i
STUDI EKSPLORATIF TENTANG PARIWISATA DI DKI JAKARTA
SEBELUM, SAAT COVID-19, DAN PROYEKSI DI MASA MENDATANG
(STUDI KASUS BIDANG USAHA PERHOTELAN DI DKI JAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
Astrid Nadya Rizqita
NIM:11140840000028
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Astrid Nadya Rizqita
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 17 November 1996
3. Alamat : Komplek Timah Blok G48A
RT 01 RW 06 Pangkalan Jati Baru, Cinere, Depok
4. Telepon : 081213057764
5. E-mail : [email protected]
6. Linkedin : linkedin.com/in/astridnr96/
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Al-Azhar Syifa Budi Jakarta Tahun 2006-2008
2. SMP Negeri 85 Jakarta Tahun 2008-2009
3. IGSC Islamabad Tahun 2009-2013
4. SMA Negeri 97 Jakarta Tahun 2013-2014
III. PENGALAMAN ORGANISASI
2015-2016 : Anggota Keilmuan FEB LDK Syahid
2015-2016 : Anggota LSO HMJ Ekonomi Pembangunan
2017-2018 : Governing Member International Studies
Club
2017 : Generasi Baru Indonesia (GenBI) UIN Jakarta
2017-sekarang : OIC Youth Indonesia
2020-2021 : Al Sharq Youth Indonesia Hub
2021-sekarang : Komite P3MK PP MES
IV. PRESTASI
1. 2015 : Best Student Presentation Award - International
Conference on Thoughts of Schumpeter and Islamic Economics,
FEB UIN Jakarta
vii
2. 2015 : Finalis - National Economic Fair 2015 Malang
State University
3. 2016 : UIN Student Achievement Award Kategori 3
4. 2016 : Juara 1 - Economic Operation National Academic
Paper Competition held by HMJ IE FE Universitas Riau
5. 2016 : Best Position Paper Award – ITB MUN
6. 2016 : Finalis – ECLASHIP EP FEB UIN Jakarta
7. 2018 : Outstanding Diplomat – MOIC Pakistan
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Adik Panitro
2. Ibu : Nurani Dewi
3. Alamat : Komplek Timah Blok G48A RT 01
RW 06 Pangkalan Jati Baru, Cinere, Depok
6. Telepon : (021) 7502123
7. Anak Ke Dari : 1 dari 3 bersaudara
viii
ABSTRACT
The COVID-19 outbreak has a significant impact on the global tourism industry in
2020 and will have an impact in the years to come, if there is no improvement in the
current situation. The losses experienced by travel and tourism business actors have
reached 43%. Hospitality Industry, as part tourism sector, has also been greatly
affected by COVID-19 and is one of the six priorities of Ministry of Tourism and
Creative Economy RI.
This study using exploratory qualitative approach by examining aspects of hotel
industry in the past, present, and projects the future of this industry with case study
on DKI Jakarta. An explorative qualitative approach is used so that the research
can be more flexible and the researcher can continue to evolve along with the
development of research results which can be a reference for further research. The
study shows hoteliers apply a number of strategies in order to survive in the midst
of COVID-19 conditions according to the classification of hotel stars they manage.
It is projected that after COVID-19 ends, hoteliers will apply new standards in
sustainability and public consumption patterns for face-to-face activities will return
to normal.
Keywords: Tourism, Hospitality, Explorative Study, COVID-19
ix
ABSTRAK
Wabah COVID-19 berdampak signifikan terhadap industri pariwisata global pada
tahun 2020 dan akan berdampak di tahun-tahun mendatang, jika tidak ada
perbaikan pada situasi saat ini. Kerugian yang dialami oleh pelaku usaha
perjalanan dan pariwisata mencapai 43%. Bidang Usaha Perhotelan, sebagai
bagian dari sektor pariwisata, juga sangat terpengaruh oleh COVID-19 dan
merupakan salah satu dari enam prioritas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif RI.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif dengan mengkaji
aspek-aspek industri perhotelan di masa lalu, masa kini, dan proyeksi masa depan
industri ini di DKI Jakarta. Pendekatan kualitatif eksploratif digunakan agar
penelitian dapat lebih fleksibel, dapat terus dikembangkan, dan menjadi acuan
untuk penelitian selanjutnya. Studi tersebut menunjukkan para pelaku bisnis
perhotelan menerapkan sejumlah strategi agar tetap bertahan di tengah kondisi
COVID-19 sesuai dengan klasifikasi bintang hotel yang mereka kelola.
Diproyeksikan setelah COVID-19 berakhir, pelaku bisnis perhotelan akan
menerapkan standar baru dalam keberlanjutan dan pola konsumsi masyarakat
untuk aktivitas tatap muka akan kembali normal.
Kata kunci: Pariwisata, Perhotelan, Studi Eksploratif, COVID-19
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hiraabil „alamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia diberikan
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Eksploratif
tentang Pariwisata di DKI Jakarta Sebelum, Saat COVID-19, dan Proyeksi di Masa
Mendatang (Studi Kasus Bidang Usaha Perhotelan di DKI Jakarta)”. Shalawat serta
salam yang selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang.
Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan program
sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesaikanya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan,
bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling
penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Adik Panitro dan Ibu Nurani Dewi
yang terus memberikan bantuan baik dari sisi finansial maupun dukungan
batin berupa doa, semangat, dorongan, dan motivasi.
2. Kedua adik saya Mas Alif dan Althaf yang selalu memberikan semangat dan
motivasi agar semakin bisa menjadi contoh yang baik buat mereka.
3. Bapak Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing saya yang
dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk dapat
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan kesehatan dan umur panjang kepada bapak agar dapat selalu
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi banyak mahasiswa lainnya.
4. Bapak Dr. Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Ibu Dr. Fitri Amalia, M.Si.
selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pem bagunan.
Terimakasih banyak atas waktu, saran dan semangat yang di berikan.
5. Prof. Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga mahasiswa FEB semakin
diberikan dukung penuh untuk dapat mengikuti perlombaan yang
berhubungan dengan akademik atau penelitian ilmiah.
6. Seluruh Dosen Ekonomi Pembangunan, terima kasih banyak atas ilmu yang
diberikan selama penulis menjalankan perkuliahan di FEB UIN Jakarta.
7. Sahabat saya di Ekonomi Pembangunan yaitu Taufiq Achma, Maulana
Yusup, Naufal, Effa Safirah, Zaki, yang telah memberikan semangat selama
ini.
8. Kepada sahabat saya di International Studies Club, UKM Bahasa FLAT,
MOIC Students Club UIN Jakarta, MOIC Indonesia National Team yaitu
Ruru, Dhyas, Ilham, Ellena, Damar, Faisal, Ellen, dan Ikmal.
xi
9. Teman-teman KKN Pandawa yang tidak bisa saya sebut satu per satu.
10. Kepada senior saya di Marrakesh Inn, Bang Rizal Fatwa, Pak Rainal dan
jajaran yang telah memperkenakan saya untuk melengkapi keperluan
penelitian saya perihal bidang usaha perhotelan.
Akhir kata, penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penelitian ini
namun diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya selain itu kritik dan
saran sangat diperlukan agar penelitian ini dapat menjadi lebih baik.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Jakarta, 24 Juni 2021
Astrid Nadya Rizqita
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF .................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
SKRIPSI………………………………….iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........ Error! Bookmark not
defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...........................................Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ........................................................................................................................vi
ABSTRAK ......................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian .................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II .............................................................................................................................. 10
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 10
A. Deskripsi Teori .................................................................................................... 10
1. Pariwisata di Indonesia ........................................................................ 10
a. Pengertian Sektor Tersier (Service Industry) ..................................... 10
b. Karakteristik Sektor Tersier (Service Industry) ...................................... 10
c. Sektor Pariwisata sebagai Sektor Tersier .......................................... 12
d. Value Chain Pariwisata ........................................................................ 14
e. Sumber Daya Wisata dan Dampak Pariwisata Terhadap
Perekonomian............................................................................................... 15
2. Dampak Negatif COVID-19 pada Permintaan Agregat dan
Penawaran Agregat Sektor Pariwisata ...................................................... 16
3. Usaha Akomodasi dan Perhotelan ...................................................... 18
xiii
4. COVID-19 terhadap Industri Perhotelan dan Pariwisata ............... 18
B. Literature Review ............................................................................................... 20
C. Kerangka Berpikir .............................................................................................. 28
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 31
BAB III ............................................................................................................................. 32
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 32
A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................. 32
B. Pendekatan Penelitian .................................................................................... 33
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 33
D. Jenis Data ............................................................................................................... 34
E. Metode Analisis Data ............................................................................................ 36
BAB IV ............................................................................................................................. 38
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 38
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................. 38
1. COVID-19 dan Penurunan Jumlah Pariwisata dan Turis ............... 38
2. Kontribusi Pariwisata dan Usaha Akomodasi DKI Jakarta terhadap
PDRB DKI Jakarta ....................................... Error! Bookmark not defined.
a. Pariwisata DKI Jakarta ........................ Error! Bookmark not defined.
b. PDRB dari Usaha Akomodasi dan Makan Minum . Error! Bookmark
not defined.
c. Laju PDRB dari Usaha Akomodasi dan Makan Minum .......... Error!
Bookmark not defined.
B. Temuan Penelitian .............................................................................................. 43
1. Jumlah Usaha Akomodasi dan Kamar di DKI Jakarta ................... 44
2. Kinerja Hotel Bintang di DKI Jakarta ............................................... 48
C. Pembahasan ......................................................................................................... 62
1. Langkah Strategis Pelaku Usaha Perhotelan di Indonesia dan DKI
Jakarta .......................................................................................................... 62
a. Hotel Dijadikan Tempat Isolasi/Karantina/Repatriasi COVID-19 . 63
b. Kuliner Hotel ........................................................................................ 66
c. Menjual Meeting Room/Open Space ................................................... 67
d. CHSE Certification ............................................................................... 68
e. Suntikan dari Pemerintah ................................................................... 71
xiv
f. Pengurangan Jumlah Pekerja dan Perubahan Jam Kerja .............. 72
g. Mengoptimalkan Online Travel Website ............................................. 72
h. Mempertahankan Konsumen Loyal ................................................... 73
2. Proyeksi Pariwisata 2022 – 2025 dan Pasca COVID-19 ................... 74
3. Kebijakan Pemerintah ......................................................................... 75
BAB V .............................................................................................................................. 80
PENUTUP ........................................................................................................................ 80
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 80
B. Saran .................................................................................................................... 82
1. Saran Praktis ........................................................................................ 82
2. Saran Teoritis ....................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 84
LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................................... 95
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1………………………………………………………………………...4
Tabel 1.2……………………………………………………………….………..6
Tabel 4.1……………………………………………………………….………47
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1……………………………………………………………………...2
Gambar 1.2……………………………………………………………….……..3
Gambar 4.1……………………………………………………………...……...46
Gambar 4.2……………………………………………………………………..47
Gambar 4.3……………………………………………………………………..54
Gambar 4.4………………………………………………………………..……55
Gambar 4.5……………………………………………………………………..56
Gambar 4.6……………………………………………………………………..57
Gambar 4.7……………………………………………………………………..58
Gambar 4.8……………………………………………………………………..60
Gambar 4.9……………………………………………………………………..61
Gambar 4.10……………………………………………………………………63
Gambar 4.11……………………………………………………………………64
Gambar 4.12…………………………………………………………………... 65
Gambar 4.13……………………………………………………………………66
Gambar 4.14……………………………………………………………………67
Gambar 4.15……………………………………………………………………68
Gambar 4.16……………………………………………………………………68
Gambar 4.17……………………………………………………………………69
Gambar 4.18……………………………………………………………………81
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Hotel Untuk Repatriasi di DKI Jakarta……………..104
Lampiran 2: Surat Keterangan Wawancara ………………………………108
Lampiran 3: Transkrip Wawancara………………………………………..109
Lampiran 4: Foto Dokumentasi………….………...………………………..125
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pariwisata adalah produk dunia yang menunjukkan betapa sebenarnya
saling berhubungan dan bergantung satu sama lain di semua negara. Sektor ini
terus berkembang dari waktu ke waktu, meskipun mengalami guncangan dari
waktu ke waktu, yang menunjukkan kekuatan dan ketahanan sektor ini. berikut
ini beberapa fakta yang penting mengenai pariwisata secara Global terutama
pada tahun 2018 - 2019 (Zuckerman, 2020). Indonesia memiliki ekosistem yang
beragam dan kaya yang memposisikan negara sebagai destinasi menarik bagi
wisatawan. Upaya pemerintah untuk mendiversifikasi perekonomian terhadap
manufaktur telah terbukti sulit. Pada tahun 2014 Presiden baru memutuskan
untuk menggunakan pariwisata sebagai pilar baru strategi ekonomi untuk
mencapai pertumbuhan. Penggunaan Wonderful Indonesia dan Pesona
Indonesia sebagai country branding telah diluncurkan tanggal 23 Desember
2014 bersamaan dengan peluncuran e-tourism berdasarkan Keputusan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor KM.77/UM.001/MPEK/2013 tentang
Logo Wonderful Indonesia (Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian
Pariwisata, 2016).
Sebagai hasil dari branding terserbut, terbukti dari peringkat pertama yang
didapatkan Indonesia sebagai negara favorit yang dikunjungi mengalahkan
Thailand, Portugal dan Sri Lanka. Dari segi jumlah wisatawan, sudah terdapat
2
9,4 juta wisatawan mancanegara yang berlibur ke Indonesia pada tahun 2019.
Hasil ini juga menunjukkan bahwa Indonesia mengalami pertumbuhan
pariwisata tercepat (Liputan 6, 2019).
Sektor pariwisata mencakup banyak bidang usaha diantaranya hotel,
restoran, pertanian pangan dan transportasi dan juga mempengaruhi
pembangunan tata ruang dan and lingkungan hidup. Sektor ini juga melibatkan
beberapa tingkat administrasi pemerintahan baik di nasional, provinsi,
kabupaten dan kota.
Gambar 1.1
Value Chain Pariwisata
Sumber: Duke University CGCC, 2011
Usaha bidang pariwisata mencakup keseluruhan aktivitas terkait dengan
pariwisata yang bersifat multisektor, multidimensi, dan multidisiplin. Dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah. Sedangkan Usaha Pariwisata adalah usaha yang
menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
3
penyelenggaraan pariwisata. Menurut pasal 14 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2009,
usaha pariwisata meliputi antara lain: 1) Daya Tarik Wisata, 2) Kawasan
Pariwisata, 3) Jasa Transportasi Pariwisata, 4) Jasa Perjalanan Pariwisata, 5) Jasa
Makanan dan Minuman, 6) Penyediaan Akomodasi, 7) Penyelenggaraan
Kegiatan Hiburan dan Rekreasi, 8) Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan
Insentif, Konferensi, dan Pameran, 9) Jasa Informasi Pariwisata, 10) Jasa
Konsultan Pariwisata, 11) Jasa Pramuwisata, 12) Wisata Tirta, dan 13) Spa
(Kementerian Pariwisata, 2015).
Gambar 1.2
Jumlah Kedatangan untuk Tujuan Liburan, Liburan, Dan Rekreasi
Di Indonesia dari Tahun 2010 Hingga 2019 (Dalam Jutaan)
Sumber: Statista, 2021 (Diolah)
Sebelum COVID-19, berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
telah terjadi kenaikan jumlah wisatawan asing yang tiba di Indonesia untuk
keperluan rekreasi/liburan sejak tahun 2014 yang berada di angka 5,45 hingga
mencapai 10,63 pada tahun 2019.
4,15 4,6 4,74 4,97 5,456,18
6,74
9,2610,43 10,63
0
2
4
6
8
10
12
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Nu
mb
er
of
inb
ou
nd
arr
iva
ls in
mill
ion
s
4
Jakarta sebagai ibukota negara, pusat pemerintahan, pusat perekonomian
Indonesia merupakan salah satu destinasi yang lazim dikunjungi oleh wisatawan
baik domestik maupun mancanegara. Namun potensi pariwisata DKI belum
sepenuhnya optimal. Potensi di bidang pariwisata, misalnya, terlihat dari
pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan ke Jakarta berada di peringkat ke-5
di Asia yang mencapai 18,2 persen, di bawah Abu Dhabi yang mencapai 18,9
persen. Merujuk data Global Destination City Index 2017. Jakarta bahkan tidak
termasuk dalam 20 besar dunia, posisi pertama saat ini ditempati oleh Bangkok
(Bisnis.com, 2018).
Tabel 1.1
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan
Usaha (Juta Rupiah)
Tahun Penyediaan akomodasi dan
makan minum
PDRB
2015 72599616,05 1454563847,38
2016 76873466,42 1539916881,03
2017 81389913,46 1635359147,34
2018 85359503,54 1735208291,06
2019 91315637,99 1836198485,83
2020 76510578,43 1792794592,02
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa PDRB atas dasar harga
konstan di industri penyediaan akomodasi dan makan minum / accommodation
and food & beverage mengalami peningkatan pada tahun 2015 sampai tahun
2017 (Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021). Hal ini menandakan bahwa
pada periode tersebut terjadi peningkatan minat dan konsumsi masyarakat untuk
5
jasa akomodasi dan makan dan minuman. Proporsi industri akomodasi dan
makan minuman terhadap PDRB pada tahun 2015 dan 2016 sebesar 4.99 persen
dan cenderung di proporsi yang sama sampai 2019 sebesar 4.97%, sebelum
mengalami penurunan pada tahun 2020, di mana proporsi terhadap PDRB
sebesar 4,27 persen dan dibanding tahun 2019 mengalami penurunan sebesar
19,4 persen.
Penelitian ini mencoba untuk memberikan gambaran mengenai dampak
Covid-19 terhadap bidang usaha perhotelan di sector pariwisata DKI Jakarta
dengan menggunakan studi literatur pada buku yang membahas tentang tourism
economics, jurnal, serta penelitian terdahulu, selain itu dilakukan wawancara
kepada bidang usaha perhotelan terkait guna menunjang penelitian tersebut.
Penelitian ini juga ingin melihat bagaimana kebijakan paran stakeholder bidang
usaha perhotelan dalam menganggapi situasi COVID-19 dan strategi survival
bidang usaha tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk meneliti mengenai Perkembangan Usaha Perhotelan di DKI Jakarta
dalam situasi COVID-19 dengan judul, “Studi Eksploratif tentang Pariwisata
di DKI Jakarta Sebelum, Saat COVID-19, dan Proyeksi di Masa Mendatang
(Studi Kasus Bidang Usaha Perhotelan di DKI Jakarta)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, COVID-19
menjadi suatu ancaman bagi iklim bisnis sektor Pariwisata di Indonesia
terutama bidang perhotelan tanpa disertai dengan prospek perbaikan dan
6
peningkatan sektor pariwisata baik selama COVID-19 ataupun pasca-COVID-
19.
Dengan maraknya wabah COVID-19 berdampak buruk terhadap
perekonomian dunia terutama sektor pariwisata. Indonesia termasuk negara
yang tidak terhindar dari dampak COVID-19 tersebut dan termasuk Provinsi
DKI Jakarta satu provinsi di Indonesia yang penanganan Covid-19 sangat
disorot oleh nasional. Berbagai regulasi stay at home pemerintah yaitu
PSBB/PPKM, dimana melarang adanya kerumunan, tidak ada penerbangan
sehingga membatasi gerak domestik maupun internasional, telah menghasilkan
penurunan PDRB dari pariwisata dan juga bidang usaha akomodasi (perhotelan)
dan usaha terkait lainnya.
Tabel 1.2
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Tahun Penyediaan akomodasi dan
makan minum
PDRB
2015 5,45 5,91
2016 5,89 5,87
2017 5,88 6,20
2018 4,88 6,11
2019 6,98 5,82
2020 -16,21 -2,36
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan PDRB untuk
industri akomodasi makan dan minum mengalami peningkatan pada tahun
2015 sampai tahun 2016 dari 5,45 juta rupiah ke 5,89 juta rupiah, mengalami
penurunan ke 5,88 juta rupiah hingga menurun pada tahun 2018 dan naik
7
kembali pada tahun 2019 ke angka 6,98 juta rupiah, hingga menurun drastic
pada tahun 2020 di angka minus 16,21 juta rupiah (Badan Pusat Statistik
Provinsi DKI Jakarta, 2021). Hal ini menandakan bahwa dari laju pertumbuhan
PDRB, industri akomodasi dan makan minum belum termasuk ke dalam
industri yang stabil karena sebelum masa pandemi pun fluktuatif.
Untuk menanggulangi dampak Covid-19, pada bulan Juni tahun 2020
Kemenparekraf telah menentukan enam bidang usaha pariwisata dan ekonomi
kreatif yang akan diprioritaskan untuk dilakukan simulasi dan uji coba.
Keenam bidang usaha pariwisata dan ekonomi kreatif tersebut adalah
penyediaan akomodasi, jasa makanan dan minuman, daya tarik wisata, dan jasa
perjalanan wisata.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka diperoleh pertanyaan
penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana dampak COVID-19 bagi Pariwisata dan Perhotelan?
2. Bagaimana strategi pelaku usaha perhotelan dalam mengatasi penurunan
pendapatan mereka?
3. Seperti apa proyeksi bisnis perhotelan setelah COVID-19 berakhir (dalam
masa 1-3 tahun) setelah COVID-19 berakhir)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
• Diketahui dampak penurunan pariwisata terhadap usaha perhotelan
sejak COVID-19.
8
• Terumuskan langkah-langkah stakeholder bidang usaha perhotelan
sektor pariwisata untuk mengantisipasi COVID-19.
• Didapatkan proyeksi bisnis perhotelan setelah COVID-19 berakhir.
2. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada:
• Pengambil Kebijakan
Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi mengenai bagaimana mengantisipasi dan
menghadapi situasi pandemi sehingga kedepannya para pengambil
kebijakan mampu menentukan kebijakan apa yang tepat untuk dapat
mendukung serta meningkatkan daya tahan para pelaku usaha pariwisata
khususnya perhotelan di DKI Jakarta secara spesifik dan Indonesia
secara keseluruhan.
• Ilmu Pengetahuan
Secara umum diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah
ilmu ekonomi khususnya dalam bidang ekonomi pembangunan. Manfaat
khusus bagi ilmu pengetahuan yakni dapat mengetahui dampak dan langkah
untuk mengantisipasi agar bidang usaha perhotelan dapat tetap bertahan dan
memproyeksikan kondisi 2-3 tahun mendatang pasca pandemi serta sebagai
bahan acuan bagi penelitian-penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
• Pelaku Usaha Perhotelan dan Pariwisata di Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar
khususnya bagi pelaku usaha perhotelan dan parwisata di Indonesia,
9
sehingga mereka dapat lebih waspada akan segala kemungkinan yang dapat
terjadi di masa depan serta dapat menjadi acuan terkait bagaimana proyeksi
usaha nya di masa mendatang.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pariwisata di Indonesia
a. Pengertian Sektor Tersier (Service Industry)
Meskipun ada banyak definisi tentang sector tersier, semuanya
merunjuk pada satu hal, yaitu adalah, jasa adalah kegiatan ekonomi
yang menyediakan waktu, tempat dan bentuk kegunaan (bahwa
penerima memperoleh kepuasan dari menggunakannya) dan di saat
yang bersamaan juga membawa atau menghasilkan perubahan.
