TEKNIK ANALISIS ISI BERITA BASUKI TJAHAJA
PURNAMA SEBELUM DAN SESUDAH PILKADA DKI
JAKARTA PUTARAN II
(Analisis Isi Berita di Surat Kabar Media Indonesia dan Republika Periode
13 April – 26 April 2017)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh:
Chevi Azmi Damara
6662130501
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG – BANTEN
2017
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Chevi Azmi Damara. NIM. 6662130501. Analisis isi Berita Basuki Tjahaja Purnama Sebelum dan Sesudah PILKADA DKI Jakarta Putaran II (Analisis Isi Berita di Surat Kabar Media Indonesia dan Republika Periode 13 April – 26 April 2017). Pembimbing 1 : Darwis Sagita,M.I.Kom dan Pembimbing II : Ari Pandu Witantra,M.I.Kom
Penelitian ini dilakukan untuk melihat kecenderungan isi berita di surat kabar terkait pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seminggu sebelum dan seminggu sesudah Pilkada Putaran II. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis isi kuantitatif, dengan konsep kategori isi berita. Dimana kategori yang dimaksud tema berita, sumber berita, nada berita. Surat kabar yang diteliti adalah Media Indonesia dan Republika dengan periode penelitian tanggal 13 April – 26 April 2017. Menghasilkan populasi penelitian pada Media Indonesia sebanyak 33 berita, sedangkan pada Republika sebanyak 19 berita. Hasil dari penelitian ini adalah di Media Indonesia seminggu sebelum Pilkada tema berita yang paling dominan yakni mengenai keberhasilan Ahok memimpin Jakarta sebesar 29,4% dan kasus yang dialami Ahok 35,4% Sedangkan di Republika tema yang paling banyak yakni mengenai kasus penistaan agama sebesar 50%. Hasil seminggu setelah Pilkada tema berita yang paling dominan masih tetap sama di Media Indonesia yakni mengenai kasus yang dialami Ahok 50% dan keberhasilan Ahok dalam memimpin Jakarta 30% Sedangkan di Republika tema yang paling banyak tetap berfokus mengenai kasus penistaan agama sebesar 44,4%. Hasil penelitian kedua kategori sumber berita seminggu sebelum Pilkada di Media Indonesia dominan dari Pemerintah 23,1% dan Ahok 17,9% sedangkan di Republika paling banyak dari Pemerintah 22,2% dan Organisasi Islam 22,2%. Hasil seminggun setelah Pilkada di Media Indonesia sumber berita paling banyak dari Ahok 25% sedangkan di Republika dari Organisasi Islam 25%. Hasil penelitian terakhir kategori nada berita seminggu sebelum Pilkada di Media Indonesia positif 62,5%, Negatif 12,5%, Netral 25% di Republika positif 16,6%, negatif 50%, netral 33,4%. Adapun seminggu setelah Pilkada di Media Indonesia positif 72,7%, Negatif 9,1%, Netral 18,2% di Republika positif 10%, negatif 50%, netral 40%.
Kata Kunci : Analisis isi, Berita tentang Ahok, dan Media Cetak.
v
ABSTRACT
Chevi Azmi Damara. NIM. 6662130501. Analysis of content news Basuki Tjahaja Purnama before and after Pilkada DKI Jakarta Round II (Analysis of content Media Indonesia and Republika 13 April – 26 April 2017) Supervisor 1: Darwis Sagita,M.I.Kom and Supervisor II : Ari Pandu Witantra,M.I.Kom.
This study was conducted to see the tendency of news content in newspapers related to news of Basuki Tjahaja Purnama or Ahok a week before and a week after the Second Round. This research was conducted by quantitative content analysis method, with the concept of news content category. Where the categories are news themes, news sources, news tones. The newspaper studied is Media Indonesia and Republika with the research period on April 13 to April 26, 2017. So as to produce research population on Media Indonesia as much as 33 news, while in Republika as many as 19 news. As for the results of this research is in Media Indonesia a week before the election of the most dominant news theme that is about the success of Ahok led Jakarta by 29.4% and Ahok case experienced 35.4% While in Republika the most themes are about the case of defamation Religion by 50%. As for the week after the elections the most dominant news themes still remain the same in Media Indonesia which is about the case of Ahok 50% and the success of Ahok in leading the Jakarta 30% While in Republika the theme remains the most focused on religious blasphemy cases by 44.4%. The results of the two categories of news sources a week before elections in Media Indonesia were dominant from the Government of 23.1% and Ahok 17.9% while in Republika most of the Government was 22.2% and the Islamic Organization 22.2%. The seminggun after Pilkada in Media Indonesia the most news source of Ahok 25% while in Republika of Islamic Organization 25%. The results of news tone category a week before Pilkada in Media Indonesia was positive 62,5%, Negative 12,5%, Neutral 25% in Republika positive 16,6%, negative 50%, neutral 33,4%. The week after elections in Media Indonesia positive 72.7%, Negative 9.1%, Neutral 18.2% in Republika positive 10%, negative 50%, 40% neutral.
Keywords: Content analysis, News on Ahok, and Newspaper.
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Hidup ini seperti sepeda, agar tetap seimbang kau harus terus bergerak “
(Albert Einstein)
Bismillahirrahmanirrahim
Skripsi ini ku persembahkan untuk
orang tua serta adik-adikku tercinta yang telah mendoakan
dan memberi semangat yang setia mananti kelulusanku.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia
yang diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam terhaturkan kepada
junjungan besar umat Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita
semua yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunnah-Nya untuk dapat
melalui setiap proses perkuliahan. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Strata Satu Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam
penulisan skripsi ini, penulis menyadari segala kekurangan di dalamnya, bahkan
masih jauh dari sempurna. Hal itu tentu disebabkan oleh terbatasnya waktu,
pengalaman, serta ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis.
Namun karena dukungan serta arahan beberapa pihak akhirnya skripsi ini
dapat juga terselesaikan. Untuk itu, penulis dengan kerendahan hati ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.PD selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, selaku ketua jurusan Progam studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Bapak Darwis Sagita, S.Ikom, M.I.Kom selaku Sekrestaris Jurusan dan
dosen pembimbing 1. Terimakasih atas semangat dan dukungan penuh
yang telah diberikan kepada seluruh anak bimbingan bapa.
5. Bapak Ari Pandu Witantra, S.Sos, M.I.Kom, selaku dosen pembimbing II
yang juga telah memberikan arahan serta bimbingannya untuk kebesaran
hati bapak yang bermurah hati meski penulis sering lalai dalam pengerjaan
skripsi ini.
6. Bapak Dr. Idi Dimyati, M.I.Kom selaku ketua penguji yang telah memberi
masukan dan saran atas skripsi ini.
7. Ibu Uliviana Restu H,Sos, M.I.Kom selaku penguji yang telah memberi
masukan dan saran terkait skripsi ini.
viii
8. Bapak Muhammad Jaiz, S.Sos, M.pd selaku dosen pembimbing akademik
sepanjang perkuliahan. Terimakasih atas waktu serta perannya.
9. Seluruh staf program studi Ilmu Komunikasi serta staf Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas peran dan
partisipasinya dalam melayani seluruh mahasiswa.
10. Seluruh Dosen pengajar dari semester satu sampai semester akhir
perkuliahan. Terimakasih untuk ilmu-ilmu yang telah dengan tulus
dibagikan.
11. Orang Tua tercinta, yang telah berusaha dan bekerja keras untuk dapat
membiayai anak-anaknya. Serta kasih sayang tulus memberi nasihat yang
membangun untuk menjadi anak yang shaleh.
12. Terimakasih untuk Gani Dwi Lestari yang tiada lelah mengingatkan untuk
tetap semangat dan pantang menyerah dalam pengerjaan skripsi ini untuk
memberikan keceriaan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan.
13. Teman-teman kosan wacana ( Catur Sandy Alfian, Ferdian Arie, Indra
Pangestu, Hilman Ramayadi dan Nurhimah Yuliastuti semua teman
seperjuangan) yang telah memberikan bantuan, dan masukan skripsi ini.
14. Teman-teman Lab Multimedia, Komunitas Fotografi FISIP, LPM Orange
Untirta yang telah berbagi pengalaman dan ilmu yang bermanfaat selama
penulis kuliah di kampus Untirta, terimakasih atas kenang-kenangannya.
Demikian yang dapat peneliti sampaikan, untuk itu peneliti sangat
terbuka untuk kritikan maupun saran yang membangun agar peneltian ini
bisa lebih baik lagi. Kurang lebihnya peneliti mohon maaf semoga
penelitian ini bermanfaat. Terimakasih.
Serang, September 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN.....................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................................iii
ABSTRAK..........................................................................................................................iv
ABSTRACT........................................................................................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................................................................vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 8
1.3 Identifikasi Masalah .................................................................................................. 9
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 11
2.1 Komunikasi Massa .................................................................................................. 11
2.1.2 Media Massa ........................................................................................................ 13
2.1.3 . Surat Kabar ........................................................................................................ 15
2.1.4 Berita .................................................................................................................... 17
2.2 Kecenderungan Media ............................................................................................ 19
2.3 Analisis Isi .............................................................................................................. 20
2.3.1 Tema Berita .......................................................................................................... 26
2.3.2 Sumber Berita ...................................................................................................... 26
2.3.3 Nada Berita ........................................................................................................... 29
2.4 Ekonomi Politik Media ........................................................................................... 31
2.5 Definisi Variabel ..................................................................................................... 32
2.6 Kerangka Berfikir ................................................................................................... 34
2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 35
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 40
3.1 Metodologi Penelitian ............................................................................................. 40
3.2 Ruang Lingkup / Fokus Penelitian .......................................................................... 41
3.3 Teknik penelitian .................................................................................................... 43
3.4 Variabel Penelitian .......................................................................................... 43 3.4.1 Definisi Konsepsional ...................................................................................... 43
3.4.2 Definisi Operasional ............................................................................................ 46
3.5 Populasi dan Sampel ............................................................................................... 47
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................... 50
3.7 Unit Analisis ........................................................................................................... 52
3.8 Teknik Analisis Data .............................................................................................. 52
3.8.1 Uji Validitas ......................................................................................................... 55
3.8.2 Reliabilitas Coding ............................................................................................... 55
3.9 Waktu Penelitian ..................................................................................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................................ 59
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................................... 59
4.1.1 Riwayat Singkat Harian Umum Media Indonesia ........................................... 59
4.1.2 Visi dan Misi .................................................................................................... 59
4.1.3 Struktur Pengurus ............................................................................................. 61
4.2 Gambaran Umum Surat Kabar Republika………………………………………..62 4.2.1 Riwayat Singkat Harian Umum Republika ........................................................ 62
4.2.2 Perkembangan Republika ............................................................................... 64
4.2.3. Visi, Misi Dan Kebijakan Redaksi Republika ................................................ 65
4.2.4 Kebijakan Redaksi Republika .......................................................................... 67
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................................................. 68
4.3.1 Uji Validitas ..................................................................................................... 68
4.3.2 Uji Reliabilitas ..................................................................................................... 68
4.4.1 Hasil Data Tema Berita ........................................................................................ 70
4.4.2 Hasil Data Sumber Berita ................................................................................ 74
4.4.3 Hasil Data Nada Berita .................................................................................... 77
4.5 Pembahasan............................................................................................................. 80
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 87
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 87
xi
5.2 Saran ....................................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................90
LAMPIRAN.........................................................................................................................93
RIWAYAT PENULIS...........................................................................................................121
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Variabel ................................................................................... 32
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 37
Tabel 3.1 Sampel Judul Berita .............................................................................. 48
Tabel 3.2 Sampel Judul Berita ............................................................................ 49
Tabel 3.9 Waktu Penelitian……………………………………………………....57
Tabel 4.3.2 Rangkuman Uji Reliabilitas .............................................................. 69
Tabel 4.4.1 Frekuensi Tema Berita Sebelum Pilkada .......................................... 70
Tabel 4.4.2 Frekuensi Tema Berita Sesudah Pilkada ........................................... 72
Tabel 4.4 3 Frekuensi Sumber Berita Sebelum Pilkada ....................................... 74
Tabel 4.4.4 Frekuensi Sumber Berita Setelah Pilkada .......................................... 76
Tabel 4.4.5 Frekuensi Nada Berita Sebelum Pilkada ............................................ 78
Tabel 4.4.6 Frekuensi Nada Berita Setelah Pilkada .............................................. 79
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir……………………………………… 34
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Coding Sheet………………………………………………………. 95
Lampiran 2 Coder 1…………………………………………………………….. 97
Lampiran 3 Coder 2…………………………………………………………….. 98
Lampiran 4 Contoh Surat Kabar Media Indonesia……………………………... 99
Lampiran 5 Contoh Surat Kabar Republika…………………………………. 110
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era Orde baru cukup sulit untuk menemukan terbukanya akses politik
ke ruang publik, dimana media dikontrol dan diawasi oleh penguasa. Namun pada
masa reformasi seperti sekarang ini pers juga turut andil menjadi aktor politik dan
masuk ke dalam lingkaran kekuasaan. Media massa yang bertahan sampai saat ini
sebagai informasi politik bangsa kepada rakyat dari masa ke masa yakni salah
satunya media cetak.
Media cetak tidak seperti media online dimana isi beritanya yang terbatas
dan mengedepankan unsur kecepatan. Media cetak atau surat kabar lebih
mengutamakan isi beritanya yang lebih mendalam. Hadirnya media online pun
tidak membuat surat kabar kehilangan pembaca setianya terbukti sampai saat ini
surat kabar masih bertahan dan tetap menjadi bacaan harian masyarakat. Seiring
perkembangan industri media yang sangat signifikan membuat semakin ketatnya
kompetisi antar media untuk menyajikan berita yang tajam dan akurat peristiwa
yang terjadi di masyarakat. Dimana hanya peristiwa-peristiwa yang mempunyai
nilai berita dan menarik perhatian publik saja yang menjadi fokus utama
pemberitaan di media.
Berita yang menjadi pokok utama dalam surat kabar yakni salah satunya
berita politik, dimana hampir setiap surat kabar berita politik menjadi headline
ataupun mengisi sebagian isi berita di surat kabar. Salah satu pemberitaan yang
sedang hangat dan menjadi pemberitaan utama di berbagai media adalah Pilkada
2
DKI Jakarta 2017 putaran II. Hal ini karena Jakarta dapat dijadikan sebagai
gambaran kebhinekaan bangsa Indonesia berkaitan dengan pemilihan Gubernur
yang melibatkan kemaslahatan banyak orang. Maka peristiwa Pilkada ini masuk
dalam kategori peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan sosial serta politik.
Agenda pemilihan gubernur tentu banyak bermunculan isu yang syarat
dengan kepentingan politik, ada banyak pihak yang ikut bermain di dalamnya.
Selain pihak dari pemerintah, komersial, elite politik, dan tak tertututup
kemungkinan bila media itu sendiri memiliki andil pula dalam menaruh
kepentingan disana. Dengan semakin masuknya media ke dalam kancah politik,
peran media yang netral dan menjadi tempat aspirasi masyarakat kini
dipertanyakan. Politik dan bisnis media menjadi lahan empuk pengerukan untuk
mendapatkan keuntungan dan kepentingan.
Jakarta merupakan ibukota Negara yang menjadi pusat Indonesia karena
masyarakatnya yang beragam tidak hanya dari satu etnis. Jakarta menjadi tempat
yang sangat menarik untuk mengadu nasib dan berbagai kepentingan politik
berlangsung, baik politik kedaerahan maupun nasional. Pada 19 April 2017
masyarakat Jakarta kembali menyelenggarakan pesta demokrasi Pilkada putaran
II, pada Pilkada putaran II ini ada 2 pasang calon gubernur dan wakil gubernur
yang telah berhasil lolos dari putaran I yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan
Umum DKI Jakarta. Pertama yakni gubernur petahana DKI Jakarta saat ini
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan wakilnya Djarot Saiful Hidayat yang diusung
3
oleh PDIP, Nasdem, dan Golkar sedangkan Pasangan Anies Baswedan dan
Sandiaga Uno diusung oleh partai Gerindra dan PKS.
Dimana pada putaran ke dua ini tentunya akan lebih banyak lagi isu-isu
yang akan diangkat baik oleh media ataupun dari tim sukses kedua pasang calon
saat ini. Apalagi pada Pilkada putaran ke II ini hanya tinggal dua pasang calon
yang memiliki pendukung berbeda. Terlebih lagi sosok calon Gubernur petahana
Basuki Tjahaja Purnama yang beberapa saat lalu terkena kasus isu penistaan
agama tentunya isu tersebut akan menjadi keuntungan tersendiri bagi kubu
pesaing dari Basuki Tjahaja Purnama.
Selain itu sebagai petahana tentunya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
sering menjadi sorotan karena Ahok dikenal sebagai pemimpin yang keras dan
tegas yang tak segan berbicara kasar. Tak heran banyak kontoversi yang sering
menimpa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atas ucapan dan sikapnya. Seperti
ketika memarahi seorang ibu yang menanyakan Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang
sulit digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah, ketika itu justru Ahok
memarahi ibu tersebut dan menyebutnya ingin maling dana KJP anaknya.1
Kemudian isu yang lebih menarik dan menyita perhatian masyarakat yakni
ucapan Basuki Tjahaja Purnama ketika kunjungannya sebagai Gubernur ke pulau
Seribu di akhir September 2016 yang lalu untuk meninjau program pemberdayaan
budi daya kerapu. Dalam pidatonya tersebut, ia mengatakan program itu akan
tetap dilanjutkan meski dia nanti tak terpilih lagi menjadi gubernur di Pilkada
1http://megapolitan.kompas.com/KurniaSariAziza/2015/12/15/Curahan.Hati.Ibu.Pengadu.KJP.yang.Dituding
.Maling.oleh.Ahok/ diakses pada 24 Mei 2017 pukul 13.25 WIB
4
Februari 2017, sehingga warga tak harus memilihnya hanya semata-mata hanya
ingin program itu terus dilanjutkan.
