Mata Kuliah : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Strategi Penerapan Program K3
Menurut ILO
Kelompok 1:
1. Ririn Puji Iswari (K11108848)
2. Yustina Logen
3. Uswatun Khasanah (K11112104)
4. Farah Mitasari (K11112115)
5. Syahriani Rais (K11112279)
6. Citra Ayu Lestari Hanisu (K11112314)
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar
2014
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi pertolongan
pada hamba-Nya dalam menyelesaikan tugas makalah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai
rintangan. Namun atas kesabaran dan pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa
akhirnya makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja ini dapat terselesaikan.
Dalam makalah mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
berjudul “Strategi Penerapan Program K3 Menurut ILO”.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, saran dan kritikan dari segala pihak sangat kami
harapkan agar makalah ini dapat menjadi lebih baik kedepannya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam mata kuliah ini yang
telah memberikan tugas kepada kami sehingga dapat menambah pengetahuan
kami khususnya mengenai bahan pengawet itu sendiri. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Makassar, September 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................i
Kata Pengantar ..........................................................................................................ii
Daftar Isi ....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)......................................4
B. Strategi Program K3 Depkes..........................................................................4
C. Tujuan Program K3 Depkes...........................................................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................14
A. Kesimpulan ...................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kepentingan
pengusaha,pekerja,dan pemerintah diseluruh dunia. Menurut perkiraan ILO,
setiap tahun diseluruh dunia sebanyak 2 juta orang meninggal karena
masalah. Masalah akibat kerja, dari jumlah ini, 354000 orang mengalami
kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang
mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat
kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya akibat kerja iini amat
besar. ILO memperkirakan kerugian yang alami sebagai akibat kecelakaan-
kecelakaan dan penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US $ 1.25 triliun
atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Perburuhan internasional (ILO) pada tahun 2003 membicarakan
standar-standar K3 sebagai bagian dari pendekatan yang berintegrasi dan
mencapai persetujuan mengenai strategi K3 global yang menghimbau
dilakukannya suatu aksi yang jelas dan terpusat untuk mengurangi angka
kematian, luka-luka, dan penyakit akibat kerja. ILO menghimbau adanya
usaha bersama untuk meningkatkan keselamatan para pekerja. Strategi global
mengenai terdiri dari terciptanya budaya keselamatan dan kesehatan kerja
yang kuat disemua perusahaan dan pengenalan dan pendekatan yang
sistematis terhadap manajemen K3 ditingkat perusahaan telah dikembangkan
dalam “panduan ILO mengenai system manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (ILO-OSH-MS-2001)”.
Strategi-strategi untuk meningkatkan kondisi-kondisi kerja harus
diperluas agar mencakup semua pekerja, khususnya pekerja diperusahaan.
Perusahaan kecil dan menengah serta disektor ekonomi informal, juga
pekerja-pekerja dikelompok-kelompok rentan termasuk pekerja muda,
penyandang cacat, dan buruh migran, serta pekerja mandiri. Pekerja termasuk
kelompok rentan ini harus diberi pertimbangan khusus. Strategi yang
1
dilakukan harus peka terhadap unsure gender untuk melindungi pekerja pria
maupun wanita.
ILO mendukung terciptanya mekanisme pelatihan K3 untuk mencapai
semua pekerja serta para pengusaha melalui paket-paket pelatihan seperti
peningkatan kerja diperusahaan kecil (WISE) dan pelatihan mengnai aksi
partisipasi (Participatory Action Training) untuk sector informal (PATRIS).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja ?
2. Apa saja strategi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja menurut
ILO (International Labour Organization) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Mengetahui strategi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
menurut ILO.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
1. Menrut ILO/WHO
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahteraan fisik, mental, dan
social yang setinggi-tingginya bagi pekerja disebua jabataan,pencegahan
penyimpanan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kerja yang
adaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi dan diringkaskan
sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
jabatannya.
2. Menurut OSHA
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah multi disiplin ilmu yang
berfokus pada penerapan prinsip ilmu dalam memahami adanya resiko yang
memperngaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan
industry ataupun di luar lingkungan industri, selain itu, keselamatan dan
kesehatan manusia dalam bekerja marupakan profisionalisme dari berbagaai
disiplin ilmu yaitu, fisika, kimia, biologi, dan ilmu perilaku yang
diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dana, dan
penanganan bahan berbahaya.
