bengkel purnama malang
-
Upload
imam-nor-chamid -
Category
Documents
-
view
117 -
download
1
description
Transcript of bengkel purnama malang
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah
yang akan diteliti, tujuan penelitian yang hendak dicapai, manfaat penelitian,
batasan-batasan permasalahan serta asumsi-asumsi yang digunakan dalam
penelitian
1.1 Latar Belakang
Persaingan di dunia industri saat ini sudah mengalami perkembangan yang
sangat pesat dimana menciptakan persaingan bisnis yang semakin kompetitif.
Salah satu cara untuk mewujudkan hal itu adalah dengan mengembangkan sistem
produksi yang lebih baik. Oleh sebab itu setiap perusahaan dituntut untuk dapat
meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dan bertahan. Peningkatan kinerja
perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
penyusunan atau perbaikan tata letak dan pemindahan bahan.
CV. BENGKEL PURNAMA adalah perusahaan yang memproduksi berbagai
peralatan dan mesin home Industri. Produk yang dihasilkan meliputi mesin
pembuat kerupuk, mesin penggiling kopi, mesin ketel uap, mesin molen, mesin
blender, mesin rajangan dan berbagai mesin lain. saat ini tata letak pabrik dan
fasilitas produksinya dirasa kurang optimal karena tidak mempertimbangkan
aliran bahan sehingga menyebabkan perpindahan material menjadi lebih panjang
1
(banyak waktu produksi yang terbuang) dan biaya material handlingnya menjadi
lebih besar.
Solusi dari masalah perusahaan adalah dengan perancangan ulang tata letak
pabrik dengan menggunakan metode Pairwise Exchange (pertukaran
berpasangan), yaitu melakukan pertukaran departemen yang memiliki kedekatan
dalam hal aktivitas atau berdasarkan luas departemen yang sama untuk mencapai
optimalisasi dalam tata letak fasilitas perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana cara
menurunkan jarak dan total biaya material handling dengan perancangan ulang
tata letak lantai produksi CV. Bengkel Purnama”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan
tersebut yang diantaranya :
1. Memperoleh rancangan layout lantai produksi baru yang memiliki jarak
dan total biaya paling minimum.
2. Membandingkan jarak dan biaya material handling dari tata letak lantai
produksi sistem riil dengan hasil perancangan ulang tata letak lantai
produksi yang baru (usulan)
2
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah perancangan
tata letak lantai produksi yang baru dapat diaplikasikan pada tata letak lantai
produksi CV. Bengkel Purnama untuk meminimasikan jarak dan total biaya
material handling.
1.5 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini digunakan beberapa batasan untuk membatasi ruang
lingkup penelitian, adapun batasan yang digunakan adalah :
1. Perancangan ulang hanya dilakukan pada lantai produksi CV. Bengkel
Purnama
2. Metode yang digunakan untuk menghasilkan layout usulan adalah metode
Pairwise Exchange (pertukaran berpasangan)
1.6 Asumsi - Asumsi
Penelitian ini juga menggunakan beberapa asumsi, antara lain :
1. Biaya material handling tidak tergantung (bebas) terhadap utilisasi
peralatan.
2. Melakukan pertukaran dua atau tiga departemen sekaligus
3. Berat produk saat proses produksi dengan berat produk jadi adalah
sama tidak mengalami perubahan/penyusutan
4. Tidak ada penambahan mesin atau peralatan baru
5. Tidak terjadi perubahan urutan operasi
3
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini disusun secara sistematis dan berurutan sehingga
dapat diperoleh gambaran yang jelas dan terarah. Adapun sistematika penulisan
adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, asumsi, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi teori, rumus,serta cara penyelesaian masalah yang dapat
diperoleh pada literatur yang dapat menunjang penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi alur atau rangka kerja terstrruktur atau sistematis yang
merupakan suatu proses dimana terdiri dari tahap-tahap yang saling terkait
dalam artian bahwa hasil dari suatu tahap tersebut akan menjadi masukan
pada tahap berikutnya.
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data dari hasil penelitian yang
telah dilakukan, sehingga nantinya bisa diolah dan dijadikan sebagai dasar
pemecahan masalah.
Bab V Analisa Data
Bab ini berisi tentang analisa terhadap hasil pengolahan data yang akan
digunakan dalam menentukan langkah-langkah yang diambil oleh
perusahaan didalam meminimasi biaya material handlingnya
4
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, serta saran
yang berguna untuk perusahaan.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tata Letak Fasilitas
Menurut wignjosoebroto (2003), perencanaan tata letak fasilitas produksi
merupakan suatu perencanaan yang penting, karena pabrik atau industri harus
beroperasi dalam waktu yang lama, maka kesalahan didalam analisis dan
perencanaan layout akan menyebabkan kegiatan produksi berlangsung tidak
efektif dan efisien. Perencanaan ini menentukan bagaimana suatu aset tetap
perusahaan digunakan secara baik untuk menunjang tujuan perusahaan.
Pentingnya suatu perancangan fasilitas dapat ditunjukkan sebagai berikut:
1. Suatu perancangan aliran barang yang efisien merupakan prasyarat untuk
mendapatkan produksi yang ekonomis.
2. Pola aliran barang yang merupakan dasar bagi perencanaan fasilitas fisik
yang efektif.
3. Pemindahan barang merubah pola aliran statis menjadi suatu kenyataan
yang dinamis.
4. Susunan fasilitas yang efektif disekitar pola aliran barang dapat
menghasilkan pelaksanaan berbagai proses yang berkaitan secara efisien.
5. Penyelesaian proses yang efisien dapat meminimumkan biaya produksi.
6. Biaya produksi minimum dapat memberikan keuntungan maksimum.
6
Tata letak fasilitas produksi dapat disusun berdasarkan beberapa alternatif
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi. Tata letak fasilitas produksi
tersebut dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :
1. Tata letak berdasarkan produk (Product Layout)
Tata letak ini dikonsentrasikan pada saat memproduksi suatu macam
produk standar, tata letak yang berdasarkan aliran produk akan mengatur
mesin dan fasilitas produksi lainnya menurut prinsip “machine after
machine”.
Gambar 2.1 Product Lauyout
2. Tata letak berdasarkan proses (proses lay out)
Tata letak yang berdasarkan aliran proses seringkali disebut pula dengan
fungsional lay out, yaitu metode pengaturan dan penempatan dari mesin
dan segala fasilitas produksi dengan tipe/ macam yang sama dalam sebuah
departemen.
7
Gambar 2. 2(Process Layout)
3. Tata letak berdasarkan lokasi material tetap (fixed location layout)
Tata letak pabrik yang berdasarkan pada posisi tetap, material atau
komponen produk utamanya akan tetap tinggal pada posisi / lokasi
sedangkan fasilitas produksinya seperti peralatan, manusia, mesin serta
komponen-komponen lainnya akan bergerak menuju lokasi material atau
komponen produk utama tersebut.
Gambar 2.3 Fixed Position Layout
4. Tata letak berdasarkan teknologi kelompok (group technology)
8
Tata letak jenis ini didasarkan pada pengelompokan produk atau
komponen yang akan dibuat. Produk-produk-produk yang tidak identik
dikelompok-kelompokkan berdasarkan langkah-langkah pemrosesan,
bentuk, mesin atau peralatan yang dipakai, dan sebagainya.
Gambar 2.4 Group Technology Layout
2.1.1 Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Fasilitas
Menurut wignjosoebroto (1996), secara garis besar tujuan utama dari tata
letak pabrik ialah mengatur area kerja dari segala fasilitas produksi yang
paling ekonomis untuk operasi, aman dan nyaman sehingga akan dapat
menaikkan moral kerja dan performance kerja dari operator. Lebih spesifik
lagi suatu tata letak yang baik akan dapat memberikan keuntungan-
keuntungan dalam sistem produksi, yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Menaikkan output produksi
9
Biasanya suatu tata letak yang baik akan memberikan keluaran
(output) yang lebih besar dengan ongkos yang sama atau lebih sedikit,
manhours yang lebih kecil, dan atau mengurangi jam kerja mesin
(delay)
2. Mengurangi waktu tunggu (delay)
Mengatur keseimbangan antara waktu operasi produksi dan beban dari
masing-masing departemen atau mesin adalah bagian kerja dari
mereka yang bertanggung jawab terhadap desain tata letak pabrik.
Pengaturan tata letak yang terkoordinir dan terncana akan dapat
mengurangi waktu tunggu(delay) yang berlebihan.
3. Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling)
Untuk merubah bahan baku menjadi produk jadi, maka hal ini akan
memerlukan aktvitas pemindahan bahan (movement) sekurang-
kurangnya satu dari tiga elemen dasar sistem produksi yaitu bahan
baku, orang/pekerja, atau mesin dan peralatan produksi lainnya. Pada
sebagian besar proses produksi, bahan baku akan sering dipindahkan
dibandingkan dengan dua elemen dasar produksi lainnya.
4. Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan service
Jalan lintas, material yang menumpuk, jarak antara mesin-mesin yang
berlebihan, dan lain-lain semuanya akan menambah area yang
dibutuhkan untuk pabrik. Suatu perencanaan tata letak yang optimal
akan mencoba mengatasi pemborosan pemakaian ruangan ini dan
berusaha untuk mengoreksinya.
10
5. Mengurangi inventory in - process
Sistem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat mungkin bahan
baku untuk berpindah dari suatu operasi langsung ke operasi
berikutnya secepat-cepatnya dan berusaha mengurangi bertumpuknya
bahan setengah jadi (material in-process). Problem ini terutama bias
dilaksanakan dengan mengurangi waktu tunggu (delay) dari bahan
yang menunggu untuk segera diproses.
6. Proses manufakturing yang lebih singkat.
Dengan memperpendek jarak antara operasi satu dengan operasi
berikutnya dan mengurangi bahan yang menunggu serta storage yang
tidak diperlukan maka waktu yang diperlukan dari bahan baku untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pabrik akan juga
bisa diperpendek sehungga secara total waktu produksi akan dapat
pula dipersingkat.
7. Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator.
Perencanaan tata letak pabrik adalah juga ditujukan untuk membuat
suasana kerja yang nyaman dan aman bagi yang bekerja di dalamnya.
