i
UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMBERDAYAKAN
LANJUT USIA OLEH PUSKESMAS RAWAT INAP
DISTRIK MARIAT KABUPATEN SORONG
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai DerajatMagister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi:Pemerintahan Daerah
Oleh:YONASUS SESKO SEMBAI
NIM: 17610067
PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2019
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda-tangan di bawahini, saya:
Nama :YONASUS SESKO SEMBAI
NomorMahasiswa : 17610067
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul: Upaya
Pemerintah Daerah dalam Memberdayakan Lanjut Usia Oleh Puskesmas Rawat
Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong, adalah karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan
karya saya dalam tesis ini telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis ini.
Yogyakarta, 09 September 2019
Yang MembuatPernyataan
YONASUS SESKOSEMBAI17610067
iv
Halaman Persembahan
Tesis ini kupersembahkan kepada :
Fifi Mariana Fanindi (Istri)Khefaz Cannavaro Sembai (Anak)Khesar Vallderama Sembai(Anak)Ayah Khilion Sembai, S. Pd (Alm)
Ibunda Apiah Rumsano (Alm)Decelince Rumsano, S. Pd (Bunda)
Korneles Sembai (Kaka)Nelince Sembai (Kaka)Anace Sembai (Kaka)
Bripka. Theo Rudi Gaitey (Ade)Salmon Pikelson Sembai (Ade)
Marthen Fanindi. S.KM (Bpk Mertua)Elisabeth Suarni (Ibu Mertua)
Merlin Juwita Fanindi, S.Pd (Ade)Doan Irando Fanindi, S.P ( Ade)Auleman Ricardo Fanindi (Ade)
Aristoteles Fanindi (Ade)Michael Kamasean Fanindi (Anak)
Naftali Ruatakurey (Orang Tua wali)Martha Pedai (Orang Tua wali)
Selve Veronika Ruatakurey, S. Kom ( Ade)Lina Agustina Gloria Ruatakurey, S. Pd ( Ade)
Henry Putranto Ruatakurey (Ade)Kristina Yekwam, S. Sos (Sahabat Sejati)
Terima kasih atas Doa, semangat, dandukungan moral spiritual,
sehinggaTesis ini dapatku selesaikan.
v
Motto
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam DiaYang memberi kekuatan padaku”(Filipi4:13)
Hidup ini seperti sepeda.Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak
(Albert Einstein)
vi
KATA PENGANTAR
Dengan selesainya penulisan Tesis ber judul Upaya Pemerintah Daerah dalam
Memberdayakan Lanjut Usia Oleh Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten
Sorong ini, saya ingin mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan kekuatan dan kesehatan kepada saya. Tesisini saya buat sebagai persyaratan
akademis untuk menyelesaikan studi di Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi Pemerintahan Daerah, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta.
Saya menyadari sepenuhnya, bahwaTesis ini dapat saya selesaikan berkat
bantuan banyak orang.Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan tulus saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Supardal, M.Si, selaku Direktur Program Magister Sekolah
Tinggi Pembangunan Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Tri Nugroho, E.W, selaku pembimbing, yang telah memberikan
arahan, saran, koreksi dan masukan yang berarti untuk menyempurnakan
Tesis ini.
3. Bapak Habib Muhsin, S.Sos, M.Si, selaku pembimbing II, yang telah
membimbing, mengoreksi dan memberikan semangat, sehingga penulisan
Tesis ini dapat selesai pada waktunya.
4. Bapak Bupati Tambrauw, Gabriel Assem, SE, M.Si, yang telah
memberikan kesempatan dan dukungan kepada saya untuk menempuh studi
lanjut di Program Magister Ilmu Pemerintahan, STPMD “APMD”,
Yogyakarta.
5. Bapak Wakil Bupati, Bapak Meshak Yekwam, SH.
vii
6. Sekda Kabupaten Tambrauw, Bapak Engelbertus Kocu, S.Hut. MM
7. Kabag Kesra, Bapak Kornelis Baru, S.Sos
8. Kebid Anggaran KeuanganTambrauw, Bapak Agus Biwem, S.Sos. M.Si
9. Kepala Distrik Sausapor, Bapak Ferdinand Mofu, S.KM
10. Staf ahli Bupati Bidang Pemerintahan, Bapak Musce J.W Woria, S.IP
11. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Sorong, Ibu Dr. Lidia Kurniawan
12. Kepala Bidan Kesmas Kab. Sorong, Nikodemus Ulim, Amk
13. Staf Dinas Kesehatan Kab. Sorong, Abner Burdam
14. Kepala Puskesmas Rawat Inap Mariat, Ronney C N Kalesaran
15. Kasubag TU Puskesmas Rawat Inap Mariat, S.R Windeay
16. Kader Posyandu di Puskesmas Rawat Inap Mariat
17. Anggota dan keluarga Lansia di Posyandu Puskesmas Rawat Inap Mariat
18. Kepada Teman-Teman Pascasarjanah Angkatan 20-B
19. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf/Karyawan Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “AMPD” Yogyakarta yang telah
memberikan bantuan sehingga saya dapat menyelesaikan studi di Program
Studi Magister Ilmu Pemerintahan.
Penulis berharap Tesis ini dapat bermanfaat bagi para pihak, khususnya pemerintah
Kabupaten Sorong dan Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat.
Yogyakarta, 09 September 2019
Yonasus Sesko Sembai
Nim: 17610067
viii
DAFTAR ISI
HalHALAMAN JUDUL………………………………………………….......... iHALAMAN PENGESAHAN………………………………………............ iiPERNYATAAN…………………………………………………….............. iiiHALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………................ ivMOTTO........................................................................................................... vKATA PENGANTAR........………………………………………............... viDAFTAR ISI.....……………………………………………………….......... viiiDAFTAR TABEL.……………………………………………………......... xINTISARI..…………………………………………………………............. xiABSTRACT……………………………………………………………........... xiiBAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah.………………………….......... 1B. FokusPenelitian.………………………………............... 9C. RumusanMasalah..…………………………………....... 10D. TujuanPenelitian………………………………………... 10E. Manfaat.............................................................................. 11F. KerangkaKonseptual………………………………........ 11
1. PemberdayaanMasyarakat………………………… 112. PemberdayaanLansia ………………………............ 183. UpayaPemberdayaanLansia………………………. 244. Program-program Lansia ………………………….. 29
G. MetodePenelitian....………………………………......... 331. JenisPenelitian ………………………….…............. 332. ObyekPenelitian ………………………………........ 343. LokasiPenelitian ………………………………........ 344. TeknikPemilihanInforman........................................ 355. TeknikPengumpulanData..……………………........ 376. TeknisAnalisis Data.....…………………………...... 38
BAB II PROFIL KABUPATEN SORONG, DISTRIK MARIATDAN PUSKESMAS RAWAT INAPA. Profil Kabupaten Sorong 40
1. Letak Geografis dan Luas Wilayah 402. Demografi 413. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Program
Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong di BidangKesehatan
49
4. Pagu Anggaran Kesehatan yang Berhubungandengan Lansia
53
5. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 54
ix
6. Angka Harapan Hidup 567. Sarana Kesehatan 57
B. Profil Distrik Mariat 581. Letakdan Batas-batas 582. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup 593. Demografi 604. Pembagian Wilayah di DistrikMariatdan Rata-rata
Jumlah Penduduk per RT62
5. Program Promosi Kesehatan di DistrikMariat 626. Sarana Kesehatan di Distrik Mariat 63
C. Profil Puskesmas Rawat Inap 631. Visi, MisidanTujuanPuskesmas 642. Kebijakan Mutu dan Janji Layanan 653. Tenaga Kerja Puskesmas Rawat Inap 664. Pelayanan Puskesmas 685. Pelayanan Kesehatan Lansia 696. Pelayanan Kesehatan Tradisional 757. Pelayanan Kesehatan Olah Raga 768. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK)76
BAB III ANALISIS UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAMMEMBERDAYAKAN LANJUT USIA DI PUSKESMASRAWAT INAP
78
A. Upaya Pemerintah Daerah dalam Memberdayakan Lansia 781. Pentingnya Pemberdayaan Lansia 782. Upaya Pemerintah Daerah dalam Memberdayakan
Lansia: Meningkatkan Kualitas dan AksesibilitasKesehatan
83
3. Upaya Puskesmas Rawat Inap Mariat 884. Mengupayakan Anggaran untuk Program
Pemberdayaan Lansia103
B. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam MemberdayakanLansia
107
BAB IV PENUTUP 112A. Kesimpulan...………………………………………........ 112B. Saran ......….…………………………………….............. 113
DaftarPustaka............................................................................................... 114Lampiran
x
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel HalTabel II.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala
Keluarga42
Tabel II.2 Jumlah Penduduk Lanjut Usia 43Tabel II.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama 44TabelII. 4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan 45Tabel II.5 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan 47Tabel II.6 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Kabupaten Sorong di
Bidang Kesehatan49
Tabel II.7 Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi 50Tabel II.8 Strategi dan Program di Bidang Kesehatan, termasuk
Lansia51
Tabel II.9 Program yang Berhubungan dengan Lansia Tahun 2018-2022
52
Tabel II.10 Pagu Anggaran Kesehatan yang Berhubungan denganLansia
53
Tabel II.11 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 54Tabel II.12 Sarana Kesehatan Tahun 2018 57Tabel II.13 Jumlah Penduduk per Kampung Menurut Jenis Kelamin
di Distrik Mariat60
Tabel II.14 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Distrik Mariat 61Tabel II.15 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Distrik Mariat 61Tabel II.16 Pembagian Wilayah di Distrik Mariat dan Rata-rata
Jumlah Penduduk per RT62
Tabel II. 17 Status Tenaga Kerja Puskesmas Rawat Inap Mariat 66Tabel II. 18 Jenis Kelamin Tenaga Kerja Puskesmas Rawat Inap
Mariat66
Tabel II. 19 Jenis Pendidikan Tenaga Kerja Puskesmas Rawat InapMariat
67
Tabel II. 20 Agama TenagaKerja Puskesmas Rawat Inap Mariat 68Tabel II. 21 NamaPosyandu, Jeniskelamin, Jumlah, Usia dan
Pendidikan Anggota Kelompok Lansia69
Tabel II. 22 Kegiatan LanjutUsia di Puskesmas Rawat Inap 72Tabel II. 23 Rekapitulasi Kegiatan Lansia per Bulan Tahun 2018 74
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar HalGambar II.1 Peta Administrasi Provinsi Papua Barat 41Gambar II.2 Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 2011-2016 56Gambar III.1 Dokumentasi Kegiatan Edukasi Peserta Lansia dan
Prolaris Oleh Puskesmas Rawat Inap tahun 201889
Gambar III.2 Dokumentasi Kegiatan Posyandu Lansia OlehPuskesmas Rawat Inap tahun 2018
93
Gambar III.3 Dokumentasi Kegiatan Senam Peserta Lansia danProlanis Oleh Puskesmas Rawat Inap Tahun 2018
97
xii
INTISARI
Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Sorong terus meningkat. Iniberarti jumlah lansia potensial meningkat, sementara itu banyak keluarga tidak mampumerawat lansia, karena mereka harus bekerja. Dalam situasi itu, pemberdayaan lansiamenjadi sesuatu yang sangat penting, untuk diteliti. Masalah yang ingin dijawab:bagaimana upaya pemerintah daerah dalam memberdayakan Lansia di Puskesmas RawatInap Distrik Mariat Kabupaten Sorong? Tujuannya: mendeskripsikan upaya pemerintahdaerah dalam memberdayakan Lansia di Puskesmas Rawat Inap dan kendala-kendala yangdihadapi.
