UNDANG-UNDANG
IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2017
TENTANG
ORGANISASI KEMAHASISWAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA,
Menimbang:
a. Bahwa diperlukan ketentuan mengenai hak dan kewajiban Unit Kegiatan
Fakultas, Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, Badan Semi Otonom,
dan Badan Otonom dalam lingkungan Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia;
b. bahwa diperlukan ketentuan yang mengatur mengenai pembentukan Unit
Kegiatan Fakultas, Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, Badan Semi
Otonom, dan Badan Otonom dalam lingkungan Ikatan Keluarga Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia;
c. bahwa diperlukan aturan yang mengatur mengenai status keanggotaan yang
dibutuhkan Anggota Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Indonesia untuk dapat mengikuti Unit Kegiatan Fakultas,
Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, Badan Semi Otonom, dan/atau
Badan Otonom;
d. bahwa Unit Kegiatan Fakultas berhak untuk mengubah statusnya menjadi
Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan, atau Badan Semi Otonom,
sehingga diperlukan suatu mekanisme tertentu;
e. bahwa Badan Semi Otonom berhak untuk mengubah statusnya menjadi
Badan Otonom maupun sebaliknya, sehingga diperlukan suatu mekanisme
tertentu;
f. bahwa diperlukan ketentuan yang jelas tentang lembaga yang berwenang
dalam pendirian dan/atau perubahan status Organisasi Kemahasiswaan;
g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, hurf e, dan huruf f, perlu membentuk Undang-
Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia tentang Organisasi Kemahasiswaan;
Mengingat:
a. Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal
31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, dan
Pasal 39 Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia;
b. Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Dana Block Grant;
c. Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Badan Perwakilan
Mahasiswa;
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA
TENTANG ORGANISASI KEMAHASISWAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam undang-undang ini, yang dimaksud dengan:
1. Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia yang selanjutnya disingkat IKM FEB UI adalah wadah
kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang selanjutnya
disingkat FEB UI adalah fakultas yang berada di lingkungan Universitas
Indonesia.
3. Anggota Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia yang selanjutnya disingkat Anggota IKM FEB UI
adalah mahasiswa FEB UI yang terdaftar pada bagian pendidikan FEB UI
program S1 Reguler, Paralel, dan Kelas Khusus Internasional yang terdiri
dari anggota aktif dan anggota biasa.
4. Anggota biasa adalah adalah setiap mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia yang terdaftar aktif secara akademis.
5. Anggota aktif adalah anggota biasa yang telah mengikuti prosedur
penerimaan anggota aktif dan dinyatakan lulus.
6. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat Anggota IKM FEB UI dan dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga kemahasiswaan atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
7. Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Indonesia yang selanjutnya disingkat UUD IKM FEB UI
adalah suatu hukum dasar tertulis (konstitusi) yang menjadi dasar dan
sumber bagi peraturan perundang-undangan lain atau peraturan-peraturan
lain yang berlaku di IKM FEB UI.
8. Musyawarah Mahasiswa yang selanjutnya disingkat Musma adalah
musyawarah yang terbuka untuk seluruh Anggota IKM FEB UI.
9. Economic Executive Forum yang selanjutnya disebut EEF merupakan forum
pertemuan seluruh ketua lembaga kemahasiswaan dan/atau perwakilan
yang ditunjuk oleh ketua Lembaga Kemahasiswaan FEB UI.
10. Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia yang selanjutnya disingkat BPM adalah Lembaga Kemahasiswaan
FEB UI tertinggi dalam IKM FEB UI yang memiliki kekuasaan legislatif dan
yudikatif.
11. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia yang selanjutnya disingkat BEM adalah Lembaga Kemahasiswaan
FEB UI yang memegang kekuasaan eksekutif dan koordinator eksekutif
tingkat fakultas.
12. Badan Audit Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia, yang selanjutnya disingkat BAK, adalah lembaga yang bertugas
untuk memeriksa dan mengawasi pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Lembaga Kemahasiswaan FEB UI.
13. Badan Otonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang
selanjutnya disingkat BO merupakan lembaga otonom di dalam struktur
kelembagaan mahasiswa FEB UI dan bertanggung jawab secara komando
terhadap IKM FEB UI dan koordinasi dengan BPM.
14. Badan Semi Otonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
yang selanjutnya disingkat BSO merupakan lembaga semi otonom di dalam
struktur kelembagaan mahasiswa FEB yang kedudukannya berada di bawah
BPM.
15. Himpunan adalah Lembaga Kemahasiswaan FEB UI yang memiliki fungsi
eksekutif di tingkat program studi FEB UI.
16. Badan Keagamaan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia yang selanjutnya disingkat BKM adalah wadah kegiatan
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang diakui
secara formal oleh Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia dalam pelayanan keagamaan di tingkat fakultas.
17. Unit Kegiatan Fakultas yang selanjutnya disingkat UKF merupakan lembaga
kreasi dan peminatan mahasiswa di dalam struktur kelembagaan BEM yang
berada di bawah departemen yang bersangkutan.
18. Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia yang selanjutnya disingkat Undang-Undang adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum, yang mengikat secara umum
dan dibentuk atau ditetapkan oleh BPM, melalui prosedur yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.
19. Ketetapan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia yang selanjutnya disebut dengan Ketetapan BPM
adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh BPM untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
20. Keputusan Badan Perwakilan Mahasiswa yang selanjutnya disebut
Keputusan BPM adalah Keputusan yang ditetapkan oleh BPM untuk
menjalankan Undang-Undang dan/atau fungsi BPM sebagaimana mestinya.
21. Peraturan Badan Perwakilan Mahasiswa yang selanjutnya disebut Peraturan
BPM adalah Peraturan yang ditetapkan oleh BPM untuk menjalankan
ketentuan lebih lanjut yang diperintahkan oleh Undang-Undang.
22. Organisasi Kemahasiswaan merupakan lembaga dan wadah kegiatan
mahasiswa yang terdiri dari UKF, BKM, Himpunan, BSO, dan BO.
23. Pemilihan Raya IKM FEB UI yang selanjutnya disingkat Pemira
diselenggarakan untuk memilih Anggota BPM, Ketua dan Wakil Ketua BEM
secara berpasangan, dan Ketua Himpunan.
24. Program Orientasi Mahasiswa Baru yang selanjutnya disingkat POMB
adalah proses pembinaan anggota IKM FEB UI dari Anggota Biasa menjadi
Anggota Aktif yang dilakukan di tingkat fakultas.