Hal-hal yang bisa dianggap membahayakan bagi kesehatan dan
keselamatan kerja dari operator haruslah dihindari.
8. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja
Pada dasarnya orang menginginkan untuk bekerja dalam suatu pabrik
yang segala sesuatunya diatur secara tertib, rapi, dan baik. Penerangan
11
yang cukup, sirkulasi yang enak, dan lain-lain akan menciptakan
suasana lingkungan kerja yang menyenangkan sehingga moral dan
kepuasan kerja akan dapat lebih ditingkatkan. Hasil positif dari kondisi
ini tentu saja berupa performance kerja yang lebih baik dan menjurus
kearah peningkatan produktivitas kerja.
9. Mempermudah aktivitas supervisor
Tata letak pabrik yang terencana baik akan dapat mempermudah
aktivitas supervisor. Dengan meletakkan kantor/ ruangan diatas, maka
seorang supervisor akan dapat dengan mudah mengamati segala
aktivitas yang sedang berlangsung di area kerja di bawah pengawasan
dan tanggung jawabnya.
10. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas
dari bahan baku maupun produk jadi
Tata letak yang direncanakan secara baik akan dapat mengurangi
kerusakan-kerusakan yang bisa terjadi pada bahan baku ataupun
produk jadi. Getaran-getaran,debu, panas, dan lain-lain dapat secara
mudah merusak kualitas material produk yang dihasilkan.
2.1.2 Langkah-langkah Perencanaan Tata Letak Pabrik
Menurut Wignjosoebroto (2003), menyatakan bahwa dalam merencanakan
layout pabrik memerlukan langkah – langkah awal dalam pengerjaannya.
Langkah – langkah tersebut adalah sebagai berikut :
12
1. Analisa Produk
Adalah aktivitas untuk menganalisa macam dari produk yang harus
dibuat. Analisa dilakukan dengan cara memecahkan produk akhir
menjadi komponen – komponen pembentukan produk tersebut secara
detail. Untuk maksud ini maka pelaksanaan dilakukan dengan jalan
membuat suatu daftar komponen (Part list) yaitu suatu daftar yang
lengkap mengenai komponen – komponen yang ada dalam suatu
produk. Berdasarkan part list ini akan didapatkan suatu informasi
mengenai masing – masing komponen yaitu :
Nomor komponen termasuk juga disini nomor kerjanya
Nama dari komponen tersebut
Jumlah komponen per unit produk yang ada
2. Analisa Proses
Adalah langkah untuk menganalisis macam dan urutan proses
pengerjaan produksi/ komponen yang telah ditetapkan untuk dibuat.
Dalam langkah ini akan dipilih pula alternative – alternative proses dan
macam mesin atau peralatan produksi lainnya yang paling efektif dan
efisien diaplikasikan.
Beberapa symbol standar dibuat untuk keperluan peta proses yang
menggambarkan jenis aktivitas yang umum dijumpai dalam proses
produksi. Simbol ini dibuat oleh ASME (American Society of
Mechanical Engineers). Adapun symbol – symbol tersebut adalah
sebagai berikut :
13
Tabel 2.1
Simbol – Simbol yang Dipergunakan dalam Pembuatan Peta Proses
Simbol ASME Nama Kegiatan Definisi Kegiatan
Operasi
Kegiatan operasi terjadi bilamana sebuah obyek
(benda kerja/ bahan baku) mengalami perubahan
bentuk, baik secara fisik maupun kimiawi,
perakitan dengan obyek lainnya atau diurai –
rakit, dan lain - lain
Inspeksi
Kegiatan inspeksi terjadi bilamana sebuah obyek
mengalami pengujian ataupun pengecekan
ditinjau dari segi kuantitas ataupun kualitas
transportasi
Kegiatan transportasi terjadi bilamana sebuah
obyek dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi
yang lain. Bilamana gerakan perpindahan
tersebut merupakan bagian dari operasi/inspeksi
seperti halnya dengan louding/unloading
material, maka hal tersebut bukan termasuk
kegiatan transportasi.
Menunggu
(Delay)
Proses menunggu terjadi bila material, benda
kerja, operator atau fasilitas kerjadalam keadaan
berhenti atau tidak mengalami kegiatan apapun.
Biasanya obyek terpaksa menunggu atau 14
ditinggalkan sementara waktu sampai suatu saat
dikerjakan/diperlukan kembali
Menyimpan
(Storage)
Proses penyimpanan terjadi bilamana obyek
disimpan dalam jangka waktu cukup lama.
Disini obyek akan dismpan secara permanen dan
dilindungi terhadap pengeluaran/ pemindahan
tanpa ijin khusus.
Aktifitas ganda
Bilamana dikehendaki untuk menunjukkan
kegiatan-kegiatan yang secara bersamaan
dilakukan oleh operator pada stasiun kerja yang
sama, seperti kegiatan operasi yang harus
dilakukan bersama dengan kegiatan inspeksi.
2.1 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
Peta proses operasi akan menunjukkan langkah-langkah secara
kronologis dari semua operasi, inspeksi, waktu longgar dari bahan baku
sampai ke proses pengepakan dari produk jadi yang dihasilkan.
Untuk membuat peta proses operasi ada dua symbol yang digunakan,
yaitu symbol lingkaran yang menunjukkan aktivitas operasi dan
symbol persegi yang menunjukkan aktivitas inspeksi.
Garis vertical akan menggambarkan aliran umum dari proses yang
dilkasanakan pada pembuatan proses ini, sedangkan garis horizontal
15
yang menuju ke arah garis vertical akan menunjukkan adanya
material yang akan bergabung dengan komponen yang akan dibuat.
Manfaat yang bisa diperoleh dari Peta Proses operasi ini banyak
sekali antara lain seperti yang diketahui :
Data kebutuhan jenis proses operasi/inspeksi, macam mesin
dan spesifikasi mesin atau fasilitas bahan baku dengan
memperhitungkan efisiensi pada setiap elemen operasi kerja
atau inspeksi.
Pola tata letak fasilitas dan aliran pemindahan bahannya.
Alternative-alternatif perbaikan prosedur dan data kerja yang
sedang dipakai.
2.2 Peta Aliran Proses (flow Process chart)
Peta aliran proses akan melukiskan aktivitas proses dan gerakan
perpindahan (transportasi) bahan yang harus dilakukan dalam proses
produksi dari suatu stasiun kerja ke stasiunkerja yang lain dalam
pabrik akan digmbarkan lebih detail. Dengan demikian maka disini
akan ada tiga tambahan symbol yang akan digunakan, yaitu tanda
16
panah “ “ yang akan menunjukkan adanya proses
transportasi atau pemindahan bahan; symbol yang berbentuk “ “
yang diartikan sebagai aktivitas menunggu (delay); dan symbol
segitiga yang diganbarkan terbalik “ “ yang berarti aktivitas
penyimpanan bahan baku atau produk (storage).
Keuntungan utama dari penggambaran peta aliran proses ini adalah
langkah-langkahproses baik yang bersifat produktif (opersi dan
inspeksi) ataupun tidak produktif (transportasi,menunggu dan
menyimpan) dari awal sampai akhir kegiatan akan bisa diuraikan
secara detail. Dengan peta aliran proses maka akan dapat diperoleh
keuntungan atas perbaikan proses antara lain:
Mengeliminir operasi-operasi yang tidak perlu atau
mengkombinasikannya dengan operasi yang lain.
Mengeliminir aktivitas handling yang tidak efisien.
Mengurangi jarak perpindahan material dari satu operasi
yang lain (langkah ini nantinya akan menjadi dasar pemikiran
dalam hal pengaturan tata letak fsilitas pabrik).
Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia karena kegiatan
yang tidak produktif seperti menunggu atau transportasi.
2.3 Diagram Alir
Diagram ini akan lebih mempunyai arti dalam usaha menganalisa
tata letak pabrik dan pemindahan bahan, karena disini digambarkan
17
bukan saja dalam bentuk alran proses akan tetapi juga layout
sebenarnya dari pabrik yang ada.
Prosedur pengambaran diagram aliran adalah menggambarkan
terlebih dahulu layout kemudian dibuat sketsa aliran proses yang
berlangsung dari departemen awal sampai ke akhir proses yang
berlangsung dari departemen awal sampai ke akhir proses operasi
seperti pada peta aliran proses. Mengamati lintasan yang ada, maka
dapat dipetimbangkan lokasi mana dari perpindahan bahan
mengalami perpotongan lintasan paling banyak. Dari sini akan dapat
diidentifikasikan secara jelas adanya gerakan perpindahan material
yang bolak-balik (Back Tracking) yang hasus dihindari dalam
merancang tata letak fasilitas pabrik dan pemindahan material.
2.2 Peralatan Pemindahan Bahan (Material Handling)
Bila ditinjau kegiatan / proses produksi, maka terlihat masalah utama dalam
produksi adalah bergeraknya bahan-bahan dari suatu tingkat proses ke tingkat
proses produksi berikutnya. Apabila bahan ini akan diproses maka bahan tersebut
dipindahkan ke tingkat proses produksi pertama, demikianlah seterusnya di temui
sampai barang-barang tersebut selesai di proses dan kemudian di pindahkan
ketempat pemeriksaan, pengepakan dan diteruskan ke gudang penyimpanan.
Untuk memungkinkan proses produksi ini dapat berjalan, dibutuhkan adanya
pergerakan / perpindahan bahan yang disebut “material movement”. Oleh karena
18
itu dalam hal ini dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan bahan yang disebut
material handling.
Material Handling merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut dan
meletakkan bahan-bahan / barang-barang dalam proses di dalam pabrik, kegiatan
mana dimulai dari sejak bahan-bahan masuk atau diterima di pabrik sampai pada
saat barang jadi / produk akan dikeluarkan dari pabrik. Peralatan material
handling yang digunakan dalam suatu perusahaan pabrik terbagi atas :
1. Fixed Path Equipment yaitu peralatan material handling yang sudah tetap
(fixed) digunakan suatu proses produksi, dan tidak dapat digunakan untuk
maksud-maksud lain.