(Zeithaml, 1996)
Sektor tersier didefinisikan oleh Zeithaml sebagai aktivitas atau
manfaat apa pun yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada lain
yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apa pun; yang mana produksi dapat atau tidak terkait
dengan produk fisik.
b. Karakteristik Sektor Tersier (Service Industry)
Sejumlah karakteristik dapat diidentifikasi untuk membedakan
antara barang dan jasa. Antara fitur-fitur tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Tidak Berwujud (Intangibility)
Jasa pada dasarnya tidak berwujud dan seringkali tidak mungkin
untuk mengecap, merasakan, melihat, mendengar atau mencium jasa
11
sebelum dibeli (Zeithaml, 1996) Pembelian sebuah jasa untuk kedua
atau ketiga kalinya pada umumnya mengandalkan pengalaman
sebelumnya. Dalam hal ini pelanggan atau klien dapat diberikan
sesuatu yang nyata untuk merepresentasikan jasa tersebut, tetapi
pada akhirnya pembelian layanan adalah pembelian sesuatu yang
tidak berwujud.
2) Bersifat sementara (Perishability)
Layanan mudah rusak dan tidak dapat disimpan.Kursi cadangan
pada paket wisata, objek wisata yang belum dikunjungi atau kamar
hotel yang kosong mewakili kapasitas yang hilang selamanya.
Selain itu, beberapa layanan memiliki permintaan yang sangat
berfluktuasi (untuk misalnya, liburan) Dalam kasus seperti itu,
keputusan penting harus diambil untuk mengatasinya dengan
lonjakan permintaan sebelum tingkat layanan menurun. Perhatian
juga harus diberikan pada saat tingkat penggunaan rendah apakah
kapasitas cadangan akan menganggur atau apakah kebijakan jangka
pendek dapat diadopsi untuk meningkatkan fluktuasi permintaan
3) Heterogenitas
Sulit untuk mencapai standarisasi output dalam layanan.
Produsen jasa mungkin mencoba untuk memastikan standar
kesesuaian, tetapi pada akhirnya sulit untuk memastikan tingkat
output yang sama dalam hal kualitas. Dari sudut pandang pelanggan
12
juga sulit untuk menilai kualitas layanan terlebih dahulu sebelum
membeli jasa.
4) Kepemilikan
Perbedaan mendasar antara industri jasa adalah tidak adanya
kepemilikan tetap, karena konsumen hanya dapat memiliki akses ke
atau penggunaan suatu fasilitas (misalnya, mengunjungi resort,
menempati kamar hotel). Pembayaran hanya untuk penggunaan,
akses ke, atau penyewaan barang. Sementara dengan barang
berwujud, pembeli setelah membayarnya, memperoleh kepemilikan
barang tersebut.
c. Sektor Pariwisata sebagai Sektor Tersier
Untuk menempatkan pengembangan industri pariwisata dalam
perspektif tiga sektor tradisional model pembangunan yang
menyajikan teori tentang proses pembangunan secara bertahap.
Dalam fase awal kegiatan primer (pertanian dan pertambangan)
mendominasi perekonomian dalam hal pembagian output dan
lapangan kerja, diikuti oleh kegiatan yang semakin penting.
Selanjutnya, peran sektor sekunder (industri). Akhirnya, tersier
(layanan) kegiatan (termasuk industri pariwisata) harus menjadi
sektor terbesar di ekonomi (Ochel dan Wegner, 1987).
Penjelasan tentang pergeseran pekerjaan ke sektor tersier dapat
dilakukan dengan menggabungkan dua elemen: relatif peningkatan
permintaan akan layanan dengan meningkatnya pendapatan per
13
kapita rumah tangga pribadi (Hukum Engel), dan kemudian
berdasarkan tren produktivitas jasa yang mengalami kenaikan lebih
lambat dari sektor lainnya (kesenjangan produktivitas).
Seperti industri lainnya dalam perekonomian, industri pariwisata
dapat dilihat secara ekonomi dari output (layanan) yang
diberikannya dan dari input yang dibutuhkan untuk melakukan
produksi produk atau jasa wisata. Sebelum negara atau wilayah
mana pun di dalam suatu negara dapat menarik wisatawan dalam
skala besar, input penting tertentu (fasilitas dan layanan) harus ada
dan disediakan bagi wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka
dari waktu kedatangan mereka keberangkatan mereka Organisasi
atau bisnis yang menyediakan fasilitas menjadi pelaku industri
pariwisata.
Beberapa bidang usaha yang tergabung dalam industri
pariwisata adalah sebagai berikut:
1) Layanan perjalanan dan transportasi
Untuk keluar dari negara mereka dan pergi jauh dari rumah asal,
maka transportasi dibutuhkan untuk membantu mobilisasi
2) Layanan katering dan akomodasi
Turis yang jauh dari rumah mereka membutuhkan tempat tinggal
3) Rekreasi dan Fasilitas Bisnis
14
Bisnis dan organisasi yang menyediakan waktu luang,
rekreasi, dan fasilitas bisnis (misalnya, layanan pos dan layanan
keuangan) merupakan cabang industri pariwisata yang ketiga.
4) Layanan pemasaran dan promosi
Howell (1983) mendefinisikan pariwisata sebagai industri dan
respon terhadap kebutuhan sosial karena produknya mencakup
semua unsur yang berpadu membentuk (pengalaman dan
keberadaan konsumen pariwisata untuk melayani kebutuhan mereka
dan harapan. Di sisi lain, (Rogers & Slinn, 1993) mendefinisikan
pariwisata sebagai menunjukkan perpindahan orang dalam jangka
pendek sementara ke tempat tujuan di luar tempat di mana mereka
biasanya tinggal dan bekerja.
d. Value Chain Pariwisata
Ashley dan Mitchell (2008) menjelaskan bahwa value chain
pariwisata berbeda dari value chain untuk komoditas pertanian atau
manufaktur karena sifat produk pariwisata. Hal ini disebabkan
karena pariwisata adalah serangkaian layanan pelengkap yang
kompleks, yang meliputi transportasi, akomodasi, makanan, warisan
budaya, hiburan serta belanja, layanan tidak dapat disimpan untuk
titik waktu selanjutnya. Artinya, layanan diproduksi dan dikonsumsi
secara bersamaan dan kegiatan ini berlangsung di suatu lokasi yang
disebut sebagai destinasi wisata. Ini menunjukkan bahwa
bertentangan dengan industri lain atau perdagangan internasional di
15
mana konsumen, dalam hal ini turis, langsung bergerak ke produk
/layanan pariwisata (Ashley & Mitchell, 2008).
e. Sumber Daya Wisata dan Dampak Pariwisata Terhadap
Perekonomian
Sumber daya wisata primer adalah yang ada, atau awalnya ada,
untuk tujuan non-turis, yang awalnya diciptakan untuk tujuan lain,
contohnya termasuk lanskap alam (misalnya pegunungan, hutan
hujan, terumbu karang), bangunan keagamaan (seperti masjid dan
kuil), dan situs pertahanan (kastil, dinding kota). Sumber daya
wisata sekunder adalah yang sengaja dibangun untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan. Contohnya hotel, restoran, dan taman hiburan
(Burdett, 2017).
Direct Effect atau Efek langsung adalah pendapatan yang
diterima langsung dari wisatawan oleh pelaku usaha atau penyedia
jasa. Efek langsung adalah perubahan langsung yang terjadi dalam
perekonomian sebagai akibat dari pengeluaran wisatawan (Stynes,
1997). Efek langsung yang positif biasanya terdiri dari akomodasi,
transportasi, biaya masuk atraksi dan pengeluaran lain yang dibuat
oleh wisatawan (Fleming & Toepper, 1990). Namun seperti yang
diungkapkan oleh Fleming dan Toepper (1990) efek langsung yang
negatif adalah pengeluaran yang datang sebagai akibat dari memiliki
wisatawan di daerah setempat misalnya pemeliharaan tempat wisata
16
dan akomodasi, biaya promosi dan pengembangan transportasi yang
efisien.
Secondary Effects atau efek tidak langsung adalah uang yang
digunakan untuk membayar pembuatan dan pengiriman
layanan/produk tersebut. Efek tidak langsung adalah yang
diakibatkan oleh pengeluaran oleh industri terkait pariwisata seperti
upah dan pembelian barang dan jasa dari pemasok. (Fleming &
Toepper, 1990). Misalnya seluruh rantai pasokan dalam industri
linen, (penjualan, pekerjaan, dan pendapatan) dapat terpengaruh
karena efek tidak langsung yang terkait di hotel dalam industri
pariwisata (Stynes, 1997).
2. Dampak Negatif COVID-19 pada Permintaan Agregat dan
Penawaran Agregat Sektor Pariwisata
Krisis COVID-19, seperti krisis 2008, menyebabkan penurunan
permintaan yang substansial: pelanggan tidak melakukan konsumsi,
tamu tidak memesan kamar, dan pelancong tidak melakukan perjalanan.
(Bekaert, Geert, Engstrom, & Ermolov, 2020). Hal ini serupa dengan
Great Depression yang dikemukakan oleh seorang ekonom terkenal,
Keynes. Teori Keynesian mempengaruhi pemikiran ekonomi sampai-
sampai saat ini merupakan bab pertama yang diajarkan dalam kursus
ekonomi makro. Merujuk pada teorinya, kita dapat mengatakan bahwa
Keynes berpendapat bahwa permintaanlah yang menghasilkan
17
penawaran, setidaknya dalam jangka pendek, dan jangka pendek adalah
yang terpenting.
Kini, yang memperburuk keadaan, krisis COVID-19 memengaruhi
permintaan dan penawaran pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu,
hasilnya sangat tidak terduga, terutama dalam hal tingkat harga di masa
depan. Secara teoritis, penurunan permintaan menyebabkan penurunan
harga, tetapi penurunan penawaran menyebabkan kenaikan harga. Jadi,
kita tidak tahu apakah akan terjadi inflasi, deflasi atau apakah harga
akan tetap stabil. Hal ini membuat perbedaan antara jangka pendek dan
jangka panjang menjadi lebih sulit. Akhirnya, data tidak tersedia.
Peristiwa serupa terakhir adalah flu Spanyol yang berlangsung selama
2 tahun dari 1918 ke tahun 1920.
Kondisi saat ini banyak sekali ketidakpastian, namun hal yang kita
ketahui adalah bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) turun,
menyebabkan penurunan yang setara dalam pendapatan nasional. Agar
dapat menakar tentang dampak dari COVID-19 terhadap keseluruhan
ekonomi, ada beberapa variabel yang saling berkaitan, terlebih dalam
sektor yang . Namun demikian, jika kita fokus pada satu industri (ceteris
paribus), dalam melihat dampak dan strategi selama pandemi, beberapa
hal dapat disimpulkan.
18
3. Usaha Akomodasi dan Perhotelan
a. Usaha Akomodasi
Usaha akomodasi ialah suatu usaha yang menggunakan suatu
bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus
untuk usaha akomodasi dan setiap orang dapat menginap, makan
serta memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya
dengan pembayaran.
b. Hotel Berbintang
Usaha Hotel Berbintang ialah usaha yang menggunakan
bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus
dan setiap orang dapat menginap makan serta memperoleh
pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran dan telah
memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang telah
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata/Dinas Pariwisata
(BPS DKI Jakarta, 2020). Ciri khusus dari hotel berbintang adalah
mempunyai restoran yang berada di bawah manajemen hotel
tersebut.
4. COVID-19 terhadap Industri Perhotelan dan Pariwisata
Untuk dapat mengetahui yang perlu diantisipasi para pelaku
ekonomi di industri perhotelan dan pariwisata untuk beberapa
bulan/tahun mendatang terkait permintaan di industri pariwisata dan
perhotelan, dapat dibantu oleh teori ekonomi untuk setidaknya memberi
19
beberapa petunjuk (Lopez & Bianchi, 2021). Yang pertama adalah
elastisitas pendapatan, yaitu dampak pada kuantitas yang diminta karena
perubahan pendapatan. Pada dasarnya, baik konsumen menuntut lebih
banyak jika pendapatan mereka meningkat (barang/jasa normal), atau
mereka menuntut lebih sedikit dengan kenaikan pendapatan mereka
(barang/jasa inferior). Untuk menentukan apakah barang dan jasa di
industri perhotelan dan pariwisata adalah barang/jasa normal atau
inferior, adalah sesuatu yang tak menentu, tergantung jenis usahanya.
Barang/jasa inferior pada dasarnya dicirikan oleh fakta bahwa ada
beberapa jenis pengganti dengan kualitas yang lebih baik. Oleh karena
itu, jika pendapatan nasional meningkat, konsumsi barang/jasa tersebut
akan menurun.
Dalam industri perhotelan dan pariwisata, ada dua jenis barang dan
jasa. Misalnya, hotel biasanya diberi peringkat dengan bintang yang
mencerminkan, antara lain, standar hotel. Tidak mengherankan, rata-
rata harga kamar di hotel bintang 4 atau 5 lebih tinggi daripada di hotel
bintang 1 atau 2. Seperti dibahas sebelumnya, krisis COVID-19 telah
menyebabkan penurunan PDB dan, oleh karena itu, pendapatan nasional
juga akan menurun (yang mungkin akan bertahan lebih lama dari hanya
beberapa bulan, dan akan lebih dalam dari penurunan saat ini,
mengingat potensi efek pengganda sebagai diperkenalkan Keynes. jika
kita mengikuti teori ekonomi, yang mungkin kita amati adalah
penurunan permintaan untuk hotel bintang 4 atau 5 tetapi peningkatan
20
untuk hotel bintang 1, 2 atau bahkan 3 serta liburan berkemah, sering
dianggap sebagai produk inferior oleh konsumen.
B. Literature Review
RINGKASAN PENELITIAN SEBELUMNYA
NO NAMA
PENELITI JUDUL TAHUN HASIL PENELITIAN
1 S.K.S.
Yadava,
Mohd.
Mohsin
Qureshi
Impacts of
Covid-19 on
Indian
Travel &
Tourism
Industry
2020 India adalah tujuan wisata yang
beragam. Hanya India yang
merupakan negara di mana
wisatawan dapat menikmati semua
jenis pariwisata bersama, yaitu
wisata satwa liar, wisata
petualangan, wisata heritage,
wisata budaya, wisata religi,
ekowisata, dan wisata kesehatan.
Industri perjalanan dan pariwisata
India telah menjadi penyumbang
signifikan bagi PDB negara itu dan
menghasilkan banyak lapangan
kerja. Industri pariwisata India
terkenal karena ekonomi tanah dan
pertumbuhannya yang cepat.
Penguncian mengganggu
kehidupan miliaran dan
menciptakan skenario keruntuhan
ekonomi. Dalam periode setengah
tahun, perusahaan hanya
memperoleh pendapatan 24,80%
dibandingkan dengan setengah
tahun sebelumnya.
2 Munaza
Kazmi,
Syed Ali
Haider
Shah dan
Faisal
Qayyum
Khan
Impact of
COVID-19
on Tourism
&
Hospitality
of Pakistan
2020 industri perhotelan dan pariwisata
adalah korban utama dari krisis
tersebut. Karena penyebaran virus
yang tidak dapat dihentikan baru-
baru ini telah terhenti, begitu pula
hotel-hotel, yang tidak hanya
berdampak pada tingkat makro
tetapi juga pada tingkat mikro,
karena banyak pangan keluarga
bergantung pada pendapatan. dari
hotel dan pariwisata. Selain itu,
Pakistan sebagai negara
berkembang yang ekonominya
21
sangat bergantung pada pertanian,
manufaktur dan industri jasa, dapat
disadari bagaimana langkah-
langkah penutupan, karantina
berkepanjangan dan gangguan
dalam transportasi dan pasokan
tumbang dengan pembatasan
perjalanan telah berdampak pada
industri secara keseluruhan.
3 Dr. Emon
Kalyan
Chowdhury
Catastrophic
Impact of
Covid-19 on
Tourism
Sector in
Bangladesh:
An Event
Study
Approach
2020 Studi ini mengkaji dampak Covid-
19 pada sektor pariwisata di
Bangladesh dengan menerapkan
metode studi kejadian.
Peningkatan CAR negatif dan
signifikan mendalilkan kinerja
terburuk sektor ini selama periode
Pandemi. Menjadi negara yang
diberkati alam, Bangladesh perlu
mengembangkan kerangka kerja
kebijakan yang sesuai dengan
koordinasi yang kuat di antara
departemen terkait di tingkat
pemerintah dan bisnis. Inisiatif
pembangunan infrastruktur yang
terencana dan terkendali,
kampanye promosi besar-besaran
dengan fokus khusus pada
pariwisata domestik,
pengembangan rencana ekowisata
untuk kawasan yang diperkaya
secara alami seperti Chattogram
dan Sylhet, lingkungan ramah turis
yang melibatkan masyarakat lokal
memastikan keselamatan dan
keamanan tidak hanya akan
menjadikan pariwisata sebagai
sumber penghasil pendapatan
penting bagi pemerintah,
22
NO NAMA
PENELITI JUDUL TAHUN HASIL PENELITIAN
4 Dolma
Tsering
Covid-19 and its
Impact on the
Tourism Industry
of the Tibet
Autonomous
Region
2020 Industri pariwisata di
Tibeten merupakan pusat
peluang kerja, terutama yang
bergerak di sektor swasta
perkotaan. Selain itu,
industri pariwisata muncul
sebagai sumber pekerjaan
penting bagi orang-orang
Tibet yang telah dipaksa
untuk bermukim kembali
serta beralih dari mata
pencaharian agro-pastoral ke
pendapatan tunai melalui
proyek-proyek
pembangunan seperti
pemukiman kembali
pedesaan dan migran
ekologis. Sektor pariwisata
dan konstruksi adalah satu-
satunya sumber pendapatan
yang mata pencahariannya
dipengaruhi oleh proyek-
proyek urbanisasi yang
pesat. Mengingat ekonomi
pariwisata adalah jantung
dari ekonomi lokal Tibet,
pemerintah China harus
membuka kembali industri
tersebut secepat mungkin.
Penutupan ekonomi sektor
ini tidak hanya akan
membahayakan lapangan
kerja sebagian besar
lapangan kerja perkotaan,
tetapi juga dapat memicu
resistensi penduduk lokal
yang sudah menjadi
perhatian utama dalam
kepemimpinan Tiongkok.
Hal itu dapat
membahayakan kebijakan
pembangunan dan stabilitas
Tibet di China.
23
5 Luiz Carlos
S. Ribeiro,
Gervásio F.
Santos,
Rodrigo B.
Cerqueira,
Kênia B.
Souza
Economic impact
of Covid-19 on
tourism in Brazil
2020 Aktivitas yang paling
terkena dampak dalam nilai
absolut adalah aktivitas
dengan porsi terbesar di
sektor ini: transportasi jalan
raya dan layanan makanan.
Statistik menunjukkan
pentingnya kebijakan
kompensasi dalam
memitigasi dampak pandemi
COVID 19 terhadap
aktivitas wisata di Brasil.
Secara umum, kebijakan
kompensasi (skenario 2)
akan mengurangi efek
pandemi pada semua
aktivitas wisatawan.
Penurunan 31% dalam PDB
pariwisata di Brasil dalam
skenario 1 akan dikurangi
menjadi 17,7% dengan
kebijakan kompensasi.
Aktivitas yang paling
terkena dampak secara
relatif adalah layanan
akomodasi dengan
penurunan PDB sebesar
55,2% di skenario 1 menjadi
50,9% di skenario 2.
Aktivitas di mana kebijakan
kompensasi akan memiliki
efek mitigasi terbesar adalah
layanan transportasi jalan
dan akomodasi. hasilnya
menunjukkan pentingnya
bantuan pemerintah untuk
mengurangi dampak
pandemi pada sektor
pariwisata di Brasil Di sisi
permintaan, subsidi
konsumsi pariwisata dapat
dibuat dalam skenario pasca
krisis. Voucher konsumsi
pariwisata untuk penduduk,
misalnya, efektif dalam
pemulihan sektor pariwisata
24
China pasca krisis keuangan
global
6 Leandro
Fontoura,
Carolin
Lusby,
Francesc
Romagosa
Post-COVID-19
tourism:
perspectives for
sustainable
tourism in Brazil,
USA and Spain
2020 Jika analisis yang dilakukan
dikonfirmasi sesuai dengan
indikasi tren, destinasi
dengan daya tarik lokal atau
regional harus menonjol
dengan peningkatan
kunjungan, terutama yang
terletak dalam jarak
berkendara dari kota-kota
besar. Dalam semua analisis,
pariwisata lokal disorot
sebagai skenario perjalanan
yang paling mungkin dalam
pemulihan wabah Sars Cov-
2, dan ekowisata, pariwisata
pedesaan dan tujuan
berkelanjutan lainnya
didirikan dalam konteks
lokal ini, yang melibatkan
kawasan alam, komunitas
lokal, dan aktivitas di ruang
terbuka. Destinasi
berkelanjutan dengan
karakteristik ini melimpah di
tiga negara yang kami
analisis (Brasil, AS, dan
Spanyol) dan dapat
membawa manfaat dua arah,
baik bagi wisatawan maupun
untuk mendorong
pembangunan lokal. Juga,
diharapkan dalam krisis
ekonomi dan dalam
lingkungan PHK orang akan
menghabiskan lebih sedikit
uang untuk perjalanan dan
liburan, membawa mereka
ke pariwisata lokal. Hasil
menunjukkan peluang untuk
memperkuat destinasi
berkelanjutan dan
pentingnya persiapan dan
perencanaan. Di AS dan di
Brasil, rencana
25
keberlanjutan pariwisata
belum dikembangkan.
Spanyol selangkah lebih
maju dalam wabah dan
perencanaan pariwisata
berkelanjutan, dengan
setidaknya satu studi luas
tentang pariwisata pedesaan
pasca Covid 19.
7 Lee-Peng
Foo, Mui-
Yin Chin,
Kim-Leng
Tan & Kit-
Teng
Phuah
The impact of
COVID-19 on
tourism industry
in
Malaysia
2020 Studi ini memberikan latar
belakang singkat mengenai
wabah penyakit menular
yang dikenal dengan
COVID-19, dan mengkaji
dampak penyakit tersebut
terhadap industri pariwisata
Malaysia. Penelitian kami
menunjukkan bahwa wabah
COVID-19 telah berdampak
besar dan merugikan pada
industri pariwisata di
Malaysia, karena turis dari
seluruh dunia membatalkan
pemesanan dan menunda
rencana perjalanan ke
Malaysia karena
kekhawatiran tentang virus
tersebut. Selain itu, jumlah
wisatawan yang menurun
karena pemerintah Malaysia
memberlakukan pembatasan
dan pelarangan perjalanan.