"Kan bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu, nggak pilih saya karena dibohongi (orang) pakai Surat Al Maidah 51 macam-macam itu. Itu hak Bapak Ibu. Kalau Bapak Ibu merasa nggak bisa pilih karena takut masuk neraka, dibodohin, begitu, oh nggak apa-apa, karena ini panggilan pribadi Bapak Ibu."2
Setelah ucapannya tersebut Ahok di laporkan oleh sejumlah kalangan
ormas islam yakni Majelis Ulama Indonesia Sumatera Selatan melaporkan Ahok
atas tuduhan penistaan agama pada Kamis (06/10/16). Sekretaris Jenderal DPP
FPI, Habib Novel Chaidir Hasan, melaporkan Ahok atas tuduhan menghina
agama ke Bareskrim Polri. Ahok dilaporkan berdasarkan Pasal 156 a KUHP Jo
pasal 28 ayat (2) UU No 11 tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik
(ITE), dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.3
Peristiwa tersebut membuat perhatian publik tertuju kepada kasus
penistaan oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan menuai polemik di
masyarakat terlebih saat menjelang dan sesudah Pilkada DKI Jakarta 2017. Untuk
itulah media menganggap kejadian ini adalah sesuatu yang mempunyai nilai berita
yang layak disajikan kepada publik. Peran pers sebagai penyalur informasi sangat
menonjol dan utama, karena sebagian isi pers adalah informasi dalam bentuk
berita yaitu laporan tentang suatu masalah atau kejadian menarik yang
menyangkut kepentingan orang banyak.4 Setiap peristiwa tidak akan semuanya
dimuat menjadi berita tetapi perlu melalui proses seleksi yang melibatkan 2 https://www.youtube.com/watch?v=MNdJv3ZAqQE/ diakses pada 27 Mei 2017 pukul 10.15 WIB
3http://www.bbc.com/berita_indonesia/IsyanaArtharini/2016/10/161007_indonesia_ahok_lapor
an/ diakses pada 27 Mei 2017 pukul 10.48 WIB
5
berbagai pihak dan kepentingan, sehingga peristiwa antara surat kabar satu dengan
yang lainnya bisa saja berbeda. Karena ketika dilaporkan sebagai berita oleh surat
kabar tentunya berbeda kelengkapan isi, susunan, bentuk ataupun perbedan visi
misi pandangan media yang bersangkutan. Dimana Visi itu dijelaskan menjadi
kebijakan editorial dan kebijakan redaksional yang menjadi kerangka acuan surat
kabar yang bersangkutan.5
Seperti pada surat kabar Media Indonesia edisi Jumat, 21 April 2017 mengatakan demikian:
JAKARTA“Ketika jaksa bilang pasal 156a tidak bisa diterapkan, itu artinya mereka mengakui pak Ahok tidak menghina karena itu kan pasal utama yang digunakan,”ujar Humprey Djemat.
Sedangkan berita di Republika Kamis, 20 April 2017 menyatakan:
JAKARTA"Tuntutan pidana kepada Ahok sangat ringan dan mencederai keadilan masyarakat. Kita tinggal berharap kepada majelis hakim untuk berani memutus pidana penjara maksimal lima tahun dengan mengesampingkan azas ultra petita atas nama keadilan masyarakat," kata Nasrulloh.
Dari berita kedua surat kabar tersebut bisa kita lihat bahwa media massa
mengangkat berita yang menarik perhatian publik dalam hal ini kasus penistaan
agama oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang mempunyai nilai berita
sehingga media mengangkat berita tersebut. Mengingat kasus tersebut menuai
banyak perdebatan dari banyak pihak. Justru membuat media massa memberikan
perhatian lebih dengan kata lain “bad news is good news” untuk media itu sendiri.
5 Oetama, 2007. Teori Jurnalistik Pemberitaan. Jakarta : Erlangga Hal. 145.
6
Apa yang menarik perhatian pembaca haruslah terdapat dalam sebuah berita,
karena tujuan berita dalam suatu media massa adalah untuk dibaca.6
Media juga menjadi sarana utama bagi publik untuk menangkap pesan-
pesan elit politik, untuk mencerna fenomena-fenomena politik yang berkembang.7
Permasalahannya kemudian yakni bagaimana kinerja media dalam pemilu, apakah
media dapat mempertahankan independensi, netralitas, profesionalisme dan etika
media dalam penyelenggaraan pemilu, termasuk Pilkada. Munculah banyak
praduga bahwa media tidak dapat menjaga independensi dan profesionalisme
dalam meliput Pilkada. Sehingga penulis ingin mengetahui bagaimana
kecenderungan kasus yang dialami Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama apakah dikaitkan dengan Pilkada DKI Jakarta Putaran II sebelum masa
pemilihan dan sesudah masa pemilihan 19 April 2017 di Surat Kabar Media
Indonesia dan Republika periode 13 April sampai 26 April 2017.
Pemilihan surat kabar dalam penelitian ini dikarenakan surat kabar Media
Indonesia dan Republika merupakan contoh surat kabar yang menaruh perhatian
cukup besar terhadap Pemilukada DKI Jakarta. Dimana di surat kabar Media
Indonesia terdapat rubrik khusus yakni “PILKADA DKI” sedangkan di surat
kabar Republika terdapat rubrik “PEMILUKADA SERENTAK”. Selain itu
Penulis ingin melihat dan memfokuskan penelitian bagaimana kasus kontoversi
yang menjerat Basuki Tjahaja Purnama belakangan ini, apakah dikaitkan dengan
6 Assegaf, 2005. Teori Media Massa dalam Pemberitaan Surat Kabar. Bandung : Granit Hal 25.
7 Sudibyo, 2010. Media Massa, pers dan jurnalistik : Jakarta : Grafindo Hal. 7.
7
Pilkada DKI Jakarta sebelum masa pemilihan dan sesudah masa pemilihan 19
April 2017 di surat kabar Media Indonesia dan Republika periode 13 April
sampai 26 April 2017 sebagai objek kajian.
Surat Kabar Media Indonesia adalah media cetak yang dimiliki oleh Surya
Paloh yang termasuk dalam kelompok media group. Selain sebagai pemilik media
group Surya Paloh pun tercatat sebagai ketua umum partai Nasdem yang
mendukung calon gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Pilkada 2017.
Media Indonesia salah satu surat kabar yang secara intensif memberitakan Pilkada
DKI Jakarta. Sementara surat kabar Republika adalah Media Nasional yang
dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan
tersebut merupakan puncak dari perjuangan kalangan umat, khususya para
wartawan profesional muda yang telah menempuh berbagai langkah. Republika
yang terbit pada 4 Januari 1993 mampu menjadi berkah bagi umat. Sebelum itu
aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media ini
bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi umat tetapi menambahkan pluralisme
informasi dimasyarakat.8
Alasan pemilihan periode 13 April hingga 26 April 2017 karena pada
kurun waktu tersebut terdapat beberapa unsur penting pada pelaksanaan Pilkada
DKI Jakarta Putaran II. Pada Pilkada DKI Jakarta Putaran II hanya terdapat dua
pasang calon yang tentunya akan saling mencari kelemahan dari lawannya
tersebut. Dimana saat ini Gubernur petaha Basuki Tjahaja Purnama tengah
menjadi sorotan oleh publik atas kasus yang menimpanya terkait ucapannya yang
8 https://profil.merdeka.com/indonesia/Vizcardine Audinovic/republika/ diakses pada 29 Mei
2017 pukul 20.19 WIB
8
diduga menistakan agama Islam. Apakah dengan kasus yang menimpanya
tersebut akan dikaitkan dengan Pilkada DKI Jakarta Putaran II di surat kabar
Media Indonesia dan Republika Pada 13 April hingga 18 April satu minggu
sebelum pemungutan suara 19 April 2017 dan 20 April hingga 26 April 2017
setelah pemungutan suara di Pilkada DKI Jakarta Putaran II.
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis isi kuantitatif deskriptif
untuk menggambarkan kecenderungan pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama pada
Pilkada DKI Jakarta Putaran II di surat kabar Media Indonesia dan Republika
periode 13 April – 26 April 2017. Adapun kategori yang ingin diteliti oleh penulis
yaitu Tema berita, Sumber berita dan Nada berita. Penulis berharap tulisan ini
dapat memberikan penjelasan obyekif tentang kecenderungan kasus kontoversi
Basuki Tjahaja Purnama dan apakah dikaitkan sebelum dan sesudah Pilkada DKI
Jakarta putaran II 2017 di surat kabar Media Indonesia dan Republika.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada , maka rumusan masalahnya adalah :
Apakah terdapat kecenderungan berita Basuki Tjahaja Purnama sebelum
dan sesudah Pilkada DKI Jakarta Putaran II berdasarkan kategori Tema berita,
Sumber berita dan Nada berita di Surat Kabar Media Indonesia dan Republika
periode 13 April sampai 26 April 2017 ?
9
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Seberapa sering Berita Basuki Tjahaja Purnama sebelum
dan sesudah Pilkada DKI Jakarta Putaran II di Surat Kabar Media
Indonesia dan Republika periode 13 April – 26 April 2017?
2. Seberapa sering Sumber Berita Basuki Tjahaja Purnama sebelum
dan sesudah Pilkada DKI Jakarta Putaran II di Surat Kabar Media
Indonesia dan Republika periode 13 April – 26 April 2017?
3. Seberapa sering Nada Berita Basuki Tjahaja Purnama sebelum
dan sesudah Pilkada DKI Jakarta Putaran II di Surat Kabar Media
Indonesia dan Republika periode 13 April – 26 April 2017?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan
tujuan dari penelitian ini, adalah untuk :
1. Mengetahui seberapa sering Berita Basuki Tjahaja Purnama sebelum
dan sesudah Pilkada DKI Jakarta Putaran II di Surat Kabar Media
Indonesia dan Republika periode 13 April – 26 April 2017?
2. Mengetahui seberapa sering Sumber Berita Basuki Tjahaja Purnama
sebelum dan sesudah Pilkada DKI Jakarta Putaran II di Surat Kabar
Media Indonesia dan Republika periode 13 April – 26 April 2017?
10
3. Mengetahui seberapa sering Nada Berita Basuki Tjahaja Purnama
sebelum dan sesudah Pilkada DKI Jakarta Putaran II di Surat Kabar
Media Indonesia dan Republika periode 13 April – 26 April 2017?
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan setidaknya mampu memberikan kontribusi pada
bidang ilmu komunikasi. Serta diharapkan mampu memberi manfaat pada
mahasiswa ilmu komunikasi terkait teknik analisis isi pemberitaan di surat kabar
1.5.2
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bahan pemikiran kepada
pihak-pihak yang tertarik pada kegiatan jurnalistik. Seacara khusus juga memberi
masukan kepada wartawan dan pihak media massa terutama surat kabar Media
Indonesia dan Republika.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
Tinjauan ilmiah yang digunakan penulis pada perencanaan penelitian ini
dengan konsep komunikasi massa. Adapun sudut pandang tema yang diusung
oleh penulis yakni berhubungan dengan media massa dan melihat pemberitaan
Basuki Tjahaja Purnama seminggu sebelum dan sesudah Pilkada DKI Jakarta
putaran II di surat kabar Media Indonesia dan Republika.
Maka penting bagi penulis untuk menggambarkan kembali terkait
pengertian komunikasi massa menurut para ahli yang sesuai dengan penelitian ini.
Dimana menurut Effendy menuturkan, bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi
yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau
tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang
diharapkan.9
Sedangkan rumusan komunikasi yang sangat dikenal orang adalah
rumusan yang dibuat oleh Harold Lasswell. Menurut Lasswell komunikasi adalah
“who says what in which channel to whom with what effect”. Komunikasi melalui
media, disebut komunikasi massa. Komunikasi massa adalah komunikasi massa
9 Effendy, Onong Uchjana. 2005. Komunikasi teori dan praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal. 13.
12
yang menggunakan media massa, baik cetak, surat kabar, majalah, atau elektornik,
radio, televise.10
Menurut Elvinaro, Lukiati, dan Siti, komunikasi massa mempunyai
karakteristik sebagai berikut. Pertama komunikator terlembagakan, komunikasi
massa itu melibatkan lembaga atau organisasi sehingga dalam penyebaran
pesannya harus sejalan dengan kebijaksanaa lembaga atau organisasi yang
mewakilinya. Kedua, komunikan bersifat heterogen, merupakan kumpulan
anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa, keberadaanya
terpencar-pencar antara satu dan yang lainnya dan tidak saling mengenal, masing-
masing berbeda dalam hal umur, jenis kelamin, agama, ideologi, tingkat ekonomi,
pekerjaan, pengalaman, dan lain-lain. Ketiga, proses komunikasi bersifat satu
arah.11
Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak
dapat melakukan kontak langsung. Bahwa tidak terdapat arus balik dari
komunikan kepada komunikator. Keempat, media massa menimbulkan
keserempakan, komunikan menerima pesan dari komunikasi massa diterima
secara serempak. Kelima, komunikasi massa bersifat umum, pesan komunikasi
yang disampaikan melalui media adalah terbuka untuk semua orang. Keenam,
komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan, setiap komunikasi
melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi 10
Mulyana, Deddy, 2012, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya Hal. 84. 11
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal. 7.
13
antarpesonal, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya, pada komunikasi
massa, yang penting adalah unsur isi. Ketujuh, umpan balik tertunda (delayed),
komponen umpan balik atau lebih populer dengan sebutan feedback merupakan
faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektifitas komunikasi
seringkali dapat ilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. dan
terakhir, stimulus alat indera “terbatas” dalam komunikasi massa, stimulus alat
indra bergantung pada jenis media massa. Seperti pada surat kabar dan majalah,
pembaca hanya melihat.12
2.1.2 Media Massa
Agar memperjelas bagaimana klasifikasi terkait dengan komunikasi massa
dalam bentuk-bentuk medianya yang berhubungan dalam penelitian ini, maka
penting bagi penulis untuk menggambarkan langkah berikutnya yakni media
massa. Adapun pengertian media massa adalah suatu lembaga netral yang
berhubungan dengan orang banyak atau lembaga yang netral bagi semua kalangan
atau masyarakat banyak. Sering kali media massa juga diartikan sebagai penengah
antara masyarakat dan pemerintah, dan sebagainya.13
Media massa berfungsi memasok dan menyebarluaskan informasi yang
diperlukan dalam penentuan sikap, dan memfasilitasi pembentukan opini publik
12
Ibid. Hal. 8-9 13 Wiryawan, 2007. Unsur unsur berita dalam surat kabar. Jakarta : Erlangga. Hal. 56.
14
dengan menempatkan dirinya sebagai wadah independen dimana isu-isu
permasalahan umum bisa diperdebatkan.14
Isi media adalah hasil para pekerja media mengkontruksikan berbagai
realitas yang dipilihnya. Isi media pada hakekatnya merupakan hasil kontruksi
realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan, bahasa bukan saja
sebagai alat mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti
apa yang akan diciptakan oleh bangsa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media
massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan
gambaran yang di hasilkan dari realitas yang di Kontruksikannya.15 Media massa
dilihat sebagai media diskusi antara pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan
yang berbeda-beda. Mereka berusaha menonjolkan kerangka pikiran, perspektif,
konsep dan klaim interpretatif masing-masing dalam rangka memaknai obyek
wacana.16
Peranan media massa, khususnya surat kabar, dari hari ke hari makin
bertambah penting peranannya sebagai satu medium komunikasi politik.
Perkembangan dan pertumbuhan surat kabar di Indonesia, menjadi demikian
penting karena surat kabar telah dimanfaatkan dalam kehidupan politik sehari-hari
sebagai salah satu medium komunikasi politik di negara ini.17
14 Hidayat, 2007. Peran dan fungsi media massa . Yogyakarta : Granit. Hal. 32. 15 Alex Sobur. 2006. Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 88.
16 Sudibyo, 2010. Media Massa, pers dan jurnalistik : Jakarta : Grafindo. Hal. 202. 17 Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik, Penelitian Kebudayaan Ideologi,
Epsitemologi, dan Aplikasi. Sleman : Pustaka Widyatama. Hal. 22.
15
Hal tersebut juga didukung dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia ditulis begitu banyak peristiwa yang terjadi, namun tidak semuanya
dimuat. Media massa tidak mungkin menyajikan seluruh realita sosial dalam
medium yang terbatas sehingga ada proses seleksi ketika para editor sebagai
„gate keeper‟ memilih berita-berita mana saja yang akan dimuat dan yang tidak
akan dimuat. Pemilihan ini jelas sangat subyektif dan tergantung pada visi dan
misi atau ideologi yang ingin disampaikan oleh media tersebut kepada
masyarakat. Maka bisa dikatakan bahwa ketika suatu media menyeleksi
pemuatan berita, media itu telah berpihak kepada suatu nilai. 18
media massa selalu mengklaim diri sebagai “media komunikasi massa”
yang independen, namun pada akhirnya khalayak bisa mengetahui tidak ada
media massa yang netral. Khalayak bisa mengetahui hal tersebut dari tajuk,
ulasan, komentar, pojok, dan karikatur. Bahkan dari judul atau isi berita yang
disajikan oleh media massa, khalayak bisa mengetahui sikap atau mungkin pula
keberpihakan media massa.19
2.1.3 . Surat Kabar
Adapun yang ingin diteliti lebih jauh oleh penulis terkait objek penelitian
adalah salah satu jenis dari media massa cetak yakni Surat kabar. Dimana surat
kabar adalah media cetak yang diterbitkan secara berkala berupa lembaran-
18
Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi. 2006. Hal. 111. 19 Pareno, Sam Abede. 2003. Manajemen Berita, Antara Idealisme dan Realistis. Surabaya:
Penerbit Papyru. Hal. 92.
16
lembaran kertas yang relatif lebar dan tidak dijilid. Lembaran-lembaran tersebut
memuat berita atau iklan.20
Menurut F. Rachmadi surat kabar memiliki ciri utama yaitu :
1. Periodisitas. Artinya, surat kabar harus di selenggarakan secara teratur
dan terus menerus. Sebagai contoh terdapat surat kabarharian, dwi
mingguan dan mingguan.
2. Universalitas. Artinya, surat kabar memuat tentang segala aspek
kehidupan manusia; masalah politik, ekonomi, perdagangan sosial,
budaya, olahraga dan lain sebagainya. Sifat “umum” atau universalitas
surat kabar mengandung arti bahwa surat kabar mengemban
kepentingan umum atas nama masyarakat dan surat kabar ditujukan
kepada seluruh penduduk dan masyarakat.
