1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekolah mempunyai peran sebagai lembaga pendidikan yang
mengembangkan potensi-potensi siswa yang manusiawi, agar mampu menjalani
tugas-tugas dalam kehidupan, baik secara individual maupun sosial. Sekolah
sebagai suatu organisasi kerja yang terdiri dari beberapa kelas. Setiap kelas
mempunyai perjenjangan sendiri Hadari ( 2002: 177).
Menegaskan bahwa sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam mendidik siswa, yang tidak harus didewasakan dari
aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam aspek kepribadiannya.
Menurut Undang.undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bab I pasal (1) : (Syaiful, 2005)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sebagai calon penerus bangsa, siswa dalam dunia pendidikan lebih
ditekankan pada upaya membangkitkan semangat belajar yang tinggi. Kemauan
untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat dan
bangsa perlu lebih ditanamkan lagi kepada mereka. Hal ini merupakan salah satu
tantangan guru di dunia pendidikan. Para guru diharapkan dan harus mampu
menciptakan pembelajaran dengan efektif, menyenangkan, tercipta suasana dan
iklim pembelajaran yang kondusif, terdapat interaksi balajar-mengajar yang
1
2
bagus, sehingga keberhasilan belajar dan hasil dapat dicapai dengan baik sesuai
tujuan pembelajaran.
Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di
pundak pendidik terdapat tanggung jawab yang amat besar dalam upaya
mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini
disebabkan pendidikan merupakan culture transition yang bersifat dinamis ke
arah suatu perubahan secara kontinyu, sabagai sarana vital bagi membangun
kebudayaan dan peradaban umat manusia.
Dalam hal ini, pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta
didik, baik spiritual, intelektual, moral estetika maupun kebutuhan fisik peserta
didik. Samsul, (2002:41) Dalam kehidupan sekolah sering dijumpai guru-guru
yang dapat dikatakan kurang berhasil dalam mengajar. Indikator belum
berhasilnya guru adalah hasil belajar yang rendah, tidak sesuai dengan standar
atau batas ukuran yang ditentukan. Kegagalan guru ini mungkin bukan hanya
kurang menguasai materi bidang studinya, tetapi karena mereka tidak tahu atau
belum mampu mengelola kelas.
Pembaharuan pendidikan yang mulai digalakkan beberapa puluh tahun
yang lalu menyebabkan timbulnya usaha-usaha pemikiran diberbagai bidang
pendidikan, seperti pembaharuan kurikulum, pembaharuan metode mengajar,
pembaharuan administrasi pendidikan, pembaharuan media pendidikan,
pembaharuan sistem supervisi dan sebagainya. Adanya pembaharuan ini telah
menimbulkan perubahan bahan ukuran baik-buruk perihal kegiatan guru, kegiatan
siswa, suasana kelas dan sebagainya. (Arikunto, 2006: 2)
3
Pembaharuan dunia pendidikan saat ini memberikan pengaruh besar
terhadap persiapan dan cara mengajar seorang guru serta mempengaruhi persiapan
dan kondisi belajar siswa di kelas, Metode mengajar yang berbeda memberikan
peran terhadap suasana belajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru perlu terampil
dalam mengelola kelas, Pengelolaan kelas adalah tindakan yang menunjuk kepada
kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal
bagi terjadinya proses belajar. Rohani, (2005:117) “manajemen kelas merupakan
bagian dari pengelolaan sekolah yang ikut menentukan mutu pendidikan”.
Kemampuan seorang guru dalam pengelolaan kelas, memiliki peranan
yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator
pembelajaran. Hal ini harus dipahami bahwa pendukung utama tercapainya tujuan
pembelajaran sebagai media pertemuan segala komponen pendidikan.
Pengelolaan kelas merupakan tugas utama guru dan wali kelas dalam menciptakan
suasana kelas yang memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran semaksimal
mungkin, meningkatkan, memperbaiki belajar siswa sehingga tetap tertarik
terlibat dalam kegiatan belajar mengajar dan lebih mudah dalam menerima
pelajaran, keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan
pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas yang dapat
menciptakan situasi yang memungkinkan anak didik dapat belajar, sehingga
merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dengan baik
dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk
belajar.
4
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu diciptakan suasana kelas yang
mendukung proses belajar mengajar yang dapat membantu efektivitas proses
belajar mengajar yaitu :
Memanggil setiap murid dengan namanya, selalu bersikap sopan kepada murid, memastikan bahwa anda tidak menunjukkan sikap pilih kasih terhadap murid tertentu, merencanakan dengan jelas apa yang anda lakukan dalam setiap pelajaran, mengungkapkan kepada muridmurid tentang apa yang ingin anda capai dalam pelajaran ini, dengan cara tertentu melibatkan setiap murid selama pelajaran,berikan kesempatan bagi murid untuk saling berbicara, mengutarakan maksud anda melaksanakan hal yang telah anda katakan kepada murid, bersikaplah konsisten dalam menghadapi murid-murid. (Mary, 2000: 39)
Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar,
meningkatkan hasil belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan
bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, maka diperlukan
pengorganisasian kelas yang memadai.
Hasil belajar adalah evaluasi dari pengukuran terhadap peserta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen
yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha
belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Hasil observasi peneliti di SD Negeri 80/I Muara Bulian hasil belajar siswa
masih rendah, dari hasil observasi yang di peroleh tatanan ruang yang masih
belum baik, guru masih terpaku pada gaya belajar yang dimikinya sehingga siswa
merasa bosan saat belajar.
Keberhasilan hasil belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti
5
kesehatan, mental, tingkat kecerdasan, minat dan sebagainya. Faktor itu berwujud
juga sebagai kebutuhan dari anak. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari
luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara, lingkungan, keluarga, masyarakat,
teman, guru, media, sarana dan prasarana belajar.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dapat diwujudkan dengan
pengelolaan kelas yang berorientasi pada siswa artinya guru harus memberi
penekanan dan pengalaman secara langsung serta merancang proses belajar
mengajar di kelas yang memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajarinya,
serta kedisiplinan siswa yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu, penulis ingin
menuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Pengelolaan Kelas
Terhadap hasil belajar sains siswa Di Kelas IV SD N 80/I Muara Bulian.
1.2. Ruang Lingkup dan keterbatasan Masalah
Penulis membatasi penelitian ini pada :
1. Tata ruang kelas kelas sebagai pusat dari proses belajar mengajar.
2. Hasil belajar yang akan di teliti yaitu sains pada siswa di kelas IV SD N 80/I
Muara Bulian.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh pengelolaan kelas
terhadap hasil belajar siswa Di Kelas IV SD N 80/I Muara Bulian”?
6
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini ialah: Untuk mengetahui pengaruh
pengelolaan kelas terhadap hasil belajar siswa Di Kelas IV SD N 80/I Muara
Bulian.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Guru, yaitu sebagai umpan balik dengan kemampuan mengelola kelas yang
dimilikinya agar lebih ditingkatkan lagi kemampuan tersebut untuk proses
pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
2. Kepala sekolah, yaitu sebagai masukan dengan kemampuan mengelola kelas
yang dimiliki oleh seorang guru sehingga akan lebih ditingkatkan lagi
pembinaan serta pengawasan terhadap kinerja guru tersebut.
3. Bagi penulis, diharapkan dapat menjadi bekal pengetahuan mengenai
pengelolaan kelas dalam meningkatkan hasil belajar dan dapat
menerapkannya dengan baik dalam proses belajar mengajar.
1.6 Definisi Oprasional
Djamarah (2004:20-21) hasil belajar “adalah apa yang telah dapat
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja.
Pengelolaan kelas kelas adalah “keterampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila
terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar". Usman, (2002:97)
7
Mulyono (2003:28) bahwa belajar dapat diartikan sebagai: "suatu
proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar yaitu suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap."
8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Belajar
Menurut Hilgard dan Bower dalam Ngalim (2002:82) mengemukakan:
"Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulangulang dalam situasi
ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang." Hal lain dikemukakan oleh Mudzakir (2001:84) bahwa: "belajar
merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di
dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya."
Definisi lain seperti yang dikutip oleh E.L. Torndike tentang pengertian
belajar, yaitu: "belajar merupakan suatu bentuk perubahan perilaku yang dapat
diamati yang terjadi melalui hubungan rangsangan, jawaban menurut prinsip-
prinsip yang mekanistik". Ditambah oleh Mulyono (2003:28) bahwa belajar
dapat diartikan sebagai: "suatu proses dari seorang individu yang berupaya
mencapai tujuan belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap."
Belajar juga merupakan” proses pengumpulan atau penghafalan suatu
fakta dalam bentuk informasi atau materi pelajaran, demikianlah sebagian orang
menafsirkan arti belajar”. (Mulyadi, 2004:64)
Menurut Gagne dalam Ibrahim, (2004:164) memaparkan bahwa :
Belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti
8
9
belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai.
Sementara Wittig dalam Syah (2006:90) “mengemukakan bahwa belajar :
merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau
keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman”.
Perubahan yang menyangkut seluruh aspek psikofisik organisme yang
didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriyah organisme itu sendiri
bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat
diobservasi langsung.
