Judul Tulisan : TELENURSING dalam PENANGANAN TRAUMA PSIKOLOGIS
PASCA BENCANA ALAM
Pengarang : Keksi Girindra Swasti
Tema : Penggunaan telenursing oleh perawat profesional dalam penanganan trauma
psikologis yang dialami oleh korban pasca bencana alam.
Ringkasan isi :
Trauma psikologis merupakan salah satu dampak yang terjadi pada korban bencana alam,
terutama di Indonesia yang rawan terhadap bencana alam. Trauma psikologis pada individu
yang menjadi korban bencana alam memerlukan waktu yang relatif lama untuk proses
penyembuhannya. Perawat merupakan salah satu profesi yang dibutuhkan untuk menangani
trauma psikologis yang dialami oleh korban bencana. Namun, Dengan berbagai hambatan
yang ada pada wilayah bencana diperlukan suatu sistem pelayananyang dikenal dengan
istilah telenursing.
Telenursing adalah pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan menggunakan
telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada pasien pada lokasi
yang jauh atau perpencil.
Sistem telenursing merupakan sistem yang berbasis internet di desain untuk membantu
klien belajar cara memanage kondisi mereka. Sistem arsitektur ditunjukkan pada gambar 1.
Database server yang berlokasi di regional university health care centre, berfungsi untuk
mengumpulkan dan meneruskan dan memenuhi autorisasi klien, perawat dan dokter
memasuki dan melihat informasi pada website, ditunjukkan pada gambar 2. Subcentre
kesehatan dengan staffnya adalah seorang perawat professional yang mengetahui tentang
teknik telekomunikasi. Perawat ini secara regular mengunjungi klien yang terdaftar dan juga
memberikan perawatan berkelanjutan melalui system telenursing.
Sistem ini mempunyai tiga jenis informasi. Pertama e-mail dari pasien yang melaporkan
kondisi kesehatan meliputi masalah fisik dan psikologis serta terapi yang telah dilakukan.
Kedua meliputi data vital sign: monitoring tekanan darah secara regular, nadi dan
temperature. Ketiga adalah video-mail, yang meningkatkan evaluasi pasien. Klien
mengakses informasi kesehatan pada website. Informasi kemudian dikumpulkan pada
regional health-care centre untuk kemudian dijadikan acuan dalam membuat rencana
tindak lanjut terapi. Untuk mengaplikasikan telenursing, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu faktor legalitas, faktor finansial, faktr skill, dan faktor motivasi.
Penggunaan telenursing terbukti bermanfaat baik dalam hal jangkauan wilayah, efektifitas
waktu, efisiensi biaya, dan penyelesaian masalah keterbatasan tenaga pemberi pelayanan.
Praktik telenursing tidak lepas dari isu seputar legal aspek, yang harus disikapi secara
bijaksana dengan melibatkan peran serta pemerintah sebagai pembuat kebijakan.
Lesson learn :
Adapun pelajaran yang bisa kita ambil dari tulisan ini yaitu
Telenursing memungkinkan perawat memberikan informasi dan waktu secara akurat dan
dukungan secara online. Perawatan yang berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan
memberikan harapan melalui kontak dengan frekuensi yang sering antara pemberi asuhan
perawatan dengan klien.
Telenursing merupakan salah satu teknologi yang sangat berguna untuk perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dari jarak jauh sehingga memudahkan perawat dalam
memberikan perawatan baik fisik maupun psikologis. Trauma psikologis yang dirasakan
oleh manusia salah satunya merupakan dampak yang muncul akibat bencana alam.
Mengingat indonesia adalah salah sau negara yang rawan terhadap bencana alam, maka
seharusnya perawat indonesia bisa menerapkan sistem telenursing untuk menangani trauma
psikologis yang dialami individu pasca bencana.
