu proses belajar seseorang, di mana proses belajar itu sendiri
mempunyai tahapan segera dan jangka panjang (Gagne, 1992).
4. Dick and Carey, mendefinisikan desain pembelajaran sebagai seluruh proses
yang dilaksanakan pada pendekatan sistem yang terdiri dari analisis, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi (Dick and Carey, 1992).
5. Seels and Richey, mendefinisikan desain pembelajaran adalah prosedur yang
terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan,
pengembangan, pengaplikasian, dan penilaian pengembangan. (Seels and
Richey, 1994).
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek
penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi
transfer pengetahuan secara efektif antara pendidik dan peserta didik. Proses ini berisi
penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran,
dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.
Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara
pedagogis dan dapat terjadi hanya pada peserta didik, dipandu oleh pendidik, atau dalam
latar berbasis komunitas
B. MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
Dalam mendesain pembelajaran terdapat banyak model yang dapat digunakan
seperti Dick and Carey, Kemp, Assure, IDI dan sebagainya. Dalam Kegiatan Belajar
ini, dibahas dua model yang sering digunakan dalam proses desain pembelajaran yaitu
model pembelajaran Dick and Carey dan Kemp.
Dengan menggunakan kerangka berpikir sistem, Dick & Carey (1978, 1985)
menyusun model desain instruksional seperti berikut.
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
adalah menentukan apa yang dikehendaki oleh pendidik agar dapat dilakukan
oleh peserta didik selesai mereka mengikuti pembelajaran. Batasan tujuan dapat
dilihat dari standar kompetensi, kebutuhan kurikulum, kesulitan belajar,
karakteristik peserta didik, dan lain-lain.
2. Melakukan analisis pembelajaran. Setelah mengetahui tujuan pembelajaran,
pendidik hendaknya menentukan jenis pembelajaran yang bagaimana yang
dikehendaki oleh peserta didik. Tujuan pembelajaran perlu dianalisis untuk
mengenali ketrampilan-ketrampilan awal atau subordinat yang mengharuskan
peserta didik menguasai materi dan langkah-langkah prosedural awal untuk
mengikuti proses pembelajaran tertentu.
3. Mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik. Di samping mengenali
ketrampilan-ketrampilan awal dan langkah-langkah prosedural yang harus
1.34 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
dimasukkan dalam pembelajaran, maka perlu untuk mengenali ketrampilan-
ketrampilan tertentu yang harus dimiliki peserta didik sebelum pembelajaran
dimulai. Hal ini bukan berarti menyusun daftar semua hal yang dapat dilakukan
oleh peserta didik, melainkan mengenali ketrampilan-ketrampilan tertentu yang
harus dimiliki peserta didik untuk memulai pembelajaran.
4. Merumuskan tujuan pembelajaran. Atas dasar analisis pembelajaran dan
keterangan tentang tingkah laku peserta didik, perancang menyusun pernyataan
spesifik tentang ketrampilan apa yang akan dimiliki oleh peserta didik ketika
menyelesaikan proses pembelajaran. Penjabaran ketrampilan-ketrampilan ini
dikenal dengan melakukan analisis pembelajaran. Dalam kegiatan ini perlu
disebutkan ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik,
kondisi perbuatan yang menunjukkan ketrampilan tersebut, dan kriteria performa
yang diinginkan.
5. Mengembangkan butir tes acuan kriteria. Berdasarkan tujuan khusus atau
kompetensi dasar yang telah dirumuskan, pendidik menyusun butir-butir
penilaian yang dapat mengukur kemampuan peserta didik untuk mencapai apa
yang dicantumkan dalam kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran. Fokus
utama diletakkan pada mengaitkan pada jenis tingkah laku yang disebutkan
dalam tujuan dengan apa yang diminta dari butir-butir tersebut.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran. Dengan berbagai informasi dari
langkah-langkah sebelumnya, pendidik harus menentukan strategi yang akan
digunakan dalam pembelajaran dan menentukan media apa yang cocok untuk
dapat digunakan dalam mencapai tujuan akhir. Bagian-bagaian strategi
pembelajaran dapat dilihat dari kegiatan prapembelajaran, inti, dan penutup.
