Case Neurologi - Tension Type Headache

25
Case Report Session TENSION TYPE HEADACHE Oleh : Milfa Sari 0910314184 Periode : 20 Oktober 2014 – 14 November 2014 Pembimbing : Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp.S (K) dr. Syarif Indra, Sp.S (K)

description

Case Neurologi - Tension Type Headache

Transcript of Case Neurologi - Tension Type Headache

Case Report Session

TENSION TYPE HEADACHE

Oleh :Milfa Sari 0910314184

Periode :20 Oktober 2014 14 November 2014

Pembimbing :Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp.S (K)dr. Syarif Indra, Sp.S (K)

Bagian Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas AndalasPadang2014

BAB IPENDAHULUAN

Nyeri kepala merupakan gejala umum yang pernah dialami hampir semua orang dan lebih dari 90% populasi pernah mengalami satu jenis sakit kepala. Setidak-tidaknya secara episodik selama hidupnya. Di Amerika Serikat lebih dari 23 juta orang mengalami nyeri kepala, dimana 17,6% diderita oleh wanita dan 6% pada laki-laki 1,2.Nyeri kepala dapat merupakan bagian dari gejala sisa (sekuele) akibat peningkatan tekanan intrakranial, cedera kepala, tumor otak, ketegangan mata, sinusitis, perubahan atmosfir, alergi makanan, strees emosional, alkohol, makanan, dan sebagainya. Daftar faktor-faktor etiologi yang mugkin menjadi penyebab nyeri kepala tidak ada habisnya dan bersifat individual. Ada tiga jenis nyeri kepala, berdasarkan klasifikasi Internasional Nyeri Kepala dari IHS (International Headache Society) yang terbaru tahun 2004, terdiri atas Migraine, Tension Type Headache (TTH), serta Cluster Headache dan cephalalgia lainnya dari nyeri kepala primer lainnya 1,2,3. Tension headache atau nyeri kepala tipe tegang adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan atau hostilitas yang tertekan. Respon fisiologis yang terjadi meliputi refleks pelebaran pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi otot-otot rangka kepala, leher dan wajah 4,5.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tension Type headache atau nyeri kepala tipe tegang didefinisikan sebagai rasa berat atau tertekan yang menetap, pada kedua sisi kepala yang timbul episodik dan berkaitan dengan stres, tetapi dapat berulang hampir setiap hari tanpa adanya faktor psikologis. Nyeri ini timbul karena kontraksi terus-menerus otot-otot kepala dan tengkuk yaitu m. splenius kapitis, m. temporalis, m.maseter, m. sternokleidomastoideus, m. trapezius, m. servikalis posterior, dan m. levator skapula. Sifat nyerinya biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan-berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktivitas fisik dan gejala penyertanya tidak menonjol 6,7. Tension headache ini juga dikenal sebagai stres headache, muscle contraction headache, psychomiogenic headache, ordinary headache, and psikogenik headache 8.2.2 EtiologiEtiologi dari tension headache ini belum diketahui secara pasti, namun diduga disebabkan oleh beberapa faktor pencetus antara lain adalah cahaya yang menyilaukan, stres psikososial, kecemasan, depresi, stress otot, marah, terkejut, serta penggunaaan obat untuk tension headache yang berlebihan 6.2.3 KlasifikasiKlasifikasi nyeri kepala tipe tegang/ Tension Headache menurut Ad Hoc Committee of The International Headache Society adalah sebagai berikut;1. Nyeri kepala tipe tegang episodika. Minimal mengalami 10 kali episode nyeri kepala, dimana jumlah hari dengan nyeri kepala tersebut < 180 hari/tahun ( 15 hari/bulan (>180 hari/tahun) selama 6 bulan yang memenuhi kriteria 1b-1d diatasb. Sekurang-kurangnya memiliki dua gambaran khas nyeri pada nyeri kepala tipe tegang episodikc. Tidak ada muntah, dan tidak lebih satu hal berikut : mual, fotofobia atau fonofobia

