ANTARA HARAPAN DAN REALITA, MP3EI SEBAGAI JURANG
LIBERALISASI INDONESIA JILID 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Malasah
Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN merupakan
bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) pada 2015
mendatang. Sebenarnya rencana pembentukan ASEAN (AEC) ini
telah di bentuk pada bulan januari tahun 1992 dan kemudian
dicanangkan untuk dilanjutkan dengan disahkannya
perencanaan AEC ini pada concord bali II pada tahun 2003
dimana indonesia sebagai ketua ASEAN (Wawancara BJTV
kepada Ngurah Swajaya, duta besar RI untuk ASEAN). ada
beberapa butir kesepakatan didalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN ( AEC ) yang menjadi tujuan dari integrasi ekonomi
regional pada tahun 2015 AEC, adalah : ( a) pasar tunggal
1
dan basis produksi , ( b ) wilayah ekonomi yang sangat
kompetitif , ( c ) wilayah pembangunan ekonomi yang adil ,
dan ( d ) daerah sepenuhnya terintegrasi ke dalam ekonomi
global.1
Pemerintah indonesia mengatur ulang strategi
percaturan pembangunan dalam negeri dengan beberapa
program pembangunan suprastruktur maupun infrastruktur
yang diharapkan mampu bertahan bahkanbisabersaingdalam
gempuran pasar global di AEC 2015. Beberapa persiapan
telah tampak dilakukan oleh indonesia dalam menghadapi AEC
2015bisadilihat melalui program Masterplan Percepatan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau disingkat
MP3EI yang telah di putuskan pada 27 Mei 2011. Indonesia
akan melakukan pembangunan besar-besaran yang difokuskan
pada beberapa sektor seperti pangan, energi, dan
1 http://www.asean.org/communities/asean-economic-community di akses pada hari minggu 13april 2014 pukul 11.28 wib
2
infrastruktur2. selain itu juga MP3EI sebagai salah satu
bagian dari rencana pembangunan jangka panjang Indonesia,
mengingat semankin besarnya peran Indonesia dalam
perekonomian global.Berbagai permsalahan muncul dalam
penerapan program MP3EI mulai dari pendanaan,proses
pembangunan, dan juga MP3EI yang hanya pro terhadap
investor.
Beberapa butir poin penting yang telah di sepakati
dalam AEC, pasti akan di laksanakan di 2015 mendatang.
Indonesia, sebagai negara yang kaya akan SDA dan jumlah
penduduk terbanyak di asia tenggara, secara kuantitas
posisi indonesia sangat di untungkan, Indonesia memilki
modal dasar yang sangat besar untuk bersaing3. Tetapi
munkinkah AEC sebagai peluang indonesia untuk membuktikan
bahwa indonesia akan mengalami peningkatan kelas negara.
2 Salamuddin Daeng, Manipulasi Kapitalisme atas Krisis Infrastruktur, artikel dalam Jurnal Free TradeWatch, IGJ, Jakarta, edisi Oktober 2012, hal 63 http://www.setkab.go.id/artikel-10918-.html di akses pada hari minggu, 13 april 2014 pada pukul 11.54 wib.
3
Bila melihat fenomena yang terjadi di indonesia Saat ini,
rasa pesimis mulai datang dengan memperlihatkan fakta-
fakta mengenai kemunduran di berbagai bidang yang terjadi
di Indonesia. Bisa dilihat di bidang Politik, demokrasi
dan bidang ekonomi, jurang yang tadinya jauh dari
indonesia kini kian dekat dengan jurang design liberal.
Untuk saat inifaktor Keberuntungan yang dimilki oleh
indonesia sangat besar sehingga indonesia mampu bertahan
di tengah gejolak dan tekanan krisis global.
Sejak dimulainya pencanangan Masterplan Percepatan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau disingkat
MP3EI pada 27 Mei 2011, masyarakat Indonesia harus bersiap
menghadapi pembangunan besar-besaran yang difokuskan pada
beberapa sektor seperti pangan, energi, dan infrastruktur4.