2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Kartono (2000:3) kegiatan proses belajar mengajar dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor ekternal yang dapat dijabarkan
lebih lanjut sebagai berikut :
1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal), diantaranya meliputi:
a) Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk
memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen.
b) Bakat
Merupakan potensi atau kemampuan yang jika dikembangkan melalui
belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.
c) Minat dan perhatian
Minat dan perhatian dalam belajar sangat berhubungan erat. Seseorang
yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung
10
untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang diminatinya. Begitu juga
jika seseorang menaruh perhatian secara kontinue baik secara sadar
maupun secara tidak sadar pada objek tertentu biasanya akan
membangkitkan minat pada objek tersebut.
d) Kesehatan jasmani
Kondisi fisik yang baik akan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar seseorang apabila memiliki badan atau kondisi
fisik yang sehat maka ia akan mempunyai semangat dalam belajar. Namun
sebaliknya seseorang yang sedang dalam kondisi sakit maka akan sulit
untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar.
e) Cara belajar
Cara belajar yang efektif dan efisien akan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan dalam belajar. Ada beberapa cara belajar yang efisien.
Diantaranya yaitu: berkonsentrasi baik sebelum belajar ataupun pada saat
proses belajar mengajar berlangsung, mempelajari kembali materi
pelajaran yang telah diterima, membaca dengan teliti dan betul materinya,
mencoba menyelesaikan latihan-latihan soal dari materi yang telah
diajarkan.
2. Faktor (Eksternal) yang berasal dari luar diri siswa, yaitu lingkungan,
lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Ahmadi, (2001:130) yang menyatakan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa baik secara
langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi tiga
macam yaitu:
11
1. Faktor-faktor stimulasi belajar, mencakup panjangnya bahan pelajaran
kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pengajaran, berat ringannya
tugas, dan suasana lingkungan eksternal.
2. Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih, resistensi dalam
belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar, dan
kondisi-kondisi intensif.
3. Faktor-faktor individual, mencakup usia kronologis, perbedaan jenis
kelamin, pengalamannya sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan
jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.
Sedangkan menurut Mulyono (2003:29) berpandangan bahwa "belajar
sangat dipengaruhi oleh dua macam masukan, yaitu kelompok masukan pribadi
(personal inputs) dan kelompok masukan yang berasal dari lingkungan
(environmental inputs)."
Pendapat lain yang diungkapkan Muslim dalam Syah (2006:90)
menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu:
1. Strategi pembelajaran, salah satu strategi yang dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses belajar adalah: pra pembelajaran,
penyajian informasi, peran serta siswa, evaluasi, dan tindak lanjut.
2. Gaya kognitif siswa, yaitu kebiasaan bertindak yang relatif tetap
dalam menerima, memikirkan, memecahkan masalah, ataupun dalam
informasi.
Dari berbagai penjabaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
12
internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri anak didik tersebut
sedangkan faktor eksternal faktor yang disebabkan oleh stimuli eksternal terhadap
anak didik sehingga anak didik tersebut terpengaruh atau terkondisikan oleh
faktor eksternal tersebut.
2.2 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni hasil
dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian hasil belajar, peneliti
menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.
Menurut KUBI (2001:787) pengertian hasil adalah “hasil yang telah
dicapai (dari yang telah diakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. Sedangkan
menurut Djamarah (2004:20-21) hasil belajar “adalah apa yang telah dapat
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun harahap, berpendapat bahwa
prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa”.
Sedangkan menurut Sukmadinata (2005:153) “hasil belajar (achievement)
“merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang”. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik.
Sedangkan menurut Sukmadinata (Purwanto, 2009:15) hasil belajar
(achievement) “merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau
kapasitas yang dimiliki seseorang”. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari
13
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi
belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah
ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi
belajar atau achievement test yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajar
mata kuliah yang bersangkutan.
Nasution (Sunarto, 2005:56) mendefinisikan prestasi belajar “adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan), sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”.
Menurut Sunarto (Purwanto, 2009:15) mengemukakan bahwa “tujuan dari
tes prestasi belajar yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar”. Tes
prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap
performasi maksimal individu dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang
telah diajarkan. Hasil dari tes prestasi belajar dapat memperlihatkan tentang tinggi
atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Berdasarkan beberapa batasan diatas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai
kecakapan nyata yang dapat diukur yang berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar
selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar.
2.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.
14
Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
2. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial (Djamarah, 2004:21)
Sukamadinata (2003: 162-165) berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar bersumber pada dirinya atau di luar dirinya atau
lingkungannya.
1) Faktor-faktor dari dalam diri individu yang menyangkut aspek jasmaniah
maupun rohaniah. Jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari
individu. Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan
psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta
kondisi afektif dan konatif dari individu. Sedangkan kondisi intelektual
menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, penguasaan siswa akan
pengetahuan atau pelajaran-pelajarannya yang lalu. Kondisi sosial
menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik gurunya, temannya,
orang tuanya maupun orang-orang yang lainnya. Hal lain yang ada pada
diri individu adalah ketenangan dan ketentraman psikis, motivasi belajar,
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, seperti keterampilan
membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas,
dan lain-lain. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan hasil
belajar sebelumnya.
2) Faktor-faktor lingkungan, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri
siswa, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Di dalam lingkungan
15
keluarga adalah keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan
prasarana belajar yang ada, suasanan dalam rumah tenang atau gaduh,
suasana lingkungan di sekitar rumah, keutuhan keluarga, iklim
psikologis, iklim belajar dan hubungan antaranggota keluarga.
Lingkungan sekolah meliputi, lingkungan kampus, sarana dan prasarana
belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, hubungan siswa
dengan teman-temannya, dengan guru dan staf sekolah yang lain, suasana
dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan
kokurikuler.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum, menurut
Ruhimat (2011: 140-141) “hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa. Faktor
eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri siswa”. Yang tergolong
faktor internal adalah:
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun
yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh,
dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan meliputi:
a) Faktor intelektual terdiri atas:
(1) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
(2) Fakor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
b) Faktor non-intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri,
penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
16
3) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.
Yang tergolong faktor eksternal adalah:
1) Faktor sosial yang terdiri atas:
a) Faktor lingkungan keluarga
b) Faktor lingkungan sekolah.
c) Faktor lingkungan masyarakat.
d) Faktor kelompok.
2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kesenian dan sebagainya.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim,
dan sebagainya.
4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya
pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa
yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui
dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar
yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak
menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor
diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui
kesulitan.
17
2.3 Pengertian Pengelolaan kelas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pengelolaan diartikan
dengan "penyelenggaraan, pengurusan". Purwadarminta, (2002:470) Sedangkan
yang dimaksud dengan kelas adalah "tingkat, ruang tempat belajar di sekolah".
dengan kata lain pengelolaan kelas diterjemahkan secara singkat sebagai suatu
proses penyelenggaraan atau pengurusan ruang dimana dilakukan kegiatan belajar
mengajar, dan untuk lebih jelasnya berikut pengertian pengelolaan kelas yang
dikemukakan oleh Usman (2002:97) bahwa "pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar".
Sedangkan menurut Wina Sanjaya bahwa pengelolaan kelas adalah:
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal
yang dapat mengganggu suasana pembelajaran Wina (2005:174). Sebelum
memberikan pengertian tentang pengelolaan kelas berikut ini adalah pengertian
tentang kelas yang dikemukakan oleh Purnomo, bahwa Kelas adalah ruangan
belajar (lingkungan fisik) dan rombongan belajar (lingkungan emosional).
Purnomo (2005:3) Lingkungan fisik meliputi “(1) ruangan, (2) keindahan kelas,
(3) pengaturan tempat duduk, (4) pengaturan sarana dan alat pengajaran, (5)
ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi:
“(1) tipe kepemimpinan guru, (2) sikap guru, (3) suara guru, (4) pembinaan
hubungan yang baik”.
18
Pendapat lain yang cukup menarik dalam buku Quantum Teaching tentang
kelas, yaitu “berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas yang
mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar”. Bobbi, (2002:3)
Dalam proses pembelajaran di kelas yang sangat urgen untuk dilakukan
oleh seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi belajar
mengajar yang baik. Dengan kondisi belajar yang baik diharapkan proses belajar
mengajar akan berlangsung dengan baik pula. Proses pembelajaran yang baik
akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan serta kesalahan dalam
pembelajaran. Maka dari itu penting sekali bagi seorang guru memiliki
kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik dan untuk mencapai
tingkat efektivitas yang optimal dalam kegiatan instruksional kemampuan
pengelolaan kelas merupakan “salah satu faktor yang juga harus dikuasai oleh
seorang guru, di samping faktorfaktor lainnya”. Nasrun (2001:429) “kemampuan
tersebut yang kemudian disebut dengan kemampuan mengelola kelas”.
Kelas bukanlah sekedar ruangan dengan segala isinya yang bersifat statis
dan pasif, namun kelas juga merupakan sarana berinteraksi antara siswa dengan
siswa dan siswa dengan guru. Ciri utama kelas adalah pada aktivitasnya untuk
dapat menjalankan aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang dinamis perlu
adanya suatu aktivitas pengelolaan kelas baik dan terencana.
Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaitan langsung
dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas, menguasai materi,
pemilihan metode yang tepat, penggunaan sarana, dan evaluasi yang tepat. “Hal
lain yang tidak kalah pentingnya adalah keberhasilan guru dalam mencegah
timbulnya perilaku subyek didik yang mengganggu jalannya proses belajar
19
mengajar, kondisi fisik belajar dan kemampuan mengelolanya”. (Sutopo,
2005:200)
Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan oleh para
ahli di atas dapat disimpulkan, dapatlah memberi suatu gambaran serta
pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha
menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar
dapat berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat
kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien.
Pandangan mengenai pengelolaan kelas sebagaimana telah dikemukakan
di atas intinya memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa pengelolaan kelas
merupakan sebuah upaya yang real untuk mewujudkan suatu kondisi proses atau
kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dengan pengelolaan kelas yang baik
diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran di mana proses
tersebut memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang
terselenggaranya proses belajar mengajar di kelas.
