ANALISIS PENGGUNAAN PRIVATE MILITARY
COMPANY DALAM MISI PEACEKEEPING
MONUSCO TAHUN 2010-2011
Olivia Crsti
0811243090
This research aims to analyze the use of PMCs in the UN peacekeeping mission
with MONUSCO as a case study. As one of the tools of UN to achieve its goal of
maintaining international peace and security, the UN peacekeeping mission has support
from member countries such as personnel, funds and facilities. Although it has had such
support, the UN still using the PMC in peacekeeping mission. PMC itself is a leading
provider of security and military services that growing rapidly since the 1990s. PMC
become a attention because of its association with a number of natural resource
exploitation, sexual violence, not regulated in any convention and unaccountable.
In this research, the authors uses four reasons of the use of PMCs in the
peacekeeping mission. The reason are feasibility, availability, professionalism, and the
lower cost of PMC. Results of this study indicate that the use of PMCs in UN
peacekeeping mission would be more efficient because it helps deploy the mission more
quickly and reduce the casualties. PMC is also able to provide service and UN
peacekeeping needs and have the capability to perform multiple functions peacekeeping.
Keywords : PMC, UN Peacekeeping, superior feasibility, availability,
Professionalism, lower cost of PMC.
Sejak tahun 1990an keberadaan Private Military Company (PMC) sebagai
penyedia layanan keamanan dan militer mengalami perkembangan yang pesat.1
Perkembangan ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan, pemasukan dan layanan
yang disediakan. Selama tahun 1990an jumlah perusahaan ini mencapai lebih dari
1 Philipp Schweers, “The Privatized Military Industry: Legal Black Hole or Lucky Chance?”,Germany,DIAS-
Analysis No.38,2009,hal.4.
200 perusahaan dan beroperasi secara global di lebih dari 100 negara yang
tersebar di 6 benua.2 Disamping itu, pemasukan perusahaan ini juga turut
mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 1990 pemasukan dari industri
ini tercatat mencapai 55,6 milyar dolar AS dan meningkat menjadi 202 milyar
dolar AS di tahun 2010.3 Diestimasikan bahwa pendapatan global dari industri ini
mencapai lebih dari 100 milyar dolar AS pada tahun 2003.4
Selain jumlah perusahaan yang banyak dan pemasukan yang meningkat,
perkembangan PMC juga dapat dilihat dari semakin bervariasinya layanan yang
ditawarkan. PMC hadir dengan menawarkan jasa keamanan dan militer mulai dari
layanan dukungan logistik, transportasi, konsultasi, pelatihan militer,
perlindungan, sampai pada layanan tempur.5 Saat ini PMC melakukan berbagai
aktivitas yang sampai sekarang menjadi tanggung jawab militer negara. Aktivitas
tersebut meliputi military operational support, military advice, logistical support,
security services dan crime prevention.6 Dalam pandangan Singer, perkembangan
PMC yang pesat ini tidak lepas dari tiga faktor penting yaitu berakhirnya perang
dingin, transformasi sifat dasar perang yang telah mengaburkan batas-batas
tradisional antara prajurit dan orang sipil dan kecenderungan globalisasi kearah
privatisasi dan outsourcing fungsi-fungsi negara.7 Perkembangan PMC ini dapat
2 Deborah D. Avant, “Private Security” dalam Paul D. Williams, Security Studies:An Introduction, London
and New York, Routledge, 2008, hal.441. 3 Ibid. 4 Ibid. 5 Peter W. Singer, “Should Humanitarian Use Private Military Services”, Humanitarian Affairs
Review,2004,hal.15. 6 Christopher Kinsey,”Corporate Soldier and International Security, The Rise of Private Military
Company”,New York,Routledge,2006,hal.2 7 Azeez O. Olaniyan, ”Unorthodox Peacekeepers and Responses in Africa” dalam Sabelo Gumedze, From
Market For Force To Market For Peace:Private Military and Security Companies in Peacekeeping
Operations, ISS Monograph No.183, hal.7.
digambarkan sebagai penyebaran privat yang sangat luas khususnya dalam
penyediaan keamanan.
Peran PMC dalam memberikan layanan keamanan dan militer saat ini
telah menjadikannya sebagai pilihan baru dalam kebutuhan keamanan dan
kekuatan militer. Kemampuannya dalam memberikan layanan keamanan maupun
militer bagi kliennya menjadikan PMC banyak disewa oleh aktor-aktor
internasional. PMC sering disewa untuk berbagai tugas seperti mengamankan
staf-staf, mengamankan distribusi bantuan di daerah konflik, mengamankan aset-
aset berharga, menyediakan logistik, dan berbagai layanan lainnya.
Keterlibatan PMC dalam berbagai tugas keamanan dan dukungan militer
mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Jurnalis, akademisi dan NGO
telah lama menaruh perhatian pada ketiadaan tanggungjawab PMC dan
keterkaitannya dengan pelanggaran hak asasi manusia. Studi yang dilakukan oleh
South African Institute for Security Studies dan Canadian Council for
International Peace and Security pada 1999 menunjukkan hubungan antara PMC
dan eksploitasi sumber daya alam yang terjadi di Angola dan Sierra Leone.8 Salah
satu PMC ternama DynCorp bahkan pernah terlibat kasus kekerasan seksual yang
dilakukan oleh personilnya yang bekerja dibawah PBB pada 1990 di Bosnia. 9
Laporan Armed Services: Regulating the Private Security Industry tahun 2006
menyimpulkan bahwa sebagian besar industri ini tidak diregulasi dan tidak
bertanggungjawab.10
8 Lou Pingeot,”Dangerous Partnership:Private Military and Security Companies and the UN”,New
York,Global Policy Forum,2012,Hal.18. 9 Ibid.hal.28 10 Ibid.hal.18
Walaupun memiliki hubungan dengan berbagai kasus kekerasan dan
eksploitasi sumber daya alam, layanan PMC tetap banyak digunakan dalam
daerah konflik untuk memberikan perlindungan dan dukungan militer bagi pihak
yang terlibat konflik serta terlibat juga dalam upaya-upaya pencapaian keamanan
dan perdamaian seperti pada misi peacekeeping. Misi peacekeeping merupakan
salah satu alat bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai tujuannya
yaitu menjaga keamanan dan perdamaian internasional.11
Sejak misi pertamanya
tahun 1948, PBB telah memiliki 59 upaya peacekeeping yang tersebar diseluruh
dunia.12
Saat ini tercatat ada 15 misi peacekeeping yang dipimpin oleh
Department of Peacekeeping Operations (DPKO).13
Untuk mendukung berbagai misi peacekeeping yang tersebar di berbagai
wilayah di dunia, PBB telah memiliki peacekeeper yang ditugaskan khusus dalam
misi peacekeeping yang juga dikenal dengan sebutan “blue helmet”.14
Mereka
adalah personil PBB yang bertugas dilapangan untuk melakukan tugas-tugas
peacekeeping. PBB memiliki personil sekitar 116.515 yang tersebar di berbagai
misi.15
Personil PBB ini terdiri dari polisi, pasukan, pengamat militer, personil
sipil dan sukarelawan PBB.16
Sekitar 70% personil PBB tersebut ditempatkan
11 United Nations,“Peacekeeping Operations: Principles and Guidelines”, United Nations Department of
Peacekeeping Operations & Department of Field Support,2008,hal.13. 12 Christopher M. Rochester, ”A Private Alternative to a Standing United Nations Peacekeeping Force”,
USA, Peace Operations Institute, 2007, hal.19. 13 “Peacekeeping Fact Sheet” Diakses pada tanggal 2 oktober 2012 melalui
<https://www.un.org/en/peacekeeping/resources/statistics/factsheet.shtml> 14 Christopher M. Rochester, op cit, hal.17. 15 Ibid. 16 Ibid.
pada misi di Afrika.17
Selain itu, PBB juga memiliki perlengkapan militer yang
dibutuhkan untuk mendukung jalannya misi peacekeeping.
Walaupun telah memiliki peacekeeper yang dilengkapi dengan
perlengkapan militer, PBB tetap menyewa PMC dalam misi peacekeeping dan
menjadi kliennya sampai saat ini. Keterlibatan PMC dalam misi peacekeeping
PBB telah dimulai sejak tahun 1990an.18
PMC disewa untuk melakukan berbagai
tugas guna mendukung upaya peacekeeping PBB di berbagai wilayah. Dalam UN
Working Group, PMSC didefinisikan sebagai ‘a corporate entity which provides
on a compensatory basis military and/or security services by physical persons
and/ or legal entitie’.19
Berdasarkan definisi tersebut, PMC tidak dipandang ilegal
layaknya tentara bayaran yang selama ini dianggap berbahaya dan dilarang
penggunaannya.
Kontrak PBB dengan perusahaan militer privat ini pun meningkat dari 44
juta dolar pada tahun 2009 menjadi 76 juta dolar pada tahun 2010.20
Peningkatan
sebesar 73% hanya dalam satu tahun. Dari total kontrak tahun 2010 tersebut, 18,5
juta dolar dialokasikan untuk misi peacekeeping PBB.21
Berikut ini adalah
beberapa contoh misi peacekeeping PBB yang menggunakan jasa PMC.
