TUGAS
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen : Drs. Luthfin Ahmad, M. Hum.
HUBUNGAN ANTARA DEMENSIA DENGAN KEJADIAN HIPOGLIKEMIA PADA
PASIEN DM TIPE II
Nama : Andi Nurcahaya
Nim : C 121 09008
Program Studi : S1 Keperawatan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2010
HUBUNGAN ANTARA DEMENSIA DENGAN KEJADIAN HIPOGLIKEMIA PADA
PASIEN DM TIPE II
A. Latar Belakang
Diantara penyakit denegeratif atau disebut penyakit tidak menular yang
akan meningkat jumlahnya di masa yang akan mendatang adalah penyakit
Diabetes Mellitus, meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di Indonesia dan di
Negara berkembang lainnya dikarenakan makin majunya kemakmuran dan
kesejahteraan Negara tersebut (Suyono, 1999: 7)
Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak yang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara
insulin yang tersedia dengan insulin yang dibutuhkan tubuh (Port, 1995 : 918).
Penyakit ini apabila tidak ditangani akan menimbulkan kopmplikasi pada
berbagai macam organ seperti mata, ginjal, pembuluh darah dan saraf. Menurut
American Diabetes Association diabetes mellitus ada empat jenis yaitu non
insulin dependen diabetes mellitus (NIDDM) , insulin dependen diabetes mellitus
(IDDM), diabetes gestasional dan diabetes mellitus tipe lain (Rochmawati, 2006 :
78)
Pada tahun 1994 terdapat 110,4 juta penderita diabetes mellitus di dunia
dan pada tahun 2000 di Indonesia diperkirakan minimal terdapat 4 juta penderita
DM sedangkan di seluruh dunia terdapat 175,4 juta penderita Diabetes mellitus.
Jumlah penderita DM diperkirakan akan terus naik setiap tahunnya. Pada tahun
2010 jumlah penderita DM di Indonesia mencapai kira-kira 5 juta dan diseluruh
dunia menjadi 239,3 juta. (Tjokroparwiro, 2003 : 36)
Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan jumlah penderita
diabetes mellitus di Indonesia akan berlipat dua dari 2.458.000 pada tahun 2003
menjadi 5,210.000 pada tahun 2005. Di kota Yogyakarta prevalensi diabetes
mellitus diperkirakan sekitar 150 per 10.000 penduduk.
Diabetes mellitus diramalkan akan menjadi pandemic di perempat awal
abad ini. Tak kurang dari 300 juta penduduk dunia berisiko menderita diabetes.
Dampak ekonomi bagi Negara yang penduduknya banyak terkena diabetes
akan lebih berat dari pada dampak ekonomi akibat AIDS karena biaya perawatan
yang cukup mahal bagi penderita diabetes. Biaya perawatan minimal untuk rawat
jalan penderita diabetes di Indonesia mencapai Rp 1,5 milyar per hari atau 500
milyar per tahun. Sehingga masalah DM tidak dapat dianggap sebagai masalah
regional, melainkan suatu masalah nasional yang harus dikelola secara
bersama-sama.
Melihat tendensi kenaikan penderita DM secara global terutama
disebabkan oleh peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan
demikian dapat dimengerti bila dalam 1 atau 2 dekade yang akan datang
penderita DM di Indonesia akan meningkat drastis (Suyono, 1999).
Prevelensi komplikasim dari diabetes mellitus meliputi : dislipidemia 67 %,
neuropati 51,4 %, disfungsi ereksi 50,9 %, retinopati 27,2 %, manifestasi sendi
25,5 %, katarak 16,3 %, TBC Pulmonal 12, 8%, hipertensi 12,1 %, kelemahan
jantung 10,0 %, nefropati 5,7 %, gangrene cellulitis 3,8 %, dan batu empedu 3,0
%. Melihat komplikasi tersebut perlu adanya pengelolaam yang baik bagi
penderita DM. pengelolaan yang baik adalah menjaga gula darah dalam kisaran
normal. (Tjokroprawiro, 1999 : 147)
Pada komplikasi Neuropati, diabetes mellitus mempengaruhi Susunan
saraf yang terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Apabila sistem
saraf rusak maka akan terjadinya kerusakan sementara atau permanen pada
otak. Oleh karena itu pentimg ,rnenjaga sistem saraf.
Orang tua yang menderita DM Tipe 2 bila kadar gula darahnya turun
hingga kurang dari nilai normal (hipoglikemia) berisiko tinggi mengalami
demensia.(JAMA USA).
Demensia adalah penyakit yang bersifat degenerative dan progresif pada
otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan
gangguan memori, berpikir, dan tingkah laku (Price, 2006: 1134).
Studi melibatkan 1.465 partsisipan dengan DM Tipe 2 dan berusia rata-
rata 65 tahun yang pernah mengalami sekali atau lebih episode hipoglikemia.