Keberadaan MP3EI tak terlepas dari peran negara dan
lembaga-lembaga keuangan internasional. Lembaga seperti4 http://www.setkab.go.id/mp3ei.html, 11 September 2012, Presiden Undang Investor APEC Sukseskan MP3EI. di akses pada tanggal 19 maret 2014 pada pukul 20.05 Wib
4
International Monetary Fund (IMF), World Bank (WB), dan
Asian Development Bank (ADB), menyiapkan dana besar untuk
mendukung proyek infrastruktur. Dalam teori ketergantungan
perdagangan internasional yang bebas merupakan sebuah
hambatan, keterbukaan itu hanya akan menjadi faktor
penghambat pembangunan, oleh faktor-faktor eksternal5.
Lewat MP3EI, cetak biru pembangunan di Republik ini
bisa dipaparkan pada investor, pemilik modal baik asing
maupun dalam negeri. Sama seperti ketika Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) diterapkan pada era Orde
Baru. Lewat cetak biru itu pula pendanaan dan pinjaman
modal bisa mengucur ke kantong para pelaku usaha, maupun
pemerintah dari bank-bank asing6.
Dengan MP3EI, investor mendapatkan kemudahan dan
kepastian dalam menanamkan modal sehingga dapat5 Arief Budiman, “Teori Pembangunan Dunia Ketiga”, Jakarta; PT.Gramedia pustaka utama.2000., Hal 466http://beritahukum.com/detail_berita.php ”SBY reaktif dan responsif pada pemilik moda”. di akses pada tanggal 19 maret 2014 pada pukul 20.05 Wib
5
mempercepat bisnis termasuk didalamnya kemudahan
mendapatkan produk luar, kemudahan mendapatkan perizinan
usaha bagi investor asing dan lokal, kemudahan melakukan
eksplorasi yang berarti eksploitasi terhadap sumber daya
alam, sampai dengan fasilitas lainnya termasuk kontrak
jangka panjang, pajak dan royalti, bisa terwujud atas
jaminan negara. Sehingga bisa ditebak sampai kapanpun
evaluasi terhadap MP3EI yang sudah diketok palu sejak 2011
lalu, akan menghadapi dinding besar kepentingan negara
yang faktanya bersebrangan dengan kepentingan rakyat yang
seharusnya Pemegang saham terbesar ekonomi suatu Negara
adalah pelaku ekonomi domestik, utamanya UMKM
(99,9%).Permasalahannya, MP3EI tidak berpihak kepada UMKM
dan malah memberikan fasilitas yang besar kepada investasi
asing. Dalam MP3EI, fokus pembangunan infrastruktur
berorientasi kepada sektor besar, BUMN, BUMD dan swasta
besar secara otomatis MP3EI tidak pro kepada rakyat. 6
Lantas mau dikemanakan sektor industry kecil, negara
seolah menekan sektor industry kecil agar menjadi penonton
dan menutup usaha mereka, karena logikanya usaha kecil
sudah jelas kalah bersaing dengan industry asing yang
sudah memiliki brand, serta berkualitas. Indonesia
membutuhkan akselerasi, namun berkaca dari kepatuhan Orde
Baru pada IMF yang berujung pada "obral" SDA kepada
Investor Asing, maka liberalisasi jilid II yang kali ini
dipimpin oleh WTO, AFTA hingga APEC atas nama perdagangan
bebas lewat MP3EI sebagai perpanjangan program yang
digelar di dalam negeri, harus dikaji ulang'.
Impelementasi MP3EI tidak sekedar membangun
infrastruktur fisik tetapi juga meningkatkan sumber daya
manusia di 6 koridor. Target utama peningkatan SDM adalah
menciptakan 7.000-10.000 Ph.D. hingga tahun 20157. Target
ini sangat ambisius dan tidak masuk akal. Berdasarkan7 http://www.tubasmedia.com/berita/kritik-implementasi-mp3i/ di akses pada tanggal 01maret 2014 pada pukul 20.05 Wib
7
informasi dari berbagai sumber, Indonesia hanya mampu
menghasilkan lulusan S-3 sejumlah 600-800 mahasiswa setiap
tahun. Ironisnya, jumlah pelajar Indonesia yang sekolah di
luar negeri semakin berkurang dibandingkan pada era 1980-
1990an8.
