STUDI JUVENIL KARANG YANG MENEMPEL PADA RUMPON BUATAN DI
PERAIRAN PULAU MANDANGIN, KECAMATAN SAMPANG, KABUPATEN
SAMPANG - JAWA TIMUR
PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
MAHMUD
NIM. 105080600111040
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
STUDI JUVENIL KARANG YANG MENEMPEL PADA RUMPON BUATAN DI
PERAIRAN PULAU MANDANGIN, KECAMATAN SAMPANG, KABUPATEN
SAMPANG - JAWA TIMUR
PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
MAHMUD
NIM. 105080600111040
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
PRAKTEK KERJA LAPANG
STUDI JUVENIL KARANG YANG MENEMPEL PADA RUMPON BUATAN DI
PERAIRAN PULAU MANDANGIN, KECAMATAN SAMPANG, KABUPATEN
SAMPANG - JAWA TIMUR
Oleh :
MAHMUD
NIM. 105080600111040
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
(Oktiyas Muzaky Luthfi, ST, M.Sc)
NIP. 19791030 200801 1 007
Tanggal :
telah dipertahankan didepan penguji
pada tanggal _____________________
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
SK Dekan No. :___________
Tanggal :________________
Dosen Penguji,
(M. Arif As’adi, S.Kel, M.Sc)
NIP. 19821106 200812 1 002
Tanggal :
Mengetahui,
Ketua Jurusan
(Dr.Ir. Daduk Setyohadi, M.P)
NIP. 1963 0608198703 1 003
Tanggal :
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :MAHMUD
NIM : 105080600111040
Prodi : Ilmu Kelautan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam laporan PKL yang saya tulis ini
benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan
saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain kecuali tertulis dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan PKL ini hasil
jiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 27Januari 2015
Mahasiswa
MAHMUD
NIM. 105080600111040
i
RINGKASAN
MAHMUD. Studi Juvenil Karang Yang Menempel Pada Rumpon Buatan Di
Perairan Pulau Mandangin, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang - Jawa
Timur. (dibawah bimbinganOKTIYAS MUZAKY LUTHFI)
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Desa Pulau Mandangin
Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang, Jawa Timur pada tanggal 15Mei
2014 sampai dengan 18Mei 2014.Kondisi terumbu karang di perairan pulau
mandangin cenderung mengalami kerusakan karena masyarakat setempat
kurang memahami dengan kegunaan atau mannfaat dari terumbu karang
tersebut.Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah :Untuk mengetahui juvenil
karangyang menempel pada substrat atau rumpon buatan berbahan batok
kelapadan untuk mengetahui efektivitas pertumbuhan juvenil karang pada media
batok kelapa dengan dibandingakan pada media atau substrat yang berbahan
beton.
Pengambilan data pada praktek kerja lapang ini dilakukan dengan
menempatkan bioreeftek pada 3 stasiun yang berbeda dan menggunakan
metode melihat secara langsung atau visual terhadap bioreeftek yang di tanam di
perairan pulau mandangin. Dan dilakukan pengamatan kondisi bioreeftek
maupun juvenile karang yang menempel pada media berbahan batok kelapa
saat pengambilan data berlangsung.
Hasil yang didapat pada saat pengambilan data dari praktek kerja lapang
ini, didapatkan bahwa pada ketiga stasiun tidak mengalami keruskan sama
sekali. Dan pada pengamatan juvenil karang yang menempel, pada stasiun 1
dan 2 tidak didapat adanya rekeuitmen anakan karang. Hal ini dikarena pada
kedua stasiun tersebut memiliki tingkat persaingan pertumbuhan yang tinggi.
Sedangkan pada stasiun 3 didapat 2 rekruitmen anakan karang dengan genus
yang sama yaitu Pocillopora sp. Namu dengan ukuran yang berbeda.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikanLaporan Praktek Kerja Lapang (PKL)
yang berjudul: Studi Juvenil Karang Yang Menempel Pada Rumpon Buatan
Di Perairan Pulau Mandangin, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang -
Jawa Timur. Dalam tulisan ini, disajikan Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang (PKL)yang dilaksanakan di Perairan Pantai Pulau Mandangin Sampang
Madura dan beberapa kelembagaan terkait pengumpulan data sekuder demi
menggali informasi terkait pengelolaan dan potensi perairan setempat.
Dalam pembuatan Laporan Praktek Kerja Lapang ini, penulis telah
berusaha sebaik-baiknya dengan berpegang kepada ketentuan yang berlaku,
namun karena keterbatasan pengetahuan, waktu dan lain sebagainya, maka
penulis menyadari dalam penyajiannya jauh dari sempurna. Penulis
mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini dapat lebih bermanfaat
kedepannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Malang, 27 Januari 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DARTAR TABEL .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vii
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 3
1.3 Manfaat .................................................................................................... 4
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .............................................................. 5
2. METODOLOGI ................................................................................................ 6
2.1 Waktu Dan Tempat Praktek Kerja Lapang ................................................ 6
2.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 7
2.2.1 Alat .................................................................................................... 7
2.2.2 Bahan ................................................................................................ 9
2.3Teknik Pengambilan Data .......................................................................... 9
2.3.1 Kondisi Bioreeftek dan Perhitungan Jumlah Blok ............................... 9
2.3.2 Perhitungan juvenil karang ............................................................... 10
2.3.3 Identifikasi Karang ........................................................................... 11
2.4 Analisa Data ............................................................................................ 12
2.4.1 Kondisi Bioreeftek ............................................................................ 12
2.4.2 Jumlah Pertumbuhan Juvenil Karang............................................... 12
2.5 Alur Kegiatan Penelitian .......................................................................... 13
3. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANG ................................. 14
3.1 Gambaran Umum Kondisi Lokasi Praktek Kerja Lapang ......................... 14
3.1.1 Aspek Geografis .............................................................................. 14
3.1.2 Luas Wilayah ................................................................................... 14
3.1.3 Topografi ......................................................................................... 16
Halaman
iv
3.1.4 Klimatologi ....................................................................................... 16
3.2 Kondisi Perairan Lokasi Praktek Kerja Lapang ........................................ 18
