Makalah Koperasi Globalisasi, Rekomendasi ILO
-
Upload
hana-herwika-maulidia -
Category
Documents
-
view
300 -
download
14
description
Transcript of Makalah Koperasi Globalisasi, Rekomendasi ILO
MAKALAH
Koperasi dan Globalisasi serta Rekomendasi ILO
Kelompok 1 :
Fahmi Idris Audina 1206215314
Siti Kholisoh 1306382221
Namira Noviar 1306382391
Hana Herwika Maulidia 1306382303
Alexandra Claudia 1306382341
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil kerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.
Materi ini belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata
ajar lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan/atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Kelompok : 1
Nama : Fahmi Idris Audina
NPM : 1206215314
Tanda Tangan :
Nama : Siti Kholisoh
NPM : 1306382221
Tanda Tangan :
Nama : Namira Noviar
Nama : Hana Herwika Maulidia
NPM : 1306382303
Tanda Tangan :
Nama : Alexandra Claudia
NPM : 1306382341
Tanda Tangan :
NPM: 1306382391
Tanda Tangan :
Mata Ajar : Koperasi
Judul Makalah : Koperasi dan Globalisasi serta Rekomendasi ILO
Tanggal : 24 April 2015
Dosen : Abdillah Ahsan SE, MSE
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya maka makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdillah Ahsan, selaku
dosen dari mata ajar kuliah Koperasi, yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk dapat menulis serta menyelesaikan makalah ini. Makalah ini ditulis
sebagai syarat tugas mingguan dari mata kuliah koperasi.
Tak ada gading yang tak retak, demikian juga kami dalam menulis makalah
ini memiliki beberapa kelemahan dan melakukan kesalahan, sehingga makalah yang
kami tulis ini juga tak luput dari kecacatan. Oleh karena itu, kami meminta maaf atas
kesalahan yang ada dan meminta saran atau masukan bagi makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas kesempatan menulis
makalah ini dan perhatiannya, serta kami juga berharap agar makalah ini bermanfaat
bagi pembaca.
Jakarta, April 2015
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Statement of Authorship …………………………………………………….…….…..i
Kata Pengantar ……………………………………………………………………….iii
Daftar Isi …………………………………… …………………………………….….iv
Pengertian Globalisasi ………………………………………………………..…….…1
Koperasi di Era Globalisasi …………..……………………………………………….3
Peluang dan Tantangan Koperasi Dalam Era Globalisasi …………………………….6
Langkah-Langkah Koperasi untuk Menghadapi Era-Globalisasi …………………… 9
Langkah-Langkah Antisipasi Koperasi dalam Globalisasi ……………………….…11
Koperasi Indonesia dalam Menghadapi Pasar Global ………………………………. .6
Rekomendasi menurut ILO (International Labor Organization) …………………..…7
Daftar Pustaka ………………………………………………….………….…...……11
Pengertian Globalisasi
Secara umum, Globalisasi adalah suatu proses yang mendunia dimana
individu tidak terikat oleh negara atau batas-batas wilayah. Setiap individu dapat
terhubung oleh siapa saja yang ada dibelahan bumi ini dan terjadi penyebaran
informasi dan komunikasi melalui media cetak dan elektronik yang mendunia.
Globalisasi sendiri berasal dari bahasa inggris yaitu Globalization. Kata "Global"
berarti mendunia sedangkan "Lization" berarti proses. Sehingga dalam Pengertian
Globalisasi menurut Bahasa adalah suatu proses yang mendunia. Globalisasi
merupakan suatu proses masuknya negara ke dalam pergaulan dunia. Globalisasi
membuat suatu negara semakin kecil atau sempit dikarenakan kemudahan dalam
berinteraksi antarnegara baik itu dalam perdagangan, teknologi, pertukaran informasi,
dan gaya hidup maupun dengan bentuk-bentuk interaksi lainnya.
Pada umumnya telah kita ketahui, hampir seluruh belahan dunia termasuk
Indonesia, sudah memasuki era yang sudah sering sekali diperbincangkan, “Era
Globalisasi“. Era Globalisasi ini masuk ke Indonesia salah satunya melalui
perdagangan bebas. Bagi Indonesia, era globalisasi ini penting adanya untuk
membuka tertutupnya usaha, khususnya untuk Koperasi.
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan
perdagangan, dimana Negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar
yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap
arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu
negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan
perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu
pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional
secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global
ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain
terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
1. Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara,
dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan
baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah,
infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang
kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
2. Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk
memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio
ataupun langsung) di semua negara di dunia.
3. Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan
tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf
profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman
internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang.
Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas.
4. Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan
cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan
teknologi, antara lain melalui: TV, radio, media cetak, dll. Dengan jaringan
komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai
belahan dunia untuk barang yang sama.
5. Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan
penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan
demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat,
dan adil.
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi
sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional.
Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari
perekonomian global yang ditandai dengan adanya kekuatan pasar dunia.
Globalisasi mempunyai dampak, baik positif maupun negative. Beberapa
dampak positif dari adanya globalisasi adalah sebagai berikut :
Produksi global dapat ditingkatkan
Pandangan ini sesuai dengan teori ‘Keuntungan Komparatif’ dari David
Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat
digunakan dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan
memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan
yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara
Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai
negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan
konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga
dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara
memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh
negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta
tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara
berkembang.
Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja
dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang
dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini seringkali
memerlukan modal dari bank atau pasar saham. Dana dari luar negeri terutama dari
negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri
dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
Beberapa dampak negative dari adanya globalisasi ekonomi ini adalah sebagai
berikut:
Menghambat pertumbuhan sektor industri
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar
negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang
tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada
industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar
negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk
memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan
kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila
suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini
dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi
terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari
luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak
menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri
semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap
neraca pembayaran.
Sektor keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal)
portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar
negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir
masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik.
Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri
akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah
buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini
dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan.
Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka
dalam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka
panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan
ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat
pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin
memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada
prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan
menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin
bertambah buruk.
Koperasi di Era Globalisasi
Keberadaan beberapa koperasi telah dirasakan peran dan manfaatnya bagi
masyarakat, walaupun derajat dan intensitasnya berbeda. Setidaknya terdapat tiga
tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat (PSP-IPB, 1999) :
Pertama, koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu
kegiatan usaha tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat.
Kegiatan usaha dimaksud dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau
perkreditan, atau kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Pada tingkatan ini biasanya
koperasi menyediakan pelayanan kegiatan usaha yang tidak diberikan oleh lembaga
usaha lain atau lembaga usaha lain tidak dapat melaksanakannya akibat adanya
hambatan peraturan.
Peran koperasi ini juga terjadi jika pelanggan memang tidak memiliki
aksesibilitas pada pelayanan dari bentuk lembaga lain. Hal ini dapat dilihat pada peran
beberapa Koperasi Kredit dalam menyediaan dana yang relatif mudah bagi
anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh
dana dari bank. Juga dapat dilihat pada beberapa daerah yang dimana aspek geografis
menjadi kendala bagi masyarakat untuk menikmati pelayanan dari lembaga selain
koperasi yang berada di wilayahnya.
Kedua, koperasi telah menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain. Pada
kondisi ini masyarakat telah merasakan bahwa manfaat dan peran koperasi lebih baik
dibandingkan dengan lembaga lain. Keterlibatan anggota (atau juga bukan anggota)
dengan koperasi adalah karena pertimbangan rasional yang melihat koperasi mampu
memberikan pelayanan yang lebih baik. Koperasi yang telah berada pada kondisi ini
dinilai berada pada ‘tingkat’ yang lebih tinggi dilihat dari perannya bagi masyarakat.
Beberapa KUD untuk beberapa kegiatan usaha tertentu diidentifikasikan mampu
memberi manfaat dan peran yang memang lebih baik dibandingkan dengan lembaga
usaha lain, demikian pula dengan Koperasi Kredit.
Ketiga, koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Rasa
memilki ini dinilai telah menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi mampu
bertahan pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota
dan kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi menghadapi kesulitan tersebut.
Sebagai ilustrasi, saat kondisi perbankan menjadi tidak menentu dengan tingkat bunga
yang sangat tinggi, loyalitas anggota Koperasi kredit membuat anggota tersebut tidak
memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank. Pertimbangannya adalah bahwa
keterkaitan dengan Koperasi kredit telah berjalan lama, telah diketahui
kemampuannya melayani, merupakan organisasi ‘milik’ anggota, dan ketidakpastian
dari daya tarik bunga bank. Berdasarkan ketiga kondisi diatas, maka wujud peran
yang diharapkan sebenarnya adalah agar koperasi dapat menjadi organisasi milik
anggota sekaligus mampu menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan
lembaga lain.
Jadi jelas terlihat bahwa Koperasi Indonesia masih sangat penting walaupun
harus menghadapi era globalisasi dimana semakin banyak pesaing ekonomi yang
bermunculan dari luar negeri. Koperasi merupakan sesuatu yang penting dan
dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia karena koperasi selalu berusaha untuk
mensejahterakan anggotanya.