Masih banyak kritik atas content MP3EI. Di antaranya
mengenai kebijakan pro-liberalisasi (peluang investasi asing yang
begitu lebar. Kebutuhan dana MP3EI ini mencapai 4000 T9,
darimana kita mendapatkannya kalau bukan dari pihak
swasta?), kesenjangan pembangunan di Indonesia Barat dan
Timur (masih dominan di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan),
dan target tahapan peningkatan PDB yang terlalu muluk-muluk dan
pemerintah kurang pro terhadap masyarakat kecil.
MP3EI ini terfokus pada 8 program utama, yaitu:
pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan
8 http://www.tubasmedia.com/berita/kritik-implementasi-mp3i/ di akses pada tanggal 01maret 2014 pada pukul 20.05 Wib9 http://km.itb.ac.id/site/kajian-pro-kontra-mp3ei-bagi-pembangunan-industri-nasional/di akses pada tanggal 19 maret 2014 pada pukul 20.05 Wib
8
telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Pengembangan
kawasan dengan penentuan koridor-koridor tersebut menurut
Pemerintah dapat memberi dampak spill over (melampaui batas)
dan mendorong pertumbuhan kawasan-kawasan sekitarnya
secara lebih cepat.10
Indonesia merupakan penyumbang jumlah penduduk
terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan
Amerika Serikat. Indonesia memiliki 240 juta jiwa di
perkirakan laju penduduk mencapai 1,49% pertahun dapat
menjadi modal pembangunan bila memiliki kualitas yang
memadai. Hal ini mengacu pada konsep bahwa manusia
merupakan pelaku, pelaksana, dan penikmat pembangunan.
Artinya, dengan kualitas penduduk yang rendah, maka
manusia akan lebih banyak berperan sebagai penikmat dan
kurang berperan sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan
10 http://www.setkab.go.id/mp3ei.html, 5 November 2012, JICA Sarankan Pengembangan 2 Jalur Kapal Ro-Ro di Segitiga RI, Malaysia dan Thailand. di akses pada tanggal 19 maret pukul 21.00 wib
9
dan pertumbuhan yang merata11. Dalam meningkatkan Daya
saing sumber daya manusia yang menjadi dasar ukurannya
tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitasnya. Indonesia
menempati urutan ke-4 yang telah dirilis oleh UNDP12.
Tetapi sangat di ironis sampai saat ini Indonesia masih
mengalami pincang dalam pembagunan sumber daya manusia,
menurut hemat Penulis pembangunan sumber daya manusia di
indonesia masih sangat kurang di banding dengan beberapa
negara asia tenggara lainnya, bisa di lihat dari beberapa
aspek yang memperngaruhi indeks pembagunan manusia dalam
persaingan indonesia di kancah ASEAN, Diantaranya;
Kemampuan dalam mengembangkan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu indikator
dari kemajuan dan kesejahteraan setiap bangsa dan hal
tersebut sangat tergantung pada kualitas sumber daya
11 Dr. Mansour Fakih, “Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi”. Yogyakarta,Insist Press.,2002. hal6612 http://www.voaindonesia.com/content/undp-indeks-pembangunan-indonesia-naik/1624179.html di akses pada hari minggu, 19 april 2014, pada pukul 12.51 Wib.
10
manusia yang dimiliki13. Dalam hal ini Pemerintah harus
menggambil peran penting untuk meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) dengan cara meningkatkan
kualitas pendidikan. Berdasarkan data United Nations
Development Program (UNDP) 2011, Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia berada di urutan 124 dari 187
negara yang disurvei dengan indeks 0,67 persen. Sedangkan
Singapura dan Malaysia mempunyai indeks yang jauh lebih
tinggi yaitu 0,83 persen dan 0,86 persen bahkan Filipna
yang beberapa tahun kebelakang berada di bawah indonesia
sekarang sudah berada di atas indonesia dengan poin 0,70
persen14 . Maka sudah sangat jelas Indonesia kalah bersaing
secara kalkulasi pembagunan manusia, Sehingga di 2015
nanti indonesia hanya akan menjadi konsumen terbesar bagi
pasar AEC 2015.
13 Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY PRESS.14http://www.beritasatu.com/pendidikan/144143-kualitas-pendidikan-di-indonesia-masih- rendah.html Di akses pada tanggal 18 april 2014 pukul 18.16 wib
11
Pendidikan dan kesehatan seperti dua sisi mata uang.