17 Ibid.hal 20. 18 Sebastian Deschamps,”Towards the Use of the Private Military Companies in the United Nations
Peacekeeping Operations”,Peace Operations Training Institute,2005,hal.32. 19 Eric George,”The Market for Peace” dalam Sabelo Gumedze,From Market for Force to Market for
Peace:Private Military and Security Companies in Peacekeeping Operations,ISS Monograph No.183,hal 20. 20 Lou Pingeot, op. cit. hal.7. 21 “UN Reliant on Private Security Firms”,BBC News, 11 Juli 2011. Diakses pada tanggal 9 oktober 2012 melalui
< http://www.bbc.co.uk/news/world-us-canada-18801090>.
Tabel 1.1. Contoh Misi Peacekeeping PBB yang Menggunakan PMC
NO. PMC Misi Peacekeeping
PBB
Tugas
1. DynCorp East Timor Menyuplai helikopter dan satelit
jaringan komunikasi
2. DSL East Timor Dukungan logistik dan intelegensi
3. PAE Sierra Leone Dukungan logistik tahun 2000-
2003
4. DSL Somalia Menyebarkan penjaga Ghurka
untuk melindungi konvoi
pembebasan tahun 1992
5. Saracen
Uganda
Congo Unarmed security tahun 2010-2011
Diolah dari: Lou Pingeot, “Dangerous Partnership: Private Military and Security Companies and
the UN”, New York, Global Policy Forum,2012.
Berdasarkan tabel diatas, penulis memfokuskan pembahasan ini pada misi
peacekeeping di Congo yaitu United Nations Organization Stabilization Mission
in the Democratic Republic of the Congo (MONUSCO) tahun 2010 hingga 2011.
Hal ini karena MONUSCO termasuk dalam misi besar dilihat dari jumlah personil
yang ditempatkan pada misi ini yaitu mencapai 24.043.22
Walaupun telah
memiliki banyak personil nyatanya PBB tetap menyewa PMC dalam misi
MONUSCO. Keterlibatan PMC dalam sejumlah kasus kekerasan dan eksploitasi
sumber daya alam juga tidak menghentikan PBB untuk menggunakan layanan
PMC. Peacekeeper PBB tidak lagi menjadi satu-satunya aktor dalam melakukan
tugas-tugas peacekeeping. PMC kini menjadi bagian dalam pelaksanaan misi
22 “Peacekeeping fact sheet archive” diakses pada tanggal 9 oktober 2012 melalui
<http://www.un.org/en/peacekeeping/resources/statistics/factsheet_archive.shtml>
peacekeeping PBB. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam tulisan ini
penulis akan menganalisa mengapa PBB menyewa PMC dalam misi
peacekeeping MONUSCO tahun 2010-2011 padahal PBB telah memiliki
peacekeeper sendiri? “.
Private Military Company (PMC)
Perkembangan Private Military Company
Keberadaan Private Military Company (PMC) yang semakin berkembang
saat ini bukanlah hal baru. Jauh sebelum sistem negara dikenal dan mendominasi
politik dunia, pasar untuk alokasi kekerasan telah menjadi hal yang biasa.23
Sejak
awal abad ke-12 raja-raja feodal melengkapi kekuatannya dengan mengkontrak
tenaga kerja.24
Perusahaan-perusahaan carter seperti East India Company yang
terkemuka di abad 17 dan 18 merupakan contoh perusahaan yang didelegasikan
negara dalam mengawasi kekerasan.25
Perusahaan-perusahaan ini digunakan oleh
negara untuk terlibat dalam kegiatan perdagangan jarak jauh, menetapkan jajahan
dan mengamankan teritori baru. Negara-negara seperti Prancis, Portugis, Inggris
dan Belanda merupakan contoh negara yang menyewa perusahaan-perusahaan
ini.26
Negara juga mulai menyewakan kekuatan mereka kepada negara sahabat.
Inggris bahkan mengizinkan warganya untuk menjual layanan mereka ke luar.27
Mereka akan melakukan tugas sesuai dengan perintah dari pemerintah yang
23 Deborah D. Avant, “Private Security” dalam Paul D. Williams, Security Studies:An Introduction, London
and New York, Routledge, 2008,hal 445. 24 Ibid. 25 Ibid. 26 Ibid. 27 Ibid.hal.447
mengkontraknya. Di tahun 2003, Amerika membayar kekuatan dari negara lain
untuk terlibat dalam koalisi saat perang dengan Irak.28
Seiring berjalannya waktu,
tujuan negara menyewa perusahaan privat pun mengalami perkembangan.
Perkembangan ini tidak lepas dari semakin bervariasinya layanan yang disediakan
oleh perusahaan ini. Beberapa negara menggunakan perusahaan privat untuk
menyediakan senjata, dukungan logistik, keamanan, pelatihan militer dan layanan
lainnya yang sesuai dengan kebutuhan selama masa konflik. Amerika merupakan
salah satu negara yang aktif menggunakan layanan dari perusahaan privat. Selama
periode Perang Dingin, Amerika menyewa perusahaan privat untuk memberikan
pelatihan militer.29
Pemerintah Inggris juga turut menyewa perusahaan ini untuk
kebutuhan layanan keamanan.30
Perkembangan pesat PMC di ranah internasional merupakan kombinasi
dari tiga peristiwa penting. Pertama, berakhirnya perang dingin pada 1980an yang
kemudian menjadi titik awal bagi perkembangan industri militer privat.31
Runtuhnya tatanan lama ini berdampak pada meningkatnya keengganan ‘great
powers’ untuk berperan dan mengintervensi perang-perang sipil kecuali jika
kepentingan mereka menjadi taruhannya.32
Hal ini kemudian berdampak pada
kemampuan PBB dalam melakukan upaya-upaya damai ke negara atau wilayah
yang terlibat konflik. Akhir 1990an, total personil pada operasi PBB telah
28 Ibid. 29 Ibid. 30 Ibid. 31 Dr. Joanna Spear,”Market Forces:The Political Economy of Private Military Companies”,Norway,Fafo
Report 531,2006,hal.11. 32 Ibid.
menurun drastis menjadi dibawah 15.000.33
Keadaan ini membuat PBB sulit
menyesuaikan diri dengan tuntutan upaya damai dalam konflik-konflik internal.34
Keadaan ini juga turut memunculkan tuntutan akan adanya perlindungan dan
upaya damai yang tidak dipenuhi oleh aktor-aktor tradisional seperti negara dan
organisasi internasional. Tuntutan ini secara efektif dimanfaatkan oleh PMC
sebagai peluang untuk memperluas perannya. Namun, dalam perannya PMC tidak
bertindak dalam kapasitas yang sama dengan PBB. Mereka tidak netral, disewa
oleh salah satu pihak yang berkonflik, tidak memiliki mandat untuk bekerja sesuai
dengan solusi politik dari pihak-pihak yang berkonflik dan dapat melakukan
penyerangan untuk alasan pertahanan.35
PMC dianggap sebagai pilihan bagi
negara-negara untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya.
Dampak dari berakhirnya perang dingin tidak hanya pada sikap negara-
negara dalam mengintervensi perang tetapi juga berdampak pada keberadaan
kekuatan bersenjata. Merosotnya kekuatan bersenjata pasca perang dingin dan
berakhirnya aparteid di Afrika menjadi faktor kedua perkembangan PMC.36
Kemerosotan kekuatan bersenjata telah mengakibatkan meningkatnya persediaan
tenaga manusia terlatih. Sepanjang tahun 1987 hingga 1996, Bonn International
Conversion Centre melaporkan bahwa jumlah tentara dunia mengalami penurunan
lebih dari 6 juta prajurit.37
Adanya demobilisasi signifikan yang terjadi di militer
Amerika, Rusia dan Afrika Selatan mengakibatkan peningkatan suplai personil
33 Michael Pugh,”Peace Operations” dalam Paul D. Williams, Security Studies:An Introduction, London and
New York, Routledge, 2008,hal.411. 34 Ibid. 35Dr. Joanna Spear,op cit, hal.12. 36 Ibid. 37 Ibid.
militer terlatih.38
Penurunan drastis militer dan anggaran militer di Amerika dan
Rusia yang bertepatan dengan meningkatnya instabilitas, konflik etnis dalam
negara dan kebutuhan peacekeeping turut mendorong permintaan akan adanya
intervensi.39
Dalam kondisi ini, PMC muncul dalam negara industri seperti
Amerika, Inggris, Rusia dan Afrika Selatan.40
Kemerosotan kekuatan bersenjata telah membantu perkembangan industri
militer privat di ranah internasional. Hal ini karena prajurit-prajurit yang tidak lagi
terlibat dalam militer negara memilih menawarkan kemampuannya pada
perusahaan-perusahaan keamanan privat. Sebagian besar personil PMC
merupakan veteran militer Afrika Selatan era aparteid.41
Mereka memiliki
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang baik dalam operasi-operasi
melawan pemberontakan khususnya dalam menghadapi perang sipil dan para
pemberontak. Konflik dan tidak cukupnya DDR (Disarmament,
Demobilisation,Reintegration) dari personil militer berdampak pada instabilitas
dan konflik yang mengharuskan mempekerjakan PMC.42
Penurunan ini juga
menyebabkan publik cenderung beralih ke layanan privat yang disediakan oleh
prajurit-prajurit terlatih.