2.4 PatofisiologiPatofisiologi dari TTH sangat kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya, baik dari faktor sentral maupun perifer. Pada penderita TTH didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif dari otot perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya 8,9. TTH adalah kondisi stres mental, nonfisiologikal motor stres, dan miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal intensitas nyeri kepalanya 8,10.Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang bermyelin (A dan AB) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan/ tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aoc dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache 9.Dulu dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada penderita tension type headache ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala 8,9,10.Nyeri myofascial dapat dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial trigger point yang berukuran kecil, hanya beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada semua otot). Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari platelet), bradikinin (dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan kalium (yang dilepas dari sel otot), substance P dan Calcitonin Gene Related Peptide dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap nosiseptor otot skelet. Jadi pada saat ini yang dianggap lebih berperan adalah nyeri miofascial terhadap timbulnya TTH 8,9. Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada tension headache. Semua nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun ekstrasefalik 9.

2.5 Manifestasi KlinisGejala-gejala yang dapat timbul pada tension headache adalah nyeri kepala yang dirasakan seperti kepala berat, pegal seperti diikat tali yang melingkari kepala, kencang dan menekan. Kadang-kadang disertai nyeri kepala yang berdenyut. Bila berlangsung lama, pada palpasi dapat ditemukan daerah-daerah yang membenjol, keras dan nyeri tekan. Dapat pula disertai gejala mual, kadang-kadang muntah, vertigo, lesu, sukar tidur, mimpi buruk, sering terbangun menjelang pagi dan sulit tidur kembali, hiperventilasi, perut kembung, sedih, hilangnya kemauan untuk belajar atau bekerja, anoreksia dan keluhan depresi lainnya. Bisa juga nyeri dirasakan seperti perasaan tegang yang menjepit di kepala dan nyeri berlokasi di daerah oksipito servikal 5,7. Bentuk akut dikaitkan dengan keadaan stres, kegelisahan dan atau kelelahan temporer yang biasanya berlangsung satu atau 2 hari. Tipe kronis biasanya nyeri bersifat bilateral, tidak mereda, dapat berlangsung siang maupun malam hari, dan berlangsung sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun, terasa menekan, tidak berdenyut dan sering dikaitkan dengan perasaan gelisah, depresi dan perasaan tertekan 4,7.Gejala yang lain dari nyeri kepala ini berupa konsentrasi yang lemah, perasaan lelah dan iritabel. Kualitas nyeri kepala ini digambar sebagai nyeri yang tumpul dan menetap. Sering tidak digambarkan sebagai rasa nyeri tetapi sebagai rasa berat atau rasa tertekan atau juga rasa ketat. Pada 25% penderita serangan nyeri tumpul dapat kemudian berubah menjadi rasa berat dan kadang-kadang ada kualitas berdenyut (pulsasi). Nyeri kepala yang tumpul ini bisa berasal dari bangunan yang terletak dalam di kulit. Pada beberapa keadaan, nyeri dapat dirasakan terlokalisir di satu tempat misalnya : orang dengan kebiasaan mengerutkan dahi dapat merasakan nyeri di daerah bitemporal, dan orang dengan kebiasaan leher lurus merasakan nyeri di oksipital 11.Gambaran intensitas nyeri pada nyeri kepala ini sebagai seakan-akan kepala akan pecah, yang menunjukkan karakteristik histerik. Sedangkan durasi dari nyeri kepala ini dapat kontinyu menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Penderita dapat melaporkan tak pernah sembuh dari nyeri kepalanya. Namun selama perjalanan yang panjang itu intensitas nyerinya dapat menyusut dan mengembang dari jam ke jam. Frekuensi nyeri akan dilaporkan setiap hari, ters menerus dan tak pernah bebas nyeri kepala, pola temporalnya disebut pola undulasi (bergelombang), dimana nyeri menetap kontinyu, periodisitasnya tak jelas dan awitannya tidak paroksismal 11.Selain itu juga ada gelaja lain pada nyeri kepala tegang otot ini yaitu; Fotofobia ringan namun konstan, mendorong penderita memakai kacamata hitam walaupun hari mendung. Gejala-gejala GI : nausea pada pagi hari, Vomitus (jarang), sendawa berlebihan dan mengeluarkan flatus. Hiperventilitas, gangguan konsentrasi, kurang minat dalam bekerja dan melakukan hobi, Gejala-gejala ini dapat ditafsirkan sebagai sindrom cemas (anxietas). Rasa nyeri di dada kiri, di punggung dan region koksigeus. Rasa nyeri ini bersamaan gejala GI dan Gejala psikosomatik lainnya dapat ditafsirkan sebagai sindrom depresi.Banyak penderita yang mengalami nyeri kepala tegang otot walaupun tak ada stress emosional yang berat. Pada nyeri kepala yang sudah berlangsung lama, faktor pencetus bisa juga berlaku sebagai faktor yang memperberat sehingga akan menambah intensitas nyerinya. Gerakan-gerakan pada jurusan tertentu dapat memperberat nyerinya 11.Pada tension headache biasanya tidak ditemukan kelainan organik, anemia sedang dan tekanan darah sistemik yang sedikit tinggi atau rendah tidak relevan bagi tension headache, yang menonjol adalah unsur fobia berupa sakit kepala kalau melihat orang banyak, sakit kepala kalau berada ditempat yang tinggi atau sakit kepala kalau naik lift, jenis fobia yang diproyeksikan dalam keluhan adalah agorafia (fobia terhadap tempat yang luas dan ramai), akrofobia (fobia terhadap kecuraman), klustrofobia (fobia terhadap ruang yang sempit). Tension headache yang diwarnai dengan unsur histerik adalah klavus histerik yaitu sakit kepala yang terpusat pada kalvarium. Sakit kepala semacam ini hampir selalu disertai gejala globus histerikus yaitu perasaan seolah-olah tenggorokan dicekik atau kerongkongan tersumbat 10.Nyeri kepala tension headache bisa berupa suatu aktivitas yang dapat menyebabkan kepala berada pada 1 posisi dalam jangka waktu lama tanpa bergerak, sehingga menyebabkan sakit kepala, aktivitas tersebut meliputi pengetikan atau penggunaan computer, pekerjaan halus dengan tangan dan penggunaan mikroskop. Tidur di dalam suatu ruangan yang dingin atau tidur dengan posisi leher yang salah dapat mencetuskan sakit kepala jenis ini 7.2.6 DiagnosisTidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis TTH. Penderita yang mempunyai riwayat pengobatan dan melakukan pemeriksaan fisik termasuk evaluasi neurological yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis. Diagnosis pasti dapat ditentukan dari anamnesa, riwayat medis dan pemeriksaan fisik.