2.3.1 Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Usman (2002:99) pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.
2. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
20
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan
pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas
bagi bermacam.macam kegiatan belajar siswa sehingga subjek didik terhindar dari
permasalah mengganggu seperti siswa mengantuk, enggan mengerjakan tugas,
terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas
adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam
kelas sehingga siswa dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru
dapat mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan
dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai
hasil belajar yang diinginkan.
2.3.2 Ketrampilan Mengelola Kelas
Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaitan langsung
dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas, menguasai materi,
pemilihan metode yang tepat, penggunaan sarana, dan evaluasi yang tepat. Hal
lain yang tidak kalah pentingnya adalah keberhasilan guru dalam mencegah
timbulnya perilaku subyek didik yang mengganggu jalannya proses belajar
mengajar, kondisi fisik belajar dan kemampuan mengelolanya. Oleh sebab itu
kegiatan guru dapat dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan pengelolaan pengajaran
dan kegiatan pengelolaan kelas. Tujuan pengajaran yang tidak jelas, materi yang
terlalu mudah atau terlalu sulit, urutan materi tidak sistematis, alat pembelajaran
tidak tersedia, merupakan contoh masalah pembelajaran.
Sedangkan peserta didik mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat
masuk kelas, mengganggu teman lain, mengajukan pertanyaan aneh, tempat
21
duduk banyak kutu busuk, ruang kelas kotor, merupakan contoh masalah
pengelolaan kelas. Untuk penanggulangannya seorang guru harus dapat
memberikan bimbingan sebab ini secara psikologis akan menarik keterlibatan
siswa. “Guru bisa memulainya dengan apa yang siswa sukai, bagaimana cara
berpikir mereka dan bagaimana mereka menyikapi hal yang terjadi dalam
kehidupan mereka”. (Bobbi 2002:26)
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan siswa
perlu diperhatikan hal.hal sebagai berikut :
1. Aksesbilitas : siswa mudah menjangkau alat dan sumber belajar.
2. Mobilitas : siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian
yang lain.
3. Interaksi : memudahkan terjadi interaksi antara diri siswa maupun antar
Siswa
4. Variasi kerja siswa : memungkinkan siswa bekerja secara perorangan,
berpasangan atau berkelompok.
Pada intinya, kemampuan guru memilih strategi pengelolaan kelas yang
tepat sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah kelas yang
dihadapinya jika ia tepat meletakkan strategi tersebut maka proses belajar
mengajar akan efektif.
2.3.3 Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Menurut James Cooper dalam Soetopo (2005:205) mengemukakan tiga
pendekatan dalam pengelolaan kelas, yaitu “pendekatan modifikasi perilaku,
pendekatan sosio-emosional, dan pendekatan proses kelompok”.
Berikut penjelasan ketiga pendekatan di atas adalah sebagai berikut :
22
1. Pendekatan modifikasi perilaku (Behavior-Modification Approach)
Pendekatan ini didasari oleh psikologi behavioral yang menganggap
perilaku manusia yang baik maupun yang tidak baik merupakan hasil belajar.
Oleh sebab itu perlu membentuk, mempertahankan perilaku yang dikehendaki
dan mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak dikehendaki.
Berdasarkan pendekatan ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam pendekatan modifikasi perilaku aktivitas di utamakan pada penguatan
tingkah laku siswa yang baik maupun tingkah laku siswa yang kurang baik,
dengan pendekatan ini diharapkan guru dapat merubah tingkah laku siswa
sesuai dengan yang diharapkan oleh guru.
Teknik-teknik yang dapat diterapkan adalah:
a). Penguatan negatif
Penguatan negatif adalah pengurangan hingga penghilangan
stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulangnya
perilaku yang diharapkan.
b). Penghapusan
Penghapusan adalah usaha mengubah tingkah laku subyek didik
dengan cara menghentikan respon terhadap tingkah laku mereka yang
semula dikuatkan oleh respon itu.
c). Hukuman yaitu penghentian secara langsung perilaku anak yang
menyimpang.
Sebenarnya penguatan negatif dan penghapusan merupakan hukuman yang
tidak langsung. Dengan kata lain hukuman adalah pengajuan stimulus tidak
23
menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku subyek didik
yang tidak diharapkan.
2. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate Approach)
Pendekatan sosio-emosional bertolak dari psikologi klinis dan
konseling.
Pandangannya adalah bahwa proses belajar-mengajar yang berhasil
mempersyaratkan hubungan sosio-emosional yang baik antara gurusubyek
didik. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini mengutamakan pada hubungan
yang baik antar personal di dalam kelas, baik itu guru dengan siswa maupun
siswa dengan siswa, sehingga siswa merasa aman dan senang berada dalam
kelas serta berpartisipasi dalam proses belajar mengajar dalam kelas. Dengan
kata lain peran guru sangat penting dalam menciptakan iklim belajar yang
kondusif dan guru diharapkan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh siswa
serta mampu menyikapinya secara demokratis.
3. Pendekatan Proses Kelompok (Group-Process Approach)
Pendekatan proses kelompok berangkat dari psikologi sosial dan
dinamika kelompok, dengan anggapan bahwa proses belajar-mengajar yang
efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok. Untuk itu guru harus
mengusahakan agar kelas menjadi suatu ikatan kelompok yang kuat.
Dapat penulis simpulkan pendekatan proses kelompok ini bahwa
pengalaman belajar siswa didapat dari kegiatan kelompok di mana dalam
kelompok terdapat norma-norma yang harus diikuti oleh anggotanya, terdapat
tujuan yang ingin dicapai, adanya hubungan timbal balik antar anggota
kelompok untuk mencapai tujuan, serta memelihara kelompok yang produktif.
24
Lain halnya dengan guru yang memperhatikan siswa, selalu terbuka,
terhadap keluhan siswa, mau mendengarkan kesulitan belajar siswa, maupun
selalu bersedia mendengarkan saran dan kritik dari siswa adalah guru yang
disenangi oleh siswa. Siswa akan rindu dengan kehadirannya, siswa merasa
nyaman disisinya, dan siswa merasa bahwa dirinya adalah keluarga bagi guru
tersebut. Figur yang demikian ini biasanya akan sedikit sekali menemui
kesulitan dalam mengelola kelas.
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru seperti inilah yang diyakini
berkorelasi positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil belajar
siswa. Dengan kata lain, menciptakan iklim kelas yang baik merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran di kelas.
Jadi pengelolaan kelas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal.
2.3.4 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi
menjadi dua golongan, yaitu: faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa. Faktor
intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan perilaku siswa.
Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan
belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dan sebagainya.
Soetopo (2005:218) oleh karena itu, untuk memperkecil masalah
gangguan dalam pengelolaan kelas, perlu dikuasai oleh guru prinsip-prinsip
pengelolaan kelas, yang meliputi:
25
a. Hangat dan Antusias
Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan
antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang,
selanjutnya akan menambah menarik parrhatian anak didik dan dapat
mengendalikan gairah belajar peserta didik
c. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara
guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan
perhatian anak didik. Kevariasian dalam penggunaannya merupakan kunci
untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didk serta menciptakan
iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah
munculnya gangguan seperti keributan, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan
tugas dan sebagainya.
e. Penekanan pada hal-hal yang positif
Penekanan yang dilakukan guru tarhadap tingkahlaku anak didik yang
positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negative.penekanan tersebut
26
dapat dilakukan dengan pemberian penguatan positif, dan kesadaran guru
untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
f. Penanaman disiplin diri
Anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Oleh karena itu,
guru selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan
guru menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung
jawab. Keakraban guru, pola interaksi, cara kerja yang menantang, kevariasian
dalam pembelajaran, keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya, penekanan guru tarhadap tingkah laku siswa yang positif, dan
keteladanan guru merupakan modal awal dalam penanaman disiplin diri pada
siswa yang dapat mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang dan menambah menarik perhatian anak didik, prinsip-prinsip
pengelolaan kelas ini merupakan konsep-konsep yang harus diterapkan dalam
proses belajar mengajar.
2.3.5 Macam-Macam Pengelolaan Kelas
Sistem pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran dimasa kini dan masa
akan datang semakin kompleks. Kompleksitas itu menghendaki guru-guru perlu
memiliki suatu wawasan tentang bagaimana mengelola kelas-kelasnya secara
lebih efektif. Soetopo (2005:221) Guru dalam memainkan perannya dan tugasnya
mempunyai responsibilitas untuk menyelenggarakan programprogram
instruksional (pengajaran dan pembelajaran) dan menciptakan lingkungan kelas
yang menyenangkan guna memungkinkan setiap siswa mengembangkan potensi-
potensinya secara maksimal kelas yang diorganisasi dengan baik dan dikelola
27
secara efektif dan efisien merupakan fundasi esensial bagi terselenggaranya suatu
program instruksional yang baik dan terciptanya suatu iklim saling merespek dan
memperdulikan antara siswa dan guru. Oleh karena itu dapat diidentifikasi dengan
5 kunci sebagai komponen yang penting dalam sebuah kelas yang dikelola dengan
baik, yaitu:
2.3.5.1 Kegiatan Administrasi Manajemen
Kegiatan administrasi pendidikan tidak terlepas dari proses manajemen.
Sebuah kelas sebagai suatu unit kerja yang di dalamnya bekerja sama sejumlah
orang untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, dalam mengelola suatu kelas, guru
atau wali kelas melakukan tindakantindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, koordinasi, komunikasi, dan control.
1) Perencanaan kelas
Program umum berupa kurikulum sebagai program umum harus
diterjemahkan menjadi program-program yang kongkrit dengan
mengkaitkannya menurut waktu yang tersedia, yang dapat berbentuk program
tahunan, program semester atau caturwulan, program bulanan, program
mingguan dan bahkan mungkin pula berupa program harian.