2. Varied Path Equipment yaitu peralatan material handling yang sifatnya
fleksibel dapat dipergunakan untuk bermacam-macam tujuan dan tidak
khusus untuk mengangkut atau memindahkan bahan-bahan / barang-barang
tertentu.
2.3 Metode Pengukuran Jarak antar Fasilitas
Heragu (1997) menyatakan bahwa dalam pengukuran jarak antar fasilitas,
ada bermacam – macam cara yag digunakan, yang disesuaikan dengan
kebutuhannya. Cara – cara tersebut adalah euclidean, squared euclidean,
rectiliniear, tchebychev, aisle distance, adcencency, dan shortest path. Berikut ini
gambar untuk perhitungan jarak dengan menggunakan metode euclidean, squared
euclidean, rectiliniear, dan tchebychev :
19
Gambar 2.5 Perhitungan Jarak
Keterangan gambar :
xi = koordinat x untuk fasilitas i
xj = koordinat x untuk fasilitas j
yi = koordinat y untuk fasilitas i
yj = koordinat y untuk fasilitas j
dij = jarak antara titik pusat fasilitas i dan j ( dalam berbagai cara
pengukuran)
a. Euclidean
Pengukuran dengan metode Euclidean mengukur jarak garis lurus antar
titik tengah (pusat) fasilitas. Pengukuran jenis ini paling banyak digunakan
karena paling mudah dimengerti. Pengkuran ini digunakan lebih banyak
pada masalah lokasi fasilitas daripada masalah layout. Pengukuran metode
ini adalah sebagai berikut :
20
…………………..….persamaan 2.1
b. Square Euclidian
Pengukuran dengan metode ini adalah mengkuadratkan jarak pada
euclidean.
…………………………...... persamaan
2.2
c. Rectilinier
Pengukuran dengan metode ini disebut juga dengan Manhattan, right
angle, atau rectangular metric. Metode ini juga banyak dipakai karena
kemudahan dalam memahami dan tepat untuk beberapa permasalahan.
Jarak dihitung dengan formulasi
……………………….persamaan
2.3
d. Tchebychev
Pengukuran ini diapliasikan pada permasalahan system picking, dimana
dimensi yang dipakai adalah tiga dimensi, sehingga formulasi yang
diberikan adalah
........ persamaan
2.421
e. Aisle Distance
Adalah mengukur jarak secara aktual, jarak yang diukur adalah jarak yang
dilalui oleh material handling-nya. Dari gambar 2.2 maka jarak antara
fasilitas i dan j berdasarkan metode Aisle Distance adalah jumlah dari a, b,
c, dan d.
Gambar 2.6 Perhitungan Jarak dengan Metode Aisle Distancedan
Adjacency
f. Adjacency
Pengukuran ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antar fasilitas.
Seperti pada contoh gambar 2.2, fasilitas i dan j tidak berhubungan, maka
dij = 0, sedangkan dik = djk = 1 karena fasilitas i dan k atau j dan k
berhubungan.
g. Shortest path
22
Metode ini digunakan untuk menentukan jalan atau jarak terpendek
(shorthest path) antara dua nodes dalam sebuah jaringan/ network. Dalam
sebuah jaringan, terdapat nodes yang mewakili aktivitas dan arcs yang
mewakili jalan yang menghubungkan nodes. Biasanya masalah lokasi dan
distribusi yang menggambarkan sebagai jaringan, dan metode shortest
path digunakan untuk menyelesaikan masalah ini.
2.4 Perencanaan Fasilitas Fisik Produk
Perencanaan fasilitas fisik produk adalah merupakan suatu proses integrasi
di mana semua aspek produktifitas harus dipertimbangkan dengan masak. Fasilitas
fisik perusahaan misalnya; gedung, tempat bekerja, mesin dan sebagainya.
Fasilitas fisik perusahaan tersebut termasuk perencanaan fasilitas fisik perusahaan.
Perencanaan fasilitas fisik produk initerdiri dari :
a. Penentuan lokasi perusahaan
Penentuan lokasi perusahaan adalah kegiatan perusahaan untuk
menentukan lokasi perusahaan dimana kegiatan kerja atau proses produksi
akan dilakukan. Lokasi perusahaan mempunyai dampak penting bagi
pencapaian laba perusahaan, di mana kalau penentuan lokasi perusahaan
benar-benar strategis maka dalam arti ekonomis berate lokasi perusahaan
tersebut dapat meningkatkan efisiensi perusahaan dan biaya produksi per
unitnya akan kecil dan harga jual produk tersebut dapat bersaing di pasar.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan lokasi perusahaan yang
harus
diperhatikan pengelola perusahaan adalah sebagai berikut :23
1) Letak sumber bahan mentah
Merupakan faktor penting yang berkaitan dengan perhitungan
biaya produksi. Kalau letak sumber bahan mentah jauh
menyebabkan biaya produksi tinggi maka letak pabrik lebih baik
dekat lokasi bahan mentah.
2) Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang secara langsung
memberikan sumbangan baik fisik maupun non fisik terhadap
proses hasil produksi. Kalau tenaga kerja yang dibutuhkan
perusahaan merupakan tenaga kerja yang lebih mengutamakan skill
dan keahlian yang baik terhadap peralatan modem maka berarti
perusahaan sebaiknya berada di daerah perkotaan.
3) Pasar
Pasar juga merupakan salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan karena menyangkut besar kecilnya pengeluaran
dana untuk biaya transportasi dari lokasi pabrik sampai di tangan
konsumen. Jenis transportasi yang digunakan apakah lewat darat,
udara, maupun laut tergantung pada transportasi yang mana yang
paling menguntungkan perusahaan.
4) Sikap masyarakat setempat
5) Biaya tanah dan perpajakan
b. Bangunan
24
Bangunan merupakan tempat untuk melindungi berlangsungnya proses
produksi agar berjalan dengan lancar baik perlindungan terhadap tenaga kerja
maupun jenis produksi yang dihasilkan perusahaan. Dengan adanya bangunan
dapat mengurangi kemacetan dalam proses produksi. menghindarkan yang
kurang penting, mempertinggi efektifitas kerja karyawan karena karyawan
merasa aman dan maupun gangguan pencurian.
Dalam perencanaaan bangunan perlu mempenimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
1) Jumlah atau luas bangunan
2) Bentuk bangunan
3) Jenis bangunan
4) Model bangunan
5) Kemungkinan perluasan bangunan
6) Area taman dan parker
7) Fasilitas bagikaryawan; wc, kamar mandi dan kantin
c. Perencanaan tata letak fasilitas produksi
Perencanaan tata letak fasilitas produksi atau lay out fasilitas produksi
merupakan salah satu kegiatan perencanaan lokasi pabrik yang tidak dapat
dipisah-pisahkan karena perencanaan bangunan juga harus secara sekaligus
mempenimbangkan lay out fasilitas produksi. Dengan mengambil keputusan
lay out fasilitas produksi dengan baik maka tujuan arah mencapai produktifitas
yang tinggi dengan mengeluarkan biaya yang rendah bisa tercapai.
25
Lay out fasilitas produksi adalah perencanaan secara optimum tentang
pengaturan dan penempatan mesin-mesin, peralatan pabrik.tempat kerja.
Tempat penyimpanan dan kegiatan-kegiatan lain dalam proses produksi
bersama-sama dengan perencanaan dan penentuan jenis dan bentuk bangunan
gedung perusahaan (pabrik).
Cara untuk mendapatkan layout fasilitas produksi yang efisien antara lain :
1) Jarak angkut yang minimum
Jarak angkut yang minimum tersebut meliputi jarak angkut dari
bahan mentah. Bahan setengah jadi dan barang jadi yang
dipindahkan dari tempat terakhir proses produksi ke tempat
penyimpanan ( pergudangan ) dan dari tempat penyimpanan
sampai ke pasar. Jarak dan bahan mentah sampai tiba di pasar
harus benar-benar seminimum mungkin.
2) Fleksibelitas ruangan dan layout.
Berhubung dengan perubahan teknologi yang terjadi dengan
adanya perubahan teknologi yang tidak terlalu drastis seharusnya
letak ruangan dan layoumya dapat diatur kembali sehingga
pemintaan pasar yang berubah sedikit dapat diatasi.
3) Kemungkianan perluasan di waktu yang akan dating
Untuk menjaga kemungkinan terjadinya ekspansi perusahaan yang
secara sekaligus perlu memperluas usaha, pabrik tanpa terkecuali
perluasan lay out fasilitas produksi.
4) Daya guna yang maksimal ruangan dan layout
26
Pembangunan yang telah dilaksanakan berdasarkan perencanaan
bangtman maupun layoutnya harus benar-benar mencerminkan
penggunaan ruangan yang maksimal sehingga tidak terdapat
mesin-mesin yang menganggur maupun mangan yang sudah
terpakai.
5) Keselamatan barang yang diangkut bahan mentah, bahan penolong
dan barang jadi
d. Perencanaan Lingkungan Kerja
Perencanaan lingkungan kerja adalah perencanaan terhadap pengaturan
berbagai fasilitas pelayanan, masalah kondisi kerja dan hubungan kerja
sedemikian rupa sehingga mendukung peningkatan produktifitas kerja
perusahaan secara keseluruhan.
Fasilitas pelayanan bisa dengan cara menyediakan ruangan untuk kantin
bagi mereka pada jam istirahat ingin makan dan minum, pelayanan kesehatan
dengan jalan dalam jangka waktu tertentu perusahaan menyediakan dokter
dari luar perusahaan yang mengelola karyawan secara part timer (tidak tetap ).
Dan yang penting jangan sampai ketinggalan untuk menyediakan fasilitas
mushola bagi yang beragama Islam demikian juga tempat berwudhu beserta
kamar kecil maupun kamar mandi.
Kondisi kerja juga mempengaruhi tingkat produktifitas karyawan. Oleh
karenaitu kondisi kerja yang wajar perlu dipenuhi misalnya: penerangan, suhu
ruangan, warna dinding, keselamatan kerja, dll. Aspek yang terakhir adalah
hubungan antar sesama karyawan ini juga mempengaruhi tingkat produktifitas
27
karyawan. Karena hubungan antar sesama k aryawan merupakan motivasi
untuk bekerja sama secara suka rela dan terkoordinir dengan baik dapat
mendukung berhasilnya tingkat produktifitas karyawan yang memuaskan.
