i
UJI EFIKASI KONSENTRASI BUAH MENTIMUN (Cucumis cativus L.)
DAN BUAH PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAI LARVASIDA
NYAMUK Culex sp
Oleh
Rindiani
NIM : 151.145.099
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM
2018
ii
UJI EFIKASI KONSENTRASI BUAH MENTIMUN (Cucumis cativus L.)
DAN BUAH PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAI LARVASIDA
NYAMUK Culex sp
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Rindiani
NIM : 151.145.099
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM
2018
vii
MOTTO
Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telahmenjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air
hujan . Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dan tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam . (QS. Taha(20) : 53).1
1 Yaysan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur’an. 1971. Al-Qura’an dan Terjemahannya.
Departemen Urusan Agama Islam. Hlm. 476
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
بِ
Yang utama dari segalanya ..
Sembah sujud sertasyukur kepada Allah SWT.
Taburan cinta dankasih sayang-Mu telah memberikan ku kekuatan, membekali ku dengan ilmu
serta memperkenalkan ku dengan cinta. Atas karunia dan kemudahan yang engkau berikan
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan
Rasulullah Muhammad SAW.
Ku persembahkan skripsi ini kepada orang-orang yang kusayangi, yaitu :
1. Ayah handa (H.Muslim Darmawan) dan ibunda tercinta (Muhaini), terima kasih yang
tiada terhingga ku persembahkan karya kecil ini kepada kalian yang telah memberikan
kasih sayang, do a, segala dukungan dan cinta kasih yang tiada tercinta yang tiada
mungkin dapat ku balas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia.
2. Kakak-kakak ku tercinta ( Juni, Nasri, Lin, Dewi, Diana, dan Nardik) yang selalu
memberikan semangat, do a, dan motivasi dalam setiap usaha yang ku lakukan untuk
menyelesaikan pendidikan ku, dan terima kasih untuk semua keluarga besarku yang tidak
bisa ku sebut semuanya,
3. Bapak, ibu, kakak, dan teman-teman yang telah membantu dalam proses pencarian alat
dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian, terima kasih atas waktu, motivasi serta
menjadi inspirasi bagiku. Semoga Allah membalas kebaikan dan meridhoi perjuangan dalam
menuntut dan mengajarkan ilmu, terima kasih atas bantuan yang diberikan untukku.
4. Seluruh keluarga besar ku kelas VII C (CCS 14 ) yang selalu berjuang bersama, yang selalu
menyenangkan hati dalam suka maupun duka, yang telah mengukir banyak kenangan
bersama kalian dalam masa perkuliahan, dan terima kasih atas semangat serta motivasi
dari kalian semua CCS.
5. Almamater tercinta yang menjadi kebanggan.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi
Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Aamiin
Allahuma Aamiin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana pada program Pendidikan IPA Biologi Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis memberikan
penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu, yaitu mereka antara lain :
1. Nurdiana, SP.MP., selaku Pembimbing I dan Ervina Titi Jayanti, M.Sc., selaku
Pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail,
terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukan dalam suasan keakraban
menjadikan skripsi ini lebih matang dancepat selesai.
2. Dr. Ir. Edi M. Jayadi, MP., selaku ketua jurusan sekaligus Penguji II, Dr.
Suhirman, M. Si., selaku Penguji I yang telah memberikan saran konstruktf bagi
penyempurnaan skripsi ini, dan Alwan Mahsul, M. Pd., selaku sekertaris Jurusan.
3. Dr. H. Adi Fadli, M. Ag., selaku dosen wali yang selalu memberikan arahan
selama studi.
4. Semua Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan IPA Biologi Universitas Islam
Negeri Mataram yang telah memberikan mimbingan selama menjalani
perkuliahan.
5. Staf Laboran Biologi Universitas Islam Negeri Mataram Muhattir Muhammad,
S.Pd, Yuliatin, S.Pd, dan Quratul Aini,S.Pd yang telah membantu selama proses
penelitian.
x
6. Dr. Hj. Lubna, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Unversitas
Islam Negeri Mataram.
7. Dr. H. Mutawali, M. Ag, selaku rektor Universitas Islam Negeri Mataram dan
segenap civitas akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semesta.
Aamiin.
Tak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan Yang Esa. Penulis
menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang konstruktif agar dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.
Mataram, 19 Desember 2017
Penulis
Rindiani
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI.............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
ABSTRAK ................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah....................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................... 5
D. Penegasan Istilah ........................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 9
A. Tinjauan NyamukCulex sp........................................................... 9
1. TaksonomiCulex sp. ............................................................... 10
2. Morfologi dan FisioligiCulex sp............................................. 11
3. Siklus hidupCulex sp .............................................................. 13
4. Habitat nyamukCulex sp......................................................... 16
xii
5. Binomika nyamukCulex sp..................................................... 17
6. Pengendalian vektorCulex sp.................................................. 18
7. Penyebaran penyakit kaki gajah .............................................. 19
B. Tinjauan Buah Mentimun (Cucumis sativus L). .......................... 20
1. Tinjauan Buah Mentimun........................................................ 20
2. Morfologi Buah Mentimun...................................................... 21
3. Syarat Tumbuh Mentimun....................................................... 24
4. Niliai gizi dan Manfaat Mentimun .......................................... 24
C. Tinjauan Buah Pare (Momordica charantia L)............................ 25
1. Taksonomi Buah Pare.............................................................. 25
2. Morfologi Buah Pare ............................................................... 26
3. Syarat Tumbuh Buah Pare....................................................... 28
4. Nilai gizi dan Manfaat Buah Pare............................................ 29
5.Senyawa Metabolit Buah Mentimun dan Pare ........................ 30
D. Kerangka Berpikir ...................................................................... 31
E. Hipotesis ..................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 35A. Jenis Penelitian............................................................................. 35
B. Desain Penelitian ......................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 36
D. Tempat danWaktu Penelitian ....................................................... 36
E. Alat dan Bahan............................................................................. 36
F. Variabel Penelitian....................................................................... 37
G. Prosedur Penelitian....................................................................... 37
1. Pembuatan Perasan Buah Mentimun dan Pare ........................ 37
2. Tahap Pengenceran.................................................................. 38
3. Tahap Pengujian ...................................................................... 39
H. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 40
I. Teknik Analisis Data.................................................................... 41
xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 43
A. Hasil Penelitian........................................................................... 43
B. Analisis Data............................................................................... 44
C. Pembahasan ................................................................................ 52
BAB V PENUTUP ................................................................................... 60A. Simpulan..................................................................................... 60
B. Saran .......................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 61
LAMPIRAN............................................................................................... 65
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Pare......................................................................... 29
Tabel 2. Rancangan Variasi Perlakuan ..................................................................... 36
Tabel 3. Pengamatan mortalitas larva nyamukCulex sp .......................................... 40
Tabel 4. Mortalitas larvaCulex sp pada Buah Mentimun......................................... 44
Tabel 5. Mortalitas larva Culex sp pada Buah pare .................................................. 44
Table 6. Rata-rata mortalitasCulex sp pada buah Mentimun ................................... 46
Table 7. Rata-rata mortalitasCulex sp pada buah Pare............................................. 47
Table 8. Hasil uji Probit ............................................................................................ 49
Table 9.Uji Normalitas data ...................................................................................... 50
Table 10.UjiKruskal Wallis...................................................................................... 51
Table 11.Uji Post Hoc............................................................................................... 51
xv
DAFTAR GAMBARHal
Gambar 1.Culex sp betina ......................................................................................... 12
Gambar 2.Culex sp jantan ........................................................................................ 12
Gambar 3. Siklus nyamukCulex sp.......................................................................... 13
Gambar 4. Telur nyamukCulex sp ........................................................................... 14
Gambar 5. Larva nyamukCulex sp........................................................................... 15
Gambar 6. Pupa nyamukCulex sp............................................................................ 16
Gambar 7. Morfologi buah Mentimun (Cucumis sativus L)..................................... 23
Gambar 8. Morfologi buah Pare(Momordica charntia L) ........................................ 28
Gambar 9. Diagram batang kematian larvaCulex sp pada buah Mentimundan Pare................................................................................................ 45
Gambar 10. Diagram batang mortalitas larva periode waktu 24 jam padabuah Mentimun dan buah Pare............................................................. 47
Gambar 11. Diagram batang mortalitas larva periode waktu 24 jam pada Pare....... 48
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1: Dokumentasi Penelitian........................................................................ 65
Lampiran 2 : Data Hasil Penelitian ........................................................................... 68
Lampiran 3 : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS........................................ 74
Lampiran 4 : Surat penelitian.................................................................................... 88
Lampiran 5 : Rancangan Jadwal Kegiatan Penelitian............................................... 91
xvii
Uji Efikasi Konsentrasi Buah Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Buah Pare(Momordica charantia L.) Sebagai Larvasida Nyamuk Culex sp
Oleh:
RindianiNIM: 151.145.099
Abstrak
Nyamuk merupakan salah satu ektoparasit pengganggu yang merugikankesehatan manusia. Salah satunya adalah nyamukCulex sp yang merupakan vectordari penyakitfilariasis. Penyakitfilariasis (kaki gajah) merupakan penyakit menulardisebabkan oleh infeksi cacingfilaria yang hidup di kelenjar getah bening dan darah,bersifat menahun dan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Buah mentimun dan buahpare mengandung senyawatoksik yaitu saponin, tanin, alkaloid dan flavonid yangberpotensi sebagailarvasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitasperasan buah mentimun dan buah pare sebagai larvasida nyamukCulex sp. Jenispenelitian ini adalah eksperimen murni, dengan rancangan acak lengkap (RAL) 2Faktorial. Perasan buah mentimun dan buah pare dibuat dengan cara memeras saribuahnya, denga konsentrasi yaitu 0% (sebagai kontrol) 20%, 40%, 60%, dan 80%.Pengujian larvasida dilakukan dengan cara memasukkan 10 ekor larvaCulex sp instarIV ke dalam perasan buah mentimun dan buah pare. Perlakuan diamati per 3 jamselama 24 jam dan mengamati jumlah larva yang mati, kemudian dilakukan ulangansebanyak 3 kali ulangan. Pengaruh terbesar terdapat pada konsentrasi 60 % dan 80 %yaitu sebanyak 100 %, sedangkan terendah pada konsentrasi 20% dan 40% yaitusebanyak 60%. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi yang diberikanpada masing-masing perlakuan, maka semakin tinggi tingkat kematian pada hewanuji. Analisis data yang dilakukan secara bivariat(kruskal wallis) menggunakanprogramSPSS 16. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antaraperasan buah mentimun dan perasan buah pare dengan kematian larva (p=0,000).Analisis probit pada perasan buah mentimun didapatkan nilai LC50 yaitu 33,872%dan nilai LC90 yaitu 54,373%, sementara pada perasan buah pare nilai LC50 dan LC90
yaitu 21,580% dan 34,642%. Hal ini menunjukkan bahwa perasan buah pare lebihefektif sebagailarvasida nyamuk Culex sp dibandingkan dengan perasan buahmentimun.
Kata Kunci : Konsentrasi, Buah Mentimun, Buah Pare, Larva nyamukCulex sp,Mortalitas.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit filariasis (kaki gajah) merupakan salah satu penyakit
menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacingfilaria yang hidup di kelenjar
getah bening dan darah, bersifat menahun dan dapat menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan
maupun laki-laki yang dibawa melalui perantara nyamuk.1 Saat ini di
Indonesia telah ditemukan 3 spesies cacingfilaria yang menginfeksi
manusia, yaituWuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.2
Pada dasarnya nyamukCulex sp adalah jenis nyamuk yang berperan
sebagai vektor penyakitfilariasis (kaki gajah).
Indonesia tergolong daerah rawan kasusfilariasis. Jumlah kasus
klinis filariasis di Indonesia berdasarkan data kumulatif sampai tahun
2013 ditemukan sejumlah 12.714 kasus dan mengalami peningkatan sejak
tahun 2012, yaitu sejumlah 11.902 kasus, dan semakin meningkat pada
tahun 2014 yaitu terdapat 14,932 penderita terkena penyakitfilariasis. Hal
ini menyebabkan penyakit tersebut penting untuk ditanggulangi.3
1Maria Nindatua, Novita L. Tuhumury, Martha Kaihena.“Pengembangan Ekstrak EtanolDaun Lavender (Lavandula Angustifolia) Sebagai Anti nyamuk Vektor FilariasisCulex sp.” JurnalKedokteran Dan Kesehatan, Molucca Medica, Volume 4, Nomor 1, Oktober 2011, hlm. 19-27.
2Murti Utami. Kaki Gajah Harus Disembuhkan. Kementrian kesehatan RI,( Jakarta :Mediakom : 2015), hal : 24.
3Dyah Mahendrasari Sukendra, Muhammad Atiq Shidqon. “Gambaran Perilaku Menggigit
NyamukCulex sp. Sebagai Vektor Penyakit FilariasisWuchereria Bancrofti.”Jurnal Pena Medika,Vol. 6, No. 1, Juni 2016, hal. 19– 33.
2
Salah satu upaya pencegahan penyakitfilariasis di Indonesia yaitu
pengelolaan lingkungan untuk pengendalian vektor nyamukCulex sp, yang
meliputi pengendalian tempat perindukan jentik seperti mengalirkan air yang
tergenang dengan saluran air, penimbunan genangan air, penebaran ikan
pemangsa jentik seperti ikan mujair, pengeringan air dengan menanam pohon
yang cepat menyerap air, penanaman pohon bakau dan membersihkan
tanaman ganggang atau lumut pada saluran air, serta penegendalian vektor
secara hayati berupa insektisida alami.4
Pemberantasan secara mekanik dan biologi lebih ramah lingkungan
dari pada dengan cara kimia. Hal ini dikarenakan sebagian besar obat anti
nyamuk mengandung bahan kimia sintetis konsentrasi tinggi. Insektisida
hayati dari tumbuhan mempunyai potensi untuk mengendalikan vektor.
Insektisida hayati yang terbuat dari bahan alami atau nabati tersebut
bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan
relatif aman bagi manusia dan binatang ternak. Daya bunuh insektisida
hayati berasal dari zat toksik yang dikandungnya. Selain itu lebih
ekonomis dan terjangkau semua kalangan.5
Beberapa tumbuhan memiliki golongan senyawa yangtoksik
sehingga dapat memberikan efek sebagai larvasida. Senyawatoksik
tersebut adalah golongan senyawaalkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid.
4Nina Aryani, Ida Ayu Pasti Apsari, Iwan Aryono Utama. “ Proporsi Dan Dinamika Larva
Aedes aegpty, Anopheles danCulex yang ditemukan di Denpasar .” Jurnal Viternier, Vol. 9, No. 1,
Maret 2008, hal. 41-44.5Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono.“ Pengendalian NyamukAedes aegypti dan Culex
quinquefasciatus dengan Penyemprotan Sistem Pengasapan (Thermal Fogging) MenggunakanInsektisida Laden 500ec.” Jurnal Vektora Vol. 1 No. 1, April 2009, hal. 35.