2) Pengorganisasian kelas
Program kelas sebagai rencana kerja untuk mencapai suatu tujuan harus
bersifat realistis dalam arti benar-benar dapat dilaksanakan dan diwujudkan.
Aspek terpenting dalam pengorganisasian ini adalah usaha dalam
menempatkan personal yang tepat pada tempat yang tepat, dengan
memperhatikan kemampuannya, tingkat pendidikannya, masa kerja dan
28
pengalamannya dan lain-lain. Kemudian melengkapinya dengan alat-alat yang
memugkinkan personal tersebut melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Pengarahan
Setelah program dan organisasi disusun, selanjutnya kegiatan
dilaksanakan, yang mana kegiatan ini harus diusahakan untuk tidak
menyimpang dari rencana atau program yang telah disusun. Untuk itu
diperlukan instruksi-instruksi dan petunjuk-petunjuk bahkan
bimbinganbimbingan agar kegiatan tidak menyimpang dari rel yang
seharusnya.
4) Koordinasi kelas
Koordinasi kelas merupakan kegiatan membawa personal, material, semua
fasilitas, teknik-teknik dan tujuan kedalam suatu hubungan kerja yang
harmonis dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Koordinasi
kelas dapat diwujudkan dengan menciptakan kerja sama yang didasari saling
pengertian akan tugas dan peran masingmasing.
Setiap personal menyampaikan saran, pendapat dan gagasan baik dalam
bidang kerjanya sendiri maupun bidang kerja orang lain.
5) Komunikasi kelas
Komunikasi disalurkan berupa kesediaan menyampaikan keterangan dan
penjelasan yang diperlukan oleh pihak lain sebagai anggota kelas untuk
mewujudkan program kelas. Komunikasi antar personal di kelas dapat
berlangsung secara formal di dalam rapat atau diskusi-diskusi dan dapat pula
diwujudkan secara informal (hubungan pribadi) dalam setiap kesempatan di
dalam dan di luar kelas/sekolah.
29
6) Kontrol kelas
Kontrol dihubungkan dengan program yang disusun, dengan maksud
menilai apakah tujuan telah dicapai atau sampai dimana tujuan telah
diwujudkan. Bentuk konkrit kontrol berupa realisasi jadwal pelajaran, disiplin
guru dan disiplin murid, pelaksanaan tugas murid, partisipasi setiap personal
dalam program kelas. Melalui kontrol dapat diperoleh data tentang
keberhasilan dan ketidaberhasilan setiap kegiatan (Soetopo, 2005:225).
2.3.5.2 Kegiatan Operatif Manajemen Kelas
Kegiatan manajemen administrasi kelas harus ditunjang dengan kegiatan
manajemen operatif agar seluruh program berlangsung efektif bagi pencapaian
tujuan dan keberhasilan belajar. kegiatan ini meliputi:
1) Tata usaha kelas
Tercakup seluruh kegiatan manajemen administratif kelas dan manajemen
operatif sebagai kegiatan yang berangkai dan dikendalikan agar seluruhnya
tertuju pada tujuan yang sama. Kegiatan tata usaha dapat berupa menghimpun
dan mencatat data murid diantaranya nama, tempat dan tanggal lahir, data
kesehatan dan nilai hasil belajar, hubungan sosial, mencatat atau membuat
buku inventaris kelas, membuat jadwal pelajaran, mengirim laporan kelas.
Untuk itu dibutuhkan berbagai sarana penunjang seperti buku stambuk, buku
laporan pendidikan, dan lain-lain, yang menyangkut aspek perbekalan dalam
kegiatan manajemen operatif.
30
2) Perbekalan kelas
Perbekalan kelas merupakan alat bantu yang memungkinkan program
kelas berlangsung secara efekif. Perbekalan kelas dapat berupa: papan tulis,
dan berbagai alat peraga, raport, meja kursi guru dan murid.
3) Kegiatan keuangan kelas
Pengadaan, pemeliharaan perbekalan kelas, dan pelaksanaan beberapa
program kelas mengharuskan tersedianya sejumlah dana. Dana dari murid
untuk melakukan kegiatan kelas, pengelolaannya dilakukan oleh murid sendiri
dengan pengawasan atau dilakukan oleh guru dan wali kelas. Sedangkan dana
yang bersumber dari sekolah untuk kepentingan kelas dibawah bimbingan guru
dan kepala sekolah.
4) Pembinaan personal kelas
Pengelolaan personal yang terdiri dari siswa-siswa. Kegiatan ini berkenaan
dengan aspek penempatan murid, yaitu tempat duduk murid, besar kecilnya
badan, kesehatan mata dan pendengaran murid serta jenis kelamin dan
persahabatan antar murid, pengelompokan dalam kelompokbelajar dengan
memperhatikan aspek intelegensi, bakat dan minat.
5) Hubungan masyarakat di lingkungan sekolah
Hubungan masyarakat diciptakan secara intern dan ekstern. Secara intern
menyangkut usaha memberikan informasi dan penjelasan pada murid di kelas
lain atau pada guru-guru yang tidak bertugas di kelas tersebut, agar memahami
program yang hendak direalisir di suatu kelas. Sedangkan yang ekstern dapat
dilakukan dengan orang tua/wali murid, dengan memberikan informasi atau
penjelasan tentang program kelas.
31
6) Kepemimpin wali/guru kelas
Kepemimpinan diartikan sebagai mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah
laku orang lain. Guru kelas harus melakukan usaha menggerakkan,
memotivasi, menyatukan pikiran dan tingkah laku para siswa dan guru terarah
pada tujuan yang terdapat dalam program kelas (Soetopo, 2005:230).
2.3.5.3 Pengelolaan perilaku siswa
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan dan sebagai lingkungan dimana
siswa hidup, sangat diharapkan untuk membentuk sikap dan perilaku siswa
dengan baik. Dalam proses pembelajaran sering kali timbul hal-hal yang
mengganggu kondisi kelas. Oleh karena itu, terdapat komponen-komponen
keterampilan preventif dan kuratif yang harus dimiliki seorang guru dalam
penciptaan dan pemeliharaan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
1) Keterampilan bersifat preventif dengan cara melakukan:
a) Sikap tanggap
Tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, ketidaklibatan
siswa dalam tugas-tugas di kelas. Ketanggapan ini dapat ditunjukkan dengan cara:
- Memandang secara seksama bercakap-cakap, bekerja sama, dan
menunjukkan rasa persahabatan
- Gerak mendekati. Gerak ini menandakan kesiagaan, minat, dan perhatian
guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas siswa.
- Memberikan pertanyaan, tanggapan, komentar, ataupun yang lain
- Memberi reaksi tepat terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa
32
b) Memberi perhatian
Membagi perhatian dapat dilakukan dengan dua cara;
- Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada kegiatan yang
lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa
- Verbal, memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya
terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan siswa
yang lain
c) Pemusatan perhatian kelompok:
Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara:
- Menyiagakan siswa; memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal
sebelum guru menyampaikan materi pokok
- Menuntut tanggung jawab siswa. Guru memegang teguh kewajiban dan
tanggung jawab yang dilakukan oleh siswa serta keterlibatan siswa dalam
tugas-tugas.
d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas tentang hal atau cara yang
berhubungan dengan pelajaran sehingga tidak terjadi kebingungan pada siswa
e) Menegur, Guru menegur siswa secara verbal ketika terjadi tingkah laku siswa
yang mengganggu kelas atau kelompok kelas.
Teguran verbal yang efektif adalah yang memenuhi syarat-syarat :
- Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta kepada
tingkahlakunya menyimpang
- Menghindari peringatan yang kasar, ocehan atau ejekan dan menyakitkan
atau mengandung penghinaan.
33
f) Memberi penguatan dengan cara:
- Dengan menggunakan penguatan positif bila anak didik telah
menghentikan gangguan atau kembali kepada tugas yang diminta.
- Dengan menggunakan penguatan positif terhadap anak didik yang lain
yang tidak mengganggu dan dipakai sebagai model tingkah laku yang baik
bagi anak didik yang suka mengganggu. (Usman, 2006:106)
Tindakan preventif merupakan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh
guru yaitu tindakan pencegahan dari timbulnya tingkah laku siswa yang
mengganggu kegiatan belajar mengajar. Tindakan pencegahan dilakukan dengan
menyediakan kondisi yang optimal, baik kondisi fisik maupun kondisi sosio-
emosional sehingga ada rasa keamanan dan kenyamanan peserta didik dalam
belajar (Rohani, 2004: 119)
2) Keterampilan bersifat kuratif
Pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk
tindakan perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus menerus
menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi
itu adalah: Syaipul Bahri, (2007:43)
a) Modifikasi Tingkah laku
Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau
kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan
mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b) Pendekatan pemecahan masalah kelompok
- Memperlancar tugas-tugas dengan mengusahakan terjadinya kerjasama
yang baik dalam pelaksanaan tugas
34
- Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok dan memulihkan semangat anak
didik serta menangani konflik yang timbul
c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
misalkan dengan cara mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan
ketidakpatuhan dan berusaha menemukan pemecahan.
Dalam mengelola kelas, seorang guru harus mampu menciptakan
kondisi yang optimal dan mempertahankan kondisi kelas tetap kondusif ketika
tingkah laku peserta didik menyimpang dan mengganggu proses belajar
mengajar. Guru harus mampu meminimalisir gangguan-gangguan yang
sekiranya terjadi.