Salah satu hambatan yang terjadi dalam pengaplikasian sistem telenursing ini yaitu masih
kurangnya sumber daya manusia, sarana, prasarana dan dukungan dari pemerintah. Oleh
karena itu perawat, masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama dalam penerapan sistem
ini. Salah satu hal sedrhana yang bisa dilakukan yaitu dengan penggunaan pesawat telepon.
Untuk menerapkan program ini, Perawat profesional harus memahami dan mampu
mengaplikasikan teknologi telekomunikasi seiring dengan perkembangan ilmu keperawatan
dan perkembangan teknologi, karena telenursing erat kaitannya dengan teknologi. Dengan
adanya telenursing, perawat profesional lebih siap dan sigap dalam melayani korban yang
memiliki masalah seperti trauma psikologis pasca bencana.
Lampiran naskah artikel ilmiah/jurnal
TELENURSING dalam PENANGANAN TRAUMA PSIKOLOGIS PASCA BENCANA ALAM
Keksi Girindra Swasti*
ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang memiliki struktur geografis yang rawan untuk mengami
bencana alam. Dimana bencana alam memberikan dampak yang besar, tidak hanya fisik
tetapi juga psikologis. Trauma psikologis pada individu yang mengami bencana memerlukan
penangan yang berkesinambungan dalam rentang wantu yang relatif lama. Dengan berbagai
hambatan yang ada pada wilayah bencana diperlukan suatu sistem pelayanan yaang dikenal
dengan istilah telenursing. Yaitu pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan
menggunakan telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada
pasien pada lokasi yang jauh atau perpencil. Dalam menerapkan sistem ini perlu diperhatikan
aspek legalitas, finansial, skill, serta motivasi.
Kata kunci: telenursing, bencana alam
A. Latar Belakang
Pada tanggal 25 Oktober 2010 Indonesia kembali diguncang bencana, gempa
berkekuatan 7,2 skala Richter dan diikuti oleh tsunami menerpa Kepulauan Mentawai.
Pada hari berikutnya, Gunung Merapi di dekat Yogyakarta meletus. Bencana ini
menyebabkan banyak korban tewas dan terluka. Belum lagi banjir bandang menimpa
banyak kota di Indonesia termasuk Wasior di Papua. Bencana demi bencana kini
menimpa Indonesia. Kerugian harta benda akibat disapu banjir, gempa, bahkan tsunami,
tak terhitung lagi nilainya. Tidak hanya itu, peristiwa bencanapun memberikan dampak
sangat besar bagi kondisi psikologis yang mengalaminya.
Aspek Psikologis erat kaitannya dengan proses kehilangan, tidak hanya fisik: kehilangan
barang milik, kehilangan orang yang dikasihi tetapi juga sosial: kehilangan aktivitas,
kehilangan ikatan kekeluargaaan dan lain-sebagainya. Mengingat dampak psikologis
bencana sangat besar dalam arti jumlah mereka yang mengalami dampak besar namun
jumlah profesional kesehatan mental terbatas (jumlah psikolog klinis dan psikiater
sedikit). Belum lagi proses penanganan aspek psikologis bencana tidak singkat
melainkan merupakan proses yang relatif panjang. Sehingga perlu dirancang sebuah
strategi penanganan bencana untuk mengatasi masalah psikologis yang berkelanjutan
dengan menggunakan suatu system teknologi modern.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat dalam bidang
pendidikan dan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan telah mendorong terciptanya
suatu model pelayanan keperawatan jarak jauh yang lebih dikenal dengan nama
telenursing. Telenursing berarti pemberian perawatan secara berkelajutan untuk klien
dan biasanya pada mereka dalam kondisi kronik (Hardin, 2001). Telenursing meliputi
pengumpulan data klinik pasien dan penggunaan video-imaging untuk memberikan
perawatan berkelanjutan dan edukasi pada klien.
Sistem ini memungkinkan perawat memberikan informasi dan waktu secara akurat dan
dukungan secara online. Perawatan yang berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan
memberikan harapan melalui kontak dengan frekuensi yang sering antara pemberi
asuhan perawatan dengan klien.