3
Buah mentimun (Cucumis sativus L.) dan buah pare (Momordica
charantia L.) tergolong memiliki senyawa-senyawa tersebut.6
Buah mentimun dan buah pare termasuk dalam suku labu-labuan
(Cucurbitaceae) dan merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang
dapat dimakan. Kedua buah tersebut telah terbukti memiliki senyawa
alkaloid, saponin, dan flavonoid. Alkaloid merupakan komponen aktif
yang bekerja di saraf dan dapat bertindak sebagai racun melalui mulut
larva, karena senyawaalkaloid yang menyebabkan rasa pahit pada ujung
buah mentimun. Senyawasaponin bersifat racun bagi hewan berdarah
dingin termasuk nyamuk.Saponin dapat menurunkan nafsu makan larva
sehingga larva akan mati kelaparan. Selain itu, pada buah mentimun dan
pare juga terdapat senyawaflavonoid yang mempunyai rasa pahit dan
bersifat menolak serangga. Apabila senyawaflavonoid masuk kemulut
serangga dapat mengakibatkan kelemahan pada saraf dan kerusakan pada
spirakel sehinga serangga tidak bisa bernafas dan akhirnya mati, senyawa
ini yang akan menghambat proses pertumbuhan serangga.7
Penelitian yang menggunakan buah mentimun sebagai larvasida
terhadap larvaAedes aegepty instar III dan IV oleh Syamsul, dkk (2014)
menunjukkan nilai Letal Concentration (LC50) dari perasan buah
mentimun sebesar 43,06%, sedangkan penelitian tentang buah pare
sebagai larvasida dilakukan oleh Ilham Syam dkk (2015) menunjukan
6Syamsul , Eka Siswanto, and Eka Purwanto.“Uji aktivitas perasan buah mentimun (cucumissativus l) sebagai Biolarvasida terhadap larva nyamukAedes aegypti”, Jurnal KimiaMulawarman.vol.11.2.2014, hlm. 70
7Ibid, hlm : 72.
4
bahwa pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15% dapat membunuh larva
nyamukAedes aegepty.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti menggunakan
perasan buah mentimun dan buah pare sebagai larvasida nyamukCulex sp,
dengan judul“ Uji Efikasi Konsentrasi Buah Mentimun (Cucumis sativus
L.) dan Buah Pare (Momordica charantia L.) sebagai larvasida nyamuk
Culex sp.
B. Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada
penelitian ini difokuskan pada :
a. “Apakah perasan buah mentimun dan perasan buah pare dapat
digunakan sebagailarvasida nyamukCulex sp”?
b. “Bagaimanakah perbedaan efikasi perasan buah mentimun dan
buah pare sebagailarvasida nyamukCulex sp”?
c. “Bagaimanakah tingkat mortalitas larva instar IV nyamuk Culex sp
menggunakan perasan buah mentimun(Cucumis sativus L.) dan
buah pare (Momordica charantia L.)” ?
2. Batasan Masalah
Berdasarkan objek yang akan diteliti, serta untuk memperjelas
ruang lingkup ini maka perlu ada batasan masalah. Adapun batasan
masalah pada penelitian ini adalah :
a. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perasan dari buah
mentimun dan buah pare.
5
b. Penelitian ini menggunakan instar IV larva nyamukCulex sp.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :
1) “Efikasi perasan buah mentimun dan buah pare sebagai larvasida
nyamukCulex sp”.
2) “Perbedaan efikasi perasan buah mentimun dan buah pare sebagai
larvasida nyamukCulex sp”.
3) “Tingkat mortalitas larva instar IV nyamuk Culex sp menggunakan
perasan buah mentimun(Cucumis sativus L.) dengan buah pare
(Momordica charantia L.)”.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dimaksud, antara lain :
1. Untuk menambah khasanah wawasan pengetahuan bagi peneliti
tentang efikasi perasan buah mentimun dan buah pare sebagai
larvasida nyamukCulex sp.
2. Untuk menambah informasi sebagai acuan peneliti.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian
yang lebih luas lagi terkait penelitian mengenai efikasi perasan
buah mentimun (Cucumis sativus L.) dan buah pare (Momordica
chrantia L.) sebagai larvasida nyamukCulex sp.
4. Untuk Mahasiswa dapat dijadikan sebagai rujukana, acuan atau
refensi dalam praktikum dan pembelajaran.
6
5. Untuk lembaga UIN Mataram dalam menunjang peningkatan
kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas.
6. Untuk masyarakat, agar mengetahui bahwa buah mentimun
(Cucumis sativus L.) dan buah pare (Momordica charantia L.) ini
bukan hanya digunakan atau dimanfaatkan sebagai bahan makanan,
bahan industri kosmetik, dan sebagai obat penyakit, tetapi juga
sebagailarvasida nyamukCulex sp.
D. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi perluasan makna terhadap istilah dalam
penelitian ini, maka berikut ini ada beberapa penjelasan mengenai istilah-
istilah yang digunakan pada judul tersebut :
1. Efikasi
Efikasi kata lain dari efektivitas, yaitu kemampuan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
2. Buah Mentimun
Buah mentimun yang digunakan adalah buah mentimun jenis
splicing cucumber atau buah mentimun yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat sebagai lalapan yang biasa banyak dijual dipasaran.
Pemilihan buah mentimun yakni yang sudah siap panen yang
berwarna hijau segar dengan tingkat kematangan yang sedang, artinya
tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Bagian buah yang akan
digunakan bukan seluruhnya, melainkan bagian yang paling ujung
dekat tangkai.
7
3. Buah Pare
Jenis buah pare yang digunakan adalah buah pare yang
ukurannya panjang dan berwarna hijau muda. Pemilihan buah pare juga
sama seperti buah mentimun yang sudah siap panen dengan warna hijau
segar. Bagian buah yang akan digunakan adalah seluruh bagian buah
karena keseluruhan buahnya memiliki rasa pahit dan terbukti
mengandung senyawasaponin, alkaloid danflavonoid.8
4. Larvasida
Zat kimia yang digunakan untuk membunuh larva atau
tempayak serangga.9 Pada penelitian ini bahan yang akan digunakan
sebagai larvasida adalah perasan dari buah mentimun dan buah pare.
5. LarvaCulex sp
Larva atau jentik adalah serangga berbentuk ulat yang belum
dewasa yang baru keluar dari telurnya, atau bentuk pradewasa
makhluk yang mengalamimetamorfosis sempurna,10 seperti nyamuk
Culex sp. Tahap yang dialami oleh nyamukCulex sp yaitu telur, larva,
pupa dan nyamuk dewasa. Larva yang akan digunakan pada penelitian
ini yaitu larva instar IV. Ciri-ciri dari larva instar IV, memiliki
perubahan perkembangbiakan dalam jangka waktu 2-3 hari, morfologi
tubuh terdiri atas kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen).
8Santoso, “Usaha Tanaman Pare”, Brosur Instalasi Penelitian Dan Pengkajian TeknologiPertanian, Dki Jakarta, 1996, hlm. 6.
9Tim Penyusun Realit,Kamus Biolodi Edisi Lengkap, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), hlm.230.
10Mien A. Rifai, Kamus Biologi, (Jakarta: Balai Pustak, 2004), hlm. 105.
8
Larva ini berukuran paling besar 5 mm, tubuhnya langsing dan
bergerak sangat lincah.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Nyamuk Culex sp
Nyamuk merupakan salah satu ektoparasit pengganggu yang
merugikan kesehatan manusia. Hal tersebut disebabkan kemampuannya
sebagai vektor berbagai penyakit. Salah satunya adalahCulex sp yang
merupakan vektor dari penyakitfilariasis (kaki gajah). Kaki gajah menjadi
penyakit yang kurang diacuhkan orang, karena banyak yang tidak
menyadari sudah terkena penyakit tersebut pada tahap awalnya. Hal ini
bisa dimaklumi karena penyakit ini tidak langsung menunjukkan gejala.
Gejala tersebut akan muncul dan dirasakan setelah beberapa kali digigit
nyamuk dan parasit masuk ke dalam tubuh (fase subklinis) sehingga sering
kali si penderita terlambat ditangani.11
Gejala akut dan keluhan yang dialami penderita adalah demam
berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan
muncul lagi setelah bekerja berat, pembengkakan kelenjar getah bening
(tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan,
panas dan sakit, radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas
dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah
ujung.12
NyamukCulex sp betina merupakan nyamuk yang aktif menggigit
karena memerlukan darah untuk perkembangan telurnya. Pada saat
11Murti Utami. “Kaki Gajah..,” hal : 25.12Ibid, hal : 27.
10
nyamuk aktif mencari darah maka nyamuk akan terbang berkeliling untuk
mencari rangsangan darihospes yang cocok. Nyamuk tertarik pada benda
dan pakaian berwarna gelap, manusia serta hewan. Hal ini disebabkan oleh
rangsangan bau zat-zat yang dikeluarkan hewan, terutama CO2 dan
beberapa asam amino. Berbeda dengan nyamukAnopheles, nyamuk genus
Culex mempunyai kebiasaan menghisap pada malam hari saja. Jarak
terbang nyamukCulex sp sangat pendek hanya beberapa puluh meter
saja.13
1. Taksonomi Culex sp
Nyamuk merupakan salah satu di antara serangga yang sangat
penting dalam dunia kesehatan. Adapun klasifikasi dari nyamukCulexsp
adalah sebagai berikut :
Kingdom :Animalia
Filum : Arthtopoda
Kelas :Insecta
Ordo :Diptera
Famili : Culicidae
Sub famili :Culicianae
Genus :Culex
Spesies :Culex sp
Berdasarkan klasifikasi di atas nyamukCulex sp termasuk dalam
salah satu ordoDiptera dan keluargaCulicidae. Dalam bahasa,Culicidae
dikenal dengan sebutan nyamuk. Jenis nyamuk dalam keluarga ini
13Zumrotus Sholichah. “Ancaman dari NyamukCulex sp yang Terabaikan”. Jurnal Litbang
P2B2 Banjarnegara Vol. 5, No. 01 Juni 2009 , hal : 21-23.
11
termasuk nyamuk penggigit yang berbahaya karena dapat menyebabkan
penyakit kaki gajah.14
2. Morfologi dan Fisiologi Culex sp
Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas
caput, toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang
antena. Satu pasangsayap danhalter menempatkan nyamuk dalam ordo
Diptera. Sisik pada sayap dana danya alat mulut yang panjang seperti
jarum menempatkan nyamuk ke dalam familia Culicidae. GenusCulex
dicirikan dengan bentukabdomen nyamuk betina yang tumpul pada
bagian ujungnya.15
Nama lain nyamukCulex sp adalahCulex pipiens fatigans. Kepala
Culex umumnya bulat dan memiliki sepasang mata, sepasang antena,
sepasang palpi yang terdiri atas 5 segmen dan 1probosis antena yang
terdiri atas 15 segmen. Berbeda denganAedes, pada genusCulex tidak
terdapat rambut padaspiracular maupun padapost spiracular. Panjang
palpus maxillaries nyamuk jantan sama denganproboscis.16
Bagian toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian yaituprotoraks,
mesotoraks dan metatoraks. Pada bagianmetatoraks mengecil dan
terdapat sepasang sayap yang mengalami modifikasi menjadihalter.
SementaraAbdomen terdiri atas 8 segmen tanpa bintik putih di tiap
14Desi Wijiati.“Uji Efektivitas..,” hal: 32.15Arsunan Arsin,Epidemiologi Filariasis Di Indonesia, ( Makasar : Masagena Press 2016 ),
hal : 52.16
Kania Evita Dewi, Ednawati Rainarli, Nelly Indriani.”Model Dinamik Interaksi Larva
Nyamuk Culex Dengan Larva Nyamuk Toxorhynchite Dalam Upaya Pencegahan PenyebaranFilariasis”. Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol.14 No. 1, November 2010, hal : 48.
12
segmen. Ciri lain dari nyamukCulex adalah posisi yang sejajar dengan
bidang permukaan yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk
dengan kaki belakang yang sedikit terangkat.
Genus Culex sp dikenali dengan struktur sketelumnya yang
trilobus, ujung abdomen yang tumpul dan badannya yang penuh dengan
sisik-sisik. Selain itu, struktur yang membedakan genus ini dengan genus
yang lain adalah struktur yang disebutpulvilus yang berdekatan dengan
kuku diujung kaki nyamuk. NyamukCulex sp berwarna coklat, berukuran
sedang, dengan bintik-bintik putih di bagiandorsal pada abdomen.
Sementera kaki danproboscis berwarna hitam polos tanpa bintik-bintik
putih. Spesies ini sulit dibedakan dengan nyamuk genusCulex lainnya.17
a. Gambar 1 b. Gambar 2
Culex sp betina Culex sp jantan
Keterangan : Keterangan :1. Perut (Abdomen) 1. Antena2. Kaki 2.Proboscis3. Dada (Torax) 3. Kepala (Cepal)4. Kepala (Cepal) 4. Dada (Torax)5. Antena 5. Perut(Abdomen)6. Proboscis 6. Kaki
17Desi Wijiati.“Uji Efektivitas..,” hal : 34.
654321654321
13
3. Siklus Hidup Nyamuk Culex sp
Nyamuk pada umumnya mengalami metamorfosis sempurna(holometabola) yaitu stadium telur, larva, pupa dan dewasa sertamenyelesaikan daur hidupnya selama 7-14 hari. Tahapan ini dibagi kedalam dua perbedaan habitatnya yaitu lingkungan air (akuatik) dan didaratan (terestrial). Oleh sebab itu, keberadaan air sangat dibutuhkanuntuk kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa jentik (larva) dan pupa.Nyamuk meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang
keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan
telur dari nyamuk berbeda-beda tergantung dari jenisnya. NyamukCulex
sp meletakkan telurnya di atas permukaan air secara bergerombolan dan
melekat sehingga berbentuk rakit.18
Gambar 3Siklus hidup nyamuk Culex sp19
18Blondine Ch. P, Umi Widyastuti. “Efektivitas Bacillus thuringiensisH-14 Strain Lokal
dalam Buah Kelapa Terhadap LarvaAnophelessp danCulex sp di Kampung Laut KabupatenCilacap.” Jurnal Media Litbangkes, Vol. 23 No. 2, Juni 2013, hal : 58-64.
19Yogi Ismail Gani. “ Efek Residu Bacillus thuringiensis Israelensis Terhadap Aedes
albupictus dan Culexaquinquefasciatus di Dalam Bak Fiber Glass, Keramik. dan Semen.”,
(Skripsi, FK, UI, Jakarta, April 2011), hal : 53.
4 1
3 2
14
Keterangan :
1. Telur2. Larva3. Pupa4. Nyamuk dewasa
a. Telur nyamuk Culex spSeekor nyamuk mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap
spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. NyamukCulex
sp meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan
bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.20
Gambar 4
Telur Culex sp.21
b. Larva nyamukCulex sp
Perkembangan stadium jentik merupakan pertumbuhan dan
melengkapi bulu-bulunya, stadium jentik memerlukan waktu 1 minggu.
Pertumbuhan ini dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya
binatangpredator. Larva nyamukCulex sp terdiri dari 4 tahap pertumbuhan,
yaitu :
20Heni Prasetyowati. “ Kehidupan Nyamuk Culex”. Jurnal Litbang P2B2 Ciamis,
Balitbangkes Depkes.RI, Vol.2.No. 02, Desember 2007, hal : 19.21
Yogi Ismail Gani. “Efek Residu Bacillus thuringiensis Israelensis Terhadap Aedesalbupictus dan Culexaquinquefasciatus di Dalam Bak Fiber Glass, Keramik. dan Semen.”,
(Skripsi, FK, UI, Jakarta, April 2011), hal : 56.
Telur
Culexsp
15
1. Larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1– 2 mm atau 1– 2 hari
setelahmenetas. Duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong
pernafasan padasiphon belum jelas.
2. Larva instar II, berukuran 2,5– 3,5 mm atau 2– 3 hari setelah telur
menetas. Duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
3. Larva instar III, berukuran 4– 5 mm atau 3– 4 hari setelah telur
menetas. Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna
coklat kehitaman.
4. Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5– 6 mm atau 4– 6 hari setelah
telur menetas dan dengan warna kepala terlihat gelap.22
Gambar 5
Larva nyamukCulex sp instar I-IV23
Keterangan
1. Larva instar I
2. Larva instar II
3. Larva instar III
4. Larva instar IV
22Ibid, hal : 60.23
Fergie Dwita Mayasari. “Toksisitas Spora Jamur Paecilomyces fumosoroseus TerhadapMortalitas Larva NyamukCulex Sp.”, ( Skripsi, Universitas Jember, 2011), Hal : 50.
3 421Larva instar IV
16
c. Pupa nyamukCulex sp
Tubuh pupa berbentuk bengkok dengan kepalanya yang besar.
Pupa membutuhkan waktu 2-5 hari. Pupa tidak makan apapun. Sebagian
kecil tubuh pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang
dan ramping, setelah 1– 2 hari akan menjadi nyamukCulex sp.24
Gambar 6
Pupa nyamukCulex sp25
d. NyamukCulex sp
Nyamuk Culex sp jantan dapat hidup sampai satu minggu,
sedangkan nyamuk betina mampu bertahan hidup selama 1 bulan. Nyamuk
dewasa menggigit, menghisap darah manusia dan menyebabkan penyakit
filariasis. Nyamuk yang menyebabkan penyakitfilariasis adalah nyamuk
Culex sp betina.26
4. Habitat Nyamuk Culexs sp
NyamukCulex sp lebih menyukai air yang kotor seperti genangan
air kotor, limbah pembuangan mandi, got atau selokan, dan sungai yang
penuh sampah. NyamukCulex sp melakukan kegiatannya di malam hari
24Desi Wijiati.“ Uji Efektivitas..,” hal : 55.
25Ibid, hal : 5626
Laela Lailatul, Asep Kadarohman, Ratnaningsih Eko. “ Efektivitas Biolarvasida Etanol
Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) Terhadap Larva NyamukAedesaegpyt, Culex sp, Dan Anopheles sundaicus”. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, Vol. 1, No. 1,April 2010, Hal : 59-65.
Pupa nyamuk
Culex sp
17
mampu berkembang biak di segala musim, tetapi jumlahnya menurun saat
musim hujan karena jentik-jentiknya terbawa arus. Sementara itu, Rao
(1981) membagi habitat larva menjadi dua kelompok yaitu pertama
habitat yang bersifat alamiah seperti danau, rawa, genangan air, dan yang
kedua habitat buatan manusia seperti daerah sawah, irigasi, kolam.27
5. Binomika Nyamuk Culex sp
a. Perilaku Mencari Makan
Nyamuk Culex sp menghisap darah manusia pada malam hari
di dalam ruangan (dalam rumah warga) dari mulai terbenamnya
matahari sampai dini hari. Spesies nyamukCulex sp disebutnocturnal
atau memiliki kebiasaan menggigit manusia utamanya pada malam
hari yaitu pukul 01.00-02.00 am merupakan puncak dari aktivitas
menggigit nyamukCulex sp. Jarak terbang dari nyamuk ini pun
penedek, hanya mencapai jarak rata-rata beberapa puluh meter saja.28
b. Perilaku Beristirahat
Nyamuk betina akan beristirahat selama 2-3 hari setelah
menggigit orang/hewan. Nyamuk memiliki dua macam perilaku
istirahat yaitu istirahat yang sesungguhnyaselama waktu menunggu
proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitupada nyamuk
sedang aktif menggigit. Setiap spesies nyamuk memiliki perilaku
beristirahat yang berbeda-beda. NyamukCulex sp beristirahat di
27Michael Valiant, Sylvia Soeng, Susy Tjahjani. “Efek Infusa Daun Pepaya (Carica papayaL.) terhadap Larva NyamukCulex sp.” Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 9, No.2, Februari2010, hal :155-160.
28Dyah Mahendrasari Sukendra, Muhammad Atiq Shidqon. “Gambaran Perilaku Menggigit
NyamukCulex sp..,” hal. 24.
18
tembok-tembok rumah, baju-baju yang digantung dan terbiasa berada
di dalam rumah, sehingga dikenal dengan nyamuk rumahan.29
c. Jarak Terba
Menurut WHO jarak terbang nyamukCulex sp betina dewasa
dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk diantaranya adalah tempat
bertelur. Jarak terbang nyamuk betina dewasa 1-3 m dari tempat
kemunculannya.30
6. Pengendalian vektor Nyamuk Culex sp
Tujuan utama pengendalian vektor adalah untuk menurunkan
kepadatan populasi nyamukCulex sp sampai serendah–rendahnya
sehingga kemampuan sebagai vektor akan menghilang. Secara garis besar
terdapat empat cara pengendalian vektor yakni secara kimiawi, biologi,
fisik dan mekanik atau pengelolaan lingkungan.
Pemberantasan larva merupakan kunci strategi program
pengendalian dalam penyakitfilariasis yang ditularkan melalui vektor
yang aktif karena langsung menularkannya melalui gigitan. Aplikasi
insektisida dalam mengendalikan vektor menimbulkan efek resistensi,
selain itu penggunaan DDT juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan
dan permasalahan lingkungan. Penggunaan abate pun di Indonesia sudah
sejak tahun 1976 atau sudah digunakan lebih dari 30 tahun, sehingga
29Ibid, hal : 27.30Murti Utami. “Kaki Gajah..,” hal : 27.
19
penggunaan insektisida yang berulang dapat menambah resiko
kontaminasi residu pestisida dalam air, terutama air minum.31
Usaha alternatif yang lebih efektif dalam mengendalikan populasi
dan penyebaran nyamuk sebagai vektor penyakit yang mudah didapat dan
bersifat ramah lingkungan, sangat diperlukan. Salah satu tanaman yang
dapat berperan sebagaibioinsektisida dalam pengendalian nyamuk adalah
tumbuh-tumbuhan yang mengandung senyawa antioksidan antilarvasida.32
7. Penyebaran Penyakit Filariasis (kaki gajah)
Filariasis atau elephantiasis atau yang dalam bahasa Indonesia
dikenal sebagai penyakit kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan
karena infeksi cacingfilaria. Penyakit ini disebabkan oleh cacing dari
kelompok nematoda, yaituWucheraria bancrofti, Brugia malayi dan
Brugia timori. Ketiga jenis cacing tersebut menyebabkan penyakit kaki
gajah dengan cara penularan dan gejala klinis, serta pengobatan yang
sama.
Cacing betina akan menghasilkan (melahirkan) larva, disebut
mikrofilaria, yang akan bermigrasi kedalam sistem peredaran darah.
Penyakit kaki gajah terutama disebabkan karena adanya cacing dewasa
yang hidup di saluran getah bening. Cacing tersebut akan merusak saluran
getah bening yang mengakibatkan cairan getah bening tidak dapat
31Giano Just Eman1, Janno Bernadus, Angel Sorisi. “Survei Nyamuk Culexs spp Di Daerah
PerumahanSekitar Pelabuhan Bitung”. Jurnal Kedokteran Klinik (Jkk), Volume 1 No 1 , Desember2016, hal : 25.
32Rika Novera1,Hasanuddin, Safrida. “Pemanfaatan Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix)Sebagai Insektisida Alami Pembasmi Larva Instar Iii CulexSp.” Jurnal IlmiahMahasiswa FakultasKeguruan Dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Vol 2, No 1, Pebruari 2017, hal : 33
20
tersalurkan dengan baik sehingga menyebabkan pembengkakan pada
tungkai dan lengan. Cacing dewasa mampu bertahan hidup selama 5– 7
tahun di dalam kelenjar getah bening.33
B. Tinjauan Buah Mentimun ( Cucumis sativus L.)
Mentimun adalah salah satu jenis sayuran dan buah yang sangat
populer dan dikenal hampir di setiap negara di dunia. Seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, saat ini mentimun telah menyebar dan
dibudayakan hampir di seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun
subtropis. Buah mentimun di Indonesia memiliki berbagai nama daerah
sepertitimun (Jawa),temon atauantemon (Bali), hantimun (Lampung) dan
timon (Aceh).34 Sementara itu di Indonesia tanaman mentimun ditanam di
daerah daratan rendah dan dataran tinggi 0–1000 meter di atas permukaan
laut. Daerah yang menjadi pusat pertanaman mentimun adalah Propinsi
Bengkulu, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Buah mentimun dibutuhkan
masyarakat baik untuk pemenuhan gizi bagi tubuh, juga dibutuhkan bagi
industri kosmetik dalam negeri.35
1. Taksonomi Buah Mentimun ( Cucumis sativus L.)
Di dalam sistematika botani, tanaman mentimun menduduki
klasifikasi sebagai berikut :
33Rita Kusriastuti,Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia,(Direktorat P2b2, Ditjen PP & Pl Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010), hal : 2.
34Zulkarnaen,Budidaya Sayuran Tropis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm, 143.35Slamet Yadi, La Karimuna,dan Laode Sabaruddin, “Pengaruh Pemangkasan Dan Pemberian
Pupuk Organik TerhadapProduksi Tanamanmentimun (Cucumis Sativus L.)”, Berkala PenelitianAgronomi, Vol. 1 No. 2, Oktober 2012, hlm. 108.
21
Divisi : SpermatophytaSub divisi :AngiospermaeKelas :DicotyledonaeOrdo :CucurbitalesFamili : CucurbitaceaeGenus :CucumisSpesies :Cucumis sativus L.36
Buah mentimun dikenal dengan berbagai macam ukuran, bentuk
dan warna buah, namun secara garis besar terdapat tiga tipe mentimun,
yaitu slicing, pickling, dan brupless. Metimun jenisslicing yakni jenis
mentimun yang dibudidayakan untuk dikonsumsi buah mudanya dalam
bentuk segar (mentah) sebagai lalapan. Mentimun tipepickling adalah jenis
mentimun yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya sebagai acar.
Sementara mentimun tipebrupless berbeda dengan kedua timun tersebut
karena mengonsumsi mentimun ini tidak menghasilkan gas yang
menyebabkan orang bersendawa.37
2. Morfologi TanamanBuah Mentimun ( Cucumis sativus L.)
Mentimun merupakan tanaman setahun yang tumbuh merambat,
dengan sistem perakaran dangkal. Adapun morfologi tanaman dari buah
mentimun tersebut dilihat dari alat hara (Organum nutritivum) yang terdiri
dari akar (Radix), batang (Caulis), dan daun (Folium). Alat
perkembangbiakan (Organum reproduksi), yaitu terdiri dari bunga (Flos),
biji (Semen), dan buah (Fructus).
I. Alat hara (Organum nitritivum), terdiri atas :
36Ibid, hlm. 109.37Zulkarnaen,Budidaya Sayuran Tropis..,” hal .145.
22
a. Akar (Radix)
Tanaman mentimun berakar tunggang dan berakar serabut. Akar
tunggangnya tumbuh lurus ke dalam sampai kedalaman sekitar 20 cm,
sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal dan
dangkal.
b. Batang(Caulis)
Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau,
berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan umumnya
batang mentimun mengandung air dan lunak. Mentimun mempunyai
sulur dahan berbentuk spiral yang keluar disisi tangkai daun. Sulur
mentimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka
sentuhan.
c. Daun (Folium)
Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing
berganda, berwarna hijau muda sampai hijau tua. selain itu daun
bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan
bercabang-cabang, kedudukan daun pada batang tanaman berselang
seling antara satu daun dengan daun diatasnya.
II. Alat perkembangbiakan (Organum reproduksi)
a. Bunga(Flos)
Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet,
tanaman ini berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betina
terpisah, tetapi masih dalam satu pohon. Bunga betina mempunyai
23
bakal buah berbentuk lonjong yang membengkok, sedangkan pada
bunga jantan tidak mempunyai bakal buah yang membengkok.
Letak bakal buah tersebut di bawah mahkota bunga.
b. Buah (Fructus)
Buah mentimun menggantung dari ketiak antara daun dan
batang. Bentuk ukuranya bermacam - macam antara 8 - 25 cm dan
diameter 2,3 - 7 cm, tergantung varietasnya. Kulit buah mentimun
ada yang berbintik - bintik, ada pula yang halus. Warna kulit buah
antara hijau keputih-putihan, hijau muda dan hijau gelap sesuai
dengan varietas.
c. Biji (Semen)
Biji mentimun berbentuk pipih, kulitnya berwarna putih
atau putih kekuning-kuningan sampai coklat. Biji ini dapat
digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman.38
Gambar 7
Morfologi mentimun.39
38Aditya Hermawan, “Kajian Sifat Fisik Buah Mentimun (Cucumis Sativus L.) Menggunakan
Pengolahan Citra(Image Processing)” (Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember,
2015), hlm. 11.39Ibid, hlm. 13.
Buahmentimun
24
3. Syarat Tumbuh Buah Mentimun ( Cucumis sativus L.)
Mentimun cocok ditanam di lahan yang jenis tanahnya lempung
sampai lempung berpasir yang gembur dan mengandung bahan organik.
Mentimun membutuhkan pH tanah di kisaran 6-7 dengan ketinggian tempat
100-1000 M di atas permukaan laut. Mentimun juga membutuhkan sinar
matahari terbuka dan air lancar Aspekagronomi penanaman mentimun
tidak berbeda dengankomonitas sayuran komersil lainnya., seperti
kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim yang sesuai meliputi suhu,
cahaya, kelembapan dan curah hujan.40
4. Nilai Gizi dan Manfaat Buah Mentimun ( Cucumis sativus L.)
Mentimun buah yang rendah kalori, kaya akan air, dan merupakan
sumber vitamin C dengan kandungan yang cukup tinggi, juga terbukti
mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu senyawaflavonoid,
saponin, dan alkaloid. Diketahui bahwa vitamin C danflavonoid
mempunyai efekantioksidan dengan memutus reaksi radikal bebas yang
sangat reaktif yang cenderung membentuk radikal baru.41
Buah mentimun dapat dikonsumsi baik dalam bentuk segar
maupun olahan, seperti acar, lalapan, asinan, dan lain- lain. Selain sebagai
bahan pangan, buah dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk kosmetik
dan obat-obatan. Mentimun diduga memiliki khasiat untuk beberapa
penyakit, seperti hipertensi, sariawan, batu ginjal, dan penyejuk kulit. Sari
40Suryadi, Luthfy, Yenni Kusandriani, dan Gunawan, “Karakterisasi Plasma Nutfah
Mentimun”. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, Vol.10 No.1 Th.2004.41
Kuncoro Puguh Santoso, Choesnan Effendi, Lilik Herawati, Ratna Damayanti, “PengaruhKetimun (Cucumis Sativus) Sebagai Antioksidan Terhadap Perlindungan Kerusuhan Membran SelAkibat Pemberian Asap Rokok, Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 6 No. 1 April 2005: 1−5.