Dari sinilah pimpinan harus benar-benar tahu saat kapan memotivasi dan
mendorong
mereka agar hubungan antar sesama karyawan yang terjalin dapat
menciptakan iklim kerja yang hamionis dan sehat sesuai dengan keinginan
seluruh karyawan
perusahaan.
2.5 Pola Aliran Bahan
Pola aliran bahan untuk proses produksi merupakan pola aliran yang dipakai untu
pengaturan aliran bahan dalam proses produksi yang mana akan dibedakan
menurut :
a. Straight Line
Pola ini digunakan pada proses produksi yang berlangsung singkat, relatif
sederhana dan umum terdiri dari beberapa komponen atau beberapa macam
peralatan produksi (production equipment).
Gambar 2.7 Straight Line
b. Serpentine atau Zig-Zag (S-Shaped)
Pola aliran berdasarkan garis-garis patah ini sangat baik diterapkan bilamana
aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan luasan area yang
28
tersedia. Untuk itu aliran bahan akan dibelokkan untuk menambah panjangnya
garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini akan dapat mengatasi segala
keterbatasan dari aliran, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada.
Gambar 2.8 S-Shape
c. U-Shape
Pola aliran menurut U-Shape ini akan dipakai bilamana dikehendakki bahwa
akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal
proses produksinya. Aplikasi garis aliran bahan relative panjang, maka pula U-
Shaped ini akan tidak efisien dan untuk ini lebih baik digunakan pola aliran
bahan tipe zig-zag.
Gambar 2.9 U-Shape
d. Circular
Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan
bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal
aliran produksi berlangsung.
29
Gambar 2.10 Circular
e. Odd-angle
Pola aliran ini tidak terkenal dibandingkan dengan pola aliran yang lain. Pada
dasarnya pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi-kondisi
seperti :
1. Bilamana tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis aliran yang
pendek diantara suatu kelompok kerja dari area yang saling berkaitan
2. Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis
3. Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa
tidak dapat diterapkan
4. Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas – fasilitas
produksi yang ada.
Gambar 2.11 Odd Angle
30
2.6 Pairwise Exchange ( pertukaran berpasangan)
Yaitu satu metode heuristic untuk perbaikan layout berdasarkan pada
meminimalkan total biaya transportasi bahan diantara semua departemen dalam
fasilitas. Diasumsikan bahwa jarak antara departemen aisle dictance dan diukur
dari titik tengah/pusat departemen. Metode pertukaran berpasangan dinyatakan
untuk tiap iterasi. Dimana pada tiap iterasi, semua pertukaran lokasi departemen
yang mungkin dihitung dan pasangan yang mempunyai pengurangan dalam total
biaya terbesar yang akan dipilih. Biasanya yang terpilih adalah pertukaran yang
mempunya total biaya yang paling kecil pada suatu iterasi.dan terpilih layout
perbaikan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Flow Chart
31
Gambar 3.1 Flowchart
3.2 Tahap Persiapan
32
Tahap ini merupakan tahap awal dari penelitian, yang berisi tentang
identifikasi dan perumusan masalah serta studi pustaka tentang topik yang
bersangkutan
1. Survey Perusahaan
Survey dilakukan untuk mengetahui secara menyeluruh keadaan dan proses
produksi yang terjadi pada perusahaan. Pada tahap ini juga memunculkan
beberapa masalah yang terdapat pada perusahaan atau mengidentifikasi masalah
2. Penentuan dan Rumusan masalah
Pada tahap ini peneliti menentukan topik penelitian serta masalah yang akan
diangkat dan diteliti berdasarkan kondisi yang ada di perusahaan, yaitu re-lay out
tata letak pabrik untuk meminimasi biaya material handling (BMH).
3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan teori-teori yang
berhubungan dengan permasalahan yang ada melalui, buku-buku, jurnal, hasil-
hasil penelitian dan dokumentasi yang mendukung.
4. Tujuan penelitian
Tahap ini ditentukan tujuan atau arah dari penelitian yang dilakukan
sehubungan dengan permasalahan yang telah diangkat, yakni merancang ulang
tata letak pabrik dengan metode pairwise exchange untuk menurunkan biaya
perpindahan material.
3.3 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
33
Tahap ini merupakan tahap dimana seluruh data yang diperlukan dikumpulkan
untuk selanjutnya akan dilakukan pengolahan terhadap data tersebut sesuai
dengan langkah pengerjaan yang ditetapkan
3.3.1 Pengumpulan data.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder didapat dari perusahaan langsung baik berasal dari dokumen yang
telah tersedia atau dengan kata lain catatan historis dari perusahaan maupun
dari interview pihak perusahaan yang terkait dalam permasalahan. Selain itu
perlu diketahui tentang aktivitas serta sistem pengadaan barang yang telah
dipakai perusahaan. Data yang dibutuhkan diantaranya :
a) Lay out awal
Data Layout awal perusahaan berupa layout perpindahan bahan
secara riil yang terdapat didalam lokasi produksi berdasarkan
lintasan perpindahan bahan
b) Routing pembuatan produk
Yaitu data tentang alur proses produksi produk meliputi pengadaan
bahan baku sampai proses finishing.
c) Jarak dan frekuensi perpindahan bahan
Data tentang jarak perpindahan bahan baku antar departemen
sampai menjadi produk jadi dan frekuensi perpindahan material
tersebut.
d) Dimensi setiap departemen
34
Disini yang dimaksud adalah data ukuran dimensi setiap
departemen/area produksi pada perusahaan.
e) Biaya material handling
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam material handling dari
departemen satu kedepartemen yang lain,meliputi Biaya tenaga
kerja Biaya depresiasi alat material handling
3.3.2 Pengolahan Data
Tahap ini adalah tahap lanjutan setelah data – data sudah terkumpul.
Kemudian data – data tersebut diolah berdasarkan teori yang diperoleh dari
studi referensi. Adapun pengolahan data yang dilakukan antara lain :
1. Pembuatan from to chart
Yaitu penentuan atau perhitungan mengenai volume material yang
dipindahkan dan aliran bahannya serta pembuatan from to chart
yang didapat dari data frekuensi perpindahan bahan dan biaya
perpindahan antar departemen
2. Perancangan layout usulan hasil dengan perhitungan Pairwise
Exchange
Berdasarkan layout usulan yang diperoleh dari Pairwise Exchange
dengan melakukan beberapa penyesuaian maka tahap selanjutnya
adalah pembuatan layout usulan dengan mempertimbangkan
dimensi setiap departemen, jarak, volume perpindahan bahan
3. Perhitungan jarak dan biaya material handling Layout awal
dan usulan
35
Melakukan perhitungan Jarak dan biaya material handling antar
departemen pada Layout awal dan usulan dengan menggunakan
metode Aisle Distance dan biaya material handling di peroleh dari
perkalian antara biaya material handling per meter dengan total
jarak perpindahan
4. Perbandingan Biaya Material Handling Layout awal dan
usulan
Melakukan perbandingan biaya material handling Layout awal dan
usulan setelah dilakukan perhitungan menggunakan metode
Pairwise Exchange
5. Pembahasan perbandingan biaya Material Handling Layout
usulan dengan Layout awal
Dilakukan pembahasan perbandingan antara layout usulan dengan
layout awal. Jika biaya material handling layout usulan lebih kecil
dari layout awal maka tujuan penelitian tercapai. Jika sebaliknya
maka perlu dilakukan pengecekan kembali data-data yang telah
diperoleh untuk perhitungan metode Pairwise Exchange.
3.3 Tahap Akhir
Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian yang terdiri atas analisa dan
intepretasi data serta kesimpulan dan saran.
A. Analisa hasil
36
Dilakukan analisa perbandingan antara layout usulan dengan layout lama
ditinjau dari segi jarak perpindahan bahan dan biaya material handling.
B. Kesimpulan dan Saran
Merupakan rangkuman dari hasil analisis pemecahan masalah yang
kemudian memberikan solusi perencanaan tata letak pabrik yang baru
yang dapat meminimasi jarak perpindahan bahan.
BAB IV
37
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengamatan secara langsung dari informasi dari pihak
CV. Bengkel Purnama yaitu berupa data mengenai tata letak, produk, mesin
produksi, ukuran, berat jenis produk dan luas area.
4.1.1 Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan oleh CV. Bengkel Purnama ialah memproduksi
berbagai jenis mesin home industri. Macam macam jenis mesin yang
diproduksi dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :
Tabel 4.1 Macam – macam Jenis Mesin
No. Nama Mesin Gambar
1 Mesin pembuat kerupuk
2 Mesin penggiling kopi
38
3 Mesin ketel uap
4 Mesin molen
5 Mesin blender
6 Mesin rajangan
Sumber : CV. Bengkel Purnama
4.1.2 Proses Produksi
Proses produksi mesin home industry pada CV. Bengkel Purnama ada
6 bagian. Pada tahap pertama , bahan utama yaitu besi lonjoran yang ada di
39
bagian gudang penyimpanan bahan baku disiapkan untuk pembuatan
produk.selanjutnya besi lonjoran tersebut dibawa ke bagian pemotongan besi
menggunakan kereta dorong. Pada bagian ini besi lonjoran dipotong sesuai
ukuran yang sudah ditentukan menggunakan cut off. Setelah itu bahan baku/
part yang sudah dipotong sesuai ukuran dibawa ke bagian perakitan
menggunakan kereta dorong. Di bagian ini bahan bahan baku/ part dirakit
dan disambung dengan mesin/ peralatan seperti mesin bubut, mesin bor,
mesin bor frais dan mesi pengelasan kecil dan besar. Mesin yang sudah
setengah jadi kemudian dibawa ke bagian finishing diangkut dengan mesin
katrol untuk dilakukan tahap finishing atau penghalusan body mesin
mengunakan mesin gerinda dan peralatan pendukung lainnya. Kemudian
produk dibawa ke bagian pengecatan menggunakan mesin katrol. Pada bagian
ini dilakukan 2 tahap pengecatan, tahap awal dan akhir agar pelapisan catnya
bisa sempurna. Pada bagian ini produk mesin dibongkar pasang agar
pengecatan dilakukan secara detail dan menyeluruh body mesin. Kemudian
produk dibawa ke bagian gudang penyimpanan produk jadi. Pada bagian ini
produk diuji coba, apabila sudah sempurna maka produk disimpan terlebih
dahulu sebelum dikirim ke pembeli. Dan jika belum sempurna atau terjadi
masalah maka akan dilakukan pengecekan lagi.