Faktor terakhir yang turut mempengaruhi perkembangan PMC di ranah
internasional adalah adanya agenda neoliberal.43
Ideologi pasar dan gagasan
bahwa privatisasi merupakan cara yang paling efisien dalam memberikan layanan
38 Allison Stanger, Mark Williams,”Private Military Corporations:Benefits and Costs of Outsourcing
Security”,Yale Journal of International Affairs,2006,hal.5. 39 Ibid. 40 Ibid. 41 Dr. Joanna Spear,op cit,hal.13. 42 Ibid. 43 Ibid.hal.14.
telah berdampak pada cara pemerintah beroperasi, baik di negara kaya maupun
negara miskin. Bagi negara kaya, PMC disewa untuk mengejar kepentingan luar
negeri dan melakukan intervensi pada suatu wilayah. Sedangkan bagi negara
lemah, PMC disewa untuk tujuan bertahan dan war-making enterprises. Bagi
negara-negara yang melakukan privatisasi, privatisasi elemen-elemen operasi
militer dipandang sebagai efektifitas biaya.44
Perkembangan PMC yang meningkat paska perang dingin kemudian
menghadapi tantangan di abad ke 20. Ketika sistem dan konsep negara berdaulat
telah menyebar di seluruh dunia, norma-norma yang menentang tentara privat pun
mulai diperkuat.45
Hal ini menyebabkan para pemain utama dalam perdagangan
militer privat beralih menjadi freelancing ex-soldiers. Tentara bayaran
(mercenary) secara konvensional dipandang sebagai unit individu yang bekerja
untuk satu klien, fokus pada satu operasi dan hanya menyediakan layanan guns
for hire.46
Adanya nasionalisasi perang pada abad ke 20 membuat mercenary
menjadi kurang digunakan tetapi tidak benar-benar menghilang.47
Saat ini PMC mewakili evolusi aktor privat dalam perang. Singer
membedakan PMC dulu dan sekarang sebagai berikut48
:
“Today’s PMFs represent the evolution of private actors in warfare. The
critical analytic factor is their modern corporate business form. PMFs are
hierarchically organized into incorporated and registered businesses that
trade and compete openly on the international market, link to outside
ªnancial holdings, recruit more proªciently than their predecessors, and
44 Ibid. 45 Peter W. Singer,”Corporate warior:The Rise of the Privatized Military and Its ramifications for
International Security”, International Security Vol.26 No.3,2001” hal.191. 46 Ibid. 47 Dr. Joanna Spear,op cit,hal.16. 48 Dr. Joanna Spear,op cit,hal.17.
provide a wider range of military services to a greater variety and number
of clients.”
PMC secara hirarki diorganisir dalam bisnis-bisnis yang menyatu dan terdaftar
yang berdagang dan bersaing secara terbuka dalam pasar internasional, terhubung
dengan saham keuangan luar, merekrut lebih profesional dan menyediakan
layanan militer yang lebih variatif kepada klien yang lebih banyak.49
Jumlah
perusahaan ini telah mencapai lebih dari 200 perusahaan dan beroperasi secara
global di lebih dari 100 negara.50
Pemasukan dari industri ini pun mengalami
peningkatan yaitu mencapai 55,6 milyar dolar AS pada tahun 1990 dan meningkat
menjadi 202 milyar dolar AS di tahun 2010.51
Pendapatan global dari industri ini
pun diestimasikan mencapai lebih dari 100 milyar dolar AS pada tahun 2003.52
Singkatnya, perkembangan PMC yang pesat merupakan kombinasi
kekosongan keamanan global sebagai dampak runtuhnya tatanan lama yang
sejalan dengan penurunan drastis kekuatan militer yang menyebabkan
peningkatan suplai tentara terlatih bagi perusahaan keamanan dan adanya
kecenderungan globalisasi kearah meningkatnya privatisasi dan outsourcing
fungsi-fungsi negara. Kombinasi ini telah menciptakan kesempatan dan
permintaan baru akan adanya industri militer privat. Hal ini juga didukung dengan
kemampuan dan variasi layanan keamanan dan militer yang mampu disediakan
oleh PMC. Pada akhirnya, individu, perusahaan, negara dan organisasi
49 Ibid. 50 Deborah D. Avant, “Private Security” dalam Paul D. Williams, Security Studies:An Introduction, London
and New York, Routledge, 2008, hal.441. 51 Ibid. 52 Ibid.
internasional terus meningkatkan kepercayaannya pada PMC untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan mereka dalam bidang keamanan dan militer.
Private Military Company: Saracen Uganda
Saracen Uganda Ltd merupakan perusahaan privat penyedia layanan
keamanan yang berdiri sejak tahun 1995.53
Saracen memberikan layanannya
untuk memenuhi kebutuhan keamanan khusus dan profesional. Dengan mitra
kantor yang ada di Afrika Selatan, Angola dan Hongkong, Saracen menawarkan
berbagai keahlian level internasional di Uganda. Saracen Uganda memiliki misi
untuk menjadi penyedia solusi keamanan paling profesional dan pilihan dalam
industri keamanan.54
Visi dari Saracen Uganda adalah menyediakan solusi
keamanan profesional yang berkualitas tinggi.55
Atas dasar tersebut, Saracen
memiliki tiga komitmen yaitu safety for our clients and employees, service
delivery to international standardands dan benefiting the local communities.56
Adapun tujuan-tujuan Saracen Uganda adalah sebagai berikut57
:
1. Always meet the client's requirements.
2. Reduce criminality.
3. Raise quality standards.
4. Continue to improve and develop the company's performance.
5. Encourage and support continuous training of staff.
53 “Saracen Uganda:Background” diakses pada tanggal 18 november 2012 melalui
<http://saracen.co.ug/about.php> 54 “Saracen Uganda:Mission” diakses pada tanggal 18 november 2012 melalui
<http://saracen.co.ug/mission.php> 55 “Saracen Uganda:Vision” diakses pada tanggal 18 november 2012 melalui
<http://saracen.co.ug/vision.php> 56 Ibid. 57 “Saracen Uganda:Objectives” diakses pada tanggal 18 november 2012 melalui
<http://saracen.co.ug/objectives.php>
6. Meet financial targets and demonstrate value for money.
7. Build on our credibility with stakeholders.
8. Strive not to create safety or environment hazards.
9. Maintain long-term relationships with our client.
10. To improve staff pride through utilization of their training and
competence, ensuring conformance to set standards and thus contributing
to our clients' well-being, Building long lasting relationships with
stakeholders, Social responsibility, Respect.
Sebagai penyedia layanan keamanan, Saracen Uganda menjamin layanan
terbaik bagi para kliennya. Beberapa layanan keamanan yang ditawarkan oleh
Saracen Uganda adalah sebagai berikut58
:
1. Guard forces (armed and unarmed)
2. VIP protection
3. Investigation
4. Aviation Security
5. Specialized Security Equipment and in-house training
6. Logistics
7. Sales of security equipment
8. Consultation services (risk and control analysis)
Saracen juga menjamin bahwa dokumen dari semua personilnya
diperbaharui secara teratur dan tersedia bagi para kliennya. Dokumen-dokumen
personil Saracen meliputi pengalaman dan sejarah masa lalu. Saracen juga
58 “Saracen Uganda:Services” diakses pada tanggal 18 november 2012 melalui
<http://saracen.co.ug/services.php>
memberikan laporan bulanan bagi para kliennya terkait segala peristiwa dan
rekomendasinya. Saracen berupaya memberikan layanan terbaik bagi kliennya
dengan dukungan jumlah personil yang mencapai 5000 dan akan terus meningkat
serta tim yang profesional yang merupakan mantan senior Special Forces and
Police dari Afrika Selatan, Uganda dan United Kingdom.59
Analisa Penggunaan Saracen Uganda dalam MONUSCO
Keberadaan PMC sebagai sektor privat yang menyediakan berbagai
layanan mulai dari keamanan hingga layanan militer menjadikannya sebagai
pilihan dalam kebutuhan keamanan dan militer. Klien PMC pun bervariasi mulai
dari individu, negara, perusahaan multinasional, organisasi non-pemerintah dan
organisasi internasional. PMC tidak hanya disewa untuk terlibat dalam berbagai
konflik antar negara tetapi juga dalam upaya-upaya mencapai keamanan dan
perdamaian seperti misi peacekeeping PBB. Walaupun telah memiliki
peacekeeper yang ditugaskan untuk melakukan tugas-tugas peacekeeping,
nyatanya PBB turut menjadi klien PMC.
Dalam tulisannya “Private Military Companies: A Second Best
Peacekeeping Option?” Bures memaparkan penggunaan PMC dalam misi
peacekeeping. Menurut Bures, PMC disewa dalam misi peacekeeping oleh
pemerintah barat, berbagai organisasi non-pemerintah termasuk oleh PBB jika
dalam misi tersebut ada tugas peacekeeping yang tidak dimandatkan atau tidak
59 “Saracen Uganda International” diakses pada tanggal 18 november 2012 melalui
<Slideshare.net/vospieter/saracen-profile-2009>
mampu dilakukan oleh peacekeeper internasional.60
Mandat DK PBB disetiap
misi berbeda-beda tergantung pada kondisi, sifat konflik dan tantangan yang ada.
Pada dasarnya operasi peacekeeping PBB disebarkan untuk mendukung
implementasi gencatan senjata atau perjanjian damai. Namun dalam kondisi
tertentu, peacekeeping juga dibutuhkan untuk terlibat dalam upaya-upaya
peacemaking maupun peacebuilding. Sejak berakhirnya Perang Dingin, misi
peacekeeping PBB sering dimandatkan untuk memberikan pelatihan militer,
perlindungan bagi infrastruktur, warga sipil, fasilitas termasuk konvoi bantuan
dan mencegah berbagai bentuk infiltrasi.61
Peacekeeping saat ini jugat turut
memfasilitasi proses politik, membantu DDR, mendukung pemilihan umum,
melindungi hak asasi manusia dan membantu memulihkan aturan hukum.