25. Dana Block Grant adalah bantuan sejumlah besar dana yang berasal dari
pihak ketiga, baik oleh institusi fakultas, universitas, maupun sumber lain
yang sah dan halal kepada Lembaga Kemahasiswaan FEB UI.
26. Dana Block Grant rutin, yaitu Dana Block Grant Dekanat FEB UI.
27. Dana Block Grant tidak rutin, yaitu Dana Block Grant Ikatan Alumni FEB
UI, Persatuan Orang Tua Mahasiswa FEB UI, dan lainnya.
28. Hari adalah hari kerja.
BAB II
KEDUDUKAN DAN KEANGGOTAAN
Bagian Kesatu
Kedudukan
Pasal 2
Organisasi Kemahasiswaan terdiri atas:
a. UKF;
b. BKM;
c. Himpunan;
d. BSO; dan
e. BO.
Pasal 3
UKF berada di dalam struktur kelembagaan BEM di bawah departemen yang
bersangkutan.
Pasal 4
BKM bertanggung jawab secara komando kepada BPM.
Pasal 5
Himpunan bertanggung jawab secara komando kepada BPM dan berkoordinasi
dengan BEM.
Pasal 6
BSO bertanggung jawab secara komando kepada BPM.
Pasal 7
BO bertanggung jawab secara komando kepada IKM FEB UI dan berkoordinasi
dengan BPM.
Bagian Kedua
Keanggotaan
Pasal 8
Anggota UKF terdiri dari Anggota IKM FEB UI yang terdaftar sebagai anggota
UKF.
Pasal 9
(1) Anggota BKM adalah seluruh Anggota IKM FEB UI sesuai agamanya masing-
masing.
(2) Pengurus BKM wajib terdiri dari Anggota Aktif IKM FEB UI sesuai agamanya.
Pasal 10
(1) Anggota Himpunan terdiri dari seluruh Anggota IKM FEB UI di tingkat
program studi.
(2) Pengurus Himpunan wajib terdiri dari Anggota Aktif IKM FEB UI program
studi Himpunan.
Pasal 11
(1) Anggota BSO terdiri dari Anggota IKM FEB UI yang terdaftar sebagai
pengurus BSO.
(2) Anggota BSO wajib terdiri dari Anggota Aktif IKM FEB UI.
Pasal 12
(1) Anggota BO terdiri dari Anggota IKM FEB UI yang terdaftar sebagai pengurus
BO.
(2) Anggota BO wajib terdiri dari Anggota Aktif IKM FEB UI.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban UKF
Pasal 13
UKF memiliki hak:
a. menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga UKF;
b. menentukan Program Kerja UKF;
c. menentukan Anggaran Belanja UKF;
d. memperoleh bantuan anggaran dari BEM; dan
e. mengajukan diri menjadi BSO, Himpunan, atau BKM sesuai dengan
peraturan yang berlaku di IKM FEB UI.
Pasal 14
UKF memiliki kewajiban:
a. memperoleh persetujuan BEM dalam menjalankan kegiatannya;
b. memberikan laporan kegiatan secara terbuka setiap 6 (enam) bulan sekali
pada BEM atau jika diminta; dan
c. menentukan peraturan internal organisasi yang tidak bertentangan dengan
Garis Besar Haluan Kerja BEM.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban BKM
Pasal 15
BKM memiliki hak:
a. membentuk dan membubarkan panitia pelaksana kegiatan BKM;
b. menerima laporan pertanggungjawaban atas kegiatan kepanitiaan atas nama
BKM serta mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan panitia
pelaksana kegiatan BKM;
c. menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta Garis
Besar Haluan BKM sepanjang tidak menyimpang dari UUD IKM FEB UI dan
peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI;
d. menentukan Program Kerja dan Anggaran Belanja BKM;
e. mengajukan banding dan peninjauan kembali atas putusan hukum yang
berlaku di IKM FEB UI kepada BPM;
f. memperoleh bantuan Dana Block Grant rutin dan Dana Block Grant tidak
rutin yang difasilitasi oleh BPM; dan
g. memiliki ruangan sekretariat di lingkungan FEB UI.
Pasal 16
BKM memiliki kewajiban:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam IKM FEB UI;
b. memiliki pengurus yang berstatus anggota aktif IKM FEB UI;
c. memberikan layanan keagamaan kepada anggota BKM terkait;
d. memberikan laporan kegiatan dan laporan keuangan secara terbuka setiap 1
(satu) periode berjalan pada BPM dan jika diminta oleh BPM;
e. meminta pengesahan kepada BPM atas Program Kerja dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja BKM; dan
f. menentukan peraturan internal organisasi yang tidak bertentangan dengan
UUD IKM FEB UI dan peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI.
Bagian Ketiga
Hak dan Kewajiban Himpunan
Pasal 17
Himpunan memiliki hak:
a. membentuk dan membubarkan panitia pelaksana kegiatan Himpunan;
b. menerima laporan pertanggungjawaban atas kegiatan kepanitiaan atas nama
Himpunan serta mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan
panitia pelaksana kegiatan Himpunan;
c. menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Garis Besar
Haluan Himpunan sepanjang tidak menyimpang dari UUD IKM FEB UI dan
peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI;
d. menentukan Program Kerja dan Anggaran Belanja Himpunan;
e. mengajukan banding dan peninjauan kembali atas putusan hukum yang
berlaku di IKM FEB UI kepada BPM;
f. memperoleh bantuan Dana Block Grant rutin dan Dana Block Grant tidak
rutin yang difasilitasi oleh BPM; dan
g. memiliki ruangan sekretariat di lingkungan FEB UI.
Pasal 18
Himpunan memiliki kewajiban:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam IKM FEB UI;
b. memiliki pengurus yang berstatus anggota aktif IKM FEB UI;
c. memberikan layanan kesejahteraan kepada anggota Himpunan terkait;
d. memberikan laporan kegiatan dan laporan keuangan secara terbuka setiap 1
(satu) periode berjalan pada BPM dan jika diminta oleh BPM;
e. memberikan laporan kegiatan setiap 1 (satu) periode berjalan pada program
studi terkait;
f. meminta pengesahan kepada BPM atas Program Kerja serta Anggaran
Pendapatan dan Belanja Himpunan;
g. menentukan peraturan internal organisasi yang tidak bertentangan dengan
UUD IKM FEB UI dan peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI; dan
h. mengirimkan anggotanya untuk menjadi Anggota Perwakilan BPM melalui
Pemira atau Mekanisme Himpunan.