Metode penelitian yang digunakan: metode deskriptif-kualitatif, dengan obyekpenelitian: upaya pemerintah daerah dalam memberdayakan Lansia, dan berlokasi diPuskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong. Teknik pemilihan informanyang digunakan adalah teknik purposive, dengan 14 informan. Teknik pengumpulan data:Observasi, Wawancara, Dokumentasi. Teknik analisis data: reduksi data, penyajian datadan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian sebagai berikut:Upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan lansia di Puskesmas Rawat Inap DistrikMariat Kabupaten Sorong adalah: di tingkatKabupaten, pemerintah daerah melakukanpromosi kesehatan agar tumbuh kesadaran akan pentingnya hidup sehat; danpemberdayaan masyarakat secara luas. Di tingkat Distrik, di Puskesmas Rawat Inapmeningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi hidup sehat agar para lansia maumemeriksakan dirinya; meningkatkan motivasi para kader pendamping agar merekamemiliki motivasi melayani dengan tulus hati dan sabar.Ini semua merupakan upayapemerintah dalam menciptakan situasi dan kondisi (enabling) yang memungkinkanpotensi lansia berkembang. Selain itu pemerintah daerah berupaya: di tingkat Kabupaten,meningkatkan kualitas dan aksesibilitas kesehatan, yang meliputi: peningkatan kualitasSDM Kesehatan, pelayanan kesehatan para lansia, peningkatan kualitas kelembagaankesehatan. Kemudian di tingkat Distrik, Puskesmas Rawat Inap, meningkatkanpemeriksaan rutin bagi lansia, kerja sama lintas sektor dan stake- holders; menambah alat-alat kesehatan, mobil untuk ambulance dan puskesling; mengupayakan anggaran untukkeberlangsungan pemberdayaan lansia. Ini semua merupakan upaya pemerintah daerahuntuk memberikan daya (empowering) kepada para lansia agar lebih berdaya. Kemudian,pemerintah daerah berupaya melindungi (protecting) lansia dengan memberikanperlindungan dan jaminan social, serta melindungi para lansia dari ancaman penyakit,kebiasaan buruk (merokok), penelantaran, kekerasan, penyalahgunaan dan kemiskinan. Inisemua merupakan upaya pemerintah daerah untuk melindungi (protecting) para lansia dariancaman yang dapat membahayakan, bahkan mematikan para lansia. Kendala yangdihadapi pemerintah daerah dalam memberdayakan lansia adalah pandangan yang kelirumasyarakat bahwa pelaksanaan program pemberdayaan lansia ini hanya merupakan tugaspokok Puskesmas Rawat Inap sepenuhnya. Kendala lain adalah aturan pelaksanaan yangtelah disepakati seringkali tak dilaksanakan, Selain itu, banyak masyarakat Distrik Mariatyang potensial, belum berpartisipasi untuk keberlanjutan dan kemandirian pos lansia(menjadi UKBM), baik dengan memberikan dana, sarana-prasarana maupun tenaga.Selain itu ada kendala: cuaca buruk; pengadaan stic (alat untuk mendeteksi dini);kesejahteraan para kader yang tidak sama antara kader darikelurahan dan gereja;“penyakit” lupa para lansia pada jadwal pemeriksanaan sehingga kesehatan lansia takterkontrol secara rutin.
Kata-kata Kunci: Pemberdayaanlansia, PuskesmasRawatInap
xiii
ABSTRACT
The life expectancy of the people in Sorong Regency continues to increase.This means the number of potential elderly is increasing, while many families are unableto care for the elderly, because they have to work. In that situation, the empowerment ofthe elderly becomes significant to be investigated. The problem to be answered: how arethe efforts of the local government in empowering the elderly in the Mariat InpatientDistrict Health Center in Sorong Regency? The aim: to describe the efforts of localgovernments in empowering the inpatient elderly in the Health Center and the obstaclesencountered.
The research method used: descriptive-qualitative method, with the object ofresearch: the efforts of the local government in empowering the elderly, and is located inthe Inpatient Health Center Mariat District, Sorong Regency. The informant selectiontechnique chosen was the purposive technique, with 9 informants. Data CollectionTechnique Observation, Interview, Documentation. Data analysis techniques: datareduction, data presentation and conclusion drawing.
The results of this study are as follows: The efforts made in empowering theelderly in the Mariat Inpatient District Health Center in Sorong Regency are: at theregency level, the local government conducts health promotion so that it grows awarenessof the importance of healthy living; and broad community empowerment. At the districtlevel, at the Inpatient Health Center improves communication, information and educationon healthy living so that the elderly want to have their check-ups; increase the motivationof the accompanying medical staff so that they have the motivation to serve sincerely andpatiently. This is all the government's effort in creating situations and conditions thatenable the potential of the elderly to develop.
In addition, the local government serious efforts : at the regency level, toimprove the quality and accessibility of health, which includes: improving the quality ofhealth human resources, health services for the elderly, improving the quality of healthinstitutions. Then at the District level, the Inpatient Health Center, increasing routinechecks for the elderly, cross-sectoral cooperation and stake holders; add medical devices,cars for ambulances and puskesling; seeking a budget for the sustainability of the elderlyempowerment. These are all efforts of the local government to empower the elderly.
Then, the local government seeks to protect the elderly by providing socialprotection and security, as well as protecting the elderly from the threat of disease, badhabits (smoking), neglect, violence, abuse and poverty. These are all efforts of the localgovernment to protect the elderly from threats that can endanger, even kill the elderly.
The obstacle faced by the local government in empowering the elderly is themistaken view of the community that the implementation of the empowerment programfor the elderly is only the main task of the Inpatient Health Center. Another obstacle is thatthe agreed implementation rules are often not fully obeyed. In addition, many potentialMariat District communities have not participated in the sustainability and independenceof the elderly post (becoming UKBM), either by providing funds, facilities and personnel.In addition there are obstacles: bad weather; procurement of stic (a tool for earlydetection); the welfare of staff that is not the same between those from the village andchurch; "forgetful Illness" of the elderly on the examination schedule so that elderly healthis not routinely controlled.
Key-words: empowering the elderly, the Mariat Inpatient District HealthCenter
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lansia adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, proses
ini berlangsung secara berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan
perubahan pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan. Kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup dan majunya ilmu kedokteran mampu meningkatkan umur
harapan hidup para lansia dan ada kecenderungan harapan hidup akan
bertambah lebih cepat karena majunya teknologi yang semakin berkembang.
Banyak anggapan yang menyatakan bahwa lansia hanya menimbulkan masalah
dan membebani anggota keluarga, masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal
mereka.
Pada tahun 2000 penduduk lansia di seluruh dunia diperkirakan
sebanyak 426 juta atau sekitar 6,8%. Jumlah ini akan meningkat hampir dua
kali lipat pada tahun 2025, yaitu menjadi sekitar 9,7% dari total penduduk
dunia. Di Indonesia, diperkirakan mulai tahun 2010 terjadi ledakan jumlah
penduduk lansia yang mencapai 9,77% dari total penduduk (tahun 2010) dan
menjadi 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, dan balitanya tinggal 6,9%, hal
ini menyebabkan jumlah penduduk lansia tersebar di dunia (Badan Pusat
2
Statistik dalam Nesry Oderista Damanik ([email protected]
diunduh tanggal 3 Juni 2018)
Peningkatan jumlah lansia ini berpotensi menimbulkan beberapa
masalah pokok. Ada tiga permasalahan pokok yang dihadapi lansia dikaitkan
dengan status sosialnya, yaitu: (1) Lansia bercerai, masalah yang dihadapi
pendapatan, interaksi sosial, pengasingan, identitas baru, kehilangan interaksi
keluarga; (2) Lansia janda/duda, masalah yang dihadapi kehilangan, kesepian,
relokasi, kesehatan, dukungan; (3)Lansia menikah kembali, masalah yang
dihadapi anak-anak yang asing, menentukan pilihan hubungan baru, masalah
penyesuaian (Indrawati dalamNesry Oderista
Damanik,[email protected] diunduh tanggal 3 Juni 2018)
Sebagai lansia tentu mereka memiliki kebutuhan yang berbeda dengan
kelompok usia lainnya. Lansia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologi,
sosial dan ekonomi yang cenderung mengarah pada penyesuaian diri yang sulit
di lingkungan keluarga dan masyarakat karena hidupnya merasa kurang
dibutuhkan di dalam keluarga dan lingkungannya.
Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat usia sebaya akan
menjadi hiburan tersendiri sehingga kebersamaan, itu dapat mengubur kesepian
yang biasanya mereka alami.