Menurut penelitian yang dilakukan Bohnenkam, et al (2002), bahwa pasien yang
menerima perawatan dengan menggunakan telenursing mengatakan bahwa pengetahuan
mereka meningkat dan merasa lebih nyaman dengan yang disarankan oleh perawat.
Selain itu pengunaan system ini lebih mudah di akses dan mereka umumnya lebih
menyukai telenursing daripada harus menunggu untuk kunjungan face to face. Tetapi
mereka masih percaya bahwa face to face adalah yang terbaik (http://www.pubmed.gov).
B. Tinjauan Teori
1. Definisi Telenursing
a. Menurut National Council of State Boards of Nursing, telenursing is defined as the
practice of nursing over distance using telecommunications technology
(http://www.allhealthnet.com/nursing/telenursing/).
b. Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara
fisik yang jauh antara perawat dan klien atau antara beberapa perawat.
c. Telenursing adalah pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan
menggunakan telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan
kepada pasien pada lokasi yang jauh atau perpencil.
2. Aplikasi Telenursing
Sistem telenursing merupakan sistem yang berbasis internet di desain untuk
membantu klien belajar cara memanage kondisi mereka. Sistem arsitektur
ditunjukkan pada gambar 1. Database server yang berlokasi di regional university
health care centre, berfungsi untuk mengumpulkan dan meneruskan dan memenuhi
autorisasi klien, perawat dan dokter memasuki dan melihat informasi pada website,
ditunjukkan pada gambar 2. Subcentre kesehatan dengan staffnya adalah seorang
perawat professional yang mengetahui tentang teknik telekomunikasi. Perawat ini
secara regular mengunjungi klien yang terdaftar dan juga memberikan perawatan
berkelanjutan melalui system telenursing.
Sistem ini mempunyai tiga jenis informasi. Pertama e-mail dari pasien yang
melaporkan kondisi kesehatan meliputi masalah fisik dan psikologis serta terapi
yang telah dilakukan. Kedua meliputi data vital sign: monitoring tekanan darah
secara regular, nadi dan temperature. Ketiga adalah video-mail, yang meningkatkan
evaluasi pasien. Klien mengakses informasi kesehatan pada website. Informasi
kemudian dikumpulkan pada regional health-care centre untuk kemudian dijadikan
acuan dalam membuat rencana tindak lanjut terapi.
Klien dapat mengisi pada lembar pertanyaan tentang kesehatan. Mereka dapat
memberikan score pada status kesehatan mereka saat ini dengan visual analogue
scale dari 1 (excellent) sampai 5 (poor), ini menjadi dasar pada pemberi perawatan
untuk mengkaji dan merespon kebutuhan perawatan kesehatan kien.
Vital sign data
Tekanan darah, denyut nadi dan temperatur dapat diukur oleh pasien. Data tanda
vital diketik oleh klien. Sebagai tambahan finger plethysmography dapat
ditunjukkan dan non linier time waveform dianalisis sebagai indicator status
kesehatan.
Video-mail
Video-mail dapat direkam menggunakan USB yang disambung ke PC camera dan
Windows Moviemaker. Panjangnya perekaman tergantung pada informasi yang
dibutuhkan untuk dikirim. Penggunaan video-mail membantu menyampaikan
informasi nonverbal seperti perubahan ekspresi dan penampilan yang sulit untuk di
jelaskan dengan kata-kata.
3. Riset tentang Telenursing
Sebuah study RCT (randomized controlled trial) dengan menggunakan telepon
untuk intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan ansietas pada klien
yang menjalani operasi bypass pertama kali dan untuk caregiver mereka. Intervensi
terdiri dari seri protokol yang dilakukan oleh perawat. Dilakukan melalui telepon
pada saat discharge dan pada hari 1,2, 4, 7 dan minggu kedua dan 7 postdischarge.
Tiga hal utama yang menjadi perhatian klien: fisik, afektif, perubahan gaya hidup.