Bagian Keempat
Hak dan Kewajiban BSO
Pasal 19
BSO memiliki hak:
a. membentuk dan membubarkan panitia pelaksana kegiatan BSO;
b. menerima laporan pertanggungjawaban atas kegiatan kepanitiaan atas nama
BSO serta mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan panitia
pelaksana kegiatan BSO;
c. menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta Garis
Besar Haluan BSO sepanjang tidak menyimpang dari UUD IKM FEB UI dan
peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI;
d. menentukan Program Kerja dan Anggaran Belanja BSO;
e. mengajukan banding dan peninjauan kembali atas putusan hukum yang
berlaku dalam IKM FEB UI kepada BPM;
f. memperoleh bantuan Dana Block Grant rutin dan Dana Block Grant tidak
rutin yang difasilitasi oleh BPM; dan
g. memiliki ruangan sekretariat di lingkungan FEB UI.
Pasal 20
BSO memiliki kewajiban:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam IKM FEB UI;
b. memiliki pengurus yang berstatus anggota aktif IKM FEB UI;
c. memberikan laporan kegiatan dan laporan keuangan secara terbuka setiap 1
(satu) periode berjalan pada BPM;
d. mengajukan pengesahan rencana program kerja dan anggaran belanja pada
awal masa kepengurusan kepada BPM;
e. mengajukan pengesahan setiap proposal kegiatan yang melibatkan pihak
eksternal FEB UI kepada BPM; dan
f. menentukan peraturan internal organisasi yang tidak bertentangan dengan
UUD IKM FEB UI dan peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI.
Bagian Kelima
Hak dan Kewajiban BO
Pasal 21
BO memiliki hak:
a. membentuk dan membubarkan panitia pelaksana kegiatan BO;
b. menerima laporan pertanggungjawaban atas kegiatan kepanitiaan atas nama
BO serta mengusut dan memeriksa penyimpangan yang dilakukan panitia
pelaksana kegiatan BO;
c. menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Garis Besar
Haluan BO sepanjang tidak menyimpang dari UUD IKM FEB UI dan
peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI;
d. menentukan Program Kerja dan Anggaran Belanja BO;
e. mengajukan banding dan peninjauan kembali atas putusan hukum yang
berlaku dalam IKM FEB UI kepada BPM;
f. memperoleh bantuan Dana Block Grant tidak rutin yang difasilitasi oleh
BPM; dan
g. memiliki ruangan sekretariat di lingkungan FEB UI.
Pasal 22
BO memiliki kewajiban:
a. melaksanakan segala peraturan yang berlaku dalam IKM FEB UI;
b. memiliki pengurus yang berstatus anggota aktif IKM FEB UI;
c. memberikan laporan kegiatan dan laporan keuangan secara terbuka setiap 1
(satu) periode berjalan pada publik; dan
d. menentukan peraturan internal organisasi yang tidak bertentangan dengan
UUD IKM FEB UI dan peraturan lain yang berlaku dalam IKM FEB UI.
BAB IV
LEMBAGA YANG BERWENANG DALAM PENDIRIAN ATAU
PERUBAHAN STATUS
Pasal 23
BPM berwenang menyetujui dan/atau mengesahkan perubahan status
Organisasi Kemahasiswaan.
Pasal 24
Kewenangan perubahan status Organisasi Kemahasiswaan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 23 meliputi:
a. UKF menjadi BSO;
b. UKF menjadi Himpunan;
c. UKF menjadi BKM;
d. BSO menjadi BO; dan
e. BO menjadi BSO.
Pasal 25
(1) BEM berwenang menyetujui pendirian UKF.
(2) UKF yang telah mendapatkan persetujuan BEM disahkan oleh BPM.
BAB V
SYARAT DAN ALUR PENDIRIAN UKF
Pasal 26
UKF yang akan didirikan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. mendapatkan dukungan paling sedikit dari 100 (seratus) orang Anggota IKM
FEB UI;
b. memiliki rancangan kerja yang minimal memuat tujuan, struktur, dan
program kerja;
c. tidak memiliki bidang peminatan yang sama dengan Organisasi
Kemahasiswaan lain di IKM FEB UI; dan
d. mendapat persetujuan dari BEM dan disahkan oleh BPM.
Pasal 27
Alur pendirian UKF terdiri atas:
a. pendaftaran;
b. verifikasi;
c. studi kelayakan;
d. persetujuan; dan
e. pengesahan.
Pasal 28
(1) Pendaftaran pendirian UKF ditujukan kepada BEM dengan tembusan
kepada BPM.
(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BEM.
Pasal 29
(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah Calon
UKF melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 28 ayat (2).
(2) Verifikasi dilakukan oleh BEM terkait keabsahan dan keaslian berkas
pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (2) serta
kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 26.
(3) Hasil verifikasi dari BEM dilaporkan kepada BPM dalam bentuk tertulis
paling lambat 3 (tiga) hari setelah proses verifikasi selesai.
Pasal 30
(1) Studi kelayakan terhadap Calon UKF dilakukan oleh BEM paling lambat 30
(tiga puluh) hari setelah proses proses verifikasi selesai.
(2) Aspek penilaian selama masa studi kelayakan terdapat pada lampiran
lembar penilaian yang akan diberitahukan kepada Calon UKF yang
bersangkutan.
(3) Hasil dari masa studi kelayakan dilaporkan kepada BPM dalam bentuk
tertulis paling lambat 3 (tiga) hari setelah proses studi kelayakan selesai.
Pasal 31
(1) Proses persetujuan pendirian UKF diatur melalui peraturan BEM.
(2) Gugatan atas hasil persetujuan pendirian UKF diatur lebih lanjut melalui
peraturan BEM.
(3) Persetujuan yang dikeluarkan BEM wajib dikomunikasikan kepada BPM
paling lambat 2 (dua) hari setelah proses persetujuan selesai.
(4) BPM dapat mengadakan rapat dengar pendapat dengan BEM terkait hasil
persetujuan yang dikeluarkan oleh BEM.
Pasal 32
(1) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon UKF yang telah disetujui
pendiriannya oleh BEM dengan catatan tidak ada pelanggaran terhadap
UUD IKM FEB UI dan peraturan lainnya yang berlaku di lingkungan IKM
FEB UI.
(2) BPM berwenang tidak mengesahkan pendirian UKF jika ditemukan
pelanggaran terhadap IKM FEB UI dan peraturan lainnya dalam IKM FEB
UI.
(3) BPM berkewajiban menyampaikan kepada publik atas hasil pengesahan
UKF paling lambat 5 (lima) hari setelah pengesahan.