Sementara itu, dalam MONUSCO mandat DK PBB secara garis besar adalah
memberikan perlindungan bagi warga sipil, personil dan fasilitas PBB, membantu
memperkuat kapasitas militer dan memberikan dukungan logistik.62
Tugas-tugas
ini telah dilakukan oleh peacekeeper PBB sejak MONUC didirikan di DRC tahun
1999.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
masalah berarti terkait mandat dan kapabilitas peacekeeper di MONUSCO.
Adanya mandat peacekeeping yang tidak dimandatkan dalam MONUSCO
semata-mata dilakukan atas pertimbangan kondisi, tantangan dan kebutuhan di
60 Oldrich Bures, “Private Military Companies: A Second Best Peacekeeping Option?”, International
Peacekeeping,Vol.12.No.4,Winter 2005, hal.537. 61 Ibid.hal.536. 62
“MONUSCO:Mandate”, diakses pada tanggal 11 desember 2012 melalui
<http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/monusco/mandate.shtml>.
DRC. Oleh karena itu, mandat dalam suatu misi tidak harus mencakup seluruh
tugas-tugas peacekeeping PBB. Sementara itu, terkait kapabilitas peacekeeper
PBB juga tidak menunjukkan masalah berarti. Sejak misi peacekeeping
disebarkan di DRC tahun 1999, tugas-tugas peacekeeping yang dilakukan
peacekeeper PBB tidak jauh berbeda dengan tugas-tugas yang dilakukan saat ini
seperti mengawasi perjanjian gencatan senjata, memberikan perlindungan dan
memfasilitasi bantuan kemanusiaan dan mengawasi hak asasi manusia. Meski
begitu, pelaksanaan misi peacekeeping PBB masih dilingkupi berbagai
kekurangan. Komitmen peacekeeping PBB tidak berjalan beriringan dengan
kapabilitasnya. PBB masih dihadapkan pada tantangan dalam menyebarkan misi
secara cepat, adanya keengganan negara-negara anggota merespon krisis yang
berkembang dan keterbatasan lainnya.
Dipilihnya PMC untuk terlibat dan melakukan tugas-tugas peacekeeping
tidak lepas dari beberapa alasan utama. Bures memberikan alasan yang
mendukung penggunaan PMC dalam misi peacekeeping. Digunakannya PMC
untuk melakukan tugas-tugas peacekeeping didasarkan pada empat alasan yaitu
superior feasibility, availability, professionalism dan lower cost of PMC.
1. Superior Feasibility
Superior feasibility mengarah pada kemungkinan dikerjakannya tugas-
tugas peacekeeping secara lebih cepat. Menyebarkan peacekeeping atau
peacekeeper secara cepat khususnya disaat-saat kritis masih menjadi tantangan
tersendiri bagi PBB. Keterlambatan yang terjadi dalam menjalankan misi
peacekeeping seringkali disebabkan oleh prosedur penyebaran yang cenderung
membutuhkan waktu lama. Susunan alur komando PBB dan tahap penyebaran
misi peacekeeping seringkali membutuhkan waktu lama. Proses birokrasi antara
dikeluarkannya otoritas intervensi oleh DK PBB dengan penyebaran misi
dilapangan sering menghasilkan penundaan sampai beberapa bulan. Akibatnya,
sering terjadi keterlambatan dalam mengerjakan tugas peacekeeping dan
penyebaran peacekeeper di lapangan. Ketidakmampuan bertindak cepat dalam
menyebarkan peacekeeper di lapangan menjadi kelemahan tersendiri yang
membutuhkan penyelesaian. Penggunaan PMC dipandang dapat memberikan
jawaban bagi tantangan yang dihadapi oleh PBB dalam menyebarkan misi secara
lebih cepat.
Perbedaan alur komando antara PBB dan PMC menyebabkan keduanya
memiliki kemampuan berbeda dalam merespon krisis secara lebih cepat. Susunan
alur komando PBB berbeda dengan susunan alur komando pada organisasi-
organisasi lain khususnya yang hanya menyebarkan kekuatan militer. Hal ini
karena peacekeeping PBB dijalankan dalam kegiatan-kegiatan yang kompleks dan
multidimensional. Selain itu, peacekeeping PBB juga melibatkan personil-
personil yang berasal dari berbagai kebangsaan, disiplin dan budaya profesional.
Adapun alur komando PBB adalah sebagai berikut:
Gambar 5.1. Otoritas, Komando dan Kontrol dalam Multi-dimensional Operasi
Peacekeeping PBB
Strategic
Operational
Tactical
Sumber: United Nations,“Peacekeeping Operations: Principles and Guidelines”, United Nations
Department of Peacekeeping Operations & Department of Field Support,2008.
Dalam operasi peacekeeping, Security Council berperan dalam
mengeluarkan mandat-mandat yang berisi tugas-tugas peacekeeping yang harus
dilakukan dalam suatu misi. Dalam Sekretariat PBB, DPKO bertanggungjawab
Security Council
Secretary-General
UN
Secretaria
t
Head of Mission
Mission Headquarters
and Leadership Team
Component Heads
Civilian
Units
Military Units Police Units
Regional Officers
dalam menyediakan pedoman kebijakan dan petunjuk strategis.63
Sementara itu,
DFS (Department of Field Support) bertanggungjawab dalam menyediakan
dukungan logistik dan administratif.64
Dalam rangka menjamin kesatuan
komando, Under-Secretary-General for Field Support melaporkan segala masalah
yang berkaitan dengan peacekeeping pada Under-Secretary-General for
Peacekeeping Operations.
Dilapangan, HOM (Head of Mission) menggunakan otoritas operasional
PBB termasuk militer, polisi dan sumber daya sipil. Dalam misi, HOM
merupakan warga sipil yang melapor pada Secretary-General melalui Under-
Secretary-General for Peacekeeping Operations. HOM bertanggungjawab
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas dari seluruh sistem PBB dilapangan dengan
dibantu oleh DSRSG/RC/HC (Deputy Special Representative of the Secretary-
General/Resident Coordinator/Humanitarian Coordinator).65
Sementara itu,
MLT (Mission Headquarters and Leadership Team) terdiri dari kepala-kepala
komponen fungsional utama dari misi. MLT bertanggungjawab menjaga
implementasi misi peacekeeping.66
Berdasarkan alur komando tersebut dapat dilihat bahwa proses
dikeluarkannya mandat oleh Security Council sampai pada tahap implementasi di
tingkat unit-unit MLT membutuhkan koordinasi dan waktu untuk menyusun
berbagai pedoman strategis. Pada akhirnya proses birokrasi inilah yang sering
63 United Nations,“Peacekeeping Operations: Principles and Guidelines”, United Nations Department of
Peacekeeping Operations & Department of Field Support,2008. hal.66. 64 Ibid. 65 Ibid.hal.68. 66 Ibid.
menyebabkan penundaan sampai beberapa bulan dan keterlambatan penyebaran
misi di lapangan.67
Keterlambatan yang terjadi dalam pelaksanaan misi peacekeeping juga
tidak lepas dari prosedur penyebaran peacekeeping di lapangan. Pada dasarnya
pelaksanaan misi peacekeeping PBB dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu mission
start-up, mandate implementation dan transition.68
Selama masa start-up, misi
peacekeeping diupayakan untuk mencapai initial operating capability dan full
operating capability. Sehingga, implementasi mandat dapat dimulai diseluruh
wilayah. Dalam tahap implementasi, upaya difokuskan pada pelaksanaan tugas-
tugas yang diatur dalam mandat Dewan Keamanan dan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan rencana dalam misi. Proses transisi merupakan proses pembubaran
atau penarikan kembali sesuai dengan kebijakan DK. Berikut adalah gambar
tahap penyebaran misi peacekeeping PBB.
67 Christopher M. Rochester, op cit.,hal.8. 68 United Nations, op cit, hal.61.
Gambar 5.2. Tahap Penyebaran Peacekeeping PBB
Implementation
Mission Start-up Transition/Hand-over
Rapid Deployment Withdrawal/Liquidation
Sumber: United Nations,“Peacekeeping Operations: Principles and Guidelines”, United Nations
Department of Peacekeeping Operations & Department of Field Support,2008.