3.2.1 Terumbuh Karang ............................................................................ 18
3.2.2 Biodiversitas Biota Laut ................................................................... 20
3.2.3 Kualitas Perairan ............................................................................. 20
4. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG ............................................................... 22
4.1 Kondisi Bioreeftek ................................................................................... 22
4.2 Jenis-Jenis Anakan Karang (Juvenile Reef) Yang Menempel Pada
Substrat .................................................................................................. 24
4.3 Kelimpahan dan Ukuran Rekruitmen ....................................................... 25
4.4 Efektivitas Media Bioreeftek Terhadap Pertumbuhan Juvenil Karang ..... 26
4.5 Permasalahan dan Alternatif ................................................................... 26
5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 28
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 28
5.2 Saran ...................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
LAMPIRAN ........................................................................................................ 30
v
DARTAR TABEL
Tabel......................................................................................... Halaman
Tabel 1 Jadwal Rencana Pelaksanaan PKL ........................................................ 5
Tabel 2. Penempatan Stasiun Bioreeftek ............................................................. 7
Tabel 3. Alat yang digunakan dalam PKL ini ASD (Alat Selam Dasar) ................. 7
Tabel 4. Bahan-bahan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ....................... 9
Tabel 5. Luas wilayah pulau Mandangin per Dusun ........................................... 15
Tabel 6. Data curah Hujan minimun dan maksimun serta kejadian hujan perhari
di Lokasi Praktek Kerja Lapang ......................................................................... 17
Tabel 7 Pengamatan kondisi bioreeftek ............................................................. 23
Tabel 8. Jenis-jenis anakan karang (Juvenile Reef) pada masing-masing stasiun
.......................................................................................................................... 25
Tabel 9. Ukuran rekuitmen anakan karang (Juvenile reef) dilokasi penelitian .... 26
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar…………………………… ……………………………………. Halaman
Gambar 1.Peta Lokasi Perairan Desa Pulau Mandangin. .................................... 6
Gambar 2.Illustrasi Bioreeftek yang ditanam pada perairan mandangin ............ 10
Gambar 3. Alur kegiatan penelitian .................................................................... 13
Gambar 4. Luasan Pulau Mandangin Kec. Sampang – Maduran berdasarkan
dusun ................................................................................................................. 15
Gambar 5. Data curah hujan pulau Mandangin (2013)....................................... 17
Gambar 6. Terumbu Karang massive yang ditemui saat penelitian .................... 19
Gambar 7. Tipe Soft coral yang ditemui saat penelitian ..................................... 19
Gambar 8. Beberapa biota laut yang dijumpai saat pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang (PKL) .................................................................................................... 20
Gambar 9. Gambaran kondisi umum bioreeftek diseluruh stasiun pengamatan . 23
Gambar 10. Juvenil yang tumbuh pada stasiun 3 .............................................. 24
Gambar 11. Kelimpahan rekruitmen anakan karang pada bioreeftek ................. 25
Gambar 12. Rekuitmen teritip dan zenia sp. pada media bioreeftek .................. 27
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Pasang-Surut Pulau Mandangin ...................................................... 30
Lampiran 2 Kegiatan Praktek Kerja Lapang ....................................................... 32
Lampiran 3 Foto Kondisi Bioreeftek Pada Stasiun 1 .......................................... 33
Lampiran 4 Foto Kondisi Bioreeftek Pada Stasiun 2 .......................................... 34
Lampiran 5 Foto Kondisi Bioreeftek Pada Stasiun 3 .......................................... 35
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dunia dan berperan
sebagai pusat keanekaragaman hayati karang dunia, yaitu 1.650 jenis karang
dengan luas terumbu karang kurang lebih 50,875 km2 atau kira-kira separuh dari
luas terumbu karang Asia Tenggara (WRI, 2002). Salah satu alasan tingginya
keanekaragaman hayati karang di Indonesia adalah adanya keanekaragaman
habitat akibat banyaknya pulau-pulau kecil yang tersebar di perairan Indonesia.
Namun seringkali keberadaan ekosistem terumbu karang menjadi sasaran bagi
masyarakat awam untuk dijadikan sumber mata pencaharian, sehingga berbagai
alat terlarang yang digunakan agar mendapat yang diinginkan tanpa
menghiraukan kerusakan yang akan terjadi pada terumbu karang, bahkan jika
dibiarkan akan terjadi kepunahan. Berdasarkan Laporan program nasional
penyelamatan terumbu karang COREMAP (Coral Reefs Rehabilitation and
Management Program) menyatakan bahwa hanya sedikit kondisi terumbu karang
yang masih sangat bagus, yaitu 6,2%. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
menurunnya hasil tangkapan ikan yang diperoleh nelayan. Volume hasil
penangkapan ikan semakin menurun, ukurannya semakin kecil dan jarak
tangkap yang semakin jauh (Munasik, 2008).
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang paling produktif di
lautan. Hal ini menjadikan terumbu karang memiliki potensi keragaman jenis
biota yang tinggi dan bernilai ekonomis penting. Adapun potensi terumbu karang
juga berperan penting dalam berbagai hal seperti tempat sumber kehidupan
keragaman biota laut dan mampu memberikan jasa lingkungan karena
keindahan yang dimilikinyadan sekaligus sebagai sumberdaya industri ekowisata
2
kelautan. Namun potensi sumberdaya terumbukarang di Indonesia semakin
menurun dan terancam rusak, hal ini karena diakibatkan oleh terjadinya
ekploitasi karang (Indarjo, et al, 2004).
Penelitian pola rekrutmen dengan menggunakan berbagai substrat buatan
sebagai media penempelan juvenil karang menunjukkan adanya pengaruh jenis
substrat terhadap penempelan juvenil karang (Harriot dan Fisk, 1987). Juvenil
karang merupakan anakan karang atau koloni yang tumbuh dengan sendirinya
dengan kondisi perairan maupun lingkungan disekitar terumbu karang. Salah
satu upaya untuk memperoleh hasil maksimum dalam penempelan planula
karang, digunakan substrat kolektor berupa Blok Beton dan Batu Andesit yang
dianggap memenuhi syarat sebagai substrat kolektor yang baik yaitu, terbuat dari
campuran semen dan pasir sehingga tahan lama, memiliki permukaan yang
kasar, memiliki sisi vertikal, diagonal dan horizontal (Munasik,2012).
