BAB 1
PENDAHULUAN
Tension type headache (TTH) adalah sakit kepala yang terjadi secara menyeluruh,
yang derajat terjadinya dari ringan sampai sedang.Sakit kepala sering digambarkan
sebagai sakit kepala yang terjadi bilateral dari bagian dahi, leher dan bahu yang
rasanya seperti diikat dan ditekan yang dapat terjadi 2- 7 hari dalam 1 minggu dan 1
jam sepanjang hari.
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah
sakit besar di Indonesia, didapatkan angka kejadian penderita nyeri kepala sebagai
berikut: Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%, Episodik Tension type
Headache 31%,Chronic tension type Headache 24%, Cluster Headache 0,5%,Mixed
Headache 14%.
Nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk paling umum dari sakit kepala, dengan
lama kejadian seumur hidup pada 78% populasi dewasa.Tiga puluh persen diserang
nyeri kepala lebih dari 14 hari per tahun dan 3 % nyeri kepala kronis menderita
episode sakit kepala setidaknya dua hari sekali.Wanita lebih sering terkena
dibandingkan laki-laki, dan wanitausia muda lebih sering terkena dari pada wanita
yang lebih tua.Ketengangan otot perikranium pada TTH ditemukan lebih tinggi
dibandingkan dengan nyeri kepala migren dan cluster.
1
Mekanisme dasar TTH belum dipahami secara pasti sampai saat ini, tetapi
sejumlah faktor diketahui dapat memperberat atau mencetuskan TTH. Dalam kriteria
Internasional Headache Society (IHS) mengelompokkan faktor kausatif yamg
berperan dalam terjadinya TTH yaitu stress psikososial, ansiteas , depresi dan stress
otot.
.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Tension type headache (TTH) adalah sakit kepala yang terjadi secara menyeluruh,
yang derajat terjadinya dari ringan sampai sedang,sakit kepala sering digambarkan
sebagai sakit kepala yang terjadi bilateral dari bagian dahi, leher dan bahu yang
rasanya seperti diikat dan ditekan yang dapat terjadi 2- 7 hari dalam 1 minggu dan 1
jam sepanjang hari.1,2
2.2 Epidemologi
Sekitar 90-95% orang Amerika mengalami sakit kepala tanpa sebab, 35-40% yang
mencari terapimengalami sakit kepala kronik atauchronic daily headache (CDH).Hal
ini berarti pasien menderita sakit kepala paling tidak 4 jam per hari selama 25 hari per
bulan.Pada umumnyapada penderita CDH menderita sakit kepala tipemigraine dan
tipe tension. Angka kejadian TTH mencapai 38,3%, yang di dalamnya termasuk 47 %
wanita berusia 30 -39 tahun, insiden meningkat sesuai dengan tingginya tingkat
pendidikan. Sekitar 2,2% sebagian besar pasien CDH memiliki riwayat sakit kepala
tipe tension sebelumnya.3
2.3 Etiologi4
• Tension (keteganggan) dan stress.
• Tiredness (Kelelahan).
• Ansietas (kecemasan).
3
• Lama membaca, mengetik atau konsentrasi (eye strain)
• Posture yang buruk.
• Jejas pada leher dan spine.
• Tekanan darah yang tinggi.
• Physical dan stress emotional
2.4 Klasifikasi
Menurut International Headache Society Classification,(International Headache
Society, ICHD –II ).5TTH terbagi atas 4 yaitu:
a. Infrequent episodic tension-type headache
1. Infrequent episodic tension-type headache yang berhubungandengan
gangguan otot pericranial.
2. Infrequent episodic tension-type headacheyang tidak berhubungan
dengangangguan otot pericranial.
b. Frequent episodic tension-type headache.
1. Frequent episodic tension-type headacheyang berhubungan dengan
gangguan otot pericranial.
2. Frequent episodic tension-type headacheyang tidak berhubungan dengan
gangguan otot pericranial.
c. Chronic tension-type headache
1. Chronic tension-type headache yang berhubungan dengan gangguan otot
pericranial.
4
2. Chronic tension-type headache yang tidak berhubungan dengan
gangguan otot pericranial.
d. Probable tension-type headache
1. Probable infrequent episodic tension-type headache.
2. Probable frequent episodic tension-type headache.
3. Probable chronic tension-type headache.
2.4.1 Kriteria diagnosis5,6
2.4.1.a. Infrequent episodic tension-type headache
Setidaknya 10 episode yang terjadi pada <1 hari per bulan rata-rata (<12 hari
per tahun) dan memenuhi kriteria sakit kepala yang berlangsung dari 30 menit
sampai 7 hari, Sakit kepala memiliki setidaknya dua dari karakteristik berikut:
1. lokasi bilateral
2. menekan / mengencangkan (tidak berdenyut)
3. intensitas ringan atau sedang
4. tidak diperparah oleh aktivitas fisik rutin seperti berjalan atau naik tangga
Terjadi kedua hal berikut:
1. tidak ada mual atau muntah (anoreksia mungkin terjadi)
2. tidak lebih dari satu dari fotofobia atau phonophobia
2.4.1.b. Frequent episodic tension-type headache.