3. Obyektifitas. Artinya, merupakan nilai etika dan moral yang harus di
pegang teguh oleh surat kabar dalam menjalankan profesi
jurnalistiknya. Setiap berita yang di suguhkan harus dapat dipercaya
dan menarik perhatian pembacanya, tidak mengganggu perasaan dan
pendapat mereka. Surat kabar yang baik harus dapat menyajikan hal-
hal faktual apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang di
sampaikan tidak menimbulkan tanda tanya.
4. Afinitas. Artinya, unsur ketergantungan yang merupakan salah satu
cara atau usaha untuk menjalin hubungan antara pihak penyelenggara
20 Wiryawan, 2007. Unsur unsur berita dalam surat kabar. Jakarta : Erlangga. Hal. 64
17
surat kabar dengan pembacanya. Surat kabar sebagian besar berisi
karya jurnalistik. Karya jurnalistik inilah yang kemudian seakan
dianggap sebagai suatu hal yang sakral karena berkaitan dengan
prinsip kebebasan menyatakan pendapat (freedom of expression).
Sedemikian kuatnya pengaruh karya jurnalistik sehingga pers dianggap
sebagai kekuatan ke-4 dalam struktur Negara.
2.1.4 Berita
Pada surat kabar sendiri pada umumnya memuat dua hal yaitu berita dan
opini, namun pada penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada isi berita di
surat kabar Media Indonesia dan Republika. Berita adalah laporan tentang fakta
atau ide yang termassa, yang dapat menarik perhatian pembaca, karena sesuatu
yang luar biasa, penting mencakup sisi human interst seperti humor, emosi dan
ketegangan.21 Semua berita harus memuat unsur akurat, objektif dan berimbang
(cover both sides) agar informasi yang disampaikan kepada khalayak benar-benar
bisa dipercaya dan di pertanggungjawabkan.
Menurut Mitchell V. Charnley, Pengertian Berita adalah laporan yang
hangat, padat, cermat mengenai suatu kejadian, bukan kejadiannya itu sendiri,
Suatu peristiwa atau pendapat baru akan menjadi berita bila dimuat,
dipublikasikan atau disebarluaskan melalui media massa periodik dan juga untuk
21 Assegaf, 2005. Teori Media Massa dalam Pemberitaan Surat Kabar. Bandung : Granit. Hal. 64-
65.
18
dapat dimuat pada media massa periodik, peristiwa dan pendapat tersebut harus
memiliki persyaratan khusus yaitu memiliki bobot atau nilai berita.22
Persyaratan agar Peristiwa dan pendapat dapat diangkat menjadi berita atau
dimuat di media massa periodik jika pertistiwa dan pendapat tersebut memiliki
bobot. Di indonesia persyaratan tersebut ditambah satu lagi yaitu aman bila
disiarkan atau setelah berita tesebut disebar luaskan, tidak akan menimbulkan
keresahan di masyarakat. Hal ini dikarenakan Pers di Indonesia memiliki juga
tanggung jawab keamanan atau securite responsibility. Charnley dan James M.
Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini,
kecenderungann situasi, kondisi, interprestasi yang penting, menarik, masih baru
dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.23
Dalam Jurnal Dewan, Persoalan penting dari Pilkada adalah bagaimana agar
media bisa menampilkan berita atau informasi mengenai kandidat secara adil dan
berimbang. Dengan liputan yang adil dan berimbang, maka masyarakat akan
mendapatkan informasi yang cukup yang akan dipakai sebagai dasar dalam
memilih kandidat. Selama periode Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran II, media
massa dalam hal ini, Media Indonesia dan Republika menyajikan pemberitaan
mengenai pelaksanan Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran II dalam konteks terbuka
dan mencakup keseluruhan pemberitaan tentang Ahok yang menjadi Pasangan
calon dalam pelaksanaan Pilkada DKI 2017 Putaran II.24
22 Sumadiria, 2005. Penilaian unit analisis berita. Jakarta : Grafindo. Hal. 66. 23
Ibid. Hal. 66-67. 24
Jurnal Dewan Pers. 2010. Hal. 6.
19
2.2 Kecenderungan Media
Dimana pada penelitian ini berusaha mencari kecenderungan berita
pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama di Pilkada DKI Jakarta putaran II dalam
media massa di surat kabar Media dan Republika. Kecenderungan media dalam
memberitakan suatu kasus yang mencerminkan konflik merupakan hal yang perlu
dihindari. Kecenderungan yang paling mendasar terhadap suatu objek adalah :
1. Perasaan mendukung (Favourable) ataupun perasaan tidak mendukung
(Unfavourable) seperti yang diungkapkan Berkowitz. Lebih spesifik lagi
adalah sikap berpihak sebagai derajat afeksi positif atau afeksi negative
terhadap objek.25
2. Dalam kegiatan jurnalistik kecenderungan atau keperpihakan media akan
tampak untuk berpihak pada kecenderungan berafeksi positif,netral dan
negative, Kecenderungan positif berarti media lebih memilih sikap
mendukung (favourable). Sedangkan sikap negative mencerminkan sikap
tidak mendukung (unfavourable).26
3. Berdasarkan gagasan jurnalisme professional dalam pemberitaan konflik,
media dituntut berada dalam situasi tengah antara pihak pihak terlibat
konflik jelasnya, media dalam menjalankan peran idealnya dalam
memberitakan konflik harus menjalankan tugas sesuai dengan pedoman
25 Rahayu. 2006. Potret Profesionalisme dan Kualitas pemberitaan Surat Kabar di Indonesia.
Pusat kajian media , Dewan Pers dan Departemen Komunikasi dan Informasi. Hal.134
26
Ibid. Hal. 134
20
professional Seperti yang diungkap Burns yaitu agar dapat menjaga sikap
objektif,berimbang, akurat dan benar sehingga dalam posisi independen.27
2.3 Analisis Isi
Adapun teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian
ini adalah analisis isi, mengingat untuk melihat lebih jauh kecenderungan
pemberitaan dalam media di surat kabar Media Indonesia dan Republika analisis
isi adalah teknik analisis data yang paling tepat untuk dilakukan.
Menurut Eriyanto dalam bukunya edisi pertama Analisis isi diartikan
sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditunjukkan untuk mengetahui
gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi yang ditujukan untuk
mengidentifikasi secara sistematis dan dilakukan secara objektif, dan reliable.28
Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.
Nanang Martono menyatakan bahwa “analisis isi dapat didefinisikan sebagai
teknik mengumpulkan dan menganalisis isi dari suatu teks. “isi” dalam hal ini
dapat berupa kata, arti, gambar, symbol, ide, tema, atau beberapa pesan yang
dapat dikomunikasikan. 29
Definisi Analisis isi :
27
Ibid. Hal. 132 28
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 15. 29 Neuman, M Lawrence. (2003). Social Research Methods (Qualitative and Quantitative
Approaches) fifth edition. USA. Hal. 76.
21
Menurut Klauss Krippendorff Analisis isi adalah suatu teknik penelitian
untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data
dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu teknik penelitian, analisis isi
mencakup prosedur- prosedur khusus pemrosesan data ilmiah. Sebagaimana
semua teknik penelitian, ia bertujuan memberikan pengetahuan, membuka
wawasan baru, menyajikan “fakta” dan panduan praktis pelaksanannya. Ia adalah
sebuah alat.30
Secara umum, analisis isi kuantitatif dapat didefinisiskan sebagai suatu
tekhnik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui suatu gambaran
karateristik isi dan menarik inferensi dari isi. Analisis isi ditujukan untuk
mengidentifikasikan secara sistimatis isi komunikasi yang tampak (manifest), dan
dilakukan secara obyektif, valid, reliabel, dan dapat direplikasi.31
Analisis isi memiliki ciri-ciri penting antara lain :
1) Objektif; Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi
secara apa adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti. Peneliti
menghilangkan bias, keberpihakan, atau kecenderungan tertentu dari peneliti.32
2) Sistematis; Riffe, Lacy dan Fico (2010) menyatakan bahwa Sistematis ini
bermakna semua tahapan dan proses penelitian telah dirumuskan secara jelas, dan
sistematis.33
30
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 15. 31
Ibid. Hal. 15. 32
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 16. 33
Ibid. Hal. 19.
22
3) Replikabel; Neuendorf (2010) menjelaskan replikabel berarti penelitian dengan
temuan tertentu dapat diulang dengan menghasilkan temuan yang sama pula.
Hasil-hasil dari analisis isi selama menggunakan bahan dan tekhnik yang sama,
harusnya juga menghaslkan temuan yang sama.34
4) Manifest; Manifest Mengemban arti bahwa suatu analisis dilakukan sesuai
dengan apa yang tertulis atau tercetak dalam media yang bersangkutan. Membaca
seperti apa adanya dan yang jelas dinyatakan secara terbuka di dalam media yang
diamati. 35
5) Summarizing; Neuendorf (2002) benjelaskan analisis isi umumnya dibuat
untuk membuat gambaran umum karateristik dari suatu isi/pesan. Analisis isi
sebaiknya tidak berpretensi untuk menyajikan secara detail satu atau beberapa
kasus isi. Analisis isi dapat di kategorikan sebagai sebagai penelitian yang bertipe
nomotetik yang ditujukan unutk membuat generalisasi dari pesan, dan bukan
penelitian jenis idiographic yang umumnya bertujuan membuat gambaran detail
dari suatu fenomena.36
6) Generalisasi Analisis isi tidak hanya juga bertujuan berpotensi untuk
melakukan perangkuman generalisasi. Ini terutama jikalau analisis isi
menggunakan sampel. Hasil dari populasi. Analisis Hasil dimaksudkan dari
34
Ibid. Hal. 21. 35
Ibid Hal. 22. 36
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 29.
23
analisis untuk tidak menggambarkan dimaksudkan menganalisis secara detail satu
demi satu kasus.37
a) Penggunaan Analisis Isi
Analisis isi banyak di pakai dalam lapangan ilmu komunikasi.
Penggunaanya pun sering dipakai untuk menganalisis isi media cetak maupun
elektronik. Diluar itu, analisis isi juga dipakai untuk mempelajari isi semua
konteks komunikasi baik komunikasi antarpribadi, kelompok, ataupun organisasi.
Asalkan terdapat dokumen yang tersedia, analisis isi dapat diterapkan.38
Menurut Holsti (1969) dalam buku Eriyanto bahwa Fokus analisis isi
digunakan untuk Menggambarkan Karakteristik pesan yaitu (menjawab
pertanyaan what,how,to where) dan menarik kesimpulan penyebab dari suatu
pesan (menjawab pertanyaan: why, what with effect).39 Menggambarkan
Karakteristik pesan yaitu dengan deskriptif dan perbandingan 4 desaign analisis
isi yang umumnya dipakai untuk menggambarkan karakteristik pesan :
1. Analisis isi digunakan untuk menggambarkan pesan dari sumber
yang sama pada waktu yang berbeda, biasanya untuk mengetahui
kecenderungan Tren dari suatu pesan komunikasi . contohnya
mengambil suatu kasus dan sumber, kemudian melihat perbedaan
pesan dari satu waktu ke waktu lain.
37
Ibid. Hal. 30. 38
Ibid. Hal. 10. 39
Ibid. Hal. 33.
24
2. Analisis isi digunakan untuk menggambarkan pesan dari sumber
yang sama, tetapi dalam konteks situasi yang berbeda . biasanya
perbandingan isi pesan antar negara atau antarbudaya .
3. Analisis isi digunakan untuk pesan dari sumber yang sama, tetapi
untuk khalayak yang berbeda misalnya perbedaan isi berita untuk
pembaca, pendengar, pendengar atau pemirsa dengan segmen anak
muda dan orangtua mengenai bentuk gaya (style).
4. Analisis isi digunakan untuk menggambarkan pesan dari
komunikator berbeda .misalnya penelitian ini ingin melihat kasus
yang sama dan bagaimana komunikator yang berbeda
menghasilkan isi (content) dari kasus yang sama atau untuk
melihat bagaimana kasus tersebut diberitakan oleh sumber/ media
yang berbeda.
b) Tahapan Penelitian Analisis Isi
Sebagai metode yang sistematis, analisis isi mengikuti proses
tertentu. Terdapat langkah strategis tahapan penelitian analisis isi,
yakni sebagai Berikut:40
1. Merumuskan Tujuan Analisis. Apa yang ingin diketahui
lewat analisis isi, hal-hal apa saja yang menjadi masalah
penelitian dan ingin di jawab lewat analisis isi.
2. Konseptualisasi dan operasionalisasi, Merumuskan konsep
penelitian dan melakukan operasionalisasi sehingga konsep
40
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 56-57.
25
bisa diukur. Misalnya, analisis isi ingin melihat objektivitas
pemberitaan. Dirumuskan dengan operasional ; cekricek,
keberimbangan.
3. Lembar Coding (Coding Sheet), Menurunkan
operasionalisasi ke dalam lembar coding. Lembar coding
memasukan hal yang ingin dilihat dan cara pengukurannya.
4. Populasi dan Sampel, Peneliti perlu merumuskan populasi
dan sampel analisis isi. Apakah populasi bisa diambil
semua (sensus). Kalau tidak menentukan teknik penarikan
sampel dan jumlah sampel yang akan dianalisis.
5. Training/pelatihan Coder dan Pengujian Validitas
Realibilitas Peneliti memberikan pelatihan kepada coder
yang akan membaca dan menilai isi. Peneliti menguji
relibilitas. Jika realibilitas belum memenuhi syarat,
dilakukan perubahan lembar coding sampai angka
realibilitas tinggi.
6. Proses Coding, Mengkode semua isi berita ke dalam lembar
coding yang telah disusun.
7. Perhitungan Reliabilitas Final Peneliti menghitung angka
reliabilitas dari hasil coding dengan rumus/formula yang
tersedia, seperti holsti, krippendorff.
8. Input Data dan Analisis Melakukan input data dari lembar
coding dan analisis data.
26
2.3.1 Tema Berita
Semua bentuk karangan ataupun tulisan pada awalnya ialah topik dan tema.
Saat topik dipilih segera muncul rumusan tema. Topik memiliki sifat yang sangat
luas. Namun hanya ada satu tema yang bersifat khas.41
Rumusan tema biasanya hanya terdiri atas satu kalimat, tidak bisa lebih. Hal
itulah yang membedakan topik dengan tema. Dalam merumuskan tema ada tiga
hal yang harus dipertimbangkan, dan itu bisa disebut sebagai syarat sebuah tema
yakni :
1. Tema harus merupakan hal yang orisinil dan khas. Artinya, bukan
merupakan tiruan atau hal yang sudah umum diketahui atau sudah
pernah ditulis orang lain.
2. Tema harus dapat dirinci atau dikembangkan sebagai suatu pemikiran
yang logis dan objektif.
3. Tema haruslah merupakan satu kesatuan pikiran atau gagasan yang
berfungsi sebagai arah atau tujuan penulisan. Tema menjadi gagasan
sentral agar penulisan bisa fokus dan tajam.
2.3.2 Sumber Berita
Sumber berita harus layak dipercaya dan menyebutkan nama sumber
tersebut. Sumber-sumber yang tidak disebutkan identitasnya merupakan isu yang
41 Sumadiria, 2005. Penilaian unit analisis berita. Jakarta : Grafindo. Hal. 109.
27
tidak bisa dipertanggung jawabkan. Menurut Errol Jonathan, berdasarkan materi
isinya, sumber berita dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar yakni:42
1. Paper trail. Bahan yang tertulis atau tercetak. Bentuknya berupa pres
release, makalah dan dokumen.
2. Electronic trail. Sumber dari perangkat elektonik semacam pengunaan
dengan mencari sumber dari internet.
3. Peopel Trail. Orang sebagai nara sumber. Narasumber erat kaitannya
dengan proses wawancara karena tujuan dari wawancara adalah untuk
mendapatkan keterangan langsung dari sumber berita yaitu keterangan
aktual dari pelaku atau saksi peristiwa, itulah yang disebut dengan
narasumber. Narasumber memiliki keberatan-keberatan untuk memberikan
informasi pada wartawan.
Narasumber dari suatu wawancara biasanya memilki latar belakang yang
tidak sama. Narasumber yang akan diwawancarai secara garis besar jika dilihat
dari kepentingan yang mereka wakili dapat dijadikan indikator penelitian yaitu :
a. Kandidat
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari Basuki Tjahaja
purnama, ataupun wakil gubernur Djarot Saiful Hidayat yang
maju kembali dalam Pilkada DKI Jakarta.
b. Pengacara
42 Sumadiria, 2005. Penilaian unit analisis berita. Jakarta : Grafindo. Hal. 95
28
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari pengacara
Basuki Tjahaja Purnama. Narasumber yang diwawancarai
adalah tim pengacara Basuki Tjahaja Purnama, partai
pendukung kandidat, pengacara atau organisasi yang bergabung
atau berafiliasi dengan kandidat.
c. Pemerintah
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari pegawai
pemerintah dari tingkat rendah sampai paling tinggi yang
mendasarkan kekuasaannya pada penguasaan administrasi,
misalnya seperti: presiden, wakil presiden, gubernur, walikota,
bupati, polisi, satpol pp dan lain-lain.
d. Penyelenggara Pemilu
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari : KPU DKI
Jakarta, Panitia Pemilihan : KPPS (Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara), PPS (Panitia Pemungutan Suara), dan
badan-badan yang berkaitan dengan kepanitiaan penyelenggara
pemilu. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Panitia Pengawas
Pemilu (Panwaslu), Panitia pengawas lapangan.
e. Partai Politik
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari pengurus parpol
pendukung Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur,
misalnya seperti: dewan pembina partai, ketua, sekretaris,
29
pengurus, juru kampanye (jurkam), serta konstituen, kader dan
simpatisan parpol.
f. Pengamat
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari para akademisi,
pengamat politik, kepala organisasi, pengamat komunikasi
politik dan lain sebagainya.
g. Lembaga/Organisasi
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari Lembaga
Swadaya Masyarakat, Lembaga Independen, Lembaga Survei,
dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pelaksanaan
Pilkada DKI Jakarta.
h. DLL.