Dua sektor ini menjadi dasar penentu dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan menjadi fokus
untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM). Jika
kualitas manusianya baik, diharapkan pembangunan perkotaan
juga bisa lebih baik dalam mencari solusi permasalahan15.
Indikator kesehatan Indonesia masih sangat rendah.
Situasi kesehatan di Indonesia masih tertinggal jauh dari
Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Bahkan,
Indonesia sudah disalip Vietnam yang beberapa tahun lalu
masih di belakang. Salah satunya, angka kematian ibu
(AKI). Berdasarkan laporan Indeks Pembangunan Manusia yang
dikeluarkan UNDP 2013, AKI Indonesia masih 220 per 100.000
kelahiran hidup. Sementara negara tetangga di ASEAN,
seperti Singapura, mencatatkan angka 3, Brunei 24,
15 Setyowati, Mg Retno. 2012. Pembangunan Manusia Kunci Utama Benahi Kota.http://pilkada.kompas.com/berita/read/2012/05/02/23404185/pembangunan.manusia.kunci.utama.benahi.kota. Di akses pada tanggal 18 april 2014 pukul 18.16 wib
12
Malaysia 29, Thailand 48, Vietnam 59, dan Filipina 99.
Indonesia hanya lebih baik dari Kamboja, Laos, dan Timor
Leste16. Banyak Faktor yang telah membuat kondisi kesehatan
indonesia semankin menurun, seperti; Pembangunan
Infrastruktur rumah sakit kurang baik, Fasilitas rumah
sakit yang kurang memadai, penanganan pelayanan tidak
ditangani oleh tenagag yang professional. Dan Mahalnya
biaya perobatan sehingga sulit untuk di jangkau oleh
masyarakat kalangan menengah kebawah.
Tingginya jumlah penduduk Indonesia menyisakan banyak
sekali dampak sosial ekonomi terhadap kesejahteraan
masyarakat indonesia, dari 240 jiwa penduduk indonesia
berdasarkan sensus penduduk hasil perhitungan terbaru pada
tahun 2012, penduduk Indonesia telah mencapai jumlah lebih
dari itu. Lembaga Swadaya Masyarakat Perkumpulan Prakarsa
menilai Indonesia sebagai negara terburuk di Asia Tenggara16 http://www.liranews.com/berita-2977-tingkat-kesehatan-indonesia-masih-rendah.html Diakses pada tanggal 18 april 2014 pukul 18.16 wib
13
dalam memecahkan masalah kemiskinan. Pasalnya, kemiskinan
hanya bisa dipecahkan melalui indikator purchasing power
parity (PPP) pemerintah mengukur dengan pendapatan Rp. 7.800
per hari17.
Angka pertambahan orang miskin di Indonesia, dalam 3
tahun terakhir, melonjak tajam. Berdasarkan data terakhir
Asian Development Bank (ADB), orang miskin di Indonesia
bertambah 2,7 juta orang Angka kemiskinan Indonesia,
paling tinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. Dan
lebih memalukan lagi, pertambahan kemiskinan ekstrem ini
adalah satu-satunya pengecualian di Asia Tenggara. Jangan
dibandingkan dengan Thailand atau Malaysia, Indonesia
bahkan tertinggal dari Kamboja dan Laos dalam mengurangi
kemiskinan. Berdasarkan data ADB, di tahun 2008 angka
kemiskinan di Indonesia mencapai 40,4 juta, dan di 2010
17 http://www.neraca.co.id/article/38456/Indonesia-Terburuk-Atasi-Kemiskinan-di-Asia-Tenggara Di akses pada tanggal 18 april 2014 pukul 18.56 wib
14
mencapai 43,1 juta18. bila dilihat dari data di atas
menunjukkan bahwa kemiskinan di indonesia semankin
meningkat setiap tahunnya, menurut hemat penulis, di tahun
2015 dengan adanya AEC indonesia akan mengalami fase
kritis yang sudah berada di stadium akhir, sehingga
pemerintah tidak bisa lagi menyelesaikan masalah
kemiskinan.