2.3.5.4 Pengaturan Posisi Tempat duduk
Pengaturan posisi tempat duduk dikelas tidaklah netral. Pengaturan sangat
berpengaruh bagi siswa, interaksi antar mereka dan interaksi dengan guru. Hal ini
berarti bahwa pengaturan tempat duduk sangat berperan bagi proses belajar
mengajar, posisi yang dilakukan seperti berikut ini:
Gambar 2.1 Format terbuka
G
G G
35
Gambar 2.2 Format Tertutup
Gambar 2.3 Format Lingkaran Besar
Keterangan:
G = Guru
M = Siswa
2.4 Kerangka Berpikir
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dengan baik, sedikit
banyaknya akan mempengaruhi hasil belajar siswa tinggi rendahnya hasil belajar
siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pengelolaan kelas yang dilakukan oleh
guru tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain diluar dari pengelolaan
kelas.
G M M
M M
G G M M
M M
G M M
M M
M M
M MG
36
Faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi pengelolaan kelas
terhadap tingkat hasil belajar siswa tersebut dilihat dari diri siswa sendiri
(individu siswa) antara lain :
1. Kesadaran dari dalam diri siswa untuk belajar atau dengan kata lain motivasi
siswa (motivasi internal) untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
2. Inteligensi yang dimiliki oleh tiap siswa yang berbeda-beda.
3. Perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan guru atau kesenangan
siswa terhadap bahan pelajaran yang diajarkan berbeda-beda.
4. Masalah yang dihadapi siswa di dalam keluarga.
5. Faktor-faktor lain diluar dan di dalam diri siswa.
Pembelajaran yang menitikberatkan pada pengajaran dengan pengalaman
langsung melalui obyek nyata di lingkungan sekitarnya, melalui benda atau alat
peraga, maka siswa dapat langsung melihat, mendengar, meraba dan melakukan
percobaan sendiri. Dengan cara demikian diharapkan siswa dapat
mengembangkan keterampilan berpikirnya dan menemukan sendiri konsepkonsep
dari materi yang dipelajarinya, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akan
lebih baik. Pengelolaan kelas dengan segala kelebihannya yaitu dapat
menumbuhkan motivasi intrinsik yang dapat memberikan dorongan terhadap
minat siswa untuk mempelajari konsep yang diberikan melalui berbagai
pengalaman, kejadian, fakta dan fenomena yang dialaminya sendiri, sehingga
dapat memberikan suatu hasil yang diharapkan dan yang lebih penting adalah
siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Agar pengelolaan kelas dapat berjalan sesuai dengan tujuannya maka
dibutuhkan suatu kemampuan guru sebagai prasyarat yang diantaranya adalah
37
kemampuan untuk menata lingkungan belajar yang kondusif. Penataan
lingkungan belajar yang kondusif bagi kebermaknaan kegiatan belajar peserta
didik adalah hal penting. Dengan adanya pengelolaan kelas dalam hal ini penataan
lingkungan belajar diharapkan dapat memberikan stimulus terhadap peserta didik
sehingga Peserta didik tersebut terpengaruh atau terkondisikan oleh lingkungan
agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa menjadi lebih baik.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini ialah terdapat pengaruh pengelolaan kelas
terhadap hasil belajar sains di kelas IV SD N 80/I Muara Bulian.
Tata Ruang Kelas Hasiul belajar sains
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD N 80/I Muara Bulian
pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.
3.2 Desain Penelitian
Sesuai dengan kebutuhan penelitian ini, maka raneangan penelitian yang
digunakan adalah "Raindomized Control-Group Postes Design” (Suryabrata,
2008: 105). Rancangan ini dapat diperluas dengan melibatkan lebih dari satu
variabel bebas. Kesimpulan-kesimpulan mengenai efek diferensial antara
variasi latihan dalam pembelajaran.
Rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Keterangan:
Xl : Pengelolaan kelas terhadap prestasi belajar
Yl : hasil pos tes terhadap kelas eksperimen
Y2 : hasil pos tes pada kelas kontrol
3.3 Pendekatan Penelitian
Sesuai permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, pendekatan
penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian
tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka,
meskipun juga data kwalitatif sebagai pendukungnya, seperti kata-kata atau
38
Sampel Perlakuan Pos test Kelas Eksperimen Xl YI Kelas Kontrol - Y2
39
kalimat yang tersusun dalam angket, kalimat hasil konsultasi atau wawancara
antara peneliti dan informan.
Penelitian kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data
kualitatif yang diangkakan. Suatu pernyataan/ pertanyaan yang memerlukan
alternatif jawaban, di mana masing-masing: sangat setuju diberi angka 4,
setuju 3, kurang setuju 2, dan tidak setuju 1 (Sugiono, 2011: 7).
Penelitian kuantitatif mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang
di teliti. Penelitian kuantitatif menggunakan instrument-instrumen formal,
standar dan bersifat mengukur.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini ialah semua siswa SD N 80/I Muara Bulian
yang berjumlah 350 orang siswa.
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini ialah siswa Kelas IVa dan IVb sebagai
perwakilan dari semua siswa di SD N 80/I Muara Bulian yang berjumlah 52
orang.
3.5 Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2010:320) “Variabel independen (bebas) adalah
variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan
variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang
dipengaruhi variabel independen”. Variabel yang mempengaruhi disebut
variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan
40
variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau variabel tergantung, variabel
terikat atau dependent variabel (Y). Variabel bebas penelitian ini adalah
pengelolaan kelas (X), sedangkan variabel tak bebas penelitian ini adalah
prestasi belajar siswa (Y).
3.6 Instrumen Penelitian
“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah, angket, ceklis (check-list),
atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan”. (Arikunto,
2006:160)
Instrumen penelitian ini menggunakan nilai rapor yang diperoleh dari
ujian akhir semester ataupun tengah semester.
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data berdistribusi normal
atau tidak, digunakan uji Liliefors yang dikemukakan oleh Sudjana
(2005:466-467) sebagai berikut:
a. Mencari skor baku dengan rumus,Zi=
X i−XS
Keterangan :
Zi = Skor baku
X1 = Skor hasil
X = Rata-rata hasil
41
S = Simpangan baku
b. Untuk tiap bilangan baku ini, dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang dengan rumus : = P(Z<Zi)
c. Menghitung proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi.
Jika proporsi ini dinyatakan S (Zi), maka,
S( Z i)=banyaknyaZ1 , Z2. . .. .. Zn≤Z i
n
Keterangan :
n = Jumlah Siswa
d. Menghitung selisih F(Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
e. Ambil harga yang paling besar, sebutlah namanya L0
f. Membandingkan L0 dengan harga kritis L dalam tabel dengan α = 0,05
Jika L0 < L berarti skor hasil berdistribusi normal dan sebaliknya
Jika L0 > L berarti skor hasi tidak berdistribusi normal
3.7.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok sampel
mempunyai variasi yang homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas
dilakukan dengan uji-F. Langkah-langkah uji homogenitas menurut Sudjana
adalah :
a. Mencari variasi masing-masing kelompok data kemudian dihitung harga
F dengan rumus :
F = VariansterbesarVarians terkecil
b. Jika telah didapat harga Fhitung kemudian dibandingkan dengan Ftabel
distribusi normal dengan dkpembilang = n1 – 1 dan dkpenyebut =n2 – 1.
42
Kriteria pengujian adalah jika Fhitung ˂ Ftabel , maka kedua kelompok
mempunyai variasi yang homogen.
Setelah melakukan uji normalitas dengan uji liliofors dan uji
homogenitas dengan uji F, maka dilakukan uji hipotesis dengan uji t, untuk
menguji bermaknaan kelompok tersebut.
3.7.3 Uji Hipotesis (Uji T)
Untuk menguji hipotesis digunakan uji statistik. Uji hipotesis
atau uji t (Sudjana, 2010:144), dengan rumus sebagai berikut :
thitung = X1−X2
√ S12
n1+
S22
n2
X1 = Skor rata-rata motivasi belajar siswa kelompok eksperimen 1
X2 = Skor rataa-rata motivasi belajar siswa kelompok Eksperimen II
S12 = Varian kelompok Eksperimen 1
S22 = Varians kelompok Eksperimen II
n1 = Jumlah siswa kelas Ekaperimen 1
n2 = Jumlah siswa kelas Eksperimen II
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika thitung ˂ t(1-α), dengan taraf nyata α
= 0.05 dan dk = n1 + n2 -2 . Untuk harga t yang lain H0 di tolak.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi data
Berdasarkan uraian yang telah dikumpulkan sebelumnya maka bab ini
akan dilakukan analisa pembahasan yang diperoleh dalam penelitian ini.
Hasil penelitian akan digambarkan sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang
diajukan sebelumnya.
Tabel 4.1 Paparan data Hasil Belajar kelas Eksperimen
No Hasil Belajar Siswa Fi %1 1-20 0 0%2 21-40 0 0%3 41-60 0 0%4 61-80 18 69.23%5 81-100 8 30.77%
Jumlah 26 100%
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang
memiliki nilai 61-80 terdapat 18 siswa dengan presentase 69.23%, yang
memiliki nilai 81-100 terdapat 8 siswa dengan prosentase 30.77%, data yang
didapat dari hasil ujian semester siswa.
Tabel 4.2 Paparan data Hasil Belajar kelas Kontrol
No Hasil Belajar Siswa Fi %1 1-20 0 0%2 21-40 0 0%3 41-60 0 0%4 61-80 25 96.15%5 81-100 1 3.85%
Jumlah 26 100%
43
44
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang
memiliki nilai 61-80 terdapat 25 siswa dengan presentase 96.15%, yang
memiliki nilai 81-100 terdapat 1 siswa dengan prosentase 3.85%, data yang
didapat dari hasil ujian semester siswa.
