Tugas Pak Muhammad

17
Judul Tulisan : TELENURSING dalam PENANGANAN TRAUMA PSIKOLOGIS PASCA BENCANA ALAM Pengarang : Keksi Girindra Swasti Tema : Penggunaan telenursing oleh perawat profesional dalam penanganan trauma psikologis yang dialami oleh korban pasca bencana alam. Ringkasan isi : Trauma psikologis merupakan salah satu dampak yang terjadi pada korban bencana alam, terutama di Indonesia yang rawan terhadap bencana alam. Trauma psikologis pada individu yang menjadi korban bencana alam memerlukan waktu yang relatif lama untuk proses penyembuhannya. Perawat merupakan salah satu profesi yang dibutuhkan untuk menangani trauma psikologis yang dialami oleh korban bencana. Namun, Dengan berbagai hambatan yang ada pada wilayah bencana diperlukan suatu sistem pelayananyang dikenal dengan istilah telenursing. Telenursing adalah pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan menggunakan telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada pasien pada lokasi yang jauh atau perpencil. Sistem telenursing merupakan sistem yang berbasis internet di desain untuk membantu klien belajar cara memanage kondisi mereka. Sistem arsitektur ditunjukkan pada gambar 1. Database server yang berlokasi di regional university health care centre,

description

sjfjf

Transcript of Tugas Pak Muhammad

Judul Tulisan : TELENURSING dalam PENANGANAN TRAUMA PSIKOLOGIS

PASCA BENCANA ALAM

Pengarang : Keksi Girindra Swasti

Tema : Penggunaan telenursing oleh perawat profesional dalam penanganan trauma

psikologis yang dialami oleh korban pasca bencana alam.

Ringkasan isi :

Trauma psikologis merupakan salah satu dampak yang terjadi pada korban bencana alam,

terutama di Indonesia yang rawan terhadap bencana alam. Trauma psikologis pada individu

yang menjadi korban bencana alam memerlukan waktu yang relatif lama untuk proses

penyembuhannya. Perawat merupakan salah satu profesi yang dibutuhkan untuk menangani

trauma psikologis yang dialami oleh korban bencana. Namun, Dengan berbagai hambatan

yang ada pada wilayah bencana diperlukan suatu sistem pelayananyang dikenal dengan

istilah telenursing.

Telenursing adalah pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan menggunakan

telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada pasien pada lokasi

yang jauh atau perpencil.

Sistem telenursing merupakan sistem yang berbasis internet di desain untuk membantu

klien belajar cara memanage kondisi mereka. Sistem arsitektur ditunjukkan pada gambar 1.

Database server yang berlokasi di regional university health care centre, berfungsi untuk

mengumpulkan dan meneruskan dan memenuhi autorisasi klien, perawat dan dokter

memasuki dan melihat informasi pada website, ditunjukkan pada gambar 2. Subcentre

kesehatan dengan staffnya adalah seorang perawat professional yang mengetahui tentang

teknik telekomunikasi. Perawat ini secara regular mengunjungi klien yang terdaftar dan juga

memberikan perawatan berkelanjutan melalui system telenursing.

Sistem ini mempunyai tiga jenis informasi. Pertama e-mail dari pasien yang melaporkan

kondisi kesehatan meliputi masalah fisik dan psikologis serta terapi yang telah dilakukan.

Kedua meliputi data vital sign: monitoring tekanan darah secara regular, nadi dan

temperature. Ketiga adalah video-mail, yang meningkatkan evaluasi pasien. Klien

mengakses informasi kesehatan pada website. Informasi kemudian dikumpulkan pada

regional health-care centre untuk kemudian dijadikan acuan dalam membuat rencana

tindak lanjut terapi. Untuk mengaplikasikan telenursing, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu faktor legalitas, faktor finansial, faktr skill, dan faktor motivasi.

Penggunaan telenursing terbukti bermanfaat baik dalam hal jangkauan wilayah, efektifitas

waktu, efisiensi biaya, dan penyelesaian masalah keterbatasan tenaga pemberi pelayanan.