Selain itu pihak manapun yang berbicara terkait Basuki Tjahaja Purnama
sebelum dan sesudah Pilkada DKI Jakarta Putaran II di dua surat kabar Media
Indonesia dan Republika periode 13 April – 26 April 2017.
2.3.3 Nada Berita
Perihal perspektif pemberitaan dalam jurnal Darwis Sagita mengatakan bahwa
perspektif pemberitaan dalam surat kabar antara lain adalah perspektif pro
masyarakat, perspektif netral, dan perspektif pro yang lain43.
43 Suroso. 2002. Penelitian Tindakan Kelas (Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Classroom
Action Research). Jogjakarta : Pararaton. Hal. 29.
30
1. Perspektif pro masyarakat adalah sudut pandangan dalam melihat dan
melaporkan suatu peristiwa didasari oleh nilai keyakinan, ide dan pandangan dari
masyrakat.
2. Perspektif netral adalah sudut pandang dalam melihat dan melaporkan suatu
peristiwa yang didasari oleh sikap wartawan yang akomodatif dan netral terhadap
semua pihak yang terlihat dalam wacana berita, yakni masyarakat di satu sisi dan
masyarakat di pihak lain.
3. Perpektif pro yang lain adalah sudut pandang dalam melihat dan melaporkan
suatu peristiwa yang didasari sikap wartawan yang pro dengan golongan, institusi
atau pihak tertentu.
Dimuatnya pendapat dari narasumber dapat memberikan nada dalam
pemberitaan atau kecenderungan yang bersifat positif, netral atau negative.
Pemberitaan dikatakan positif jika cenderung memberikan pujian terhadap suatu
kasus atau pemberitaan. Dikatakan negative jika pemberitaan cenderung
mengkritik sementara itu bersifat netral jika di dalam pemberitaan terdapat pujian
maupun kritikan. Tone berita dapat dilihat dari penilaian kalimat dalam berita
yang menjadikan kalimat itu positif, negative atau netral. Seperti sebagai
berikut:44
1) Berita positif yang memberikan pernyataan mendukung seperti memuji,
menyanjung, dan menyetujui.
44 Iriantara, Yosal., dan Surachman, Yani.2006. Public Relations Writing:Pendekatan Teoritis dan
Praktis. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hal. 78-79.
31
2) Berita Netral yang memberikan pernyataan seimbang atau tidak bersikap
memihak.
3) Berita Negatif yang memberikan pernyataan tidak mendukung seperti
mencela, meremehkan, dan menolak.
2.4 Ekonomi Politik Media
Untuk membahas lebih jauh hasil penelitian tentang kecenderungan
pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI Jakarta putaran II
menggunakan teknik analisis isi ini. Maka digunakanlah teori komunikasi yang
berhubungan yakni teori ekonomi politik media untuk menguatkan hasil dari tema
berita, sumber berita, dan nada berita dalam penelitian analisis isi di surat kabar
Media Indonesia dan Republika.
Sistem Media mempunyai korelasi terhadap sistem sosial politik yang
berlaku dinegara dimana media beroperasi. Kendali politik dan ekonomi selalu
menjadi faktor signifikan yang berpengaruh terhadap operasi media. Sementara
kepentingan politik dan pasar sama-sama mengedepankan, maka rakyatlah
(penonton atau konsumen media dalam hal ini) menjadi target empuk sekaligus
komoditas industri media.45
Herbert Schriller menyatakan, bahwa sebenarnya tidak hanya institusi bisnis
semata yang memengaruhi pilihan konsumen terhadap informasi dan hiburan.
Pemerintah atau kepentingan politik sebenarnya turut berpengaruh juga dalam
menentukan pilihan itu. Schriller menyatakan bahwa kekuasaan pemerintah dan
45
Subiakto, Henry dan Ida, Rachmah. 2006. Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Hal. 158.
32
institusi bisnis telah menentukan pilihan konsumen dalam industri media saat
ini.46
Tak terkecuali surat kabar Media Indonesia yang dimiliki oleh ketua umum
Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang juga mendukung Basuki Tjahaja
Purnama dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 hal ini tentu saja
memungkin pemilik media mempengaruhi apa yang akan diberitakan oleh media
yang dimilikinya. Sedangkan surat kabar Republika yang didirikan dari kalangan
komunitas muslim tentunya tak lepas untuk memberitakan pemberitaan Basuki
Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI Jakarta terlebih lagi dalam masa pemilihan
ini Ahok sedang terkena kasus atas penistaan agama yang dialaminya. Tentunya
akan menarik untuk membandingkan pemberitaan dikedua media tersebut.
2.5 Definisi Variabel Tabel 2.1
Definisi Variabel
Variabel Dimensi Indikator
Variabel 1 Tema
Berita
Tema Berita 1. Keberhasilan Basuki Tjahaja
Purnama dalam memimpin
DKI Jakarta
2. Kritik terhadap kinerja Basuki
Tjahaja Purnama dalam
memimpin DKI Jakarta
3. Kasus yang melibatkan
Basuki Tjahaja Purnama
4. Pencalonan Basuki Tjahaja
46
Subiakto, Henry dan Ida, Rachmah. 2006. Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Hal. 159.
33
Purnama dalam Pilkada DKI
Jakarta putaran II
5. Pujian Basuki Tjahaja
Purnama kepada pihak lain
Variabel 2 Sumber
Berita
Narasumber Berita 1. Basuki Tjahaja Purnama
2. Pengacara
3. Organisasi Islam
4. Ahli/Intelektual
5. Pemerintah
6. Warga/Pemilih
7. Penyelenggara/Pengawas pemilu
8. dll
Variabel 3 Nada
Berita
1. Positif
2. Netral
3. Negatif
1.Berita yang memberikan pernyataan
mendukung seperti memuji,
menyanjung, menyetujui.
2.Berita yang memberikan pernyataan
seimbang atau tidak bersikap
memihak, seperti berita yang
memberitakan dari dua narasumber
yang berlawanan bukan hanya dari
satu pihak.
3. Berita yang memberikan pernyataan
tidak mendukung seperti mencela,
meremehkan, menolak.
34
2.6 Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir merupakan suatu hal yang penting untuk memberikan
arah bagi peneliti dalam proses penelitiannya. Tujuan dibuatnya kerangka berfikir
adalah untuk menggambarkan alur proses penelitian yang dibuat secara jelas agar
memudahkan pemahaman yang membaca. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis isi untuk menjelaskan bagaimana kecenderungan pemberitaan di surat
kabar Media Indonesia dan Republika. Tahapan untuk melihat kecenderungan
pemberitaan surat kabar dengan teknik analisis isi maka dibagi dalam tiga kategori
yakni Tema berita, Sumber berita, dan Nada berita. Untuk lebih memperjelas dan
menguatkan hasil dari tiga kategori Tema berita, Sumber berita, dan Nada berita
maka digunakanlah teori ekonomi politik media. Dibawah ini merupakan
kerangka berfikir teknik analisis isi berita Basuki Tjahaja Purnama sebelum dan
sesudah Pilkada DKI Jakarta putaran II:
Gambar 2.1
Nada Berita
Berita tentang Basuki Cahya Purnama (Ahok) dalam pemilukada DKI Jakarta 2017 putaran II
Analisis isi
Kecenderungan di surat kabar Media Indonesia dan surat kabar Republika
Sumber Berita Tema Berita
Teori Ekonomi Politik Media
35
2.7 Penelitian Terdahulu
Terdapat penelitian lain sebelumnya yang dianggap relevan dan ada
keterkaitan dengan penelitian yang saat ini dilakukan oleh peneliti. Peneliti
merujuk pada dua penelitian sebelumnya yang sama-sama meneliti tentang
analisis isi berita di media massa tentang aktivitas politik, yakni kampanye
pemilukada DKI Jakarta serta satu penelitian terkait keberpihakan media massa
dalam kasus konflik partai nasdem. Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui
cara media terutama surat kabar harian memberitakan tentang perpolitikan dan
melihat posisi media dalam memberitakan salah satu pasangan calon pemimpin
DKI Jakarta tersebut.
Adapun kesimpulan dari penelitian tedahulu tersebut adalah Tingkat
obyektivitas yang dimiliki oleh koran Pos Kota masih rendah. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai obyektivitas Pos Kota yang hanya 6.9. Aspek yang perlu untuk
diperhatikan dari pemberitaan di Pos Kota adalah aspek keseimbangan berita yang
hanya mendapatkan nilai sebesar0.3.
Pasangan Fauzi Bowo dan Nacrowi Ramli cenderung “difavoritkan” oleh
surat kabar Pos Kota. Hal ini terlihat dengan seringnya pasangan ini diberitakan
pada bagian headline Pos Kota dan dicitrakan positif dalam berita. Tingkat
obyektivitas yang terdapat di koran Warta Kota juga rendah dengan mendapat
nilaii obyektivitas sebesar 6.9. Aspek yang perlu mendapatkan perhatian dari
harian Warta Kota adalah aspek keseimbangan berita. Harian Warta Kota juga
cenderung memfavoritkan pasangan Fauzi Bowo –Nachrowi Ramli.
36
Kecenderungan ini terlihat dari seringnya pasangan ini diangkat dan dicitrkan
positif dalam berita.
Bagi peneliti yang akan meneliti analisis isi berita ada baiknya meneliti
aspek-aspek lain yang lebih mendalam dari analisis isi. Seperti frekuensi berita
dan sebagainya .
Kesimpulan penelitian kedua adalah hasil analisis menggunakan
teknik Analisis Isi Berita Perseteruan Gubernur Vs DPRD DKI Jakarta di Surat
Kabar Harian Kompas Periode 1-31 Maret) dimana tujuan penelitian untuk
mengetahui kecenderungan pemberitaan dari kedua media di Surat Kabar Harian
Kompas yang dianalisis menggunakan metode analisis isi. Dari hasil analisis
menggunakan teknik analisis isi Berita disurat kabar kompas cenderung memihak
Gubernur DKI Jakarta (Ahok) dalam kasus Anggaran Siluman selama periode 1-
31 maret 2015. Dengan demikian, hipotesis H0 (Berita di surat kabar harian
kompas cenderung memihak DPRD DKI) ditolak dan H1 (Berita di surat kabar
harian kompas cenderung memihak DPRD DKI) diterima. Berarti keberpihakan
surat kabar kompas (memihak Gubernur DKI).
37
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No
ITEM Maya KusumaW
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Bram Wasni Putra
Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Devita/Yudi Perbawaningsih
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Judul OBJEKTIVITAS KORAN LOKAL DALAM LIPUTAN BERITA PEMILUKADA (Analisis Isi Berita Kampanye Pemilukada DKI Jakarta pada Surat Kabar Harian Pos Kota dan Warta Kota Periode 24 Juni –7 Juli 2012).
KEBERPIHAKAN MEDIA MASSA DALAM PENYAJIAN BERITA (Analisis Isi Berita Perseteruan Gubernur Vs DPRD DKI Jakarta di Surat Kabar Harian Kompas Periode 1-31 Maret)
Analisis pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama terkait isu penertiban PKL di Tanah Abang pada Media KOMPAS.Com dan VIVA.co.id
Tahun 2013 2015 2013
Tujuan Penelitia
n
Tujuan penelitian untuk mengetahui kecenderungan pemberitaan dari kedua media di Surat Kabar Harian Pos Kota dan Warta Kota yang dianalisis menggunakan indikator objektivitas .
Tujuan penelitian untuk mengetahui kecenderungan pemberitaan dari kedua media di Surat Kabar Harian Kompas yang dianalisis menggunakan metode analisis isi .
Tujuan penelitian untuk mengetahui keberpihakan pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama pada media KOMPAS.com dan VIVA.com
Teori Analisis isi berita Analisis isi berita Analisis isi berita
Metode/ Paradigm
Kuantitatif Eksplanatif
Kuantitatif Deskriftif
Metode Kuantitatif Deskriptif
38
a
Hasil Penelitia
n/ Kesimpul
an
Tingkat obyektivitas yang dimiliki oleh koran Pos Kota masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai obyektivitas Pos Kota yang hanya 6.9. Aspek yang perlu untuk diperhatikan dari pemberitaan di Pos Kota adalah aspek keseimbangan berita yang hanya mendapatkan nilai sebesar0.3.
Pasangan Fauzi Bowo dan Nacrowi Ramli cenderung “difavoritkan” olehsurat kabar Pos Kota.
Tingkat obyektivitas yang terdapat di koran Warta Kota juga rendah dengan mendapat nilaii obyektivitas sebesar 6.9. Aspek yang perlu mendapatkan perhatian dari harian Warta Kota adalah aspek keseimbangan berita.
Harian Warta Kota juga
Dari hasil analisis menggunakan teknik analisis isi Berita disurat kabar kompas cenderung memihak Gubernur DKI Jakarta (Ahok) dalam kasus Anggaran Siluman selama periode 1-31 maret 2015. Dengan demikian, hipotesis H0 (Berita di surat kabar harian kompas cenderung memihak DPRD DKI) ditolak dan H1 (Berita di surat kabar harian kompas cenderung memihak DPRD DKI) diterima. Berarti keberpihakan surat kabar kompas (memihak Gubernur DKI).
Dari hasil penelitian ini menyimpulkan pemberitaan dengan format straight news sebanyak 88% di Kompas.com dan 90% di VIVA.co.id sedangkan pengamatan hasil judul berita di Kompas.com sebesar 75% dan di VIVA.co.id 85%.
Hasil pengamatan judul pilihan Bahasa pada Kompas.com dan VIVA.co.id adalah formal. Di media Kompas.com sebesar 87% memiliki judul Bahasa formal dan 80% pada media VIVA.co.id.
Berdasarkan hasil narasumber di media online Kompas.com 52% menggunakan narasumber internal dan 48% menggunakan sumber internal sedangkan di media Online VIVA.co.id 30% menggunakan narasumber internal dan 70% narasumber
39
cenderung memfavoritkan pasangan Fauzi Bowo –Nachrowi Ramli. Kecenderungan ini terlihat dari seringnya pasangan ini diangkat dan dicitrkan positif dalam berita.
Bagi peneliti yang akan meneliti analisis isi berita ada baiknya meneliti aspek-aspek lain yang lebih mendalam dari analisis isi. Seperti frekuensi berita dan sebagainya .
eksternal.
Persamaan
Dalam penelitian ini terdapat per-samaannya yaitu meng-gunakan teori analisis isi dengan kasus pemilukada.
Dalam penelitian ini terdapat per-samaannya yaitu meng-gunakan teori analisis isi dengan kasus pemilukada.
Dalam penelitian ini tidak terdapat persamaan .
Perbedaan
Dalam penelitian ini memiliki per-bedaan dalam segi teori dan salah satu subjeknya.
Dalam penelitian ini memiliki per-bedaan salah satu subjeknya. Objek atau unit analisis-nya adalah indikator penelitian.
Dalam penelitian ini memiliki perbedaan dalam objek penelitian, yakni pada media Kompas.com dan VIVA.co.id .
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Menurut Rahmat Kriyanto, metode penelitian yang diaktualisasikan peneliti
yaitu dengan metode kuantitatif. Pengertian kuantitatif adalah riset yang
mengggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data
atau analisis, peneliti lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau
hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi. Pendekatan ini
dipilih untuk mengukur realitas yang ada dimasyarakat, seberapa banyak mereka
tereksposure media.47
Metode yang dipilih dalam penelitian adalah kuantitatif yang digunakan
untuk memperoleh dan menyajikan data secara maksimal dan menyeluruh sesuai
dengan teori yang dipilih dan diterapkan, sehingga data yang diperoleh dalam
penelitian bisa benar-benar mengaktulisasikan temuan.
Penelitiian ini meneliti variabel-variabel (konsep yang memiliki nilai), yang
hendak diukur, diteliti, dan digali datanya.48 Metodologi yang digunakan adalah
kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis isi. Analisis isi kuantitatif hanya
memfokuskan risetnya pada isi komunikasi yang tersurat (tampak atau manifest),
dalam hal ini untuk mengukur konsep yang dijabarkan dalam aspek-aspek tertentu
dari berita yang dilakukan analisis secara kuantitatif. Peneliti ingin mengetahui 47
Rahmat Kriyanto, 2009 Metodelogi Penelitian, Jakarta : Granit. Hal. 55. 48 Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang. PT. Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang. Hal. 141.
41
apakah ada kecenderungan pemberitaaan berita Basuki Tjahaja Purnama dalam
Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran II disurat kabar Media Indonesia dan Republika
periode 13 April- 26 April .
3.2 Ruang Lingkup / Fokus Penelitian
Max Weber menuliskan bahwa analisis isi adalah sebuah metode
penelitian dengan menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat inferensi
yang valid dari teks.49 Budd dalam Kriyantono, analisis isi adalah suatu teknik
sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk
mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari
komunikator yang dipilih.50
Wimmer dan Dominick dalam Kriyantono, tujuan analisis isi adalah:51
1. Menggambarkan isi komunikasi (describing communiaction content).
Yaitu mengungkap kecenderungan yang ada pada isi berita.
2. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testing hypotheses of
message characteristic). Sejumlah periset berusaha menghubungkan
karakteristik tertentu dari komunikator (sumber) dengan karakteristik
pesan yang dihasilkan.
3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata (comparing media content
to the “real world”). 49
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 15. 50 Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktek Riset Komunikasi. Jakarta:Kencana. Hal. 232. 51
Ibid. Hal. 234.
42
4. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di
masyarakat (assesing the image of particular groups in society).
5. Mendukung studi efek media massa (establishing s starting point for
studies of media effects).
6. Bermanfaat bagi praktisi humas. Humas bisa mengukur opini publik
dengan cara melihat bagaimana kecenderungan pemberitaan media
terhadap perusahaan.
Dari 6 poin di atas, posisi peneliti berada pada di poin pertama. Dimana
tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah menggambarkan isi berita Basuki
Tjahaja Purnama di Media Indonesia dan Republika.