3. Menurut Depnaker RI
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah segala daya upaya dan
pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, mengurangi dan
menanggulangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-
langkah identifikasi, analisa dan pengendalian bahaya secara tepat dan
melaksanakan perundangan-undangan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja.
3
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu tujuan dari K3 untuk
menjaga dan menentukan status kesehatan pekerja pada tingkat yang tinggi
dan terbebas dari factor-faktor lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan.
B. Strategi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
Pilar-pilar dasar strategi OSH Global yang meliputi bangunan dan
pemeliharaan budaya keselamatan dan kesehatan preventif nasional dan
pengenalan pendekatan system manajemen OSH. Sebuah budaya keselamatan
dan kesehatan preventif nasional adalah satu dimana hak untuk lingkungan
kerja yang aman dan sehat melalui sistem hak yang ditetapkan, tanggung
jawab dan tugas, dan dimana prinsip pencegahan diberikan prioritas tertinggi
membangun dan memelihara pencegahan budaya keselamatan dan kesehatan
memerlukan pemanfaatan segala cara yang tersedia untuk meningkatkan
kesadaran umum, pengetahuan dan pemahaman tentang konsep bahaya dan
resiko, dan bagaimana mereka dapat dicegah dan dikendalikan. Pendekatan
sistem ini untuk manajemen OSH ditingkat perusahaan baru-baru ini
dikembangkan dalam pedoman ILO tentang keselamatan dan sistem untuk
pengelolaan sistem OSH nasional.
Strategi penerapan K3 merupakan alat untuk mencapai tujuan
kesehatan kerja berkaitan dengan pemerintah, pengusaha and masyarakat
(tenaga kerja). Oleh karena itu, diperlukan prinsip-prinsip pelaksanaan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja tingkat nasional, tingkat
perusahaan dan tempat kerja.
Berikut ini dapat ditampilan bagan upaya keselamatan dan ksehatan
kerja di tingkat nasional, perusahaan dan tempat kerja (kode praktis ILO-
2001;9-33)
Tingkat Nasional
Kebijakan K3 untuk
Industri
Jaminan Sosial Tenaga
Kerja
Kerangka Hukum dan
Perundang-undangan
4
Pengawasan
Ketenagakerjaan
Pedoman Sistem Pelatihan
Tingkat Perusahaan
Kebijakan K3 Sistem Manajemen K3
Tenaga Kerja yang
Kompeten
Penangkapan yang Aman Alat Pelindungan Diri
Tingkat Tenaga Kerja
Perencanaan Lokasi Seleksi Metode Kerja
Perlengkapan Aman Organisasi Kerja
Operasi Aman
(Genewa,ILO,1997 hal 5)
Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengeluarkan guideline untuk
manajemen mulai dari tingkat nasional sampai sampai pada tingkat
perusahaan menurut ILO-OSH guideline ini, kebijakan K3 ditingkat nasional
menekankan hal-hal berikut (ILO-OSH 2001) :
1. Managemen K3 harus merupakan bagian integral dari keseluruhan
managemen organisasi.
2. Menfasilitasi kegiatan K3 baik di tingkat nasional dan organisasi
3. Keterlibatan pekrja atau perwakilan pekerja pada tingkat organisasi
4. Melaksanakan perbaikan terus menerus terhadap birokrasi, administrasi
dan biaya.
5. Kerjasama antar instansi terkait dalam kerangka managemen K3.
6. Melakukan evaluasi berkala terhadap efektifitas kebijakan K3 nasional.
7. Mempublikasikan managemen K3.
8. Memastikan managemen K3 diberlakukan sama terhadap kontraktor,
pekerjaa kontrak dan pekerja tetap.
Pada bulan juni 2003, konferensi perubahan internasional membahas
kegiatan standar terkait organisasi buruh dunia di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja. Diskusi berlangsung dalam konteks komite terpatrit pada
keselamatan dan kesehatan kesehatan kerja yang terdiri dari 104 anggota
5
pemerintah, 37 anggota perusahaan dan 58 anggota pekerja. Sejak didirikan
pada tahun 1919, subjek keselamatan dan kesehatan kerja telah telah menjadi
inti atau pekerjaan ILO, termasuk kegiatan penetapan standarnya.