Penyebaran misi peacekeeping diharapkan dapat terlaksana dalam waktu
30 hari.69
Namun kenyataannya waktu yang dibutuhkan untuk menyebarkan misi
bervariasi tergantung pada berbagai faktor khususnya kemauan negara anggota
untuk menyumbangkan prajurit dan polisi serta ketersediaan dana dan sumber
daya lainnya. Dalam misi-misi yang memiliki mandat kompleks dan resiko
keamanan signifikan, penyebaran peacekepeer dapat memakan waktu beberapa
minggu bahkan bulan untuk mengumpulkan dan menyebarkan elemen-elemen
penting. Akhirnya, rentang waktu 30 hari hanya menjadi target tidak tetap.70
Salah satu contoh keterlambatan penyebaran personil peacekeeping PBB
dilapangan adalah misi UNAMIR (United Nations Assistance Mission for
69 Ibid.hal.63. 70 Ibid hal 62
Rwanda). UNAMIR didirikan pada Oktober 1993.71
Melalui resolusi 918 PBB
meminta penambahan personil menjadi 5.500.72
Hal ini dilakukan sebagai respon
atas pembunuhan masal yang terjadi pada april 1994 dimana sampai 1 bulan
kemudian total korban tewas mencapai 250,000-500,000.73
Sampai pertengahan
juni UNAMIR hanya memiliki 503 personil.74
Enam bulan kemudian PBB baru
dapat memenuhi total kekuatan yang dibutuhkan.75
Selain UNAMIR, misi PBB
UNMEE (United Nations Mission in Ethiopia and Eritrea) juga mengalami
keterlambatan pada proses penyebarannya. Dewan Keamanan menyerukan
penyebaran personil pada september 2000.76
Namun pada kenyataannya hingga
desember 2000 total 1200 personil tersebut tidak tiba di lapangan.77
Misi PBB di
Kambodia juga mengalami hal yang sama. UNTAC (United Nations Transitional
Authority in Cambodia) memiliki MILCOM (Military Component) yang ditujukan
untuk mengawasi gencatan senjata yang telah dibuat pada oktober 1991.78
MILCOM akan didukung oleh 10,200 prajurit tetapi sampai April 1992 total
prajurit yang tiba di Cambodia hanya 3,694.79
Full deployment tercapai pada
agustus 1992, sepuluh bulan setelah deklarasi gencatan senjata.80
Sementara itu,
pada juli 2007 DK mengesahkan UNAMID (African Union/United Nations
Hybrid Operation in Darfur) melalui resolusi 1769 dan memerintahkan
71 Corry H. Juedeman,” Standing or Standby? Is a Standing Peacekeeping Force the Best Option for the
United Nations?”, paper disampaikan pada Faculty of the Naval War College,NewPort RI,2007,hal.2. 72 Ibid.hal.3. 73 Ibid. 74 Ibid. 75 Ibid. 76 Dan Hayes Griffith,” Improving United Nations Rapid Reaction Capability: is a volunteer rapid reaction
force the answer?”, thesis disampaikan pada Department of Political Science, University of Oregon,hal.25. 77 Ibid. 78Ibid.hal.33. 79 Ibid. 80 Ibid.
penyebaran 26.000 personil dan full deployment pada desember 2007.81
Namun,
UNAMID baru mengambil alih tanggungjawab peacekeeping pada januari 2008.82
Rodolphe A., A.U./U.N. Joint Special Representative for Darfur, mengatakan
bahwa kekuatan UNAMID kurang dari 40% dari level mandat dan tidak mungkin
untuk mencapai kapasitas operasional penuh sebelum 2009.83
Di DRC sendiri,
PBB juga pernah mengalami keterlambatan dalam penyebaran personilnya.
Melalui resolusi 1291 pada februari 2000, DK PBB menugaskan penyebaran 6000
prajurit.84
Namun, penyebaran 100 prajurit pertama memakan waktu lebih dari
dua bulan.85
Kekuatan pasukan di DRC sampai januari 2003 hanya mencapai
4300. 86
Beberapa contoh kasus keterlambatan penyebaran personil PBB
dilapangan tersebut menjadi hal yang perlu diperhatikan dan diselesaikan. Dengan
menggunakan PMC maka akan membantu PBB mengatasi masalah tersebut.
Sebagai contoh, dalam 2010 contract awards for field missions, PBB memiliki
kontrak dengan Saracen Uganda pada agustus 2010 untuk memberikan layanan
keamanaan di DRC yang dimulai sejak agustus 2010 hingga juli 2011.87
Pelaksanaan tugas oleh PMC dapat dilakukan jika kedua belah pihak telah
mencapai kesepakatan dalam suatu perjanjian atau kontrak. Perbedaan susunan
alur komando antara PBB dan PMC dimana PMC memiliki alur komando yang
81 Don Kraus, at al,”United Nations Emergency Peace Service: One Step Towards Effective Genocide
Prevention”, Citizens for Global Solutions,hal.6. 82 Ibid. 83 Ibid.hal.7. 84 Ibid.hal.8. 85 Ibid. 86 Ibid. 87 UN Procurement Division,”2010 Contract Awards for Field Missions-Others” diakses pada tanggal 8
Maret 2013 melalui <https://www.un.org/depts/ptd/10_others_contract_field.htm>
lebih sederhana membuat keduanya memiliki mekanisme berbeda dalam
pelaksanaan tugas di lapangan. Sebagai perusahaan yang terstruktur, PMC
memiliki Board of Directors termasuk kepala pegawai militer.88
Namun, struktur
personil PMC tidak selalu dapat diidentifikasi dengan mudah karena PMC
biasanya hanya mempekerjakan sedikit pegawai untuk menjalankan perusahaan
dan mengatur kontrak.89
PMC biasanya melakukan subkontrak untuk
meminimalisir biaya ketika tidak ada kontrak.
2. Availability
Availability mengarah pada ketersediaan layanan keamanan maupun
militer yang dibutuhkan oleh klien khususnya dalam menjalankan misi
peacekeeping. Berbagai layanan yang disediakan PMC membuat sektor privat ini
menjadi pilihan baru dalam memenuhi kebutuhan keamanan dan militer. PMC
hadir dengan menawarkan jasa keamanan dan militer mulai dari layanan
dukungan logistik, transportasi, konsultasi, pelatihan militer, perlindungan,
sampai pada layanan tempur. Menurut British Government Green Paper, sebagian
besar PMC di tahun 1990an menyediakan layanannya dalam bentuk dukungan
logistik, pelatihan dan layanan keamanan.90
Adapun layanan yang disediakan oleh
PMC adalah sebagai berikut91
:
88 Christopher Kinsey, op cit.,hal.15. 89 Ibid. 90 Oldrich Bures, op cit, hal.536. 91 Christopher Kinsey, op cit, hal.2.
a. Military operational support: Dalam Military Operational Support,
PMC menyediakan dukungan militer dan berpartisipasi dalam operasi
militer pemerintah.
b. Military advice: Military advice merupakan layanan PMC yang
bergerak dibidang penyediaan pelatihan bagi angkatan militer negara
termasuk menyediakan senjata, taktik dan struktur kekuatan.
c. Logistical support: Dalam logistical support, PMC memberikan
dukungan berupa suplai perlengkapan, melindungi aset-aset berharga
dan membantu dalam membangun kembali infrastruktur publik.
d. Security services: Layanan ini menyediakan perlindungan, baik aset
maupun individu suatu perusahaan.
e. Crime prevention: Crime prevention merupakan bentuk layanan PMC
yang fokus pada perlindungan terhadap masyarakat. Perlindungan ini
dilakukan melalui pemberian bantuan badan hukum yang turut menjadi
polisi yang mengamankan wilayah agar konflik tidak terjadi.
Berbagai layanan yang disediakan PMC tersebut tidak jauh berbeda
dengan tugas-tugas dalam misi peacekeeping PBB. Sejak berakhirnya perang
dingin, misi peacekeeping PBB sering dimandatkan untuk memberikan pelatihan
atau memperbaharui unit militer nasional, mengamankan infrastruktur penting,
melindungi konvoi-konvoi bantuan dan mengamankan pembebasan pekerja serta
mencegah berbagai bentuk infiltrasi.92
Sementara itu, dalam MONUSCO tugas-
tugas peacekeeping diatur dalam mandat khusus dari Dewan Keamanan PBB.
92 Oldrich Bures, op cit.hal.536.
Berdasarkan resolusi 1925 tahun 2010, Dewan Keamanan mengesahkan
MONUSCO untuk mewujudkan mandatnya yang terdiri dari:93
1. Mandat perlindungan yang meliputi perlindungan terhadap warga sipil,
personil kemanusiaan dan hak asasi manusia dibawah ancaman
kekerasan fisik dan untuk melindungi personil, fasilitas, instalasi dan
peralatan PBB.
2. MONUSCO juga akan mendukung pemerintah DRC dalam upaya
menjamin perlindungan warga sipil dari kekerasan dari hak asasi
manusia internasional dan hukum kemanusiaan, termasuk segala
bentuk kekerasan seksual dan gender.
3. Dalam wilayah stabilisasi dan konsolidasi damai di DRC, MONUSCO
akan membantu pemerintah dalam upaya memperkuat kapasitas
militernya, termasuk peradilan militer dan polisi militer serta
mendukung reformasi polisi.
4. MONUSCO juga diberi mandat untuk mengawasi implementasi
embargo senjata yang ditentukan dibawah resolusi 1896 tahun 2009
dan untuk menyita atau mengumpulkan berbagai senjata atau material
sejenis yang dilarang berada di negara tersebut.
5. MONUSCO juga akan menyediakan dukungan teknis dan logistik bagi
pemilihan organisasi nasional dan lokal, sesuai permintaan dari otoritas
Congolese dan dalam batasan kapasitas dan sumber dayanya.
93 “MONUSCO:Mandate” diakses pada tanggal 11 Desember 2012 melalui
<http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/monusco/mandate.shtml>
Berdasarkan mandat MONUSCO tersebut dapat dilihat bahwa tugas-tugas
yang ada dalam MONUSCO sesuai dengan layanan yang disediakan oleh PMC.
