ASTRID NADYA RIZQITA-FEB.pdf

134
i STUDI EKSPLORATIF TENTANG PARIWISATA DI DKI JAKARTA SEBELUM, SAAT COVID-19, DAN PROYEKSI DI MASA MENDATANG (STUDI KASUS BIDANG USAHA PERHOTELAN DI DKI JAKARTA) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh Astrid Nadya Rizqita NIM:11140840000028 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

Transcript of ASTRID NADYA RIZQITA-FEB.pdf

i

STUDI EKSPLORATIF TENTANG PARIWISATA DI DKI JAKARTA

SEBELUM, SAAT COVID-19, DAN PROYEKSI DI MASA MENDATANG

(STUDI KASUS BIDANG USAHA PERHOTELAN DI DKI JAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh

Astrid Nadya Rizqita

NIM:11140840000028

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Astrid Nadya Rizqita

2. Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 17 November 1996

3. Alamat : Komplek Timah Blok G48A

RT 01 RW 06 Pangkalan Jati Baru, Cinere, Depok

4. Telepon : 081213057764

5. E-mail : [email protected]

6. Linkedin : linkedin.com/in/astridnr96/

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Al-Azhar Syifa Budi Jakarta Tahun 2006-2008

2. SMP Negeri 85 Jakarta Tahun 2008-2009

3. IGSC Islamabad Tahun 2009-2013

4. SMA Negeri 97 Jakarta Tahun 2013-2014

III. PENGALAMAN ORGANISASI

2015-2016 : Anggota Keilmuan FEB LDK Syahid

2015-2016 : Anggota LSO HMJ Ekonomi Pembangunan

2017-2018 : Governing Member International Studies

Club

2017 : Generasi Baru Indonesia (GenBI) UIN Jakarta

2017-sekarang : OIC Youth Indonesia

2020-2021 : Al Sharq Youth Indonesia Hub

2021-sekarang : Komite P3MK PP MES

IV. PRESTASI

1. 2015 : Best Student Presentation Award - International

Conference on Thoughts of Schumpeter and Islamic Economics,

FEB UIN Jakarta

vii

2. 2015 : Finalis - National Economic Fair 2015 Malang

State University

3. 2016 : UIN Student Achievement Award Kategori 3

4. 2016 : Juara 1 - Economic Operation National Academic

Paper Competition held by HMJ IE FE Universitas Riau

5. 2016 : Best Position Paper Award – ITB MUN

6. 2016 : Finalis – ECLASHIP EP FEB UIN Jakarta

7. 2018 : Outstanding Diplomat – MOIC Pakistan

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Adik Panitro

2. Ibu : Nurani Dewi

3. Alamat : Komplek Timah Blok G48A RT 01

RW 06 Pangkalan Jati Baru, Cinere, Depok

6. Telepon : (021) 7502123

7. Anak Ke Dari : 1 dari 3 bersaudara

viii

ABSTRACT

The COVID-19 outbreak has a significant impact on the global tourism industry in

2020 and will have an impact in the years to come, if there is no improvement in the

current situation. The losses experienced by travel and tourism business actors have

reached 43%. Hospitality Industry, as part tourism sector, has also been greatly

affected by COVID-19 and is one of the six priorities of Ministry of Tourism and

Creative Economy RI.

This study using exploratory qualitative approach by examining aspects of hotel

industry in the past, present, and projects the future of this industry with case study

on DKI Jakarta. An explorative qualitative approach is used so that the research

can be more flexible and the researcher can continue to evolve along with the

development of research results which can be a reference for further research. The

study shows hoteliers apply a number of strategies in order to survive in the midst

of COVID-19 conditions according to the classification of hotel stars they manage.

It is projected that after COVID-19 ends, hoteliers will apply new standards in

sustainability and public consumption patterns for face-to-face activities will return

to normal.

Keywords: Tourism, Hospitality, Explorative Study, COVID-19

ix

ABSTRAK

Wabah COVID-19 berdampak signifikan terhadap industri pariwisata global pada

tahun 2020 dan akan berdampak di tahun-tahun mendatang, jika tidak ada

perbaikan pada situasi saat ini. Kerugian yang dialami oleh pelaku usaha

perjalanan dan pariwisata mencapai 43%. Bidang Usaha Perhotelan, sebagai

bagian dari sektor pariwisata, juga sangat terpengaruh oleh COVID-19 dan

merupakan salah satu dari enam prioritas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif RI.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif dengan mengkaji

aspek-aspek industri perhotelan di masa lalu, masa kini, dan proyeksi masa depan

industri ini di DKI Jakarta. Pendekatan kualitatif eksploratif digunakan agar

penelitian dapat lebih fleksibel, dapat terus dikembangkan, dan menjadi acuan

untuk penelitian selanjutnya. Studi tersebut menunjukkan para pelaku bisnis

perhotelan menerapkan sejumlah strategi agar tetap bertahan di tengah kondisi

COVID-19 sesuai dengan klasifikasi bintang hotel yang mereka kelola.

Diproyeksikan setelah COVID-19 berakhir, pelaku bisnis perhotelan akan

menerapkan standar baru dalam keberlanjutan dan pola konsumsi masyarakat

untuk aktivitas tatap muka akan kembali normal.

Kata kunci: Pariwisata, Perhotelan, Studi Eksploratif, COVID-19

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hiraabil „alamin

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia diberikan

sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Eksploratif

tentang Pariwisata di DKI Jakarta Sebelum, Saat COVID-19, dan Proyeksi di Masa

Mendatang (Studi Kasus Bidang Usaha Perhotelan di DKI Jakarta)”. Shalawat serta

salam yang selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah

membimbing umatnya dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan program

sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terselesaikanya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan,

bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling

penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Adik Panitro dan Ibu Nurani Dewi

yang terus memberikan bantuan baik dari sisi finansial maupun dukungan

batin berupa doa, semangat, dorongan, dan motivasi.

2. Kedua adik saya Mas Alif dan Althaf yang selalu memberikan semangat dan

motivasi agar semakin bisa menjadi contoh yang baik buat mereka.

3. Bapak Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing saya yang

dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk dapat

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu

melimpahkan kesehatan dan umur panjang kepada bapak agar dapat selalu

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi banyak mahasiswa lainnya.

4. Bapak Dr. Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Ibu Dr. Fitri Amalia, M.Si.

selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pem bagunan.

Terimakasih banyak atas waktu, saran dan semangat yang di berikan.

5. Prof. Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga mahasiswa FEB semakin

diberikan dukung penuh untuk dapat mengikuti perlombaan yang

berhubungan dengan akademik atau penelitian ilmiah.

6. Seluruh Dosen Ekonomi Pembangunan, terima kasih banyak atas ilmu yang

diberikan selama penulis menjalankan perkuliahan di FEB UIN Jakarta.

7. Sahabat saya di Ekonomi Pembangunan yaitu Taufiq Achma, Maulana

Yusup, Naufal, Effa Safirah, Zaki, yang telah memberikan semangat selama

ini.

8. Kepada sahabat saya di International Studies Club, UKM Bahasa FLAT,

MOIC Students Club UIN Jakarta, MOIC Indonesia National Team yaitu

Ruru, Dhyas, Ilham, Ellena, Damar, Faisal, Ellen, dan Ikmal.

xi

9. Teman-teman KKN Pandawa yang tidak bisa saya sebut satu per satu.

10. Kepada senior saya di Marrakesh Inn, Bang Rizal Fatwa, Pak Rainal dan

jajaran yang telah memperkenakan saya untuk melengkapi keperluan

penelitian saya perihal bidang usaha perhotelan.

Akhir kata, penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penelitian ini

namun diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya selain itu kritik dan

saran sangat diperlukan agar penelitian ini dapat menjadi lebih baik.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Jakarta, 24 Juni 2021

Astrid Nadya Rizqita

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF .................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

SKRIPSI………………………………….iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........ Error! Bookmark not

defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...........................................Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ........................................................................................................................vi

ABSTRAK ......................................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian .................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

BAB II .............................................................................................................................. 10

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 10

A. Deskripsi Teori .................................................................................................... 10

1. Pariwisata di Indonesia ........................................................................ 10

a. Pengertian Sektor Tersier (Service Industry) ..................................... 10

b. Karakteristik Sektor Tersier (Service Industry) ...................................... 10

c. Sektor Pariwisata sebagai Sektor Tersier .......................................... 12

d. Value Chain Pariwisata ........................................................................ 14

e. Sumber Daya Wisata dan Dampak Pariwisata Terhadap

Perekonomian............................................................................................... 15

2. Dampak Negatif COVID-19 pada Permintaan Agregat dan

Penawaran Agregat Sektor Pariwisata ...................................................... 16

3. Usaha Akomodasi dan Perhotelan ...................................................... 18

xiii

4. COVID-19 terhadap Industri Perhotelan dan Pariwisata ............... 18

B. Literature Review ............................................................................................... 20

C. Kerangka Berpikir .............................................................................................. 28

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 31

BAB III ............................................................................................................................. 32

METODE PENELITIAN ............................................................................................... 32

A. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................. 32

B. Pendekatan Penelitian .................................................................................... 33

C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 33

D. Jenis Data ............................................................................................................... 34

E. Metode Analisis Data ............................................................................................ 36

BAB IV ............................................................................................................................. 38

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 38

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................. 38

1. COVID-19 dan Penurunan Jumlah Pariwisata dan Turis ............... 38

2. Kontribusi Pariwisata dan Usaha Akomodasi DKI Jakarta terhadap

PDRB DKI Jakarta ....................................... Error! Bookmark not defined.

a. Pariwisata DKI Jakarta ........................ Error! Bookmark not defined.

b. PDRB dari Usaha Akomodasi dan Makan Minum . Error! Bookmark

not defined.

c. Laju PDRB dari Usaha Akomodasi dan Makan Minum .......... Error!

Bookmark not defined.

B. Temuan Penelitian .............................................................................................. 43

1. Jumlah Usaha Akomodasi dan Kamar di DKI Jakarta ................... 44

2. Kinerja Hotel Bintang di DKI Jakarta ............................................... 48

C. Pembahasan ......................................................................................................... 62

1. Langkah Strategis Pelaku Usaha Perhotelan di Indonesia dan DKI

Jakarta .......................................................................................................... 62

a. Hotel Dijadikan Tempat Isolasi/Karantina/Repatriasi COVID-19 . 63

b. Kuliner Hotel ........................................................................................ 66

c. Menjual Meeting Room/Open Space ................................................... 67

d. CHSE Certification ............................................................................... 68

e. Suntikan dari Pemerintah ................................................................... 71

xiv

f. Pengurangan Jumlah Pekerja dan Perubahan Jam Kerja .............. 72

g. Mengoptimalkan Online Travel Website ............................................. 72

h. Mempertahankan Konsumen Loyal ................................................... 73

2. Proyeksi Pariwisata 2022 – 2025 dan Pasca COVID-19 ................... 74

3. Kebijakan Pemerintah ......................................................................... 75

BAB V .............................................................................................................................. 80

PENUTUP ........................................................................................................................ 80

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 80

B. Saran .................................................................................................................... 82

1. Saran Praktis ........................................................................................ 82

2. Saran Teoritis ....................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 84

LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................................... 95

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1………………………………………………………………………...4

Tabel 1.2……………………………………………………………….………..6

Tabel 4.1……………………………………………………………….………47

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1……………………………………………………………………...2

Gambar 1.2……………………………………………………………….……..3

Gambar 4.1……………………………………………………………...……...46

Gambar 4.2……………………………………………………………………..47

Gambar 4.3……………………………………………………………………..54

Gambar 4.4………………………………………………………………..……55

Gambar 4.5……………………………………………………………………..56

Gambar 4.6……………………………………………………………………..57

Gambar 4.7……………………………………………………………………..58

Gambar 4.8……………………………………………………………………..60

Gambar 4.9……………………………………………………………………..61

Gambar 4.10……………………………………………………………………63

Gambar 4.11……………………………………………………………………64

Gambar 4.12…………………………………………………………………... 65

Gambar 4.13……………………………………………………………………66

Gambar 4.14……………………………………………………………………67

Gambar 4.15……………………………………………………………………68

Gambar 4.16……………………………………………………………………68

Gambar 4.17……………………………………………………………………69

Gambar 4.18……………………………………………………………………81

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Hotel Untuk Repatriasi di DKI Jakarta……………..104

Lampiran 2: Surat Keterangan Wawancara ………………………………108

Lampiran 3: Transkrip Wawancara………………………………………..109

Lampiran 4: Foto Dokumentasi………….………...………………………..125

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pariwisata adalah produk dunia yang menunjukkan betapa sebenarnya

saling berhubungan dan bergantung satu sama lain di semua negara. Sektor ini

terus berkembang dari waktu ke waktu, meskipun mengalami guncangan dari

waktu ke waktu, yang menunjukkan kekuatan dan ketahanan sektor ini. berikut

ini beberapa fakta yang penting mengenai pariwisata secara Global terutama

pada tahun 2018 - 2019 (Zuckerman, 2020). Indonesia memiliki ekosistem yang

beragam dan kaya yang memposisikan negara sebagai destinasi menarik bagi

wisatawan. Upaya pemerintah untuk mendiversifikasi perekonomian terhadap

manufaktur telah terbukti sulit. Pada tahun 2014 Presiden baru memutuskan

untuk menggunakan pariwisata sebagai pilar baru strategi ekonomi untuk

mencapai pertumbuhan. Penggunaan Wonderful Indonesia dan Pesona

Indonesia sebagai country branding telah diluncurkan tanggal 23 Desember

2014 bersamaan dengan peluncuran e-tourism berdasarkan Keputusan Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor KM.77/UM.001/MPEK/2013 tentang

Logo Wonderful Indonesia (Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian

Pariwisata, 2016).

Sebagai hasil dari branding terserbut, terbukti dari peringkat pertama yang

didapatkan Indonesia sebagai negara favorit yang dikunjungi mengalahkan

Thailand, Portugal dan Sri Lanka. Dari segi jumlah wisatawan, sudah terdapat

2

9,4 juta wisatawan mancanegara yang berlibur ke Indonesia pada tahun 2019.

Hasil ini juga menunjukkan bahwa Indonesia mengalami pertumbuhan

pariwisata tercepat (Liputan 6, 2019).

Sektor pariwisata mencakup banyak bidang usaha diantaranya hotel,

restoran, pertanian pangan dan transportasi dan juga mempengaruhi

pembangunan tata ruang dan and lingkungan hidup. Sektor ini juga melibatkan

beberapa tingkat administrasi pemerintahan baik di nasional, provinsi,

kabupaten dan kota.

Gambar 1.1

Value Chain Pariwisata

Sumber: Duke University CGCC, 2011

Usaha bidang pariwisata mencakup keseluruhan aktivitas terkait dengan

pariwisata yang bersifat multisektor, multidimensi, dan multidisiplin. Dalam

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,

dan Pemerintah Daerah. Sedangkan Usaha Pariwisata adalah usaha yang

menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan

3

penyelenggaraan pariwisata. Menurut pasal 14 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2009,

usaha pariwisata meliputi antara lain: 1) Daya Tarik Wisata, 2) Kawasan

Pariwisata, 3) Jasa Transportasi Pariwisata, 4) Jasa Perjalanan Pariwisata, 5) Jasa

Makanan dan Minuman, 6) Penyediaan Akomodasi, 7) Penyelenggaraan

Kegiatan Hiburan dan Rekreasi, 8) Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan

Insentif, Konferensi, dan Pameran, 9) Jasa Informasi Pariwisata, 10) Jasa

Konsultan Pariwisata, 11) Jasa Pramuwisata, 12) Wisata Tirta, dan 13) Spa

(Kementerian Pariwisata, 2015).

Gambar 1.2

Jumlah Kedatangan untuk Tujuan Liburan, Liburan, Dan Rekreasi

Di Indonesia dari Tahun 2010 Hingga 2019 (Dalam Jutaan)

Sumber: Statista, 2021 (Diolah)

Sebelum COVID-19, berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa

telah terjadi kenaikan jumlah wisatawan asing yang tiba di Indonesia untuk

keperluan rekreasi/liburan sejak tahun 2014 yang berada di angka 5,45 hingga

mencapai 10,63 pada tahun 2019.

4,15 4,6 4,74 4,97 5,456,18

6,74

9,2610,43 10,63

0

2

4

6

8

10

12

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Nu

mb

er

of

inb

ou

nd

arr

iva

ls in

mill

ion

s

4

Jakarta sebagai ibukota negara, pusat pemerintahan, pusat perekonomian

Indonesia merupakan salah satu destinasi yang lazim dikunjungi oleh wisatawan

baik domestik maupun mancanegara. Namun potensi pariwisata DKI belum

sepenuhnya optimal. Potensi di bidang pariwisata, misalnya, terlihat dari

pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan ke Jakarta berada di peringkat ke-5

di Asia yang mencapai 18,2 persen, di bawah Abu Dhabi yang mencapai 18,9

persen. Merujuk data Global Destination City Index 2017. Jakarta bahkan tidak

termasuk dalam 20 besar dunia, posisi pertama saat ini ditempati oleh Bangkok

(Bisnis.com, 2018).

Tabel 1.1

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan

Usaha (Juta Rupiah)

Tahun Penyediaan akomodasi dan

makan minum

PDRB

2015 72599616,05 1454563847,38

2016 76873466,42 1539916881,03

2017 81389913,46 1635359147,34

2018 85359503,54 1735208291,06

2019 91315637,99 1836198485,83

2020 76510578,43 1792794592,02

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa PDRB atas dasar harga

konstan di industri penyediaan akomodasi dan makan minum / accommodation

and food & beverage mengalami peningkatan pada tahun 2015 sampai tahun

2017 (Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021). Hal ini menandakan bahwa

pada periode tersebut terjadi peningkatan minat dan konsumsi masyarakat untuk

5

jasa akomodasi dan makan dan minuman. Proporsi industri akomodasi dan

makan minuman terhadap PDRB pada tahun 2015 dan 2016 sebesar 4.99 persen

dan cenderung di proporsi yang sama sampai 2019 sebesar 4.97%, sebelum

mengalami penurunan pada tahun 2020, di mana proporsi terhadap PDRB

sebesar 4,27 persen dan dibanding tahun 2019 mengalami penurunan sebesar

19,4 persen.

Penelitian ini mencoba untuk memberikan gambaran mengenai dampak

Covid-19 terhadap bidang usaha perhotelan di sector pariwisata DKI Jakarta

dengan menggunakan studi literatur pada buku yang membahas tentang tourism

economics, jurnal, serta penelitian terdahulu, selain itu dilakukan wawancara

kepada bidang usaha perhotelan terkait guna menunjang penelitian tersebut.

Penelitian ini juga ingin melihat bagaimana kebijakan paran stakeholder bidang

usaha perhotelan dalam menganggapi situasi COVID-19 dan strategi survival

bidang usaha tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik

untuk meneliti mengenai Perkembangan Usaha Perhotelan di DKI Jakarta

dalam situasi COVID-19 dengan judul, “Studi Eksploratif tentang Pariwisata

di DKI Jakarta Sebelum, Saat COVID-19, dan Proyeksi di Masa Mendatang

(Studi Kasus Bidang Usaha Perhotelan di DKI Jakarta)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, COVID-19

menjadi suatu ancaman bagi iklim bisnis sektor Pariwisata di Indonesia

terutama bidang perhotelan tanpa disertai dengan prospek perbaikan dan

6

peningkatan sektor pariwisata baik selama COVID-19 ataupun pasca-COVID-

19.

Dengan maraknya wabah COVID-19 berdampak buruk terhadap

perekonomian dunia terutama sektor pariwisata. Indonesia termasuk negara

yang tidak terhindar dari dampak COVID-19 tersebut dan termasuk Provinsi

DKI Jakarta satu provinsi di Indonesia yang penanganan Covid-19 sangat

disorot oleh nasional. Berbagai regulasi stay at home pemerintah yaitu

PSBB/PPKM, dimana melarang adanya kerumunan, tidak ada penerbangan

sehingga membatasi gerak domestik maupun internasional, telah menghasilkan

penurunan PDRB dari pariwisata dan juga bidang usaha akomodasi (perhotelan)

dan usaha terkait lainnya.

Tabel 1.2

Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010

menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Tahun Penyediaan akomodasi dan

makan minum

PDRB

2015 5,45 5,91

2016 5,89 5,87

2017 5,88 6,20

2018 4,88 6,11

2019 6,98 5,82

2020 -16,21 -2,36

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan PDRB untuk

industri akomodasi makan dan minum mengalami peningkatan pada tahun

2015 sampai tahun 2016 dari 5,45 juta rupiah ke 5,89 juta rupiah, mengalami

penurunan ke 5,88 juta rupiah hingga menurun pada tahun 2018 dan naik

7

kembali pada tahun 2019 ke angka 6,98 juta rupiah, hingga menurun drastic

pada tahun 2020 di angka minus 16,21 juta rupiah (Badan Pusat Statistik

Provinsi DKI Jakarta, 2021). Hal ini menandakan bahwa dari laju pertumbuhan

PDRB, industri akomodasi dan makan minum belum termasuk ke dalam

industri yang stabil karena sebelum masa pandemi pun fluktuatif.

Untuk menanggulangi dampak Covid-19, pada bulan Juni tahun 2020

Kemenparekraf telah menentukan enam bidang usaha pariwisata dan ekonomi

kreatif yang akan diprioritaskan untuk dilakukan simulasi dan uji coba.

Keenam bidang usaha pariwisata dan ekonomi kreatif tersebut adalah

penyediaan akomodasi, jasa makanan dan minuman, daya tarik wisata, dan jasa

perjalanan wisata.

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka diperoleh pertanyaan

penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana dampak COVID-19 bagi Pariwisata dan Perhotelan?

2. Bagaimana strategi pelaku usaha perhotelan dalam mengatasi penurunan

pendapatan mereka?

3. Seperti apa proyeksi bisnis perhotelan setelah COVID-19 berakhir (dalam

masa 1-3 tahun) setelah COVID-19 berakhir)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

• Diketahui dampak penurunan pariwisata terhadap usaha perhotelan

sejak COVID-19.

8

• Terumuskan langkah-langkah stakeholder bidang usaha perhotelan

sektor pariwisata untuk mengantisipasi COVID-19.

• Didapatkan proyeksi bisnis perhotelan setelah COVID-19 berakhir.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada:

• Pengambil Kebijakan

Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu

memberikan informasi mengenai bagaimana mengantisipasi dan

menghadapi situasi pandemi sehingga kedepannya para pengambil

kebijakan mampu menentukan kebijakan apa yang tepat untuk dapat

mendukung serta meningkatkan daya tahan para pelaku usaha pariwisata

khususnya perhotelan di DKI Jakarta secara spesifik dan Indonesia

secara keseluruhan.