Penempelan yang melibatkan pengaruh kelulus hidupan juvenil karang
yang berhasil menempel pada proses rekruitmen sangat bergantung sekali pada
perawatan substrat yang ditanam, kondisi lingkungan dan kedalaman perairan
yang akan ditanam (Downes, 1982). Pengamatan rekruitmen karang dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis substrat kolektor, baik dari alam
maupun buatan. Menurut Harriot dan Fisk (1987), berbagai substrat kolektor
sebagai media penempelan juvenil karang menunjukkan adanya pengaruh
terhadap jenis dan sisi substrat kolektor yang digunakan. Selainitu, tegakan atau
posisi pemasangan media substrat kolektor juga berpengaruh dalam proses
rekruitmen. Beberapa factor penting lainnya yang mempengaruhi keberhasilan
penempelan juvenil karang adalah tempat hidup, kondisi lingkungan, perbedaan
kedalaman perairan (Fitzhardinge dan Brock, 1989) dan eksposur gelombang
(Harriot dan Fisk,1987). Perbedaan kedalaman mempengaruhi jumlah atau lama
3
penyinaran terhadap proses perkembangan juvenil karang setelah menempel
pada substrat (Wijayanti, et al, 2012).
Mahasiswa Universitas Trunojoyo bekerjasama dengan Dirjen Kerentanan
Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (KP3K) untuk menyelenggarakan perawatan laut
(Marine Care) dengan tema "Rehabilitasi Terumbu Karang dengan Teknik
Bioreeftek menuju Sampang Bahari", yang berlangsung selama tiga hari, 21-23
Desember 2012. Lokasi yang dipilih adalah Pulau Mandangin, sebuah pulau
yang terletak di Kabupaten Sampang, Madura. Pulau ini dijadikan tempat wisata
karena terkenal dengan keindahan pasir putih, terumbu karang yang masih alami
dan kualitas air yang jernih sehingga sangat berkompeten untuk dilakukan
penanaman bioreeftek atau rumpon dasar buatan. Bioreeftek adalah teknologi
rehabilitasi terumbu karang yang dikembangkan oleh Badan Pengawasan dan
Observasi Laut (BPOL) sejak tahun 2008, dengan bahan utama tempurung
kelapa. Bioreeftek berfungsi untuk merekrut larva planula karang secara alami
(reproduksi seksual). Setelah larva planula karang menempel pada substrat
Bioreeftek tersebut, dilakukan pemindahan ke ekosistem terumbu karang dengan
prosentase relatif rendah (KKP, 2012).
Pulau ini memiliki keanekaragaman terumbu karang yang baik, tetapi
masih belum ada yang melakukan monitoring tentang juvenil karang.Oleh karena
itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut lagi tentang monitoring juvenil karang
agar juvenil karang di pulau ini tetap terjaga kelestariannya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dengan mempraktekkan
langsung ke lapang dan menambah pengetahuan tentang juvenil karang yang
menempel pada substrat atau media batok kelapa dan proses pengambilan data
juvenil di Perairan Pulau Mandangin.
4
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui juvenil karang apa saja yang menempel pada substrat atau
rumpon buatan yang terbuat dari batok kelapa, yang telah ditanam
sebelumnya di kawasan terumbu karang perairan pulau mandangin, yang
dilakukan oleh mahasiswa Universitas Trunojoyo.
2. Mengetahui efektivitas dan pertumbuhan juvenil karang pada media batok
kelapa dengan media berbahan beton.
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi
kepada masyarakat tetang Pulau Mandangin dan memberikan informasi serta
pengetahuan kepada peneliti. Selanjutnya agar mendapat data awal dan
referensi yang dapat digunakan untuk acuan proses analisis data selanjutnya.
5
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Perairan Desa Pulau
Mandangin, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang – Jawa Timur dan
dilakukan pada tanggal 15 Mei sampai 18Mei 2015. Penelitian ini dilakukan pada
3 stasiun yang berbeda dan lokasinya terletak di sebelah tenggara Pulau
Mandangin, Kecamatan Sampang Madura (Gambar 1).
Tabel 1 Jadwal Rencana Pelaksanaan PKL
No Kegiatan Mei Juni Juli Agustus
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Pembuatan
Proposal
2. Pengambila
n Data
3. Penyusuna
n Laporan
6
2. METODOLOGI
2.1 Waktu Dan Tempat Praktek Kerja Lapang
Praktek kerja lapang ini akan dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan Mei
2014 selama satu minggu (7 hari). Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL)
pada saat penelitian dilakukan dengan melihat secara visual dan pengukuran
langsung juvenil karang yang tumbuh atau menempel pada substrat.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL)ini dilakukan di kawasa
terumbuh karang perairan sebelah tenggara Desa Pulau Mandangin, Kabupaten
Sampang, Madura, Jawa Timur. Adapun gambar lokasi pelaksanaan.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) sebagaimana terlihat pada gambar 1
dibawah ini
Gambar 1.Peta Lokasi Perairan Desa Pulau Mandangin.
7
Pelaksanaan Praktek kerja lapang (PKL) ini dilakukan dengan
menempatkan reeftek pada 3 stasiun berbeda.Adapun koordinat setiap stasiun
sebagaimana terlihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 2. Penempatan Stasiun Bioreeftek
No Koordinat
Kedalaman Lintang Bujur
1 7°18'59.38"S 113°13'42.90"E 11 m 2 7°18'57.05"S 113°13'45.75"E 12 m 3 7°18'54.78"S 113°13'48.35"E 13 m
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
(PKL)di Perairan Desa Pulau Mandangin, Sampang, Jawa Timur menggunakan
beberapa peralatan untuk mengambil data dengan cara Diving (Menyelam).
Adapun peralatan yang digunakan dalam PKL ini, dapat dilihat pada Tabel 2 di
bawah ini.
Tabel 3. Alat yang digunakan dalam PKL ini ASD (Alat Selam Dasar)
No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
1 Fins
Tipe Full Foot Style
Jenis Fins Ditinjau dari bahan
Silicon
Berfungsi untuk menambah daya kayuh penyelam sehingga dapat laju pergerakan di dalam air.
2 Snorkel
Jenis Snorkel Ditinjau dari bahan: 1. Neoprene 2. Silicon
Ditinjau dari bentuk: 1. J-Shaped 2. L-Shaped 3. Type countour 4. Flexible Hose
Untuk membatu bernafas di permukaan air. Snorkel hanya digunakan saat Skin Dive (berenang pada permukaan saja).
3 Masker
Jenis-Jenis Masker Ditinjau dari bahan: 1. Neoprene 2. Silicon
Ditinjau dari kaca: 1. Single
Digunakan untuk membantu pengelihatan dalam air sehingga penglihatan lebih jelas, selain itu masker juga berfungsi untuk menghindari mata dari iritasi air laut.
8
2. Double 3. Triple
4 Rompi Apung
Jenis Rompi Apung 1. Life Vest/
Standard Safety Vest.