Strategi global keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bertujuan
untuk mempromosikan lebih dari pendekatan preventif untuk mengurangi
kecelakaan dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan untuk
mengurangi kecelakaan dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan
dan untuk melakukannya menggunakan promosi yang lebih luas dari
keamanan pencegahan dan budaya kesehatan dan managemen yang lebih baik
dari OSH ditingkat nasional dan tingkat perusahaan.
Kesimpulan konferensi mengurangi strategi global keselamatan dan
kesehatan kerja. Mereka mengkonfirmasi peran instrument ILO sebagi pilar
utama untuk promosi keselamatan dan kesehatan kerja . pada saat yang sama
mereka juga menyuarakan aksi yang terpada yang lebih baik untuk
menghubungkan standar ILO dengan cara lain sebagai advokasi , peningkatan
kesadaran, pengembangan pengetahuan, manajemen, penyebaran informasi
dan kerja sama teknis untuk memaksimalkan dampak.
1. Promosi, peningkatan kesadaran dan advokasi
Hari dunia untuk keselamatan dan kesehatan kerja diadakan pada
tanggal 28 april setiap tahun – kini telah menjadi salah satu peristiwa
internasional yang paling penting untuk mempromosikan OSH.
Pada tahun 2004, III Negara melaporkan berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan hari dunia, sedangkan pada tahun 2005 angka tersebut
meningkat menjadi 115 negara.
Pemerintah, pengusaha, dan pekerja berkomitmen untuk berbagi
macam kegiatan, dengan pemerintah dan pejabat lainnya, kepala eksekutif
pengusaha dan organisasi pekerja memainkan peran aktif.
Ada antusiasme yang cukup besar untuk meningkatkan OSH, semua
yang disajikan lebih lanjut untuk mempublikasikan manusia dan biaya
ekonomi dari kecelakaan dan penyakit ditempat kerja.
6
Konres dunia pada keselamatan dan kesehatan kerja, yang
diselenggarakan di Orlando dan Republik Korea – acara lain promosi
utama bagi keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, yang
diselenggarakan setiap tiga tahun.
ILO juga berusaha meningkatkan visitabilitas instrument sendiri.
Banyak konvensi di OSH dan topic terkait, seperti pengawasan
ketenagakerjaan, telah diratifikasi dalam beberapa tahun terakhir.
Banyak Negara anggota telah memperbaharui undang-undang mereka
pada OSH, penguatan sistem pemeriksaan, dan mengembangkan program
OSH nasional dan sistem untuk memberlakukan program ILO juga telah
aktif mendukung inisiatif di beberapa Negara untuk mengembangkan
kebijakan dan program nasional.
Pembinaan dan promosi pencegahan budaya keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan dasar fundamental untuk meningkatkan kinerja
OSH dalam jangka panjang. ILO harus memainkan peran advokasi yang
berkaitan dengan inisiatif yang berbeda. Oleh karena itu ILO harus :
Mendukung pembentukan secara tahunan internasional atau kampanye
yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran luas tentang
pentingnya OSH dan mempromosikan hak-hak pekerja untuk
lingkungan kerja yang aman dan sehat. Inisiatif harus menghormati
acara peringatan hari buruh yang terorganisir sejak tahun 1984 pada
tanggal 28 april.
Mencari cara untuk meningkatkan visibilitas ILO dan instrumen OSH-
nya.
Mempromosikan konsep managemen yang baik dari keselamatan den
kesehatan ditempat kerja sebagai cara efektif untuk mencapai
pencegahan budaya keselamatan dan kesehatan yang kuat dan
berkelanjutan baik ditingkat nasional dan perusahaan.
Strategi menggunakan pertemuan internasional untuk
mempromosikan pencegahan keselamatan dan kesehatan kerja
7
termasuk world congress pada keselamatan dan kesehatan yang di
selenggarakan bersama ILO dan Asosiasi Jaminan social internasional
Menerapkan pedoman sistem manajemen OSH.
Mendorong peluncuran program OSH nasional oleh otoritas
pemerintah an tertinggi.
2. Pengembangan Instrumen Baru dan Bimbingan terkait
Konferensi ILO tahun 2003 menyerukan pegembangan baru untuk
membangun kerangka promosi untuk OSH. Tiga komponen utama yang
diusulkan Kerangka Konvensi Promosi :
Promosi, ratifikasi, adaptasi ke dalam sistem data dan pelaksanaan
instrumen ILO yang nasional, yaitu konvensi, rekomendasi, kaidah
dan pedoman.