• Ilmu Pengetahuan

Secara umum diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah

ilmu ekonomi khususnya dalam bidang ekonomi pembangunan. Manfaat

khusus bagi ilmu pengetahuan yakni dapat mengetahui dampak dan langkah

untuk mengantisipasi agar bidang usaha perhotelan dapat tetap bertahan dan

memproyeksikan kondisi 2-3 tahun mendatang pasca pandemi serta sebagai

bahan acuan bagi penelitian-penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

• Pelaku Usaha Perhotelan dan Pariwisata di Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar

khususnya bagi pelaku usaha perhotelan dan parwisata di Indonesia,

9

sehingga mereka dapat lebih waspada akan segala kemungkinan yang dapat

terjadi di masa depan serta dapat menjadi acuan terkait bagaimana proyeksi

usaha nya di masa mendatang.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pariwisata di Indonesia

a. Pengertian Sektor Tersier (Service Industry)

Meskipun ada banyak definisi tentang sector tersier, semuanya

merunjuk pada satu hal, yaitu adalah, jasa adalah kegiatan ekonomi

yang menyediakan waktu, tempat dan bentuk kegunaan (bahwa

penerima memperoleh kepuasan dari menggunakannya) dan di saat

yang bersamaan juga membawa atau menghasilkan perubahan.

(Zeithaml, 1996)

Sektor tersier didefinisikan oleh Zeithaml sebagai aktivitas atau

manfaat apa pun yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada lain

yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikan apa pun; yang mana produksi dapat atau tidak terkait

dengan produk fisik.

b. Karakteristik Sektor Tersier (Service Industry)

Sejumlah karakteristik dapat diidentifikasi untuk membedakan

antara barang dan jasa. Antara fitur-fitur tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Tidak Berwujud (Intangibility)

Jasa pada dasarnya tidak berwujud dan seringkali tidak mungkin

untuk mengecap, merasakan, melihat, mendengar atau mencium jasa

11

sebelum dibeli (Zeithaml, 1996) Pembelian sebuah jasa untuk kedua

atau ketiga kalinya pada umumnya mengandalkan pengalaman

sebelumnya. Dalam hal ini pelanggan atau klien dapat diberikan

sesuatu yang nyata untuk merepresentasikan jasa tersebut, tetapi

pada akhirnya pembelian layanan adalah pembelian sesuatu yang

tidak berwujud.

2) Bersifat sementara (Perishability)

Layanan mudah rusak dan tidak dapat disimpan.Kursi cadangan

pada paket wisata, objek wisata yang belum dikunjungi atau kamar

hotel yang kosong mewakili kapasitas yang hilang selamanya.

Selain itu, beberapa layanan memiliki permintaan yang sangat

berfluktuasi (untuk misalnya, liburan) Dalam kasus seperti itu,

keputusan penting harus diambil untuk mengatasinya dengan

lonjakan permintaan sebelum tingkat layanan menurun. Perhatian

juga harus diberikan pada saat tingkat penggunaan rendah apakah

kapasitas cadangan akan menganggur atau apakah kebijakan jangka

pendek dapat diadopsi untuk meningkatkan fluktuasi permintaan

3) Heterogenitas

Sulit untuk mencapai standarisasi output dalam layanan.

Produsen jasa mungkin mencoba untuk memastikan standar

kesesuaian, tetapi pada akhirnya sulit untuk memastikan tingkat

output yang sama dalam hal kualitas. Dari sudut pandang pelanggan

12

juga sulit untuk menilai kualitas layanan terlebih dahulu sebelum

membeli jasa.

4) Kepemilikan

Perbedaan mendasar antara industri jasa adalah tidak adanya

kepemilikan tetap, karena konsumen hanya dapat memiliki akses ke

atau penggunaan suatu fasilitas (misalnya, mengunjungi resort,

menempati kamar hotel). Pembayaran hanya untuk penggunaan,

akses ke, atau penyewaan barang. Sementara dengan barang

berwujud, pembeli setelah membayarnya, memperoleh kepemilikan

barang tersebut.

c. Sektor Pariwisata sebagai Sektor Tersier

Untuk menempatkan pengembangan industri pariwisata dalam

perspektif tiga sektor tradisional model pembangunan yang

menyajikan teori tentang proses pembangunan secara bertahap.

Dalam fase awal kegiatan primer (pertanian dan pertambangan)

mendominasi perekonomian dalam hal pembagian output dan

lapangan kerja, diikuti oleh kegiatan yang semakin penting.

Selanjutnya, peran sektor sekunder (industri). Akhirnya, tersier

(layanan) kegiatan (termasuk industri pariwisata) harus menjadi

sektor terbesar di ekonomi (Ochel dan Wegner, 1987).

Penjelasan tentang pergeseran pekerjaan ke sektor tersier dapat

dilakukan dengan menggabungkan dua elemen: relatif peningkatan

permintaan akan layanan dengan meningkatnya pendapatan per

13

kapita rumah tangga pribadi (Hukum Engel), dan kemudian

berdasarkan tren produktivitas jasa yang mengalami kenaikan lebih

lambat dari sektor lainnya (kesenjangan produktivitas).

Seperti industri lainnya dalam perekonomian, industri pariwisata

dapat dilihat secara ekonomi dari output (layanan) yang

diberikannya dan dari input yang dibutuhkan untuk melakukan

produksi produk atau jasa wisata. Sebelum negara atau wilayah

mana pun di dalam suatu negara dapat menarik wisatawan dalam

skala besar, input penting tertentu (fasilitas dan layanan) harus ada

dan disediakan bagi wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka

dari waktu kedatangan mereka keberangkatan mereka Organisasi

atau bisnis yang menyediakan fasilitas menjadi pelaku industri

pariwisata.

Beberapa bidang usaha yang tergabung dalam industri

pariwisata adalah sebagai berikut:

1) Layanan perjalanan dan transportasi

Untuk keluar dari negara mereka dan pergi jauh dari rumah asal,

maka transportasi dibutuhkan untuk membantu mobilisasi

2) Layanan katering dan akomodasi

Turis yang jauh dari rumah mereka membutuhkan tempat tinggal

3) Rekreasi dan Fasilitas Bisnis

14

Bisnis dan organisasi yang menyediakan waktu luang,

rekreasi, dan fasilitas bisnis (misalnya, layanan pos dan layanan

keuangan) merupakan cabang industri pariwisata yang ketiga.

4) Layanan pemasaran dan promosi

Howell (1983) mendefinisikan pariwisata sebagai industri dan

respon terhadap kebutuhan sosial karena produknya mencakup

semua unsur yang berpadu membentuk (pengalaman dan

keberadaan konsumen pariwisata untuk melayani kebutuhan mereka

dan harapan. Di sisi lain, (Rogers & Slinn, 1993) mendefinisikan

pariwisata sebagai menunjukkan perpindahan orang dalam jangka

pendek sementara ke tempat tujuan di luar tempat di mana mereka

biasanya tinggal dan bekerja.

d. Value Chain Pariwisata

Ashley dan Mitchell (2008) menjelaskan bahwa value chain

pariwisata berbeda dari value chain untuk komoditas pertanian atau

manufaktur karena sifat produk pariwisata. Hal ini disebabkan

karena pariwisata adalah serangkaian layanan pelengkap yang

kompleks, yang meliputi transportasi, akomodasi, makanan, warisan

budaya, hiburan serta belanja, layanan tidak dapat disimpan untuk

titik waktu selanjutnya. Artinya, layanan diproduksi dan dikonsumsi

secara bersamaan dan kegiatan ini berlangsung di suatu lokasi yang

disebut sebagai destinasi wisata. Ini menunjukkan bahwa

bertentangan dengan industri lain atau perdagangan internasional di

15

mana konsumen, dalam hal ini turis, langsung bergerak ke produk

/layanan pariwisata (Ashley & Mitchell, 2008).

e. Sumber Daya Wisata dan Dampak Pariwisata Terhadap

Perekonomian

Sumber daya wisata primer adalah yang ada, atau awalnya ada,

untuk tujuan non-turis, yang awalnya diciptakan untuk tujuan lain,

contohnya termasuk lanskap alam (misalnya pegunungan, hutan

hujan, terumbu karang), bangunan keagamaan (seperti masjid dan

kuil), dan situs pertahanan (kastil, dinding kota). Sumber daya

wisata sekunder adalah yang sengaja dibangun untuk memenuhi

kebutuhan wisatawan. Contohnya hotel, restoran, dan taman hiburan

(Burdett, 2017).

Direct Effect atau Efek langsung adalah pendapatan yang

diterima langsung dari wisatawan oleh pelaku usaha atau penyedia

jasa. Efek langsung adalah perubahan langsung yang terjadi dalam

perekonomian sebagai akibat dari pengeluaran wisatawan (Stynes,

1997). Efek langsung yang positif biasanya terdiri dari akomodasi,

transportasi, biaya masuk atraksi dan pengeluaran lain yang dibuat

oleh wisatawan (Fleming & Toepper, 1990). Namun seperti yang

diungkapkan oleh Fleming dan Toepper (1990) efek langsung yang

negatif adalah pengeluaran yang datang sebagai akibat dari memiliki

wisatawan di daerah setempat misalnya pemeliharaan tempat wisata

16

dan akomodasi, biaya promosi dan pengembangan transportasi yang

efisien.

Secondary Effects atau efek tidak langsung adalah uang yang

digunakan untuk membayar pembuatan dan pengiriman

layanan/produk tersebut. Efek tidak langsung adalah yang

diakibatkan oleh pengeluaran oleh industri terkait pariwisata seperti

upah dan pembelian barang dan jasa dari pemasok. (Fleming &

Toepper, 1990). Misalnya seluruh rantai pasokan dalam industri

linen, (penjualan, pekerjaan, dan pendapatan) dapat terpengaruh

karena efek tidak langsung yang terkait di hotel dalam industri

pariwisata (Stynes, 1997).

2. Dampak Negatif COVID-19 pada Permintaan Agregat dan

Penawaran Agregat Sektor Pariwisata

Krisis COVID-19, seperti krisis 2008, menyebabkan penurunan

permintaan yang substansial: pelanggan tidak melakukan konsumsi,

tamu tidak memesan kamar, dan pelancong tidak melakukan perjalanan.

(Bekaert, Geert, Engstrom, & Ermolov, 2020). Hal ini serupa dengan

Great Depression yang dikemukakan oleh seorang ekonom terkenal,

Keynes. Teori Keynesian mempengaruhi pemikiran ekonomi sampai-

sampai saat ini merupakan bab pertama yang diajarkan dalam kursus

ekonomi makro. Merujuk pada teorinya, kita dapat mengatakan bahwa

Keynes berpendapat bahwa permintaanlah yang menghasilkan

17

penawaran, setidaknya dalam jangka pendek, dan jangka pendek adalah

yang terpenting.

Kini, yang memperburuk keadaan, krisis COVID-19 memengaruhi

permintaan dan penawaran pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu,

hasilnya sangat tidak terduga, terutama dalam hal tingkat harga di masa

depan. Secara teoritis, penurunan permintaan menyebabkan penurunan

harga, tetapi penurunan penawaran menyebabkan kenaikan harga. Jadi,

kita tidak tahu apakah akan terjadi inflasi, deflasi atau apakah harga

akan tetap stabil. Hal ini membuat perbedaan antara jangka pendek dan

jangka panjang menjadi lebih sulit. Akhirnya, data tidak tersedia.

Peristiwa serupa terakhir adalah flu Spanyol yang berlangsung selama

2 tahun dari 1918 ke tahun 1920.

Kondisi saat ini banyak sekali ketidakpastian, namun hal yang kita

ketahui adalah bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) turun,

menyebabkan penurunan yang setara dalam pendapatan nasional. Agar

dapat menakar tentang dampak dari COVID-19 terhadap keseluruhan

ekonomi, ada beberapa variabel yang saling berkaitan, terlebih dalam

sektor yang . Namun demikian, jika kita fokus pada satu industri (ceteris

paribus), dalam melihat dampak dan strategi selama pandemi, beberapa

hal dapat disimpulkan.

18

3. Usaha Akomodasi dan Perhotelan

a. Usaha Akomodasi

Usaha akomodasi ialah suatu usaha yang menggunakan suatu

bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus

untuk usaha akomodasi dan setiap orang dapat menginap, makan

serta memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya

dengan pembayaran.

b. Hotel Berbintang

Usaha Hotel Berbintang ialah usaha yang menggunakan

bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus

dan setiap orang dapat menginap makan serta memperoleh

pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran dan telah

memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang telah

diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata/Dinas Pariwisata

(BPS DKI Jakarta, 2020). Ciri khusus dari hotel berbintang adalah

mempunyai restoran yang berada di bawah manajemen hotel

tersebut.

4. COVID-19 terhadap Industri Perhotelan dan Pariwisata

Untuk dapat mengetahui yang perlu diantisipasi para pelaku

ekonomi di industri perhotelan dan pariwisata untuk beberapa

bulan/tahun mendatang terkait permintaan di industri pariwisata dan

perhotelan, dapat dibantu oleh teori ekonomi untuk setidaknya memberi

19

beberapa petunjuk (Lopez & Bianchi, 2021). Yang pertama adalah

elastisitas pendapatan, yaitu dampak pada kuantitas yang diminta karena

perubahan pendapatan. Pada dasarnya, baik konsumen menuntut lebih

banyak jika pendapatan mereka meningkat (barang/jasa normal), atau

mereka menuntut lebih sedikit dengan kenaikan pendapatan mereka

(barang/jasa inferior). Untuk menentukan apakah barang dan jasa di

industri perhotelan dan pariwisata adalah barang/jasa normal atau

inferior, adalah sesuatu yang tak menentu, tergantung jenis usahanya.

Barang/jasa inferior pada dasarnya dicirikan oleh fakta bahwa ada

beberapa jenis pengganti dengan kualitas yang lebih baik. Oleh karena

itu, jika pendapatan nasional meningkat, konsumsi barang/jasa tersebut

akan menurun.

Dalam industri perhotelan dan pariwisata, ada dua jenis barang dan

jasa. Misalnya, hotel biasanya diberi peringkat dengan bintang yang

mencerminkan, antara lain, standar hotel. Tidak mengherankan, rata-

rata harga kamar di hotel bintang 4 atau 5 lebih tinggi daripada di hotel

bintang 1 atau 2. Seperti dibahas sebelumnya, krisis COVID-19 telah

menyebabkan penurunan PDB dan, oleh karena itu, pendapatan nasional

juga akan menurun (yang mungkin akan bertahan lebih lama dari hanya

beberapa bulan, dan akan lebih dalam dari penurunan saat ini,

mengingat potensi efek pengganda sebagai diperkenalkan Keynes. jika

kita mengikuti teori ekonomi, yang mungkin kita amati adalah

penurunan permintaan untuk hotel bintang 4 atau 5 tetapi peningkatan

20

untuk hotel bintang 1, 2 atau bahkan 3 serta liburan berkemah, sering

dianggap sebagai produk inferior oleh konsumen.

B. Literature Review

RINGKASAN PENELITIAN SEBELUMNYA

NO NAMA

PENELITI JUDUL TAHUN HASIL PENELITIAN

1 S.K.S.

Yadava,

Mohd.

Mohsin

Qureshi

Impacts of

Covid-19 on

Indian

Travel &

Tourism

Industry

2020 India adalah tujuan wisata yang

beragam. Hanya India yang

merupakan negara di mana

wisatawan dapat menikmati semua

jenis pariwisata bersama, yaitu

wisata satwa liar, wisata

petualangan, wisata heritage,

wisata budaya, wisata religi,

ekowisata, dan wisata kesehatan.

Industri perjalanan dan pariwisata

India telah menjadi penyumbang

signifikan bagi PDB negara itu dan

menghasilkan banyak lapangan

kerja. Industri pariwisata India

terkenal karena ekonomi tanah dan

pertumbuhannya yang cepat.

Penguncian mengganggu

kehidupan miliaran dan

menciptakan skenario keruntuhan

ekonomi. Dalam periode setengah

tahun, perusahaan hanya

memperoleh pendapatan 24,80%

dibandingkan dengan setengah

tahun sebelumnya.

2 Munaza

Kazmi,

Syed Ali

Haider

Shah dan

Faisal

Qayyum

Khan

Impact of

COVID-19

on Tourism

&

Hospitality

of Pakistan

2020 industri perhotelan dan pariwisata

adalah korban utama dari krisis

tersebut. Karena penyebaran virus

yang tidak dapat dihentikan baru-

baru ini telah terhenti, begitu pula

hotel-hotel, yang tidak hanya

berdampak pada tingkat makro

tetapi juga pada tingkat mikro,

karena banyak pangan keluarga

bergantung pada pendapatan. dari

hotel dan pariwisata. Selain itu,

Pakistan sebagai negara

berkembang yang ekonominya

21

sangat bergantung pada pertanian,

manufaktur dan industri jasa, dapat

disadari bagaimana langkah-

langkah penutupan, karantina

berkepanjangan dan gangguan

dalam transportasi dan pasokan

tumbang dengan pembatasan

perjalanan telah berdampak pada

industri secara keseluruhan.

3 Dr. Emon

Kalyan

Chowdhury

Catastrophic

Impact of

Covid-19 on

Tourism

Sector in

Bangladesh:

An Event

Study

Approach

2020 Studi ini mengkaji dampak Covid-

19 pada sektor pariwisata di

Bangladesh dengan menerapkan

metode studi kejadian.

Peningkatan CAR negatif dan

signifikan mendalilkan kinerja

terburuk sektor ini selama periode

Pandemi. Menjadi negara yang

diberkati alam, Bangladesh perlu

mengembangkan kerangka kerja

kebijakan yang sesuai dengan

koordinasi yang kuat di antara

departemen terkait di tingkat

pemerintah dan bisnis. Inisiatif

pembangunan infrastruktur yang

terencana dan terkendali,

kampanye promosi besar-besaran

dengan fokus khusus pada

pariwisata domestik,

pengembangan rencana ekowisata

untuk kawasan yang diperkaya

secara alami seperti Chattogram

dan Sylhet, lingkungan ramah turis

yang melibatkan masyarakat lokal

memastikan keselamatan dan

keamanan tidak hanya akan

menjadikan pariwisata sebagai

sumber penghasil pendapatan

penting bagi pemerintah,

22

NO NAMA

PENELITI JUDUL TAHUN HASIL PENELITIAN

4 Dolma

Tsering

Covid-19 and its

Impact on the

Tourism Industry

of the Tibet

Autonomous

Region

2020 Industri pariwisata di

Tibeten merupakan pusat

peluang kerja, terutama yang

bergerak di sektor swasta

perkotaan. Selain itu,

industri pariwisata muncul

sebagai sumber pekerjaan

penting bagi orang-orang

Tibet yang telah dipaksa

untuk bermukim kembali

serta beralih dari mata

pencaharian agro-pastoral ke

pendapatan tunai melalui

proyek-proyek

pembangunan seperti

pemukiman kembali

pedesaan dan migran

ekologis. Sektor pariwisata

dan konstruksi adalah satu-

satunya sumber pendapatan

yang mata pencahariannya

dipengaruhi oleh proyek-

proyek urbanisasi yang

pesat. Mengingat ekonomi

pariwisata adalah jantung

dari ekonomi lokal Tibet,

pemerintah China harus

membuka kembali industri

tersebut secepat mungkin.

Penutupan ekonomi sektor

ini tidak hanya akan

membahayakan lapangan

kerja sebagian besar

lapangan kerja perkotaan,

tetapi juga dapat memicu

resistensi penduduk lokal

yang sudah menjadi

perhatian utama dalam

kepemimpinan Tiongkok.

Hal itu dapat

membahayakan kebijakan

pembangunan dan stabilitas

Tibet di China.

23

5 Luiz Carlos

S. Ribeiro,

Gervásio F.

Santos,

Rodrigo B.

Cerqueira,

Kênia B.

Souza

Economic impact

of Covid-19 on

tourism in Brazil

2020 Aktivitas yang paling

terkena dampak dalam nilai

absolut adalah aktivitas

dengan porsi terbesar di

sektor ini: transportasi jalan

raya dan layanan makanan.

Statistik menunjukkan

pentingnya kebijakan

kompensasi dalam

memitigasi dampak pandemi

COVID 19 terhadap

aktivitas wisata di Brasil.

Secara umum, kebijakan

kompensasi (skenario 2)

akan mengurangi efek

pandemi pada semua

aktivitas wisatawan.

Penurunan 31% dalam PDB

pariwisata di Brasil dalam

skenario 1 akan dikurangi

menjadi 17,7% dengan

kebijakan kompensasi.

Aktivitas yang paling

terkena dampak secara

relatif adalah layanan

akomodasi dengan

penurunan PDB sebesar

55,2% di skenario 1 menjadi

50,9% di skenario 2.

Aktivitas di mana kebijakan

kompensasi akan memiliki

efek mitigasi terbesar adalah

layanan transportasi jalan

dan akomodasi. hasilnya

menunjukkan pentingnya

bantuan pemerintah untuk

mengurangi dampak

pandemi pada sektor

pariwisata di Brasil Di sisi

permintaan, subsidi

konsumsi pariwisata dapat

dibuat dalam skenario pasca

krisis. Voucher konsumsi

pariwisata untuk penduduk,

misalnya, efektif dalam

pemulihan sektor pariwisata

24

China pasca krisis keuangan

global

6 Leandro

Fontoura,

Carolin

Lusby,

Francesc

Romagosa

Post-COVID-19

tourism:

perspectives for

sustainable

tourism in Brazil,

USA and Spain

2020 Jika analisis yang dilakukan

dikonfirmasi sesuai dengan

indikasi tren, destinasi

dengan daya tarik lokal atau

regional harus menonjol

dengan peningkatan

kunjungan, terutama yang

terletak dalam jarak

berkendara dari kota-kota

besar. Dalam semua analisis,

pariwisata lokal disorot

sebagai skenario perjalanan

yang paling mungkin dalam

pemulihan wabah Sars Cov-

2, dan ekowisata, pariwisata

pedesaan dan tujuan

berkelanjutan lainnya

didirikan dalam konteks

lokal ini, yang melibatkan

kawasan alam, komunitas

lokal, dan aktivitas di ruang

terbuka. Destinasi

berkelanjutan dengan

karakteristik ini melimpah di

tiga negara yang kami

analisis (Brasil, AS, dan

Spanyol) dan dapat

membawa manfaat dua arah,

baik bagi wisatawan maupun

untuk mendorong

pembangunan lokal. Juga,

diharapkan dalam krisis

ekonomi dan dalam

lingkungan PHK orang akan

menghabiskan lebih sedikit

uang untuk perjalanan dan

liburan, membawa mereka

ke pariwisata lokal. Hasil

menunjukkan peluang untuk

memperkuat destinasi

berkelanjutan dan

pentingnya persiapan dan

perencanaan. Di AS dan di

Brasil, rencana

25

keberlanjutan pariwisata

belum dikembangkan.

Spanyol selangkah lebih

maju dalam wabah dan

perencanaan pariwisata

berkelanjutan, dengan

setidaknya satu studi luas

tentang pariwisata pedesaan

pasca Covid 19.

7 Lee-Peng

Foo, Mui-

Yin Chin,

Kim-Leng

Tan & Kit-

Teng

Phuah

The impact of

COVID-19 on

tourism industry

in

Malaysia

2020 Studi ini memberikan latar

belakang singkat mengenai

wabah penyakit menular

yang dikenal dengan

COVID-19, dan mengkaji

dampak penyakit tersebut

terhadap industri pariwisata

Malaysia. Penelitian kami

menunjukkan bahwa wabah

COVID-19 telah berdampak

besar dan merugikan pada

industri pariwisata di

Malaysia, karena turis dari

seluruh dunia membatalkan

pemesanan dan menunda

rencana perjalanan ke

Malaysia karena

kekhawatiran tentang virus

tersebut. Selain itu, jumlah

wisatawan yang menurun

karena pemerintah Malaysia

memberlakukan pembatasan

dan pelarangan perjalanan.