7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran. Langkah ini didasarkan atas
strategi pembelajaran, kegiatan mengembangkan dan memilih bahan
pembelajaran meliputi buku petunjuk peserta didik, bahan ajar, tes, dan buku
pegangan pendidik. Keputusan untuk mengembangkan bahan ajar pada dasarnya
tergantung pada jenis pembelajaran yang akan dilakukan.
8. Merancang dan melakukan evaluasi formatif. Kegiatan ini adalah melakukan
serangkaian penilaian dengan maksud mengumpulkan data yang digunakan untuk
mengidentifikasi bagaimana teknik-teknik dalam menyempurnakan rencana
pembelajaran.
9. Merevisi Pembelajaran. Data dari penilaian formatif dianalisis sebagai usaha
untuk mengenali kesulitankesulitan yang dialami peserta didik dalam mencapai
tujuan dan untuk menghubungkan kesulitan-kesulitan tersebut dengan
kekurangan tertentu dalam proses pembelajaran.
10. Melakukan evaluasi sumatif. Langkah ini mempunyai arti mengadakan tindakan
penilaian secara keseluruhan yang dimulai dari pertemuan pertama sampai
terakhir. Oleh karena itu, idealnya penilaian ini tidak hanya melibatkan pendidik,
namun juga tim evaluator yang independen.
TPEN4303 Modul 01 1.35
Model Dick and Carey memiliki kelebihan sebagai salah satu model popular
digunakan, karena langkah-langkahnya yang jelas, sehingga mudah diikuti, teratur dan
efektif dalam pelaksanaan. Kekurangan dari model ini adalah model sifatnya kaku,
karena semuanya sudah ditentukan, tidak semua pembelajaran dapat dikembangkan
dengan langkah-langkah tersebut.
Gambar 1.3
Model Dick and Carey
Selanjutnya adalah Model ADDIE, model tersebut Ada satu model desain
pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-
Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang
dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi
pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang
efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri. Model ini menggunakan
5 tahap pengembangan berikut.
1. Analysis (analisis)
2. Design (disain / perancangan)
3. Develop (pengembangan)
4. Implement (implementasi/eksekusi)
5. Evaluate (evaluasi/ umpan balik)
1.36 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Adapun penjelasan lengkap dari tahapan desain pembelajaran tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Analisis. Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan
dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis
kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas
(task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa
karakteristik atau profil calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan,
identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
2. Desain. Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint).
Ibarat bangunan, maka sebelum bangunan dibuat, gambar rancang bangun (blue-
print) di atas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap
desain ini? Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (Specific,
Measurable, Applicable, dan Realistic).
Selanjutnya menyusun tes, di mana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi
pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita
pilih dan tentukan yang paling relevan. Di samping itu, pertimbangkan pula
sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan
belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam suatu
dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
3. Pengembangan. Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias
desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu
software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus
dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu
dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan
mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu
langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum
diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu
langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena
hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita
kembangkan.
4. Implementasi. Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem
pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah
dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau
fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu
maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika diperlukan lingkungan tertentu,
maka lingkungan atau setting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah
program/produk diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.
TPEN4303 Modul 01 1.37
5. Evaluasi. Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang
sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya
tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi
pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya
untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan
salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input
terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin
perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi
kelompok kecil dan lain-lain
Model ini memiliki 5 komponen yang saling berkaitan dan sistematis yang
artinya model ini harus digunakan secara sistematik dan tak bisa diacak urutannya
dalam penerapannya. Model ini bersifat sederhana dan terstruktur secara sistematis,
sehingga lebih mudah dipahami oleh pendidik. Kekurangan dari model ini tahap-
tahapnya kurang terperinci sehingga menjadi subjektif dalam penerjemahan model ini.
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1) Carilah model desain selain kedua yang telah disebutkan beserta tahapannya!
2) Lakukan observasi pada kurikulum 2013. Menurut pendapat Anda, model apa
yang digunakan dalam pengembangan kurikulum tersebut?