Tugas yang dimandatkan dalam MONUSCO secara garis besar meliputi
perlindungan warga sipil, personil dan fasilitas PBB; membantu pemerintah
memperkuat kapasitas militer; dan memberikan dukungan teknis dan logistik di
DRC. Dalam MONUSCO, perlindungan terhadap warga sipil harus menjadi
prioritas.94
Berdasarkan tugas-tugas tersebut, maka misi peacekeeping PBB
khususnya MONUSCO dapat menggunakan tiga dari lima layanan yang
disediakan oleh PMC yaitu military advice yang menyediakan pelatihan bagi
angkatan militer; logistical support yang memberikan dukungan suplai peralatan,
melindungi aset berharga dan membangun infrastruktur; dan security services
yang memberikan perlindungan bagi individu dan aset berharga. Dalam
layanannya, PMC mampu menyediakan personil dan perlengkapan seperti
transportasi maupun komunikasi yang dibutuhkan kliennya. Sebagai contoh,
DynCorp pernah menyuplai helikopter dan satelit jaringan komunikasi pada misi
PBB di Timor Timur.95
PAE juga pernah menyediakan logistik bagi misi PBB di
Sierra Leone pada tahun 2000 dan 2003.96
Sementara itu DSL menyediakan 425
staf, mekanik dan kendaraan lapis baja bagi misi PBB di Bosnia tahun 1992.97
94 Ibid. 95 Åse Gilje Østensen,” UN Use of Private Military and Security Companies: Practices and Policies”,DCAF,
SSR Paper 3,2001,hal.15 96 Ibid.hal.16 97 Ibid.
Ditahun yang sama DSL juga pernah menyediakan 7000 penjaga untuk
melindungi konvoi pembebasan di Somalia.98
Dalam MONUSCO, Saracen Uganda disewa oleh PBB untuk
memberikan layanan keamanan (unarmed security) tahun 2010 hingga 2011.
Saracen Uganda sendiri merupakan PMC yang fokus pada layanan keamanan.
Layanan yang disediakan oleh Saracen meliputi guards (armed, unarmed), VIP
protection, aviation security, specialized security training, consultation services
dan lain sebagainya. Layanan yang disediakan oleh Saracen Uganda sesuai
dengan kebutuhan tugas peacekeeping PBB khususnya dalam MONUSCO.
Ketiadaan standing army menyebabkan PBB kesulitan memenuhi
kebutuhan akan personil pada penyebaran misi peacekeeping baru ataupun ketika
saat-saat krisis.99
Pada awal 2007 PBB menyebarkan 80.368 personil dalam 15
misinya.100
Ditahun yang sama beberapa partisipan pendukung dalam
peacekeeping PBB hampir keluar atau mengurungkan kontribusinya dalam
menyediakan polisi dan pengawas militer. Negara seperti New Zealand hanya
memiliki satu prajurit dalam PBB.101
Sementara itu Australia memiliki sembilan
prajurit, Kanada 15 dan Amerika hanya menyuplai sembilan prajurit.102
Rencana
peacekeeping di Kosovo pun menunjukkan kurangnya kapasitas dimana jumlah
polisi mengalami penurunan dari 4.780 menjadi hanya 1.970 pada tahun 2000. 103
Hal ini menunjukkan bahwa PBB memiliki masalah serius terkait ketersediaan
98 Lou Pingeot, op cit.,hal.22. 99 United Nations, op cit.,hal.52. 100 Michael Pugh. Op cit.,hal.411. 101 Ibid. 102 Ibid. 103 Damian Lilly, “The Privatization of Peacekeeping:Prospects and Realities”, Disarmament Forum, 2000,
hal. 2.
peacekeeper di lapangan. Dengan adanya PMC, maka kebutuhan akan personil
tersebut dapat terpenuhi. Ketersediaan layanan PMC yang sesuai dengan tugas
peacekeeping PBB dan kemampuannya menyediakan kebutuhan dalam misi PBB
seperti personil, transportasi, jaringan komunikasi dan dukungan logistik lainnya
membuat PMC menjadi pilihan yang tepat bagi upaya pelaksanaan peacekeeping
PBB termasuk di DRC.
3. Professionalism
PMC dipandang profesional karena mampu melakukan tugas-tugas
peacekeeping layaknya para peacekeeper. Menurut Bures, kapabilitas PMC dalam
melaksanakan tugas-tugas peacekeeping dapat dinilai dengan cara menganalisa
fungsi-fungsi yang sering dilakukan PMC di masa lampau dan mengidentifikasi
fungsi-fungsi yang mampu diberikan oleh PMC di masa sekarang.104
Fungsi-
fungsi inilah yang kemudian dibandingkan dengan fungsi-fungsi dalam
peacekeeping PBB.105
Berikut adalah kumpulan aktivitas atau layanan yang biasa
dilakukan oleh PMC.
Tabel 5.1 Fungsi-Fungsi yang sering Dilakukan PMC Ditahun 1990an
Combat Support Logistics, Procurement,
Training, Miscellaneous
Security Services
Combat operations and
leadership
War material and arms
equipment procurement
Personal protection
& VIP escort
services
Counter-insurgence
operations
Force development and
training
Security for key
installations and
104 Oldrich Bures, op cit, hal.535 105 Ibid.
personnel
Force multipliers Strategic planning Surveillance
services
Operation and maintance
sophisticated weaponry
Research and threat
analysis
Security for
humanitarian aid
delivery
Military intelligence and
analysis
Logistical support and
maintenance facilities
Crisis management
advice (e.g.
regarding
kidnapping)
Artillery support Demining Computer cracking
Military engineering Tax collection Secure
communications
Aviation services Staff security training Signal interception
Military advice and
planning
Risk analysis Security audits
Sumber: Oldrich Bures, “ Private Military Companies: A Second Best Peacekeeping Option?”,
International Peacekeeping, Vol.12, No.4, Winter 2005, hal. 536
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sejak tahun 1990an, PMC
telah mampu memberikan berbagai macam layanan yang secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga yaitu Combat Support; Logistics, Procurement, Training and
Miscellaneous; dan Security Services. Layanan-layanan ini tidak jauh berbeda
dengan layanan yang mampu diberikan oleh PMC di masa sekarang. Layanan-
layanan tersebut meliputi military operational support, military advice, logistical
support, security services dan crime prevention.106
Dengan kata lain, tidak ada
perubahan signifikan dalam layanan yang disediakan oleh PMC, baik di masa
lampau maupun di masa sekarang. Sementara itu, di tahun yang sama
peacekeeper PBB sering dimandatkan untuk melakukan fungsi-fungsi sebagai
berikut:
106 Christopher Kinsey, op cit, hal.2.
Tabel 5.2 Fungsi-Fungsi yang Dilakukan Peacekeeper PBB Tahun 1990an
Military Political/Economics Humanitarian
Ceasefire observation
and monitoring
Upholding law and order Protecting aid convoys
Maintaining buffer
zones/boundary
demarcation
assistance
Helping to establish
viable government
Protecting
relief/delivery workers
Disarming warring
factions
Helping to maintain
independent status
Providing
humanitarian aid
Regulating the
disposition of forces
Coping/negotiating with
government
entities/election
administration
Establishing,
supporting and
protecting regional
safe havens and other
protected areas
Preventing infiltration Natural resources
administration
monitoring
Assisting in refugee
repatriation
Preventing civil war Exercising temporary
administrative authority
Monitoring refugee
flow
Verifying security
agreement and
withdrawal of foreign
troops
Providing security and
helping to re-establish
economic life for the
local populace
Logistical support for
humanitarian projects
including transport,
medical and
engineering
Supervising
disengagement and
cantonment
Management and
arbitration of local
disputes
Verifying human rights
agreements
Clearing mines Confidence-building
measures/reconciliation
Training/re-forming
military units
Training and
restructuring of police
forces
Sumber: Oldrich Bures, “ Private Military Companies: A Second Best Peacekeeping Option?”,
International Peacekeeping, Vol.12, No.4, Winter 2005, hal. 537
Berdasarkan kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa aktivitas-aktivitas yang
dikerjakan PMC tidak jauh berbeda dengan tugas-tugas peacekeeping yang
dilakukan oleh peacekeeper PBB. Tugas-tugas tersebut termasuk pembangunan
dan pelatihan kekuatan, pengamanan instalasi dan personil, melindungi konvoi
bantuan dan memberikan dukungan logistik. Salah satu contoh profesionalisme
PMC dalam melakukan tugasnya adalah keterlibatan DSL pada misi PBB di
Bosnia tahun 1992. Pada misi ini DSL bekerja untuk PBB dengan melakukan
beberapa tugas seperti deteksi dan pencegahan tindak kejahatan, perlindungan dan
mengamankan wilayah perbatasan.107
DSL terlibat untuk membantu menutupi
defisiensi peacekeeper dari Asia dan Afrika. DSL juga menurunkan supir dan
mekaniknya karena ketidakmampuan batalion PBB mengoperasikan kendaraan
lapis baja di lapangan. Pada misi ini personil DSL bekerja selama 4 tahun. DSL
juga pernah membantu konvoi pembebasan di Somalia. Sementara itu Hart
Security pernah memberikan pelatihan security awareness induction pada misi
UNAMI (United Nations Assistance Mission for Iraq) tahun 2011.108
Profesionalisme PMC juga tidak lepas dari pengalaman personilnya yang
merupakan veteran militer. PMC seperti Executive Outcomes (EO) dan SADF
(South African Defence Force) memiliki personil yang merupakan veteran militer
Afrika Selatan era aparteid.109
Mereka telah memiliki pengalaman dalam operasi-
operasi melawan pemberontak dan menghadapi perang sipil. Penguasaan medan
dan pengalaman panjang membuat personil PMC memiliki kapabilitas dalam
melakukan pekerjaannya. Kapabilitas PMC membuatnya disewa untuk membantu
memberikan perlindungan dan bahkan membantu evakuasi personil peacekeeping
107 Åse Gilje Østensen, op cit.,hal.16 108 Lou Pingeot, op cit, hal.29 109 Dr. Joanna Spear. Op cit. Hal.13.