(4) Gugatan atas hasil pengesahan UKF dapat dilakukan paling sedikit oleh 20
(dua puluh) orang Anggota IKM FEB UI paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak
penyampaian hasil pengesahan UKF oleh BPM kepada IKM FEB UI.
(5) Gugatan atas hasil pengesahan pendirian UKF diatur lebih lanjut melalui
Ketetapan BPM.
BAB VI
SYARAT DAN ALUR PERUBAHAN STATUS UKF MENJADI BKM, HIMPUNAN,
ATAU, BSO
Bagian Kesatu
Perubahan Status UKF Menjadi BKM
Pasal 33
UKF yang akan berubah status menjadi BKM harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. mendapat persetujuan paling sedikit 50% (lima puluh persen) ditambah satu
dari jumlah Anggota IKM FEB UI pemeluk agama terkait;
b. mendapat dukungan paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
seluruh Anggota Aktif IKM FEB UI non agama terkait;
c. mendapat rekomendasi dari lembaga keagamaan tingkat universitas;
d. mendapat rekomendasi dari BEM atas permohonan perubahan status yang
diminta oleh Calon BKM;
e. telah menjadi UKF paling singkat selama 1 (satu) tahun;
f. tidak memiliki lingkup agama yang sama dengan BKM lain yang sudah ada
di lingkungan IKM FEB UI;
g. mempunyai rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang
tidak bertentangan dengan UUD IKM FEB UI serta peraturan lain yang
berlaku di lingkungan IKM FEB UI; dan
h. mendapat persetujuan dan pengesahan dari BPM.
Pasal 34
Alur perubahan status UKF menjadi BKM terdiri dari:
a. pendaftaran;
b. verifikasi;
c. studi kelayakan;
d. penetapan;
e. pengesahan; dan
f. masa uji coba.
Pasal 35
(1) Pendaftaran perubahan status UKF menjadi BKM ditujukan kepada BPM.
(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BPM.
Pasal 36
(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Calon BKM
melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal
35 ayat (2).
(2) Verifikasi dilakukan oleh BPM terkait keabsahan dan keaslian seluruh
berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat (2) dan
kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 33.
(3) BPM dapat mengumpulkan dan meminta keterangan serta pendapat terkait
verifikasi berkas kepada semua pihak yang dianggap perlu.
(4) Bila Calon BKM yang bersangkutan tidak lulus verifikasi, Calon BKM
tersebut dapat mengulang kembali proses pengajuan dengan jangka waktu
7 (tujuh) hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM sebagaimana
dimaksud dalam pasal 50 huruf a.
(5) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya verifikasi
dengan melandaskan alasannya pada aturan yang berlaku.
Pasal 37
(1) Masa studi kelayakan terhadap Calon BKM yang sudah lulus verifikasi
dilakukan oleh BPM paling lama selama 45 (empat puluh lima) hari setelah
proses verifikasi selesai.
(2) Aspek penilaian selama masa studi kelayakan terdapat pada lampiran
lembar penilaian yang akan diberitahukan kepada Calon BKM yang
bersangkutan.
(3) Dalam masa studi kelayakan, BPM berhak dan wajib mengadakan paling
sedikit 1 (satu) kali dengar pendapat terhadap Calon BKM terkait penilaian
pada masa studi kelayakan.
Pasal 38
(1) Penetapan hasil dari masa studi kelayakan ditentukan oleh BPM paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah selesainya masa studi kelayakan.
(2) BPM menginformasikan hasil dari masa studi kelayakan kepada Calon BKM
yang bersangkutan paling lambat 1 (satu) hari setelah penetapan hasil dari
masa studi kelayakan.
(3) Calon BKM yang dinyatakan tidak lulus studi kelayakan dapat meminta
pengadaan kembali masa studi kelayakan paling banyak 1 (satu) kali dalam
periode kepengurusan tahun yang berjalan dengan jangka waktu 7 (tujuh)
hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.
(4) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya Calon BKM
dalam masa studi kelayakan.
Pasal 39
(1) Pengesahan UKF menjadi BKM ditetapkan melalui Ketetapan BPM.
(2) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon BKM yang lulus proses
verifikasi dan masa studi kelayakan.
(3) BPM berkewajiban menyampaikan hasil pengesahan BKM paling lambat 5
(lima) hari setelah pengesahan kepada Anggota IKM FEB UI.
(4) Gugatan atas hasil pengesahan BKM dapat dilakukan paling sedikit oleh 20
(dua puluh) orang Anggota IKM FEB UI, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
penyampaian pengesahan BKM oleh BPM kepada IKM FEB UI.
(5) Prosedur pengajuan dan hasil gugatan diatur lebih lanjut melalui Ketetapan
BPM.
Pasal 40
(1) Masa uji coba dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung setelah tanggal
pengesahan atas perubahan status UKF menjadi BKM.
(2) Jika dalam waktu 2 (dua) tahun masa uji coba tersebut BKM yang
bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka status BKM
tersebut akan dikembalikan menjadi UKF.
(3) Mekanisme penilaian masa uji coba diatur lebih lanjut melalui Ketetapan
BPM.
Bagian Kedua
Perubahan Status UKF Menjadi Himpunan
Pasal 41
UKF yang akan berubah status menjadi Himpunan harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. mendapat persetujuan paling sedikit 50% (lima puluh persen) ditambah satu
dari jumlah Anggota IKM FEB UI sesuai jurusan terkait;
b. mendapat dukungan paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
seluruh Anggota IKM FEB UI non jurusan terkait;
c. mendapat rekomendasi dari BEM atas permohonan perubahan status yang
diminta oleh Calon Himpunan;
d. telah menjadi UKF paling singkat selama 1 (satu) tahun berturut-turut;
e. tidak memiliki lingkup jurusan yang sama dengan Himpunan lain yang
sudah ada di lingkungan IKM FEB UI;
f. mempunyai rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang
tidak bertentangan dengan UUD IKM FEB UI serta peraturan lain yang
berlaku di lingkungan IKM FEB UI; dan
g. mendapat persetujuan dan pengesahan dari BPM.
Pasal 42
Alur perubahan status UKF menjadi Himpunan terdiri dari:
a. pendaftaran;
b. verifikasi;
c. studi kelayakan;
d. penetapan;
e. pengesahan; dan
f. masa uji coba.
Pasal 43
(1) Pendaftaran perubahan status UKF menjadi Himpunan ditujukan kepada
BPM.