Peluang dan Tantangan Koperasi Dalam Era Globalisasi
Usaha kecil, Menengah, dan Koperasi (UKMK) yang biasanya dianggap tidak
penting dan disepelekan justru sebagaian besar dapat eksis dalam menghadapi badai
krisis. Agar koperasi dapat eksis dalam era globalisasi perlu menempuh empat
langkah. Pertama, harus dapat merestrukturasi hambatan internal dengan mengikis
segala konflik yang ada. Kedua, pembenahan manajerial, ketiga, strategi integrasi ke
luar dan ke dalam. Keempat, peningkatan efisiensi dalam proses produksi dan
distribusi. Sebagai contohnya banyak peluang pasar yang semula tertutup sekarang
menjadi terbuka. Contohnya, akibat mahalnya harga obat yang sebagian besar masih
harus diimpor, produsen jamu yang membentuk koperasi mendapatkan kesempatan
untuk memperluas jangkauan pasarnya. Seandainya globalisasi benar-benar terwujud
sesuai dengan terjadinya pasar bebas dan persaingan bebas, maka bukan berarti
tamatlah riwayatnya koperasi. Hal itu justru merupakan peluang koperasi untuk tetap
berperan dalam perekonomian nasional dan internasional terbuka lebar asal koperasi
dapat berbenah diri menjadi salah satu pelaku ekonomi (badan usaha) yang kompetitif
dibandingkan pelaku ekonomi lainnya.
Yang paling menentukan ketika menghadapi persaingan global dalam
pengembangan eksistensi koperasi ialah dengan kondisi krisis proses konsolidasi
Gerakan Koperasi. Untuk itu gerakan koperasi harus terus dimantapkan untuk
menghadapi dinamika perekonomian global.
Pemberdayaan Ekonomi rakyat melalui koperasi hanya dapat dilakukan jika
koperasi sendiri mempunyai kekuatan. Persoalannya koperasi Indonesia bahkan
duniapun menghadapi dua masalah yang luar biasa besarnya dan terus memperlemah
koperasi yaitu dekadensi Idiologi dan ancaman globalisasi.
Di era globalisasi ini ada dua hal yang mempengaruhi kemampuan sebuah
koperasi untuk bisa bertahan atau unggul dalam persaingan (terutama jangka panjang)
di pasar, yakni: kemampuan menetapkan harga dan struktur pasar. kemampuan
koperasi untuk bisa unggul dalam persaingan dalam periode jangka panjang
ditentukan oleh kualitas dan efisiensi. Koperasi di Indonesia menghadapi tantangan
bahkan ancaman serius dari globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan dunia.
Salah satu perbedaan penting yang membuat koperasi di Indonesia pada khususnya
tidak berkembang sebaik di negara-negara maju adalah bahwa di Negara maju
koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar oleh karena itu
tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Sedangkan, di Negara
berkembang koperasi dihadirkan dalam rangka membangun institusi yang dapat
menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat. Dalam kata lain, bobot politik atau intervensi pemerintah di
dalam perkembangan koperasi di Negara berkembang atau Indonesia terlalu kuat.
Implikasi dari perdagangan bebas ini adalah pentingnya upaya untuk
membuka usaha, peluang, dan kesempatan, terutama bagi usaha koperasi yang
menjadi salah satu pola usaha ekonomi rakyat. Hal ini menjadi sangat penting karena
produk yang dihasilkan dari Indonesia harus berkompetisi secara terbuka tidak hanya
di pasar dalam negeri, melainkan juga di luar negeri/pasar internasional. Dalam
persaingan bebas, harga produk ditentukan oleh pasar internasional. Oleh karena itu,
persaingan harus ditingkatkan melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi.
Langkah-langkah koperasi untuk menghadapi era-globalisasi:
1. Dalam menjalankan usahanya, pengurus koperasi harus mampu
mengidentifikasi kebutuhan kolektif anggotanya dan memenuhi kebutuhan
tersebut. Dengan mempertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat
dimungkinkan kebutuhan kolektif setiap koperasi berbeda-beda.
2. Adanya efektifitas biaya transaksi antara koperasi dengan anggotanya
sehingga biaya tersebut lebih kecil jika dibandingkan biaya transaksi yang
dibebankan oleh lembaga non-koperasi.
3. Kesungguhan kerja pengurus dan karyawan dalam mengelola koperasi.
Disamping kerja keras, figur pengurus koperasi hendaknya dipilih orang yang
amanah, jujur serta transparan.
4. Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi, pengertian koperasi,
nilai-nilai koperasi dan prinsip-prinsip gerakan koperasi harus dijadikan point
penting karena hal itu yang mendasari segala aktifitas koperasi. Aparatur
pemerintah terutama departemen yang membidangi masalah koperasi perlu
pula untuk memahami secara utuh dan mendalam mengenai perkoperasian.