2.7 PenatalaksanaanPada nyeri kepala tension headache penatalaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut 8,9,10,11 : I. Terapi psikofisiologi. Terapi ini dapat berupa terapi relaksasi, program untuk mengatasi stres, serta tehnik biofeedback. Dengan modalitas terapi tersebut, frekuensi tension headache serta beratnya penyakit dapat berkurang. Strategi pengelolaan stress mungkin sangat menolong pada tension headache. Perubahan cara hidup mungkin diperlukan untuk nyeri kepala tension headache kronik. Cara tersebut meliputi istirahat yang cukup dan latihan, perubahan dalam pekerjaan atau kebiasaan relaksasi ataupun perubahan yang lainII. Fisioterapi. Terapi ini berupa latihan pengendoran otot-otot, misalnya latihan relaksasi, yoga, semedi, diatermi, kompres hangat, TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulation) ataupun terapi akupuntur. Terapi fisik dan teknik relaksasi ini dapat memberikan keuntungan pada kasus-kasus khusus.III. FarmakoterapiTerdiri atas terapi abortif yang bertujuan untuk menghentikan atau mengurangi serangan penyakit pada tension headache tipe episodik, serta terapi pencegahan/preventif untuk terapi jangka panjang yang bermanfaat pada tension headache kronik, namun dapat juga digunakan pada tension headache tipe episodik. Obata-obatan yang dapat digunakan pada pengobatan tension headache yaitu :a. Analgetik /Non Streoid Anti Infalammatory Drugs (NSAIDs), dapat menghilangkan rasa nyeri kepala ringan dan sedang, bila sebelumnya diberi obat yang memacu gastrointestinal. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu : Asam Asetilsalisilat 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr Ibuprofen 400-800 mg tablet dengan dosis < 2400 mg/hr Asam Mefenamat 250-500 mg tablet dengan dosis 750-1500 mg/hr Metampiron 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr Glafein 200 mg tablet dengan dosis 600-1200 mg/hrb. Hipnotik-sedatif/antiansietas. Kerjanya terutama merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator. Efek sampingnya berupa inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinator berpikir, bingung, disartria, mulut kering dan rasa pahit. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu : Diazepam 2-5 mg tablet dengan dosis 2-10 mg/hr Lorazepam 1-2 mg tablet dengan dosis 3-6 mg/hr Klordiazepoksid 5 mg tablet dengan dosis 15-30 mg/hr Klobazam 10 mg tablet dengan dosis 20-30 mg/hrc. Antidepresan. Cara kerjanya dengan memblokade pengambilan kembali noradrenalin dan memblokade aktivitas kolinergik, adrenergik, dan reseptor histamin. Efek sampingnya adalah mengantuk, mulut kering, mata kabur dan sukar berak. Obat-obatan yang dapat digunakan misalnya : Amitriptilin 10/25 mg tablet dengan dosis 150-300mg/hr Maprotiline 25/50/75 mg tablet dengan dosis 25-75 mg/hr Amineptine 100 mg tablet dengan dosis 200 mg/hrd. Antagonis serotonin, sebaiknya diberikan dalam bentuk sediaan injeksi atau spray nasal, jika pemberian oral tidak memungkinan saat ada gejala mual atau muntah. Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar neurotransmitter serotonin di otak. Obat yang digunakan yaitu : Metysergid 2 mg tablet dengan dosis 4-6 mg/hr Sumatriptan 100 mg tablet dengan dosis 300 mg/hr Fluoksetin 10 mg tablet dengan dosis maksimal 60 mg/hre. Agonis selektif reseptor 2, obat yang digunakan yaitu tizanidin. Cara kerjanya adalah dengan mencegah mengecilnya dan melebarnya pembuluh darah secara abnormal. Bekerja pada rangsangan sentral neuron-neuron penghambat. Efek sampingnya adalah mengantuk, mulut kering dan depresi. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tizanidin ternyata efikasius, aman dan dapat ditoleransi pada terapi profilaksis nyeri kepala harian.