Tingkat laju pertumbuhan penduduk Indonesia tercatat
dalam beberapa sensus menunjukkan beberapa peningkatan
yang sangat signifikan, dan tentunya penduduk usia
produktif juga meningkat yang diantaranya tersedia tenaga-
tenaga kerja19. Munculnya masalah pengangguran dikarenakan
tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan
lapangan kerja yang tidak seimbang. Di antara 247 juta
penduduk di Indonesia, 26,8 persen atau 64 juta jiwa di
18 http://news.detik.com/read/2011/10/26/131456/1753019/10/ Di akses pada tanggal 18 april 2014 pukul 18.56 wib19 Drs. Faturochman MA,dkk, “Masalah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia” PuslitKependudukan UGM.
15
antaranya adalah remaja atau kelompok berusia 15 – 24
tahun. Indonesia yang notabene menduduki peringkat 4 besar
untuk jumlah penduduk dunia ternyata juga menyandang
peringkat tertinggi pengangguran usia muda di kawasan Asia
Pasifik. Pemerintah mengakui tingkat pengangguran di
Indonesia masih tinggi. Di ASEAN, Indonesia, Filipina, dan
Myanmar masuk dalam negara dengan tingkat pengangguran
tertinggi20. Bila dilhat dari angka peringkat ke 4
mobilisasi sosial indonesia tidak di ikuti dengan
pembagunan ekonomi yang baik sehingga mengakibatkan 20
persen dari jumlah pengangguran tesebut adalah lulusan
perguruan tinggi21. Munkin dalam beberapa tahun kedepan
indonesia mengalami frustasi sosial, karena pendidikan
yang telah dilakukan tidak memperbaiki pendapatan.
20 http://finance.detik.com/read/2013/06/25/130657/2283485/4/ri-jadi-negara-dengan-pengangguran-tinggi-di-asean Di akses pada tanggal 18 april 2014 pukul 19.56 wib21 http://poskotanews.com/2012/04/12/indonesia-juara-pengangguran/ Di akses pada tanggal18 april 2014 pukul 19.56 wib
16
Permasalahan-permasalahan pembangunan manusia di
Indonesia yang sangat kompleks, Sulit bagi indonesia untuk
menguasai mangsanya pasar asia tenggara di 2015 nantinya.
bila di lihat dari beberapa permasalahan di atas,
indonesia tidak memiliki daya saing yang kuat di kancah
Asia tenggara maupun global sudah semestinya pemerintah
memberikan perhatian khusus untuk mendukung kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Untuk mengantisipasi permasalahan
yang ada, strategi praktis pengembangan sumber daya
manusia adalah tidak semata-mata bertumpu pada
permasalahan yang diperkirakan akan terjadi di masa yang
akan datang, namun juga harus melihat permasalahan yang
belum dapat diatasi sampai saat ini. Sebab, permasalahan
yang akan datang mungkin juga merupakan akibat atau
akumulasi masalah yang lalu.
B. Rumusan Masalah
17
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah:
Mengapa MP3EI tidak dapat memberikan kemajuan bagi
pembangunan indonesia dalam menghadapi Asean Economic
Community 2015?
C. Tujuan Penelitian
Melalui penulisan skripsi beberapa tujuan yang ingin
dicapai oleh peneliti, sebagai berikut:
1. Mengetahui pihak mana saja yang berkontribusi
terhadap MP3EI.
2. Berkontribusi terhadap percepatan dan pembagunan
wilayah di Indonesia dalam MEA 2015.
3. Memperkaya kajian Ilmu Hubungan Internasional (HI)
dengan mengkolaborasikan pemahaman Ilmu HI dengan
Teknik Sipil.
D. Kerangka Pemikiran
18
Kerangka pemikiran dalam membahas permasalahan
penelitian sangat diperlukan. Teori maupun konsep yang
digunakan dalam suatu penelitian merupakan jembatan yang
akan menghubungkan antara rumusan masalah dengan hipotesa.
Dikarenakan teori merupakan generalisasi abstrak mengenai
beberapa fenomena, yang dalam menyusun generalisasinya,
teori selalu memakai konsep-konsep yang lahir dari pikiran
manusia. Oleh karena itu, teori memiliki sifat yang
abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai atau
digunakan sebagai sarana untuk memahami fenomena atau
permasalahan yang ada. Pada penelitan ini akan digunakan
teori dependensia.