2. Bouyancy Compensator (BC)
Peralatan ini digunakan untuk : 1. Mengapung di permukaan air
sambil berenang, 2. Istirahat di permukaan air
dengan mengembangkanya 3. Alat rescue 4. Netralisasi keterapungan di
setiap kedalaman
5 Tabung
1. Steel (baja), macam ukuran: 38;50;71,2 cuft
2. Alluminium alloys, macam ukuran 38;50;71,2;80 dan 100 cuft.
Sebagai tempat oksigen
6 Regulator
1. Balance First Stage
2. Unbalance First Stage
Untuk menghirup dan mengeluarkan udara
7 Sabuk Pemberat
Jenis Sabuk Pemberat 1. Weight Belt :
Sabuk yang diberi pemberat timah diatur sesuai kebutuhan.
2. Weight Pack : Jarang digunakan karena tidak dapat dilepas bila terjadi keadaan darurat
Digunakan untuk menambah daya apung yang lebih besar 5 - 25 pounds, agar dapat masuk kedalam air.
8 Inverter - Untuk memompa dan mengempeskan BCD
9 Penggaris Butterfly / dengan bahan plastik
Untuk mengukur pertumbuhan Juvenil Karang yang tumbuh pada Rumpon Buatan yang terbuat dari batok kelapa dan campuran semen dengan pasir.
10 Pensil 2B Untuk mencatat jumlah karang, jenis karang dan ukuran karang yang tumbuh pada rumpon buatan.
11 GPS Untuk menentukan kordinat lokasi
12 Camera Underwater
FROG dan Canon Untuk dokumentasi data.
9
2.2.2 Bahan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL)yang dilaksanakan di Perairan
Desa Pulau Mandangin, Sampang, Madura, Jawa Timur menggunakan beberapa
bahan yang di antaranya terlihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 4. Bahan-bahan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL)
No Bahan Kegunaan
1 Batok Kelapa Pembuat media bioreeftek 2 Semen Pembuat media bioreeftek
3 Pasir Pembuat media bioreeftek
4 Air Pembuat media bioreeftek
2.3Teknik Pengambilan Data
2.3.1 Kondisi Bioreeftek dan Perhitungan Jumlah Blok
Pengumpulan data kondisi bioreeftek dilakukan dengan pengamatan
visual secara langsung (in-situ) selama masa penelitian berlangsung.
Pengamatan kondisi bioreeftek ini meliputi kondisi (Keberadaan, perubahan,
pengukuran, dan dokemtasi) pada setiap tusuk bioreeftek yang diletakan pada
setiap stasiun pengamatan (Tabel 2). Pelaksanaan pengamatan bioreeftek
dilakukan dengan frekuansi 7 kali pengulangan selama 3 hari yang dilakukan
pada setiap harinya.
Pengulangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menjaga akurasi data
dan dilakukan pada pukul 09.00 WIB. Pemilihan waktu tersebut didasarkan pada
intensitas cahaya yang mendukung serta kondisi optimal pengamatan, baik
dalam hal gelombang perairan, arus, serta transportasi untuk ke setiap stasiun
pengamatan.
Perhitungan jumlah Blok dalam setiap stasiun dilakukan pada setiap kali
pengamatan, sehingga dalam periode penelitian di dapatkan 7 (Tujuh) kali
perhitungan blok. Perhitungan Blok yang dimaksudkan adalah persentase dari
pembagian jumlah tusuk bioreeftek yang di dapati dalam pengamatan kondisi
10
bioreeftek dengan jumlah tusuk awal yaitu 9 (sembilan). Perhitungan ini
dilakukan pada setiap stasiun pengamatan yang ada. Adapun ilustrasi gambar
bioreeftek sebagaimana terlihat pada gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2.Illustrasi Bioreeftek yang ditanam pada perairan mandangin
2.3.2 Perhitungan juvenil karang
Perhitungan juvenil pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini
dilaksanakan dengan melakukan perhitungan juvenil yang tumbuh pada setiap
tusuk bioreeftek. Dalam satu tusuk bioreeftek terdapat 4 (empat) media
pertumbutuhan namun dalam perhitungan juvenil karang ini 4 media
pertumbuhan dalam satu tusuk bioreeftek tersebut dihitung 1 (satu). Pengamatan
untuk mendapatkan data perhitungan juvenil dilakukan dengan menghitung jenis
juvenil karang dan jumlah populasi karang yang tumbuh dalam setiap tusuk
11
bioreeftek serta mengukur panjang juvenil untuk mengevaluasi terumbu karang
tersebut yang tumbuh pada media termasuk dalam juvenil atau tidak.
Juvenil karang merupakan anakan karang atau koloni yang tumbuh
dengan sendirinya dengan kondisi perairan maupun lingkungan sekitar terumbu
karang yang optimal. Batasan ukuran koloni tidak memiliki makna secara biologis
maupun ekologis namun menunjukan ada tidaknya proses keberadaan juvenil
karang yang tumbuh pada tusuk bioreeftek. Di dalam penilaian resiliensi terumbu
karang, rekruitmen karang diestimasi berdasarkan jumlah koloni karang yang
berukuran kecil, yaitu yang mempunyai diameter koloni terpanjang ≤10 cm
(Bachtiar, et al, 2012).
2.3.3 Identifikasi Karang
Pengumpulan data jenis karang dilakukan dengan memadukan hasil
dokumentasi bawah air yang di dapat pada pengamatan kondisi bioreeftek.
Semua karang yang masuk dalam kategori juvenil karang dicatat dan dilakukan
identifikasi dengan memperhatikan bentuk (life form) pertumbuhan koloni karang
dan bentuk tentakel yang menempel pada setiap media tusuk bioreeftek.
Pengklasifikasian terumbuh karang dilakukan pada “Klasifikasi Genus” karena
untuk mendapatkan tingkat klasifikasi setelahnya akan kesulitan mengingat
ukuran terumbuh karang yang menempel (juvenile reef) masih cukup kecil.
Metode Identifikasi secara visual dan memperhatikan bentuk pertumbuhan
juvenil karang ini mengadopsi metode identifikasi yang dilakukan oleh Palupi, et
al (2012), dan menyatakan jika metode indentifikasi dengan memperhatikan
bentuk (life form) dapat dilakukan bagi penelitian terumbu karang, serta metode
ini dinilai praktis dan mempermudah peneliti dalam menghimpun data.