Serangan akut berespon terhadap aspirin dan OAINS lainnya seperti asam asetilsalisilat, metampiron maupun asam mefenamat. Untuk tindakan profilaksis diberikan pengobatan amitriptilin, atau pemberian kembali inhibitor selektif serotonin dan tizanidin sangat berguna dalam beberapa kasus. Meski banyak pasien berespon terhadap benzodiazepin seperti diazepam, obat-obat ini harus dibatasi penggunaannya karena memiliki potensi adiktif 8,10.

2.8 PencegahanPencegahan yang dilakukan pada nyeri kepala Tension Headache ini dapat berupa teknik relaksasi pencegahan dan penghindaran situasi stress. Pada beberapa orang, suatu pengobatan sehari dapat membantu, secara khas dapat digunakan Trisiklik antidepresan, bahkan untuk orang-orang tanpa depresi10.Pencegahan lain meliputi penggunaan bantal yang berbeda atau mengubah posisi tidur, posisi saat membaca harus benar, saat bekerja atau melakukan aktivitas lain yang dapat menyebabkan sakit kepala. Latihan leher dan bahu harus sering terutama saat mengetik, menggunakan computer atau pekerjaan lain. Selain itu juga harus cukup tidur dan istirahat atau pemijitan otot dapat mengurangi sakit kepala. Mandi atau berendam air panas/dingin dapat membebaskan sakit kepala untuk sebagian orang 11.Nyeri kepala Tegang Tension Headache dapat berkurang atau membaik dengan beberapa cara antara lain 11; Obat vasodilator Obat analgetik Kombinasi Kafein-analgetik Relaksasi dan masage tengkuk Relaksasi volunter pada otot kering dan mandibula