Sebenarnya Panti Jompo terbentuk atas dasar kasih sayang pihak lain
terhadap para lansia yang tidak mendapatkan kasih sayang di luar panti, baik
di keluarganya maupun di warga masyarakat. Namun terkadang kehadiran
panti jompo membuat para lansia menjadi serasa kurang dihargai oleh anak-
3
anaknya. Anak-anaknya merasa direpotkan dengan keberadaan mereka
sehingga para lansia dimasukkan ke panti jompo.
Dari berbagai kejadian yang ada, pemerintah menyadari bahwa sudah
saatnya mengapresiasi para lansia dengan bersikap adil yang tidak dapat
disamakan dengan perlakuan terhadap anak-anak dan para remaja. Pemerintah
memiliki mekanisme untuk memberdayakan lansia sesuai dengan umur
mereka, membantunya melalui tahap perkembangan, dan menyertakannya
dalam proses transformasi pendidikan moral. Dengan demikian mereka merasa
didampingi dan diberdayakan oleh pemerintah.
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Pasal 9 disebutkan
bahwa upaya pemberdayaan lansia dimaksudkan agar lansia tetap dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik bagi lansia potensial maupun
lansia tidak potensial.
Untuk dapat memberdayakan kelompok lansia, diperlukan suatu
program yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan para lansia. Beberapa
program untuk para lansia difokuskan pada kesehatan lansia. Kesehatan fisik
memang penting namun kebutuhan lansia untuk terus bersosialisasi dengan
teman sebaya (kesehatan sosial) juga penting dalam menopang kesehatan
psikis lansia.
Dari observasi peneliti melihat bahwa dalam menjalankan pelayanan
publik, Pemerintah Kabupaten Sorong melalui Dinas Kesehatan telah
melakukan program-program kesehatan, termasuk program lansia. Program ini
4
di lapangan dilaksanakan oleh Puskesmas (Pusat Kesehatan masyarakat)
dengan melaksanakan beberapa kegiatan, yaitu:pertama, pembentukan pos
lansia pada masing-masing RT (Rukun Tetangga). Hal ini dimaksudkan agar
pelayanan lansia lebih mudah dijangkau oleh para lansia. Kedua, melakukan
pelayanan-pelayanan rutin setiap minggu, yaitu senam untuk lansia,
penyuluhan tentang penyakit-penyakit yang sering menyerang lansia.
Pemerintah Kabupaten Sorong melalui Dinas Kesehatan tidak hanya
memberikan pelayanan pada pos-pos lansia saja, melainkan juga menyediakan
sarana prasarana, misalnya: sarana untuk pemeriksaan gula darah, kolesterol
dan asam urat.
Program pembentukan pos-pos lansia di Kabupaten Sorong
merupakan bentuk kepedulian pemerintah daerah kepada masyarakat,
khususnya lansia. Realitas ini menjadi faktor utama direkomendasikannya
konsep nilai Good Governance. Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan
yang dalam melaksanakan kewenangan dan kebijakan selalu berpihak pada
kepentingan masyarakat, dimana masyarakat adalah orang-orang yang
berkumpul dari berbagi macam golongan yang mempunyai hubungan satu
sama lain dan memiliki kepentingan yang sama.
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah
telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lansia, yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia
untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan
5
sosial dan kesehatan pada kelompok lansia ini, pemerintah telah mencanangkan
pelayanan kesehatan lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan
lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan lansia tingkat
lanjutan adalah Rumah sakit.
Puskesmas merupakan salah satu lembaga yang mampu
memberdayakan kesehatan lansia. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi
fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha
kesehatan pokok, sebagai unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004, dalam Nesry Oderista
Damanik, [email protected] diunduh tanggal 3 Juni 2018).
Pemerintah Kabupaten Sorong melalui Dinas Kesehatan telah
melakukan upaya meningkatkan Pemberdayaan lansia melalui beberapa
puskesmas, salah satunya adalah Puskesmas Distrik Mariat.
Dari observasi peneliti mengetahui bahwa masalah kesehatan yang
menonjol di Distrik Mariat, terutama pada golongan masyarakat miskin sebagai
berikut: Pendapatan dan kesejahteraan yang rendah menyebabkan mereka lebih
memfokuskan sumber penghasilannya pada pemenuhan kebutuhan makanan
dari pada kesehatan. Disamping itu, lingkungan perumahan yang tidak sehat,
sebagian karena tinggal di pemukiman kumuh, menyebabkan tingkat kesehatan
masyarakat menjadi rendah dan rentan terhadap berbagai wabah penyakit.
Permasalahan lainnya adalah masih rendahnya perilaku serta pengetahuan
mailto:[email protected]
6
masyarakat mengenai kesehatan. Sementara itu ketidakmampuan
mengkonsumsi makanan yang bergizi dalam jumlah yang cukup, menyebabkan
tingkat gizi pada masyarakat juga masih rendah, sehingga upaya untuk
memenuhi mutu gizi masyarakat masih jauh dari harapan.
Sarana dan prasarana kesehatan dasar masih perlu ditingkatkan
kapasitasnya terutama yang terkait dengan Puskesmas Pembantu, Polindes, dan
Poskesdes. Dengan sarana dan prasarana yang ada saat ini pelayanan kesehatan
belum dapat menyebar secara merata pada seluruh lapisan masyarakat dengan
mutu yang lebih baik. Di samping itu kita masih menghadapi keterbatasan
dalam sumberdaya pembiayaan dan sumberdaya manusia, termasuk tenaga
medik, dan para medik.
Masalah awal yang diketahui peneliti dalam pemberdayaan lansia
adalah 1) keterbatasan dana untuk pengadaan Stick untuk pemeriksaan gula
darah, asam urat dan kolesterol para lansia; 2) cuaca buruk, dan sulit diduga
sering menjadi penghalang dalam melakukan kunjungan; 3) kesejahteraan
kader; 4) lansia sendiri sering lupa pada jadwal pendampingan dan
pemeriksaan; 5) keluarga terbatas waktu dan perhatiannya kepada anggota
keluarga yang sudah lansia; 6) belum ada gerakan dari masyarakat yang
signifikan untuk memberdayakan para lansia, karena seharusnya pemberdayaan
lansia ini menjadi tugas seluruh masyarakat dan tenaga kesehatan hanya
membantu. Sementara ini justru terbalik, tenaga kesehatan merupakan inisiator,
7
dinamisator dan sekaligus operator untuk gerakan pemberdayaan lansia.
Depkes RI, 2004, dalam Nesry Oderista Damanik,
[email protected] diunduh tanggal 3 Juni 2018).
Dari kondisi yang terbatas tersebut, peneliti berminat untuk
melakukan penelitian dengan judul Upaya Pemerintah Daerah dalam bidang
kesehatan, dengan memfokuskan diri pada Pemberdayaan Lansia di Puskesmas
Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong.
Penelitian ini bukanlah satu-satunya penelitian tentang upaya
pemerintah daerah dalam memberdayakan lansia. Ada beberapa peneliti yang
telah melakukan penelitian sebidang, yaitu:
1. Nesry Oderista Damanik, Tahun 2013, melakukan penelitian dengan judul
“Pelayanan Sosial Lansia (Studi Kasus pada Enam Orang Warga Binaan
Sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang
Siantar)”, dari Universitas Sumatra Utara.Dengan metode penelitian
deskriptif kualitatif, peneliti ini sampai pada hasil penelitian sebagai
berikut: Pelayanan sosial lansia yang diberikan UPT Pelayanan Sosial
Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar terlaksana dengan baik,
terlihat dengan kepuasan pelayanan yang dirasakan oleh enam orang
warga binaan sosial lansia meskipun masih ada beberapa hal yang perlu
dibenahi demi peningkatan kualitas pelayanan.
2. Ramadhani Bodan Puspitasari Arsiyah, Tahun 2015, melakukan penelitian
dengan judul “Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Lansia di
Kabupaten Sidoarjo”, dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Metode
mailto:[email protected]
8
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.
Hasil penelitiannya sebagai berikut: bahwa pemerintah Kabupaten
Sidoarjo dalam menjalankan pemberdayaan lansia cukup bagus. Hal
tersebut didukung oleh adanya bimbingan keagamaan dan mental spiritual,
serta dukungan kesehatan berupa posyandu lansia dan senam lansia.
Pelatihan keterampilan berupa kerajinan tangan umum, serta bantuan
sosial berupa uang Rp 300.000 bagi lansia kurang mampu dan sakit-
sakitan. Sedangkan beberapa faktor penghambat dalam pemberdayaan
lansia antara lain: Pertama, belum adanya koordinasi diantara tiga SKPD
yaitu Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan, dan Badan
Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana
(BPMKB). Kedua, kurang validnya pendataan lansia di Kabupaten
Sidoarjo di tingkat desa atau kelurahan. Ketiga, kurangnya kesadaran
lansia tentang pentingnya pemberdayaan untuk kehidupan mereka
(http://ojs.umsida.ac.id, diunduh tanggal 26 Juni 2018).
3. Andi Nur Pratiwi Fatmala, Tahun 2016, melakukan penelitian dengan
judul ”Evaluasi Kinerja Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam
Pemberdayaan Lansia (Studi Kasus Pusat Pelayanan Sosial Lansia
Mappaka Sunggu Kota Pare-pare)”, dari Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dan penelitian
ini bertujuan untuk memahami dan mendalami fenomena yang ada secara
rinci, sistematis dan fakta.
9
Hasil penelitiannya sebagai berikut: pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan dalam memberdayakanlansia belum optimal. Antara pihak Dinas Sosial
Provinsi Sulawesi Selatan dan unit pelaksana teknis daerah Mappaka Sunggu
dalam memberdayakan lansia masih belum terlaksana secara penuh, karena ada
4 pelayanan pemberdayaan yang tercapai, namun masih ada 4 pelayanan yang
belum optimal atau belum tercapai, dan 3 pelayanan tidak tercapai sama sekali.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberikan pemberdayaan
kepada lansia belum optimal (http://repository.umy.ac.id. diunduh tanggal 26
Juni 2018)
Jika penelitian ini dibandingkan dengan ketiga penelitian terdahulu,
maka kekhasan penelitian ini terletak dalam focus penelitiannya, yaitu bahwa
penelitian ini akan meneliti pentingnya pemberdayaan lansia di Puskesmas
Rawat Inap Distrik Mariat; upaya pemerintah daerah Kabupaten Sorong dalam
merencanakan pemberdayaan lansia; upaya pemerintah daerah kabupaten
Sorong dalam melaksanakan pemberdayaan lansia; penganggaran program
pemberdayaan lansia; evaluasi atas upaya pemberdayaan lansia; serta kendala
yang dihadapi dalam memberdayakan lansia.