5. Kegiatan koperasi bersinergi dengan aktifitas usaha anggotanya.
6. Koperasi produksi harus merubah strategi kegiatannya dengan mereorganisasi
kembali supaya kompatibel dengan tantangan yang dihadapi. Dengan
demikian, koperasi pun mampu setidaknya menghadapi era globalisasi saat
ini, bukan malah terseret arus globalisasi yang berdampak koperasi akan
tenggelam. Mari kita benahi koperasi sejak dini, karena koperasi di Indonesia
juga merupakan jati diri bangsa dalam memajukan perekonomian.
Langkah-langkah Antisipasi Koperasi Dalam Globalisasi
Sektor-sektor usaha kecil di Indonesia perlu diberi kesempatan untuk berperan
lebih banyak dalam bidang ekonomi di Indonesia. Keistimewaan koperasi tidak
dikenal adanya majikan dan buruh serta tidak ada istilah pemegang saham mayoritas.
Semua anggota berposisi sama dengan hak suara sama. Oleh karena itu, apabila
aktivitas produksi yang dilakukan koperasi ternyata dapat memberi laba financial,
semua pihak akan turut menikmati laba tersebut. Untuk mengembangkan koperasi
masih banyak hal yang perlu dibenahi baik di sisi internal maupun eksternal. Di sisi
internal dalam tubuh koperasi masih banyak hal-hal yang merugikan. Misalnya yang
paling berbahaya adalah penyalahgunaan koperasi sebagai wahana sosial politik.
Parahnya lagi para pengurus koperasi kadangkala merangkap jabatan birokratis ,
politis atau jabatan kemasyarakatan sehingga terjadi konflik peran. Konflik yang
berlatarbelakang non-koperasi dapat terbawa ke dalam koperasi sehingga
mempengaruhi citra koperasi. Dari sisi eksternal, terdapat semacam ambiguitas
pemerintah dalam konteks pengembangan koperasi karena sumber daya dan budidaya
lebih dialokasikan untuk mengurangi konflik-konflik sosial politik, maka agenda
ekonomi konkret tidak dapat diwujudkan. Koperasi jadi impoten, dimana fungsi
sebagai wahana mobilisasi tidak ada dan perjuangan perekonomian rakyat kecil tidak
berjalan.
Koperasi Indonesia dalam Menghadapi Pasar Global
Setelah 67 tahun Indonesia merdeka, bagaimana perkembangan dan peran
koperasi Indonesia? Ada dua pendapat. Pertama, kondisi dan perkembangan serta
peran koperasi Indonesia masih memprihatinkan. Kedua, keberadaan koperasi
sungguh membantu perekonomian Indonesia dan perkembangannya juga selalu naik.
Pakar Koperasi dan Ekonomi, Bernhard Limbong, menyatakan, kondisi
koperasi di Indonesia sampai tahun 2011 cukup memperihatinkan. Sebanyak 27
persen dari 177.000 koperasi yang ada di Indonesia atau sekitar 48.000 koperasi tidak
aktif.
Menurut Limbong, secara de facto, sosok peran koperasi masih jauh
panggang dari api. Kedudukan koperasi terstruktur dalam posisi yang marginal dan
terkungkung dalam masalah internal yang melemahkan. Komitmen amanat Pasal 33
UUD 1945, belum berhasil menciptakan fondasi dan bangunan perekonomian
koperasi yang kokoh dan berketahanan. Sebagai badan usaha, koperasi dicitrakan
gagal memenuhi harapan masyarakat luas, yaitu entitas bisnis yang menguntungkan.
Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi dianggap gagal menjadi actor sentral
demokrasi ekonomi.
Menurut Limbong, secara eksternal, pesatnya pengaruh globalisasi pasar bebas
ekonomi dunia telah menggiring perekonomian Indonesia ke arus kapitalisme yang
menggurita, dan pada gilirannya kian menyulitkan posisi dan peran koperasi di zona
ekonomi negeri ini. Sementara peran strategis negara untuk mewujudkan ideologi
ekonomi berbasis koperasi tidak secara nyata dan signifikan memberikan hak sosial
ekonomi rakyat berupa kemakmuran. Secara internal, lambannya perkembangan serta
pergerakan koperasi di Indonesia disebabkan sejumlah faktor internal koperasi itu
sendiri, seperti modal usaha dan lapangan usaha terbatas. Dampkanya, sebagian
koperasi hanya mengelola satu jenis usaha, dan sifatnya temporer, serta monoton.
Selain itu, kurangnya tenaga professional, bahkan sebagian masyarakat enggan
masuk sebagai pengelola koperasi karena dinilai tidak menjanjikan masa depan.
Permasalahan lainnya adalah kepastian usaha, segmentasi pasar, dan daya dukung
organisasi yang sangat lemah. Percepatan usaha yang dimiliki berjalan lamban, dan
kurang mampu bersaing di pasar, baik pasar lokal, regional, dan nasional apalagi
pasar internasional.