12
2.4 Analisa Data
2.4.1 Kondisi Bioreeftek
Analisa data kondisi Bioreeftek dilakukan secara diskriptive dengan
memperhatikan keberadaan dan perubahan yang terjadi pada setiap tusuk
bioreeftek yang ada pada setiap bloknya. Berdasarkan dari hasil pengumpulan
data kondisi bioreeftek didapatkan hasil kondisi bioreeftek dengan persamaan
berikut.
𝑃𝐵 = 𝑇1
𝑇0𝑥 100% Rumus 1
Dimana
PB : Persentase Kondisi Bioreeftek
T1 : Jumlah Tusuk Bioreeftek
T0 : Jumlah Awal Tusuk Bioreeftek
2.4.2 Jumlah Pertumbuhan Juvenil Karang
Analisa data pertumbuhan juvenil dilakukan dengan melakukan
pengukuran pada setiap juvenil yang tumbuh pada setiap tusuk bioreeftek.
Juvenil di atas merupakan jenis specimen terumbu karang yang melekat pada
bioreeftek dengan ukuran ≤10 cm, jika pada waktu pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang (PKL) ditemukan pertumbuhan spesimen teumbu karang dengan
panjang lebih dari 10 cm maka tidak termasuk anakan karang (juvenile reef) dan
tidak di hitung.
Perhitungan jumlah juvenil dilakukan dengan memperhatikan ukuran
pertumbuhan yang ada pada setiap tusuk bioreeftek. Sebelum melakukan
perhitungan juvenile karang perlu diketahui jenis terumbu karang tersebut untuk
mengindentifikasi pertumbuhannya, sehingga perhitungan juvenil karang
dilakukan pada setiap jenis juvenile karang yang ada pada setiap tusuk
13
bioreeftek. Data pengukuruan jumlah dan pertumbuhan dimasukan kedalam
lembar data penelitian yang terbagi atas setiap stasiunnya.
Berdasarkan data yang terhimpun kemudian dilakukan perhitungan
persentase keberadaan jenis juvenil yang ditemukan pada saat pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang (PKL). Pehitungan ini dilakukan pada setiap tusuk
bioreeftek yang ada dengan persamaan berikut.
𝑃𝐽𝐽 = 𝐽
𝑇𝐽 𝑥 100% Rumus 2
Dimana :
PJJ : Persentase Jenis Juvenil X
J : Juvenil
TJ : Total seluruh Juvenil
2.5 Alur Kegiatan Penelitian
Alur kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dijelaskan pada gambar
3berikut :
Gambar 3. Alur kegiatan penelitian
Kondisi Bioreeftek
Pulau Mandangin Masalah :
Kerusakan
Karang
Eksploitasi yang
berlebihann.
Penanaman Bioreeftek
pada tahun 2012
Monitoring
Jumlah Juvenil karang
Analisis Data
Hasil
14
3. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANG
3.1 Gambaran Umum Kondisi Lokasi Praktek Kerja Lapang
3.1.1 Aspek Geografis
Pulau Mandangin, secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan
Sampang, Kabupaten Sampang, Madura. Dengan luas sekitar ± 900.400 m2.
Pulau ini berada pada koordinat 7.3104536° LS dan 113.2124805° BT. Pulau ini
berada di tengah laut selat madura dengan jarak 18 mil laut dari ibu kota
Kabupaten, Sampang – Madura.
Pulau Mandangin merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Sampang Kabupaten Sampang yang memiliki 3 dusun yaitu Dusun Candin,
Dusun Kramat, dan Dusun Barat. Secara geografis, masyarakat nelayan adalah
masyarakat yang hidup tumbuh, dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu
kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem,
masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk
kesatuan sosial. Adapun batas-batas wilayah Pulau Mandangin adalah sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timut : Selat Madura
Sebelah Selatan : Selat Madura
Sebelah Barat : Selat Madura
3.1.2 Luas Wilayah
Secara keseluruhan luas pulau mandangin kurang lebih 900.400 m2 yang
terdiri atas beberapa daerah peruntukan yang diantara sebagai berikut.
a). Pemukiman : 639.284m²
b). Tanah non produktive : 90.040m²
15
c). Pemakaman : 18.008 m2
d). Hamparan pasir : 72.032 m2
e). Lainnya : 54.024 m2
Jumlah dusun di Pulau mandangin ada tiga. Dusun barat terdiri dari 6 RT,
dusun Kramat terdiri dari 5 RT, sedangkan dusun Candin terdiri dari 5 RT.
Sementara Luas wilayah Pulau mandangin ditinjau dari luas 3 dusun dapat
dilihat pada Tabel sebagai berikut :
Tabel 5. Luas wilayah pulau Mandangin per Dusun
No. Dusun Luas (m2) Persentase (%)
1.
2.
3.
Dusun Candin
Dusun Kramat
Dusun Barat
321.443
288.128
290.829
35.7
32
32.3
Jumlah 900.400 100%
Sumber : Kantor Desa Pulau Mandangin, 2014.
Adapun gambaran luasan Dusun pada Pulau Mandangin Kecamatan
Sampang Maduran dapat dilihat pada Gambar dibawah ini
Gambar 4. Luasan Pulau Mandangin Kec. Sampang – Maduran berdasarkan
dusun
16
3.1.3 Topografi
Ditinjau dari topografinya, Pulau Mandangin berupa dataran rendah
dengan dasar perairan berupa pasir. Luasan pulau ini terbagi menjadi beberapa
katagori berbeda yaitu kawasan berbukit sedang, tanah liat dan berpasir. Adapun
Letak bentuk permukaan daratan di Pulau Mandangin di klasifikasikan atas 3
(tiga) jenis, yaitu :
a). Dataran berbukit sedang dengan ketinggian 1 – 5 m diatas permukaan
laut. Daerah ini membentang di sepanjang pantai timur mulai dari ujung
bagian timur sampai 500 meter kea rah barat
b). Daerah tanah liat dengan ketinggian 0 – 1m diatas permukaan laut.
Daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah sepanjang pulau serta pada
bagian selatan sisi Timur sekitar tegalan.
c). Daerah berpasir dengan ketinggian diatas 0 – 0.5 m dari permukaan laut.
Daerah ini terletak di sepanjang pantai bagian barat yaitu sekitar
pelabuhan setempat sampai sisi awal utara pulau.
3.1.4 Klimatologi
Seperti juga daerah tropis lainnya, iklim yang ada berupa iklim tropis
dengan 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada umumnya
musim kemarau jatuh pada bulan April hingga bulan Oktober, sedangkan musim
hujan terjadi antara bulan Oktober hingga bulan April.