B. Fokus Penelitian
Dengan memperhatikan seluruh latare belakang masalah tersebut,
peneliti menentukan focus penelitian ini sebagai berikut:
1. Upaya Pemerintah Daerah dalam memberdayakan lansia di Puskesmas
Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong, dengan rincian:
http://repository.umy.ac.id/
10
a. Pentingnya pemberdayaan lansia oleh Puskesmas Rawat Inap Distrik
Mariat;
b. Upaya pemerintah daerah Kabupaten Sorong dalam merencanakan
pemberdayaan lansia;
c. upaya pemerintah daerah kabupaten Sorong dalam melaksanakan
pemberdayaan lansia;
d. Penganggaran untuk program pemberdayaan lansia;
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam memberdayakan lansia oleh
Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat
C. Rumusan Masalah
Dengan mempertimbangkan latar belakang masalah dan focus
penelitian, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Upaya Pemerintah Daerah dalam memberdayakan lansia oleh
Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong
2. kendala-kendala yang dihadapi dalam memberdayakan lansia di Puskesmas
Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan upaya Pemerintah Daerah dalam memberdayakan lansia di
Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong.
2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam memberdayakan lansia di
Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong
11
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Kabupaten Sorong, sebagai
bahan masukan dan acuan dalam peningkatan pemberdayaan lansia.
2. Bagi masyarakat umum, sebagai informasi dalam upaya peningkatan
pemberdayaan lansia.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan Ilmu
Pemerintahan, khususnya Kebijakan Publik mengenai pemberdayaan lansia.
F. Kerangka Konseptual
1. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan terjemahan kata Inggris
“empowerment,” yang bermakna “mampu”, tapi juga “mempunyai kuasa”
(Wrihatnolo dan Dwidjowijoto dalam http://www.google.http:
/abstrak.ta.uns.ac.id. diunduh tanggal 28 Juni 2018
Istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya
memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok, dan
masyarakat luas agar mereka miliki kemampuan untuk melakukan
pilihan dan pengontrol lingkungannya agar dapat memenuhi
keinginannya, termauk aksesbilitasnya terhadap sumber daya yang terkait
dengan pekerjaannya, aktivitas sosialnya, dan lain-lain.Karena itu, World
Bank (Dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, 2017:28),
mengartikan pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan
kesempatan dan kemampuan kemampuan kepada kelompok masyarakat
http://www.google.http:%20/http://www.google.http:%20/
12
(miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) atau menyuarakan
pendapat, ide, atau gagasan, serta kemampuan dan berani untuk memilih
(choice) sesuatu atau (konsep, metode, produk, tindakan, dan lain-lain)
yang terbaik bagi pribadi, keluarga dan masyarakatnya. Sejalan dengan
itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan
kemampuan masyarakat (miskin, marginal, terpinggirkan) untuk
menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya,
berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi, dan mengelola kelembagaan
masyarakatnya secara bertanggungjawab (accountable) demi perbaikan
kehidupannya.
Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti
perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat,
antara lain dalam arti:
1) Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan;
2) Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan);
3) Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan;
4) Terjaminnya keamanan;
5) Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan
kekhawatiran
Hal itu, tidak hanya berlaku di Indonesia, bahkan World Bank
telah menetapkan pemberdayaan sebagai salah satu ujung-tombak dari
strategi Trisula (Three-pronged strategy) untuk memerangi kemiskinan
yang dilaksanakan sejak memasuki dasarwarsa 90-an,yang terdiri dari
13
penggalakan peluang (Promoting oppoertunit) fasilitasi pemberdayaan
(facilitating empowerment) dan peningkatan keamanan
(enhacingsecurity) (dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato,
2017:26).
Menurut Talcott Person, pemberdayaan adalah sebuah proses
dimana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai
pengontrolan atas kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya, sehingga dalam proses pemberdayaan
tersebut, orang yang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan
kekuasaan cukup dapat mempengaruhi kehidupannya dan orang lain
(Alfianti dalam https://sosiologi79.blogspot.com. diunduh tanggal 22
Juni 2018)
Soetomo menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah
sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih
besar kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengelola
proses pembangunannya (Soetomo dalam chikacimoet.blogspot.com.
diunduh tanggal 23 Juni 2018).
Subeno dan Narimo (dalam Totok Mardikanto dan Poerwoko
Soebiato, 2017:75) mengartikan proses pemberdayaan masyarakat
sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokaldalam
merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang
dimiliki melalui conlletive action dan networking sehingga pada akhirnya
14
mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi,
dan sosial.
Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato (2017:61),
sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat dan atau mengoptimalkan keberdayaan (dalam arti
kemampuan dan satu keunggulan bersaing) kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai proses, pemberdayaan merujuk pada kemampuan,
untuk berpatisipasi memperoleh kesempatan dan atau mengakses
sumberdaya dan layanan yang di perlukan guna memperbaiki mutu
hidupnya (baik secara indivudual, kelompok, dan masyarakatnya dalam
arti luas). Dengan pemahaman seperti itu, pemberdayaan dapat diartikan
sebagai proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari
obyek yang diberdayakan.
Pemberdayaan tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi
harus mampu mendorong semakin terciptanya kreativitas dan
kemandirian masyarakat agar semakin memiliki kemampuan untuk
berswakarsa, swadaya, swadana, dan swakelola bagi terselenggaranya
kegiatan-kegiatan guna terciptanya tujuan, harapan, dan keinginan-
keinginan masyarakat sasaranya. Pemberdayaan yang dilakukan harus
selalu mengacu kepada terwujudnya kesejahteraan ekonomi masyarakat
dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.
15
Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato (2017:61),
pemberdayaan masyarakat adalah proses partisipatif yang memberi
kepercayaan dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengkaji
tantangan utama pembangunan mereka dan mengajukan kegiatan-
kegiatan yang dirancang untuk mengatasi masalah tersebut. kegiatan ini
kemudian menjadi basis program daerah, regional dan bahkan program
nasional.
Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato (2017:33)
dalam bidang kesehatan, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan
sebagai penyediaan layanan kesehatan dasar (terutama bagi kelompok
miskin) yang mudah, cepat, dan murah dengan memanfaatkan
pengobatan “modern” dan atau pengobatan tradisional yang teruji
kemajuran dan keamanannya. Pemberdayaan bidang kesehatan, juga
menyankut kemandirian masyarakat untuk mengorganisir lembaga-
lembaga swadaya masyarakat (LSM, KSM, PKK, Dasawisma, Posyandu,
dan lain-lain.) untuk mengurangi faktor resiko penyakit dan menghimpun
iuran kesehatan, termasuk meningkatkan kemampuan untuk memerangi
kapitalisasi medik yang lebih menekankan praktik-praktik kuratif
dibanding preventif dan promotif.
b. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Tahapan pemberdayaan masyarakat, menurut Totok Mardikanto
dan Poerwoko Soebiato(2017:34, meliputi:
16
1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah
pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki
potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat
yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah
punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu,
dengn mendorong memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih
positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perbuatan
ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan
berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kedalam berbagai
peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi
berdaya.Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang pokok adalah
peningkatan taraf pendidikan,dan derajat kesehatan, serta akses
dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal,
teknologi,informasi lapangan kerja, dan pasar masukan berupa
pemberdayaan ini menyankut pembangunan prasarana dan sarana
dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik maupun sosial seperti sekolah
dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh
masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-
17
lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan dimana
terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk
itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya,
karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat
menyentu lapisan masyarakat ini.
3) Pemberdayaaan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah, oleh karena kurangnya keberdayaan dalam menghadapi yang
kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang
lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan
masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari
interaksi, karena hal itu justru akan mengedirkan yang kecil dan
melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta
eksploitasiyang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat
bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity) dalam buku Pemberdayaan
Masyarakat (Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato 2017:28)
2. Pemberdayaan Lansia
Konsep Pemberdayaan lansia dikaji dari Permensos Nomor 5 Tahun
2018 tentang Standar Nasional PemberdayaanLansia.
18
a. Pengertian dan Standar:
Pemberdayaan Lanjut Usia adalah “upaya membantu lansia dalam
memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya” (Permensos
Nomor 5 Tahun 2018 Pasal 1)
Untuk melakukan pemberdayaan usia lanjut secara nasional,
diperlukan Standar Nasional Pemberdayaan Lansia. Standar tersebut
dimaksudkan untuk:1) memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah
kabupaten, dan masyarakat dalam pembentukan lembagadan
pelaksanaan Pemberdayaan Lansia (Bdk. Pasal 2); 2) memberikan
perlindungan bagi lansia yang memerlukan Pemberdayaan;
meningkatkan kualitas dan jangkauan penyelenggaraan
PemberdayaanLansia; dan menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, dan masyarakat dalam pembentukan lembaga dan
PemberdayaanLansia (Bdk. Pasal 3)
b. Prinsip:
Prinsip PemberdayaanLansia adalah:
1) Diutamakan tetap dalam lingkungan keluarga, panti merupakan
alternatif terakhir;
2) non-diskriminatif dan imparsial;dan
3) pelayanan yang holistik, komprehensif, dan inklusif (Pasal 5)
c. Tujuan:
Pemberdayaan Lansia bertujuan agar:
19
1) Mampu melaksanakan keberfungsian sosial Lansia yang meliputi
kemampuan dalam melaksanakan peran, memenuhi kebutuhan,
memecahkan masalah, dan aktualisasi diri; dan
2) terciptanya lingkungan sosial yang mendukung
keberfungsian sosial Lansia (Pasal 6).
d. Sasaran:
Sasaran pemberdayaan lainsidi keluarga, di masyarakat, ataupanti
sosial meliputi:
1) Lansia Telantar;
2) keluarga Lansia miskin;
3) Lansiayang mengalami gangguan fungsi sosial;dan
4) Lansiayang mengalami gangguan fisik/bedridden (Pasal 7)
e. Metode:
Pemberdayaan dilaksanakan dengan:
1) Metode individu dan keluarga: dilakukan melalui pendekatan
pendampingan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar Lansia;
2) Metode kelompok: dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan
partisipasi masyarakat dengan melibatkan sumberdaya lokal dan
nilai- nilai masyarakat setempat; serta
3) Metode panti social (pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat): dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan lansia
secara individu dan kelompok yang melibatkan interdisipliner.