4.1.3 Mesin dan Peralatan Produksi
Di dalam melaksanakan aktivitas produksinya, CV.Bengkel Purnama
menggunakan peralatan dan mesin yang terdapat pada tabel 4.2 dibawah ini :
40
Tabel 4.2 Mesin dan Peralatan Produksi
No. Nama Mesin dan Peralatan Jumlah
a. Mesin bubut 5 unit
b. Mesin bor 3 unit
c. Mesin bor frais 1 unit
d. Mesin pengelasan besar 2 unit
e. Mesin pengelasan kecil 4 unit
f. Katrol 2 unit
g. Kereta dorong 2 unit
h. Diesel 1 unit
i. Mobil pick up 1 unit
j. Mesin cut off 2 unit
k. Mesin gerinda 2 unit
l. Mesin kompresor 1 unit
Sumber : CV. Bengkel Purnama
41
4.1.4 Tata Letak Fasilitas Awal Perusahaan
Tata letak fasilitas awal CV. Bengkel Purnama terdapat pada gambar
4.1 dibawah ini :
Gambar 4.1 Tata Letak Fasilitas Awal Perusahaan
Keterangan Tata Letak Fasilitas awal perusahaan :
A = Gudang penyimpanan bahan baku (besi lonjoran, plat besi)
B = Tempat pemotongan besi
C = Tempat perakitan
42
D = Tempat finishing
E = Tempat pengecatan produk
F = Gudang produk jadi
Keterangan Skala Perbandingan :
Skala 1 : 100
1 cm dari gambar = 100 cm di ukuran asli atau 1 m di ukuran asli
Keterangan mesin :
a = Mesin bubut
c = Mesin bor frais
d = Mesin pengelasan besar
j = Mesin cut off
k = Mesin gerinda
l = Mesin kompresor
4.1.5 Luas Area Masing – Masing Tempat Produksi
Luas area pada masing – masing tempat produksi yang terdapat pada
CV. Bengkel Purnama dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 Luas Area Masing – Masing Tempat
Departemen Panjang x Lebar
(m x m)
Luas (m2)
A 7 x 10 70
B 5 x 8 40
C 8 x 10 80
D 8 x 10 80
E 6 x 10 60
43
F 6 x 10 60
Sumber : CV. Bengkel Purnama
4.1.6 Data Permintaan Produk
Data permintaan selama 6 bulan dari bulan Juli 2010 sampai Desember
2010 dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4 Data Permintaan Produk
Bulan Produk (Mesin)Pembuat Kerupuk Penggiling Kopi Ketel Uap Molen Blende
rRajangan
Juli 5 2 2 8 2 1Agustus 6 3 1 7 3 8September 6 4 1 7 1 3Oktober 2 3 - 4 4 5November 3 4 3 5 5 11Desember 6 3 1 5 5 1
Jumlah 28 19 8 36 20 29Sumber : CV. Bengkel Purnama
4.1.7 Ukuran dan Berat Jenis Produk
Ukuran dan berat jenis produk yang dihasilkan oleh CV. Bengkel
Purnama dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini :
Tabel 4.5 Ukuran dan Berat Jenis Produk
Nama mesin
Ukuran
(panjang x lebar x tinggi)
cm
Berat
(kilogram)
Pembuat kerupuk 120 x 60 x 150 300
Penggiling kopi 75 x 60 x 100 100
Ketel uap d = 60, t = 120 1000
Molen 100 x 60 x 75 100
Blender 50 x 50 x 60 50
Rajangan 60 x 50 x100 50
44
Sumber : CV. Bengkel Purnama
4.1.8 Frekuensi Perpindahan
Frekuensi perpindahan dari satu departemen ke departemen lainnya
dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6 Frekuensi Perpindahan
Departemen Frekuensi Perpindahan/hariA – B 3B – C 4C – D 4D – E 2E – F 3
Sumber : CV. Bengkel Purnama
4.1.9 Data Pendukung Pemindahan Bahan
4.1.9.1 Alat pemindahan bahan katrol
Tabel 4.7 Alat pemindahan dengan katrol
DepartemenKecepatan rata-rata saat
mengangkut(m/menit)
Kecepatan rata-rata saat tanpa muatan
(m/menit)B ke C 3 1C ke D 3 1
Sumber : CV. Bengkel Purnama
4.1.9.2 Alat pemindahan bahan kereta dorong
Tabel 4.8 Alat pemindahan dengan kereta dorong
DepartemenKecepatan rata-rata saat
mengangkut(m/menit)
Kecepatan rata-rata saat tanpa muatan
(m/menit)A ke B 6.5 4.5D ke E 6.5 4.5E ke F 6.5 4.5
Sumber : CV. Bengkel Purnama
45
4.1.10 Jam Kerja CV. Bengkel Purnama
Jam kerja CV. Bengkel Purnama dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah
ini :
Tabel 4.9 Jam kerja CV. Bengkel Purnama dalam sehari
Jam kerja
(jam/hari)
Istirahat
(menit/ hari)
Waktu Kerja
(jam/ hari)
Hari kerja
(bulan)
8.5 60 7.5 26 hari
Sumber : CV. Bengkel Purnama
Keterangan :
Jam kerja = 07.30 – 16.00
Jam istirahat = 11.30 – 12.30
4.2. Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data, maka selanjutnya akan dilakukan
pengolahan terhadap data – data yang diperoleh dari CV. Bengkel Purnama
4.2.1 Peta Proses Operasi
Peta proses operasi yang menggambarkan urutan kerja dengan jalan
membagi pekerjan tersebut ke dalam elemen – elemen operasi secara detail.
Dengan adanya peta operasi kerja dapat diketahui langkah – langkah secara
lengkap dimulai dari datangnya bahan baku sampai ke gudang penyimpanan
produk jadi. Pada perusahaan ini alur proses pembuatan setiap produk/mesin
yaitu sama. Adapun peta proses operasi pembuatan mesin home industri dapat
dilihat pada gambar 4.2 berikut ini46
PETA PROSES OPERASI
Kegiatan Simbol Jumlah Pekerjaan : Pembuatan Mesin
pembuat kerupuk
No. Peta : 001
Dipetakan oleh : Jefri Wahyu P
Tanggal 2 Januari 2012
Operasi 33
Pemeriksaan 5
Penyimpanan 1
Jumlah 39
47
Gambar 4.2 Peta Proses Operasi mesin pembuat kerupuk
PETA PROSES OPERASI
Kegiatan Simbol Jumlah Pekerjaan : Pembuatan Mesin
penggiling kopi
No. Peta : 002
Dipetakan oleh : Jefri Wahyu P
Tanggal 2 Januari 2012
Operasi 23
Pemeriksaan 5
Penyimpanan 1
Jumlah 29
48
Gambar 4.3 Peta Proses Operasi mesin penggiling kopi
PETA PROSES OPERASI
Kegiatan Simbol Jumlah Pekerjaan : Pembuatan Mesin
blender
No. Peta : 003
Dipetakan oleh : Jefri Wahyu P
Tanggal 2 Januari 2012
Operasi 23
Pemeriksaan 5
Penyimpanan 2
49
Jumlah 30
Gambar 4.4 Peta Proses Operasi mesin blender
PETA PROSES OPERASI
Kegiatan Simbol Jumlah Pekerjaan : Pembuatan Mesin ketel
uap
No. Peta : 004Operasi 8
Pemeriksaan 3
50
Dipetakan oleh : Jefri Wahyu P
Tanggal 2 Januari 2012
Penyimpanan 2
Jumlah 13
Gambar 4.10 Peta Proses Operasi mesin ketel uap
PETA PROSES OPERASI
Kegiatan Simbol Jumlah Pekerjaan : Pembuatan Mesin
rajangan
No. Peta : 005Operasi 25
Pemeriksaan 5
51
Dipetakan oleh : Jefri Wahyu P
Tanggal 2 Januari 2012
Penyimpanan 1
Jumlah 31
Gambar 4.6 Peta Proses Operasi mesin rajangan
PETA PROSES OPERASI
Kegiatan Simbol Jumlah Pekerjaan : Pembuatan Mesin molen
No. Peta : 006Operasi 26
52
Dipetakan oleh : Jefri Wahyu P
Tanggal 2 Januari 2012
Pemeriksaan 5
Penyimpanan 1
Jumlah 32
Gambar 4.7 Peta Proses Operasi mesin molen
4.2.2 Peta Aliran Proses
Secara umum peta aliran proses akan menggambarkan aktifitas proses
produksi yang lebih detail di bandingkan dengan peta proses operasi. 53
Keuntungan utama dari penggambaran peta aliran proses ini adalah langkah –
langkah proses yang bersifat produktif (operasi dan inspeksi) ataupun tidak
produktif (transportasi, menunggu, menyimpan) dari awal sampai akhir
kegiatan akan di uraikan secara detail. Adapun peta aliran proses pembuatan
mesin yang terjadi di CV. Bengkel Purnama dapat dilihat pada gambar 4.3
berikut ini
PETA ALIRAN PROSES RINGKASAN Pekerjaan : Pembuatan Mesin home industri
No. Peta : 001Dipetakan oleh : Jefri Wahyu PTanggal 2 Januari 2012
Kegiatan JumlahOperasi 7Inspeksi 3Transportasi 4Menunggu 0Penyimpanan 1
Total 15
No KegiatanSimbol
1Besi lonjoran dibawa dengan kereta dorong ke tempat pemotongan besi
2Besi lonjoran dipotong menjadi part part/ bagian bagian dari komponen mesin
3Besi/ komponen yang sudah dipotong diangkut ke tempat perakitan mesin
4Permukaan komponen dihaluskan menggunakan gerinda
5Dilakukan inspeksi/pemeriksaan
54
6Melakukan perakitan dengan memperhatikan akurasi, presisi dari setiap komponen
7Melakukan pengelasan untuk menyatukan semua komponen mesin tersebut
8 Dilakukan inspeksi/ pemeriksaan
9
Dari tempat perakitan mesin setengah jadi diangkut dengan kereta dorong menuju ke tempat pengecatan
10Dilakukan pengecatan dasar untuk semua komponen mesin
11Melakukan perakitan komponen mesin untuk dilakukan pengecatan akhir
12 Dilakukan pengecatan akhir
13 Mesin diangkut ke gudang produk jadi
14 Dilakukan inspeksi dengan cara uji coba mesin
15 Disimpan
Gambar 4.8 Peta Aliran Proses
55
4.2.3 Aliran Bahan Tata Letak Awal
56
Gambar 4.9 Aliran Bahan Tata Letak Awal
4.2.4 Volume Perpindahan Bahan
57
Dari tabel 4.5 telah diketahui dari hasil pengamatan berat benda setiap
jenis mesin pembuat kerupuk adalah 300 kilogram, mesin penggiling kopi
adalah 100 kilogram, mesin ketel uap adalah 1000 kilogram, mesin molen
adalah 100 kilogram, mesin blender adalah 50 kilogram, dan mesin rajangan
adalah 50 kilogram. Dan pada tabel 4.10 dibawah ini merupakan berat benda
yang dipindahkan dalam sehari.