Teori Dependensia
Teori dependensi menurut Frank mempunyai model
satelit-metropolis. Pada tingkat hubungan internasional
kota-kota di negara Dunia Ketiga menjadi satelit dari
19
negara maju. Indonesia menjadi negara satelit bagi negara
maju. Bagi Frank, proses pegambilan surplus ekonomi secara
nasional dan global serta terarah inilah yang menyebabkan
keterbelakangan di negara Dunia Ketiga, di satu pihak, dan
pembangunan di negara maju di lain pihak.
Dos Santos juga menyatakan bahwa hubungan antara
negara dominan (dominant countries) dengan negara
tergantung (dependent countries) merupakan hubungan yang
tidak sederajat (setara), karena pembangunan di negara
dominan terjadi atas biaya yang dibebankan pada negara
bergantung. Melalui kegiatan pasar yang monopolistik dalam
hubungan perdagangan internasional, hubungan utang-piutang
dan ekspor modal dalam hubungan perdagangan modal, surplus
ekonomi yang dihasilkan di negara tergantung mengalir dan
berpindah ke negara dominan. Menurut Santos, dua bentuk
20
ketergantungan pertama, adalah ketergantungan kolonial dan
ketergantungan industri keuangan.
MP3EI juga mendapatkan Bantuan ADB, World Bank, dan
IMF membuat pertumbuhan ekonomi indonesia semakin
tergantung pada ADB, World Bank, dan IMF demi kestabilan
ekonomi. Karena membutuhkan modal untuk memperbaiki
perekonomian pada masa krisis, Indonesia mau menerima
berbagai persyaratan dari ADB, World Bank, dan IMF.
Apalagi misi ADB, World Bank, dan IMF memang memulihkan
kesulitan ekonomi. Namun yang terjadi justru IMF banyak
mengintervensi kebijakan-kebijakan politik dan ekonomi
yang menyebabkan krisis menjadi lebih parah. Selain itu,
Indonesia juga harus bersaing dengan negara asia lainnya
yang secara jelas bahwa indonesia hanya mampu membuka
pasar dalam negeri dan hanya menjadi konsumen.
21
Teori dependensi mengajukan solusi bahwa sebaiknya
negara-negara pinggiran (satelite/perifer) harus
melepaskan pengaruhnya sama sekali dari hegemoni negara
pusat. Upaya mandiri seperti ini juga tertuang pada TAP
MPR VI/MPR/2002 yang mengamantkan agar pemerintah tidak
memperpanjang kerjasama dengan ADB, World Bank, dan IMF
pada akhir tahun 2003. Dengan kata lain, secara politik,
telah diputuskan bahwa Indonesia akan mandiri dari bantuan
finansial IMF. Akhirnya pada tanggal 12 Oktober 2006,
amanat itu terealisasi. Indonesia secara efektif telah
melunasi seluruh pinjaman kepada IMF, padahal seharusnya
pelunasan tersebut jatuh tempo pada akhir 2010. Percepatan
pelunasan ini mengurangi beban utang dan meningkatkan
kepercayaan diri dalam menyusun dan melaksanakan program
pembangunan ekonomi. MP3EI jangan sampai di jadikan
jembatan untuk membagun jurang yang baru bagi pemabgunan
indonesia di masa yang akan datang22
Jika teori ini di aplikasikan dalam kasus ini, maka
Indonesia telah memilih suatu pilihan, dimana pilihan
tersebut harus optimal dan yang paling menguntungkan bagi
pihak Indonesia. Dalam kasus ini, alternatif pilihan yang
dihadapkan pada pemerintah Indonesia yakni Indonesia
termasuk kedalam pasar tunggal Asia di 2015 (MEA). Adapun
keuntungan dan kerugian dari keputusan Indonesia dalam
menghadapi alternatif tersebut sebagai berikut.
a. Keuntungan (Tergabung dalam MEA)
Indonesia akan mengadopsi aturan internasional yang
dapat digunakan untuk meningkatkan dua hal yakni aspek
ekonomi, dan juga aspek politik. Peningkatan aspek ekonomi
terkait dengan upaya peningkatan dan penciptaan lapangan
kerja indonesia untuk masyarakat indonesia serta bisa
mendorong penguatan ekonomi indonesia dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan aspek
23
politik, Indonesia mendapatkan apresiasi dari luar negeri
karena telah menaruh perhatian terhadap MEA di 2015.
b. Kerugian (Tergabuung dalam MEA)
Apabila Indonesia tergabung dalam MEA ini, maka
Indonesia sulit untuk di untungkan dengan dengan adanya
MEA melihat kondisi dalam negeri yang masih belum siap
untuk bersaing dengan negara ASIA tenggara lainnya. Hal
ini didasarkan pada kondisi Indonesia yang dinilai masih
kurang baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun politik.