20
Metode ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang (Bdk. Pasal 9 dan 10)
f. Bentuk:
Pemberdayaan Lansia dilaksanakan dalam bentuk:
1) Motivasi dandiagnosis psikososial: merupakan upaya yang
diarahkan untuk memahami permasalahan psikososial dengan
tujuan memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan
keberfungsian sosial
2) Perawatan dan pengasuhan: upaya untuk menjaga, melindungi, dan
mengasuh agar dapat melaksan akan fungsi sosialnya
3) Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan: merupakan
usaha pemberian keterampilan kepada Lansia agar mampu hidup
mandiri dan atau produktif
4) Bimbingan mental spiritual: merupakan kegiatanyang dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan serta memperbaiki sikap dan
perilaku berdasarkan ajaran agama
5) Bimbingan fisik: merupakan kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan jasmani Lansia
6) Bimbingan sosial dan konseling psikososial: merupakan semua
bentuk pelayanan bantuan psikologis yang ditujukan untuk
mengatasi masalah psikososial agar dapat meningkatkan
keberfungsian sosial
21
7) Pelayanan aksesibilitas: merupakan penyediaan kemudahan bagi
Lansia guna mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan dalam
segala aspek kehidupan
8) Bantuan dan asistensi sosial: merupakan upaya yang dilakukan
berupa pemberian bantuan kepada Lansiayang mengalami
guncangan dan kerentanan sosial agar dapat hidup secara wajar
9) Bimbingan resosialisasi: merupakan kegiatan untuk
mempersiapkan Lansia agar dapat diterima kembali kedalam
keluarga dan masyarakat
10) Bimbingan lanjut: merupakan kegiatan pemantapan kemandirian
Lansia setelah memperoleh pelayanan Pemberdayaan; dan/atau
11) Rujukan: merupakan pengalihan layanan kepa dapihak lain agar
Lansia memperoleh pelayanan lanjutan atau sesuai dengan
kebutuhan (Bdk. Pasal 11, 12-22)
g. Tahapan:
1) Pendekatan awal: meliputi: sosialisasi dan konsultasi; identifikasi;
motivasi; seleksi dan penetapan; dan penerimaan.
2) Pengungkapan dan pemahaman masalah atau asesmen: merupakan
kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta merumuskan masalah,
kebutuhan, potensi, dansumber yang meliputi aspek fisik,psikis,
sosial, spiritual, dan budaya yang dapat dimanfaatkan dalam
Pemberdayaan Lansia
22
3) Penyusunan rencana pemecahan masalah: merupakan kegiatan
penetapan rencana Pemberdayaan Lansia
4) Pemecahan masalah atau intervensi: merupakan pelaksanaan
rencana pemecahan masalah Lansia
5) Resosialisasi: merupakan kegiatan menyiapkan Lansia untuk
diterima kembali dilingkungan keluarga dan lingkungan sosial agar
dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat
6) Terminasi: merupakan kegiatan pengakhiran Pemberdayaan kepada
Lansia; dan
7) Pembinaan lanjut: merupakan kegiatan yang diberikan kepada
Lansia yang telah selesai mengikuti Pemberdayaan, di dalam
maupun di luar lembaga (Bdk. Pasal 23-24, 30-35).
h. Peran Masyarakat:
Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
berperan dalam penyelenggaraan pemberdayaan lansia
Peran masyarakat dapat dilakukan oleh: perseorangan; keluarga;
organisasi keagamaan; organisasi sosial kemasyarakatan; lembaga
swadaya masyarakat; organisasi profesi; badanusaha; lembaga
kesejahteraan sosial; dan/atau lembaga kesejahteraan sosial asing yang
memiliki izin operasional.
Peran masyarakatdapat berbentuk pemikiran, tenaga, sarana, dan
dana, serta dapat dilakukan melalui kegiatan: membuat forum
komunikasi; melakukan penelitian; membentuk lembaga rehabilitasi;
23
mengadakan seminar dan diskusi; memberikan saran dan
pertimbangan dalam program pemberdayaan lansia; menyediakan
sumber daya manusia pelaksana pemberdayaan lansia sebagai Relawan
Sosial; menghubungkan lansia dengan sistem sumber pelayanan; dan
menyisihkan atau menyediakan dana badan usaha untuk penanganan
Lansia (Pasal 53-54).
3. Upaya Pemberdayaan Lansia.
Upaya Pemerintah Daerah dalam memberdayakan lansia dikaji dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lansia.
a. Pengertian dan Penggolongan
Dalam peraturan pemerintah tersebut yang dimaksud dengan “lanjut
usia atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas. Lansia digolongkan menjadi dua, yaitu: lansia
potensial dan lansia tidak potensial. Lansia Potensial adalah lansia
yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Sedangkan Lansia Tidak
Potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Pasal 1)
b. Upaya Pemberdayaan Lansia
Upaya pemberdayaan lansia, menurut Peraturan Pemerintah tersebut,
digolongkan menjadi dua, yaitu pemberdayaan lansia potensial dan
tidak potensial (Pasal 2).
24
Upaya pemberdayaan lansia potensial meliputi :
1) pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
2) pelayanan kesehatan;
3) pelayanan kesempatan kerja;
4) pelayanan pendidikan dan pelatihan;
5) pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan
fasilitas, sarana, dan prasarana umum;
6) pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
7) bantuan sosial (Pasal 3)
c. Upaya pemberdayaan lansia tidak potensial meliputi :
1) pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
2) pelayanan kesehatan;
3) pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan
fasilitas, sarana dan prasarana umum;
4) pemberian kemudahan dalamlayanan dan bantuan hukum;
5) perlindungan sosial (pasal 3)
d. Pelaksanaan Upaya Pemberdayaan Lansia
Upaya pemberdayaan lansia dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung
jawab Pemerintah dan masyarakat (Pasal 4) dan dilaksanakan secara
terkoordinasi antara Pemerintah dan masyarakat (Pasal 5).
Pelaksanaan upaya pemberdayaan lansia meliputi:
1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual: bertujuan mempertebal
rasa keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
25
Bimbingan beragama dimaksudkan untuk memberikan tuntunan
dan pegangan hidup serta ketenangan bagi lansia di hari tuanya
agar lebih memantapkan keyakinan sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing. Pelayanan ini diselenggarakan
melalui peningkatan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama dan
keyakinannya masing-masing; dan meliputi: bimbingan beragama;
dan pembangunan sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas
bagi lansia (Bdk. Pasal 6-7)
2) Pelayanan kesehatan: bertujuan memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan dan kemampuan lansia agar kondisi fisik, mental,
dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar, dilaksanakan melalui
peningkatan: penyuluhan dan penyebar luasan informasi kesehatan
lansia; upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang
pelayanan geriatrik/gerontologik; dan pengembangan lembaga
perawatan lansia yang menderita penyakit kronis dan/atau penyakit
terminal. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia
yang tidak mampu,diberikan keringanan biaya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Bdk. Pasal
8)
3) Pelayanan kesempatan kerja: dimaksudkan memberi peluang untuk
mendayagunakan pengetahuan, keahlian, kemampuan,
keterampilan, dan pengalaman yang dimilikinya; dan dilaksanakan
pada sektor formal dan non formal, melalui perseorangan,
26
kelompok/organisasi, atau lembaga baik Pemerintah maupun
masyarakat (Bdk. Pasal 9)
4) Pelayanan pendidikan dan pelatihan: dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan,
dan pengalaman lansia potensial sesuai dengan potensi yang
dimilikinya; dilaksanakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan,
baik yang diselenggarakan Pemerintah maupun masyarakat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku
(Bdk. Pasal 16)
5) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan
fasilitas, sarana, dan prasarana umum: dimaksudkan sebagai
perwujudan rasa hormat dan penghargaan kepada lansia;
dilaksanakan melalui: pemberian kemudahan dalam pelayanan
administrasi pemerintahan dan masyarakat pada umumnya;
pemberian kemudahan dalampelayanan dan keringanan biaya;
pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan; penyediaan
fasilitas rekreasi dan olahraga khusus; Juga dimaksudkan untuk
memberikan aksesibilitas tertutama di tempat-tempat umum yang
dapat menghambat mobilitas lansia (Bdk. Pasal 17)
6) Pemberian kemudahan dalamlayanan dan bantuan hokum:
dimaksudkan untuk melindungi dan memberikan rasa aman kepada
lansia; dilaksanakan melalui: penyuluhan dan konsultasi hukum;
27
layanan dan bantuan hukumdi luar dan/atau di dalampengadilan
(Bdk. Pasal 34)
7) Bantuan sosial: Bantuan sosial diberikan kepada lansia potensial
yang tidak mampu agar lansia dapat meningkat kantaraf
kesejahteraannya; bersifat tidak tetap, berbentuk material,
finansial, fasilitas pelayanan dan informasi guna mendorong
tumbuhnya kemandirian. Bertujuan untuk: memenuhi kebutuhan
hidup lansiapotensial yang tidak mampu; mengembangkan usaha
dalamrangka meningkatkan pendapatan dan kemandirian;
mendapatkan kemudahan dalam memperoleh kesempatan
berusaha. Pemberian bantuan sosial dilakukan dengan
memperhatikan: keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan
kemampuan lansia potensial yang tidak mampu serta tujuan
pemberian bantuan sosial. Pemberian bantuan sosial dapat
diberikan kepada lansia potensial yang tidak mampu perorangan
atau kelompok untuk melakukan usaha sendiri atau kelompok
usaha bersama dalamsektor usaha non formal (Bdk. Pasal 36-39)
Perlindungan Sosial: Pemberian perlindungan sosial dimaksudkan
untuk memberikan pelayanan bagi lansia tidak potensial agar dapat
mewujudkan taraf hidup yang wajar; dilaksanakan melalui
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang diselenggarakan baik
didalam maupun di luar panti. Lanjut usia tidak potensial terlantar
yang meninggal dunia dimakamkan sesuai dengan agamanya dan
28
menjadi tanggung jawab Pemerintah dan/atau masyarakat (Bdk.