Dalam konsep analisis isi ada 2 jenis konsep yakni analisis isi kuantitatif
dan analisis isi kualitatif. Perbedaan di antara kedua konsep penelitian ini adalah
pada analisis isi kuantitatif lebih memfokuskan pada isi komunikasi yang tampak
(tersurat / manifest / nyata). Sedangkan untuk menjelaskan hal – hal yang tersirat
(latent), misalnya ideologi apa yang ada di balik suatu berita, maka dilakukan riset
analisis isi kualitatif. Dalam perkembangan Ilmu Komunikasi, metode analisis isi
kualitatif berkembang menjadi beberapa varian metode, antara lain: analisis
framing, analisis wacana, dan semiotik.52 Peneliti memilih menggunakan konsep
analisis isi kuantitatif sebab peneliti hanya ingin mengetahui kecenderungan
pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama sepekan sebelum dan sesudah Pilkada DKI
Jakarta Putaran II di surat kabar Media Indonesia dan Republika.
52 Rachmat, kriyantono. 2007. Teknik Praktek Riset Komunikasi. Jakarta:Kencana. Hal. 51.
43
3.3 Teknik penelitian
Teknik penelitian ini menggunakan teknik analisis isi deskriptif, menurut
Barelseon, teknik penelitian analisis isi untuk mendeskripsikan secara obyektif,
sistematis, dan kuantitatif isi komunikasi yang tampak (manifest). Eriyanto
menjelaskan analisis isi deskriptif semata untuk deskriptif, menggambarkan
aspek-aspek dan karateristik suatu pesan.53
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional merupakan rumusan umum dari variabel yang akan di
teliti agar antara peneliti dan pembaca terjadi persepsi yang tidak salah tafsir.
Untuk membatasi permasalahan dalam penelitian ini, perlu diberikan daftar
sebagai berikut:
1. Tema Berita
Semua bentuk karangan ataupun tulisan pada awalnya ialah topik dan
tema. Saat topik dipilih segera muncul rumusan tema. Topik memiliki
sifat yang sangat luas. Namun hanya ada satu tema yang bersifat khas.54
1. Keberhasilan Basuki Tjahaja Purnama dalam memimpin DKI
Jakarta.
53
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 47. 54 Sumadiria, 2005. Penilaian unit analisis berita. Jakarta : Grafindo. Hal. 190
44
2. Kritik terhadap kinerja Basuki Tjahaja Purnama dalam
memimpin DKI Jakarta.
3. Kasus yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama.
4. Pencalonan Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI Jakarta
putaran II.
5. Dan lainnya selain tema berita di atas.
2. Sumber berita
Sumber berita adalah siapa saja yang dinilai mempunyai posisi
mengetahui atau berkompeten terhadap suatu fakta, peristiwa, atau
kejadian, gagasan, serta data atau informasi yang bernilai berita. Sumber
berita tidak terbatas dan bergantung pada konteks persoalannya.
Narasumber yang akan diwawancarai secara garis besar jika dilihat dari
kepentingan yang mereka wakili dapat dijadikan indikator penelitian
yaitu :
a. Kandidat Basuki Tjahaja Purnama
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari Calon Gubernur,
Calon Wakil Gubernur dan Tim Sukses Basuki Tjahaja Purnama.
b. Pengacara
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari pengacara
Basuki Tjahaja Purnama. Narasumber yang diwawancarai
adalah tim pengacara Basuki Tjahaja Purnama, partai
45
pendukung kandidat, pengacara atau organisasi yang bergabung
atau berafiliasi dengan kandidat.
c. Penyelenggara Pemilu
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari : KPU DKI
Jakarta, Panitia Pemilihan : KPPS (Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara), PPS (Panitia Pemungutan Suara), dan
badan-badan yang berkaitan dengan kepanitiaan penyelenggara
pemilu. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Panitia Pengawas
Pemilu (Panwaslu), Panitia pengawas lapangan.
d. Partai Politik
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari pengurus parpol
pendukung Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur,
misalnya seperti: dewan pembina partai, ketua, sekretaris,
pengurus, juru kampanye (jurkam), serta konstituen, kader dan
simpatisan parpol.
e. Pengamat
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari para akademisi,
pengamat politik, kepala organisasi, pengamat komunikasi
politik dan lain sebagainya.
f. Lembaga/Organisasi
46
Merupakan Narasumber berita yang berasal dari Lembaga
Swadaya Masyarakat, Lembaga Independen, Lembaga Survei,
dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pelaksanaan
Pilkada DKI Jakarta.
3. Nada Berita
Nada berita adalah penilaian kalimat dalam berita yang menjadikan
kalimat itu positif, negative atau netral. Tone berita dapat dilihat dari
penilaian kalimat dalam berita yang menjadikan kalimat itu positif,
negative atau netral. Seperti sebagai berikut:
1) Berita positif yang memberikan pernyataan mendukung seperti
memuji, menyanjung, dan menyetujui.
2) Berita Netral yang memberikan pernyataan seimbang atau tidak
bersikap memihak.
3) Berita Negatif yang memberikan pernyataan tidak mendukung seperti
mencela, meremehkan, dan menolak.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara
mengukur variabel. Agar dapat diukur dan diteliti, konsep harus dapat diamati
secara empiris. Proses ini disebut dengan operasionalisasi konsep. Proses
operasionalisasi konsep ini dilakukan dengan membuat definisi operasional, yakni
seperangkat prosedur yang menggambarkan usaha atau aktivitas peneliti
47
membutuhkan definisi operasional ketika fenomena tidak dapat diamati secara
langsung (Frankfort-Nachmias, 2008:21). Dalam penelitian ini, penulis menyusun
operasional variabelnya sebagai berikut :
1. Surat Kabar
Surat kabar dalam penelitian ini adalah Surat Kabar Harian Media
Indonesia dan Republika periode 13 april 2017 hingga 26 april 2017.
2. Berita
Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa yang dipilih
oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan yang dapat menarik
perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa, entah karena pentingnya
atau akibatnya, entah pula kerena ia mencakup segi-segi human interest
seperti humor, emosi, dan ketegangan.
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua anggota dari objek yang ingin kita ketahui isinya.
Karena itu, populasi harus didefinisikan secara jelas agar anggota dari populasi
dapat ditentukan secara cermat.55 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah semua berita tentang Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada 2017 putaran
II disurat kabar Media Indonesia dan Republika periode 13 April- 26 April .
Sampel adalah seluruh berita yang memuat tentang semua berita tentang Ahok
dalam pemilukada DKI Jakarta 2017 putaran II disurat kabar Media Indonesia dan
55
55
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 109.
48
Republika periode 13 April- 26 April .Sampel yang jumlahnya sebesar populasi
seringkali disebut sampel total.
Perincian dari seluruh sampel penelitian di Surat Kabar Media Indonesia adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1
NO TANGGAL JUDUL DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA
1. 13-04-2017 1. Jaksa tidak Perlu Gengsi Menuntut Bebas Basuki 2. Elektabilitas Basuki Djarot Terus Menanjak 3. Polda Sarankan tidak Bertamasya Al-Maidah
2. 14-04-2017 -
3. 15-04-2017 4. Jangan Politisasi Rumah Ibadah 5. Basuki-Djarot Luruskan Fitnah 6. Pancasila Jitu Redam Isu Sara
4. 16-04-2017 7. Basuki Puji Kinerja Sumarsono 8. Tren Basuki Djarot makin naik 9. Tamasya Al-maidah Langgar Aturan
5. 17-04-2017 10. Warga Jakarta tidak Takut Intimidasi 11. Dua Abad Kampung Mayor
6. 18-04-2017 12. RPTRA Kalijodo Jilid 2 di TB Simatupang 13. Basuki Kembali Ritual Muncul Lagi 14. Maklumat Polri Larang Mobilisasi 15. Daerah Tolak Mobilisasi Massa 16. Bagi-bagi Sembako Cederai Demokrasi
7. 19-04-2017 17. Jangan Salah Pilih 18. Polisi Gelar Operasi Cegah Massa ke Jakarta 19. Biarkan Memilih dengan Tenang
8. 20-04-2017 20. Kembali Bergandengan Tangan 21. Basuki Tetap Layani Warga 22. Jaksa Siap Bacakan Tuntutan
9. 21-04-2017 21. Basuki Tidak Perlu Jalani Hukuman 22. Anies Apresiasi Sikap Terbuka Gubernur DKI 23. Bukan Penodaan Agama 24. Jaksa Sebut Ahok tidak Nodai Agama
10. 22-04-2017 25. Petahana Terjerembat di Rawa Politik
26. Jaksa Agung Tepis Hilangkan Pasal 27. Tetap Semangat Pak Ahok We Love You 28. Bukan Penodaan Agama
11.
23-04-2017 29. Basuki Djarot Tetap Unggul di TPS 01 Gambir
49
Tabel 3.2
Perincian dari seluruh sampel penelitian di Surat Kabar Rapublika adalah sebagai
berikut :
No Tanggal Judul Berita
1. 13/04/2017 1. Ahok-Anies Saling Memaafkan 2. LBH: Video Kampanye Ahok tidak Etis 3. SMRC: Ahok-Anies Ketat
2 14/04/2017 -
3. 15/04/2017 -
4. 16/04/2017 4. Elektebilitas Paslon Bersaing ketat
5. 17/04/2017 5. Rakyat Jangan Terpecah
6. 18/04/2017 -
7. 19/04/2017 6. Kapolri Larang Pengarahan Massa 7. Siap menang Siap Kalah
8. 20/04/2017 7. Jakarta Bersatu Kembali
9. 21/04/2017 8. Rasa Keadilan Dinilai tidak terpenuhi 9. Pilkada DKI Pembuktian Umat Islam 10. Penuhi Rasa Keadilan 11. Ahok Dituntut Hukuman Percobaan 12. Anies-Ahok Rekonsiliasi
10. 22/04/2017 13. Anies Sebut Rekonsiliasi Hanya Persoalan Waktu
12. 24-04-2017 -
13. 25-04-2017 30. Politik Identitas Pilkada DKI Menular 31. Pledoi Basuki Siap Ungkap Muatan Politis
14. 26-05-2017 32. Ahok Merasa bak Nemo Kecil 33. E-budgeting Tangkal Mafia APBD
50
14. Rekonsiliasi Paska Pilkada DKI Jakarta 15. Ahok Akan Terus Lakukan Penggusuran 16. Alexis Bisa Ditutup Jika Ada Bukti
11. 23/04/2017 -
12 24/04/2017 -
13. 25/04/2017 17. Warisan Birokrat
13. 25/04/2017 18. Sidang Putusan Ahok Ditunda Dua Pekan 19. Wujudkan Rekonsiliasi
Media Indonesia edisi 13 April 2017– 26 April 2017 berjumlah 13
surat kabar dengan jumlah berita 33 item dan Republika edisi 13 April 2017 – 26
April 2017 berjumlah 13 surat kabar dengan jumlah berita 19 item. Jadi, jumlah
keseluruhan sampel adalah 26 surat kabar dengan 52 item berita dari kedua media
tersebut.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder, dimana data dalam penelitian adalah sumber utama, data primer
tersebut berupa klipping berita tentang Ahok dalam pemilukada 2017 putaran II
disurat kabar Media Indonesia dan Republika, klipping berita dikumpulkan sesuai
periode waktu yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu dari 13 April- 26 April
2017. Lalu data dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding (coding sheet)
dan dibuat berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Pengumpulan data
dilakukan dengan mencatat, menyeleksi, dan mengkode data yang diperlukan
sesuai tujuan penelitian.
51
1. Pengkodingan
Pengkodingan dilakukan untuk menjaga kepercayaan dan
obyektifitas. Untuk kebutuhan pengkodingan digunakan dua orang
mahasiswa konsentrasi Jurnalistik Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA
yakni Indra Pangestu dan Nur Hikmah Yuliastuti dengan pertimbangan
relatif lebih memahami persoalan dibandingkan dengan mahasiswa jurusan
lain. Menghindari bias pengkodingan dan tetap memiliki kredibilitas dan
objektifitas maka dilakukan uji reliabilias terhadap hasil pengkodingan
yang dilakukan peneliti. Tujuan digunakannya dua orang sebagai
pengkoder adalah untuk memperoleh kesepakatan atau tujuan bersama
sehingga diharapkan reliabilitas tinggi. (Kurniasih, 2012:26)
2. Observasi data,
Dengan melihat pemberitaan di Media Indonesia dan Republika yang
dikaji secara cermat dan teliti.
3. Dokumentasi
Mengambil gambar-gambar yang dirasa relefan dan bentuk berita
berupa isi berita, Karena objek dari penelitian ini adalah berita di surat
kabar harian, maka beberpa berita digunakan sebagai objek utama.
52
4. Studi Pustaka
Mengambil referensi yang diperlukan berdasarkan para ahli
sebelumnya dan berdasarkan penelitian sebelumnya di beberapa buku
referensi,jurnal dll .
3.7 Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Referensial dan
tematik berita tentang Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI Jakarta 2017
putaran II disurat kabar Media Indonesia dan Republika periode 13 April- 26
April. Dalam penelitian ini digunakan unit referensial, dan unit tematik.
Unit referensial didefinisikan sebagai obyek, peristiwa, orang, tindakan,
negara/ide tertentu yang dirujuk oleh sebuah ungkapan. Unit ini digunakan untuk
menganalisis kategori sumber informasi. Sedangkan unit tematik diidentifikasikan
dengan kesesuaian definisi struktural tentang isi cerita, penjelasan, dan
interprestasi. Unit ini digunakan untuk menganalisis topik berita seputar
pemilukada. Sebagaimana yang dikemukakan Jalaluddin Rakhmad bahwa isi yang
nyata berarti isi yang tersurat di mana isi koding seperti yang tersurat, bukan
seperti apa yang dirasakan orang yang melakukan analisis isi.56
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
deskriptif dengan teknik analisis isi. Sebagai teknik yang sistematis analisis isi
mengikuti suatu proses - proses tertentu dalam pengaplikasiannya. Adapun 56 Rahmat Kriyanto, 2009 Metodelogi Penelitian, Jakarta : Granit. Hal. 90.
53
langkah - langkah analisis isi deskriptif dalam penelitian sebagaimana dikutip
dalam Kriyantono ini adalah sebagai berikut: 57
1. Mendefinisikan populasi penelitian dan menentukan jumlah sampel
penelitian dengan menggunakan teknik total sampling.
2. Langkah selanjutnya yang penting dalam analisis isi ialah menentukan unit
analisis. Unit analisis adalah apa yang akan diobservasi, dicatat dan
dianggap sebagai data, memisahkan menurut batas-batasnya dan
mengidentifikasi untuk analisis berikutnya. Unit analisis penelitian ini
dibagi menjadi dua yaitu unit analisis tematik dan unit pencatatan dimana
unit pencatatan penelitian ini termasuk dalam jenis unit analisis sintaksis.
3. Menentukan dan menggunakan penilai tambahan dari dua mahasiswa
Jurnalistik angkatan 2013 yang juga aktif dalam kegiatan Pers di Kampus
(intercoder) untuk mengurangi bias dan subjektifitas peneliti dalam analisis
penelitian.
4. Mencatat frekuensi kemunculan unit analisiss tematik yang sudah
ditetapkan dalam kategori berdasarkan tema berita, sumber berita, nada
berita yang sudah ditetapkan dalam definisi operasional. Pencatatan ini
dilakukan dua coder yakni Indra Pangestu dan Nur Hikmah Yuliastuti
mahasiswa Jurnalistik Untirta angkatan 2013 dengan menggunakan lembar
koding (coding sheet) yang dibuat berdasarkan kategori dan indikator yang
sudah ditetapkan dalam definisi operasional.
57 Ibid. Hal. 92.
54
5. Setelah mengkode semua isi berita ke dalam lembar coding yang telah
disusun peneliti lalu menghitung reliabilitas dari hasil coding.
6. Tahap selanjutnya adalah menggunakan tabel distribusi frekuensi. Salah
satu cara yang sering dipakai dalam analisis data adalah frekuensi distribusi
relatif, dimana data dibagi dalam beberapa kelompok dan dinyatakan atau
diukur dalam presentase. Dari setiap tabel diberikan penjelasan dalam
bentuk uraian yang disusun sistematis. Kegunaan dari distribusi frekuensi
adalah membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi
dari data penelitian. Data hasil penelitian ini akan diolah secara statistik
deskriptif kuantitatif. Teknik analisis untuk pengukuran digunakan
berdasarkan pendekatan kuantitatif dilihat dari frekuensi absolut akan
jumlah persentase kejadian dari variabel yang akan ditampilkan dalam
angka.
7. Interpretasi data hasil penelitian. Membandingkan hasil tabel frekuensi
distribusi dibandingkan dengan dasar teori yang dijadikan acuan dalam
penelitian. Kegiatan ini berusaha mencari makna lebih luas dari hasil data
yang telah dikumpulkan untuk nantinya akan diambil suatu kesimpulan
akhir dari penelitian.
8. Penarikan kesimpulan dari hasil analisis peneliti dengan intercoder.
55
3.8.1 Uji Validitas
Ada berbagai macam jenis validitas dalam analisis isi. Antara lain adalah
validitas yang berorientasi pada data (data oriented), validitas yang berorientasi
pada hasil (product oriented), dan validitas yang berorientasi pada proses
(process oriented). Melihat tujuan dari penelitian ini, maka validitas yang
digunakan adalah validitas yang berorientasi pada data (data oriented). Validitas
ini menilai seberapa baik alat ukur merepresentasikan informasi yang melekat di
dalam dan berasosiasi dengan data yang tersedia. Jenis validitas yang termasuk
dalam kategori ini adalah validitas muka, yakni sejauh mana alat ukur benar –
benar mengukur apa yang ingin diukur. (Eriyanto, 2011: 260). Dalam validitas
muka ada dua cara yang digunakan. Namun peneliti meggunakan salah satu cara
yang ada yaitu menguji alat ukur yang dipakai kepada panel ahli / expert. Peneliti
meminta expert untuk mengevaluasi alat ukur, apakah alat ukur telah sesuai atau
tidak. Peneliti memilih expert dari dosen Jurnalistik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa yakni Darwis Sagita, M.I.Kom Alasannya karena analisis isi tentunya
dikuasai oleh orang yang memiliki background dari bidang jurnalistik / media
adalah orang yang cocok sebagai expert untuk mengecek alat ukur yang dalam
hal ini adalah 16 indikator yang sudah dipetakan di bagian unit analisis apakah
valid atau bisa digunakan atau tidak.