Paket stimulus ekonomi

diharapkan dapat membantu

industri pariwisata untuk

bertahan selama periode

yang penuh tantangan ini.

8 Fernando

Almeida,

Oscar

SILVA

The Impact Of

Covid-19 On

Tourism

Sustainability:

Evidence From

Portugal

2020 Dalam hal ini, pandemi

COVID-19 akan berdampak

kuat pada pariwisata dan

berdampak pada

perekonomian negara. Tidak

seperti krisis lainnya, yang

memungkinkan operator

pariwisata di Portugal untuk

mendiversifikasi pasar dan

26

profil wisatawan, pandemi

ini telah menyebabkan

penghentian tiba-tiba dalam

semua kegiatan. Dalam

jangka panjang, situasi ini

diperkirakan akan

menyebabkan pergerakan

yang mengganggu di pasar

pariwisata beberapa peluang

dapat dikenali. Empat

kelompok peluang telah

diidentifikasi dalam hal ini:

(i) persepsi Portugal sebagai

tujuan sanitasi yang aman;

(ii) pencarian tempat-tempat

dengan tawaran wisata yang

kurang masif dan yang

menggabungkan komponen

keberlanjutan sosial dan

lingkungan; (iii) daya tarik

yang lebih besar dari sektor

pariwisata Portugis bagi

penduduk lanjut usia; dan

(iv) percepatan digitalisasi

operasi pariwisata

9. Azzeddine

Madani,

Saad

Eddine

Boutebal,

Hinde

Benhamida

dan

Christopher

Robin

Bryant,

The Impact of

Covid-19

Outbreak on the

Tourism

Needs of the

Algerian

Population

2020 Pandemi COVID-19 terus

memberikan dampak yang

sangat negatif bagi

masyarakat, perekonomian

negara, dan khususnya pada

sektor pariwisata. Hasil

penelitian menunjukkan

kebutuhan rekreasi dan

relaksasi yang besar untuk

meredakan stres psikologis

yang berdampak buruk pada

kesehatan fisik dan mental

semua orang, termasuk

anak-anak, selama periode

COVID-19. Terdapat

kebutuhan dan kesadaran

yang besar di kalangan

responden bahwa sektor

pariwisata dapat

memberikan kontribusi bagi

pemulihan ekonomi di

27

Aljazair setelah masa

kurungan, karena pariwisata

domestik akan menjadi yang

paling diminati akibat

penutupan perbatasan dan

potensi pariwisata Aljazair.

Studi ini juga menunjukkan

bahwa pengurangan biaya

hotel dan jasa di kawasan

wisata, kebersihan dan

desinfeksi situs-situs

tersebut, serta jarak antara

pegawai pariwisata dan

pelanggan dapat menarik

wisatawan.

10. Shohel Md.

Nafi dan

Santus

Kumar Deb

Impact Of Covid-

19 Pandemic On

Tourism:

Recovery

Proposal For

Future Tourism

2020 Analisis kualitatif

digunakan,

sedangkan data

dikumpulkan dari sumber

sekunder seperti jurnal, surat

kabar, data statistik yang

diperoleh dari organisasi

internasional hingga

pariwisata,

dan situs web tentang angka

COVID-19. Karena wabah,

hal ini memiliki dampak

buruk yang parah pada

pariwisata dan lapangan

pekerjaan di bidang

pariwisata.

. Studi kualitatif ini

mengulas proyeksi atas tiga

skenario utama beserta peran

dari pihak pemerintah,

pelaku usaha,dan wisatawan

dan menghasilkan Covid-19

Impact on Tourism:

Theoretical Recovery Model

sebagai usulan strategi lintas

stakeholder

28

C. Kerangka Berpikir

STUDI EKSPLORATIF TENTANG PARIWISATA DI DKI JAKARTA

SEBELUM, SAAT COVID-19, DAN PROYEKSI DI MASA

MENDATANG (STUDI KASUS BIDANG USAHA PERHOTELAN DI

DKI JAKARTA)

Aspek Penelitian

Aspek-Aspek Pariwisata dan Perhotelan

dengan COVID-19

Keterangan

1. COVID-19 dan Kai tannya

dengan Penurunan

Jum lah Par iwi sa ta /Turi s

• Total Kasus COVID-19 di Dunia

• Total Kasus COVID-19 di Indonesia

• Dampak COVID-19 pada

Perekonomian

• Dampak COVID pada Penurunan

Pariwisata Dunia dan Indonesia

• Tamu Mancanegara ke DKI Jakarta

2015-2019

• Kunjungan Wisatawan Mancanegara

ke Jakarta menurut Bulan Tahun

2020 – 2021

2. Kontribusi Pariwisata dan Usaha

Akomodasi DKI Jakarta terhadap

PDRB DKI Jakarta

• Kontribusi Pariwisata terhadap

PDRB Pra Pandemi

• PDRB Dari Usaha Akomodasi dan

Makan Minum 2015-2020

• Laju PDRB Dari Usaha

Akomodasi dan Makan Minum

2015-2020

29

3. Jumlah Usaha Akomodasi dan

Kamar di DKI Jakarta • Jumlah Hotel Bintang di DKI

Jakarta, 2015-2020

• Jumlah Hotel Bintang menurut

Klasifikasi Akomodasi di DKI

Jakarta 2018-2020

• Jumlah Kamar Per Bintang Hotel

3,4, dan 5 tahun 2018-2019

• Statistik pekerja usaha bidang

perhotelan DKI Jakarta

4. Kinerja Hotel Bintang di DKI

Jakarta

• Tingkat Penghunian Kamar Hotel

• Rata-Rata Lama Menginap Tamu

• Proporsi dan Rasio Tamu yang

Menginap di Hotel Bintang

(domestik dan internasional)

• Proporsi Tamu yang

Menginap menurut Status

Tamu Hotel Bintang di

DKI Jakarta tahun 2018-

2020

• Jumlah Tamu yang

Menginap menurut Status

Tamu dan Klasifikasi

Hotel Bintang di DKI Jakarta

tahun 2018-2020

• Rasio Tamu Asing terhadap

Tamu Indonesia yang

Menginap di Hotel

Bintang di DKI Jakarta

tahun 2018-2020

5. Langkah Strategis Pelaku Usaha

Perhotelan di Indonesia • Hotel dijadikan tempat isolasi

COVID-19

• Kuliner Hotel

• Menjual Meeting Room/Menjual

Open Space

• CHSE certification

• Suntikan dari Pemerintah

• Pengurangan pekerja

• Perubahan jam kerja

6. Proyeksi Pariwisata 2022-2025 • Tabel Tourism sector size forecast in

Indonesia 2010-2025 (dari Statista)

7. Kebijakan Pemerintah • Kebijakan Pemerintah terhadap

pekerja Usaha Akomodasi di DKI

Jakarta

30

Pertanyaan Penelitian:

1. Bagaimana dampak COVID-19 bagi Pariwisata dan Perhotelan?

2. Bagaimana strategi pelaku usaha perhotelan dalam mengatasi

penurunan pendapatan mereka?

3. Seperti apa proyeksi bisnis perhotelan setelah COVID-19 berakhir

(dalam masa 1-3 tahun) setelah COVID-19 berakhir)?

Pendekatan Penelitian Eksploratif Kualitiatif

Perumusan Hipotesa Kerja

Hipotesis Penelitian:

1. Perhotelan, sebagai salah satu bidang usaha Pariwisata juga

terkena dampak COVID-19

2. Pelaku Usaha perhotelan menerapkan sejumlah strategi agar

dapat bertahan di tengah kondisi COVID-19 sesuai klasifikasi

bintang hotel yang mereka kelola

3. Diproyeksikan bahwa setelah COVID-19 berakhir, pelaku usaha

perhotelan akan menerapkan standar baru dalam keberlanjutan

(sustainability) dan pola konsumsi masyarakat untuk kegiatan

tatap muka akan kembali seperti semula

Kesimpulan: dapat menentukan ada atau tidaknya dampak COVID-19

pada bidang usaha perhotelan sebagai bagian dari sektor pariwisata dan

proyeksi usaha perhotelan pasca COVID-19

31

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang digunakan untuk dapat

membantu merumuskan permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut.

• Perhotelan, sebagai salah satu bidang usaha Pariwisata juga terkena dampak

COVID-19

• Pelaku Usaha perhotelan menerapkan sejumlah strategi agar dapat bertahan

di tengah kondisi COVID-19 sesuai klasifikasi bintang hotel yang mereka

kelola

• Diproyeksikan bahwa setelah COVID-19 berakhir, pelaku usaha perhotelan

terutama yang tergabung dalam perhimpunan akan menerapkan standar

baru dalam keberlanjutan (sustainability), dan tidak semua strategi yang

diterapkan oleh pelaku usaha selama pandemic tetap akan dipertahankan

pasca pandemi.

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan-batasan yang dilakukan oleh

penulis agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

serta memfokuskan terhadap aspek-aspek yang ada dalam penelitian. Peneliti

membatasi penelitian yang akan dilakukan agar hasil yang dicapai dapat efektif

sesuai dengan tujuan penelitian.

Tujuan utama dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui efek

dari pandemik COVID-19 terhadap bisnis perhotelan di Jakarta serta bagaimana

pelaku bisnis perhotelan memproyeksikan bisnis pariwisata pasca-COVID-19.

Ruang lingkup penelitian yang dilakukan mencakup aspek-aspek penelitian

tentang efek terhadap pariwisata dalam hal ini hotel sebelum, saat dan pasca

COVID-19 yang diproyeksikan akan berakhir 2-3 tahun ke belakang. Diharapkan

kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dapat menghubungkan fenomena

antara perkembangan sektor pariwisata dengan kondisi pandemik saat ini yang

didasarkan pada data yang telah diperoleh dari berbagai sumber penelitian yang

terkait dengan covid-19 dan masa depan pariwisata di Jakarta.

33

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksploratif dimana hasil

dari penelitian yang diperoleh akan disajikan untuk menggambarkan suatu

fenomena yang terjadi sehingga dapat merumuskan hipotesis dan tidak bertujuan

untuk menguji hipotesis (Mudjiyanto. 2018)

Pendekatan penelitian eksploratif juga bertujuan untuk menggali lebih jauh

mengenai rancangan penelitian yang akan dilakukan serta mengamati sumber-

sumber yang dapat mendukung dalam pengumpulan data agar dapat digunakan

dalam penelitian yang hendak dilakukan (Herdiansyah. 2012)

Tujuan dari digunakannya pendekatan eksploratif dalam penelitian ini

adalah agar peneliti dapat menggali fenomena yang terjadi dengan lebih fleksibel

sehingga hasil dari penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk acuan

penelitian selanjutnya.

C. Metode Pengumpulan Data

Data sangat diperlukan untuk mendukung dalam tercapainya tujuan

penelitian ini, sehingga data menjadi aspek utama yang diperlukan dalam

penelitian. Data dalam penelitian kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan atau

observasi oleh peneliti terkait aspek-aspek yang terkandung dalam penelitian baik

secara partisipatif maupun non partisipatif (Idrus. 2009). Metode observasi juga

didukung dengan data aktual dari berbagai media. Guna mendalami isu tertentu,

wawancara jarak jauh juga dilakukan guna mendalami dan mengklarifikasi itu

tertentu yang tidak ditemui atau belum dimuat dalam media yang ada. Berikut

merupakan tahap yang digunakan dalam melakukan penelitian ini:

34

1) Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipatif pasif

dimana peneliti hanya mengamati saja namun tidak terlibat dalam kegiatan

yang akan diteliti tersebut (Herdiansyah. 2015. Hal 127). Bentuk observasi

yang dilakukan adalah dengan mengamati satu contoh pelaku usaha bidang

perhotelan yang sedang melakukan survival di tengah pandemi. Observasi

dilakukan untuk melihat bagaimana kondisi di hotel tersebut, seperti apa

manajemennya, kebijakan selama pandemi, serta strategi apa yang mereka

lakukan agar tetap dapat bertahan selama pandemi.

2) Studi Dokumen

Peneliti mengumpulkan data berasal dari dokumentasi yang berbentuk

tulisan, gambar, peraturan dan kebijakan yang dapat digunakan untuk

melengkapi data yang telah diperoleh sebelumnya dari kegiatan observasi

yang dilakukan (Mulyana. 2013)

3) Wawancara

Guna mendalami seputar kebijakan hotel tersebut, wawancara secara

langsung dilakukan guna mendalami dan mengklarifikasi kebijakan-

kebijakan maupun strategi yang dilakukan oleh pelaku usaha perhotelan di

DKI Jakarta.

D. Jenis Data

1. Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti

yang dilakukan dalam penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif baik

35

berupa survei, wawancara maupun observasi. Namun dalam penelitian ini

data primer yang digunakan bersumber dari observasi berbagai sumber

digital yang sesuai dengan tema penelitian ini. (Hermawan. 2006)

2. Data Sekunder

Yaitu data primer yang berasal dari pihak kedua atau ketiga dan

diperoleh dari hasil survei lembaga penelitian ekonomi berbasis teknologi

digital serta penelitian yang dilakukan mengenai COVID-19 dan bisnis

berbasis pariwisata lainnya. Serta data sekunder sektor pemerintahan

mengenai kondisi perekonomian Indonesia terutama di sektor pariwisata,

seperti Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI)

a. Sumber Tercetak

Data yang berasal dari instansi resmi dan sudah tercetak seperti

laporan Badan Pusat Statistik, Kemenparekraf,Peraturan Menteri.,

juga data yang berasal dari media cetak lainnya.

b. Sumber Digital

Data yang berasal dari website resmi serta berita/wawancara

dengan pihak yang terkait dengan penelitian yang dilakukan dimana

sumber data tersebut dapat diakses melalui jaringan internet.

3. Jurnal

Merupakan sumber data dalam penelitian kualitatif yang berupa

hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli sehingga dapat

mendukung topik dari penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis

selanjutnya. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

36

jurnal dengan topik mengenai COVID-19 dan Bisnis Pariwisata (Sugiyono.

2017).

E. Metode Analisis Data

Analisis yang dilakukan adalah analisis kualitatif yang bersifat eksploratif

yaitu hasil dari data yang diperoleh dalam penelitian ini yang kemudian

dikembangkan untuk mengetahui bagaimana keterkaitan dari indikator-indikator

yang diteliti untuk dapat menentukan bagaimana kondisi dan perkembangan

pariwisata di Indonesia di masa pandemi COVID-19 serta proyeksi di masa depan

pasca-COVID-19.

Hasil dari penelitian tersebut akan dilakukan peramalan atau prediksi dari

suatu kejadian di masa mendatang dengan data-data yang berhasil dihimpun oleh

peneliti dari berbagai survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga berbasis

pariwisata serta jurnal-jurnal terkait. Proses yang dilakukan dengan model analisis

eksploratif kualitatif adalah dengan menggali secara luas dan mendalam mengenai

tema penelitian yang diambil. Dimana dalam penelitian ini mengambil tema

mengenai perkembangan bisnis pariwisata di Indonesia pada masa pandemi

COVID-19, langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1) Opini Eksekutif

Merupakan hasil analisis yang dilakukan oleh tenaga professional dari

perusahaan yang berhubungan dengan sektor perhotelan dan pariwisata.

Dalam penelitian ini digunakan opini serta analisis dari pelaku usaha

maupun perwakilan unsur manajemen hotel di DKI Jakarta

37

2) Opini dan reportase yang dipublikasikan berbagai media yang sering

dikaitkan dengan isu COVID dan perekonomian di Indonesia.

38

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. COVID-19 dan Penurunan Jumlah Pariwisata dan Turis

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah menjadi tantangan

terberat bagi perkembangan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan dunia saat

ini. Dalam waktu yang relatif singkat, virus ini telah mengubah drastis arah

pembangunan global dari optimisme pemulihan ekonomi yang di awal

2020 diyakini masih akan terjadi, menjadi ancaman krisis kesehatan serta

resesi yang tak terhindarkan (Kemenkeu RI, 2020). Menurut World Health

Organization (WHO), COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2)

yang menyerang sistem pernapasan.

a. Dampak COVID-19 Pada Penurunan Pariwisata Dunia dan

Indonesia

Wabah COVID-19 telah berdampak signifikan terhadap industri

pariwisata global pada tahun 2020 dan tampaknya di tahun-tahun

mendatang, jika tidak ada perbaikan terhadap keadaan saat ini. Secara

global, hingga saat ini telah terjadi penurunan sebesar 43% dari jumlah

tenaga kerja yang ada di bidang usaha perjalanan dan pariwisata dan di

Asia Pasifik penurunan di bidang yang sama sebesar 48%.

39

Sebelum terjadinya eskalasi dampak COVID-19, pemerintah telah

berkomitmen untuk menetapkan sektor pariwisata sebagai salah satu

sektor unggulan yang menjadi penopang ekspor jasa nasional. Sektor

penyediaan akomodasi, makan, dan minum merupakan sektor yang

pertama kali merasakan tekanan sejak penyebaran virus COVID-19 di

Tiongkok (Kemenkeu RI, 2020).

Gambar 4.1

Dampak COVID-19 terhadap Berbagai Sektor

Sumber: Kemenkeu RI, 2020 (Diolah)

Di samping sektor strategis seperti industri pengolahan,

perdagangan, dan pariwisata, aktivitas pendukung lainnya yang meliputi

mobilisasi dan pergerakan manusia seperti jasa transportasi, pembiayaan

kendaraan bermotor, dan jasa penerbangan juga terdampak signifikan

akibat meluasnya pandemi tersebut. Hal ini menyebabkan sektor pariwisata,

40

khususnya bidang usaha akomodasi, makan, dan minum yang paling

merasakan dampak dari COVID-19 terutama di masa awal pandemi.

Gambar 4.2

Jumlah Tamu Mancanegara ke Indonesia dan DKI Jakarta

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021 (Diolah)

Berdasarkan tabel diatas, jumlah wisatawan asing yang datang ke

Indonesia dari tahun 2015 sampai 2018 terus mengalami peningkatan, hal

yang sama juga untuk wisatawan asing yang hadir ke Jakarta. Di tahun

2015, proporsi wisatawan asing yang ke DKI Jakarta dari keseluruhan

ketibaan di Indonesia sebesar 22,84 persen. Di tahun-tahun selanjutnya

proporsi wisatawan asing di DKI Jakarta sebesar 21,81 persen, 18,93

persen, dan 17,79 persen. Hal ini menandakan bahwa ada beberapa destinasi

pariwisata lain yang diminati wisatawan asing yang berkunjung ke

Indonesia selain DKI Jakarta. Hal ini dibuktikan lebih lanjut di tahun 2019,

meski jumlah wisatawan asing yang hadir secara keseluruhan di Indonesia

mengalami kenaikan sebesar 18,4 persen, namun pada nyatanya telah

terjadinya penurunan jumlah wisatawan asing ke DKI Jakarta dari tahun

2018 sebesar 12,6 persen.

41

Tabel 4.1

Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Jakarta menurut

Bulan Tahun 2020 – 2021

Sumber: Badan Pusat Staistik, 2021

Pada tahun 2020 telah terjadi penurunan jumlah wisatawan asing

yang hadir ke DKI Jakarta sebesar 82 persen, dari 2,455,427 orang di tahun

2019 menjadi 421,247 orang di sepanjang tahun 2020. Berdasarkan tabel

diatas, dapat dilihat bahwa tren menurunnya jumlah wisatawan asing DKI

Jakarta mulai terlihat di bulan Februari, dengan penurunan jumlah

wisatawan asing sebesar 27,5 persen dari bulan Januari 2020. Pada bulan

Maret 2020, dengan ditetapkannya COVID-19 sebagai pandemi oleh World

Health Organization (WHO), turut berpengaruh pada penurunan jumlah

wisatawan asing di DKI Jakarta sebesar 59,9 persen. Pada bulan April dan

Mei, secara serentak seluruh negara memberlakukan pembatasan perjalanan

dan pergerakan manusia sesuai himbauan WHO dan dengan naiknya kasus

penderita COVID-19 di berbagai negara terutama di China dan Italia.

Bulan 2020 2021

Januari 186.954 1.248

Februari 132.697 5.966

Maret 53.230 10.198

April 436 15.539

Mei 412

Juni 924

Juli 3.146

Agustus 4.487

September 7.528

Oktober 9.851

November 14.365

Desember 21.858

42

Di DKI Jakarta, sebelum Gubernur Anies Baswedan menerapkan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta untuk pertama kalinya

pada 10 April, angka positif COVID-19 di Jakarta mencapai 1.552 kasus,

144 orang meninggal dunia, dan 75 orang sembuh, merujuk pada angka

COVID-19 di bulan 7 April 2020. PSBB ini bisa dilaksanakan karena

mendapat persetujuan dari Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Berdasarkan Permenkes Nomor 9 Tahun 2020, arti PSBB adalah

pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang terinfeksi

COVID-19 sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran

COVID-19. Hal ini merupakan salah satu dari respon pertama pemerintah

Indonesia dalam menghadapi dan menanggulangi angka COVID-19 yang

pada Maret April 2020 mengalami peningkatan di beberapa daerah di

Indonesia.

Selain itu, menurunnya angka wisatawan asing ke Indonesia juga

dikarenakan oleh berkurangnya jumlah jadwal penerbangan internasional

kecuali bagi para warga negara yang hendak dipulangkan ke negara masing-

masing sebelum diberlakukannya lockdown. Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia (Kemenkumham) telah menerbitkan ketentuan yang

mengatur prosedur warga negara asing (WNA) untuk bisa masuk ke wilayah

Indonesia saat masa pandemi COVID-19.

Sepanjang tahun 2020, COVID-19 telah berdampak tidak hanya pada

aspek Kesehatan namun juga pada aspek sosial dan ekonomi. Sektor primer,

43

sekunder tersendat dan masyarakat pada umumnya di saat keadaan sulit

tentu akan cenderung prihatin dan tidak menggelontorkan disposable

income mereka untuk leisure activities, khususnya wisatawan asing dari

negara maju yang memilih berlibur di Indonesia. Selain itu ini juga semakin

dipertegas oleh himbauan dan regulasi untuk tidak bepergian kecuali

kepentingan mendesak maupun dinas lainnya, dalam hal ini pemerintah

Indonesia membubuhkan ketentuan tersebut dalam Peraturan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) No. 26/2020 tentang

Visa dan Izin Tinggal Keimigrasian Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(Bisnis.com, 2020). Beleid tersebut mempertegas penggantian

Permenkumham No. 11/2020 tentang Pelarangan Sementara Orang Asing

Masuk Wilayah Negara Republik Indonesia yang sudah sesuai dengan

perkembangan kebijakan nasional.

B. Temuan Penelitian

Menurut pasal 14 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2009, dimana penyediaan

akomodasi (perhotelan) termasuk ke dalam tiga belas bidang usaha

pariwisata dan pada kenyataannya juga salah satu yang paling rentan oleh

COVID-19, atas dasar ini penulis bermaksud mendalami dampak COVID-

19 terhadap usaha perhotelan di DKI Jakarta dan strategi para pelaku usaha

perhotelan di DKI Jakarta selama pandemi.