Paket stimulus ekonomi
diharapkan dapat membantu
industri pariwisata untuk
bertahan selama periode
yang penuh tantangan ini.
8 Fernando
Almeida,
Oscar
SILVA
The Impact Of
Covid-19 On
Tourism
Sustainability:
Evidence From
Portugal
2020 Dalam hal ini, pandemi
COVID-19 akan berdampak
kuat pada pariwisata dan
berdampak pada
perekonomian negara. Tidak
seperti krisis lainnya, yang
memungkinkan operator
pariwisata di Portugal untuk
mendiversifikasi pasar dan
26
profil wisatawan, pandemi
ini telah menyebabkan
penghentian tiba-tiba dalam
semua kegiatan. Dalam
jangka panjang, situasi ini
diperkirakan akan
menyebabkan pergerakan
yang mengganggu di pasar
pariwisata beberapa peluang
dapat dikenali. Empat
kelompok peluang telah
diidentifikasi dalam hal ini:
(i) persepsi Portugal sebagai
tujuan sanitasi yang aman;
(ii) pencarian tempat-tempat
dengan tawaran wisata yang
kurang masif dan yang
menggabungkan komponen
keberlanjutan sosial dan
lingkungan; (iii) daya tarik
yang lebih besar dari sektor
pariwisata Portugis bagi
penduduk lanjut usia; dan
(iv) percepatan digitalisasi
operasi pariwisata
9. Azzeddine
Madani,
Saad
Eddine
Boutebal,
Hinde
Benhamida
dan
Christopher
Robin
Bryant,
The Impact of
Covid-19
Outbreak on the
Tourism
Needs of the
Algerian
Population
2020 Pandemi COVID-19 terus
memberikan dampak yang
sangat negatif bagi
masyarakat, perekonomian
negara, dan khususnya pada
sektor pariwisata. Hasil
penelitian menunjukkan
kebutuhan rekreasi dan
relaksasi yang besar untuk
meredakan stres psikologis
yang berdampak buruk pada
kesehatan fisik dan mental
semua orang, termasuk
anak-anak, selama periode
COVID-19. Terdapat
kebutuhan dan kesadaran
yang besar di kalangan
responden bahwa sektor
pariwisata dapat
memberikan kontribusi bagi
pemulihan ekonomi di
27
Aljazair setelah masa
kurungan, karena pariwisata
domestik akan menjadi yang
paling diminati akibat
penutupan perbatasan dan
potensi pariwisata Aljazair.
Studi ini juga menunjukkan
bahwa pengurangan biaya
hotel dan jasa di kawasan
wisata, kebersihan dan
desinfeksi situs-situs
tersebut, serta jarak antara
pegawai pariwisata dan
pelanggan dapat menarik
wisatawan.
10. Shohel Md.
Nafi dan
Santus
Kumar Deb
Impact Of Covid-
19 Pandemic On
Tourism:
Recovery
Proposal For
Future Tourism
2020 Analisis kualitatif
digunakan,
sedangkan data
dikumpulkan dari sumber
sekunder seperti jurnal, surat
kabar, data statistik yang
diperoleh dari organisasi
internasional hingga
pariwisata,
dan situs web tentang angka
COVID-19. Karena wabah,
hal ini memiliki dampak
buruk yang parah pada
pariwisata dan lapangan
pekerjaan di bidang
pariwisata.
. Studi kualitatif ini
mengulas proyeksi atas tiga
skenario utama beserta peran
dari pihak pemerintah,
pelaku usaha,dan wisatawan
dan menghasilkan Covid-19
Impact on Tourism:
Theoretical Recovery Model
sebagai usulan strategi lintas
stakeholder
28
C. Kerangka Berpikir
STUDI EKSPLORATIF TENTANG PARIWISATA DI DKI JAKARTA
SEBELUM, SAAT COVID-19, DAN PROYEKSI DI MASA
MENDATANG (STUDI KASUS BIDANG USAHA PERHOTELAN DI
DKI JAKARTA)
Aspek Penelitian
Aspek-Aspek Pariwisata dan Perhotelan
dengan COVID-19
Keterangan
1. COVID-19 dan Kai tannya
dengan Penurunan
Jum lah Par iwi sa ta /Turi s
• Total Kasus COVID-19 di Dunia
• Total Kasus COVID-19 di Indonesia
• Dampak COVID-19 pada
Perekonomian
• Dampak COVID pada Penurunan
Pariwisata Dunia dan Indonesia
• Tamu Mancanegara ke DKI Jakarta
2015-2019
• Kunjungan Wisatawan Mancanegara
ke Jakarta menurut Bulan Tahun
2020 – 2021
2. Kontribusi Pariwisata dan Usaha
Akomodasi DKI Jakarta terhadap
PDRB DKI Jakarta
• Kontribusi Pariwisata terhadap
PDRB Pra Pandemi
• PDRB Dari Usaha Akomodasi dan
Makan Minum 2015-2020
• Laju PDRB Dari Usaha
Akomodasi dan Makan Minum
2015-2020
29
3. Jumlah Usaha Akomodasi dan
Kamar di DKI Jakarta • Jumlah Hotel Bintang di DKI
Jakarta, 2015-2020
• Jumlah Hotel Bintang menurut
Klasifikasi Akomodasi di DKI
Jakarta 2018-2020
• Jumlah Kamar Per Bintang Hotel
3,4, dan 5 tahun 2018-2019
• Statistik pekerja usaha bidang
perhotelan DKI Jakarta
4. Kinerja Hotel Bintang di DKI
Jakarta
• Tingkat Penghunian Kamar Hotel
• Rata-Rata Lama Menginap Tamu
• Proporsi dan Rasio Tamu yang
Menginap di Hotel Bintang
(domestik dan internasional)
• Proporsi Tamu yang
Menginap menurut Status
Tamu Hotel Bintang di
DKI Jakarta tahun 2018-
2020
• Jumlah Tamu yang
Menginap menurut Status
Tamu dan Klasifikasi
Hotel Bintang di DKI Jakarta
tahun 2018-2020
• Rasio Tamu Asing terhadap
Tamu Indonesia yang
Menginap di Hotel
Bintang di DKI Jakarta
tahun 2018-2020
5. Langkah Strategis Pelaku Usaha
Perhotelan di Indonesia • Hotel dijadikan tempat isolasi
COVID-19
• Kuliner Hotel
• Menjual Meeting Room/Menjual
Open Space
• CHSE certification
• Suntikan dari Pemerintah
• Pengurangan pekerja
• Perubahan jam kerja
6. Proyeksi Pariwisata 2022-2025 • Tabel Tourism sector size forecast in
Indonesia 2010-2025 (dari Statista)
7. Kebijakan Pemerintah • Kebijakan Pemerintah terhadap
pekerja Usaha Akomodasi di DKI
Jakarta
30
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana dampak COVID-19 bagi Pariwisata dan Perhotelan?
2. Bagaimana strategi pelaku usaha perhotelan dalam mengatasi
penurunan pendapatan mereka?
3. Seperti apa proyeksi bisnis perhotelan setelah COVID-19 berakhir
(dalam masa 1-3 tahun) setelah COVID-19 berakhir)?
Pendekatan Penelitian Eksploratif Kualitiatif
Perumusan Hipotesa Kerja
Hipotesis Penelitian:
1. Perhotelan, sebagai salah satu bidang usaha Pariwisata juga
terkena dampak COVID-19
2. Pelaku Usaha perhotelan menerapkan sejumlah strategi agar
dapat bertahan di tengah kondisi COVID-19 sesuai klasifikasi
bintang hotel yang mereka kelola
3. Diproyeksikan bahwa setelah COVID-19 berakhir, pelaku usaha
perhotelan akan menerapkan standar baru dalam keberlanjutan
(sustainability) dan pola konsumsi masyarakat untuk kegiatan
tatap muka akan kembali seperti semula
Kesimpulan: dapat menentukan ada atau tidaknya dampak COVID-19
pada bidang usaha perhotelan sebagai bagian dari sektor pariwisata dan
proyeksi usaha perhotelan pasca COVID-19
31
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang digunakan untuk dapat
membantu merumuskan permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut.
• Perhotelan, sebagai salah satu bidang usaha Pariwisata juga terkena dampak
COVID-19
• Pelaku Usaha perhotelan menerapkan sejumlah strategi agar dapat bertahan
di tengah kondisi COVID-19 sesuai klasifikasi bintang hotel yang mereka
kelola
• Diproyeksikan bahwa setelah COVID-19 berakhir, pelaku usaha perhotelan
terutama yang tergabung dalam perhimpunan akan menerapkan standar
baru dalam keberlanjutan (sustainability), dan tidak semua strategi yang
diterapkan oleh pelaku usaha selama pandemic tetap akan dipertahankan
pasca pandemi.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan-batasan yang dilakukan oleh
penulis agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
serta memfokuskan terhadap aspek-aspek yang ada dalam penelitian. Peneliti
membatasi penelitian yang akan dilakukan agar hasil yang dicapai dapat efektif
sesuai dengan tujuan penelitian.
Tujuan utama dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui efek
dari pandemik COVID-19 terhadap bisnis perhotelan di Jakarta serta bagaimana
pelaku bisnis perhotelan memproyeksikan bisnis pariwisata pasca-COVID-19.
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan mencakup aspek-aspek penelitian
tentang efek terhadap pariwisata dalam hal ini hotel sebelum, saat dan pasca
COVID-19 yang diproyeksikan akan berakhir 2-3 tahun ke belakang. Diharapkan
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dapat menghubungkan fenomena
antara perkembangan sektor pariwisata dengan kondisi pandemik saat ini yang
didasarkan pada data yang telah diperoleh dari berbagai sumber penelitian yang
terkait dengan covid-19 dan masa depan pariwisata di Jakarta.
33
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksploratif dimana hasil
dari penelitian yang diperoleh akan disajikan untuk menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi sehingga dapat merumuskan hipotesis dan tidak bertujuan
untuk menguji hipotesis (Mudjiyanto. 2018)
Pendekatan penelitian eksploratif juga bertujuan untuk menggali lebih jauh
mengenai rancangan penelitian yang akan dilakukan serta mengamati sumber-
sumber yang dapat mendukung dalam pengumpulan data agar dapat digunakan
dalam penelitian yang hendak dilakukan (Herdiansyah. 2012)
Tujuan dari digunakannya pendekatan eksploratif dalam penelitian ini
adalah agar peneliti dapat menggali fenomena yang terjadi dengan lebih fleksibel
sehingga hasil dari penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk acuan
penelitian selanjutnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Data sangat diperlukan untuk mendukung dalam tercapainya tujuan
penelitian ini, sehingga data menjadi aspek utama yang diperlukan dalam
penelitian. Data dalam penelitian kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan atau
observasi oleh peneliti terkait aspek-aspek yang terkandung dalam penelitian baik
secara partisipatif maupun non partisipatif (Idrus. 2009). Metode observasi juga
didukung dengan data aktual dari berbagai media. Guna mendalami isu tertentu,
wawancara jarak jauh juga dilakukan guna mendalami dan mengklarifikasi itu
tertentu yang tidak ditemui atau belum dimuat dalam media yang ada. Berikut
merupakan tahap yang digunakan dalam melakukan penelitian ini:
34
1) Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipatif pasif
dimana peneliti hanya mengamati saja namun tidak terlibat dalam kegiatan
yang akan diteliti tersebut (Herdiansyah. 2015. Hal 127). Bentuk observasi
yang dilakukan adalah dengan mengamati satu contoh pelaku usaha bidang
perhotelan yang sedang melakukan survival di tengah pandemi. Observasi
dilakukan untuk melihat bagaimana kondisi di hotel tersebut, seperti apa
manajemennya, kebijakan selama pandemi, serta strategi apa yang mereka
lakukan agar tetap dapat bertahan selama pandemi.
2) Studi Dokumen
Peneliti mengumpulkan data berasal dari dokumentasi yang berbentuk
tulisan, gambar, peraturan dan kebijakan yang dapat digunakan untuk
melengkapi data yang telah diperoleh sebelumnya dari kegiatan observasi
yang dilakukan (Mulyana. 2013)
3) Wawancara
Guna mendalami seputar kebijakan hotel tersebut, wawancara secara
langsung dilakukan guna mendalami dan mengklarifikasi kebijakan-
kebijakan maupun strategi yang dilakukan oleh pelaku usaha perhotelan di
DKI Jakarta.
D. Jenis Data
1. Data Primer
Merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
yang dilakukan dalam penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif baik
35
berupa survei, wawancara maupun observasi. Namun dalam penelitian ini
data primer yang digunakan bersumber dari observasi berbagai sumber
digital yang sesuai dengan tema penelitian ini. (Hermawan. 2006)
2. Data Sekunder
Yaitu data primer yang berasal dari pihak kedua atau ketiga dan
diperoleh dari hasil survei lembaga penelitian ekonomi berbasis teknologi
digital serta penelitian yang dilakukan mengenai COVID-19 dan bisnis
berbasis pariwisata lainnya. Serta data sekunder sektor pemerintahan
mengenai kondisi perekonomian Indonesia terutama di sektor pariwisata,
seperti Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI)
a. Sumber Tercetak
Data yang berasal dari instansi resmi dan sudah tercetak seperti
laporan Badan Pusat Statistik, Kemenparekraf,Peraturan Menteri.,
juga data yang berasal dari media cetak lainnya.
b. Sumber Digital
Data yang berasal dari website resmi serta berita/wawancara
dengan pihak yang terkait dengan penelitian yang dilakukan dimana
sumber data tersebut dapat diakses melalui jaringan internet.
3. Jurnal
Merupakan sumber data dalam penelitian kualitatif yang berupa
hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli sehingga dapat
mendukung topik dari penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis
selanjutnya. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
36
jurnal dengan topik mengenai COVID-19 dan Bisnis Pariwisata (Sugiyono.
2017).
E. Metode Analisis Data
Analisis yang dilakukan adalah analisis kualitatif yang bersifat eksploratif
yaitu hasil dari data yang diperoleh dalam penelitian ini yang kemudian
dikembangkan untuk mengetahui bagaimana keterkaitan dari indikator-indikator
yang diteliti untuk dapat menentukan bagaimana kondisi dan perkembangan
pariwisata di Indonesia di masa pandemi COVID-19 serta proyeksi di masa depan
pasca-COVID-19.
Hasil dari penelitian tersebut akan dilakukan peramalan atau prediksi dari
suatu kejadian di masa mendatang dengan data-data yang berhasil dihimpun oleh
peneliti dari berbagai survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga berbasis
pariwisata serta jurnal-jurnal terkait. Proses yang dilakukan dengan model analisis
eksploratif kualitatif adalah dengan menggali secara luas dan mendalam mengenai
tema penelitian yang diambil. Dimana dalam penelitian ini mengambil tema
mengenai perkembangan bisnis pariwisata di Indonesia pada masa pandemi
COVID-19, langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1) Opini Eksekutif
Merupakan hasil analisis yang dilakukan oleh tenaga professional dari
perusahaan yang berhubungan dengan sektor perhotelan dan pariwisata.
Dalam penelitian ini digunakan opini serta analisis dari pelaku usaha
maupun perwakilan unsur manajemen hotel di DKI Jakarta
37
2) Opini dan reportase yang dipublikasikan berbagai media yang sering
dikaitkan dengan isu COVID dan perekonomian di Indonesia.
38
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. COVID-19 dan Penurunan Jumlah Pariwisata dan Turis
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah menjadi tantangan
terberat bagi perkembangan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan dunia saat
ini. Dalam waktu yang relatif singkat, virus ini telah mengubah drastis arah
pembangunan global dari optimisme pemulihan ekonomi yang di awal
2020 diyakini masih akan terjadi, menjadi ancaman krisis kesehatan serta
resesi yang tak terhindarkan (Kemenkeu RI, 2020). Menurut World Health
Organization (WHO), COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2)
yang menyerang sistem pernapasan.
a. Dampak COVID-19 Pada Penurunan Pariwisata Dunia dan
Indonesia
Wabah COVID-19 telah berdampak signifikan terhadap industri
pariwisata global pada tahun 2020 dan tampaknya di tahun-tahun
mendatang, jika tidak ada perbaikan terhadap keadaan saat ini. Secara
global, hingga saat ini telah terjadi penurunan sebesar 43% dari jumlah
tenaga kerja yang ada di bidang usaha perjalanan dan pariwisata dan di
Asia Pasifik penurunan di bidang yang sama sebesar 48%.
39
Sebelum terjadinya eskalasi dampak COVID-19, pemerintah telah
berkomitmen untuk menetapkan sektor pariwisata sebagai salah satu
sektor unggulan yang menjadi penopang ekspor jasa nasional. Sektor
penyediaan akomodasi, makan, dan minum merupakan sektor yang
pertama kali merasakan tekanan sejak penyebaran virus COVID-19 di
Tiongkok (Kemenkeu RI, 2020).
Gambar 4.1
Dampak COVID-19 terhadap Berbagai Sektor
Sumber: Kemenkeu RI, 2020 (Diolah)
Di samping sektor strategis seperti industri pengolahan,
perdagangan, dan pariwisata, aktivitas pendukung lainnya yang meliputi
mobilisasi dan pergerakan manusia seperti jasa transportasi, pembiayaan
kendaraan bermotor, dan jasa penerbangan juga terdampak signifikan
akibat meluasnya pandemi tersebut. Hal ini menyebabkan sektor pariwisata,
40
khususnya bidang usaha akomodasi, makan, dan minum yang paling
merasakan dampak dari COVID-19 terutama di masa awal pandemi.
Gambar 4.2
Jumlah Tamu Mancanegara ke Indonesia dan DKI Jakarta
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021 (Diolah)
Berdasarkan tabel diatas, jumlah wisatawan asing yang datang ke
Indonesia dari tahun 2015 sampai 2018 terus mengalami peningkatan, hal
yang sama juga untuk wisatawan asing yang hadir ke Jakarta. Di tahun
2015, proporsi wisatawan asing yang ke DKI Jakarta dari keseluruhan
ketibaan di Indonesia sebesar 22,84 persen. Di tahun-tahun selanjutnya
proporsi wisatawan asing di DKI Jakarta sebesar 21,81 persen, 18,93
persen, dan 17,79 persen. Hal ini menandakan bahwa ada beberapa destinasi
pariwisata lain yang diminati wisatawan asing yang berkunjung ke
Indonesia selain DKI Jakarta. Hal ini dibuktikan lebih lanjut di tahun 2019,
meski jumlah wisatawan asing yang hadir secara keseluruhan di Indonesia
mengalami kenaikan sebesar 18,4 persen, namun pada nyatanya telah
terjadinya penurunan jumlah wisatawan asing ke DKI Jakarta dari tahun
2018 sebesar 12,6 persen.
41
Tabel 4.1
Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Jakarta menurut
Bulan Tahun 2020 – 2021
Sumber: Badan Pusat Staistik, 2021
Pada tahun 2020 telah terjadi penurunan jumlah wisatawan asing
yang hadir ke DKI Jakarta sebesar 82 persen, dari 2,455,427 orang di tahun
2019 menjadi 421,247 orang di sepanjang tahun 2020. Berdasarkan tabel
diatas, dapat dilihat bahwa tren menurunnya jumlah wisatawan asing DKI
Jakarta mulai terlihat di bulan Februari, dengan penurunan jumlah
wisatawan asing sebesar 27,5 persen dari bulan Januari 2020. Pada bulan
Maret 2020, dengan ditetapkannya COVID-19 sebagai pandemi oleh World
Health Organization (WHO), turut berpengaruh pada penurunan jumlah
wisatawan asing di DKI Jakarta sebesar 59,9 persen. Pada bulan April dan
Mei, secara serentak seluruh negara memberlakukan pembatasan perjalanan
dan pergerakan manusia sesuai himbauan WHO dan dengan naiknya kasus
penderita COVID-19 di berbagai negara terutama di China dan Italia.
Bulan 2020 2021
Januari 186.954 1.248
Februari 132.697 5.966
Maret 53.230 10.198
April 436 15.539
Mei 412
Juni 924
Juli 3.146
Agustus 4.487
September 7.528
Oktober 9.851
November 14.365
Desember 21.858
42
Di DKI Jakarta, sebelum Gubernur Anies Baswedan menerapkan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta untuk pertama kalinya
pada 10 April, angka positif COVID-19 di Jakarta mencapai 1.552 kasus,
144 orang meninggal dunia, dan 75 orang sembuh, merujuk pada angka
COVID-19 di bulan 7 April 2020. PSBB ini bisa dilaksanakan karena
mendapat persetujuan dari Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Berdasarkan Permenkes Nomor 9 Tahun 2020, arti PSBB adalah
pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang terinfeksi
COVID-19 sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran
COVID-19. Hal ini merupakan salah satu dari respon pertama pemerintah
Indonesia dalam menghadapi dan menanggulangi angka COVID-19 yang
pada Maret April 2020 mengalami peningkatan di beberapa daerah di
Indonesia.
Selain itu, menurunnya angka wisatawan asing ke Indonesia juga
dikarenakan oleh berkurangnya jumlah jadwal penerbangan internasional
kecuali bagi para warga negara yang hendak dipulangkan ke negara masing-
masing sebelum diberlakukannya lockdown. Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia (Kemenkumham) telah menerbitkan ketentuan yang
mengatur prosedur warga negara asing (WNA) untuk bisa masuk ke wilayah
Indonesia saat masa pandemi COVID-19.
Sepanjang tahun 2020, COVID-19 telah berdampak tidak hanya pada
aspek Kesehatan namun juga pada aspek sosial dan ekonomi. Sektor primer,
43
sekunder tersendat dan masyarakat pada umumnya di saat keadaan sulit
tentu akan cenderung prihatin dan tidak menggelontorkan disposable
income mereka untuk leisure activities, khususnya wisatawan asing dari
negara maju yang memilih berlibur di Indonesia. Selain itu ini juga semakin
dipertegas oleh himbauan dan regulasi untuk tidak bepergian kecuali
kepentingan mendesak maupun dinas lainnya, dalam hal ini pemerintah
Indonesia membubuhkan ketentuan tersebut dalam Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) No. 26/2020 tentang
Visa dan Izin Tinggal Keimigrasian Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.
(Bisnis.com, 2020). Beleid tersebut mempertegas penggantian
Permenkumham No. 11/2020 tentang Pelarangan Sementara Orang Asing
Masuk Wilayah Negara Republik Indonesia yang sudah sesuai dengan
perkembangan kebijakan nasional.
B. Temuan Penelitian
Menurut pasal 14 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2009, dimana penyediaan
akomodasi (perhotelan) termasuk ke dalam tiga belas bidang usaha
pariwisata dan pada kenyataannya juga salah satu yang paling rentan oleh
COVID-19, atas dasar ini penulis bermaksud mendalami dampak COVID-
19 terhadap usaha perhotelan di DKI Jakarta dan strategi para pelaku usaha
perhotelan di DKI Jakarta selama pandemi.