3.8.2 Reliabilitas Coding
Desain reliabilitas menurut Krippendorf dalam Eriyanto terbagi menjadi
tiga jenis reliabilitas, yakni stabilitas, reproduksibilitas, dan akurasi. Ketiga jenis
reliabilitas ini berbeda dalam hal prosedur pengukurannya, dan di dalam
56
penelitian ini, penulis hanya menggunakan jenis akurasi reliabilitas antar coder
dengan menggunakan formula Holsti. 58
Dalam formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah
0,70 atau 70%. Artinya, kalau hasil perhitungan menunjukan angka reliabilitas di
atas 0,70 berarti alat ukur ini bemar-benar reliabel. Tetapi, jika di bawah angka
0,70 berarti alat ukur (coding sheet) bukan alat yang reliabel. Sama dengan
presentase persetujuan, reliabilitas Holsti juga harus dipakai untuk semua kategori
yang digunakan. Hasil dalam reliabilitas dari masing-masing kategori ini
ditampilkan dalam laporan. Adapun rumus Holsti adalah sebagai berikut : 59
CR = 2(M)
N1+N2
Keterangan :
CR : Coefisien Reliability
M : Jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing
coder)
N1 : Jumlah coding yang dibuat oleh coder 1
N2 : jumlah coding yang dibuat oleh coder 2
58
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 284. 59
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 290.
57
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh dua hakim coder untuk menguji
reliabilitas. Pengkodingan dalam penelitian ini dilakukan oleh dua orang yang
mempunyai suatu kesepahaman dan pengetahuan cukup terkait dengan topik
penelitian. Setelah proses pengkodingan, data yang diperoleh akan diolah secara
kuantitaif dan disusun ke dalam tabel sesuai dengan unit analisis dan kategori
yang sudah ditentukan untuk mempermudah dan mempercepat analisis data.
Peneliti kemudian melakukan prosentase. Hasilnya akan diuraikan secara
deskriptif.
3.9 Waktu Penelitian
Tabel 3.3
Waktu dan Rincian dalam penelitian
No Nama Kegiatan Maret April-Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
a. BAB I- III
Penyusunan
Proposal
Penelitian
c. Presentasi
Proposal
Penelitian
2. Penelitian
a. BAB IV
Pengumpulan
data
58
b. Analisis data
dan
Pembahasan
c. BAB V
kesimpulan
d. Sidang
SKRIPSI
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Riwayat Singkat Harian Umum Media Indonesia
Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 Januari 1970.
Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4
halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di JL. MT. Haryono, Jakarta,
disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan
Media Indoensia adalah Yayasan Warta Indonesia. Tahun 1976, surat kabar ini
kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi
di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (surat
Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Peneribitan Pers) Karena perubahan
ini penerbitan dibandingkan pada realitas bahwa bahwa pers tidak semata
menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha.
4.1.2 Visi dan Misi 3.1 Visi Media Indonesia
Menjadi surat kabar Independen yang Inovatif, Lugas, Terpercaya,
dan paling berpengaruh. Visi ini akandicapai dengan:
1. Independen, yaitu menjaga sikap non partisipan; di mana
karyawan tidak menjadi pengurus partai politik; menolak segala
bentuk pemberian yang dapat mempengaruhi objektivitas; dan
mempunyai keberanian bersikap beda.
60
2. Inovatif, yaitu terus menerus menyempurnakan dan
mengembangkan kemampuan teknologi dan Sumber Daya
serta secara terus meneru mengembangkan rubrik, halaman dan
penyempurnaan perwajahan.
3. Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dan langsung.
4. Terpercaya, yaitu selalu melakukan check dan recheck; meliputi
berita dari dua pihak dan seimbang; serta selalu melakukan
investigasi dan pendalaman.
5. Paling berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan;
memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi pengambil
keputusan; mampu membangun kemampuan antisipatif; mampu
membangun network narasumber; dan memiliki pemasaran atau
distribusi yang andal.
3.2 Misi Media Indonesia
1. Menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional
serta berpengaruh bagi pengambil keputusan.
2. Mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar.
3. Membangun sumber daya manusia dan manajemen yang
profesional dan unggul.
(Apriyanto,2011:65-66)
61
4.1.3 Struktur Pengurus Pendiri : Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi (Alm)
DirekturUtama : Lestari Moerdjat
DirekturPemberitaan/ : Usman Kusang
Penanggung Jawab
Deputi Direktur Pemberitaan : Gaudensius Suhardi
Direktur Pengembangan Bisnis : Shanty Nurpatria
Direktur Keuangan/Administrasi : Firdaus Dayat
Dewan Redaksi Media Group : Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat,
Elman Saragih, Gaudensius Suhardi,
Lauren Tato, Lestari Moerdijat, Rahni
Lowhur Schad, Saur Hutabarat (Ketua),
Suryopratomo, Usman Kansong
Redaktur Senior : Djadjat Sudradjat, Elman Saragih
Kepala Divisi Pemberitaan : Teguh Nirwahyudi
Kepala Divisi Content Enrichment : Ade Alawi
Kepala Divisi Artistik & Foto : Hariyanto
Asisten Kepala Divisi Pemberitaan : Haryo Prasetyo, Jaka Budisantosa,
Mochamad Anwar Surahman, Ono
Sarwono, Rosmery C. Sihombing, Sabam
Sinaga, Victor JP Nababan
Kepala Sekretariat Redaksi : Sadyo Kristiarto
Redaktur : Adiyanto, Agus Mulyawan, Agus
Triwibowo, Agus Wahyu Kristianto,
Ahmad Punto, Anton Kustedja, Aries
Wijaksena,
62
Basuki Eka P, Bintang Krisanti, Cri Qanon
Ria Dewi, Denny Parsaulian Sinaga, Eko
Rahmawanto, Eko Suprihatno, Henri
Salomo, Ida Farida, Iis Zatnika, Irana
Shalindra, M. Soleh, Mathias S. Brahmana.
4.2 Gambaran Umum Surat Kabar Republika
4.2.1 Riwayat Singkat Harian Umum Republika
Republika lahir pada tanggal 5 Desember 1990 di Jakarta, searah dengan
tujuan dan program Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ( ICMI ). Namun baru
tiga tahun kemudian yaitu tanggal 4 Januari 1993. Republika mulai diterbitkan.
Harian umum Republika diterbitkan atas kehendak masyarakat yang diharapkan
mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan beriman. Yakni bangsa yang
mampu dan sederajat dengan bangsa maju lainya serta memegang nilai
spiritualitas sebagai wujud Pancasila dan filsafat bangsa serta memiliki gerak yang
sesuai dengan UUD 1945.
Adapun salah satu program ICMI adalah ikut mencerdaskan kehidupan
kebangsaan melalui program peningkatan 5 K yaitu : kualitas, iman, kualitas
hidup, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas pikir.
Untuk mewujudkan dan program ICMI maka tokoh masyarakat beserta
pemerintah yang memiliki kepedulian dan komitmen untuk berpartisipasi dalam
63
pembangunan masyarakat Indonesia yang beragam membentuk yayasan Abdi
Bangsa pada tanggal 17 Agustus 1992.
Yayasan Abdi Bangsa merupakan yayasan yang didirikan oleh berbagai
elemen bangsa yang diantaranya adalah para pejabat negara, tokoh cindekiawan
dan tokoh masyarakat. Pendiri yayasan Abdi Bangsa terdiri dari 48 orang,
diantaranya adalah Ir. Ginanjar Kartasasamita, H. Harmoko, Muhammad Hasan,
Abu Rizal Bakri dll. Pelindung Yayasan adalah H. Muhammad Soeharto, mantan
Presiden RI yang kedua, sedangkan Prof. Dr. Ign. B. J. Habiebie sebagai Pembina
Yayasan Abdi Bangsa. Program utama yayasan Abdi Bangsa adalah sebagai
berikut:
A. Pengembangan Islamic Center
B. Pengembangan CIDES ( Center for Information and Development)
C. Penerbitan Harian Umum Republika
Pada tanggal 4 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan
penerbitan PT. Abdi Bangsa dan kemudian memperoleh Surat Ijin Usaha
Penerbitan Pers ( SIUP) pada tanggal 19 Desember 1992 dengan nomor
283/SK/MENPEN/SIUPP/A7/1992.
Nama Republika awalnya merupakan ide dari Presiden Soeharto yang
dicetuskan pada saat pengurus ICMI pusat menghadap untuk menyampaikan
rencana peluncuran harian umum tersebut. Pada mulanya Koran tersebut akan
diberi nama “ Republik”. Namun nama Republika dirasa lebih cocok sehingga
usulan dari Presiden Soeharto pun diterima.
64
Harian Umum Republika berada di bawah PT. Abadi Bangsa yang
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha penerbitan dan pers.
Pengelola perseroan dilakukan oleh direksi dibawah komisaris. Sedangkan usaha
yang dilakukan PT. Abadi Bangsa adalah menggalang dana untuk pengembangan
usahaya dengan menjual saham kepada masyarakat.
4.2.2 Perkembangan Republika
Republika merupakan harian yang usianya masih tergolong muda. Namun
Republika telah berhasil mengembangkan dirinya sehingga sejajar dengan Koran
lain yang usianya lebih tua. Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh hari dari
terbitan edisi perdananya Republika telah mencapai Olah 100.000 eksemplar. Hal
tersebut tentu sangat mengejudkan mengingat perencanaan awal hanyalah sekitar
40.000 eksemplar pada semester pertama tahun 1993.
Meskipun usianya masih tergolong muda, namun distribusi Republika
sampai seluruh pelosok Indonesia. Oplah terbesar adalah kawasan Jakarta dan
Jawa Barat, masing-maing sebesar 50,31% dan 17.30% dan sisanya tersebar di
daerah lain.
Kemajuan yang sangat mengejudkan juga dapat dilihat dari penghasilan
iklan terutama iklan besar yang banyak dipasang di harian umum ini.,disamping
iklan mini lainya.
Kemajuan yang dicapai Republika dikarenakan banyaknya penyempurnaan
yang dilakukan. Berbagai penyempurnaan ditempuh antara lain baik dari segi
desain penampilan maupun dalam bidang produksi. Dalam bidang produksi,
65
Republika berhasil meraih penghargaan bergengsi yaitu predikat perwajahan
Koran terbaik pada tahun 1993 dalam lomba perwajahan media yang
diselenggarakan Serikat Grafika Pers. Selain mengutamakan desain penampilan,
Republika juga sangat memperhatikan muatan isi beritanya. Untuk memperluas
dan menambah langganannya Republika menggunakan jaringan Republika
Onlinenya. Bahkan saat itu Republika merupakan Koran pertama yang masuk
jaringan internet, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1995. Republika juga
menyediakan sarana IMN Indonesia Media Network yang menyajikan analisis
peristiwa actual dalam bahasa Inggris untuk konsumsi masyarakat internasional
yang diresmikan pada tanggal 7 Desember 1995 oleh Presiden Soeharto.
Sebagai tanggung jawab sosial kepada masyarakat luas khususnya pada
kaum dhuafa, juga sekaligus ikut serta mensukseskan program pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan , pada bulan Juli 1993, Republika membuka program”
Dompet Dhuafa”. Program ini berfungsi untuk menghimpun, mengelola,dan
menyalurkan zakat para pembacanya. Langkah-langkah tersebut dilakukan
Republika sebagi upaya pemenuhan tuntutan masyarakat dan peningkatan kualitas
muatan beritanya tanpa meninggalkan rasa tanggung jawab sosialnya kepada
masyarakat luas.
4.2.3. Visi, Misi Dan Kebijakan Redaksi Republika 3.1.Visi Republika
Menjadikan harian umum Republika sebagai koran umat yang terpercaya dan
mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas, dan
66
profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan
bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman Rahmatan Lil
Alamin yaitu Rahmat bagi semua makhluk didunia.
3.2 Misi Republika :
• Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen yang efisien dan
efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan secara profesional.
• Menciptakan budaya kerja yang sehat dan transparan.
• Meningkatkan kinerja dengan menciptakan sistem manajemen yang
kondusif dan profesional.
• Meningkatkan penjualan iklan dan koran, sementara menekan biaya
operasional (antara lain dengan memiliki mesin cetak).
• Memprioritaskan pengembangan pemasaran surat kabar Republika di
jabodetabek, tanpa harus mematikan di daerah yang sudah ada.
• Merajut tali persaudaraan dengan organisasi-organisasi Islam di Indonesia
Republika menampilkan Islam sebagai satu kesatuan. Bingkai
Republika yang menonjolkan aspek agama karena harian ini mengusung
ideologi keislaman. Harian Republika lebih memilih bermain “aman”
dengan menghindari sesuatu yang kontradiktif. Karena ideologinya
berencana merangkul semua kelompok Islam, Republika tidak
membedakan islam radikal-konservatif, moderat, dan liberal.
67
4.2.4 Kebijakan Redaksi Republika
Sebuah Surat kabar adalah lembaga yang mengembangkan idealisme dan
bisnis. Republika sejak sebelum kelahirannya telah dicanangkan menjadi sarana
untuk menyalurkan aspirasi sebagian besar rakyat Indonesia yang belum terwujud
secara proporsional dalam percaturan nasional. Baik dibidang politik, ekonomi,
sosial maupun budaya dan berpihak pada mereka.
Keberpihakan Republika diterjemahkan dalam kebijakan pemberitaanya.
Dengan memberi tempat luas bagi pemberitaan yang menyangkut dan membela
kepentingan masyarakat luas baik dalam bentuk berita, tajuk rencana, opini
maupun komentar.
Republika tidak menggunakan istilah The Watch dog of government,
melainkan the watch dog of environment yaitu penjaga lingkungan sosial karena
penyalahgunaan kekuasaan bukan monopoli pemerintah belaka, tetapi siapa saja
dan terjadi bila lingkungan sosial mendukung.
Republika sebagai Koran yang dilahirkan oleh orang-orang yang berpegang
teguh pada keimanan dan ketakwaan dan berbekal pada ilmu pengetahuan dan
kebenaran. Selain itu Republika juaga melaksanakan prophetic journalism
(jurnalis profetis) yaitu menyebarkan dengan cara memberi informasi yang dapat
mencerdaskan dan mencerahkan masyarakat.
SUSUNAN PENGURUS HARIAN REPUBLIKA
CEO Republika : Mira R Djarot
68
Direksi Operasional : Arys Hilman Nugraha
GM Marketing & Sales : Yulianingsih Samin
Pimpinanan Redaksi : Irfan Junaidi
Wakil Pimpinanan Redaksi : Nur Hasan Murtiaji
Redaktur Pelaksana ROL : Maman Sudiaman
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.3.1 Uji Validitas Uji validitas berfungsi untuk menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrument. Instrumen yang valid memiliki nilai validitas yang tinggi. Instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, tinggi rendahnya
instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul itu valid. Hasil
Analisa validitas dalam penelitian ini yang dilakukan oleh expert dari dosen
Jurnalistik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yakni Darwis Sagita, S.Ikom,
M,I.Kom. Alasannya karena analisis isi tentunya dikuasai oleh orang yang
memiliki background dari bidang jurnalistik / media adalah orang yang cocok
sebagai expert untuk mengecek alat ukur yang dalam hal ini adalah 16 indikator
yang sudah dipetakan di bagian unit analisis dinyatakan valid dan dapat
dilanjutkan untuk analisis selanjutnya.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji tingkat keandalan data dari
setiap instrumen penelitian, sehingga dalam menentukan andal atau tidaknya
suatu instrumen penelitian maka dapat dilihat dari nilai cronbach’s alpha .
69
Dalam formula Holsti (Eriyanto, 2011: 290), angka reliabilitas minimum yang
ditoleransi adalah 0,70 atau 70%. Artinya, kalau hasil perhitungan menunjukan
angka reliabilitas di atas 0,70 berarti alat ukur ini bemar-benar reliabel. Tetapi,
jika di bawah angka 0,70 berarti alat ukur (coding sheet) bukan alat yang
reliabel.Oleh karena itulah akan disajikan hasil uji reliabilitas dari setiap
instrument penelitian yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Table 4.1 Rangkuman Uji Reliabilitas
No Variabel Nila Alpha Nilai Batas
Status
Media Indonesia
1. Media Indonesia Tema Berita
2(27)/33+33 = 0.81 0.7 Reliabel
2. Sumber Berita Media Indonesia
2(26)/33+33 = 0.78 0.7 Reliabel
3. Nada Berita Media Indonesia
2(27)/33+33 = 0.81 0.7 Reliabel
Republika
4. Tema Berita Republika
2(17)/19+19 = 0.89 0.7 Reliabel
5. Sumber Berita Republika
2(18)/19+19 = 0.94 0.7 Reliabel
6. Nada Berita Republika
2(16)/19+19 = 0.84 0.7 Reliabel
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3.2 hasil uji reliabilitas dengan jumlah 2 coder, maka
dapat disimpulkan bahwa semua item dalam penelitian ini dapat dikatakan andal
(reliabel) sebab memiliki nilai cronbach’s alpha yang di atas dari 0,70. Maka
bila melihat uji validitas dan reliabilitas tersebut, secara keseluruhan butir butir
pernyataan dari tiap-tiap variabel dapat digunakan .
70
4.4.1 Hasil Data Tema Berita
Hasil analisis data penilaian tema berita terhadap masing masing pemberitaan
tentang Ahok dikaitkan dengan pilkada. Evaluasi atau penilaian haruslah fokus
pada empat indikator tema sebagai berikut : (1) Keberhasilan Basuki Thadja
Purnama dalam Memimpin DKI Jakarta, (2) Kritik Terhadap Kinerja Basuki
Thadja Purnama (3) Kasus yang melibatkan Basuki Thadja Purnama (4)
Pencalonan Basuki Thadja Purnama dalam pilkada DKI Jakarta Putaran II (5) Dan
Pujian Basuki Terhadap kinerja pihak Lain. Dari kelima fokus tema tersebut
penulis menggunakan perhitungan manual, dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.4.1
Frekuensi Tema Berita Basuki Tjahaja Purnama seminggu sebelum Pilkada
putaran II periode 13-26 April 2017 di Surat Kabar Harian Media Indonesia
dan Republika .