(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BPM.
Pasal 44
(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Calon Himpunan
melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal
43 ayat (2).
(2) Verifikasi dilakukan oleh BPM terkait keabsahan dan keaslian seluruh
berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (2) dan
kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 41.
(3) BPM dapat mengumpulkan dan meminta keterangan serta pendapat terkait
verifikasi berkas kepada semua pihak yang dianggap perlu.
(4) Bila Calon Himpunan yang bersangkutan tidak lulus verifikasi, Calon
Himpunan tersebut dapat mengulang kembali proses pengajuan dengan
jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari
BPM.
(5) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya verifikasi
dengan melandaskan alasannya pada aturan yang berlaku.
Pasal 45
(1) Masa studi kelayakan terhadap Calon Himpunan yang sudah lulus verifikasi
dilakukan oleh BPM paling lama selama 45 (empat puluh lima) hari setelah
proses verifikasi selesai.
(2) Aspek penilaian selama masa studi kelayakan terdapat pada lampiran
lembar penilaian yang akan diberitahukan kepada Calon Himpunan yang
bersangkutan.
(3) Dalam masa studi kelayakan, BPM berhak dan wajib mengadakan paling
sedikit 1 (satu) kali dengar pendapat terhadap Calon Himpunan terkait
penilaian pada masa studi kelayakan.
Pasal 46
(1) Penetapan hasil dari masa studi kelayakan ditentukan oleh BPM paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah selesainya masa studi kelayakan.
(2) BPM menginformasikan hasil dari masa studi kelayakan kepada Calon
Himpunan yang bersangkutan paling lambat 1 (satu) hari setelah penetapan
hasil dari masa studi kelayakan.
(3) Calon Himpunan yang dinyatakan tidak lulus studi kelayakan dapat
meminta pengadaan kembali masa studi kelayakan paling banyak 1 (satu)
kali dalam periode kepengurusan tahun yang berjalan dengan jangka waktu
7 (tujuh) hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.
(4) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya Calon
Himpunan dalam masa studi kelayakan.
Pasal 47
(1) Pengesahan UKF menjadi Himpunan ditetapkan melalui Ketetapan BPM.
(2) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon Himpunan yang lulus proses
verifikasi dan masa studi kelayakan.
(3) BPM berkewajiban menyampaikan hasil pengesahan Himpunan paling
lambat 5 (lima) hari setelah pengesahan kepada Anggota IKM FEB UI.
(4) Gugatan atas hasil pengesahan Himpunan dapat dilakukan paling sedikit
oleh 20 (dua puluh) orang Anggota IKM FEB UI, paling lambat 7 (tujuh) hari
sejak penyampaian pengesahan Himpunan oleh BPM kepada IKM FEB UI.
(5) Prosedur pengajuan dan hasil gugatan diatur lebih lanjut melalui Ketetapan
BPM.
Pasal 48
(1) Masa uji coba dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung setelah tanggal
pengesahan atas perubahan status UKF menjadi Himpunan.
(2) Jika dalam waktu 2 (dua) tahun masa uji coba tersebut BSO yang
bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka status UKF
tersebut akan dikembalikan menjadi Himpunan.
(3) Mekanisme penilaian masa uji coba diatur lebih lanjut melalui Ketetapan
BPM.
Bagian Ketiga
Perubahan Status UKF Menjadi BSO
Pasal 49
UKF yang akan berubah status menjadi BSO harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. mendapat dukungan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
seluruh Anggota IKM FEB UI;
b. mendapat rekomendasi dari BEM atas permohonan perubahan status yang
diminta oleh Calon BSO;
c. beranggotakan paling sedikit 15 Anggota Aktif IKM FEB UI;
d. telah menjadi UKF paling singkat selama 3 (tiga) tahun berturut-turut;
e. tidak memiliki bidang peminatan yang sama dengan Organisasi
Kemahasiswaan lain di lingkungan IKM FEB UI;
f. mempunyai rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang
tidak bertentangan dengan UUD IKM FEB UI serta peraturan lain yang
berlaku di lingkungan IKM FEB UI; dan
g. mendapat persetujuan dan pengesahan dari BPM.
Pasal 50
Alur perubahan status UKF menjadi BSO terdiri dari:
a. pendaftaran;
b. verifikasi;
c. studi kelayakan;
d. penetapan;
e. pengesahan; dan
f. masa uji coba.
Pasal 51
(1) Pendaftaran perubahan status UKF menjadi BKM ditujukan kepada BPM.
(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BPM.
Pasal 52
(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Calon BSO
melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal
51 ayat (2).
(2) Verifikasi dilakukan oleh BPM terkait keabsahan dan keaslian seluruh
berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat (2) dan
kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 50.
(3) BPM dapat mengumpulkan dan meminta keterangan serta pendapat terkait
verifikasi berkas kepada semua pihak yang dianggap perlu.
(4) Bila Calon BSO yang bersangkutan tidak lulus verifikasi, Calon BSO tersebut
dapat mengulang kembali proses pengajuan dengan jangka waktu 7 (tujuh)
hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.
(5) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya verifikasi
dengan melandaskan alasannya pada aturan yang berlaku.
Pasal 53
(1) Masa studi kelayakan terhadap Calon BSO yang sudah lulus verifikasi
dilakukan oleh BPM paling lama 45 (empat puluh lima) hari setelah proses
verifikasi selesai.
(2) Aspek penilaian selama masa studi kelayakan terdapat pada lampiran
lembar penilaian yang akan diberitahukan kepada Calon BSO yang
bersangkutan.
(3) Dalam masa studi kelayakan, BPM berhak dan wajib mengadakan paling
sedikit 1 (satu) kali dengar pendapat terhadap Calon BSO terkait penilaian
pada masa studi kelayakan.
Pasal 54
(1) Penetapan hasil dari masa studi kelayakan ditentukan oleh BPM paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah selesainya masa studi kelayakan.
(2) BPM menginformasikan hasil dari masa studi kelayakan kepada Calon BSO
yang bersangkutan paling lambat 1 (satu) hari setelah penetapan hasil dari
masa studi kelayakan.
(3) Calon BSO yang dinyatakan tidak lulus studi kelayakan dapat meminta
pengadaan kembali masa studi kelayakan paling banyak 1 (satu) kali dalam
periode kepengurusan tahun yang berjalan dengan jangka waktu 7 (tujuh)
hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.
(4) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya Calon BSO
dalam masa studi kelayakan.