Berdasarkan dampak COVID-19 pada sektor pariwisata khususnya

usaha akomodasi diatas, penelitian ini bermaksud mengulas perihal usaha

perhotelan saat sebelum COVID-19 dan selama COVID-19 berdasarkan

44

jumlah usaha akomodasi dan kamar di DKI Jakarta dan indicator-indikator

kinerja bidang usaha perhotelan di DKI Jakarta

1. Jumlah Usaha Akomodasi dan Kamar di DKI Jakarta

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

sektor pariwisata sangat rentan terhadap fluktuasi dan instabilitas keadaan

domestik suatu negara, dalam hal ini pandemi COVID-19 disebabkan

karena sektor pariwisata, khususnya bidang usaha akomodasi/perhotelan

dan makan minum merupakan bidang usaha yang high exposure atau sangat

bergantung pada kontak antar manusia / people to people contact.

Dalam menanggapi dampak pandemi pada bidang usaha ini,

pemerintah melalui Kemenparekraf pada bulan Juni 2020 menetapkan enam

bidang usaha pariwisata yang ditentukan sebagai prioritas dalam penerapan

tatanan hiduo baru/new normal, sebagai salah satu antisipasi dalam

menangani dampak COVID-19 (SWA, 2020).

Gambar 4.3

Jumlah Hotel Bintang 1-5 di DKI Jakarta, 2015-2020

45

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Pada periode sebelum pandemi, jumlah usaha akomodasi di DKI

Jakarta dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2019 di

Jakarta tercatat ada sebanyak 991 usaha akomodasi, dengan rincian 397

hotel merupakan hotel bintang, sementara sisanya 594 merupakan hotel non

bintang, diantaranya yang berupa hotel melati, home stay, hostel,

perkemahan, wisma, losmen, maupun penginapan lain yang tidak

memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang menurut .Dinas Pariwisata.

Berdasarkan tabel diatas, jumlah hotel bintang di DKI Jakarta pada periode

2015-2019 mengalami peningkatan sebesar 74,12 persen atau dari 228 hotel

tahun 2015 menjadi 397 hotel tahun 2019 dengan tingkat pertumbuhan

14,87% per tahun.

Gambar 4.4

Jumlah Hotel Bintang Menurut Klasifikasi Akomodasi di DKI

Jakarta 2018-2020

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Hotel 228 232 319 326 397 228

0

100

200

300

400

500

Jum

lah

Ho

tel

46

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Jumlah hotel Berbintang di DKI Jakarta pada tahun 2019 sebanyak 397

hotel. Pada Grafik 5 terlihat bahwa dari 397 hotel berbintang di DKI Jakarta

sebagian besar adalah hotel bintang tiga yaitu sebanyak 166 hotel (41,81

persen); diikuti hotel bintang dua sebanyak 88 hotel (22,17 persen); hotel

bintang empat sebanyak 73 hotel (18,39 persen); hotel bintang lima 41 hotel

(10,33 persen); dan hotel bintang satu sebanyak 29 hotel (7,30 persen).

Gambar 4.5

Jumlah Kamar Per Bintang Hotel Bintang 3 - 5 tahun 2018-2020

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

2018 2019 2020

Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5

47

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Pada tahun 2019, kamar hotel berbintang di DKI Jakarta secara total

mencapai 55.800 kamar. Klasifikasi hotel bintang dengan jumlah kamar

terbanyak adalah hotel bintang 3 yang mencapai 22.907 kamar atau sekitar

41 persen dari total kamar hotel bintang di DKI Jakarta. Posisi kedua

diduduki hotel bintang 4 sebanyak 11.463 kamar sebanyak 20,54 persen.

Diposisi selanjutnya adalah hotel bintang 5 dengan jumlah kamar tersedia

masing-masing sebanyak 4.551 kamar sebnayak 8,16. Secara lengkap

banyaknya kamar hotel bintang di DKI Jakarta tahun 2019 disajikan pada

gambar diatas.

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

2018 2019

Bintang Hotel 3 Bintang Hotel 4 Bintang Hotel 5

48

Gambar 4.6

Persentase Pekerja Usaha Akomodasi di DKI Jakarta menurut

Status

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2020 (Diolah)

Selama tahun 2018, sebagian besar pekerja hotel di Jakarta merupakan

pegawai tetap. Persentase jumlah pegawai tetap akomodasi di Jakarta mencapai

56,35 persen, sementara pegawai tidak tetap atau kontrak 42,72 persen.

Pegawai asing proporsinya juga tidak tinggi hanya 0,59 persen dan persentase

terendah yaitu pegawai tidak dibayar 0,34 persen. Pada tahun 2019, proporsi

pegawai tetap lebih besar, naik 6 persen dari sebelumnya. Pegawai tidak

dibayar tersebut biasanya merupakan pegawai keluarga dan mayoritas

merupakan pegawai.akomodasi di kabupaten Kepulauan Seribu (BPS DKI

Jakarta, 2020).

2. Kinerja Hotel Bintang di DKI Jakarta

Berdasarkan BPS DKI Jakarta, indikator Kinerja Hotel Bintang di DKI

Jakarta mencakupi: 1) Tingkat Penghunian Kamar Hotel, 2) Rata-Rata Lama

56%

43%

1% 0%

2018

Pegawai Tetap

PegawaiKontrak

Pegawai Tidakdibayar

Pekerja Asing

62%

37%

1% 0%

2019

PegawaiTetap

PegawaiKontrak

PegawaiTidak dibayar

Pekerja Asing

49

Menginap Tamu, 3) Proporsi dan Rasio Tamu yang Menginap di Hotel Bintang

(domestik dan internasional)

Penelitian ini mendapatkan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran

Indonesia (PHRI) bahwa rata-rata tingkat hunian hotel nasional telah turun 30-

40% sejak Februari tahun 2020, dengan sekitar 1.266 hotel tutup dan

diperkirakan akan lebih tinggi. Selanjutnya, diperkirakan 150.000 pekerja

terdampak pandemi ini. Atas dasar ini, guna menganalisa dampak penurunan

pariwisata di DKI Jakarta terutama pada industri perhotelan di DKI Jakarta,

tulisan ini mengulas indicator-indikator dari kinerja hotel dan melakukan

komparasi tren tahun-tahun sebelum pandemi.

Gambar 4.7

Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bintang 3-5 DKI Jakarta tahun 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Tingkat Penghunian kamar (TPK) hotel bintang di DKI Jakarta

selama tahun 2018 berfluktuasi. Pada tiga bulan awal tahun 2018 TPK hotel

0

20

40

60

80

100

120

Bintang Hotel 3 Bintang Hotel 4 Bintang Hotel 5

50

bintang cenderung turun, namun pada bulan April dan Mei nilainya kembali

naik. Rendahnya TPK hotel bintang 3,4, dan 5 di bulan Juni 2018 salah

satunya dipicu oleh adanya libur lebaran yang cukup panjang sehingga

masyarakat yang berdomisili di DKI Jakarta pulang ke kampung halaman

mereka (mudik) bagi mereka yang berasal dari luar Jakarta. Pada bulan Juli

2018 TPK hotel bintang kembali meningkat dengan peningkatan yang

cukup drastis menjadi 78,79 persen, yang menandakan waktu liburan

akademik sehingga banyak yang berlibur dengan menginap di hotel.

Sementara pada bulan Agustus – September TPK hotel bintang 3

mengalami kenaikan dari 78,9 persen di Juli ke 88,76 persen dan 97,83

persen di bulan Agustus dan September. Tingginya angka ini diantaranya

dipicu oleh perhelatan besar di bulan tersebut seperti Asian Games, yang

mendatangkan wisatawan mancanegara sebanyak 78.854 orang dan

domestik mencapai 1,7 juta orang, dan klasifikasi hotel bintang ini

merupakan yang paling banyak jumlahnya di DKI Jakarta dan sama-sama

diminati oleh wisatawan domestik dan asing.

51

Gambar 4.8

Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bintang 3-5 DKI Jakarta tahun 2019

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Tingkat Penghunian kamar (TPK) hotel bintang di DKI Jakarta

selama tahun 2019 berfluktuasi, sesuai dengan siklus kalender kegiatan

masyarakat. Pada bulan Januari yaitu momentum liburan tahun baru dan

liburan akademik, mencatat angka TPK tertinggi, lalu mengalami

penurunan sampai bulan Juni. TPK meningkat pada bulan Juli sebesar 64,15

persen, kenaikan TPK pada bulan Juli adalah yang tertinggi selama tahun

2019. Secara komparatif, pada bulan Juli, yang merupakan bulan libur anak-

anak sekolah pada umumnya, persentasi hunian hotel bintang 4 lebih tinggi

disbanding jenis hotel lainnya termasuk hotel bintang 3. Hal ini

mengisyaratkan beberapa hal, diantaranya bahwa pada bulan Juli

merupakan puncak waktu masyarakat untuk berlibur, baik dari unsur

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5

52

wisatawan domestik maupun luar negeri. Merujuk pada laporan tahunan

BPS, bahwa proporsi wisatawan mancanegara yang menginap di hotel

bintang 4 dan bintang 5 lebih tinggi daripada proporsi wisatawan

mancanegara yang menginap di hotel bintang 1 dan 2. Oleh karena itu TPK

di bulan Juli sebesar 66,29 persen untuk hotel bintang 4, dan hotel bintang

3 dengan TPK 64,98 persen. Pada bulan Agustus kembali terjadi penurunan

TPK menjadi 58,11 persen. Pada bulan September – November secara

berturut-turut TPK cenderung meningkat, namun pada penghujung tahun

2019 TPK kembali turun menjadi 61,59 persen. Jika dilihat menurut

klasifikasi hotel bintang, dapat dilihat bahwa hotel bintang 3 memiliki TPK

paling tinggi diantara jenis hotel lainnya. Hal ini sejalan dengan jumlah

hotel di DKI Jakarta yang menempati jumlah terbanyak adalah hotel bintang

3. TPK hotel bintang 4 memiliki pola yang hampir sama dengan TPK hotel

bintang 5.

53

Gambar 4.9

Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bintang 3-5 DKI Jakarta tahun 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa dampak dari

pandemi COVID-19 sangat terasa oleh bidang usaha perhotelan dengan

menurun drastisnya TPK di ketiga klasifikasi hotel, dan sepanjang tahun

2020 angka TPK tidak ada yang mencapai lebih dari 55 persen untuk ketiga

klasifikasi hotel bintang. Sebagai acuan, hotel bintang tiga mengalami TPK

terendah pada bulan Mei di angka 23,14 persen setelah mengalami

penurunan pada bulan Maret dan April pada angka masing-masing 45,01

persen dan 30,77 persen. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah

perihal pembatasan sosial dan penerbangan dari negara lain. Untuk jenis

hotel bintang 3 sempat terjadi peningkatan TPK pada bulan Oktober dan

November menjadi 41,23 persen dan 43,43 persen, hingga 51,83 persen

pada bulan Desember. Adapun untuk hotel bintang 4 dan 5 yang merupakan

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5

54

pasar utama wisatawan mancanegara juga terkena dampak dari pandemi,

dengan titik terendah di bulan April sebesar 16,61 persen, dan hotel bintang

5 di bulan Juni sebesar 17,41 persen.

Gambar 4.10

Rata-rata Lama Menginap Tamu Asing tahun 2018-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2018 2019 2020

55

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2018,

2019, dan 2020, rata-rata lama menginap tamu asing berada di angka 3,16

hari , 3,60 hari, dan 3,05 hari, dan pada Desember 2018 3,81 hari dan tahun

selanjutnya di bulan yang sama sebanyak 2,91 hari. Hal ini menunjukkan

bahwa selama masa libur akhir tahun, tamu asing menggunakan waktunya

untuk menginap di hotel di DKI Jakarta, sebab di bulan setelahnya,

angkanya menurun. Pada bulan Agustus tahun 2018 dengan perhelatan

Asian Games, angka rata-rata menginap berada di 3,01 hari, naik dari bulan

Juli sebesar 2,44 hari. Pada tahun 2020, rata-rata lama menginap juga

fluktuatif namun yang menarik adalah pada bulan April dan Mei, rata-rata

lama menginap tamu asing berada di angka yang paling tinggi dari tahun -

tahun sebelumnya, yaitu 8,26 hari dan 7,47 hari. Hal ini sejalan dengan

kebijakan karantina dan juga pemberlakuan pembatasan penerbangan yang

secara perlahan seriring dengan perkembangan COVID-19 di Indonesia,

akhirnya pemerintah menutup masuknya wisatawan asing masuk ke

Indonesia.

56

Gambar 4.11

Rata-rata Lama Menginap Tamu Domestik tahun 2018-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama

menginap tamu asing dibanding rata-rata tamu domestik lebih tinggi,

dengan rata-rata tamu domestik sepanjang tahun 2018 sampai 2020 tidak

ada yang melebihi 2,61 hari. Hal ini menunjukkan bahwa tamu asing

menginap lebih lama agar sepadan dengan biaya yang mereka keluarkan

untuk mencapai DKI Jakarta dari negara asal dan tentu mereka akan

mengoptimalkan waktu mereka selama di Jakarta.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

2018 2019 2020

57

Gambar 4.12

Proporsi Tamu yang Menginap menurut Status Tamu Hotel Bintang di DKI

Jakarta Tahun 2018, 2019, dan 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2018

proporsi tamu yang menginap di Hotel DKI Jakarta untuk tamu domestik

sebesar 86 persen dan tamu asing 14 persen. Pada tahun selanjutnya untuk

2019 terjadi perubahan proporsi tamu asing dengan domestik dimana tetap

tamu domestik lebih besar dari tamu asing dari segi proporsi namun terjadi

peningkatan proporsi asing dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 2 persen.

14%

86%

2018

Tamu Asing Tamu Domestik

16%

84%

2019

Tamu Asing Tamu Domestik

4%

96%

2021

Tamu Asing Tamu Domestik

58

Hal ini menunjukkan bahwa tamu asing lebih sedikit dibandingkan dengan

tamu domestik karena para wisatawan mancanegara membutuhkan biaya

lebih untuk bisa tiba di Jakarta, umumnya lewat jalur udara. Hal ini berbeda

dengan tamu domestik yang mana DKI Jakarta berada di pulau Jawa yang

merupakan pulau dengan populasi terbanyak di Indonesia sehingga biaya

wisatawan domestik umumnya lebih rendah dari wisatawan mancanegara.

Sepanjang tahun 2020, tercatat bahwa proporsi tamu asing menurun drastic

menjadi hanya 4 persen dibanding tamu domestik sebesar 96 persen.

Gambar 4.13

Rasio Tamu Asing terhadap Tamu Indonesia yang Menginap di Hotel

Bintang di DKI Jakarta Tahun 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Berdasarkan gambar diatas, bahwa tamu yang menginap di hotel

bintang di DKI Jakarta pada tahun 2018 didominasi oleh tamu dalam negeri.

Hal ini dapat dipahami karena secara umum wisatawan domestik jumlahnya

selalu lebih banyak daripada wisatawan mancanegara mengingat dari segi

biaya, waktu dan administrasi wisatawan asing memang memerlukan upaya

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

Jum

lah

Har

i

Bulan

59

yang lebih tinggi dibandingkan wisatawan domestik, sehingga tidak

mengherankan bila jumlah tamu asing lebih sedikit dibandingkan tamu

domestik.

Gambar 4.14

Rasio Tamu Asing terhadap Tamu Indonesia yang Menginap di Hotel

Bintang di DKI Jakarta Tahun 2019

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Berdasarkan gambar diatas, rasio atau perbandingan jumlah tamu

asing terhadap tamu Indonesia yang menginap di hotel bintang di DKI

Jakarta selama tahun 2019, rasio tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu

0,24 sementara rasio terendah 0,11 pada bulan Juni. Rendahnya angka rasio

ini semakin mengkonfirmasi data-data sebelumnya bahwa jumlah

wisatawan mancanegara lebih sedikit dibandingkan wisatawan domestik.

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

Jum

lah

Har

i

Bulan

60

Gambar 4.15

Rasio Tamu Asing terhadap Tamu Indonesia pada Hotel Berbintang 3 di

DKI Jakarta tahun 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Gambar 4.16

Rasio Tamu Asing terhadap Tamu Indonesia pada Hotel Berbintang 4 di

DKI Jakarta tahun 2020

Januari

Februari

Maret

April Mei Juni JuliAgust

usSeptember

Oktober

November

Desember

Bintang 3 0,06 0,05 0,05 0,03 0,01 0,02 0,00 0,01 0,02 0,03 0,02 0,02

0

0,01

0,02

0,03

0,04

0,05

0,06

0,07

Jum

lah

Har

i

Januari

Februari

Maret

April Mei Juni JuliAgust

usSeptember

Oktober

November

Desember

Bintang 4 0,21 0,15 0,14 0,11 0,06 0,05 0,01 0,07 0,02 0,03 0,06 0,02

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

Jum

lah

Har

i

61

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Berdasarkan gambar diatas, untuk tahun 2020 pada hotel klasifikasi

bintang 3 rasio tamu asing terhadap tamu domestik paling tinggi pada bulan

Januari, kemudian angka tersebut mengalami penurunan sebesar 0,01 poin

dari Januari ke Februari, dan berada di rasio yang sama pada bulan Maret..

Penurunan rasio tersebut dapat dilihat sejak bulan Maret dan April, hingga

pada bulan Mei sampai Juli berada di rasio terendah sebesar 0,01 hingga

0,00.

Rasio untuk tamu asing terhadap tamu Indonesia yang menginap di

hotel bintang 4 pada tahun 2020 terlihat fluktuatif. Sepanjang bulan Januari

hingga bulan Juli telah terjadi penurunan tiap bulannya dari 0,21 hingga

0,01 di bulan Juli.

Gambar 4.17

Rasio Tamu Asing terhadap Tamu Indonesia pada Hotel Berbintang 5 di

DKI Jakarta tahun 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2021 (Diolah)

Januari

Februari

Maret

April Mei Juni JuliAgust

usSeptember

Oktober

November

Desember

Bintang 5 0,37 0,27 0,27 0,83 0,07 0,06 0,06 0,10 0,11 0,02 0,07 0,05

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

Jum

lah

Har

i

62

Hotel Bintang 5, yang merupakan pasar tamu asing juga terlihat

mengalami fluktuasi dan penurunan yang cukup besar dimana dari bulan

Januari ke Februari sebesar 0,10 poin, namun pada April tercatat sebagai

rasio tertinggi sebesar 0,83. Dalam membaca grafik diatas, merujuk pada

United Nations World Tourism Organization(UN WTO) perihal panduan

laporan statistik dalam konteks COVID-19, bahwa dalam mencantumkan

rasio tamu dan lama menginap tamu, juga turut memasukkan durasi dan

tujuan karantina dalam laporan-laporannya (World Tourism Organization,

2021). Hal ini menandakan awal permulaan pandemi dimana sebagian besar

masyarakat domestik Indonesia dihimbau untuk stay at home dan pada

bulan tersebut merupakan permulaan dari perkembangan tahap pembatasan

sosial setelahnya.

C. Pembahasan

1. Langkah Strategis Pelaku Usaha Perhotelan di Indonesia dan

DKI Jakarta

Sebelum pandemi, tercatat rata-rata tingkat hunian hotel di Jakarta

sekitar 65 sampai 80 persen hingga akhir 2019. Namun, wabah ini

membawa tekanan yang cukup pada industri perhotelan. COVID-19 sangat

berdampak serius pada sektor pariwisata dan industri perhotelan, hingga

April 2020 sekitar 1.500 hotel ditutup di seluruh Indonesia, dengan tingkat

okupansi 0,8 persen dan pembatalan pemesanan hingga 70%. Ketika

dihantam melewati pandemi SARS, Asia membutuhkan waktu 14 bulan

untuk pulih, dan melihat dari angka kasus COVID-19 di Indonesia, akan

63

butuh waktu lama untuk dapat pulih Kembali seperti semula. (Kompas,

2020).

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini mencoba mengulas beberapa

strategi pelaku usaha selama pandemi melalui penelusuran laporan, jurnal,

dan rilis online, serta mengkonfirmasikan informasi tersebut kepada

perwakilan pelaku usaha perhotelan di DKI Jakarta, khususnya pelaku

usaha hotel bintang tiga, sebagai representasi klasifikasi jumlah hotel

terbanyak di DKI Jakarta baik dari tamu domestik maupun gabungan tamu

domestic dan asing.

a. Hotel Dijadikan Tempat Isolasi/Karantina/Repatriasi COVID-

19

Ketika tingkat okunpasi hotel menurun baik dari turis domestik

maupun turis asing, hal ini menyebabkan hotel mengalami penurunan

pendapatan yang drastis. Telah ada ribuan hotel di Indonesia yang

memilih untuk gulung tikar karena tidak dapat bertahan dengan

banyaknya biaya yang harus mereka tanggung sementara pengeluaran

untuk operasional tetap harus dipenuhi.

Tingginya jumlah orang yang terkena COVID-19 pun

mengharuskan adanya tempat isolasi bagi para pasien agar tidak

menulari orang yang bebas dari penyakit dan guna menghambat

penyebaran virus ini secara massif. (Kompas, 2021). Berdasarkan

jumlah kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di Indonesia, sekitar 23

persen ada di DKI Jakarta, menjadikan Provinsi ini sebagai salah satu

64

daerah di Indonesia yang jumlah kasusnya paling tinggi. Hal ini semakin

diperkuat dengan penuhnya Wisma Atlet DKI dan Rumah Sakit yang

Bed Occupancy Ratio (BOR) nya sudah mencapai 75 persen (Republika,

2021).

Oleh sebab itu, penelitian ini menemukan tiga fungsi hotel di DKI

Jakarta, yaitu untuk tempat isolasi, karantina, dan repatriasi. Sebagai

tempat isolasi, untuk menangani angka kasus COVID-19 sedari awal,

sejak tahun 2020 pihak Rumah Sakit menginisiasi untuk bekerjasama

dengan beberapa hotel di DKI Jakarta untuk isolasi pasien Orang Tanpa

Gejala (OTG), dengan pilihan ada yang dibiayai oleh Pemerintah baik

dari Pusat maupun DKI Jakarta dan ada yang dibiayai oleh pasien

sendiri. Per bulan Juni terdapat 52 hotel di DKI Jakarta yang dijadikan

tempat isolasi OTG. Namun, pandemi ini masih berjalan hampir 1,5

tahun dan dikarenakan jumlah kasus semakin tinggi pada pertengahan

Juni tahun 2021, pemerintah pusat melalui Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) memutuskan untuk menghentikan

pembiayaan kepada hotel-hotel isolasi di DKI Jakarta karena masih

banyak berhutang ke hotel-hotel tersebut sekitar 140 Milliar Rupiah, dan

hal ini menjadi sulit bagi hotel isolasi dikarenakan Ketika sudah

berstatus hotel isolasi, tidak dapat dibuka untuk umum dan mereka

menjadi sangat bergantung pada pemerintah (Detik, 2021).