Kondisi tersebut menimbulkan gejala pusing, disorientasi, pingsan, ataupun
kejang. Studi berlangsung antara tahun 1980 dan 2002 dan terus dipantau
selama 4 tahun, hasilnya 17 % partisipan yang mengikuti studi dan pernah
mengalami penurunan kadar gula darah yang berat didiagnosis menderita
demensia, dibandingkan dengan 10,3 % dari mereka yang tidak ada riwayat
hipoglikemia.
Peningkatan kejadian demensia berdasarkan frekuensi kejadian
hipoglikemia. Risiko terjadinya demensia 26 % lebih besar pada kelompok
pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 1 kali, meningkat
menjadi 115 % lebih besar pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat
sebanyak 2 kali, dan menjadi 160 % lebih besar pada pasien yang memiliki
riwayat hipoglikemia 3 kali atau lebih.
Yang menjadi perhatian dalam studi ini adalah adanya hubungan
terjadinya gangguan kognitif ringan atau tidak terdeteksi dengan kejadian
hipoglikemia.
Hipoglikemia dapat terjadi akibat kesalahan makan atau saat kadar insulin
terlalu tinggi. Insulin dapat ,meningkat setelah pasien DM disuntik insulin atau
setelah penderita mengkonsumsi obat oral antidiabetes, contohnya golongan
sulfonilure, karena obat golongan ini dapat memicu tubuh untuk memproduksi
insulin lebih banyak.
Obat golongan glitazones (rosigitalzones atau piogitalzones) dapat
membantu pasien DM terutama dari penggunaan insulin menjadi lebih baik.
Oleh karena tingginya resiko terjadinya hipoglikemia maka perlu diketahui
alur hubangan antara Hipoglikemia dengan demensia pada pasien DM tipe 2
agar dapat dicegah prevelensi terjadinya komplikasi tersebut.
B. Identifikasi Masalah
1. Pengertian Demensia
2. Etiologi Terjadinya Demensia
3. Tanda dan Gejala Demensia
4. Patomekasnime Terjadinya Demensia
5. Penatalaksanaan pasien Demensia
6. Pengertian Hipoglikemia
7. Pecegahan terjadinya hipoglikemia
8. Faktor penyebab Hipoglikemia
9. Tanda dan Gejala Terjadinya Hipoglikemia
10.Proses terjadinya Hipoglikemia
11.Penatalaksanaan Hipoglikemia
12.Pengertian Diabetes Mellitus Tipe II
13.Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II
14.Penatalaksanaan pasien DM Tipe II
15.Proses terjadinya Hipoglikemia yang menyebabkan Demensia.
C. Batasan Masalah
1. Pengertian Demensia
2. Patomekanisme Terjadinya Demensia
3. Pengertian Hipoglikemia
4. Etiologi Hipoglikemia
5. Penatalaksanaan Hipoglikemia
6. Pengertian DM Tipe II
7. Proses terjadinya Hipoglikemia yang menyebabkan Demensia
D. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Demensia ?
2. Bagaimana Patomekanisme Terjadinya Demensia ?
3. Apa Pengertian Hipoglikemia ?
4. Apa Etiologi Hipoglikemia ?
5. Bagaimana penatalaksanaan Hipoglikemia ?
6. Apa Pengertian DM Tipe II ?
7. Bagaimana Proses terjadinya Hipoglikemia yang menyebabkan Demensia ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membahas hubungan antara demensia dengan
tingkat kejadian hipoglikemia pada pasien DM Tipe II.
1. Untuk Institusi : Agar institusi terutama institusi kesehatan mampu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan menjadikan ini sebagai sumber bacaan yang
membantu.
2. Untuk Masyarakat : Agar masyarakat mengetahu tentang penyakit ini dan
mampu menjaga kesehatan diri terutama terkait dengan penyakit kencing
manis (Diabetes Mellitus) yang sangat sering terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Edisi 8. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Volume 2. Edisi 6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Port M.C, 1995. Pathophysiology Concepts Of Altered Health States. Lippincott
Company. Second Edition, Philadelphia.
Rochmawati, Erna dan Deny Maryanti. 2006. Mutiara Medika Volume 6. Nomor 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Suyono, 1999. Kecendrungan Peningkatan Jumlah Pasien Diabetes Dalam
penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Pusat Diabetes dan Lipid RSUPN
Ciptomangunkusumo FK UI. CV. Aksara Buana : Jakarta.
Tjokoprawiro A, 2003. Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosa dan Terapi. PT Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta.
Tjokoprawiro A, 1999. Angiopati Diabetik. Buku Ajar IPD. Edisi Ketiga Jilid 1.Balai
Penerbit FK UI : Jakarta.
.
Top Related