Berdasarkan dampak COVID-19 pada sektor pariwisata khususnya
usaha akomodasi diatas, penelitian ini bermaksud mengulas perihal usaha
perhotelan saat sebelum COVID-19 dan selama COVID-19 berdasarkan
44
jumlah usaha akomodasi dan kamar di DKI Jakarta dan indicator-indikator
kinerja bidang usaha perhotelan di DKI Jakarta
1. Jumlah Usaha Akomodasi dan Kamar di DKI Jakarta
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
sektor pariwisata sangat rentan terhadap fluktuasi dan instabilitas keadaan
domestik suatu negara, dalam hal ini pandemi COVID-19 disebabkan
karena sektor pariwisata, khususnya bidang usaha akomodasi/perhotelan
dan makan minum merupakan bidang usaha yang high exposure atau sangat
bergantung pada kontak antar manusia / people to people contact.
Dalam menanggapi dampak pandemi pada bidang usaha ini,
pemerintah melalui Kemenparekraf pada bulan Juni 2020 menetapkan enam
bidang usaha pariwisata yang ditentukan sebagai prioritas dalam penerapan
tatanan hiduo baru/new normal, sebagai salah satu antisipasi dalam
menangani dampak COVID-19 (SWA, 2020).
Gambar 4.3
Jumlah Hotel Bintang 1-5 di DKI Jakarta, 2015-2020
45
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Pada periode sebelum pandemi, jumlah usaha akomodasi di DKI
Jakarta dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2019 di
Jakarta tercatat ada sebanyak 991 usaha akomodasi, dengan rincian 397
hotel merupakan hotel bintang, sementara sisanya 594 merupakan hotel non
bintang, diantaranya yang berupa hotel melati, home stay, hostel,
perkemahan, wisma, losmen, maupun penginapan lain yang tidak
memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang menurut .Dinas Pariwisata.
Berdasarkan tabel diatas, jumlah hotel bintang di DKI Jakarta pada periode
2015-2019 mengalami peningkatan sebesar 74,12 persen atau dari 228 hotel
tahun 2015 menjadi 397 hotel tahun 2019 dengan tingkat pertumbuhan
14,87% per tahun.
Gambar 4.4
Jumlah Hotel Bintang Menurut Klasifikasi Akomodasi di DKI
Jakarta 2018-2020
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Hotel 228 232 319 326 397 228
0
100
200
300
400
500
Jum
lah
Ho
tel
46
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Jumlah hotel Berbintang di DKI Jakarta pada tahun 2019 sebanyak 397
hotel. Pada Grafik 5 terlihat bahwa dari 397 hotel berbintang di DKI Jakarta
sebagian besar adalah hotel bintang tiga yaitu sebanyak 166 hotel (41,81
persen); diikuti hotel bintang dua sebanyak 88 hotel (22,17 persen); hotel
bintang empat sebanyak 73 hotel (18,39 persen); hotel bintang lima 41 hotel
(10,33 persen); dan hotel bintang satu sebanyak 29 hotel (7,30 persen).
Gambar 4.5
Jumlah Kamar Per Bintang Hotel Bintang 3 - 5 tahun 2018-2020
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2018 2019 2020
Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5
47
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Pada tahun 2019, kamar hotel berbintang di DKI Jakarta secara total
mencapai 55.800 kamar. Klasifikasi hotel bintang dengan jumlah kamar
terbanyak adalah hotel bintang 3 yang mencapai 22.907 kamar atau sekitar
41 persen dari total kamar hotel bintang di DKI Jakarta. Posisi kedua
diduduki hotel bintang 4 sebanyak 11.463 kamar sebanyak 20,54 persen.
Diposisi selanjutnya adalah hotel bintang 5 dengan jumlah kamar tersedia
masing-masing sebanyak 4.551 kamar sebnayak 8,16. Secara lengkap
banyaknya kamar hotel bintang di DKI Jakarta tahun 2019 disajikan pada
gambar diatas.
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
2018 2019
Bintang Hotel 3 Bintang Hotel 4 Bintang Hotel 5
48
Gambar 4.6
Persentase Pekerja Usaha Akomodasi di DKI Jakarta menurut
Status
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2020 (Diolah)
Selama tahun 2018, sebagian besar pekerja hotel di Jakarta merupakan
pegawai tetap. Persentase jumlah pegawai tetap akomodasi di Jakarta mencapai
56,35 persen, sementara pegawai tidak tetap atau kontrak 42,72 persen.
Pegawai asing proporsinya juga tidak tinggi hanya 0,59 persen dan persentase
terendah yaitu pegawai tidak dibayar 0,34 persen. Pada tahun 2019, proporsi
pegawai tetap lebih besar, naik 6 persen dari sebelumnya. Pegawai tidak
dibayar tersebut biasanya merupakan pegawai keluarga dan mayoritas
merupakan pegawai.akomodasi di kabupaten Kepulauan Seribu (BPS DKI
Jakarta, 2020).
2. Kinerja Hotel Bintang di DKI Jakarta
Berdasarkan BPS DKI Jakarta, indikator Kinerja Hotel Bintang di DKI
Jakarta mencakupi: 1) Tingkat Penghunian Kamar Hotel, 2) Rata-Rata Lama
56%
43%
1% 0%
2018
Pegawai Tetap
PegawaiKontrak
Pegawai Tidakdibayar
Pekerja Asing
62%
37%
1% 0%
2019
PegawaiTetap
PegawaiKontrak
PegawaiTidak dibayar
Pekerja Asing
49
Menginap Tamu, 3) Proporsi dan Rasio Tamu yang Menginap di Hotel Bintang
(domestik dan internasional)
Penelitian ini mendapatkan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI) bahwa rata-rata tingkat hunian hotel nasional telah turun 30-
40% sejak Februari tahun 2020, dengan sekitar 1.266 hotel tutup dan
diperkirakan akan lebih tinggi. Selanjutnya, diperkirakan 150.000 pekerja
terdampak pandemi ini. Atas dasar ini, guna menganalisa dampak penurunan
pariwisata di DKI Jakarta terutama pada industri perhotelan di DKI Jakarta,
tulisan ini mengulas indicator-indikator dari kinerja hotel dan melakukan
komparasi tren tahun-tahun sebelum pandemi.
Gambar 4.7
Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bintang 3-5 DKI Jakarta tahun 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Tingkat Penghunian kamar (TPK) hotel bintang di DKI Jakarta
selama tahun 2018 berfluktuasi. Pada tiga bulan awal tahun 2018 TPK hotel
0
20
40
60
80
100
120
Bintang Hotel 3 Bintang Hotel 4 Bintang Hotel 5
50
bintang cenderung turun, namun pada bulan April dan Mei nilainya kembali
naik. Rendahnya TPK hotel bintang 3,4, dan 5 di bulan Juni 2018 salah
satunya dipicu oleh adanya libur lebaran yang cukup panjang sehingga
masyarakat yang berdomisili di DKI Jakarta pulang ke kampung halaman
mereka (mudik) bagi mereka yang berasal dari luar Jakarta. Pada bulan Juli
2018 TPK hotel bintang kembali meningkat dengan peningkatan yang
cukup drastis menjadi 78,79 persen, yang menandakan waktu liburan
akademik sehingga banyak yang berlibur dengan menginap di hotel.
Sementara pada bulan Agustus – September TPK hotel bintang 3
mengalami kenaikan dari 78,9 persen di Juli ke 88,76 persen dan 97,83
persen di bulan Agustus dan September. Tingginya angka ini diantaranya
dipicu oleh perhelatan besar di bulan tersebut seperti Asian Games, yang
mendatangkan wisatawan mancanegara sebanyak 78.854 orang dan
domestik mencapai 1,7 juta orang, dan klasifikasi hotel bintang ini
merupakan yang paling banyak jumlahnya di DKI Jakarta dan sama-sama
diminati oleh wisatawan domestik dan asing.
51
Gambar 4.8
Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bintang 3-5 DKI Jakarta tahun 2019
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Tingkat Penghunian kamar (TPK) hotel bintang di DKI Jakarta
selama tahun 2019 berfluktuasi, sesuai dengan siklus kalender kegiatan
masyarakat. Pada bulan Januari yaitu momentum liburan tahun baru dan
liburan akademik, mencatat angka TPK tertinggi, lalu mengalami
penurunan sampai bulan Juni. TPK meningkat pada bulan Juli sebesar 64,15
persen, kenaikan TPK pada bulan Juli adalah yang tertinggi selama tahun
2019. Secara komparatif, pada bulan Juli, yang merupakan bulan libur anak-
anak sekolah pada umumnya, persentasi hunian hotel bintang 4 lebih tinggi
disbanding jenis hotel lainnya termasuk hotel bintang 3. Hal ini
mengisyaratkan beberapa hal, diantaranya bahwa pada bulan Juli
merupakan puncak waktu masyarakat untuk berlibur, baik dari unsur
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5
52
wisatawan domestik maupun luar negeri. Merujuk pada laporan tahunan
BPS, bahwa proporsi wisatawan mancanegara yang menginap di hotel
bintang 4 dan bintang 5 lebih tinggi daripada proporsi wisatawan
mancanegara yang menginap di hotel bintang 1 dan 2. Oleh karena itu TPK
di bulan Juli sebesar 66,29 persen untuk hotel bintang 4, dan hotel bintang
3 dengan TPK 64,98 persen. Pada bulan Agustus kembali terjadi penurunan
TPK menjadi 58,11 persen. Pada bulan September – November secara
berturut-turut TPK cenderung meningkat, namun pada penghujung tahun
2019 TPK kembali turun menjadi 61,59 persen. Jika dilihat menurut
klasifikasi hotel bintang, dapat dilihat bahwa hotel bintang 3 memiliki TPK
paling tinggi diantara jenis hotel lainnya. Hal ini sejalan dengan jumlah
hotel di DKI Jakarta yang menempati jumlah terbanyak adalah hotel bintang
3. TPK hotel bintang 4 memiliki pola yang hampir sama dengan TPK hotel
bintang 5.
53
Gambar 4.9
Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bintang 3-5 DKI Jakarta tahun 2020
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa dampak dari
pandemi COVID-19 sangat terasa oleh bidang usaha perhotelan dengan
menurun drastisnya TPK di ketiga klasifikasi hotel, dan sepanjang tahun
2020 angka TPK tidak ada yang mencapai lebih dari 55 persen untuk ketiga
klasifikasi hotel bintang. Sebagai acuan, hotel bintang tiga mengalami TPK
terendah pada bulan Mei di angka 23,14 persen setelah mengalami
penurunan pada bulan Maret dan April pada angka masing-masing 45,01
persen dan 30,77 persen. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah
perihal pembatasan sosial dan penerbangan dari negara lain. Untuk jenis
hotel bintang 3 sempat terjadi peningkatan TPK pada bulan Oktober dan
November menjadi 41,23 persen dan 43,43 persen, hingga 51,83 persen
pada bulan Desember. Adapun untuk hotel bintang 4 dan 5 yang merupakan
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5
54
pasar utama wisatawan mancanegara juga terkena dampak dari pandemi,
dengan titik terendah di bulan April sebesar 16,61 persen, dan hotel bintang
5 di bulan Juni sebesar 17,41 persen.
Gambar 4.10
Rata-rata Lama Menginap Tamu Asing tahun 2018-2020
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2018 2019 2020
55
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2018,
2019, dan 2020, rata-rata lama menginap tamu asing berada di angka 3,16
hari , 3,60 hari, dan 3,05 hari, dan pada Desember 2018 3,81 hari dan tahun
selanjutnya di bulan yang sama sebanyak 2,91 hari. Hal ini menunjukkan
bahwa selama masa libur akhir tahun, tamu asing menggunakan waktunya
untuk menginap di hotel di DKI Jakarta, sebab di bulan setelahnya,
angkanya menurun. Pada bulan Agustus tahun 2018 dengan perhelatan
Asian Games, angka rata-rata menginap berada di 3,01 hari, naik dari bulan
Juli sebesar 2,44 hari. Pada tahun 2020, rata-rata lama menginap juga
fluktuatif namun yang menarik adalah pada bulan April dan Mei, rata-rata
lama menginap tamu asing berada di angka yang paling tinggi dari tahun -
tahun sebelumnya, yaitu 8,26 hari dan 7,47 hari. Hal ini sejalan dengan
kebijakan karantina dan juga pemberlakuan pembatasan penerbangan yang
secara perlahan seriring dengan perkembangan COVID-19 di Indonesia,
akhirnya pemerintah menutup masuknya wisatawan asing masuk ke
Indonesia.
56
Gambar 4.11
Rata-rata Lama Menginap Tamu Domestik tahun 2018-2020
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama
menginap tamu asing dibanding rata-rata tamu domestik lebih tinggi,
dengan rata-rata tamu domestik sepanjang tahun 2018 sampai 2020 tidak
ada yang melebihi 2,61 hari. Hal ini menunjukkan bahwa tamu asing
menginap lebih lama agar sepadan dengan biaya yang mereka keluarkan
untuk mencapai DKI Jakarta dari negara asal dan tentu mereka akan
mengoptimalkan waktu mereka selama di Jakarta.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
2018 2019 2020
57
Gambar 4.12
Proporsi Tamu yang Menginap menurut Status Tamu Hotel Bintang di DKI
Jakarta Tahun 2018, 2019, dan 2020
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2018
proporsi tamu yang menginap di Hotel DKI Jakarta untuk tamu domestik
sebesar 86 persen dan tamu asing 14 persen. Pada tahun selanjutnya untuk
2019 terjadi perubahan proporsi tamu asing dengan domestik dimana tetap
tamu domestik lebih besar dari tamu asing dari segi proporsi namun terjadi
peningkatan proporsi asing dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 2 persen.
14%
86%
2018
Tamu Asing Tamu Domestik
16%
84%
2019
Tamu Asing Tamu Domestik
4%
96%
2021
Tamu Asing Tamu Domestik
58
Hal ini menunjukkan bahwa tamu asing lebih sedikit dibandingkan dengan
tamu domestik karena para wisatawan mancanegara membutuhkan biaya
lebih untuk bisa tiba di Jakarta, umumnya lewat jalur udara. Hal ini berbeda
dengan tamu domestik yang mana DKI Jakarta berada di pulau Jawa yang
merupakan pulau dengan populasi terbanyak di Indonesia sehingga biaya
wisatawan domestik umumnya lebih rendah dari wisatawan mancanegara.
Sepanjang tahun 2020, tercatat bahwa proporsi tamu asing menurun drastic
menjadi hanya 4 persen dibanding tamu domestik sebesar 96 persen.
Gambar 4.13
Rasio Tamu Asing terhadap Tamu Indonesia yang Menginap di Hotel
Bintang di DKI Jakarta Tahun 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Berdasarkan gambar diatas, bahwa tamu yang menginap di hotel
bintang di DKI Jakarta pada tahun 2018 didominasi oleh tamu dalam negeri.
Hal ini dapat dipahami karena secara umum wisatawan domestik jumlahnya
selalu lebih banyak daripada wisatawan mancanegara mengingat dari segi
biaya, waktu dan administrasi wisatawan asing memang memerlukan upaya
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
Jum
lah
Har
i
Bulan
59
yang lebih tinggi dibandingkan wisatawan domestik, sehingga tidak
mengherankan bila jumlah tamu asing lebih sedikit dibandingkan tamu
domestik.
Gambar 4.14
Rasio Tamu Asing terhadap Tamu Indonesia yang Menginap di Hotel
Bintang di DKI Jakarta Tahun 2019
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Berdasarkan gambar diatas, rasio atau perbandingan jumlah tamu
asing terhadap tamu Indonesia yang menginap di hotel bintang di DKI
Jakarta selama tahun 2019, rasio tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu
0,24 sementara rasio terendah 0,11 pada bulan Juni. Rendahnya angka rasio
ini semakin mengkonfirmasi data-data sebelumnya bahwa jumlah
wisatawan mancanegara lebih sedikit dibandingkan wisatawan domestik.
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
Jum
lah
Har
i
Bulan
60
Gambar 4.15
Rasio Tamu Asing terhadap Tamu Indonesia pada Hotel Berbintang 3 di
DKI Jakarta tahun 2020
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Gambar 4.16
Rasio Tamu Asing terhadap Tamu Indonesia pada Hotel Berbintang 4 di
DKI Jakarta tahun 2020
Januari
Februari
Maret
April Mei Juni JuliAgust
usSeptember
Oktober
November
Desember
Bintang 3 0,06 0,05 0,05 0,03 0,01 0,02 0,00 0,01 0,02 0,03 0,02 0,02
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
Jum
lah
Har
i
Januari
Februari
Maret
April Mei Juni JuliAgust
usSeptember
Oktober
November
Desember
Bintang 4 0,21 0,15 0,14 0,11 0,06 0,05 0,01 0,07 0,02 0,03 0,06 0,02
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
Jum
lah
Har
i
61
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Berdasarkan gambar diatas, untuk tahun 2020 pada hotel klasifikasi
bintang 3 rasio tamu asing terhadap tamu domestik paling tinggi pada bulan
Januari, kemudian angka tersebut mengalami penurunan sebesar 0,01 poin
dari Januari ke Februari, dan berada di rasio yang sama pada bulan Maret..
Penurunan rasio tersebut dapat dilihat sejak bulan Maret dan April, hingga
pada bulan Mei sampai Juli berada di rasio terendah sebesar 0,01 hingga
0,00.
Rasio untuk tamu asing terhadap tamu Indonesia yang menginap di
hotel bintang 4 pada tahun 2020 terlihat fluktuatif. Sepanjang bulan Januari
hingga bulan Juli telah terjadi penurunan tiap bulannya dari 0,21 hingga
0,01 di bulan Juli.
Gambar 4.17
Rasio Tamu Asing terhadap Tamu Indonesia pada Hotel Berbintang 5 di
DKI Jakarta tahun 2020
Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)
Januari
Februari
Maret
April Mei Juni JuliAgust
usSeptember
Oktober
November
Desember
Bintang 5 0,37 0,27 0,27 0,83 0,07 0,06 0,06 0,10 0,11 0,02 0,07 0,05
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
Jum
lah
Har
i
62
Hotel Bintang 5, yang merupakan pasar tamu asing juga terlihat
mengalami fluktuasi dan penurunan yang cukup besar dimana dari bulan
Januari ke Februari sebesar 0,10 poin, namun pada April tercatat sebagai
rasio tertinggi sebesar 0,83. Dalam membaca grafik diatas, merujuk pada
United Nations World Tourism Organization(UN WTO) perihal panduan
laporan statistik dalam konteks COVID-19, bahwa dalam mencantumkan
rasio tamu dan lama menginap tamu, juga turut memasukkan durasi dan
tujuan karantina dalam laporan-laporannya (World Tourism Organization,
2021). Hal ini menandakan awal permulaan pandemi dimana sebagian besar
masyarakat domestik Indonesia dihimbau untuk stay at home dan pada
bulan tersebut merupakan permulaan dari perkembangan tahap pembatasan
sosial setelahnya.
C. Pembahasan
1. Langkah Strategis Pelaku Usaha Perhotelan di Indonesia dan
DKI Jakarta
Sebelum pandemi, tercatat rata-rata tingkat hunian hotel di Jakarta
sekitar 65 sampai 80 persen hingga akhir 2019. Namun, wabah ini
membawa tekanan yang cukup pada industri perhotelan. COVID-19 sangat
berdampak serius pada sektor pariwisata dan industri perhotelan, hingga
April 2020 sekitar 1.500 hotel ditutup di seluruh Indonesia, dengan tingkat
okupansi 0,8 persen dan pembatalan pemesanan hingga 70%. Ketika
dihantam melewati pandemi SARS, Asia membutuhkan waktu 14 bulan
untuk pulih, dan melihat dari angka kasus COVID-19 di Indonesia, akan
63
butuh waktu lama untuk dapat pulih Kembali seperti semula. (Kompas,
2020).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini mencoba mengulas beberapa
strategi pelaku usaha selama pandemi melalui penelusuran laporan, jurnal,
dan rilis online, serta mengkonfirmasikan informasi tersebut kepada
perwakilan pelaku usaha perhotelan di DKI Jakarta, khususnya pelaku
usaha hotel bintang tiga, sebagai representasi klasifikasi jumlah hotel
terbanyak di DKI Jakarta baik dari tamu domestik maupun gabungan tamu
domestic dan asing.
a. Hotel Dijadikan Tempat Isolasi/Karantina/Repatriasi COVID-
19
Ketika tingkat okunpasi hotel menurun baik dari turis domestik
maupun turis asing, hal ini menyebabkan hotel mengalami penurunan
pendapatan yang drastis. Telah ada ribuan hotel di Indonesia yang
memilih untuk gulung tikar karena tidak dapat bertahan dengan
banyaknya biaya yang harus mereka tanggung sementara pengeluaran
untuk operasional tetap harus dipenuhi.
Tingginya jumlah orang yang terkena COVID-19 pun
mengharuskan adanya tempat isolasi bagi para pasien agar tidak
menulari orang yang bebas dari penyakit dan guna menghambat
penyebaran virus ini secara massif. (Kompas, 2021). Berdasarkan
jumlah kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di Indonesia, sekitar 23
persen ada di DKI Jakarta, menjadikan Provinsi ini sebagai salah satu
64
daerah di Indonesia yang jumlah kasusnya paling tinggi. Hal ini semakin
diperkuat dengan penuhnya Wisma Atlet DKI dan Rumah Sakit yang
Bed Occupancy Ratio (BOR) nya sudah mencapai 75 persen (Republika,
2021).
Oleh sebab itu, penelitian ini menemukan tiga fungsi hotel di DKI
Jakarta, yaitu untuk tempat isolasi, karantina, dan repatriasi. Sebagai
tempat isolasi, untuk menangani angka kasus COVID-19 sedari awal,
sejak tahun 2020 pihak Rumah Sakit menginisiasi untuk bekerjasama
dengan beberapa hotel di DKI Jakarta untuk isolasi pasien Orang Tanpa
Gejala (OTG), dengan pilihan ada yang dibiayai oleh Pemerintah baik
dari Pusat maupun DKI Jakarta dan ada yang dibiayai oleh pasien
sendiri. Per bulan Juni terdapat 52 hotel di DKI Jakarta yang dijadikan
tempat isolasi OTG. Namun, pandemi ini masih berjalan hampir 1,5
tahun dan dikarenakan jumlah kasus semakin tinggi pada pertengahan
Juni tahun 2021, pemerintah pusat melalui Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) memutuskan untuk menghentikan
pembiayaan kepada hotel-hotel isolasi di DKI Jakarta karena masih
banyak berhutang ke hotel-hotel tersebut sekitar 140 Milliar Rupiah, dan
hal ini menjadi sulit bagi hotel isolasi dikarenakan Ketika sudah
berstatus hotel isolasi, tidak dapat dibuka untuk umum dan mereka
menjadi sangat bergantung pada pemerintah (Detik, 2021).