Adapun alih fungsi kedua dan ketiga hotel yaitu sebagai tempat

karantina dan repatriasi, khususnya bagi para warga yang tiba dari luar

65

negeri ke Indonesia atau tiba dari luar negeri untuk kembali ke

domisilinya di Indonesia. Selain itu sepanjang tahun 2020, terdapat

421247 warga negara asing yang tiba di DKI Jakarta dari total 4022505

warga asing yang tiba di keseluruhan Indonesia, sehingga guna

menerapkan protokol kesehatan dan menghindari penyebaran virus dari

warga asing, pemerintah bekerjasama dengan Perhimpunan Hotel dan

Restoran Indonesia (PHRI) sebagai asosiasi pelaku usaha hotel di

Indonesia untuk menyediakan hotel karantina dan repatriasi. Penelitian

ini menemukan terdapat sebanyak 103 hotel di DKI Jakarta termasuk

Hotel Bandara Soekarno -Hatta yang dijadikan tempat karantina dan

repatriasi. Berdasarkan klasifikasi hotel yang tersebar di Jakarta Pusat,

Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan

Tangerang, terdapat sejumlah 12 hotel bintang lima, 33 hotel bintang

empat, 44 hotel bintang tiga, dan 18 hotel bintang dua, yang berjumlah

9606 kamar. Hal ini merupakan upaya agar tingkat penghunian kamar

hotel di DKI Jakarta terutama para pelaku usaha yang tergabung dalam

asosiasi perhotelan untuk tetap terisi meskipun angka kedatangan turis

selama pandemi menurun secara drastis.

Penelitian ini menemukan bahwa walaupun upaya-upaya ini telah

digencarkan oleh pihak pemerintah baik dari pusat, Pemprov DKI,

maupun Rumah Sakit, namun pada kenyataannya tidak semua pelaku

usaha hotel bersedia untuk menjadikan hotelnya sebagai tempat isolasi,

karantina, maupun repatriasi. Hal ini disebabkan karena tidak semua

66

pelaku usaha hotel sudah tergabung ke dalam asosiasi perhotelan

sehingga banyak yang berstatus independen. Pada tahun 2019 sebelum

pandemi sekitar 35,28 persen pelaku usaha perhotelan tercatat

tergabung dalam asosiasi hotel yang terbesar di Indonesia yaitu PHRI,

sementara itu sebanyak 61,05 persen tercatat tidak tergabung dalam

perkumpulan/asosiasi hotel. Penelitian ini juga menemukan bahwa

alasan utama dari pelaku usaha hotel untuk tidak ikut ajakan untuk alih

fungsi menjadi hotel isolasi karena biaya yang lebih besar yang harus

ditanggung oleh para pelaku usaha hotel, missal dalam penyediaan

oksigen bagi pasien OTG, biaya tambahan untuk memastikan clean stay,

dan lain sebagainya.

b. Kuliner Hotel

Secara umum, sumber pendapatan utama untuk hotel adalah

akomodasi kamar, makanan dan minuman, dan fasilitas rapat/acara

(ANTARA, 2020). Namun, ketiga sumber pendapatan tersebut telah

dipengaruhi oleh pandemi. Sementara itu, permintaan akomodasi kamar

menurun tajam setelah penurunan pariwisata dan kegiatan bisnis, adopsi

physical distancing secara nasional telah menghilangkan permintaan

restoran, bar, dan fasilitas konferensi hotel. Dalam manajemen hotel,

umumnya ada bagian manajemen kamar, restoran/café, dan meeting.

Dalam menghadapi situasi Tingkat Penghunian Kamar (TPK) yang

rendah, dan karena ada pembatasan dalam jumlah orang yang

diperbolehkan berkerumun dalam suatu tempat, beberapa hotel memilih

67

untuk mengoptimalkan penjualan produk cafe/restoran via online.

Namun untuk beberapa hotel cukup membuka penjualan online sebagai

bentuk diversifikasi usaha dan bukan pendapatan utama, karena jika

dibuka lebar para pelaku usaha hotel berjaga-jaga agar tidak banyak

driver layanan antar makanan online di hotel mereka, untuk

menghindari jumlah orang yang berkerumun.

c. Menjual Meeting Room/Open Space

Menyewakan meeting room/open space merupakan salah satu

strategi yang diambil oleh para pelaku usaha perhotelan. Dalam

manajemen standar hotel, selain kamar, restoran, ada bagian meeting,

yang pada umumnya terintegrasi dengan bagian restoran/café. Harapan

dari strategi ini adalah agar hotel dapat menambah penjualan dari

restoran/café dengan menyediakan konsumsi kepada tamu hotel. Hal ini

biasanya disiasati oleh para pelaku usaha dengan meyediakan

penawaran sewa ruangan rapat/ruang terbuka dalam satu paket dengan

berbagai tawaran paket menu makanan dan minuman. Namun tetap

kebijakan ini sangat tergantung pada peraturan dari pemerintah yang

berlaku seputar pembatasan sosial, diantaranya jumlah yang dapat

berkerumun, batas jam aktivitas. Hal ini membuktikan bahwa jumlah

penggunaan ruang rapat, juga merupakan salah satu strategi tambahan

namun bukan yang utama, karena merujuk pada kegiatan-kegiatan

pertemuan, sepanjang tahun 2020 telah terjadi pembatalan acara

sebanyak 80 persen.

68

Dikarenakan banyak hotel tutup selama pandemi, bisnis semakin

kreatif untuk menjaga pendapatan tetap masuk. Hotel dapat

menguangkan businessnya pada orang yang bekerja dari jarak jauh

dengan menyewakan kamar sebagai ruang kantor untuk membantu

karyawan menjaga social distancing. Seperti banyak bisnis lainnya,

hotel ini memutar ide selama pandemi untuk memenuhi kebutuhan baru.

Terutama untuk bisnis yang tidak memiliki banyak area terbuka di

mana orang dapat memiliki tempat yang tenang dan nyaman, dan untuk

fokus pada pekerjaan mereka. Itu pilihan lain jika bekerja dari rumah

tidak ideal, karena ada beberapa kekurangan di rumah, apakah mereka

membantu homeschooling anak-anak mereka, atau mungkin mereka

tidak memiliki, Anda tahu, koneksi internet yang mereka butuhkan

untuk pertemuan konferensi video. dengan beberapa klien dan mitra

mereka.

Untuk mendapatkan kepercayaan publik, hotel harus mengambil

tindakan pencegahan penyebaran virus COVID-19. Hotel-hotel yang

menggunakan opsi ini untuk penghasilan tambahan berusaha keras di

sini untuk memastikan semuanya bersih, bahwa kami menerapkan

semua protokol keselamatan dan kebersihan yang berlaku. Ini adalah

salah satu cara untuk menjaga staf hotel tetap bekerja, sambil membantu

orang lain melakukan pekerjaan mereka.

d. CHSE Certification

69

CHSE adalah singkatan dari Cleanliness (Kebersihan), Health

(Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah

lingkungan). Standar ini mulai diterapkan di sektor pariwisata dan

ekonomi kreatif di Indonesia sejak September 2020, guna menggenjot

sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai salah satu sektor yang

paling terkena dampak pandemi. Dengan adanya angka COVID-19

yang tinggi, sementara di tahun 2020 ada beberapa trade off antara

pengutamaan antara sektor kesehatan dan ekonomi, sertifikasi ini

merupakan solusi dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI

untuk memastikan pencegahan COVID-19 di tempat umum, sementara

itu agar usaha-usaha yang rentan dengan pandemi tetap bisa berjalan,

khususnya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang kegiatannya

tidak dapat disubstitusi dengan virtual platform, karena menghasilkan

kepuasan yang berbeda bagi para konsumen, dan tidak berdampak pada

ekonomi setempat baik direct maupun indirect economic effects pada

pariwisata karena sejatinya para wisatawan virtual tidak

menggelontorkan disposable income mereka di destinasi tersebut,

kecuali pada penyelenggara acara virtual dari tur online.

Penelitian ini menemukan bahwa dari total 2698 usaha perhotelan

yang ada di Indonesia yang telah lolos standar CHSE, sebesar 10, 34

persen ada di DKI Jakarta, sebanyak 1 di Kepulauan Seribu, 39 hotel di

Jakarta Barat, 105 hotel di Jakarta Pusat, 92 hotel di Jakarta Selatan, 18

hotel di Jakarta Timur, dan 24 hotel di Jakarta Utara. Proporsi ini tidak

70

banyak mengingat DKI Jakarta selain merupakan pusat pemerintahan

namun juga pusat perekonomian Indonesia yang artinya selain untuk

keperluan wisata, namun ekonomi kreatif dan berbagai industry

penunjang pertemuan-pertemuan semestinya perlu diperhatikan standar

CHSE guna meningkatkan kepercayaan/trust masyarakat domestik

maupun asing sebagai wujud kepatuhan masyarakat DKI Jakarta dan

komponen-komponennya dalam penanganan COVID-19 di DKI

Jakarta.

Hal ini cukup kontras dengan misalkan Provinsi Bali yang di

Kabupaten Badung memiliki 270 hotel yang berstandar CHSE,

Kabupaten Denpasar 56 hotel, Kabupaten Karangasem 24 hotel, dan

Kabupaten Gianyar 142 hotel (Kemenparekraf RI, 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan hotel bintang 3 di

DKI Jakarta, bahwa mereka sejauh ini tidak mendapat asistensi dari

asosiasi maupun pemerintah untuk mendapatkan sertifikasi CHSE,

karena prosesnya diserahkan kepada masing-masing pelaku usaha hotel

untuk memenuhi syaratnya. Sementara itu, mereka berpendapat bahwa

justru pelaku usaha yang perlu diperhatikan secara lebih oleh pihak

pemerintah maupun asosiasi bukan pelaku usaha yang jauh lebih mapan,

dalam hal ini yang tidak perlu upaya lebih untuk branding dan

marketing karena dengan bergabungnya hotel-hotel bintang 4 dan 5

tersebut ke dalam daftar hotel repatriasi dan karantina dari luar, mereka

tidak perlu berupaya lebih untuk memastikan bahwa Tingkat

71

Penghunian Kamar hotelnya rendah, karena selama pandemi akan ada

yang menginap di hotel-hotel tersebut sebagai tamu.

e. Suntikan dari Pemerintah

Pemerintah telah mengalokasikan dana hibah pariwisata sebesar

Rp3,3 triliun pada tahun 2020. Hal ini untuk membantu Pemerintah

Daerah (Pemda) serta industri hotel dan restoran yang saat ini

mengalami penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta gangguan

finansial akibat pandemi COVID-19. Pemerintah menerapkan program

stimulus, antara lain pemberian hibah, subsidi suku bunga,

restrukturisasi kredit, dan pinjaman mikro pariwisata, untuk mendorong

pemulihan sektor pariwisata yang dihantam pandemi COVID-19.

Stimulus tersebut berupa hibah pariwisata sebagai bagian dari Program

Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dengan 70 persen dana tahun lalu

dikucurkan untuk sektor hotel dan restoran. Pemerintah juga akan

memperluas kepesertaan Program Kartu Prakerja pada tahun 2021 bagi

tenaga kerja di sektor pariwisata (ANTARA, 2021). Berdasarkan

wawancara penelitian ini dengan perwakilan pelaku usaha hotel bintang

tiga di DKI Jakarta, sejauh ini mereka tidak diberikan keringanan pajak,

dan tidak mendapat stimulus, padahal sebagai kategori usaha menengah

yang sebelum pandemi standar omzet per tahun mencapai 4 miliar

Rupiah, mereka berpendapat bahwa pemerintah semestinya

memberikan suntikan kepada UMKM yang terkena dampak pandemi.

72

f. Pengurangan Jumlah Pekerja dan Perubahan Jam Kerja

Penelitian ini mendapatkan bahwa dalam rangka mempertahankan

keberlangsungan usaha mereka, beberapa opsi yang ditempuh oleh para

pelaku usaha perhotelan adalah dengan mengurangi jumlah pekerja

mereka. Berdasarkan wawancara dengan manajer salah satu hotel

perwakilan klasifikasi bintang tiga di DKI Jakarta, telah terjadi

perampingan jumlah pekerja di hotel tersebut sebesar 50 persen.

Sementara itu 50 persen yang masih bekerja juga benar-benar dijaga

asupan vitaminnya agar memiliki imunitas yang tinggi dan tidak mudah

terkena COVID-19. Adapun jam kerja para karyawan dikurangi yang

jika sebelum pandemi jam kerja adalah 10 jam, kini dipangkas menjadi

8 jam. Peneltian ini juga menemukan bahwa pelaku usaha hotel

memprioritaskan karyawan tetap dan pengurangan jumlah pekerja

dimaulai dari yang tidak tetap. Jumlah karyawan yang aktif di hotel

dikurangi sejalan dengan menurunnya jumlah tamu yang menetap di

hotel tersebut, karena tidak banyak yang dilayani, serta pada umumnya

jika hotel tersebut memiliki lebih dari satu restoran atau kafe, mereka

akan mengurangi jumlah yang beroperasi.

g. Mengoptimalkan Online Travel Website

Berdasarkan hasil wawancara penelitian ini dengan pelaku usaha

hotel bintang 3, ditemukan bahwa strategi penjualan kamar dan promosi

melalui agen online travel merupakan salah satu strategi yang paling

mereka andalkan selama pandemi. Hal ini mereka lakukan dengan

73

menetapkan harga rendah untuk menarik pelanggan dan juga

dikarenakan pelaku usaha kompetitor mereka juga menurunkan harga,

jika mereka tidak mengikuti tawaran mitra-mitra travel, mereka akan

ditinggal dan kalah dalam persaingan harga. Strategi pemasaran hotel

mengoptimalkan work from home (WFH) menawarkan promosi agar

konsumen dapat bekerja sambal berlibur di hotel mereka. Selama

pandemi ini, telah banyak kegiatan berbasis online yang mengalami

peningkatan, tidak terkecuali e-commerce, online ticketing, dan ini

merupakan kesempatan bagi para pelaku usaha untuk dapat dikenali dan

ditemukan oleh pelanggan potensial, karena para konsumen semakin

tahu harga pasar dan mereka akan memilih tempat menginap yang

menarik menurut preferensi mereka masing-masing.

h. Mempertahankan Konsumen Loyal

Berdasarkan uraian beberapa strategi diatas, penelitian ini

menemukan bahwa strategi ini setelah mengoptimalkan pemasaran

secara online paling diandalkan pelaku usaha hotel bintang 3 ini,

terutama dalam mempromosikan tawaran-tawaran terbaru maupun

menawarkan diri untuk menjadi tempat para pelanggan yang mereka

kenal untuk menyewa ruangan meeting, mereferesikan hotel tersebut via

word of mouth,agar target hunian kamar, maupun pemasukan dari

restoran/café dapat memenuhi kebutuhan operasional hotel mereka

selama pandemi ini.

74

2. Proyeksi Pariwisata 2022 – 2025 dan Pasca COVID-19

Gambar 4.18

Proyeksi Ukuran Sektor Pariwisata di Indonesia (dalam Juta USS)

Sumber: Statista, 2021 (Diolah)

Berdasarkan gambar diatas, diproyeksikan bahwa setelah penurunan

drastis ukuran sektor pariwisata yang dialami pada tahun 2020 dengan

penurunan sebesar 49,7 persen dari tahun 2019, dan selanjutnya pada tahun

2021 hingga 2023 akan mengalami peningkatan hingga pada 2024 akan

kembali normal dengan nilai yang lebih tinggi dari tahun 2019 (Statista,

2021).

Namun, ini merupakan proyeksi berdasarkan asumsi beberapa skenario,

sebab untuk saat ini di tahun 2021, masih ada hambatan terhadap perjalanan

global, seperti pembatasan sosial, lockdown, karantina, pengujian &

pelacakan yang tidak memadai, terbatasnya penerapan protokol kesehatan,

masih minimnya akses terhadap vaksin di sebagian besar negara, dan

kurangnya koordinasi di seluruh pemerintah dan antara public dan sektor

0,00

10.000,00

20.000,00

30.000,00

40.000,00

50.000,00

60.000,00

70.000,00

80.000,00

75

swasta, dan gelombang kedua penyebaran COVID-19 dengan berbagai jenis

varian baru yang semuanya dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang

signifikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan pelaku usaha hotel di

DKI Jakarta, bahwa setelah COVID-19 berakhir, masyarakat akan kembali

ke tatanan semula, dengan tetap memperhatikan aspek kebersihan,

keberlanjutan (sustainable), ramah lingkungan, dan perhatian terhadap

kesehatan meski selama pandemi berbagai perhelatan acara telah

dilaksanakan secara hybrid, namun dikarenakan budaya masyakarat

Indonesia yang lebih cenderung memilih people to people contact, tren di

beberapa negara yang mulai membebaskan penggunaan masker di tempat

terbuka, dan fungsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara, pusat

pemerintahan, dan pusat perekonomian negara menjadikan DKI Jakarta

sebagai salah satu destinasi tuan rumah berbagai pertemuan bilateral,

multilateral, dan berbagai acara internasional.

3. Kebijakan Pemerintah

a. Kebijakan dalam Memberlakukan Pembatasan Sosial

Pada tahun 2020, bulan 10-23 pemerintah memberlakukan PSBB

Jilid I, bulan 24 April-22 Mei PSBB Jilid II, dan bulan 22 Mei-4 Juni

PSBB Jilid III. Adapun ciri dari ketiga tahap PSBB adalah wajibnya

pemakaian masker,dan larangan berkerumun, Setelah 3 bulan dan

melihat kurva angka kasus COVID-19 yang lumayan landai, patuhnya

masyarakat terhadap himbauan untuk tidak mudik, Pemprov DKI

76

Jakarta, memberlakukan PSBB transisi fase I pada 5 Juni sampai

dengan 2 Juli. Pada PSBB transisi fase 1 ini pelonggaran dimulai,

dengan adalah penerapan PSBB menjadi PSBB transisi (JSC, 2020) .

Aktivitas yang dibolehkan saat PSBB transisi, dengan ketentuan

kapasitasnya: Rumah ibadah, Perkantoran, Rumah makan, Pabrik,

Salon barbershop, Pasar, Fasilitas olahraga outdoor,

Museum/perpustakaan, Taman/pantai semuanya telah diperbolehkan

beroperasi kembali dengan ketentuan kapasitas maksimal 50 persen.

Adapun mobil pribadi dengan ketentuan maksimal 2 orang per baris,

diperbolehkan kapasitas penuh selama berdomisili di alamat sama.

Angkutan umum dan taksi dengan kapasitas 50 persen dan ojek 100

persen. Sepanjang bulan Juli hingga September telah dilakukan 5 kali

perpanjangan PSBB transisi fase I. 2-16 Juli: PSBB transisi fase I

perpanjangan pertama, hal ini dikarenakan pada bulan Agustus

positivity rate di DKI Jakarta sebesar 6,1 persen yang melebihi ambang

batas yang ditentukan oleh WHO yakni seebsar 5 persen.

Pada tahun 2021, Pemerintah menentukan Pemberlakuan

Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Indonesia (PPKM) diterapkan di

tujuh provinsi di Jawa dan Bali, yakni Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali karena ketujuh provinsi tersebut

memiliki tingkat kasus aktif diatas rata-rata nasional, tingkat

kesembuhan di bawah rata-rata nasional, dan tingkat keterisian Rumah

77

Sakit dan Intensive Care Unit di atas 70 persen. PPKM jilid kedua

diberlakukan dari 26 Januari hingga 8 Februari 2021. PPKM mikro

diberlakukan di sejumlah wilayah di tujuh provinsi. Namun, berbeda

dengan PPKM, pada PPKM mikro ada pengaturan tentang

pembentukan posko penanganan COVID-19 di tingkat desa dan

kelurahan, jam operasional pusat perbelanjaan/mall diatur dengan lebih

longgar yaitu hingga pukul 21.00 WIB, serta pembatasan perkantoran

yang lebih longgar yaitu 50% kerja dari kantor dan 50% kerja dari

rumah. Setelah dilaksanakan selama dua pekan, pemerintah

memperpanjang PPKM mikro berkali-kali.

b. Kebijakan Fiskal

Pemerintah telah mengerjakan langkah-langkah fiskal berikut

untuk semua sektor ekonomi:

1) Enam bulan pembebasan pajak bagi karyawan, produsen,

dan importir bulan Desember 2020.

2) Penundaan pengumpulan pajak pendapatan individu dan

perusahaan untuk merangsang ekonomi.

Selain itu, pemerintah telah menyetujui Program Stimulus Fiskal

untuk Mitigasi COVID-19 yang meliputi:

1) Keringanan PPh pasal 21: pengurangan pajak 100% untuk

pekerja dan hingga Rp 200 Juta untuk industri manufaktur

(perkiraan senilai Rp8,6 triliun)

78

2) Keringanan PPh pasal 22 untuk Impor pada 19 sektor

tertentu (perkiraan nilai Rp8,15 triliun)

3) Keringanan PPh pasal 25 sebesar 30% di 19 sektor tertentu

(perkiraan nilai Rp 4,2 triliun)

4) Keringanan pajak berupa Pengembalian PPN di 19 sektor

tertentu (perkiraan nilai Rp 1,97 triliun)

c. Kebijakan Moneter

Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25

basis poin menjadi 4,75%. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah

merilis beberapa kebijakan countercyclical untuk mitigasi COVID-

19. Dengan ini, bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung

stimulus pertumbuhan ekonomi bagi debitur yang terkena dampak

COVID-19 (World Tourism Organization, 2021) .

Adapun kebijakan moneter berupa:

1) Penilaian kualitas kredit/pembiayaan/pinjaman lainnya hanya

berdasarkan ketepatan waktu pembayaran pokok dan/atau

kenaikan bunga kredit menjadi Rp 10 miliar; dan

2) Bank dapat melakukan restrukturisasi kredit/pembiayaan

sementara tanpa batasan kredit atau jenis kredit, termasuk untuk

UMKM. Untuk debitur UKM, Bank juga dapat menerapkan

kedua stimulus tersebut.

79

Terkait bauran kebijakan tahun 2021, kerangka pemulihan

ekonomi terpusat pada tiga hal yaitu pertama, intervensi kesehatan

melalui vaksinasi gratis dan disiplin dalam penerapan protokol

COVID-19 (Bank Indonesia, 2021). Kedua, berupa survival and

recovery kit untuk menjaga kesinambungan bisnis, Pemerintah

melalui lintas Kementerian dan Lembaga mendukung sektor

pariwisata dengan memberikan stimulus pariwisata di tahun 2021,

diantaranya melalui hibah pariwisata dan belanja di

Kementerian/Lembaga. Selain itu, Kementerian Keuangan juga

sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PM) baru yang

memberikan kemudahan penjaminan kredit bagi untuk sektor

perhotelan, restoran dan pariwisata.

d. Kerjasama Sektor Swasta dan Pemerintah

Pemerintah telah membentuk satuan tugas khusus untuk

percepatan penanganan COVID-19 (World Tourism Organization,

2021). Gugus tugas ini terdiri dari kementerian dan lembaga

nasional, dan bertanggung jawab untuk:

1) Meningkatkan pertahanan kesehatan nasional

2) Percepatan penanganan COVID-19 dengan

meningkatkan sinergi antar kementerian, lembaga, dan

pemerintah provinsi,

80

3) Pemerintah telah bekerja sama dengan beberapa jaringan

hotel dan layanan transportasi untuk menyediakan

akomodasi dan layanan antar-jemput yang memadai

bagi para tenaga medis yang berada di garis depan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pandemi COVID-19 yang menghantam seluruh dunia telah

menghantam berbagai aspek selain kesehatan yakni sektor

81

perekonomian, dan sektor pariwisata sebagai sektor yang paling

terkena dampak pandemi. Hal ini dikarenakan sektor ini identik

dengan people to people contact serta agar dapat menghasilkan

direct dan indirect effect terhadap perekonomian, para wisatawan

perlu hadir di tempat atau destinasi wisata secara fisik. Bidang

usaha akomodasi dan perhotelan menjadi salah satu dari enam

bidang sorotan utama pemerintah melalui Kemenparekraf RI dalam

tahap uji coba protokol tahun 2020 lalu dikarenakan telah terjadi

keterpurukan yang besar di bidang usaha perhotelan, baik di

klasifikasi hotel berbintang, terlebih lagi hotel yang tidak

berbintang.