Pembuatan sistem keselamatan kerja nasional, ketentuan hukum,
penegakan hukum, kepatuhan dan pegawasan ketenagakerjaan,
manajemen pengetahuan, pertukaran informasi, penelitian, dan
layanan dukungan.
Membangun program nasional dan strategi, yang memiliki target
terikat waktu dan indicator untuk terus menindaklanjuti dan mengukur
kemajuan melulai indicator yang dipilih.
Dengan maksud untuk meningkatkan relevansi instrument ILO,
pengembangan instrumenbaru di bidang ergonomic dan bahaya
biologis harus diberikan prioritas tinggi. Prioritas juga harus diberikan
untuk pengembangan instrumen baru pada pengadaan mesin dalam
bentuk psikososial untuk kegiatan ILO lebih lanjut.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah area yang dalam
evolusi teknis yang konstan. Instrument tingkat tinggi untuk
dikembangkan karena itu harus focus pada prinsip kunci. ILO harus
mengembangkan metodologi untuk memperbaharui sistematis kode
dan pedoman tersebut.
8
3. Kerjasama Teknis
Konferensi ILO mendukung pentingnya diadakan program OSH
nasional oleh otoritas pemerintahan tertinggi, misalnya dengan kepala
Negara atau parlemen, untuk membantu tempat OSH dipuncak-puncak
agenda nasional.
Dalam rangka untuk memastikan bahwa isu-isu OSH nasional di
bahas di tingkat kebijakan , ILO telah mempromosikan dimasukkannya
aspek OSH dalam rencana aksi nasional untuk program pekerjaan yang
layak atau pekerjaan Negara yang layak di beberapa Negara.
Beberapa proyek telah menargetkan kebutuhan untuk memperkuat dan
memodifikasi inspektorat tenaga kerja untuk memastikan bahwa mereka
secara teknis kompeten dan lebih fokus pada pencegahan.
Perumusan program OSH nasional, yang telah dipromosikan oleh ILO
dalam beberapa tahun terakhir, adalah cara yang efektif untuk
mengkonsolidasikan upaya tripartite dalam meningkatkan sistem OSH
nasional. Dukungan dan peluncuran program OSH nasional oleh otoritas
pemerintahan tertinggi, misalnya dengan kepala Negara, pemerintah atau
perlemen, akan memiliki dampak yang signifikan pada penguatan
kapasitas OSH nasional dan mobilisasi sumber daya nasional dan
internasional. Hal ini penting untuk memastikan partisipasi aktif dari
pengusaha, pekerja dan semua lembaga pemerintah terkait dalam
perumusan dan peaksanaan program. Program ini harus dikembangkan
atau dasar prestasi dan kebutuhan masing-masing Negara mengarah pada
perbaikan sistem OSH nasional dna kapasitas mereka dan kinerja OSH.
4. Pengembangan Pengetahuan, Manajamen dan Aseminasi
Pusat informasi kesehatan dan keselamatan internasional (CIS) ILO,
memainkan peran penting dalam pertukaran informasi internasional OSH
melalui produk informasi jaringan sendiri dan dukungannya terhadap
proyek ILO dan para ahli di lapangan.
Dalam bidang OSH, kapasitas yang memadai untuk mengembangkan,
memproses dan menyebarkan pengetahuan yang memenuhi kebutuhan
9
pemerintah, pengusaha dan pekerja-baik itu standar internasional,
perundang-undangan nasional, bimbingan teknis, metodologi, kecelakaan,
dan penyakit statistik, pendidikan dan pelatihan alat, penelitian atau
bahaya dan penilaian risika data, dalam media apapun, bahasa dan format
yang diperlukan merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi prioritas
utama, mengembangkan strategi koheren dan relevan, dan melaksanakan
program OSH nasional. ILO harus terus menerus meningkatkan
kemampuannya untuk membantu konstituen dalam mengembangkan
kapsitas mereka di daerah dan merespon kebeutuhan spesifik mereka,
terutama dalam pembentukan atau penguatan nasional dan kolaborasi ILO
dengan pusat informasi kesehatan dan keselamatan internasional (CIS) dan
menghubungkan pusat-pusat melalui internet untuk membentuk jaringan
regional dan sistem pertukaran informasi global OSH yang juga berfungsi
sebagai tulang punggung untuk sistem peringatan bahaya global.