Pasal 35)
4. Program-program Lansia
Menurut Endang Ambarwati beberapa contoh program yang seringkali
diberikan kepada penderita lansia sebagai berikut (Boedhi-Darmojo,
2015:860-869):
a. Fisioterapi: latihan ini dimulai dari aktifitas fisik yang paling ringan
kemudian secara bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh
individu, misalnya:
1) Aktifitas di tempat tidur
2) Posisioning, menempatkan gerak tubuh secara baik, benar dan
nyaman. Untuk ini kadangkala diperlukan alat bantu seperi bantal,
guling;dan alih baring (dilakukan setiap 2 jam), latihan pasif dan
aktif pada lingkup gerak sendi anggota tubuh.
3) Mobilisasi
a) Latihan bangun sendiri, duduk, berpindah, dari tempat tidur ke
kursi, berdiri, berjalan dan untuk itu kadangkala diperlukan alat
bantu.
b) Melakukan latihan untuk mempertahankan kekuatan otot (senam
lansia, senam pernapasan, dan lain-lain)
c) Latihan fisik yang bertujuan untuk mempertahankan aktifitas
kehidupan sehari-hari dan sebaiknya dilakukan secara rutin
(minimal seminggu 3-5 kali).
29
b. Terapi Okupasi: Program ini merupakan latihan yang ditujukan untuk
mendukung aktifitas kehidupan sehai-hari, dengan berbagai macam
bentuk latihan dan permainan, atau langsung aktifitas yang sesuai
dengan yang diinginkan, misalnya latihan jongkok- berdiri, latihan
mempersiapkan makan dan minum, dsb. Dapat juga
latihan dalam bentuk permainan, misalnya melempar bola, merangkai.
Dalam menjalaankan aktifitas pribadi adakalanya diperlukan
modifikasi peralatan (misalnya cangkir, piring, sendok, garpu, alat
tulis, dan lain-lain)
c. Ortotik- prostetik
Di dalam aktifitas sehari-hari lansia kadangkala membutuhkan ortotik
(alat bantu/ penopang) untuk keseimbangan dan stabilitas berjalan,
berupa walker, atau diperlukan dynamic splint untuk stabilitas sendi
lutut. Bila dilakukan alat pengganti bagian tubuh yang hilang maka
prostetik dibuat yang sesuai dengan kondisi lansia. Beberapa hal yang
diperhatikan dalam pembuatan alat bantu ini antara lain: bahan baku
yang lebih ringan, model yang lebih sederhana, sehingga mudah
dipergunakan.
d. Terapi Wicara
Program ini tidak selalu ditujukan untuk latihan berbicara saja, tetapi
dierlukan juga untuk latihan dengan gangguan fungsi menelan apabila
ditemukan adanya kelemahan otot- otot pengunyah sekitar tenggorok.
30
Hal ini sering terjadi pada penderita paska stroke dengan kelumpuhan
saraf vagus, saraf lidah, dan daerah wajah.
e. Sosial Medik
Petugas sosial medik memerlukan data-data pribadi maupun keluarga
yang tinggal bersama lansia atau panti dimana lansia berada. Hal ini
sangat penting untuk melihat kondisi/struktur tempat tinggal yang
berkaitan dengan aktifitas pribadi lansia. Misalnya: adanya anak yang
tinggal didalam rumah, sebaiknya dibuat landai. Kamar mandi dengan
WC jongkok atau duduk, sebaiknya dimodifikasi dan diberi bantuan
pegangan tangan, dsb. Penerangan didalam ruangan sebaiknya terang,
dan sebaiknya tidak ada karpet yang sering dilewati.
Keberadaan binatang rumah (kucing, anjing) juga menjadi perhatian,
karena sering menghalangi jalan dan membuat resiko terjatuh. Kondisi
lantai kamar mandi yang licin perlu perhatian khusus.Bila perlu ada
tempat duduk di kamar mandi dan menggunakan gayung air yang
kecil. Penting juga diketahui anggota keluarga yang tinggal bersama
lansia, dan bagaimana hubungannya selama ini, mungkin ada care
giver yang selalu mendampingi dsb. Tingkat sosial ekonomi perlu
diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi kehidupan lansia
secara keseluruhan.
f. Psikologi
Sebelum menentukan program rehabilitasi medik kepada lansia, harus
memperhatikan keadaan emosinya. Secara psikologik seorang lansia
31
mempunyai ciri-ciri yang khas/stereotype psikologik lansia dan
biasanya sifat ini sesuai dengan kondisi psikologik semasa muda.
Ada beberapa stereotipe psikologik lansia antara lain :
1) Tipe konstruktif: mempunyai integritas baik, toleransi tinggi,
humoristik, fleksible dan tahu diri .
2) Tipe ketergantungan: bersifat pasif, tak berambisi, senang
mengalami pensiun, senang berlibur.
3) Tipe defensif: emosinya tidak terkontrol, memegang teguh
kebiasaan, tidak senang masa pensiun.
4) Tipe bermusuhan (hostility): agresif, curiga, iri hati pada yang
muda,takut mati,selalu mengeluh.
5) Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): kritis
terhadap kesalahan diri sendiri, menganggap kematian sebagai
suatu kejadian yang membebaskan dari penderitaan.
g. Senam Lansia
Menurut WHO pada Internasional Consesus Development
Converence, di Roma, Italia,(dalam Dede Nasrullah, 2016:214-215)
oesteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang dari
penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan
akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah
tulang.Oleh karena itu, senam osteoporosis merupakan solusi mudah
dan murah untuk mengatasi kerapuhan dan patah tulang.
32
1) Lakukan senam ini selama 15 menit, namun akan lebih baik jika
dilakukan selama 50 menit. Jangan berlebihan dan juga jangan
kekurangan. Senam ini akan membantu kepadatan tulang.
2) Senam ini sebenarnya hanya melakukan gerakan tertentu. Gerakan
senam ini tidak boleh melompat dan juga membungkuk. Gerakan
senam sebaiknya gerakan ringan dan berulang-ulang. Seperti
gerakan menaik-turunkan tangan secara berulang-ulang, atau
gerakan lainnya.
3) Hasil melakukan senam. Ketika kita melakukan senam secara rutin
selama 14 minggu dengan frekuensi 3 kali selama seminggu,
hasilnya adalah tubuh menjadi lebih sehat dan bugar.
4) Konsumsi makanan seimbang. Konsumsi makanan yang seimbang
setelah berolahraga agar kebutuhan nutrisi tubuh terutama kalsium
tercukupi. Vitamin D dari matahari harus cukup. Waktu melakukan
senam, sebaiknya di waktu pagi dan dibawah sinar
matahari,sehingga dapat memaksimalkan potensi tubuh.
Tubuhdapat menyerap sinar matahari, vitamin D, dan sekaligus
melunturkan tubuh agar tidak kaku.
33
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. dengan pendekatan analisis deskriptif. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata, (2011: 73), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,baik
bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan
mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu,
penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau
pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan
suatu kondisi apaadanya. Menurut Moleong (2017: 6), penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain secara holistik dan cara deskriptif dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Selain itu, Sugiono, (2013: 9) mengemukakan penelitian kualitatif sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.
34
2. Objek penelitian
Yang menjadi objek penelitian disini adalah upaya pemerintah daerah
dalam memberdayaan lanjut usia di Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini di Puskesmas Rawat Inap Mariat Kabupatean Sorong
Provinsi Papua Barat
4. Teknik Pemilihan Informan
Untuk menentukan informan, peneliti menggunakan teknik purposive.
Artinya informan dipilih karena informan memiliki informasi yang berguna
untuk menjawab masalah yang telah peneliti rumuskan. Informan berjumlah
14 informan dengan identitas sebagai berikut:
No Nama
Umur dan
Jenis Kelamin Pendidikan Jabatan
L P
1 dr. Lidia
Kurniawan 46 Dr
Kepala Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Sorong
2 Nikodemus Ulim 49 D3
Kepala Bidang
Kesmas Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Sorong
3 dr. Ronney.c.n
Kalesaran 48 S.Ked
Kepala
Puskesmas
4 I Wayan Sarjana,
S.Kep.M.Kes 52 S2
Bagian
Pengembangan
Lanjut Usia
5 Fifi Mariana
Fanindi, Amk 30 D3
Pemegang
Program
Lanjut Usia
6 Yunice Safkaur,
S. Kep 45 S1
Pemegang
Program
Lanjut Usia
35
7 Mustika 33 SMA
Kader
Posyandu
Semangat Baru
Kelurahan
Klasamen
8 Stefanus, D
Syatauw 61 STM
Kader
Posyandu
Lansia Siloam,
Kelurahan
Mariyai
9 Badriah 46 SMA
Kader
Posyandu dan
Anggota
Kel.mbah
Ngatim dari
Kelp. Nusa
Indah,
Kelurahan
Mariyai
10 Socrates Erari 76 SMP
Anggota
Lansia
Posyandu
Siloam,
Kelurahan
Mariyai
11 Mbah Ngatim 66 SD
Anggota
Lansia
Posyandu
Nusa Indah,
Kelurahan
Mariyai
12 Margaretha
Sipahelut 78 SR
Anggota
Lansia
Posyandu
Syallom,
Kelurahan
Klamalu
13 Dian Erari, S.Pd 31 S1
Anggota
Keluarga
Lansia Siloam
14 Vivian Sipahelut 48 SMA
Anggota
keluarga
Lansia
Syallom,
Kelurahan
Klamalu
36
Dari identitas informan terlihat bahwa informan berjumlah: 14 orang,
yang terdiri dari laki-laki, 5 orang dan perempuan: 9 orang, dengan usia
berkisar antara 30 sampai 78 tahun. Mereka berpendidikan SD (2 orang),
SMP (1 orang), SMA/STM (4 orang), D3 (2 orang), S1 (4 orang) dan S2 (1
orang).