2. Dalam strategi menghadapi COVID-19, pelaku usaha perhotelan

menerapkan berbagai strategi sepanjang 1,5 tahun ini dan ada yang

cocok dan berhasil untuk hotel tertentu sesuai dengan afiliasi,

jaringan maupun sumber daya yang dimiliki, dan klasifikasi hotel.

3. Setelah COVID-19 berakhir, masyarakat akan kembali ke tatanan

semula, dengan tetap memperhatikan aspek kebersihan,

keberlanjutan, ramah lingkungan, dan perhatian terhadap kesehatan

meski selama pandemi berbagai perhelatan acara telah dilaksanakan

secara hybrid. Namun, dikarenakan budaya masyakarat Indonesia

yang lebih cenderung memilih people to people contact, tren di

beberapa negara yang mulai membebaskan penggunaan masker di

tempat terbuka, dan fungsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara,

82

pusat pemerintahan, dan pusat perekonomian negara menjadikan

DKI Jakarta sebagai salah satu destinasi tuan rumah berbagai

pertemuan bilateral, multilateral, dan berbagai acara internasional.

4. Strategi yang diterapkan oleh pelaku usaha selama pandemi tidak

semuanya dapat dipakai pasca pandemi, seperti misalnya hotel

repatriasi, hotel karantina, dan isolasi mandiri karena ini merupakan

upaya yang dilakukan selama kondisi pandemi saja.

B. Saran

1. Saran Praktis

• Bagi pihak pemerintah untuk dapat terkoordinasi khususnya

antara pusat dan daerah, sehingga masyarakat lebih bisa

optimis dalam menghadapi situasi yang penuh dengan

ketidakpastian dan sebagai ibukota negara, DKI Jakarta sangat

disorot dalam hal penanganan COVID-19. Sehubungan

dengan bantuan, insentif, suntikan, hibah kepada pelaku usaha

agar dapat dioptimalkan dengan baik dan tepat sasaran, karena

pada kenyataannya masih terdapat pelaku usaha perhotelan

yang khususnya berada di level UMKM masih belum

diperhatikan oleh pemerintah. Sebab selama ini untuk dapat

bertahan di angka TPK yang sangat rendah berbagai upaya

mereka lakukan sendiri agar dapat memenuhi kebutuhan

operasionalnya.

83

• Bagi pihak pelaku usaha perhotelan untuk terus berupaya

melakukan adaptasi dan inovasi berdasarkan sumber daya

yang dimiliki, dikarenakan pandemi masih tetap ada dan

belum diketahui kapan akan hilang dan sepenuhnya dapat

teratasi.

2. Saran Teoritis

• Bagi penelitian selanjutnya untuk dapat menelusuri tentang

pariwisata di daerah lainyang juga termasuk ke dalam destinasi

populer. Untuk menelusuri lebih dalam perihal strategi pelaku

usaha selain representasi satu jenis hotel berbintang, dan juga

analisis dampak pada ketenagakerjaan sektor pariwisata, dan

bauran kebijakan makro agar dapat melihat dampak

kerbijakan-kebijakan pemerintah terhadap pariwisata secara

umum dan perhotelan secara spesifik.

84

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal Ilmiah

Ashley, C., Mitchell, J. (2008). Doing the right thing approximately not the wrong

thing precisely: Challenges of monitoring impacts of pro-poor interventions

in tourism value chains. Overseas Development Institute. Retrieved from

http://www.odi.org/sites/odi.org.uk/files/odi-assets/publications-opinion-

files/2348.pdf

Azzeddine Madani, Saad Eddine Boutebal, Hinde Benhamida and Christopher

Robin Bryant. 2020. The Impact of Covid-19 Outbreak on the Tourism Needs

of the Algerian Population. Article Sustainability 2020, 12, 8856;

doi:10.3390/su12218856

Bekaert, Geert, Engstrom, E., & Ermolov, A. (2020). Aggregate Demand and

Aggregate Supply Effects of COVID-19: A Real-time Analysis Finance and

Economics Discussion Series 2020-049. Washington: Board of Governors of

the Federal Reserve System.

Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Pariwisata. (2016). LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA TAHUN

2016. Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Pariwisata.

BPS DKI Jakarta. (2020). STATISTIK HOTEL DAN TINGKAT PENGHUNIAN

KAMAR HOTEL DKI JAKARTA 2020. Jakarta: BPS DKI Jakarta.

BPS DKI Jakarta. (2019). STATISTIK HOTEL DAN TINGKAT PENGHUNIAN

85

KAMAR HOTEL DKI JAKARTA 2020. Jakarta: BPS DKI Jakarta.

BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Berita Resmi Statistik: Kunjungan Wisman dan

TPK Hotel Berbintang di DKI Jakarta Menurun. Jakarta: BPS Provinsi DKI

Jakarta.

BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Berita Resmi Statistik: Kunjungan Wisman ke

DKI Jakarta Mei 2020 kembali turun. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.

BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Berita Resmi Statistik: Terpuruknya Kunjungan

Wisman ke DKI Jakarta pada Maret 2020. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.

BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta Agustus

2020 Kembali Naik. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.

BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta Desember

2020 Semakin Meningkat. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.

BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta Juli 2020

Naik. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.

BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta Juni 2020

Merangkak Naik. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.

BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Kunjungan Wisman Ke DKI Jakarta September

2020 Masih Jauh dari Kondisi Normal, namun Tiongkok tetap Mendominasi.

Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.

BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). PROVINSI DKI JAKARTA DALAM ANGKA

DKI Jakarta Province in Figures 2020. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.

86

BPS Provinsi DKI Jakarta. (2020). Tiongkok Kembali Mendominasi Kunjungan

Wisman ke DKI Jakarta bulan Oktober 2020. Jakarta: BPS Provinsi DKI

Jakarta.

Britannica, The Editors of Encyclopaedia. "Industry". Encyclopedia Britannica, 19

Feb. 2021, https://www.britannica.com/technology/industry. Accessed 26

June 2021.

Calderwood, L.U ., & Soshkin, M. (2019). The Travel & Tourism Competitiveness

Report 2019. Geneva: World Economic Forum’s Platform for Shaping the

Future of Mobility

Camilleri, M. A. (2018). The Tourism Industry: An Overview. In Travel Marketing,

Tourism Economics and the Airline Product (Chapter 1, pp. 3-27). Cham,

Switzerland: Springer Nature.

Christian, M., K, Fernandez-Stark K., Ahmed, G., Gary, G., & Jo Heil, S. (2011).

The Tourism Global Value Chain. Durham: Duke University Center on

Globalization, Governance and Competitiveness

Deb, S.K., & Nafi, S.M. (2020). IMPACT OF COVID-19 PANDEMIC ON

TOURISM: RECOVERY PROPOSAL FOR FUTURE TOURISM.

GeoJournal of Tourism and Geosites, 33(4spl), 1486–1492.

https://doi.org/10.30892/gtg.334spl06-597

Dolma Tsering. 2020. Covid-19 and its Impact on the Tourism Industry of the Tibet

Autonomous Region. Taiwan Foundation for Democracy and Research

Scholar, Centre for East Asian Studies, JNU.

87

Dr. Emon Kalyan Chowdhury. 2020. Catastrophic Impact of Covid-19 on Tourism

Sector in Bangladesh: An Event Study Approach. The Cost And Management

ISSN 1817-5090, Volume-48, Number-04, July-August 2020

Duke University CGCC. (2011). The Tourism Global Value Chain. Durham: Duke

University Center on Globalization, Governance, and Competitiveness.

Fernando Almeida, Oscar Silva. 2020. The Impact Of Covid-19 On Tourism

Sustainability: Evidence From Portugal. Advances in Hospitality and Tourism

Research (AHTR) An International Journal of Akdeniz University Tourism

Faculty ISSN: 2147-9100 (Print), 2148-7316 (Online)

Fleming. W. R., and Toepper, L. (1990) Economic impact studies: relating the

positive and negative impacts to tourism development. Journal of Travel

Research. 29(1): 35-42. DOI: 10.1177/004728759002900108

Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit

Salemba Humanika.

Hermawan, Asep. (2006). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

Howell, D. W. (2009). Passport : an introduction to the tourism industry. Toronto:

Nelson Education.

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit

Erlangga

Kemenkeu RI. (2020). KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-

POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2021. Jakarta: Kemenkeu RI.

88

Kementerian Pariwisata. (2015). Cakupan Aktivitas Pariwisata dalam Klasifikasi

Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015. Jakarta: Kementerian

Pariwisata.

Leandro Fontoura, Carolin Lusby, Francesc Romagosa. 2020. Post-COVID-19

tourism: perspectives for sustainable tourism in Brazil, USA and Spain.

Observatório de Inovação do Turismo - Revista Acadêmica Vol. XIV, n°

Especial, dezembro - 2020

Lee-Peng Foo, Mui-Yin Chin, Kim-Leng Tan & Kit-Teng Phuah. 2020. The impact

of COVID-19 on tourism industry in Malaysia. Faculty of Accountancy,

Finance and Business, Tunku Abdul Rahman University College, Kuala

Lumpur, Malaysia

Luiz Carlos S. Ribeiro, Gervásio F. Santos, Rodrigo B. Cerqueira, Kênia B. Souza.

2020. Economic impact of Covid-19 on tourism in Brazil. Departamento de

Economia da Universidade Federal de Sergipe, Coordenador do Laboratório

de Economia Aplicada e Desenvolvimento Regional e Pesquisador de

Produtividade em Pesquisa do CNP

Mudjiyanto, Bambang. (2018). Exploratory Research In Communication Study.

Jurnal Studi Komunikasi Dan Media Vol 22 No 1. Kementerian Kominfo.

Mulyana, Deddy. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Munaza Kazmi, Syed Ali Haider Shah and Faisal Qayyum Khan. 2020. Impact of

COVID-19 on Tourism & Hospitality of Pakistan. Artech Journal of Tourism

Research and Hospitality (AJTRH) Volume, 1, Issue 1, 2020, Pages: 25-31

89

ISSN: 2523-5648

Ochel, W., & Wegner, M. (1987). Service Economies In Europe: Opportunities For

Growth (1st ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9780429305832

Parasuraman A., Zeithaml V.A. and Berry L.L. (1985). “A Conceptual Model of

Service Quality and Its Implications for Future Research”, Journal of

Marketing, 49, 41 – 50

Rogers, H., & Slinn, J. (1993). Tourism: Management of Facilities (M & E

Handbook). Hereford: Macdonald&Evans Ltd.

S.K.S. Yadava, Mohd. Mohsin Qureshi. 2020. Impacts of Covid-19 on Indian Travel

& Tourism Industry. International Journal of Trade and Commerce-IIARTC

July-December 2020, Volume 9, No. 2 pp. 310-318 ISSN-2277-5811 (Print),

2278-9065 (Online)

Stynes, D. J. (1997). Economic impacts of Tourism: A handbook for tourism

professionals. Retrieved from:

https://www.msu.edu/course/prr/840/econimpact/pdf/ecimpvol1.pdf

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.

University of Pretoria. (2012). Economics of Tourism. Retrieved from University

of Pretoria Repository:

https://repository.up.ac.za/bitstream/handle/2263/29848/02chapters3-

4.pdf?sequence=3

World Economic Forum. (2019). The Travel & Tourism Competitiveness Report.

Geneva: World Economic Forum’s Platform.

90

World Tourism Organization (2020), UNWTO Briefing Note – Tourism and

COVID-19, Issue 1 – How are countries supporting tourism recovery?,

UNWTO, Madrid, DOI: https://doi.org/10.18111/9789284421893

World Tourism Organization. (2021). Conceptual Guidance on Tourism Statistics

in the COVID-19 Context. Madrid: UNWTO.

World Travel and Tourism Council. (2020, November). Recovery Scenarios 2020

& Economic Impact from COVID-19. Retrieved from World Travel &

Tourism Council: https://wttc.org/Research/Economic-Impact/Recovery-

Scenarios

Zeithaml, V. &. (1996). Services Marketing. New York: McGraw Hill.

Zuckerman, A. 2020. 47 Tourism Statistics: 2020/2021 Market Share & Data

Analysis. © 2020 CompareCamp.com.

Internet

ANTARA. (2020, Mei 28). COVID-19: Strategy for generating revenue by

hospitality operators. Retrieved from Antara News:

https://en.antaranews.com/news/149605/covid-19-strategy-for-generating-

revenue-by-hospitality-operators (diakses pada 29 Mei 2021 pukul 21.15

WIB)

ANTARA. (2021, Februari 17). Government to continue stimulus programs to spur

tourism recovery. Retrieved from AntaraNews:

https://en.antaranews.com/news/168285/government-to-continue-stimulus-

programs-to-spur-tourism-recovery (diakses pada 1 Juni 2021 pukul 18.19

WIB)

91

ANTARA. (2021, Juni 25). Indonesia's daily COVID-19 cases climb by 15,308.

Retrieved from Antara News:

https://en.antaranews.com/news/177346/indonesias-daily-covid-19-cases-

climb-by-15308 (diakses pada 25 Juni 2021 pukul 14.00 WIB)

Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. (2021). PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010

menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2015-2017. Retrieved from Badan

Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta:

https://jakarta.bps.go.id/indicator/52/59/2/pdrb-atas-dasar-harga-konstan-

2010-menurut-lapangan-usaha.html (diakses pada 2 Juni 2021 pukul 14.00

WIB)

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2021). Laju Pertumbuhan PDRB Atas

Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2018-

2020. Retrieved from Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta:

https://jakarta.bps.go.id/indicator/52/61/1/laju-pertumbuhan-pdrb-atas-

dasar-harga-konstan-2010-menurut-lapangan-usaha.html (diakses pada 10

Juni pukul 16.00 WIB)

Bank Indonesia. (2021, April 9). OPTIMALKAN KEBIJAKAN STIMULUS,

PERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI. Retrieved from Departemen

Komunikasi Bank Indonesia: https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-

media/news-release/Pages/sp_239321.aspx (diakses pada 4 Juni 2021 pukul

14.50 WIB)

BBC News. (2021, June 25). Covid map: Coronavirus cases, deaths, vaccinations

by country. Retrieved from BBC News: https://www.bbc.com/news/world-

51235105 (diakses pada 25 Juni 2021 pukul 13.40 WIB)

Bisnis.com. (2018, November 4). Genjot Pariwisata, Pemprov DKI Jakarta

Gandeng Bank Indonesia. Retrieved from Bisnis.com:

https://jakarta.bisnis.com/read/20181104/77/856328/genjot-pariwisata-

92

pemprov-dki-jakarta-gandeng-bank-indonesia (diakses pada 28 Mei 2021

pukul 15.25 WIB)

Bisnis.com. (2020, October 12). Ada Permenkumham Baru, Ini Prosedur WNA

Masuk ke Indonesia. Retrieved from Bisnis.com:

https://ekonomi.bisnis.com/read/20201012/98/1304069/ada-

permenkumham-baru-ini-prosedur-wna-masuk-ke-indonesia (diakses pada 3

Juni 2021 pukul 22.00 WIB)

Burdett, M. (2017, November 7). Primary and Secondary Tourist Resources.

Retrieved from Geography Case Study:

https://www.geographycasestudy.com/primary-and-secondary-tourist-

resources/#:~:text=Defining%20primary%20and%20secondary%20tourist%

20resources%20Primary%20tourist,non-

tourist%20purposes.%20They%20were%20created%20for%20another%20

purpose. (diakses pada 19 Juni 2021 pukul 15.40 WIB)

Detik. (2021, Juni 8). BNPB Akan Setop Sementara Pembiayaan Hotel Isolasi

Mandiri di Jakarta. Retrieved from DetikNews:

https://news.detik.com/berita/d-5598566/bnpb-akan-setop-sementara-

pembiayaan-hotel-isolasi-mandiri-di-jakarta (diakses pada 10 Juni 2021

pukul 18.09 WIB)

JSC. (2020). Linimasa Kebijakan Penanganan Pandemi COVID-19 di Jakarta.

Retrieved from Jakarta Smart City:

https://smartcity.jakarta.go.id/blog/507/linimasa-kebijakan-penanganan-

pandemi-covid-19-di-jakarta (diakses pada 20 Mei 2021 pukul 23.00 WIB)

Kemenparekraf RI. (2021). PARIWISATA INDONESIA SIAP! Retrieved from

Kemenparekraf: https://chse.kemenparekraf.go.id/ (diakses pada 24 Mei

2021 pukul 15.50 WIB)

Kompas. (2020, July 13). Slow Recovery Ahead for Indonesia’s Hotel Industry:

Colliers International. Retrieved from Kompas.com:

93

https://go.kompas.com/read/2020/07/13/175300674/slow-recovery-ahead-

for-indonesias-hotel-industry-colliers-international (diakses pada 29 Mei

2021 pukul 13.15 WIB)

Kompas. (2021, Juni 17). Daftar Lengkap Hotel dan Tempat Isolasi Mandiri Pasien

Covid-19 di Jakarta. Retrieved from kompas.com:

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/17/08482081/daftar-lengkap-

hotel-dan-tempat-isolasi-mandiri-pasien-covid-19-di?page=all (diakses pada

14 Juni 2021 pukul 16.30 WIB)

Liputan 6. (2019, Oktober 16). Menpar Targetkan Devisa dari Sektor Pariwisata

Capai 20 Miliar Dolar AS. Retrieved from Liputan6:

https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4087332/menpar -targetkan-devisa-

dari-sektor-pariwisata-capai-20-miliar-dolar-as (diakses pada 15 Juni 2021

pukul 20.20 WIB)

Lopez, L., & Bianchi, G. (2021, June 19). Economic theories on COVID-19’s

impact on hospitality and tourism. Retrieved from EHL Insights:

https://hospitalityinsights.ehl.edu/economic-theories-covid-impact-

hospitality-tourism (diakses pada 20 Juni 2021 pukul 15.37 WIB)

Lowy Institute. (2021, Maret 13). Covid Performance Index: Deconstructing

Pandemi Responses. Retrieved from Lowy Institute:

https://interactives.lowyinstitute.org/features/covid-performance/ (diakses

pada 3 Juni 2021 pukul 16.40 WIB)

Republika. (2021, Juni 14). Anies: Saat Ini BOR di DKI Capai 75 Persen. Retrieved

from Republika: https://www.republika.co.id/berita/qunw8v377/anies-saat-

ini-bor-di-dki-capai-75-persen (diakses pada 14 Juni 2021 pukul 22.3o WIB)

Statista. (2021, Mei). GDP loss due to COVID-19, by economy 2020. Retrieved

from Statista: https://www.statista.com/statistics/1240594/gdp-loss-covid-

19-economy/ (diakses pada 15 Juni 2021 pukul 15.35 WIB)

94

SWA. (2020, June 2). 6 Bidang Usaha Prioritas untuk Uji Coba Protokol Tatanan

Hidup Baru. Retrieved from SWA:

https://swa.co.id/swa/trends/management/6-bidang-usaha-prioritas-untuk-

uji-coba-protokol-tatanan-hidup-baru (diakses pada 2 Juni 2021 pukul 22.00

WIB)

World Economic Forum . (2020, September 25). World Vs Virus podcast: An

economist explains what COVID-19 has done to the global economy.

Retrieved from World Economic Forum :

https://www.weforum.org/agenda/2020/09/an-economist-explains-what-

covid-19-has-done-to-the-global-economy/ (diakses pada 20 Juni 2021 pukul

22.00 WIB)

World Travel & Tourism Council. (2019, December 10). Cities Economic Impact

Report. Retrieved from World Travel & Tourism Council:

https://wttc.org/Research/Economic-Impact/Cities (diakses pada 22 Juni

2021 pukul 21.30 WIB

95

LAMPIRAN – LAMPIRAN

96

Lampiran 1: Daftar Hotel Untuk Repatriasi di DKI Jakarta

Sumber data: Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), per 29

Desember 2020

No. Nama Hotel Wilayah Kamar Klasifikasi

1. Hotel Shangri-La Jakarta Pusat 100 5

2. Hotel Borobudur Jakarta Pusat 50 5

3. Grand Sahid Jaya Jakarta Pusat 300 5

4. Fraser Residence Menteng Jakarta Pusat 70 5

5. AYANA Midplaza jakarta Pusat 100 5

6. Grand Hyatt Jakarta Pusat 150 5

7. Merlynn Park Hotel Pusat 100 5

8. Aryaduta Menteng Pusat 120 5

9. Novotel Jakarta Gajah Mada Pusat 200 4

10. Novotel Jakarta Cikini Pusat 50 4

11. Hotel Harris Vertu Harmoni Pusat 100 4

12. Millenium Hotel Sirih Jakarta Pusat 200 4

13. Jambuluk Thamrin Hotel Pusat 71 4

14. Batavia Apartments Serviced Residence Pusat 20 4

15. AONE Hotel Pusat 75 4

16. Ibis Styles Jakarta Gajah Mada Pusat 80 4

17. Akmani Hotel Pusat 15 4

18. Best Western Plus Kemayoran Hotel Pusat 25 4

19. Best Western Mangga Dua Jakarta Pusat 30 4

20. Yello Hotel Harmoni Pusat 150 3

21. Artotel Thamrin Jakarta Pusat 40 3

22. Triniti Hotel Pusat 92 3

23. Bluesky Pandurata Hotel Pusat 40 3

24. Max One Sabang Pusat 79 3

25. Ibis Jakarta Tamarin Pusat 60 3

26. Holiday Inn Express Jakarta Thamrin Pusat 30 3

27. Takes Mansion Hotel Pusat 80 3

28. Favehotel Tanah Abang Cideng Pusat 60 3

29. Grand Cemara Hotel Pusat 104 3

30. Swiss Belinn Wahid Hasyim Jakarta Pusat 75 3

31. Cemara Hotel Pusat 55 3

32. All Seasons Jakarta Thamrin Pusat 100 3

33. Best Western Senayan Hotel Pusat 35 3

97

34. Oria Hotel Pusat 20 3

35. Amaris Hotel Fachrudin Tanah Abang Pusat 52 3

36. Luminor Hotel Pecenongan Pusat 50 3

37. Red Planet Jakarta Pasar Baru Pusat 80 3

38. Dafam Express Jaksa Jakarta Pusat 50 2

39. Amaris Hotel Senen Pusat 70 2

40. POP! Hotel Pasar Baru Jakarta Pusat 30 2

41. Hotel Puri Mega Pusat 30 2

42. Hotel Puri Jaya Pusat 30 2

43. Losari Hotel Roxy Pusat 85 Non

Jumlah Kamar 3353

Jumlah Hotel Bintang 5 8

Jumlah Hotel Bintang 4 11

Jumlah Hotel Bintang 3 18

Jumlah Hotel Bintang 2 5

Jakarta Selatan

44. Wyndham Casablanca Jakarta Selatan 150 5

45. The Grove Suites by Grand Aston Selatan 5 5

46. Hotel Grandhika Iskandarsyah Jakarta Selatan 50 4

47. Swiss-Belresidences Kalibata Selatan 120 4

48. Kristal Hotel Selatan 100 4

49. Hotel Aston Bellevue Radio Dalam Selatan 30 4

50. The 101 Jakarta Sedayu Darmawangsa Selatan 150 4

51.