Tabel 4.10 Berat Mesin yang dipindahkan (kilogram/ hari)
ProsesBerat Mesin (kilogram/ hari) Total
(kg/hari)PembuatKerupuk
Penggiling Kopi
Ketel Uap
Molen Blender
Rajangan
Penyimpanan bahan baku (persiapan bahan baku)
69,2 17 115,3 30,76 9,6 21,1 262,9
Proses pemotongan besi/ bahan baku 69,2 17 115,3 30,76 9,6 21,1 262,9
Perakitan/ Assembly 69,2 17 115,3 30,76 9,6 21,1 262,9
Finishing/ Penghalusan 69,2 17 115,3 30,76 9,6 21,1 262,9
Pengecatan 69,2 17 115,3 30,76 9,6 21,1 262,9Gudang produk jadi 69,2 17 115,3 30,76 9,6 21,1 262,9
Total 1314,5
∑ berat mesin yang dipindahkan per hari=berat jenis produk × permintaan /bulanhari kerja/bulan
∑ berat mesin pembuat kerupuk=300× 626
=69,2 kg
Pada perhitungan ini hanya didasarkan pada permintaan yang paling
tinggi untuk setiap produk, karena perusahaan mampu memproduksi setiap
bulan dengan jumlah tersebut. Dengan cara yang sama maka perhitungan total
berat yang lain dapat pada lampiran.
4.2.5 Pengukuran Jarak
4.2.5.1 Jarak pemindahan bahan pada tata letak awal
58
Jarak pemindahan bahan merupakan panjang lintasan yang harus
ditempuh dari suatu area (departemen) ke area (departemen) yang lain.
Pengaturan jarak perpindahan dapat dilakukan dengan menata kembali tata
letak departemen atau area yang terlalu jauh dengan mmperhatikan panjang
lintasan dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Untuk mengetahui jarak pemindahan bahan pada tata letak awal terlebih
dahulu menggambarkan tata letak awal tersebut dalam bentuk koordinat
sumbu x dan sumbu y. Panjang area keseluruhan adalah 72 m dan lebarnya
adalah 15 m, kemudian luas area tersebut dialokasikan menjadi bentuk baris
dan kolom. Sehingga didapatkan suatu kotak – kotak bujur sangkar dengan
panjang dan lebar yang sama. Dengan cara seperti ini maka didapatkan 72
baris dan 15 kolom.
Adapun rumus dari titik pusat adalah sebagai berikut :
X=X1+ X2
2
Y=Y 1+Y 2
2
Keterangan :
X = koordinat tengah sumbu x area i
Y = koordinat tengah sumbu y area i
X1 dan X2 = Nilai X pada kiri dan kanan area i
Y1 dan Y2 = Nilai Y pada kiri dan kanan area
4.2.5.2 Koordinat titik pusat tiap departemen/ area :
A = Gudang penyimpanan besi lonjoran
59
X A=8+15
2=11,5
Y A=62+72
2=67
Dengan cara yang sama maka perhitungan titik koordinat yang lainnya
dapat dilihat pada lampiran 1 dan didapatkan hasil seperti pada tabel 4.11
berikut ini :
Tabel 4.11 Koordinat titik pusat departemen produksi
Departemen Koordinat titik pusat
A (11,5 ; 67)
B (12 ; 15)
C (11 ; 28)
D (11 ; 38)
E (12,5 ; 47)
F (5 ; 5,5)
Perhitungan titik pusat di atas digunakan untuk menghitung jarak
pemindahan bahan antar departemen/ area dengan model jarak Aisle Distance
dibawah ini :
d AB=d AA '+d A' A ' '+d A ' ' B
Dimana :
d AA '=|X A−X A '|+|Y A−Y A '|
d A ' A ' '=|X A '−X A ' '|+|Y A '−Y A' '|
d A ' ' B=|X A ' '−XB|+|Y A' '−Y B|
60
Contoh perhitungan jarak titik koordinat antar departemen A ke
departemen B adalah sebagai berikut :
Koordinat departemen A=|11,5 :57| Koordinat departemen B=|12 :15|
d AB=7,5+52+8=67,5
A−A '=|11,5−4|+|67−67|=7,5
A−A ' '=|4−4|+|67−15|=52
A ' '−B=|4−12|+|15−15|=8 d BC=|12−11|+|15−28|=14
dCD=|11−11|+|28−38|=10 d DE=|11−12,5|+|38−47|=10,5
d EF=7,5+41,5=49
E−E '=|12,5−5|+|47−47|=7,5
E−F '=|5−5|+|47−5,5|=41,5
4.2.5.2 Perhitungan jarak tempuh antar departemen fasilitas awal
Setelah diketahui data frekuensi perpindahan antar departemen dan data
jarak antar departemen maka didapatkan perhitungan jarak tempuh antar
departemen di bawah ini :
Tabel 4.12 Jarak antar departemen tata letak fasilitas awal
Departemen Jarak (m)
Frekuensi Perpindahan(/ hari)
Jarak Tempuh(m/hari)
A – B 67,5 3 202,5B – C 14 4 56C – D 10 4 40D – E 10,5 2 21E – F 49 3 147
Total 466,5
Contoh perhitungan untuk mencari jarak tempuh adalah sebagai berikut
dan untuk perhitungan departemen lainnya dapat dilihat pada lampiran :
Departemen A – B = Jarak x Frekuensi
= 67,5 x 3
61
= 202,5
Departemen B – C = Jarak x Frekuensi
= 14 x 4
= 56
Departemen C – D = Jarak x Frekuensi
= 10 x 4
= 40
Departemen D – E = Jarak x Frekuensi
= 10,5 x 2
= 21
Departemen E – F = Jarak x Frekuensi
= 49 x 3
= 147
Keterangan :
A – B : Aliran perpindahan bahan dari tempat penyimpanan besi lonjoran
ketempat pemotongan besi
B – C : Aliran perpindahan bahan dari tempat pemotongan besi ketempat
perakitan produk/ mesin
C – D : Aliran perpindahan bahan dari tempat perakitan ke tempat
finishing/ penghalusan produk
D – E : Aliran perpindahan bahan dari tempat finishing ke tempat
pengecatan produk
E – F : Aliran perpidahan bahan dari tempat pengecatan ke tempat gudang
produk jadi/ penyimpanan
62
4.2.6 Hasil Perhitungan Jarak Tempuh Alat Pengangkut Bahan Material
Handling pada layout awal
Kereta Dorong
A ke B = 67,5 x 3 = 202,5 meter
D ke E = 10,5 x 2 = 21 meter
E ke F = 49 x 3 = 147 meter
Total Jarak = 202,5 + 21 + 147 = 370,5 m/ hari
= 370,5 m/hari x 26 hari kerja
= 9633 m/ bulan
Total jarak yang ditempuh untuk 1 orang pekerja yakni
96333
=3211meter /bulan
Mesin Katrol
B ke C = 14 x 4 = 56 meter
C ke D = 10 x 4 = 40 meter
Total Jarak= 56 + 40 = 96 meter/ hari
= 96 m/hari x 26 hari kerja
= 2496 meter/ bulan
4.2.7 Perhitungan Biaya Pemindahan Pada Tata Letak Fasilitas Awal
Untuk memperoleh data mengenai biaya pemindahan bahan yang di
keluarkan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain dari biaya
perawatan, operator, bahan bakar, dan jumlah tenaga kerja. Biaya 63
pemindahan bahan di bagian proses produksi dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Kereta Dorong
Jumlah pekerja = 3 orang
Gaji untuk 1 orang pekerja = Rp. 1.430.000,00
Gaji tenaga kerja = 3 x Rp. 1.430.000,00 = Rp. 4.290.000,00
2. Mesin katrol
Biaya perawatan = 2 x Rp. 150.000 = Rp. 300.000 /bulan
Gaji operator = 2 x Rp. 1.430.000 = Rp. 2.860.000
Total biaya pemindahan dengan mesin katrol
= Rp. 300.000 + Rp. 2.860.000
= Rp. 3.160.000/ bulan
Dari hasil perhitungan Biaya pemindahan Tata letak fasilitas awal maka
dapat diketahui total biaya pemindahan bahan seperti di bawah ini :
1. Kereta dorong = Rp. 4.290.000
2. Mesin katrol = Rp. 3.160.000
∑ Biaya = Rp. 4.290.000 + Rp. 3.160.000
= Rp. 7.450.000/ bulan
4.2.8 From To Chart
Untuk membuat form to chart tentang volume aliran bahan material setiap
departemen yaitu dengan rumus :
Total berat per hari x frekuensi perpindahan setiap departemen
64
Adapun contoh perhitungan total berat antar departemen adalah sebagai
berikut :
A – B = 262,9 x 3 = 788,7
B – C = 262,9 x 4 = 1051,6
C – D = 262,9 x 4 = 1051,6
D – E = 262,9 x 2 = 525,8
E – F = 262,9 x 3 = 788,7
Tabel 4.13 Total berat perpindahan material per hari
Departemen ∑ berat per
hari
Frekuensi Total berat
A – B 262,9 3 788,7
B – C 262,9 4 1051,6
C – D 262,9 4 1051,6
D – E 262,9 2 525,8
E – F 262,9 3 788,7
Untuk memperoleh pembuatan from to chart didasarkan pada perhitungan
berat benda yang dipindahkan yaitu berasal pada tabel 4.13
Tabel 4.14 From to chart perpindahan material antar departemen
A B C D E F
A 788,7
B 1051,6
C 1051,6
D 525,8
E 788,7
F
65
Untuk memperoleh pembuatan from to chart didasarkan pada perhitungan
jarak perpindahan benda yang dipindahkan yaitu berasal pada tabel 4.12
Tabel 4.15 From to chart Jarak antar departemen
A B C D E F
A 67,5
B 14
C 10
D 10,5
E 49
F
4.2.9 Perancangan Tata Letak Usulan
Dalam perancangan usulan menggunakan Metode pertukaran berpasangan
yaitu dinyatakan untuk setiap iterasi. Dimana pada tiap iterasi, semua
pertukaran lokasi departemen yang mungkin dihitung dan pasangan yang
mempunyai pengurangan dalam total biaya terbesar yang akan dipilih. Untuk
iterasi 1, dengan layout awal ABCDEF maka akan dilakukan pertukaran
lokasi departemen. Diasumsikan bahwa jarak antara departemen rectilinier
dan diukur dari titik tengah/pusat departemen. Setelah diperoleh form to chart
untuk aliran bahan atau volume perpindahan antar departemen dan jarak antar
departemen maka bisa dilakukan perhitungan melalui tahap iterasi.