25
ketimun banyak dijumpai dipasaran dalam bentuk pembersih dan penyegar
kulit, berguna juga sebagairejuvenator sehingga kita tampak lebih segar
dan lebih muda.42
C. Tinjauan Buah Pare (Momordica charantia L.)
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan jenis tanaman
obat-obatan, terutama untuk memperoleh bahan-bahan kontrasepsi. Telah
diketahui ada 52 jenis tanaman yang terdapat di Indonesia memiliki sifat
anti fertilitas, yaitu buah pare yang merupakan tanaman semak semusim
yang dapat tumbuh di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di
tanah tegalan, ataupun dapat ditanam di pekarangan dengan dirambatkan
di pagar.43
1. Taksonomi Buah Pare (Momordica charantia L.)
Menurut Rukmana (1997), buah pare memiliki nama lain
sesuai dengan sebutan bahasa dalam masing-masing bahasa yang
digunakan di Indonesia. Contohnyaparia (Makassar), popare
(Manado), dankepare (Ternate). Sistematika buah pare adalah sebagai
berikut :
Divisio : SpermatophytaSub divisio :AngiospermaeClass :DicotyledoneaeOrdo :CucuritalesFamiliy : CucuribitaceaeGenus :MomordicaSpesies :Momordica charantia L.44
42Ibid, hal : 7.43
Hernawati, “ Potensi Buah Pare (Momordicha charantia L.) Sebagai Herbal Antifertilitas”,
Jurnal FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia , vol. 6, no. 2, Maret 2012, hlm. 2.44
Robby Cahyadi, Suhardjono, “Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordicacharantia L.) Terhadap LarvaArtemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
26
2. Morfologi Tanaman Buah Pare (Momordica charantia L.)
Tanaman Pare (Momordica charantia L.) adalah sejenis tanaman
menjalar dengan buahnya panjang bergerigi dan runcing ujungnya. Pare
tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar ditanah
terlantar, serta dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan
dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini merambat atau
memanjat dengan alat pembelit atau sulur dengan karakteristik umum
berbentuk spiral, banyak bercabang, dan berbau tidak enak.Adapun
morfologi tanaman dari buah pare tersebut dilihat dari alat hara (Organum
nitritivum) yang terdiri dari akar(Radix), batang (Caulis), dan daun (Folium).
Sedangkan alat perkembangbiakan (Organum reproduksi), yaitu terdiri dari
bunga (Flos), biji (Semen), dan buah (Fructus).
I. Alat hara ((Organum nitritivum), terdiri atas :
a.Akar (Radix)
Akar tunjang, sisi berserabut yang berkembang luas di
kawasan sekeliling. Tumbuh atau memanjat dengan alat pembelit
atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang.
b. Batang (Caulis)
Batang berusuk lima, panjang 2-5 m, yang muda berambut
rapat. Bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling,
bentuknya bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm,
(BST)”, (Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang 2009) ,hlm.4
27
berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua,
yang muda berambut cukup rapat.
c. Daun (Folium).
Daun tunggal dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi
menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, garis tengah 4-17cm
berbintik-bintik tembus cahaya, taju bergigi kasar hingga berlekuk
menyirip, warnanya hijau tua. Daun pare yang tumbuh liar disebut
daun tundung yang lebih berkhasiat sebagai obat.
II. Alat perkembangbiakan(Organum reproduksi),
a. Bunga (Flos)
Tangkai bunga dekat pangkalnya dengan daun pelindung
berbentuk jantung hingga ginjal, kelompok bentuk lonceng, dengan
banyak rusuk atau tulang membujur, dengan mahkota berbentuk
roda, taju berbentuk memanjang hingga bulat telur terbalik, bakal
buah berparuh panjang, berduri halus dan panjang.
b. Buah(Fructus)
Buah bulat memanjang berbentuk seperti cylindris, permukaan
buahnya bintil-bintil tidak beraturan dengan panjang 8-30 cm.
Warna buah hijau dan jika sudah masak jika dipecah akan
berwarna orange dengan 3 katup.
c. Biji (Semen)
28
Biji banyak, berwarna coklat kekuningan pucat,
bentuknya pipih memanjang dan keras serta buahmasih mentah
maka biji akan berwarna putih.
Gambar 8
Morfologi pare.45
a. Syarat Tumbuh Buah Pare (Momordica charantia L.)
Pare dapat tumbuh baik di daerah tropis sampai pada ketinggian
500 m/dpl, suhu antara 18°C- 24°C, kelembaban udara yang cukup
tinggi antara 50%-70% dan dengan curah hujan yang relatif rendah.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur sepanjang tahun dan tidak
tergantung kepada musim. Tanah yang paling baik bagi pare adalah
tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung
bahan organik, aerasi, dan drainase yang baik.46
45Herry Hermansyah, Refai, Azhan Azhari, “Efektifitas Larvasida Alami Ekstrak Buah Pare
(Momordica charantia) Terhadap Larva Instar Iii Dan Iv NyamukAedes Aegepty”. Jurnal
Politeknik Kesehatan Palembang, Vol. 6. No. 3. Juli 2012. Hlm, 5.46Nur Her Riyadi, Dwi Ishartani, Ruliana Purbasari, “Mengangkat potensi pare (Momordica
charantia) menjadi produk pangan olahan sebagai upaya diversifikasi”, Jurnal Fakultas PertanianUniversitas Sebelas Maret¸Volume 1, Nomor 5, Agustus 2015, Halaman: 1167-1172
Buah pare
(Momordicacharantia L.)
29
b. Nilai Gizi dan Manfaat Buah Pare (Momordica charantia L.)
Adapun nilai gizi yang terkandung dari tanaman pare adalah
sebagai berikut47 :
Tabel 1Kandungan gizi tiap 100 gram daun dan buah pare
No Zat Gizi Buah Pare Daun Pare1. Air 91,2 gram 80 gram2. Kalori 29 gram 44 gram3. Protein 1,1 gram 5,6 gram4. Lemak 1,1 gram 0,4 gram5. Karbohidrat 0,5 gram 1 gram6. Kalsium 46 mg 264 mg7. Zat besi 1,4 mg 5 gram8. Fosfor 64 mg 666 mg9. Vitamin A 18 SI 5,1 mg10. Vitamin B 0,08 mg 0,05 mg
Bagian tanaman pare yang digunakan sebagai obat adalah buah,
daun, dan bijinya. Tanaman ini,menyimpan banyak manfaat kesehatan di
balik rasa pahitnya,yaitu sebagai penambah nafsu makan, obat sariawan,
obat malaria, obat perut kembung, penyakit kanker. Selain itu buahnya
juga dimanfaatkan sebagai sayuran, lalapan, dan manisan, bijinya sebagai
obat luka luar, sementara daunnya sebagai obat cacing, obat batuk, obat
malaria, obat mual, dan penambah nafsu makan.48
47Hernawati, “ Potensi Buah Pare (Momordicha charantia L.) Sebagai Herbal Antifertilitas”,
Jurnal FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia , vol. 6, no. 2, Maret 2012, hlm. 7.48M. Wien Winarno, Lucie Widowati, Budi Nuratmi, “Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pare
(Momordica charantia) terhadap Gambaran Sel Epitel Kelenjar Prostat Tikus Putih, Jurnal PusatPenelitian Farmasi dan Obat Tradisional Jakarta, Vol.38 no.5. Juli-Agustus 2011, hlm. 353.
30
c. Senyawa Metabolit Sekunder Pada Buah Mentimun dan Buah Pare
Buah mentimun dan buah pare memiliki senyawa metabolit
sekunder yang dapat memberikan efek sebagai larvasida. Senyawa
metabolit sekunder tersebut adalah golongan senyawaflavonid, saponin,
alkloid, dantanin. Senyawaflavonoid berperan dalam menghambat proses
pertumbuhan serangga dan memiliki rasa pahit sehingga dapat bersifat
menolak serangga. Apabila senyawa ini masuk ke mulut serangga maka
dapat menyebabkan kelemahan pada saraf dan kerusakan padaspirakel
serangga tidak bisa bernafas dan mati.49
Senyawa saponin adalah zat yang apabila dikocok akan
mengeluarkan busa, dan apabiladihidrolisis akan menghasilkan gula dan
sapogonin. Senyawa ini bersifat racun pada hewan berdarah dingin dan
dapat menurunkan nafsu makan larva sehingga larva akan mati kelaparan.
Senyawaalkaloid merupakan komonen aktif yang bekerja di saraf, dan
alkaliod bertindak sebagai racun melalui mulut larva.50
Senyawatanin pada buah pare berperan sebagaipendenaturasi
protein dan merusak membran sel pada larva. Terjadinya kerusakan pada
membran sel larva menyebabkan terhambatnya aktivitas danbiosintesis
enzim-enzim spesipik yang diperlukan dalam reaksi metabolisme dan
kondisi ini akhirnya meyebabkan kematian pada larva. Sementara senyawa
49Syamsul, Eka Siswanto, and Eka Purwanto.“Uji aktivitas.., “ hal.71.50Ibid, hlm. 72.
31
terpenoid berperan sebagai insektisida terhadap hewan berdarah dingin
seperti nyamuk dan menghambat pertumbuhan larva nyamuk.51
D. Kerangka Berpikir
Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing
filaria yang hidup di kelenjar getah bening dan darah, bersifat menahun
dan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan
dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki yang dibawa melalui
perantara nyamuk. Kejadian Luar Biasa (KBL)filariasis sering terjadi di
negara-negara asia, salah satunya seperti di India. Begitu juga di Indonesia
sendiri penyakitfilariasis masih tergolong sangat tinggi, pada tahun 2012
tercatat sejumlah 11.902 kasus, tahun 2013 sejumlah 12.714 kasus, dan
semakin meningkat pada tahun 2014 yaitu terdapat 14,932 penderita
terkena penyakitfilariasis. Nyamuk Culex sp betina merupakan vektor
pembawa penyakitfilariasis.
Pemberantasan vektor nyamukCulex sp saat ini masih
menggunakan bahan-bahan kimia seperti Abate, penyemprot nyamuk,
yang dapat menyebabkan efek resistensi terhadap larva nyamuk itu sendiri.
Saat ini peneliti tertarik melakukan penelitian pemberantasan dan
pencegahan penularan penyakit malaria dengan pengendalian vektor
secara hayati berupa insektisida alami yaitu menggunakan bahan-bahan
51Immy Suci Rohyani, Evy Arianti, and Surpito,” Kandungan fitokimia beberapa jenis
tumbuhan lokal yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat di Pulau Lombok”, Jurnal
Fakultas Matematika dan ilmu pengetahuan Alam, Universitas mataram, Vol.1, no. 2. April 2015,
hlm. 388-391.
32
alami dari tumbuhan seperti tanaman buah mentimun dan buah pare yang
telah terbukti mengandung senyawa toksik berupasaponin, alkaloid, dan
flavonoid. Selain itu pada penelitian ini, peneliti akan membandingkan
mana yang lebih ampuh sebagai larvasida nyamukCulex sp apakah
perasan buah mentimun atau perasan buah pare.
Pada penelitian dan riset-rise sebelumnya, pemberatasan vektor
nyamuk Aedes aegepty dilakukan dengan berbagai macam
penanggulangan yakni, secara Biologi, Kimia dan Fisika. Selain itu pada
penelitian sebelumnya juga belum pernah membandingkan yang manakah
yang paling ampuh antara perasan buah mentimun dan perasan buah pare
sebagai larvasida nyamukCulex sp.
33
Gambar 9
Skema pengendalian Larvasida nyamukCulex sp
A. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas yang telah dikemukakan
tersebut, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh konsentrasi buah mentimun dan buah pare
terhadap mortalitas nyamukCulex sp.
Penyakit Filariasis IndonesiaAsia
Vektor nyamuk
Culex sp
Pengendalian nyamuk
Biologi FisikaKimia
Variabel bebas Perasan buah mentimun danbuah pare
Mortalitas nyamukCulex sp
Instar IVVariabel terikat
34
2. Terdapat pengaruh larva instar IV terhadap mortalitas nyamukCulex
sp.
3. Terdapat pengaruh interaksi konsentrasi buah mentimun dan buah pare
dengan larva instar IV terhadap mortalitas nyamukCulex sp.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang
identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum
(teori) ke hal khusus sehingga penelitian harus ada landasan teorinya.52
B. Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) pola faktorial dengan RAL yang terdiri atas 2 faktor. Faktor A
(Perlakuan ) dengan taraf a1 (buah mentimun) dan a2 (buah pare), faktor B
(konsentrasi) dengan taraf b0 (konsentrasi 0%), b1 (konsentrasi 20%), b2
(konsentrasi 40%), b3(konsentrasi 60%), b4 (konsentrasi 80%) sehingga
didapat 2 x 5 = 10 perlakuan dengan 3 kali ulangan.
Adapun rancangan acak lengkap yang digunakan dalam penelitian
ini adalah rancangan acak lengkap dengan pola faktorial. Hasil suatu
percobaan yang dilakukan dengan rancangan acak lengkap mendapat
perlakuan dan semua perlakuan tersebut mempunyai ulangan yang sama
yaitu sebanyak n ulangan, tersusun sebagai berikut:
52Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabet, 2015), hlm. 107.
36
Tabel 1
Rancangan Variasi Perlakuan
Jenis tumbuhan(A)
Konsentrasi(B)
B0(0%) B1(20%) B2(40%) B3(60%) B4(80%)
Perasan mentimun(A1)
A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4
Perasan pare(A2)
A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4
C. Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini yang menjadi populasinya yaitu semua biakan
larva instar IV nyamukCulex sp, dan sampelnya yaitu larva instar IV
nyamukCulex sp
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang “Uji Efikasi Konsentrasi Buah Mentimun
(Cucumis sativus L.) dan Buah Pare(Momordica charantia L.) Sebagai
Larvasida Nyamuk rumahanCulex sp” ini akan dilaksanakan di
Laboratorium IPA Biologi Universitas Islam Negeri Mataram pada bulan
November 2017, mulai dengan identifikasi larva sampai pengujian.
E. Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas mineral
plastik yang berukuran 200 ml, gelas beker dengan ukuran 500 ml,
selanjutnya pipet tetes, blender, emeber kecil, kemudian pisau, buku
catatan, kertas label, dan wadah plastik. Sementara bahan-bahan yang
digunakan yaitu larva instar IV nyamukCulex sp, buah mentimun, buah
pare, dan aquades.
37
F. Variabel Penelitian
1. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah
perasan buah mentimun(Cucumuis sativus L.) dan buah pare
(Momordica charantia L.) dengan berbagai konsentrasi.
2. Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen (terikat) adalah
mortalitas larva nyamukCulex sp.
3. Variabel kontrol pada penlitian ini adalah aquasdes sebagai control
negatif.
G. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Perasan Buah Mentimun (Cucumuis sativus L.) dan
Buah Pare (Momordica charantia L.)
Hal pertama yang dilakukan yaitu buah mentimun dibersihkan
dari kotoran yang menempel dan dicuci. Setelah buah mentimun dicuci
bersih, kemudian dipotong bagian mentimun yang berada di ujung
dekat tangkai ( bagian yang sering dibuang karena pahit yang berwarna
hijau) atau sampai setelah ada biji, setelah itu dipotong kecil-kecil
tanpa mengupas kulitnya, selanjutnya di blender sampai halus.
Kemudian diperas sarinya dengan menggunakan kain kasa dan
dipisahkan dari ampasnya. Perasan tersebut merupakan hasil perasan
buah mentimun dengan konsentrasi 100%.
Buah pare yang digunakan pada penelitian ini yaitu buah pare
yang berukuran 20 cm dengan bintil-bintil dipermukaan buahnya,
warna buah hijau segar dan jika dibelah akan berwarna orange di
38
dalamnya, serta yang sering di konsusmsi sehari-hari sebagai sayuran
dan banyak dijual di pasaran. Cara untuk mengambil perasan dari buah
pare ini sama dengan halnya pada buah mentimun, hanya saja pada
buah pare ini semua buahnya dipakai dan biji yang ada di dalamnya
dibuang, setelah itu dipotong kecil-kecil dan diblender. Kemudian
diperas sarinya dan dipisahkan dari ampasnya. Sari yang dipisah dari
ampasnya merupakan perasan buah pare dengan konsentrasi 100%.