4.2 Hasil Belajar
Hasil penelitian berikut adalah untuk menjawab rumusan masalah yang
ada dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengolahan data maka hasil
peneliti an ini adalah sebagai berikut:
4.2.1 Pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar
Setelah penelitian dilakukan, diperoleh data hasil angket siswa
dalam bentuk angka (lampiran 10) sebagai pengaruh pengelolaan kelas
dengan rata-rata hasil belajar siswa dan simpangan baku seperti
tercantum pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Rata-Rata Hasil Siswa dan Simpangan baku
Kelas Jumlah Siswa
Rata-rata Hasil Jawaban Soal
Simpangan baku
Kelompok EksperimenKelompok Kontrol
2626
77.0871.73
6.403.73
4.2.2 Pengujian Hipotesis
Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan homogenitas sebagai salah satu syarat sebelum
melakukan uji-t.
45
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji lillifors. Uji
normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
siswa berdistribusi normal atau tidak, baik untuk kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Dari hasil perhitungan didapat harga Lhitung dan
Ltabel pada taraf 0,5 seperti tercantum pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Hasil analisis Uji normalitas Kelompok Sampel
Kelas Jumlah siswa Lhitung Ltabel KeteranganKelompok Eksperimen
26 0.1365 0,173 Lhitung ˂ Ltabel
Kelompok Kontrol
26 0.1580 0,173 Lhitung ˂ Ltabel
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas terlihat perbandingan harga Lhitung ˂
Ltabel Pada taraf 0.05 ( lampiran 11). Ini berarti data hasil jawaban
angket siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol
berdistribusi normal.
4.2.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas variansi dilakukan dengan menggunakan Uji F.
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama atau tidak.
Dari hasil perhitungan didapat harga Fhitung dan Ftabel seperti tercantum
pada Tabel 4.5 berikut :
46
Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel
Fhitung Ftabel Keterangan
2.94 3.39 Fhitung ˂ Ftabel
Dari hasil analisis uji homogenitas variansi dengan uji F diatas
terlihat Fhitung = 2.94 dan Ftabel = 3.39. Karena Fhitung ˂ Ftabel, maka dapat
diketahui bahwa kedua kelas memiliki variansi yang homogen pada α
= 0,05.
4.2.2.3 Uji Hipotesis
Untuk melihat pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil
belajar, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas control berarti skor statistik berdasarkan
perhitungan uji t diperoleh seperti yang tercantum di tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Hasil Uji hipotesis
Thitung Ttabel Keterangan
3.680011 1,6759 Thitung ˃ Ttabel
Dari Uji hipotesis Uji t di atas didapat thitung = 3.680011 dan
ttabel = 1,6759 dengan dk = 50. Kriteria pengujian terima . Kriteria
pengujian terima H0 jika thitung ˂ t(0,95), untuk harga-harga lain H0
ditolak. Karena thitung sebesar 7.44 lebih besar dari 1,70 berarti H0
ditolak dan Ha diterima.
47
4.3 Pembahasan
Hasil belajar adalah evaluasi dari pengukuran terhadap peserta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen
yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha
belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Menurut Ruhimat (2011: 140-141) “hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang ada dalam
diri siswa. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri siswa”.
Dalam penelitian ini selain faktor internal, faktor eksternal juga memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar. Salah satu faktor eksternal ialah pengelolaan
kelas. Menurut Wina Sanjaya (2005:174), bahwa pengelolaan kelas adalah:
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal
yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata hasil belajar
siswa yang diajarkan menggunakan metode eksperimen 77,08 dengan simpangan
baku 6.40 berbeda dengan hasil belajar yang menggunakan metode control 71.73
dengan simpangan baku 3.73.
Setelah dilaksanakan uji hipotesis dengan menggunakan uji t , terdapat thitung
sebesar 3.680011 dan ttabel 1,6759 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini
menunjukkan pengelolaan kelas memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
sains siswa di kelas IV SD N 80/1 Muara Bulian.
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hipotesis penelitian hasil penelitian Ha: Terdapat
pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar sains siswa di kelas IV SD
N 80/1 Muara Bulian . H0: Tidak terdapat pengaruh pengelolaan kelas
terhadap hasil belajar sains siswa di kelas IV SD N 80/1 Muara Bulian.
Setelah dilakukan penelitian diketahui terdapat pengaruh pengelolaan kelas
terhadap hasil belajar sains siswa di kelas IV SD N 80/1 Muara Bulian pada
taraf kepercayaan 95% , yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak.
5.2 Saran-Saran
Berdasar kesimpulan dan Implikasi dari hasil penelitian ini dapat
diajukan saran sebagai berikut :
1. Guru lebih bervariatif dalam mengelola kelas untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Guru mampu melakukan pendekatan kepada siswa untuk memahami
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. “Prusedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Ahmad Rohani H.M. dan Abu Ahmadi, 2001 Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta
Bobbi De Porter, Mark Reardon, dan Sarah Singer, 2002. Quantum Teaching mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas, Bandung : Kaifa
Djamarah, Saiful Bahri. 2004. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta
Hadari Nawawi,2002 Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan, Jakarta: Haji Masagung
Ibrahim. 2004. fsikologi Belajar. http://asboelismu_blogspot.com/2014/05 diakses tanggal 14 mei 2015
Kartono, dkk. (2000). Sekolah Dasar. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon
Mulyasa, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Mudzakir. 2001. Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta: Teaching.
Mulyono. 2003. Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: Rajawali Press
Mary Underwood, 2000 . Pengelolaan Kelas yang Efektif suatu Pendekatan Praktis, Penerbit Arcan
Nasrun, 2001 Media, Metode, dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek Lapangan Kependidikan, Forum pendidikan :Universitas Negeri Padang.
Ngalim. 2002. Pendidikan Ilmu Pengetahuan di Sekolah Dasar. Yogyakarta: FIP Universitas Negeri Yogyakarta.
Purnomo, 2005 Strategi Pengajaran, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Rohani, Ahmad. 2004. Media intuksional Edukatif. Jakarta Rineka Cipta.
Wina Sanjaya, 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Samsul Nizar, 2005 Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: Ciputat Pers
49
50
Suharsimi Arikunto, 2006 Pengelolaan kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta:Rajawali
Sunarto (2005) Faktor-faktor utama belajar., Skripsi UI, 2009 .www//faktor_faktor_prestasibelajar.id Diakses tanggal 26 Mei 2015
Syaiful Bahri Djamarah, 2007. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sugiyono 2009. “Statistika untuk Penelitian”. cv. Alvabeta.
Syah. Muhibbin, 2016. Psikologi Belajar. PT. Radja Grafindo Persada
Sukamadinata. Nana Syaodih (2003) fsikologi Belajar. http://asboelismu_blogspot.com/2014/05 diakses tanggal 14 mei 2015
Usman Moh. Uzer, 2002 Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT.Remaja Rosda Karya
51
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN( RPP )
Sekolah : SD Negeri 80/I Muara BulianMata Pelajaran : SAINS Kelas/Semester : IV/2Materi Pokok : Perubahan kenampakan bumi dan benda langitWaktu : 6 x 35 menit (3 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi : 9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit
B. Kompetensi Dasar9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.
C. Tujuan Pembelajaran** :A. Siswa dapat Menyebutkan benda-benda langit yang mudah dilihat tanpa
alat bantuo matahario bulan o bintang
B. Siswa dapat Mampu menceritakan perubahan kenampakan benda langito kenampakan matahario kenampakan bulano kenampakan bintang
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ) Dan Ketelitian ( carefulness)
D. Materi EssensialPerubahan kenampakan benda-benda langit.
E. Media BelajarC. Buku SAINS SD Kelas IV
52
A. Rincian Kegiatan Pembelajaran SiswaPertemuan 1
1. Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi :o Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang
diharapkan.
(5 menit)
Kegiatan Inti 1 Perubahan Kenampakan Bumi
Daratan dan lingkungan merupakan permukaan bumi yang
dapat berubah. perubahan kenampakan bumi ada yang disebabkan
peristiwa alam dan ada yang karena tindakan manusia. Perubahan
ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan.
Contoh penyebab perubahan kenampakan permukaan bumi adalah
pengaruh pasang surut air laut dan kebakaran hutan.
Perubahan kenampakan bumi dapat terjadi karena
peristiwa alam atau karena ulah manusia. Perubahan ini terjadi
baik di daratan maupun di lautan. Penyebab perubahan
kenampakan bumi diantaranya terjadinya erosi dan pasang naik
dan pasang surut air laut.
1) Erosi
Erosi dapat terjadi di berbagai tempat di permukaan bumi,
seperti di gunung-gunung atau bukit, di gurun, dan di pegunungan
es. Bagaimana terjadinya dan apa penyebabnya?
a. Erosi oleh Air
Air sungai mengalir dari daerah hulu ke muara sungai.
Kadangkadang air sungai terlihat berwarna cokelat karena
mengandung lumpur. Jika terjadi hujan yang lebat, air
(50 menit)
53
sungai akan bertambah keruh sebab tanah di pinggir sungai
dan dasar sungai akan terseret aliran air. Terkikisnya tanah
oleh aliran air disebut Erosi.
Erosi yang terjadi terus-menerus membawa lumpur
juga batu-batu kecil akan menyebabkan endapan lumpur
didasar sungai semakin tinggi. Bagian muara sungai menjadi
dangkal dan terjadi delta. Jika curah hujan tinggi sungai
yang dangkal tidak dapat memuat air hujan dan
menimbulkan banjir di sekitarnya.
b. Erosi oleh Es
Kejadian alam di pegunungan es, yaitu Gletser.