PBB saat kondisi darurat. Pada 2004, terjadi kekerasan di Kisangani, Congo
dimana markas besar PBB, rumah staf, kendaraan dan personilnya menjadi
sasaran protes pelajar Congo yang merasa tidak puas atas kinerja PBB di provinsi
Ituri.110
Akibatnya, sekitar 300 staf PBB meminta evakuasi darurat dari kota
tersebut.111
Disinilah PMC berperan dengan mengamankan kendaraan dan
personil PBB serta membantu proses evakuasi.112
Dalam kondisi sulit ketika
personil PBB sendiri tidak mampu mengamankan fasilitas dan diri sendiri maka
PMC dapat digunakan untuk membantu PBB.
Di MONUSCO sendiri, Saracen Uganda terlibat dalam tugas pengamanan
(unarmed security) khususnya di wilayah Kampala dan Entebbe. Daerah ini
merupakan liaison offices dan logistics base MONUSCO. Penyerangan terhadap
markas, staf dan fasilitas PBB di DRC menjadi pengalaman yang berarti. Oleh
karena itu, PBB membutuhkan kekuatan yang profesional untuk melindungi
fasilitasnya. Perbandingan aktivitas PMC dengan fungsi-fungsi yang biasanya
dilakukan oleh peacekeeper PBB menunjukkan adanya suatu fungsi yang saling
melengkapi.113
Beberapa contoh keterlibatan PMC pada misi peacekeeping PBB
diatas juga menunjukkan bahwa PMC memiliki kapabilitas untuk melakukan
beberapa fungsi peacekeeping PBB.
110 Åse Gilje Østensen, op cit.,hal,17. 111 Ibid. 112 Ibid. 113 Oldrich Bures, op cit, hal. 533.
4. Lower Cost of PMC
Lower Cost of PMC mengarah pada political cost yang lebih rendah jika
menggunakan PMC. Political cost ini erat kaitannya dengan adanya korban yang
muncul dari personil peacekeeping PBB selama menjalankan tugas di lapangan.
Kondisi dimana personil PBB bekerja erat dengan kekerasan, konflik dan
ketidakamanan. Kondisi ini tidak jarang membuat PBB kehilangan personilnya.
Sejak berakhirnya perang dingin, kebanyakan pemerintah barat termasuk Amerika
Serikat mulai menunjukkan keengganannya untuk melibatkan tentara nasionalnya
pada misi-misi peacekeeping kecuali jika kepentingannya menjadi taruhan.114
Hal
ini dilakukan karena adanya badai politik yang dapat meledak di negaranya jika
ada korban.115
Oleh karena itu, adanya korban dari personil PBB yang
menjalankan misi peacekeeping akan menjadi beban politis tersendiri bagi negara
anggota khususnya yang mengirimkan tentara nasionalnya dalam misi
peacekeeping PBB.
Jumlah peacekeeper PBB berkurang dari 70.000 di tahun 1995 menjadi
19.000 di tahun 1998.116
Pada akhir 1990an, jumlah personil dalam operasi PBB
berkurang menjadi dibawah 15.000.117
Hal ini membuat PBB mengalami
kesulitan dalam mengurus tuntutan untuk penyelenggaraan damai dalam konflik-
konflik internal. Beberapa negara yang awalnya adalah partisipan pendukung
dalam menyediakan polisi dan pengamat militer bagi PBB pun mulai keluar atau
membatasi kontribusinya. Pada awal 2007, New Zealand hanya menyumbang satu
114 Damian Lilly,”The Privatization of Peacekeeping:Prospects and Realities”,Disarmament
Forum,2000.hal.54. 115 Ibid. 116 Ibid. 117 Michael Pugh, op cit.,hal.411.
prajurit bagi PBB.118
Sementara itu Australia hanya menyumbang sembilan
prajurit dan Kanada 15.119
Amerika bahkan hanya menyuplai sembilan prajurit
tetapi hampir 300 polisi.120
Genosida yang terjadi di Rwanda pada pertengahan 1994 menjadi contoh
nyata pentingnya keselamatan personil PBB bagi negara penyuplai. Kondisi
keamanan yang sangat tidak stabil dan banyaknya korban yang muncul membuat
PBB butuh menambah personilnya. Dalam situasi ini, negara-negara anggota
justru enggan melibatkan prajuritnya bahkan memilih untuk melakukan penarikan
kembali (withdrawal) prajuritnya yang berada pada misi UNAMIR. Amerika
Serikat memilih untuk tidak melakukan intervensi di Rwanda.121
Sementara itu,
Belgia yang merupakan penyuplai terbesar kontingen barat justru melakukan
penarikan kembali kontingennya dari UNAMIR.122
Hal ini dilakukan paska
terbunuhnya 10 peacekeeper Belgia dan adanya lobi dari publik Belgia yang
meminta untuk memulangkan personil asal Belgia.123
Selain Belgia, India juga pernah melakukan penarikan kembali
personilnya akibat protes publik atas jatuhnya korban dari peacekeeper dalam
misi peacekeeping PBB.
118 Michael Pugh, op cit.,hal.411. 119 Ibid. 120 Ibid. 121 Dominique Maritz,” Rwandan Genocide: Failure of the International Community?”,e-International
Relations,2011, Dunduh pada tanggal 26 Juli 2013 melalui <http://www.e-ir.info/2012/04/07/rwandan-
genocide-failure-of-the-international-community/> 122 Ibid. 123 Ibid.
India merupakan salah satu kontributor personil terbesar bagi misi
peacekeeping PBB dengan menyuplai 6.182 personil.124
Namun, India juga
memiliki jumlah kematian personil yang terbilang besar yaitu 153 personil.125
Paska kematian lima personil peacekeeper India di Sudan pada April 2013, publik
India mulai menuntut untuk mengurangi kontribusi India.126
Keterlibatan personil
India di DRC menimbulkan protes publik yang kemudian ditanggapi oleh Perdana
Menteri Singh dengan melakukan penarikan kembali personilnya dari DRC paska
konfrontasi politik dengan PBB.127
Dengan menggunakan PMC maka beban politis ini dapat diminimalisir
karena kurangnya perhatian publik terkait korban yang muncul dari pihak PMC
dalam suatu misi atau wilayah konflik.128
Adanya korban yang muncul dari
peacekeeper PBB selalu mengundang keprihatinan dan diberitakan dalam
sejumlah media. Salah satu contoh adalah terbunuhnya peacekeeper PBB di
Sudan pada 2013 yang mengundang keprihatinan DK PBB dan tuntutan kepada
pemerintah Sudan untuk melakukan investigasi dan menghukum pelakunya.129
Sementara itu, korban yang muncul dari PMC tidak mendapat perhatian, komentar
maupun tuntutan investigasi atas kematian mereka. Kematian ratusan kontraktor
124Gustavo Mendiolaza,”India’s UN Peacekeeping Prensence:Responsible Global Citizen or Aspiring
Security Council Member?”,Future Directions International,2013,diunduh pada tanggal 26 juli 2013 melalui
< http://www.futuredirections.org.au/publications/indian-ocean/29-indian-ocean-swa/981-india-s-un-
peacekeeping-presence-responsible-global-citizen-or-aspiring-security-council-member.html> 125 Ibid. 126 Ibid. 127 Ibid. 128 Damian Lilly,”The Privatization of Peacekeeping:Prospects and Realities”,Disarmament
Forum,2000.hal.54. 129 CBSNEWS, “Deadly Attack Kills 5 UN Peacekeeper, 7 Others in South Sudan” 9 April 2013, diunduh
pada tanggal 26 Juli 2013 melalui < http://www.cbsnews.com/8301-202_162-57578627/deadly-attack-kills-
5-u.n-peacekeepers-7-others-in-south-sudan/>.
Afganistan bahkan tidak dilaporkan.130
Tidak seperti kematian prajurit yang
dengan segera dilaporkan dengan menggambarkan keadaan kematiannya,
kematian yang berasal dari PMC atau kontraktor hampir tidak dilaporkan secara
menyeluruh oleh Pentagon dan media. Informasi yang rinci terkait korban yang
muncul dari PMC sangat sulit untuk didapatkan. Departemen Pertahanan Amerika
mengatakan bahwa mereka tidak melacak nama bahkan kebangsaan kontraktor
yang tewas.131
Juru bicara Pentagon, Lt. Col. Elizabeth Robbins, mengatakan
bahwa “We have a very, very rigiorous system of tracking the soldiers and
civilians who are killed — it’s publicly released, every single name, But with
contractors, it’s up to their contracted company”.132
Perbedaan perhatian publik,
media maupun negara terkait korban yang muncul dari pihak PMC dan negara
jelas berbeda. Setiap ada korban dari tentara nasional negara maupun peacekeeper
PBB selalu dipublikasikan sehingga sangat mudah untuk mendapatkan informasi
terkait keadaan dan jumlah korban. Namun, untuk mendapatkan berita terkait
kematian dari pihak PMC terbilang cukup sulit.