Sebaliknya pendapat dari Menteri Koperasi dan UKM, Syarief Hasan,
menegaskan, 67 tahun setelah koperasi ditetapkan sebagai soko guru perekonomian
nasional, koperasi terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi
perekonomian nasional kita. Data dari Kementerian Koperasi dan UKM pada 2013
menampilkan ada 194.925 unit koperasi di Indonesia, termasuk di dalamnya 1.472
unit koperasi nelayan yang tersebar di 23 provinsi. Dengan jumlah anggota mencapai
33,6 juta orang. Setiap tahunnya, pertumbuhan koperasi ini mencapai tujuh sampai
delapan persen. Mayoritas koperasi yang beroperasi adalah simpan pinjam.
Dari data tersebut, Syarief berkeyakinan kuat bahwa koperasi akan makin
tumbuh dan berkembang pada tahun-tahun mendatang dan pada gilirannya akan ikut
berperan penting dalam mencapai pertumbuhan dan pemeratan ekonomi 7,7 persen,
pengurangan angka kemiskinan menjadi 8-10 persen, dan pengurangan angka
pengangguran mencapai 5 – 6 persen pada tahun 2014. Syarief tidak berlebihan,
pengalaman sejak krisis ekonomi sejak tahun 1998 menunjukan koperasi bersama
UMKM memiliki kemampuan berakselarasi dan berdaya tahan tinggi. Sebanyak 58
persen Produk Domestik Bruto (PDB) disumbangkan dari sektor koperasi dan
UMKM. Dari sektor koperasi pula Indonesia bisa menjaring pengusaha. Ini penting
karena rasio pengusaha di negara ini masih minim.
Selain itu, koperasi dan UMKM menjadi penyerap tenaga kerja yang sangat
potensial karena proses produksi yang dilakukan Kementerian biasanya bersifat padat
karya dan sangat adaptif terhadap lingkungan yang berubah.
Sementara pakar manajemen dan koperasi,Thoby Mutis, sebagaimana dikutip
Limbong dalam bukunya, Pengusaha Koperasi: Memperkokoh Fondasi Ekonomi
Rakyat, 2010, mengatakan, dua hal yang perlu mendapat perhatian para pelaku usaha
koperasi adalah pertama, terus menghasilkan terobosan-terobosan kreatif dan inovatif
dalam mengembangkan bisnis. Ini penting agar koperasi bisa berdiri sejajar dengan
badan usaha swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Thoby Mutis menghimbau para profesional koperasi untuk mencari relevansi
manajemen koperasi dengan perkembangan manajemen modern kontemporer yang
diterapkan di lembaga ekonomi lain (swasta dan lembaga ekonomi milik negara) agar
bisnis koperasi mampu memicu efisiensi teknis ekonomis dan sekaligus sosial.
Kedua, bertekat kuat menerapkan manajemen profesional dalam menjalankan
bisnis koperasi yang ditandai dengan beberapa strategi, yakni berani merekrut tenaga-
tenaga profesional hebat dengan gaji besar, mengembangkan keahlian para pengurus
dan manajemen pengelola koperasi, menyiapkan dana khusus untuk melakukan riset,
kegiatan public relation, dan memperluas kemitraan dan seterusnya.
Sampai saat ini dan kedepan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi
dan UKM, terus melakukan kegiatan untuk menumbuhkembangkan koperasi. Salah
satunya melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Lembaga ini sangat siap
membantu dunia perkoperasian dan para pelaku UKM. Sejak berdiri tahun 2006,
LPDB sudah memberikan modal kepada 1.600 koperasi. Sebanyak 1.600 koperasi ini
kalau hitung-hitung matematis, kalau satu koperasi mempunyai 1.000 UKM, kalau 1
UKM mempunyai tenaga kerja tiga orang, sudah 15.000 tenaga kerja. Jadi LPDB itu
menciptakan lapangan kerja.
Menurut Agus Muharam, sejak tahun 2010, Kementerian Koperasi dan UKM
menggagas program Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi (Gemaskop). Ada tiga
tujuan yang ingin dicapai dalam gerakan ini, yakni mengajak sebanyak-banyak
masyarakat Indonesia untuk berkoperasi, membenahi koperasi-koperasi yang ada
untuk berkoperasi sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi, lalu membangun koperasi
berskala besar yang memiliki daya saing di tingkat nasional dan internasional.
Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) sampai Februari 2012, pengangguran
terbuka di Indonesia mencapai 6,32 persen atau 7,61 juta orang. Sementara
berdasarkan data terbaru dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) yang berada di bawah koordinasi Wakil Presiden di Indonesia pada tahun
2012 hingga 2013 yang mencapai angka 96 juta jiwa.