Gletser adalah kumpulan es, salju, batuan, dan air yang
mengalir secara perlahan ke lembah-lembah di pegunungan
tersebut. Sambil mengalir gletser dapat mengikis bagian tepi
daerah aliran dan dapat menyebabkan erosi bahkan
bongkahan-bongkahan es dapat runtuh sehingga bentuk
gunung-gunung es dapat berubah.
54
c. Erosi oleh Angin
Angin terjadi karena ada perbedaan tekanan udara.
Angin di daerah padang pasir akan membawa atau menyeret
pasir sesuai arah angin akibatnya dapat terjadi erosi di gurun
pasir. Gurun-gurun yang membentuk bukit dapat berubah
bentuk karena tiupan angin tersebut.
2. Penutup o Menarik kesimpulan bahwa:- bumi tampak terang di siang hari karena menerima
cahaya matahari.- Gaya tarik bulan mengakibatkan terjadinya pasang
naik dan pasang surut air laut.
(5 menit)
Pertemuan 21. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :o Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang
diharapkan.o Memahami kembali peta konsep tentang perubahan
kenampakan bumi dan benda langit.
(5 menit)
2. Kegiatan Inti 1) Pengaruh Pasang Surut Air Laut (50 menit)
55
Penyebab utama peristiwa pasang dan surut adalah “gaya
gravitasi bulan pada bumi” Wahyono, (2008:113). Walaupun gaya
gravitasi matahari juga memengaruhi, namun pengaruhnya tidak
begitu besar karena jaraknya lebih jauh daripada jarak bulan
dengan bumi. Peristiwa pasang dan surut dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Contoh keuntungan adanya peristiwa pasang surut
adalah sebagai sarana berlabuh dan berlayar kapal pada dermaga
yang agak dangkal.
Untuk bahan membuat garam. Saat terjadi pasang, air laut
mengisi petakpetak tempat pembuatan garam. Setelah surut, air
laut yang mengandung garam tertinggal dalam petak-petak
tersebut. Untuk lahan persawahan pasang surut. Di persawahan
tersebut digali saluran untuk menampung air laut sewaktu terjadi
pasang. Hal ini bertujuan agar air laut tidak menggenangi
persawahan. Negara kita telah memanfaatkan persawahan pasang
surut. Tahukah kamu, di manakah tempat tersebut berada? Untuk
pembangkit listrik tenaga pasang surut.
Beda ketinggian antara pasang dan surut menghasilkan
energi potensial yang dapat diubah menjadi energi untuk
56
menggerakkan generator.
2) Pengaruh Kebakaran Hutan
Hutan menyediakan banyak kebutuhan manusia. Misalnya,
sebagai sumber air, sumber bahan bangunan, dan sumber pangan.
Kebakaran adalah “salah satu bencana yang terjadi karena adanya
kobaran api di suatu tempat. Bencana ini dapat berakibat
musnahnya harta benda dan lingkungan sekitarnya” Wahyono,
(2008:116)
Pada musim kemarau panjang, banyak pohon yang
meranggas. Ranting dan daunnya yang kering banyak yang
berguguran di tanah. Jika hal ini terjadi di suatu hutan, maka panas
matahari yang terik dapat menyebabkan kebakaran. Kebakaran
hutan juga dapat disebabkan oleh manusia. Misalnya, ada orang
yang membuang puntung rokok atau meninggalkan perapian yang
masih menyala di hutan. Itulah sebabnya kamu dilarang
meninggalkan api unggun dalam keadaan menyala saat berkemah
di hutan. Pembakaran hutan untuk lahan pertanian juga merupakan
kebakaran yang disebabkan manusia. Jenis kebakaran ini banyak
terjadi di Indonesia.
57
3. Penutup A. Menarik kesimpulan bahwa:- bumi tampak terang di siang hari karena menerima
cahaya matahari.- Gaya tarik bulan mengakibatkan terjadinya pasang
naik dan pasang surut air laut.
(5 menit)
Pertemuan 31. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :o Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang
diharapkan.o Memahami kembali peta konsep tentang perubahan
kenampakan bumi dan benda langit.
(5 menit)
Kegiatan Inti Perubahan Kenampakan Langit
1. Kenampakan Bintang
Benda langit yang banyak terlihat jelas saat langit cerah di
malam hari adalah bintang. Pernahkah kamu menemui saat langit
bertaburan bintang. Kalau kamu perhatikan secara saksama, akan
terlihat bintang-bintang tersebut nampak berkedipkedip.
Pada langit sedikit kita lihat sinar kuning meluncur
kebumi. Sinar yang jatuh kebumi sering disebut bintang beralih.
Binang-bintang yang tampak dilangit tidak jauh berbeda dengan
matahari, karena jauh jaraknya maka tampak kecil. Bintang juga
(50 menit)
58
memancarkan cahayanya seperti matahari, karena jauh letaknya,
maka cahaya bintang lemah dan tampak kecil. Letak bintang ada
yang menyebar dan ada pula yang berdekatan. Letak bintang yang
berdekatan disebut rasi bintang.
Mengapa bintang hanya terlihat pada malam hari? Apakah
kalau siang dating bintang-bintang tidur? Sebenarnya, bintang
bersinar setiap saat. Namun, karena letaknya sangat jauh, lebih
jauh daripada letak matahari, maka cahaya bintang pada siang hari
kalah kuat dengan cahaya matahari. Oleh karena itu, bintang tidak
terlihat di siang hari.
Bintang termasuk benda langit yang dapat mengeluarkan
cahaya sendiri. Di alam semesta terdapat banyak sekali kumpulan
bintang (gugusan bintang). Gugusan bintang disebut galaksi.
2. Kenampakan Matahari
Matahari termasuk salah satu contoh bintang karena dapat
menghasilkan cahaya sendiri. Matahari merupakan bola gas yang
sangat panas serta berukuran sangat besar. Matahari adalah
bintang yang paling terang bila dilihat dari bumi. Hal ini
disebabkan jaraknya paling dekat dengan bumi. Setiap hari, kamu
59
menyaksikan matahari terbit dan terbenam.
Negara kita termasuk negara tropis. Artinya, matahari
terbit setiap hari. Matahari terbit dari arah timur dan terbenam di
arah barat. Di Indonesia bagian timur, matahari akan terbit lebih
dulu daripada di Indonesia bagian tengah dan Indonesia bagian
barat. Demikian pula saat matahari terbenam.
3. Kenampakan Bulan
Saat langit cerah di malam hari (tidak hujan dan tidak
berawan), ada benda langit yang tampak terang tetapi tidak
seterang matahari. Benda langit tersebut adalah bulan. Coba
perhatikan bentuk bulan selama sebulan! Apakah bentuk bulan
berbeda-beda selama sebulan.
Menurut Rostawaty, (2008:146) dilihat dari bumi, bulan
selalu berubah-ubah, bergantung pada kedudukan bulan ketika
mengelilingi bumi:
a. Pada kedudukan 1, bulan terletak di antara matahari dan bumi.
Akibatnya, permukaan bulan yang mendapat sinar matahari
membelakangi bumi. Sehingga kita tidak dapat melihat Bulan.
60
Kedudukan ini disebut bulan baru atau bulan muda.
b. Pada kedudukan 2, separuh bagian bulan yang menghadap bumi
kira-kira hanya seperempatnya yang terkena sinar matahari.
Akibatnya, kita melihat bulan sabit.
c. Pada kedudukan 3, bulan bergeser hingga kedudukannya
terhadap matahari dan bumi membentuk sudut 90°. Dari
separuh bagian bulan yang menghadap Bumi, hanya
seperempat bagian bulan yang terkena sinar matahari. Sehingga
bentuk bulan yang terlihat adalah setengah lingkaran.
Kedudukan ini disebut bulan separuh.
d. Pada kedudukan 4, dari separuh bagian bulan yang menghadap
bumi kira-kira tiga perempatnya terkena sinar matahari.
Akibatnya, kita melihat bulan cembung.
e. Pada kedudukan 5, separuh permukaan bulan memantulkan
cahaya matahari ke bumi. Akibatnya, kita melihat bulan
purnama yang terjadi pada hari ke-14 atau ke-15 setiap bulan
dari tahun komariah.
4. Penutup A. Menarik kesimpulan bahwa:- bumi tampak terang di siang hari karena menerima
cahaya matahari.- Gaya tarik bulan mengakibatkan terjadinya pasang
naik dan pasang surut air laut.
(5 menit)
61
F. Penilaian:Indikator Pencapaian
KompetensiTeknik
PenilaianBentuk
InstrumenInstrumen/ Soal
o Mengidentifikasi kedudukan benda langit misalnya mengamati penampakan benda-benda langit, waktu dan “posisi matahari” terbit dan tenggelam, penampakan bulan dari hari ke hari.
o Mencari informasi tentang kedudukan benda langit.
Tugas Individu
Uraian Objektif
o Jelaskanlah kedudukan benda langit misalnya mengamati penampakan benda-benda langit, waktu dan “posisi matahari” terbit dan tenggelam, penampakan bulan dari hari ke hari.
o Jelaskanlah informasi tentang kedudukan benda langit.
FORMAT KRITERIA PENILAIAN PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar* sebagian kecil benar* semua salah
4321
CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 100. Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan
Remedial.