2.9 PrognosisPrognosis dari Tension Headache umumnya memberikan respon yang baik terhadap pengobatan tanpa pengaruh efek sisa 11.BAB IIILAPORAN KASUS

Seorang pasien perempuan berumur 21 tahun datang ke poliklinik saraf RSUP. Dr. M. Djamil Padang tanggal 30 Oktober 2014 dengan:Keluhan UtamaNyeri kepala.

Riwayat Penyakit Sekarang: Nyeri kepala yang bertambah berat sejak + 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan seperti ditekan terutama di bagian atas kepala. Pasien mengeluh nyeri kepala hampir setiap hari sejak 6 bulan yang lalu dan semakin memberat sejak 1 bulan terakhir. Keluhan disertai gangguan penglihatan mata kabur, tegang di otot leher dan terkadang ada rasa mual. Nyeri sering dirasakan setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat atau tidur. Rasa pusing seperti berputar dan sempoyongan disangkal. Pasien hanya minum obat Procold setiap kali nyeri yang dibeli di warong namun nyeri tidak berkurang sejak 1 bulan terakhir. Riwayat demam tidak ada, kejang tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat trauma kepala ada 1 tahun yang lalu, pasien terjatuh di kamar mandi dan kepala terbentur di lantai, hilang kesadaran tidak ada, muntah dan kejang tidak hilang kesadaran tidak ada, muntah dan kejang tidak ada. Riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat Pekerjaan dan Sosioekonomi - Pasein seorang mahasiswa, tidak merokok dan tidak minum alkohol PEMERIKSAAN FISIKVital Sign Keadaan umum: SedangKesadaran : CMCTekanan darah : 130/90 mmHgFrekuensi nadi : 80x/menitFrekuensi nafas: 20x / menitSuhu: 37,0 0 CGizi: Baik

Status Internus Kepala : tidak ditemukan kelainan Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Pupil isokor, diameter 3 mm Telinga : tidak ada kelainan Hidung : tidak ada kelainan Mulut : tidak ada kelainan Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar Torak Paru Inspeksi: simetris kiri = kananPalpasi: fremitus kiri = kananPerkusi: sonorAuskultasi: vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)Jantung Inspeksi: Iktus tidak terlihatPalpasi: Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V Perkusi: Batas jantung dalam batas normal Auskultasi: Irama teratur, bising tidak ada

Abdomen:Inspeksi: tidak membesar Palpasi : hepar dan lien tidak teraba. Perkusi : timpani Auskultasi : Bising usus (+) normal Corpus vertebralis : tidak ada kelainan Genitalia : tidak diperiksa Status Neurologikus Tanda rangsangan selaput otak :kaku kuduk : (-)kernig : (-)laseque : (-)brudzunski I : (-)brudinski II: (-) Tanda peningkatan TIKmuntah projektil : (-)sakit kepala progresif: (-) Saraf - saraf otak1. Nervi KranialisN I:Penciuman baikN II:tajam penglihatan N/N, lapangan penglihatan N/N melihat warna +/+N III, IV, VI:pupil isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya +/+, gerakan mata ke lateral +/+, nistagmus (+)N V:motorik dan sensorik baikN VII:raut muka simetris, plika nasolabialis simetris, menutup mata +/+ , menggerakkan dahi +/+, mencibir (+), bersiul (+)N VIII:tidak ada kelainanN IX:Reflek muntah (+)N X:bias menelan, artikulasi jelasN XI:menolehkan kepala (+), mengangkat bahu (+)N XII:lidah tak ada deviasi