Semoga dengan gencarnya pemerintah melakukan Gemaskop, maka semakin
banyak orang bergabung atau membentuk koperasi terutama para penganggur dan
orang-orang miskin ini. Kalau demikian, maka koperasi benar-benar membuat
Indonesia Jaya.
Rekomendasi menurut ILO (International Labor Organization)
1. Rekomendasi ILO no. 127 tahun 1966
Perkembangan koperasi bertahap dari tahun ke tahun dalam mencapai
kesepakatan mengenai baik definisi, prinsip, maupun nilai-nilai yang terkandung
dalam koperasi. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa koperasi tidak mengenal sistem
buruh majikan, oleh karena itu sekitar tahun 1960-an ketika koperasi belum
mendapatkan kesepakatan secara internasional, Badan Organisasi Perburuhan (ILO)
memberikan dasar pengembangan koperasi dengan menekankan pemanfaatan model
koperasi sebagai wahana meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama kaum
pekerja yang pada saat itu akrab disebut sebagai kaum buruh, Sehingga syarat yang
ditekankan bagi keanggotaan koperasi adalah kemampuan untuk memanfaatkan jasa
koperasi.
Dalam Rekomendasi International Labour Organitation (ILO) nomor 127
Pasal 12 Ayat (1) disebutkan bahwa koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang
yang berkumpul secara sukarela untuk berusaha mencapai tujuan bersama melalui
suatu organisasi yang dikontrol secara demokratis, bersama-sama berkontribusi
sejumlah uang yang yang membentuk modal yang diperlukan untuk mencapai
tujuan bersama tersebut dan bersedia turut bertanggung jawab menanggung resiko
dari kegiatan tersebut, turut menikmati usaha bersama tersebut sesuai dengan
kontribusi permodalan yang diberikan orang “tersebut, kemudian” orang tersebut
secara bersama “dan langsung turut memanfaatkan organisasi tadi”(Muslimin
Nasution, 2002:13) .
Pada tahun 1966, ILO merumuskan rekomendasi nomor 127 mengenai
koperasi di negara berkembang. Menurut rekomendasi ini, pembentukan dan
pertumbuhan koperasi harus diperhatikan sebagai salah satu instrumen penting dalam
perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya. Pemerintah negara berkembang harus
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dimana koperasi menerima bantuan dan
dorongan, tanpa mempengaruhi independensi koperasi.
Rekomendasi yang diberikan adalah sebagai berikut :
a) Ruang lingkup
Rekomendasi ini berlaku untuk semua kategori koperasi, termasuk koperasi
konsumen, koperasi perbaikan lahan, koperasi pertanian produktif dan
pengolahan, koperasi pasokan pedesaan, koperasi pemasaran pertanian, koperasi
perikanan, koperasi layanan, koperasi kerajinan, koperasi perumahan, koperasi
transportasi, koperasi asuransi dan koperasi kesehatan, dan lain-lain
b) Tujuan kebijakan mengenai koperasi
Pembentukan dan pertumbuhan koperasi harus dianggap sebagai salah satu
instrumen penting bagi pembangunan ekonomi, sosial dan budaya serta kemajuan
manusia di negara-negara berkembang. Secara khusus, koperasi harus ditetapkan
dan dikembangkan sebagai sarana
(1) memperbaiki situasi ekonomi, sosial dan budaya seseorang dari sumber daya
yang terbatas dan memberikan peluang serta mendorong semangat inisiatif
(2) meningkatkan modal sumber daya pribadi dan nasional dengan pemberdayaan
barang bekas, dengan menghilangkan riba dan dengan penggunaan kredit
(3) memberikan kontribusi terhadap perekonomian dengan mengukur peningkatan
kontrol demokratis dari kegiatan ekonomi dan pemerataan surplus
(4) meningkatkan pendapatan, pendapatan ekspor nasional dan penambahan
lapangan kerja oleh pemanfaatan penuh sumber daya
(5) meningkatkan kondisi sosial, dan melengkapi pelayanan sosial di bidang-
bidang seperti perumahan, kesehatan, pendidikan dan komunikasi
(6) membantu untuk meningkatkan tingkat pengetahuan umum dan teknis
anggotanya
Pemerintah negara-negara berkembang harus merumuskan dan melaksanakan
kebijakan di mana koperasi menerima bantuan dan dorongan, dari karakter ekonomi,
keuangan, teknis, legislatif atau lainnya, tanpa efek pada kemandirian mereka
c) Metode implementasi kebijakan yang berkaitan dengan koperasi
o Legislasi : tindakan yang tepat harus diambil termasuk konsultasi koperasi
yang ada untuk mendeteksi dan menghilangkan ketentuan yang tercantum
dalam undang-undang dan peraturan yang mungkin memiliki efek terlalu
membatasi pengembangan koperasi melalui diskriminasi, misalnya dalam
hal perpajakan atau alokasi lisensi dan kuota.