Petunjuk jawab Latihan
1) Untuk mengecek apakah desain tersebut merupakan desain pembelajaran dapat
dilihat dari kaidah belajar dan pembelajaran dan dilihat kegunaan model desain
tersebut.
2) Untuk menjawab pertanyaan ini Anda harus menguasai beberapa model desain
pembelajaran untuk membandingkan apakah yang dipakai dalam pengembangan
kurikulum 2013.
1.38 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
1. Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi
dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif
antara pendidik dan peserta didik
2. Dick & Carey (1978, 1985) menyusun model desain instruksional seperti berikut:
Identifikasi tujuan; analisis pembelajaran; identifikasi perilaku awal;
merumuskan tujuan; mengembangkan butir tes acuan kriteria; mengembangkan
stretegi pembelajran; memilih bahan pembelajaran; merancang evaluasi; dan
merevisi pembelajaran.
3. Model ADDIE menggunakan 5 tahapan berupa; Analisis; Disain;
Pengembangan; Implementasi; dan Evaluasi.
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Agar pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisien seorang pendidik
harus membuat ....
A. modul pembelajaran
B. desain pembelajaran
C. kurikulum
D. bahan belajar
2) Pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana
serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar, desain pembelajaran yang
dimaknai sebagai ....
A. sudut pandang
B. sistem
C. disiplin
D. ilmu
3) Desain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan
pengaruhnya bagi organisasi. Rumusan konsep ini merupakan rumusan dari ....
A. Rothwell dan Kazanas
B. Dick and Carey
C. Seels and Richey
D. Reigeluth
TPEN4303 Modul 01 1.39
4) Manakah dari model berikut yang memiliki kelebihan berupa langkahnya yang
jelas, sehingga dapat diikuti, teratur dan efektif dalam pelaksanaan ....
A. ADDIE
B. ASSURE
C. Dick & Carey
D. Hannafin and Pack
5) Terdapat lima tahapan penting dalam mendesain pembelajaran agar dapat
digunakan dalam pembelajaran, tahapan tersebut terdapat pada model ....
A. ASSURE
B. ADDIE
C. Dick & carey
D. Hannafin and Pack
6) Ada unsur subjektif dalam menerapkan desainnya, namun lebih mudah dipahami
oleh pendidik. Hal ini adalah kekurangan dan kelebihan dari model desain ….
A. ASSURE
B. ADDIE
C. Dick & Carey
D. Hannafin and Peck
7) Seorang pemelajar dapat belajar dengan baik apabila pembelajaran dilakukan
secara ....
A. bahan belajar yang baik
B. sistematis dan terukur
C. intensif dan berulang ulang
D. mandiri
8) Memilih media yang cocok agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, merupakan
tahapan Dick & Carey pada tahap ....
A. identifikasi tujuan
B. analisis pembelajaran
C. identifikasi perilaku awal
D. perumusan Tujuan Pembelajaran
9) Model desain Dick & Carey berbeda dengan model desain ADDIE dalam hal ....
A. analisis dan evaluasi
B. metode dan analisis
1.40 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
C. desain dan analisis
D. tahapan dan kelengkapan
10) Dampak apa yang akan muncul apabila dalam mendesain pembelajaran
mengabaikan tahap analisis
A. metode yang kurang tepat
B. salah pemilihan media
C. tidak adanya karakteristik peserta belajar
D. evaluasi yang keliru
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum dikuasai.
TPEN4303 Modul 01 1.41
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1) D
2) B
3) C
4) B
5) C
6) C
7) B
8) C
9) A
10) B
Tes Formatif 2
1) B
2) A
3) A
4) A
5) C
6) A
7) A
8) B
9) D
10) C
Tes Formatif 3
1) B
2) C
3) A
4) C
5) B
6) B
7) B
8) B
9) D
10) C
1.42 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Daftar Pustaka
Ambrose, S.A. et al. (2010). How learning works. US: Wiley and Sons, Inc.
Anglin, G.J, ed. (1995). Instructional technology: Past, present and puture (2nd ed).
Englewood, COL: Libraries Unlimited.