Pasal 55
(1) Pengesahan UKF menjadi BSO ditetapkan melalui Ketetapan BPM.
(2) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon BSO yang lulus proses
verifikasi dan masa studi kelayakan.
(3) BPM berkewajiban menyampaikan hasil pengesahan BSO paling lambat 5
(lima) hari setelah pengesahan kepada Anggota IKM FEB UI.
(4) Gugatan atas hasil pengesahan BSO dapat dilakukan paling sedikit oleh 20
(dua puluh) orang Anggota IKM FEB UI, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
penyampaian pengesahan BSO oleh BPM kepada IKM FEB UI.
(5) Prosedur pengajuan dan hasil gugatan diatur lebih lanjut melalui Ketetapan
BPM.
Pasal 56
(1) Masa uji coba dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung setelah tanggal
pengesahan atas perubahan status UKF menjadi BSO.
(2) Jika dalam waktu 2 (dua) tahun masa uji coba tersebut BSO yang
bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka status BSO
tersebut akan dikembalikan menjadi UKF.
(3) Mekanisme penilaian masa uji coba diatur lebih lanjut melalui Ketetapan
BPM.
BAB VII
SYARAT DAN ALUR PERUBAHAN STATUS BSO MENJADI BO
Pasal 57
BSO yang akan berubah status menjadi BO harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. mendapat dukungan paling sedikit dari 100 (seratus) orang Anggota IKM
FEB UI;
b. telah menjadi BSO paling singkat selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.
c. mampu mandiri dalam hal pendanaan organisasi dalam arti tidak akan lagi
memperoleh Dana Block Grant rutin;
d. memiliki dana cadangan minimal Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
dengan menyerahkan laporan keuangan selama 3 (tiga) tahun terakhir; dan
e. mendapat persetujuan dan pengesahan dari BPM.
Pasal 58
Alur perubahan status BSO menjadi BO terdiri atas:
a. pendaftaran;
b. verifikasi;
c. penetapan;
d. pengesahan; dan
e. masa uji coba.
Pasal 59
(1) Pendaftaran perubahan status BSO menjadi BO ditujukan kepada BPM
(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BPM
Pasal 60
(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah Calon BO
melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal
59 ayat (2).
(2) Verifikasi dilakukan oleh BPM terkait keabsahan dan keaslian seluruh
berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (2) dan
kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 57.
(3) BPM dapat mengumpulkan dan meminta keterangan serta pendapat terkait
verifikasi berkas kepada semua pihak yang dianggap perlu.
(4) Bila hingga lebih dari 15 (lima belas) hari masa verifikasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) Calon BSO yang bersangkutan tidak juga lulus
verifikasi, Calon BSO tersebut dapat mengulang kembali proses pengajuan
dengan jangka waktu 15 (lima belas) hari termasuk hari libur sejak
keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.
(5) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya verifikasi
dengan melandaskan alasannya pada Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku di lingkungan IKM FEB UI.
Pasal 61
Penetapan BSO menjadi BO ditetapkan oleh BPM dengan memerhatikan
pertimbangan EEF.
Pasal 62
(1) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon BSO yang lulus proses
verifikasi.
(2) BPM berkewajiban menyampaikan kepada Anggota IKM FEB UI atas hasil
pengesahan BSO paling lambat 5 (lima) hari setelah pengesahan.
(3) Gugatan atas hasil pengesahan BSO dapat dilakukan oleh individu atau
kelompok yang berasal dari Anggota IKM FEB UI paling lambat 10 (sepuluh)
hari sejak penyampaian pengesahan BSO oleh BPM kepada IKM FEB UI.
(4) Prosedur pengajuan dan hasil gugatan diatur melalui ketetapan BPM.
Pasal 63
(1) Masa uji coba dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung setelah tanggal
pengesahan atas perubahan status BSO menjadi BO.
(2) Jika dalam waktu 2 (dua) tahun masa uji coba tersebut BO yang
bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka status BO
tersebut akan dikembalikan menjadi BSO.
(3) Mekanisme penilaian masa uji coba diatur lebih lanjut melalui Ketetapan
BPM.
BAB VIII
SYARAT DAN ALUR PERUBAHAN STATUS BO MENJADI BSO
Pasal 64
BO yang ingin mengubah statusnya menjadi BSO, harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. mendapat dukungan paling sedikit dari 100 (seratus) orang Anggota IKM
FEB UI;
b. memberikan surat permohonan penurunan status beserta alasan
penurunanya
c. mendapat persetujuan dan pengesahan dari BPM.
Pasal 65
Alur perubahan status BO menjadi BSO terdiri dari:
a. pendaftaran;
b. masa verifikasi;
c. rapat dengar pendapat;
d. penetapan; dan
e. pengesahan.
Pasal 66
(1) Pendaftaran perubahan status BO menjadi BSO ditujukan kepada BPM.
(2) Berkas pendaftaran ditetapkan oleh BPM.
Pasal 67
(1) Verifikasi dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah Calon BSO
melengkapi seluruh berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal
66 ayat (2).
(2) Verifikasi dilakukan oleh BPM terkait keabsahan dan keaslian seluruh
berkas pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (2) dan
kelengkapan syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 64.
(3) BPM dapat mengumpulkan dan meminta keterangan serta pendapat terkait
verifikasi berkas kepada semua pihak yang dianggap perlu.
(4) Bila Calon BSO yang bersangkutan tidak lulus verifikasi, Calon BSO tersebut
dapat mengulang kembali proses pengajuan dengan jangka waktu 15 (lima
belas) hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.
(5) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya verifikasi
dengan melandaskan alasannya pada aturan yang berlaku.
Pasal 68
Rapat dengar pendapat terhadap Calon BSO yang sudah lulus verifikasi
dilakukan oleh BPM paling lambat selama 30 (tiga puluh) hari setelah proses
verifikasi selesai.
Pasal 69
(1) Penetapan hasil dari masa studi kelayakan ditentukan oleh BPM paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah selesainya masa studi kelayakan.
(2) BPM menginformasikan hasil dari masa studi kelayakan kepada Calon BSO
yang bersangkutan paling lambat 1 (satu) hari setelah penetapan hasil dari
masa studi kelayakan.
(3) Calon BSO yang dinyatakan tidak lulus studi kelayakan dapat meminta
pengadaan kembali masa studi kelayakan paling banyak 1 (satu) kali dalam
periode kepengurusan tahun yang berjalan dengan jangka waktu 7 (tujuh)
hari sejak keluarnya pernyataan tidak lulus dari BPM.