ILO harus berkontribusi terhadap upaya internasional dan nasional
yang bertujuan untuk mengembangkan metode kharmonisasi untuk
pengumpulan dan analisis data kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Metodologi juga harus dirancang untuk membantu konstituen dalam
teknik pengumpulan informasi, analisi, pengolahan, dan penyebaran dan
penggunaan informasi yang dapat dipercaya dalam perencanaan, prioritas,
dan proses pengambilan keputusan.
ILO harus mengembangkan materi pelatihan praktis dan mudah
digunakan dan metode di fokuskan pada “melatih pelatih” pendekatan
pada aspek-aspek kunci dari keselamatan dan kesehatan ditempat kerja dan
meningkatkan kapasitas struktur langan ILO dibidang keselamatan dan
penyebaran informasi dan penyediaan pelatihan, khususnya orang-orang
dari pusat pelatihan ILO. ILO harus mendukung Negara-negara
berkembang dalam pembentukan mekanisme pelatihan OSH yang relevan
untuk mencapai semua pekerja dan perwakilan mereka. Pelatihan harus
mengutamakan upaya pencegahan tindakan dan mencari solusi praktis
pelatihan ILO tentang telah digunakan di banyak digunakan dibanyak
10
Negara menghasilkan perbaikan yang nyata di perusahaan. WISE dan
materi pelatihan lainnya harus lebih ditingkatkan dan dibuat tersedia
secarra luas dengan biaya rendah. Kurikulum pendidikan OSH harus
dikembangkan pada tingkat yang sesuai.
5. Kolaborasi Internasional
Salah satu mitra ILO yang paling penting dalam konteks ini adalah
WHO. Gabungan ILO dan kimite WHO tentang kesehatan telah
membahas cara-cara memperkuat kerjasama antara badan-badan dengan
topic seperti promosi pendekatan terpadu dalam sistem manajemen OSH,
OSH dan prioritasnya untuk tindakan dalam kesehatan kerja. Komite
merekomendasikan bahwa kolaborasi harus focus pada :
Bimbingan dan dukungan untuk program OSH nasional
Meningkatkan kerjasama regional dan koordinasi
Koordinasi dan peningkatan informasi dan pendidikan program
Peningkatan kesadaran kegiatan dan instrument melalui kampanye,
acara dan hari-hari khusus.
Kolaborasi dengan organisasi dan badan-badan yang terlibat dalam
berbagai kegiatan dengan OSH, khususnya dengan WHO, telah terbukti
menjadi gaya yang sangat efektif. ILO juga bekerja sama denga industri
internasional pengawasan ketenagakerjaan (IALI) untuk mempromosikan
strategi OSH global yang secara khusus menargetkan sector konstruksi
dan pekerja anak berbahaya. Kolaborasi dengan lembaga-lembaga
internasional lainnya, seperti badan energi ato innternasional, organisasi
maritime internasional, dan institute PBB untuk pelatihan dan riset
(UNITAR) berlanjut dibidangnya masing-masing.
Kerangka konsep kebijakan OSH (K3) internasional menurut komite
gabungan ILO dan WHO untuk Occupational Health yaitu program K3
nasional harus memiliki tiga unsure yaitu program promosi budaya K3,
program pembuatan sistem manajemen K3 dan program sasaran
penerapan. Ketiga program tersebut harus didukung oleh advokasi
promosi, perundang-undangan, pengawasan, dan terasa ahli di bidang K3.
11
Dalam membuat kebijakan nasional, pemerintah harus bersatu pada
peraturan-peraturan internsional seperti WHO dan ILO. Pemerintah juga
harus membentuk dewan penasehat K3 untuk membantu membuat
kebiijakan atau program K3.
Meskipun sampai pada tahun 2004, Indonesia masih belum
meratifikasi konvensi-konvensi ILO yang berkaitan berkaitan dengan K3
kecuali konvensi ILO No 120/1964 tentang Higiene )(Konvensional dan
Perkantoran), tetapi hingga tahun 2000, Indonesia telah merotifikasi
seluruh konvensi Dasar ILO tentang Hak Asasi Manusia yang semuanya
berjumlah delapan. Kedelapan konversi tersebut adalah :
1. Konvensi No. 87 : Kebebasan berserikat dan perlindungan terhadap
hak berorganisasi, 1948.
