Varikokel
Definisi
Varikokel adalah varises vena pada korda spermatic (Tambayong, 1999). Varikokel
adalah dilatasi pleksus pampiniformis dari vena di atas testis. Merupakan gambaran lazim
dalam pria muda dan paling sering terlihat pada bagian kiri. Pleksus pampiniformis bermuara
ke dalam vena spermatika interna, yang mengalir ke dalam vena renalis di kiri dan vena kava
di kanan (Sabiston, 1994).Varikokel ini terbentuk dari massa yang mengalami konvolusi dari
vena yang berdilatasi dalam pleksus venosus korda. Karena varikokel terbentuk dari vena
yang terisi darah, maka varikokel tidak mengirimkan cahaya seperti hidrokel.
Etiologi dan anatomi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada
sebelah kanan (varikokel sebelah kiri 70–93 %). Hal ini disebabkan karena vena spermatika
interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan
bermuara pada vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika interna kiri
lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya:
kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena
spermatika kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus.
Patofisiologi
1. Peningkatan Tekanan Vena
Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri menyebabkan terplintirnya
vena spermatika interna kiri, dilatasi dan terjadi aliran darah retrogard. Darah vena dari testis
kanan dibawa menuju vena cava inferior pada sudut oblique (kira-kira 30 0). Sudut ini,
bersamaan dengan tingginya aliran vena kava inferior diperkirakan dapat meningkatkan
drainase pada sisi kanan (Venturi effect). Vena renalis kiri dapat juga terkompres di daerah
prok simal diantara arteri mesenterika superior dan aorta, dan distalnya diantara arteri iliaka
komunis dan vena. Fenomena ini dapat juga menyebabkan peningkatan tekanan pada sistem
vena testikular kiri.
2. Anastomosis Vena Kolateral
3. Katup yang Inkompeten
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa cara,
antara lain:
a. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia
karena kekurangan oksigen.
b. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan prostaglandin)
melalui vena spermatika interna ke testis.
c. Peningkatan suhu testis.
d. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan zat-
zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga
menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi
infertilitas.
Gambaran klinis dan diagnosis
Pasien datang ke dokter biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan di atas testis yang terasa nyeri.
Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri, dengan memperhatikan keadaan skrotum
kemudian dilakukan palpasi. Jika diperlukan, pasien diminta untuk melakukan manuver
valsava atau mengedan. Jika terdapat varikokel, pada inspeksi dan papasi terdapat bentukan
seperti kumpulan cacing-cacing di dalam kantung yang berada di sebelah kranial testis.
Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3 tingkatan/derajat:
1. Derajat kecil: adalah varikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien melakukan manuver
valsava
2. Derajat sedang: adalah varikokel yang dapat dipalpasi tanpa melakukan manuver valsava
3. Derajat besar: adalah varikokel yang sudah dapat dilihat bentuknya tanpa melakukan
manuver valsava.
Kadangkala sulit untuk menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis meskipun
terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu pemeriksaan
auskultasi dengan memakai stetoskop Doppler sangat membantu, karena alat ini dapat
mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada pleksus pampiniformis. Varikokel yang
sulit diraba secara klinis seperti ini disebut varikokel subklinik.
Diperhatikan pula konsistensi testis maupun ukurannya, dengan membandingkan testis kiri
dengan testis kanan. Untuk lebih objektif dalam menentukan besar atau volume testis
dilakukan pengukuran dengan alat orkidometer. Pada beberapa keadaan mungkin kedua testis
teraba kecil dan lunak, karena telah terjadi kerusakan pada sel-sel germinal.
Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah menyebabkan kerusakan pada tubuli seminiferi
dilakukan pemeriksaan analisis semen. Menurut McLeod, hasil analisis semen pada varikokel
menujukkan pola stress yaitu menurunnya motilitas sperma, meningkatnya jumlah sperma
muda (immature,) dan terdapat kelainan bentuk sperma (tapered).
Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi/venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuannya mendemonstrasikan
refluks darah venaabnormal di daerah retrograd menuju ke ISV dan pleksus
pampiniformis. Karena pemeriksaan venografi ini merupakan pemeriksaan invasif,
teknik ini biasanya hanyadigunakan apabila pasien sedang dalam terapi oklusif untuk
menentukan anatomi dari vena. Biasanya, teknik ini digunakan pada pasien yang
simptomatik
Positif palsu/negatif
Vena testikular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena dengan
kontrasmedium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi dengan
menggunakan kanul menuju vena testikular kanan.
b. Ultrasonografi
Penemuan USG pada varikokel termasuk:
a. Struktur anekoik terplintirnya tubular yang digambarkan yang letaknya
berdekatandengan testis. Pasien dengan posisi berdiri tegak, diameter dari
vena dominan pada kanalisinguinalis biasanya lebih dari 2-5 mm dan saat
valsava manuever diameter meningkat sekitar 1 mm
b. Varikokel bisa berukuran kecil hingga sangat besar, dengan beberapa
pembesaranpembuluh darah dengan diameter ± 8 mm
c. Varikokel dapat ditemukan dimana saja di skrotum (medial, lateral,
anterior,posterior, atau inferior dari testis)
d. USG Doppler dengan pencitraan berwarna dapat membantu mendiferensiasi
channel vena dari kista epidermoid atau spermatokel jika terdapat keduanya
Terapi
Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya melakukan operasi
pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel yang telah menimbulkan
gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis merupakan indikasi untuk mendapatkan
suatu terapi.
Tindakan yang dikerjakan adalah:
a. Ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau bedah
laparoskopi,
Ligasi varikokel pada remaja dengan atrofi testikular ipsilateral memberi hasil
peningkatan volume testis, untuk itu tindakan operasi sangat direkomendasikan pada pria
golongan usia ini. Remaja dengan varikokel grade I & II tanpa atrofi dilakukan
pemeriksaan tahunan untuk melihat pertumbuhan testis, jika didapatkan testis yang
menghilang pada sisi varikokel, maka disarankan untuk dilakukan varikokelektomi.
b. Varikokelektomi cara Ivanisevich
c. Atau secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena spermatika
interna (embolisasi)
Evaluasi
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat beberapa indikator
antara lain: (1) bertambahnya volume testis, (2) perbaikan hasil analisis semen (yang
dikerjakan setiap 3 bulan), atau (3) pasangan itu menjadi hamil.
Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari Palomo
didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis semen,
dan 50% pasangan menjadi hamil.
Daftar Pustaka
Sabiston, David C. (1994). Buku ajar bedah. Jakarta: EGC
Purnomo, Basuki. (2008). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Infomedika
Top Related