o Pendidikan dan pelatihan : Langkah-langkah harus diambil untuk
menyebarluaskan pengetahuan tentang prinsip-prinsip, metode,
kemungkinan dan keterbatasan koperasi seluas mungkin di antara
masyarakat negara-negara berkembang
o Memberikan bantuan keuangan bantuan administrasi untuk koperasi :
Apabila diperlukan, bantuan keuangan dari luar harus diberikan kepada
koperasi ketika mereka memulai kegiatan mereka atau menghadapi
kendala keuangan untuk pertumbuhan atau transformasi
o Pengawasan dan tanggung jawab pelaksanaan : Koperasi harus tunduk
pada bentuk pengawasan yang dirancang untuk memastikan bahwa mereka
melakukan kegiatan mereka sesuai dengan objek yang mereka didirikan
dan sesuai dengan hukum.
d) Kolaborasi internasional : Anggota harus sejauh mungkin berkolaborasi dalam
memberikan bantuan dan dorongan kepada koperasi di negara-negara berkembang
e) Ketentuan khusus mengenai peran koperasi dalam berurusan dengan masalah
khusus
2. Rekomendasi ILO No. 193 Tahun 1995
Rekomendasi ILO No. 193 menyatakan bahwa Pemerintah perlu mempromosikan
peran penting koperasi dalam mentransformasikan apa yang biasanya dianggap
kegiatan-kegiatan marginal untuk tetap bertahan (kadang disebut “perekonomian
informal”) menjadi pekerjaan yang dilindungi secara sah, dipadukan secara penuh
untuk mengarusutamakan kehidupan ekonomi.
Rekomendasi ILO 193 tahun 1995 berisi pemikiran yang lebih jauh maju
dengan advokasi bagi pemerintah untuk mengakui pentingnya global koperasi di
kedua pembangunan ekonomi dan sosial, mendorong kerja sama internasional,
sementara pada saat yang sama menegaskan identitas koperasi berdasarkan nilai-nilai
dan prinsip-prinsip. Ini menggarisbawahi perlakuan yang sama dari koperasi jenis lain
dari perusahaan dan organisasi sosial, dan menentukan peran pemerintah dalam
menciptakan kebijakan yang mendukung dalam kerangka hukum, dan memfasilitasi
akses untuk mendukung pelayanan dan keuangan, tanpa campur tangan yang tidak
semestinya.
Beberapa rekomendasi yang terdapat di ayat 19 ILO rekomendasi 193 tahun
1995 secara umum berisi : (1) diakuinya koperasi (2) koperasi kumpulan orang
sukarela secara otonom (3) memperkuat jati diri (4) pemajuan potensi koperasi (5)
cara khusus koperasi sebagai usaha bersama (6) keseimbangan sektor – sektor (7)
pemajuan koperasi dengan jati diri (8) kebijakan nasional (9) pemerintah memajukan
peran koperasi (10) adanya UU khusus (11) kewajiban fasilitas oleh pemerintah (12)
cara memfasilitasi (13) pengembangan kondisi yang baik (14) pengakuan organisasi
(16) pekerja (17) kerjasam koperasi (18) kerjasama international (19) revisi
rekomendasi termasuk pemberian wewenang pemerintah dan pengukuhan jati diri
koperasi yang lebih dalam.
3. Rekomendasi ILO no. 193 tahun 2002
Organisasi Buruh Internasional (ILO) memandang koperasi sebagai suatu bentuk
badan ekonomi yang baik terutama menyinggung soal pekerja. Dalam Deklarasi
Philadelphia mengatakan bahwa “pekerja adalah bukan komoditas”, atas kesamaan
pandangan dalam melihat SDM antara ILO dan koperasi inilah ILO membuat
rekomendasi untuk koperasi guna mendorong kemajuan koperasi dari dampak
globalisasi dan berbagai tantangan yang ada di era milenium ini. Dalam pertemuan
yang diadakan pada tanggal 3 Juni 2002 di Geneva dalam sidang ke 90 Koperasi
diakui mampu mendorong terciptanya lapangan pekerjaan, mobilisasi sumber daya,
menggerakan investasi dan sumbangan utama terhadap perekonomian, dan
memajukan partisipasi penuh pembangunan ekonomi dan sosial dari rakyat,
globalisasi telah menciptakan tekanan-tekanan baru dan beragam, permasalahan-
permasalahan, tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan bagi koperasi-
koperasi, dan bahwa bentuk-bentuk yang lebih kuat dari kesetiakawanan umat
manusia pada tingkat nasional dan internasional dituntut untuk memfasilitasi adanya
distribusi yang lebih adil dari kemanfaatan globalisasi. Supaya koperasi dapat
bertahan dalam kerasnya tekanan globalisasi, ILO mengajukan beberapa rekomendasi
sebagai jawaban atas tantangan globalisasi.