2. Tahap Pengenceran
Rumus pengenceran larutan pada buah mentimun dan buah pare
Keterangan
V1 =Volume awal
M1 =Konsentrasi awal larutan
V2 = Volume akhir Larutan (V1 + air = V2 )
M2 = Konsentrasi akhir larutan
Sumber : intisari kimia
a. Pembuatan konsentrasi larutan perasan buah mentimun dan pare20%
V1. M1 = V2.M2
20% = V1. M1 = V2.M2
V1. 1 = 100.0,2V1= 20 + 80 = 100 ml
b. Konsentrasi untuk 40%V1. M1 = V2.M2
40% = V1. M1 = V2.M2
V1. 1 = 100.0,4
V1. M1 = V2. M2
39
V1= 40 + 60 = 100 ml
c. Konsentrasi untuk 60%V1. M1 = V2.M2
60% = V1. M1 = V2.M2
V1. 1 = 100.0,6
V1= 60 + 40 = 100 ml
d. Konsentrasi untuk 80%V1. M1 = V2.M2
80% = V1. M1 = V2.M2
V1. 1 = 100.0,8
V1= 80 + 20 = 100 ml
1. Tahap Pembiakan Larva Culex sp
Larva nyamuk instar IV yang sudah ditangkap dengan
menggunakan perangkap (ovitrep) dari beberapa sampel, terlebih
dahulu di identifikasi di Laboraturium untuk menentukan mana yang
termasuk dalam ciri-ciri larva nyamukCulex sp.
2. Tahap Pengujian
Pada tahap pengujian yaitu gelas pelstik diisi dengan perasan
buah mentimun dan buah pare dengan konsentrasi yaitu 20%, 40%,
60%, dan 80%, serta 0% sebagai kontrol negatif yaitu aquades
sehingga pada masing-masing gelas plastik diberi lebel. Penelitian
dimulai dengan mengidentifikasi larva instar IV yang sudah ditangkap
dengan perangkap (ovitrep). Perlakuan dilakukan dengan cara
mengambil larva instar IV dengan menggunakan pipit tetes dan
memasukkan 10 ekor larva instar IV ke dalam gelas plastik yang sudah
40
tersedia perasan buah mentimun dan buah pare. Jumlah sampel
nyamuk yang digunakan dasarnya, karen pada penelitian sebelumnya
menggunakan 10 ekor larva pada tiap-tiap gelas yang berisi perasan
buah mentimun. Kemudian pengamatan akan dilakukan setiap pertiga
jam selama 24 jam dan diamati jumlah larva yang mati, dan dilakukan
dengan tiga kali ulangan.
H. Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini diperoleh dengan cara pengamatan
langsung (observasi) yakni dengan cara melihat secara langsung gejala
yang terjadi pada tiap perlakuan dan ulangan. Data yang dikumpulkan
hasil dari dokumentasi berupa gambar-gambar hasil penelitian, kemudian
mengamati jumlah larva yang mati per 3 jam selama 24 jam.
Untuk mengetahui jumlah mortalitas dapat diketahui melalui tabel
hasil pengamatan yang telah dilakukan yaitu :
Tabel 2
Hasil pengamatan mortalitas larva nyamukCulex sp
No Perlakuan Jumlah mortalitas larva nyamukCulex sp Rata-rata
Ulangan I Ulangan II Ulangan III1. Kontrol (0%)
Mentimun20%40%60%80%
2. 0%Pare20%40%60%80%
41
I. Teknik Analisis Data
Analisis data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel hasil
pengamatan, kemudian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Factorial. Analisis data menggunakan analisis Bivariat. Analisis ini
bertujuan mengetahui hubungan variabel bebes dan variabel terikat.
Setelah melihat perbedaan rata-rata jumlah kematian larva nyamuk Culex
sp dengan berbagai konsentrasi dilakukan uji normalitas data dan uji
homogenitas varian.
Uji normalitas digunakan untuk melihat data terdistribusi secara
normal atau tidak. Jumlah sampel pada kelompok penelitian ini kurang
dari 50, maka uji normalitas data yang dipakai adalahshapiro wilk, yang
pengolahannya dilakukan dengan bantuan aplikasi atauSPSS 16,0 for
Windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya
distribusi data adalah jika nilai p>0,05, maka sebaran data terdistribusi
normal, sedangkan jika p<0,05, maka sebaran data tidak terdistribusi
normal.
Uji homogenitas varian digunakan untuk mengetahui varian
datanya homogen atau tidak. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui
varian data homogen atau tidak datanya adalah jika nilai p>0,05, maka
varian data homogen, sedangkan jika p<0,05, maka varian data tidak
homogen.
42
Uji ANOVA (one way anova) digunakan untuk melihat perbedaan
rata-rata jumlah kematian larva nyamukCulex sp dengan berbagai
konsentrasi. Apabila data terdistribusi secara normal dan varian data
homogen, maka ujione way anova dapat digunakan. Namun, apabila data
tidak terdistribusi secara normal ataupun varian data tidak homogen, maka
menggunakan uji alternatif yaitu ujikruskal wallis. Untuk mengetahui
kelompok yang memiliki perbedaan, maka harus dianalisispost hoc.
Untuk melakukan analisispost hoc pada ujikruskal wallisa dalah dengan
melakukan uji mann whitney, serta menggunakan uji probit untuk
menentukan nilai LC50 dan LC90 pada perasan buah mentimun dan buah
pare untuk mengetahui manakah yang lebih efektif dari kedua buah
tersebut.
Uji Kruskal-Wallis digunakan untuk menentukan apakah ada
perbedaan yang signifikan secara statistik antara dua kelompok atau lebih
variabel independen pada variabel dependen yang kontinu atau ordinal.
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian uji efikasi konsentrasi perasan bauh mentimun dan
pare sebagai larvasida nyamukCulex sp di lakukan di laboraturium
Universitas Islam Negeri Mataram pada tanggal 21-22 November 2017.
Buah mentimun dan buah pare yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Desa Tirtanadi Kecamatan Labuan Haji, Kabupaten
Lombok Timur. Kondisi ke dua buah tersebut masih segar, dipetik pada
sore hari dan dipilih buah yang tidak terlalu tua atau buah yang sudah siap
dipanen. Sementara larvaCulex sp yang di gunakan pada penelitian ini di
peroleh dari berbagai sampel yaitu sampel larvaCulex sp yang diambil di
air sumur yaitu di Jepong baru pada tanggal 17 November 2017, kemudian
sampel yang kedua pada tanggal 18 November 2017 diambil dari sumur
di daerah Seruni, dan yang terahir tanggal 19 November diambil dari
sumur yang berada di desa Sesela (Gunung Sari).
Pengujian dilakukan terhadap larva instar IV nyamukCulex sp
sebanyak 10 ekor yang dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 100
ml perasan buah mentimun dan aquades serta perasan buah pare. Gelas
plastik yang digunakan sebanyak 30 buah dengan masing-masing 3 kali
ulangan, serta dengan konsentrasi perasan buah mentimun dan buah pare
yaitu 0%, 20%, 40%, 6%, dan 80%. Pengamatan dilakukan selama 24 jam
dan jumlah kematian dicatat setiap per 3 jam.
44
B. Analisis Data
1. Hasil pengamatan kematian (Mortalitas) larva Culex sp
Berikut ini adalah hasil pengamatan kematian (Mortalitas) larva
Culex sp pada pengujian larvasida selama 24 jam yaitu pada perasan
buah mentimun dan perasan buah pare.
Tabel 1Mortalitas LarvaCulex sp pada Perasan Buah Mentimun selama 24 jam
No Konsentrasi Jumlahlarva uji
(ekor)
Jumlah kematianpada ulangan ke
Jumlahkematian
Rata-ratakematian
Peresntasekematian
1 2 31. Kontrol 0% 10 0 0 0 0 0 02. 20% 10 9 6 3 18 6 603. 40% 10 7 6 8 21 7 704. 60% 10 10 10 10 30 10 1005. 80% 10 10 10 10 30 10 100
Berdasarkan table 1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kematian larva
Culex sp terendah terjadi pada konsentrasi ke 20% yaitu sebanyak 60% dan
tertinggi terjadi pada konsentrasi 80% yaitu sebanyak 100%, sedangkan hasil
pengamatan (Mortalitas) larvaCulex sp pada pengujianlarvasida selama 24 jam
pada perasan buah pare, yaitu :
Tabel 2
Mortalitas larvaCulex sp pada perasan buah Pare selama 24 jam
No Konsentrasi Jumlahlarva uji
(ekor)
Jumlah kematianpada ulangan ke
Jumlahkematian
Rata-ratakematian
Peresntasekematian
1 2 31. Kontrol 0% 10 0 0 0 0 0 02. 20% 10 9 6 7 22 7,33 73,33. 40% 10 10 9 10 29 9,67 96,74. 60% 10 10 10 10 30 10 1005. 80% 10 10 10 10 30 10 100
45
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata kematian larvaCulex
sp terendah terjadi pada konsentrasi ke 20% yaitu sebanyak 73,3%% dan
tertinggi terjadi pada konsentrasi 80% yaitu sebanyak 100%.
Gambar 1 Diagram Batang hasil Pengamatan Kematian LarvaCulex sp
Berdasarkan gambar 1 diagram batang di atas menunjukkan
pengujianlarvasida perasan buah mentimun dan buah pare dengan 3 kali
pengulangan pada setiap konsentrasi selama 24 jam, didapatkan hasil rata-
rata kematian larva pada perasan buah mentimun dari konsentrasi terkecil
yaitu pada konsentrtasi 20% dengan kematian sebanyak 60% larva uji,
konsentrasi 40% dengan kematian sebanyak 70%, konsentrasi 60% dan
80% sebanyak 100%, sehingga semakin tinggi konsentrasi yang diberikan
maka semakin tinggi tingkat kematia pada larva tersebut. Kemudian pada
kontrol 0% tidak terjadi kematian pada larva uji.
Pada perasan buah pare yang membedakannya dengan rata-rata
mortalitas perasan buah mentimun yaitu pada konsentrasi 20% dengan
0
2
4
6
8
10
12
mentimun pare
Jumlah
Mort
alitas
larva
%
Perlakuan
Rata-rata Mortalitas mentimun dan pare
0%20%40%60%80%
46
kematian sebanyak 73,3%, konsentrasi 40% dengan kematian sebnyak
96,7%, sedangkan konsentrasi 60% dan 80% sama yaitu 100%.
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata mortalitas pada perasan buah
mentimun dan buah pare yang diamati kematiannya per 3 jam selama 24
jam, yaitu :
Tabel 3Rata-rata Mortalitas LarvaCulex sp pada perasan buah mentimun berdasarkan
periode waktu per 3 jam selama 24 jam.
No Perlakuan Interval Rata-rata mortalitas larvaCulex sp
3 6 9 12 15 18 21 24
1. Kontrol 0% 0 0 0 0 0 0 0 02. 20% 0 1,67 3 3 3 3,33 3,33 63. 40% 0 3 6,33 6,33 6,33 6,33 6,67 74. 60% 0 10 10 10 10 10 10 105. 80% 0 10 10 10 10 10 10 10
Pada tabel 3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kematian larva
Culex sp terendah terjadi pada jam ke 24 yaitu pada konsentrasi 20% dengan
kematian sebanyak 60% dan tertinggi pada jam ke 24, pada konsentrasi ke
80% dengan kematian sebanyak 100%.
47
Gambar 2Diagram batang Rata-rata mortalitas larva pada perasan buah mentimun
berdasarkan periode waktu per 3 jam selama 24 jam.
Pada gambar 2 diagram batang di atas, pengujianlarvasida perasan
buah mentimun dengan berbagai konsentrasi didapatkan hasil bahwa
kematian larva tercepat terjadi pada jam ke 6 yaitu pada perlakuan
pemberian perasan buah mentimun konsentrasi 20%, sedangkan kematian
larva tertinggi terjadi pada jam ke 24 pada konsentrasi 60% dan 80%.
Rata-rata mortalitas larva pada perasan buah pare betdasarkan
periode waktu per 3 jam selama 24 jam dapat dilihat pada tabel dibawah
ini, yaitu :
Tabel 4Rata-rata mortalitas larva pada buah pare berdasarkan periode waktu per 3
jam
No Perlakuan Interval Rata-rata mortalitas larvaCulex sp
3 6 9 12 15 18 21 241. Kontrol 0% 0 0 0 0 0 0 0 02. 20% 0 0 0 0,6 1,67 4,33 4,67 7,333. 40% 0,33 3 3,67 4,67 7,33 7,33 9,33 9,674. 60% 1,67 5 6 6,67 7,67 9,67 9,67 105. 80% 1,33 4,33 6,67 7,67 8,33 9 10 10
02468
1012
3 jam 6 jam 9 jam 12 jam 15 jam 18 jam 21 jam 24 jam
Jumlah
mor
talita
s larva
%
Rata-rata mortalitas larva berdasarkan periode waktu 24 jamperasan buah mentimun
0%20%40%60%80%
48
Pada tabel 4, menunjukkan bahwa rata-rata kematian larvaCulex sp
selama 24 jam, yaitu diamana kematian terendah terjadi pada jam ke 24
pada konsentrasi 20% dengan kematian sebanyak 73,3% dan tertinggi pada
jam ke 24, pada konsentrasi 80% dengan kematian sebanyak 100%.
Gambar 3Diagram batang Rata-rata kematian larva pada perasan buah pare
berdasarkan periode waktu per 3 jam.
Pada gambar 3 diagram batang di atas, pengujianlarvasida perasan
buah pare dengan berbagai konsentrasi didapatkan hasil bahwa kematian
larva tercepat terjadi pada jam ke 3 yaitu pada kelompok perlakuan
pemberian perasan buah pare dengan konsentrasi 40%, 60% dan 80%,
sedangkan kematian larva tertinggi terjadi pada jam ke 24 yaitu pada
konsentrasi 60% dan 80%. Sedangkan pada kontrol 0% tidak terjadi
kematian.
2. Uji Probit
Analisis probit merupakan suatu analisis respon organism terhadap
berbagai macam konsentrasi pasti suatu zat kimia untuk menghasilkan
02468
1012
3 jam 6 jam 9 jam 12 jam 15 jam 18 jam 21 jam 24 jam
Jumlah
mort
alitas
larva
%
Rata-rata mortalitas larva berdasarkan periode waktu 24 jamperasan buah pare
0%20%40%60%80%
49
respon atau efek tertentu. Berikut ini hasil uji probit pada perasan buah
mentimun dan buah pare terhadap kematian larva nyamukCulex sp pada
berbagai konsentrasi.
Tabel 5Hasil Uji Probit
Berdasarkan tabel 5 di atas, hasil uji probit menunjukkan bahwa
nilai LC50 perasan buah mentimun yaitu 33.872%. Hal tersebut berarti
bahwa konsentrasi perasan buah mentimun yang dapat membunuh 50%
larva uji adalah 33.872%. Sementara nilai LC90 perasan buah mentimun
yaitu 54.373%, artinya bahwa konsentrasi perasan buah mentimun yang
dapat membunuh 90% larva uji adalah 54.373%, sedangkan hasil uji probit
pada buah pare menunjukkan nilai LC50 adalah 21.580%, hal tersebut
berarti bahwa konsentrasi perasan buah pare dapat membunuh 50% larva
uji adalah 21.580%, dan pada nilai LC90perasa buah pare adalah 34.642%,
serta hal tersebut berarti bahwa konsentrasi perasan buah pare yang dapat
membunuh 90% larva uji adalah 34.642%.
3. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data digunakan untuk melihat data terdistribusi
secara normal atau tidak. Apabila jumlah sampel pada kelompok penelitian
ini kurang dari 50, maka uji normalitas data yang digunakan adalah
No Probability Estimate Lower bound Upper bound
1. Mentimun LC50 33.872 13.554 44.009
LC90 54.373 40.731 74.7522. Pare LC50 21.580 8.578 29.193
LC90 34.642 24.339 52.518
50
shapiro wilk, yang pengolahannya dilakukan dengan menggunakan
bantuan komputer. Hasil dari uji normalitas data adalah sebagai berikut :
Tabel 6Hasil Uji Normalitas Data
No Perlakuan Shapiro-wilkStatistic Df Sig.