............, ......................20 ...Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel IPA
.................................. ..................................NIP : NIP :
62
Lampiran 2
LEMBAR SOAL
Mata Pelajaran :SAINS
Materi Pelajaran : Perubahan Kenampakan Bumi dan benda Langit
Kelas/Semester : IV/II (Genap)
Alokasi : 40 menit
Jumlah Soal :10
Nama :
Petunjuk Umum :
1. Bacalah soal dengan teliti sebelum menjawabnya
2. Berilah tanda X pada pilihan a, b, c atau d yang menurut anda paling tepat
1. Penyebab utama terjadinya peristiwa pasang surut di bumi adalah gaya tarik ....a. bulan c. planetb. bumi d. bintang
2. Pasang tertinggi terjadi saat fase ....a. bulan sabit c. bulan cembungb. bulan purnama d. bulan cekung
3. Pada siang hari bumi tampak terang karena ....a. bumi dekat dengan bulanb. bumi mendapat cahaya dari mataharic. bumi dekat dengan bintangd. bumi mendapat cahaya dari bulan
4. Fase bulan yang ditandai seluruh permukaan bulan yang disinari menghadap ke bumi disebut ....a. bulan baru c. bulan sabitb. bulan cembung d. bulan purnama
5. Matahari tampak terbit di sebelah ....a. timur c. baratb. utara d. selatan
63
6. Benda langit yang memancarkan cahaya sendiri disebut ....a. bulan c. satelitb. bintang d. roket7. Bulan tidak mengeluarkan cahaya sendiri, melainkan memantulkan cahaya dari ....a. listrik c. satelitb. meteor d. matahari
8. Bulan dan bintang dapat kita lihat pada waktu ....a. siangb. pagic. sored. malam
9. Bintang tampak berkedip-kedip dan kecil dari penglihatan kita. Hal itu disebabkan ....a. bintang bentuknya bulat dan kecilb. bumi lebih besar dari bintangc. bintang lebih kecil dan lebih redup daripada mataharid. bintang letaknya sangat jauh dari bumi
10. Pada malam hari, bumi tampak gelap. Hal ini disebabkan oleh ....a. bumi menjauhi mataharib. bumi menjauhi bulanc. bumi tidak mendapatkan cahaya dari buland. bumi tidak mendapatkan cahaya dari matahari
64
Lampiran 3
Uji Validitas
No
Pertanyaan Jumlah1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 72 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 33 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 64 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 55 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 76 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 57 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 109 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
10 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 611 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 812 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 413 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1014 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 815 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 316 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 817 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 818 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1019 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 820 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 921 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1022 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1023 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8
Jumlah 19 19 18 17 11 15 14 17 17 19
R hitung0.60
10.60
10.47
00.58
20.48
50.43
30.47
00.49
40.62
60.50
0
R tabel0.41
30.41
30.41
30.41
30.41
30.41
30.41
30.41
30.41
30.41
3 Ket valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
65
Tingkat Kesukaran
No Soal TK
Klasifikasi
10.82608
7 Mudah
20.82608
7 Mudah
30.78260
9 Mudah4 0.73913 Mudah
50.47826
1 Sedang
60.65217
4 Sedang7 0.61 Sedang8 0.73913 Mudah9 0.73913 Mudah
100.82608
7 Mudah
66
Daya Pembeda
No soal BA BB JA PA JB PB D Klasifikasi1 12 7 12 1.000 11 0.636 1.571 baik Sekali2 12 7 12 1.000 11 0.636 1.571 baik Sekali3 11 7 12 0.917 11 0.636 1.440 baik Sekali4 12 5 12 1.000 11 0.455 2.200 baik Sekali5 7 4 12 0.583 11 0.364 1.604 baik Sekali6 10 5 12 0.833 11 0.455 1.833 baik Sekali7 9 5 12 0.750 11 0.455 1.650 baik Sekali8 12 5 12 1.000 11 0.455 2.200 baik Sekali9 11 6 12 0.917 11 0.545 1.681 baik Sekali10 12 7 12 1.000 11 0.636 1.571 baik Sekali
67
Lampiran 4
Hasil Penelitian
N0Eksperim
enKontr
ol1 70 602 70 603 80 704 70 605 70 706 80 607 80 608 70 709 70 6010 70 6011 80 7012 70 7013 80 7014 90 8015 80 7016 70 6017 70 7018 70 7019 80 7020 70 6021 70 7022 80 7023 70 7024 60 7025 70 7026 70 60
Jumlah 2010 1860
Rataan 77.08 71.73
SD 6.40 3.73
V 40.9613.91
29
68
Lampiran 5
Mencari Simpangan Baku Kelas Eksperimen
S2 = n ∑ Xi2−¿¿
S2 = 26¿¿
S2 = 4042636−4016016
690
S2 = 26620
690
S2 = 40.95
Simpangan Baku, S= √40.95
S= 6.40
69
Mencari Simpangan Baku Kelas Kontrol
S2 = n ∑ Xi2−¿¿
S2 = 26(134125)−¿¿
S2 = 3487250−3478225
690
S2 = 9025690
S2 = 13.88
Simpangan Baku, S= √13.88
S= 3.73
70
Lampiran 6.
Uji Normalitas Kelas Eksperimen
No Urut Skor Test F1Fk (Z1) F(Zi) S(Zi) {F(Zi)-S(Zi)}
1 69 1 1 -1.263 0.1056 0.0385 0.06712 70 3 4 -1.106 0.1251 0.1538 0.02873 71 3 7 -0.950 0.1711 0.2692 0.09814 72 1 8 -0.794 0.2266 0.3077 0.08115 73 2 10 -0.638 0.2578 0.3846 0.12686 75 1 11 -0.325 0.3632 0.4231 0.05997 76 4 15 -0.169 0.4404 0.5769 0.13658 78 1 16 0.144 0.5596 0.6154 0.05589 79 1 17 0.300 0.6368 0.6538 0.017010 80 1 18 0.456 0.6736 0.6923 0.018711 81 1 19 0.613 0.7422 0.7308 0.011412 82 2 21 0.769 0.7734 0.8077 0.034313 83 2 23 0.925 0.8289 0.8846 0.055714 85 1 24 1.238 0.8944 0.9231 0.028715 87 1 25 1.550 0.9394 0.9615 0.022116 95 1 26 2.800 0.9978 1.0000 0.0022
Dari tabel di atas diperoleh Lo = 0.2023 dengan n = 26 dengan taraf
nyata 0,05 dari tabel kritis diperoleh Ltabel = 0,173. Dengan demikian Lo ˂ Ltabel
(0.1365˂ 0,183), sehingga dapat disimpulkan bahwa data kelas eksperimen
berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%.
71
Lampiran 7.
Uji normalitas Kelas Kontrol
No Urut Skor Test F1 Fk (Z1) F(Zi) S(Zi) {F(Zi)-S(Zi)}1 67 1 1 -1.268 0.1056 0.0385 0.06712 68 3 4 -1.000 0.1469 0.1538 0.00693 69 6 10 -0.732 0.2266 0.3846 0.15804 70 4 14 -0.464 0.4264 0.5385 0.11215 71 1 15 -0.196 0.4404 0.5769 0.13656 72 1 16 0.072 0.5199 0.6154 0.09557 73 1 17 0.340 0.6368 0.6538 0.01708 74 3 20 0.609 0.7422 0.7692 0.02709 75 3 23 0.877 0.7422 0.8846 0.142410 76 1 24 1.145 0.8749 0.9231 0.048211 79 1 25 1.949 0.9744 0.9615 0.012912 82 1 26 2.753 0.997 1.0000 0.0030
Dari tabel di atas diperoleh Lo = 0.1580 dengan n = 26 dan taraf nyata
0,05 dari tabel kritis diperoleh Ltabel = 0,173, dengan demikian Lo ˂ Ltabel (0.1580 ˂
0,173), sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol berdistribusi normal
pada taraf kepercayaan 95%.
72
Lampiran 8
Uji Homogenitas
a. Menentukan Fhitung
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N1 = 26 N2 = 26
S12 = 40.96 S2
2 = 13.88
S1 = 6.40 S2 = 3.73
F = VarianterbesarVariansterkecil
= 40.9613.88
= 2.94
b. Menentukan Ftabel
Ftabel = 3.39 diperoleh dari tabel distribusi dengan harga α = 0,05, dkpembilang
= 2 dan dk penyebut = 25. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung =
2.94 ˂ Ftabel = 3.39, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut
mempunyai varians yang homogen.
73
Lampiran 9.
Uji hipotesis menggunakan uji t
Ho : μ1 = μ2
Ha : μ1 ˃ μ2
N0X Y
Eksperimen Kontrol1 70 602 70 603 80 704 70 605 70 706 80 607 80 608 70 709 70 6010 70 6011 80 7012 70 7013 80 7014 90 8015 80 7016 70 6017 70 7018 70 7019 80 7020 70 6021 70 7022 80 7023 70 7024 60 7025 70 70
74
26 70 60Jumlah 2010 1860Rataan 77.08 71.73
SD 6.40 3.73V 40.96 13.9129
a. Menghitung Standar Deviasi
S2 = (n 1−1 ) S 12−¿¿
S2 = 25 (40 . 96 )+25(13 .9129)26+26−2
S2 = 1024+347 . 8225
50
S2 = 1371. 823
50
S2 = 27.43645
S = √27.43645
= 5.24
thitung = X1−X2
S √ 1n1
+ 1n2
=77.08−71.73
5.24√ 126
+ 126
= 5.35
5.24√ 126
= 5.36
5.24√0.076923
= 5.36
5.24(0.27735)
= 5.36
1.452755
75
= 3.680011
Jadi thitung ˃ ttabel, atau H0 ditolak (3.680011 ˃ 1,6759). Dari daftar distribusi
t (1- α ) (n1+ n2 – 2) dengan peluang 0,95 dan dk 50 diperoleh t(0,95) (50) =
1,6759. Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung = 3.680011 menandakan thitung ˃
ttabel atau H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf nyata α= 0,05. Jadi disimpulkan “
terdapat pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar sains di kelas IV SD N
80/1 Muara Bulian.
Lampiran 10.
Tabel Distribusi Tabel T
76
Lampiran 11.
Tabel F
77
Lampiran 12.
Tabel L
78
Lampiran 13
Dokumentasi penelitian