Praktik telenursing tidak lepas dari isu seputar legal aspek, yang harus disikapi secara

bijaksana dengan melibatkan peran serta pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

Lesson learn :

Adapun pelajaran yang bisa kita ambil dari tulisan ini yaitu

Telenursing memungkinkan perawat memberikan informasi dan waktu secara akurat dan

dukungan secara online. Perawatan yang berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan

memberikan harapan melalui kontak dengan frekuensi yang sering antara pemberi asuhan

perawatan dengan klien.

Telenursing merupakan salah satu teknologi yang sangat berguna untuk perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan dari jarak jauh sehingga memudahkan perawat dalam

memberikan perawatan baik fisik maupun psikologis. Trauma psikologis yang dirasakan

oleh manusia salah satunya merupakan dampak yang muncul akibat bencana alam.

Mengingat indonesia adalah salah sau negara yang rawan terhadap bencana alam, maka

seharusnya perawat indonesia bisa menerapkan sistem telenursing untuk menangani trauma

psikologis yang dialami individu pasca bencana.

Salah satu hambatan yang terjadi dalam pengaplikasian sistem telenursing ini yaitu masih

kurangnya sumber daya manusia, sarana, prasarana dan dukungan dari pemerintah. Oleh

karena itu perawat, masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama dalam penerapan sistem

ini. Salah satu hal sedrhana yang bisa dilakukan yaitu dengan penggunaan pesawat telepon.

Untuk menerapkan program ini, Perawat profesional harus memahami dan mampu

mengaplikasikan teknologi telekomunikasi seiring dengan perkembangan ilmu keperawatan

dan perkembangan teknologi, karena telenursing erat kaitannya dengan teknologi. Dengan

adanya telenursing, perawat profesional lebih siap dan sigap dalam melayani korban yang

memiliki masalah seperti trauma psikologis pasca bencana.

Lampiran naskah artikel ilmiah/jurnal

TELENURSING dalam PENANGANAN TRAUMA PSIKOLOGIS PASCA BENCANA ALAM

Keksi Girindra Swasti*

ABSTRAK

Indonesia adalah negara yang memiliki struktur geografis yang rawan untuk mengami

bencana alam. Dimana bencana alam memberikan dampak yang besar, tidak hanya fisik

tetapi juga psikologis. Trauma psikologis pada individu yang mengami bencana memerlukan

penangan yang berkesinambungan dalam rentang wantu yang relatif lama. Dengan berbagai

hambatan yang ada pada wilayah bencana diperlukan suatu sistem pelayanan yaang dikenal

dengan istilah telenursing. Yaitu pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan

menggunakan telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada

pasien pada lokasi yang jauh atau perpencil. Dalam menerapkan sistem ini perlu diperhatikan

aspek legalitas, finansial, skill, serta motivasi.

Kata kunci: telenursing, bencana alam

A. Latar Belakang

Pada tanggal 25 Oktober 2010 Indonesia kembali diguncang bencana, gempa

berkekuatan 7,2 skala Richter dan diikuti oleh tsunami menerpa Kepulauan Mentawai.

Pada hari berikutnya, Gunung Merapi di dekat Yogyakarta meletus. Bencana ini

menyebabkan banyak korban tewas dan terluka. Belum lagi banjir bandang menimpa

banyak kota di Indonesia termasuk Wasior di Papua. Bencana demi bencana kini

menimpa Indonesia. Kerugian harta benda akibat disapu banjir, gempa, bahkan tsunami,

tak terhitung lagi nilainya. Tidak hanya itu, peristiwa bencanapun memberikan dampak

sangat besar bagi kondisi psikologis yang mengalaminya.

Aspek Psikologis erat kaitannya dengan proses kehilangan, tidak hanya fisik: kehilangan

barang milik, kehilangan orang yang dikasihi tetapi juga sosial: kehilangan aktivitas,

kehilangan ikatan kekeluargaaan dan lain-sebagainya. Mengingat dampak psikologis

bencana sangat besar dalam arti jumlah mereka yang mengalami dampak besar namun

jumlah profesional kesehatan mental terbatas (jumlah psikolog klinis dan psikiater

sedikit). Belum lagi proses penanganan aspek psikologis bencana tidak singkat

melainkan merupakan proses yang relatif panjang. Sehingga perlu dirancang sebuah

strategi penanganan bencana untuk mengatasi masalah psikologis yang berkelanjutan

dengan menggunakan suatu system teknologi modern.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat dalam bidang

pendidikan dan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan telah mendorong terciptanya

suatu model pelayanan keperawatan jarak jauh yang lebih dikenal dengan nama

telenursing. Telenursing berarti pemberian perawatan secara berkelajutan untuk klien

dan biasanya pada mereka dalam kondisi kronik (Hardin, 2001). Telenursing meliputi

pengumpulan data klinik pasien dan penggunaan video-imaging untuk memberikan

perawatan berkelanjutan dan edukasi pada klien.