Kecemasan menjadi perhatian yang umum pada hari 1. Sebaliknya perhatian fisik
mendominasi selama minggu pertama. Perawat spesialis dapat memberikan
informasi promosi kesehatan secara personal pada saat ini yang sesuai untuk
masing-masing individu (Hartford K. (2005).
Penelitian yang dilakukan Jerant (2003) membandingkan 3 model nursing care post-
hospitalisasi untuk menurunkan CHF (Congestive Heart Failure) readmission
charge selama 180 hari follow up. Subjek menerima kunjungan personal pada
baseline dan 60 hari plus 1 dari 3 modalitas care (a). video-based home telecare (b)
telepon call dan (c) usual care. CHF related readmission charge >80% menurun
pada kelompok telenursing dibandingkan usual care dan kelompok ini juga secara
signifikan lebih kecil dalam hal CHF related kunjungan emergensi. Pada kunjungan
personal 3 kali lebih panjang daripada kunjungan telenursing (p<0.0001) hanya
sebagian berhubungan dengan waktu kunjungan. Kepatuhan pasien self-care,
medikasi, status kesehatan dan kepuasan tidak signifikan diantara kelompok.
Telenursing dapat menurunkan hospitalisasi CHF dan meningkatkan frekuensi
komunikasi pada pasien.
4. Keuntungan
Penggunaan teknologi telenursing dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan
memberikan beberapa keuntungan, antara lain:
a. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan.
Organisasi The Kaisar Permanente melaporkan pertama kali penelitian dengan
randomized controlled trial tentang home videophones. Subjek adalah klien
yang didiagnosis dengan kondisi kronik yang dirawat dirumah. Klien dalam
kelompok intervensi dilengkapi dengan home videophones dirumah dan
stetoskop elektronik dan monitor tekanan darah digital. Hasil dari studi ini,
didapatkan rata-rata biaya perawatan dalam kelompok yang menerima
telemedicine berkurang 27% daripada perawatan pada kelompok control
(http://www.bmj.com).
Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.
In Iceland, with its widely dispersed population, a telephone based nursing
intervention to support mothers with difficult infants reduced fatigue and
distress ( Thome&Adler, 1999). Telehealth technologies have the potential
not only to reduce costs of care, but also to improve access to care,
facilitate patient-provider communications, and remove barriers of time
and distance. However, much of the nursing world is not prepared to use
telehealth and information technologies in healthcare delivery (Ball, 2000).
Dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di rumah sakit
In Denmark, where nurses working in an outpatient clinic for people with
back problems maintained regular telephone contact with patients, the
number of hospital admissions and 'bed days' was reduced by half (WHO,
1999). Sedangkan In the United States almost 46% of the on-site nursing
visits could reasonably be replaced by Telenursing (Agency for Health Care
Research and Quality, 2000).
Dapat meningkatkan pelayanan untuk klien
Studi yang dilakukan oleh Kawaguchi, et al (2004) didapatkan hasil bahwa
komunikasi kesehatan tiap hari dengan pasien penyakit kronis yang
membutuhkan self-management (diabetes) sangat penting dari perspektif
klinik. Telenursing dapat memfasilitasi hubungan ini.
Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance
learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika
kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video
conference, pembelajaran online dan Multimedia Distance Learning.
C. Pembahasan
Praktik telenursing memperlihatkan banyak kesempatam dalam meningkatkan akses
keperawatan. Sistem ini sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia mengingat letak
geografisnya yang luas dan rawan terjadi bencana. Sejauh ini praktik telenursing banyak
diterapkan dalam memberikan perawatan fisik. Namun demikian, system ini juga dapat
diterapkan dalam mengatasi masalah psikologis, misalnya pada daerah yang mengami
bencana alam. Bencana dapat menimbulkan trauma psikologis yang tidak dapat ditangani
dalam waktu yang singkat serta, sementara akses untuk menjangkau wilayah bencana
sering kali mengalami banyak hambatan, sementara korban memerlukan penanganan
segera sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang tersedia tidak cukup memadai untuk
dapat menjangkau secara seluruh. Kondisi ini dapat diatasi dengan menerapkan metode
telenursing untuk ketercapaian dan kesinambungan terapi.