Pulau Mandangin jika dilihat dari data curah hujanya, dimana pulau
inimemiliki kisaran curah hujan rata-rata antara 139.85mmHg/tahun. Berdasarkan
data Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Kab. Sampang (2013), grafik total
curah hujan dalam setahun dapat di lihat pada Gambar di bawah ini.
17
Gambar 5. Data curah hujan pulau Mandangin (2013)
Curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai
dengan Juni. Sedangkan pada bulan Juli sampai September tidak terjadi hujan.
Curah hujan selama tahun 2013 berkisar antara 0 – 495 mm/Hg dengan rata-rata
antara 139.85 mmHg/tahun. Pada data diatas dapat diketahui jika pada bulan
januari terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. Hal ini tentunya akan
berpengaruh terhadap perubahan lingkungan perairan setempat.
Pada umumnya apabila terjadi hujan dengan intensitas yang besar di
daerah ini, maka akan di ikuti dengan badai. Meskipun demikian masyarakat
setempat secara alami terbiasa dengan kondisi cuaca yang demikian. Adapun
data curah hujan terkecil dan terbesar serta kejadian hujan perhari dalam data
bulanan selama tahun 2013 sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Data curah Hujan minimun dan maksimun serta kejadian hujan perhari
di Lokasi Praktek Kerja Lapang
No. Bulan Curah Hujan
TerKecil (mm/Hg)
Curah Hujan
Terbesar (mmHG)
Jumlah Hari
Hujan (Hari)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
2 3 7 3 7
12 0 0 0 2
140 25 32 20 16 12 0 0 0 2
16 12 11 5 3 1 0 0 0 1
495
158
238
42 34 12 0 0 0 2 4 270
100
200
300
400
500
600
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November DesemberTota
l cu
rah
hu
jan
(mm
/Hg)
Bulan
18
Lanjutan Tabel 5.
No. Bulan Curah Hujan
TerKecil (mm/Hg)
Curah Hujan
Terbesar (mmHG)
Jumlah Hari
Hujan (Hari)
11.
12.
November
Desember
4
1
4
12
1
7
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Kab. Sampang, 2013.
Seperti di wilayah Kabupaten Sampang lainnya, kawasan Pulau
Mandangin Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang - Madura ini memiliki
suhu udara berkisar antara 26 – 32 oC per tahun dengan rata-rata 29 oC
sehingga daerah tersebut memiliki suhu yang cukup panas (BMKG, 2013).
3.2 Kondisi Perairan Lokasi Praktek Kerja Lapang
3.2.1 Terumbuh Karang
Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang kompleks terbentuk dari
hewan karang yang mampu membentuk kerangka kapur atau scleractinian.
Kondisi terumbu karang di perairan Pulau Mandangin Kec. Sampang Madura
masih tergolong baik. Hal ini dapat diketahui dengan banyaknya ragam jenis
karang yang mampu tumbuh di perairan pulau mandangin dan kualitas air yang
jernih. Kondisi terumbu karang dikawasan Pulau Mandangin secara umum di
dominasi oleh jenis terumbu karang dengan pertumbuhan massive yang dapat
ditemui hampir seluruh kawasan fringing reef. Berikut adalah beberapa gambar
terumbuh karang massive yang ditemui saat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
(PKL) yang dapat dilihat pada Gambar berikut.
19
Gambar 6. Terumbu Karang massive yang ditemui saat penelitian
Terumbu Karang selain jenis massive dilokasi penelitian juga ditemui
beberapa jenis Soft Coral seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 7. Tipe Soft coral yang ditemui saat penelitian
Program pemerintah terkait pengelolaan kawasan terumbuh karang yang
berada di Pulau Mandangin ini secara historis sudah berjalan sejak dahulu. Hal
ini dibuktikan dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten
Sampang secara periode program kerja tahun anggaran mengakumulasi
rehabilitasi kawasan terumbuh karang yang berada di daerah administrasinya.
Selain hal tersebut Pulau mandangin termasuk dalam daerah peruntukan wisata
bahari yang dalam hal ini wisata terumbu karang. Pemerintah Kabupaten
Sampang, Madura, Jawa Timur akan menjadikan Pulau Mandangin, sebagai
desa percontohan yang dalam hal ini adalah percontohan dalam pusat
20
pengembangan ekonomi rakyat kecil, bidang kebersihan dan keamanan
lingkungan serta kelestarian ekosistem.
3.2.2 Biodiversitas Biota Laut
Perairan Pulau Madangin Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang –
Madura merupakan salah satu perairan yang memiliki tingkat biodiversitas biota
yang cukup bagus. Hal ini dapat dibuktikan pada saat pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang (PKL) ditemui beberapa jenis biota karang yang hidup dan berkembang
di sekitar terumbu karang. Berikut ini adalah gambar beberapa biota laut yang
hidup di sekitar terumbuh karang yang dijumpai saat pelaksanaan praktek kerja
lapang (PKL).
Gambar 8. Beberapa biota laut yang dijumpai saat pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang (PKL)
3.2.3 Kualitas Perairan
Desa pulau mandangin kecamatan sampang memiliki kualitas perairan
yang cukup bagus. Hal ini dapat ditanami media rumpon buatan yang berbahan
batok kelapa untuk pertumbuhan juvenile karang. Penjelasan keadaan umum
biologi perairan secara umum dapat dilihat pada sub bab sebelumnya
(biodiversitas biota laut). Perairan pulau mandangin tidak terlepas dari proses-
proses fisika perairan seperti suhu, tinggi gelombang, pasang surut, kecerahan
dan lain sebagainya.
21
Pasang surut dilokasi penelitian perairan desa pulau mandangin
merupakan tipe pasang surut ganda.terlihat pada (Lampiran 1) jika terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut selama sehari. Terjadi ketidaksimetrisan ketika
menuju pasang surut pertama dan kedua. Kedalaman perairan dilokasi penelitian
bervariasi, tergantung relief dasar pada daerah masing-masing, secara umum
kedalaman lokasi penelitian berkisar antara 5 – 7 m di bawah permukaan air laut.