Episode sering menit sakit kepala pagi hari.Rasa sakit biasanya bilateral,
menekan atau pengetatan dalam kualitas dan intensitas ringan hingga sedang,
5
dan tidak memburuk dengan aktivitas fisik rutin.Tidak ada mual tapi fotofobia
atau phonophobia mungkin ada.
Kriteria diagnostik:
Setidaknya 10 episode yang terjadi pada ≥ 1 tetapi <15 hari per bulan
selama 3 bulan (≥ 12 dan <180 hari per tahun), Sakit kepala yang
berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
Sakit kepala memiliki setidaknya dua dari karakteristik berikut:
Lokasi bilateral, menekan / mengencangkan (tidak berdenyut), intensitas
ringan atau sedang, tidak diperparah oleh aktivitas fisik rutin seperti
berjalan atau naik tangga.
Kedua hal berikut:
1. tidak ada mual atau muntah (anoreksia mungkin terjadi), tidak lebih
dari satu dari fotofobia atau phonophobia.
2. Tidak dikaitkan dengan gangguan lain.
2.4.1.c. Chronic tension-type headache
Kepala yang terjadi pada ≥ 15 hari per bulan rata-rata selama> 3 bulan (≥ 180
hari per tahun) 1 dan memenuhi kriteria 2-4
1. Sakit kepala berlangsung jam atau mungkin terus-menerus
2. Sakit kepala memiliki setidaknya dua dari karakteristik berikut: lokasi
bilateral, menekan/mengencangkan (tidak berdenyut), intensitas ringan atau
sedang,tidak diperparah oleh aktivitas fisik rutin seperti berjalan atau naik
tangga.
6
3. Tidak terdapat lebih dari satu gejalafotofobia, phonophobia atau mual
ringan, sedang ataupun muntah.
4. Tidak dikaitkan dengan penyakit lain.
2.4.1.d. Probable tension-type headache
1. Probable infrequent episodic tension-type headache
Kriteria diagnosis:
1. Episode nyeri hanya memenuhi sebagian kriteria infrequent episodic
tension-type headache.
2. Episode nyeri tidak memenuhi kriteria untuk 1.1 migrain tanpa aura
3. Tidak dikaitkan dengan gangguan lain.
2.Probable frequent episodic tension-type headache
Kriteria diagnosis:
1. Episode nyeri hanya memenuhi sebagian kriteria frequent episodic
tension-type headache.
2. Episode nyeri tidak memenuhi kriteria untuk 1.1 migrain tanpa aura
3. Tidak dikaitkan dengan gangguan lain.
3. Probable chronic tension-type headache.
Kriteria diagnostik:
1. Sakit kepala yang terjadi pada ≥ 15 hari per bulan rata-rata selama> 3
bulan (≥ 180 hari per tahun) dan memenuhi kriteria 1-4
2. Sakit kepala berlangsung jam atau mungkin terus-menerus
7
3. Sakit kepala memiliki setidaknya dua dari karakteristik berikut:
a. Lokasi bilateral
b. Menekan/mengencangkan (tidak berdenyut).
c. Intensitas ringan atau sedang
d. Tidak diperparah oleh aktivitas fisik rutin seperti berjalan atau
naik tangga.
Kedua hal berikut:
a. tidak lebih dari satu dari fotofobia, phonophobia atau mual ringan
b. tidak sedang atau berat mual atau muntah
4. Tidak dikaitkan dengan gangguan lain tapi ada, atau telah dalam 2 bulan
terakhir meminum obat berlebihan, memenuhi kriteria B untuk salah satu
subforms 8,2 obat-berlebihan sakit kepala.
b.5 Patofisiologi7
Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil
penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya TTH
sebagai berikut : (1) disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem
saraf perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH
sedangkan disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi saraf
perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpa disertai iskemia
otot, (3) transmisi nyeri TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis yang
akan mensensitasi second order neuron pada nukleus trigeminal dan kornu dorsalis
(aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada jaringan
8
perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang akan
meningkatkan aktivitas otot perikranial.
Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada jaringan miofasial,
(4) hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada nukleus trigeminal, talamus, dan
korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap nosiseptif.
Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik
dan ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga penurunan supraspinal decending
paininhibit activity,(5) kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga
menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri, (6)
terdapat hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang otak dan
hipotalamus dengan terjadinya TTH.
Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal
serotonin platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada
otot temporal dan maseter, (7) faktor psikogenik (stres mental) dan keadaan non-
physiological motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan
menstimulasi perifer dan aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi
nyeri sentral. Depresi dan ansietas akan meningkatkan frekuensi TTH dengan
mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS
(Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.