Adapun alih fungsi kedua dan ketiga hotel yaitu sebagai tempat
karantina dan repatriasi, khususnya bagi para warga yang tiba dari luar
65
negeri ke Indonesia atau tiba dari luar negeri untuk kembali ke
domisilinya di Indonesia. Selain itu sepanjang tahun 2020, terdapat
421247 warga negara asing yang tiba di DKI Jakarta dari total 4022505
warga asing yang tiba di keseluruhan Indonesia, sehingga guna
menerapkan protokol kesehatan dan menghindari penyebaran virus dari
warga asing, pemerintah bekerjasama dengan Perhimpunan Hotel dan
Restoran Indonesia (PHRI) sebagai asosiasi pelaku usaha hotel di
Indonesia untuk menyediakan hotel karantina dan repatriasi. Penelitian
ini menemukan terdapat sebanyak 103 hotel di DKI Jakarta termasuk
Hotel Bandara Soekarno -Hatta yang dijadikan tempat karantina dan
repatriasi. Berdasarkan klasifikasi hotel yang tersebar di Jakarta Pusat,
Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan
Tangerang, terdapat sejumlah 12 hotel bintang lima, 33 hotel bintang
empat, 44 hotel bintang tiga, dan 18 hotel bintang dua, yang berjumlah
9606 kamar. Hal ini merupakan upaya agar tingkat penghunian kamar
hotel di DKI Jakarta terutama para pelaku usaha yang tergabung dalam
asosiasi perhotelan untuk tetap terisi meskipun angka kedatangan turis
selama pandemi menurun secara drastis.
Penelitian ini menemukan bahwa walaupun upaya-upaya ini telah
digencarkan oleh pihak pemerintah baik dari pusat, Pemprov DKI,
maupun Rumah Sakit, namun pada kenyataannya tidak semua pelaku
usaha hotel bersedia untuk menjadikan hotelnya sebagai tempat isolasi,
karantina, maupun repatriasi. Hal ini disebabkan karena tidak semua
66
pelaku usaha hotel sudah tergabung ke dalam asosiasi perhotelan
sehingga banyak yang berstatus independen. Pada tahun 2019 sebelum
pandemi sekitar 35,28 persen pelaku usaha perhotelan tercatat
tergabung dalam asosiasi hotel yang terbesar di Indonesia yaitu PHRI,
sementara itu sebanyak 61,05 persen tercatat tidak tergabung dalam
perkumpulan/asosiasi hotel. Penelitian ini juga menemukan bahwa
alasan utama dari pelaku usaha hotel untuk tidak ikut ajakan untuk alih
fungsi menjadi hotel isolasi karena biaya yang lebih besar yang harus
ditanggung oleh para pelaku usaha hotel, missal dalam penyediaan
oksigen bagi pasien OTG, biaya tambahan untuk memastikan clean stay,
dan lain sebagainya.
b. Kuliner Hotel
Secara umum, sumber pendapatan utama untuk hotel adalah
akomodasi kamar, makanan dan minuman, dan fasilitas rapat/acara
(ANTARA, 2020). Namun, ketiga sumber pendapatan tersebut telah
dipengaruhi oleh pandemi. Sementara itu, permintaan akomodasi kamar
menurun tajam setelah penurunan pariwisata dan kegiatan bisnis, adopsi
physical distancing secara nasional telah menghilangkan permintaan
restoran, bar, dan fasilitas konferensi hotel. Dalam manajemen hotel,
umumnya ada bagian manajemen kamar, restoran/café, dan meeting.
Dalam menghadapi situasi Tingkat Penghunian Kamar (TPK) yang
rendah, dan karena ada pembatasan dalam jumlah orang yang
diperbolehkan berkerumun dalam suatu tempat, beberapa hotel memilih
67
untuk mengoptimalkan penjualan produk cafe/restoran via online.
Namun untuk beberapa hotel cukup membuka penjualan online sebagai
bentuk diversifikasi usaha dan bukan pendapatan utama, karena jika
dibuka lebar para pelaku usaha hotel berjaga-jaga agar tidak banyak
driver layanan antar makanan online di hotel mereka, untuk
menghindari jumlah orang yang berkerumun.
c. Menjual Meeting Room/Open Space
Menyewakan meeting room/open space merupakan salah satu
strategi yang diambil oleh para pelaku usaha perhotelan. Dalam
manajemen standar hotel, selain kamar, restoran, ada bagian meeting,
yang pada umumnya terintegrasi dengan bagian restoran/café. Harapan
dari strategi ini adalah agar hotel dapat menambah penjualan dari
restoran/café dengan menyediakan konsumsi kepada tamu hotel. Hal ini
biasanya disiasati oleh para pelaku usaha dengan meyediakan
penawaran sewa ruangan rapat/ruang terbuka dalam satu paket dengan
berbagai tawaran paket menu makanan dan minuman. Namun tetap
kebijakan ini sangat tergantung pada peraturan dari pemerintah yang
berlaku seputar pembatasan sosial, diantaranya jumlah yang dapat
berkerumun, batas jam aktivitas. Hal ini membuktikan bahwa jumlah
penggunaan ruang rapat, juga merupakan salah satu strategi tambahan
namun bukan yang utama, karena merujuk pada kegiatan-kegiatan
pertemuan, sepanjang tahun 2020 telah terjadi pembatalan acara
sebanyak 80 persen.
68
Dikarenakan banyak hotel tutup selama pandemi, bisnis semakin
kreatif untuk menjaga pendapatan tetap masuk. Hotel dapat
menguangkan businessnya pada orang yang bekerja dari jarak jauh
dengan menyewakan kamar sebagai ruang kantor untuk membantu
karyawan menjaga social distancing. Seperti banyak bisnis lainnya,
hotel ini memutar ide selama pandemi untuk memenuhi kebutuhan baru.
Terutama untuk bisnis yang tidak memiliki banyak area terbuka di
mana orang dapat memiliki tempat yang tenang dan nyaman, dan untuk
fokus pada pekerjaan mereka. Itu pilihan lain jika bekerja dari rumah
tidak ideal, karena ada beberapa kekurangan di rumah, apakah mereka
membantu homeschooling anak-anak mereka, atau mungkin mereka
tidak memiliki, Anda tahu, koneksi internet yang mereka butuhkan
untuk pertemuan konferensi video. dengan beberapa klien dan mitra
mereka.
Untuk mendapatkan kepercayaan publik, hotel harus mengambil
tindakan pencegahan penyebaran virus COVID-19. Hotel-hotel yang
menggunakan opsi ini untuk penghasilan tambahan berusaha keras di
sini untuk memastikan semuanya bersih, bahwa kami menerapkan
semua protokol keselamatan dan kebersihan yang berlaku. Ini adalah
salah satu cara untuk menjaga staf hotel tetap bekerja, sambil membantu
orang lain melakukan pekerjaan mereka.
d. CHSE Certification
69
CHSE adalah singkatan dari Cleanliness (Kebersihan), Health
(Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah
lingkungan). Standar ini mulai diterapkan di sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif di Indonesia sejak September 2020, guna menggenjot
sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai salah satu sektor yang
paling terkena dampak pandemi. Dengan adanya angka COVID-19
yang tinggi, sementara di tahun 2020 ada beberapa trade off antara
pengutamaan antara sektor kesehatan dan ekonomi, sertifikasi ini
merupakan solusi dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI
untuk memastikan pencegahan COVID-19 di tempat umum, sementara
itu agar usaha-usaha yang rentan dengan pandemi tetap bisa berjalan,
khususnya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang kegiatannya
tidak dapat disubstitusi dengan virtual platform, karena menghasilkan
kepuasan yang berbeda bagi para konsumen, dan tidak berdampak pada
ekonomi setempat baik direct maupun indirect economic effects pada
pariwisata karena sejatinya para wisatawan virtual tidak
menggelontorkan disposable income mereka di destinasi tersebut,
kecuali pada penyelenggara acara virtual dari tur online.
Penelitian ini menemukan bahwa dari total 2698 usaha perhotelan
yang ada di Indonesia yang telah lolos standar CHSE, sebesar 10, 34
persen ada di DKI Jakarta, sebanyak 1 di Kepulauan Seribu, 39 hotel di
Jakarta Barat, 105 hotel di Jakarta Pusat, 92 hotel di Jakarta Selatan, 18
hotel di Jakarta Timur, dan 24 hotel di Jakarta Utara. Proporsi ini tidak
70
banyak mengingat DKI Jakarta selain merupakan pusat pemerintahan
namun juga pusat perekonomian Indonesia yang artinya selain untuk
keperluan wisata, namun ekonomi kreatif dan berbagai industry
penunjang pertemuan-pertemuan semestinya perlu diperhatikan standar
CHSE guna meningkatkan kepercayaan/trust masyarakat domestik
maupun asing sebagai wujud kepatuhan masyarakat DKI Jakarta dan
komponen-komponennya dalam penanganan COVID-19 di DKI
Jakarta.
Hal ini cukup kontras dengan misalkan Provinsi Bali yang di
Kabupaten Badung memiliki 270 hotel yang berstandar CHSE,
Kabupaten Denpasar 56 hotel, Kabupaten Karangasem 24 hotel, dan
Kabupaten Gianyar 142 hotel (Kemenparekraf RI, 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan hotel bintang 3 di
DKI Jakarta, bahwa mereka sejauh ini tidak mendapat asistensi dari
asosiasi maupun pemerintah untuk mendapatkan sertifikasi CHSE,
karena prosesnya diserahkan kepada masing-masing pelaku usaha hotel
untuk memenuhi syaratnya. Sementara itu, mereka berpendapat bahwa
justru pelaku usaha yang perlu diperhatikan secara lebih oleh pihak
pemerintah maupun asosiasi bukan pelaku usaha yang jauh lebih mapan,
dalam hal ini yang tidak perlu upaya lebih untuk branding dan
marketing karena dengan bergabungnya hotel-hotel bintang 4 dan 5
tersebut ke dalam daftar hotel repatriasi dan karantina dari luar, mereka
tidak perlu berupaya lebih untuk memastikan bahwa Tingkat
71
Penghunian Kamar hotelnya rendah, karena selama pandemi akan ada
yang menginap di hotel-hotel tersebut sebagai tamu.
e. Suntikan dari Pemerintah
Pemerintah telah mengalokasikan dana hibah pariwisata sebesar
Rp3,3 triliun pada tahun 2020. Hal ini untuk membantu Pemerintah
Daerah (Pemda) serta industri hotel dan restoran yang saat ini
mengalami penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta gangguan
finansial akibat pandemi COVID-19. Pemerintah menerapkan program
stimulus, antara lain pemberian hibah, subsidi suku bunga,
restrukturisasi kredit, dan pinjaman mikro pariwisata, untuk mendorong
pemulihan sektor pariwisata yang dihantam pandemi COVID-19.
Stimulus tersebut berupa hibah pariwisata sebagai bagian dari Program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dengan 70 persen dana tahun lalu
dikucurkan untuk sektor hotel dan restoran. Pemerintah juga akan
memperluas kepesertaan Program Kartu Prakerja pada tahun 2021 bagi
tenaga kerja di sektor pariwisata (ANTARA, 2021). Berdasarkan
wawancara penelitian ini dengan perwakilan pelaku usaha hotel bintang
tiga di DKI Jakarta, sejauh ini mereka tidak diberikan keringanan pajak,
dan tidak mendapat stimulus, padahal sebagai kategori usaha menengah
yang sebelum pandemi standar omzet per tahun mencapai 4 miliar
Rupiah, mereka berpendapat bahwa pemerintah semestinya
memberikan suntikan kepada UMKM yang terkena dampak pandemi.
72
f. Pengurangan Jumlah Pekerja dan Perubahan Jam Kerja
Penelitian ini mendapatkan bahwa dalam rangka mempertahankan
keberlangsungan usaha mereka, beberapa opsi yang ditempuh oleh para
pelaku usaha perhotelan adalah dengan mengurangi jumlah pekerja
mereka. Berdasarkan wawancara dengan manajer salah satu hotel
perwakilan klasifikasi bintang tiga di DKI Jakarta, telah terjadi
perampingan jumlah pekerja di hotel tersebut sebesar 50 persen.
Sementara itu 50 persen yang masih bekerja juga benar-benar dijaga
asupan vitaminnya agar memiliki imunitas yang tinggi dan tidak mudah
terkena COVID-19. Adapun jam kerja para karyawan dikurangi yang
jika sebelum pandemi jam kerja adalah 10 jam, kini dipangkas menjadi
8 jam. Peneltian ini juga menemukan bahwa pelaku usaha hotel
memprioritaskan karyawan tetap dan pengurangan jumlah pekerja
dimaulai dari yang tidak tetap. Jumlah karyawan yang aktif di hotel
dikurangi sejalan dengan menurunnya jumlah tamu yang menetap di
hotel tersebut, karena tidak banyak yang dilayani, serta pada umumnya
jika hotel tersebut memiliki lebih dari satu restoran atau kafe, mereka
akan mengurangi jumlah yang beroperasi.
g. Mengoptimalkan Online Travel Website
Berdasarkan hasil wawancara penelitian ini dengan pelaku usaha
hotel bintang 3, ditemukan bahwa strategi penjualan kamar dan promosi
melalui agen online travel merupakan salah satu strategi yang paling
mereka andalkan selama pandemi. Hal ini mereka lakukan dengan
73
menetapkan harga rendah untuk menarik pelanggan dan juga
dikarenakan pelaku usaha kompetitor mereka juga menurunkan harga,
jika mereka tidak mengikuti tawaran mitra-mitra travel, mereka akan
ditinggal dan kalah dalam persaingan harga. Strategi pemasaran hotel
mengoptimalkan work from home (WFH) menawarkan promosi agar
konsumen dapat bekerja sambal berlibur di hotel mereka. Selama
pandemi ini, telah banyak kegiatan berbasis online yang mengalami
peningkatan, tidak terkecuali e-commerce, online ticketing, dan ini
merupakan kesempatan bagi para pelaku usaha untuk dapat dikenali dan
ditemukan oleh pelanggan potensial, karena para konsumen semakin
tahu harga pasar dan mereka akan memilih tempat menginap yang
menarik menurut preferensi mereka masing-masing.
h. Mempertahankan Konsumen Loyal
Berdasarkan uraian beberapa strategi diatas, penelitian ini
menemukan bahwa strategi ini setelah mengoptimalkan pemasaran
secara online paling diandalkan pelaku usaha hotel bintang 3 ini,
terutama dalam mempromosikan tawaran-tawaran terbaru maupun
menawarkan diri untuk menjadi tempat para pelanggan yang mereka
kenal untuk menyewa ruangan meeting, mereferesikan hotel tersebut via
word of mouth,agar target hunian kamar, maupun pemasukan dari
restoran/café dapat memenuhi kebutuhan operasional hotel mereka
selama pandemi ini.
74
2. Proyeksi Pariwisata 2022 – 2025 dan Pasca COVID-19
Gambar 4.18
Proyeksi Ukuran Sektor Pariwisata di Indonesia (dalam Juta USS)
Sumber: Statista, 2021 (Diolah)
Berdasarkan gambar diatas, diproyeksikan bahwa setelah penurunan
drastis ukuran sektor pariwisata yang dialami pada tahun 2020 dengan
penurunan sebesar 49,7 persen dari tahun 2019, dan selanjutnya pada tahun
2021 hingga 2023 akan mengalami peningkatan hingga pada 2024 akan
kembali normal dengan nilai yang lebih tinggi dari tahun 2019 (Statista,
2021).
Namun, ini merupakan proyeksi berdasarkan asumsi beberapa skenario,
sebab untuk saat ini di tahun 2021, masih ada hambatan terhadap perjalanan
global, seperti pembatasan sosial, lockdown, karantina, pengujian &
pelacakan yang tidak memadai, terbatasnya penerapan protokol kesehatan,
masih minimnya akses terhadap vaksin di sebagian besar negara, dan
kurangnya koordinasi di seluruh pemerintah dan antara public dan sektor
0,00
10.000,00
20.000,00
30.000,00
40.000,00
50.000,00
60.000,00
70.000,00
80.000,00
75
swasta, dan gelombang kedua penyebaran COVID-19 dengan berbagai jenis
varian baru yang semuanya dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang
signifikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan pelaku usaha hotel di
DKI Jakarta, bahwa setelah COVID-19 berakhir, masyarakat akan kembali
ke tatanan semula, dengan tetap memperhatikan aspek kebersihan,
keberlanjutan (sustainable), ramah lingkungan, dan perhatian terhadap
kesehatan meski selama pandemi berbagai perhelatan acara telah
dilaksanakan secara hybrid, namun dikarenakan budaya masyakarat
Indonesia yang lebih cenderung memilih people to people contact, tren di
beberapa negara yang mulai membebaskan penggunaan masker di tempat
terbuka, dan fungsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara, pusat
pemerintahan, dan pusat perekonomian negara menjadikan DKI Jakarta
sebagai salah satu destinasi tuan rumah berbagai pertemuan bilateral,
multilateral, dan berbagai acara internasional.
3. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan dalam Memberlakukan Pembatasan Sosial
Pada tahun 2020, bulan 10-23 pemerintah memberlakukan PSBB
Jilid I, bulan 24 April-22 Mei PSBB Jilid II, dan bulan 22 Mei-4 Juni
PSBB Jilid III. Adapun ciri dari ketiga tahap PSBB adalah wajibnya
pemakaian masker,dan larangan berkerumun, Setelah 3 bulan dan
melihat kurva angka kasus COVID-19 yang lumayan landai, patuhnya
masyarakat terhadap himbauan untuk tidak mudik, Pemprov DKI
76
Jakarta, memberlakukan PSBB transisi fase I pada 5 Juni sampai
dengan 2 Juli. Pada PSBB transisi fase 1 ini pelonggaran dimulai,
dengan adalah penerapan PSBB menjadi PSBB transisi (JSC, 2020) .
Aktivitas yang dibolehkan saat PSBB transisi, dengan ketentuan
kapasitasnya: Rumah ibadah, Perkantoran, Rumah makan, Pabrik,
Salon barbershop, Pasar, Fasilitas olahraga outdoor,
Museum/perpustakaan, Taman/pantai semuanya telah diperbolehkan
beroperasi kembali dengan ketentuan kapasitas maksimal 50 persen.
Adapun mobil pribadi dengan ketentuan maksimal 2 orang per baris,
diperbolehkan kapasitas penuh selama berdomisili di alamat sama.
Angkutan umum dan taksi dengan kapasitas 50 persen dan ojek 100
persen. Sepanjang bulan Juli hingga September telah dilakukan 5 kali
perpanjangan PSBB transisi fase I. 2-16 Juli: PSBB transisi fase I
perpanjangan pertama, hal ini dikarenakan pada bulan Agustus
positivity rate di DKI Jakarta sebesar 6,1 persen yang melebihi ambang
batas yang ditentukan oleh WHO yakni seebsar 5 persen.
Pada tahun 2021, Pemerintah menentukan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Indonesia (PPKM) diterapkan di
tujuh provinsi di Jawa dan Bali, yakni Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali karena ketujuh provinsi tersebut
memiliki tingkat kasus aktif diatas rata-rata nasional, tingkat
kesembuhan di bawah rata-rata nasional, dan tingkat keterisian Rumah
77
Sakit dan Intensive Care Unit di atas 70 persen. PPKM jilid kedua
diberlakukan dari 26 Januari hingga 8 Februari 2021. PPKM mikro
diberlakukan di sejumlah wilayah di tujuh provinsi. Namun, berbeda
dengan PPKM, pada PPKM mikro ada pengaturan tentang
pembentukan posko penanganan COVID-19 di tingkat desa dan
kelurahan, jam operasional pusat perbelanjaan/mall diatur dengan lebih
longgar yaitu hingga pukul 21.00 WIB, serta pembatasan perkantoran
yang lebih longgar yaitu 50% kerja dari kantor dan 50% kerja dari
rumah. Setelah dilaksanakan selama dua pekan, pemerintah
memperpanjang PPKM mikro berkali-kali.
b. Kebijakan Fiskal
Pemerintah telah mengerjakan langkah-langkah fiskal berikut
untuk semua sektor ekonomi:
1) Enam bulan pembebasan pajak bagi karyawan, produsen,
dan importir bulan Desember 2020.
2) Penundaan pengumpulan pajak pendapatan individu dan
perusahaan untuk merangsang ekonomi.
Selain itu, pemerintah telah menyetujui Program Stimulus Fiskal
untuk Mitigasi COVID-19 yang meliputi:
1) Keringanan PPh pasal 21: pengurangan pajak 100% untuk
pekerja dan hingga Rp 200 Juta untuk industri manufaktur
(perkiraan senilai Rp8,6 triliun)
78
2) Keringanan PPh pasal 22 untuk Impor pada 19 sektor
tertentu (perkiraan nilai Rp8,15 triliun)
3) Keringanan PPh pasal 25 sebesar 30% di 19 sektor tertentu
(perkiraan nilai Rp 4,2 triliun)
4) Keringanan pajak berupa Pengembalian PPN di 19 sektor
tertentu (perkiraan nilai Rp 1,97 triliun)
c. Kebijakan Moneter
Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25
basis poin menjadi 4,75%. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah
merilis beberapa kebijakan countercyclical untuk mitigasi COVID-
19. Dengan ini, bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung
stimulus pertumbuhan ekonomi bagi debitur yang terkena dampak
COVID-19 (World Tourism Organization, 2021) .
Adapun kebijakan moneter berupa:
1) Penilaian kualitas kredit/pembiayaan/pinjaman lainnya hanya
berdasarkan ketepatan waktu pembayaran pokok dan/atau
kenaikan bunga kredit menjadi Rp 10 miliar; dan
2) Bank dapat melakukan restrukturisasi kredit/pembiayaan
sementara tanpa batasan kredit atau jenis kredit, termasuk untuk
UMKM. Untuk debitur UKM, Bank juga dapat menerapkan
kedua stimulus tersebut.
79
Terkait bauran kebijakan tahun 2021, kerangka pemulihan
ekonomi terpusat pada tiga hal yaitu pertama, intervensi kesehatan
melalui vaksinasi gratis dan disiplin dalam penerapan protokol
COVID-19 (Bank Indonesia, 2021). Kedua, berupa survival and
recovery kit untuk menjaga kesinambungan bisnis, Pemerintah
melalui lintas Kementerian dan Lembaga mendukung sektor
pariwisata dengan memberikan stimulus pariwisata di tahun 2021,
diantaranya melalui hibah pariwisata dan belanja di
Kementerian/Lembaga. Selain itu, Kementerian Keuangan juga
sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PM) baru yang
memberikan kemudahan penjaminan kredit bagi untuk sektor
perhotelan, restoran dan pariwisata.
d. Kerjasama Sektor Swasta dan Pemerintah
Pemerintah telah membentuk satuan tugas khusus untuk
percepatan penanganan COVID-19 (World Tourism Organization,
2021). Gugus tugas ini terdiri dari kementerian dan lembaga
nasional, dan bertanggung jawab untuk:
1) Meningkatkan pertahanan kesehatan nasional
2) Percepatan penanganan COVID-19 dengan
meningkatkan sinergi antar kementerian, lembaga, dan
pemerintah provinsi,
80
3) Pemerintah telah bekerja sama dengan beberapa jaringan
hotel dan layanan transportasi untuk menyediakan
akomodasi dan layanan antar-jemput yang memadai
bagi para tenaga medis yang berada di garis depan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pandemi COVID-19 yang menghantam seluruh dunia telah
menghantam berbagai aspek selain kesehatan yakni sektor
81
perekonomian, dan sektor pariwisata sebagai sektor yang paling
terkena dampak pandemi. Hal ini dikarenakan sektor ini identik
dengan people to people contact serta agar dapat menghasilkan
direct dan indirect effect terhadap perekonomian, para wisatawan
perlu hadir di tempat atau destinasi wisata secara fisik. Bidang
usaha akomodasi dan perhotelan menjadi salah satu dari enam
bidang sorotan utama pemerintah melalui Kemenparekraf RI dalam
tahap uji coba protokol tahun 2020 lalu dikarenakan telah terjadi
keterpurukan yang besar di bidang usaha perhotelan, baik di
klasifikasi hotel berbintang, terlebih lagi hotel yang tidak
berbintang.