Berdasakan nilai kisaran kedalaman tersebut tentunya mempengaruhi tingkat
kecerahan perairan.Kecerahan perairan dilokasi penelitian berkisar > 75% dari
tingkat kedalaman eutropic. Kondisi kedalaman perairan juga menentukan tinggi
gelombang pada suatu daerah. Secara umum lokasi penelitian memiliki tinggi
gelombang antara 20 – 50 cm dan semakin kearah pantai terlihat terjadi
peningkatan tinggi gelombang. Hal ini dipengatuhi oleh fluktuasi perputaran
energy dalam yang terjadi. Apabila kedalaman perairan semakin tinggi maka
tinggi gelombang semakin rendah dan periode semakin lama. Sebaliknya apabila
kedalaman perairan semakin rendah maka tinggi gelombang semakin besar dan
periode gelombang semakin kecil (BMKG, 2013).
22
4. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
4.1 Kondisi Bioreeftek
Penanama bioreeftek yang dilakukan di perairan pulau mandangin untuk
perbaikan ekosistem terumbu karang di pulau-pulau kecil tersebut maka
beberapa Pemerintah dan LSM serta masyarakat telah melakukan penanaman
terumbu buatan dengan metode bioreeftek di perairan pantai pulau Mandangin
Kecamatan Sampang – Madura. Program ini dilaksanakan pada tahun 2012
yang merupakan upaya rahabilitasi terumbu karang. Bioreeftek merupakan
media pertumbuhan terumbu karang. Bioreeftek ditempatkan diperairan yang
banyak terkandung dengan biota terumbu karang.Kawasan tersebut merupakan
tempat yang optimal dan sesuai dengan kondisi karang secara alami. Sehingga
mudah ditumbuhi dengan macam-macam biota dan salah satunya adalah
anakan karang (juevenile reef).
Pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) ini menganalisis kondisi media
bioreeftek yang terletak pada 3 stasiun berbeda. Dimana setiap staisun terdiri
dari 9 tusuk bioreeftek. Dan setiap tusuk bioreeftek tersusun dari 4 media yang
terbuat dari batok kelapa yang diisi dengan campuran semen dan pasir. Ditinjau
dari kondisi bioreeftek pada saat penelitian berlangsung terdapat keadaan yang
masih utuh dari keseluruhan stasiun.
Kondisi fisik terumbu buatan dapat dilihat dari persentase keutuhan bentuk
dan strukturnya. Mulai dari penempatan pertama (Tahun 2012) sampai saat ini
kondisi bioreeftek baik bentuk maupun stukturnya tidak mengalami kerusakan.
Hal ini dikarenakan perairan sekitar pulau mandangin memiliki tingkat ancaman
yang kecil terhadap potensi merusak bioreeftek. Hal ini dapat dilihat dari
kecepatan arus dan gelombang. Adapun gambar kondisi bioreeftek pada setiap
staiun pengamtan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
23
Gambar 9. Gambaran kondisi umum bioreeftek diseluruh stasiun pengamatan
Beradasarkan gambar diatas dapat diketahui jika pada stasiun 1
mengalami perubahan dengan ditumbuhi oleh senia sp. Biota ini merupakan
salah satu biota yang banyak ditemui di perairan Pulau Mandangin. Senia sp
merupakan salah satu dari jenis algae air laut. Dalam perkembangannya, alga
dan terumbu karang saling berkompetisi dalam pertumbuhan. keduanya saling
mencari subtract terbaik untuk hidup dan berkembang. Hal ini dapat
menyebabkan tingkat peluang hidup terumbu karang akan semakin kecil dalam
keberlangsunganya. Sedangkan pada stasiun 2 dan 3 terlihat pada gambar
diatas jika kondisi baik bentuk maupun stuktur tetap sama dan keduanya juga
terlihat ditumbuhi oleh beberapa jenis alga namun dalam intesitas yang kecil.
Tabel 7 Pengamatan kondisi bioreeftek
Stasiun No.
Bioreeftek (Tusuk)
Kondisi Jumlah juvenil
karang yang menempel
Keterangan Utuh Rusak Lainnya
1
1 - - - Alga
2 - - - Alga
3 - - - Alga
4 - - - Alga
5 - - - Alga
6 - - - Alga
7 - - - Alga
8 - - - Alga
9 - - - Alga
24
2
1 - - - Alga
2 - - - Alga
3 - - - Alga
4 - - - Alga
5 - - - Alga
6 - - - Alga
7 - - - Alga
8 - - - Alga
9 - - - Alga
3
1 - - 1 (4 cm) Pocillopora. Sp.
2 - - 1 (2 cm) Pocillopora. Sp.
3 - - - Alga
4 - - - Alga
5 - - - Alga
6 - - - Alga
7 - - - Alga
8 - - - Alga
9 - - - Alga
Gambar 10. Juvenil yang tumbuh pada stasiun 3
4.2 Jenis-Jenis Anakan Karang (Juvenile Reef) Yang Menempel Pada
Substrat
Komposisi Jenis-jenis anakan karang yang tumbuh dan berkembang yang
ditemukan pada bioreeftek pada saat pelaksanaan praktek kerja lapang (pkl) di
perairan Pulau Mandangin Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang Madura
adalah jenis-jenis dalam genus Acropora. Pada stasiun 1 yang terletak pada
koordinat 7°18'59.38" S dan 113°13'42.90" E dan pada stasiun 2 yang terletak
25
pada koordinat 7°18'57.05" S dan 113°13'45.75" E tidak ditemukan adanya
rekutmen anakan karang (Juvenile Reef). Hal ini dikarenakan bioreeftek pada
kedua stasiun tersebut terlalu banyak ditumbuhi oleh alga.Sedangkan pada
stasiun 3 yang berada pada koordinat 7°18'54.78" S dan 113°13'48.35" E juga
ditemukan rekruitmen anakan karang dalam genus pocillopora sp.Adapun data
jenis-jenis anakan karang (Juvenile Reef) yang ditemukan pada saat
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Jenis-jenis anakan karang (Juvenile Reef) pada masing-masing stasiun
No Jenis juvenil Stasiun pengamatan
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1. Pocillopora sp. - -
4.3 Kelimpahan dan Ukuran Rekruitmen
Kelimpahan rekruitmen juvenil yang ditemukan pada saat pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang yang dilaksanakan di perairan Pulau Mandangin
Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang Madura ini diperoleh sebanyak 2
individu yang terdiri dari 1 genus yaitu Pocillopora sp dengan ukuran yang
berbeda. Adapun data kelimpahan rekruitmen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 11. Kelimpahan rekruitmen anakan karang pada bioreeftek
Praktek Kerja Lapang dapat dilihat pada gambar diatas terlihat jika hanya
pada stasiun 3 yang terdapat rekuitmen anakan karang pada bioreeftek yang
0
0.5
1
1.5
2
2.5
1 2 3
rekr
uit
men
Stasiun Pengamatan
Kelimpahan Rekruitmen Juvenil
26
ditempatkan di perairan lokasi penelitian. Anakan karang atau juvenil yang
ditemukan pada stasiun 3 tersebut terdapat 2 buah rekuitmen dengan ukuran
yang berbeda yang diantara 2 cm dan 4 cm dengan genus yang sama, hal ini
dapat lebih mudah dipahami pada tabel berikut:
Tabel 9. Ukuran rekuitmen anakan karang (Juvenile reef) dilokasi penelitian
No. Lokasi Penelitian Genus Rekuitmen Ukuran
1. Stasiun 1 - - - 2. Stasiun 2 - - -
3. Stasiun 3 Pocillopora sp. 2 2 cm 4 cm
4.4 Efektivitas Media Bioreeftek Terhadap Pertumbuhan Juvenil Karang
Hasil data yang diambil pada media rumpon buatan yang berbahan dasar
batok kelapa yang terletak di perairan Desa Pulau Mandangin. Menunjukkan
bahwa media ini kurang efektif dalam pertumbuhan juvenil karang dibandingkan
dengan media lainnya, seperti media yang berbahan beton. Hal ini dikarenakan
media bahan batok kelapa ini baru pertama kali dipakai sebagai media
pertumbuhan koloni karang dan juga kurang perawatan pada media subtrat ini.