Anderson, L.W., & David, R.K.eds. (2001). A taxonomy for learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives (abridged
ed.). New York: Longman.
Asandhimitra, dkk, Penyunting (2004). Pendidikan jarak jauh. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Barth, R.S. (2001). Learning by heart. US: Jossey Bass.
Bentley, T. (1991). The business of training. London, UK: McGraw-Hill Book.
Briggs, A.R.J., & Daniela, S. (2002), Managing effective learning and teaching.
London: Sage Publication.
Carey, W.D.L. & James, O.C. (2005). The systematic design of instructional. New
Jersey: Pearson..
Cangelosi, J.S. (1993). Classroom management strategies: Gaining and maintaining
students cooperation (2nd ed). New York & London: Longman.
Darmaningtyas, dkk. (2004). Membongkar ideologi pendidikan: Jelajah undang-
undang sistem pendidikan nasional. Yogyakarta: Resolusi Press.
Dryden, G. & Jeannette, V. (2000). The learning revolution. Torrence, CA : The
Learning Web.
Dorrell, J. (1993). Resource-based learning. Berkshire SL6 2QL. England: McGraw-
Hill Book.
Gagne, R.M. & et al. (2005). Pinciple of instructional design. New York: wadsworth
Publishing.
TPEN4303 Modul 01 1.43
Gagne, R. M. (1985). The conditions of learning and theory of instruction. New York:
CBS College Publishing.
Heinich, R.M.M., & James, D.R. (1982). Instructional media. Canada: John Wiley and
Sons, Inc.
Hilgard, E.R., & Bower, G.H. (1966). Theories of learning. 3rd ed. New York:
Appleton-Century-Crofts.
Knight, P., & Mantz, Y. (2004), Learning, curriculum and employability in higher
Education. London: Routledge Falmer.
Marquardt, M.J. (1996). Building the learning organization: A systems approach to
quantum improvement and global success. New York: McGraw-Hill.
Moore, M.G., & Greag, K. (1996). Distance education: A systems view. Belmont, CA:
Wadsworth Publishing.
Melalatoa, M.J. Penyunting. (1997). Sistem budaya Indonesia. Jakarta: Pamator.
Mulyasa. (2004). Kurikulum berbasis kompetensi: Konsep, karakteristik, dan
implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurudin. (2000). Sistem komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Biograf Publ.
Nurkolis. (2003). Manajemen berbasis sekolah. Jakarta: Grasindo.
Prawiradilaga, D.S., & Eveline, S. Penyunting. (2004). Mozaik teknologi pendidikan.
Jakarta: Kencana (Grup Prenada Media).
Reiser, R.A., & John, V.D. (eds, 2002). Trends and issues in instructional design and
technology. Upper Saddle River. NJ, Columbus, OH: Merrill – Prentice Hall.
Rogers, E.M. (1983). The diffusion of innovations (3rd ed). New York: The Free Press.
Rowntree, D. (1994). Preparing materials for open, distance and flexible learning.
London, UK: Kogan Page.
Barbara, B.S., & Rita, C.R. (1994). Instructional technology: The definition and domain
of the field. Washington DC: AECT.
1.44 Belajar, Pembelajaran, dan Desain Pembelajaran
Senge, P., et.al. (2000). Schools that learns. New York: Doubleday Publishing. Parts II
& VII.
Sims, R.R., & Serbrenia, J.S. (2009). The importance of learning style: Understanding
the iImplications for learning, course design, and education. Westport:
Greenwood Press.
Spector., Michael in Moller. J., Leslie., Huett, Jason B., & Harvey, D.M, (2009),
Learning and Instructional Technologies for the 21st Century. New York:
Springer,
Soekanto, S. (2003). Sosiologi: Suatu pengantar (cetakan ke-30). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sudjatmiko., & Lili, N. (2003). Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Sudjana, N. (1995). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Suparman, M.A., & Aminuddin, Z. (2004). Pendidikan jarak jauh: Teori dan praktik
(edisi kedua). Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Syah, M. (2004). Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Schunk, D.H. (2012), Learning theories, an educational perspective, sixth edition,
Boston: Pearson Education, Inc.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Top Related