Sistem ini memungkinkan perawat memberikan informasi dan waktu secara akurat dan

dukungan secara online. Perawatan yang berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan

memberikan harapan melalui kontak dengan frekuensi yang sering antara pemberi

asuhan perawatan dengan klien.

Menurut penelitian yang dilakukan Bohnenkam, et al (2002), bahwa pasien yang

menerima perawatan dengan menggunakan telenursing mengatakan bahwa pengetahuan

mereka meningkat dan merasa lebih nyaman dengan yang disarankan oleh perawat.

Selain itu pengunaan system ini lebih mudah di akses dan mereka umumnya lebih

menyukai telenursing daripada harus menunggu untuk kunjungan face to face. Tetapi

mereka masih percaya bahwa face to face adalah yang terbaik (http://www.pubmed.gov).

B. Tinjauan Teori

1. Definisi Telenursing

a. Menurut National Council of State Boards of Nursing, telenursing is defined as the

practice of nursing over distance using telecommunications technology

(http://www.allhealthnet.com/nursing/telenursing/).

b. Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan

pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara

fisik yang jauh antara perawat dan klien atau antara beberapa perawat.

c. Telenursing adalah pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan

menggunakan telekomunikasi, meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan

kepada pasien pada lokasi yang jauh atau perpencil.

2. Aplikasi Telenursing

Sistem telenursing merupakan sistem yang berbasis internet di desain untuk

membantu klien belajar cara memanage kondisi mereka. Sistem arsitektur

ditunjukkan pada gambar 1. Database server yang berlokasi di regional university

health care centre, berfungsi untuk mengumpulkan dan meneruskan dan memenuhi

autorisasi klien, perawat dan dokter memasuki dan melihat informasi pada website,

ditunjukkan pada gambar 2. Subcentre kesehatan dengan staffnya adalah seorang

perawat professional yang mengetahui tentang teknik telekomunikasi. Perawat ini

secara regular mengunjungi klien yang terdaftar dan juga memberikan perawatan

berkelanjutan melalui system telenursing.

Sistem ini mempunyai tiga jenis informasi. Pertama e-mail dari pasien yang

melaporkan kondisi kesehatan meliputi masalah fisik dan psikologis serta terapi

yang telah dilakukan. Kedua meliputi data vital sign: monitoring tekanan darah

secara regular, nadi dan temperature. Ketiga adalah video-mail, yang meningkatkan

evaluasi pasien. Klien mengakses informasi kesehatan pada website. Informasi

kemudian dikumpulkan pada regional health-care centre untuk kemudian dijadikan

acuan dalam membuat rencana tindak lanjut terapi.

E-mail

Klien dapat mengisi pada lembar pertanyaan tentang kesehatan. Mereka dapat

memberikan score pada status kesehatan mereka saat ini dengan visual analogue

scale dari 1 (excellent) sampai 5 (poor), ini menjadi dasar pada pemberi perawatan

untuk mengkaji dan merespon kebutuhan perawatan kesehatan kien.

Vital sign data

Tekanan darah, denyut nadi dan temperatur dapat diukur oleh pasien. Data tanda

vital diketik oleh klien. Sebagai tambahan finger plethysmography dapat

ditunjukkan dan non linier time waveform dianalisis sebagai indicator status

kesehatan.

Video-mail

Video-mail dapat direkam menggunakan USB yang disambung ke PC camera dan

Windows Moviemaker. Panjangnya perekaman tergantung pada informasi yang

dibutuhkan untuk dikirim. Penggunaan video-mail membantu menyampaikan

informasi nonverbal seperti perubahan ekspresi dan penampilan yang sulit untuk di

jelaskan dengan kata-kata.