Amoscozy Hotel & Convention Hall

Jakarta Selatan 60 4

52. Ambhara Hotel Selatan 200 4

53. Manhattan Hotel Selatan 150 4

54. The Falatehan Hotel Selatan 80 3

55. Kyriad Hotel Fatmawati Jakarta Selatan 80 3

56. Hotel Dharmein Selatan 80 3

57. Sotis Hotel Falatehan Selatan 60 3

58. Kyriad Metro Kebayoran Jakarta Selatan Selatan 100 3

59. Swiss Belinn Simatupang Selatan 159 3

60. Hotel Pomelotel Jakarta Selatan 70 3

61. Amaris Hotel Tendean Selatan 50 2

62. Amaris Hotel Tebet Jakarta Selatan 50 2

63. Amaris Hotel Codefin Kemang Selatan 90 2

Jumlah Kamar 1834

98

Jumlah Hotel Bintang 5 2

Jumlah Hotel Bintang 4 8

Jumlah Hotel Bintang 3 7

Jumlah Hotel Bintang 2 3

Jakarta Barat

64. Hotel Ciputra Jakarta Barat 250 4

65. Holiday Inn and Suites Jakarta Gajah Mada Barat 100 4

66. Samala Hotel Jakarta Cengkareng Barat 182 4

67. Grand Paragon Hotel Jakarta Barat 171 4

68. The Jayakarta SP Jakarta Hotel & Spa Barat 100 4

69. Grand Ciputra Hotel Barat 336 4

70. Grand Tjokro Hotel Barat 144 4

71. Luminor Hotel Barat 50 4

72. Hotel Sparks Life Jakarta Barat 50 3

73. Hotel Neo Puri Indah Jakarta Barat 45 3

74. MaxOne Signature Hotel @ Glodok Barat 40 3

75. Favehotel LTC Glodok Barat 150 3

76. Royal Palm Hotel Barat 100 3

77. Everyday Smart Hotel Mangga Besar Barat 50 2

78. Nite & Day Jakarta Bandengan Barat 85 2

Jumlah kamar 1853

Jumlah Hotel Bintang 4 8

Jumlah Hotel Bintang 3 5

Jumlah Hotel Bintang 2 2

Jakarta Utara

79. Oakwood Apartments PIK Jakarta Utara 35 5

80. Alisedayu Hotel Kelapa Gading Utara 120 4

81. Aston Marina Ancol Jakarta Utara 150 4

82. Grand Dafam Ancol Utara 150 4

83. Mercure Jakarta PIK Utara 150 4

84. Novotel Jakarta Mangga Dua Square Utara 200 4

85. Aston Pluit Hotel and Residence Utara 70 4

86. Sunlake Hotel Utara 120 4

87. Holiday Inn Express JI Expo Utara 180 3

88. Holiday Inn Express Jakarta Pluit Citygate Utara 150 3

89. Hotel Neo Mangga Dua Square Utara 100 3

90. Swiss-Belinn Kemayoran Utara 100 3

91. Hotel Zia Sanno Jakarta Utara 80 3

92. Favehotel Pluit Junction Utara 50 3

99

93. Cempaka Mas Inn Utara 62 3

Jumlah kamar 1717

Jumlah Hotel Bintang 5 1

Jumlah Hotel Bintang 4 5

Jumlah Hotel Bintang 3 7

Jumlah Hotel Bintang 2 7

Jakarta Timur

94. Best Western Premier The Hive Timur 50 5

95. Balairung Hotel Jakarta Timur 70 3

96. Park Hotel Cawang Jakarta Timur 54 3

97. Teraskita Hotel Jakarta by Dafam Timur 50 3

Jumlah Kamar 224

Jumlah Hotel Bintang 5 1

Jumlah Hotel Bintang 3 3

Jumlah Kamar Keseluruhan 8981

Kota Tangerang & Cilegon

1. Days Hotel and Suites Jakarta Airport Tangerang 110 4

2. Hotel Kyriad Aiport Jakarta Tangerang 140 3

3. Swiss Belinn Airport Jakarta Tangerang 100 3

4. Favehotel Bandara Tangerang Tangerang 105 3

5. Pop Hotel Airport Jakarta Tangerang 70 2

6. Swiss Belexpress Cilegon Cilegon 100 3

Jumlah Kamar 625

Jumlah Hotel Bintang 4 1

Jumlah Hotel Bintang 3 4

Jumlah Hotel Bintang 2 1

Jumlah Kamar Keseluruhan 9606

Jumlah Hotel Bintang 5 Keseluruhan 12

Jumlah Hotel Bintang 4 Keseluruhan 33

Jumlah Hotel Bintang 3 Keseluruhan 44

Jumlah Hotel Bintang 2 Keseluruhan 18

100

Lampiran 2: Surat Keterangan Wawancara

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rainal Alwani

Jabatan : Manager Marrakesh Inn

Menerangkan bahwa:

Nama : Astrid Nadya Rizqita

Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 17 November 1996

NIM : 11140840000028

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Kampus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Program : Strata Satu (S1)

Judul Skripsi :

Benar telah selesai melakukan wawancara pada Marrakesh Inn tanggal 23 Juni

2021. Hasil penelitian untuk diujikan oleh Tim Dosen Penguji dari Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian surat keterangan

ini dibuat agar dipergunakan semestinya.

Jakarta, 23 Juni 2021

(Rainal Alwani)

101

Lampiran 3: Transkrip Wawancara

HASIL WAWANCARA

Nama : Rainal Alwani

Jabatan : Manager Marrakesh Inn

Alamat : Jakarta

Tempat Wawancara : Marrakesh Inn, Jl. Danau Tondano, Bendungan

Hilir, Jakarta Pusat 10210

Tanggal : Rabu, 23 Juni 2021

Pukul : 11.00-12.35 WIB

Bagaimana gambaran umum kinerja hotel tahun 2018-2019 (sebelum Covid-

19) dan proyeksi usaha sebelum ada COVID-19?

Perkenalkan Nama saya Rainal Alwani saya disini kebetulan bekerja dari tahun

2016 tepatnya bulan april, jadi waktu itu hotel ini masih Bernama tondino resident.

Di 2018, bulan sekitar agustus September berubah nama menjadi hotel Marrakech.

Jadi kalau berkaitan di point pertama bisa kami gambarkan sedikit memang hampir

dipastikan tiap tahunnya Kami mengalami peningkatan terutama dalam jumlah

penghunian emang kalau boleh kami cirikan disini Konsep fundou resident itu

sebenernya kita Lebih banyak untuk tamu – tamu yang long stay. Tamu tamu yang

memang untuk bulanan terutama buat para eksekutif eksekutif di seputaran benhil

atau Jakarta pusat pada umumnya. Emang di tren tren itu bisa dilihat didatanya

ya mbak kami sampaikan perharian pertama ini ada data kamar harian 2018 2019

terus kemudian ini Berbanding lurus sama data kamar bulanan. Jadi disini ada dua

tipe mbak, ada kamar harian dan kamar bulanan. Jadi yang hampir pasti itu, kami

pernah yang paling top itu dari total 50 kamar kami 40 dijadikan kamar bulanan

jadi hanya 10 kamar beroperasi sebagai kamar harian. Jadi efeknya bisa dilihat

dari tahun 2018 kamar bulanannya sampai 40 Pasti harian kecil, tapi Ketika

misalkan di tahun 2018 dibulan September oktober permintaan dari manajemen

terutama ahli waris yang baru, itu sempat dipimpin bapak langsung pak Yogi

102

batubara kemudian setelah bapak meninggal, anaknya yang pegang, dibuatlah

kebijakan yang baru, jadi tidak ada lagi kamar bulanan. Jadi diwajibkan semua

kamar harian karena prospeknya cukup besarlah gitu. emang kami pernah

membukukan paling tinggi itu di bulan sekitar 600 kamar ya mbak kamar harian di

bulan, tahun 2019 ya, ini ada sekitar, 2019 itu di bulan September, 629 kamar

dengan kamar bulanan 11 kamar. Jadi kalau untuk seputaran benhil. Yang

notabene nya lokasinya dekat dengan GBK terus semanggi, kita rasakan emang

dengan konsep hotel family terus kemudian kita juga untuk teman -teman yang

homestay konsepnya untuk mereka yang eksekutif jadi worthed kalau boleh

dibilang. Dengan fasilitas kita mempunyai kolam renang sama fitness dengan

mungkin tambahan yang biasa memberikan fasilitas free laundry, 2018, dari 2017

itu emang kami rasakan benar benar peningkatan yang luar biasa lah waktu itu

diisi sama atlet – atlet menjelang SEA Games 2018, emang ada bangunan sebelah

dulu targetnya kita selesai di SEA Games total 100 kamar kita coba daftar di

official, untuk official ya mbak bukan untuk atlet, kalau atlet kan pasti mereka

terkonsentrasi di kemayoran, tapi untuk official mereka ada tenaga Kesehatan atau

pelatihnya atau apa gitukan, itu dipersiapkan , eh mereka rata-rata emang dari

atlet-atlet itu yang membooking itu 15 kamar, 20 kamar dan itu harian kurun

waktunya 3 sampai 4 bulan, kami mempersiapkan sarapan juga, makan siang juga

sama makan malam. Terus terakhir itu, kalau di Asian Games yang normal itu ada

panitiannya Namanya inasgop dari Indonesia, bapak erich thohir dulu nya ya,

kemudian kami dapatnya yang inacgoc itu Asian Games Paragames. Itu eo nya

emang dari Malaysia, mereka booking juga sekitar 15-20 kamar di sini secara long

stay, mereka secara 3 bulan jadi mereka yang ngeliput mereka yang bikin liputan

bikin semua nya disini, jadi kalau pagi pagi itu benar-benar last day GBK, pas kita

ke GBK ataupun ke TVRI sebagai pemegang hak siar waktu itu di paragames

emang kurang lebihnya ada 5 menit lokasi terjangkau bagi teman teman. Mungkin

sementara itu untuk yang 2018-2019 yang bisa kami sampaikan.

103

Seperti apa dampak penurunan pariwisata dan hotel karena Covid-19 (TPK,

Jumlah Tamu yang Menginap, Pekerja Usaha, gambaran umum seputar

Revenue)?

Tapi memang di maret 2020 itu baru terlihat ya mbak selepas awal kami COVID

2020 penurunannya emang luar biasa, dari biasanya kami dapat minimum 400 lah

sebulan yang stabil begitu langsung anjlok ke angka setengah nya 200 terus di April

lebih parah lagi hanya 100 kamar hunian ya mbak. Hunian nya juga kelihatan ya

mbak ini kamar bulanannya jadi total kita 50 pasti ngebayangin misalkan 15 kamar

di total 50 itu berarti 35 kamar sehari harus terisi. Kalau 35 rata – rata 50 persen

saja, artinya harus minimal 17 kamar terisi. 17 dikali dengan 30 hari itu minimal

udah rata – rata di atas stoklah. Hitung nya begitu ya mbak kasar nya seperti itu

kurang lebihnya jadi okupansi kami meningkat jauh lalu tiba – tiba dihantam

dengan pandemi ini diumumkan sama pemerintah di bulan maret ini, kita memang

terjun bebas. Efeknya kami dari 22 total karyawan kami rampingkan hanya 11, itu

ya yang mungkin ada implikasi di pertanyaan mbak berikut nya kalau enggak salah.

Dirampingkan maksudnya itu sementara atau…?

Karena pas waktu COVID kami bilang sementara, tapi kan setelah selesai COVID

kita enggak tahu, sampai sekarang belum selesai Ketika misalkan tingkat hunian

naik lagi terus mungkin kami himbaukan lagi mau kah mereka Kembali bergabung

tapi dengan kondisi saat ini kayaknya kami bertahan dengan 11 orang yang minim

kondisinya ya mbak dengan 3 petugas security, 4 orang house keeping, 2 orang FO

Pagi dan FO Malam Kami 24 jam ya mbak, terus sama kita kafenya satu orang,

kalau dulu kafe sama kitchen aktif semua Cuma semenjak pandemi kita hindari

kerumuman salah satunya kita hanya menyediakan makanan dan minuman saja itu

mungkin untuk point satu. Untuk point dua seperti apa dampak penurunan

pariwisata hampir pasti kami lihat sekeliling dari teman teman pemain lama di sini

ada xenia kemudian ada legrin. Mereka arxenia ada sekitar 3 unit, legrin itu ada 6

unit, kalaupun memang kelasnya masih dibawah kami tapi biar bagaimanapun

kami udah anggap sebagai competitor. Kalau misalkan kompetitor yang lain

seperti di depan itu ya ada service resident tapi memang mereka kelasnya sudah

104

grupnya eksotis ya mbak mereka punya sisterkamling juga, hampir pasti jugakan

market nya lebih besar juga, kami hanya mengambil yang rekanan rekanan kayak

TVRI terus kayak teman teman BUMN juga, masuknya yang paling banyak dari

para atlet-atlet yang mereka yang sekarang sedang karantina, itu hampir pasti

2017 2018 itu enggak pernah berhenti mbak, jadi selesai atlet panahan, ada atlet

karate, mereka pelatihan di sini 3 bulan terus lanjut lagi terus diakhir tahunnya

kalau mbak tahu ada event Indonesia open itu nama EO nya setahu saya Namanya

aksi maya, itu dari tahun 2016 sampai 2019 desember itu selalu menginapnya di

kita mbak. Sekali menginap mereka 15 kamar, Indonesia open itu event nya dua

kali, di januari sampai februari, terakhir mereka biasanya di bulan agustus sampai

September. Boleh dibilang salah satu apay a, tren center olahraga juga mbak,

kalau dibandingkan dengan sepak bola, kalau sepak bola Indonesia scopenya

masih asia ya tapi kalau Indonesia open itu seluruh dunia. Indonesia open itu

rangkingnya tinggi itu hampir pasti mereka officialnya menginapnya di sini ya

mbak. 15 kamar untuk bawa semua alat kurang lebih 2 minggu 3 minggu kadang

sampai sebulan. Gitu ya mbak ya, tapi untuk yang aplikatifnya hampir pasti mereka

punya tempat sendiri mbak ya, kami memang bagian antisipasinya. Terus kemudian

kami juga pernah ke wilayah GBK, dulu yang Namanya JCC itu ya mbak Jakarta

Convention Center, itu hampir pasti tiap bulan ada aja event mau inacraft, craft

apapun, terus dari kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif juga ada pasti

eventnya, itu pasti ngundang seluruh Indonesia mereka pameran lah di sini, hampir

pasti kami dapat itu mbak dari daerah dari bali, yogya, semarang, pekanbaru, dari

padang, dari medan, mereka ambil daerah sini karena mereka sudah terbiasa dari

tahun 2016, mereka terus kunjungan, “pak Raynal saya ambil lagi donk, sebulan

kami pameran” atau ada pameran ray, real estate Indonesia melibatkan seluruh

Indonesia itu teman teman dari sukabumi dan jawa timur itu pasti dapat bagian,

minimal dapat 5 kamar tapi dengan kondisi yang Panjang, memang konsep hunian

kami, kami ngedepankan dengan kekeluargaan, jadi hampir pasti tamu-tamu yang

menginap di sini udah kayak dirumah. Jadi bukan kayak hotel yang mereka masuk

ke pintu terus keluar, kalau kita enggak, pasti teman-teman rata-rata interaksi.

Dari mulai security sampai petugas house keeping semua, saya informasikan,

105

mereka terus tegur, sapa, dan salam. Jadi memang mereka berkesan kalau

menginap di sini. Enak disitu, ada fitness siap, kita mushola siap, terus kalau

berenang mereka biasa nya malam atau gitu ya mbak jadi kita benarkan. Itu yang

membedakan kami dengan teman-teman yang lain. Tapi semenjak pandemi

memang luar biasa mbak memang cobaan berat buat kami. Salah satunya kami

harus restpid karyawan. Dari kami pangkas setengah nya. Itu mungkin ya mbak ya

yang point no dua.

Menurut penelusuran sumber sekunder, terdapat beberapa langkah strategis

yang diambil oleh para pelaku usaha perhotelan, diantaranya:

a. Hotel Dijadikan Tempat Isolasi COVID

Kita coba lanjut lagi untuk poin ketiga mbak ya, no 3 itu, Langkah-langkah yang

strategis ya mbak, no satu hotel dijadikan tempat COVID, perdebatan ini agak

Panjang waktu itu kami dari manajemen terutama dari kami bilangnya office mbak

ya sama teman-teman staff lainnya, kami coba interaksi dengan owner, ditengah

hunian seperti ini kenapa kita enggak ikut juga karena teman-teman waktu itu

mencoba menawarkan terutama dari online, teman-teman online travel agent OTA

memang kami punya 10 rekanan mbak, tapi yang aktif itu hanya Traveloka, agoda,

pegi pegi, booking.com, ekspedia, kalau mister aladin sudah hilang, tiket.com

sekarang mulai lagi tiket.com. mereka informasikan “pak Raynal, minimal

Marrakech di kondisi COVID sudah clean and stay ya, jadi kami harus memberikan

foto dan update apa saja yang kami sajikan mbak ya dalam rangka menanggulangi

pandemi di awal kami pasti sudah sediakan tempat cuci tangan, kalau mbak naik

tangga tadi ya, kemudian begitu pas mbak masuk di situ ada cairan hand sanitizer,

berikut dengan pengukur suhu, sama disinfektan juga ada. Terus kemudian di

kamar – kamar kita sehari 2x dengan disinfektan terus kalau boleh dibilang

sebenarnya sih kami sih lebih realistis ya mbak, kalau misalkan terjadi penurunan,

hampir pasti tidak mungkin kami menutup atau apa pasti ada alternatif nya,

alternatifnya adalah kita minta kita didaftarkan sebagai salah satu tempat isolasi

mandirilah mbak minimal untuk hotel – hotel. Jadi memang di Jakarta itu kurang

lebih ada sekitar 52 kalau tidak salah, terakhir itu sekitar 33 ditambah lagi 52 jadi

beberapa hotel – hotel yang untuk teman teman atau pasien yang terjangkit OTG

106

ya mbak istilahnya orang tanpa gejala tapi misalkan kalau COVID dengan kadar

CT kalau enggak salah agak sedikit mengkhawatirkan itukan hampir pasti harus

dirawat di rumah sakit yang besar begitu ya mbak. Dengan fasilitas mereka harus

ada oksigen murni kemudian harus ada mereka di inhaler atau apalah kegiatannya,

gitu mbak ya tapi hampir pasti manajemen terutama ownernya menolak karena

efeknya kita pasti punya cost lagi, dan mungkin bukan rahasia juga Ketika

dijadikan hotel COVID istilah teman – teman perhotelan gitu ya mbak dari PHRI

mungkin masalah pembayaran juga dan dari SDM juga, hampir pasti juga ngeri

ngeri juga kan mbak, kita harus diswab juga tiap hari, harus dingin juga, karena

pasti lebih ekstra disbanding yang kondisi sekarang. Itu mungkin ya

pertimbangannya hampir pasti kitanya tidak ikutan untuk tempat isolasi COVID

walaupun dari rumah sakit AL Gardio pernah juga mengajukan ke kita bisa enggak

kalau mereka penuh untuk yang orang OTG minimal di sini. Tapi dengan prokes

yang ada mereka tetap. Gitu ya mbak.

b. Kuliner (restoran/kafe) dioptimalkan misalkan dengan

menggunakan online

Terus kemudian kuliner restoran dioptimalkan menggunakan online nah ini juga

serba salah juga mbak, di satu sisi online kita masih terutama teman teman ya mbak

di gojek ataupun grabfood yang menguasai konsumen kuliner ini penekanannya

sangat tinggi, kami ini aja tanpa online di kafe pesanan makanan kami banyak

untuk para penghuni begitu mbak. Apalagi ditambah lagi dengan pesanan online.

Misalkan kami bikin paket promo yang lagi ngetren kopi ya mbak seperti yang

teman-teman pulo bikin dengan harga minimum di bawah 20 ribu Ketika terjadi

antrian pasti enggak mau juga disalahkan. Begitu ya mbak, kan enggak mungkin

misalkan, karena kami sudah setting dulu tempat gojek nongkrong nya di sana, tapi

Ketika satpol pp datang mereka melihat “wah hotel ini jadi tempat kerumuman

mending ditutup” untungnya dicontoh kayak model BTS kan jadi ramai lagi kan

menjadi dilema juga di satu sisi meningkatkan perekonomian tapi di satu sisi kita

ada kerumuman kan emang sudah banyak contoh ya gitu. Hampir pasti untuk yang

kuliner dioptimalkan kami agak menahan diri mbak tapi kami lebih memenuhi

kebutuhan pokok minimal dari tamu – tamu bulanan kami, dan tamu harian.