(4) BPM berkewajiban memberikan penjelasan atas tidak lulusnya Calon BSO
dalam masa studi kelayakan.
Pasal 70
(1) Pengesahan BO menjadi BSO ditetapkan melalui Ketetapan BPM.
(2) Pengesahan hanya dapat dilakukan atas Calon BSO yang lulus proses
verifikasi dan masa studi kelayakan.
(3) BPM berkewajiban menyampaikan hasil pengesahan BSO paling lambat 5
(lima) hari setelah pengesahan kepada Anggota IKM FEB UI.
(4) Gugatan atas hasil pengesahan BSO dapat dilakukan paling sedikit oleh 20
(dua puluh) orang Anggota IKM FEB UI, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
penyampaian pengesahan BSO oleh BPM kepada IKM FEB UI.
(5) Prosedur pengajuan dan hasil gugatan diatur melalui Ketetapan BPM.
Pasal 71
(1) Masa uji coba dilakukan selama 2 (dua) tahun terhitung setelah tanggal
pengesahan atas perubahan status BO menjadi BSO.
(2) Jika dalam waktu 2 (dua) tahun masa uji coba tersebut BSO yang
bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka status BSO
tersebut akan dikembalikan menjadi BO.
BAB X
PEMISAHAN BO DARI IKM FEB UI
Pasal 72
(1) BO dapat dipisahkan dari IKM FEB UI atas permintaan BO yang
bersangkutan.
(2) Pemisahan BO dari IKM FEB UI ditetapkan oleh BPM dengan memerhatikan
pertimbangan EEF.
(3) Terkait putusan pemisahan yang ditetapkan BPM, BO yang bersangkutan
dapat mengajukan gugatan melalui BPM sesuai prosedur aturan gugatan
yang berlaku dengan jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) setelah
keluar ketetapan BPM.
(4) BO yang dinyatakan berpisah dari IKM FEB UI tetap dapat
menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkungan FEB UI, tetapi tidak
berhak dan tidak berkewajiban mengikuti segala kegiatan dan peraturan
yang berada di IKM FEB UI.
(5) BO yang dinyatakan berpisah dari IKM FEB UI tidak berhak memosisikan
dirinya sebagai perwakilan FEB UI di dalam dan/atau di luar lingkungan
FEB UI.
(6) BO yang telah dinyatakan berpisah dapat bergabung kembali dalam IKM
FEB UI dengan syarat dan ketentuan yang diatur lebih lanjut dalam
ketetapan BPM.
BAB XI
SANKSI
Pasal 73
UKF yang tidak melaksanakan kewajibannya akan mendapatkan sanksi yang
ditetapkan oleh BEM.
Pasal 74
(1) BKM yang tidak melaksanakan kewajiban pada pasal 16 huruf c, d, e, dan f
akan mendapatkan surat peringatan pertama dari BPM;
(2) BKM yang tidak mengindahkan surat peringatan pertama dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan mendapatkan surat peringatan
kedua dan sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah) atau pemotongan Dana Block Grant rutin paling banyak
20% (dua puluh persen).
(3) BKM yang tidak mengindahkan surat peringatan kedua dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan mendapat surat peringatan
ketiga dan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) atau
pemotongan Dana Block Grant paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan
paling banyak 50% (lima puluh persen).
(4) BKM yang tidak mengindahkan surat peringatan ketiga dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan mendapatkan sanksi berupa
kehilangan hak menggunakan ruangan sekretariat selama periode tahun
berjalan.
Pasal 75
BKM yang mengalami kekosongan kekuasaan selama 2 (dua) tahun
berturut-turut atau mendapatkan mosi tidak percaya dari 50% (lima puluh
persen) ditambah satu dari anggota BKM terkait , dapat dibubarkan melalui
Musyawarah Mahasiswa.
Pasal 76
(1) Himpunan yang tidak melaksanakan kewajiban pada pasal 18 huruf c, d, e,
f, g, dan h akan mendapatkan surat peringatan pertama dari BPM.
(2) Himpunan yang tidak mengindahkan surat peringatan pertama dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan mendapatkan surat peringatan
kedua dan sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah) atau pemotongan Dana Block Grant rutin paling banyak
20% (dua puluh persen).
(3) Himpunan yang tidak mengindahkan surat peringatan kedua dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan mendapat surat peringatan
ketiga dan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) atau
pemotongan Dana Block Grant paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan
paling banyak 50% (lima puluh persen).
(4) Himpunan yang tidak mengindahkan surat peringatan ketiga dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan mendapatkan sanksi berupa
kehilangan hak menggunakan ruangan sekretariat selama periode tahun
berjalan.
Pasal 77
Himpunan yang mengalami kekosongan kekuasaan selama 2 (dua) tahun
berturut-turut atau mendapatkan mosi tidak percaya dari 50% (lima puluh
persen) ditambah satu dari anggota Himpunan terkait, dapat dibubarkan
melalui Musyawarah Mahasiswa.
Pasal 78
(1) BSO yang tidak melaksanakan kewajiban pada pasal 20 huruf c, d, e, dan f
akan mendapatkan surat peringatan pertama dari BPM.
(2) BSO yang tidak mengindahkan surat peringatan pertama dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan mendapatkan surat peringatan
kedua dan sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah) atau pemotongan Dana Block Grant rutin paling banyak
20% (dua puluh persen).
(3) BSO yang tidak mengindahkan surat peringatan kedua dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan mendapat surat peringatan
ketiga dan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) atau
pemotongan Dana Block Grant paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan
paling banyak 50% (lima puluh persen).
(4) BSO yang tidak mengindahkan surat peringatan ketiga dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan mendapatkan sanksi berupa
kehilangan hak menggunakan ruangan sekretariat selama periode tahun
berjalan.
Pasal 79
BSO yang mengalami kekosongan kekuasaan selama 2 (dua) tahun
berturut-turut atau mendapatkan mosi tidak percaya dari 50% (lima puluh
persen) ditambah satu dari jumlah Anggota IKM FEB UI, dapat dibubarkan
melalui Musyawarah Mahasiswa.
Pasal 80
(1) BO yang tidak melaksanakan kewajiban pada pasal 22 huruf c, dan d akan
mendapatkan surat peringatan pertama dari BPM;
(2) BO yang tidak mengindahkan surat peringatan pertama dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan mendapatkan surat peringatan
kedua dan sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
(3) BO yang tidak mengindahkan surat peringatan kedua dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan mendapat surat peringatan
ketiga dan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) serta
kehilangan hak Dana Block Grant non rutin.