3. Riset tentang Telenursing

Sebuah study RCT (randomized controlled trial) dengan menggunakan telepon

untuk intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan ansietas pada klien

yang menjalani operasi bypass pertama kali dan untuk caregiver mereka. Intervensi

terdiri dari seri protokol yang dilakukan oleh perawat. Dilakukan melalui telepon

pada saat discharge dan pada hari 1,2, 4, 7 dan minggu kedua dan 7 postdischarge.

Tiga hal utama yang menjadi perhatian klien: fisik, afektif, perubahan gaya hidup.

Kecemasan menjadi perhatian yang umum pada hari 1. Sebaliknya perhatian fisik

mendominasi selama minggu pertama. Perawat spesialis dapat memberikan

informasi promosi kesehatan secara personal pada saat ini yang sesuai untuk

masing-masing individu (Hartford K. (2005).

Penelitian yang dilakukan Jerant (2003) membandingkan 3 model nursing care post-

hospitalisasi untuk menurunkan CHF (Congestive Heart Failure) readmission

charge selama 180 hari follow up. Subjek menerima kunjungan personal pada

baseline dan 60 hari plus 1 dari 3 modalitas care (a). video-based home telecare (b)

telepon call dan (c) usual care. CHF related readmission charge >80% menurun

pada kelompok telenursing dibandingkan usual care dan kelompok ini juga secara

signifikan lebih kecil dalam hal CHF related kunjungan emergensi. Pada kunjungan

personal 3 kali lebih panjang daripada kunjungan telenursing (p<0.0001) hanya

sebagian berhubungan dengan waktu kunjungan. Kepatuhan pasien self-care,

medikasi, status kesehatan dan kepuasan tidak signifikan diantara kelompok.

Telenursing dapat menurunkan hospitalisasi CHF dan meningkatkan frekuensi

komunikasi pada pasien.

4. Keuntungan

Penggunaan teknologi telenursing dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan

memberikan beberapa keuntungan, antara lain:

a. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan.

Organisasi The Kaisar Permanente melaporkan pertama kali penelitian dengan

randomized controlled trial tentang home videophones. Subjek adalah klien

yang didiagnosis dengan kondisi kronik yang dirawat dirumah. Klien dalam

kelompok intervensi dilengkapi dengan home videophones dirumah dan

stetoskop elektronik dan monitor tekanan darah digital. Hasil dari studi ini,

didapatkan rata-rata biaya perawatan dalam kelompok yang menerima

telemedicine berkurang 27% daripada perawatan pada kelompok control

(http://www.bmj.com).

Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan

pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.

In Iceland, with its widely dispersed population, a telephone based nursing

intervention to support mothers with difficult infants reduced fatigue and

distress ( Thome&Adler, 1999). Telehealth technologies have the potential

not only to reduce costs of care, but also to improve access to care,

facilitate patient-provider communications, and remove barriers of time

and distance. However, much of the nursing world is not prepared to use

telehealth and information technologies in healthcare delivery (Ball, 2000).

Dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di rumah sakit

In Denmark, where nurses working in an outpatient clinic for people with

back problems maintained regular telephone contact with patients, the

number of hospital admissions and 'bed days' was reduced by half (WHO,

1999). Sedangkan In the United States almost 46% of the on-site nursing

visits could reasonably be replaced by Telenursing (Agency for Health Care

Research and Quality, 2000).

Dapat meningkatkan pelayanan untuk klien

Studi yang dilakukan oleh Kawaguchi, et al (2004) didapatkan hasil bahwa

komunikasi kesehatan tiap hari dengan pasien penyakit kronis yang

membutuhkan self-management (diabetes) sangat penting dari perspektif

klinik. Telenursing dapat memfasilitasi hubungan ini.

Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance

learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika

kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video

conference, pembelajaran online dan Multimedia Distance Learning.

C. Pembahasan

Praktik telenursing memperlihatkan banyak kesempatam dalam meningkatkan akses

keperawatan. Sistem ini sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia mengingat letak

geografisnya yang luas dan rawan terjadi bencana. Sejauh ini praktik telenursing banyak

diterapkan dalam memberikan perawatan fisik. Namun demikian, system ini juga dapat

diterapkan dalam mengatasi masalah psikologis, misalnya pada daerah yang mengami

bencana alam. Bencana dapat menimbulkan trauma psikologis yang tidak dapat ditangani

dalam waktu yang singkat serta, sementara akses untuk menjangkau wilayah bencana

sering kali mengalami banyak hambatan, sementara korban memerlukan penanganan

segera sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang tersedia tidak cukup memadai untuk

dapat menjangkau secara seluruh. Kondisi ini dapat diatasi dengan menerapkan metode

telenursing untuk ketercapaian dan kesinambungan terapi.