1. 20% .905 6 .4042. 40% .905 6 .505
Berdasarkan table 6 data di atas menunjukkan bahwa nilai
signifikansi pada perasan buah mentimun dan buah pare pada konsentrasi
20% dan 40% dapat dikatakan sebagai data terdistribusi normal, hal ini
dikarenakan bahwa nilai p lebih dari 0,05 (p>0,05). Pada konsentrasi 0%,
60% dan 80% nilai-nilainya konstan /sama dan dapat dikatakan sebagai
data terdistribusi tidak normal, dikarenakan bahwa nilai p kurang dari 0,05
(p>0,05), karena terdapat nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka tidak
memenuhi syaratuji one way anova, sehingga harus dilakukan alternatif
pengujian dengankruskal wallis.
4. Uji Kruskal Wallis
Uji Kruskal-Wallis yaitu uji non parametrik berbasis peringkat
yang dapatdigunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara dua kelompok atau lebih variabel
independen pada variabel dependen yang kontinu atau ordinal. Hasil dari
uji kruskal wallis adalah sebagai berikut :
51
Tabel 7Hasil Uji Kruskal Wallis
No Kruskal Wallis Kematian1. Chi-square 31.1592. Df 53. Asymp. Sig. .000
Uji beda menggunakan uji alternatif yaitukruskal wallis
dikarenakan salah satu syarat ujione way anova tidak terpenuhi, yaitu data
terdistribusi tidak normal. Hasil dari ujikruskal wallis adalah p=0,000. Hal
tersebut berarti menunjukan bahwa terdapat perbedaan jumlah rata-rata
kematian larva nyamukCulex sppada semua kelompok perlakuan yang
diberi perasan buah mentimun dan buah pare pada konsentrasi 20%, 40%,
60%, dan 80% maupun kontrol 0% dengan 100 ml aquades.
5. Uji Post HocAnalisis post hoc atau uji lanjut digunakan untuk menarik
kesimpulan apakah menerima atau menolak hipotesis. Analisispost hoc
untuk uji kruskal-wallis adalah uji mann-whitney. Uji mann-whitney
merupakan uji non parametrik yang digunakan untuk mengetahui
perbedaan median 2 variabel terkaitnya adalah ordinal/interval/ratio tetapi
tidak berdistribusi normal. Hasil dari ujimann-whitney yang didapat
adalah sebagai berikut :
Tabel 8.Hasil Uji Mann-Whitney
No Konsentrasi Konsentrasi Significance (p)1. Kontrol ( 0%)
Aquades 100%20% 0,002*40% 0,002*
60% 0,001*
52
80% 0,001*2. 20% 40% 0,166*
60% 0,002*80% 0,002*
3. 40% 60% 0,022*80% 0,022*
4. 60% 80% 1,000*5. 80% 100% 1,000*
Keterangan : (*) menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kematian larvaCulex sp berbeda signifikan.
Berdasarkan tabel 4.8. di atas, hasil ujipost hoc menunjukkan nilai
p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan pada setiap perlakuan. Perbedaan
antara kelompok kontrol aquades dengan semua perlakuan yang diberikan
perasan buah mentimun dan buah pare dengan hasil lebih efektif pada perasan
buah mentimun dan buah pare pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80%.
C. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan untuk menguji efikasi perasan buah
mentimun dan buah pare sebagai larvasida nyamukCulex sp ini, hasil
simpulan analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang dapat
mempercepat kematian larva nyamukCulex sp pada saat pemberian perasan
buah mentimun dan buah pare. Selain terdapat pengaruh dalam pemberian
perasan, hasil penelitian data juga menunjukkan terdapat perbedaan data
dalam setiap konsentrasi sehingga data terdistribusi tidak normal karena data
konstan atau sama.
Penelitian ini menggunakan perasan buah mentimun dan perasan buah
pare dengan 4 variasi dengan masing-masing konsentrasi 0% (sebagi kontrol)
20%, 40%, 60%, dan 80%. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan per 3
53
jam selama 24 jam didapatkan hasil bahwa rata-rata persentase kematian
larva uji pada masing-masing konsentrasi berbeda namun ada yang sama
yaitu pada konsentrasi 60% dan 80% dengan rata-rata kematian 60% pada
perasan buah mentimun, sedangkan pada perasan buah pare rata-rata
kematian 90%.
Kematian larva Culex sp terdapat pada semua perlakuan yang
diberikan perasan buah mentimun dan perasan buah pare. Hal ini
membuktikan bahwa kematian pada perlakuan disebabkan oleh perasan
perasan buah mentimun dan perasan buah pare, selain itu juga karena faktor
lingkungan seperti suhu dan pH. Pada perlakuan yang diberikan perasan buah
mentimun dan perasan buah pare pada konsentrasi 0%, 20%, 40%, 60%, dan
80% didapatkan hasil persentase kematian larva tertinggi terjadi pada
konsentrasi 60% dan 80%, yaitu 100%, serta persentase kematian larva
terendah terjadi pada konsentrasi 20%, yaitu pada perasan buah mentimun
60% dan pada perasan buah pare sebanyak 73,3%.
Kematian pada perlakuan uji perasan buah mentimun mulai terjadi
pada jam ke 6 yakni pada konsentrasi 20% . Kemudian kematian larva uji
meningkat pada berbagai konsentrasi perasan buah mentimun sebanyak 2 kali
lipat pada jam ke 9 sampai ke 24. Begitu juga pada perasan buah prare yang
dimana kematian larva uji terjadi pada jam ke 12 yakni pada konsentrasi 20%
selanjutnya mulai meningkat jam ke 15 sampai ke 24, sehingga waktu
tersebut merupakan waktu puncak dalam kematian larva uji. Hal ini sama
dengan penelitian Syamsul dan Eka novitasar (2014) yang menunjukkan
54
bahwa angka kematian tertinggi terjadi pada jam ke 24 yakni sebanyak 100%
larva uji karena senyawa metabolit sekunder sepertitanin, alkaloid, saponin,
dan flavonoid sebagian besar dapat larut setelah 24 jam, dan pada penelitian
sebelumnya data yang dihasilkan berdistribusi normal, serta perasan buah
mentimun memiliki aktivitas sebagailarvasida, sedangkan pada penelitian ini
data yang dihasilkan tidak berdistribusi normal, disebabkan karena data
banyak yang konstan/sama pada konsentrasi 60% dan 80%, selain itu perasan
buah mentimun dan buah pare efektif sebagai larvasida nyamukCulex sp.
Sementara pada penelitian Hery Hermansyah, dkk (2012) dengan hasil
ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) dapat membunuh larva nyamuk
Aedes aegepty. Konsentrasi pada konsentrasi 2,5%, dan efektif sebagai
larvasida terhadap larva Instar III dan IV NyamukAedes aegepty, sedangkan
pada penelitian ini perasan buah pare efektif sebagai larvasida nyamukCulex
sp.
Kematian larva berbanding lurus dengan lama waktu dan besarnya
konsentrasi yang diberikan, yaitu semakin lama waktu kontak larvaCulex sp
dengan larvasida, maka kematian larva semakin meningkat serta semakin
tinggi konsentrasi, sehingga semakin cepat pula terjadinya kematian larva
Culex sp. Pada penelitian ini terjadi kematian tertinggi pada jam ke 24 pada
perasan buah mentimun dan buah pare yakni sebanyak 100% larva uji pada
konsentrasi 60% dan 80%. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi
konsentrasi dan semakin lama waktu, maka semakin tinggi juga kematian
larva uji, selain itu juga dapat dikatakan bahwa khasiat insektisida untuk
55
membunuh serangga tergantung pada bentuk, cara masuk ke dalam tubuh
serangga, macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah (dosis) insektisida.
Pada hasil pengujian efektivitas perasan buah mentimun dan buah
pare terhadap larva nyamukCulex sp dilakukan uji beda menggunakan uji
alternatif yaitu kruskal wallis. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan antara jumlah kematian larvaCulex sp yang
disebabkan adanya kedua perasan buah tersebut yaitu buah mentimun dan
buah pare. Hal ini dapat dilihat dari ujikruskal wallis dengan nilai p=0,00
atau kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho
ditolak, yang berarti bahwa kedua perasan berpengaruh secara signifikan
terhadap mortalitas larva nyamukCulx sp.
Pada perlakuan perasan buah mentimun berdasarkan hasil ujipost hoc
secara umum semakin tinggi konsentrasi, maka semakin tinggi efek larvasida
yang dapat menyebabkan kematian larva uji. Hal ini dibuktikan dengan
keunggulan perasan buah mentimun pada konsentrasi 60% dan 80%
dibandingkan dengan perasan buah mentimun pada konsentrasi 20% dan
40%. Begitu juga dengan perlakuan di perasan buah pare dengan keunggulan
pada konsentrasi 80% dibandingkan dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 60%.
Kematian pada larva uji penelitian dikarenakan kandungan senyawa aktif
atau senyawatoksik yang berada dalam perasan buah mentimun dan buah
pare. Senyawa aktif yang terkandung dalam kedua buah tersebut yaitu
alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid.
56
Perbedaan jumlah larva yang mati berbeda-beda pada setiap
konsentrasi perlakuan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa tinggi
rendahnya konsentrasi yang diberikan akan berpengaruh terhadap jumlah
kematian larva yang mati.
Berdasarkan kandungan senyawatoksik yang terdapat di dalam buah
mentimun dan buah pare yaitu senyawasaponin di dalam buah pare lebih
banyak dibandingkan senyawasaponin yang ada didalam buah mentimun.
Hal ini disebabkan karena pada saat pembuatan perasan terlihat busa-busa
pada buah pare lebih banyak dan kental sedangkan pada buah mentimun
hanya sedikit.Saponin berperan sebagai racun perut. Senyawasaponin
memiliki rasa pahit dan tajam apabila dimakan. Senyawa atau unsur yang
bersifattoksik atau racun walaupun dalam konsentrasi rendah, apabila masuk
ke dalam tubuh dapat menyebabkan kematian pada larva.
Selanjutnya yaitu senyawatanin, yang dimana senyawatanin pada
buah pare lebih pahit dari pada di buah mentimun. Hal ini dikarenakan pada
penelitian ini, peneliti menggunakan keseluruhan dari buah pare, sedangkan
pada buah mentimun hanya sebagian yang digunakan, yaitu bagian ujung
yang memiliki rasa pahit saja.Tanin berperan menghambat proses makan
larva. Mekanisme kerjatanin hampir sama dengansaponin karena keduanya
dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan.
Tanin akan mengendapkan protein dalam sistem pencernaan yang diperlukan
serangga untuk pertumbuhan. Hal tersebut mengakibatkan proses penyerapan
protein dalam sistem pencernaan menjadi terganggu.
57
Senyawa aktif lain yang terkandung dalam buah mentimun dan pare
adalahalkaloid. Senyawa ini memiliki fungsi mempengaruhi fungsi sistem
saraf, sistem respirasi dan bisa digunakan untuk menolak serangga. Selain itu
alkaloid juga dapat menghambat daya makan larva (antifedant), menghambat
reseptor perasa pada daerah mulut larva sehingga menganggu pertumbuhan
larva.53
Senyawa flavonoid berperan sebagai racun pernapasan dimana
senyawa ini akanmasuk melaluisiphon. Flavonoid mempunyai cara kerja
yaitu dengan masuk ke dalam tubuh larva melalui sistem pernapasan yang
kemudian akan menimbulkan kelayuan pada syaraf serta kerusakan pada
sistem pernapasan dan mengakibatkan larva tidak bisa bernapas dan akhirnya
mati. Posisi tubuh larva yang berubah dari normal bisa juga disebabkan oleh
senyawaflavonoid akibat cara masuknya yang melaluisiphon, sehingga
mengakibatkan kerusakan. Hal ini menyebabkan larva harus mensejajarkan
posisinya dengan permukaan air untuk mempermudah dalam mengambil
oksigen.54
Berdasarkan kandungan zat aktif yang terdapat dalam buah mentimun
dan buah pare, dapat dikatakan bahwa kombinasi dari berbagai senyawa aktif
yang terdapat dalam buah mentimun dan buah pare yaknisaponin, tanin,
alkaloid dan flavonoid memiliki efek larvasida. Kombinasi darisaponin dan
53Gede Bawa.“ISOLASI dan Identifikasi Golongan Senyawa Toksik Daridaging Buah Pare( Momordica charantia L.)”. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Vol.3,no. 2. Juli 2009, hal :117-124.
54Erlita Verdia Mutiara dan Achmad Wildan. “Ekstraksi Flavonoid Dari Daun Pare
(Momordica Charantia L.) Berbantu Gelombang Mikro SebagaiPenurun Kadar Glukosa Secara InVitro.” Jurnal Metana, Vol. 10 No.01, Juli 2014, hal: 1-11.
58
tanin sebagai racun perut danalkaloid serta flavonoid sebagai racun
pernapasan memiliki daya bunuh terhadap kematian larvaCulex sp. Larva
Culex sp telah diberikan konsentrasi perasan buah mentimun dan buah pare
akan mengalami perubahan tingkah laku dimana gerakan yang sebelumnya
aktif akan menjadi lamban, dan akhirnya akan mati. LarvaCulex sp dikatakan
mati apabila larva tersebut sudah tidak bergerak bila disentuh dan berada di
dasar air dan muncul lagi ke permukaan air namun tidak bergerak sama
sekali, kemudian ada sebagiaan larva yang tubuhnya hancur, ada larva yang
berada di dalam endapan perasan buah mentimun dan buah pare, serta larva
nampak kelihatan putih pucat. Selain itu pada penelitian ini, air pada masing-
masing perasan mengalami perubahan warna, mengeluarkan bau yang tidak
sedap, dan memiliki endapan dimasing-masing konsentrasi pada jam ke 9
sampai 24 jam.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perasan buah
mentimun dan buah pare memiliki efek daya bunuh sebagai larvasida
terhadap larva nyamukCulex sp. Hal tersebut dikarenakan pada kedua buah
tersebut dapat menyebabkan kematian larva uji sebesar 10%-90%.55 Perasan
buah mentimun dan buah pare termasuk kriteria pestisida nabati efektif, yaitu
dapat menyebabkan kematian larva uji sebesar 80%-90% dalam periode
waktu tertentu. Hal tersebut dibuktikan bahwa perasan buah mentimun dan
buah pare dengan konsentrasi 80% mampu membunuh 100% larva uji.
55Ibid, hal : 13.
59
Hasil uji probit menunjukkan bahwa nilai LC50 yaitu konsentrasi yang
dapat mematikan 50% larva nyamukCulex sp dengan menggunakan perasan
buah mentimun adalah 33,87% dalam waktu 24 jam, dan nilai LC90 yaitu
konsentrasi yang dapat mematikan 90% larva nyamukCulex sp adalah
54,373% dalam waktu 24 jam. Sedangkan hasil uji probit pada perasan buah
pare menunjukkan nilai LC50 yaitu konsentrasi yang dapat mematikan 50%
larva nyamukCulex sp adalah 21,58% selama 24 jam, dan nilai LC90 yaitu
konsentrasi yang dapat mematikan 90% larva adalah 34,642% selama 24 jam.