No
Tema Berita
Seminggu
Sebelum
Pilkada
Media
Indonesia
Frekuensi
P(%)
Republika
Frekuensi
P(%)
1 Keberhasilan 5 29.4% 0 0%
2 Kritik 0 0 2 25%
3 Kasus 6 35.2% 4 50%
4 Pilkada 4 23.6% 2 25%
71
5. Pujian Basuki
Terhadap
kinerja pihak
Lain
2 11.8% 0 0
Jumlah berita 17 100% 8 100%
Dari tabel tersebut bisa dilihat bahwa harian Media Indonesia ketika
dianalisis dengan tema berita terlihat berbeda dengan surat kabar Republika.
Dimana pada surat kabar Media Indonesia tema berita seminggu sebelum Pilkada
putaran II tema berita mengenai keberhasilan Basuki Tjahaja Purnama dalam
memimpin Jakarta sebesar 29,4% dari 5 berita, kasus yang dialami Basuki Tjahaja
Purnama sebesar 35,2% dengan 6 berita, pencalonan Basuki Tjahaja Purnama
dalam Pilkada DKI sebesar 24,6% dengan 4 berita, dan tema Pujian Basuki
Terhadap kinerja Orang Lain sebesar 11,8% dengan 2 berita. Sedangkan di surat
kabar Republika terkait tema berita seminggu sebelum Pilkada putaran II tema
berita mengenai kritikan terhadap kinerja Ahok dalam memimpin DKI Jakarata
sebesar 25% dengan 2 berita, kasus yang dialami Basuki Tjahaja Purnama sebesar
50% dengan 4 berita, pencalonan Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI
sebesar 25% dengan 2 berita.
Dari penjelasan kecenderungan tema berita seminggu sebelum Pilkada
DKI Jakarta putaran II diatas, dapat dikatakan bahwa surat kabar Media Indonesia
melihat dari kasus yang menimpa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dari persepsi
bahwa Ahok tidak bersalah dalam kasus penistaan agama dan hanya menjadi
72
korban dalam kepentingan politik Pilkada DKI Jakarta. Tanpa banyak membahas
kesalahan yang dilakukannya terkait kasus penistaan agama tersebut. Selain itu
Media Indonesia juga memfokuskan pemberitaan terkait keberhasilan Basuki
Tjahaja Purnama dalam memimpin DKI Jakarta.
Sedangkan pada surat kabar Republika pun banyak membahas mengenai
kasus yang menimpa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama namun dari persepsi
lebih cenderung terhadap kesalahan yang dilakukan terkait kasus penistaan agama
dalam masa persidangan.
Tabel 4.4.2
Frekuensi Tema Berita Basuki Tjahaja Purnama seminggu setelah Pilkada
putaran II periode 13-26 April 2017 di Surat Kabar Harian Media Indonesia
dan Republika .
No
Tema Berita
Seminggu
Setelah
Pilkada
Media
Indonesia
Frekuensi
P(%)
Republika
Frekuensi
P(%)
1 Keberhasilan 3 30% 0 0
2 Kritik 0 0 2 22.2%
3 Kasus 5 50% 4 44.4%
4 Pilkada 2 20% 3 33.4%
JUMLAH
Berita
10 100% 9 100%
73
Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa harian Media Indonesia ketika dianalisis
dengan tema berita terlihat berbeda dengan surat kabar Republika. Dimana pada
surat kabar Media Indonesia tema berita seminggu setelah Pilkada putaran II
tema berita mengenai keberhasilan Basuki Tjahaja Purnama dalam memimpin
Jakarta sebesar 30% dari 3 berita, kasus yang dialami Basuki Tjahaja Purnama
sebesar 50% dengan 5 berita, pencalonan Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada
DKI sebesar 20% dengan 2 berita. Sedangkan di surat kabar Republika terkait
tema berita seminggu sebelum Pilkada putaran II tema berita mengenai kritikan
terhadap kinerja Ahok dalam memimpin DKI Jakarata sebesar 22,2% dengan 2
berita, kasus yang dialami Basuki Tjahaja Purnama sebesar 44,4% dengan 4
berita, pencalonan Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI sebesar 33,4%
dengan 3 berita.
Dari penjelasan kecenderungan tema berita seminggu setelah Pilkada DKI
Jakarta putaran II diatas, dapat dikatakan bahwa surat kabar Media Indonesia
masih mengangkat tema berita setelah pemilihan Gubernur putaran II dari kasus
yang menimpa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dari persepsi bahwa Ahok tidak
bersalah dalam kasus penistaan agama dan hanya menjadi korban dalam
kepentingan politik Pilkada DKI Jakarta. Tanpa banyak membahas kesalahan
yang dilakukannya terkait kasus penistaan agama tersebut. Selain itu Media
Indonesia juga memfokuskan pemberitaan terkait keberhasilan Basuki Tjahaja
Purnama dalam memimpin DKI Jakarta.
Sedangkan pada surat kabar Republika masih tetap membahas mengenai
kasus yang menimpa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama namun dari persepsi
74
lebih cenderung terhadap kesalahan yang dilakukan terkait kasus penistaan agama
dalam masa persidangan.
4.4.2 Hasil Data Sumber Berita
Analisis data dengan instrument sumber berita menggunakan perhitungan manual
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.4.3
Frekuensi Sumber Berita Basuki Tjahaja Purnama seminggu sebelum
Pilkada putaran II periode 13-26 April 2017 di Surat Kabar Harian Media
Indonesia dan Republika .
No Sumber
Berita
Sebelum
Pilkada
Putaran II
Media
Indonesia
Frekuensi
P(%)
Republika
Frekuensi
P(%)
1 Basuki Tjahaja
Purnama
7 17.9% 3 16.6%
2 Pengacara 5 12.8% 1 5.5%
3 Organisasi
Islam
4 10.2% 4 22.2%
4 Ahli/Intelektua
l
4 10.2% 3 16.6%
5 Pemerintah 9 23.1% 4 22.2%
6 Warga/Pemilih 5 12.8% 0 0
7 Penyelenggara/
Pengawas
5 12.8% 3 16.6%
75
Pemilu
8 Lainnya 0 0 0 0%
Jumlah
Sumber Berita
39 100% 18 100%
Dari data tersebut bisa dilihat bahwa Media Indonesia dan Republika
memiliki presentase yang berbeda terkait sumber berita pemberitaan Basuki
Tjahaja Purnama seminggu sebelum Pilkada putaran II. Media Indonesia lebih
banyak memperoleh sumber berita dari Pemerintah, Kandidat dan tim kampanye.
Kandidat disini adalah Ahok sebagai sumber berita dengan pemberitaan sebesar
15.4%, Pengacara 15,4%, Organisasi Islam 10,2%, Ahli/Intelektual 10,2%,
Pemerintah, 23,1%, Warga/pemilih 12,8%, Penyelenggara/pengawas pemilu
12,8%. Sedangkan Republika lebih banyak memperoleh sumber berita dari
Organisasi Islam dan Pemerintah. Sumber berita yang berasal dari kandidat
16,6%, Tim kampanye/partai pendukung 5,5%, Organisasi Islam 22,2%,
Ahli/Intelektual 16,6%, Pemerintah, 22,2%, Penyelenggara/pengawas pemilu
16,6%.
76
Tabel 4.4.4
Frekuensi Sumber Berita Basuki Tjahaja Purnama seminggu setelah
Pilkada putaran II periode 13-26 April 2017 di Surat Kabar Harian Media
Indonesia dan Republika .
No Sumber Berita
Sebelum
Pilkada
Putaran II
Media
Indonesia
Frekuensi
P(%)
Republika
Frekuensi
P(%)
1 Basuki Tjahaja
Purnama
7 25% 3 15%
2 Pengacara 5 17.8% 2 10%
3 Organisasi Islam 2 7.1% 5 25%
4 Ahli/Intelektual 6 21.4% 2 10%
5 Pemerintah 2 7.1% 4 20%
6 Warga/Pemilih 4 14.3% 1 5%
7 Penyelenggara/P
engawas Pemilu
0 0 0 0
8 Lainnya 2 7.1% 3 15%
Jumlah Sumber
Berita
28 100% 20 100%
Sumber: hasil koding peneliti
77
Dari data tersebut bisa dilihat bahwa Media Indonesia dan Republika
memiliki presentase yang berbeda terkait sumber berita pemberitaan Basuki
Tjahaja Purnama seminggu sesudah Pilkada putaran II. Media Indonesia lebih
banyak memperoleh sumber berita dari Kandidat dan Ahli/Intelektual. Kandidat
disini adalah Ahok sebagai sumber berita dengan pemberitaan sebesar 25%,
Pengacara 17,8%, Organisasi/kelompok 7,1%, Ahli/Intelektual 21,4%,
Pemerintah, 7,1%, Warga/pemilih 14,3%, dan sumber berita yang lainnya selain
kategori diatas yakni 7,1%. Sedangkan Republika lebih banyak memperoleh
sumber berita dari Organisasi/kelompok, kandidat dan Pemerintah. Sumber berita
yang berasal dari kandidat 20%, Tim kampanye/partai pendukung 10%,
Organisasi Islam 25%, Ahli/Intelektual 10%, Pemerintah, 20%, Warga/pemilih
5%, dan sumber berita yang lainnya selain kategori diatas yakni 15%.
4.4.3 Hasil Data Nada Berita Hasil analisis data penilaian bersifat positif atau negative terhadap masing masing
pemberitaan tentang Ahok dikaitkan dengan pilkada. Evaluasi atau penilaian
haruslah fokus pada satu atau beberapa hal berikut : (1) Positif (2) Negatif (3)
Netral. Analisis data dengan instrument nada berita menggunakan perhitungan
manual dapat dilihat dari tabel berikut:
78
Tabel 4.4.5
Frekuensi Nada Berita Basuki Tjahaja Purnama seminggu sebelum Pilkada
putaran II periode 13-26 April 2017 di Surat Kabar Harian Media Indonesia
dan Republika .
No
Nada
Berita
Sebelum
Pilkada
Putaran II
Media
Indonesia
Frekuensi
P(%)
Republika
Frekuensi
P(%)
1 Positif 10 62.5% 1 16.6%
2 Negatif 2 12.5% 3 50%
3 Netral 4 25% 2 33.4%
Jumlah
Nada Berita
16 100% 6 100
Dari penjelasan tabel diatas bisa dilihat bahwa surat kabar harian Media
Indonesia manyajikan nada pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama seminggu
sebelum Pilkada putaran II, nada berita positif sebesar 62,5% dengan jumlah
berita sebanyak 10 berita, Sedangkan Republika manyajikan berita dengan nada
berita positif hanya sebesar 16,6% dengan jumlah berita sebanyak 1 berita.
Dimana pada surat kabar Republika nada pemberitaan negatif sebesar 50%
berbanding terbalik dengan Media Indonesia yang hanya 12,5% atau hanya 2
berita.
79
Dari data tersebut bisa dilihat bahwa surat kabar Media Indonesia dan
Republika memiliki presentase yang berbeda terkait nada berita Basuki Tjahaja
Purnama dikaitkan dalam Pilkada DKI Jakarta. Nada berita tentang Basuki
Tjahaja Purnama di surat kabar Media Indonesia cenderung positif sedangkan
nada berita di Republika cenderung negatif. Hal ini tentu terlihat jelas perbedaan
diantara kedua media tersebut terkait pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama
Sebelum Pilkada DKI Jakarta.
Tabel 4.4.6
Frekuensi Sumber Berita Basuki Tjahaja Purnama seminggu sesudah
Pilkada putaran II periode 13-26 April 2017 di Surat Kabar Harian Media
Indonesia dan Republika .
No Nada Berita
Sesudah
Pilkada
Putaran II
Media
Indonesia
Frekuensi
P(%)
Republika
Frekuensi
P(%)
1 Positif 8 72.7% 1 10%
2 Negatif 1 9.1% 5 50%
3 Netral 2 18.2 4 40%
JUMLAH
Berita
11 100% 10 100%
Dari penjelasan tabel diatas bisa dilihat bahwa surat kabar harian Media
Indonesia manyajikan nada pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama seminggu
80
setelah Pilkada putaran II, nada berita positif sebesar 72,7% dengan jumlah berita
sebanyak 8 berita, Sedangkan Republika manyajikan berita dengan nada berita
positif hanya sebesar 10% dengan jumlah berita sebanyak 1 berita. Dimana pada
surat kabar Republika nada pemberitaan negatif sebesar 50% berbanding terbalik
dengan Media Indonesia yang hanya 9,1% atau hanya 1 berita.
Dari data tersebut bisa dilihat bahwa Media Indonesia dan Republika
memiliki presentase yang berbeda terkait nada berita Basuki Tjahaja Purnama
dikaitkan dalam Pilkada DKI Jakarta. Nada berita tentang Basuki Tjahaja
Purnama di surat kabar Media Indonesia cenderung positif sedangkan nada berita
di Republika cenderung negatif. Hal ini tentu terlihat jelas perbedaan diantara
kedua media tersebut terkait pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama seminggu
Setelah Pilkada DKI Jakarta.
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil data dilapangan dapat diketahui, surat kabar Media
Indonesia dalam pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama terkait tema berita yang
diangkat baik seminggu sebelum Pilkada dan seminggu setelah Pilkada lebih
banyak mengangkat tema terkait kasus yang menimpa Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) dengan presentase 35,2%. Media Indonesia memilih melihat kasus yang
menimpa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dari persepsi bahwa Ahok tidak
bersalah dalam kasus penistaan agama dan hanya menjadi korban dalam
kepentingan politik Pilkada DKI Jakarta. Hal ini bisa dilihat dari hasil seminggu
sebelum Pilkada sumber berita yang diperoleh oleh Media Indonesia lebih banyak
bersumber dari Pemerintah sebesar 23,1% dan Basuki Tjahaja Purnama itu sendiri
81
sebesar 17,9% dan seminggu setelah Pilkada sumber berita di Media Indonesia
dominan dari Basuki Tjahaja Purnama sebesar 25% yang mempengaruhi isi
pemberitaan mengenai Ahok di Media Indonesia terkait tema berita.
Sedangkan pada Republika tema yang diangkat juga lebih dominan
terkait kasus yang menimpa Ahok seminggu sebelum Pilkada dengan presentase
37,5% dan seminggu setelah Pilkada putaran II 44,4%, tetapi pada surat kabar
Republika lebih membahas mengenai kasus yang menimpa Gubernur Basuki
Tjahaja Purnama namun dari persepsi lebih cenderung terhadap kesalahan yang
dilakukannya terkait kasus penistaan agama dalam masa persidangan. Hal ini bisa
dilihat dari hasil seminggu sebelum Pilkada sumber berita yang diperoleh oleh
Republika lebih banyak bersumber dari Pemerintah sebesar 22,2% serta
Organisasi Islam 22,2% dan seminggu setelah Pilkada sumber berita di Republika
dominan dari Organisasi Islam 25%.
Hasil analisis terkait nada berita di surat kabar Media Indonesia seminggu
sebelum Pilkada putaran II nada berita positif sebesar 62,5% dengan 10 berita,
dan nada berita negatif hanya 12,5%. Hasil kecederungan nada berita dapat
dilihat dari sumber berita yang diperoleh Media Indonesia yang lebih banyak dari
pihak Pemerintah sebesar 23,1% dan Basuki Tjahaja Purnama itu sendiri sebesar
17,9%. Sedangkan seminggu setelah Pilkada putaran II nada berita positif sebesar
72,7% dengan 10 berita, dan nada berita negatif hanya 9,1%. Hasil kecederungan
nada berita dapat dilihat dari sumber berita yang diperoleh Media Indonesia yang
dominan dari Basuki Tjahaja Purnama itu sendiri sebesar 25%.
82
Hasil analisis nada berita di Media Indonesia Sangat berbeda dengan surat
kabar Republika seminggu sebelum Pilkada Putaran II terkait pemberitaan positif
Basuki Tjahaja Purnama yang hanya 16,6% atau 1 berita dimana nada berita di
Republika lebih kepada nada berita negatif terkait pemberitaan Basuki Tjahaja
Purnama sebesar 50%. Hasil kecenderungan nada berita dapat dilihat dari sumber
berita yang diperoleh oleh surat kabar Republika bersumber dari Pemerintah
sebesar 22,2% serta Organisasi Islam 22,2%. Sedangkan seminggu setelah Pilkada
putaran II dan seminggu setelah Pilkada putaran II nada berita positif terkait
pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama hanya sebesar 10% atau 1 berita dimana
nada berita di republika lebih kepada nada berita negatif sebesar 50% dan nada
pemeberitaan netral sebesar 40% . Hasil kecenderungan nada berita di surat kabar
Republika tak terlepas dari sumber berita yang diperoleh surat kabar Republika
yakni dominan dari Organisasi Islam sebesar 25%.
Hasil penelitian ketiga kategori tersebut bisa dilihat bahwa Media
Indonesia dan Republika memiliki sikap kecenderungan dalam pemberitaan
Basuki Tjahaja Purnama. Media Indonesia cenderung melihat kasus yang
menimpa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dari persepsi bahwa Ahok tidak
bersalah dalam kasus penistaan agama dan hanya menjadi korban dalam
kepentingan politik Pilkada DKI Jakarta. Hal ini bisa dilihat dari nada
pemberitaan di Media Indonesia lebih dominan nada berita positif tentang Basuki
Tjahaja Purnama seminggu sebelum pilkada sebesar 62,5% dan seminggu setelah
Pilkada putaran II 72,7% pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama di Media
Indonesia. Hasil nada berita positif di Media Indonesia tak terlepas dari
83
narasumber yang diwawancarai oleh Media Indonesia, Basuki Tjahaja Purnama
lebih dominan menjadi sumber berita di Media Indonesia. Dari hasil penelitian
yang dilakukan, persentase Ahok menjadi narasumber seminggu sebelum Pilkada
sebesar 17,9% dan sesudah Pilkada putaran II 25%.