Meskipun sistem ini sangat membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan

khususnya dalam kondisi bencana, namun praktik telenursing tidak terlepas dari isu

legalitas. Bahwasanya hubungan perawat klien tidak dapat digantikan dengan teknologi.

Tetapi pemberian asuhan keperawatan tanpa sentuhan langsung dari tangan perawat atau

menggunakan komunikasi teleconference, menurut penulis dapat dikatakan sebagai

asuhan keperawatan yang legal. Karena dalam sistem telenursing, perawat menggunakan

pengetahuan, ketrampilan, pertimbangan dan pemikiran kritis yang yang tidak bisa

dipisahkan dari ilmu keperawatan. Definisi legal ilmu perawatan hampir selalu meliputi

1) Penggunaan ilmu perawatan pendidikan, 2) Pemikiran kritis, dan 3) Pengambilan

keputusan. Jadi jelas bahwa telenursing merupakan bentuk asuhan keperawatan yang

legal.

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan

umum dari pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik

dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang

diberikan. Kegiatan telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan

untuk mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan

keperawatan, dan sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan.

Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :

1.   Faktor legalitas

Dapat didefinisikan sebagai otononi profesi keperawatan atau institusi

keperawatan yang mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.

2.   Faktor financial

Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan

prasaranya sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi

dalam penyediaan aspek financial dalam pelaksanaan telenursing.

3.   Faktor Skill

Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang

telenursing. Perawat dan klien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi

telenursing. Terlaksananya telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan

dan skill antara klien dan perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus didasari

oleh pengetahuan tehnologi informasi.

4.   Faktor Motivasi

Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan

telenursing. Tanpa ada motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan

bisa berjalan dengan baik.

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan

privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait

dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan

tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :

1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang

diberikan harus tetap terjaga

2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan

potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui

internet atau telepon) dan keuntungannya

3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat

dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat

email

4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan

penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik

disebabkan oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan

prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah.

Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan

peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki oleh

masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan

kesehatan atau pelayanan keperawatan.

D. Kesimpulan

Telenursing merupakan alat yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan

jarak jauh terutama pada pada penangan masalah psikologis pasca bencana alam.

Penggunaan telenursing terbukti bermanfaat baik dalam hal jangkauan wilayah,

efektifitas waktu, efisiensi biaya, dan penyelesaian masalah keterbatasan tenaga

pemberi pelayanan. Praktik telenursing tidak lepas dari isu seputar legal aspek, yang

harus disikapi secara bijaksana dengan melibatkan peranserta pemerintah sebagai

pembuat kebijakan.

REFERENSI

Agency for Health Care Research and Quality.  (2000).  The Characteristics of Long-Term Care Users.  Rockville, M.D:  AHRQ

American Nurses association. (1996). Telehealth-Issues for Nursing. Dalam http://ana.org/readroom/tele2.htm. Diperoleh tanggal 28 Oktober 2010.

Ball. (2000). A Study of Home Telenursing. Dalam http://www.nursingworld.org/ojin. Diperoleh tanggal 28 Oktober 2010.

Bohnenkam, et al. (2002). Telenursing on Patient’s Perspcetive. Dalam http://www.pubmed.gov. Diperoleh tanggal 28 Oktober 2010.

Hardin S. (2001). Telehealth’s Impact on Nursing and Development of the Interstate Compact. Dalam www.proquest.umi/pqdweb. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.

Jerant, AF. (2003). A randomized Trial of Telenursing to Reduce Hospitalization for Heart failure: Patient-Centered Outcomes and Nursing Indicators. Dalam www.hawortpress.com/store/research.asp. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.

National Council. (1997). The National Council of Boards of Nursing Position Paper on Telenursing: A Challenge to Regulation. Dalam http://www.en.wikipedia.org.wiki. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.

The Kaisar Permanente Organization. (2000). Telephone Nursing: Evidence of Client and Organizational Benefits. Dalam http://www.bmj.com. Diperoleh tanggal 30 Oktober 2010.