Semakin rendah nilai LC50 dan LC90 suatu zat, berarti zat tersebut
mempunyai efektivitas dan aktivitas yang lebih tinggi dalam membunuh
hewan uji. Hal tersebut dikarenakan zat tersebut perlu konsentrasi yang lebih
rendah untuk mematikan hewan coba dalam waktu yang sama. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dilihat dari nilai uji probit, yang lebih efektif
sebagai larvasida nyamukCulex sp adalah perasan dari buah pare.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka disimpulkan
bahwa:
1. Buah mentimun dan buah pare dapat digunakan sebagai larvasida nyamuk
Culex sp.
2. Perasan buah pare lebih efektif sebagai larvasida nyamukCulex sp
dibandingkan perasan buah mentimun.
3. Tingkat mortalitas larva instar IV nyamukCulex sp menggunakan
perasan buah mentimun dan buah pare tertinggi pada konsentrasi 80%,
sedangkan mortalitas terendah larva instar IV nyamukCulex sp
menggunakan perasan buah mentimun dan buah pare pada konsentrasi
20%.
A. Saran
1. Bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan ujung dari buah mentimun
yang sering dibuang dan buah pare atau tumbuhan lainnya sebagai
larvasida atauinsektisida nabati.
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian yang lebih
luas dari penelitan sebelumnya tentang uji efikasi konsentrasi perasan
sebagailarvasida dengan jenis tumbuhan yang beragam dan larva yang
berbeda.
61
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R. Daya Bunuh Air Perasan Daun Mengkudu (Morinda citrifolia)
Terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti, ( Skripsi, Universitas Negeri
Semarang, April. 2016).
Amirul. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Pustaka Setia. 1998.
Blondine, P. & Widyastuti, U. Efektivitas Bacillus thuringiensis H-14 Strain Lokal
dalam Buah Kelapa Terhadap Larva Anopheles sp dan Culex sp di Kampung
Laut Kabupaten Cilacap. Jurnal Media Litbangkes, Vol. 23 No. 2. Juni 2013.
Boesri, H. & Boewono, D. Pengendalian Nyamuk Aedes aegypti & Culex
quinquefasciatus dengan Penyemprotan Sistem Pengasapan (Thermal
Fogging) Menggunakan Insektisida Laden 500ec. Jurnal Vektora Vol. 1
No. 1. April 2009.
Cahyadi, R, Suhardjono. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare
(Momordica charantia L.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan
Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). (Karya Tulis Ilmiah, Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. 2009.
Gani, Y.I. Efek Residu Bacillus thuringiensis Israelensis Terhadap Aedes
albupictus dan Culex aquinque fasciatus di Dalam Bak Fiber Glass,
Keramik dan Semen. (Skripsi, FK, UI. Jakarta. April. 2011).
Gede, B. Isolasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Toksik Daridaging Buah Pare
( Momordica charantia L.). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana,
Bukit Jimbaran. Vol.3. no. 2. Juli 2009.
Hamzah. H, P.J. Kunu & A. Rumakat. Respons Pertumbuhan Dan Produksi
Ketimun (Cucumis Sativus L)Terhadap Sistem Pengolahan Tanah Dan
Jarak Tanam. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman, vol.1, no. 2, Oktober 2012.
Hardina. R. Aktivitas Larvasida Ekstrak Etanol Daun Inggu (Ruta Angustifolia
L.) Terhadap Larva Nyamuk Anopheles Aconitus Dan Anopheles
Maculatus Beserta Profil Kromatografinya, (Naskah Publikasi, Ums.
Surakarta, 2013).
Heni. P. Kehidupan Nyamuk Culex. Jurnal Litbang P2B2 Ciamis. Balitbangkes
Depkes.RI. Vol.2.No. 02. Desember 2007.
Hermawan, A. Kajian Sifat Fisik Buah Mentimun (Cucumis Sativus L.)
Menggunakan Pengolahan Citra (Image Processing), (Skripsi, Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember, 2015).
62
Hernawati. Potensi Buah Pare (Momordicha charantia L.) Sebagai Herbal
Antifertilitas. Jurnal FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, vol. 6, no.
2, Maret 2012.
Hermansyah, H,Refai, Azhan Azhari. Efektifitas Larvasida Alami Ekstrak Buah
Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Larva Instar III Dan IV Nyamuk
Aedes Aegepty. Jurnal Politeknik Kesehatan Palembang, Vol. 6. No. 3. Juli
2012.
Jayadipraja, Erwin Azizi, Hasanuddin Ishak, & Arsin A. Arsunan. Uji Efektifitas
Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Mortalitas Larva Anopheles
sp.vol. 201. 2013.
Komala, O, Bina Lohita Sari, Nina Sakinah. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Buah
Pare (Momordica Charantia L.) Sebagai AntibakteriSalmonella typhi.
Jurnal Program Studi Biologi FMIPA UNPAK Bogor, Fitofarmaka. Vol.
2.No.1. Juni 2012.
Kusriningrum. Perancangan Percobaan. Surabaya: Airlangga University Press.
2008.
Mayasari, F.D. Toksisitas Spora Jamur Paecilomyces fumosoroseus Terhadap
Mortalitas Larva Nyamuk Culex sp. ( Skripsi, Universitas Jember, 2011).
M. Wien, et. al.. Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.)
terhadap Gambaran Sel Epitel Kelenjar Prostat Tikus Putih, Jurnal Pusat
Penelitian Farmasi dan Obat Tradisional Jakarta, Vol.38 no.5. Juli-Agustus
2011.
Mien. A. Kamus Biologi. Jakarta: Balai Pustak. 2004.
Mutiara, E.V & Wildan, A. Ekstraksi Flavonoid Dari Daun Pare (Momordica
charantia L.) Berbantu Gelombang Mikro Sebagai Penurun Kadar
Glukosa Secara In Vitro. Jurnal Metana. Vol. 10 No.01. Juli 2014.
Ninam, A. et. al.. Proporsi Dan Dinamika Larva Aedes aegpty, Anopheles dan
Culex yang ditemukan di Denpasar . Jurnal Viternier. Vol. 9. No. 1,
Maret 2008.
Ningsih, Enis Wildan, Nani Yuniar & Andi Fizal Fachlevy. Efektivitas Uji Daya
Bunuh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Larva Nyamuk
Anopheles Aconitus Donits Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria
Di Daerah Persawahan Desa Lalonggombu Kecamatan Andoolo
Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. Vol.13.2016.
63
Nindatua, M. et. al.. Pengembangan Ekstrak Etanol Daun Lavender (Lavandula
Angustifolia) Sebagai Anti Nyamuk Vektor Filariasis Culex sp. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan, Molucca Medica, Vol. 4.No. 1. Oktober 2011
Nurcahyani. Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium Aromaticum L.)
Terhadap Mortalitas Larva Anopheles sp, (Skripsi, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012).
Riyadi, N.R, Dwi Ishartani, Ruliana Purbasari. Mengangkat potensi pare
(Momordica charantia L.) menjadi produk pangan olahan sebagai upaya
diversifikasi. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.Vol.01.
No. 5. Agustus 2015.
Rohyani, I.S, Evy Arianti & Surpito. Kandungan fitokimia beberapa jenis
tumbuhan lokal yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat di
Pulau Lombok. Jurnal Fakultas Matematika dan ilmu pengetahuan Alam,
Universitas mataram, Vol.1.no. 2. April. 2015.
Santoso, K.P. et. al. Pengaruh Ketimun (Cucumis Sativus) Sebagai Antioksidan
Terhadap Perlindungan Kerusuhan Membran Sel Akibat Pemberian Asap
Rokok. Jurnal Penelitian Medika Eksakta. Vol. 6 No. 1 April 2005.
Santoso,“Usaha Tanaman Pare”. Brosur Instalasi Penelitian Dan Pengkajian
Teknologi Pertanian, DKI Jakarta. 1996.
Sholichah, Z. Ancaman dari Nyamuk Culex sp yang Terabaikan. Jurnal Litbang
P2B2 Banjarnegara Vol. 5.No. 01. Juni 2009.
Suryadi, Luthfy, Yenni Kusandriani & Gunawan. Karakterisasi Plasma Nutfah
Mentimun. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang. Vol.10
No.1 Th.2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabet, 2005.
Syamsul, Eka Siswanto & Eka Purwanto. Uji aktivitas perasan buah mentimun (Cucumis sativusL.) sebagai Biolarvasida terhadap larva nyamukAedes
aegyptil. Jurnal Kimia Mulawarman. Vol.11. No. 2. 2014.
Tim Penyusun Realit.2009. Kamus Biolodi Edisi Lengkap. Jakarta: Bumi Aksara.
Utami, M. Kaki Gajah Harus Disembuhkan . Kementrian kesehatan RI. Jakarta.
Mediakom : 2015.
Yadi, S, La Karimuna & Laode Sabaruddin. Pengaruh Pemangkasan Dan
Pemberian Pupuk Organik Terhadap Produksi Tanaman mentimun
64
(Cucumis sativus L.). Berkala Penelitian Agronomi. Vol. 1 No. 2, Oktober
2012.
Wijiati, D. Uji Efektivitas Minyak Atsiri Bunga Kenanga (Canangium Odoratum Baill)
Terhadap Daya Bunuh Larva Nyamuk Culex quinquefasciatus. ( Skripsi,
Universitas Mumammadiyah Surakarta. 2010).
Yaysan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur’an. 1971. Al-Qura’an dan Terjemahannya. Departemen Urusan Agama Islam. Hlm
Zulkarnaen. Budidaya Sayuran Tropis. Jakarta: Bumi Aksara. 2013.
65
Lampiran 1: Hasil Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Bahan yang digunakan dalam penelitian buah mentimun dan buah pare
Gambar 1.1. buah mentimun Gambar 1.2. buah pare
Gambar 2. Proses pembuatan perasan buah mentimun dan perasan buah pare
Gambar 2.1. Proses penghalusanGambar 2.2. Persiapan perasanbuah pada masing-masing buah
Gambar 2.3. Penuanganperasanbuah mentimun pada tiapkonsentrasi
Gambar 2.4. Penuangan perasanbuah parepada tiap konsentrasi
66
Lampiran 3 : Proses pengamatan
Gambar 3.1. Konsentrasi padaperasan buah mentimun
Gambar 3.2. Konsentrasi pada perasan buahpare
Gambar 3.3. Masing-masing perlakuan perasan buahmentimun dan perasan buah pare
Gambar 3.5. Pengamatanmortalitas larva
Gambar 3.6. Mortalitas larvaCulex sp. padaperasan buah mentimun
Gambar. 3.7. Mortalitas larvaCulex sp.pada perasan buah pare
67
Gambar 3.8. identifikasi larva nyamukCulex sp
Gambar. 3.9. larva instar IV nyamukCulex sp
68
Data pengamatan kematian (Mortalitas) larva nyamukCulex sp per 3 jaselama 24 jam
Jam Perlakuan Jumlah Mortalitas lara nyamukCulex sp Total
Ulangan I Ulangan II Ulangan III3 jam
(Perasanmentimun)
Konsentrasi0% 0 0 0 0
20% 0 0 0 040% 0 0 0 060% 1 1 0 280% 0 0 0 0
3 jam(Perasan
pare)
Konsentrasi0% 0 0 0 0
20% 0 0 0 040% 0 1 0 1
60% 0 3 2 580% 1 0 3 4
6 jam(Perasanmentimun)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 3 1 1 540% 4 4 5 960% 10 10 10 3080% 10 10 10 30
6 jam(Perasan
pare )
Konsentrasi0% 0 0 0 0
20% 0 0 0 040% 2 4 3 960% 2 6 7 1580% 4 4 5 13
9 jam(Perasanmentimun)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 5 3 1 940% 7 6 6 1960% 10 10 10 3080% 10 10 10 30
9 jam(Perasan
pare )
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 0 0 0 040% 2 6 3 1160% 2 8 8 1880% 7 5 8 20
12 jam Konsentrasi
69
(Perasanmentimun)
0% 0 0 0 020% 5 3 1 940% 7 6 6 1960% 10 10 10 3080% 10 10 10 30
12 jam(Perasan
pare)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 2 0 0 240% 3 6 5 1460% 3 9 8 2080% 8 6 9 23
15 jam(Perasanmentimun)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 5 3 1 940% 7 6 6 1960% 10 10 10 3080% 10 10 10 30
15 jam(Perasan
pare)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 3 2 0 540% 7 7 8 2260% 4 10 9 2380% 8 7 10 25
18 jam(Perasanmentimun)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 6 3 1 1040% 7 6 6 1960% 10 10 10 3080% 10 10 10 30
18 jam(Perasan
pare)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 5 4 4 1340% 7 8 7 2260% 9 10 10 2980% 8 9 10 27
21 jam(Perasan
mentimun)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 6 3 1 1040% 7 6 7 2060% 10 10 10 3080% 10 10 10 30
21 jam(Perasan
pare)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 6 5 3 1440% 9 9 10 28
70
60% 9 10 10 2980% 10 10 10 30
24 jam(Perasan
mentimun)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 9 6 3 1840% 7 6 8 2160% 10 10 10 3080% 10 10 10 30
24 jam(Perasan
pare)
Konsentrasi0% 0 0 0 020% 9 6 7 2240% 10 9 10 2960% 10 10 10 3080% 10 10 10 30
70
Lampiran 2
Uji Shapiro Wilk
RumusShapiro Wilk
-
No. X I X I - X X I – X1. 0 -7 492. 0 -7 493. 0 -7 494. 0 -7 495. 0 -7 496. 0 -7 497. 3 -4 168. 6 -1 19. 6 -1 110. 6 -1 111. 7 0 012. 7 0 013. 8 1 114. 9 2 4
71
15. 9 2 416. 9 2 417. 10 3 918. 10 3 919. 10 3 920. 10 3 921. 10 3 922. 10 3 923. 10 3 924. 10 3 925. 10 3 926. 10 3 927. 10 3 928. 10 3 929. 10 3 930. 10 3 9JUMLAH 210 = 436
D = (0-7)2+ (0-7)2+ (0-7)2+ (0-7)2+ (0-7)2+ (0-7)2+ (3-7)2+ (6-7)2+ (6-7)2+ (6-7)2+(6-7)2+ (7-7)2+ (7-7)2+ (8-7)2 + (9-7)2+ (9-7)2+ (9-7)2+ (10-7)2+ (10-7)2+(10-7)2+ (10-7)2+ (10-7)2+ (10-7)2+ (10-7)2+ (10-7)+ (10-7)2+ (10-7)2+(10-7)2+ (10-7)2+ (10-7)2+ (10-7)2= (379)2= 143641
i ai X(n-i+1) – X(i) ai (X(n-i+1) – X(i)
1. 0,4254 10-0 4,2542. 0,2944 10-0 2,9443. 0,2475 10-0 2,4754. 0,2145 10-0 2,1455. 0,1874 10-0 1,8746. 0,1630 10-0 1,637. 0,1415 10-3 0,99058. 0,1219 10-6 0,48769. 0,1036 10-6 0,414410. 0,0862 10-6 0,344811. 0,0697 10-7 0,2091
72
12. 0,0637 10-7 0,191113. 0,0381 10-8 0,076214. 0,0227 10-9 0,022715. 0,076 10-9 0
Jumlah 18,0584
T3=326,105= ,= 0,0022
Diperoleh T3 = 0,0022
Nilai nilai α (0,10) = 0,939 ; nilai α (0,50) = 0,967
Daerah penolakan
Nilai T3 terletak diantara 0,930 dan 0,963, atau nilai p hitung terletak diantara 0,10dan 0,50, yang diatas nilai α (0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, serta sampeldiambil dari populasi normal, α = 0,05
73
Lampirn 1.Uji probit LC50 dan LC90 perasan buah mentimun dan buah pare
Data Information
N of Cases
Valid 30
Rejected Out of Rangea
0
Missing 0
LOG Transform Cannot be
Done0
Number of Responses >
Number of Subjects0
Control Group 6
Perasan_Buah PerasanBuahtim 15
PerasanBuah Par 15
.