2. Dalam strategi menghadapi COVID-19, pelaku usaha perhotelan
menerapkan berbagai strategi sepanjang 1,5 tahun ini dan ada yang
cocok dan berhasil untuk hotel tertentu sesuai dengan afiliasi,
jaringan maupun sumber daya yang dimiliki, dan klasifikasi hotel.
3. Setelah COVID-19 berakhir, masyarakat akan kembali ke tatanan
semula, dengan tetap memperhatikan aspek kebersihan,
keberlanjutan, ramah lingkungan, dan perhatian terhadap kesehatan
meski selama pandemi berbagai perhelatan acara telah dilaksanakan
secara hybrid. Namun, dikarenakan budaya masyakarat Indonesia
yang lebih cenderung memilih people to people contact, tren di
beberapa negara yang mulai membebaskan penggunaan masker di
tempat terbuka, dan fungsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara,
82
pusat pemerintahan, dan pusat perekonomian negara menjadikan
DKI Jakarta sebagai salah satu destinasi tuan rumah berbagai
pertemuan bilateral, multilateral, dan berbagai acara internasional.
4. Strategi yang diterapkan oleh pelaku usaha selama pandemi tidak
semuanya dapat dipakai pasca pandemi, seperti misalnya hotel
repatriasi, hotel karantina, dan isolasi mandiri karena ini merupakan
upaya yang dilakukan selama kondisi pandemi saja.
B. Saran
1. Saran Praktis
• Bagi pihak pemerintah untuk dapat terkoordinasi khususnya
antara pusat dan daerah, sehingga masyarakat lebih bisa
optimis dalam menghadapi situasi yang penuh dengan
ketidakpastian dan sebagai ibukota negara, DKI Jakarta sangat
disorot dalam hal penanganan COVID-19. Sehubungan
dengan bantuan, insentif, suntikan, hibah kepada pelaku usaha
agar dapat dioptimalkan dengan baik dan tepat sasaran, karena
pada kenyataannya masih terdapat pelaku usaha perhotelan
yang khususnya berada di level UMKM masih belum
diperhatikan oleh pemerintah. Sebab selama ini untuk dapat
bertahan di angka TPK yang sangat rendah berbagai upaya
mereka lakukan sendiri agar dapat memenuhi kebutuhan
operasionalnya.
83
• Bagi pihak pelaku usaha perhotelan untuk terus berupaya
melakukan adaptasi dan inovasi berdasarkan sumber daya
yang dimiliki, dikarenakan pandemi masih tetap ada dan
belum diketahui kapan akan hilang dan sepenuhnya dapat
teratasi.
2. Saran Teoritis
• Bagi penelitian selanjutnya untuk dapat menelusuri tentang
pariwisata di daerah lainyang juga termasuk ke dalam destinasi
populer. Untuk menelusuri lebih dalam perihal strategi pelaku
usaha selain representasi satu jenis hotel berbintang, dan juga
analisis dampak pada ketenagakerjaan sektor pariwisata, dan
bauran kebijakan makro agar dapat melihat dampak
kerbijakan-kebijakan pemerintah terhadap pariwisata secara
umum dan perhotelan secara spesifik.
84
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal Ilmiah
Ashley, C., Mitchell, J. (2008). Doing the right thing approximately not the wrong
thing precisely: Challenges of monitoring impacts of pro-poor interventions
in tourism value chains. Overseas Development Institute. Retrieved from
http://www.odi.org/sites/odi.org.uk/files/odi-assets/publications-opinion-
files/2348.pdf
Azzeddine Madani, Saad Eddine Boutebal, Hinde Benhamida and Christopher
Robin Bryant. 2020. The Impact of Covid-19 Outbreak on the Tourism Needs
of the Algerian Population. Article Sustainability 2020, 12, 8856;
doi:10.3390/su12218856
Bekaert, Geert, Engstrom, E., & Ermolov, A. (2020). Aggregate Demand and
Aggregate Supply Effects of COVID-19: A Real-time Analysis Finance and
Economics Discussion Series 2020-049. Washington: Board of Governors of
the Federal Reserve System.
Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Pariwisata. (2016). LAPORAN
AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA TAHUN
2016. Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Pariwisata.
BPS DKI Jakarta. (2020). STATISTIK HOTEL DAN TINGKAT PENGHUNIAN
KAMAR HOTEL DKI JAKARTA 2020. Jakarta: BPS DKI Jakarta.
BPS DKI Jakarta. (2019). STATISTIK HOTEL DAN TINGKAT PENGHUNIAN
85
KAMAR HOTEL DKI JAKARTA 2020. Jakarta: BPS DKI Jakarta.
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Berita Resmi Statistik: Kunjungan Wisman dan
TPK Hotel Berbintang di DKI Jakarta Menurun. Jakarta: BPS Provinsi DKI
Jakarta.
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Berita Resmi Statistik: Kunjungan Wisman ke
DKI Jakarta Mei 2020 kembali turun. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Berita Resmi Statistik: Terpuruknya Kunjungan
Wisman ke DKI Jakarta pada Maret 2020. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta Agustus
2020 Kembali Naik. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta Desember
2020 Semakin Meningkat. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta Juli 2020
Naik. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta Juni 2020
Merangkak Naik. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Kunjungan Wisman Ke DKI Jakarta September
2020 Masih Jauh dari Kondisi Normal, namun Tiongkok tetap Mendominasi.
Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). PROVINSI DKI JAKARTA DALAM ANGKA
DKI Jakarta Province in Figures 2020. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.
86
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Tiongkok Kembali Mendominasi Kunjungan
Wisman ke DKI Jakarta bulan Oktober 2020. Jakarta: BPS Provinsi DKI
Jakarta.
Britannica, The Editors of Encyclopaedia. "Industry". Encyclopedia Britannica, 19
Feb. 2021, https://www.britannica.com/technology/industry. Accessed 26
June 2021.
Calderwood, L.U ., & Soshkin, M. (2019). The Travel & Tourism Competitiveness
Report 2019. Geneva: World Economic Forum’s Platform for Shaping the
Future of Mobility
Camilleri, M. A. (2018). The Tourism Industry: An Overview. In Travel Marketing,
Tourism Economics and the Airline Product (Chapter 1, pp. 3-27). Cham,
Switzerland: Springer Nature.
Christian, M., K, Fernandez-Stark K., Ahmed, G., Gary, G., & Jo Heil, S. (2011).
The Tourism Global Value Chain. Durham: Duke University Center on
Globalization, Governance and Competitiveness
Deb, S.K., & Nafi, S.M. (2020). IMPACT OF COVID-19 PANDEMIC ON
TOURISM: RECOVERY PROPOSAL FOR FUTURE TOURISM.
GeoJournal of Tourism and Geosites, 33(4spl), 1486–1492.
https://doi.org/10.30892/gtg.334spl06-597
Dolma Tsering. 2020. Covid-19 and its Impact on the Tourism Industry of the Tibet
Autonomous Region. Taiwan Foundation for Democracy and Research
Scholar, Centre for East Asian Studies, JNU.
87
Dr. Emon Kalyan Chowdhury. 2020. Catastrophic Impact of Covid-19 on Tourism
Sector in Bangladesh: An Event Study Approach. The Cost And Management
ISSN 1817-5090, Volume-48, Number-04, July-August 2020
Duke University CGCC. (2011). The Tourism Global Value Chain. Durham: Duke
University Center on Globalization, Governance, and Competitiveness.
Fernando Almeida, Oscar Silva. 2020. The Impact Of Covid-19 On Tourism
Sustainability: Evidence From Portugal. Advances in Hospitality and Tourism
Research (AHTR) An International Journal of Akdeniz University Tourism
Faculty ISSN: 2147-9100 (Print), 2148-7316 (Online)
Fleming. W. R., and Toepper, L. (1990) Economic impact studies: relating the
positive and negative impacts to tourism development. Journal of Travel
Research. 29(1): 35-42. DOI: 10.1177/004728759002900108
Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika.
Hermawan, Asep. (2006). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).
Howell, D. W. (2009). Passport : an introduction to the tourism industry. Toronto:
Nelson Education.
Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Kemenkeu RI. (2020). KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-
POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2021. Jakarta: Kemenkeu RI.
88
Kementerian Pariwisata. (2015). Cakupan Aktivitas Pariwisata dalam Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015. Jakarta: Kementerian
Pariwisata.
Leandro Fontoura, Carolin Lusby, Francesc Romagosa. 2020. Post-COVID-19
tourism: perspectives for sustainable tourism in Brazil, USA and Spain.
Observatório de Inovação do Turismo - Revista Acadêmica Vol. XIV, n°
Especial, dezembro - 2020
Lee-Peng Foo, Mui-Yin Chin, Kim-Leng Tan & Kit-Teng Phuah. 2020. The impact
of COVID-19 on tourism industry in Malaysia. Faculty of Accountancy,
Finance and Business, Tunku Abdul Rahman University College, Kuala
Lumpur, Malaysia
Luiz Carlos S. Ribeiro, Gervásio F. Santos, Rodrigo B. Cerqueira, Kênia B. Souza.
2020. Economic impact of Covid-19 on tourism in Brazil. Departamento de
Economia da Universidade Federal de Sergipe, Coordenador do Laboratório
de Economia Aplicada e Desenvolvimento Regional e Pesquisador de
Produtividade em Pesquisa do CNP
Mudjiyanto, Bambang. (2018). Exploratory Research In Communication Study.
Jurnal Studi Komunikasi Dan Media Vol 22 No 1. Kementerian Kominfo.
Mulyana, Deddy. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Munaza Kazmi, Syed Ali Haider Shah and Faisal Qayyum Khan. 2020. Impact of
COVID-19 on Tourism & Hospitality of Pakistan. Artech Journal of Tourism
Research and Hospitality (AJTRH) Volume, 1, Issue 1, 2020, Pages: 25-31
89
ISSN: 2523-5648
Ochel, W., & Wegner, M. (1987). Service Economies In Europe: Opportunities For
Growth (1st ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9780429305832
Parasuraman A., Zeithaml V.A. and Berry L.L. (1985). “A Conceptual Model of
Service Quality and Its Implications for Future Research”, Journal of
Marketing, 49, 41 – 50
Rogers, H., & Slinn, J. (1993). Tourism: Management of Facilities (M & E
Handbook). Hereford: Macdonald&Evans Ltd.
S.K.S. Yadava, Mohd. Mohsin Qureshi. 2020. Impacts of Covid-19 on Indian Travel
& Tourism Industry. International Journal of Trade and Commerce-IIARTC
July-December 2020, Volume 9, No. 2 pp. 310-318 ISSN-2277-5811 (Print),
2278-9065 (Online)
Stynes, D. J. (1997). Economic impacts of Tourism: A handbook for tourism
professionals. Retrieved from:
https://www.msu.edu/course/prr/840/econimpact/pdf/ecimpvol1.pdf
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.
University of Pretoria. (2012). Economics of Tourism. Retrieved from University
of Pretoria Repository:
https://repository.up.ac.za/bitstream/handle/2263/29848/02chapters3-
4.pdf?sequence=3
World Economic Forum. (2019). The Travel & Tourism Competitiveness Report.
Geneva: World Economic Forum’s Platform.
90
World Tourism Organization (2020), UNWTO Briefing Note – Tourism and
COVID-19, Issue 1 – How are countries supporting tourism recovery?,
UNWTO, Madrid, DOI: https://doi.org/10.18111/9789284421893
World Tourism Organization. (2021). Conceptual Guidance on Tourism Statistics
in the COVID-19 Context. Madrid: UNWTO.
World Travel and Tourism Council. (2020, November). Recovery Scenarios 2020
& Economic Impact from COVID-19. Retrieved from World Travel &
Tourism Council: https://wttc.org/Research/Economic-Impact/Recovery-
Scenarios
Zeithaml, V. &. (1996). Services Marketing. New York: McGraw Hill.
Zuckerman, A. 2020. 47 Tourism Statistics: 2020/2021 Market Share & Data
Analysis. © 2020 CompareCamp.com.
Internet
ANTARA. (2020, Mei 28). COVID-19: Strategy for generating revenue by
hospitality operators. Retrieved from Antara News:
https://en.antaranews.com/news/149605/covid-19-strategy-for-generating-
revenue-by-hospitality-operators (diakses pada 29 Mei 2021 pukul 21.15
WIB)
ANTARA. (2021, Februari 17). Government to continue stimulus programs to spur
tourism recovery. Retrieved from AntaraNews:
https://en.antaranews.com/news/168285/government-to-continue-stimulus-
programs-to-spur-tourism-recovery (diakses pada 1 Juni 2021 pukul 18.19
WIB)
91
ANTARA. (2021, Juni 25). Indonesia's daily COVID-19 cases climb by 15,308.
Retrieved from Antara News:
https://en.antaranews.com/news/177346/indonesias-daily-covid-19-cases-
climb-by-15308 (diakses pada 25 Juni 2021 pukul 14.00 WIB)
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. (2021). PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2015-2017. Retrieved from Badan
Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta:
https://jakarta.bps.go.id/indicator/52/59/2/pdrb-atas-dasar-harga-konstan-
2010-menurut-lapangan-usaha.html (diakses pada 2 Juni 2021 pukul 14.00
WIB)
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2021). Laju Pertumbuhan PDRB Atas
Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2018-
2020. Retrieved from Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta:
https://jakarta.bps.go.id/indicator/52/61/1/laju-pertumbuhan-pdrb-atas-
dasar-harga-konstan-2010-menurut-lapangan-usaha.html (diakses pada 10
Juni pukul 16.00 WIB)
Bank Indonesia. (2021, April 9). OPTIMALKAN KEBIJAKAN STIMULUS,
PERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI. Retrieved from Departemen
Komunikasi Bank Indonesia: https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-
media/news-release/Pages/sp_239321.aspx (diakses pada 4 Juni 2021 pukul
14.50 WIB)
BBC News. (2021, June 25). Covid map: Coronavirus cases, deaths, vaccinations
by country. Retrieved from BBC News: https://www.bbc.com/news/world-
51235105 (diakses pada 25 Juni 2021 pukul 13.40 WIB)
Bisnis.com. (2018, November 4). Genjot Pariwisata, Pemprov DKI Jakarta
Gandeng Bank Indonesia. Retrieved from Bisnis.com:
https://jakarta.bisnis.com/read/20181104/77/856328/genjot-pariwisata-
92
pemprov-dki-jakarta-gandeng-bank-indonesia (diakses pada 28 Mei 2021
pukul 15.25 WIB)
Bisnis.com. (2020, October 12). Ada Permenkumham Baru, Ini Prosedur WNA
Masuk ke Indonesia. Retrieved from Bisnis.com:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20201012/98/1304069/ada-
permenkumham-baru-ini-prosedur-wna-masuk-ke-indonesia (diakses pada 3
Juni 2021 pukul 22.00 WIB)
Burdett, M. (2017, November 7). Primary and Secondary Tourist Resources.
Retrieved from Geography Case Study:
https://www.geographycasestudy.com/primary-and-secondary-tourist-
resources/#:~:text=Defining%20primary%20and%20secondary%20tourist%
20resources%20Primary%20tourist,non-
tourist%20purposes.%20They%20were%20created%20for%20another%20
purpose. (diakses pada 19 Juni 2021 pukul 15.40 WIB)
Detik. (2021, Juni 8). BNPB Akan Setop Sementara Pembiayaan Hotel Isolasi
Mandiri di Jakarta. Retrieved from DetikNews:
https://news.detik.com/berita/d-5598566/bnpb-akan-setop-sementara-
pembiayaan-hotel-isolasi-mandiri-di-jakarta (diakses pada 10 Juni 2021
pukul 18.09 WIB)
JSC. (2020). Linimasa Kebijakan Penanganan Pandemi COVID-19 di Jakarta.
Retrieved from Jakarta Smart City:
https://smartcity.jakarta.go.id/blog/507/linimasa-kebijakan-penanganan-
pandemi-covid-19-di-jakarta (diakses pada 20 Mei 2021 pukul 23.00 WIB)
Kemenparekraf RI. (2021). PARIWISATA INDONESIA SIAP! Retrieved from
Kemenparekraf: https://chse.kemenparekraf.go.id/ (diakses pada 24 Mei
2021 pukul 15.50 WIB)
Kompas. (2020, July 13). Slow Recovery Ahead for Indonesia’s Hotel Industry:
Colliers International. Retrieved from Kompas.com:
93
https://go.kompas.com/read/2020/07/13/175300674/slow-recovery-ahead-
for-indonesias-hotel-industry-colliers-international (diakses pada 29 Mei
2021 pukul 13.15 WIB)
Kompas. (2021, Juni 17). Daftar Lengkap Hotel dan Tempat Isolasi Mandiri Pasien
Covid-19 di Jakarta. Retrieved from kompas.com:
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/17/08482081/daftar-lengkap-
hotel-dan-tempat-isolasi-mandiri-pasien-covid-19-di?page=all (diakses pada
14 Juni 2021 pukul 16.30 WIB)
Liputan 6. (2019, Oktober 16). Menpar Targetkan Devisa dari Sektor Pariwisata
Capai 20 Miliar Dolar AS. Retrieved from Liputan6:
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4087332/menpar -targetkan-devisa-
dari-sektor-pariwisata-capai-20-miliar-dolar-as (diakses pada 15 Juni 2021
pukul 20.20 WIB)
Lopez, L., & Bianchi, G. (2021, June 19). Economic theories on COVID-19’s
impact on hospitality and tourism. Retrieved from EHL Insights:
https://hospitalityinsights.ehl.edu/economic-theories-covid-impact-
hospitality-tourism (diakses pada 20 Juni 2021 pukul 15.37 WIB)
Lowy Institute. (2021, Maret 13). Covid Performance Index: Deconstructing
Pandemi Responses. Retrieved from Lowy Institute:
https://interactives.lowyinstitute.org/features/covid-performance/ (diakses
pada 3 Juni 2021 pukul 16.40 WIB)
Republika. (2021, Juni 14). Anies: Saat Ini BOR di DKI Capai 75 Persen. Retrieved
from Republika: https://www.republika.co.id/berita/qunw8v377/anies-saat-
ini-bor-di-dki-capai-75-persen (diakses pada 14 Juni 2021 pukul 22.3o WIB)
Statista. (2021, Mei). GDP loss due to COVID-19, by economy 2020. Retrieved
from Statista: https://www.statista.com/statistics/1240594/gdp-loss-covid-
19-economy/ (diakses pada 15 Juni 2021 pukul 15.35 WIB)
94
SWA. (2020, June 2). 6 Bidang Usaha Prioritas untuk Uji Coba Protokol Tatanan
Hidup Baru. Retrieved from SWA:
https://swa.co.id/swa/trends/management/6-bidang-usaha-prioritas-untuk-
uji-coba-protokol-tatanan-hidup-baru (diakses pada 2 Juni 2021 pukul 22.00
WIB)
World Economic Forum . (2020, September 25). World Vs Virus podcast: An
economist explains what COVID-19 has done to the global economy.
Retrieved from World Economic Forum :
https://www.weforum.org/agenda/2020/09/an-economist-explains-what-
covid-19-has-done-to-the-global-economy/ (diakses pada 20 Juni 2021 pukul
22.00 WIB)
World Travel & Tourism Council. (2019, December 10). Cities Economic Impact
Report. Retrieved from World Travel & Tourism Council:
https://wttc.org/Research/Economic-Impact/Cities (diakses pada 22 Juni
2021 pukul 21.30 WIB
96
Lampiran 1: Daftar Hotel Untuk Repatriasi di DKI Jakarta
Sumber data: Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), per 29
Desember 2020
No. Nama Hotel Wilayah Kamar Klasifikasi
1. Hotel Shangri-La Jakarta Pusat 100 5
2. Hotel Borobudur Jakarta Pusat 50 5
3. Grand Sahid Jaya Jakarta Pusat 300 5
4. Fraser Residence Menteng Jakarta Pusat 70 5
5. AYANA Midplaza jakarta Pusat 100 5
6. Grand Hyatt Jakarta Pusat 150 5
7. Merlynn Park Hotel Pusat 100 5
8. Aryaduta Menteng Pusat 120 5
9. Novotel Jakarta Gajah Mada Pusat 200 4
10. Novotel Jakarta Cikini Pusat 50 4
11. Hotel Harris Vertu Harmoni Pusat 100 4
12. Millenium Hotel Sirih Jakarta Pusat 200 4
13. Jambuluk Thamrin Hotel Pusat 71 4
14. Batavia Apartments Serviced Residence Pusat 20 4
15. AONE Hotel Pusat 75 4
16. Ibis Styles Jakarta Gajah Mada Pusat 80 4
17. Akmani Hotel Pusat 15 4
18. Best Western Plus Kemayoran Hotel Pusat 25 4
19. Best Western Mangga Dua Jakarta Pusat 30 4
20. Yello Hotel Harmoni Pusat 150 3
21. Artotel Thamrin Jakarta Pusat 40 3
22. Triniti Hotel Pusat 92 3
23. Bluesky Pandurata Hotel Pusat 40 3
24. Max One Sabang Pusat 79 3
25. Ibis Jakarta Tamarin Pusat 60 3
26. Holiday Inn Express Jakarta Thamrin Pusat 30 3
27. Takes Mansion Hotel Pusat 80 3
28. Favehotel Tanah Abang Cideng Pusat 60 3
29. Grand Cemara Hotel Pusat 104 3
30. Swiss Belinn Wahid Hasyim Jakarta Pusat 75 3
31. Cemara Hotel Pusat 55 3
32. All Seasons Jakarta Thamrin Pusat 100 3
33. Best Western Senayan Hotel Pusat 35 3
97
34. Oria Hotel Pusat 20 3
35. Amaris Hotel Fachrudin Tanah Abang Pusat 52 3
36. Luminor Hotel Pecenongan Pusat 50 3
37. Red Planet Jakarta Pasar Baru Pusat 80 3
38. Dafam Express Jaksa Jakarta Pusat 50 2
39. Amaris Hotel Senen Pusat 70 2
40. POP! Hotel Pasar Baru Jakarta Pusat 30 2
41. Hotel Puri Mega Pusat 30 2
42. Hotel Puri Jaya Pusat 30 2
43. Losari Hotel Roxy Pusat 85 Non
Jumlah Kamar 3353
Jumlah Hotel Bintang 5 8
Jumlah Hotel Bintang 4 11
Jumlah Hotel Bintang 3 18
Jumlah Hotel Bintang 2 5
Jakarta Selatan
44. Wyndham Casablanca Jakarta Selatan 150 5
45. The Grove Suites by Grand Aston Selatan 5 5
46. Hotel Grandhika Iskandarsyah Jakarta Selatan 50 4
47. Swiss-Belresidences Kalibata Selatan 120 4
48. Kristal Hotel Selatan 100 4
49. Hotel Aston Bellevue Radio Dalam Selatan 30 4
50. The 101 Jakarta Sedayu Darmawangsa Selatan 150 4
51.