Rekomendasi ILO tahun 2002 terdiri dari lima poin utama;
1. Ruang lingkup, definisi, dan tujuan
Ruang lingkupnya berlaku bagi semua jenis dan bentuk koperasi. Definisi
koperasi menurut rekomendasi ini adalah sebuah perkumpulan otonom dari orang-
orang yang bersatu secara sukarela guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang
dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis.Rekomendasi ini bertujuan
untuk Memajukan dan memperkuat jatidiri koperasi.
2. Kerangka kerja kebijakan dan peran pemerintah
Sebuah masyarakat yang seimbang mengharuskan adanya sektor-sektor publik
dan swasta yang kuat, dan juga sektor koperasi, sektor-sektor kerjasama dan sosial
dan non-pemerintah yang lain. Dalam konteks ini Pemerintah-pemerintah harus
mengadakan kebijakan dan kerangka kerja hukum yang mendukung, yang konsisten
dengan sifat dan fungsi dari koperasi-koperasi dan dipandu oleh nilai-nilai dan
prinsip-prinsip koperasi.
3. Implementasi kebijakan publik untuk memajukan koperasi-koperasi
Negara-negara Anggota harus menerima adanya perundang-undangan dan
peraturan-peraturan spesifik mengenai koperasi-koperasi, yang dipandu oleh nilai -
nilai dan prinsip-prinsip koperasi dan merevisi perundang-undangan dan peraturan-
peraturan bilamana sudah seharusnya. Pemerintah juga harus berkonsultasi dengan
organisasi-organisasi koperasi, dan juga dengan organisasi pengusaha dan pekerja-
pekerja yang bersangkutan, dalam merumuskan dan merevisi perundang-undangan,
kebijakan dan peraturan-peraturan yang diterapkan bagi koperasi-koperasi.
4. Peran dari organisasi pengusaha dan pekerja-pekerja dan organisasi
koperasi, dan hubungan di antara mereka
Organisasi pengusaha-pengusaha dan pekerja-pekerja, mengakui signifikannya
koperasi untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang berkesinambungan, harus
mencari bersama-sama dengan organisasi-organisasi koperasi, cara-cara dan sarana-
sarana guna memajukan koperasi.
5. Kerjasama internasional
Kerjasama internasional harus difasilitasi melalui : (a) pertukaran informasi
tentang kebijakan-kebijakan dan program-program yang telah terbukti efektif dalam
penciptaan lapangan kerja dan penggerakkan pendapatan bagi anggota-anggota
koperasi-koperasi. (b) menggalakkan dan memajukan hubungan-hubungan antara
badan-badan dan lembaga-lembaga nasional dan internasional yang terlibat dalam
pengembangan koperasi-koperasi (c) akses dari koperasi-koperasi pada data nasional
dan internasional, seperti informasi pasar, perundang-undangan, metode dan teknik
pelatihan, teknologi dan standar produksi (d) berkonsultasi dengan koperasi-koperasi,
organisasi pengusaha-pengusaha dan pekerja-pekerja yang bersangkutan, garis-garis
pemandu dan perundang-undangan bersama secara nasional dan internasional, untuk
mendukung koperasi-koperasi.
Kelima poin utama yang ditegaskan oleh Forum Buruh Internasional
sebenarnya suatu bentuk dukungan nyata ILO terhadap koperasi. ILO yang memiliki
pengaruh besar di mata dunia berupaya mendorong berbagai elemen dari organisasi
pengusaha, pemerintah negara, dan koperasi itu sendiri agar koperasi memperkuat diri
dan mengadakan kerjasama antarkoperasi agar koperasi memiliki kekuatan dan
survivalitas dalam tataran global.
Sumber Referensi :
https://www.academia.edu/5313637/ILO
http://eprints.undip.ac.id/13998/1/
Eksistensi_Koperasi_Peluang_dan_Tantangan_Di_Era_Pasr_Global....Purbayu_Budi
_Santosa_%28OK%29.pdf
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/bagaimana-koperasi-di-indonesia-
menghadapi-era-globalisasi/
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-globalisasi-penyebab-dampak-
globalisasi.html#_
http://www.beritasatu.com/industri-perdagangan/125307-koperasi-indonesia-semakin-
dewasa-hadapi-pasar-global.html
https://tienivie.wordpress.com/2010/11/02/globalisasi-koperasi/
http://www.ilo.org
http://cog.kent.edu/lib/LevinCoop.htm
Rekomendasi ILO No.127 Tahun 1966
Rekomendasi ILO No.193 Tahun 2002