66
Gambar 4.10 Layout Awal
Perhitungan total cost material handling lay out awal
TCABCDEF
(788,7 ×67,5 )+ (1051,6 × 14 )+(1051,6 ×10 )+ (525,8 × 10,5 )+ (788,7× 49 )
¿53237,25+14722,4+10516+5520,9+38646,3
¿122642,85
Metode pertukaran berpasangan dinyatakan untuk setiap iterasi. Dimana
pada tiap iterasi, semua pertukaran lokasi departemen yang mungkin dihitung dan
pasangan yang mempunyai pengurangan dalam total biaya terbesar yang akan
dipilih. 67
Untuk iterasi 1, dengan layout awal ABCDEF maka akan dilakukan
pertukaran lokasi departemen seperti berikut ini :
Gambar 4.11 Layout Pertukaran departemen B dengan C
Pertukaran departemen B dengan C
Perhitungan koordinat titik pusat tiap departemen/ area adalah \sebagai
berikut :
B↔ C
X B=9+15
2=12
Y B=23+33
2=28
XC=7+152
=11
68
Y C=10+20
2=15
Perhitungan jarak titik koordinat antar departemen adalah sebagai berikut :
d AB=7,5+39+8=54,5
A−A '=|11,5−4|+|67−67|=7,5
A '−A ' '=|4−4|+|67−28|=39
A ' '−B=|4−12|+|28−28|=8
d BC=|12−11|+|28−15|=14
dCD=|11−11|+|15−38|=23
d DE=|11−12,5|+|38−47|=10,5
d EF=7,5+41,5=49
E−E '=|12,5−47|+|47−47|=7,5
E−F '=|5−5|+|47−5,5|=41,5
Perhitungan total biaya adalah sebagai berikut :
TC ACBDEF ( B−C ) (788,7 ×54,5 )+(1051,6 ×14 )+(1051,6 ×23 )+(525,8 ×10,5 )+(788,7 × 49 )=42984,15+14722,4+24186,8+5520,9+38646,3
¿126060,55
Setelah melakukan 1 tahap pertukaran antara departemen B dan C akan
didapat total cost material handling dan ini dilakukan pada semua departemen
sehingga nanti didapatkan total cost yang paling minimum. Untuk perhitungan
pertukaran departemen dan total cost lainnya dapat dilihat pada lampiran. Dan
pada tabel 4.15 berikut merupakan hasil rekapitulasinya
Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil perhitungan Total Cost Iterasi 1
Urutan departemenAwal
PertukaranDepartemen
Urutan Departemensetelah dilakukan pertukaran
Total Cost
ABCDEF B – C ACDEF ¿126060,55ABCDEF B – D ADCBEF ¿432501,65ABCDEF B – E AECDBF ¿86362,65ABCDEF C – D ABDCEF ¿130276,95ABCDEF C – E ABEDCF ¿129478,25
69
ABCDEF D – E ABCEDF ¿123168,65Dari hasil iterasi 1 diketahui bahwa TC yang paling minimum adalah
TCAECDBF ( B−E ) yang menghasilkan total cost sebesar ¿86362,65. Sehingga,
gambar layout pada iterasi 1 adalah sebagai berikut :
:
Gambar 4.12 Layout optimal pada iterasi 1
70
Untuk iterasi 2, dengan layout iterasi 1 sebagai layout acuan yakni
AECDBF (B-E), maka akan dilakukan pertukaran lokasi departemen seperti
berikut ini :
Gambar 4.14 Layout Pertukaran departemen B dengan C
Pertukaran departemen B dengan C
Perhitungan koordinat titik pusat tiap departemen/ area adalah sebagai
berikut :
B↔ C
X B=9+15
2=12
Y B=23+33
2=28
71
XC=7+152
=11
Y C=43+53
2=48
X E=10+15
2=12,5
Y E=12+20
2=16
X F=2+8
2=5
Y F=1+10
2=5,5
Perhitungan jarak titik koordinat antar departemen adalah sebagai berikut :d AB=7,5+39+8=54,5
A−A '=|11,5−4|+|67−67|=7,5A−A ' '=|4−4|+|67−28|=39
A ' '−B=|12−4|+|28−28|=8d BC=|12−11|+|28−48|=21dCD=|11−11|+|48−38|=10
d DE=|11−12,5|+|38−16|=23,5d EF=7,5+10,5=18
E−E '=|12,5−5|+|16−16|=7,5 E−F '=|5−5|+|16−5,5|=10,5
Perhitungan total biaya adalah sebagai berikut :
TC AEBDCF ( B−C ) (788,7 ×54,5 )+(1051,6 ×21 )+ (1051,6 ×10 )+ (525,8× 23,5 )+(788,7 ×18 )=42984,15+22083,6+10516+12356,3+14196,6
¿102136,65
Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil perhitungan Total Cost Iterasi 2
Urutan departemenAwal
PertukaranDepartemen
Urutan Departemensetelah dilakukan pertukaran
Total Cost
AECDBF B - C AEBDCF ¿102136,65AECDBF B - D AECBDF ¿98718,95AECDBF B - E ABCDEF ¿122642,85AECDBF C - D AEDCBF ¿70588,65AECDBF C - E ACEDBF ¿117121,95AECDBF D - E ADCEBF ¿106080,15
72
Dari hasil iterasi 2 diketahui bahwa TC yang paling minimum adalah
TC AEDCBF (C−D ) yang menghasilkan total cost sebesar ¿70588,65 yang lebih
kecil dibandingkan dengan iterasi 1. Sehingga, gambar layout pada iterasi 2
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.14 Layout optimal iterasi 2
73
Untuk iterasi 3, dengan layout optimal pada iterasi 2 sebagai layout acuan
yakni AEDCBF (C-D), maka akan dilakukan pertukaran lokasi departemen seperti
berikut ini :
Gambar 4.15 Layout Pertukaran departemen B dengan C
Pertukaran departemen B dengan C
Perhitungan koordinat titik pusat tiap departemen/ area adalah sebagai
berikut :
X B=9+15
2=12
Y B=23+33
2=28
XC=7+152
=11
74
Y C=43+53
2=48
X D=7+152
=11
Y D=23+33
2=28
X E=10+15
2=12,5
Y E=12+20
2=16
X F=2+8
2=5
Y F=1+10
2=5,5
Perhitungan jarak titik koordinat antar departemen adalah sebagai berikut :
d AB=7,5+29+28=44,5
A−A '=|11,5−4|+|67−67|=7,5
A '−A ' '=|4−4|+|67−38|=29
A ' '−B=|4−12|+|38−38|=8
d BC=|12−11|+|38−48|=11
dCD=|11−11|+|48−28|=20
d DE=|11−12,5|+|28−16|=13,5
d EF=7,5+10,5=18
E−E '=|12,5−5|+|16−16|=7,5
E−F '=|5−5|+|16−5,5|=10,5
Perhitungan total biaya adalah sebagai berikut :
TC AEDBCF ( B−C ) (788,7 ×44,5 )+ (1051,6× 11)+(1051,6 ×20 )+ (525,8 × 13,5 )+ (788,7× 18 )=35097,15+1156,76+21032+7098,3+14196,6
¿78580,81
Tabel 4.18 Rekapitulasi Hasil perhitungan Total Cost Iterasi 3
Urutan departemenAwal
PertukaranDepartemen
Urutan Departemensetelah dilakukan pertukaran
Total Cost
AEDCBF B – C AEDBCF ¿78580,81AEDCBF B – D AEBCDF ¿96878,65AEDCBF B – E ABCDEF ¿138416,85AEDCBF C – D AECDBF ¿86362,65
75
AEDCBF C – E ACDEBF ¿112915,55AEDCBF D – E ADECBF ¿95564,15
Dari hasil iterasi 3 diketahui bahwa TC yang paling minimum adalah
TC AECDBF (C−D ) yang menghasilkan total cost sebesar ¿86362,65 namun karena
total cost minimum untuk iterasi 3 tersebut lebih besar dari total cost pada iterasi
2, maka prosedur dihentikan. Sehingga, layout usulan yang optimal adalah
A−E−D−C−B−F
Gambar 4.16 Lay out Usulan
A - B – C – D – E – F A - E – D – C – B – F 76
4.2.10 Koordinat titik pusat tiap departemen/ area :
Tabel 4.19 Koordinat titik pusat departemen produksi
Departemen Koordinat titik pusat
A (11,5 ; 67)
B (12 ; 48)
C (11 ; 28)
D (11 ; 38)
E (12,5 ; 16)
F (5 ; 5,5)
Tabel 4.20 Frekuensi Perpindahan
Departemen Frekuensi Perpindahan/hariA – B 3B – C 4C – D 4D – E 2E – F 3
Tabel 4.21 Jarak antar departemen tata letak fasilitas usulan
Departemen Jarak
(m)
Frekuensi Perpindahan
(/ hari)
Jarak Tempuh
(m/hari)
A – B 34,5 3 103,5
B – C 11 4 44
C – D 10 4 40
D – E 13,5 2 27
E – F 18 3 54
Total 268,5
77
4.2.11 Hasil Perhitungan Jarak Tempuh Alat Pengangkut Bahan Material
Handling pada layout usulan
Kereta Dorong
A ke B = 34,5 x 3 = 103.5 meter
D ke E = 13,5 x 2 = 27 meter
E ke F = 18 x 3 = 54 meter
Total Jarak = 103,5 + 27 + 54 = 184,5 m/ hari
= 184,5 m/hari x 26 hari kerja
= 4797 m/ bulan
Total jarak yang ditempuh untuk 1 orang pekerja yakni
47973
=1599 meter /bulan
Mesin Katrol
B ke C = 11 x 4 = 44 meter
C ke D = 10 x 4 = 40 meter
Total Jarak= 44 + 40 = 84 meter/ hari
= 84 m/hari x 26 hari kerja
= 2184 meter/ bulan
4.2.12 Perhitungan Biaya Pemindahan bahan material Pada Tata Letak
Fasilitas usulan
1. Kereta Dorong
Gaji tenaga kerja = 3 x Rp. 1.430.000 = Rp. 4.290.00078
Total biaya dikeluarkan untuk 3 tenaga kerja = Rp. 4.290.000/bulan
Pada layout awal dengan jarak 9633 meter/bulan dikerjakan oleh 3
orang pekerja atau sama juga 1 orang pekerja menempuh jarak 2496
meter/bulan. Sedangkan pada lay out usulan didapat jarak sebesar 4797
meter/bulan atau jika dengan jumlah pekerja 3 orang maka setiap orang
menempuh jarak 1599. Dengan demkian perusahaan dapat melakukan
efisiensi tenaga kerja pada bagian ini yaitu hanya mempekerjakan 2
orang pekerja karena jarak tempuh kereta dorong layout usulan lebih
kecil dari layout awal. sehingga perusahaan dapat menghemat sebesar
Rp. 1.430.000.