Apabila Indonesia tergabung maka indonesia hanya akan
menjadi pasar (Konsumen), sehingga akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi didalam negeri karena kalah bersaing
dengan produk luar lainnya.
E. Hipotesa
24
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan,
maka dapat dikemukakan hipotesa mengenai alasan Mengapa
MP3EI tidak dapat memberikan kemajuan bagi pembangunan
indonesia dalam menghadapi Asean Economic Community 2015,
sebagai berikut:
1) Pemerintah Indonesia tergabung kedalam MEA ini salah
satu cara asing untuk memberikan bantuan terhadap
program pemerintah indonesia melalui MP3EI yang nantinya
bisa menjadi tangan kanan kepentingan-kepentingan asing
di indonesia..
2) Pemerintah Indonesia masih belum diberbagai bidang untuk
memasuki pasar asia melihat masih banyaknya kekurangan
yang terjadi didalam negeri sehingga membuat nilai jual
indonesia semankin lemah selain itupula indonesia masih
mengalami keterpurukan dibidang ekonomi dan SDM.
A. Jangkauan Penelitian
25
Jangkauan penelitian dimaksudkan untuk mempermudah
peneliti dalam menganalisis permasalahan yang dirumuskan.
Sehingga peneliti membatasi penelitian ini berdasarkan
proporsi pembahasan pada aspek-aspek yang akan diteliti.
Adapun penelitian ini merupakan kajian Hubungan
Internasional, sehingga pembahasan terkait aspek ini akan
menempati proporsi yang lebih besar yakni 50%, selanjutnya
aspek ekonomi dalam hal ini ekonomi Internasional
menempati proporsi terbesar kedua yakni 30%, serta aspek-
aspek lainnya yang berkaitan secara langsung maupun tidak
langsung dalam penelitian ini dengan proporsi 20%.
Terkait jangkauan waktu, peneliti akan memulai
menelusuri penelitian ini dimulai pada saat AEC ini
ditandatangani pada 2003. Namun tidak menutup kemungkinan
peneliti menggunakan data dan fakta sebelum tahun 2004
sebagai unit eksplanasi yang memperkuat analisis, terutama
26
dalam melihat perkembangan kebijakan pemerintah terkait
AEC.
B. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian didapat dari beberapa sumber yaitu
studi dokumen yang dilakukan dengan cara menghimpun data
sekunder dalam hal ini diwakili oleh informasi-informasi
dari literatur-literatur yang relevan seperti buku,
majalah, surat kabar, dan data elektronik (internet) yang
berkaitan dengan pokok permasalahan.
Apabila memungkinkan maka peneliti berusaha untuk
mencari data primer yakni wawancara dengan pihak-pihak
yang terkait dengan penelitian ini sebagai konfirmasi atas
data sekunder yang telah didapatkan.
BAB I : Bab ini berisi tentang pendahuluan. Pada bab
ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran,
27
hipotesa, jangkauan penelitian, teknik
pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab dua membahas tentang MP3EI (Master Plan
Percepatan Pembagunan ekonomi Indonesia)
terutama definisi dan pengertian, serta sejarah
pembentukan, perkembangan, dan klausul-klausul
yang terdapat dalam program.
BAB III : Bab tiga membahas tentang kebijakan pemerintah
Indonesia terhadap AEC 2015, yakni membuka pasar
dalam negeri dan ikut kedalam pasar tunggal asia
2015.
BAB IV : Bab empat membahas tentang alasan pemerintah
Indonesia membuat program MP3EI sebagai
persiapan AEC 2015.
BAB V : Bab lima berisi kesimpulan, yang menguraikan
kesimpulan atas alasan pemerintah Indonesia28
Top Related