9
b.6 Diagnosis6,8
2.6.1 Anamnesis
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang – kurangnya
dua dari berikut ini :
1. adanya sensasi tertekan/terjepit,
2. intensitas ringan – sedang,
3. lokasi bilateral,
4. tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada
salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang – berat, tumpul seperti
ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah
kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,
insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo,
dan rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.
2.6.2 Pemeriksaan Penunjang6,8
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan
pemeriksaan neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.
2.7 Diagnosis Banding6,8
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis deformans,
sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal, migren klasik,
migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit
10
kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit kardiovasikular, dan
sakit kepala pada anemia.
2.8 Penatalaksanaan6,8
a. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Terapi abortif
Terapi ini digunakan untuk menghentikan atau mengurangi intensitas
serangan. Terapi abortif tersebut antara lain : aspirin 1000 mg/hari,
acetaminophen 1000 mg/hari, NSAID (Naproxen 660-750 mg/hari,
ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic 200-400 mg/hari, ibu profen 800
mg/hari, diclofenac 50-100 mg/hari).
2) Terapi preventif
Terapi preventif tersebut antara lain : Amitriptilin (dosis 10-50 mg sebelum
tidur) dan nortriptilin (dosis 25-75 mg sebelum tidur) yang merupakan
antidepresan golongan trisiklik yang paling sering dipakai. selain itu juga,
selective serotonin uptake inhibitor (SSRI) juga sering digunakan seperti
fluoksetin, paroksetin, sertralin.
11
b. Terapi Non-Farmakologis
Disamping mengkonsumsi obat, terapi non farmakologis yang dapat dilakukan
untuk meringankan nyeri tension type headache antara lain :
1) Kompres hangat atau dingin pada dahi
2) Mandi air hangat
3) Tidur dan istirahat.
2.10 Pencegahan8
Inti pencegahan TTH ialah menghindari faktor- faktor pencetus seperti kafein dan
nikotin, situasi yang menyebabkan stress, kecemasan, kelelahan, rasa lapar, rasa
marah, dan posisi tubuh yang tidak baik. Perubahan gaya hidup yang diperlukan
untuk menghindari TTH kronis. Hal yang dapat dilakukan antara lain : beristirahat
dan berolah raga teratur, berekreasi, atau merubah situasi kerja.
2.11 Prognosis8
Komsumsi analgetik akan mengurangi nyeri dan terapi pencegahan cukup efektif bila
pencetusnya diketahui dan dihindari. Hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan
obat analgesik berlebihan dapat menimbulkan efek samping.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
TTH adalah sakit kepala yang terjadi secara menyeluruh, yang derajat
nyerinya dari ringan sampai sedang.Sakit kepala dirasakan bilateral dari
dahi, leher dan bahu, yang terasa seperti diikat atau ditekan.Diagnosis TTH
sudah dapat ditegakan melalui anamnesis tanpa dilakukan pemeriksaan
penunjang.Penatalaksanaannya membutuhkan terapi farmakologi dan non-
farmakologi.
3.2 Saran
Pengobatan TTH selain menggunakan analgetik untuk mengurangi nyeri,
lebih efektif lagi apabila pasien dapat mengetahui dan menghindari faktor
pencetusnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Berge K, Hagen T, Litin S, Sheps S.G,Desease condisions
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tension-headache/basics/
definition/con-20014295 diakses pada tanggal 3 april 2014.
2. T. dennis, Gatche R , Psychological Approaches to Pain Management: A
Practitioner's Handbook second edision .hal 160, New York : The Guill Ford,
2002.
3. Brashers V.Aplikasi Klinis Patofisiologi pemeriksaan dan management edisi
2. Hal 258: Jakarta , penerbit buku kedokteran EGC, 2003.
4. Lubis I. Perbedaan Angka Kejadian Tension –Type Headache Pada Penderita
Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialis dengan Orang yang
Sehat (Normal) di RSUP. H.Adam Malik Medan (SKRIPSI): Hal 3 BAB II,
Fakultas Kedokteran Sumatra Utara. Medan. 2011.
5. Potmann R, Olesen J, Dodick D, Matharu MS, May A, , Neyman L dkk,
Intenasiona Headache Sosiety klassifikation ICHD IIhttp://ihs-
assification.org/en/02_klassifikation/02_teil1/02.02.00_tension.htmldiakses
pada tanggal 3 april 2014.
6. Dewanto G, Suwono J, dkk Panduan Praktis Diagnosis dan tata Laksana
Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.2007.hal:40
7. Price, Sylvia, dan Lorraine M.Wilson. Patofisiologi Nyeri.edisi 6.Jakarta :
EGC.2003.hal:234.
14
8. Sjahrir, Hasan. Konsensus Nasional II Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri
Kepala. PERDOSSI. 2005.hal: 29-31.
9. Bukit T. Hubungan Kwalitas Tidur dengan Intensitas Nyeri Punggung Bawah
dan Nyeri Kepala Primer (THESIS). Hal 7 dari BAB II. Fakultas Kedokteran
Sumatra Utara. Medan. 2011.
15
Top Related