Media ini sebelumnya tidak pernah digunakan sebagai media pertumbuhan
juvenile karang atau koloni karang. Sedangkan media yang berbahan beton yang
telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, menunjukkan sangat efektif
sebagai media pertumbuhan juvenile karang.
4.5 Permasalahan dan Alternatif
Permasalahan yang merupakan pokok utama dalam proses rehabilitasi
terumbu karang dengan metode bioreeftek yang dilaksanakan diperairan lokasi
penelitian adalah persaingan rekuitmen antara terumbu karang dengan teritip.
Hal ini menyebabkan laju keberhasilan rehabilitasi terumbu karang dengan
metode bioreeftek menjadi lebih kecil. Laju rekuitmen pada media bioreeftek
dilokasi penelitian secara umum dipenuhi oleh teritip. Selain itu dengan adanya
senia sp. Mengakibatkan laju rekuitmen anakan karang (juvenile reef) menjadi
lebih kecil. Hal ini disebabkan peluang penempelan anakan karang terhadap
media bioreeftek. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut :
28
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasli dari praktik kerja lapang yang telah dilakukan di perairan Desa Pulau
Madangin diperoleh kesimpulan :
1. Juvenil karang yang menempel pada substra atau rumpon buatan yang
ditanam di perairan Desa Pulau Mandngin adalah dalam genus Pocillopora
sp. Juvenil tersebut dapat ditemukan pada stasiun 3. Sedangkan pada
stasiun 1 dan 2 tidak dapat dtemukan rekriutmen karang yang menempel
pada media. Hal ini dikarenakan bioreeftek pada kedua stasiun tersebut
terlalu banyak ditumbuhi oleh alga.
2. Efektivitas pertumbuhan juvenil karang pada media batok kelapa
menunjukkan bahwa media ini kurang efektif untuk pertumbuhan juvenil
karang. Hal ini dikarenakan media batok kepala ini baru pertama kali
digunaka sebagai media pertumbuhan juvenile karang atau koloni karang.
Sedangkan media yang berbahan beton sering digunakan sebagai
pertumbuhan koloni karang dan bahan tersebut menunjuk efektivitas yang
bagus dengan menunjukkan kelimpahan koloni yang mampu tumbuh pada
media tersebut.
5.2 Saran
Perawatan pada media rumpon buatan batok kelapa harus berkala, untuk
lebih mudah ditumbuhi oleh koloni-koloni karang dan dapat tumbuh dengan
sempurna agar sesuai dengan tujuan penanaman dengan tema Rehabilitasi
Terumbu Karang dengan Teknik Bioreeftek menuju Sampang Bahari.
29
DAFTAR PUSTAKA
Bachtir Imam, Muhammad Abrar, & Agus Budiyanto.2012. Rekruitmen Karang Scleractinia di Perairan Pulau Lembata.coral, recruitment, Lembata, composition, abundance. Vol.17 (1) 1-7.
BMKG. 2013. Pasang – Surut Pulau Mandangin dan Sekitarnya. Informasi Meteorologi Maritim BMKG. Surabaya.
Harriot, V. J. and D. A. Fisk. 1987. A comparison of settlement plate types for experiment on the recruitment of scleractinian corals. Mar Ecol Prog Ser 37: 201- 208.
Indarjo Agus, Wisnu Wijatmoko, & Munasik.2004. Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Panjang Jepara.Universitas Diponegoro Semarang, Semarang. Vol. 9 (4) : 217 – 224.
KKP. 2012. Marine Care. http://www.bpol.litbang.kkp.go.id/news/373/Marine-
Care--Beramai---ramai-Tanam-Bioreeftek-di-Pulau-Mandangin/ (Diakses pada tanggal 20 April 2014).
Munasik. 2008. Kondisi terumbu buatan berbahan betonpada beberapa perairan di Indonesia. Prosiding Musyawarah Nasional Terumbu Karang II, Jakarta.
Munasik, Hendro Kisworo, & Diah Permata Wijayati.2012. Studi Penempelan Juvenil Karang Pocillopora Damicornis Pada Jenis Substrat Kolektor Dan
Zona Terumbu Yang Berbeda Di Pulau Panjang, Kabupaten Jepara.Semarang. Journal Of Marine Research. Volume 1.Nomor 1.129-
136 hlm.
Palupi Ratna Dyah, Ricoh Managor Siringoringo, & Tri Aryono Hadi . 2012. Status Rekruitmen Karang Scleractiniadi Perairan Kendari Sulawesi Tenggara. Kendari.Vol. 17 (3) 170-175.
Wijayanti Diah Permata, Eko Puji Hartono, & Munasik.2012. Pengaruh Perbedaan Jenis Substrat dan Kedalaman TerhadapJumlah Juvenil Karang yang Menempel di Perairan PulauSambangan, Kepulauan Karimunjawa, Jepara. Semarang. Journal Of Marine Research. Volume 1.Nomor 2.51-57 hlm.
WRI. 2002. Reefs at Risk in Sotheast Asia. World Resources Institute. Washington. 40pp