2. Koordinasi:Cara Berjalan : Normal, Tes supinasi (+), Tes jari hidung (+), tes hidung jari (+), Disartria (-). 3. Motorik:Ekstremitas superiorDekstraSinistraPergerakanaktifaktifKekuatan5/5/55/5/5TonuseutonuseutonusTrofieutrofieutrofi

Ekstremitas inferiorDekstraSinistraPergerakanaktifaktifKekuatan5/5/55/5/5TonuseutonuseutonusTrofieutrofieutrofi

4. Sensorik:Sensibilitas halus dan kasar baik5. Fungsi otonom;BAB dan BAK baik, sekresi keringat (+)6. Reflek fisiologisBiseps:++/++Triseps:++/++APR:++/++KPR:++/++7. Reflek patologisBabinski: -/-Chaddock: -/-Oppenheim: -/-Gordon: -/-Schaffer: -/-Hoffman Trommer: -/-

8. Fungsi luhur: baik

Diagnosa Klinik: Tension type headacheDiagnosa Topik: intrakranial Diagnosa Etiologi: idiopatikDiagnosa Sekunder: -

Pemeriksaan anjuran: Tes labor : darah rutin, kimia klinik Foto rongent servikal CT Scan kepala EEG Penatalaksanaan 1. Umum Istirahat Psikoterapi ; pengendalian stress Hipnoterapi

2. Khusus Ibuprofen 3 x 200mg (NSAID) Ranitidine 2 x 150mg (H2 Antagonis) Eperison HCL 3 x 50mg (muscle relaxant)

PrognosisQuo ad vitam: bonamQuo ad sanam: bonamQuo ad functionam: bonam

bab ivDiskusi

Telah diperiksa seorang pasien perempuan berumur 21 tahun datang ke poliklinik saraf RSUP Dr. M Djamil Padang pada 30 Oktober 2014 dengan diagnosis klinis : tension type headache. Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien merasa nyeri kepala yang bertambah berat sejak + 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan seperti ditekan terutama di bagian atas kepala. Pasien mengeluh nyeri kepala hampir setiap hari sejak 6 bulan yang lalu dan semakin memberat sejak 1 bulan terakhir. Nyeri sering dirasakan setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat atau tidur. Rasa pusing seperti berputar dan sempoyongan disangkal. Keluhan disertai gangguan penglihatan mata kabur, tegang di otot leher dan terkadang ada rasa mual. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien komposmentis, tanda rangsangan meningeal tidak ada, tanda peningkatan tekanan intrakranial tidak ada, status internus dan neurologis dalam batas normal. Pada pemeriksaan gerakan bola mata didapat nistagmus (+). Invisible pillow test (+). Untuk pemeriksaan lanjut dianjurkan foto rongent cervical, brain ct-scan dan EEG untuk melihat lesi fokal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta; 1988.p.90-91 2. Price, S.A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. EGC, Jakarta; 1994.h.975

3. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid II. Media Aesculapius FKUI, Jakarta; 2001.h.41-43

4. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat, Jakarta; 1999.

5. A.A.Bgs.Ngr.Nuartha, Harsono et al. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Gajah Mada University Press, Yogyakarta; 1996.h.243-244

6. Singh, Manish K. Muscle Contraction Tension Headache. http://emedicine.com// Diakses pada tanggal 1 November 2014

7. Bendtsen L. Central Sensitization in Tension type Headache-Possible Pathophysiological Mechanisms. Cephalalgia 2000;20:486-508

8. Bolay H, Moskowitz MA. Mechanism of Pain Modulation in Chronic Syndromes. Neurology 2002;59:52-57

9.Hadinoto S. Simposium Nyeri Kepala dan Sindrom Nyeri Lain yang Berhubungan. Edisi Pertama. Penerbit : Panitia Simposium Nyeri Kepala IDASI Cabang Semarang. Semarang. 1987

10.Wibowo, Samekto dan Abdul Gofir. Farmakoterapi dalam Neurologi. Salemba Medika, Jakarta; 2001.h.108-111

11. Dodick, David W. Chronic Daily Headache. NEJM 2006:354:2:158-165