107

c. CHSE certification

Terus kemudian yang ketiga paling menarik menurut saya nih CHSE Certication

di januari 2020 saya ikut 2x ya mbak itu zoom meeting online dengan PHRI

Persatuan Perhotelan Restoran Indonesia saya waktu itu kalau ada rekamannya

mungkin mbak bisa melihat lagi di sana atau minta di PHRI saya satu satunya hotel

yang mempertanyakan sertifika CHSE, saya bilang kalau bagi kami para pelaku

usaha perhotelan dan restoran saya bilang, alangkah baiknya bagi teman teman

yang sudah tergabung di PHRI dipermudah dalam Clean Health Safety

Environmental apa lagi mbak? Sustainability jadi ramah lingkungan lah. Niatnya

gitu kan, maksud saya dipermudah gituloh karena biar bagaimanapun teman –

teman online yang masih memberikan kontribusi itu di kami itu sekitar 50-50 lah

mereka itu wajib gitu loh mbak apalagi misalkan kayak sekelas ekspedia,

booking.com, agoda mereka yang lebih ke worldwide gitu mbak walaupun kami

sama grup nya ali baba itu kalau mbak tau itu kami belum itu. Karena mereka

banyak berbahasa cina sama Bahasa inggris gitu kan, mereka itu mengharuskan

Ketika Indonesia dianggap pariwisatanya sudah clear, sudah bagus, sudah layak

untuk di datangin, hotel atau fasilitas umum sosial lainnya minimal sudah CHSE

karena itu mungkin setahu saya diakui oleh dunia juga gitu ya minimal kalau udah

ada itu bolehlah ada zona hijau untuk melakukan pariwisata, yang jadi masalah

yang saya lihat dari PHRI itu mereka agak setengah hati jadi maksud saya, kalian

berikan saja keleluasaan, mereka jaminlah teman – teman ini. Jadi Ketika misalkan

sudah dibubukan “kami sudah dapat nih sertifikat CHSE” itu akan lebih

mempermudah baik asing ataupun lokal untuk melihat “wah hotel ini aman”

tapikan selama ini kami hanya dilihat dari teman teman online dari agoda, dari

Traveloka, Traveloka itu sangat haram mbak Ketika awal pandemi kita tidak ada

Clean and Stay “Raynal, fotoin donk, bikin video” nah saya bikin tuh mbak semua

kita pake APD waktu di awal ya diwajibkan minimal sudah ada ya protokolnya

seperti itu. Jadi mereka sudah senang. Pasti itu mbak kalau mbak booking di online

mbak lihat itu pasti ada yang clean and stay gak di Traveloka atau di agoda itu

kalau enggak salah safe kalau enggak salah udah temasuk belum kalau udah

tergabung insya Allah resiko penularan bisa kami minimalisir. Tapi kalau misalkan

108

yang enggak ada ngeri juga kalau menurut saya dengan kondisi sekarang tapi

berkaitan dengan CHSE itu dibawah temen temen zukominfo ya mbak yang

memberikan sertikasinya nah baru mbak tahu tuh jadi maksud saya biar

bagaimanapun kalau bisa pemerintah mempermudah gitukan, jadi biar terutama

untuk temen temen di daerah wisatalah saya dengan temen temen di bali juga

begitu juga “wah susah” jadi memang kami lebih menjaganya dengan guidance

yang kami punya, kami disinfektan sehari 2x, kami menggunakan APD juga kan

kami juga enggak tahu juga mbak Ketika tamu tamu ke sini mereka isolasi mandiri

atau mereka apa gitu kan, jadi nya agak ngeri gituloh. Sementara Ketika petugas

membersihkan keesokan harinya atau tiap harinya itu mereka jadi beresiko juga,

itu kalau mungkin maksud saya dengan adanya CHSE ini minimal kita tahu

guidance nya. Itu saya ingat banget dari akhir 2020 sampai sekerang sertifikasi itu

belum kelar masih tebang pilih ya karena temen temen yang diakui oleh PHRI yang

telah memberikan kontribusi itu tetap adalah hotel budget dan hotel family. Tapi

kalau hotel bintang 4 dan 5 enggak tahulah Ketika misalkan sekelas hotel president

itu Ketika wisatawan asing atau tenaga kerja asing masuk ke soekarno hatta

mereka pasti isolasinya di hotel-hotel bintang 5 jadi mereka tetaplah dapat kuenya

iyakan jadi maksud saya mereka dengan kondisi itu mereka diam duduk aja mereka

pasti dapatlah. Ini kan pasti ada yang karantina 2 minggu kalau sudah selesai

karantina barulah mereka begitu. Di karantina itu pasti rata – rata yang saya tahu

banget hotel president dibundaran HI itu untuk yang asing mbak ya. Kita tahu

sendiri penanganan mereka kalau itu pasti mereka fine fine saja. Tapi bagi kami

yang 3, 2, 1 kami harus bener – benar survive. Kami harus memutar otak

bagaimana strategi hari ini, bagaimana bulan depan. Jadi begitu mungkin menurut

saya mengenai CHSE ini pemerintah masih setengah hati kalau mau bener bener

buka itu enggak bener walaupun ide pertamanya kan dari pak wisnu tama ya, pak

sandiaga uno hanya meneruskan. Idenya sih bagus gitu, Cuma belum tepat

sasaran. Mungkin kendalanya tetap di birokasi di kita begitu ya mbak maksud saya,

apa sih salahnya kalau temen temen yang terdata tergabung di perhotelan, kan dari

kalau enggak salah pekerja saja nih mbak, pekerja waktu zaman kitakan termasuk

9 sektor usaha dikecualikan jadi artinya kami tetap, perbankan, asuransi, terus

109

kemudian perhotelan pariwisata tetap buka dibandingkan dengan teman teman lain

yang wajib bener bener apa ya mereka lockdown lah di rumah gitu. Kami kan

enggak harus beroperasi untuk guna tetap menumbukan ekonomi lah, tapi yang

menjadi masalah untuk vaksin saja kita agak sulit dijakarta itu mbak konon

menurut temen temen nih itu ada sejuta pekerja hoteliers, maksudnya karyawan

hotel, itu yang divaksin malah bali duluan kemudian yogya diawal April baru

kemarin teman teman hotel. Tapikan tidak semua temen temen hotel, jadi ada

banyak birokasinya lah menurut saya, termasuk kami mencoba mendaftarkan 11

karyawan kami itu di kemenparekraf juga terus di covid.go.id itu terpental terus

mbak dan tidak pernah tersupport terus. Kalau itu memang bener itu program

pemerintah harusnya kitanya di prioritaskan begitu tetapi enggak. Karena kan

awalnya kan lansia terus kemudian yang swasta yang 9 sektor, kalau BUMN

pastilah, terus swasta 9 sektor itu, perbankan, dan apalah mereka kan di GBK,

terutama di istora. Itu yang kami bilang, jadi kami lebih banyak temen temen

vaksinnya mandiri gitu mbak, padahal harusnya diorganisasikan. Buat apa kalau

kita ada organisasi tapi tidak support kami menurut saya. Temen temen yang lain

juga begitu, mereka manual saja di wilayah masing-masing. Padahal kalau

misalkan terkoordinir lebih enak “ya hari ini” jadi kita tahu jadwalnya, jadi kita

bisa bagi gitu mbak. Kapan temen temen yang hari ini oh ya berangkat, inikan

karena kalau misalkan kami berikan secara keseluruhan udah jauh jauh Ketika ada

efek samping dari vaksin kan kami bisa antisipasi, kalau kami bisa tahu jadwal bisa

bagi berbuat dari penanganan vaksin contohnya begitu mbak. Kembali ke CHSE

menurut saya sih bagus ya memang program awalnya kamu supportlah Cuma

menurut saya dengan birokrasi yang kita punya kita masih agak sulit menurut saya.

Mungkin kalau disbanding dengan temen temen mungkin di luar yang Ketika

mereka sepakat “kita ngayomi nih bareng – bareng punya sertifikasi ini” mereka

harus online besokkan harus keluar mereka kan, tapi kalau kita kan enggak adalagi

prosedurnya harus begini gini,

110

d. Suntikan dari Pemerintah

Terus kemudian yang suntikan pemenrintah ini yang saya agak gak kuang paham

nih mbak, kira kira apa itu mbak suntikan dari pemerintah

Jadi dari bapak kurang lebih share ya penanganan mungkin dari PHRI nya

terus dari Pemprov mungkin, nah ini sejauh ini apakah sudah ada misalkan

kayak perhatian khusus gitu?

Jadi kalau misalkan saya juga bingung nih, misalkan dengan contoh kayaknya

ditengah pandemi ini kami termasuk sektor pariwisata pajak kan masih sedikit

dikurangin atau ap aitu enggak ada mbak. Tetap saja kami bayar jadi maksudnya

ya regulasi ya regulasi ituloh. Jadi maksud saya agak repot juga, di satu sisi

pemerintah kalau misalkan dia bener memberikan kalau enggak salah kan

penghasilan dibawah 4 milyar itu sudah termasuk dalam kategori UMKM, jadi

hotel hotel dibawah UMKM. Memang sampai kita semenjak pandemi ini kita jauh

dibawah 4 milyar dengan kondisi angka angka seperti ini mbak atau misalkan

harga kamar harian kita rata rata di angka 300 ribu kalau untuk bulanan rate

paling tinggi Rp 6.750.000 dengan kondisi data ini mungkin mbak bisa simulasi nih

perhitungan nya berapa. Jadi kalau menurut saya masih dibawah harusnya dengan

perhotelan masuk dalam kategori UMKM mereka kan pajaknya agak dipotong atau

dikurangin tetapi enggak. Nah stimulus dari pemerintah juga misalkan kami

diberikan kelonggaran khusus pembayaran pajak sebulan sekali atau apa gitu iya

kan, tapi ini enggak.

e. Pengurangan jumlah pekerja dan Pengurangan hari/jam kerja

Terus no 5 pengurangan jumlah pekerja sudah tadi ya. Terus pengurangan jam

kerja memang kami rasakan di awal awal 2020 ya mbak, dikondisi kondisi awal

dari April sampai juni ini kami hanya mampu bertahan seperti ini kondisinya

dengan jam kerja kami kurangin memang dari 10 jam kami kurangin menjadi 8

terus teman teman masuk sehari masuk sehari libur terus kami sudah mengikuti

protokol begitu juga jadi yang eva, kami batasi memang bener bener presslah

alhamdulillah nya di bulan juli ini kita mampu survive lagi nih mbak dengan

kondisi seperti ini, memang di agustus kami pelan pelan turun lagi memang kan

111

kita enggak tahu mbak trennya bagaimana kalau dulu kami bisa membaca tren, oh

habis juni, juli nih ada libur Panjang anak anak sekolah nih jadi kita bikin paket

promo nih kita kerja sama online yuk kita ada tambahan ini loh misalkan Traveloka

dengan agoda lagi ada high month deal untuk holiday school 15% gitu ya mbak

bulan ini, kami ikutan itu mbak. Yang jadi masalah kalau misalkan kalau kami

enggak ikutan kami pasti ditinggal sama temen temen itu nah kalau sekarang kita

enggak tahu nih jadi kita tebak tebak nih mbak bulan depan ramai enggak ya nih,

termasuk pun kemarin bapak nanya “pak raynal bagaimana kondisi bulan depan?”

“kita belum tahu nih pak, PPKM naik lagi, kami mencapai sehari 10-15 kamar saja

itu sudah hebat banget dengan kondisi kamar bulanan kami kondisi sekarang ada

5, karena kami tetap harus penuhin operasional dulu dalam nya juga termasuk gaji

karyawan. Itu yang kami lakukan tapi ditahun 2021 sih jadi sebenarnya trennya

dari beneran merangkak januari februari udah mulai eh ini ada lagi mbak ya, jadi

kita bingung juga di satu sisi regulasi terutama yang kemarin mudik ya imbasnya

baru hari ini sampai di minggu lalu saya tahuku tembus diangka 14 ribu perharinya

wah ini sudah mendekati india gitu kan jadi udah beneran ledakan COVID nya

baru sekarang gitukan, wah kami di sektor usaha bingung lagi ikut apalagi kan

efeknya kalau kami tidak menurunkan bump kita lihatlah temen temen di bali atau

di yogya hotel satu juta coret 200 ribu, 150 ribu, itukan mereka kan sebenarnya

hanya untuk operasional saja, mereka hanya menyalakan listrid dan lampu

minimal sudah terbayarkan termasuk buat misalkan buat amunitisnya mereka

sudah terpenuhi dibanding mereka kosong gitu mbak itu kalau menurut saya dan

yang jadi masalah kami di Jakarta mau enggak mau ikut begitu juga dibanding

kamar kami kosong tidak terjual mending kami ikutan wah ada promo ini ikut,

promo ini diskon ikut.

Apa proyeksi dan strategi untuk survival dengan asumsi Covid-19 masih

berjalan sampai 2022/2023?

No 4 ya mbak agak menarik nih mbak proyeksi dan strategi untuk survival dengan

asumsi Covid-19 masih berjalan sampai 2022/2023. Yang hampir pasti mbak yang

pasti ditengan pandemi ini belum selesai sampai kapan no satu kalau dari kami

sepakat manajemen dan owner efisiensi no satu mbak. Jadi efisiensi itu memang

112

dari penggunaan kita harian gitu mbak ataupun yang paling besar memang

penggunaan listrik gitu mbak terus kemudian dari SDM kalau terus kondisi seperti

ini hampir pasti ada efisiensi karyawan lagi untuk gelombang kedua gitu mbak dan

itu sudah terucap dari owner bahwa Ketika tidak ada peningkatan hunian yang

berimbaskan kita enggak tahu nih mbak walaupun dari email dari ini semua sudah

kami ikutkan temen temen online sudah bener bener jungkir balik lah kalau dulukan

kami sama temen teman online atau temen temen sejenis kami bermitra ya mbak.

Bermitra dalam artian Ketika misalkan Ketika kami memberikan seperti ini mereka

juga ada profit seperti ini. Kalau sekarang mereka info bahwa kami enggak ikutan

misalkan dalam salah satu promo mereka pasti kami ditinggal jadi sudah memang

sudah kayak model jadi sama temen temen online menjadi model kapitalis jadinya

kalau menurut saya loe kalau mau ikut support kalau enggak ya sudah kalau dulu

kami kan mitra ayo donk pak ikutan, yaudah tapi Cuma segini segini ya, jadi margin

kami tetap tinggi dan mereka juga tetap survive kalau misalkan mereka mennguasai

seputar benhil dengan salah satu program kami cumankan yang saya lihat

sekararang kalau kita enggak ikutan mereka wah kita pasti ditinggal. Saya sih

lihatnya ya wajar juga mereka pasti punya great value sendiri ya mbak bahwa

kalau salah satu hotel kami enggak ikut yasudah mereka ke yang lain, kalau dulu

mereka ngelihat dulu mbak mbak wah yang Namanya Traveloka mbak enggak

mungkin ngasih hotelnya kasarnya yang di seputaran benhil enggak memenuhi

fasilitas bintang 3 misalkan mereka enggak ada kolam renang, mereka enggak ada

fitness itukan ada nilai jual buat mereka juga kalau dulu kita sama sama saling

ngelus ngelus gitu mbak ya kalau sekarang jadinya saya kayak yang dibawah dan

mereka tinggal ngucurin saja gitu dengan kedekatan emosional juga tetap saya

approach para market manajer temen pangkalan agency terutama di dua besar itu.

Saya tuh kalau komunikasi sudah hampir pasti 2 hari sekali 2 hari sekali “mbak

ada itu mbak,….. mbak ada itu mbak” karena kalau kita enggak aktif gitu pasti

ditinggal mbak dan efeknya luarbiasa terhadap hunian kami mbak gitu sih mbak

yang sementara saya bisa coba info ya tapi kedepannya emang salah satunya kalau

dari kami memang banyak tamu tamu yang lebih menyukai hunian kami secara

kekeluargaan jadi salah satu strategis kami emang didepankan, pas baru awal

113

mereka pertama kali datang, besok kesini lagi ah, besok kesini lagi ah, bisa gitu

mbak. Oh enak sih disitu bisa begini bisa begini walaupun aturan aturan yang baku

nya pasti enggak kan ya misalkan kita allow pet enggak, pet pasti harga mati ya

mbak tapi misalkan kalau mereka smoking kita masih, tapi dengan tetap protokol

mereka kalau kayak “pak masker pak…” dan kami bilangnya sehari dua hari di

Razia mbak kami takutin aja gitu dari satpol pp, efeknya kan kami yang ditutup

kami yang disegel huniannya walaupun mereka tidak punya wewenang. Tapi kalau

untuk strategi berikutnya dengan kondisi sekarang hampir pasti dulu saya sebagai

manajer di sini pasti saya pasti kunjungan mbak sekarang mereka baca email saja

sudah syukur mereka kita minta kunjungan gitu mereka pasti banyak ngomong

“pak raynal sudah swab belum” walaupun vaksin alhamdulillah saya sudah

manual gitu “pak raynal sudah swab lagi belum hari ini” ini berlaku seminggu ini

berlaku 2 hari gitu gitukan ada buktinya enggak Ketika mereka sudah menjanji oke

untuk ketemuan pas hari H nya dengan alasan mengutip ya mbak, saya pribadi sih

saya penjabat BUMN saya yang punya kuasa atas hal hal yang menentukan

perjalanan perjalanan lah yang menentukan jadi event ini event ini masuknya ke

sini jalurnya kesini mereka pastinya agak ngeri juga mbak walaupun secara

prosedur mbak Ketika mbak ke BUMN kalau tanyakan Marrakech pasti mereka

menanyakan “sudah swab belum?” mau saya mending kita bakukan ini kan

enggak, karena ikatan emosional saja saya percaya insya Allah kalau mbak astrid

itu sehat, mbak astrid juga percaya insya Allah kalau saya sehat kan gitu ya mbak

sementara kalau kita misalkan bikin regulasi wajib yasudah wajib gitu, jadi kita

sama sama enak menjaga diri nya, ini pak vaksin saya. Ini mbak ya mungkin

kedepannya pemerintah bener bener terbuka jadi enggak hanya kami disuruh

approach sementara mereka kucing kucingan juga, mbak departemen mana yang

tidak ada perjalanan dinas, masih ada kok. Cuma maksud saya kalau mereka buka

perjalanan dinas artinya mereka penjabat yang memegang komitmen untuk

membuka perjalanan dinas gitu berhak donk ditemuin siapa pun iya enggak mbak.

Jadi kita bisa approach gitu kan. “pak ini pak kami sudah promo” “oh ya

boleh..nanti ada tamu dari Kalimantan saya taruh disitu ya” paling dekat

kementrian bpk sama naonggalan bakti Menteri kehutanan, memang kalau

114

kebetulan dirjen itu empat tahun disni jadi semua tamu tamu dia “menginap ya di

Marrakech” alhamdulillah kami masih kebagian di awal maret itu 6 hotel “pak slot

saya stop” begitu mbak yang ke empat ya. Memang kami tertolongnya mungkin

karena itu ya. Tapi kalau misalkan ini sampai 2022 2023 dan tidak ada pendekatan

khusus kan, siapa Menteri sebelumnya pak wisnu tama bingung juga regulasi bagus

tapi implikasi di lapangan temen temen pada support enggak gitu. Pak sandi

gebrakannya juga kurang menurut saya, kalaupun dia sudah campaign work from

bali, work from yogya work from ini tapi effortnya mana? Itu juga sih menurut saya

agak ngeri gitu kalau di sektor pariwisata sementara kita ngiri ngelihat di temen

temen lain Australia sudah buka masker, italia buat besok bikin peraturan dipublic

service tidak boleh lagi memakai masker, di amerka konser konser musik sudah

mulai. Mereka sudah vaksin 100% sudah boleh. Gitu kan mbak mau saya, enggak

tahu ya kalau menurut saya beliau memang salah strategi dalam penanganan. Tapi

kalau kami berharap nya karena kami enggak begitu aktif juga di perhotelan jadi

kayaknya di kami sibuk menyelamatkan diri masing masing dan tidak berharap

banyak sama oh ada stimulus pemerintah. Sementara gitu mungkin mbak

Mau menanggapi Pak, jadi kalau tidak salah di Februari lalu dalam diskusi

kita sebelumnya, Bapak sempat bilang bahwa di hotel itu ada sub-

manajemennya, untuk bagian kamar, bagian meeting, dan bagian

restoran/kafe. Artinya, mungkin untuk kamar meski ada penurunan,

mungkin bisa disiasati dengan bagian resto/ café (via online) atau sewa

meeting roomnya. Sementara itu Bapak juga barusan bilang bahwa untuk

strategi saat ini adalah bagaimana kamar itu bisa tetap ada yang terisi,

minimal untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya. Misalkan nanti dengan

adanya kelonggaran untuk membuat acara offline, ini akan dipertimbangkan.

Apakah ada strategi khusus selain meningkatkan di hunian kamarnya?

Kalau di restoran kami ya mbak, bulan April kemarin ada peningkatan, karena ada

beberapa acara buka puasa. Trennya kami dulu membuat acara buka puasa

Bersama, halal bihalal untuk teman-teman yang ada di sekitar sini (benhil), jadi

trennya sih mbak menurut kami ada peningkatan (sebelum juni ) di bulan April dan

Mei , khususnya karena ada 6-7 acara halal bihalal di tempat kami. Terakhir itu

acara 40 orang, sampe 3-4 kali, dengan prokes ya mbak. Namun belakangan ini

115

mereka lebih prefer pesen makan online, jadi yang dulu biasa mampir makan di

sini lebih memilih pesan online.Di tengah pandemi ini sekotor yang masih stabil

kurang yae m-commerce, mereka sangat diuntungkan di situ. Pelan-pelan restoran

kami mulai terisi juga mbak. Tapi sekarang dengan resiko angka COVID-19 yang

naik, kami yang ngeri mbak, kan kita tidak tahu, mereka tidak ada sertifikasi bebas

covid-19 kok. Kecuali paguyuban/organisasi masing-masing ada filter tersendiri

seperti surat bebas covid, dll. Jadi kami sekarang lebih focus ke langgangan kami

yang sudah biasa kami kontak dengan kita juga kenal mereka. Dibanding kami

publish promo, dll. Kita berisiko juga lho, mendatangkan tamu-tamu harian yang

baru yang tidak kita tahu paparan Covid-19 seperti apa, sudah diswab atau belum.

Ketika kami diserang, karyawan kami yang kena. Bagaimanapun, karyawan adalah

asset jangka Panjang menurut kami, jadi minimal kami jaga, asupan vitamin dua

kali sehari, dan sebagainya.

Proyeksi bidang usaha perhotelan pasca Covid-19 (setelah tidak ada Covid-

19), apakah tetap lanjut dengan virtual dan hybrid atau lanjut dengan offline

events dan meeting?

Saya pribadi khawatir apa bener, kita sekarang sudah bisa lepas. Apalagi dilihat

di tren-tren yang sekarang ini. Kalau kami lebih baik ambil pelan-pelan, dibanding

all out di publikasi dan promo. Karena budaya masyarakat kit aitu kan tidak jauh

dari budaya berkumpul, jadi sekalinya dibilang bebas pasti akan kembali ke situ.

Pemerintah sekarang (yang dua periode) masih jauh panggang dari api. Kurang

lebih sih seperti itu. Nanti kalau pemerintah menyatakan sudah bebas COVID-19,

kami pun akan tetap wait and see, pelan-pelan, tidak akan langsung all out. Ngeri

mbak.

Seperti apa antisipasi dan solusi yang dikeluarkan oleh stakeholder usaha

perhotelan, seperti Pemerintah dan Asosiasi/perhimpunan perhotelan terkait

Covid-19 dan pasca pandemi?

Bagusnya Jakarta itu mbak, kita menangnya di event-event. Jadi selama ada

konser, pertandingan olahraga, event-event besar, kita yang di daerah strategis

dan juga teman-teman pelaku hotel di sekitar sini akan diuntungkan. Kalau dari

saya sih mbak, karena kita pelaku usaha hotel budget/bintang 3, semestinya mereka

116

yang di PHRI lebih serius mengayomi temen-temen pelaku usaha kecil seperti kami

ini. Karena kalau hotel bintang 4/5 pun akan diuntungkan kok dengan menjadi

rujukan isolasi, sertifikasi CHSE, dan mereka punya brand. Kalau kita justru yang

fight sendiri, sejauh ini kita yang jemput bola sendiri, mendekati pelaku usaha

booking online, rekan-rekan, dan langganan-langganan kami, kalau tidak ya kami

ketinggalan.

Pewawancara Narasumber

Astrid Nadya Rizqita Rainal Alwani

117

Lampiran 4: Foto Dokumentasi