Informan nomor 1 dan 2 dipilih karena mereka berdua memiliki
informasi mengenai visi, misi Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong di
bidang kesehatan dan program pemberdayaan lansianya, serta upaya-upaya
yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong dalam pemberdayaan
lansia.
Informan nomor 3 sampai nomor 6 dipilih karena mereka memiliki
informasi tentang Puskesmas Rawat Inap, mengingat mereka bekerja di
Puskesmas tersebut, khususnya pemegang program lansia.
Informan nomor 7, 8, 9 dipilih karena mereka adalah kader-kader
Posyandu Lansia, yang mendampingi para lansia.
Informan 10, 11, 12 dipilih karena mereka adalah anggota lansia, yang
menerima pelayanan dari Puskesmas Rawat Inap, sehingga dari mereka
peneliti dapat menggali informasi tentang dan kepuasan dari pelayanan
Puskesmas yang mereka terima.
Informan nomor 13 dan 14 dipilih karena mereka adalah anggota
keluarga dari para lansia, sehingga peneliti dapat menggali informasi
tentang pelayanan yang mereka terima, permasalahan yang mereka hadapi
37
dalam mendampingi anggota keluarganya (yang lansia) dan harapannya
terhadap pelayanan lansia ke depan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Observasi
Nasution (dalam Sugiyono, 2010:64) menyatakan bahwa observasi atau
pengamatan adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan data dengan
mengandalkan percakapan secara langsung antara pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan pihak yang
diwawancarai (interviewee) untuk menjawab pertanyaan itu.Esterberg
(dalam Sugiyono, 2010:72)menjelaskan bahwa wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui
teknik tanya jawab yang menghasilkan konstruksi makna tentang sesuatu.
c. Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumen- dokumen tertulis untuk mengumpulkan
data yang diperlukan. Menurut Guba dan Ilncoln (dalam Sugiyono,
2010:161) dokumen ialah setiap bahan tertulis atau film yang
dipersiapkan karena ada permintaan seorang peneliti.
38
6. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yangdigunakan peneliti yaitu teknik
analisis data model yang dikembangkan oleh Miles dan Hubermen, yaitu
analisis data yang dilakukan secara interaktif, yang terdiri dari 3 komponen
utama, yaitu:
a. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Secara
teknis, kegiatan reduksi data meliputi: perekapan hasil wawancara
kemudian pengamatan hasil pengumpulan dokumen yang berhubungan
dengan fokus penelitian.
b. Penyajian data
Menyajikan data yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart atau
sejenisnya. Dalam penelitian ini, secara teknis data-data disajikan dalam
bentuk teks naratif, tabel, foto.
c. Penarikan kesimpulan
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Dengan demikian kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
39
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara
dan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Secara teknis
proses penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mendiskusikan data-data hasil temuan dilapangan dengan teori-teori yang
dimasukan dalam kerangka konseptual.
40
BAB II
PROFIL KABUPATEN SORONG, DISTRIK MARIAT
DAN PUSKESMAS RAWAT INAP
A. Profil Kabupaten Sorong
Profil Kabupaten Sorong ini menggambarkan 1.Luas wilayah dan
letak geografis; 2.Demografi; 3.Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pemerintah
Daerah Kabupaten Sorong di Bidang Kesehatan; 4.Anggaran Kesehatan yang
Berhubungan dengan Lansia; 5.Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin;
6.Angka Harapan Hidup; 7.Sarana Kesehatan
1. Luas Wilayah dan Letak Geografis
Kabupaten Sorong merupakan salah satu daerah yang terletak di
kepala burung Pulau Papua.Secara geografis Kabupaten Sorong terletak
pada koordinat 130o 40’ 49” - 132o 13’ 48” BT dan 00o 33’ 42” - 01o 35’
29” LS.
Sementara secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Sorong
merupakan bagian dari Provinsi Papua Barat, dengan batas-batas sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Samudera Pasifik dan Selat Dampir
Sebelah Selatan : Laut Seram
Sebelah timur : Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Sorong
Selatan.
41
Sebelah Barat : Kota Sorong, Kabupaten Raja Ampat dan Laut
Seram
Berdasarkan Keputusan MK RI Nomor.127/PUU-VII/2009 tanggal 25
januari 2010 dan UU RI Nomor. 14 Tahun 2013,maka wilayah Administrasi
Kabupaten Sorong berkurang Satu distrik, Yaitu Distrik Moraid yang secara
hukum menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Tambrauw. Luas wilayah
Kabupaten Sorong setelah berkurangnya distrik Moraid menjadi 13.174,99
Km2, yang terbagi dalam 30 Distrik.
Gambar II. 1
Peta Administrasi Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat
2. Demografi
a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga
Penduduk Kabupaten Sorong berjumlah 115.598 jiwa, yang terbagi
dalam jenis kelamin laki-laki berjumlah 62.087 jiwa dan perempuan
berjumlah 53.511 jiwa, dan Kepala Keluarga berjumlah 33.147 KK. Ini
42
berarti pemerintah daerah Kabupaten Sorong melayani kesehatan
115.598 jiwa.
Penduduk per Distrik menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga
di Kabupaten Sorong terlihat dalam tabel berikut:
Tabel II.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga
No Distrik Laki-Laki Perempuan Jumlah KK1 Makbon 1,531 1,470 3,001 7132 Beraur 762 650 1,412 3333 Salawati 5,657 5,069 10,726 3,1464 Seget 2,791 1,745 4,536 9885 Aimas 21,029 18,348 39,377 12,3606 Klamono 2,378 2,011 4,389 1,2297 Sayosa 583 481 1,064 2698 Segun 984 845 1,829 5049 Mayamuk 7,427 6,501 13,928 4,00110 Salawati Selatan 704 622 1,326 30111 Klabot 587 518 1,105 22512 Klawak 731 652 1,383 30313 Maudus 457 330 787 19814 Mariat 7,188 6,238 13,426 4,09815 Klayili 840 712 1,552 39316 Klaso 398 307 705 16917 Moisegen 1,717 1,534 3,251 97018 Sorong 306 237 543 15119 Bagun 436 350 786 19620 Wemak 368 371 739 19521 Sunook 348 245 593 13522 Buk 637 552 1,189 24623 Saengkeduk 302 247 136 54924 Malabotom 573 542 1,115 32625 Konhir 585 4899 1,074 21926 Klasafet 503 493 996 26427 Hobard 345 309 654 15528 Salawati Tengah 1,410 1250 2,660 76329 Botain 252 145 397 3830 Sayosa Timur 258 245 506 123
TOTAL 62,087 53,511 115,598 33,147Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong 2017-2022
43
b. Jumlah Penduduk Lanjut Usia
Di Kabupaten Sorong, peserta program pemberdayaan lansia mulai
usia 45 tahun.
Tabel II. 2
Jumlah Penduduk Lanjut Usia
No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah1 45 – 49 4,131 3,158 7,2892 50 – 54 2,813 2,386 5,1993 55 – 59 2,151 1,673 3,8244 60 – 64 1,448 1,070 2,5185 65 – 69 1,026 693 1,7196 70 – 74 526 411 9377 >75 624 336 960
TOTAL 12,719 9,727 22,446Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong 2017-2022
Dari tabel terlihat bahwa peserta program pemberdayaan lansia
berjumlah 22.446 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 12.719 jiwa dan
perempuan berjumlah 9.727 jiwa. Ini berarti pemerintah Daerah
Kabupaten Sorong melayani 22.446 jiwa melalui program pemberdayaan
lansia. Ini berarti 19,42% dari total penduduk Kabupaten Sorong.
c. Jumlah Penduduk Menurut Agama
Penduduk Kabupaten Sorong yang berjumlah 115,598 jiwa terbagi
menurut agama sebagai berikut: pemeluk agama Islam berjumlah 55.786
jiwa, pemeluk agama Kristen berjumlah 53.001, pemeluk agama Katolik
berjumlah 6.464 jiwa, pemeluk agama Hindu berjumlah 247 jiwa dan
Budha berjumlah 100 jiwa. Ini terlihat di Tabel II. 3
Data penduduk menurut agama ini penting mengingat dalam
memberdayakan lansia, pemerintah daerah perlu melakukan pendekatan
44
berdasarkan agama dan melibatkan para tokoh agama.Hal ini karena pada
umumnya para lansia mendapatkan kekuatan hidup dan penghiburan dari
Tuhan melalui para tokoh agama dan sesama penganut agamanya.
Tabel II. 3
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Distrik Islam Kristen Katholik Hindu Budha1 Makbon 175 2,809 17 0 02 Beraur 33 1,267 112 0 03 Salawati 8,698 1,816 145 55 124 Seget 715 3,752 68 1 05 Aimas 21,087 15,861 2,227 142 586 Klamono 759 2,740 885 5 07 Sayosa 53 866 145 0 08 Segun 652 1,116 61 0 09 Mayamuk 10,010 3,286 605 15 1210 Salawati
Selatan933 387 6 0 0
11 Klabot 12 1,087 5 1 012 Klawak 67 1,312 4 0 013 Maudus 18 637 132 0 014 Mariat 9,225 3,431 726 26 1815 Klayili 92 1,318 142 0 016 Klaso 13 648 44 0 017 Moisegen 1,660 1,253 338 0 018 Sorong 23 422 98 0 019 Bagun 18 568 200 0 020 Wewak 13 704 21 1 021 Sunook 14 549 30 0 022 Buk 66 1,121 2 0 023 Saengkeduk 45 407 97 0 024 Malabotom 638 365 112 0 025 Konhir 24 991 58 1 026 Klasafet 54 897 45 0 027 Hobard 22 550 82 0 028 Salawati
Tengah529 2,103 28 0 0
29 Botain 119 276 2 0 030 Sayosa Timur 17 462 27 0 0
TOTAL 55,786 53,001 6,464 247 100Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong 2017-2022
45
d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Data penduduk menurut pendidikan ini penting untuk melihat agen
pemberdayaan lansia yang dapat diharapkan dan peningkatan kapasitas
mereka.