∑ pekerja = 2 orang
Total biaya dikeluarkan untuk 2 tenaga kerja = Rp. 2.860.000/bulan
2. Mesin katrol
Biaya perawatan = 2 x Rp. 150.000 = Rp. 300.000 /bulan
Gaji operator = 2 x Rp. 1.430.000 = Rp. 2.860.000
Total biaya pemindahan dengan mesin katrol
= Rp. 300.000 + Rp. 2.860.000
= Rp. 3.160.000/ bulan
Biaya pemindahan mesin katrol pada layout usulan :
Dari departemen E ke departemen B = Rp. 200.000
Biaya material handling layout awal = Rp. 4.290.000 + Rp. 3.160.000
= Rp. 7.450.000/ bulan
79
Biaya material handling layout usulan
= Rp. 2.860.000 + Rp. 3.160.000 + Rp. 200.000
= Rp. 6.220.000/ bulan
Biaya material handling yang dapat dihemat oleh perusahaan sebesar
= Rp. 7.450.000 - Rp. 6.220.000
= Rp. 1.230.000 / bulan
80
BAB V
ANALISA DAN INTERPRETASI DATA
5.1 Analisa Layout awal dengan layout perhitungan Pairwise Exchange
Layout awal dan aliran bahan sangat berguna untuk menganalisa tata letak
fasilitas produksi karena disini digambarkan layout yang menunjukkan lokasi dari
semua proses produksi yang berlangsung serta aliran bahan yang melewati area-
area yang ada didalamnya tata letak awal perusahaan dirasa kurang baik karena
jarak material handling terlalu panjang yaitu 466,5 m/ hari seperti ditunjukkan
pada tabel 4.12 sehingga menyebakan total biaya material handling yang besar
yaitu 122642,85/ hari
81
Gambar 5.1 Tata Letak Fasilitas Awal Perusahaan
Keterangan Tata Letak Fasilitas awal perusahaan :
A = Gudang penyimpanan bahan baku (besi lonjoran, plat besi)
B = Tempat pemotongan besi
C = Tempat perakitan
D = Tempat finishing
E = Tempat pengecatan produk
F = Gudang produk jadi
Dengan mempertimbangkan faktor di atas maka di lakukan penataan
ulang tata letak menggunakan metode Pairwise Exchange yang dinyatakan
82
untuk tiap iterasi. untuk mendapatkan total biaya material handling yang
kecil dilakukan sampai 3 iterasi. Hasil Layout setiap iterasi dapat dilihat pada
lampiran
5.2 Analisa Koordinat Titik Pusat Tiap Departemen
Jarak antar departemen dapat dihitung dari koordinat titik pusat tiap
depatemen yang terlebih dahulu dalam bentuk koordinat sumbu x dan sumbu
y yang luas layout awalnya dialokasikan menjadi 72 baris dan 15 kolom.
Setelah melakukan perancangan tata letak dengan Pairwise Exchange
koordinat titik pusat tiap departemen layout awal mengalami perubahan
sehingga didapatkan titik pusat tiap departemen layout usulan berikut ini :
Tabel 5.1 Koordinat titik pusat tiap departemen
Departemen Layout awal Layout usulan
A (11,5 ; 67) (11,5 ; 67)
B (12 ; 15) (12 ; 48)
C (11 ; 28) (11 ; 28)
D (11 ; 38) (11 ; 38)
E (12,5 ; 47) (12,5 ; 16)
F (5 ; 5,5) (5 ; 5,5)
Sumber : pengolahan data
83
5.3 Analisa Jarak Antar Departemen
Dalam total biaya material handling faktor penting yang dapat mempengaruhi
perhitungannya adalah jarak perpindahan dari satu departemen ke departemen
yang dituju pada saat proses produksi. Jika jarak antar departemen terlalu panjang
maka akan menyebabkan biaya material handling menjadi besar. Perhitungan
jarak antar departemen dapat dihitung dengan model jarak Aisle Distance. Dan
untuk mendapatkan perhitungan jarak layout usulan dilakukan dengan metode
Pairwise Exchange Didapat hasil perhitungan jarak layout awal dan layout usulan
dapat dilihat pada tabel 5.3 selisih total jarak antara layout awal dengan layout
usulan sebesar 64 m. jadi jarak perpindahan material dapat diperkecil sebesar 64
meter setiap harinya
Tabel 5.3 jarak antar Departemen
Departemen Layout Awal (meter)/ hari Layout Usulan (meter)/ hari
A – B 67,5 34,5
B – C 14 11
C – D 10 10
D – E 10,5 13,5
E – F 49 18
Total 151 87
5.4 Analisa Jarak Tempuh Antar Departemen
Jarak tempuh antar departemen yaitu jarak yang ditempuh untuk perpindahan
material dikalikan frekuensi perpindahan material antar departemen. Setelah
84
dilakukan perhitungan total cost atau TC setiap iterasi perhitungan layout awal
menggunakan metode Pairwise Exchange didapatkan pertukaran departemen yang
mempunyai TC terkecil yaitu A - E – D – C – B – F dengan biaya
Rp.78580,81/hari sehingga didapat selisih jarak tempuh antara layout awal dengan
layout usulan sebesar 153 meter. Dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.3 jarak tempuh antar departemen
Departemen Layout Awal (meter)/hari Layout Usulan (meter)/hari
A – B 202,5 103,5
B – C 56 44
C – D 40 40
D – E 21 27
E – F 147 54
Total 421,5 268,5
5.5 Analisa Biaya Pemindahan Bahan ( Material Handling) layout awal
dengan layout Usulan
Setelah dilakukan perhitungan jarak serta melakukan pertukaran antar
departemen dari layout awal untuk mendapatkan TC yang terkecil didapatkan
biaya material handling dari layout awal dengan layout usulan sebagai berikut:
Layout awal
∑ Biaya = Rp. 4.290.000 + Rp. 3.160.000
= Rp. 7.450.000/ bulan
Layout usulan
∑ Biaya = Rp. 2.860.000 + Rp. 3.160.000 + Rp. 200.00085
= Rp. Rp. 6.220.000/ bulan
Penurunan biaya awal dengan biaya usulan = Rp. 7.450.000 - Rp. 6.220.000
= Rp. 1.230.000 / bulan
Prosentase
7.450.000−6.220 .0007.450 .000
X 100 %
= 16,51 %
Dari perbandingan di atas dapat diketahui bahwa layout usulan mempunyai
biaya 16,51 % lebih kecil dari pada layout awal
BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
Dari perhitungan dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan
1. Rancangan Layout Usulan dengan menggunakan metode Pairwise
Exchange
86
Gambar 6.1 Tata Letak Fasilitas Usulan Perusahaan
Keterangan Tata Letak Fasilitas usulan perusahaan :
A = Gudang penyimpanan bahan baku (besi lonjoran, plat besi)
B = Tempat pemotongan besi
C = Tempat perakitan
D = Tempat finishing
E = Tempat pengecatan produk
F = Gudang produk jadi
87
2. Hasil perbandingan total biaya material handling yang sudah dihitung dari
layout awal sebesar Rp.7.450.000/ bulan. Untuk metode usulan
menghasilkan total biaya sebesar Rp. 6.220.000/ bulan. Sehingga
perusahaan dapat meminimasi biaya material handling sebesar Rp.
1.230.000 per bulan atau 16,51%
6.2 SARAN
Adapun saran dari penelitian ini adalah metode usulan metode Pairwise
Exchange dapat diterapkan dalam perancangan tata letak pabrik di CV. Bengkel
Purnama untuk mendapatkan produktifitas yang lebih optimal
88