Fakta ini berkorelasi dengan kepemilikan surat kabar media Indonesia
yang dimiliki oleh Surya Paloh, dimana ia juga aktif sebagai ketua umun Partai
Nasional Demokrat (Nasdem) yang mendukung Basuki Tjahaja Purnama dalam
Pilkada DKI Jakarta putaran II 2017, tentunya akan berpengaruh terhadap
pemberitaan yang diberitakan oleh surat kabar media Indonesia. Ini sesuai dengan
pernyataan Denis mcQuail (2010:105) tentang teori ekonomi politik yakni sebuah
pendekatan kritik sosial yang memfokuskan pada hubungan antara struktur
ekonomi dan dinamika industri media serta konten ideologis media. Dari sudut
pandang ini lembaga media dianggap sebagai bagian dari sistem ekonomi dalam
hubungan erat dengan sistem politik. Hal ini terlihat dengan berkurangnya media
independen, dimana media saat ini berkonsentrasi pada khalayak yang lebih besar,
menghindari resiko dan mengurangi penanaman modal pada tugas media yang
kurang menguntungkan.
Hal ini pun terlihat pada pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama di surat
kabar Media Indonesia, kepemilikan media tidak dapat dipisahkan dari
kepentingan ekonomi politiknya. Kepentingan politik pemilik media
dikhawatirkan akan memengaruhi pesan yang disampaikan media dan hegemoni
ideologi media yang pada akhirnya berpengaruh kepada khalayak. yang lebih
mengarahkan khalayak bahwa Ahok tidak bersalah atas kasus penistaan agama
84
dalam masa persidangan, diikuti dari hasil penelitian dengan sumber berita yang
dominan dari Ahok itu sendiri baik seminggu sebelum Pilkada sebesar 17,9% dan
sesudah Pilkada putaran II 25% dengan nada pemberitaan cenderung positif
seminggu sebelum Pilkada di Media Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari surat
kabar Media Indonesia yang dimiliki oleh Surya Paloh dan juga menjabat sebagai
ketua partai Nasdem yang mengusung Ahok menjadi Gubernur.
Sedangkan pada Surat Kabar Republika lebih sering membahas mengenai
kasus yang menimpa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Berita yang dibuat oleh
surat kabar Republika lebih cenderung mengangkat tema kesalahan kasus Ahok
dengan nada berita dominan negatif baik seminggu sebelum Pilkada sebesar 50%
dan seminggu setelah Pilkada 50%. Hal ini tak terlepas dari sumber berita di
Republika yang dominan dari pihak Organisasi Islam baik sepekan sebelum
sebesar 22,2% dan sesudah Pilkada puataran II 25%. Bukti dari hasil penelitian
tersebut berkorelasi dengan bingkai Republika yang secara sejarah singkat
menonjolkan aspek agama karena harian ini mengusung ideologi keislaman.
Harian Republika lebih menghindari sesuatu yang kontradiktif. Karena
ideologinya berencana merangkul semua kelompok Islam, Republika tidak
membedakan islam radikal-konservatif, moderat, dan liberal.
Hal tersebut sesuai dengan visi surat kabar Republika yang mempunyai
prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan bangsa dan kepentingan umat
Islam yang berdasarkan pemahaman Rahmatan Lil Alamin yaitu Rahmat bagi
semua makhluk didunia, serta dalam salah satu misi Republika tertulis Merajut
tali persaudaraan dengan organisasi-organisasi Islam di Indonesia. Terlebih lagi
85
Basuki Tjahaja Purnama terjerat kasus yang diduga menistakan agama Islam hal
ini tentunya mempengaruhi isi pemberitaan di surat kabar Republika terbukti dari
hasil nada pemberitaan diatas yang cenderung negatif .
Maka penulis berkesimpulan adanya korelasi antara visi dan misi surat
kabar Republika dengan kategori tema berita, sumber berita, dan nada berita yang
kemungkinan memposisikan surat kabar Republika dekat dengan nilai keislaman
seperti yang telah dijabarkan diatas. Menurut Bill Kovach dalam salah satu 9
elemen jurnalistik menyatakan bahwa loyalitas jurnalisme kepada warga sehingga
dapat diartikan bahwa sebuah media mendukung atau melayani masyarakat,
dimana aksi 212 dari kalangan umat muslim yang menuntut Ahok untuk diproses
hukum dan kasus tersebut yang memang mempunyai nilai berita di masyarakat
memang layak diberitakan oleh surat kabar Republika.
Kecenderungan yang terjadi pada media Indonesia dan media Republika
memberi arti bahwa kedua media tersebut tidak menghiraukan atau tidak
menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang dibuat oleh Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan
Indonesia dalam melakukan peliputan, Pasal 5 :Wartawan Indonesia menyajikan
berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dari kecepatan serta
tidak mencampur fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan opini
wartawan agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya dan Pasal 7,
Wartawan Indonesia dalam pemberitaan peristiwa yang diduga menyangkut
pelanggaran hukum dan atau proses peradilan harus menghormati asas praduga
tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang, Serta pada kode
86
etik jurnalistik berdasarkan sumber berita Pasal 12 Wartawan Indonesia meneliti
kebenaran bahan berita dan memperhatikan kredibilitas serta kompetensi sumber
berita.
Hasil kecenderungan kedua media ini juga bertolak belakang dengan peran
media berdasarkan pernyataan Burns, media dalam menjalankan peran idealnya
dalam memberitakan konflik harus menjalankan tugas sesuai dengan pedoman
professional agar dapat menjaga sikap objektif, berimbang, akurat dan benar
sehingga dalam posisi independen (Rahayu,2006;132). Namun nyatanya surat
kabar Media Indonesia dan Republika dalam pemberitaan mengenai Basuki
Tjahaja Purnama tidak berimbang dan cenderung memihak, hal ini bisa dilihat
dari nada pemberitaan di surat kabar Media Indonesia baik seminggu sebelum
Pilkada putaran II lebih banyak nada berita positif sebesar 62,5% jauh dengan
nada berita negatif yang hanya 12,5% dan netral 25%. Adapun seminggu setelah
Pilkada nada berita positif di Media Indonesia 72,7%, nada berita negatif 9,1%
dan netral 18,2%.
Sedangkan nada pemberitaan di surat kabar Republika baik seminggu
sebelum Pilkada lebih banyak nada berita negatif yakni 50%, netral 33,4% dan
nada berita positif hanya 16,6%. Adapun seminggu setelah Pilkada nada berita di
surat kabar Republika masih lebih dominan nada berita negatif sebesar 50%,
netral 40% dan nada positif 10%.
87
BAB V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan
1. Surat kabar Media Indonesia pada seminggu sebelum Pilkada DKI Jakarta
putaran II dan seminggu setelah Pilkada putaran II tetap mengangkat tema
kasus yang menimpa Basuki Tjahaja Purnama menjadi tema yang paling
banyak diangkat, adapun persentase seminggu sebelum Pilkada sebesar
35,4% dan seminggu setelah Pilkada 50%. Tetapi walaupun temanya
kasus yang menimpa Ahok Media Indonesia melihat dari persepsi bahwa
Ahok tidak bersalah dalam kasus penistaan agama dan hanya menjadi
korban dalam kepentingan politik Pilkada DKI Jakarta. Sedangkan pada
Republika tema yang diangkat juga lebih dominan terkait kasus yang
menimpa Ahok seminggu sebelum Pilkada dan seminggu setelah Pilkada
putaran II dengan persentase seeminggu sebelum Pilkada sebesar 50% dan
seminggu setelah Pilkada 44,4%. Tetapi surat kabar Republika lebih
membahas mengenai kasus yang menimpa Ahok namun dari persepsi
lebih cenderung terhadap kesalahan yang dilakukannya terkait kasus
penistaan agama dalam masa persidangan.
2. Surat kabar Media Indonesia dalam memilih sumber berita pemberitaan
Basuki Tjahaja Purnama sepekan sebelum Pilkada DKI Jakarta lebih
banyak memilih sumber dari pemerintah sebesar 23,1 dan Ahok 17,9%,
seminggu setelah Pilkada di Media Indonesia lebih dominan dari Ahok
sebesar 25%. Sedangkan di Republika dalam memilih sumber berita
pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama seminggu sebelum Pilkada DKI
88
Jakarta lebih banyak memilih sumber dari Pemerintah 22,2% dan
Organisasi Islam 22,2%. Adapaun seminggu setelah Pilkada sumber berita
di Republika lebih banyak dari Organisasi Islam sebesar 25%.
3. Surat kabar Media Indonesia dalam pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama
seminggu sebelum Pilkada DKI Jakarta lebih banyak nada berita positif
62,5%, Negatif 12,5%, dan Netral 25%. Nada pemberitaan seminggu
setelah Pilkada di Media Indonesia masih dominan nada positif 72,7%,
Negatif 9,1%, dan Netral 18,2% . Sedangkan di Republika seminggu
sebelum Pilkada putaran II nada pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama
lebih dominan nada pemberitaan negatif sebesar 50%, Netral 33,4%,
positif 16,6% dan seminggu setelah Pilkada nada pemberitaan Ahok di
Republika tetap lebih banyak nada berita negatif sebesar 50%, Netral 40%,
Positif 10%.
89
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis dapat
mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Saran Teoritis
Untuk mengembangkan penelitian ini, bagi peneliti yang akan
melakukan penelitian serupa dengan objek dan subjek seperti penelitian
ini, maka hendaknya penelitian selanjutnya dari sudut pandang analisis
wacana untuk melihat secara pasti agenda yang dibuat oleh media bukan
hanya dilihat dari persentase angka isi berita.
2. Saran Praktis
Mengacu pada kesimpulan penelitian, maka saran praktis:
Surat kabar Media Indonesia dan Republika sebagai media massa Nasional
yang cukup besar dan memiliki pembaca yang beragam harusnya dapat
menjadi media massa yang netral dalam memberitakan sebuah peristiwa.
Tidak memiliki kecenderungan berita terhadap politik tertentu dengan
melihat sisi ketokohan dan lebih mengutamakan pemberitaan yang
berimbang dan objektif untuk disampaikan kepada khalayak.
90
DAFTAR PUSTAKA
Sumber : Buku
Arikunto S, 2006 Metodelogi Penelitian, Yogyakarta : Bima Kasara
Assegaf, 2005. Teori Media Massa dalam Pemberitaan Surat Kabar. Bandung :
Granit
Darmadi, Bambang. Z., Margantoro, YB., Oetomo Dharma, Sutedjo Budi. 2006.
Mahir Berjunalistik. Yogyakarta : Amara books
Eriyanto. 2011. Analisis isi : Pengantar metodologi untuk penelitian ilmu
Hamad, Ibnu (2004) Realita Politik dalam Media Massa (Sebuah studi Critical
Discourse Analisis terhadap Berita-Berita Politik). Jakarta;Granit
Harris, Julian; B.Kelly & Johnson, Stanley, 2006. The Complethinge Reporter.
London. Macmillan Publishing Company.
Hidayat, 2007. Peran dan fungsi media massa . Yogyakarta : Granit.
komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Jakarta : Kencana prenada media
group.
J. B. Wahyudi, 2006. Komunikasi Jurnalistik : Pengetahuan Praktis
Kewartawanan, Suratkabar-Majalah, Radio dan Televisi. Penerbit
ALUMNI : Bandung
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktek Riset Komunikasi. Jakarta:Kencana.
McQuail, Denis. 2000. Mass Communication Theory. London : Sage Publication.
Forth Edition.
_____________, 2007. Objective news writing. Jakarta : Grafindo.
_____________, 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
91
Oetama, 2007. Teori Jurnalistik Pemberitaan. Jakarta : Erlangga
Rachmah, 2012. Teori Ekonomi media jurnalistik. Jakarta : Granit.
Rahayu. 2006. Potret Profesionalisme dan Kualitas pemberitaan Surat Kabar di
Indonesia. Pusat kajian media , Dewan Pers dan Departemen Komunikasi
dan Informasi.
Rakhmat, Jalaludin.1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Rosda
Karya
Rahmat Kriyanto, 2009 Metodelogi Penelitian, Jakarta : Granit
Sudibyo, 2010. Media Massa, pers dan jurnalistik : Jakarta : Grafindo
Sumadiria, 2005. Penilaian unit analisis berita. Jakarta : Grafindo.
Torben Brandt dan Eric Sasono 2010 (Barus : Analisis isi berita//sumber berita )
Jakarta : Granit.
Wiryawan, 2007. Unsur unsur berita dalam surat kabar. Jakarta : Erlangga.
Jurnal/ Skripsi
Maya Kusuma W, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2013; OBJEKTIVITAS
KORAN LOKAL DALAM LIPUTAN BERITA PEMILUKADA (Analisis Isi
Berita Kampanye Pemilukada DKI Jakarta pada Surat Kabar Harian Pos
Kota dan Warta Kota Periode 24 Juni –7 Juli 2012).
Novrian Panji S J; Universitas Sebelas Maret Surakarta : KEBERPIHAKAN
MEDIA MASSA (Studi Kualitatif Analisis Framing Konflik Nasdem antara
Hary Tanoe dan Surya Paloh dalam Surat Kabar Seputar Indonesia
(SINDO) dan Media Indonesia Periode 22 – 31 Januari 2013)
92
Website :
Http://e-journal.uajy.ac.id/
http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-38001552
http://mediaindonesia.com/news/read/83282/kasus-ahok-lompati-proses-
http://Republika.co.id/news/
LAMPIRAN
94
LAMPIRAN 1
PETUNJUK PENGISIAN CODING SHEET
ANALISIS ISI BERITA BASUKI TJAHAJA PURNAMA SEBELUM DAN
SESUDAH PILKADA JAKARTA PUTARAN II
Variabel Tema Berita
Tema Berita yakni terkait pembahasan yang diambil oleh surat kabar dalam
menentukan pembahasan yang akan dijadikan sebuah pemberitaan dalam sebuah
surat kabar. Dalam hal ini diklasifikasikan menjadi 5 kategori :
1. Keberhasilan Basuki Tjahaja Purnama dalam memimpin DKI Jakarta
2. Kritik terhadap kinerja Basuki Tjahaja Purnama dalam memimpin DKI Jakarta
3. Kasus yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama
4. Pencalonan Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI Jakarta putaran II
5. Pujian Basuki Tjahaja Purnama kepada pihak lain
Variabel Sumber Berita
Narasumber adalah orang, kelompok atau organisasi yang diwawancarai oleh
wartawan dan dimasukkan dalam berita (ditulis secara jelas dalam berita). Jika
ada orang atau kelompok yang diwawancarai,tetapi tidak disebut nama secara
jelas dalam berita (misalnya dengan menyebut sumber anonim, seperti “menurut
sebuah sumber,” menurut sumber yang layak dipercaya”) tulislah kode dengan
angka pada tabel yang telah disediakan .
1. Kandidat. Sumber yang diwawancarai adalah kandidat (Gubernur Basuki
Thadja Purnama, partner Ahok Djarot Saiful Hidayat) Anggota Keluarga
Kandidat.
2. Pengacara. Narasumber yang diwawancarai adalah tim pengacara atau tim
pendukung kandidat,atau berafiliasi dengan kandidat.
3. Organisasi atau kelompok. Kelompok atau asosiasi, seperti keagamaan
(NU, Muhammadiyah). Sosial, (Kowani), Lembaga Swadaya Mayarakat,
95
Lembaga Peneliti seperti LIPI, LSI.
4. Ahli/Intelektual. Narasumber yang diwawancarai adalah orang yang ahli
dalam bidangi tertentu, misalnya politik, ahli polling dosen, dan peneliti.
5. Pemerintah. Narasumber yang diwawancarai adalah pejabat pemerintah,
departemen baik pemerintah pusat ataupun daerah. Termasuk di dalamnya
pejabat militer dan kepolisian baik pusat ataupun daerah.
6. Warga atau pemilih. Narasumber adalah warga atau pemilih.
7. Penyelenggara dan pengawas pemilu. Narasumber adalah penyelenggara
pilkada KPUD.
8. Lainnya. Narasumber di luar kategori di atas.
Variabel Nada Berita
Identifikasilah dalam berita, apakah ada ahli atau lembaga yang dikutip dalam
berita. Jika ada, apakah komentar, evaluasi dan penilaian bersifat positif atau
negative terhadap masing masing pemberitaan tentang Ahok sebelum dan sesudah
Pilkada DKI Jakarta putaran II. Evaluasi atau penilaian haruslah fokus pada satu
atau beberapa hal berikut : (1) Komentar terhadap pemberitaan tentang Basuki
Tjahaja Purnama,
1. Positif. Komentar dari ahli dalam berita cenderung positif terhadap kandidat.
Orientasi berita yang positif dapat dilihat dari adanya pujian, dukungan,
penyampaian hal hal yang positif mengenai berita Ahok.
2. Negatif. Komentar dari ahli dalam berita cenderung negatif terhadap kandidat.
Orientasi berita yang negatif dapat dilihat dari adanya kritik, celaan
penyampaian hal-hal yang negatif mengenai kandidat (Kurang kompeten,
kepribadian buruk, kelemahan, prediksi kekalahan) dalam berita.
3. Netral. Komentar dari ahli dalam berita adalah positif tetapi ada
juga yang negatif terhadap kandidat.
96
LAMPIRAN II
Coder 1
97
LAMPIRAN III
Coder 2
98
LAMPIRAN IV
Contoh Surat Kabar Media Indonesia
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
LAMPIRAN V Contoh Surat Kabar Republika
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Data Pribadi / Personal Details
Nama / Name : Chevi Azmi Damara
Tempat tanggal lahir : Tangerang, 03 Mei 1995
Agama / Religion : Islam
Jenis Kelamin / Gender : Laki-laki
Email : [email protected]
Nomor Telepon / Phone : 083840275547
Alamat / Address : Perum Graha Puspa C.31 Rt/Rw 02/03 Kel.Karangpawitan
Kec.Karawang Barat Kab.Karawang
122
Riwayat Pendidikan
Education Qualification
2001 – 2007 SDN Margamulya 1
2007 – 2010 SMPN 3 Karawang
2010 – 2013 SMAN 2 Karawang
2013 – 2017 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pengalaman Organisasi
Organisation Experiece
1. Lab.Multimedia FISIP Untirta
2. LPM Orange Untirta
3. Komunitas Fotografi Fisip Untirta (KFF)
Top Related