Tabel II. 4
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
No Distrik Tidak/BelumSekolah
TidaktamatSD/sederajat
Tamatsd/Sederajat
SLTP/sedera-jat
SLTA/Sede-rajat
DiplI/II
Dipl.III/S.Muda
DiplIV/S I
SII
SIII
1 Makbon 740 526 581 389 577 26 43 113 6 0
2 Beraur 581 155 339 138 165 1 4 28 0 1
3 Salawati 2,337 1,853 2,518 1,684 1,949 54 77 239 14 1
4 Seget 1,548 604 668 611 992 33 18 55 4 3
5 Aimas 7,920 4,860 4,737 4,993 13,069
229 689 2,686
184
10
6 Klamono 1,111 659 934 641 902 13 34 92 3 0
7 Sayosa 377 190 247 123 107 2 3 14 1 0
8 Segun 489 340 438 249 253 13 16 30 1 0
9 Mayamuk
3,679 2,130 2,469 2,321 2,729 66 75 445 9 5
10 SalawatiSelatan
379 235 319 146 218 2 4 22 1 0
11 Klabot 368 145 291 169 110 6 8 12 0 0
12 Klawak 780 147 185 152 100 0 5 13 0 1
13 Maudus 212 121 210 96 137 2 4 5 0 0
14 Mariat 2,954 1,802 1,997 1,897 3,592 113 244 705 27 5
15 Klayili 496 241 301 195 267 7 8 36 1 0
16 Klaso 184 95 152 75 145 6 8 38 2 0
17 Moisegen
788 600 931 437 427 12 17 36 3 0
18 Sorong 130 86 89 69 149 1 4 12 2 1
19 Bagun 288 124 162 81 117 1 3 10 0 0
46
20 Wemak 323 140 131 69 61 0 3 12 0 0
21 Sunook 224 61 190 52 52 0 3 10 0 1
22 Buk 601 131 201 133 105 1 1 15 1 0
23 Saingkeduk
116 98 162 67 99 2 0 4 1 0
24 Malabotom
248 175 313 170 179 3 5 22 0 0
25 Konhir 569 124 182 95 99 0 4 1 0 0
26 Klasafet 258 153 147 143 250 3 7 35 0 0
27 Hobard 345 72 94 69 61 3 3 7 0 0
28 SalawatiTengah
679 480 551 403 464 9 14 59 1 0
29 Botain 293 39 26 18 18 0 0 3 0 0
30 SayosaTimur
233 75 93 43 58 0 1 3 0 0
Jumlah 29,250 16,461 19,658 15,724 27,451 608 1,305 4,852 261 28
Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong 2017-2022
Tabel memperlihatkan bahwa penduduk Kabupaten Sorong yang
dapat diharapkan menjadi agen pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan, khususnya Lansia, jika dihitung dari penduduk tamat
SMP/sederajat, adalah sebagai berikut: Penduduk Tamat SMP berjumlah
15.724 orang; penduduk tamat SMA/Sederajat berjumlah 27.451;
penduduk tamat Diploma I-II berjumlah 608 orang; penduduk tamat
Diploma III/Sarjana Muda berjumlah 1.305 orang; penduduk tamat S1
berjumlah 4.852 orang; penduduk tamat S2 berjumlah 261 orang dan
tamat S3 berjumlah 28 orang. Dengan demikian jumlah total penduduk
yang dapat diharapkan, dilatih, dan diberdayakan untuk menjadi
pemberdaya masyarakat, termasuk lansia, berjumlah 50.229 orang
(43,45% dari jumlah total penduduk Kabupaten Sorong).
47
e. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
Pekerjaan dan jumlah penduduk yang digambarkan di sini adalah
jenis pekerjaan yang banyak ditekuni oleh penduduk.Ada 23 jenis
pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat Kabupaten Sorong sebagai
mata pencaharian mereka.Mereka hidup dari pekerjaan tersebut. Data
berikut memperlihatkan, jenis pekerjaan yang paling banyak ditekuni
masyarakat sebagai mata pencaharian adalah mengurus rumah tangga,
sebanyak 13,733 orang, disusul petani/pekebun, sebanyak 12,697 orang
dan karyawan swasta, sebanyak 9,663 orang.
Di bidang kesehatan, pekerjaan dokter ditekuni oleh 34 orang,
bidan 70 orang, perawat 79 orang dan apoteker 8 orang. Jumlah tenaga
kesehatan seperti ini jelas tidak mencukupi untuk melayani penduduk
kabupaten Sorong yang berjumlah 115.598 orang.Oleh karena itu perlu
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, termasuk lansia, perlu
meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan tersebut dan melibatkan
masyarakat secara luas.
Tabel II. 5
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah1 Mengurus Rumah Tangga 13,7332 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3,8383 Tentara Nasional Indonesia (TNI) 4174 Kepolisian RI (Polri) 3515 Perdagangan 2316 Petani/Pekebun 12,6977 Nelayan/Perikanan 4618 Karyawan Swasta 9,6639 Karyawan Bumn 131
48
10 Karyawan Honorer 39511 Buruh Harian Lepas 51212 Buruh Tani Perkebunan 79213 Tukan Batu 12214 Tukang Kayu 21415 Pendeta 10816 Guru 43917 Sopir 34018 Pedagang 14319 Wiraswasta 4,86620 Dokter 3421 Bidan 7022 Perawat 7923 Apoteker 8
Sumber: Bappeda Kabupaten Sorong 2017-2022
3. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Program Pemerintah Daerah
Kabupaten Sorong di Bidang Kesehatan
Visi lengkap Kabupaten Sorong adalah “Kabupaten Sorong Maju
Bersama, Rakyat Cerdas, Sehat dan Sejahtera 2022”. Uraian ini difokuskan
pada bidang kesehatan, sesuai dengan focus penelitian. Dalam penjelasan
visi dikatakan bahwa “maju” mengandung pengertian berubah dari yang
kurang baik menjadi baik dandari baik menjadi lebih baik.“Maju
bersama”bermakna bahwa pem bangunan harus dilaksanakan secara
bersama-samadan hasil-hasil pembangunan merupakan milik bersama
semua komponen masyarakat.
49
a. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Kabupaten Sorong di Bidang Kesehatan
Tabel II. 6
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Kabupaten Sorong di Bidang Kesehatan
PokokVisi
Misi Tujuan Sasaran IndikatorSasaran
RakyatSehat
MengembangkanSumberdayaManusiasehat danmemilikidayasaingtinggi.Penjelasan:PengembanganSDMyangsehatdilakukanmelaluipembangunan saranadanprasaranakesehatan,peningkatanmutupelayanankesehatandanpengadaan tenaga-tenagamedis,pemberianinsentifbagi petugasmedis,pemberianinsentifbagipetugasmedisdanpenyediaansaranaairbersihyangmenjangkauseluruhlapisan masyarakat.berikutpohonkinerjapencapaianmisikabupatensorong
Meningkatkan layananbidangkesehatan yangberkualitasmeratadanterjangkau
Meningkatnyakualitaskesehatan
1. Angkakelangsunganhidupbayi
2. Angkakematianibumelahirkan
3. CakupanPelayananKesehatanMasyarakat
4. Persentasepenyandangcacatfisikdanmental,sertalanjutusiatidakpotensialyangtelahmenerimajaminansosial
MeningkatnyaAksesPelayananKesehatan
1. Cakupanlayanansaranakesehatan
2. PersentaseFasilitasKesehatanTerakreditasi
3. PresentasepenurunankasuspenyakitmenulardanTidakmenular
Sumber: RPJMD Kabupaten Sorong, Tahun 2017-2022
50
“Rakyat sehat” berarti rakyat yang memiliki kondisi fisik, mental, dan
spiritual terbebas dari penyakit-penyakit yang berbahaya yang
menhambat aktifitas kehidupannya yang normal karena kecukupangizi
danmendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Rakyat yang sehat
adalah rakyat yang dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan
serta dapat menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut (RPJMD
Kabupaten Sorong, Tahun 2017-2022)
b. Strategi dan Program di Bidang Kesehatan
Tabel II. 7
Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi
Strengths Build onStrength
Optimalisasi layanan kesehatan melaluipeningkatan kualitas dan aksesibilitaskesehatan
Weaknesses OvercomeWeaknesses
Meningkatkan kualitas dan kapasitas SDMyang sehat dan berdaya saing melaluipeningkatan kesadaran dan pelayanankesehatan
Strategicaction
Meningkatkan Kualitas dan kapasitas SDM yang sehat danBerdaya Saing, melalui peningkatan kualitas dan aksesibilitaskesehatan
Opportunity ExploitOpportunities
Meningkatkan Kualitas dan kapasitas SDMyang sehat dan Berdaya Saing, melaluipeningkatan kualitas danaksesibilitas kesehatan
Threats Block Threats Mendorong pembangunan SDM yang sehatmelalui peningkatan kualitaspelayanankesehatan
Sumber: RPJMD Kabupaten Sorong, Tahun 2017-2022
Tabel menunjukkan bahwa strategi yang ditemukan dengan analisis
SWOT. Adalah meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM yang sehat
dan berdaya saing, melalui peningkatan kualitas dan aksesibilitas
kesehatan.
51
Tabel berikut menunjukkan bahwa dari strategi dihasilkan program
yang dilihat dengan perspektif masyarakat, proses internal dan
kelembagaan.
Tabel II. 8
Strategi dan Program di Bidang Kesehatan, termasuk Lansia
STRATEGI PERPEKTIF PROGRAMMeningkatkanKualitas dankapasitas SDM yangsehat dan BerdayaSaing, melaluipeningkatan kualitasdan aksesibilitaskesehatan
PerspektifMasyarakat
Program peningkatanpelayanan kesehatan anakbalitaProgram peningatankeselamatan ibu melahirkandan anakProgram Peningkatan KualitasPelayanan KBProgram Obat dan PerbekalanKesehatanProgram Pengawasan Obat danMakananProgram Upaya KesehatanMasyarakatProgram peningkatanpelayanan kesehatan anak danremajaProgram perbaikan gizimasyarakatProgram promosi kesehatandan pemberdayaan masyarakatPerlindungan Sosial DanJaminan sosialProgram peningakatanpelayanan kesehatan LANSIA
Perspektif ProsesInternal
Program peningkatansumberdaya kesehatan
PerspektifKelembagaan
Program pengadaan,peningkatan dan perbaikansarana danprasaranapuskesmas/puskesmaspembantu dan jaringannya
52
Program Akreditasi ParipurnaProgram Pening
Top Related