Amoscozy Hotel & Convention Hall
Jakarta Selatan 60 4
52. Ambhara Hotel Selatan 200 4
53. Manhattan Hotel Selatan 150 4
54. The Falatehan Hotel Selatan 80 3
55. Kyriad Hotel Fatmawati Jakarta Selatan 80 3
56. Hotel Dharmein Selatan 80 3
57. Sotis Hotel Falatehan Selatan 60 3
58. Kyriad Metro Kebayoran Jakarta Selatan Selatan 100 3
59. Swiss Belinn Simatupang Selatan 159 3
60. Hotel Pomelotel Jakarta Selatan 70 3
61. Amaris Hotel Tendean Selatan 50 2
62. Amaris Hotel Tebet Jakarta Selatan 50 2
63. Amaris Hotel Codefin Kemang Selatan 90 2
Jumlah Kamar 1834
98
Jumlah Hotel Bintang 5 2
Jumlah Hotel Bintang 4 8
Jumlah Hotel Bintang 3 7
Jumlah Hotel Bintang 2 3
Jakarta Barat
64. Hotel Ciputra Jakarta Barat 250 4
65. Holiday Inn and Suites Jakarta Gajah Mada Barat 100 4
66. Samala Hotel Jakarta Cengkareng Barat 182 4
67. Grand Paragon Hotel Jakarta Barat 171 4
68. The Jayakarta SP Jakarta Hotel & Spa Barat 100 4
69. Grand Ciputra Hotel Barat 336 4
70. Grand Tjokro Hotel Barat 144 4
71. Luminor Hotel Barat 50 4
72. Hotel Sparks Life Jakarta Barat 50 3
73. Hotel Neo Puri Indah Jakarta Barat 45 3
74. MaxOne Signature Hotel @ Glodok Barat 40 3
75. Favehotel LTC Glodok Barat 150 3
76. Royal Palm Hotel Barat 100 3
77. Everyday Smart Hotel Mangga Besar Barat 50 2
78. Nite & Day Jakarta Bandengan Barat 85 2
Jumlah kamar 1853
Jumlah Hotel Bintang 4 8
Jumlah Hotel Bintang 3 5
Jumlah Hotel Bintang 2 2
Jakarta Utara
79. Oakwood Apartments PIK Jakarta Utara 35 5
80. Alisedayu Hotel Kelapa Gading Utara 120 4
81. Aston Marina Ancol Jakarta Utara 150 4
82. Grand Dafam Ancol Utara 150 4
83. Mercure Jakarta PIK Utara 150 4
84. Novotel Jakarta Mangga Dua Square Utara 200 4
85. Aston Pluit Hotel and Residence Utara 70 4
86. Sunlake Hotel Utara 120 4
87. Holiday Inn Express JI Expo Utara 180 3
88. Holiday Inn Express Jakarta Pluit Citygate Utara 150 3
89. Hotel Neo Mangga Dua Square Utara 100 3
90. Swiss-Belinn Kemayoran Utara 100 3
91. Hotel Zia Sanno Jakarta Utara 80 3
92. Favehotel Pluit Junction Utara 50 3
99
93. Cempaka Mas Inn Utara 62 3
Jumlah kamar 1717
Jumlah Hotel Bintang 5 1
Jumlah Hotel Bintang 4 5
Jumlah Hotel Bintang 3 7
Jumlah Hotel Bintang 2 7
Jakarta Timur
94. Best Western Premier The Hive Timur 50 5
95. Balairung Hotel Jakarta Timur 70 3
96. Park Hotel Cawang Jakarta Timur 54 3
97. Teraskita Hotel Jakarta by Dafam Timur 50 3
Jumlah Kamar 224
Jumlah Hotel Bintang 5 1
Jumlah Hotel Bintang 3 3
Jumlah Kamar Keseluruhan 8981
Kota Tangerang & Cilegon
1. Days Hotel and Suites Jakarta Airport Tangerang 110 4
2. Hotel Kyriad Aiport Jakarta Tangerang 140 3
3. Swiss Belinn Airport Jakarta Tangerang 100 3
4. Favehotel Bandara Tangerang Tangerang 105 3
5. Pop Hotel Airport Jakarta Tangerang 70 2
6. Swiss Belexpress Cilegon Cilegon 100 3
Jumlah Kamar 625
Jumlah Hotel Bintang 4 1
Jumlah Hotel Bintang 3 4
Jumlah Hotel Bintang 2 1
Jumlah Kamar Keseluruhan 9606
Jumlah Hotel Bintang 5 Keseluruhan 12
Jumlah Hotel Bintang 4 Keseluruhan 33
Jumlah Hotel Bintang 3 Keseluruhan 44
Jumlah Hotel Bintang 2 Keseluruhan 18
100
Lampiran 2: Surat Keterangan Wawancara
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rainal Alwani
Jabatan : Manager Marrakesh Inn
Menerangkan bahwa:
Nama : Astrid Nadya Rizqita
Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 17 November 1996
NIM : 11140840000028
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Kampus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program : Strata Satu (S1)
Judul Skripsi :
Benar telah selesai melakukan wawancara pada Marrakesh Inn tanggal 23 Juni
2021. Hasil penelitian untuk diujikan oleh Tim Dosen Penguji dari Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian surat keterangan
ini dibuat agar dipergunakan semestinya.
Jakarta, 23 Juni 2021
(Rainal Alwani)
101
Lampiran 3: Transkrip Wawancara
HASIL WAWANCARA
Nama : Rainal Alwani
Jabatan : Manager Marrakesh Inn
Alamat : Jakarta
Tempat Wawancara : Marrakesh Inn, Jl. Danau Tondano, Bendungan
Hilir, Jakarta Pusat 10210
Tanggal : Rabu, 23 Juni 2021
Pukul : 11.00-12.35 WIB
Bagaimana gambaran umum kinerja hotel tahun 2018-2019 (sebelum Covid-
19) dan proyeksi usaha sebelum ada COVID-19?
Perkenalkan Nama saya Rainal Alwani saya disini kebetulan bekerja dari tahun
2016 tepatnya bulan april, jadi waktu itu hotel ini masih Bernama tondino resident.
Di 2018, bulan sekitar agustus September berubah nama menjadi hotel Marrakech.
Jadi kalau berkaitan di point pertama bisa kami gambarkan sedikit memang hampir
dipastikan tiap tahunnya Kami mengalami peningkatan terutama dalam jumlah
penghunian emang kalau boleh kami cirikan disini Konsep fundou resident itu
sebenernya kita Lebih banyak untuk tamu – tamu yang long stay. Tamu tamu yang
memang untuk bulanan terutama buat para eksekutif eksekutif di seputaran benhil
atau Jakarta pusat pada umumnya. Emang di tren tren itu bisa dilihat didatanya
ya mbak kami sampaikan perharian pertama ini ada data kamar harian 2018 2019
terus kemudian ini Berbanding lurus sama data kamar bulanan. Jadi disini ada dua
tipe mbak, ada kamar harian dan kamar bulanan. Jadi yang hampir pasti itu, kami
pernah yang paling top itu dari total 50 kamar kami 40 dijadikan kamar bulanan
jadi hanya 10 kamar beroperasi sebagai kamar harian. Jadi efeknya bisa dilihat
dari tahun 2018 kamar bulanannya sampai 40 Pasti harian kecil, tapi Ketika
misalkan di tahun 2018 dibulan September oktober permintaan dari manajemen
terutama ahli waris yang baru, itu sempat dipimpin bapak langsung pak Yogi
102
batubara kemudian setelah bapak meninggal, anaknya yang pegang, dibuatlah
kebijakan yang baru, jadi tidak ada lagi kamar bulanan. Jadi diwajibkan semua
kamar harian karena prospeknya cukup besarlah gitu. emang kami pernah
membukukan paling tinggi itu di bulan sekitar 600 kamar ya mbak kamar harian di
bulan, tahun 2019 ya, ini ada sekitar, 2019 itu di bulan September, 629 kamar
dengan kamar bulanan 11 kamar. Jadi kalau untuk seputaran benhil. Yang
notabene nya lokasinya dekat dengan GBK terus semanggi, kita rasakan emang
dengan konsep hotel family terus kemudian kita juga untuk teman -teman yang
homestay konsepnya untuk mereka yang eksekutif jadi worthed kalau boleh
dibilang. Dengan fasilitas kita mempunyai kolam renang sama fitness dengan
mungkin tambahan yang biasa memberikan fasilitas free laundry, 2018, dari 2017
itu emang kami rasakan benar benar peningkatan yang luar biasa lah waktu itu
diisi sama atlet – atlet menjelang SEA Games 2018, emang ada bangunan sebelah
dulu targetnya kita selesai di SEA Games total 100 kamar kita coba daftar di
official, untuk official ya mbak bukan untuk atlet, kalau atlet kan pasti mereka
terkonsentrasi di kemayoran, tapi untuk official mereka ada tenaga Kesehatan atau
pelatihnya atau apa gitukan, itu dipersiapkan , eh mereka rata-rata emang dari
atlet-atlet itu yang membooking itu 15 kamar, 20 kamar dan itu harian kurun
waktunya 3 sampai 4 bulan, kami mempersiapkan sarapan juga, makan siang juga
sama makan malam. Terus terakhir itu, kalau di Asian Games yang normal itu ada
panitiannya Namanya inasgop dari Indonesia, bapak erich thohir dulu nya ya,
kemudian kami dapatnya yang inacgoc itu Asian Games Paragames. Itu eo nya
emang dari Malaysia, mereka booking juga sekitar 15-20 kamar di sini secara long
stay, mereka secara 3 bulan jadi mereka yang ngeliput mereka yang bikin liputan
bikin semua nya disini, jadi kalau pagi pagi itu benar-benar last day GBK, pas kita
ke GBK ataupun ke TVRI sebagai pemegang hak siar waktu itu di paragames
emang kurang lebihnya ada 5 menit lokasi terjangkau bagi teman teman. Mungkin
sementara itu untuk yang 2018-2019 yang bisa kami sampaikan.
103
Seperti apa dampak penurunan pariwisata dan hotel karena Covid-19 (TPK,
Jumlah Tamu yang Menginap, Pekerja Usaha, gambaran umum seputar
Revenue)?
Tapi memang di maret 2020 itu baru terlihat ya mbak selepas awal kami COVID
2020 penurunannya emang luar biasa, dari biasanya kami dapat minimum 400 lah
sebulan yang stabil begitu langsung anjlok ke angka setengah nya 200 terus di April
lebih parah lagi hanya 100 kamar hunian ya mbak. Hunian nya juga kelihatan ya
mbak ini kamar bulanannya jadi total kita 50 pasti ngebayangin misalkan 15 kamar
di total 50 itu berarti 35 kamar sehari harus terisi. Kalau 35 rata – rata 50 persen
saja, artinya harus minimal 17 kamar terisi. 17 dikali dengan 30 hari itu minimal
udah rata – rata di atas stoklah. Hitung nya begitu ya mbak kasar nya seperti itu
kurang lebihnya jadi okupansi kami meningkat jauh lalu tiba – tiba dihantam
dengan pandemi ini diumumkan sama pemerintah di bulan maret ini, kita memang
terjun bebas. Efeknya kami dari 22 total karyawan kami rampingkan hanya 11, itu
ya yang mungkin ada implikasi di pertanyaan mbak berikut nya kalau enggak salah.
Dirampingkan maksudnya itu sementara atau…?
Karena pas waktu COVID kami bilang sementara, tapi kan setelah selesai COVID
kita enggak tahu, sampai sekarang belum selesai Ketika misalkan tingkat hunian
naik lagi terus mungkin kami himbaukan lagi mau kah mereka Kembali bergabung
tapi dengan kondisi saat ini kayaknya kami bertahan dengan 11 orang yang minim
kondisinya ya mbak dengan 3 petugas security, 4 orang house keeping, 2 orang FO
Pagi dan FO Malam Kami 24 jam ya mbak, terus sama kita kafenya satu orang,
kalau dulu kafe sama kitchen aktif semua Cuma semenjak pandemi kita hindari
kerumuman salah satunya kita hanya menyediakan makanan dan minuman saja itu
mungkin untuk point satu. Untuk point dua seperti apa dampak penurunan
pariwisata hampir pasti kami lihat sekeliling dari teman teman pemain lama di sini
ada xenia kemudian ada legrin. Mereka arxenia ada sekitar 3 unit, legrin itu ada 6
unit, kalaupun memang kelasnya masih dibawah kami tapi biar bagaimanapun
kami udah anggap sebagai competitor. Kalau misalkan kompetitor yang lain
seperti di depan itu ya ada service resident tapi memang mereka kelasnya sudah
104
grupnya eksotis ya mbak mereka punya sisterkamling juga, hampir pasti jugakan
market nya lebih besar juga, kami hanya mengambil yang rekanan rekanan kayak
TVRI terus kayak teman teman BUMN juga, masuknya yang paling banyak dari
para atlet-atlet yang mereka yang sekarang sedang karantina, itu hampir pasti
2017 2018 itu enggak pernah berhenti mbak, jadi selesai atlet panahan, ada atlet
karate, mereka pelatihan di sini 3 bulan terus lanjut lagi terus diakhir tahunnya
kalau mbak tahu ada event Indonesia open itu nama EO nya setahu saya Namanya
aksi maya, itu dari tahun 2016 sampai 2019 desember itu selalu menginapnya di
kita mbak. Sekali menginap mereka 15 kamar, Indonesia open itu event nya dua
kali, di januari sampai februari, terakhir mereka biasanya di bulan agustus sampai
September. Boleh dibilang salah satu apay a, tren center olahraga juga mbak,
kalau dibandingkan dengan sepak bola, kalau sepak bola Indonesia scopenya
masih asia ya tapi kalau Indonesia open itu seluruh dunia. Indonesia open itu
rangkingnya tinggi itu hampir pasti mereka officialnya menginapnya di sini ya
mbak. 15 kamar untuk bawa semua alat kurang lebih 2 minggu 3 minggu kadang
sampai sebulan. Gitu ya mbak ya, tapi untuk yang aplikatifnya hampir pasti mereka
punya tempat sendiri mbak ya, kami memang bagian antisipasinya. Terus kemudian
kami juga pernah ke wilayah GBK, dulu yang Namanya JCC itu ya mbak Jakarta
Convention Center, itu hampir pasti tiap bulan ada aja event mau inacraft, craft
apapun, terus dari kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif juga ada pasti
eventnya, itu pasti ngundang seluruh Indonesia mereka pameran lah di sini, hampir
pasti kami dapat itu mbak dari daerah dari bali, yogya, semarang, pekanbaru, dari
padang, dari medan, mereka ambil daerah sini karena mereka sudah terbiasa dari
tahun 2016, mereka terus kunjungan, “pak Raynal saya ambil lagi donk, sebulan
kami pameran” atau ada pameran ray, real estate Indonesia melibatkan seluruh
Indonesia itu teman teman dari sukabumi dan jawa timur itu pasti dapat bagian,
minimal dapat 5 kamar tapi dengan kondisi yang Panjang, memang konsep hunian
kami, kami ngedepankan dengan kekeluargaan, jadi hampir pasti tamu-tamu yang
menginap di sini udah kayak dirumah. Jadi bukan kayak hotel yang mereka masuk
ke pintu terus keluar, kalau kita enggak, pasti teman-teman rata-rata interaksi.
Dari mulai security sampai petugas house keeping semua, saya informasikan,
105
mereka terus tegur, sapa, dan salam. Jadi memang mereka berkesan kalau
menginap di sini. Enak disitu, ada fitness siap, kita mushola siap, terus kalau
berenang mereka biasa nya malam atau gitu ya mbak jadi kita benarkan. Itu yang
membedakan kami dengan teman-teman yang lain. Tapi semenjak pandemi
memang luar biasa mbak memang cobaan berat buat kami. Salah satunya kami
harus restpid karyawan. Dari kami pangkas setengah nya. Itu mungkin ya mbak ya
yang point no dua.
Menurut penelusuran sumber sekunder, terdapat beberapa langkah strategis
yang diambil oleh para pelaku usaha perhotelan, diantaranya:
a. Hotel Dijadikan Tempat Isolasi COVID
Kita coba lanjut lagi untuk poin ketiga mbak ya, no 3 itu, Langkah-langkah yang
strategis ya mbak, no satu hotel dijadikan tempat COVID, perdebatan ini agak
Panjang waktu itu kami dari manajemen terutama dari kami bilangnya office mbak
ya sama teman-teman staff lainnya, kami coba interaksi dengan owner, ditengah
hunian seperti ini kenapa kita enggak ikut juga karena teman-teman waktu itu
mencoba menawarkan terutama dari online, teman-teman online travel agent OTA
memang kami punya 10 rekanan mbak, tapi yang aktif itu hanya Traveloka, agoda,
pegi pegi, booking.com, ekspedia, kalau mister aladin sudah hilang, tiket.com
sekarang mulai lagi tiket.com. mereka informasikan “pak Raynal, minimal
Marrakech di kondisi COVID sudah clean and stay ya, jadi kami harus memberikan
foto dan update apa saja yang kami sajikan mbak ya dalam rangka menanggulangi
pandemi di awal kami pasti sudah sediakan tempat cuci tangan, kalau mbak naik
tangga tadi ya, kemudian begitu pas mbak masuk di situ ada cairan hand sanitizer,
berikut dengan pengukur suhu, sama disinfektan juga ada. Terus kemudian di
kamar – kamar kita sehari 2x dengan disinfektan terus kalau boleh dibilang
sebenarnya sih kami sih lebih realistis ya mbak, kalau misalkan terjadi penurunan,
hampir pasti tidak mungkin kami menutup atau apa pasti ada alternatif nya,
alternatifnya adalah kita minta kita didaftarkan sebagai salah satu tempat isolasi
mandirilah mbak minimal untuk hotel – hotel. Jadi memang di Jakarta itu kurang
lebih ada sekitar 52 kalau tidak salah, terakhir itu sekitar 33 ditambah lagi 52 jadi
beberapa hotel – hotel yang untuk teman teman atau pasien yang terjangkit OTG
106
ya mbak istilahnya orang tanpa gejala tapi misalkan kalau COVID dengan kadar
CT kalau enggak salah agak sedikit mengkhawatirkan itukan hampir pasti harus
dirawat di rumah sakit yang besar begitu ya mbak. Dengan fasilitas mereka harus
ada oksigen murni kemudian harus ada mereka di inhaler atau apalah kegiatannya,
gitu mbak ya tapi hampir pasti manajemen terutama ownernya menolak karena
efeknya kita pasti punya cost lagi, dan mungkin bukan rahasia juga Ketika
dijadikan hotel COVID istilah teman – teman perhotelan gitu ya mbak dari PHRI
mungkin masalah pembayaran juga dan dari SDM juga, hampir pasti juga ngeri
ngeri juga kan mbak, kita harus diswab juga tiap hari, harus dingin juga, karena
pasti lebih ekstra disbanding yang kondisi sekarang. Itu mungkin ya
pertimbangannya hampir pasti kitanya tidak ikutan untuk tempat isolasi COVID
walaupun dari rumah sakit AL Gardio pernah juga mengajukan ke kita bisa enggak
kalau mereka penuh untuk yang orang OTG minimal di sini. Tapi dengan prokes
yang ada mereka tetap. Gitu ya mbak.
b. Kuliner (restoran/kafe) dioptimalkan misalkan dengan
menggunakan online
Terus kemudian kuliner restoran dioptimalkan menggunakan online nah ini juga
serba salah juga mbak, di satu sisi online kita masih terutama teman teman ya mbak
di gojek ataupun grabfood yang menguasai konsumen kuliner ini penekanannya
sangat tinggi, kami ini aja tanpa online di kafe pesanan makanan kami banyak
untuk para penghuni begitu mbak. Apalagi ditambah lagi dengan pesanan online.
Misalkan kami bikin paket promo yang lagi ngetren kopi ya mbak seperti yang
teman-teman pulo bikin dengan harga minimum di bawah 20 ribu Ketika terjadi
antrian pasti enggak mau juga disalahkan. Begitu ya mbak, kan enggak mungkin
misalkan, karena kami sudah setting dulu tempat gojek nongkrong nya di sana, tapi
Ketika satpol pp datang mereka melihat “wah hotel ini jadi tempat kerumuman
mending ditutup” untungnya dicontoh kayak model BTS kan jadi ramai lagi kan
menjadi dilema juga di satu sisi meningkatkan perekonomian tapi di satu sisi kita
ada kerumuman kan emang sudah banyak contoh ya gitu. Hampir pasti untuk yang
kuliner dioptimalkan kami agak menahan diri mbak tapi kami lebih memenuhi
kebutuhan pokok minimal dari tamu – tamu bulanan kami, dan tamu harian.