Berdasarkan pemaparan empat alasan penggunaan PMC dalam misi
peacekeeping tersebut dapat disimpulkan bahwa PBB menyewa PMC karena
PMC dapat membantu PBB khususnya terkait penyebaran misi peacekeeping
secara lebih cepat dan mengurangi beban politis terkait jatuhnya korban. PMC
dipilih karena mampu menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan
peacekeeping dan memiliki kapabilitas dalam melakukan beberapa tugas
130 Justin Elliott,” Hundreds of Afghanistan contractor deaths go unreported”,Salon,15 Juli 2010,diunduh
pada tanggal 26 Juli 2013 melalui <http://www.salon.com/2010/07/15/afghan_war_contractors_dying/>. 131 Ibid. 132 Ibid.
peacekeeping PBB. Bagi Howe penggunaan PMC dapat memberikan keuntungan
lebih. Ia menyatakan bahwa133
:
“private forces can start up and deploy faster than multinational (and
perhaps national) forces, and may carry less political baggage, especially
concerning casualties, than government militaries. Additionally, they have
a clear chain of command, more readily compatible military equipment
and training, and greater experience of working together than ad hoc
multinational forces. They may be financially less expensive than other
foreign forces. Finally, they can handpick from a pool of proven combat
veterans.”
Dari pemaparan empat alasan penggunaan PMC dalam misi peacekeeping
dapat dilihat bahwa PMC memiliki keunggulan dibandingkan dengan peacekeeper
PBB. Dari segi penyebaran personil, PBB memiliki banyak kelemahan yang
terbukti dengan banyaknya misi peacekeeping yang tidak dapat menyebarkan
personil sesuai dengan mandat. Penyebaran personil di lapangan dan full
deployment PBB baru bisa tercapai beberapa bulan setelah dikeluarkannya
mandat. Dengan menggunakan PMC, maka masalah tersebut dapat diatasi karena
PMC tidak memiliki badan politik yang membutuhkan konsensus dalam
pengambilan kebijakan dan memiliki personil yang akan disebarkan sesuai
dengan perjanjian dengan kliennya. PMC juga memiliki layanan yang sesuai
dengan kebutuhan misi peacekeeping. PMC mampu menyediakan personil,
jaringan komunikasi, kendaraan dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan dalam
peacekeeping PBB. Hal ini dapat membantu PBB yang tidak memiliki standing
army dan beberapa pengalamannya yang menunjukkan ketidakmampuan
memenuhi jumlah peacekeeper yang dibutuhkan dalam misi. PMC juga memiliki
133 Oldrich Bures, op cit.,hal.540.
pengalaman dan kapabilitas dalam mengerjakan beberapa tugas peacekeeping
seperti perlindungan dan menyediakan logistik. Hal terakhir yang menjadi alasan
penggunaan PMC adalah karena dapat mengurangi political cost negara jika ada
korban tewas dari personil peacekeeping dalam suatu misi. Korban yang muncul
dari personil PBB dapat menimbulkan protes publik dan menyebabkan negara
melakukan penarikan kembali personilnya. Sedangkan korban yang muncul dari
PMC sering tidak dilaporkan dan kurang mendapat perhatian.
Akhirnya, penggunaan PMC dalam misi peacekeeping PBB menjadi
pilihan yang tepat karena dapat lebih efisien. Hal ini dilihat dari empat alasan
penggunaan PMC dalam misi peacekeeping yaitu superior feasibility, availability,
professionalism dan lower cost of PMC. Keempat hal tersebut menunjukkan
bahwa PMC dapat membantu PBB dalam menghadapi tantangan dan
kelemahannya dalam penyebaran misi peacekeeping.
REFERENSI
Avant, D. Deborah, Private Security dalam Paul D. Williams, Security Studies:An
Introduction, London and New York, Routledge, 2008
Bures, Oldrich, Private Military Companies: A Second Best Peacekeeping
Option?, International Peacekeeping, Vol.12, No.4, 2005.
Deschamps, Sebastian, Towards the Use of the Private Military Companies in the
United Nations Peacekeeping Operations, Peace Operations Training
Institute,2005
George , Eric, The Market for Peace dalam Sabelo Gumedze, From Market for
Force to Market for Peace:Private Military and Security Companies in
Peacekeeping Operations, ISS Monograph.No.183.
Griffith , Dan Hayes, Improving United Nations Rapid Reaction Capability: is a
volunteer rapid reaction force the answer?, Thesis, Department of
Political Science, University of Oregon.
Juedeman, H. Corry, Standing or Standby? Is a Standing Peacekeeping Force the
Best
Option for the United Nations?, Paper, Faculty of the Naval War College,
NewPort RI, 2007
Kinsey, Christopher, Corporate Soldier and International Security, The Rise of
Private Military Company, New York, Routledge,2006
Kraus, Don, at al, United Nations Emergency Peace Service: One Step Towards
Effective Genocide Prevention, Citizens for Global Solutions.
Diakses dari:
http://globalsolutions.org/files/public/documents/UNEPS_CGS_One-Step-
Towards-Effective-Genocide-Prevention.pdf
Lilly, Damian, The Privatization of Peacekeeping:Prospects and Realities,
Disarmament Forum, 2000.
Maritz, Dominique, Rwandan Genocide: Failure of the International
Community?, e- International Relations,2011
Diakses dari: http://www.e-ir.info/2012/04/07/rwandan-genocide-failure-
of-the-international-community/
Mendiolaza , Gustavo, India’s UN Peacekeeping Prensence:Responsible Global
Citizen
or Aspiring Security Council Member?, Future Directions
International,2013
Diakses dari: http://www.futuredirections.org.au/publications/indian-
ocean/29-indian-ocean-swa/981-india-s-un-peacekeeping-presence-
responsible-global-citizen-or-aspiring-security-council-member.html
Olaniyan, Azeez O,Unorthodox Peacekeepers and Responses in Africa dalam
Sabelo Gumedze, From Market For Force To Market For Peace:Private
Military and Security Companies in Peacekeeping Operations, ISS
Monograph.No.183.
Pingeot, Lou, Dangerous Partnership: Private Military and Security Companies
and the UN, New York, Global Policy Forum,2012.
Pugh, Michael, Peace Operations dalam Paul D. Williams,Security Studies:An
Introduction, London and New York, Routledge, 2008.
Rochester, M. Christopher, A Private Alternative to a Standing United Nations
Peacekeeping Force,USA, Peace Operations Institute, 2007.
Schweers, Philipp, The Privatized Military Industry: Legal Black Hole or Lucky
Chance?, Germany, DIAS-Analysis.No.38,2009.
Singer, W. Peter, Should Humanitarian Use Private Military Services,
Humanitarian Affairs Review, 2004.
_,Corporate Warriors:The Rise of the Privatized Military and Its
ramifications for International Security, International Security,Vol.26,
No.3, 2001.
Spear, Dr. Joanna, Market Forces:The Political Economy of Private Military
Companies, Norway, Fafo Report 531, 2006.
Stanger, Allison, Mark Williams, Private Military Corporations:Benefits and
Costs of Outsourcing Security,Yale Journal of International Affairs, 2006.
United Nations, Peacekeeping Operations: Principles and Guidelines, United
Nations Department of Peacekeeping Operations & Department of Field
Support,2008.
Østensen , Gilje Åse, UN Use of Private Military and Security Companies:
Practices and Policies, DCAF, SSR Paper 3, 2001
Elliott, Justin, Hundreds of Afghanistan contractor deaths go unreported,
Salon,15 Juli 2010
Diakses dari:
http://www.salon.com/2010/07/15/afghan_war_contractors_dying/
CBSNEWS, Deadly Attack Kills 5 UN Peacekeepera, 7 Others in South Sudan, 9
April 2013. Diakses dari: http://www.cbsnews.com/8301-202_162-
57578627/deadly-attack-kills-5-u.n-peacekeepers-7-others-in-south-sudan/
“MONUC:Mandate”, Diakses dari:
http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/monuc/mandate.shtml
“MONUSCO:Mandate” Diakses dari:
http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/monusco/mandate.shtml
”Peacekeeping Fact Sheet”, Diakses dari:
https://www.un.org/en/peacekeeping/resources/statistics/factsheet.shtml,
“Peacekeeping Fact Sheet Archive”, Diakses dari:
http://www.un.org/en/peacekeeping/resources/statistics/factsheet_archive.s
html
“Saracen Uganda:Background”, Diakses dari: http://saracen.co.ug/about.php
“Saracen Uganda:Mission”, Diakses dari: http://saracen.co.ug/mission.php
“Saracen Uganda:Vision”, Diakses dari: http://saracen.co.ug/vision.php
“Saracen Uganda:Objectives”, Diakses dari: http://saracen.co.ug/objectives.php
“Saracen Uganda:Services”, Diakses dari: http://saracen.co.ug/services.php
“Saracen Uganda International”, Diakses dari: Slideshare.net/vospieter/saracen-
profile-2009
“UN Reliant on Private Security Firms”, BBC News, 11 Juli 2011. Diakses dari:
http://www.bbc.co.uk/news/world-us-canada-18801090.
“UN Procurement Division,2010 Contract Awards for Field Missions-Others”,
Diakses dari: https://www.un.org/depts/ptd/10_others_contract_field.htm
Top Related