Parameter Estimates
Parameter Estimate
Std.
Error Z Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
PROBIT
a
Konsentrasi 6.235 2.060 3.027 .002 2.198 10.272
Intercept
b
PerasanBuahtim -9.538 3.571 -2.671 .008 -13.109 -5.968
PerasanBuah
Par-8.318 3.158 -2.634 .008 -11.476 -5.160
a. PROBIT model: PROBIT(p) = Intercept + BX (Covariates X are transformed using the base
10.000 logarithm.)
Chi-square Tests
Chi-Square dfa
Sig.
PROBI
T
Pearson Goodness-of-Fit Test20.818 26 .751
b
a. Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases.
b. Since the significance level is greater than .500, no heterogeneity factor is used in the
calculation of confidence limits.
Cell Counts and Residuals
Number Perasan_Buah konsentrasi
Number of
Subjects
Observed
Responses
Expected
Responses Residual
Probabilit
y
PROBIT 1 1 1.301 10 9 5.700 3.300 .570
2 1 1.602 10 7 8.480 -1.480 .848
3 1 1.778 10 10 9.717 .283 .972
4 1 1.903 10 10 9.954 .046 .995
5 1 2.000 10 10 9.992 .008 .999
6 1 1.301 10 6 5.700 .300 .570
7 1 1.602 10 6 8.480 -2.480 .848
8 1 1.778 10 10 9.717 .283 .972
9 1 1.903 10 10 9.954 .046 .995
10 1 2.000 10 10 9.992 .008 .999
11 1 1.301 10 3 5.700 -2.700 .570
12 1 1.602 10 8 8.480 -.480 .848
13 1 1.778 10 10 9.717 .283 .972
14 1 1.903 10 10 9.954 .046 .995
15 1 2.000 10 10 9.992 .008 .999
16 2 1.301 10 9 7.291 1.709 .729
17 2 1.602 10 10 9.779 .221 .978
18 2 1.778 10 10 9.987 .013 .999
19 2 1.903 10 10 9.999 .001 1.000
20 2 2.000 10 10 10.000 .000 1.000
21 2 1.301 10 6 7.291 -1.291 .729
22 2 1.602 10 9 9.779 -.779 .978
23 2 1.778 10 10 9.987 .013 .999
24 2 1.903 10 10 9.999 .001 1.000
25 2 2.000 10 10 10.000 .000 1.000
26 2 1.301 10 7 7.291 -.291 .729
27 2 1.602 10 10 9.779 .221 .978
28 2 1.778 10 10 9.987 .013 .999
29 2 1.903 10 10 9.999 .001 1.000
30 2 2.000 10 10 10.000 .000 1.000
Confidence Limits
Perasan_Buah
Probabili
ty
95% Confidence Limits for konsentrasi 95% Confidence Limits for log(konsentrasi)a
Estimate
Lower
Bound
Upper
Bound Estimate Lower Bound Upper Bound
PROBIT PerasanBuahtim 0.01 14.346 1.249 24.782 1.157 .096 1.394
0.02 15.865 1.657 26.410 1.200 .219 1.422
0.03 16.912 1.983 27.504 1.228 .297 1.439
0.04 17.744 2.269 28.361 1.249 .356 1.453
0.05 18.452 2.532 29.080 1.266 .403 1.464
0.06 19.076 2.779 29.708 1.280 .444 1.473
0.07 19.640 3.016 30.273 1.293 .479 1.481
0.08 20.160 3.244 30.789 1.304 .511 1.488
0.09 20.645 3.467 31.267 1.315 .540 1.495
0.1 21.101 3.685 31.715 1.324 .566 1.501
0.15 23.100 4.743 33.657 1.364 .676 1.527
0.2 24.823 5.792 35.310 1.395 .763 1.548
0.25 26.404 6.871 36.816 1.422 .837 1.566
0.3 27.909 8.005 38.246 1.446 .903 1.583
0.35 29.380 9.217 39.647 1.468 .965 1.598
0.4 30.847 10.528 41.054 1.489 1.022 1.613
0.45 32.336 11.964 42.497 1.510 1.078 1.628
0.5 33.872 13.555 44.009 1.530 1.132 1.644
0.55 35.481 15.339 45.631 1.550 1.186 1.659
0.6 37.195 17.365 47.413 1.570 1.240 1.676
0.65 39.052 19.700 49.434 1.592 1.294 1.694
0.7 41.111 22.432 51.814 1.614 1.351 1.714
0.75 43.454 25.687 54.767 1.638 1.410 1.739
0.8 46.220 29.640 58.704 1.665 1.472 1.769
0.85 49.668 34.537 64.547 1.696 1.538 1.810
0.9 54.374 40.732 74.752 1.735 1.610 1.874
0.91 55.576 42.176 77.837 1.745 1.625 1.891
0.92 56.912 43.711 81.508 1.755 1.641 1.911
0.93 58.418 45.351 85.953 1.767 1.657 1.934
0.94 60.147 47.124 91.462 1.779 1.673 1.961
0.95 62.181 49.072 98.493 1.794 1.691 1.993
0.96 64.660 51.270 107.855 1.811 1.710 2.033
0.97 67.842 53.860 121.145 1.832 1.731 2.083
0.98 72.317 57.163 142.232 1.859 1.757 2.153
0.99 79.977 62.192 184.908 1.903 1.794 2.267
PerasanggBuah Par 0.01 9.140 .815 15.942 .961 -.089 1.203
0.02 10.108 1.080 17.015 1.005 .033 1.231
0.03 10.775 1.291 17.740 1.032 .111 1.249
0.04 11.305 1.476 18.309 1.053 .169 1.263
0.05 11.756 1.645 18.788 1.070 .216 1.274
0.06 12.153 1.805 19.208 1.085 .256 1.283
0.07 12.513 1.957 19.586 1.097 .292 1.292
0.08 12.844 2.104 19.933 1.109 .323 1.300
0.09 13.153 2.247 20.255 1.119 .352 1.307
0.1 13.444 2.387 20.557 1.129 .378 1.313
0.15 14.718 3.064 21.875 1.168 .486 1.340
0.2 15.815 3.732 23.008 1.199 .572 1.362
0.25 16.822 4.416 24.050 1.226 .645 1.381
0.3 17.781 5.131 25.050 1.250 .710 1.399
0.35 18.718 5.891 26.040 1.272 .770 1.416
0.4 19.653 6.709 27.045 1.293 .827 1.432
0.45 20.602 7.599 28.087 1.314 .881 1.449
0.5 21.581 8.578 29.194 1.334 .933 1.465
0.55 22.606 9.667 30.396 1.354 .985 1.483
0.6 23.697 10.892 31.735 1.375 1.037 1.502
0.65 24.881 12.287 33.274 1.396 1.089 1.522
0.7 26.192 13.898 35.110 1.418 1.143 1.545
0.75 27.685 15.788 37.407 1.442 1.198 1.573
0.8 29.448 18.048 40.473 1.469 1.256 1.607
0.85 31.644 20.816 44.958 1.500 1.318 1.653
0.9 34.643 24.339 52.518 1.540 1.386 1.720
0.91 35.408 25.176 54.743 1.549 1.401 1.738
0.92 36.259 26.074 57.363 1.559 1.416 1.759
0.93 37.219 27.047 60.504 1.571 1.432 1.782
Lampiran 2, uji normalitas data
Descriptivesa,b,c,d
Konsentrasi Statistic Std. Error
Mortalitas 20% Mean 6.67 .919
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 4.30
Upper Bound 9.03
5% Trimmed Mean 6.74
Median 6.50
0.94 38.320 28.114 64.360 1.583 1.449 1.809
0.95 39.617 29.305 69.240 1.598 1.467 1.840
0.96 41.196 30.670 75.690 1.615 1.487 1.879
0.97 43.224 32.305 84.793 1.636 1.509 1.928
0.98 46.074 34.418 99.169 1.663 1.537 1.996
0.99 50.954 37.667 128.170 1.707 1.576 2.108
a. Logarithm base = 10.
Case Processing Summary
konsentr
asi
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Mortalita
s
0% 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
20% 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
40% 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
60% 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
80% 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
100% 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%
Variance 5.067
Std. Deviation 2.251
Minimum 3
Maximum 9
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -.643 .845
Kurtosis .306 1.741
40% Mean 8.33 .667
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 6.62
Upper Bound 10.05
5% Trimmed Mean 8.37
Median 8.50
Variance 2.667
Std. Deviation 1.633
Minimum 6
Maximum 10
Range 4
Interquartile Range 3
Skewness -.383 .845
Kurtosis -1.481 1.741
a. Mortalitas is constant when konsentrasi = 0%. It has been omitted.
b. Mortalitas is constant when konsentrasi = 60%. It has been omitted.
c. Mortalitas is constant when konsentrasi = 80%. It has been omitted.
d. Mortalitas is constant when konsentrasi = 100%. It has been omitted.
Tests of Normalityb,c,d,e
konsentr
asi
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Mortalitas 20% .217 6 .200*
.905 6 .404
40% .180 6 .200*
.920 6 .505
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
b. Mortalitas is constant when konsentrasi = 0%. It has been omitted.
c. Mortalitas is constant when konsentrasi = 60%. It has been omitted.
d. Mortalitas is constant when konsentrasi = 80%. It has been omitted.
e. Mortalitas is constant when konsentrasi = 100%. It has been omitted.
Lampiran 3.Ujikrusal Wallis perasanbuahmentimundan pare
Ranks
Konsentra
si N Mean Rank
Mortalitas 0% 6 3.50
20% 6 11.08
40% 6 16.92
60% 6 26.50
80% 6 26.50
Total 36
Test Statisticsa,b
Mortalitas
Chi-Square 31.159
Df 5
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
c. Grouping Variable: konsentrasi
Lampiran 4.Uji Post Hoc perasan buah mentimun dan buah pare
Uji Post Hoc perasan buah mentimun dan buah pare (0% dan 20%)
Mortalitas by konsentrasi (0% dan 20%)
NPar Test, Mann-Whitney
Ranks
Konsen
trasi N Mean Rank Sum of Ranks
Mortalitas 0% 6 3.50 21.00
20% 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.089
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.089
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
Uji Post Hoc perasan buah mentimun dan buah pare (0% dan 40%)
Mortalitas by konsentrasi (0% dan 40%)
NPar Test, Mann-Whitney
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.083
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
Ranks
konsent
rasi N Mean Rank Sum of Ranks
Mortalitas 0% 6 3.50 21.00
40% 6 9.50 57.00
Total 12
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
Uji Post Hoc perasan buah mentimun dan buah pare (0% dan 60%)
Mortalitas by konsentrasi (0% dan 60%)
NPar Test, Mann-Whitney
Ranks
konsent
rasi N Mean Rank Sum of Ranks
Mortalitas 0% 6 3.50 21.00
60% 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.317
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
Uji Post Hoc perasan buah mentimun dan buah pare (0% dan 80%)
Mortalitas by konsentrasi (0% dan 80%)
NPar Test, Mann-Whitney
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.317
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
Uji Post Hoc perasan bua hmentimun danbuah pare (20% dan 40%)
Mortalitas by konsentrasi (20% dan 40%)
NPar Test, Mann-Whitney
Ranks
konsent
rasi N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Mortalitas 0% 6 3.50 21.00
80% 6 9.50 57.00
Total 12
Uji Post Hoc perasanbuahmentimundanbuah pare (20% dan 60%)
Mortalitas by konsentrasi (20% dan 60%)
NPar Test, Mann-Whitney
Ranks
konsent
rasi N Mean Rank Sum of Ranks
Mortalitas 20% 6 3.50 21.00
60% 6 9.50 57.00
Total 12
Ranks
Konsentra
si N Mean Rank
Sum of
Ranks
Mortalitas 20% 6 5.08 30.50
40% 6 7.92 47.50
Total 12
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U 9.500
Wilcoxon W 30.500
Z -1.386
Asymp. Sig. (2-tailed) .166
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .180a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.089
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
Uji Post Hoc perasan buah mentimun dan buah pare (20% dan 80%)
Mortalitas by konsentrasi (20% dan 80%)
NPar Test, Mann-Whitney
Ranks
konsent
rasi N Mean Rank
Sum of
Ranks
Mortalitas 20% 6 3.50 21.00
80% 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -3.089
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
Uji Post Hoc perasan buah mentimun dan buah pare (40% dan 60%)
Mortalitas by konsentrasi (40% dan 60%)
NPar Test, Mann-Whitney
Ranks
konsent
rasi N Mean Rank Sum of Ranks
Mortalitas 40% 6 4.50 27.00
60% 6 8.50 51.00
Total 12
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U 6.000
Wilcoxon W 27.000
Z -2.286
Asymp. Sig. (2-tailed) .022
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .065a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
Uji Post Hoc perasan buah mentimun dan buah pare (40% dan 80%)
Mortalitas by konsentrasi (40% dan 80%)
NPar Test, Mann-Whitney
Ranks
konsent
rasi N Mean Rank Sum of Ranks
Mortalitas 40% 6 4.50 27.00
80% 6 8.50 51.00
Total 12
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U 6.000
Wilcoxon W 27.000
Z -2.286
Asymp. Sig. (2-tailed) .022
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .065a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
Uji Post Hoc perasan buah mentimun dan buah pare (60% dan 80%)
Mortalitas by konsentrasi (60% dan 80%)
NPar Test, Mann-Whitney
Ranks
konsent
rasi N Mean Rank Sum of Ranks
Mortalitas 60% 6 6.50 39.00
80% 6 6.50 39.00
Total 12
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U 18.000
Wilcoxon W 39.000
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: konsentrasi
Uji Post Hoc perasan buahmentimun dan buah pare (80% dan 100%)
Mortalitas by konsentrasi (80% dan 100%)
NPar Test, Mann-Whitney
Ranks
konsentr
asi N Mean Rank Sum of Ranks
Mortalitas 80% 6 6.50 39.00
100% 6 6.50 39.00
Total 12
Test Statisticsb
Mortalitas
Mann-Whitney U 18.000
Wilcoxon W 39.000
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a
a. Not corrected for ties.
TIME SCHEDULE SKRIPSI
UJI EFEKTIVITAS PERASAN BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DAN BUAH PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAILARVASIDA NYAMUK RUMAHAN ( Culex sp.)
No Nama kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan di lapangan √
2 Persiapan di Leb √
3 Penelitian √
4 Penyusunan √ √
5 Konsul PII √
6 Revisi √
7 ACC PII √
8 Konsul PI √
9 Revisi √
10. ACC PI √
11. Ujian Skripsi √
Pembimbing I : Nurdiana, SP.MP (...........................)
Pembimbing II : Ervina Titi Jayanti, M.Sc. (............................)
Mataram, 09 desember 2017
Peneliti
(Rindiani)151.145.099
TIME SCHEDULE PROPOSAL
UJI EFEKTIVITAS PERASAN BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DAN BUAH PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAILARVASIDA NYAMUK RUMAHAN ( Culex sp.)
No Nama kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi awal √
2 Pengajuan Judul √
3 ACC Judul √
4 Penyusunan proposal √
5 Konsultasi PII √ √ √ √
6 Revisi √ √ √ √
7 ACC PII √ √ √ √
8 Konsultasi PI √ √ √
9 Revisi10 ACC PI √
11 Seminar proposal
Pembimbing I : Nurdiana, SP., MP (...........................)
Pembimbing II : Ervina Titi Jayanti. M.Sc. (............................)
Mataram, 28 2017Peneliti
(Rindiani)151.145.099
Top Related