2. Konvensi No.98 : Hak berorganisasi dan berunding bersama, 1949.
3. Konvensi No.29 : Kerja paksa, 1930.
4. Konvensi No.105 : Penghapusan Kerja paksa, 1950.
5. Konvensi No.100 : Imbalan yang setara, 1951.
6. Konvensi No. 111 : Diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan,1958.
7. Konvensi No.138 : Batas usia minimum, 1973.
8. Konvensi No.182 : bentuk-bentuk terburuk perburuhan anak, 1999.
Beberapa factor yang menghambat atau menjadi kendala dalam
pelaksanan K3 dinegara-negara berkembang adalah
Akses terhadap informasi K3 yang sangat terbatas
Tingkat pengetahuan K3 para manajer dan pekerja yang rendah
Konflik regional, tekanan ekonomi, factor klimatologi dan pertukaran
tenaga asing yang sedikit sehingga mempersulit pelaksanaan K3
Jumlah tenaga kerja tinggi sementara laporan kerja sedikit
Untuk mengatasi masalh-masalah tersebut di atas, maka strategi yang
harus diterapkan harus melliputi strategi berkala internasional, nasional,
tempat kerja (organisasi) dan individual pekerja.
12
Iintervensi dari pemerintah dalam menciptakan aturan dan sistem
ditempat kerja dalam bidang K3 sangatlah penting. Hal ini dibuktikan
oleh Negara-negara industry yang memiliki kerangka kebijakan K3 yang
kuat dan penegakan hokum secara tegas dapat memperbaiki situasi
ditempat kerja secara signifikan. Disamping itu control dari pemerintah
terhadap pelaksanaan K3 dilaporan lebih efektif untuk memperbaiki
kesehatan pekerja, hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan strategi
K3 untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mengembangkan dan menerapkan strategi global, ILO harus
membuat upaya khusus dalam kaitannya dengan Negara-negara dengan
kebutuhan khusus untuk bantuan dan bersedia untuk memperkuat kapasitas
OSH mereka. Cara lain yang dapat dipertimbangkan pada tingkat nasional
sebagai bagian ari strategi untuk meningkatkan kondisi kerja di tingkat
perusahaan, termasuk UKM dan usaha ekonomi informal, dan untuk pekerja
yang rentan dan mempfokuskan kapasitas ini terhadap penyediaan sarana
dan bantua teknis dibidang keselamatan, penggunaan insentif keuangan,
inisiatif untuk memperkuat hubungan antara sistem layann kesehatan primer
dan kesehatan kerja, pengenalaan bahaya, risiko dan pencegahan konsep
dalam kurikulum sekolah dan sistem pendidikan secara umum membangun
yang kuat dan berkelanjutan budaya keselamatan dan kesehatan preventif
secara terus-menerus. Pertimbangan lebih lanjut adalah kebutuhan untuk
mempertimbangkan factor-faktor tertentu gender dalan konteks standar
OSH, instrument lain, sistem manajemen dan praktek. Selain itu pendekatan
terpada harus progresif diterapkan untuk semua area lain dari kegiatan ILO.
Akhirnya, pertimbangan harus diberikan untuk penyediaan sumber daya
yang memadai untuk melaksanakan rencana aksi ini.
B. Saran
Keterlibatan pekerja yang diwakili oleh serikat pekerja dalam usaha
untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan K3 secara tegas di
cantumkan dalam kebijakan pada tingkat nasional.
Diperlukan standar teknis untuk masing-masing sector dalam
mendukung program revitalisasi pengwasan ketenagakerjaan
SDM perlu ditingkatkan baik dari segi kuantitas dan kualitas dalam
menjalankan program pengawasan ketenagakerjaan.
Pemerintah harus mengalokasikan anggaran yang lebih signifikan
untuk promosi K3.
14
DAFTAR PUSTAKA
International Labour Organization (ILO).2004.Global Strategy on Occupational
Safety And Health.Swiss : Internasional Labour Office.
www.ilo.org/publns diakses pada 25 september 2014
International Labour Organization.2013.Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana
untuk Produktivitas.Jakarta : ILO. www.ilo.org/bpblns diakses pada 25
september 2014
Markkanen, Pia.2004.Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia.
International Labour Organization Subregional Officer for South-East
Asia.
15
Top Related