107
c. CHSE certification
Terus kemudian yang ketiga paling menarik menurut saya nih CHSE Certication
di januari 2020 saya ikut 2x ya mbak itu zoom meeting online dengan PHRI
Persatuan Perhotelan Restoran Indonesia saya waktu itu kalau ada rekamannya
mungkin mbak bisa melihat lagi di sana atau minta di PHRI saya satu satunya hotel
yang mempertanyakan sertifika CHSE, saya bilang kalau bagi kami para pelaku
usaha perhotelan dan restoran saya bilang, alangkah baiknya bagi teman teman
yang sudah tergabung di PHRI dipermudah dalam Clean Health Safety
Environmental apa lagi mbak? Sustainability jadi ramah lingkungan lah. Niatnya
gitu kan, maksud saya dipermudah gituloh karena biar bagaimanapun teman –
teman online yang masih memberikan kontribusi itu di kami itu sekitar 50-50 lah
mereka itu wajib gitu loh mbak apalagi misalkan kayak sekelas ekspedia,
booking.com, agoda mereka yang lebih ke worldwide gitu mbak walaupun kami
sama grup nya ali baba itu kalau mbak tau itu kami belum itu. Karena mereka
banyak berbahasa cina sama Bahasa inggris gitu kan, mereka itu mengharuskan
Ketika Indonesia dianggap pariwisatanya sudah clear, sudah bagus, sudah layak
untuk di datangin, hotel atau fasilitas umum sosial lainnya minimal sudah CHSE
karena itu mungkin setahu saya diakui oleh dunia juga gitu ya minimal kalau udah
ada itu bolehlah ada zona hijau untuk melakukan pariwisata, yang jadi masalah
yang saya lihat dari PHRI itu mereka agak setengah hati jadi maksud saya, kalian
berikan saja keleluasaan, mereka jaminlah teman – teman ini. Jadi Ketika misalkan
sudah dibubukan “kami sudah dapat nih sertifikat CHSE” itu akan lebih
mempermudah baik asing ataupun lokal untuk melihat “wah hotel ini aman”
tapikan selama ini kami hanya dilihat dari teman teman online dari agoda, dari
Traveloka, Traveloka itu sangat haram mbak Ketika awal pandemi kita tidak ada
Clean and Stay “Raynal, fotoin donk, bikin video” nah saya bikin tuh mbak semua
kita pake APD waktu di awal ya diwajibkan minimal sudah ada ya protokolnya
seperti itu. Jadi mereka sudah senang. Pasti itu mbak kalau mbak booking di online
mbak lihat itu pasti ada yang clean and stay gak di Traveloka atau di agoda itu
kalau enggak salah safe kalau enggak salah udah temasuk belum kalau udah
tergabung insya Allah resiko penularan bisa kami minimalisir. Tapi kalau misalkan
108
yang enggak ada ngeri juga kalau menurut saya dengan kondisi sekarang tapi
berkaitan dengan CHSE itu dibawah temen temen zukominfo ya mbak yang
memberikan sertikasinya nah baru mbak tahu tuh jadi maksud saya biar
bagaimanapun kalau bisa pemerintah mempermudah gitukan, jadi biar terutama
untuk temen temen di daerah wisatalah saya dengan temen temen di bali juga
begitu juga “wah susah” jadi memang kami lebih menjaganya dengan guidance
yang kami punya, kami disinfektan sehari 2x, kami menggunakan APD juga kan
kami juga enggak tahu juga mbak Ketika tamu tamu ke sini mereka isolasi mandiri
atau mereka apa gitu kan, jadi nya agak ngeri gituloh. Sementara Ketika petugas
membersihkan keesokan harinya atau tiap harinya itu mereka jadi beresiko juga,
itu kalau mungkin maksud saya dengan adanya CHSE ini minimal kita tahu
guidance nya. Itu saya ingat banget dari akhir 2020 sampai sekerang sertifikasi itu
belum kelar masih tebang pilih ya karena temen temen yang diakui oleh PHRI yang
telah memberikan kontribusi itu tetap adalah hotel budget dan hotel family. Tapi
kalau hotel bintang 4 dan 5 enggak tahulah Ketika misalkan sekelas hotel president
itu Ketika wisatawan asing atau tenaga kerja asing masuk ke soekarno hatta
mereka pasti isolasinya di hotel-hotel bintang 5 jadi mereka tetaplah dapat kuenya
iyakan jadi maksud saya mereka dengan kondisi itu mereka diam duduk aja mereka
pasti dapatlah. Ini kan pasti ada yang karantina 2 minggu kalau sudah selesai
karantina barulah mereka begitu. Di karantina itu pasti rata – rata yang saya tahu
banget hotel president dibundaran HI itu untuk yang asing mbak ya. Kita tahu
sendiri penanganan mereka kalau itu pasti mereka fine fine saja. Tapi bagi kami
yang 3, 2, 1 kami harus bener – benar survive. Kami harus memutar otak
bagaimana strategi hari ini, bagaimana bulan depan. Jadi begitu mungkin menurut
saya mengenai CHSE ini pemerintah masih setengah hati kalau mau bener bener
buka itu enggak bener walaupun ide pertamanya kan dari pak wisnu tama ya, pak
sandiaga uno hanya meneruskan. Idenya sih bagus gitu, Cuma belum tepat
sasaran. Mungkin kendalanya tetap di birokasi di kita begitu ya mbak maksud saya,
apa sih salahnya kalau temen temen yang terdata tergabung di perhotelan, kan dari
kalau enggak salah pekerja saja nih mbak, pekerja waktu zaman kitakan termasuk
9 sektor usaha dikecualikan jadi artinya kami tetap, perbankan, asuransi, terus
109
kemudian perhotelan pariwisata tetap buka dibandingkan dengan teman teman lain
yang wajib bener bener apa ya mereka lockdown lah di rumah gitu. Kami kan
enggak harus beroperasi untuk guna tetap menumbukan ekonomi lah, tapi yang
menjadi masalah untuk vaksin saja kita agak sulit dijakarta itu mbak konon
menurut temen temen nih itu ada sejuta pekerja hoteliers, maksudnya karyawan
hotel, itu yang divaksin malah bali duluan kemudian yogya diawal April baru
kemarin teman teman hotel. Tapikan tidak semua temen temen hotel, jadi ada
banyak birokasinya lah menurut saya, termasuk kami mencoba mendaftarkan 11
karyawan kami itu di kemenparekraf juga terus di covid.go.id itu terpental terus
mbak dan tidak pernah tersupport terus. Kalau itu memang bener itu program
pemerintah harusnya kitanya di prioritaskan begitu tetapi enggak. Karena kan
awalnya kan lansia terus kemudian yang swasta yang 9 sektor, kalau BUMN
pastilah, terus swasta 9 sektor itu, perbankan, dan apalah mereka kan di GBK,
terutama di istora. Itu yang kami bilang, jadi kami lebih banyak temen temen
vaksinnya mandiri gitu mbak, padahal harusnya diorganisasikan. Buat apa kalau
kita ada organisasi tapi tidak support kami menurut saya. Temen temen yang lain
juga begitu, mereka manual saja di wilayah masing-masing. Padahal kalau
misalkan terkoordinir lebih enak “ya hari ini” jadi kita tahu jadwalnya, jadi kita
bisa bagi gitu mbak. Kapan temen temen yang hari ini oh ya berangkat, inikan
karena kalau misalkan kami berikan secara keseluruhan udah jauh jauh Ketika ada
efek samping dari vaksin kan kami bisa antisipasi, kalau kami bisa tahu jadwal bisa
bagi berbuat dari penanganan vaksin contohnya begitu mbak. Kembali ke CHSE
menurut saya sih bagus ya memang program awalnya kamu supportlah Cuma
menurut saya dengan birokrasi yang kita punya kita masih agak sulit menurut saya.
Mungkin kalau disbanding dengan temen temen mungkin di luar yang Ketika
mereka sepakat “kita ngayomi nih bareng – bareng punya sertifikasi ini” mereka
harus online besokkan harus keluar mereka kan, tapi kalau kita kan enggak adalagi
prosedurnya harus begini gini,
110
d. Suntikan dari Pemerintah
Terus kemudian yang suntikan pemenrintah ini yang saya agak gak kuang paham
nih mbak, kira kira apa itu mbak suntikan dari pemerintah
Jadi dari bapak kurang lebih share ya penanganan mungkin dari PHRI nya
terus dari Pemprov mungkin, nah ini sejauh ini apakah sudah ada misalkan
kayak perhatian khusus gitu?
Jadi kalau misalkan saya juga bingung nih, misalkan dengan contoh kayaknya
ditengah pandemi ini kami termasuk sektor pariwisata pajak kan masih sedikit
dikurangin atau ap aitu enggak ada mbak. Tetap saja kami bayar jadi maksudnya
ya regulasi ya regulasi ituloh. Jadi maksud saya agak repot juga, di satu sisi
pemerintah kalau misalkan dia bener memberikan kalau enggak salah kan
penghasilan dibawah 4 milyar itu sudah termasuk dalam kategori UMKM, jadi
hotel hotel dibawah UMKM. Memang sampai kita semenjak pandemi ini kita jauh
dibawah 4 milyar dengan kondisi angka angka seperti ini mbak atau misalkan
harga kamar harian kita rata rata di angka 300 ribu kalau untuk bulanan rate
paling tinggi Rp 6.750.000 dengan kondisi data ini mungkin mbak bisa simulasi nih
perhitungan nya berapa. Jadi kalau menurut saya masih dibawah harusnya dengan
perhotelan masuk dalam kategori UMKM mereka kan pajaknya agak dipotong atau
dikurangin tetapi enggak. Nah stimulus dari pemerintah juga misalkan kami
diberikan kelonggaran khusus pembayaran pajak sebulan sekali atau apa gitu iya
kan, tapi ini enggak.
e. Pengurangan jumlah pekerja dan Pengurangan hari/jam kerja
Terus no 5 pengurangan jumlah pekerja sudah tadi ya. Terus pengurangan jam
kerja memang kami rasakan di awal awal 2020 ya mbak, dikondisi kondisi awal
dari April sampai juni ini kami hanya mampu bertahan seperti ini kondisinya
dengan jam kerja kami kurangin memang dari 10 jam kami kurangin menjadi 8
terus teman teman masuk sehari masuk sehari libur terus kami sudah mengikuti
protokol begitu juga jadi yang eva, kami batasi memang bener bener presslah
alhamdulillah nya di bulan juli ini kita mampu survive lagi nih mbak dengan
kondisi seperti ini, memang di agustus kami pelan pelan turun lagi memang kan
111
kita enggak tahu mbak trennya bagaimana kalau dulu kami bisa membaca tren, oh
habis juni, juli nih ada libur Panjang anak anak sekolah nih jadi kita bikin paket
promo nih kita kerja sama online yuk kita ada tambahan ini loh misalkan Traveloka
dengan agoda lagi ada high month deal untuk holiday school 15% gitu ya mbak
bulan ini, kami ikutan itu mbak. Yang jadi masalah kalau misalkan kalau kami
enggak ikutan kami pasti ditinggal sama temen temen itu nah kalau sekarang kita
enggak tahu nih jadi kita tebak tebak nih mbak bulan depan ramai enggak ya nih,
termasuk pun kemarin bapak nanya “pak raynal bagaimana kondisi bulan depan?”
“kita belum tahu nih pak, PPKM naik lagi, kami mencapai sehari 10-15 kamar saja
itu sudah hebat banget dengan kondisi kamar bulanan kami kondisi sekarang ada
5, karena kami tetap harus penuhin operasional dulu dalam nya juga termasuk gaji
karyawan. Itu yang kami lakukan tapi ditahun 2021 sih jadi sebenarnya trennya
dari beneran merangkak januari februari udah mulai eh ini ada lagi mbak ya, jadi
kita bingung juga di satu sisi regulasi terutama yang kemarin mudik ya imbasnya
baru hari ini sampai di minggu lalu saya tahuku tembus diangka 14 ribu perharinya
wah ini sudah mendekati india gitu kan jadi udah beneran ledakan COVID nya
baru sekarang gitukan, wah kami di sektor usaha bingung lagi ikut apalagi kan
efeknya kalau kami tidak menurunkan bump kita lihatlah temen temen di bali atau
di yogya hotel satu juta coret 200 ribu, 150 ribu, itukan mereka kan sebenarnya
hanya untuk operasional saja, mereka hanya menyalakan listrid dan lampu
minimal sudah terbayarkan termasuk buat misalkan buat amunitisnya mereka
sudah terpenuhi dibanding mereka kosong gitu mbak itu kalau menurut saya dan
yang jadi masalah kami di Jakarta mau enggak mau ikut begitu juga dibanding
kamar kami kosong tidak terjual mending kami ikutan wah ada promo ini ikut,
promo ini diskon ikut.
Apa proyeksi dan strategi untuk survival dengan asumsi Covid-19 masih
berjalan sampai 2022/2023?
No 4 ya mbak agak menarik nih mbak proyeksi dan strategi untuk survival dengan
asumsi Covid-19 masih berjalan sampai 2022/2023. Yang hampir pasti mbak yang
pasti ditengan pandemi ini belum selesai sampai kapan no satu kalau dari kami
sepakat manajemen dan owner efisiensi no satu mbak. Jadi efisiensi itu memang
112
dari penggunaan kita harian gitu mbak ataupun yang paling besar memang
penggunaan listrik gitu mbak terus kemudian dari SDM kalau terus kondisi seperti
ini hampir pasti ada efisiensi karyawan lagi untuk gelombang kedua gitu mbak dan
itu sudah terucap dari owner bahwa Ketika tidak ada peningkatan hunian yang
berimbaskan kita enggak tahu nih mbak walaupun dari email dari ini semua sudah
kami ikutkan temen temen online sudah bener bener jungkir balik lah kalau dulukan
kami sama temen teman online atau temen temen sejenis kami bermitra ya mbak.
Bermitra dalam artian Ketika misalkan Ketika kami memberikan seperti ini mereka
juga ada profit seperti ini. Kalau sekarang mereka info bahwa kami enggak ikutan
misalkan dalam salah satu promo mereka pasti kami ditinggal jadi sudah memang
sudah kayak model jadi sama temen temen online menjadi model kapitalis jadinya
kalau menurut saya loe kalau mau ikut support kalau enggak ya sudah kalau dulu
kami kan mitra ayo donk pak ikutan, yaudah tapi Cuma segini segini ya, jadi margin
kami tetap tinggi dan mereka juga tetap survive kalau misalkan mereka mennguasai
seputar benhil dengan salah satu program kami cumankan yang saya lihat
sekararang kalau kita enggak ikutan mereka wah kita pasti ditinggal. Saya sih
lihatnya ya wajar juga mereka pasti punya great value sendiri ya mbak bahwa
kalau salah satu hotel kami enggak ikut yasudah mereka ke yang lain, kalau dulu
mereka ngelihat dulu mbak mbak wah yang Namanya Traveloka mbak enggak
mungkin ngasih hotelnya kasarnya yang di seputaran benhil enggak memenuhi
fasilitas bintang 3 misalkan mereka enggak ada kolam renang, mereka enggak ada
fitness itukan ada nilai jual buat mereka juga kalau dulu kita sama sama saling
ngelus ngelus gitu mbak ya kalau sekarang jadinya saya kayak yang dibawah dan
mereka tinggal ngucurin saja gitu dengan kedekatan emosional juga tetap saya
approach para market manajer temen pangkalan agency terutama di dua besar itu.
Saya tuh kalau komunikasi sudah hampir pasti 2 hari sekali 2 hari sekali “mbak
ada itu mbak,….. mbak ada itu mbak” karena kalau kita enggak aktif gitu pasti
ditinggal mbak dan efeknya luarbiasa terhadap hunian kami mbak gitu sih mbak
yang sementara saya bisa coba info ya tapi kedepannya emang salah satunya kalau
dari kami memang banyak tamu tamu yang lebih menyukai hunian kami secara
kekeluargaan jadi salah satu strategis kami emang didepankan, pas baru awal
113
mereka pertama kali datang, besok kesini lagi ah, besok kesini lagi ah, bisa gitu
mbak. Oh enak sih disitu bisa begini bisa begini walaupun aturan aturan yang baku
nya pasti enggak kan ya misalkan kita allow pet enggak, pet pasti harga mati ya
mbak tapi misalkan kalau mereka smoking kita masih, tapi dengan tetap protokol
mereka kalau kayak “pak masker pak…” dan kami bilangnya sehari dua hari di
Razia mbak kami takutin aja gitu dari satpol pp, efeknya kan kami yang ditutup
kami yang disegel huniannya walaupun mereka tidak punya wewenang. Tapi kalau
untuk strategi berikutnya dengan kondisi sekarang hampir pasti dulu saya sebagai
manajer di sini pasti saya pasti kunjungan mbak sekarang mereka baca email saja
sudah syukur mereka kita minta kunjungan gitu mereka pasti banyak ngomong
“pak raynal sudah swab belum” walaupun vaksin alhamdulillah saya sudah
manual gitu “pak raynal sudah swab lagi belum hari ini” ini berlaku seminggu ini
berlaku 2 hari gitu gitukan ada buktinya enggak Ketika mereka sudah menjanji oke
untuk ketemuan pas hari H nya dengan alasan mengutip ya mbak, saya pribadi sih
saya penjabat BUMN saya yang punya kuasa atas hal hal yang menentukan
perjalanan perjalanan lah yang menentukan jadi event ini event ini masuknya ke
sini jalurnya kesini mereka pastinya agak ngeri juga mbak walaupun secara
prosedur mbak Ketika mbak ke BUMN kalau tanyakan Marrakech pasti mereka
menanyakan “sudah swab belum?” mau saya mending kita bakukan ini kan
enggak, karena ikatan emosional saja saya percaya insya Allah kalau mbak astrid
itu sehat, mbak astrid juga percaya insya Allah kalau saya sehat kan gitu ya mbak
sementara kalau kita misalkan bikin regulasi wajib yasudah wajib gitu, jadi kita
sama sama enak menjaga diri nya, ini pak vaksin saya. Ini mbak ya mungkin
kedepannya pemerintah bener bener terbuka jadi enggak hanya kami disuruh
approach sementara mereka kucing kucingan juga, mbak departemen mana yang
tidak ada perjalanan dinas, masih ada kok. Cuma maksud saya kalau mereka buka
perjalanan dinas artinya mereka penjabat yang memegang komitmen untuk
membuka perjalanan dinas gitu berhak donk ditemuin siapa pun iya enggak mbak.
Jadi kita bisa approach gitu kan. “pak ini pak kami sudah promo” “oh ya
boleh..nanti ada tamu dari Kalimantan saya taruh disitu ya” paling dekat
kementrian bpk sama naonggalan bakti Menteri kehutanan, memang kalau
114
kebetulan dirjen itu empat tahun disni jadi semua tamu tamu dia “menginap ya di
Marrakech” alhamdulillah kami masih kebagian di awal maret itu 6 hotel “pak slot
saya stop” begitu mbak yang ke empat ya. Memang kami tertolongnya mungkin
karena itu ya. Tapi kalau misalkan ini sampai 2022 2023 dan tidak ada pendekatan
khusus kan, siapa Menteri sebelumnya pak wisnu tama bingung juga regulasi bagus
tapi implikasi di lapangan temen temen pada support enggak gitu. Pak sandi
gebrakannya juga kurang menurut saya, kalaupun dia sudah campaign work from
bali, work from yogya work from ini tapi effortnya mana? Itu juga sih menurut saya
agak ngeri gitu kalau di sektor pariwisata sementara kita ngiri ngelihat di temen
temen lain Australia sudah buka masker, italia buat besok bikin peraturan dipublic
service tidak boleh lagi memakai masker, di amerka konser konser musik sudah
mulai. Mereka sudah vaksin 100% sudah boleh. Gitu kan mbak mau saya, enggak
tahu ya kalau menurut saya beliau memang salah strategi dalam penanganan. Tapi
kalau kami berharap nya karena kami enggak begitu aktif juga di perhotelan jadi
kayaknya di kami sibuk menyelamatkan diri masing masing dan tidak berharap
banyak sama oh ada stimulus pemerintah. Sementara gitu mungkin mbak
Mau menanggapi Pak, jadi kalau tidak salah di Februari lalu dalam diskusi
kita sebelumnya, Bapak sempat bilang bahwa di hotel itu ada sub-
manajemennya, untuk bagian kamar, bagian meeting, dan bagian
restoran/kafe. Artinya, mungkin untuk kamar meski ada penurunan,
mungkin bisa disiasati dengan bagian resto/ café (via online) atau sewa
meeting roomnya. Sementara itu Bapak juga barusan bilang bahwa untuk
strategi saat ini adalah bagaimana kamar itu bisa tetap ada yang terisi,
minimal untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya. Misalkan nanti dengan
adanya kelonggaran untuk membuat acara offline, ini akan dipertimbangkan.
Apakah ada strategi khusus selain meningkatkan di hunian kamarnya?
Kalau di restoran kami ya mbak, bulan April kemarin ada peningkatan, karena ada
beberapa acara buka puasa. Trennya kami dulu membuat acara buka puasa
Bersama, halal bihalal untuk teman-teman yang ada di sekitar sini (benhil), jadi
trennya sih mbak menurut kami ada peningkatan (sebelum juni ) di bulan April dan
Mei , khususnya karena ada 6-7 acara halal bihalal di tempat kami. Terakhir itu
acara 40 orang, sampe 3-4 kali, dengan prokes ya mbak. Namun belakangan ini
115
mereka lebih prefer pesen makan online, jadi yang dulu biasa mampir makan di
sini lebih memilih pesan online.Di tengah pandemi ini sekotor yang masih stabil
kurang yae m-commerce, mereka sangat diuntungkan di situ. Pelan-pelan restoran
kami mulai terisi juga mbak. Tapi sekarang dengan resiko angka COVID-19 yang
naik, kami yang ngeri mbak, kan kita tidak tahu, mereka tidak ada sertifikasi bebas
covid-19 kok. Kecuali paguyuban/organisasi masing-masing ada filter tersendiri
seperti surat bebas covid, dll. Jadi kami sekarang lebih focus ke langgangan kami
yang sudah biasa kami kontak dengan kita juga kenal mereka. Dibanding kami
publish promo, dll. Kita berisiko juga lho, mendatangkan tamu-tamu harian yang
baru yang tidak kita tahu paparan Covid-19 seperti apa, sudah diswab atau belum.
Ketika kami diserang, karyawan kami yang kena. Bagaimanapun, karyawan adalah
asset jangka Panjang menurut kami, jadi minimal kami jaga, asupan vitamin dua
kali sehari, dan sebagainya.
Proyeksi bidang usaha perhotelan pasca Covid-19 (setelah tidak ada Covid-
19), apakah tetap lanjut dengan virtual dan hybrid atau lanjut dengan offline
events dan meeting?
Saya pribadi khawatir apa bener, kita sekarang sudah bisa lepas. Apalagi dilihat
di tren-tren yang sekarang ini. Kalau kami lebih baik ambil pelan-pelan, dibanding
all out di publikasi dan promo. Karena budaya masyarakat kit aitu kan tidak jauh
dari budaya berkumpul, jadi sekalinya dibilang bebas pasti akan kembali ke situ.
Pemerintah sekarang (yang dua periode) masih jauh panggang dari api. Kurang
lebih sih seperti itu. Nanti kalau pemerintah menyatakan sudah bebas COVID-19,
kami pun akan tetap wait and see, pelan-pelan, tidak akan langsung all out. Ngeri
mbak.
Seperti apa antisipasi dan solusi yang dikeluarkan oleh stakeholder usaha
perhotelan, seperti Pemerintah dan Asosiasi/perhimpunan perhotelan terkait
Covid-19 dan pasca pandemi?
Bagusnya Jakarta itu mbak, kita menangnya di event-event. Jadi selama ada
konser, pertandingan olahraga, event-event besar, kita yang di daerah strategis
dan juga teman-teman pelaku hotel di sekitar sini akan diuntungkan. Kalau dari
saya sih mbak, karena kita pelaku usaha hotel budget/bintang 3, semestinya mereka
116
yang di PHRI lebih serius mengayomi temen-temen pelaku usaha kecil seperti kami
ini. Karena kalau hotel bintang 4/5 pun akan diuntungkan kok dengan menjadi
rujukan isolasi, sertifikasi CHSE, dan mereka punya brand. Kalau kita justru yang
fight sendiri, sejauh ini kita yang jemput bola sendiri, mendekati pelaku usaha
booking online, rekan-rekan, dan langganan-langganan kami, kalau tidak ya kami
ketinggalan.
Pewawancara Narasumber
Astrid Nadya Rizqita Rainal Alwani
Top Related