Meskipun sistem ini sangat membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan
khususnya dalam kondisi bencana, namun praktik telenursing tidak terlepas dari isu
legalitas. Bahwasanya hubungan perawat klien tidak dapat digantikan dengan teknologi.
Tetapi pemberian asuhan keperawatan tanpa sentuhan langsung dari tangan perawat atau
menggunakan komunikasi teleconference, menurut penulis dapat dikatakan sebagai
asuhan keperawatan yang legal. Karena dalam sistem telenursing, perawat menggunakan
pengetahuan, ketrampilan, pertimbangan dan pemikiran kritis yang yang tidak bisa
dipisahkan dari ilmu keperawatan. Definisi legal ilmu perawatan hampir selalu meliputi
1) Penggunaan ilmu perawatan pendidikan, 2) Pemikiran kritis, dan 3) Pengambilan
keputusan. Jadi jelas bahwa telenursing merupakan bentuk asuhan keperawatan yang
legal.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan
umum dari pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik
dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang
diberikan. Kegiatan telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan
untuk mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan
keperawatan, dan sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1. Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otononi profesi keperawatan atau institusi
keperawatan yang mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan
prasaranya sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi
dalam penyediaan aspek financial dalam pelaksanaan telenursing.
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang
telenursing. Perawat dan klien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi
telenursing. Terlaksananya telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan
dan skill antara klien dan perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus didasari
oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan
telenursing. Tanpa ada motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan
bisa berjalan dengan baik.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan
privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait
dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan
tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang
diberikan harus tetap terjaga
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan
potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui
internet atau telepon) dan keuntungannya
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat
dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan
penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik
disebabkan oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan
prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah.
Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan
peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki oleh
masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan atau pelayanan keperawatan.
D. Kesimpulan
Telenursing merupakan alat yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
jarak jauh terutama pada pada penangan masalah psikologis pasca bencana alam.
Penggunaan telenursing terbukti bermanfaat baik dalam hal jangkauan wilayah,
efektifitas waktu, efisiensi biaya, dan penyelesaian masalah keterbatasan tenaga
pemberi pelayanan. Praktik telenursing tidak lepas dari isu seputar legal aspek, yang
harus disikapi secara bijaksana dengan melibatkan peranserta pemerintah sebagai
pembuat kebijakan.
REFERENSI
Agency for Health Care Research and Quality. (2000). The Characteristics of Long-Term Care Users. Rockville, M.D: AHRQ
American Nurses association. (1996). Telehealth-Issues for Nursing. Dalam http://ana.org/readroom/tele2.htm. Diperoleh tanggal 28 Oktober 2010.
Ball. (2000). A Study of Home Telenursing. Dalam http://www.nursingworld.org/ojin. Diperoleh tanggal 28 Oktober 2010.
Bohnenkam, et al. (2002). Telenursing on Patient’s Perspcetive. Dalam http://www.pubmed.gov. Diperoleh tanggal 28 Oktober 2010.
Hardin S. (2001). Telehealth’s Impact on Nursing and Development of the Interstate Compact. Dalam www.proquest.umi/pqdweb. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.
Jerant, AF. (2003). A randomized Trial of Telenursing to Reduce Hospitalization for Heart failure: Patient-Centered Outcomes and Nursing Indicators. Dalam www.hawortpress.com/store/research.asp. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.
National Council. (1997). The National Council of Boards of Nursing Position Paper on Telenursing: A Challenge to Regulation. Dalam http://www.en.wikipedia.org.wiki. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.
The Kaisar Permanente Organization. (2000). Telephone Nursing: Evidence of Client and Organizational Benefits. Dalam http://www.bmj.com. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.