(4) BO yang tidak mengindahkan surat peringatan ketiga dari BPM
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan mendapatkan sanksi berupa
kehilangan hak menggunakan ruangan sekretariat selama periode tahun
berjalan.
Pasal 81
BO yang mengalami kekosongan kekuasaan selama 2 (dua) tahun berturut-
turut atau mendapatkan mosi tidak percaya dari 50% (lima puluh persen)
ditambah satu dari jumlah Anggota IKM FEB UI, dapat dibubarkan melalui
Musyawarah Mahasiswa.
BAB XII
PENUTUP
Pasal 82
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang Organisasi Kemahasiswaan dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini.
Pasal 83
Dengan berlakunya Undang-Undang ini maka Undang-Undang Badan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Nomor 5 Tahun
2014 tentang Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 84
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2018.
Disahkan di Depok
pada tanggal 5 September 2017
KETUA
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA,
IVAN DEVARA
NPM. 1406535313
Diundangkan di Depok
pada tanggal 5 September 2017
KEPALA KOMISI LEGISLASI DAN YUDIKASI
BADAN PERWAKILAN MAHASISWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA,
FITRA FIRMA KURNIAWAN
NPM. 1506678341
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG
IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2017
TENTANG
ORGANISASI KEMAHASISWAAN
I. UMUM
Pada dasarnya Organisasi Kemahasiswaan merupakan organisasi
kemahasiswaan yang berada di IKM FEB UI. Keberadaan organisasi
kemahasiswaan sangat penting sebagai wadah untuk menampung minat dan
bakat seluruh Anggota IKM FEB UI. Pembuatan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2017 bertujuan untuk mewujudkan Organisasi Kemahasiswaan yang
lebih sistematis dan terstruktur. Selain itu, pembuatan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2017 bertujuan untuk menyesuaikan ketentuan mengenai Badan
Otonom, Badan Semi otonom, Badan Keagamaan Mahasiswa, Himpunan dan
Unit Kegiatan Fakultas dengan UUD IKM FEB UI.
Sebelumnya, pada UU No 5 tahun 2014 tentang UKM FEUI, status BPM
dan Himpunan termasuk dalam kategori Badan Semi Otonom. Padahal, secara
struktural dan fundamental, BPM dan Himpunan memiliki ciri-ciri khusus yang
berbeda dari Badan Semi Otonom. BPM secara struktural dan fundamental
memiliki fungsi Legislatif dan Yudikatif kemahasiswaan IKM FEB UI. Sedangkan
Himpunan secara struktural dan fundamental memiliki fungsi Eksekutif
kemahasiswaan terhadap jurusannya masing-masing. Sehingga, haruslah
dibuat suatu Undang-Undang baru yang dapat memperjelas dan merangkup
permasalahan struktural dan fundamental BPM serta Himpunan secara baik
dan benar.
Selain itu, pada UU No 5 tahun 2014 tentang UKM FEUI, keanggotaan
dari BPM, BEM, Himpunan, BKM, dan UKF hanya dapat dimiliki oleh
mahasiswa dengan status IKM Aktif. Akan tetapi, secara organisasi UKF
merupakan unit yang menghimpun minat dan tidak berkaitan secara langsung
dengan kemahasiswaan. Tidak lah benar jika hanya mahasiswa dengan IKM
Aktif saja yang dapat mengikuti UKF.
Berdasarkan dua hal tersebut dan untuk menyesuaikan organisasi
kemahasiswaan FEB UI dengan perkembangan ketatanegaraan IKM FEB UI
Serta untuk mewujudkan organisasi mahasiswa yang lebih demokratis, adil,
dan terpercaya, pembuatan Undang-Undang baru sangatlah penting. Selain
untuk mengatur semua permasalahan diatas, Undang-undang ini juga
mengatur tentang syarat, alur pendirian dan perubahan status BO, Himpunan,
BKM, BSO, dan UKF. Dengan berlakunya undang-undang ini, diharapkan:
(1) tidak terjadi kesewenang-wenangan dan adanya kepastian hukum;
(2) terciptanya ketertiban dalam Organisasi Kemahasiswaan IKM FEB UI; dan
(3) sebagai pengaturan Organisasi Kemahasiswaan FEB UI untuk menjalankan
fungsi sebagaimana mestinya.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan penyimpangan, yaitu tindakan yang
dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu yang tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku dan/atau merugikan pihak lain.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan banding, yaitu proses menentang
keputusan hukum secara resmi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Sedangkan yang dimaksud dengan peninjauan kembali,
yaitu suatu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana
(orang yang dikenai hukuman) dalam suatu kasus hukum terhadap
suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
dalam sistem peradilan di lingkungan IKM FEB UI
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 16
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Program Kerja yang dimaksud ialah Program Kerja yang melibatkan
publik IKM FEB UI diluar anggota pengurus organisasi.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 17
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan penyimpangan, yaitu tindakan yang
dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu yang tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku dan/atau merugikan pihak lain.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan banding, yaitu proses menentang
keputusan hukum secara resmi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Sedangkan yang dimaksud dengan peninjauan kembali,
yaitu suatu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana
(orang yang dikenai hukuman) dalam suatu kasus hukum terhadap
suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
dalam sistem peradilan di lingkungan IKM FEB UI
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 18
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Program Kerja yang dimaksud ialah Program Kerja yang melibatkan
publik IKM FEB UI diluar anggota pengurus organisasi.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 19
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan penyimpangan, yaitu tindakan yang
dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu yang tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku dan/atau merugikan pihak lain.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan banding, yaitu proses menentang
keputusan hukum secara resmi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Sedangkan yang dimaksud dengan peninjauan kembali,
yaitu suatu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana
(orang yang dikenai hukuman) dalam suatu kasus hukum terhadap
suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
dalam sistem peradilan di lingkungan IKM FEB UI
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan penyimpangan, yaitu tindakan yang
dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu yang tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku dan/atau merugikan pihak lain.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan banding, yaitu proses menentang
keputusan hukum secara resmi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Sedangkan yang dimaksud dengan peninjauan kembali,
yaitu suatu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh terpidana
(orang yang dikenai hukuman) dalam suatu kasus hukum terhadap
suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
dalam sistem peradilan di lingkungan IKM FEB UI
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.
Ayat 3
Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.
Ayat 3
Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.
Ayat 3
Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.
Ayat 4
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.
Ayat 3
Sanksi hanya berlaku untuk periode berjalan.
Ayat 4
Cukup jelas.
Top Related